UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 1: Kelistrikan (Minggu ke 1 dan 2)"

Transkripsi

1 UNIVRSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja 1: Kelistikan (Minggu ke 1 dan 2) FISIKA DASAR II Semeste 2/3 sks/mff 1012 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan 2013 Novembe 2013

2 BAB 1: KLISTRIKAN 1. Kelistikan Dan Sumbenya. 1.1 Pembawa muatan: elekton dan poton. Thales dai Milete ( SM) seoang pemiki Yunani yang hidup pada masa kuang lebih 600 SM telah menyebut gejala amba (yang dalam bahasa Yunani disebut elekton dan ditulis ). Dikatakan bahwa, amba apabila digosok dengan bulu atau kain wol tenyata dapat menaik benda-benda ingan sepeti bulu ayam, sobekan ketas dan lainnya. Gejala sepeti ini kemudian disebut sebagai gejala kelistikan. Pada masa sesudahnya mulai ditemukan gejala-gejala seupa yang dapat ditemukan pada bahan-bahan lain. Penemuan yang paling penting dalam bidang ini mungkin adalah yang disampaikan oleh Si Chales Fancois de Cisteney du Fay. Pada tahun 1734, dalam suatnya untuk penguasa Richmond dan Lenox. Dalam suatnya tesebut dia menyimpulkan bahwa tedapat dua gejala kelistikan yang sangat bebeda. Yang petama adalah gejala kelistikan yang ditemukan ketika menggosok amba, suta, ketas, benang dan lainnya yang kemudian disebut sebagai kelistikan amba, dan yang kedua adalah gejala kelistikan yang ditemukan ketika menggosok gelas, batu kistal, wol, bulu binatang dan bebeapa batu behaga. Gejala kelistikan yang kedua tesebut kemudian disebut dengan kelistikan kaca. Benda yang mempunyai kelistikan yang sama akan saling menolak saat didekatkan. Sebaliknya, jika kelistikannya bebeda akan saling menaik. Batu amba yang digosok akan menolak suta yang digosok, tetapi justu akan menaik batu kistal yang telah digosok. Dewasa ini, istilah kelistikan amba dan kaca tesebut tidak lagi dipakai, kita menggantikan istilah kelistikan tesebut dengan kelistikan negatif dan positif. Pelopo istilah ini adalah Benjamin Fanklin ( ). Apa sebenanya yang menyebabkan timbulnya gejala kelistikan yang bebeda di atas? Petanyaan tesebut bau dapat tejawab pada abad kesembilanbelas kala J.J Thomson menemukan bekas sina katoda (elekton) seta gagasan Ruthefod dan Boh tentang stuktu atom (silahkan baca bab tentang teoi atom pada bab-bab selanjutnya). lekton adalah patikel yang membawa sifat listik negatif sehingga dikatakan sebagai pembawa muatan negatif. Sedangkan yang membawa sifat listik positif atau disebut pembawa muatan positif adalah patikel lain yang disebut poton. Poton (p) dan elekton (e) mempunyai besa muatan yang sama tetapi bebeda tandanya. Kaena atom bemuatan netal (tidak positif ataupun negatif), maka jelaslah bahwa banyaknya elekton dan poton dalam atom adalah sama. Dalam model atom yang diusulkan oleh Boh, sejumlah poton dan patikel netal yang lain (disebut neuton (n)) bekumpul dan membentuk inti atom. Sedangkan elekton yang becacah sama dengan poton dalam inti atom akan teus begeak di sekeliling inti atom dengan lintasan geak yang mematuhi hukum-hukum tetentu. Untuk lebih jelasnya pehatikanlah gamba 1.2 di bawah. Bagaimana atom dapat mempunyai muatan?. Hal ini mudah saja dijawab. Atom akan mempunyai muatan negatif jika mendapatkan tambahan elekton. Sedangkan saat elekton dalam atom diambil, tentu saja muatan poton menjadi lebih dominan sehingga atom menjadi bemuatan positif (lihat gamba 1.3 dan gamba 1.4). Akhinya tejawab sudah gejala kelistikan yang dialami benda-benda di atas. Benda dapat mempunyai gejala listik negatif jika atom-atom benda tesebut mendapatkan tambahan

3 elekton, dan sebaliknya akan bemuatan positif, jika atom-atom benda tesebut diambil elektonnya. Sebagai pembawa muatan listik, tentu saja elekton dengan elekton akan betolakan jika saling didekatkan, begitu juga poton dengan poton. Tetapi sebaliknya anta poton dan elekton dapat saling taik-menaik. Hal ini tetap belaku di manapun tempatnya, meskipun itu di dalam atom sekalipun. Bagaimana jika sejumlah elekton ditambahkan pada benda, apakah yang akan tejadi?. Bena, kaena kumpulan elekton tesebut saling tolak-menolak, maka ketika diletakkan dalam suatu bahan elekton tesebut akan memposisikan dii di dalam bahan tesebut sehingga tolakan yang tejadi di antaa meeka sendii dapat diasakan minimal. Jika dilihat sampai stuktu atom, elekton-elekton tesebut hanya dapat diteima oleh atom pada lintasan telua untuk mengelilingi inti atom. Lintasan-lintasan geak elekton mengelilingi inti tesebut biasa disebut sebagai kulit atom, sehingga lintasan elekton telua tesebut disebut juga kulit telua sedangkan elekton-elekton yang beada di kulit telua tesebut biasa disebut sebagai elekton valensi. Setiap kulit atom hanya dapat ditempati oleh elekton dalam dalam cacah tetentu saja. Selain pada kulit telua, banyaknya elekton pada setiap kulit tidak boleh kuang. p e n Gamba 1.1: Model atom Boh. Atom tesusun atas inti atom (yang beisikan poton (p) dan neuton (n)) seta elekton (e) yang mengelilinginya. Kaena jumlah poton dan neuton sama banyaknya, sedangkan meeka mempunyai muatan yang bebeda tetapi belawanan, maka atom besifat netal, tidak bemuatan. e Tedapat benda-benda yang mengijinkan muatan untuk begeak bebas di dalamnya. Benda semisal ini disebut kondukto. Logam-logaman adalah contohnya. Dalam kondukto, muatan yang ditambahkan akan begeak ke kulit kondukto untuk meminimalisi gaya tolak yang bekeja antaa muatan tesebut. Ada juga bahan yang menyebabkan muatan agak sulit begeak didalamnya. Oleh kaena itu dalam benda sepeti ini, muatan dapat tesusun meata tanpa haus naik hingga kekulit bahan. Bahan teakhi ini disebut sebagai isolato. Sifat isolato yang menyebabkan muatan sulit begeak inilah yang menyebabkan bahan-bahan isolato dipakai untuk menyekat muatan. Inilah asal nama isolato beasal (dalam bahasa indonesia beati penyekat ). 1.2 Sifat-sifat istimewa muatan. Sebagai unsu pembawa muatan, tenyata besanya muatan elekton dan poton behingga besanya. Yaitu, e = 1, C. ( 1. 1)

4 Ini adalah besa muatan poton seta elekton. Tatapi poton dibeikan tanda positif dan elekton dibeikan tanda negatif. Satuan muatan adalah C, singkatan dai Coulomb, sebagai penghomatan atas Chales Coulomb sang penemu hukum inteaksi anta muatan. Kaena poton dan elekton adalah unsu pembawa muatan, maka setiap muatan positif suatu benda dapat dinyatakan sebagai kelipatan bilangan bulat dai muatan poton. Begitu pula muatan negatif, akan selalu meupakan kelipatan bilangan bulat dai muatan elekton. Sifat inilah yang disebut sebagai sifat kuantisasi muatan. Atinya, muatan apapun mesti meupakan kelipatan bulat suatu muatan tetentu. Pada saat anda menggosok tongkat gelas dengan kain suta, muatan positif timbul pada kaca yang diimbangi pula oleh timbulnya muatan negatif pada suta yang digunakan untuk menggosok. Pengukuan menunjukkan besanya muatan antaa keduanya sama besa tetapi bebeda tanda. Ini beati poses penggosokan itu sendii bukanlah upaya untuk menciptakan muatan, tetapi lebih pada memindahkan muatan dai gelas ke kain suta. Ini menunjukkan muatan di manapun adanya tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Yang ada hanyalah pepindahan muatan. Inilah asas yang disebut asas kelestaian muatan (consevation of chage). Bagaimanapun suatu eaksi pepindahan muatan tejadi, besanya muatan di tempat tesebut selalu tetap. Juga dengan kecepatan geak sebeapapun besanya besanya muatan suatu benda selalu tetap. Asas teakhi ini disebut sebagai asas invaiansi muatan. lekton yang begeak pelan ataupun yang begeak sampai mendekati kecepatan cahaya sekalipun, akan tetap mempunyai muatan sebesa e = 1, C. 2. Gaya Dan Medan Listik Statis. 2.1 Gaya Listik (Gaya Coulomb). Chales Augustin Coulomb ( ) pada tahun 1785 dengan neaca puntian telah behasil melakukan pengamatan kualitatif tehadap gaya antaa muatan-muatan listik dan mengemukakan hukum tentang hubungan antaa gaya taik atau gaya tolak dua muatan dengan besa muatan ( q )dan jaak kedua muatan itu ( ). Hukum itu dikenal dengan hukum Coulomb yang menyatakan bahwa besa gaya taik atau gaya tolak antaa dua benda titik bemuatan listik bebanding luus dengan hasil kali kedua muatan itu dan bebanding tebalik dengan kuadat jaak antaa kedua muatan tesebut. Sehingga gaya taik atau gaya tolak dapat diumuskan sebagai q1 q2 F k. ( 1. 2) 2 Dengan F adalah besanya gaya Coulomb (newton), k = konstantanta Coulomb yang dalam SI dinyatakan sebesa k = 1 4 = 8, Nm 2 /C 2. 0 Sedangkan 1 q dan 2 q menyatakan muatan-muatan titik yang saling beinteaksi. Tetapan 0 disebut pemitivitas uang hampa yang mempunyai nilai 0 = 8, C 2 /Nm 2. Aah gaya yang dialami oleh masing-masing muatan sama besanya tetapi belawanan aah. Aah gaya listik tesebut seaah dengan vekto posisi yang memisahkan oleh kedua muatan. Jika

5 jaak kedua muatan dinyatakan dalam vekto posisinya, yaitu, dengan menyatakan vekto satuan ke aah tesebut dan menyatakan besanya vekto posisi atau menyatakan juga jaak antaa kedua muatan, maka besanya gaya listik yang diasakan oleh muatan petama kaena kehadian muatan kedua (F 12) apabila dinyatakan dalam notasi vekto adalah q1 q2 F 12 k ˆ ( 1. 3) 2 kaena besanya gaya yang dialami oleh muatan kedua (F 21) sama besanya dengan besanya gaya yang dialami muatan petama (F 12) dan hanya belawanan aah, maka dapat kita nyatakan ˆ F 21 = F 12 q1 q2 k ˆ ( 1. 4) 2 Sebagai catatan, benda titik bemuatan selanjutnya disebut muatan titik. 2.2 Medan Listik Sepeti ketika kita memahami gavitasi, petanyaan-petanyaan jenaka beikut ini bisa timbul lagi di benak kita : Bagaimanakah benda petama pada Contoh 1 di atas bisa mengetahui kebeadaan benda kedua dan sekaligus juga bagaimanakah benda ketiga mengetahui kebeadaan benda kedua, sehingga gaya taik ataupun gaya tolak yang dilakukan oleh benda ketiga dan kedua beubah ketika kedudukan (konstelasi) benda-benda bemuatan itu beubah. Bila benda kedua dibawa lebih dekat ke benda petama maka besa gaya yang dilakukan oleh benda petama pada benda kedua semakin membesa dan gaya yang dilakukan oleh benda ketiga pada benda kedua melemah. Bagaimana pula benda petama bisa mengetahui bahwa benda kedua betambah dekat dan benda ketiga mengetahui bahwa benda kedua betambah jauh sehingga benda petama haus menambah kuat taikannya dan benda ketiga menguangi taikannnya? Apakah hal ini (betambah atau bekuannya besa gaya listik oleh benda petama) tejadi tepat sesaat setelah benda kedua begese tempat? Lalu bagaimana caanya sebuah benda bemuatan mengetahui bahwa benda yang beada didekatnya itu memiliki muatan yang sejenis dengan yang ia miliki sehingga ia haus melakukan gaya tolak. Dan bagaimanakah caa benda itu mengetahui bahwa benda bemuatan yang ada di dekatnya memiliki muatan tak sejenis dengan yang ia miliki sehingga ia haus melakukan gaya taik? Jawaban atas petanyaan-petanyaan itu sama dengan jawaban pada kasus gavitasi : sebuah muatan titik akan mempengauhi uang di sekitanya. Hal ini dapat kita lihat bagaimana gaya inteaksi antaa sebuah muatan titik Q dengan sebuah muatan uji q. Muatan uji mula-mula beada pada jaak yang cukup dekat dai Q. Kemudian kita jauhkan muatan q itu dai muatan Q hingga suatu ketika tidak telihat lagi inteaksi antaa keduanya. Pengauh yang dibeikan oleh suatu benda bemuatan pada uangan di sekitanya sehingga muatanmuatan lain measakan gaya inteaksi dai/dengan benda bemuatan itu dinamakan medan listik. Sebeapa besanya pengauh yang dibeikan oleh suatu benda bemuatan kita ciikan dengan sebuah besaan vekto yang disebut kuat medan listik. Kuat medan listik tegantung pada posisi dalam uang. Kuat medan listik di suatu tempat didefinisikan sebagai gaya yang dialami oleh sebuah muatan uji positif yang besanya satu satuan di tempat itu. Medan listik di suatu tempat dengan vekto posisi disimbolkan dengan (). Oleh kaena itu,

6 () = F() q, ( 1. 5) dengan F() gaya yang di alami oleh muatan uji di titik dengan vekto posisi. Kuat medan listik dibei satuan N/C. Sekaang, beapakah medan listik di suatu titik dengan vekto posisi yang ditimbulkan oleh suatu muatan titik sebesa Q yang kita letakkan pada pangkal koodinat? Bila muatan uji yang kita pakai senilai q, maka gaya listik yang dialami oleh muatan q di titik adalah FqQ() = [kqq/ 2 ] ˆ. Medan listik di titik itu bedasakan pesamaan ( 1. 5) dibeikan oleh Kaena ˆ = /, maka () = FqQ()/q = [kq/ 2 ] ˆ. () = k Q 3. ( 1. 6) Jadi, () seaah dengan bila Q positif dan belawanan dengan bila Q negatif. Mengingat kuat medan listik meupakan besaan vekto yang tegantung pada posisi, maka baik besa maupun aah kuat medan listik tentu beubah-ubah tegantung posisi. Untuk memudahkan, Michael Faaday menggambakan aah dan besa medan listik ini dalam bentuk gais-gais beaah yang disebut sebagai gais-gais gaya. Jumlah gais gaya pesatuan luas (apat gais gaya) di suatu tempat menggambakan besa kuat medan listik di tempat itu. Sedang aah gais menunjukkan aah vekto kuat medan listik di tempat itu. Gaisgais gaya tidak penah bepotongan. Gais-gais gaya selalu kelua menjauh dai muatan positif dan menuju ke muatan negatif (lihat Gamba 1. 2). Kaena antaa dua muatan sejenis saling tolak-menolak, maka gais gaya meeka tidak Gamba 1.2 dapat saling betemu. Sebaliknya, muatan positif dan negatif dapat saling mempetemukan gaisgais gaya. Sekaang pehatikan gais-gais gaya untuk inteaksi dua muatan betanda sama pada gamba Anda dapat melihat, gais-gais gaya meeka tidak saling betemu. Anda tentu betanya, bagaimana halnya dengan daeah tempat gais-gais gaya yang tidak ditemukan? Ini beati bahwa di situ medan listik kedua muatan itu sama besanya. Sehingga daeah tanpa gais-gais gaya tesebut meupakan tempat aman bagi muatan uji. Jika yang beinteaksi adalah dua muatan yang bebeda tanda, gais-gais gaya meeka dapat saling betemu dan membentuk lintasan tetutup. Ini menunjukkan tidak adanya daeah aman bagi muatan uji. Dimanapun beada, dia akan tetaik pada muatan yang bebeda tanda dengannya. Sekaang diandaikan tedapat bebeapa muatan titik q, q, 1 2.., qn yang teseba di bebeapa tempat. Suatu titik P akan memiliki vekto posisi yang bebeda-beda bila diuku dai masingmasing muatan titik itu. Titik P dimisalkan memiliki vekto posisi 1 bila diuku dai q 1, 2 bila diuku dai q 2, 3 bila diuku dai q3, dan seteusnya. Masing-masing muatan itu tentunya

7 akan menghasilkan kuat medan di titik P. Kuat medan yang dihasilkan di titik P oleh muatan nomo i, dibeikan oleh i = k Di titik P, kuat medan listik total meupakan jumlahan vekto dai medan listik yang ditimbulkan oleh masing-masing muatan tesebut. Jadi, i 3 i q i. P = n. ( 1. 7) Tentu saja, sebagai vekto jumlahan di atas mematuhi tata caa penjumlahan vekto. Dan untuk menentukan kuat medan listiknya adalah dengan mencai besanya vekto medan listik tesebut. 2.3 Hukum Gauss: Distibusi muatan sembaang. Yang kita tinjau sejauh ini dalam bebagai contoh adalah muatan-muatan titik atau muatan titik yang teseba pada bebagai tempat secaa disket. Jika muatan-muatan yang kita tinjau teseba pada benda besa (benda yang tidak dapat dianggap sebagai titik), apakah peumusan kuat medan listiknya sama saja?. Tentu saja tidak. Ada sedikit peubahan bekaitan dengan sifat benda bemuatan itut. Jika saja muatan ditambahkan pada benda-benda besa sepeti itu, maka muatan-muatan tesebut akan disebakan Gamba 1.3 Gais-gais gaya antaa muatan sejenis tidak dapat saling betemu. Sedangkan anta muatan yang bebeda dapat saling dengan atuan tetentu dalam benda dan tidak lagi dapat dikatakan sebagai sebaan disket bebeapa muatan titik. Sebaan muatan dalam benda besa ini disebut sebaan atau distibusi kontinyu. Dalam hal ini ada besaan yag cukup penting yang menggambakan sebaan muatan itu. Besaan ini disebut apat muatan. Bila sebaan muatan dalam suatu benda tidak tegantung posisi dalam benda itu, maka sebaan semacam ini disebut sebaan seagam atau sebaan homogen. Dalam sebaan seagam apat muatan meupakan suatu tetapan. Pada pinsipnya, muatan-muatan yang ditambahkan dalam benda tesebut akan diatu menuut fungsi tetentu dalam benda dan dengan keapatan yang bebeda-beda di setiap tempat. Untuk lebih mudahnya, kita akan membatasi dii pada distibusi yang seagam saja. Jika muatan yang dibeikan pada benda senilai Q dan muatan itu teseba meata pada benda, maka dapat kita difinisikan apat muatan seagam (homogen) pada benda itu sebagai beikut. a. Jika benda itu mempunyai volume V, maka kita definisikan apat muatan volume sebagai Q. ( 1. 8) V b. Jika benda meupakan luasan dengan luas A, kita difinisikan apat muatan luasan sebagai

8 Q A c. Jika benda meupakan benda memanjang dengan panjang muatan linie, sebagai Q L L ( 1. 9), kita definisikan apat. ( 1. 10) Apa makna apat muatan-apat muatan di atas?. Mai kita lihat. Pada apat muatan luasan yang seagam, misalnya, pesamaan = Q/A menunjukkan bahwa muatan Q yang dibeikan pada suatu luasan A dibagikan secaa meata pada seluuh luasan tesebut. Penggunaan ketiga apat muatan di atas disesuaikan dengan kasus yang dihadapi. Untuk menentukan medan listik yang diakibatkan distibusi kontinyu, kita memelukan tehnik integasi yang cukup umit. Ada baiknya anda menengok teknik ini dalam A A Gamba 1.4 Gamba 1.5 buku-buku pustaka yang disebutkan di akhi bab ini. Tetapi, walaupun tebatas, pehitungan medan listik di sekita sebaan kontinyu cukup tebantu oleh adanya hukum Gauss yang akan kita jelaskan di bawah ini. Pehatikanlah gais-gais gaya yang muncul dai muatan titik pada gamba di samping. Anda dapat melihat, makin jauh dai muatan titik, makin enggang pula gais-gais gayanya yang beati makin lemah pula medan listik yang diasakan. Jika kemudian kita beikan selemba bidang dengan luas A untuk ditembus oleh gais-gais gaya tesebut, tentu saja makin dekat bidang itu ke muatan makin banyak gais gaya yang dapat menembus bidang tesebut. Oientasi bidang itu sendii juga bepengauh tehadap banyaknya gais-gaya yang menembusnya. Makin tegak bidang tesebut, makin banyak gais gaya yang akan menembusnya. Tepatnya, jika banyaknya gais gaya yang menembus bidang A tesebut dilambangkan dengan dan menyebutnya dengan fluks listik, maka dapat dipeoleh hubungan A cos A, ( 1.11) dengan menyatakan sudut yang dibentuk oleh medan listik dan vekto luasan A, yakni vekto yang besanya A dan tegak luus tehadap luasan. Seandainya kita membuat suatu pemukaan tetutup yang melingkupi seluuh muatan, maka seluuh gais gaya yang kelua dai muatan itu tidak ada yang tidak menembus pemukaan tetutup itu, bukan? Kaena

9 banyaknya gais gaya sebanding dengan besanya muatan yang mengeluakannya, maka fluks listik melalui pemukaan tetutup yang melingkupi benda bemuatan sebanding dengan banyaknya muatan listik yang dilingkupinya. Penyataan ini meupakan akibat hukum Coulomb yang dapat ditunjukkan melalui hitung vekto. Dalam elektosatika, penyataan di atas umumnya disebut sebagai hukum Gauss yang ditemukan oleh seoang matematikawan Jeman benama Kal Fiedich Gauss ( ). Dan pemukaan tetutup itu disebut pemukaan Gauss. Secaa matematik hukum Gauss dapat diungkapkan sebagai q A A cos, ( 1.12) 0 dengan menyatakan muatan yang dilingkupi secaa sempuna oleh pemukaan A. Sekali lagi, sudut yang menyatakan sudut antaa vekto medan listik dan pemukaan A. Untuk kemudahan pehitungan, pemukaan atau luasan tetutup selalu dipilih sedemikian upa sehingga cos = 1. Konsekuensi dai penyedehanaan ini adalah, aga pemukaan A yang melingkupi muatan dibuat mengikuti simeti muatan tesebut. Meskipun analisa yang kita buat menggunakan contoh muatan titik, tetapi dapat dibuktikan bahwa pesamaan (1.12) di atas dapat belaku baik untuk sembaang distibusi muatan; baik distibusi muatan titik ataupun distibusi muatan kontinyu. Aga pehitungannya menjadi mudah, sangat dianjukan untuk membuat pemukaan uji seluas A diatas aga mengikuti bentuk simeti benda. Untuk lebih jelasnya pehatikan contoh-contoh beikut. q A Pemukaan Gauss A Gamba 1.6 L Ditinjau seutas kawat yang sangat panjang. Kawat tesebut dimuati sehingga memiliki muatan yang teseba meata sepanjang kawat dengan apat muatan linie. Tentukan kuat medan listik di suatu titik yang bejaak a dai kawat tesebut! Jawab: Kita akan menggunakan hukum Gauss. Tetapi bagaimana caa memilih pemukaan Gauss? Anda dapat membuktikan sendii (sebagai latihan) bahwa komponen-komponen vekto medan listik yang sejaja kawat saling menghapus. Yang tesisa adalah komponen-komponen vekto medan yang tegak luus pada panjang kawat (adial). Jadi, aah medan listik adalah adial. Oleh kaena kawat kita memiliki simeti silinde dan kuat medan listik tidak tegantung pada posisi memanjang kawat itu, maka cukup beasalan bila kita simpulkan bahwa medan listik yang ditimbulkan oleh kawat bemuatan semacam itu juga memiliki simeti

10 silinde, atinya medan listik di suatu titik semata-mata hanya tegantung pada jaak titik yang diamati itu dai kawat. Jadi, titik-titik yang beada pada pemukaan suatu silinde yang bepusatkan kawat kita itu akan memiliki kuat medan listik yang sama besanya. Jadi, sebagai pemukaan Gauss kita pilih sebuah pemukaan tetutup yang bebentuk silinde bejai-jai a dan menutupi sebagian kawat sepanjang L (gamba 1.6). Selanjutnya kita pelu menghitung fluks listik. Pemukaan Gauss yang kita pilih tesusun atas tiga bagian : dua bagian tutup dan satu bagian selubung. Dua tutup yang dimaksud adalah tutup depan dan tutup belakang. Bagian ini tidak mempunyai saham apapun pada fluks total kaena pada bagian ini aah medan tegak luus pada aah vekto luasan. Atinya, poduk skalanya nol. Pada bagian selubung, vekto luasan selalu beaah adial kelua meninggalkan pusat silinde (kawat). Pada pemukaan selubung silinde ini, aah vekto kuat medan sejaja pada vekto luasan : seaah bila muatan kawat positif dan belawanan aah bila muatan kawat negatif.. Tetapi, kita bisa menuliskan kuat medan itu sebagai, nilainya akan menentukan aahnya kemudian. Kaena kuat medan listik besifat konstan pada pemukaan selubung silinde maka, sumbangan fluks bagian ini adalah luas selubung = 2aL. Nilai fluks ini adalah fluks total medan listik yang menmbus pemukaan Gauss yang telah kita pilih. Oleh kaena itu, bedasakan hukum Gauss 2aL = muatan yang diselubungi oleh pemukaan Gauss = L/0 Dai pesamaan teakhi ini didapat = 2 0 a = 2k. ( 1.13) a Contoh beikutnya, ditinjau sebuah bola kondukto bejai-jai a dibei muatan listik sebesa Q sehingga menyeba di pemukaannya secaa meata. Tentukan besanya medan listik baik Pemukaan Gauss a a (a) Gamba 1.7 (b) di dalam maupun di lua bola

11 Jawab: Sepeti yang telah dijelaskan di awal bab, muatan-muatan yang dibeikan pada kondukto akan ditempatkan dikulit kondukto tesebut. Oleh kaena itu, meskipun mempunyai volume, kondukto hanya mempunyai distibusi muatan luas. Dalam kasus ini, jika besanya muatan yang dibeikan adalah Q, maka apat muatan pemukaan dihitung menuut Q Q. 2 luas pemukaan bola 4 a Bola adalah bentuk geometis yang paling simetis. Penceminan tehadap sembaang bidang yang melalui pusatnya menghasilkan bola itu kembali. Pemutaan sejauh sudut beapapun dan memutai sumbu manapun yang melalui titik pusatnya selalu membawa kembali ke bola itu. Oleh kaena itu, bila sebuah bola kondukto memiliki muatan yang teseba meata pada pemukaanya, maka kuat medan listik pada titik yang jaaknya dai pusat bola tidak tegantung pada aah, melainkan semata-mata haya tegantung pada jaak dai pusat bola kondukto itu. Jadi, kuat medan listik pada titik-titik yang jaaknya sama dai pusat bola kondukto, yakni titik-titik yang teletak pada pemukaan suatu bola benilai sama. Aah medan listik tentu saja selalu adial. Oleh kaena itu, cukup bijak seandainya kita memilih pemukaan suatu bola yang bepusat pada pusat bola kondukto itu sebagai pemukaan Gauss. a. Kuat medan listik di dalam bola ( < a) Untuk kepeluan ini, dibuat pemukaan Gauss beupa pemukaan bola yang bepusat di pusat bola kondukto. Kaena yang akan kita hitung adalah kuat medan di dalam bola kondukto, maka jai-jai pemukaan Gauss itu haus kuang dai jai-jai bola kondukto (lihat Gamba 1. 17(a)). Fluks listiks dihitung sebagai pekalian antaa besa kuat medan listik dengan luas pemukaan Gauss. Nilai fluks ini haus sama dengan besa muatan yang diselubungi oleh pemukaan Gauss dibagi 0. Tetapi, dai gamba tampak bahwa pemukaan semacam itu tidak penah menyelubungi muatan sebab semua muatan yang dibeikan kepada bola kondukto beada di pemukaannya. Jadi, fluks sama dengan nol. Tetapi kaena luas pemukaan Gauss tidak penah sama dengan nol, maka yang haus nol adalah kuat medan listikny. Kesimpulannya kuat medan listiks dalam bola kondukto bemuatan sama dengan nol. b. Kuat medan listik di lua bola. ( > a) Dengan caa yang sama, kita buat pemukaan Gauss beupa kulit bola bejejai > a. Tentu saja muatan yang dilingkupi oleh pemukaan ini akan sama dengan muatan yang beada dalam bola, yaitu Q. Bila kuat medan listik pada pemukaan Gauss itu, maka fluks listik meupakan pekalian luas pemukaan Gauss = 4 2. mengingat kuat medan listik konstan pada pemukaan bola Gauss itu dan aahnya tegak luus pemukaan Gauss. Jadi, dai hukum Gauss dadapatkan atau 4 2 = Q/0. Q =. ( 1. 14) 2 4 0

12 Dapat anda lihat, pesamaan teakhi seupa dengan kuat medan listik dai sebuah titik. Ini menunjukkan, bahwa peilaku medan listik antaa muatan titik dan bola kondukto hampi tidak ada bedanya. Sifat bahwa kuat medan listik di dalam bola kondukto bemuatan sama dengan nol bukan hanya milik bola kondukto saja. Semua kondukto bepeilaku begitu. Jadi. Bila anda beada di dalam ongga sebuah kondukto aksasa yang dibei muatan sebanyak mungkin, maka anda tidak akan measakan apa-apa. Gejala ini disebut gejala sangka Faaday. Pelat sangat luas yang bemuatan meata. Tentukan kuat medan listik di titik-titik pada jaak sejauh h dai selemba plat yang sangat luas bila bahan itu dibei muatan listik sehingga teseba meata dengan apat muatan yang seagam! Jawab: Dengan alasan simeti, vekto kuat medan listik yang dihasilkan oleh sebaan muatan sepeti itu tentu saja selalu tegak luus pada pemukaan plat dan hanya tegantung pada jaak dai pemukaan plat. Oleh kaena itu, untuk mencai medan listik pada jaak h dai plat tesebut, baik di bawah maupun di atasnya, kita membuat pemukaan Gauss yang bebentuk silinde setinggi 2h sepeti pada gamba 1.8. Setengah bagian pemukaan hayal tesebut beada di atas plat dan sebagian yang lain di bawah plat. Kaena kuat medan listik selalu tegak luus pada pemukaan plat, maka bagian pemukaan Gauss yang tetembus oleh medan listik hanyalah pada pemukaan (tutup) atas dan bawah saja. Selubung tabung tidak tetembus oleh medan listik. Oleh kaena itu, fluks listik yang menembus pemukaan hayal tesebut adalah fluks listik yang melalui pemukaan bawah dan yang melalui pemukaan atas. Jika tutup bagian atas dan bawah tabung itu mempunyai luas A, didapatkan fluks listik pada pemukaan bawah adalah A dan pada sisi Bawah atasnya Atas A dan tentu saja fluks totalnya adalah h Atas Bawah 2 A. B Bedasa hukum Gauss, fluks listik total ini haus sama Gamba 1.8 dengan muatan yang diselubungi oleh pemukaan Gauss. Muatan yang dimaksud sama dengan muatan yang beada pada wilayah plat yang dipotong oleh pemukaan Gauss (wilayah B). Besa muatan ini adalah qa = A. Oleh kaena itu, qa qa 2 A Akibatnya, 0 0 qa. ( 1. 15) 2 A 0 qa A 2 A 2 A Jadi kuat medan listik yang diasakan pada jaak h dai plat bemuatan tesebut adalah

13 2 0, ( 1. 16) dengan aah tegantung pada jenis muatan yang dibeikan kepada plat itu. Jika muatan itu positif, maka kuat medan beaah kelua meninggalkan bidang plat (lembaan) di kedua sisinya. Bila muatan yang dibeikan negatif, maka kuat medan listik beaah menuju bidang lembaan pada kedua sisinya. Tampak bahwa besa kuat medan listik tidak tegantung jaaknya dai pemukaan lembaan. Selanjutnya, tentukan kuat medan listik di tengah dua lemba plat dengan luas tak tehingga yang didekatkan sejaak d satu dai yang lainnya. Muatan total kedua bahan tesebut sama besa tetapi bebeda tanda dengan apat muatan luasan keduanya masing-masing dan. Jawab: Kita telah menentukan kuat medan listik dai plat tak tehingga beapat muatan, yaitu Kaena kedua lembaan mempunyai muatan yang bebeda tanda, maka medan listik yang diakibatkan oleh plat positif dan yang diakibatkan oleh plat negatif saling menguatkan di daeah yang teletak di antaa kedua plat itu. Sehingga didapatkan. Gamba 1.9 d total bahankii bahan kanan Jadi, di daeah antaa kedua plat akan ditemukan medan listik sebesa, ( 1. 17) total 0 dengan aah menuju ke plat negatif. Dapat anda lihat, tidak ada suku jaak pada kuat medan listik tesebut. Oleh kaena itu dapat dikatakan bahwa kuat medan listik di antaa kedua lembaan itu sama di manapun beada. Dafta Pustaka 1. Blatt, F.D., 1983, Pinciples of Physics, second edition, Allyn and Bacon Inc., Boston. 2. Duncan, T., 1987, Advanced Physics. Fields, Waves and Atoms, edisi ketiga, John Muay, Hongkong. 3. Halliday, D., Resnick, R., & Walke, J., 1997, Fundamental of Physics, fifth edition, John Wiley & Sons, Inc., New Yok.

14 4. Hewitt, P.G., 2002, Conceptual Physics, ninth edition, Addison Wesley, New Yok. 5. Seway, R. A. dan Beichne, R.J., 2000, Phyisics fo Scientists and nginees with Moden Physics, Saundes College Publishing, New Yok. 6. Vandelinde, J., 1993, Classical lectomagnetic Theoy, John Wiley & Sons, Canada. 7. Wangness, R. K.,1986, lectomagnetics Fields, edisi kedua, John Wiley & Sons, New Yok.

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 2: Potensial Listrik dan Kapasitor (Minggu ke 3 dan 4)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 2: Potensial Listrik dan Kapasitor (Minggu ke 3 dan 4) UNIVERSITS GDJH MD PROGRM STUDI FISIK FMIP Bahan ja : Potensial Listik dan Kapasito (Minggu ke 3 dan 4) FISIK DSR II Semeste /3 sks/mff 0 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS 397 BAB 3 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS Penahkah anda melihat peti? atau penahkah anda tekejut kaena sengatan pada tangan anda ketika tangan menyentuh laya TV atau monito kompute? Peti meupakan peistiwa alam

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik - Magnet

Fisika Dasar II Listrik - Magnet Fisika Dasa II Listik - Magnet Sua Dama, M.Sc Depatemen Fisika UI Silabus Listik Medan Listik: Distibusi Muatan Diskit Distibusi Muatan Kontinu Potensial Listik Kapasitansi, Dielektik, dan negi lektostatik

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasa II Listik, Magnet, Gelombang dan Fisika Moden Pokok Bahasan Medan listik & Hukum Gauss Abdul Wais Rizal Kuniadi Novitian Spaisoma Viidi 1 Repesentasi dai medan listik Gais-gais medan listik

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Pekuliahan Fisika Dasa II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hai ini (1 minggu): Muatan Listik Gaya Listik Medan Listik Dipol Distibusi Muatan Kontinu Oleh Endi Suhendi Muatan Listik Dua jenis muatan listik:

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator HUKUM GAUSS Fluks Lstk Pemukaan tetutup Hukum Gauss Kondukto dan Isolato 1 Mach 7 1 Gas gaya oleh muatan ttk - 1 Mach 7 Gas gaya akbat dpol - 1 Mach 7 Fluks Lstk Defns: banyaknya gas gaya lstk yang menembus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika Interaksi Elekstrostatik. XII IPA SMAN 8 Pekanbaru

Hand Out Fisika Interaksi Elekstrostatik. XII IPA SMAN 8 Pekanbaru Hand Out isika Setelah membahas matei ini dengan tuntas dihaapkan siswa dapat:. Menjelaskan konsep muatan listik. Menghubungkan benda banda netal dan bemuatan listik dengan poton poton dan elekton elekton

Lebih terperinci

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb :

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb : Knsep enegi ptensial elektstatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dai = ke = A Sepeti digambakan sbb : q + Enegi ptensial muatan q yang tepisah pada jaak A dai Q U( A ) = - A Fc d Fc = 4 Q q ˆ = -

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola

Bab. Bangun Ruang Sisi Lengkung. A. Tabung B. Kerucut C. Bola Bab Sumbe: www.contain.ca Bangun Ruang Sisi Lengkung Di Sekolah Dasa, kamu telah mengenal bangun-bangun uang sepeti tabung, keucut, dan bola. Bangun-bangun uang tesebut akan kamu pelajai kembali pada bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB q k ' qq' ˆ - - Matei Kuliah isika asa II (Pokok Bahasan 1) MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB s. Ishafit, M.Si. Pogam Stui Peniikan isika Univesitas Ahma ahlan, 5 Muatan Listik

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON HUKU GVITSI NEWTON. Pesamaan Hukum Gavitasi Umum Newton Pehatikan kejadian beikut :. Kelapa yan sudah tua bisa jatuh ke tanah tanpa dipetik.. Penejun payun akan jatuh ke bawah setelah meloncat dai pesawat..

Lebih terperinci

KRONOLOGI : MUATAN LISTRIK

KRONOLOGI : MUATAN LISTRIK KRONOLOGI : MUTN LISTRIK HND OUT FISIK DSR/LISTRIKMGNET/ELEKTROSTTIK LISTRIK STTIS M. Isha Sesungguhnya fenmena elektstatik meupakan pemandangan yang seing sekali kita lihat. Bebeapa dai kita mungkin penah

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MODUL/BAHAN AJAR KELAS 9 PENYUSUN Ds.WIJANARKO EDITOR ANIK SUJIATI,S.Pd. MM BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Setelah

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 8/7/07 MUTN LISTRIK HUKUM OULOM MEDN LISTRIK LINTSN PRTIKEL KUT MEDN LISTRIK OL KONDUKTOR KUT MEDN LISTRIK LEMPENG ERMUTN GRIS GY HUKUM GUSS ENERGI POTENSIL LISTRIK POTENSIL LISTRIK POTENSIL LISTRIK OL

Lebih terperinci

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASA II : EL-22 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-5 CAKUPAN MATEI. ESISTANSI DAN HUKUM OHM 2. ANGKAIAN LISTIK SEDEHANA 3. DAYA LISTIK DAN EFISIENSI JAINGAN SUMBE-SUMBE:.

Lebih terperinci

Rosari Saleh dan Sutarto

Rosari Saleh dan Sutarto Geak meupakan bagian tidak tepisahkan dai kehidupan kita sehai-hai. Geak muncul dan tejadi pada hampi seluuh benda dai benda yang memiliki ukuan sangat kecil sepeti elekton yang begeak mengelilingi inti

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Talk less... do more...!!!!!

Talk less... do more...!!!!! Talk less... do moe...!!!!! CLCULUS VEKTOR Difeensiasi fungsi VEKTOR Integasi fungsi Vekto Difeensiasi fungsi VEKTOR Difeensiasi Biasa dai fungsi vekto Jika i j zk Dan ( u); ( u); dan z z( u) Dimana u

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

POTENSIAL LISTRIK dan KAPASITOR. Oleh : Hery Purwanto

POTENSIAL LISTRIK dan KAPASITOR. Oleh : Hery Purwanto POTENSIL LISTRIK dan KPSITOR Oleh : Hey Puwanto MTERI eda Potensial dan Potensial Listik eda Potensial di dalam Medan Listik Homogen Potensial dan enegi potensial yang ditimbulkan oleh muatan titik Potensial

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44 LISTRIK STTIS (3) Potensial Listik BB 1 Fisika Dasa II 44 1. PENDHULUN ds G 3.1 Muatan positif egeak sejauh ds ke aah negatif kaena adanya enegi potensial listik Dalam pemahasan tedahulu kita telah menganalisis

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. . TEOR DSR 3.. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan beda

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas

TRIGONOMETRI. Untuk SMA dan Sederajat. Penerbit. Husein Tampomas TRIGONOMETRI Untuk SM dan Sedeajat Husein Tampomas Penebit 0 Husein Tampomas, Tigonometi, Unntuk SM dan Sedeajat, 018 PENGERTIN 1 PENGNTR KE FUNGSI TRIGONOMETRI Dalam bahasa Yunani, tigonometi tedii dai

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

FISIKA LISTRIK. Esti Puspitaningrum, S.T., M.Eng.

FISIKA LISTRIK. Esti Puspitaningrum, S.T., M.Eng. FISIKA LISTRIK Esti Puspitaningum, S.T., M.Eng. A 1 MUATAN LISTRIK & HUKUM OULOM A 1 MUATAN LISTRIK & HUKUM OULOM MUATAN LISTRIK Matei yg kelebihan elekton akan bemuatan negatif Matei yang kekuangan/kehilangan

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda F 1 F Mata Pelajaan : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Pogam : IPA Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda 1. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka soong ditunjukkan sepeti pada gamba beikut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika PENGUKURAN Disampaikan pada Diklat Instuktu/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 9 Agustus 004 di PPPG Matematika Oleh: Da. Pujiati,M. Ed. Widyaiswaa PPPG Matematika Yogyakata =================================================================

Lebih terperinci

uranus mars venus bumi yupiter saturnus

uranus mars venus bumi yupiter saturnus Bab II Gavitasi Tujuan Pembelajaan Anda dapat menganalisis keteatuan geak planet dalam tata suya bedasakan hukum-hukum Newton. uanus neptunus mekuius matahai mas venus bumi yupite satunus Sumbe: Encata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi III. TEORI DASAR A. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 10: Astrofisika (Minggu ke 15) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012.

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 10: Astrofisika (Minggu ke 15) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012. UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja : Astofisika (Minggu ke 5) FISIKA DASAR II Semeste /3 sks/mff Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan 3 Nopembe

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11 SMA IPA Kelas 11 Mendeskipsikan gejala alam dan keteatuannya dalam cakupan mekanika benda titik. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tat susya bedasakan hukum Newton. Gesekan

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci