Pendugaan Lapisan Akuifer Berdasarkan Karakteristik Kelistrikan Bumi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendugaan Lapisan Akuifer Berdasarkan Karakteristik Kelistrikan Bumi di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan"

Transkripsi

1 Pendugaan Lapisan Akuife Bedasakan Kaakteistik Kelistikan Bumi di Kabupaten Kotabau Kalimantan Selatan Si Cahyo Wahyono Abstak: Telah dilakukan penelitian tentang pendugaan lapisan akuife di Kabupaten Kotabau Kalimantan Selatan pada tanggal Agustus Daeah Kotabau temasuk dalam anak cekungan Asam-Asam dan anak cekungan Pasi tesusun atas batuan yang dipekiakan beumu Jua yang tedii dai batuan ultamafik, batuan malihan, batuan bacuh dan ijang adiolaian. Nilai tahanan jenis di lokasi penyelidikan dapat dibedakan dalam bebeapa kelompok yaitu tahanan jenis antaa Ωm pada bagian atas ditafsikan sebagai tanah penutup dalam kondisi basah sampai keing, tahanan jenis < 0 Ωm ditafsikan sebagai lapisan lempung yang besifat kedap ai, tahanan jenis 0 30 Ωm ditafsikan sebagai lapisan lempung pasian dan tahanan jenis Ωm sebagai lapisan pasi. Lapisan yang dapat betindak sebagai peangkap ai bawah tanah/akuife dipekiakan lapisan yang betahanan jenis Ωm. Mempetimbangkan aspek kemungkinan pospek ketedapatan ai tanah, maka pengukuan GL. Pada titik GL. disaankan untuk dilakukan pengeboan pada lapisan pasi pada kedalaman antaa mete untuk nilai tahanan jenis 34,68 Ωm atau kedalaman lebih dai 90 mete pada nilai tahanan jenis 70,89 Ωm. Pada titik GL.2 disaankan untuk dilakukan pengeboan pada lapisan pasi pada kedalaman antaa mete untuk nilai tahanan jenis 69,8 Ωm atau kedalaman lebih dai 80 mete pada nilai tahanan jenis 37,3 Ωm, kaena lapisan tesebut dipekiakan sebagai lapisan befungsi sebagai peangkap ai. Kata Kunci: geolistik, Schlumbege, tahanan jenis, akuife, Kotabau PENDAHULUAN Ai meupakan kebutuhan kita sehai-hai telah menjalani siklus meteoik, yaitu telah melalui poses penguapan (pecipitation) dai laut, danau maupun sungai; lalu mengalami kondensasi di atmosfe dan kemudian menjadi hujan yang tuun ke pemukaan bumi. Ai hujan yang tuun ke pemukaan bumi tesebut ada yang langsung mengali di pemukaan bumi (un off) dan ada yang meesap ke bawah pemukaan bumi (infiltation). Ai yang langsung mengali di pemukaan bumi tesebut ada yang mengali di pemukaan bumi tesebut ada yang mengali ke sungai, sebagian mengali ke danau, dan akhinya sampai kembali ke laut. Sementaa itu, ai yang meesap ke bawah pemukaan bumi melalui dua teminologi, yaitu teminologi ai tidak jenuh (vadous zone) dan teminologi ai jenuh. Teminologi ai jenuh adalah ai bawah tanah yang tedapat pada suatu lapisan batuan dan beada Staf Pengaja Pogam Studi Fisika, FMIPA, Univesitas Lambung Mangkuat Jl. A Yani km 35,8 Banjabau, scahyow@yahoo.com 40

2 Wahyono. S.C., Penentuan Lapisan Akuife... 4 pada suatu cekungan ai tanah. Teminologi ini dipengauhi oleh kondisi geologi, hidologi dan gaya tektonik, seta stuktu bumi yang membentuk cekungan ai tanah tesebut. Ai ini dapat tesimpan dan mengali pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuife. Ketebatasan ai besih dewasa ini meupakan suatu tantangan bagi manusia, kelangkaan akan ai besih disebabkan oleh bebeapa fakto, diantaanya adalah semakin besa penggunaan ai besih dan semakin menipisnya sumbe dai ai besih tesebut. Pemasalahan akan menipisnya sumbe ai besih yang sebagian besa beasal dai ai pemukaan atau ai tanah dangkal semakin seius, apalagi keadaan ini tejadi pada musim kemaau. Daeah Kotabau Kalimantan Selatan belum mengalami fenomena kekuangan akan ai besih, kaena jumlah penduduk masih elatif sedikit. Tetapi kedepannya nanti ai besih akan mulai menipis, sehingga pelu adanya eksploasi sumbe ai tanah bau. Menipisnya sumbe ai besih dai ai tanah dangkal pelu dilakukan eksploasi tehadap ai tanah dalam. Eksploasi ai tanah dalam dapat dilakukan dengan bebagai metode, diantaanya metode geofisika. Penggunaan metode geofisika untuk penelitian ai tanah sebagai altenatif untuk mendapatkan data bawah pemukaan yang akuat, yaitu mengetahui zona akumulasi ai tanah. Kebeadaan ai tanah diindikasikan dengan lapisan geometi lapisan pembawa ai yang bebeda dengan keadaan batuan disekitanya, kebeadaan ai tanah yang bebeda dengan batuan sekitanya dapat digunakan sebagai penentu metode yang sensitif letak dai ai tanah. Pendugaan keadaaan bawah pemukaan bumi dengan menggunakan metode esistivitas meupakan salah satu metode geofisika yang seing diteapkan. Metode ini meupakan salah satu metode yang digunakan untuk penelitian lingkungan kaena sifatnya yang tidak meusak medium. Peneapan metode geofisika bedasakan kaakteistik kelistikan bumi adalah teknik aplikasi yang banyak dipakai untuk mempeoleh gambaan kaakteistik fisis tanah/batuan pada pemukaan dan bawah pemukaan suatu daeah (Hendajaya dkk, 990). Distibusi

3 42 Junal Fisika FLUX, Vol. 7 No., Pebuai 200 (40 52) tesebut dapat diasosiasikan dengan kondisi geologi lokal daeah tesebut (Fette, 994). Peneapan metode geolistik tahanan jenis pada studi ai tanah di kawasan wisata Tanjung Bunga (Anwa, 2002), peneapan teknik geolistik dalam pemetaan intusi ai laut pada bawah pemukaan (Hamzah dkk, 2002 dan Khalil, 2006), investivigasi kondisi ai tanah dengan metode geolistik esistivas di Koin Ian (Lashkaipou, 2007), studi poteksi lapisan akuife menggunakan metode esistivitas DC (Baga et al, 2006 dan Mohammed et al, 2007), penentuan kaakteistik dan komponen dai lapisan akuife menggunakan studi geofisika teknik Vetical Electical Soundings (VES) di bagian baatdaya Nigeia (Bello et al, 2007), penentuan akibat satuasi ai pada lapisan akuife unconfined fluvial dengan suvei esistivitas (Koste et al, 2005), penentuan lapisan akuife bedasakan kaakteistik kelistikan bumi di Banjabau Kalimantan Selatan (Wahyono dkk, 2008) dan penentuan lapisan ai tanah dengan metode geolistik di Balangan Kalimantan Selatan (Wahyono dan Wianto, 2008). Stuktu lapisan bawah pemukaan ini dapat membeikan gambaan kondisi hidogeologis dan jenis tanah/batuan bedasakan nilai esistivitas yang teuku (Telfod et al, 998 dan Reynold, 997). Enegi potensial suatu benda adalah kemampuan benda tesebut melakukan keja. Apabila tedapat suatu muatan q yang beada dalam medan listik E yang beasal dai muatan listik Q, maka besanya usaha yang dilakukan untuk memindahkan muatan q dai titik A ke titik B melewati lintasan I adalah sama dengan jumlah usaha yang dipelukan untuk memindahkan muatan q dai titik A ke titik B melewati lintasan II. Batuan meupakan suatu matei yang mempunyai sifat-sifat kelistikan. Mineal-mineal yang dikandung batuan dan stuktu pembentuknya mengakibatkan batuan besifat konduktif tehadap aus listik. Sifat ini meupakan kaakteistik dai batuan tesebut apabila dialikan aus listik kedalamnya. Sifat listik ini dapat beasal dai alam dan yang beasal dengan menginjeksikan aus listik kedalamnya sehingga tejadi ketidakseimbangan muatan didalamnya (Hendajaya dan Aif, 990).

4 Wahyono. S.C., Penentuan Lapisan Akuife Potensial alam meupakan poses elektokimia maupun poses mekanik. Poses ini tejadi kaena adanya ai tanah yang befungsi sebagai fakto penyeimbang dai semua peistiwa tesebut di dalam tanah. Beasosiasi sebagai pelapukan mineal pada kandungan sulfida, pebedaan sifat dasa batuan dengan kandungan minealnya yang akan saling kontak pada kegiatan bioelektik, gadien temal dan tekanan. Potensial dii antaa lain potensial elektokinetik, potensi-al difusi, potensial nenst dan potensial minealisasi (Telfod et al, 998). Jadi potensial listik dapat ditimbulkan kaena adanya suatu lautan yang mengali melalui medium bepoi dengan sifat kapilenya, pada daeah yang banyak mengandung sulfida, gafit dan magnetik, dan apabila elektoda dimasukkan ke dalam lautan homogen sehingga tejadi ketidakseimbangan seta tejadi kaena adanya dua lautan yang bebeda konsentasinya sehingga ion-ion yang ada didalamnya begeak untuk mencapai keseimbangan. Batuan yang mempunyai sifat kondukto ini disebabkan kaena adanya ikatan kovalen anta ion pada batuan tesebut. Sifat konduktif pada batuan mineal ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu konduksi elektonik, konduksi elektolitik dan konduksi dielektik (Telfod et al, 998). Jadi sifat konduktif batuan mineal dapat banyak-sedikitnya elekton bebas, tingkat poositas dan adanya pengauh medan listik dai lua. Pada paktiknya aus listik diinjeksikan melalui elektoda C dan C 2. Sedangkan beda potensial diuku pada elektoda potensial P dan P 2 yang teletak diantaa C dan C 2. Sehingga beda potensial adalah: V V P I ( 2 K V I V P2 2 atau dapat ditulis menjadi: 3 4 ) ()... (2) sementaa itu haga K ditunjukkan dalam pesamaan sebagai beikut: K 2 ( ).. (3) 2 3 Secaa fisiogafis daeah Kabupaten Kotabau temasuk dalam anak cekungan Asam-Asam dan anak cekungan Pasi. Keduanya meupakan anak cekungan Baito dan Kutai. Batuan tetua yang tedapat di Kabupaten Kotabau adalah kelompok batuan yang 4

5 44 Junal Fisika FLUX, Vol. 7 No., Pebuai 200 (40 52) dipekiakan beumu Jua yang tedii dai batuan ultamafik, batuan malihan, batuan bacuh dan ijang adiolaian. Secaa tidak selaas di atas kelompok batuan beumu Jua tesebut diendapkan Fomasi Pitap dan Manunggal. Fomasi Pitap behubungan menjemai dengan Fomasi Hauyan (Rustandi dkk, 995). Stuktu yang tedapat di wilayah Kabupaten Kotabau tedii dai sesa naik, sesa gese, sesa nomal dan lipatan. Sesa naik umumnya mempunyai aah hampe Utaa-selatan hingga Baat Daya Timu Laut. Aah sesa bevaiasi dai Timu Laut Baat Daya hingga Baat Laut Tenggaa (Rustandi dkk, 995). Pada daeah pengukuan temasuk dalam Fomasi Tanjung yang meupakan peselingan konglomeat, batupasi dan batulempung dengan sisipan sepih, batubaa dan batugamping. Bagian bawah tedii dai konglomeat dan batupasi dengan sisipan batulempung, sepih dan batubaa, sedangkan bagian atas tedii dai batupasi dan batulempung dengan sisipan batugamping. Batugamping mengandung fosil Discocyclina sp, Nummulities sp dan Lepidocyclina sp yang beumu Eosen diendapkan dilingkungan fluaviatil di bagian bawah dan bealih ke delta di bagian atas. Tebal batuan dipekiakan 500 mete. Fomasi Tanjung menindih takselaas Fomasi Pitap dan Fomasi Hauyan. Lokasi tipenya di daeah Tanjung Kalimantan Selatan (Rustandi dkk, 995). Secaa teoitis setiap batuan memiliki daya hanta listik dan nilai tahanan jenis yang besifat spesifik, sesuai dengan kondisi yang mempengauhinya. Batuan yang sama belum dipastikan mempunyai haga tahanan jenis sama, dan demikian pula sebaliknya. Fakto yang bepengauh bisa beupa antaa lain: komposisi litologi dan kondisi batuan, komposisi mineal yang dikandung, kandungan benda cai dan fakto ekstenal lainnya. METODOLOGI PENELITIAN Pengukuan tahanan jenis dilakukan di tempat/daeah yang sangat memelukan ai besih, yaitu dimana daeah tesebut apabila musim penghujan kondisi ai tanah menjadi keuh, pada musim kemaau mengalami kekeingan dan adanya lapisan batuan dasa yang keas. Pesiapan pealatan yang dipelukan untuk akusisi data

6 Wahyono. S.C., Penentuan Lapisan Akuife lapangan dan melaksanakan akusisi data lapangan. Hasil akusisi data lapangan yang didapatkan kemudian diolah dengan softwae PROGRESS untuk mendapatkan cita wana yang meupakan gambaan distibusi haga esistivitas pada bawah pemukaan. Tahap teakhi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tahap intepetasi data dai hasil yang didapatkan di lapangan. Suvei meupakan langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini. Halhal yang pelu dipehatikan dan dipesiapkan saat suvei adalah: a. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini pengukuan lapangan dilakukan di daeah pemukiman pekotaan dekat GOR Kotabau. b. Letak Geogafis Letak geogafis pada titik pengukuan adalah teletak pada: titik duga GL. dengan koodinat 03 o 5,339 LS dan 6 o 2,954 BT; dan titik duga GL.2 koodinat 03 o 5,297 LS dan o 3,07 BT. Tahap suvei ini sangat penting kaena akan menentukan bebeapa hal pada saat tahap akusisi data, yaitu:. Peancangan panjang lintasan 400 dan 500 mete dengan penetasi kedalaman sekita mete, 2. Penentuan titik awal dan akhi, 3. Taget kedalaman yang akan diuku dan waktu penelitian. Lapisan tanah/batuan yang mengandung ai tanah di daeah Banjabau, lewat bawah pemukaan tanah melalui sistem akuife, akan dapat dipahami jika kondisi geologi dan geohidologi telah diketahui dengan baik. Dalam penelitian ini, bebeapa metode geofisika diteapkan secaa tepadu untuk mempeoleh gambaan kaakteistik fisis tanah dan batuan di bawah pemukaan pada daeah tesebut. Kaakteistik fisis tesebut dapat diasosiasikan dengan kondisi geologi dan geohidologi daeah tesebut. Penelitian tepadu geofisika ini dihaapkan dapat mendelineasi dan memetakan secaa lebih inci stuktu lapisan bawah pemukaan tanah dan kondisi hidogeologi daeah Kotabau. Pengukuan paamete geofisika akan dilakukan pada satu lintasan yang membentang sejauh mete ke kanan dan kii. Pada daeah suvei untuk mempeoleh gambaan distibusi kaakteistik fisika fomasi bawah pemukaan, baik dalam bentuk pofil

7 46 Junal Fisika FLUX, Vol. 7 No., Pebuai 200 (40 52) satu dimensi. Pengukuan dilakukan dengan menggunakan teknik suvei yang telah dikembangkan selama ini. Kaakteistik dan aplikasi dai masing-masing metode tesebut adalah metode geolistik (geoesistivitas), bebasis data pengukuan hambatan listik di pemukaan, diteapkan untuk memetakan distibusi nilai esistivitas (atau konduktivitas) di bawah pemukaan daeah suvei. Distibusi ini bekoelasi dengan sistem lapisan tanah di bawah pemukaan, sebagai gambaan kondisi geologi lokal. Pada peneapannya, akan dilakukan sounding -D dengan konfiguasi Schlumbege. Setelah dilakukan akusisi data di lapangan dengan mendapatkan nilai hasil data tentang esistivitas lapangan dai tiap-tiap titik, kemudian data dai lapangan dikalikan dengan fakto geometi untuk konfiguasi Sclumbege 2 L 2 l sebesa 2l (Waluyo, 200), untuk mendapatkan haga esistivitas semu dengan menggunakan pesamaan konfiguasi, kemudian diolah dengan softwae PROGRESS. Intepetasi data ini meupakan tahap yang teakhi dai metodologi penelitian ini. Dai pengolahan data akan dihasilkan nilai tahanan jenis pada tiap titik di kedalaman tetentu. Adapun intepetasi adanya kebeadaan ai tanah beada pada lapisan pasi, kaena lapisan pasi meupakan lapisan yang bepoi. Pada lapisan bepoi tesebut penyusunnya selain butian pasi itu sendii tedapat fluida yang tepeangkap. Sehingga nilai tahanan jenis/esistivitas pada lapisan pasi tesebut lumayan endah sekita Ωm. Adapun lapisan yang mengandung ai tanah sekita Ωm. Bedasakan hasil pengolahan data dapat digambakan pula jumlah lapisan dominan pada daeah tesebut seta dapat diketahui jenis lapisan batuan/tanah pada kedalaman tetentu dan ketebalan yang dapat teuku. tesebut ada yang langsung mengali di pemukaan bumi (un off) dan ada yang meesap ke bawah pemukaan bumi (infiltation). Ai yang langsung mengali di pemukaan bumi tesebut ada yang mengali di pemukaan bumi tesebut ada yang mengali ke sungai, sebagian mengali ke danau, dan akhinya sampai kembali ke laut. Sementaa itu, ai yang meesap ke bawah pemukaan bumi melalui dua teminologi, yaitu

8 Wahyono. S.C., Penentuan Lapisan Akuife teminologi ai tidak jenuh (vadous zone) dan teminologi ai jenuh. Teminologi ai jenuh adalah ai bawah tanah yang tedapat pada suatu lapisan batuan dan beada pada suatu cekungan ai tanah HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dimaksudkan menentukan sebaan dan susunan litologi bawah pemukaan tanah bedasakan sifat tahanan jenis batuannya. Kemungkinan adanya lapisan batuan yang betindak sebagai peangkap ai (akuife) yang selanjutnya dapat dipegunakan sebagai dasa dalam peencanaan pengembangan ai bawah tanah dengan caa pengeboan. Hasil dai penelitian tentang intepetasi bawah pemukaan yang bedasakan kaakteistik kelistikan bumi di daeah pemukiman pekotaan Kotabau adalah beupa gafik nilai tahanan jenis suatu matei dengan kedalaman. Hasil tesebut didapatkan dai pengukuan lapangan pada tanggal Agustus 2009 dan posisi azimut pada titik duga GL dengan koodinat 03 o 5,339 LS dan 6 o 2,954 BT; dan titik duga GL.2 koodinat 03 o 5,297 LS dan o 3,07 BT. Data yang diuku di lapangan adalah nilai aus yang diinjeksikan dan tegangan yang teuku, sehingga didapatkan nilai tahanan jenis tiap titik pengukuan dengan mengalikan fakto geometinya. Nilai tahanan jenis kemudian diolah dengan softwae PROGRESS. Hasil pengolahan data telampi. 0E- 0E0 0E 0E2 0E3 0E4 0E5 0E6 Igneous ocks Metamophics ocks Limestones Poous limestones Sandstones Gavels Sand Mals Clays Ohm.m Gamba. Hubungan nilai antaa tahanan jenis batuan

9 48 Junal Fisika FLUX, Vol. 7 No., Pebuai 200 (40 52) Bedasakan hasil intepetasi pendugaan geolistik yang dikoelasikan dengan data geologi dan hidogeologi setempat dipeoleh esistivitas log pada masing masing titik duga sepeti telihat pada Gamba. Adapun jumlah lapisan, kedalaman, ketebalan bedasakan nilai tahanan jenis, pekiaan lithologi dan sikap batuan tehadap ai bawah tanah dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Tabel hubungan jumlah lapisan, kedalaman, ketebalan nilai tahanan jenis, pekiaan lithologi dan sikap batuan tehadap ai bawah tanah Titik duga GL Lapisan Kedalaman (m) 0.0,62,62 6,55 6,55 22,6 22,6 94, 94, - Hasil penafsian Tebal (m),62,93 6,06,50 Tahanan Jenis (Ωm) 549,53 27,2 5,8 34,68 70,89 Pekiaan litologi Tanah penutup Lempung Pasian Lempung Pasian Pasi Pasi Kondisi batuan Keing Akuife Akuife Akuife Akuife GL ,00,69,69 0,69 0,69 47,43 47,43 78,0 78,0,69 9,00 36,74 30,67 06,49 30,02 7,76 69,8 37,3 Tanah penutup Pasi Lempung pasian Batuan dasa Pasi Keing Akuife Akuife Keing Akuife KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian tentang penentuan lapisan ai tanah menggunakan metode geolistik dengan konfiguasi Schlumbege di Kabupaten Kotabau Kalimantan Selatan dapat disimpulkan sebagai beikut:. Nilai tahanan jenis di lokasi penyelidikan dapat dibedakan dalam bebeapa kelompok yaitu: tahanan jenis antaa Ωm pada bagian atas ditafsikan sebagai tanah penutup dalam kondisi basah sampai keing, Tahanan jenis <0 Ωm, ditafsikan sebagai lempung yang besifat kedap ai, Tahanan jenis 0 30 Ωm, ditafsikan sebagai lempung pasian Tahanan jenis Ωm, ditafsikan sebagai lapisan pasi 2. Lapisan yang dapat betindak sebagai peangkap ai bawah tanah dipekiakan lapisan yang betahanan jenis Ωm. 3. Pada titik GL disaankan untuk dilakukan pengeboan pada

10 Wahyono. S.C., Penentuan Lapisan Akuife lapisan pasi pada kedalaman antaa mete untuk nilai tahanan jenis 34,68 Ωm atau kedalaman lebih dai 90 mete pada nilai tahanan jenis 70,89 Ωm, kaena lapisan tesebut dipekiakan sebagai lapisan befungsi sebagai peangkap ai, 4. Pada titik GL2 disaankan untuk dilakukan pengeboan pada lapisan pasi pada kedalaman antaa mete untuk nilai tahanan jenis 69,8 Ωm atau kedalaman lebih dai 80 mete pada nilai tahanan jenis 37,3 Ωm, kaena lapisan tesebut dipekiakan sebagai lapisan befungsi sebagai peangkap ai. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan selesainya penelitian ini kami ucapkan teima kasih kepada Dinas Tata Kota Kabupaten Kotabau dan teman-teman dalam akusisi data lapangan antaa lain Oi Minato, Rio Minato, Anton Kuswoyo, dan Totok Wianto. DAFTAR PUSTAKA Anwa, (2002), Studi Ai Tanah di Kawasan Wisata Tanjung Bunga dengan Metode Geolistik Tahanan Jenis, Univesitas Hasanuddin, Makasa. Bello, Abdulmajeed, A., Makinde and Victo, (2007), Delineation of the Aquife in the South-Westen Pat of the Nupe Basin, Kwaa State Nigeia, Jounal of Ameican Science, 3(2): Baga, A. C. O., Filho, W. M. and Douado, J. C., (2006), Resistivity (DC) Method Applied to Aquife Potection Studies, RBGf Bazilian Jounal of Geophysics, 24(4): Fette, C. W., (994), Applied Hydogeology, Macmillan Pub. Co. Hamzah, U., Samsudin, A. R. dan Malim, E. P., (2002), Pemetaan Kemasinan Ai Bawah Tanah di Kuala Selango dengan Teknik Geoelektik, Posiding Semina IRPA RMK-7, Pusat Penguusan Penyelidikan, UKM, 2: Hendajaya, L. dan Aif, I., (990), Geolistik Tahanan Jenis, Monogafi: Metoda Eksploasi, Laboatoium Fisika Bumi, ITB, Bandung Khalil, M. H., (2006), Geoelectic Resistivity Sounding fo Delineating Salt Wate Intusion in the Abu Zenima aea, West Sinai, Egypt, Jounal Geophysics and Engineeing, 3: Koste, J. W. and Hay, D. L., (2005), Effect of Wate Satuation on a Resistivity Suvey of an Unconfined Fluvial Aquife in Columbus, MS, Hydology Day, -20. Lashkaipou, G. R., (2007), An Investivigation of Goundwate Condition by Geoelctical Resistivity Method: A Case Study in Koin Aquife,

11 50 Junal Fisika FLUX, Vol. 7 No., Pebuai 200 (40 52) Southeast Ian, Jounal of Spatial Hydology, 7(2). Mohammed, L. N., Aboh, H. O. and Emenike, E. A., (2007), A Regional Geoelectic Investivigation fo Goundwate Exploation in Minna Aea, Noth West Nigeia, Science Wold Jounal, 2(4): 5-9. Ruswandi, E., Nila, E. S., Sunyoto, P. dan Magono, U., (995), Peta Geologi Lemba Kotabau, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), Bandung Roynold J. M, (997), An Intoduction to Applied and Envionmental Geophysics, John Wiley and Sons Ltd., New Yok. Telfod, W. M., Geldat, L. P. and Sheiff, R. E., (998), Applied Geophysics 2nd Ed., Cambidge Univesity Pess, USA. Wahyono, S. C, Siega, S. S. dan Wianto, T., (2008) Penentuan Lapisan Akuife Bedasakan Sifat Kaakteistik Kelistikan Bumi, Junal Fisika FLUX, Vol. 5, No., hal Wahyono, S. C. dan Wianto, T., (2008) Penentuan Lapisan Ai Tanah dengan Metode Geolistik Schlumbege di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan, Junal Fisika FLUX, Vol. 5, No. 2, hal Waluyo, (200), Panduan Wokshop Eksploasi Geofisika (Teoi dan Aplikasi), Laboatoium Geofisika, FMIPA, UGM, Yogyakata.

12 Wahyono. S.C., Penentuan Lapisan Akuife... 5 LAMPIRAN Pengukuan GL pada koodinat 03 o 5,339 LS dan 6 o 2,954 BT.

13 52 Junal Fisika FLUX, Vol. 7 No., Pebuai 200 (40 52) Pengukuan GL2 pada koodinat 03 o 5,297 LS dan o 3,07 BT.

Pendugaan Lapisan Akuifer dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Rampa Manunggul, Kotabaru

Pendugaan Lapisan Akuifer dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Rampa Manunggul, Kotabaru Pendugaan Lapisan dengan Metode Geolistik Konfiguasi Schlumbege di Rampa Manunggul, Kotabau Si Cahyo Wahyono Abstak: Telah dilakukan pengukuan lapisan akuife di Rampa Manunggul, Kabupaten Kotabau bedasakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. . TEOR DSR 3.. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan beda

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan, Agustus 04 Ditebitkan oleh: Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan Alam, Univesitas Pattimua SBN: 978-60-9755-- Deskipsi halaman sampul : Gamba yang ada pada

Lebih terperinci

Studi Sebaran Potensi Air Tanah Di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Samarinda Utara Berdasarkan Resistivitas Batuan

Studi Sebaran Potensi Air Tanah Di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Samarinda Utara Berdasarkan Resistivitas Batuan ISBN : 978-602-72658-1-3 Studi Sebaan Potensi Ai Tanah Di Keluahan Tanah Meah Kecamatan Samainda Utaa Bedasakan Resistivitas Batuan Debby Khaiunnisa Suyo 1, Supiyanto 2, dan Djayus 3 1 Laboatoium Geofisika,

Lebih terperinci

BAB II METODA GEOLISTRIK

BAB II METODA GEOLISTRIK BB METOD GEOLSTRK. Pendahuluan Metode Geolistik Metoda geolistik adalah salah satu metoda dalam geofisika yang memanfaatkan sifat kelistikan untuk mempelajai keadaan bawah pemukaan bumi. Metoda geolistik

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi III. TEORI DASAR A. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan

Lebih terperinci

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MELIHAT STRUKTUR PERLAPISAN BATUAN DAERAH LONGSOR. Abdul Wahid* Abstract

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MELIHAT STRUKTUR PERLAPISAN BATUAN DAERAH LONGSOR. Abdul Wahid* Abstract Abdul Wahid, Aplikasi Geolistik Resistivitas untuk melihat stuktu pelapisan batuan daeah longso APLKAS GEOLSTRK RESSTVTAS UNTUK MELHAT STRUKTUR PERLAPSAN BATUAN DAERAH LONGSOR Abdul Wahid* Abstact Has

Lebih terperinci

Penentuan Lapisan Air Tanah dengan Metode Geolistrik Schlumberger di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan

Penentuan Lapisan Air Tanah dengan Metode Geolistrik Schlumberger di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan Penentuan Lapisan Air Tanah dengan Metode Geolistrik Schlumberger di Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan Sri Cahyo Wahyono dan Totok Wianto Abstrak: Berdasarkan peta geologi daerah Balangan oleh batuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

Studi Pemrosesan dan Visualisasi Data Ground Penetrating Radar

Studi Pemrosesan dan Visualisasi Data Ground Penetrating Radar Studi Pemosesan dan Visualisasi Data Gound Penetating Rada Yudi Yulius M Pusat Penelitian Elektonika dan Telekomunikasi - LIPI yudi@ppet.lipi.go.id Yuyu Wahyu Pusat Penelitian Elektonika dan Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN SISTEM PANAS BUMI DIWAK DAN DEREKAN BERDASARKAN DATA GRAVITASI

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN SISTEM PANAS BUMI DIWAK DAN DEREKAN BERDASARKAN DATA GRAVITASI Youngste Physics Jounal ISSN : 202-771 Vol., No. 2, Apil 2014, Hal 165-170 INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN SISTEM PANAS BUMI DIWAK DAN DEREKAN BERDASARKAN DATA GRAVITASI Syamsul Ilmi (1), Udi Hamoko (1) dan

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING T.M Syahu Ichsan (1111667 ) Mahasiswa Pogam Studi Teknik Infomatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA

Peningkatan Kinerja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Berkemampuan CUDA Peningkatan Kineja Pemodelan Resistivitas DC 3D dengan GPU Bekemampuan CUDA Haiil Anwa 1,a), Achmad Imam Kistijantoo 1,b) dan Wahyu Sigutomo 2,c) 1 Laboatoium Sistem edistibusi, Kelompok Keilmuan Infomatika,

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN

APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL DALAM KEMASAN Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 14 Mei 011 APLIKASI SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO DALAM MEMPERKIRAKAN PRODUKSI AIR MINERAL

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Seambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 016 ISSN : 337-8085 PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN Tamizi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negei 10 Salatiga yaitu pada kelas VII D dan kelas VII E semeste genap tahun ajaan 2011/2012.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA) EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syaiah DI JAWA) Enny Aiyani Podi Teknik Industi FTI-UPNV Jawa Timu ABSTRAK Pemasalahan dalam penelitian ini bahwa

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

PENGARUH ULTIMATE PIT SLOPE TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG BATUBARA PT X ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ULTIMATE PIT SLOPE TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG BATUBARA PT X ABSTRAK ABSTRACT PENGARUH ULTIMATE PIT SLOPE TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG BATUBARA PT X Maan Gultom 1, Apud Djajulie, Fansiswantonny 3, Habibi 4 1,,3,4 STEM Akamigas, Jl. Gajah Mada 38 epu E-mail : gultommaan @gmail.com

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan penelitian kuantitatif koelasional. Penelitian kuantitatif koelasional adalah penelitian

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci