Estimasi Variabel Keadaan Gerak Longitudinal Pesawat Terbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Filter
|
|
- Ade Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 A-42 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) ( X Prnt) Estmas Varabel Keadaan Gerak Longtudnal Pesawat erbang Menggunakan Metode Fuzzy Kalman Flter Res Arumn San, Erna Aprlan, dan Mohammad Isa Irawan Jurusan Matematka, Fakultas MIPA, Insttut eknolog Sepuluh Nopember (IS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya 6111 Indonesa e-mal: aprl@matematka.ts.ac.d, m@ts.ac.d Abstrak Pesawat terbang merupakan sarana transportas udara yang memlk enam derajat kebebasan gerak (DOF) yatu sstem gerak yang dkontrol oleh aleron, elevator dan rudder. Gerak longtudnal pesawat terbang dkontrol oleh sstem elevator. Sstem pengendalan gerak pesawat terbang dengan mempertmbangkan adanya suatu nose, sehngga dbutuhkan estmator yang dgunakan untuk mengestmas gerak pesawat terbang. Estmas dlakukan dengan metode Kalman Flter dan kombnas Logka Fuzzy-Kalman Flter yang dsebut Fuzzy Kalman Flter, serta optmal smoothng. Berdasarkan hasl peneltan, nla Root Mean Square Error (RMSE) menunjukkan bahwa metode Fuzzy Kalman Flter relatf lebh kecl darpada metode Kalman Flter pada semua varabel gerak longtudnal pesawat terbang. Penngkatan error varabel masng-masng yatu kecepatan translas ke depan 62,4 %, kecepatan translas ke atas,7 %, kecepatan sudut ptch,9 % dan sudut ptch 1,7 %. Namun berdasarkan waktu komputas, metode Kalman Flter lebh cepat dengan waktu, 1628 s dbandngkan Fuzzy Kalman Flter yang membutuhkan waktu, 282 s. Kata Kunc Gerak Pesawat erbang, Kalman Flter, Fuzzy Kalman Flter, Optmal Smoothng. P I. PENDAHULUAN esawat terbang merupakan sarana transportaas udara yang dperlukan bag khalayak umum. Pesawat terbang memlk enam derajat kebebasan gerak (sx degree of freedom). Sstem kontrol gerak pesawat terbang dbag menjad tga yatu sstem aleron, sstem elevator dan sstem rudder. Berdasarkan arah, gerak terbang pesawat terdapat dua yatu gerak longtudnal dan gerak lateral. Dengan adanya faktor-faktor nternal dan eksternal dar pesawat yang dapat menghambat kestablan pesawat terbang saat terbang d udara. Sstem pengendalan pesawat terbang yang telah drancang sesua kebutuhan dengan tngkat pengukuran yang akurat akan terdapat adanya suatu nose [1],[6]. Nose tersebut ukurannya sangat kecl. Nose tersebut dapat terjad pada nose sstem dan nose pengukuran. Meskpun ukurannya sangat kecl, nose-nose tersebut dapat menghambat knerja dar sstem pengendalan gerak pesawat. Untuk mengetahu tngkat nose pada sstem gerak pesawat terbang tersebut dperlukan adanya suatu pendekatan yang lebh akurat dar sebelumnya. Suatu pendekatan yang dlakukan yatu berupa adanya estmator. Estmator dgunakan untuk mempredks varabel-varabel kontrol gerak pesawat terbang dengan adanya nose tersebut [7]. Kalman Flter merupakan metode yang berhasl dgunakan dalam estmas dan dentfkas varabel [9]. Fuzzy Kalman Flter merupakan suatu metode fus yang berasal dar Logka Fuzzy dan Kalman Flter. Logka Fuzzy merupakan metodde penalaran yang dapat menangan masalah ketdakpastan pada duna nyata [2]. Sedangkan Kalman Flter merupakan metode estmas varabel keadaan dar sstem lnear dnamk [3]. Pada peneltan n membahas tentang estmas varabel keadaan gerak longtudnal pesawat terbang menggunkan metode Fuzzy Kalman Flter. II. PEMBAHASAN Menentukan Model Sstem dan Model pengukuran Model sstem dan model pengukuran dapat dtuls sebaga berkut [3]: x k+1 = A k x k + B k u k + G k w k z k = H k x k + v k dmana w k ~N(, Q k ) dan v k ~N(, R k ). Varabel keadaan yang melput yatu kecepatan translas ke depan (u), kecepatan translas ke atas (w), kecepatan sudut ptch (q) dan sudut ptch (θ). Implementas Kalman Flter Penerapan metode Kalman Flter yang dgunakan dalam waktu dskrt. ahap-tahap yang dlakukan untuk metode Kalman Flter yatu [3] 1. Pelnearan Sstem model gerak longtudnal pesawat terbang dlakukan pelnearan dengan metode jacoban. 2. Pendskrtan Pendskrtan dengan metode beda hngga maju yatu [4] x = dx dt x k+1 x k 3. ahap Predks dan ahap Koreks Pada tahap n akan dperoleh perhtungan nla estmas dan kovaran error. Implementas Fuzzy Kalman Flter ahap-tahap yang dlakukan untuk metode Fuzzy Kalman Flter yatu 1. Pendskrtan Pendskrtan dengan metode beda hngga maju yatu [4]
2 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) ( X Prnt) A-43 x = dx dt x k+1 x k 2. Proses Fuzzfkas Pada tahap n merupakan proses fuzzfkas untuk menentukan fungs keanggotaan dar masng-masng varabel Fuzzy. Fungs keanggotaan yang dterapkan menggunakan fungs keanggotaan lnear yatu pada saat maksmum dan mnmum [2],[4],[5]. Jka varabel mnmum, maka fungs keanggotaan μ x1 = (x x ) (x + x ) Jka varabel maksmum, maka fungs keanggotaan μ x2 = (x+ x) (x + x ) 3. Menentukan Aturan Dasar Logka Fuzzy Pada tahap n, aturan dasar Logka Fuzzy dperoleh dar kombnas dar varabel-varabel mnmum dan varabel-varabel maksmum. Penentuan aturan dasar berdasarkan dar varbel yang dfuzzkan. Aturan dasar terbentuk yatu 2 n dengan n merupakan jumlah varabel yang dfuzzkan. Sehngga terdapat 2 n aturan yang akan dgunakan untuk penerapan Fuzzy Kalman Flter [4],[5]. 4. Penerapan Algortma Kalman Flter Pada tahap n dlakukan estmas dengan algortma Kalman Flter pada waktu dskrt dengan model sstem dan model pengukuran dperoleh melalu proses fuzzfkas dan aturan dasar Logka Fuzzy [4],[5]. 5. Defuzzfkas Proses defuzzfkas merupakan proses flter untuk memperoleh hasl estmas akhr. Rumus bobot yang dperoleh berdasarkan hmpunan-hmpunan Fuzzy yang terbentuk dar kombnas fungs keanggotaan dar varabel-varabel Fuzzy sesua aturan dasar. Rumus bobot tersebut dperoleh dar jumlah dar setap hmpunan Fuzzy yang dkalkan dengan hasl estmas masng-masng kemudan dbag dengan jumlah dar hmpunan-hmpunan Fuzzy [4],[5]. x k+1 = ρ1 1 x k+1 + ρ 2 2 x k ρ x k+1 ρ 1 + ρ ρ dmana = 2 n. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan Gerak Longtudnal Pesawat erbang Gerak longtudnal pesawat terbang dpengaruh oleh kecepatan translas ke depan (u), kecepatn translas ke atas (w), kecepatan sudut ptch (q) dan sudut ptch (θ). Persamaan gerak longtudnal pesawat terbang dperoleh sebaga berkut: u = X u u + X w w wq gθ + X δe δ e + X δ δ w = Z u u + Z w w + U q + qu + Z δe δ e + Z δ δ (1) q = (M u + M w Z u )u + (M w + M w Z w )w + (M q + M w U )q + M w qu + (M δe + M w Z δe )δ e +(M δ + M w Z δ )δ θ = q (1) Dengan memsalkan [6]: M u = M u + M w Z u M δe = M δe + M w Z δe M w = M w + M w Z w M δ = M δ + M w Z δ M q = M q + M w U Dan untuk outputnya berdasarkan peneltan yang drujuk, varabel yang dapat damt yatu w, q sehngga dperoleh [6] z = [ w q ] 1. Dskrtsas Berdasarkan persamaan (1) untuk memperoleh sstem persamaan waktu dskrt dengan cara melakukan proses pendskrtan dengan menggunakan metode beda hngga maju. Sehngga dperoleh persamaan gerak longtudnal pesawat terbang waktu dskrt yatu u k+1 = (X u + 1)u k + X w w k w k q k g θ k +X δe δ e + X δ δ w k+1 = Z u u k + (Z w + 1)w k + U q k + q k u k +Z δe δ e + Z δ δ q k+1 = M u u k + M w w k + (M q + 1)q k + M w q k u k + M δe δ e + M δ δ θ k+1 = q k + θ k (2) 2. Pembentukan Sstem Dskrt Stokastk Sstem persamaan gerak longtudnal pesawat terbang sebenarnya memuat nose, sehngga dapat dbentuk: u k+1 = (X u + 1)u k + X w w k w k q k g θ k +X δe δ e + X δ δ + ξ 1k w k+1 = Z u u k + (Z w + 1)w k + U q k + q k u k +Z δe δ e + Z δ δ + ξ 1k q k+1 = M u u k + M w w k + (M q + 1)q k + M w q k u k + M δe δ e + M δ δ + ξ 2k θ k+1 = q k + θ k + ξ 3k (3) Output juga memuat nose pengukuran, sehngga output pada waktu dskrt yatu z k = [ w k q k ] + η k Dengan ξ k merupakan nose sstem dan η k merupakan nose pengukuran. Implementas Kalman FIlter Metode Kalman Flter dgunakan untuk sstem dskrt yang lnear. Sehngga dengan melakukan pelnearan terhadap sstem model pada persamaan (2) dengan metode jacoban yatu f 1 x k+1 = Ax k + Bu k f 1 f 1 f 1 f 2 f 2 f 2 f 2 J x = f 3 f 3 f 3 f 3 [ u k w k q k θ k ]
3 A-44 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) ( X Prnt) J u = f 1 f 1 δ e δ f 2 δ e f 2 δ f 3 f 3 δ e δ [ δ e δ ] Selanjutnya dengan menambahkan nose pada sstem dan pengukuran yang sesua pada persamaan (3). Penerapan algortma Kalman Flter yatu sebaga berkut [3]: model sstem dan model pengukuran x k+1 = A k x k + B k u k + Gξ k z k = Hx k + η k x ~N(x, P x ), ξ k ~N(, Q k ), η k ~N(, R k ) nsalsas x = x, P = P x tahap predks (tme update) P k +1 = A k P k A k + G k Q k G k x k +1 = A k x k + B k u k tahap koreks (measurement update) K k+1 = P k +1H k+1 (H k+1 P k +1H k+1 + R k+1 ) 1 P k+1 = (I K k+1 H k+1 )P k +1 x k+1 = x k +1 + K k+1 (z k+1 H k+1 x k +1) Implementas Fuzzy Kalman Flter Langkah-langkah dar metode Fuzzy Kalman Flter, sebaga berkut: 1. Fuzzfkas Varabel-varabel yang melalu proses fuzzfkas yatu kecepatan translas ke depan (u), kecepatan ranslas ke atas (w) dan kecepatan sudut ptch (q). Dengan proses fuzzfkas, varabel tersebut dtentukan pada nterval masng-masng, sebaga berkut: u [u, u + ] w [w, w + ] q [q, q + ] Dmana x pada saat mnmum dan x + pada saat maksmum. Sehngga dperoleh fungs keanggotaannya yatu Jka x mnmum μ xmn = (x x ) (x + x ) Jka x maksmum μ xmax = (x+ x) (x + x ) Dmana x adalah varabel-varabel Fuzzy. Berkut n adalah dagram blok sstem Fuzzy model gerak longtudnal pesawat terbang. Gambar 1. Dagram blok sstem Fuzzy untuk Model Gerak Longtudnal Pesawat erbang 2. Aturan Dasar Logka Fuzzy Berdasarkan aturan dasar Logka Fuzzy, varabelvarabel yang termuat dalam Fuzzfkas sehngga dperoleh 8 aturan. Sesua aturan dasar Logka Fuzzy, yatu: rule IF HEN Maka : rule 1 : IF u = u & w = w & q = q HEN A 1 rule 2 : IF u = u & w = w & q = q + HEN A 2 rule 8 : IF u = u + & w = w + & q = q + HEN A 8 3. Algortma Fuzzy Kalman Flter Berdasarkan proses fuzzfkas dan aturan dasar Logka Fuzzy, sstem gerak longtudnal pesawat terbang dperoleh terdapat 8 aturan yang akan dterapkan pada algortma Fuzzy Kalman Flter. Rule ke- : A = [ X u + 1 (Z u + q k j ) M u X w Z w + 1 M w w k j U (M q + M w u j k ) + 1 dengan j yatu pada saat mnmum dan maksmum. model sstem dan model pengukuran x k+1 = A k x k + B k u k + Gξ k z k = Hx k + η k x ~N(x, P x ), ξ k ~N(, Q k ), η k ~N(, R k ) nsalsas x = x, P = P x tahap predks (tme update) P k +1 x k +1 = A k P k (A k ) + G k Q k G k = A k x k + B k u k tahap koreks (measurement update) K k+1 = P k +1H k+1 (H k+1 P k +1H k+1 + R k+1 ) 1 P k+1 = (I K k+1 H k+1 )P k +1 x k+1 = x k +1 + K k+1 (z k+1 H k+1 x k +1) g 1 ] Dmana = 1,2,, Defuzzfkas Berdasarkan rumus bobot rata-rata, sebaga berkut [11]: x k+1 = ρ1 x k ρ 2 x k ρ 8 x k+1 8 ρ 1 + ρ ρ 8
4 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) ( X Prnt) A-45 Dmana nla dar masng-masng ρ dtentukan dar kombnas fungs keanggotaan sesua aturan. ρ 1 = μ umn. μ wmn. μ qmn Smulas ρ 2 = μ umn. μ wmn. μ qmax ρ 8 = μ umax. μ wmax. μ qmax Pada peneltan n, error model pada varabel Fuzzy yang dgunakan yatu 1% dar konds awal [4],[5]. Berkut n adalah anggota dar varbel Fuzzy yatu: u [u 1%u, u + 1%u] w [w 1%w, w + 1%w] q [q 1%q, q + 1%q] Pada kasus n dberkan konds awal yatu u() = 1,5 m s, w() =,75 m s, q() =,1 rad s, θ() =,5 rad. Dengan mengambl nla rata-rata hasl estmas yang dlakukan 1 kal, hasl estmas dtunjukkan sebaga berkut: Gambar 2. Hasl Estmas u pada KF dan FKF Gambar 3. Hasl Estmas w pada KF dan FKF Gambar 5. Hasl Estmas θ pada KF dan FKF Berdasarkan perhtungan nla RMSE dar hasl estmas pada metode Kalman Flter dan Fuzzy Kalman Flter dperoleh yatu abel 1. Nla RMSE untuk Kalman Flter dan Fuzzy Kalman Flter Varabel RMSE KF FKF u,92166,34619 w,237,2298 q,1969,19599 θ,26,2555 erlhat bahwa pada setap varabel gerak longtudnal pesawat terbang metode Fuzzy Kalman Flter relatf lebh kecl nla error rata-ratanya darpada Kalman Flter. Namun Kalman Flter lebh cepat dengan waktu,1628 s darpada Fuzzy Kalman Flter dengan waktu,282 s. Kesmpulan IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Hasl estmas menunjukkan bahwa setap varabel gerak longtudnal pesawat terbang metode Fuzzy Kalman Flter lebh bak darpada metode Kalman Flter. Nla RMSE juga menunjukkan bahwa error rata-rata dar metode Fuzzy Kalman Flter lebh kecl darpada metode Kalman Flter. Penngkatan error yatu kecepatan translas ke depan 62,4 %, kecepatan translas ke atas,7 %, kecepatan sudut ptch,9 % dan sudut ptch 1,7 %. 2. Berdasarkan waktu komputas menunjukkan bahwa metode Kalman Flter hanya membutuhkan waktu,1628 s lebh bak darpada metode Fuzzy Kalman Flter yang membutuhkan waktu,282 s. Saran Model gerak longtudnal pesawat terbang merupakan sstem model nonlnear. Oleh karena tu, untuk peneltan selanjutnya dapat dgunakan dengan metode Extended Kalman Flter. Dengan melakukan kombnas metode Logka Fuzzy dan Extended Kalman Flter. Gambar 4. Hasl Estmas q pada KF dan FKF
5 A-46 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 5 No. 2 (216) ( X Prnt) DAFAR PUSAKA [1] D. McLean, Automatc Flght Control Systems. UK: Prentce Hall Internatonal (199). [2] H. J. Zmmermann, Fuzzy Set heory and Its Aplcatons. Second Revsed Edton. Unted States: Kluwer Academc Publshers (1992), 2nd ed. [3] F. L. Lews, Optmal Estmaton wth An Introducton to Stochastc Control heory. School of Electrcal Engneerng Georga Insttute of echnology Atlanta. Georga: (1998). [4] H. Mahmur, Estmas Perkembangan Sel Kanker Menggunakan Fuzzy Kalman Flter, ess Jurusan Matematka Insttut eknolog Sepuluh Nopember, Surabaya (211). [5] G. Chen, Q. Xe, and L. S. Sheh, Fuzzy Kalman Flter, Journal Informaton of Informaton Scences. No. 19 (1997) hal [6] A. Sukand, Pengendalan Gerak Longtudnal Pesawat erbang dengan Metode Decouplng, Jurusan eknk Mesn Polteknk Neger Jakarta (21). [7] N. L. Gozal, A. S. Asjah and E. Aprlan, Estmas Varabel Dnamk Kapal Menggunakan Metode Kalman Flter, Jurnal eknk POMIS Vol. 2, No. 1, Insttut eknolog Sepuluh Nopember Surabaya, (213). [8] E. Aprlan, Subchan, F. Yunan, and S. Hartn, Estmaton and Control Desgn of Moble Robot Poston, Far East Journal of Mathematcal Scences (FJMS), PUSPHA PUBLISHER, Surabaya (213). [9] A. Rsk, M. I. Irawan, E. Aprlan, Identfkas Instrumen Gamelan Jawa Menggunakan Jarngan Fungs Bass Radal dengan Metode Pelathan Extended Kalman Flter, Prosdng Semnar Nasonal Matematka, Unverstas Jember, (214).
PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)
PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas
Lebih terperinciDesainKontrolFuzzy BerbasisPerformansiH dengan Batasan Input-Output untuk Sistem Pendulum-Kereta
ugasakhr E 91399 DesanKontrolFuzzy BerbassPerformansH dengan Batasan Input-Output untuk Sstem Pendulum-Kereta to Febraranto (8116) Dosen Pembmbng: Prof. Dr. Ir. Achmad Jazde, M.Eng. Jurusan eknk Elektro
Lebih terperinciESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL
Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang
Lebih terperinciBAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE
BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan
Lebih terperinciAPLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )
APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka
Lebih terperinciPEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF
PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak
Lebih terperinciSISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS
SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING
Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas
Lebih terperinciPEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR
PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER
BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan
Lebih terperinciPengaturan Proses Tekanan pada Sistem Pengaturan Berjaringan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network
TUGAS AKHIR TE - 091399 Pengaturan Proses Tekanan pada Sstem Pengaturan Berjarngan Menggunakan Kontroler Fuzzy Neural Network Rende Ramadhan NRP 2208100131 Dosen Pembmbng : Ir. Al Faton, M.T. Imam Arfn,
Lebih terperinciBAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan
Lebih terperinciε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan
Lebih terperinciIV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa
Lebih terperinciEFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR
EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral
Lebih terperinciAplikasi Teori Kendali Pada Permainan Dinamis Non-Kooperatif Waktu tak Berhingga
Semnar Nasonal eknolog Inormas Komunkas dan Industr (SNIKI) 4 ISSN : 85-99 akultas Sans dan eknolog UIN Sultan Syar Kasm Rau Pekanbaru, 3 Oktober 1 Aplkas eor Kendal Pada Permanan Dnams Non-Kooperat Waktu
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :
JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka
Lebih terperinciEksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi
1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM
ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas
Lebih terperinciBAB VB PERSEPTRON & CONTOH
BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur
Lebih terperinciEVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS
EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum
Lebih terperinciII. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai
II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III SKEMA NUMERIK
BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c
6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.
BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn
Lebih terperinciPERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT
BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com
Lebih terperinciDalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang
LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO
Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto
Lebih terperinciPEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL
PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com
Lebih terperinciBAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model
BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk
Lebih terperinciP n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman
OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel
Lebih terperinciREGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear
REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana
Lebih terperinciMETODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT
ISSN 4-989 METODE KORELASI BARU PADA PENYETELAN PENGENDALI PID DENGAN PENDEKATAN MODEL EMPIRIK FOPDT Abdul Wahd dan Rudy Gunawan 2 Laboratorum Sstem Proses Kma Departemen Teknk Gas dan Petrokma Progam
Lebih terperinciPerbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB
Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN DAYA
BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga
Lebih terperinciBAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa
BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.
BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan
Lebih terperinciMODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN - DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN - DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN Mkyana Ramadan, Nughthoh Arfaw Kurdh, dan Sutrma Program Stud Matematka FMIPA UNS Abstrak.
Lebih terperinciPROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI
JEMI, Vol 1, No 1, Desember 2010 PROSEDUR MENGGUNAKAN STRATIFIED RANDOM SAMPLING METHOD DALAM MENGESTIMASI PARAMETER POPULASI Des Rahmatna, SPd, MSc (Unverstas Martm Raja Al Haj) ABSTRAKSI Peneltan n dmaksudkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.
Lebih terperinciMODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS
Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5
33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan
Lebih terperinciDekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya
A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan
Lebih terperinciPemetaan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Empirical Bayes
Jurnal Matematka, Statstka & Komputas 1 Vol. 4 No. Januar 008 Pemetaan Penyakt Demam Berdarah (DBD) Kota Makassar Dengan Penduga Emprcal Bayes Ansa Abstrak Peneltan n mengkaj penggunaan model Emprcal Bayes
Lebih terperinciMEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM
MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)
Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah
Lebih terperinciPenerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC
Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor
Lebih terperinciSOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN
SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN MODEL
BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.
Lebih terperinciSeminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004
Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa
Lebih terperinciPROPOSAL SKRIPSI JUDUL:
PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan
Lebih terperinciDua cara melakukan proyeksi risiko : 1. Probabilitas di mana risiko adalah nyata 2. Konsekuensi masalah yang berhubungan dengan risiko
PROYEKSI RISIKO / PERKIRAAN RISIKO Dua cara melakukan proyeks rsko : 1. Probabltas d mana rsko adalah nyata 2. Konsekuens masalah yang berhubungan dengan rsko Perencanaan proyek bersama dengan manajer
Lebih terperinciKata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.
Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: M-16 KLASIFIKASI CURAH HUJAN BERDASARKAN DATA SATELIT MTSTAT DENGAN METODE BAYESIAN
M-6 KLASIFIKASI CURAH HUJAN BERDASARKAN DATA SATELIT MTSTAT DENGAN METODE BAYESIAN Zulhanf ), I Gede Nyoman Mndra Jaya ),) Departemen Statstka FMIPA UNPAD dzulhanf@yahoo.com, jay.komang@gmal.com Abstrak
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG
STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG Andryan Suhendra Cvl Engneerng Department, Faculty of Engneerng, Bnus Unversty Jl. K.H.
Lebih terperinciPendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik
Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,
Lebih terperinciPeramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting
Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan
Lebih terperincitoto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL REGRESI LINEAR ROBUST DENGAN ESTIMASI M PADA DATA NILAI KALKULUS II MAHASISWA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
PENERAPAN MODEL REGRESI LINEAR ROBUST DENGAN ESTIMASI M PADA DATA NILAI KALKULUS II MAHASISWA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN Yulana Abstrak:Model persamaan regres lnear dapat dnyatakan dalam bentuk matrks
Lebih terperinciBAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi
BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan
Lebih terperinciHubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya
Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL
Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas
Lebih terperinciAPLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Studi Kasus Pengenalan Karakter Tulisan Tangan)
APLIKASI KORELASI PEARSON DALAM MEMBANGUN MODEL TREE-AUGMENTED NETWORK (TAN) (Stud Kasus Pengenalan Karakter Tulsan Tangan) Irwan Bud Santoso Jurusan Teknk Informatka, Sans dan Teknolog Unverstas Islam
Lebih terperinciMODEL HEURISTIK PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN BATASAN WAKTU PENGIRIMAN
MODEL HEURISTIK PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN BATASAN WAKTU PENGIRIMAN Tjutju T. Dmyat Jurusan Teknk Industr Unverstas Pasundan E-mal : admyat@bdg.centrn.net.d ABSTRAK Penentuan rute kendaraan (Vehcle
Lebih terperinciPENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM)
PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) Rcha Agustnngsh, Drs. Lukman Hanaf, M.Sc. Jurusan Matematka, Fakultas MIPA, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan
Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF
Lebih terperinciPEMODELAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKSI TINGKAT PENCEMARAN UDARA KOTA SEMARANG ABSTRACT
PEMODELAN GENERAL REGREION NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKI TINGKAT PENCEMARAN UDARA KOTA EMARANG Bud Warsto 1, Agus Rusgyono 1 dan M. Aff Amrllah 1 Program tud tatstka FMIPA UNDIP Alumn Program tud tatstka
Lebih terperinciANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK
REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :
JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan
Lebih terperinciConfigural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB X RUANG HASIL KALI DALAM
BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan
Lebih terperinciPRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel
PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan
Lebih terperinciOptimasi Learning Radial Basis Function Neural Network dengan Extended Kalman Filter
Optmas Learnng Radal Bass Functon Neural Network dengan Extended Kalman Flter On Soesanto, S.S. M.S 1, Arfan Eko Fahrudn, S.S., M.Eng 2 Dodon Turanto N., S.Kom., M.Eng 3 1 Program Stud Matematka FMIPA
Lebih terperinci