BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 : KEUANGAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya penyerapan belanja modal menjadi salah satu pendorong menurunnya realisasi belanja fiskal selama triwulan laporan. Sementara itu disisi penerimaan APBD mengalami peningkatan realisasi. Peningkatan terutama didorong oleh penghimpunan pajak daerah yang melebihi target anggaran. Kenaikan penerimaan Pemerintah Provinsi yang kurang diimbangi oleh penyerapan belanja mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan IV-2010, hampir semua pos penerimaan APBD mengalami peningkatan realisasi yang cukup baik dibandingkan triwulan IV Peningkatan realisasi pendapatan asli daerah didorong oleh peningkatan pajak kendaraan bermotor sementara peningkatan realisasi dana perimbangan didorong oleh penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan IV-2010 sebesar Rp 591,03 Miliar dengan capaian 110,70% dari target anggaran APBD-P Capaian tersebut meningkat apabila dibandingkan triwulan IV-2009 yang tercatat sebesar Rp 551,99 Miliar dengan capaian 100,07% dari target anggaran APBD-P Pendapatan Asli Daerah pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 130,89 Miliar dengan capaian 126,74% sementara pada triwulan IV-2009 realisasi tercatat sebesar Rp 99,34 Miliar dengan capaian 107,24%. Kondisi ini tentu memberikan efek positif bagi kemandirian pembiayaan fiskal daerah. Dilihat dari strukturnya, peningkatan penerimaan ini disumbang oleh peningkatan pajak kendaraan bermotor yang penghimpunannya berhasil melebihi target anggaran 2010 hingga 29,27%. Tercatat, pajak kendaraan bermotor yang terhimpun sampai dengan triwulan IV-2010 mencapai Rp 37,69 Miliar atau 34% lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 28,22 Miliar. Sementara itu di sisi dana perimbangan, realisasi DAU dan DAK relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan realiasasi penerimaan bagi hasil pajak/bukan pajak berkontribusi besar pada peningkatan dana perimbangan. Dari target penerimaan sebesar Rp 20,58 Miliar, Pemerintah Provinsi berhasil mendapatkan dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebesar Rp 26,93 Miliar atau 30,86% lebih tinggi dari target anggaran. Adapun komposisi peningkatannya terbesar berasal dari dana bagi hasil PBB dan BPHTB. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

2 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo Secara nominal penerimaan dana perimbangan pada triwulan IV-2010 sebesar Rp 438,42 Miliar menurun dibandingkan triwulan IV-2009 sebesar Rp 452,64 Miliar, namun secara persentase realisasi mengalami peningkatan. Penurunan nominal anggaran disebabkan berkurangnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan IV-2009, realisasi DAK mencapai Rp 51,34 Miliar sementara realisasi triwulan IV-2010 hanya mencapai Rp 10,73 Miliar. Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan IV-2010 sebesar 74,16% lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan IV-2009 sebesar 82%. Menurunnya komposisi dana dari pemerintah pusat menjadi sinyal positif bagi kemandirian keuangan daerah yang diindikasikan meningkatnya komposisi pendapatan asli daerah. IV-2009 IV-2010 Nominal Pencapaian (%) APBD 2010 Nominal Pencapaian (%) Pendapatan Asli Daerah 92,678,000,000 99,347,553, ,783,066, ,895,807, Pajak daerah 83,313,210,857 84,149,062, ,450,724, ,763,859, Pajak Kendaraan Bermotor 29,350,472,100 28,227,118, ,550,861,400 37,698,428, Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 18,380, ,000, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 29,606,754,069 35,031,603, ,541,852,923 58,940,311, Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000, ,000, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 24,180,984,688 20,761,171, ,180,984,688 24,013,162, Pajak Air Permukaan 120,000,000 97,577, ,800,000 88,762, Pajak Air Bawah Tanah 15,000,000 13,211, ,225,000 23,194, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500,000, ,000, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 8,864,789,143 15,198,490, ,782,342,199 10,131,947, Dana Perimbangan 458,934,916, ,646,952, ,749,380, ,417,250, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658 12,975,696, ,580,008,454 26,931,530, Dana Alokasi Umum 388,325,256, ,325,256, ,750,820, ,750,820, Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000 51,346,000, ,734,900,000 10,734,900, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ,848,025,000 - Jumlah Pendapatan 551,612,916, ,994,506, ,532,446, ,161,083, Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo APBD-P 2009 Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) IV-2009 IV-2010 APBD-P 2010 Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%) Pendapatan Asli Daerah 92,678,000,000 99,347,553, ,753,066, ,895,807, Pajak daerah 83,313,210,857 84,149,062, ,420,724, ,763,859, Pajak Kendaraan Bermotor 29,350,472,100 28,227,118, ,550,861,400 37,698,428, Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 18,380, ,000, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 29,606,754,069 35,031,603, ,541,852,923 58,940,311, Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000, ,000, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 24,180,984,688 20,761,171, ,180,984,688 24,013,162, Pajak Air Permukaan 120,000,000 97,577, ,800,000 88,762, Pajak Air Bawah Tanah 15,000,000 13,211, ,225,000 23,194, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 500,000, ,000, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 8,864,789,143 15,198,490, ,782,342,199 10,131,947, Dana Perimbangan 458,934,916, ,646,952, ,749,380, ,417,250, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658 12,975,696, ,580,008,454 26,931,530, Dana Alokasi Umum 388,325,256, ,325,256, ,750,820, ,750,820, Dana Alokasi Khusus 51,346,000,000 51,346,000, ,734,900,000 10,734,900, Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ,848,025, Jumlah Pendapatan 551,612,916, ,994,506, ,502,446, ,161,083, Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo APBD-P KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

3 BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.2 BELANJA DAERAH Menurunnya penyerapan anggaran belanja APBD Prov. Gorontalo pada triwulan IV dibandingkan dengan triwulan IV-2009 lebih didorong oleh menurunnya penyerapan belanja langsung khususnya pada pos belanja modal. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 564,75 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 90,24%, lebih rendah dibandingkan penyerapan belanja triwulan IV-2009 yang mencapai Rp 618,02 Miliar (91,40%). Telah terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap penyerapan belanja langsung sementara tingkat penyerapan belanja tidak langsung mengalami kenaikan. Tingkat penyerapan belanja langsung hanya mencapai 86,39% dari target anggaran jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 91,96%. Pos Belanja Modal menjadi pos anggaran yang realisasinya paling rendah selama tahun Kondisi ini disebabkan karena Pemerintah Daerah terlambat dalam penyelesaian proyek proyek infrastruktur fisik. Beberapa proyek infrastruktur yang mendapatkan perhatian khusus Pemerintah Provinsi yang dipandang perlu untuk dipercepat penyelesaiannya antara lain : penyelesaian jalan by pass bandara Jalaluddin, proyek pembangunan bendungan Paguyaman, pelabuhan Tilamuta dan bandara Pohuwato. Di sisi lain tingkat penyerapan belanja langsung mengalami peningkatan dari 90,38% di tahun 2009 menjadi 95,28% di tahun Hampir seluruh pos dalam komponen belanja tidak langsung menunjukkan peningkatan realisasi yang cukup baik. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBD-P 2009 IV-2009 IV-2010 APBD-P 2010 Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%) Belanja Tidak Langsung 232,835,353, ,304,553, ,851,001, ,065,176, Belanja Pegawai 150,952,011, ,776,267, ,793,863, ,233,608, Belanja Subsidi 14,278,912,250 9,755,602, ,728,450, ,928,000, Belanja Hibah 15,649,405,000 14,684,719, ,364,500, ,142,400, Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000 2,987,239, ,865,000, ,266,797, Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000 38,295,927, ,550,000, ,430,332, Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 8,840,000,000 8,554,797, ,066,138, ,930,988, Belanja Tidak Terduga 250,000, ,000, ,483,050, ,050, Belanja Langsung 443,353,139, ,714,888, ,999,376, ,683,792, Belanja Pegawai 27,600,364,078 24,726,636, ,943,509, ,693,499, Belanja Barang dan Jasa 219,564,551, ,665,301, ,571,911, ,002,302, Belanja Modal 196,188,223, ,322,950, ,483,955, ,987,991, Jumlah Belanja 676,188,493, ,019,441, ,850,378, ,748,969, Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Kualitas APBD Gorontalo triwulan IV-2010 lebih diarahkan pada kepentingan konsumsi sementara untuk kepentingan investasi relatif menurun. Komposisi pos belanja modal menurun secara signifikan dari 28,85% pada triwulan IV-2009 menjadi sebesar 19,30% pada triwulan IV Sementara komposisi pos belanja konsumsi meningkat dari 71,15% pada triwulan IV-2009 menjadi 80,70% pada triwulan IV Hal ini perlu mendapat perhatian khusus mengingat kegiatan investasi lebih memberikan multiplier effect bagi pengembangan ekonomi daerah dibandingkan kegiatan konsumsi. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

4 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah APBD-P 2009 IV-2009 IV-2010 APBD-P 2010 Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%) Belanja Tidak Langsung 232,835,353, ,304,553, ,851,001, ,065,176, Belanja Pegawai 150,952,011, ,776,267, ,793,863, ,233,608, Belanja Subsidi 14,278,912,250 9,755,602, ,728,450, ,928,000, Belanja Hibah 15,649,405,000 14,684,719, ,364,500, ,142,400, Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000 2,987,239, ,865,000, ,266,797, Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000 38,295,927, ,550,000, ,430,332, Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 8,840,000,000 8,554,797, ,066,138, ,930,988, Belanja Tidak Terduga 250,000, ,000, ,483,050, ,050, Belanja Langsung 443,353,139, ,714,888, ,999,376, ,683,792, Belanja Pegawai 27,600,364,078 24,726,636, ,943,509, ,693,499, Belanja Barang dan Jasa 219,564,551, ,665,301, ,571,911, ,002,302, Belanja Modal 196,188,223, ,322,950, ,483,955, ,987,991, Jumlah Belanja 676,188,493, ,019,441, ,850,378, ,748,969, KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2010 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 22,22%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 5,31%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009, hal ini disadari karena anggaran APBD Pemprov pada tahun 2010 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pengaruh signifikan terasa pada sisi investasi, tercatat stimulan fiskal terhadap investasi sektor riil hanya memberikan pangsa 5,41% merosot dibandingkan pangsa fiskal terhadap sektor riil pada tahun 2009 yang mencapai 10%. Sementara apabila dilihat dari sisi anggaran masih terdapat surplus penerimaan sebesar Rp 26 Miliar dimana surplus tersebut lebih disebabkan karena realisasi belanja modal yang jauh di bawah target anggaran. Kondisi tersebut harusnya dapat dihindarkan apabila proses penyelesaian tender dan pelaksanaan proyek dapat berjalan tepat waktu. Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD-P 2009 IV-2009 IV-2010 APBD-P 2010 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah 480,000,269, ,696,490, ,366,422, ,760,977, Belanja Pegawai 178,552,375, ,502,903, ,737,372, ,927,107, Belanja Subsidi 14,278,912,250 9,755,602, ,728,450,000 1,928,000, Belanja Hibah 15,649,405,000 14,684,719, ,364,500,000 16,142,400, Belanja Bantuan Sosial 3,326,025,000 2,987,239, ,865,000,000 4,266,797, Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000,000 38,295,927, ,550,000,000 39,430,332, Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 8,840,000,000 8,554,797, ,066,138,800 30,930,988, Belanja Tidak Terduga 250,000, ,000, ,483,050, ,050, Belanja Barang dan Jasa 219,564,551, ,665,301, ,571,911, ,002,302, Pembentukan Modal Tetap Bruto 196,188,223, ,322,950, ,483,955, ,987,991, Belanja Modal 196,188,223, ,322,950, ,483,955, ,987,991, Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan IV-2010 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD. Surplus penerimaan mencapai Rp 26,41 Miliar lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana Pemprov mengalami defisit anggaran sebesar Rp 66,02 Miliar. 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

5 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD-P 2009 IV-2009 IV-2010 APBD-P 2010 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Pendapatan 551,612,916, ,994,506, ,502,446, ,161,083, Pendapatan Asli Daerah 92,678,000, ,347,553, ,753,066, ,895,807, Dana Perimbangan 458,934,916, ,646,952, ,749,380, ,417,250, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660, ,975,696, ,580,008, ,931,530, Dana Alokasi Umum 388,325,256, ,325,256, ,750,820, ,750,820, Dana Alokasi Khusus 51,346,000, ,346,000, ,734,900, ,734,900, Dana Darurat - - Dana Penyesuaian ,848,025, Belanja 676,188,493, ,019,441, ,850,378, ,748,969, Belanja Pegawai 178,552,375, ,502,903, ,737,372, ,927,107, Belanja Subsidi 14,278,912, ,755,602, ,728,450, ,928,000, Belanja Hibah 15,649,405, ,684,719, ,364,500, ,142,400, Belanja Bantuan Sosial 3,326,025, ,987,239, ,865,000, ,266,797, Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,539,000, ,295,927, ,550,000, ,430,332, Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 8,840,000, ,554,797, ,066,138, ,930,988, Belanja Tidak Terduga 250,000, ,000, ,483,050, ,050, Belanja Barang dan Jasa 219,564,551, ,665,301, ,571,911, ,002,302, Belanja Modal 196,188,223, ,322,950, ,483,955, ,987,991, Surplus/Defisit (124,575,576,372) (66,024,935,395) (3.67) (91,347,931,659) 26,412,114, Pembiayaan Netto (124,575,576,372) - - (91,347,931,659) - - DAMPAK RUPIAH - (66,024,935,395) (3.67) - 26,412,114, Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 4.4. ANGGARAN APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2011 Pada tahun 2011 anggaran APBD Pemerintah Provinsi di sisi penerimaan ditargetkan mengalami peningkatan 4,91%. Anggaran penerimaan APBD tahun 2011 sebesar Rp 560 Miliar dengan komposisi 81% berasal dari dana perimbangan, 19% berasal dari penghimpunan pajak daerah dan sisanya 3% pendapatan lain-lain. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 tampak ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat masih sangat besar dan cenderung meningkat yang terlihat dari pangsa dana perimbangan yang naik. Tabel 4.7 APBD Penerimaan Tahun 2011 Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah 106,783,066, ,895,807, ,766,740,520 Pajak daerah 96,450,724, ,763,859, ,427,278,321 Pajak Kendaraan Bermotor 32,550,861,400 37,698,428,218 36,478,606,599 Pajak Kendaraan di Air 25,000,000-25,000,000 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 41,541,852,923 58,940,311,550 49,512,687,034 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000-15,000,000 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 22,180,984,688 24,013,162,614 24,180,984,688 Pajak Air Permukaan 121,800,000 88,762, ,000,000 Pajak Air Bawah Tanah 15,225,000 23,194,585 55,000,000 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550,000, ,000,000 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9,782,342,199 10,131,947,922 11,789,462,199 Dana Perimbangan 430,749,380, ,417,250, ,873,300,000 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,580,008,454 26,931,530,983 24,698,000,000 Dana Alokasi Umum 400,750,820, ,750,820, ,118,100,000 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000 10,734,900,000 28,057,200,000 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 21,848,025,000 - Jumlah Pendapatan 537,532,446, ,161,083, ,640,040,520 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo ANGGARAN APBD-P 2010 Realisasi APBD 2010 ANGGARAN APBD 2011 Grafik 4.1 Komposisi APBD Penerimaan 2010 Grafik 4.2 Komposisi APBD Penerimaan 2011 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

6 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Sementara itu pada tahun 2011, anggaran belanja Pemerintah Provinsi sebesar Rp 671 Miliar meningkat 18,8% dibandingkan realisasi belanja tahun Peningkatan didorong oleh alokasi untuk belanja langsung dari Rp 258 Miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 311 Miliar pada tahun Penambahan anggaran belanja tahun 2011 lebih diarahkan untuk kepentingan konsumsi pemerintah sementara alokasi anggaran untuk kegiatan investasi hanya sedikit mengalami peningkatan. Pangsa belanja konsumsi untuk tahun 2010 sebesar 78% kemudian menjadi 83% pada tahun Sementara pangsa belanja modal tahun 2010 sebesar 22% kemudian menurun menjadi 17% pada tahun Menurunnya pangsa belanja modal layak mendapat perhatian mengingat kebutuhan pembangunan infrastruktur di Gorontalo masih sangat dibutuhkan. Diharapkan pada APBD-P tahun 2011 alokasi anggaran untuk belanja modal dapat ditambah. Hal lain yang perlu diperhatiakn adalah rendahnya penyerapan belanja modal seperti yang terjadi pada tahun 2010, kondisi tersebut diharapkan dapat dihindari mengingat anggaran belanja modal tahun 2011 relatif rendah dibandingkan anggaran Grafik 4.3 Grafik 4.4 Komposisi APBD Belanja Pemprov 2010 Komposisi APBD Belanja Pemprov 2011 Tabel 4.8 APBD Belanja Tahun 2011 Belanja Daerah ANGGARAN ANGGARAN Realisasi APBD 2010 APBD-P 2010 APBD 2011 Belanja Tidak Langsung 270,851,001, ,065,176, ,594,816,664 Belanja Pegawai 173,793,863, ,233,608, ,973,905,336 Belanja Subsidi 2,728,450, ,928,000,000 3,200,000,000 Belanja Hibah 16,364,500, ,142,400,000 41,750,000,000 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000, ,266,797,209 6,000,000,000 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000, ,430,332,880 44,170,911,328 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 32,066,138, ,930,988,075 7,500,000,000 Belanja Tidak Terduga 1,483,050, ,050,000 5,000,000,000 Belanja Langsung 354,999,376, ,683,792, ,456,670,266 Belanja Pegawai 23,943,509, ,693,499,447 30,439,242,880 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911, ,002,302, ,489,471,944 Belanja Modal 139,483,955, ,987,991, ,527,955,442 Jumlah Belanja 625,850,378, ,748,969, ,051,486,930 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo 50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

7 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan IV-2010 diwarnai oleh net outflow. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai menunjukkan penurunan transaksi kliring dan RTGS. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2010 mengalami net outflow sebesar Rp66,98 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari dalam khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk khasanah kas titipan. Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan Kondisi net outflow pada triwulan laporan disebabkan karena terdapat berbagai aktivitas ekonomi pada akhir tahun diantaranya perayaan Hari Raya Idul Adha, Hari Raya Natal, dan Tahun Baru. Di sisi lain, aktivitas ekonomi lainnya yaitu percepatan realisasi APBD melalui pembangunan proyek-proyek infrastruktur selama triwulan IV-2010 turut mendorong aliran uang beredar di masyarakat. Hal ini tercermin dari net outflow pada setiap bulan di triwulan laporan yaitu pada Oktober sebesar Rp11,88 miliar, November sebesar Rp3,72 miliar, dan Desember Rp51,37 miliar PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan IV sebesar Rp61,27 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp172,85 miliar. Berkurangnya uang layak edar disebabkan ditariknya uang kartal dari kas titipan pasca kebutuhan uang kartal saat Hari Raya Idul Fitri pada triwulan III Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp35,88 miliar untuk uang kertas dan Rp19 juta BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

8 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN untuk uang logam. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan sebesar Rp25,39 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp5000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Tw. II 2010 Tw. III 2010 Tw. IV 2010 Jumlah (ribu) Jumlah Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Jumlah (ribu) Uang Kertas 100,000 24,600,000 1,000,000 25,600,000 68,800,000 20,000,000 88,800,000 6,500,000 7,000,000 13,500,000 50,000 20,350,000 2,000,000 22,350,000 48,800,000 17,000,000 65,800,000 11,100,000 10,000,000 21,100,000 20,000 6,720,000 1,300,000 8,020,000 5,880,000 3,000,000 8,880,000 9,260,000 2,900,000 12,160,000 10,000 3,320, ,000 4,020,000 3,730,000 1,500,000 5,230,000 5,960,000 1,300,000 7,260,000 5, , ,000 1,390,000 1,460, ,000 2,085, ,000 3,400,000 4,340,000 2, , ,000 1,140,000-1,140,000 2,050, ,000 2,380,000 1,000 10, , ,000 76, , ,000 50, , ,000 Total 56,240,000 5,755,000 61,995, ,886,000 42,675, ,561,000 35,860,000 25,395,000 61,255,000 Uang Logam ,000 18,000-18,000 18,000-18, ,000 1,000-1,000 1,000-1,000 Total 60, ,000-19,000 19,000-19,000 TOTAL UANG 56,300,000 5,755,000 61,995, ,905,000 42,675, ,580,000 35,879,000 25,395,000 61,274,000 Sumber : Bank Indonesia UANG PALSU Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Pecahan / Tahun Emisi / / / / Jumlah 8 39 Pada triwulan-iv 2010 teridentifikasi temuan uang palsu di Kas Titipan Provinsi Gorontalo yaitu meliputi pecahan Rp ,- tahun emisi 2004 sebanyak 15 lembar dan pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 4 lembar. Banyaknya pecahan uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan IV-2010 terjadi seluruhnya saat periode transaksi uang kartal pasca Hari Raya Idul Fitri yaitu bulan November. Hal ini menyebabkan total uang palsu yang teridentifikasi pada tahun 2010 sebanyak 39 lembar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya teridentifikasi sebanyak 8 lembar. Adapun rincian total uang palsu yang teridentifikasi pada tahun 2010 adalah pecahan Rp ,- tahun emisi 2004 sebanyak 21 lembar, pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 14 lembar, pecahan Rp10.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 1 lembar, dan pecahan Rp5.000,- tahun emisi 2001 sebanyak 3 lembar. 52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

9 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp334,64 miliar dengan pertumbuhan sebesar 28,21% (q.t.q) lebih rendah 15,23% dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun jumlah warkat sebanyak lembar dengan pertumbuhan sebesar 35.92% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2010 sebesar Rp5,31 miliar atau tumbuh 34,32% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 240 lembar atau tumbuh sebesar 42,39% (q.t.q). Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan tercatat mengalami penurunan dari 0,59% pada triwulan III-2010 menjadi 0,54% pada triwulan IV Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga mengalami penurunan dari 0,59% pada triwulan III-2010 menjadi 0,43% pada triwulan IV Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

10 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Transaksi RTGS mendominasi dalam sistem pembayaran non tunai di Gorontalo. Hal ini disebabkan karena BI RTGS mempunyai keunggulan mempercepat penyelesaian transaksi (seketika) dan memperkecil risiko penyelesaian transaksi. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan IV-2010 secara nominal sebesar Rp648 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 10.43% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 31,08% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan IV-2010 tercatat sebanyak transaksi atau tumbuh secara triwulanan sebesar 27,75% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 48,47% (q.t.q). Melambatnya perkembangan transaksi RTGS disebabkan karena aktivitas ekonomi pada triwulan laporan kurang semarak dibandingkan triwulan sebelumnya yang bertepatan dengan Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo FROM TO FROM + TO Bulan Nilai Nilai Nilai Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Rata-rata tw IV Januari Februari Maret Rata-rata tw I Pertumbuhan (qtq) % % % % % % April Mei Juni Rata-rata tw II Pertumbuhan (qtq) 33.49% 35.14% -7.36% 26.70% 4.44% 30.97% Juli Agustus September Rata-rata tw III Pertumbuhan (qtq) 17.97% 40.93% 38.76% 56.69% 31.08% 48.47% Oktober November Desember Rata-rata tw IV Pertumbuhan (qtq) 16.89% 29.00% 7.22% 26.53% 10.43% 27.75% Sumber : Bank Indonesia 54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

11 BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo masih memerlukan perhatian, mengingat meskipun terjadi penurunan kemiskinan namun tingkat pengangguran sepanjang 2010 masih mengalami peningkatan sehingga berpotensi menimbulkan kemiskinan baru PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat dari tahun ke tahun. Pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan-kerja mencapai atau meningkat -5,84% dibandingkan kondisi Februari Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar -5,96% dibandingkan bulan Februari Selama tahun 2010, tingkat pengangguran terbuka meningkat, yaitu dari 5,05 % pada Februari 2010 menjadi 5,16% pada Agustus Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Sumber : BPS Prov. Gorontalo Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian masih menjadi lapangan usaha sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu orang (Agustus 2010) atau 40,88 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut turun -9,24% jika dibandingkan dengan Februari Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa perdagangan (16,46%) dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,78%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah tenaga kerja masing-masing sebesar -18,27% dan 0,81% dibandingkan bulan Februari Sementara sektor industri juga menunjukkan penurunan jumlah tenaga kerja sebesar -14,89% dibandingkan posisi Februari BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

12 BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009-Agustus KEMISKINAN Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 23,19% atau mengalami penurunan dibandingkan periode Maret 2009 yang tercatat sebesar 25,01%. Kemiskinan Gorontalo masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2010 sebesar Rp per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2009 yang tercatat sebesar Rp perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas 56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

13 BAB 6 KESEJAHTERAAN Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2010, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah pedesaaan. Persentase penduduk miskin pedesaan sebesar 30,89% sementara di perkotaan sebesar 6,29% Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan RASIO GINI Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas 6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

14 BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-ipm terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-ipm terendah antara lain : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang 58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Dinamika Sistem Pembayaran di Gorontalo mengalami perubahan yang cukup dinamis dari waktu ke waktu. Pada posisi triwulan III-2012, perkembangan transaksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal dari kas titipan BI di Bank Mandiri Gorontalo pada periode laporan menunjukkan net outflow sebesar Rp.48,387 miliar. Sementara itu pada

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan III-2011 diwarnai oleh net inflow dan kenaikan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y).

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

BAB 6 : KESEJAHTERAAN BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo tahun 2011 menunjukkan penurunan dari 23,19% menjadi 18,75% dibanding tahun 2010. Demikian pula dengan jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan LAMPIRAN BAB II. Inflasi PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI Prov/Kab/Kota Tingkat Inflasi (%) Keterangan Prov Maret 0 (YoY) Kabupaten Maret 0 (bulanan)

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

MONITORING REALISASI APBD 2009

MONITORING REALISASI APBD 2009 MONITORING REALISASI APBD 2009 Triwulan III (s/d 30 September 2009) SUMMARY Realisasi kumulatif pendapatan daerah sampai dengan akhir triwulan III mencapai 73,38%, realisasi tertinggi adalah realisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN No. 50/11/Th.XVII, 5 November Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III- secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol Jakarta sebesar 150 ton per hari atau 52.500 ton per tahun dimana 30%-40% berasal dari impor. Perkembangan produksi sapi di Provinsi NTT sendiri telah berkembang sejak tahun 2011 dengan dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun (Juta Rupiah).

Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun (Juta Rupiah). Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Lampung Tahun 1996-2012 (Juta Rupiah). KAB/KOTA 1996 1997 1998 1999 2000 LAMPUNG BARAT 216,288.15 228,209 240,651 254,944 269,325.00 LAMPUNG SELATAN 959,282.71

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3. 1. Arah Kebijakan Ekonomi 3.1.1. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 dan Perkiraan Tahun 2015 Peningkatan dan perbaikan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK Lampiran 2 (dalam rupiah) Pemerintah Kabupaten Gresik Laporan Realisasi Anggaran (APBD) Tahun Anggaran 2011 Uraian Anggaran 2011 Realisasi 2011 Pendapatan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,31% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40%

Lebih terperinci

Keuangan Kabupaten Karanganyar

Keuangan Kabupaten Karanganyar Keuangan Kabupaten Karanganyar Realisasi Pendapatan 300,000 250,000 255,446 200,000 150,000 119,002 100,000 50,000 22,136 7,817 106,490 0 2009 2010 2011 PENDAPATAN ASLI DAERAH 2012 2013 2014 2,015 Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 16/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 SEBESAR 6,30 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013 No. 12/02/71/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2013 tumbuh 7,45 persen, mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2012 yang tumbuh sebesar

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD TAHUN ANGGARAN 2013 1 L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 19/05/34/Th.XI, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2009 SEBESAR 3,88 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan daerah khususnya APBA sedikit membaik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan persentase realisasi anggaran. Hingga November 2012,

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Penyusunan arah kebijakan ekonomi daerah Kabupaten Gresik Tahun 2018 berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2016 Tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Kota Bogor Salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu daerah

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN III-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran;

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBK... 2 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan untuk merubah keadaan kearah yang lebih baik, dengan sasaran akhir terciptanya kesejahreraan

Lebih terperinci

KABUPATEN JEMBRANA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2013

KABUPATEN JEMBRANA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2013 LAMPIRAN III : NOMOR : TANGGAL : PERATURAN DAERAH 7 Tahun 2013 September 2013 KABUPATEN JEMBRANA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci