TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan Cooperative Farming

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajian Model Pengembangan Cooperative Farming"

Transkripsi

1 TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI USAHATANI PADI LAHAN SAWAH DI JAWA TIMUR : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng Wahyunndyawat 1, F. Kasjad 1 dan Heryanto 2 1 Bala Pengkajan Teknolog Pertanan Jawa Tmur Jl. Raya Karangploso Km.4 Malang Bala Peneltan Kacang-kacangan dan Umb-umban Malang Jl. Raya Kendal Payak Kotak Pos.66 Malang ABSTRACT The study amed at assessng factors affectng farmers to adopt technology of lowland rce farmng system usng cooperatve farmng model. The study was conducted n Jember dstrct durng the wet season of 2000/2001. Total samples were 105 farmers and data collecton was done through a farm record keepng method. Data were analyzed usng logt functon. The results showed that factors affectng farmers adopton of cultural practces were plant spacng wthn a legowo parallel system, choce of mproved varety of Way Apu Buru, quantty of seed, and balanced fertlzer n the specfc locaton. Factors affectng adopton of legowo parallel system and choce of the Way Apu Buru varety were costs of nputs, total labor, farmng experences, and proftablty. The factor of land area affected only plant spacng of legowo parallel system. Adopton of seed applcaton was affected by total labor, land area, and educatonal background of the farmers. Balanced fertlzer applcaton n the specfc locaton was affected by costs of nputs and proftablty. To encourage farmers to adopt new technology of rce farmng system n the cooperatve farmng model, t requres the government programs to mprove farmers sklls and knowledges through extenson and captal credt. Key words : technology adopton, rce feld, cooperatve farmng. ABSTRAK Tujuan peneltan adalah untuk mengkaj faktor-faktor yang mempengaruh tngkat adops petan terhadap teknolog sstem usahatan pad d lahan sawah dalam model cooperatve farmng. Peneltan dlaksanakan d Kabupaten Jember pada musm hujan 2000/2001. Total petan contoh sebanyak 105 orang, dan metode pencatatan usahatan farm record keepng method dgunakan dalam pengumpulan data. Analsa data menggunakan model fungs logt. Hasl peneltan menunjukkan keragaman faktor-faktor yang mempengaruh tngkat adops petan terhadap beberapa teknolog buddaya, antara lan : jarak tanam sstem jajar legowo; pemlhan varetas unggul pad Way Apu Buru; jumlah benh yang dgunakan; dan penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas. Faktor yang mempengaruh adops jarak tanam sstem jajar legowo dan pemlhan varetas Way Apo Buru adalah baya sarana produks, jumlah tenaga kerja, pengalaman usahatan dan tngkat keuntungan. Faktor luas lahan, hanya mempengaruh adops jarak tanam sstem jajar legowo. Adops penggunaan benh dpengaruh oleh jumlah tenaga kerja, luas lahan dan tngkat penddkan petan. Sedangkan penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas dpengaruh oleh baya sarana produks dan tngkat keuntungan. Dalam upaya penngkatan adops petan terhadap teknolog usahatan pad dalam model kooperatf usahatan mash dperlukan dukungan program penngkatan pengetahuan dan keteramplan petan melalu penyuluhan dan bantuan permodalan. Kata kunc : adops teknolog, pad sawah, usaha kooperatf PENDAHULUAN Jawa Tmur merupakan salah satu pemasok utama beras nasonal dengan kontrbus sektar 18,3 persen. Produks pad pada tahun 1999 sektar 9 juta ton gabah kerng glng (GKG) yang dhaslkan dar areal pertanaman 1,76 juta ha dan produktvtas 51,25 ku/ha (Dnas Pertanan Tanaman Pangan Provns Jawa Jurnal Pengkajan dan Pengembangan Teknolog Pertanan Vol. 6, No. 1, Januar 2003 :

2 Tmur, 2000). Produktvtas tersebut relatf lebh tngg dbandngkan yang dhaslkan 10 tahun yang lalu, yatu 51,06 ku/ha pada tahun 1989 (Dnas Pertanan Tanaman Pangan Provns Jawa Tmur, 1989). Akan tetap penngkatan produktvtas tersebut mash belum optmal karena mash beragamnya hasl yang dperoleh antara petan satu dengan lannya. Secara umum konds n mengakbatkan beberapa harga produk pertanan d dalam neger belum mampu bersang dengan harga produk pertanan dar luar neger (Suyamto dan Kasjad, 2000). Belum optmalnya produktvtas dan kurang efsennya usahatan skala kecl dsebabkan oleh karena petan sebaga manajer utamanya belum menerapkan teknolog usahatan spesfk lokas akbat dar : (1) tngkat penddkan petan rendah, (2) modal dan nformas teknolog baru mash kurang, serta (c) usahatan yang belum berorentas pasar. Kurang efsensnya usahatan n juga dsebabkan : (1) pengadaan sarana produks dlakukan secara sendrsendr, sehngga harganya relatf mahal dan penggunaan per satuan luas relatf lebh banyak, (2) kurang efsennya penggunaan tenaga kerja karena semptnya lahan yang dkelola, dan (3) pemasaran hasl yang dlakukan secara perorangan sehngga tdak mempunya kekuatan daya tawar. Secara umum beberapa kebutuhan untuk melakukan stud adops teknolog pertanan yatu : (1) upaya untuk menngkatkan efsens pencptaan teknolog, (2) menla efektftas transfer teknolog, (3) memaham peranan kebjakan dalam adops teknolog baru, dan (4) menunjukkan dampak yang dhaslkan oleh nvestas dalam bdang pencptaan teknolog (Benor dan Harrson, 1977). BPTP Jawa Tmur membuat raktan teknolog mula dar pembbtan buddaya hngga pra dan pacsa panen, dengan harapan teknolog tersebut dapat dan mudah untuk dadops petan pad d lahan sawah. Menurut Manwan dan Oka (1991), ada empat faktor yang harus terseda dalam menunjang keberhaslan penyampaan teknolog kepada petan, yatu: (1) teknolog yang telah matang sesua untuk wlayah pengembangan, (2) dukungan pemerntah daerah dalam bentuk pembnaan dan penyuluhan, (3) ketersedaan sarana produks dan pemasaran yang kondusf, dan (4) partspas petan menerma teknolog. Salah satu pendekatan untuk menjamn keberhaslan penyampaan teknolog adalah dengan Cooperatve farmng. Hal n merupakan satu model pemberdayaan kelompok tan melalu rekayasa sosal, ekonom, teknolog dan nla tambah (Kasjad, 2000). Keuntungan penerapan model n secara ekonom adalah baya produks dapat dtekan, terjad efsens produks, dan pendapatan anggota dapat menngkat. Sedangkan keuntungan yang dapat dperoleh sosal adalah penddkan bag masya-rakat desa, kerjasama yang kuat antara anggota, dan menghdupkan kembal suasana pembangunan d pedesaan (Mamondon Bah et al., 1997). Dengan demkan, apabla model Cooperatve farmng spesfk lokas dapat dterapkan bersa-ma dengan berkembangnya kegatan off-farm, maka dharapkan produktvtas dan efsens usahatan serta pendapatan petan dapat menngkat. Dharapkan sstem usahatan pad d lahan sawah lebh efsen dan produktvtasnya dapat menngkat sektar 50 persen. Tujuan kegatan peneltan n adalah untuk mengetahu faktor-faktor yang mempengaruh tngkat adops teknolog sstem usahatan pad sawah melalu model Cooperatve farmng. METODOLOGI PENELITIAN Metoda Penentuan Lokas Peneltan dlakukan pada MH 2000/ 2001 d dua kelompok tan, yatu kelompok tan Sumber Rejek dan Tan Subur desa Balung Lor dan Karang Duren, kecamatan Balung, Kabupaten Jember. Penentuan lokas d dasarkan atas pertmbangan bahwa : (1) pada lokas tersebut dlaksanakan Program Ketahanan Pangan, (2) merupakan sentra produks pad dengan pola Tngkat Adops Teknolog Usahatan Pad Lahan Sawah d Jawa Tmur : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng (Wahyunndyawat, F. Kasjad dan Heryanto) 41

3 tanam setahun : pad pad jagung, dan (3) kesepakatan antara Dnas Pertanan Tanaman Pangan Jember, Bala Informas Penyuluhan Pertanan dan Bala Peneltan Teknolog Jawa Tmur. Untuk mengevaluas tngkat keberhaslan teknolog usahatan pad sawah spesfk lokas, dgunakan pembandng yatu kelompok tan Buddaya d Desa Karang Semandng, Kecamatan Balung, dmana anggotanya belum pernah melakukan teknolog sstm usahatan pad spesfk lokas. Metode Pengamblan Contoh dan Pengumpulan Data Pemlhan kelompok petan sampel dlakukan secara sengaja dengan pertmbangan jumlah anggotanya antara petan. Pada masng-masng kelompok tan dambl secara random sebanyak 35 petan sampel, sehngga jumlah sampel petan seluruhnya yang dambl untuk peneltan n sebanyak 105 petan. Dengan cara n maka dperoleh 3 tpe kelompok sebaga berkut : (1) kelompok tan yang memperoleh Proyek Pengembangan Ketahanan Pangan (P2KP), yatu kelompok tan Sumber Rejek Desa Balung Lor, Kecamatan Balung, (2) kelompok tan yang tdak memperoleh Proyek P2KP, yatu kelompk tan Tan Subur Desa Karang Duren, Kecamatan Balung, dan (3) sebaga pembandng dambl kelompok tan Buddaya Desa Karang Semandng, Kecamatan Balung. Kelompok (1) dan (2) merupakan bnaan BPTP Jawa Tmur dan melaksanakan teknolog kesepakatan model Cooperatve Farmng, sedangkan kelompok (3) tdak. Pengumpulan data dlakukan dengan cara Farm Record Keepng pada kelompok tan beserta anggotanya. Data yang dkumpulkan melput: persapan penyedaan saprod, penentuan paket teknolog usahatan pad dan pemasaran hasl beserta pelaksanaannya. Data dalam peneltan n melput data prmer dan data sekunder. Data prmer dperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dengan anggota kelompok tan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dsedakan sebelumnya. Dsampng wawancara juga dlakukan observas lapangan guna melhat keberadaan kelompok tan. Dengan metode n dharapkan dapat dgal sebanyak mungkn data yang dperlukan. Sedangkan data sekunder dperoleh dar nstans/dnas yang terkat bak dar pemerntah maupun swasta atau lembaga peneltan yang ada. Metode Analss Data Untuk mempelajar faktor faktor yang mempengaruh tngkat adops teknolog sstem usahatan pad dgunakan dengan model logt (Pyndeck dan Rubnfeld, 1998). ^ Z = α + n = 1 β + m j= 1 σ D j j + ε dmana : ^ Z : bernla satu bag petan yang menggunakan teknolog sesua dengan model Cooperatve Farmng dan nla nol untuk yang tdak menggunakannya 1: baya produks usahatan selama satu musm melput pengeluaran untuk benh, pupuk, pestsda dan tenaga kerja, (dalam rbuan rupah) 2 : curahan tenaga kerja yang dkeluarkan dalam satu kal proses produks yang dnyatakan dalam HKSP (har orang kerja setara pra) 3 : luas pemlkan lahan usahatan (dalam hektar) 4 : tngkat penddkan (dalam tahun) 5 : lama pengalaman petan dalam usahatan pad (dalam tahun) 6 : pendapatan atau keuntungan yang dperoleh petan dnyatakan (dalam rupah) δ 1 : jarak tanam cara jajar legowo (nla satu bag petan yang menggunakan jarak tanam cara jajar legowo dan nol bag yang tdak menggunakannya) Jurnal Pengkajan dan Pengembangan Teknolog Pertanan Vol. 6, No. 1, Januar 2003 :

4 δ 2 : varetas Way Apo Buru (nla satu bag petan yang menggunakan varetas Way Apo Buru dan nol bag yang tdak) δ 3 : penggunaan benh sesua kesepakatan kebutuhan luasan lahan (nla satu bag petan yang menggunakan benh sesua kesepakatan kebutuhan luasan lahan dan nol bag yang tdak δ 4 : penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas (nla satu bag petan yang menggunakan pupuk bermbang spesfk lokas dan nol bag yang tdak) ε : faktor ssa HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Model Cooperatve Farmng Spesfk Lokas Berdasarkan potens sumberdaya pertanan yang ada d desa Balong Lor dan Karang Duren Kecamatan Balung Kabupaten Jember, jens usaha yang dkembangkan pada kelompok tan Sumber Rejek, dan Tan Subur adalah usahatan pad, jasa alat mesn pengolahan tanah dan panen, dan jasa pengaran dan smpan pnjam sementara pada kelompok tan Buddaya tdak memlk usaha bersama secara berkelompok. Sesua dengan pelaksanaan PRA pada masa awal untuk menggal pengalaman petan dan permasalahan dalam usahatan pad dar masng-masng kelompok tan serta masukan teknolog kesepakatan/spesfk lokas dar BPTP Jawa Tmur, telah dperoleh kesepakatan bahwa teknolog yang dgunakan petan dalam usahatan teknolog spesfkas yang dgunakan petan dalam usahatannya, melput : varetas, cara persemaan, teknolog buddaya, pemupukan, pengendalan gulma, serta pengendalan hama dan penyakt. Keseluruhan teknolog n merupakan teknolog ntroduks namun demkan, dalam pelaksanaannya tdak sepenuhnya djalankan petan secara utuh sepert penanaman dengan jarak tanam cara jajar legowo, penggunaan benh, pemupukan spesfk lokas, pengolahan lahan dan penerapan PHT yang ramah lngkungan. Tabel 1 menunjukkan bahwa teknolog kesepakatan (atau teknolog ntroduks) model Cooperatve Farmng yang dlakukan secara utuh hanyalah pemlhan varetas Way Apo Buru,dan cara tanam dan pasca panen, sedangkan teknolog lannya dlakukan secara parsal. Jumlah petan yang melaksanakan teknolog ntoduks tersebut berbeda antar masng-masng petan. Hal n dsebabkan karena : kemampuan antar petan dalam pemupukan modal berbeda sehngga sebagan besar petan belum mampu melaksanakan pengadaan saprod secara Cooperatve ; tngkat keberanan dan kemampuan ketua kelompok tan dalam mencar mtra untuk pengadaan saprod antar kelompok tan berbeda, dan belum terbasanya anggota kelompok tan dan sultnya mencar tenaga tanam dengan sstem jajar legowo. Efsens penggunaan kaptal, pada penerapan teknolog ntoduks dengan model Cooperatve Farmng ternyata member hasl yang lebh efsen dbandng dengan teknolog petan (Tabel 2). Usahatan pad dengan menggunakan teknolog ntroduks model Cooperatve Farmng secara fnansal cukup menguntungkan dbandng dengan teknolog petan yang dtunjukkan dar mbalan kepada modal yang dgunakan ( return to farm equty captal ) dar R/C raso. Artnya mbalan dar teknolog kesepakatan model Cooperatve Farmng lebh tngg dbandngkan dengan teknolog petan. Demkan pula dengan kemampuan pengembalan modal yang lebh besar bla dbandngkan dengan teknolog petan, yatu berturut-turut 324 persen dan 319 persen dbandng 240 persen. Apabla dlhat dar marjnal B/C raso masngmasng teknolog kesepakatan (18,88 dan 1,6) menunjukkan bahwa teknolog kesepakatan cukup efsen. Nla n berart tambahan baya dar adops teknolog usahatan pad, mampu memberkan mbalan 18,88 dan 1,6 kal dar setap baya yang dkeluarkan. Dengan demkan Tngkat Adops Teknolog Usahatan Pad Lahan Sawah d Jawa Tmur : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng (Wahyunndyawat, F. Kasjad dan Heryanto) 43

5 Tabel 1. Tngkat Penerapan Teknolog Buddaya Pad d Kabupaten Jember, 2002 Komponen teknolog Kelompok Sumber Rejek Penerapan teknolog (%) Teknolog ntoduks Kelompok Tan Subur Teknolog petan Kelompok Buddaya Varetas - Way ApuBuru IR Cara Tanam - Jajar Legowo 35, Tapn 64, Abyakan Penggunaan benh per ha kg kg kg >46 kg Pemupukan Spesfk lokas - Ya Tdak Pengolahan tanah sempurna - Ya ,8 - Tdak ,2 Penerapan PHT - Ya Tdak Pasca Panen 90% gabah Mengunng - Ya Tdak Penjualan gabah berupa - Gabah Kerng Panen Gabah Kerng Glng Tabel 2. Kelayakan Ekonom dalam Penerapan Model Cooperatve Farmng Pad d Jawa Tmur, 2002 Teknolog/nla ekonom Teknolog kesepakatan bnaan BPTP Jawa Tmur P2KP Sumber Rejek Non P2KP Tan Subur Teknolog petan non bnaan non P2KP Buddaya Sebelum ada teknolog kesepakatan Baya produks (Rp/ha) Produktvtas GKP (kw/ha) 47,71 65,42 50,43 Penermaan (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) Sesudah ada teknolog kesepakatan Baya produks (Rp/ha) Produks GKP (kw/ha) 66,70 72,78 50,98 Penermaan (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) Marjnal B/C rato 18,88 1,6 0,017 Raso penermaan/baya 3,24 3,19 2,41 Penngkatan Produktvtas (%) 39,8 11,3 1,1 Keterangan : Baya produks belum dperhtungkan sewa tanah dan bunga pnjaman; Harga gabah Rp 1.050,-/kg; P2KP adalah Proyek Pengembangan Ketahanan Pangan Jurnal Pengkajan dan Pengembangan Teknolog Pertanan Vol. 6, No. 1, Januar 2003 :

6 secara umum usahatan pad dengan teknolog kesepakatan layak untuk dteruskan, karena penerapan teknolog tersebut pada daerah P2KP Bnaan mempunya tngkat kelayakan yang lebh tngg dar teknolog non P2KP dan petan. Model Fungs Pengamblan Keputusan Dalam Menggunakan Teknolog Pada dasarnya penngkatan produks merupakan tujuan utama dar penggunaan suatu teknolog. Secara rngkas, petan dpengaruh oleh keadaan sosal ekonom dan faktor lngkungannya dalam menerapkan suatu teknolog. Jarak Tanam Cara Jajar Legowo Tabel 3 menunjukkan bahwa koefsen β 1, β 2, β 3, β 5 dan β 6 yatu untuk baya sarana produks, tenaga kerja, luas usahatan, lama usahatan dan keuntungan adalah nyata sama dengan nol (= 0), sedangkan yang tdak sama dengan nol ( 0) adalah koefsen β 4 (tngkat penddkan). Konds n member mplkas bahwa yang mempengaruh tngkat adops teknolog jarak tanam secara jajar legowo adalah baya sarana produks, jumlah tenaga kerja, luas lahan, lama usahatan dan tngkat keuntungan yang dperoleh petan dar usahatan pad, sedangkan tngkat penddkan tdak berpengaruh terhadap teknolog jarak tanam secara jajar legowo. Kesatuan tenaga kerja akan menngkatkan adops teknolog jarak tanam cara jajar legowo sebesar 1,3262 odd rato (sgnfkas pada α = 0,05) dan kesatuan luas lahan akan menngkatkan teknolog jarak tanam cara jajar legowo sebesar 5,9088 odd rato (sgnfkas pada α = 0,06). Varabel yang menurunkan adops teknolog jarak tanam cara jajar legowo adalah penddkan. Tngg rendahnya tngkat penddkan petan tdak menjad halangan untuk mengadops jarak tanam jajar legowo, karena yang dperlukan dsn adalah mnat petan terhadap teknolog. Probabltas seorang petan menjad pengadops adalah sebesar 0,402. Angka n member makna bahwa peluang petan untuk mengadops teknolog jarak tanam cara jajar legowo sektar 40,20 persen. Varetas Way Apo Buru Tabel 4 menunjukkan bahwa koefsen β 1, β 2, β 5 dan β 6 yatu berturut-turut untuk baya sarana produks, jumlah tenaga kerja, lama usahatan dan tngkat keuntungan nyata sama dengan nol (= 0), sedangkan yang tdak sama Tabel 3. Faktor-faktor yang Mempengaruh Pengamblan Keputusan Petan dalam Menggunakan Jarak Tanam Cara Jajar Legowo pada Usahatan Pad d Kabupaten Jember, 2002 Statstk logt regres Varabel Smbol Koefsen estmas Smpangan baku Prob α Konstanta α 0 0,5854 0,3789 0,1223 Baya sarana produks β 1 2,415E-7 1,237E-6 0,0509 Tenaga kerja β 2 1,3262 0,7265 0,0679 Luas lahan β 3 5,9088 1,4507 0,0000 Penddkan β 4-0,0035 0,0303 0,9079 Lama usahatan β 5 0,0224 0, ,0021 Keuntungan β 6 2,77E-6 2,109E-7 0,0000 Lkelhood Rato Total probabltas adops 1487,87 0,402 0,0000 Tngkat Adops Teknolog Usahatan Pad Lahan Sawah d Jawa Tmur : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng (Wahyunndyawat, F. Kasjad dan Heryanto) 45

7 Tabel 4. Faktor-faktor yang Mempengaruh Pengamblan Keputusan Petan dalam Menggunakan Varetas Way Apo Buru pada Usahatan Pad d Kabupaten Jember, 2002 Statstk logt regres Varabel Smbol Koefsen estmas Smpangan baku Prob α Konstanta α -1,6236 0,4807 0,0007 Baya produks β 1 6,244E-6 2,424E-6 0,0100 Tenaga kerja β 2 9,4111 1,3253 0,0000 Luas lahan β 3 1,4299 3,0513 0,6393 Penddkan β 4-0, ,0334 0,9079 Lama usahatan β 5 0,0285 0, ,0023 Keuntungan β 6-8,021E-6 5,021E-7 0,0000 Lkelhood Rato 1015,51 0,0000 Total probabltas adops 0,318 dengan nol adalah koefsen ( 0) β 3 dan β 4. Konds n member mplkas bahwa faktorfaktor yang mempengaruh adops teknolog pemlhan varetas Way Apo Buru adalah baya sarana produks, jumlah tenaga kerja yang dpergunakan, lama pengalaman usahatan dan tngkat keuntungan yang dperoleh petan dalam usahatan pad, sedangkan yang tdak berpengaruh terhadap pemlhan varetas luas lahan dan tngkat penddkan. Kesatuan tenaga kerja akan menngkatkan adops pemlhan penggunaan varetas Way Apo Buru sebesar 9,4111 odd rato (sgnfkas pada α = 0,000-0,001) dan kesatuan luas lahan akan menngkatkan adops penggunaan varetas sebesar 1,4299 odd rato (sgnfkas pada α = 0,06). Varabel yang menurunkan adops pemlhan varetas Way Apu Buru adalah penddkan dan tngkat keuntungan. Probabltas seorang petan menjad pengadops varetas adalah sebesar 0,318, yang berart bahwa peluang petan untuk mengadops plhan penggunaan varetas Way Apo Buru sebesar 31,80 persen. Penggunaan Benh Sesua Kebutuhan Areal Tanam Tabel 5 menunjukkan bahwa koefsen β 2, β 3, β 4, β 5 dan β 6, yatu berturut-turut untuk jumlah tenaga kerja yang dpergunakan untuk sekal proses produks pad, luas lahan, tngkat penddkan petan dan lama pengalaman berusahatan pad nyata sama dengan nol (= 0); sedangkan yang tdak sama dengan nol ( 0) adalah β 1 koefsen (baya sarana produks). Konds n member mplkas bahwa yang mempengaruh tngkat adops teknolog penggunaan benh sesua kebutuhan luasan areal adalah jumlah tenaga kerja yang dpergunakan untuk sekal proses produks pad, luas lahan, tngkat penddkan petan dan lama pengalaman berusahatan pad, sedangkan baya sarana produks tdak berpengaruh terhadap teknolog penggunaan benh sesua kebutuhan luasan areal. Kesatuan tenaga kerja akan menngkatkan adops penggunaan penggunaan benh sesua kebutuhan luasan lahan dan usahatan sebesar 3,0144 odd rato (sgnfkas pada α = 0,03) dan kesatuan luas lahan akan menngkatkan adops penggunaan varetas sebesar 24,3297 odd rato (sgnfkas pada α = 0,000-0,001). Jurnal Pengkajan dan Pengembangan Teknolog Pertanan Vol. 6, No. 1, Januar 2003 :

8 Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruh Pengamblan Keputusan Petan dalam Menggunakan Penggunaan Benh pada Usahatan Pad d Kabupaten Jember, 2002 Statstk Logt regres Varabel Smbol Koefsen estmas Smpangan Baku Prob α Konstanta α 0,2905 0,4401 0,5092 Baya sarana produks β 1-3,47E-7 1,653E-6 0,8336 Tenaga kerja β 2 3,0144 1,0289 0,0034 Luas lahan β 3 24,3297 2,2583 0,0000 Penddkan β 4-0,0855 0,0375 0,0227 Lama usahatan β 5 0,0330 0, ,0001 Keuntungan β 6 5,94E-6 3,815E-7 0,0000 Lkelhood Rato Total probabltas adops 1147,05 0,288 0,0000 Varabel yang menurunkan adops penggunaan penggunaan benh adalah baya sarana produks, penddkan dan tngkat keuntungan. Probabltas seorang petan menjad pengadops penggunaan benh sesua aturan dan luasan garapan adalah sebesar 0,288. In berart bahwa peluang petan untuk mengadops tngkat teknolog penggunaan benh pad yang dsesuakan dengan luas lahan garapan dan kebutuhan dalam usahahatan pad sebesar 28,80 persen. Doss Pupuk Bermbang Spesfk Lokas Tabel 6 menunjukkan bahwa koefsen β 1, β 3, β 5 dan β 6 (baya sarana produks, luas lahan, lama usahatan dan tngkat keuntungan) nyata sama dengan nol ( = 0 ); sedangkan yang tdak sama dengan nol ( 0 ) adalah koefsen β 2 dan β 4 (jumlah tenaga kerja dan tngkat penddkan). Konds n member mplkas bahwa yang mempengaruh tngkat adops teknolog penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas Tabel 6. Faktor-faktor yang Mempengaruh Pengamblan Keputusan Petan dalam Menggunakan Doss Pupuk Bermbang Spesfk lokas pada Usahatan Pad d Kabupaten Jember, 2002 Statstk Logt regres Varabel Smbol Koefsen estmas Smpangan Baku Prob α Konstanta α -2,4162 0,3873 0,0000 Baya produks β 1-5,38E-7 1,657E-7 0,0012 Tenaga kerja β 2 0,3705 0,8750 0,6719 Luas lahan β 3 35,2780 2,4920 0,0000 Penddkan β 4 0,0131 0,0375 0,6400 Lama usahatan β 5 0,0436 0, ,0000 Keuntungan β 6-4,98E-6 3,0859E-7 0,0000 Lkelhood Rato Total probabltas adops 1509,70 0,293 0,0000 Tngkat Adops Teknolog Usahatan Pad Lahan Sawah d Jawa Tmur : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng (Wahyunndyawat, F. Kasjad dan Heryanto) 47

9 adalah baya sarana produks, luas lahan, lama usahatan dan tngkat keuntungan, sedangkan jumlah tenaga kerja dan tngkat penddkan tdak berpengaruh terhadap teknolog penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas. Kesatuan luas lahan akan menngkatkan adops penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas sebesar 35,278 odd rato (sgnfkas pada α = 0,000). Varabel yang menurunkan adops penggunaan pupuk bermbang spesfk lokas adalah baya sarana produks dan tngkat keuntungan. Probabltas seorang petan menjad pengadops pupuk bermbang spesfk lokas adalah sebesar 0,293. In berart bahwa peluang petan untuk mengadops penggunaan pupuk secara rasonal spesfk lokas sebesar 29,30 persen. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Secara fnansal usahatan pad dengan teknolog ntroduks model Cooperatve Farmng cukup menguntungkan. Dsampng produktvtas dapat dtngkatkan satu setengah kal dar pada produktvtas ratarata petan, juga bla dlhat dar pendapatan bersh maupun R/C serta marjnal B/C rato, usahatan pad dengan teknolog kesepakatan model Cooperatve Farmng n layak dlaksanakan. 2. Faktor yang mempengaruh pengamblan keputusan petan dalam menggunakan teknolog jarak tanam cara jajar legowo adalah baya sarana produks, jumlah tenaga kerja, luas lahan, lama usahatan dan tngkat keuntungan. Untuk pemlhan penggunaan varetas Way Apo Buru adalah baya sarana produks, jumlah tenaga kerja, lama usahatan pad dan tngkat keuntungan. Untuk penggunaan benh adalah jumlah tenaga kerja, luas lahan, tngkat penddkan, lama usahatan dan tngkat keuntungan, sedangkan untuk teknolog pupuk bermbang spesfk lokas adalah adalah baya sarana produks, luas lahan, lama usahatan dan tngkat keuntungan. 3. Agar anggota kelompok tan dapat menerapkan teknolog spesfk lokas perlu menngkatkan pengetahuan dan ketramplan petan. Untuk tu dperlukan penngkatan frekuens penyuluhan d bdang pertanan khususnya mengena teknolog buddaya pad. 4. Agar model Cooperatve Farmng spesfk lokas dapat berhasl perlu bantuan modal awal untuk usaha kelompok. Kelemahan utama dalam pelaksanaan Cooperatve Farmng spesfk lokas adalah manajemen pemasaran. Untuk tu dperlukan bantuan pemerntah dalam penentuan kebjakan harga dasar hasl pertanan yang menguntungkan petan. 5. Untuk keberhaslan dar model Cooperatve Farmng spesfk lokas, maka perlu dukungan semua potens yang dmlk Departemen Pertanan secara lntas sektor. D sampng dperlukan dukungan departemen lan msalnya Departemen Perndustran dan Perdagangan, Departemen Koperas, Lembaga keuangan dan sebagnya. Dengan adanya otonom daerah, koordnas antar departemen dapat dlakukan oleh Bupat yang membawah wlayah. DAFTAR PUSTAKA Benor,D., dan J.Q. Harrson Agrcultural Extenson: Trnng and Vst System. Washngton, D.C.: The World Bank. Dnas Pertanan Tanaman Pangan Daerah Provns Jawa Tmur Laporan Tahunan Surabaya. Dnas Pertanan Tanaman Pangan Provns Jawa Tmur Laporan Evaluas Pelaksanaan Program/Proyek Tahun Anggaran 1999/ Surabaya. Kasjad, F Cooperatve farmng sebaga model optmalsas pemanfaatan sumberdaya pertanan lahan pertanan lahan sawah d Jawa Tmur. Dsampakan pada Dskus Jurnal Pengkajan dan Pengembangan Teknolog Pertanan Vol. 6, No. 1, Januar 2003 :

10 Panel BPTP Karangploso. Makalah No: Tangal 27 Jul Mamondon Bah, A.; T. Hratsuka dan Fatoumata Bah, Management System of Gunea s Cooperatve Farmng Organzaton and Its Economc and Socal Marts. Journal of Rural Problem Conference. Paper No. 5. Manwan, I. dan M. Oka Prosedur Peneltan Pengembangan. Pusat Peneltan dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Pyndeck, Rubert S. and Danel L. Rubeneld Econometrc Models and Econometrc Forecasts Mc Graw-Hll Book Company. Natonal Book Store Phlppnes. p ; p Suyamto dan F. Kasjad Konsoldas sumberdaya dalam sstem usaha pertanan menghadap otonom daerah dan pasar bebas. Makalah Semnar Nasonal Arah Kebjakan Sektor Pertanan Dalam Menunjang Otonom Daerah dan Memenangkan Persangan Era Pasar Bebas. Surabaya, 12 Pebruar Tngkat Adops Teknolog Usahatan Pad Lahan Sawah d Jawa Tmur : Suatu Kajan Model Pengembangan Cooperatve Farmng (Wahyunndyawat, F. Kasjad dan Heryanto) 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) 1 Ttn Agustna 1 Fakultas Pertanan, Unverstas Jember ABSTRACTS Soybean

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 4, OKTOBER 2014 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Analyss of Producton s Effcency and Income of Peanut s Farmng n Central Lampung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI TEMBAKAU DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Producton s Effcency And Income Of Tobacco Farmng In East Lampung Regency) Erza Estarza, Fembrart Erry Prasmatw, Hurp Santoso

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Program Pemupukan Bermbang Program Pemupukan Bermbang adalah suatu upaya penngkatan produktvtas pad dan kualtas gabah yang dhaslkan (Dtjen Bna Produks Tanaman Pangan, 2004).

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014 EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR: PENDEKATAN FUNGSI PRODUKSI FRONTIER (The Effcency of Producton and Income of Chll Farmng n East

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale

Universitas Tanjungpura Pontianak. Keyword : hybrid corn, producing factors, product, efficiency, return to scale ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DI KAWASAN USAHA AGRIBISNIS TERPADU (KUAT) RASAU JAYA KOMPLEK KABUPATEN KUBU RAYA SUSILAWATI 1), SUGENG YUDIONO 2), ADI SUYATNO

Lebih terperinci

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER

PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN PENAJAM PASER Pengaruh Bantuan Pnjaman Langsung Masyarakat Terhadap Pendapatan dan Efsens Usahatan Pad Sawah (Maryah) 9 PENGARUH BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit III. KERANGKA EMIKIRAN 3.. Kerangka Teorts 3... Dampak Kredt terhadap Knerja Usaha Kecl. Davd (999) menyatakan analss yang palng umum dar program kredt adalah perbandngan dar nput-nput usaha, produks,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 3g TAHUN 2012 TENTANO PENTELENGGARAAN PENDDKAN NKLUSF D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang a. bahwa peseta ddk yang memlk

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO)

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) AGRISE Volume VIII No. 1 Bulan Januar 2008 ISSN: 1412-1425 EFISIENSI USAHATANI MEON (Cucums melo.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) THE EFFICIENCY OF MEON (Cucums melo.) FARMING

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci