Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup"

Transkripsi

1 GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing ruang tersebut. Subab 3. eberikan pebahasan engenai grup fundaental dari S yang bersifat trivial, sedangkan pebahasan pada Subab 3. bertujuan enunjukkan bahwa grup fundaental dari torus isoorfik dengan ( ). Grup fundaental dari P eiliki order dua akan dipelajari pada Subbab 3.3 dan yang akan dibahas pada Subbab 3.4 adalah sifat grup fundaental Figure eight yang tidak abelian. 3. Grup Fundaental Pada S. S erupakan ruang topologi berbentuk kulit bola dengan jari-jari satu yang berpusat di titik (,,). Dala subbab ini akan ditunjukkan bahwa bersifat terhubung sederhana, yang enurut Definisi.3, berakibat grup S fundaentalnya bersifat trivial. Untuk ebuktikan S terhubung sederhana secara langsung, langkah yang harus ditepuh akan cukup ruit, teorea dibawah ini dapat ebantu untuk ebuktikan S bersifat terhubung sederhana. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

2 Teorea 3... Misalkan U dan V adalah hipunan buka di 3 R, dan X U V. Misalkan pula U V tidak kosong dan terhubung lintasan. Jika U dan V terhubung sederhana, aka X terhubung sederhana. Bukti. Misalkan a dan b adalah sebarang titik di X. Jika a dan b anggota U aka terdapat lintasan yang enghubungkan a dengan b karena U terhubung lintasan. Misalkan a dan b anggota V aka terdapat lintasan yang enghubungkan a dengan b karena V terhubung lintasan. Misalkan a anggota U dan b anggota V. Misalkan c anggota U V aka terdapat lintasan yang enghubungkan a dengan c, isalkan bernaa h, dan terdapat lintasan yang enghubungkan b dengan c, isalkan bernaa k. Maka h k adalah lintasan yang enghubungkan a dengan c. Akibatnya X terhubung lintasan. Selanjutnya akan ditunjukkan X terhubung sederhana dengan enunjukkan bahwa grup fundaental X adalah trivial, sesuai Definisi.3, dala proses pebuktian ini akan disertakan beberapa gabar untuk ebantu peahaan. Misalkan x anggota di U V dan f adalah loop yang berbasis di x. Jika f terletak seluruhnya di U atau f terletak seluruhnya di V aka [ f ] [ e ] karena U dan V terhubung sederhana. Jika terdapat x bagian dari f yang berada pada U ( U V ) dan pada V ( U V ), seperti pada Gabar.3., Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

3 U V X Gabar.3. Gabar loop f aka pilih b, b,..., b n [,] diana b b... bn sedeikian sehingga f [ bi, bi ], yang erupakan bagian dari lintasan f, hanya terletak di U atau di V, seperti pada Gabar.3.. U f(b ) V f(b ) f(b 3 ) f(b ) f(b 4 ) X f(b 5 ) Jika f ( b ) U V, aka b i akan dihapus sehingga didapatkan indeks i Gabar.3. Gabar loop f yang diberi indeks baru c, c,..., c [,] diana c c... c akibatnya Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

4 3 f [ c, c ], i,,..., i i hanya terasuk di U atau di V dan f ( c ) U V, i,,...,, seperti pada Gabar.3.3. i U f(c ) V f(c ) f(c ) X Gabar.3.3 Gabar loop f yang diberi indeks baru Definisikan fn : I f [ cn, cn ], n=,,...,, f n adalah lintasan dari ke f ( c n ) sehingga f f f... f diana f ( c ) n s f( ), s [,c ] c s c f( ), s [c,c ] h( s) c c s c f ( ), s [c -,] c c f n dapat dilihat pada Gabar 3.4. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

5 4 U f f(c ) f(c ) f V f(c ) X f 3 Karena U Gabar 3.4 Gabar f n V terhubung lintasan serta x dan f ( c i ) terdapat di U V aka dapat didefinisikan i, i,,..., sebarang lintasan pada U V diana i () x dan i () f ( ci ), sedangkan dan didefinisikan sebagai lintasan yang eetakan seua anggota I ke x. Lebih lanjut definisikan i ( i) i ( i) yang erupakan invers dari i, i adalah lintasan pada U V diana i () i () f ( ci ) dan i () i () x, dan erupakan lintasan yang eetakan seua anggota I ke x, i dan i dapat dilihat pada Gabar.3.5. U f(c ) V α f(c ) f(c ) α X Gabar.3.5 Gabar i dan i Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

6 5 Definisikan gi ( i fi ) i, i,,..., g g. g ( f ) ( f ) ( f ) adalah loop yang berbasiskan di x. Dengan deikian dapat definisikan operasi perkalian antar g, i,,...,. Sebagai berikut, i g g g... g (3..) ( f ) ( f )... ( f ) f ( ) f ( )... f Kelas hootopi dari g yaitu [ g ] dapat dinyatakan sebagai [ g] [ f ( ) f ( )... f ] = [ ] [ f ] [ ] [ f ] [ ]... [ f ] [ ] (3..) i i adalah loop yang berbasis di titik x yang seluruhnya terletak di U V, sehinga i i seluruhnya terletak di U dan juga seluruhnya terletak di V. Lebih lanjut, karena U dan V terhubung sederhana, aka enurut Definisi.3 [ ] [ e ]. Karena dan eetakan seua anggota I ke x, i i x aka dan erupakan loop pada U V yang berbasis di titik x sehingga [ ] [ ], dan e x [ ] [ e ]. Akibatnya (3..) enjadi x Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

7 6 [ g] [ ] [ f ] [ ] [ f ] [ ]... [ f ] [ ] [ e ] [ f ] [ e ] [ f ] [ e ]... [ f ] [ e ] (3..3) x x x x Selanjutnya berdasarkan Lea.6, (3..3) enjadi [ ] [ ] [ ]... [ ] (3..4) g f f f dan dari (3..) diperoleh [ g] [ g g... g ] [ g ] [ g ]... [ g ] (3..5) Karena gi ( i fi ) i adalah loop yang berbasiskan di x yang seluruhnya terletak di U atau seluruhnya terletak di V aka [ g ] [( f ) ] [ e ]. Sehingga (3..5) enjadi i i i i x [ g] [ g ] [ g ]... [ g ] [ e ] [ e ]... [ e ] [ e ] x x x x (3..6) Karena f f f... f aka [ f ] [ f] [ f]... [ f ]. Dari (3..4) didapatkan [ f ] [ f ] [ f ]... [ f ] [ g]. Keudian dari (3..6) didapatkan [ f ] [ g] [ e x ]. Maka untuk sebarang loop f di X, [ f ] trivial. Karena X terhubung lintasan dan grup fundaental X trivial, berdasarkan Definisi.3, X terhubung sederhana. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

8 7 Teorea 3... S terhubung sederhana. Bukti. Misalkan p (,,) S dan q (,, ) S. Definisikan fungsi f : ( S p) R, diana f ( x) f (( x, x, x3 )) ( ( x, x)) ; x=( x, x, x3 ) S p x3. Lebih lanjut pada [3] telah dinyatakan bahwa fungsi f bersifat kontinu dan bijektif dengan invers yang juga kontinu. f y y ( y, y ),, y y y y y y y y Karena terdapat fungsi kontinu f : ( S p) R diana inversnya juga erupakan fungsi kontinu, aka ( S p ) hoeoorfik dengan R. Lebih lanjut enurut [3] R terhubung sederhana aka ( S p ) juga terhubung sederhana. Dengan cara yang serupa dapat ditunjukkan ( S q ) hoeoorfik dengan R, sehingga ( S q ) juga terhubung sederhana. Karena S ( S p) ( S q ), keudian ( S p) ( S q ) tidak kosong dan terhubung lintasan, serta ( S p ) dan ( S q ) terhubung sederhana aka enurut Teorea 3.. S terhubung sederhana. Karena S terhubung sederhana aka berdasarkan Definisi.3 ( S, x ) erupakan grup trivial untuk setiap x X. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

9 8 3.. Grup Fundaental Pada Torus. Misalkan S adalah sebuah lingkaran berjari-jari satu yang berada pada R, ruang T S S dinaakan torus. Torus sendiri berada pada ruang 4 R. Tujuan pebahasan dala subbab ini adalah epelajari ( S S, x y ), yang erupakan grup fundaental Torus, isoorfik dengan ( ). Isoorfisa antara ( S S, x y ) dengan ( ) tidak akan dicari secara langsung tetapi terlebih dahulu akan ditunjukkan ( S S, x y) isoorfik dengan ( S, x ) ( S, y ), untuk perasalahan ini akan digunakan teorea yang enyatakan bahwa untuk ruang X dan Y, ( X Y, x y ) isoorfik dengan X x Y y (, ) (, ). Keudian dengan enggunakan sifat ( S, x ) yang isoorfik dengan (, ), [], akan dibuat isoorfisa antara ( S, x) ( S, y ) dengan ( ). Langkah awal untuk enunjukkan dua hipunan saling isoorfik adalah enunjukkan terdapat fungsi antara keduanya, keudian fungsi tersebut harus dibuktikan erupakan hoorfisa yang bersifat satu-satu dan pada. Fungsi yang akan dibangun untuk ebuktikan ( X Y, x y ) isoorfik dengan ( X, x ) ( Y, y ) adalah fungsi antar grup fundaental, bentuk fungsi untuk kepentingan ini tidak akan dicari secara langsung, tetapi diinduksi dari suatu fungsi kontinu seperti yang diberikan pada definisi dibawah ini. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

10 9 Definisi 3... Misalkan h : ( X, x) ( Y, y ) adalah fungsi kontinu. Fungsi h dari ( X, x ) ke ( Y, y ) eetakan setiap [ f ] di ( X, x ) ke [ h f ] di ( Y, y ) dan ditulis sebagai h([ f ]) [ h f ]. Setelah endapatkan bentuk fungsi antar grup fundaental seperti diatas, berikutnya adalah encari apakah fungsi tersebut erupakan hooorfisa, pada [] telah dibuktikan bahwa fungsi h seperti pada Definisi 3.. erupakan hooorfisa. Lea 3... Jika h : ( X, x) ( Y, y ) adalah fungsi kontinu aka h seperti pada Definisi 3.. adalah sebuah hooorfisa. h disebut hooorfisa yang diinduksi oleh h. Keudian yang enjadi perasalahan selanjutnya adalah encari bentuk fungsi kontinu yang tepat untuk digunakan dala enginduksi hooorfisa antara ( X Y, x y ) dengan ( X, x ) ( Y, y ). Fungsi yang dapat digunakan untuk kepentingan ini adalah fungsi proyeksi, berikut akan diberikan definisi dari fungsi proyeksi. Definisi 3... Misalkan p : X Y X diana p( x, y) x dan q : X Y Y diana q( x, y ) y. Fungsi p dan q disebut fungsi proyeksi. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

11 3 Teorea 3... Misalkan p : X Y X dan q : X Y Y adalah fungsi proyeksi, aka dan p : ( X Y, x y ) ( X, x ) diana p([ f ]) [ p f ] q X Y x y Y y : (, ) (, ) diana q([ f ]) [ q f ] adalah sebuah hooorfisa. Bukti. Menurut [3] fungsi proyeksi p : X Y X erupakan fungsi kontinu, dan enurut Lea 3.., p : ( X Y, x y ) ( X, x ) diana p([ f ]) [ p f ] adalah sebuah hooorfisa. Begitu juga berlaku untuk q X Y x y Y y : (, ) (, ). Setelah didapatkan suatu bentuk hooorfisa yang diinduksi dari fungsi proyeksi, lebih lanjut akan dibuktikan ( X Y, x y ) isoorfik dengan ( X, x ) ( Y, y ). Teorea 3... ( X Y, x y ) isoorfik dengan ( X, x ) ( Y, y ). Bukti. Misalkan p : X Y Y dan q : X Y Y adalah fungsi proyeksi. Definisikan fungsi p * dan q * p* : ( X Y, x y ) ( X, x ) dengan p * ([ f ]) [ p f ] q* : ( X Y, x y ) ( Y, y ) dengan q * ([ f ]) [ q f ] Berdasarkan Teorea 3.., p * dan q * erupakan hooorfisa. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

12 3 Lebih lanjut, definisikan pula peetaan : : ( X Y, x y ) ( X, x ) ( Y, y ) ([ g]) ( p * ([ g]), q * ([ g])) ([ p g],[ q g]), [ g] ( X Y, x y ) Akan ditunjukkan erupakan isoorfisa dari ( X Y, x y ) ke X x Y y (, ) (, ). Berdasarkan Lea.4, peetaan erupakan hooorfisa dari ( X Y, x y ) ke ( X, x ) ( Y, y ). Dengan deikian cukup dibuktikan satu-satu dan pada. Mula-ula akan dibuktikan pada, yaitu akan ditunjukkan untuk setiap ([ h],[ k]) ( X, x ) ( Y, y ) terdapat [ f ] ( X Y, x y ) sehingga ([ f ]) ([ h],[ k]). Misalkan ([ h],[ k ]) sebarang anggota ( X, x ) ( Y, y ), pilih [ f ] ( X Y, x y ) diana f ( i) ( h( i), k( i)), i I. f adalah loop pada ( X, Y ) yang berbasis di ( x, y ) karena f () ( h(), k()) ( h(), k ()) f () ( x, y ) dan f kontinu. Maka untuk setiap h k X x Y y ([ ],[ ]) (, ) (, ), terdapat [ f ] ( X Y, x y ) sehingga ([ f ]) ([ h],[ k]). Keudian akan dibuktikan satu-satu dengan enunjukkan bahwa kernel dari hanya terdiri dari [ e ] yaitu eleen identitas di ( x, y ) ( X Y, x y ). Eleen identitas di X Y x y (, ) adalah [ e ] ( x, y ) diana e I X Y dengan : ( x, y ) e ( i) ( e ( i), e ( i)) ( x, y ). ( x, y ) x y Sedangkan eleen identitas di ( X, x ) ( Y, y ) adalah ([ e ],[ e ]) x y diana [ e ] adalah eleen identitas di ( X, x ) dengan x e ( i) x x, dan Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

13 3 [ e ] eleen identitas di ( Y, y ) dengan y e ( i) y. Lebih lanjut isalkan y [ f ] diana f ( i) ( h( i), k( i)) adalah sebarang anggota kernel, aka ([ f ]) ( p * ([ f ]), q * ([ f ]) ([ p f ],[ q f ]) ([ h],[ k ]) adalah identitas di ( X, x ) ( Y, y ) sehingga ([ h],[ k]) ([ e ],[ e ]) dengan deikian h x y hootopik lintasan dengan e x dan k hootopik lintasan dengan e y. Karena h hootopik lintasan dengan e terdapat M : I I X dengan x M( i,) h( i) dan M( i,) e ( i) M(, t) x dan M(, t) x x diana M adalah hootopi lintasan antara h dan k hootopik lintasan dengan e x. Deikian pula karena e y,aka terdapat N : I I Y dengan N( i,) k( i) dan N( i,) e ( i) N(, t) y dan N(, t) y y keudian akan dibuat sebuah fungsi hootopi lintasan F antara f dengan e ( x, y ), yaitu F : I I X Y F( i, t) ( M( i, t), N( i, t)) F( i,) ( M( i,), N( i,)) ( h( i), k( i)) dan F( i,) ( M( i,), N( i,)) ( e ( i), e ( i)) e ( i) x y ( x, y ) F(, t) ( M(, t), N(, t)) ( x, y ) dan F(, t) ( M(, t), N(, t)) ( x, y ) Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

14 33 karena terdapat F hootopi lintasan antara f dengan e ( x, y ), aka [ f ] [ e x y ] (, ). Terbukti bahwa kernel adalah eleen identitas di ( X Y, x y ). Terbukti bahwa adalah isoorfisa. Torus adalah ruang topologi yang erupakan produk dari lingkaran, sehingga enurut Teorea 3.., dapat dikatakan bahwa ( S S, x y ) isoorfik dengan ( S, x) ( S, y ). Akibat ( S S, x y) isoorfik dengan ( S, x ) ( S, y ). Menurut Akibat 3..3, ( S S, x y ) isoorfik dengan ( S, x ) ( S, y ). Selanjutnya akan dibuat isoorfisa antara ( S, x ) ( S, y ) dengan ( ) dengan enggunakan sifat bahwa ( S, x ) isoorfik dengan (, ). Pernyataan engenai sifat ini diberikan dala Teorea 3..4 naun pebuktiannya, untuk alasan efisiensi, tidak disertakan tetapi ada pada []. Teorea ( S, x ) isoorfik dengan (, ) untuk setiap x S. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

15 34 Berikutnya akan dibuktikan bahwa ( S S, x y ) isoorfik dengan ( ). Teorea ( S S, x y ) isoorfik dengan grup ( ). Bukti. Pertaa-taa akan dibuktikan terlebih dahulu terdapat isoorfisa ( S, x ) ( S, y ) dengan ( ). Karena ( S, x ) isoorfik antara dengan (, ) untuk setiap x S, aka dapat dibuat isoorfisa : ( S, x ) (, ) dan : ( S, y ) (, ) Definisikan H : ( S, x ) ( S, y ) ( ) H([ f ],[ g]) ( ([ f ]), ([ g])) ; [ f ] ( S, x ),[ g] ( S, y ) Abil ([ a],[ a ]) dan ([ b],[ b ]) sebarang anggota ( S, x ) ( S, y ) ( ), akan dibuktikan H hooorfisa dengan enunjukkan H(([ a],[ a]) ([ b ],[ b ])) H([ a],[ a ]) H([ b ],[ b ]). Berdasarkan Lea.3 berlaku H(([ a ],[ a ]) ([ b ],[ b ])) H(([ a ] [ b ]),([ a ] [ b ])) (3..) berdasarkan definisi H, (3..) enjadi H(([ a ],[ a ]) ([ b ],[ b ])) H(([ a ] [ b ]),([ a ] [ b ])) ( ([ a ] [ b ]), ([ a ] [ b ])) karena dan adalah hooorfisa, aka Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

16 35 ( ([ a ] [ b ]), ([ a ] [ b ])) ( ([ a ]) ([ b ])),( ([ a ]) ([ b ]) ([ a]), a (3..) ([ ]), ([ b ]), dan ([ b ]) adalah anggota dari grup (, ), dengan deikian berdasarkan Lea.3, (3..) enjadi ( ([ a ]) ([ b ])),( ([ a ]) ([ b ]) ( ([ a ]), ([ a ])) ( ([ b ]), ([ b ]))...(3..3) keudian berdasarkan definisi H, (3..3) enjadi ( ([ a ]), ([ a ])) ( ([ b ]), ([ b ])) H([ a ],[ a ]) H([ b ],[ b ]) (3..4) Dari (3..), (3..), (3..3), dan (3..4) didapatkan H(([ a ],[ a ]) ([ b ],[ b ])) H([ a ],[ a ]) H([ b ],[ b ]) sehingga berdasarkan Definisi.4, H erupakan hooorfisa. Keudian akan ditunjukkan H satu-satu dan pada. Abil ( p, q ) sebarang eleen, karena dan pada aka terdapat [ a] ( S, x ) dan [ b] ( S, y ) diana [ a] p dan ([ b ]) q, aka untuk ( p, q ) sebarang eleen sehingga H([ a],[ b]) ( p, q). terdapat ([ a],[ b]) ( S, x ) ( S, y ) Berikutnya akan ditunjukkan H satu satu. ([ e ],[ e ]) adalah identitas x y di ( S, x ) ( S, y ). Akan ditunjukkan kernel H adalah ([ e ],[ e ]). Abil x y Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

17 36 ([ a],[ b ]) sebarang anggota kernel, H([ a],[ b]) ( ([ a]), ([ a])) (,). Karena dan satu-satu aka [ a ] adalah identitas di ( S, x ), [ a] [ e x ],dan [ b ] identitas di ( S, y ), [ b] [ e y ]. Dengan deikian kernel H hanya terdiri dari x y ([ e ],[ e ]). Sehingga berdasarkan Lea., H satusatu. Telah ditunjukan terdapat isoorfisa antara ( S, x ) ( S, y ) dengan ( ). Karena ( S S, x y ) isoorfik dengan ( S, x ) ( S, y ) aka ( S S, x y ) isoorfik dengan ( ). Menurut Lea.8, grup fundaental pada seua titik di sebuah ruang yang terhubung lintasan saling isoorfik. Misalkan ( a, b ) dan ( c, d ) adalah dua titik sebarang pada torus. isalkan k adalah lintasan antara a dengan c dan l lintasan antara b dengan d. Definisikan : I S S diana ( i) ( k( i), l( i)). Pada [3] telah dinyatakan bahwa produk dari dua fungsi kontinu juga erupakan fungsi kontinu, karena k dan l adalah fungsi kontinu aka erupakan fungsi kontinu, () ( k(), l()) ( a, b) dan () ( k(), l()) ( c, d) aka adalah lintasan antara ( a, b ) dan ( c, d ). Karena pada torus terdapat lintasan untuk dua titik sebarang aka torus terhubung lintasan, sehingga grup fundaental di setiap titiknya saling isoorfik dan dapat disipulkan grup fundaental torus isoorfik dengan ( ). Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

18 Grup Fundaental pada P Isi pebahasan pada subbab ini bertujuan untuk enunjukkan grup fundaental dari P eiliki order. P {{ x, x} x S } atau bidang proyeksi adalah sebuah hipunan yang setiap anggotanya erupakan pasangan dari x, anggota dari S, dengan x. x dinaakan antipodal dari x. Fungsi yang eetakan x S ke x disebut fungsi antipodal, berikut akan diberikan definisinya. Definisi fungsi a : S S diana a( x) x, x S dinaakan fungsi antipodal dan a( x ) dinaakan antipodal dari x. Jika U S aka a( U) { u u U}. Teorea 3.3. di bawah ini akan ebahas engenai salah satu sifat yang diiliki oleh fungsi antipodal. Teorea Misalkan x S, dan N ( x ) adalah hipunan anggota S yang berjarak kurang dari dengan x. Jika, aka N x a N x. ( ) ( ( )) Bukti. Akan digunakan kontradiksi untuk ebuktikan Teorea Misalkan N ( x) a( N ( x )) tidak kosong, berarti terdapat y N ( x) a( N ( x )) diana y N ( x ) dan y a( N ( x )) dengan d( x, y ) dan d( x, y). Pada Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

19 38 S berlaku d( x, x) d( x, y) d( y, x) diana d( x, x ) sehingga d( x, y) d( y, x). Karena d( x, y ), aka d( x, y ) d( x, y) d( x, y) d( x, y) d( x, y) Karena d( x, y), aka y a( N ( x )). Untuk y N ( x ) didapatkan y a( N ( x )). Hal ini kontradiksi dengan yang diisalkan di awal, yaitu y N ( x) a( N ( x )) atau N ( x) a( N ( x )) tidak kosong. Jadi terbukti N x a N x. ( ) ( ( )) Sifat yang dibahas pada teorea diatas enjelaskan bahwa jika terdapat suatu hipunan pada S yang anggotanya berjarak kurang dari satu dengan x, aka hipunan tersebut tidak akan beririsan dengan antipodalnya. Sebelu epelajari grup fundaental fungsi yang enghubungkan S dengan P, diberikan suatu bentuk P. Fungsi yang eetakan setiap x anggota S ke { x, x} anggota P. Definisi p : S P diana p( x) { x, x}, x S. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

20 39 Hasil dari peetaan x anggota S oleh fungsi p pada definisi diatas saa dengan hasil peetaan antipodal x, yaitu x, oleh p, p( x) p( x) { x, x}, x S. Jika U adalah subhipunan dari p( U) p( a( U)) {{ x, x} x U }. S, aka Teorea Misalkan U adalah hipunan bagian dari S dan p : S P diana p( x) { x, x}, x S. Prapeta dari p( U ) adalah U a( U). Bukti. Misalkan p ( p( U )) adalah prapeta dari p( U ). Mula-ula akan dibuktikan p ( p ( U )) U a ( U ). Misalkan y adalah sebarang anggota p( U ), y { x, x}, x U. Prapeta dari y adalah x dan x diana x U dan x a( U ). Karena untuk setiap y p( U) prapeta dari y adalah eleen dari U a( U ), aka p ( p ( U )) U a ( U ). Keudian akan ditunjukkan U a( U) p ( p( U )). Misalkan x sebarang anggota U a( U). Jika x U aka p( x) { x, x} p( U), dan juga untuk x a( U ) berlaku p( x) { x, x}, x p( U ). Dengan deikian untuk setiap x U a( U ) berlaku p( x) p( U ), U a( U) p ( p( U )). Jadi terbukti p ( p ( U )) U a ( U ). Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

21 4 Sebuah hipunan dikatakan buka dala suatu ruang topologi X jika hipunan tesebut erupakan anggota topologi X. Dengan deikian sebuah hipunan pada P dikatakan buka jika hipunan itu erupakan anggota topologi ilik P, karena itu untuk edefinisikan hipunan buka pada perlu diketahui terlebih dahulu topologi dari P. P, Definisi Misalkan X adalah sebuah ruang dan A adalah sebuah hipunan. Misalkan pula f : X A adalah fungsi yang bersifat pada. Maka - { U f ( U) buka di X } erupakan topologi di A. disebut topologi kuosien yang diinduksi oleh f. adalah topologi dari A. p : S P diana p( x) { x, x}, x S adalah peetaan yang bersifat pada karena untuk setiap { x, x} P terdapat x S sehingga - p( x) { x, x }, enurut Definisi { U p ( U) buka di S } erupakan topologi dari P P. Misalkan U adalah sebarang hipunan buka di P, U erupakan anggota dari. Menurut definisi P P, prapeta U juga erupakan hipunan bukan di buka di fungsi kontinu. pada S, sehingga untuk sebarang hipunan P, prapetanya juga erupakan hipunan buka, akibatnya p adalah Selanjutnya akan dipelajari bahwa hasil peetaan dari hipunan buka S oleh fungsi p : S P juga erupakan hipunan buka. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

22 4 Teorea Misalkan p : S P diana p( x) { x, x}, x S. Jika M adalah subhipunan buka di P. S aka p( M ) adalah subhipunan buka di Bukti. Jika M adalah sebuah subhipunan buka di S, aka enurut Teorea 3.3. prapeta dari p( M ) adalah M a( M ). Menurut [3], fungsi a adalah hoeoorfisa sehingga a( M ) juga erupakan subhipunan buka di S. Akibatnya M ( ) a M erupakan subhipunan buka di S, M a( M ) anggota topologi topologi di S. Sehingga enurut Definisi 3.3.3, p( M ) adalah anggota P yang berarti p( M ) subhipunan buka di P. Salah satu cara yang sering digunakan untuk epelajai sifat grup fundaental sebuah ruang adalah dengan enggunakan fungsi covering. Definisi Misalkan f : E B adalah fungsi kontinu yang pada. Hipunan buka U B dikatakan evenly cover oleh f jika prapeta U dapat dinyatakan sebagai gabungan dari hipunan buka V diana V erupakan hipunan yang saling lepas di E sedeikian hingga untuk setiap pebatasan fungsi f V adalah hoeoorfisa dari V ke U. Koleksi { V } disebut sebagai partisi f ( U) dala irisan. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

23 4 Definisi Misalkan f : E B adalah fungsi kontinu yang pada. Jika untuk setiap b B terdapat lingkungan U dari b yang evenly cover oleh f, aka f adalah fungsi covering, dan E adalah ruang covering dari B. Jika U adalah hipunan buka yang evenly cover oleh f, digabarkan sebagai tupukan partisi seperti pada Gabar 3.6. f ( U) dapat f ( U ) f U Gabar 3.6 Gabar fungsi covering Jika peetaan p : S P dapat dibuktikan erupakan suatu fungsi covering, aka hal ini akan sangat ebantu untuk dala epelajari sifat grup fundaental P. Teorea covering. p : S P diana p( x) {{ x, x}, x S } adalah fungsi Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

24 43 Bukti. Mula-ula akan ditunjukkan p kontinu dan pada. Misalkan U adalah sebarang subhipunan buka di P, U P. Sesuai definisi dari topologi kuosien, prapeta U erupakan subhipunan buka di S. Terbukti p kontinu. Keudian isalkan y { x, x} sebarang anggota diana p( x) { x, x} y. Terbukti p pada. P, terdapat x S Selanjutnya akan ditunjukkan untuk setiap y P terdapat lingkungan yang euat y dan evenly covered oleh p. Pertaa akan ditunjukkan bahwa untuk setiap y anggota P terdapat U lingkungan di P yang euat y diana prapeta U dapat ditulis sebagai gabungan hipunanhipunan yang saling lepas di S. Misalkan y sebarang anggota P. Pilih x S anggota prapeta y, lalu buat lingkungan- dari x, diana, isal bernaa N. N s d s x s x S { (, ) ;, }. N adalah sebuah hipunan buka di S. Menurut Teorea p( N ) adalah subhipunan buka di P dan p( N ) euat y Sehingga p( N ) adalah lingkungan dari y di P. Misalkan p( N ) U, aka enurut Teorea 3.3. prapeta dari U adalah N a( N ). Karena, aka berdasarkan Teorea 3.3. N dan N dan a( N ) saling lepas. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa p adalah hoeoorfisa dari a( N ) ke U. Peetaan p dari N ke U adalah peetaan yang dibatasi, p N : N U. Misalkan h p N : N U, h( x) { x, x}, x N. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

25 44 Akan ditunjukkan h satu-satu dan pada. Misalkan y { x, x} U. aka terdapat x diana h( x) { x, x} y. Terbukti h pada. Sekarang akan N ditunjukkan h satu satu. Misalkan h( ) h( n) { x, x} U, aka n x karena x. Jadi h satu satu. N Keudian akan ditunjukan h dan h kontinu. Karena p : S P kontinu, aka enurut Lea.5(d) p Ne : N P kontinu. Lebih lanjut enurut Lea.5(e) p N : e N U juga kontinu. Dengan deikian terbukti h kontinu. Sekarang akan ditunjukkan h : U N kontinu. Misalkan M sebarang subhipunan buka di N. h kontinu jika ( h ) ( M) juga buka di U. Karena h erupakan peetaan satu-satu dan pada, aka ( h ) ( M) h( M). Akan ditunjukkan ( h ) ( M) h( M) buka di U dengan enunjukkan h( M ) adalah anggota dari topologi di U, h( M ) U. Menurut Definisi. { U X X } adalah topologi di U. Karena M U p erupakan subhipunan buka di N enurut Lea. M erupakan subhipunan buka di S. Berdasarkan Teorea p( M ) erupakan subhipunan buka di P sehingga P p( M ). Karena M N aka p( M) p( N ) U. Karena p( M) U p( M), diana p( M ) adalah eleen dari, aka p( M) P U. p( M) {{ x, x} x M} h( M ) sehingga h( M) U yang berarti h( M ) erupakan subhipunan buka di U. Jadi terbukti untuk Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

26 45 M subhipunan buka di N, ( h ) ( M) erupakan subhipunan buka di U, sehingga h p N : N U adalah peetaan kontinu. Terbukti e p Ne : N U adalah hoeoorfisa. Dengan cara serupa dapat ditunjukkan p a( Ne ) : a( N ) U adalah hoeoorfisa. Definisi Misalkan p : E B. Jika f adalah peetaan kontinu dari ruang X ke B, aka lifting dari f adalah peetaan f : X E sedeikian sehingga p f f. ~ f E p X f B Gabar 3.7 Gabar lifting dari fungsi f Contoh 3.. Misalkan p : R S dengan p( x) (cos x,sin x). Maka f ( s) s adalah lifting dari f : [,] S dengan f ( s) (cos s,sin s) karena p f f. Jika g : [,] S dengan g( s) (cos s, sin s) aka g ( s) s adalah lifting dari g( s) seperti terlihat pada Gabar 3.8. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

27 46 R R I S I S Gabar 3.8 Contoh lifting Penggunaan lifting dan fungsi covering adalah alat yang penting untuk epelajari grup fundaental. Definisi Misalkan p : E B fungsi covering diana p( e ) b. Misalkan f adalah lifting dari f dengan titik awal e. Fungsi : ( B, b ) p ( b ) ([ f ]) f () terdefinisi dengan baik dan disebut sebagai korespondensi lifting. Pada [] telah diberikan pebahasan dan pebuktian bahwa fungsi seperti pada Definisi akan bersifat pada jika E terhubung lintasan dan erupakan korespondensi satu-satu jika E terhubung sederhana, seperti yang dinyatakan dala Teorea di bawah ini. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

28 47 Teorea Misalkan p : E B adalah fungsi covering dengan p( e ) b. Jika E terhubung lintasan, aka korespondensi lifting : ( B, b ) p ( b ) bersifat pada. Jika E terhubung sederhana aka adalah korespondensi satu satu. Teorea ( P, ) y adalah grup berorder dua. Bukti. Misalkan p : S P adalah fungsi covering. Misalkan pula b P, aka terdapat e S sehingga p( e ) b. Karena S terhubung sederhana, aka : ( B, b ) p ( b ) satu-satu dan pada. Sehingga julah eleen ( B, b ) saa dengan julah eleen p ( b ), yaitu dua, karena p ( b ) = e dan e. Misalkan a { x, x}, x S dan b { y, y}, y S adalah sebarang anggota P, akan ditunjukkan terdapat lintasan antara a dan b. x dan y adalah anggota S yang terhubng lintasan. Misalkan f : I S diana f () x dan f () y adalah lintasan antara x dan y, definisikan fungsi h p f : I P dengan fungsi p seperti pada Definisi 3.3., karena p dan f kontinu aka h adalah fungsi kontinu dengan h() p( f ()) p( x ) { x, x} a dan h() p( f ()) p( y ) { y, y} b sehingga h adalah lintasan Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

29 48 pada P antara a dan b. Karena P terhubung lintasan aka sesuai Lea.8 grup fundaental P isoorfik pada setiap titik sehingga dapat dikatakan grup fundaental P berorder dua Grup Fundaental Pada Figure Eight Figure eight adalah gabungan dari dua lingkaran di potong di sebuah titik x seperti pada Gabar 3.9. R dengan titik x Gabar 3.9 Gabar figure eight Dala subbab ini akan ditunjukkan grup fundaental dari figure eight tidak bersifat abelian. Untuk enunjukkan hal tersebut, yang harus dibuktikan adalah [ a] [ b] [ b] [ a] untuk [ a ] dan [ b ] anggota grup fundaental figure eight. Berdasarkan operasi antar kelas hootopi, [ a] [ b] [ a b], dan [ b] [ a] [ b a]. Berdasarkan definisi dari kelas hootopi, [ a] [ b] [ b] [ a] jika ( a b ) dan ( b a ) tidak hootopik lintasan. Akan sulit untuk enunjukkan ( a b ) dan ( b a ) tidak hootopik lintasan dengan ebuktikan tidak terdapat hootopi lintasan antara keduanya, oleh karena itu akan digunakan cara lain untuk enunjukkan keduanya tidak hootopik lintasan dengan elibatkan lifting ilik kedua kelas tersebut. Teorea yang Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

30 49 dapat digunakan untuk kepentingan ini telah dibahas dan dibuktikan dala [], teorea tersebut akan diberikan dibawah ini. Teorea Misalkan p : C D diana p( c ) d adalah fungsi covering. Misalkan k dan l adalah dua lintasan pada D dari d ke d. Misalkan pula k dan l adalah lintasan pada C yang titik awalnya adalah c, yang secara berurutan adalah lifting dari k dan l. Jika k hootopik lintasan dengan l, aka k dan l akan epunyai titik akhir yang saa dan keduanya hootopik lintasan di C. Kontraposisi dari teorea diatas adalah jika k dan l tidak epunyai titik akhir yang saa atau tidak hootopik lintasan, aka hootopik lintasan. k dan l tidak Misalkan D adalah figure eight, perasalahan pada awal pebahasan adalah untuk ebuktikan terdapat [ a ] dan [ b ] pada D sehingga ( a b ) dan ( b a ) tidak hootopik lintasan. Berdasarkan kontraposisi diatas, langkah yang akan digunakan adalah enunjukkan terdapat hipunan C diana p : C D adalah fungsi covering dan selanjutnya enunjukkan bahwa ( a b ) dan ( b a ) eiliki lifting yang bertitik awal saa tetapi tidak epunyai titik akhir yang saa. Teorea dibawah akan eberi pebahasan untuk tujuan tersebut. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

31 5 Teorea Grup fundaental dari figure eight tidak abelian. Bukti.Misalkan D adalah figure eight yang terdiri dari lingkaran A dan B dengan titik potong di x seperti pada Gabar 3.. x A B Gabar 3. Gabar figure eight Misalkan C adalah subruang dari R yang terdiri dari interval ((,),(,)) di subu Y, interval ((,),(,)) di subu X, dan dua lingkaran kecil yang secara berurutan bersinggungan dengan subu Y di (,) dan bersinggungan dengan subu X di (,) seperti pada Gabar 3.. (,) (,) (,) Gabar 3. Gabar ruang C Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

32 5 Definisikan peetaan p : C D yang eetakan interval [(,),(,)] pada subu X ke lingkaran A, dan eetakan lingkaran yang enyinggung subu X ke lingkaran B seperti pada Gabar 3.. (,) x A B (,) (,) Gabar 3. Peetaan ruang C oleh p p juga eetakan interval [(,),(,)] pada subu Y ke lingkaran B, dan eetakan lingkaran yang enyinggung subu Y ke lingkaran A seperti pada Gabar 3.3. (,) x (,) (,) A B Gabar 3.3 Peetaan ruang C oleh p Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

33 5 Menurut [3], p adalah fungsi covering dari C ke D. Misalkan f adalah loop di x yang elewati A, dan g adalah loop di x yang elewati B, seperti pada Gabar 3.4. f g x A B Gabar 3.4 Gabar loop f dan g Akan ditunjukkan [ f ] [ g] [ g] [ f ] dengan enunjukkan [ f g] [ g f ]. f g adalah loop berbasis di x yang lintasannya diulai dari x, elewati lingkaran B dan lingkaran A dan berakhir di x. yang lintasannya elewati lingkaran A keudian lingkaran B. g f juga erupakan loop Misalkan k : I C adalah lintasan berawal dari titik (,) keudian elewati titik (,) lalu elewati lingkaran yang enyinggung subu X dan berhenti di titik (,) seperti pada Gabar 3.5. Karena p k ( f g) aka enurut Definisi k adalah lifting dari f g. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

34 53 (,) k (,) (,) Gabar 3.5 Gabar k Keudian isalkan l : I C adalah lintasan dari dari titik (,) keudian elewati titik (,) lalu elewati lingkaran yang enyinggung subu Y dan berhenti di titik (,) seperti pada Gabar 3.6. Karena p l ( g f ), aka l adalah lifting dari g f. (,) l (,) (,) Gabar 3.6 Gabar l k dan l secara berurutan adalah lifting dari ( f g ) dan ( g f ) dengan titik awal yang saa yaitu titik (,). Karena k dan l tidak punya titik ujung Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

35 54 yang saa aka berdasarkan kontraposisi dari Teorea 3.4. ( f g ) tidak hootopik dengan ( g f ), sehingga [ f g] [ g f ] sehingga [ f ] [ g] [ g] [ f ]. [ f ] dan [ g ] adalah kelas hootopi yang berbasis di titik x, grup fundaental figure eight yang berbasis di x tidak abelian, kerena figure eight adalah ruang topologi yang terhubung lintasan, dengan deikian grup fundaental yang berbasis di setiap titik pada figure eight tidak abelian, sehingga dapat disipulkan grup fundaental figure eight tidak abelian. Pada proses pebuktian diatas dapat disipulkan grup fundaental figure eight yang berbasis di x setidaknya eiliki dua anggota yaitu [ f g] dan [ g f ], akibatnya grup fundaental yang berbasis di titik-titik yang lain juga setidaknya eiliki dua anggota, sehingga dapat dikatakan figure eight tidak terhubung sederhana karena grup fundaentalnya tidak trivial. Penggunaan grup fundaental..., Lia Hendri Lukita, FMIPA UI, 8

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8. BAB III BAHASAN KONSTRUKSI GF( ) Untuk engonstruksi GF( ) dala penelitian ini dapat dilakukan dengan engacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 28 Karena adalah bilangan pria, aka berdasarkan

Lebih terperinci

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga Departent of Matheatics FMIPA UNS Lecture 3: Relation C A. Universal, Epty, and Equality Relations Diberikan sebarang hipunan A. Maka A A dan erupakan subset dari A A dan berturut-turut disebut relasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph ) 1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk encaai tujuan enelitian, dierlukan beberaa engertian dan teori yang relevan dengan ebahasan. Dala bab ini akan diberikan beberaa teori berua definisi, teorea, auun lea yang

Lebih terperinci

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012

Pertemuan ke-3 Persamaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 27 September 2012 Perteuan ke-3 Persaaan Non-Linier: Metode ½ Interval (Bisection) 7 Septeber 01 Analisa Terapan Terapan:: Metode Nuerik Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Bisection Dasar Teorea: Suatu persaaan ()0, diana

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu itu

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT

ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzzy Number Max-Plus Algebra) INTISARI ABSTRACT M. And Rhudito, dkk., Aljabar Max-Plus Bilangan Kabur ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN KABUR (Fuzz Nuber Max-Plus Algebra) M. And Rudhito, Sri Wahuni 2, Ari Suparwanto 2 dan F. Susilo 3 Jurusan Pendidikan Mateatika

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari BAB II TEORI DASAR Pada skripsi ini, akan dipelajari perbedaan sifat grup fundamental yang dimiliki beberapa ruang topologi, yaitu 2 S, torus, 2 P dan figure eight. Ruang topologi adalah suatu himpunan

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil Prosiding SI MaNIs (Seinar Nasional Integrasi Mateatika dan Nilai Islai) Vol.1, No.1, Juli 017, Hal. 1-5 p-issn: 580-4596; e-issn: 580-460X Halaan 1 Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 BB XI. LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) = 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2 BB XI. LINGKRN (x- x ) (x- x ) + (y- y ) (y- y ) 0 Contoh soal: Pengertian : Lingkaran adalah tepat kedudukan titik-titik yang berjarak konstan/saa terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME Moh. Affaf 1, Zaiful Ulu 1, STKIP PGRI Bangkalan, ohaffaf@stkippgri-bkl.ac.id, zaifululu@stkippgri-bkl.ac.id

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Graf Graf G= (V G,E G ) adalah suatu siste yang terdiri dari hipunan berhingga tak kosong V G dari objek yang dinaakan titik (ertex) dan hipunan E G, pasangan tak berurut dari

Lebih terperinci

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant Siste Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant A 11 M. Andy udhito Progra Studi Pendidikan Mateatika FKIP Universitas Sanata Dhara Paingan Maguwoharjo Yogyakarta eail: arudhito@yahoo.co.id Abstrak elah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M

KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 m ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M KONSTRUKSI ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK I L H A M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN Yuiati (yui@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRACT The Sith noral for and left good atrix have been known in atrix theore. Any atrix over the principal

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 3 No.6 Tahun 2017 ISSN MATHunesa Jurnal Iliah Mateatika Volue 3 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 SIFAT-SIFAT TURUNAN MUTLAK FUNGSI PADA RUANG METRIK Wicitra Diah Kusua (S1 Mateatika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala,

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan

Bilangan Kromatik Lokasi n Amalgamasi Bintang yang dihubungkan oleh suatu Lintasan Jurnal Mateatika Integratif. Vol. 13, No. 2 (2017), pp. 115 121. p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/ji.v13.n2.11891.151-121 Bilangan Kroatik Lokasi n Aalgaasi Bintang yang dihubungkan oleh

Lebih terperinci

METODE METODE PENGUJIAN UNTUK HIPOTESIS BERGANDA INTAN PERMATA SARI

METODE METODE PENGUJIAN UNTUK HIPOTESIS BERGANDA INTAN PERMATA SARI METODE METODE PENGUJIAN UNTUK HIPOTESIS BERGANDA INTAN PERMATA SARI 341293 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN MATEMATIKA DEPOK 29 METODE METODE PENGUJIAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

J M A. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. Journal of Mathematics and Its Applications. Volume 7, No. 1 Juli 2008 ISSN : X

J M A. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. Journal of Mathematics and Its Applications. Volume 7, No. 1 Juli 2008 ISSN : X DEPARTEMEN MATEMATIKA F MIPA - INSTITUT PERTANIAN BOGOR ISSN : 1412-677X Journal of Matheatics and Its Applications J M A Jurnal Mateatika dan Aplikasinya Volue 7, No. 1 Juli 28 Alaat Redaksi : Departeen

Lebih terperinci

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT

FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA ABSTRACT FAMILI BARU DARI METODE ITERASI ORDE TIGA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN AKAR GANDA Elvi Syahriah 1, Khozin Mu taar 2 1,2 Progra Studi S1 Mateatika Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T.

By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * By. Risa Farrid Christianti, S.T.,M.T. * Fasor tegangan dan arus pada resistor Perhatikan Gabar 1 dibawah ini Gabar 1.a. Dala daerah waktu Gabar 1.b. Dala daerah frekuensi Kita ulai dari persaaan daerah

Lebih terperinci

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT

METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA ABSTRACT METODE ITERASI TIGA LANGKAH DENGAN ORDE KONVERGENSI LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR BERAKAR GANDA Zuhnia Lega 1, Agusni, Supriadi Putra 1 Mahasiswa Progra Studi S1 Mateatika Laboratoriu Mateatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah

Lebih terperinci

TITIK DAN SISI PENUTUP MINIMAL PADA GRAF BINTANG

TITIK DAN SISI PENUTUP MINIMAL PADA GRAF BINTANG TITIK DAN SISI PENUTUP MINIMAL PADA GRAF BINTANG DAN GRAF RODA Nurul Hijriyah ) dan Wahyu H. Irawan ) ) Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Mateatika Universitas Brawijaya Malang ) Jurusan Mateatika UIN Maulana

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN

2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN Bulletin of Matheatics Vol. 03 No. 0 (20) pp. 39 48. 2-EKSPONEN DIGRAPH DWIWARNA ASIMETRIK DENGAN DUA CYCLE YANG BERSINGGUNGAN Mardiningsih Saib Suwilo dan Indra Syahputra Abstract. Let D asyetric two-coloured-digraph

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMER ELJR PENUNJNG PLPG 06 MT PELJRN/PKET KEHLIN FISIK VIII MOMENTUM DN IMPULS Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIN PENDIDIKN DN KEUDYN DIREKTORT JENDERL GURU DN TENG KEPENDIDIKN 06 .8 Materi Pokok: Moentu

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK 2-LEVEL. Model hirarki 2-level merupakan model statistik yang digunakan untuk

BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK 2-LEVEL. Model hirarki 2-level merupakan model statistik yang digunakan untuk BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK -LEVEL Model hirarki -level erupakan odel statistik ang digunakan untuk enganalisis data ang bersarang, atau data ang epunai struktur hirarki -level.

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Seinar Nasional - IX Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Kapus ITENAS - Bandung, 9-10 Noveber 2010 PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan esin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

TEOREMA ELIMINASI CUT PADA SISTEM LOGIKA FL gc DAN FL w,gc

TEOREMA ELIMINASI CUT PADA SISTEM LOGIKA FL gc DAN FL w,gc Jurnal Mateatika Vol 0 No Agustus 007:39-4 ISSN: 40-858 TEOREMA ELIMINASI CUT PAA SISTEM LOGIKA FL gc AN FL wgc Bayu Surarso Jurusan Mateatika FMIPA UNIP Jl Prof H Soedarto SH Tebalang Searang 5075 Abstract

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA J. J. Siang BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA Intisari Dala tulisan ini dipaparkan engenai sejarah peneuan bilangan pria, pengujian bilangan pria besar, serta salah satu aplikasinya dala kriptografi

Lebih terperinci

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014 MATHunesa (Volue 3 No 3) 014 KODE SSRS (SUBSPACE SUBCODES OF REED-SOLOMON) Afifatus Sholihah Jurusan Mateatika Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Surabaya e-ail: afif165@yail.co

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SBMPTN/SNMPTN 2008 Soal-Soal dan Pebahasan Mateatika IPA SBMPTN/SNMPTN 008. Diketahui fungsi-fungsi f dan g dengan f(x) g(x) x - x untuk setiap bilangan real x. Jika g(), f ' () f(), dan g ' () f(), aka g ' () A. C. 0 E.

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNARI BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNARI BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME Jurnal Inforatika dan Koputer (JIKO) Volue, Noor, Septeber 017 KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNARI BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME Moh. Affaf 1), Zaiful Ulu Kedua ) 1,

Lebih terperinci

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE (R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE Giat Sudrajat Saruda, 2 Septiadi Padadisastra, 3 I Gede Nyoan Mindra Jaya Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

ISBN:

ISBN: POSIDING SEMINA NASIONAL P e n e l i t i a n, P e n d i d i k a n, d a n P e n e r a p a n M I P A Tanggal 18 Mei 2013, FMIPA UNIVESITAS NEGEI YOGYAKATA ISBN: 978 979-96880 7-1 Bidang: Mateatika dan Pendidikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA

USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA USAHA DAN ENERGI DALAM ELEKTROSTATIKA Usaha untuk Meindahkan Muatan Usaha adalah kerja yang dilakukan oleh gaya F untuk eindahkan uatan dari satu tepat ke tepat lainnya. = (1) Jika kita hendak eindahkan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci