KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II Kantor Bank Indonesia Palembang

2 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II 2010 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Agustus 2010 Ttd Endoong Abdul Gani Pemimpin

4 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK INDIKATOR EKONOMI i iii vii ix xiii RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Jasa Jasa 15 SUPLEMEN 1 KONDISI USAHA DI BANGKA BELITUNG TERUS MENINGKAT Sisi Permintaan Konsumsi 20 SUPLEMEN 2 PENINGKATAN OPTIMISME KONSUMEN PANGKALPINANG Investasi Ekspor dan Impor 22

6 Daftar Isi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Disagregasi Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi Int i, Volatile Food, dan Administered Price Inflasi Barang yang Diperdagangkan dan Tidak diperdagangkan Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang 29 SUPLEMEN 3 METODE DISAGREGASI INFLASI KOTA PANGKALPINANG 33 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kondisi Umum Kelembagaan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Bangka Belitung Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan Spread Suku Bunga 44 iv

7 Daftar Isi 3.6 Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Rentabilitas Perbankan Kelonggaran Tarik Risiko Likuiditas 47 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) 2009 Bangka Belitung Pendapatan Daerah Belanja Daerah Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota Realisasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Realisasi Dana Tugas Pembantuan Realisasi Dana Dekonsentrasi 55 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran Uang Masuk dan Aliran Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Penyediaan Uang Layak Edar 59 SUPLEMEN 4 KARAKTERISTIK DAN FORECASTING KAS TITIIPAN PANGKALPINANG 60 v

8 Daftar Isi SUPLEMEN 5 UANG LOGAM RP1.000 DAN UANG KERTAS RP DESAIN BARU RESMI DILUNCURKAN 67 BAB 6 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Lapangan Pekerjaan Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Nilai Tukar Petani (NTP) Kemiskinan 73 BAB 7 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sisi Permintaan Proyeksi Inflasi 83 DAFTAR ISTILAH vi

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) 8 Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%) 8 Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%) 9 Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) 19 Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) 19 Tabel 1.6 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang, Palembang dan Nasional, Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Tabel 2.3 Perkembangan Harga 29 Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) 38 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) 38 Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) 40 Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan II Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD) Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Bangka Belitung (Rupiah) 50 Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Bangka Belitung (Rupiah) 51 Tabel 4.4 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 (Rupiah) 52

10 Daftar Tabel Tabel 4.5 Tabel 4.6 Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka belitung Tahun Alokasi Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Tabel 4.7 Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran Tabel 4.8 Tabel 4.9 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang Dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010 Realisasi Dana Dekonsentrasi yang Dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung 58 Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung 70 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2007 Maret 2010 Garis Kemiskinan menurut daerah dan Komponen (Rupiah per Kapita per Bulan) Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Idneks Keparahan Kemiskinan Maret 2007 Maret Tabel 7.1 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Wilayah Bangka Belitung 80 Tabel 7.2 Proyek Pembangkit Sistem di Bangka 80 Tabel 7.3 Proyek Pembangkit Sistem di Belitung 81 Tabel 7.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Bangka Belitung Tahun viii

11 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Konsumen Bangka Belitung 8 Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian 9 Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian 10 Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 11 Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air 11 Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan 12 Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13 Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 13 Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa 14 Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa 15 Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi 20 Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi 22 Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung 22 Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung 24 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang, Palembang dan Nasional 25 Grafik 2.2 Indikator Tekanan Inflasi 26 Grafik 2.3 Robot Inflasi Core, Admin istered Price, dan Volatile Foods 27 Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Core, Volatile Foods, dan Administered Price 27 Grafik 2.5 Robot Inflasi Tradeable dan Non-Tradeable 28 Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Tradeable dan Non-Tradeable 28 Grafik 2.7 Kontribusi Inflasi 29 Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Bahan Makanan 29

12 Daftar Grafik Grafik 2.9 Inflasi Subkelompok Bahan Makanan 29 Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 30 Grafik 2.11 Inflasi Subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 30 Grafik 2.12 Perkembangan Harga Gula di Pasar Internasional 30 Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar 30 Grafik 2.14 Inflasi Subkelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar 30 Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Sandang 31 Grafik 2.16 Inflasi Subkelompok Sandang 31 Grafik 2.17 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 31 Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan 31 Grafik 2.19 Inflasi Subkelompok Kesehatan 31 Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 32 Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 32 Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 32 Grafik 2.23 Inflasi Subkelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 32 Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung 35 Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung 36 Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung 37 Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan II 2010 di Bangka Belitung 37 Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Triwulan II Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung 40 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan II 2010 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan II 2010 Berdasarkan Wilayah Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan x

13 Indikator Ekonomi Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM menurut Plafon Kredit 42 Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung 43 Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung 43 Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung 44 Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung 45 Grafik 3.15 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 45 Grafik 3.16 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi 45 Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung 46 Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Bangka Belitung 47 Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Penerimaan Realisasi APBD Bangka Belitung Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Belanja Realisasi APBD Bangka Belitung Grafik 4.3 Pengaturan Wewenang dan Pemerintahan 54 Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 57 Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out) 57 Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung 58 Grafik 5.4 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang 59 Grafik 5.5 Grafik 6.1 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT 70 Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Indeks) 72 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung 77 Grafik 7.2 Faktor Musiman Produksi Timah 79 xi

14 Daftar Grafik Grafik 7.3 Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Kedepan 82 Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung 83 xii

15 A. Inflasi dan PDRB INDIKATOR EKONOMI

16 Indikator Ekonomi B. Perbankan *) Data Statistik Ekonomi Keua nga n Daerah (SEKDA ) s. d Mei 2010 ** Total Aset Bank Pelapor *** DPK Ber dasarkan Lokasi Pe nghimpun Dana xiv

17 Indikator Ekonomi C. Sistem Pembayaran xv

18 Indikator Ekonomi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xvi

19 II/10 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung hingga triwulan II 2010 tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi tetap tinggi baik secara tahunan maupun triwulanan yang ditandai oleh meningkatnya aktivitas di pelabuhan serta ekspansi pasar. Inflasi cenderung mulai meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan masyarakat yang terdorong oleh peningkatan harga timah di pasar internasional. Perbankan Babel mengalami excess demand kredit dibandingkan dengan perkembangan penghimpunan dana yang terjadi. Perkembangan sistem pembayaran mengkonfirmasi tingginya aktivitas perekonomian melalui peningkatan transaksi tunai dan non tunai. Kesejahteraan masyarakat terindikasi meningkat dibarengi dengan penurunan pengangguran dan menurunnya tingkat kemiskinan. Pada triwulan III 2010, aktivitas perekonomian Bangka Belitung diperkirakan sedikit melambat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan sedikit terhambat oleh kenaikan biaya produksi. Ekspor diperkirakan meningkat terkait peningkatan produksi bersamaan dengan harga di pasar internasional yang tetap tinggi. Di samping itu, permintaan domestik diprediksi tetap kuat karena peningkatan konsumsi masyarakat. Inflasi diperkirakan mengalami peningkatan karena bulan puasa dan Idul Fitri, serta kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Perbankan diperkirakan akan tetap tumbuh walaupun diperkirakan terjadi penundaan investasi jangka pendek. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi akan meningkat.

20 Ringkasan Eksekutif Proses pemulihan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap berlangsung meski terdapat gejolak pasar keuangan akibat krisis utang Eropa. Pemulihan ini memberikan dorongan bagi kinerja perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selanjutnya disebut Bangka Belitung) yang diperkirakan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi, yaitu 6,00% (yoy) atau meningkat 2,2% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, pertumbuhan triwulanan dengan menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) diperkirakan sebesar 1,3%. Hasil Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang menunjukkan peningkatan optimisme konsumen dalam memandang perekonomian Bangka Belitung, yang terlihat dari naiknya IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) dari 111,89 menjadi 119,64 Kinerja dunia usaha pada triwulan II 2010, saat ini secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang menggembirakan dibanding sebelumnya. Terus berlanjutnya kecenderungan peningkatan harga komoditas unggulan terutama sawit, meningkatnya permintaan komoditas dan meningkatnya aktivitas ekonomi terutama di pelabuhan serta ekspansi pasar telah menjadi pendorong peningkatan kinerja dunia usaha. Hampir seluruh sektor ekonomi diperkirakan tumbuh cukup tinggi, meskipun terdapat beberapa sektor mengalami perlambatan namun lebih dikarenakan faktor teknikal. Sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi dibanding sektor lainnya didorong oleh peningkatan harga komoditas unggulan Bangka Belitung. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan terkait musim libur sekolah. Musim libur sekolah juga memberikan dorongan dalam sektor tersier. Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2010 meningkat. Sementara itu, konsumsi pemerintah mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada perdagangan luar negeri, baik ekspor maupun impor mengalami dan membuat ekspor neto terkontraksi tidak sedalam triwulan sebelumnya. Dilihat dari pembentuknya, perekonomian Bangka Belitung dari sisi permintaan dominan dipengaruhi oleh permintaaan domestik dibanding dari luar negeri. Hal ini tercermin dari kontribusi permintaan domestik di triwulan II yang mencapai 90,21%. Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada triwulan II 2010 tercatat sebesar 5,59%. Inflasi Kota Pangkalpinang ini masih di dalam kisaran proyeksi yang dibuat Bank Indonesia Palembang di awal tahun yakni 6,29±1%. 2

21 Ringkasan Eksekutif Tekanan inflasi pada triwulan II 2010 berasal dari peningkatan penghasilan masyarakat yang diperlihatkan oleh naiknya indeks penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu dan indeks ekspektasi penghasilan enam bulan yang akan datang. Peningkatan ini juga sejalan dengan naiknya harga timah di pasar internasional. Sementara itu pergerakan harga timah dapat menjadi leading indicator inflasi tahunan Kota Pangkalpinang dengan rata-rata jeda waktu enam bulan. Tekanan inflasi lainnya berasal dari peningkatan konsumsi terkait perayaan Cheng Beng dan penyelenggaraan kampanye pemilukada (pemilihan umum kepala daerah). Sementara itu, pada triwulan II 2010 tidak terdapat masalah dalam distribusi barang karena kondisi perairan Bangka Belitung cukup kondusif selama bulan April sampai dengan Juni. Namun, masalah yang timbul adalah berkurangnya persediaan bahan makanan yang menyebabkan naiknya harga akibat rendahnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa akibat gagal panen. Inflasi kelompok barang bergejolak hingga Juni tercatat sebesar 11,12% (yoy). Perilaku yang sama terjadi pada inflasi administer, meskipun kenaikan di bulan Februari 2010 dan Juni tidak sebesar pada kelompok inflasi bergejolak. Pada bulan Juni 2010 tercatat inflasi sebesar 2,73% (yoy). Hal ini memperlihatkan kenaikan inflasi tahunan di tahun 2010 lebih disebabkan oleh faktor kejutan (temporary shock), bukan faktor fundamental ekonomi Bangka Belitung. kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan II 2010 (hingga bulan Mei) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan secara umum mengalami sedikit penurunan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Permintaan kredit yang meningkat yang justru dibarengi dengan adanya shortage pendanaan dari masyarakat secara temporer menciptakan peluang bagi perbankan untuk meningkatkan laba melalui semakin lebarnya spread suku bunga. Tercatat terjadi peningkatan net-outflow kegiatan kas titipan di Pangkalpinang, perputaran kliring, dan nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) dibanding triwulan sebelumnya, yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan Bangka Belitung masih dalam level yang tinggi. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, terdapat peningkatan optimisme konsumen Pangkalpinang dalam memandang penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Hal ini sejalan dengan adanya penurunan pengangguran dan tingkat kemiskinan. Ditenggarai 3

22 Ringkasan Eksekutif naiknya harga timah di pasar internasional dan beraktivitasnya kembali penambang timah sebagai faktor penopang membaiknya tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 4,9 ± 1%, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 6,0%. Perlambatan ini terutama akibat faktor teknikal, selain itu perlambatan terjadi dikarenakan adanya kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang meningkatkan biaya para pelaku usaha. Secara triwulanan (qtq) pertumbuhan diproyeksikan tumbuh sebesar 2,9 ± 1% atau dengan menghilangkan faktor musiman sebesar 1,2% (qtq, sa). Beberapa faktor yang diperkirakan dapat memberikan stimulus pada perekonomian melalui permintaan domestik, yaitu: (1) adanya potensi peningkatan pendapatan karena meningkatnya harga komoditas khususnya timah yang memicu peningkatan konsumsi, (2) meningkatnya konsumsi terkait bulan Ramadhan dan Lebaran, (3) masih rendahnya tingkat inflasi yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat, (4) potensi peningkatan penyaluran kredit perbankan karena meningkatnya kegiatan investasi dan baiknya outlook perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, terdapat pula potensi yang patut diperhatikan karena dapat membuat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang berpotensi semakin terapresiasi yang dapat menurunkan net ekspor, (2) kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang menambah beban biaya usaha. Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung dilihat dari sisi penawaran masih tetap didominasi oleh sektor primer terutama sektor pertanian dan sektor penggalian, kemudian sektor sekunder yaitu sektor pengolahan yang berbasis pada sumber daya alam. Pertumbuhan Bangka Belitung dari sisi permintaan diperkirakan masih didominasi oleh konsumsi. Pada triwulan III 2010 konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap kuat terkait bulan Ramadhan dan Lebaran serta meningkatnya daya beli masyarakat. Hasil Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia Palembang menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi enam bulan akan datang, dan ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang semakin optimis dibanding triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor produk-produk unggulan Sumsel pada triwulan III 2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan secara triwulanan yang disebabkan oleh produksi yang memiliki kecenderungan untuk 4

23 Ringkasan Eksekutif meningkat bersamaan dengan harga di pasar internasional yang tetap tinggi. Inflasi tahunan diperkirakan akan sedikit melambat dari 5,23% (yoy) pada triwulan I menjadi 4,67±1%. Sementara itu, secara triwulanan meningkat 2,25±1% (qtq) didorong oleh peningkatan biaya produksi akibat kenaikan TDL, peningkatan permintaan terkait bulan Ramadhan dan Lebaran, serta peningkatan daya beli masyarakat akibat meningkatnya harga komoditas unggulan Bangka Belitung. Proyeksi tersebut saat ini mempunyai kecenderungan bias ke atas akibat adanya dampak lanjutan dari kenaikan TDL berupa peningkatan biaya produksi, perubahan alokasi sumber daya secara jangka pendek, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga jual. 5

24 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 6

25 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Bangka Belitung triwulan II 2010 diproyeksi tumbuh cukup tinggi. Musim libur sekolah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Dari sisi permintaan, pertumbuhan terutama ditopang oleh permintaan domestik. Proses pemulihan ekonomi dunia diperkirakan akan tetap berlangsung meski terdapat gejolak pasar keuangan akibat krisis utang Eropa. Pemulihan ini juga memberikan dorongan bagi perekonomian nasional, termasuk perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selanjutnya disebut Bangka Belitung) yang diperkirakan tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi, yaitu 6,0% (yoy) atau meningkat 2,1% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan triwulanan dengan menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) diperkirakan sebesar 1,3%. Hasil Survei Konsumen 1 Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang menunjukkan adanya peningkatan optimisme konsumen dalam memandang perekonomian Bangka Belitung, yang terlihat dari naiknya IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) dari 111,89 menjadi 119,64. Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Konsumen Bangka Belitung Su rvei Konsumen Bangka Belitung Sumber : BPS Ba ngka Belitung dan Survei Konsumen KBI Palembang 1 Survei Konsumen menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen, antara lain IKK. Konsumen dikatakan optimis jika indeks berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.

26 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1. Sisi Penawaran Hampir seluruh sektor ekonomi diperkirakan tumbuh cukup tinggi, namun terdapat beberapa sektor mengalami perlambatan yang lebih dikarenakan faktor teknikal. Sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi dibanding sektor lainnya didorong oleh peningkatan harga komoditas unggulan Bangka Belitung. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan terkait musim libur sekolah. Musim libur sekolah juga memberikan dorongan pada sektor tersier khususnya sektor pengangkutan dan komunikasi. Tabel 1. 1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan B angka B elitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Tabel 1. 2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka B elitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Dilihat dari kontribusi sektoral, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung masih didominasi oleh sektor primer, diikuti oleh sektor tersier, dan sektor sekunder. Sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang terbesar diikuti dengan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 8

27 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1. 3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhad ap PDRB Bang ka B elitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diola h Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan II 2010 tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 10,8% (yoy), meski melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,5% (yoy). Subsektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari menurunnya produksi padi (Angka Ramalan II 2010 selanjutnya disebut ARAM II 2010) periode Mei - Agustus 2010 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (Angka Realisasi 2009 selanjutnya disebut ATAP 2009), yaitu dari 183,03% (yoy) menjadi terkontraksi 47,07% (yoy). Berdasarkan ARAM II 2010, pertumbuhan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu turun sebesar 87,82% (qtq). Perlambatan ini sejalan dengan menurunnya produksi jagung dan kacang tanah pada periode yang sama. Subsektor perkebunan diperkirakan Grafik 1.2 Indikator Per tumbuhan Sektor Per tanian Sumber : BPS Bangka Belitung, di olah 9

28 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian (Lanjutan) Sumber : BPS Ba ngka Belitung, diola h Sumber : Bada n Meteorologi dan Ge ofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpi nang sedikit mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya akibat faktor cuaca yang menyebabkan meningkatnya produksi karet serta peningkatan harga karet, Crude Palm Oil (CPO), dan lada putih, sebagai komoditas unggulan Bangka Belitung. Namun sayangnya produktivitas dan kualitas karet yang dihasilkan masih tergolong rendah akibat sistem produksi yang kurang baik. Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan hasil pertanian adalah minimnya kuota pupuk bersubsidi dari ton yang diusulkan hanya ton yang disetujui. Agar penyaluran pupuk bersubsidi tepat sasaran tidak terjadi penyelewangan, dibentuk Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3). Subsektor perikanan diperkirakan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya terkait cukup kondusifnya laut. Sumber : De partemen Kelautan da n Perikanan Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambang an dan Penggalian Sumber : BPS Ba ngka Belitung, diola h Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,5% (yoy) atau naik 1,0% (qtq). Faktor utama pertumbuhan berasal dari menguatnya harga timah di pasar internasional dan meningkatnya produksi pasir timah dari penambangan darat akibat cukup rendahnya curah hujan. Sama halnya 10

29 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional dengan timah, menurunnya curah hujan diperkirakan juga akan meningkatkan produksi kaolin. Hal yang berbeda terjadi pada minyak bumi yang terjadi penurunan dibanding triwulan sebelumnya turun 5,84% (yoy) menjadi turun lebih dalam 23,06%. Secara triwulanan juga turun sebesar 29,25% (qtq) Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan sebesar 3,4% (yoy) atau naik tajam 4,4% (qtq) setelah terkontraksi 3,0% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Pada umumnya industri pengolahan di Bangka Belitung menggunakan bahan dasar timah, kelapa sawit, dan karet, namun industri pengolahan timah hingga saat ini lebih mendominasi. Produksi timah diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Terdapat tiga perusahaan crumb rubber yang memiliki lisensi, dengan total izin pengolahan sebesar ton Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor listrik, gas, dan air (LGA) tumbuh 5,2% (yoy) turun cukup tajam dari 10,7% (yoy) di triwulan I 2010, meski demikian secara triwulanan masih naik 4% (qtq). Kenaikan secara triwulanan terkonfirmasi dari naiknya penjualan listrik sebesar 4,88% dan konsumsi elpiji sebesar Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian (Lanjutan) Sumber : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi da n S umber Daya Mineral Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : De partemen Energi dan Sumber Daya Mineral, diolah Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air S umber : BPS Ba ngka Belitung, diolah 11

30 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5 Indikator Per tumbuhan Sektor L istrik, Gas, dan Air (Lanjutan) Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah 2,90%. Peningkatan penjualan terbesar pada segmen bisnis dan industri yaitu masingmasing sebesar 8,58% (qtq) dan 6,26% (qtq). Tipisnya peningkatan subsektor listrik dikarenakan belum terealisasinya penambahan kapasitas listrik. Rencana realisasi dalam waktu paling dekat adalah PLTU Air Anyir yang rencananya beroperasi November 2010, dimana sampai triwulan II 2010 telah selesai 70% Sektor Bangunan Sumber : Pertamina Bangka Belitung, diolah Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan Sumber : BPS Ba ngka Belitung, di olah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sektor bangunan tumbuh sebesar 7,0% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,8%. Pertumbuhan pengadaan semen naik dari 18,70% (yoy) pada triwulan I menjadi 33,77%. Pertumbuhan triwulanannya juga mengalami peningkatan yaitu naik 15,61% (qtq). Pada triwulan II 2010, pembangunan oleh pemerintah daerah mulai menunjukkan peningkatan, meski diperkirakan pembangunan terbesar pada triwulan III dan IV. Salah satu pembangunan yang baru dimulai adalah pembangunan gedung Pengadilan Agama Sungailiat, sementara proyek multi years tetap berlangsung seperti jembatan Batu Rusa II dan jalan Lingkar Timur. Pembangunan jalan Lingkar Timur memiliki kendala izin HPH karena penggunaan hutan lindung. Sementara itu, jembatan Batu Rusa III telah selesai. 12

31 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan dari 4,8% (yoy) menjadi 5,8%. Semua subsektor pembentuk sektor ini diperkirakan mengalami peningkatan yang cukup besar terkait adanya musim libur sekolah, perayaan Cheng Beng, dan kampanye pemilukada di empat kabupaten. Subsektor hotel dan restoran diperkirakan mengalami peningkatan yang tercermin dari rata-rata jumlah wisatawan dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang yang meningkat 20,29% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Indikator lainnya adalah naiknya jumlah penumpang melalui darat dan laut yang masuk ke Bangka Belitung dari 10,30% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 18,69%. Subsektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga mengalami peningkatan terkonfirmasi dari peningkatan arus bongkar muat di pelabuhan terbesar di Bangka Belitung, pelabuhan Pangkalbalam. Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perd agangan, Hotel, dan Restoran Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : PT Pelindo Ca bang Pelabuhan Pangkal balam dan Ta njungpa ndan, diolah Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Peng angkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II 2010 tumbuh Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 13

32 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.8 Indikator Per tumbuhan Sektor Peng angkutan dan Komunikasi (Lanjutan) Sumber: PT. Angkasa Pura Bandara Depati Amir, PT. Angkasa Pura Ba ndara H.AS. Hana djoeddin, PT Pelindo Pelabuha n Pa ngkalbalam, PT Pelindo Pelabuha n Tanj ungpandan, da n PT Pelindo Pelabuhan 35 Ilir, diolah Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keu angan, Persewaan, d an Jasa Sumber : BPS Ba ngka Belitung, diola h 7,5% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,5%, dan secara triwulanan tumbuh 2,9% (qtq). Subsektor pengangkutan diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dilihat dari pertumbuhan tahunan jumlah penumpang baik melalui udara maupun laut yang mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah penumpang melalui laut tumbuh 40,41% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi 37,89% (yoy), dan melalui udara tumbuh 5,34% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi 23,59% (yoy). Pada subsektor komunikasi tarif komunikasi seluler yang semakin murah dan permintaan konsumen yang tetap tinggi diyakini mampu menjaga kinerja subsektor komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh masih cukup tinggi yaitu 7,2% (yoy), meski tidak setinggi triwulan sebelumnya yaitu 12,8%. Secara triwulanan tumbuh 1,8% (qtq). Pada subsektor keuangan, terlihat kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan II 2010 (hingga bulan Mei) dari beberapa indikator seperti total asset dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit peningkatan. Pada subsektor persewaan dan jasa, diperkirakan mengalami peningkatan didorong oleh musim libur sekolah dan kampanye pemilukada. 14

33 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Jasa Jasa Pertumbuhan sektor jasa-jasa tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang tetap tumbuh pada kisaran 6%, yaitu 6,2%. Pendorong utama diperkirakan berasal dari subsektor jasa swasta, yaitu jasa hiburan dan rekreasi terkait dengan adanya libur sekolah dan perayaan Cheng Beng. Sementara itu, subsektor jasa pemerintahan umum dan subsektor jasa perorangan dan rumah tangga juga diperkirakan mengalami peningkatan terlihat dari realisasi belanja daerah yang relatif naik dibanding triwulan sebelumnya dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Sumber : BPS Ba ngka Belitung, diola h 15

34 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 KONDISI USAHA DI BANGKA BELITUNG TERUS MENINGKAT 2 Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Bangka Belitung, secara umum menunjukkan perkembangan usaha yang semakin membaik. Peningkatan kinerja ditunjukkan oleh meningkatnya penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum ke depan. Meskipun demikian, terdapat beberapa kontak yang menyatakan bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh faktor cuaca yang menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS) serta menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi padi. Kinerja dunia usaha pada triwulan II 2010, saat ini secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang menggembirakan dibanding sebelumnya. Terus berlanjutnya kecenderungan peningkatan harga komoditas unggulan terutama sawit, meningkatnya permintaan komoditas dan meningkatnya aktivitas ekonomi terutama di pelabuhan serta ekspansi pasar telah menjadi pendorong peningkatan kinerja dunia usaha. Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala yang membatasi pengembangan usaha antara lain faktor cuaca yakni curah hujan tinggi dan angin kencang yang berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas produksi beras dan sawit dan beberapa kendala lain yaitu (i) kenaikan harga pupuk, (ii) sertifikasi lahan yang mahal dan rumit, (iii) kondisi infrastruktur yang kurang memadai, (iv) pungutan retribusi tangkapan ikan, (v) keterbatasan anggaran operasional, dan (vi) isu lingkungan terkait dengan subsektor perkebunan. Ke depan, diperkirakan tingkat penjualan domestik masih tetap akan membaik seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, serta didukung oleh berlanjutnya tren membaiknya harga komoditas unggulan Penjualan ekspor saat ini secara umum menunjukkan berlanjutnya tren positif penjualan dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditas crumb rubber. Hal ini disebabkan oleh ekspansi usaha yang dilakukan oleh pembeli yang merupakan produsen ban di Korea yang membuka pabrik ban baru di Cina. Komoditas ikan juga mengalami peningkatan penjualan seiring dengan semakin pulihnya kondisi perekonomian negara importer. Kapasitas utilisasi pelaku usaha bervariasi, namun secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya terutama untuk karet. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, tanaman perkebunan dan peternakan, berdampak positif pada peningkatan kapasitas utilitasi penggunaan lahan, meskipun terdapat kendala keterbatasan anggaran operasional yang menyebabkan pengawasan menjadi kurang optimal. Namun di sisi lain, terdapat beberapa 2 D i pe rol e h da ri ha sil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai lansung pelaku usaha. 16

35 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional pelaku kapasitas utilisasinya mengalami penurunan disebabkan oleh beberapa kendala seperti cuaca, regulasi, maupun keterbatasan bahan baku. Hal yang menggembirakan adalah bahwa di tengah keterbatasan peningkatan usaha, beberapa kontak masih optimis untuk meningkatkan kapasitas utilisasinya ke depan. Rata-rata kontak yang melakukan investasi pada tahun ini menyatakan bahwa investasi berupa peremajaan dan penambahan peralatan maupun mesin, penambahan gudang, dan pembelian mesin giling. Selain itu, investasi yang sifatnya rutin juga dilaksanakan seperti pemeliharaan mesin. Terdapat rencana pengembangan bandara dan fasilitas pendukungnya di Pulau Belitung seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di pulau terebut. Secara umum, jumlah tenaga kerja secara umum relatif tetap, meskipun terdapat beberapa pelaku yang melakukan ekspansi usaha hal ini baru akan berpengaruh di masa yang akan datang apabila produksi sudah tidak bisa ditangani oleh tenaga kerja saat ini. Meskipun demikian, terdapat penurunan jumlah tenaga kerjanya yang bukan karena PHK, melainkan pengunduran diri. Namun di masa mendatang perusahaan tetap berencana menambah jumlah tenaga kerjanya. Di sisi lain terdapat pelaku yang menyatakan mengurangi jumlah tenaga kerjanya untuk efisiensi karena pengoperasian tenaga kerja sebanyak 4 shift dinilai tidak efisien dan ke depannya diperkirakan perusahaan akan mengurangi lagi tenaga kerjanya setelah beroperasinya mesin baru dengan kapasitas yang lebih besar. Secara umum, biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat serta biaya energi dan bahan baku seiring dengan meningkatnya harga jual di pasar dunia terutama untuk sawit dan karet. Harga jual komoditas unggulan pada triwulan II 2010 secara umum meningkat dibanding tahun sebelumnya, terutama untuk komoditas karet, sawit, dan perikanan. Demikian juga halnya harga produk otomotif, serta consumer goods yang harga jualnya ditentukan oleh prinsipal. Di sisi lain beberapa pelaku menyatakan bahwa harga jual masih mengalami penurunan dibanding tahun. Margin usaha secara umum masih relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena peningkatan usaha dan peningkatan harga umumnya diiringi oleh peningkatan biaya operasional terutama di sektor perdagangan. Bahkan bagi komoditas udang, ikan dan beras yang harganya mengalami penurunan, maupun komoditas sawit yang tingkat produksinya mengalami penurunan, tingkat margin juga menurun. Meskipun terdapat hal yang menolong penurunan tingkat pendapatan maupun margin bagi kontak yang berorientasi ekspor yaitu pelemahan nilai tukar rupiah. Fluktuasi nilai tukar sangat berpengaruh terhadap usaha kontak yang mempunyai konten impor baik untuk bahan baku, bahan penolong maupun peralatan dan mesin. Selain itu, bagi kontak yang orientasi penjualannya untuk pasar ekspor, fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh terhadap pendapatan. Di sisi lain, bagi perusahaan yang orientasi penjualan untuk pasar domestik dan tidak menggunakan komponen impor, perubahan nilai tukar relatif tidak berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Terkait dengan pembiayaan, sebagian besar kontak menggunakan dana internal untuk operasional perusahaan, meskipun demikian beberapa kontak juga menggunakan 17

36 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional pembiayaan perbankan untuk modal kerja maupun investasi terutama dari perbankan lokal dengan kisaran tingkat suku bunga yang bervariasi. Tingkat suku bunga pinjaman dalam rupiah menurut kontak masih tinggi yakni masih di atas 10% dan selisihnya cukup tinggi dibandingkan suku bunga acuan (BI-Rate). Dampak Pemberlakuan Perdagangan Bebas Asean-Cina (ACFTA) Pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) di satu sisi merupakan peluang untuk meningkatkan ekspor komoditas unggulan seperti karet, namun di sisi lain dapat menjadi ancaman masuknya produk dari Cina ke dalam negeri ataupun ancaman direbutnya pasar ekspor produk Indonesia misalnya kaolin karena Cina juga merupakan salah satu produsen kaolin. Selain itu, kenaikan harga pupuk yang mulai diberlakukan pada bulan April lalu, akan menjadi ancaman bagi pupuk lokal apabila petani akhirnya lebih tertarik untuk menggunakan pupuk dari Cina yang harganya lebih murah dan lebih hemat pemakaiannya. Selain itu, daya saing yang masih rendah terutama untuk usaha kecil dan menengah dibanding Cina menjadi faktor yang perlu menjadi perhatian. Bagi pelaku usaha yang bergerak di sektor perdagangan otomotif, saat ini belum merasakan dampak dari perdagangan bebas tersebut. Namun diperkirakan dalam jangka waktu 5 tahun mendatang, dengan masuknya barang-barang dari Cina dan ASEAN yang diperkirakan harganya lebih murah akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan kebutuhan terhadap alat pengangkutan yakni mobil sehingga akan menjadi peluang bagi pelaku usaha di perdagangan otomotif untuk meningkatkan kinerjanya. Sementara itu, pelaku usaha di bidang distribusi consumer goods, sampai saat ini belum merasakan dampak negatif perdagangan bebas ASEAN-China. Namun dalam jangka panjang, mereka memperkirakan bahwa produk Cina dapat menjadi ancaman karena harga produk yang relatif lebih murah. 18

37 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2 Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 4,2% (yoy) menjadi 4,5%. Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga naik dari 11,2% menjadi 11,6%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 7,0% (yoy) menjadi 6,7%. Perdagangan luar negeri mencatat perbaikan kinerja dimana ekspor netto mulai tumbuh 4,7% (yoy), dimana sebelumnya terkontraksi 3,5% (yoy). Hal ini terkait ekspor yang tumbuh lebih cepat dari 0,1% (yoy) menjadi 1,8% sementara impor tumbuh melambat dari 3,0% (yoy) menjadi 1,2% (yoy). Dilihat dari pembentuknya, perekonomian Bangka Belitung dari sisi permintaan dominan dipengaruhi oleh permintaaan domestik dibanding dari luar negeri. Hal ini tercermin dari kontribusi permintaan domestik di triwulan II yang mencapai 89,5%, sedangkan dari luar negeri hanya sebesar 10,5%. Tabel 1. 4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan B angka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diola h Tabel 1. 5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi PermintaanBang ka B elitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 19

38 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1. 6 Kontribusi Sisi Permintaan Terh adap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan B angka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diola h Konsumsi Konsumsi pada triwulan II 2010 mengalami perbaikan kinerja dengan pendorong utama konsumsi swasta dan pemerintah. Pertumbuhan konsumsi swasta diperkirakan naik dibanding triwulan sebelumnya dari 4,2% (yoy) menjadi 4,5%, terkonfirmasi dari penggunaan listrik untuk bisnis dan industri yang mengalami percepatan pertumbuhan. Berdasarkan hasil business survey yang dilakukan Bank Indonesia Palembang, pada triwulan II, kondisi usaha di Bangka Belitung terus mengalami perbaikan, terlihat dari peningkatan penjualan dan kapasitas utilisasi (suplemen 1). Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga mengalami kenaikan dari 11,2% (yoy) menjadi 11,6%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga meski tumbuh pada level yang cukup tinggi namun turun tipis dibanding triwulan sebelumnya dari 7,0% (yoy) menjadi 6,7% (yoy). Masih cukup tingginya konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari adanya peningkatan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama, penjualan BBM solar bersubsidi, dan penjualan listrik rumah tangga. Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi Sumber : BPS Ba ngka Belitung, diola h S umber : BPS Bangka Belitung, diolah 20 Sumber : Pertamina S umber : PLN, Wilayah Bangka Belitung

39 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 PENINGKATAN OPTIMISME KONSUMEN PANGKALPINANG Tingkat Keyakinan Konsumen Pangkalpinang yang dicerminkan dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survey Konsumen Bank Indonesia Palembang sepanjang triwulan II tahun 2010 menunjukkan optimisme yang terus meningkat. Pendukung utama peningkatan adalah perbaikan penghasilan baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Hal ini diperkirakan terjadi karena meningkatnya hasil penambangan darat dan peningkatan harga timah di pasar internasional. Sementara itu, indeks lapangan kerja menunjukkan optimisme yang terus menguat, hal ini sejalan dengan penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Peningkatan optimisme juga terjadi pada kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang, dimana naik dari 111,00 di bulan Maret menjadi 127,50 di bulan Juni. Berdasarkan Structural Equation Model di bulan Juni, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) lebih kuat pengaruhnya dalam membentuk IKK dibanding Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI). IKK dicerminkan oleh IEK sebesar 1,51 sedangkan IKESI sebesar 0,72. Grafik 4 Indeks Lapang an Pekerjaan Grafik 1 Pembentu k K eyakin an Konsumen Grafik 2 Pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan Structural Equ ation Model, Juni 2010 Grafik 3 Indeks Penghasilan Grafik 5 Indeks Konsumsi dan Ekspektasi Pengh asilan 21

40 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Investasi pada triwulan II 2010 tumbuh 1,3% (qtq) atau 3,8% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,5% (yoy). Diperkirakan pendorong utama investasi berasal dari swasta. Indikator investasi nonbangunan seperti impor barang modal menunjukkan ada peningkatan, demikian pula investasi bangunan (realisasi pengadaan semen, grafik 1.6). Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi Sumber : BPS Ba ngka Belitung, diolah Ekspor dan Impor a. Ekspor Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Bangka Belitung dari bulan Maret 2010 sampai Mei 2010 tercatat sebesar US$335,96 juta, atau naik 7,09% (yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan tahunan ekspor di triwulan II 2010 yang diperkirakan tumbuh 1,8% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,1%. Perbaikan ini didukung oleh terus menguatnya harga komoditas unggulan Bangka Belitung di pasar internasional. Timah sebagai penyumbang terbesar ekspor Bangka Belitung, harganya mengalami peningkatan tajam yaitu sebesar Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bang ka B elitung Sumber : BPS Ba ngka Belitung, di olah 22

41 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 33,73% (yoy) dan menurunnya curah hujan yang meningkatkan produksi pasir timah dari penambangan darat. Namun, berdasarkan bisnis survey, pelaku usaha timah mengatakan masih ada belum kepastian hukum mengenai penambangan darat, sehingga untuk menghindari penangkapan oleh aparat hukum pelaku usaha timah belum melakukan penambangan secara optimal. Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura. Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka B elitung (Lanjutan) Sumber : Departemen Energi da n Sum ber Daya Mineral S umber : Bloomberg Sum ber : Bloomberg Sumber : Bloomberg 23

42 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional b. Impor Berdasarkan data nilai impor non Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai impor non migas di Bangka Belitung dari bulan Maret 2010-Mei 2010 tercatat sebesar US$89,71 juta, naik sebesar 103,48% dibanding bulan Desember sampai Februari 2010, dan jika dibanding Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) naik tajam sebesar 543,67%. Adanya peningkatan impor dimulai tahun 2009 ini terkait dengan adanya pembelian kapal isap dan kapal keruk oleh para pelaku timah. Diperkirakan peningkatan ini akan terus berlanjut di tahun 2010, terkait dengan masih adanya pembelian kapal isap dan kapal keruk di tahun Namun semenjak triwulan II pertumbuhan tahunan impor tidak setinggi triwulan sebelumnya, meski secara triwulanan tetap tumbuh 0,2% (qtq). Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung (Lanjutan) 24

43 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Tekanan inflasi di triwulan II 2010 dipicu berkurangnya pasokan bahan makanan dari Pulau Jawa dan Sumatera terkait penurunan produksi 2.1 Inflasi Kota Pangkalpinang Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang,Palembang, dan Nasional Sumber: BPS, diolah Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang,Palembang dan Nasional Sumber: BPS,diolah Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada triwulan II 2010 tercatat sebesar 5,59%, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 5,05%. Inflasi Kota Pangkalpinang ini masih di dalam kisaran proyeksi yang dibuat Bank Indonesia Palembang di awal tahun yakni 6,29±1%. Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional. Data dari tahun 2008 sampai dengan 2010 angka standar deviasi Kota Pangkalpinang mencapai 6,06%, lebih tinggi dibandingkan angka standar deviasi nasional yang tercatat 2,12%. Inflasi Kota Pangkalpinang sangat dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi Bangka Belitung terhadap pasokan barang dari kota lain terutama Kota Palembang dan Jakarta. Sementara pengangkutan barang-barang menggunakan jalur laut, pada musim penghujan dan ombak tinggi, kondisi perairan dan cuaca sering kurang kondusif yang berdampak pada ketersediaan pasokan dan harga barang tersebut.

44 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Tekanan inflasi pada triwulan II 2010 berasal dari peningkatan penghasilan masyarakat yang diperlihatkan oleh naiknya indeks penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu dan indeks ekspektasi penghasilan enam bulan yang akan datang. Peningkatan ini juga sejalan dengan naiknya harga timah di pasar internasional. Sementara itu, pergerakan harga timah dapat menjadi leading indicator inflasi tahunan Kota Pangkalpinang dengan rata-rata jeda waktu enam bulan. Tekanan inflasi lainnya berasal dari peningkatan konsumsi terkait perayaan Cheng Beng dan penyelenggaraan kampanye pemilukada (pemilihan umum kepala daerah). Sementara itu, pada triwulan II 2010 tidak terdapat masalah dalam distribusi barang karena kondisi perairan Bangka Belitung cukup kondusif selama bulan April sampai dengan Juni. Namun, masalah yang timbul adalah berkurangnya persediaan bahan makanan yang menyebabkan naiknya harga akibat rendahnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa akibat gagal panen. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Harga Timah Grafik 2.2 Indikator Tekanan Inflasi Survei Konsumen Sumber: BPS Bangka Belitung dan Bloomberg, diolah Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Sumber: PT Pelindo, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah 26

45 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 2.2 Disagregasi Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi Inti, Volatile Food, dan Administered Price Dalam mengidentifikasi sumber tekanan inflasi, inflasi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Grafik 2.3 a. Inflasi inti (core inflation) Bobot Inflasi Core, Administered Price, dan Volatile Foods Merupakan inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah keseimbangan permintaan dan penawaran yang sifatnya cenderung permanen, persistent dan bersifat umum. Inflasi inti memiliki bobot yang terbesar dalam pembentukan inflasi, yaitu sebesar 50,59%. b. Inflasi administer (administered price) Merupakan inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur oleh pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, dan tarif angkutan. Bobot dalam pembentukan inflasi adalah sebesar 20,91%. c. Inflasi bergejolak (volatile foods) Merupakan inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh gejolak yang bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan distribusi. Bobotnya dalam pembentukan inflasi adalah sebesar 28,50%. Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Core, Volatile Foods, dan Administered Price Pada grafik 2.4 dapat dilihat bahwa inflasi inti (yoy) berada pada level tertinggi semasa krisis dengan nilai tertinggi 18,48% (yoy) yaitu pada saat Desember 2008, mulai kembali turun di bulan Agustus 2009 dan di tahun 2010 tercatat sebesar 3,70% (yoy). Sementara itu, hal yang berbeda terjadi Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah pada inflasi bergejolak, setelah berada pada level yang tinggi semasa krisis, mulai menurun di triwulan II 2009 namun kembali 27

46 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang mengalami kenaikan di bulan Februari 2010 sampai bulan Juni Inflasi kelompok barang bergejolak hingga Juni tercatat sebesar 11,12% (yoy). Perilaku yang sama terjadi pada inflasi administer, meskipun kenaikan di bulan Februari 2010 dan Juni tidak sebesar pada kelompok inflasi bergejolak. Pada bulan Juni 2010 tercatat inflasi sebesar 2,73% (yoy). Hal ini memperlihatkan kenaikan inflasi tahunan di tahun 2010 lebih disebabkan oleh faktor kejutan (temporary shock), bukan faktor fundamental ekonomi Bangka Belitung. Kenaikan volatile food, secara umum lebih disebabkan masalah pasokan bahan makanan sementara kenaikan administered price didorong oleh ekspektasi naiknya TDL (Tarif Dasar Listrik) di bulan Juli Inflasi Barang yang Diperdagangkan dan Tidak Diperdagangkan Inflasi barang yang diperdagangkan (tradeable) dan yang tidak diperdagangkan (non tradeable) dikelompokkan berdasarkan komoditas yang tercatat dalam neraca pembayaran (balance of payment) Indonesia. Bobot inflasi barang yang Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah diperdagangkan sebesar 26,70%, memperlihatkan efek dari luar yang berasal dari nilai tukar dan inflasi dunia hanya memberikan dampak yang kecil. Perkembangan inflasi tahunan barang yang tidak diperdagangkan memperlihatkan kecenderungan meningkat, sementara inflasi barang yang diperdagangkan relatif tidak Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah berubah. Grafik 2.5 Bobot Inflasi Tradeable dan Non-Tradeable Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Tahunan Tradeable dan Non-Tradeable 28

47 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 2.3 Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang Inflasi tahunan pada triwulan II 2010, dibanding triwulan I 2010, terjadi pada mayoritas kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok makanan jadi, kesehatan, dan transportasi yang justru mengalami penurunan. Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Grafik 2.7 Kontribusi Inflasi Sumber: BPS Bangka Belitung Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II 2010 tercatat 10,96% (yoy), naik tajam dibanding triwulan sebelumnya 5,52% (yoy). Tekanan inflasi berasal dari berkurangnya pasokan akibat berkurangnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera. Pada bulan Juni terjadi peningkatan harga bawang merah sebesar 24,00% (mtm), cabe rawit 15,69% (mtm), dan ikan kerisi 16,67%(mtm). Sementara itu, dari subkelompok, kontribusi terbesar berasal dari ikan segar, padi-padian, dan daging. Grafik 2.8 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 2.3 Perkembangan Harga Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: Disperindag, Bangka Belitung, diolah Grafik 2.9 Inflasi Subkelompok Bahan Makanan Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 29

48 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau turun dari 8,25% (yoy) di triwulan I 2010 menjadi 5,25% (yoy). Penurunan terkait turunnya harga gula tiga bulan berturut-turut yaitu bulan April, Mei, Juni dimana masing-masing turun sebesar 2,05% (mtm), 4,08%, dan 3,18%. Penurunan ini sejalan dengan turunnya harga gula di pasar internasional Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Grafik 2.11 Inflasi Subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Grafik 2.12 Perkembangan Harga Gula di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat inflasi sebesar 2,93% (yoy) di triwulan II 2010, sedikit naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,21% (yoy). Dilihat dari subkelompoknya, kenaikan inflasi akibat naiknya biaya tempat tinggal dari 2,53% (yoy) menjadi 4,07%. Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Grafik 2.14 Inflasi Subkelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 30

49 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Inflasi kelompok sandang naik dari 1,93% (yoy) di triwulan I 2010 menjadi 4,72% (yoy). Kenaikan ini terkait dengan naiknya harga emas perhiasan di bulan April, Mei, dan Juni masing-masing sebesar 0,66% (mtm), 0,57%, dan 5,11%. Kenaikan ini sejalan dengan menguatnya harga emas di pasar internasional. Selain itu, tekanan lain berasal dari adanya tahun ajar baru sekolah, yang meningkatkan harga seragam sekolah. Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Sandang Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Grafik 2.16 Inflasi Subkelompok Sandang Grafik 2.17 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: Bloomberg, diolah Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan dari 1,37% (yoy) di triwulan I 2010 menjadi 0,48% (yoy). Penurunan ini lebih dikarenakan faktor siklikal, dimana inflasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tinggi. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Subkelompok pendidikan yang memiliki bobot terbesar tidak terpengaruh dengan adanya tahun ajaran baru sekolah. Grafik 2.18 Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 2.19 Inflasi Subkelompok Kesehatan Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 31

50 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Kelompok transportasi, keuangan, dan jasa keuangan pada triwulan II 2010 mengalami inflasi sebesar 2,06% (yoy) turun tipis dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,17% (yoy). Penurunan ini terkait turunnya tarif angkutan udara di bulan April dan Mei masing-masing sebesar 18,95% (mtm) dan 8,20%. Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 2.23 Inflasi Subkelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 32

51 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Suplemen 3 METODE DISAGREGASI INFLASI KOTA PANGKALPINANG Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator inflasi dengan kontinuitas penyediaan data yang dapat disediakan dengan segera dan perannya yang dapat mencerminkan kenaikan biaya hidup masyarakat (cost of living). IHK mencakup pula variabilitas pergerakan harga karena pengaruh kejutan temporer (seperti pengaruh alam, gangguan distribusi) dan dampak perubahan kebijakan pemerintah di bidang harga (administered prices) sehingga, sering kali pergerakan inflasi IHK tidak mencerminkan perubahan harga yang bersifat langgeng (persistent price movements). 1 Untuk dapat menangkap persistent price movement dan general price movement sehingga lebih mencerminkan perubahan harga-harga fundamental perekonomian, inflasi IHK harus diagregasi untuk memperoleh komponen core inflation. Metode pengukuran inflasi inti juga sangat beragam mulai dari metode exclusion (mengeluarkan sebagian komponen inflasi), pemangkasan data stokastik (trimmed mean) ataupun model struktural. Pada metode exclusion, barang yang dikeluarkan adalah barang yang rentan terhadap shock, yaitu komoditas yang harganya diatur pemerintah (administered prices) dan komoditas bahan makanan dengan volatilitas tinggi (volatile foods). Tabel 1. Pengelompokan Sub Kelompok pada Disagregasi Inflasi No Kelompok/Subkelompok VF Adm Core No Kelompok/Subkelompok VF Adm Core BAHAN MAKANAN SANDANG 1 Padi padian, Umbi umbian dan Hasilnya 19 Sandang Laki laki 2 Daging dan Hasil hasilnya 20 Sandang Wanita 3 Ikan Segar 21 Sandang Anak anak 4 Ikan Diawetkan 22 Barang Pribadi dan Sandang Lain 5 Telur, Susu dan Hasil hasilnya KESEHATAN 6 Sayur sayuran 23 Jasa Kesehatan 7 Kacang kacangan 24 Obat obatan 8 Buah buahan 25 Jasa Perawatan Jasmani 9 Bumbu bumbuan 26 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 10 Lemak dan Minyak PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 11 Bahan Makanan Lainnya 27 Jasa Pendidikan MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TBK 28 Kursus kursus/pelatihan 12 Makanan Jadi 29 Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 13 Minuman yang Tidak Beralkohol 30 Rekreasi 14 Tembakau dan Minuman Beralkohol 31 Olahraga PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BB TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUGN 15 Biaya Tempat Tinggal 32 Transpor 16 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 33 Komunikasi dan Pengiriman 17 Perlengkapan Rumahtangga 34 Sarana dan Penunjang Transpor 18 Penyelenggaraan Rumahtangga 35 Jasa Keuangan TOTAL Berdasarkan Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia 33

52 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Metodologi pemilihan komoditas volatile foods dilakukan dengan meranking tingkat volatitas komoditas kelompok bahan makanan untuk menghasilkan urutan volatile foods berdasarkan kriteria WMAD (Weighted Mean Absolute Deviation). Kemudian, barang-barang dalam kelompok volatile food dikeluarkan berdasar ranking WMAD hingga menghasilkan rata-rata inflasi inti yang mendekati tren IHK jangka panjang. Selain pengelompokkan inflasi inti dan non inti, inflasi dapat juga dikelompokkan menjadi (i) tradable dan non tradable, (ii) core-tradable dan non core-tradable, (iii) barang dan jasa, (iv) core barang dan core jasa. Pengelompokan berdasarkan tradabel dan non tradable, diperlukan untuk mengetahui pengaruh luar negeri terhadap inflasi Kota Pangkalpinang yaitu melalui nilai tukar Rupiah dan inflasi dengan negara mitra dagang. Pengelompokan dilakukan berdasarkan berdasarkan komoditas yang tercatat dalam neraca pembayaran (balance of payment) Indonesia.Untuk barang yang tercatat dalam neraca pembayaran dikelompokkan menjadi tradable dan untuk yang tidak termasuk dimasukkan dalam non tradable. Tabel 2. Disagregasi Inflasi Tradable dan Non-Tradable dengan Pendekatan Subkelompok 34

53 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pertumbuhan kinerja perbankan di Bangka Belitung secara umum membaik. Terjadi peningkatan permintaan kredit bersamaan dengan adanya shortage temporer pada sisi pendanaan sehingga memperlebar spread suku bunga perbankan. 3.1 Kondisi Umum Secara umum, kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan II 2010 (hingga bulan Mei) dari beberapa indikator seperti total Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan secara umum mengalami sedikit peningkatan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Permintaan kredit yang meningkat yang justru dibarengi dengan adanya shortage pendanaan dari masyarakat secara temporer menciptakan peluang bagi perbankan untuk meningkatkan *Data sampai bulan Mei 2010 laba melalui semakin lebarnya spread suku bunga. Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 7,55% dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp7,87 triliun menjadi Rp8,52 triliun. Sejalan dengan terjadinya peningkatan secara triwulanan sebesar 2,79% (qtq), pertumbuhan tahunan relatif konstan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) menurun sebesar 1,69% (yoy) dari Rp8,11 triliun menjadi Rp7,97 triliun, dan mengalami penurunan sebesar 3,09% secara triwulanan (qtq). Peningkatan DPK terutama didorong oleh peningkatan simpanan deposito yang meningkat sebesar 27,24% (yoy). Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 9,79% (yoy) dari Rp3,58 triliun menjadi Rp3,93 triliun, yang sangat dipengaruhi oleh perubahan triwulanan yang meningkat sebesar 5,45% (qtq).

54 3. Perkembangan Perbankan Daerah Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,10% dari Rp2,00 triliun menjadi sebesar Rp2,46 triliun. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM mengalami peningkatan sebesar 8,21%. Peningkatan DPK yang dibarengi dengan peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara triwulanan yang lebih kecil telah menyebabkan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari sebesar 45,27% pada triwulan I 2010 menjadi sebesar 49,20% pada triwulan II Kelembagaan Grafik 3.2 Jumlah bank yang beroperasi di Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung Provinsi Bangka Belitung sampai dengan triwulan II 2010 sebanyak 19 bank dengan jumlah kantor bank sebanyak 107 kantor yang terdiri dari 2 Kantor Pusat BPR/S, 20 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 2 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 5 Kantor Cabang BPR/S, 61 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, serta 16 Kantor Kas Bank Umum, dan 1 Kantor Kas BPR. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 100 unit Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK DPK mengalami penurunan secara tahunan sebesar 1,69% (yoy). Giro tercatat menurun tajam dari Rp2,50 triliun menjadi sebesar Rp1,75 triliun atau sebesar 29,84%. Tabungan mengalami peningkatan sebesar 1,14% menjadi Rp3,57 triliun. Simpanan berjangka/deposito meningkat dari Rp2,09 triliun menjadi Rp2,65 triliun atau meningkat sebesar 27,24%. Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 3,09% yang disebabkan oleh penurunan giro dan tabungan masing-masing sebesar 6,25% dan 7,28%. Namun, deposito masih mengalami peningkatan sebesar 5,74% (qtq). 36

55 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2010 di Bangka Belitung *Data sampai bulan Mei 2010 *Data sampai bulan Mei 2010 Berdasarkan pangsa masing-masing komponen simpanan terhadap total DPK yang berhasil dihimpun, tabungan masih tercatat dengan pangsa terbesar yaitu sebesar 44,71%, kendati menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 46,73%. Sementara itu, giro dan deposito masing-masing memiliki pangsa sebesar 22,00% dan 33,30% Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang mengelompokkan wilayah Bangka Belitung yang terdiri dari Pangkalpinang, Bangka, dan Belitung. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), pertumbuhan penghimpunan DPK Pangkalpinang tercatat paling tinggi yakni sebesar 30,63% dengan pangsa pertumbuhan tahunan yang juga paling tinggi, yaitu 18,03%. Penghimpunan DPK di Kota Bangka menurun drastis sebesar 35,44% dari sebesar Rp2,95 triliun menjadi sebesar Rp1,91 triliun pada triwulan ini. Wilayah Belitung juga mengalami penurunan sebesar 12,23% (yoy). Sama halnya dengan pertumbuhan tahunan, wilayah Bangka dan wilayah Belitung tercatat mengalami penurunan DPK secara triwulanan. DPK di wilayah Bangka dan Belitung mengalami penurunan masing-masing sebesar 16,49% dan 12,04% dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar minus 3,94% dan minus 2,08%. Pertumbuhan DPK di wilayah Pangkalpinang mengalami peningkatan sebesar 7,07% dengan andil pertumbuhan sebesar 4,16%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Pangkalpinang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 58,86% dari total DPK di 37

56 3. Perkembangan Perbankan Daerah Bangka Belitung, disusul berturut-turut oleh Bangka dan Belitung masing-masing sebesar 23,90% dan 17,24%. Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah II III IV I II* Pangkal Pinang Belitung Bangka *Data sampai bulan Mei Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,79% dari tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp3,58 triliun menjadi Rp3,93 triliun. Selain sektor lain-lain, peningkatan tertinggi terjadi pada kredit sektor jasa sosial masyarakat dan kredit sektor pertambangan masing-masing sebesar 63,91% dan 141,04%. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Sektor II III IV I II* Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Listrik, Gas dan Air Konstruksi Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain *Data sampai bulan Mei

57 3. Perkembangan Perbankan Daerah Pada pertumbuhan kredit secara tahunan, sektor perindustrian dan perdagangan mencatat andil pertumbuhan negatif yang paling dalam masing-masing sebesar minus 3,84% dan minus 3,48%. Pertumbuhan kredit secara tahunan utamanya didorong oleh pertumbuhan kredit di sektor pertambangan dan sektor jasa sosial masyarakat dengan andil pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 23,86% dan 0,83%, dan secara triwulanan pertumbuhan kredit juga banyak didorong oleh sektor lain-lain dan sektor jasa konstruksi yang berandil sebesar 3,69%. Grafik 3.5 Selain sektor lain-lain, sektor Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Triwulan II 2010 perdagangan memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit yaitu sebesar 18,41%. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor sektor pertambangan dan sektor jasa konstruksi yaitu masing-masing sebesar 16,92% dan 8,25%. Selain itu, penyaluran kredit di sektor perindustran dan sektor pertanian juga mempunyai pangsa yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 7,31% dan 3,12%. *Data sampai bulan Mei Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Setiap jenis penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit konsumsi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 38,24% menjadi sebesar Rp1,43 triliun, yang kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan peningkatan sebesar 27,06%. Sementara itu, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar 9,83%. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk konsumsi tercatat mengalami peningkatan paling tajam sebesar 11,48%. Kredit konsumsi investasi meningkat sebesar 8,41%. Berbeda dengan dua jenis kredit lainnya, kredit modal kerja relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya. 39

58 3. Perkembangan Perbankan Daerah Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 45,67%, diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 36,52%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 17,81%. Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan II 2010 *Data sampai bulan Mei 2010 *Data sampai bulan Mei Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Bangka dan Belitung tercatat sebagai wilayah yang paling dominan mendorong penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 5,26% dan 4,07%. Kemudian, penyaluran kredit/pembiayaan pada wilayah Pangkalpinang mencatat andil pertumbuhan tahunan sebesar 1,41%. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah I II III IV II* Pangkal Pinang Belitung Bangka Dati II lainnya *Data sampai bulan Mei 2010 Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Bangka dan wiayah Belitung tercatat dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 7,22% dan 6,16%. Wilayah Pangkalpinang mempunyai andil pertumbuhan triwulanan sebesar 4,04%. 40

59 3. Perkembangan Perbankan Daerah Menurut komposisinya, wilayah Bangka tercatat mendominasi penyaluran kredit perbankan di Bangka Belitung, yaitu sebesar 43,84%, yang sebelumnya didominasi oleh wilayah Pangkalpinang. Pangsa penyaluran kredit di wilayah Pangkalpinang dan wilayah Belitung masing-masing sebesar 40,52% dan 15,64%. Sedangkan Dati II lainnya mempunyai pangsa yang sangat kecil mendekati nol. Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan II 2010 Berdasarkan Wilayah *Data sampai bulan Mei Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Realisasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,10%. Kredit kecil mengalami peningkatan tertinggi sebesar 42,26%, sedangkan kredit mikro dan kredit menengah masing-masing mengalami peningkatan sebesar 6,03% dan 15,90%. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 43,77%, diikuti oleh kredit investasi sebesar 24,42%. Di sisi lain, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar 2,29%. Grafik 3. 9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit UMKM mengalami peningkatan sebesar 8,21% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh perkembangan pada ketiga jenis kredit menurut penggunaan. Penyaluran kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,27%, 6,55% *Data sampai bulan Mei 2010 dan 11,46%. Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp1,43 triliun atau dengan pangsa sebesar 58,23%, sementara kredit modal kerja tercatat sebesar Rp0,80 triliun atau dengan pangsa 41

60 3. Perkembangan Perbankan Daerah sebesar 32,59%. Sementara itu, kredit investasi tercatat sebesar Rp0,23 triliun atau dengan pangsa sebesar 9,18%. Secara triwulanan (qtq), realisasi penyaluran kredit usaha kecil mengalami peningkatan signifikan sebesar 10,37%, kredit usaha menengah juga mengalami peningkatan sebesar 7,68%. Kemudian, kredit usaha mikro mengalami kenaikan sebesar 5,32%. Grafik 3.10 Menurut komposisinya, kredit kecil Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafon Kredit mempunyai pangsa tertinggi yaitu sebesar 45,50% dari keseluruhan kredit Mikro, Kecil, dan Menengah. Kemudian, kredit mikro dan kredit menengah masing-masing mempunyai pangsa sebesar 27,76% dan 26,75%. Ke depan diprediksi pangsa penyaluran kredit kecil akan semakin besar dibandingkan segmen kredit MKM lainnya karena tren pertumbuhannya yang relatif robust dibandingkan kedua jenis kredit lainnya. *Data sampai bulan Mei Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan II 2010 tercatat mengalami penurunan Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 6,93%, menurun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 7,38% maupun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), yang sebesar 8,36%. 42

61 3. Perkembangan Perbankan Daerah Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangka waktu simpanan, jenis simpanan dengan seluruh jangka waktu mengalami penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga yang secara relatif paling drastis terjadi pada jenis simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yaitu dari 8,33% ke 7,56%. Walaupun demikian, suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini juga dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yakni sebesar 7,56%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate paling rendah adalah jangka waktu 24 bulan yakni sebesar 6,63%. Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung *Data sampai bulan Mei Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Grafik 3.12 Perkembangan tingkat suku bunga Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan paling dalam pada tiga triwulan terakhir ini terjadi untuk suku bunga kredit modal kerja. Di sisi lain, suku *Data sampai bulan Mei 2010 bunga kredit investasi mengalami kenaikan. Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 13,73%, menurun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,79% dan menurun jauh dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 15,93%. 43

62 3. Perkembangan Perbankan Daerah Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan II 2010 adalah suku bunga kredit investasi, yaitu sebesar 14,30%. Sementara itu kredit konsumsi tercatat sebagai kredit dengan suku bunga terendah, yakni sebesar 13,33%. Suku bunga kredit konsumsi merupakan satu-satunya yang mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,73% menjadi 14,30% Perkembangan Spread Suku Bunga Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung *Data sampai bulan Mei 2010 Spread suku bunga bank umum konvensional, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan perbankan tercatat mengalami peningkatan pada triwulan II 2010 dari 6,42% menjadi 6,80%. Penurunan suku bunga pinjaman bersamaan dengan penurunan suku bunga simpanan secara lebih tajam menyebabkan semakin lebarnya spread suku bunga. Hal ini juga mengindikasikan adanya laju permintaan kredit yang meningkat lebih tinggi dibandingkan perkembangan penghimpunan dana, yang ditunjukkan oleh menurunnya DPK pada triwulan ini. 3.6 Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan II 2010 mencapai 3,52%, menurun dibandingkan kondisi tahun sebelumnya dan stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) tercatat sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat NPL net posisi triwulan II 2010 tercatat sebesar 0,61%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 0,92%. Perubahan NPL Gross pada periode triwulan II 2010 bervariasi pada setiap kelompok bank. Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami sedikit peningkatan NPL dari 0,19% menjadi 0,50%. Sementara itu, NPL bank pemerintah relatif konstan di sekitar 3,85%. 44

63 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.15 Perkembangan NPL per Kelompok Bank *Data sampai bulan Mei 2010 *Data sampai bulan Mei 2010 Dilihat dari sektor ekonominya, persentase NPL gross bank umum konvensional terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan yakni sebesar 82,38%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 87,42%. Sektor jasa konstruksi tercatat menyumbang NPL sebesar 1,69% dan sektor lain-lain tercatat menyumbang NPL sebesar 14,81%. Grafik 3.16 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi *Data sampai bulan Mei

64 3. Perkembangan Perbankan Daerah 3.7 Rentabilitas Perbankan Bank pemerintah mampu mencatat keuntungan sebesar Rp69,0 miliar, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mampu mencetak laba sebesar Rp6,4 miliar. Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 1,11%, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mencapai 0,30%. Beban operasional pada BUSN dan Bank Pemerintah relatif lebih besar dibandingkan pendapatan operasionalnya, yang tercermin dari BOPO masing-masing sebesar 246,72% dan 100,58%. Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan II 2010 No Indikator Angka Rasio Bank BUSN Pemerintah 1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 2 Return on Asset (ROA) Keuntungan (dalam juta Rp) 69,001 6,389 *Data sampai bulan Mei Kelonggaran Tarik Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan II 2010 tercatat sebesar Rp0,21 triliun atau 7,45% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, menurun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,26 triliun atau 47,95%, dan sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp0,25 triliun atau 9,58%. Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung *Data sampai bulan Mei

65 3. Perkembangan Perbankan Daerah 3.9 Risiko Likuiditas Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung *Data sampai bulan Mei 2010 Risiko likuiditas bank umum konvensional di Provinsi Bangka Belitung pada triwulan II 2010 adalah sebesar 108,32%. Rasio tersebut tercatat sedikit menurun jika dibandingkan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 108,88%. Menurunnya rasio likuiditas merupakan dampak dari penurunan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 0,16% (qtq) menjadi sebesar Rp7,23 triliun yang disertai dengan peningkatan pasiva likuid < 1 bulan, yaitu sebesar 0,40% (qtq) menjadi sebesar Rp6,68 triliun. 47

66 3. Perkembangan Perbankan Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 48

67 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja pada APBD 2009 sebesar 75,72% sedangkan penerimaan mencapai 98,79%. Sementara itu, realisasi dana kegiatan pembangunan 2010 pada triwulan II 2010 baru sebesar 14,00%, dan untuk tugas pembantuan dan dana dekonsentrasi juga baru mencapai 27,64% dan 37,82% 4.1 Realisasi APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) 2009 Bangka Belitung Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung yang telah diaudit oleh BPK, realisasi pendapatan daerah pada APBD 2009 sebesar 98,79% dan realisasi belanja daerah sebesar 75,72%. Baik realisasi pendapatan maupun pengeluaran pada APBD tahun 2009 lebih rendah dibanding tahun 2008 yang masing-masing tercatat sebesar 112,63% dan 79,82%. Sementara itu, SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun Berjalan) tahun 2009 dibanding tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 16,43%, turun dari Rp316,06 miliar menjadi Rp264,13 miliar. Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2009 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung

68 4. Perkembangan Keuangan Daerah Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan daerah 2009 sebesar Rp814,73 miliar atau 98,79% dari anggarannya. Persentase realisasi berasal dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) yaitu sebesar 96,68%, dimana realisasi terbesar hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu 311,66% sedangkan realisasi terkecil adalah pajak daerah yaitu 89,58%. Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Penerimaan Realisasi APBD Bangka Belitung 2009 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Realisasi dana perimbangan pada APBD 2009 sebesar Rp557,88 miliar atau 99,72%. DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) terealisasi sebesar 100%, sementara bagi hasil pajak/bukan pajak hanya 98,50%. Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Bangka Belitung (Rupiah) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Belanja Daerah Realisasi belanja daerah Bangka Belitung hanya mencapai 75,72%. Dengan pencapaian belanja tidak langsung sebesar 80,92% dan belanja langsung sebesar 70,72%. Persentase realisasi belanja tidak langsung terbesar adalah belanja subsidi yaitu sebesar 99,36%, belanja bantuan sosial sebesar 94,63%, belanja bantuan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah daerah sebesar 94,15%. Sedangkan untuk 50

69 4. Perkembangan Keuangan Daerah Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Belanja Realisasi APBD Bangka Belitung 2009 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung realisasi nominal terbesar adalah belanja hibah dan belanja pegawai yaitu masing-masing sebesar Rp156,61 miliar dan Rp129,53 miliar. Belanja langsung pada APBD tahun 2009 terealisasi sebesar 70,72%. Persentase realisasi komponen dari yang terbesar adalah belanja pegawai yaitu sebesar 85,03%, belanja barang dan jasa sebesar 81,22%, dan belanja modal sebesar 64,39%. Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Bangka Belitung (Rupiah) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 4.2 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung, dana kegiatan pembangunan yang berasal dari APBD 2010 terealisasi 14,00%, lebih rendah dibanding realisasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 21,93%. Instansi dengan realisasi anggaran terbesar adalah Dinas Pemuda dan Olahraga, Badan Lingkungan Hidup Daerah, dan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dengan masing-masing terealisasi sebesar 32,01%, 29,32%, dan 28,21%. 51

70 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.4 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD (Rupiah) Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 4.3 Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang bersumber dari APBN, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Perhitungan besarnya DAU yang diberikan mengikuti persamaan berikut : DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF), 1 Tidak memperhitungkan APBD yang dialokasikan pada Sekertariat DPRD, Kantor Penghubung, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 52

71 4. Perkembangan Keuangan Daerah Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku, dan Celah Fiskal (CF) dihitung dari selisih kebutuhan fiskal terhadap kemampuan fiskal suatu daerah. Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka masih tercatat sebagai penerima DAU terbesar dengan alokasi dana tahun 2010 sebesar Rp272,13 miliar, namun dibanding tahun 2009 menurun sebesar 2,23% (yoy). Tabel 4.5 Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,Departemen Keuangan 4.4 Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA). DBH Pajak terbagi atas komponen: (i) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21, (ii) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan (iii) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). DBH SDA diperoleh berdasarkan persentase tertentu antara Pemerintah Pusat dan Daerah dari : (i) Sektor Kehutanan, (ii) Pertambangan Umum, (iii) Perikanan, (iv) Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dan (v) Pertambangan Panas Bumi. 53

72 4. Perkembangan Keuangan Daerah Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka merupakan daerah penerima DBH terbesar pada tahun 2010 dengan alokasi DBH Pajak sebesar Rp27,02 miliar dan DBH SDA sebesar Rp36,77 miliar. Penyaluran DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi tahun anggaran berjalan. Sementara itu, alokasi kurang bayar DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi merupakan selisih antara DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi berdasarkan realisasi dan yang telah disalurkan pada tahun berjalan. Berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan No.121/PMK.07/2010 tentang alokasi kurang bayar dana bagi hasil SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi tahun anggaran 2008, Bangka Belitung mendapat alokasi sebesar Rp1.579,58 miliar (detail dapat dilihat pada tabel 4.7) Tabel 4.6 Alokasi Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun 2010 Tabel 4.7 Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran 2008 Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan 4.5 Realisasi Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Prinsip-prinsip pengaturan wewenang dan penugasan pemerintahan di Indonesia sesuai dengan beberapa landasan hukum yang berlaku saat ini (grafik 4.3), yaitu: a. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. b. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Grafik 4.3 Pengaturan Wewenang dan Pemerintahan Sumber : Departemen Keuangan RI 54

73 4. Perkembangan Keuangan Daerah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. c. PP No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. d. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara atau Lembaga. e. PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten atau Kota. f. PP No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Realisasi Dana Tugas Pembantuan Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Terdapat 6 departemen/kementerian/lembaga di Bangka Belitung yang mendapatkan dana tugas pembantuan. Dana tugas pembantuan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat fisik yaitu seperti pengadaan barang seperti tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, serta barang bantuan sosial yang dapat diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan data dari Bappeda Bangka Belitung realisasi anggaran sampai akhir Juni 2010 adalah sebesar 27,64%, lebih rendah dibanding realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu mencapai 67,58%. Instansi yang paling tinggi angka realisasinya adalah Departemen Pekerjaan Umum yaitu sebesar 39,53%. Tabel 4.8 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung Realisasi Dana Dekonsentrasi Dana dekonsentrasi mencakup semua penerimaan dan pengeluaran Gubernur dalam melaksanakan tugas pemerintah pusat, namun tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Dana ini berasal dari Anggaran 55

74 4. Perkembangan Keuangan Daerah Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai kegiatan pemerintah pusat di daerah yang bersifat non-fisik dan menunjang subkegiatan bersifat fisik, maksimal 25% dari total anggaran kegiatan. Terdapat 19 instansi di Bangka Belitung yang mendapatkan dana dekonsentrasi, dengan total pagu dana Rp224,79 miliar atau sedikit turun 8,87% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung realisasi anggaran sampai akhir Juni 2010 adalah sebesar 37,82%, lebih tinggi dibanding realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya terealisasi sebesar 11,42%. Instansi yang paling tinggi angka realisasinya adalah Arsip Nasional sebesar 95,27% diikuti dengan Departemen Pendidikan Nasional yaitu sebesar 46,97%. Tabel 4.9 Realisasi Dana Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 56

75 Bab 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai mengalami kenaikan yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian Nett-outflow tinggi terjadi pada bulan April, Mei, Juni, dan Desember, karena perayaan Cheng Beng, penyaluran gaji ke13 PNS, liburan sekolah serta Natal dan Tahun Baru. Sedangkan kecenderungan inflow terjadi pada bulan Januari dan Oktober. 5.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Tercatat terjadi peningkatan nett-outflow kegiatan kas titipan 1 di Pangkalpinang, perputaran kliring, dan nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) dibanding triwulan sebelumnya, yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung masih dalam level yang cukup tinggi. Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out) Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Berdasarkan data perkasan Kota Pangkalpinang, di triwulan II 2010 aliran uang masuk (inflow) tercatat Rp924,90 miliar, sedangkan aliran uang keluar (outflow) Rp1.339,96 miliar, sehingga terjadi 1 Layanan kebutuhan uang kartal bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu tidak dapat sepenuhnya dilayani oleh BI. Untuk itu, BI melakukan kerjasama kas titipan di bank tertentu yang bertindak sebagai pengelola kas titipan.

76 5. Perkembangan Sistem Pembayaran nett-outfloperekonomian mengingat penggunaan n uang kartal yang masih sangat dominan di Bangka Belitung. Nett-outflow yang tercatat pada triwulan II 2010 dibanding triwulan sebelumnya naik 181,39% yang menunjukkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terkait meningkatnya aktivitas pertambangan timah darat sebesar Rp415,06 miliar. Aliran uang keluar dapat mencerminkan kegiatan karena cukup rendahnya curah hujan di triwulan II Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Dari sisi nominal aktivitas perputaran kliring pada triwulan II 2010 mengalami peningkatan sebesar 8,42% (qtq) dibandingkan dengan triwulan I, yaitu dari Rp674,54 miliar menjadi Rp731,33 miliar. Pertumbuhan tahunan perputaran kliring juga mengalami peningkatan dari 36,28% (yoy) di triwulan I 2010 menjadi 55,19% %. Kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian di Bangka Belitung. Sementara itu terjadi peningkatan penolakan cek/bilyet giro dari Rp4,21 miliar di triwulan I menjadi Rp5,99 miliar, sehingga meningkatkan rasio nominal penarikan cek/bilyet giro kosong terhadap perputaran kliring dari 0,62% menjadi 0, 82%. Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Berdasarkan data perkembangann RTGS Bangka Belitung, di triwulan II 2010 nilai dan volume RTGS dari Bangka Belitung mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan tahunan (yoy) nilai RTGS dari 58

77 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Bangka Belitung naik dari 53,58% pada menjadi 55,14%, dan volume RTGS naik dari 36,35% menjadi 38,57%. Sementara itu terjadi penurunan nilai RTGS ke Bangka Belitung dibanding triwulan sebelumnya dari 75,15% menjadi 35,67% Penyediaan Uang Layak Edar Grafik 5.4 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 5.5 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia selain bertugas menyediakan uang dalam jumlah yang cukup, juga senantiasa menjagaa agar kualitas uang yang beredar di masyarakat terjaga kualitasnya. Upaya yang dilakukan melalui kegiatan yang disebut clean money policy, yaitu menarik dan memusnahkan atau melakukan kegiatan PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) uang yang tidak layak edar dan mengganti dengan yang layak edar. Berdasarkan data rata-rata uang lusuh dari tahun 2009 sampai 2010 didapat bahwa denominasi Rp1.000 merupakan pecahan uang yang paling banyak diberikan tanda PTTB, diikuti dengan pecahan Rp5.000 dan Rp Sesuai pola musiman pada triwulan II terjadi peningkatan PTTB dikarenakan adanya peningkatan aktivitas pertambangan dan pemberian gaji ke-13 PNS (pegawai negeri sipil). Jumlah penarikan uang lusuh selama triwulan II 2010 tercatat sebesar 3,62 juta lembar atau naik 247,25% (qtq). 59

78 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Suplemen 4 KARAKTERISTIK DAN FORECASTING KAS TITIPAN PANGKALPINANG Kegiatan perkasan (penyediaan uang kertas layak edar) di Bangka Belitung sampai saat ini belum ditangani secara langsung oleh Bank Indonesia, mengingat belum terdapat Kantor Bank Indonesia di Bangka Belitung. Mekanisme perkasan menggunakan sistem kas titipan, yang dikirimkan oleh Bank Indonesia Palembang secara berkala. Perkiraan kebutuhan uang kertas perlu diketahui sebagai langkah antisipatif untuk menjaga kondisi kecukupan uang yang layak edar. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian atas karakteristik perkasan Bangka Belitung berikut perkiraan kondisinya ke depan. Kebutuhan uang kertas erat kaitannya dengan teori permintaan uang dalam ekonomi. Model permintaan uang linier pada Dornbusch dan Fischer (2003) adalah sebagai berikut: Dimana M merupakan nominal uang yang diminta, P perupakan tingkat harga, Y merupakan pendapatan, dan r merupakan sukuu bunga. Kondisi keseimbangan di pasar uang terjadi ketika jumlah uang yang diminta samaa dengan uang yang ditawarkan. Dengan mengasumsikan bahwa uang yang ditawarkan merupakan vektor eksogen, dan dengan melepas restriksii linier pada persamaan tersebut, maka diperoleh bentuk sebagai berikut:,, Dimana Y dan P memiliki hubungan positif dengan M, dan dengan M. r memiliki hubungan negatif Watson dan White (1976) mengaplikasikan model permintaann uang konvensional Goldfeld melalui metode OLS dengan menggunakan data M1, PDB riil, serta sukuu bunga simpanan jangka pendek. Selain itu, model di atas juga menjelaskann bahwa tingkat harga, yang berhubungan erat dengan inflasi, akan mempengaruhi nominal permintaan uang. Mengingat expectation-augmented Phillips Curve berbasiskan New Keynesian, hal ini berkesesuaian dengan indikasi yang diperoleh oleh penelitian Phylaktis dan Taylor (1993) dengan menggunakan Cagan Model, yaitu bahwa bahwa ekspektasi inflasi merupakan salah satu hal yang paling signifikan mempengaruhi kondisi moneter. Bagshaw dan Gavin (1983) melakukan proyeksi atas penawaran uang dengan menggunakan tiga model (univariat, bivariat dengan menambahkan variabel suku bunga, dan model dengan lima variabel). Hasil estimasi mengindikasikan bahwa model dengan lima variabel lebih baik dibandingkan dua model lainnya. 60

79 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Kebutuhan uang dapat dipengaruhi oleh faktor musiman dalam perekonomian. Sehubungan dengan hal tersebut, akan dilakukan analisis karakteristik musiman nett-inflow dengan mengaplikasikan metode penyesuaian musiman dengan X12-ARIMA yang secara rutin digunakan oleh US Cencus Bureau. Penelitian ini menggunakann Vector Autoreggresion (VAR), yang pertama kali dikenalkan oleh Sims (1980), sebagai metode utama dalam analisis. Aplikasi VAR dilakukan pada data yang telah stasioner pada derajat diferensiasi yang sama. Metode Augmented Dickey-Fuller (1979) akan digunakan untuk mengetahui kondisi stasioneritas data berikut derajat integrasi antar variabel. Lag optimum estimasi VAR diketahui melalui lag length criteria, dan kemudian diuji stabilitasnya melalui analisis AR roots.. Setelah diketahui model yang optimal dan stabil, makaa langkah selanjutnya adalah analisis impulse response dan variance decomposition, yang merupakan maksud utama penggunaan model VAR itu sendiri. Kemudian, model VAR dilanjutkan untuk memperkirakan kondisi nett-inflow ke depan dengan memprediksi variabel lainnya melalui metode univariat, yaitu ARIMA. Penelitian Kang (1986) mengindikasikan bahwa penggunaan peramalan secara tidak langsung melalui ARIMA pada variabel eksogen lebih akurat ketimbang peramalan dengan ARIMA secara langsung pada variabel endogen.,, Data yang digunakan adalah dataa nett-inflow perkasan Bangka Belitung, Indeks penghasilan saat ini yang merupakan bagian dari Survei Konsumen sebagai proxy pendapatan masyarakat Bangka Belitung, BI rate untuk suku bunga, dan inflasi untuk tingkat harga. Seluruh dataa diperoleh dari Bank Indonesia kecuali untuk data inflasi yang diperoleh dari BPS. Berdasarkan data perkasan Kota Pangkalpinang, di triwulan I 2010 aliran uang masuk (inflow) tercatatt Rp1.038,71 miliar, sedangkan aliran uang keluar (outflow) Rp1. 186,21 miliar, sehingga terjadi nett-outflow sebesar Rp147,50 miliar. Aliran uang keluar dapat mencerminkan kegiatan perekonomian mengingat penggunaan uang kartal yang masih sangat dominan di Bangka Belitung. Secara umum, kondisi perkasan di Bangka Belitung mengalami nett-outflow sepanjang periode observasi. Nett-inflow tertinggi hanya terjadi pada saat puncak krisis finansial global padaa akhir tahun 2008 lalu. Berdasarkan metode X12-ARIMA, dapat ditunjukkan bahwa kebutuhan uang menurun secara musiman pada bulan januari dan oktober (sekitar Rp. 150 miliar dari kebutuhan normal), dan kebutuhan uang kertas tinggi padaa bulan April-Juni (sekitar Rp miliar sampai Rp150 miliar dari kebutuhan normal). 61

80 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Gambar 1. Perkembangan Nett-inflow dengann Penyesuaian Musiman Keterangan: NF=Nett-inflow; SF=seasonal factors; SA=seasonally adjusted Log(NF) -6,162*** Log(Y) -3,225* r P Tabel 1. Uji ADF Level -3,855** *** *signifikan pada tingkat keyakinan 90% ***signifikann pada tingkat keyakinan 99% First Difference *** -5,960*** -2,083-7,325*** Tabel 2. Pilihan Panjang Lag VAR Lag LogL LR NA * FPE e e e e-05* 4.76e-05 AIC * SC HQ * * * lag yang dipilih oleh kriteria LR: sequential modified LR test statistic (5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion Hasil uji ADF menunjukkan bahwa variabel terintegrasi pada level, dimana seluruh variabel stasioner. Sedangkan pada first difference, justru terdapat satu variabel yang tidak stasioner yaitu suku bunga. Berdasarkan hal tersebut, analisis VAR akan diaplikasikan pada level, dan tidak pada first difference. Lebih lanjut, berdasarkan lag length criteria, empat dari enam metode menunjukkan penggunaan lag sampai dengan yang keempat. Metode-metode 62

81 5. Perkembangan Sistem Pembayaran tersebut adalah sequential modified LR test statistic, Final prediction error, Akaike information criterion, Hannan-Quinn information criterion. Penggunaann lag kedua hanya didukung oleh metode Schwarz information criterion. Di sis lain, metode log-likelihood tidak menemukan lag yang tepat. Uji akar Autoreggressive menghasilkann nilai-nilai yang masing-masing kurang dari 1, yang menunjukkan bahwa sistem VAR tersebut stabil dan layak untuk digunakan dalam menganalisis impulse response dan variance decomposition. Inverse Roots of AR Characteristic Polynomial 1.5 Gambar 2. Akar AR Gambar 3. Impulse Response dari Nett-Outflow.6 Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E. Responsee of LOG(FR) to LOG(FR) Response of LOG(FR) to LOG(KPS) Response of LOG(FR) to BR Response of LOG(FR) to PMTM

82 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Analisis impulse response menunjukkan bahwa terdapat variasi assymptotic atas nett- positif terhadap nett-outflow pada periode pertama, yang kemudian pengaruh tersebut berkurang secara signifikan mulai lag kedua. Penghasilan secara akumulatif akan outflow jika terjadi shock pada masing-masing variabel. Lag nett-outflow akan berpengaruh berpengaruh positif atau sesuai dengan teori, walaupun terdapat dapat memberikan pengaruh negatif secara jangka pendek yaitu pada periode pertama dan keempat. Suku bunga secara kumulatif akan berpengaruh negatif, walaupun kecil, atau sesuai dengan teori. Pengaruh negatif tersebut terjadi mulai periode ketiga. Dekomposisi varians menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap nett- menurun seiring berjalannyaa waktu. Dominasi pengaruh penghasilan cukup signifikan, yaitu outflow tersebut adalah dirinya sendiri, walaupun demikian kontribusinya semakin sekitar 7% sejak satu periode berikutnya. Kontribusi penghasilan semakin tinggi pada periode-periode sesudahnya, dan mencapai puncaknya setelah tujuh atau delapan bulan. Hal ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan uang secara segera setelah terjadinya kenaikan penghasilan. Tabel 3. Dekomposisi Varians Periode S.E. LOG(FR) LOG(KPS) BR PMTM Sukuu bunga hanya mempunyai kontribusi rendah terhadap variasi nett-outflow, pada masing-masing periode observasi, walaupun pada dua periode pertama kontribusinya lebih tinggi dibandingkan kontribusi inflasi. Pengaruh inflasi secara instan sangat kecil. Namun padaa tiga periode sesudahnya, kontribusi inflasi terhadap variasi nett-outflow keempat. Pengaruh inflasi melonjak menjadi 12%, dan melonjak lagi menjadi 21% pada periode tersebut kemudian persisten sepanjang periode observasi padaa tingkat kontribusi 19-23%. Hasil simulasi baseline berdasarkan model VAR mengindikasikan bahwa perkasan di Bangka Belitung akan terus mengalami nett-outflow di 2010 dengan rasio outflow terhadap inflow padaa kisaran 1,2-1,5, dengan volatilitas antar bulan yang lebih rendah dibandingkann Meskipun demikian, confidence bounds yang diperoleh cukup lebar, yang menunjukkan tingginya risiko bias, dengan kecenderungan bias ke atas. 64

83 5. Perkembangan Sistem Pembayaran 3.0 Gambar 4. Hasil Proyeksi Baseline FR Actual FR (Baseline Mean) Kondisi perkasan di Bangka Belitung memiliki kecenderungan nett-outflow yang lebih tinggi pada bulan April, Mei, Juni, dan Desember, yang dapat disebabkan oleh adanya event musiman seperti perayaan Cheng Beng, penyaluran gaji ke13 pegawai negeri sipil, liburan sekolah serta Natal dan Tahun Baru. Sedangkan kecenderungan inflow terjadi pada bulan Januari dan Oktober. Selain nilainya di masa lalu, variasi nilai nett-outflow instann kecil pengaruhnya, namun pengaruhnya terindikasi lebih persisten. Di sisi lain, pergerakan pergerakan suku bunga tidak begitu dipengaruhi oleh penghasilan masyarakat. Tingkat inflasi walaupun secara mempengaruhi variasi nett-outflow. Seiring dengan prospek perbaikan perekonomian dan kecenderungan meningkatnyaa harga timah di pasar internasional, penghasilan dan inflasi Bangka Belitung berpotensi meningkat cukup tinggi pada tahun Nett-outflow Bangka Belitung diperkirakan akan terus positif pada April sampai dengan Desember Referensi Bagshaw, Michael L. and William T. Gavin (1983), Forecasting The Money Supply in Time Series Models, Working Paper 8304, Federal Reserve Bank of Cleveland Dickey, D.A. and W.A. Fuller (1979), Distribution of the Estimators for Autoregressive Time Series with a Unit Root, Journal of the American Statistical Association, Vol. 74, pp Dornbusch, Rudiger dan Stanley Fischer (2003), Macroeconomics, 6th edition, McGraw-Hill. Kang, Heejoon (1986), Univariate ARIMA Forecasts of Defined Variables, Journal of Business & Economic Statistics, Vol. 4, No. 1, pp

84 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Phylaktis, Kate dan Mark P. Taylor (1993), Money Demand, the Cagan Model and the Inflation Tax: Some Latin American Evidence, The Review of Economics and Statistics, Vol. 75, No. 1, pp Sims, Christopher A. (1980), Macroeconomics and Reality, Econometrica, Vol. 48, pp No. 1, Watson, Dan E. dan Kenneth J. White (1976), Forecasting the Demand for Money under Changing Term Structure of Interest Rates: An Application of Ridge Regression, Southern Economic Journal, Vol. 43, No. 2, pp

85 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Suplemen 5 UANG LOGAM RP1.000 DAN UANG KERTAS RP DESAIN BARU RESMI DILUNCURKAN Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. Boediono meresmikan mulai beredarnya uang logam (UL) Rupiah pecahan (seribu) Tahun Emisi (TE) 2010 dan uang kertas (UK) Rupiah pecahan (sepuluh ribu) desain baru di Gedung Bank Indonesia Bandung, Jawa Barat, padaa Selasa 20 Juli Hadir dalam acara tersebut antara lain Pjs. Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, serta Gubernur Jawaa Barat, Ahmad Heryawan, dan Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, sebagai penerima replika uang baru. Dalam laporan singkatnya, Damin Nasution menyampaikan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat perlu didukung dengan ketersediaan uang Rupiah yang memadai dan mudah dikenal ciri-ciri keasliannya guna memperlancar kegiatan transaksi. Uang logam Rupiah pecahan (seribu) bergambar Garuda Pancasilaa pada bagian depan. Sedangkann pada bagian belakang bergambar angklung dengan latar belakang Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat. Uang tersebut berwarnaa putih keperakan yang terbuat dari besi/baja yang dilapisi dengan nikel (nickel plated steel). Pemilihan gambar angklung sebagai alat musik tradisional merupakan wujud pelestarian kebudayaan nasional. Demikian juga halnya dengan gambar Gedung Sate di Bandung, Jawa Barat sebagai wujud pelestarian tempat bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Gambar 1 Uang Rupiah Baru Pecahan (Seribu) dan (Sepuluh Ribu) 67

86 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Perubahan pada uang kertas pecahan (sepuluh ribu) bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi elemen desain atau up-grading yang dilakukan terutama pada warna dominann yang semula berwarna ungu kemerahan menjadi ungu kebiruan. Meski terdapat pula perubahan pada unsur pengaman lainnya, namun demikian elemen desain utama seperti bahan uang, gambar utama, dan ukuran uang tetap atau tidak mengalami perubahan. Uang kertas pecahan Rp desain lamaa masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah sepanjang belum dicabut dan ditarik dari peredaran oleh Bank Indonesia. Perubahan lainnya pada desain uang kertas pecahan sebagai berikut : (sepuluh ribu) adalah Penambahan unsur pengaman rainbow printing dalam bidang berbentuk segi lima yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu, pada sebelah kanan gambar utama. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran letaknyaa tersebar pada sebelah kanan gambar kecil berwarna merah dan ditengahnyaa berwarnaa putih yang utama. Perubahan kode tunanetra (blind code) berupa satu buah lingkaran yang semula tidak kasat mata (visible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak pada samping kanan gambar utama. Penggantian tinta berubah warnaa (Optically Variable Ink) berupa segi delapan yang berubah warna dari hijau menjadi biru apabila dilihat dari sudut pandang berbeda menjadi desain logo BI di dalam bingkai berbentuk ornamen daerah Palembang dan tidak berubah warna (cetak offset) terletak pada sebelah kanan bawah uang. 68

87 Bab 6 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Masyarakat optimis terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Terjadi penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan NTP meningkat, namun dibarengi dengan peningkatan inflasi perdesaan Grafik 6.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, terdapat peningkatan optimisme konsumen Pangkalpinang dalam memandang penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Hal ini sejalan dengan adanya penurunan pengangguran dan tingkat kemiskinan. Ditenggarai naiknya harga timah di pasar internasional dan beraktivitasnya kembali penambang timah sebagai faktor penopang membaiknya tenaga kerja. Sektor pertambangan menyerap 20,76%, dimana terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 22,20% (bulan Februari 2010 dibanding bulan Agustus 2009). 6.1 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung, jumlah angkatan kerja Februari 2010 mencapai orang. Pada kurun waktu 4 tahun terakhir sektor primer masih tetap menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja dengan lebih dari 50% dari total angkatan kerja yang diserap, diikuti sektor tersier dimana rata-rata tenaga kerja yang terserap sebesar 35,61%, dan sektor sekunder, rata-rata menyerap 9,86% tenaga kerja.

88 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja dibanding dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. TPAK pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar 65,90%, menunjukkan penduduk usia bekerja atau penduduk berusia 15 tahun ke Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung atas yang aktif secara ekonomi sebesar 65,90%. TPAK bulan Februari 2010 mengalami peningkatan tipis dibanding bulan Agustus 2009 yang tercatat sebesar 65,05%, hal ini memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar 4,24%, yang menunjukkan dari 100 orang angkatan kerja terdapat 4 pencari kerja yang aktif maupun pasif. TPT bulan Februari 2010 menurun dibanding bulan Agustus 2009 yang tercatat sebesar 6,14%. Hal ini memperlihatkan terjadi penurunan pengangguran Lapangan Pekerjaan Ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Februari 2010 jika dibanding tahun-tahun sebelumnya memiliki pola yang sama, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor primer, diikuti dengan sektor tersier, dan terakhir sektor sekunder. Sektor primer menyerap tenaga kerja sebesar 52,20%, sektor tersier 39,08%, dan sekunder 8,70%. 70

89 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor primer pada Februari 2010 terjadi di sektor pertanian, yaitu 30,00% sedangkan sektor pertambangan menyerap 22,20%. Pada sektor sekunder, penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan tercatat sebesar 3,80%, sektor bangunan 4,70%, dan sektor listrik, gas, dan air 0,20%. Di sektor tersier, sektor perdagangan, hotel dan restoran masih tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 19,78%. Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Terdapat dua kelompok besar yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu : a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Februari Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Februari b. Kelompok Pekerja Informal di bulan Februari 2010 tercatat sebesar orang, dimana terdiri atas kelompok (i) berusaha sendiri 38,12%, (ii) berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar 23,04%, (iii) pekerja bebas pertanian 4,34%, (iv) pekerja bebas bukan pertanian 10,19%, (v) pekerja tidak dibayar 24,32%. 71

90 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari NTP (Nilai Tukar Petani), yang diperoleh dari perbandingan antara IT (Indeks Harga yang Diterima Petani) dengan IB (Indeks Harga yang Dibayar Petani) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Indeks) Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Indeks NTP di Bangka Belitung pada triwulan II 2010 cenderung meningkat, dibanding bulan Maret terjadi peningkatan NTP di bulan Juni dari 94,34 menjadi 95,31. Kenaikan indeks tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan petani mengalami kenaikan karena peningkatan pendapatan yang diterima petani lebih besar dibanding peningkatan biaya yang harus dibayar oleh petani. 72

91 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Inflasi pedesaan dan inflasi IHK (mtm) di triwulan II 2010 berada pada tren meningkat. Tercatat inflasi pedesaan dan IHK (mtm) di bulan Juni masing-masing sebesar 0,44% dan 0,73%. Baik inflasi pedesaan maupun IHK, kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah bahan makanan. Hal ini terkait dengan berkurangnya produksi tanaman bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera. 6.3 Kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah Tabel 6.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin penduduk yang memiliki rata-rata Maret 2007-Maret 2010 pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan kesehatan). Dalam melakukan penghitungan garis kemiskinan, untuk daerah perkotaan dan daerah perdesaan dilakukan secara terpisah. Sumber data utama yang dipergunakan untuk menghitung data kemiskinan adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) serta SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar) yang dipakai utnuk memperkirakan proporsi pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berikut data GK perkotaan, perdesaan, serta kota dan desa. 73

92 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Selama Maret 2009-Maret 2010 garis kemiskinan naik 7,30% yaitu dari Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret Garis Kemiskinan daerah perkotaan mengalami kenaikan dari Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret 2010 atau naik 6,17%, sementara untuk daerah perdesaan Garis Kemiskinan pada Maret 2009 sebesar Rp ,00 per kapita per bulan naik menjadi Rp ,00 per kapita per bulan atau meningkat 8,39%. Dengan perkembangan komponen GK sebagai berikut : a. GKM (Garis Kemiskinan Makanan) Kontribusi GKM sebesar 73,21% atau sebesar Rp ,00 per kapita per bulan Daerah perkotaan Berkontribusi sebesar 70,21% atau sebesar Rp ,00 per kapita per bulan Daerah perdesaan Berkontribusi sebesar 76,01% atau sebesar Rp ,00 per kapita per bulan. b. GKBM (Garis Kemiskinan Bukan Makanan) Kontribusi GKBM sebesar 26,79% atau sebesar Rp76.724,00 per kapita per bulan Daerah perkotaan Berkontribusi sebesar 29,79% atau sebesar Rp86.297,00 per kapita per bulan Daerah perdesaan Berkontribusi sebesar 23,99% atau sebesar Rp67.954,00 per kapita per bulan. Meskipun garis kemiskinan naik, Tabel 6.5 namun jumlah penduduk miskin di Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Komponen (Rupiah per Kapita per Bulan) Bangka Belitung pada Maret 2010 menurun dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2009, dari orang menjadi orang atau turun sebesar 11,59%, diikuti dengan penurunan tingkat kemiskinan dari 7,46% menjadi 6,51% selama Maret 2009 Maret Dilihat Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut daerah, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan mengalami penurunan meski dengan besaran yang berbeda. Di daerah 74

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci