Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR. PASANG SURUT Analisa asang suru dilakukan unuk menenukan elevasi muka air rencana bagi erencanaan fasilias lau (dermaga, jaringan ia, revemen, dan breakwaer), mengeahui ie asang suru yang erjadi dan meramalkan flukuasi muka air. Daa masukan unuk analisa asang suru ini adalah daa hasil engamaan asang suru di laangan. Uruan analisa asang suru adalah sebagai beriku:. Menguraikan komonen-komonen asang suru.. Penenuan ie asang suru yang erjadi. 3. Meramalkan flukuasi muka air akiba asang suru. 4. Menghiung elevasi muka air ening. Menguraikan komonen-komonen asang suru adalah menguraikan flukuasi muka air akiba asang suru menjadi komonen-komonen harmonik enyusunnya. Besaran yang dieroleh adalah amliudo dan fasa seia komonen. Meode yang biasa digunakan unuk menguraikan komonen-komonen asang suru adalah meode admiraly dan leas suare. Bagan alir analisa daa asang suru daa diliha ada Gambar.. Pengamaan asang suru dilakukan ada lokasi yang reresenaif dengan lama engamaan 5 x 4 jam. Pengamaan dilakukan dengan cara memasang ala duga muka air yang dibaca seia jam. Elevasi hasil engamaan muka air selanjunya diikakan ada iik ea yang ada (Bench Mark). Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan -

2 Mulai Daa Pengamaan Pasang Suru 5 x 4 jam Komonen Pasang Suru Amliudo dan Beda Fase Tie Pasang Suru (Bil. Formzall) Peramalan Flukuasi Muka Air Klasifikasi Pasang Suru Grafik Flukuasi Muka Air Elevasi Muka Air HHWL (Highes High Waer Level) MHWS (Mean High Waer Sring) MHWL (Mean High Waer Level) MSL (Mean Sea Level) MLWL (Mean Low Waer Level) MLWS (Mean Low Waer Sring) LLWL (Lowes Low Waer Level) Elevasi Muka Air Rencana Hasil Tie Pasang Suru Grafik Flukuasi Muka Air Elevasi Muka Air Rencana Selesai Gambar. Bagan Alir Analisa Daa Pasang Suru... Pembangki Pasang Suru Pasang suru adalah flukuasi muka air lau karena adanya gaya arik benda-benda di langi, eruama maahari dan bulan erhada massa air di bumi. Bumi beroasi sendiri dalam mengelilingi maahari dalam waku 4 jam, sedangkan bulan beroasi sendiri dalam mengelilingi bumi ada saa yang bersamaan dalam waku 4 jam 50 meni. Selisih 50 meni ini menyebabkan besar gaya arik bulan bergeser erlamba 50 meni dari inggi air yang diimbulkan oleh gaya arik maahari. Gerak roasi bumi mengelilingi maahari melalui suau linasan yang memunyai benuk elliis yang disebu bidang elliis. Sudu inklinasi bumi erhada bidang elliis Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan -

3 sebesar 66.50, sedangkan sudu inklinasi bulan erhada bidang roasi bumi adalah Jarak erdeka anara osisi bulan dan bumi disebu erigee dan jarak erjauh disebu aogee (Gambar. ). Keadaan asang ada saa erigee dan keadaan suru ada saa aogee. orbi bumi Bm Bm M Bm Bl Aogee Bm Bl Perigee Gambar. Pergerakan Bumi-Bulan-Maahari. Besar engaruh bulan dan maahari erhada ermukaan air lau di bumi disesuaikan dengan gaya-gaya yang bekerja sau sama lainnya. Adanya gaya arik bulan dan maahari menyebabkan laisan air yang semula berbenuk bola menjadi ellis. Peredaran bumi dan bulan ada orbinya menyebabkan osisi bumi-bulan-maahari selalu berubah seia saa. Revolusi bulan erhada bumi diemuh dalam waku 9.5 hari (jumlah hari dalam sau bulan menuru kalender ahun kamariah, yaiu ahun yang didasarkan ada eredaran bulan). Pada sekiar anggal dan 5 (bulan muda dan urnama) osisi bumibulan-maahari kira-kira berada ada sau garis lurus (Gambar.3) sehingga gaya arik bulan dan maahari erhada bumi saling memerkua. Dalam keadaan ini erjadi asang suru urnama (asang besar, sring ide), di mana inggi asang suru sanga besar dibandingkan ada hari-hari yang lain. Sedangkan sekiar anggal 7 dan (seerema dan iga erema revolusi bulan erhada bumi) di mana bulan dan maahari membenuk sudu siku-siku erhada bumi (Gambar.4) maka gaya arik bulan erhada bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini erjadi asang suru erbani (asang kecil, nea ide)di mana inggi asang suru kecil dibandingkan dengan harihari yang lain. Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 3

4 Bulan Purnama Bulan Mai Bm M Bl a : ana engaruh bulan dan maahari b : engaruh maahari c : engaruh bulan d : engaruh bulan dan maahari d c b a Bl Gambar. 3 Kedudukan Bumi-Bulan-Maahari Saa Pasang Purnama Seerema Perama Bl Bm M Seerema Akhir Bl d c b a a : ana engaruh bulan dan maahari b : engaruh maahari c : engaruh bulan d : engaruh bulan dan maahari Gambar. 4 Kedudukan Bumi-Bulan-Maahari Saa Pasang Perbani.. Komonen Pasang Suru Guna memerkirakan keadaan asang suru, maka erdaa banyak komonenkomonen yang memengaruhi asang suru. Komonen uama adalah akiba gaya arik bulan dan maahari (lunar dan solar komonen). Komonen lainnya adalah komonen non asronomis. Komonen asang suru yang ada sebanyak 9 (sembilan). Penjabaran ke delaan komonen asang suru ersebu seeri ada Tabel.. Hasil enguraian asang suru adalah arameer amliudo dan beda fase mag-mag komonen asang suru. Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 4

5 Tabel. Komonen Pasang Suru. Komonen Simbol Periode (jam) Keerangan Uama bulan M.406 Uama maahari S.0000 Bulan akiba variasi bulanan jarak bumi-bulan N.659 Maahari-bulan akiba erubahan sudu deklinasi maahari-bulan K.9673 Maahari-bulan K Uama bulan O Uama maahari P Uama bulan M Maahari-bulan MS Pasang Suru Semi Diurnal Pasang Suru Diurnal Perairan Dangkal..3 Meoda Peramalan Pasang Suru Ada beberaa meoda yang biasa digunakan dalam eramalan asang suru dianaranya adalah meoda admiraly, meoda harmonik, dan meoda leas suare. Dalam enyelesaian ugas akhir ini meoda eramalan asang suru yang digunakan adalah meoda eraaan kuadra erkecil (leas suare). Meoda ini menggunakan rinsi bahwa kesalahan eramalan harus sekecil-kecilnya, sehingga jumlah selisih kuadra anara eramalan dengan daa engamaan harus minimum. Kia misalkan jumlah konsiuen adalah sau, sehingga ersamaan modelnya menjadi: Z k Z 0 A B i i i k. i Misalkan daa engamaan kia adalah D, maka ersamaan errornya akan menjadi: ε ( Z D) k ε ( Z A B D). 0 i i i k i berhubung jumlah konsiuen, k, maka ersamaan di aas menjadi: ε ( Z A B D) 0 Unuk mendaakan harga minimum, maka ersamaan di aas diurunkan secara arsial unuk seia variabelnya. ( ε ) δ δz 0 ( ε ) δ δa 0 0 Z A B D 0 ( Z A B ) D 0 Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 5

6 Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 6 ( ) D B A Z B 0 ) ( 0 δ ε δ Misalkan adalah jumlah engamaan dan adalah nomor engamaan, maka keiga ersamaan di aas daa diulis sebagai beriku: D B A Z 0 ) (. 3 [ ] D B A Z 0 ) (. 4 [ ] D B A Z 0 ) (. 5 Keiga ersamaan di aas bila diamilkan dalam benuk mariks akan seeri di bawah ini: D D D B A Z 0. 6 Mariks di aas daa diselesaikan dengan banuan Eliminasi Gauss sehingga nila Z0, A, dan B daa diemukan. Penyelesaian di aas daa ula dierakan ada ersamaan gerak harmonik dengan 9 buah konsana. Unuk memermudah, enyelesaian di aas daa dilakukan dengan banuan komuer...4 Tie Pasang Suru Dengan didaakannya nilai amliudo dari komonen asang suru, daa dienukan ie asang suru yang erjadi ada lokasi, yaiu dengan melakukan erhiungan Formzall (F) dengan ersamaan sebagai beriku: F AO AK AM AS. 7 di mana: AO amliudo komonen O AK amliudo komonen K

7 AM amliudo komonen M AS amliudo komonen S Macam ie asang suru berdasarkan angka formzall daa diliha ada Tabel. beriku. Tabel. Tie Pasang Suru. Bilangan Formzall (F) Tie Pasang Suru Keerangan F < 0.5 Pasang harian ganda (semidiurnal) Dalam hari erjadi kali air asang dan kali air suru dengan keinggian yang hamir sama dan erjadi beruruan secara eraur. Periode asang suru raa-raa adalah jam 4 meni. 0.5 < F <.5 Camuran, condong ke semi diurnal Dalam hari erjadi kali air asang dan kali air suru dengan keinggian dan eriode yang berbeda..5<f<3.0 F < > 3.0 Camuran, condong ke diurnal Pasang harian unggal (diurnal) Dalam hari erjadi kali air asang dan kali air suru dengan keinggian yang berbeda. Kadang-kadang erjadi kali air asang dalam hari dengan erbedaan yang besar ada inggi dan waku. Dalam hari erjadi kali air asang dan kali air suru. Periode asang suru adalah 4 jam 50 meni..5 Elevasi Muka Air Rencana Penenuan muka air dilakukan dengan menggunakan komonen asang suru yang elah dihasilkan. Dari enenuan ersebu daa dienukan beberaa elevasi muka air ening seeri ada Tabel.3. Dari beberaa elevasi muka air ersebu, diilih salah sau muka air yang akan digunakan sebagai acuan dalam erencanaan yang disebu elevasi muka air rencana. Tabel. 3 Elevasi Muka Air. Elevasi Muka Air HHWL (Highes High Waer Level) MHWS (Mean High Waer Sring) MHWL (Mean High Waer Level) MSL (Mean Sea Level) MLWL (Mean Low Waer Level) MLWS (Mean Low Waer Sring) LLWL (Lowes Low Waer Level) Keerangan Air eringgi ada saa asang suru urnama aau bulan mai. Raa-raa muka air inggi saa urnama. Reraa dari muka air inggi selama eriode 9 ahun. Muka air reraa anara muka air inggi reraa dan muka air rendah reraa. Reraa dari muka air rendah selama eriode 9 ahun. Raa-raa muka air rendah saa urnama. Air erendah ada saa asang suru urnama aau bulan mai. Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 7

8 . GELOMBANG.. Umum Gelombang meruakan salah sau fenomena roses fisik yang erjadi di anai. Gelombang ada erairan daa didefinisikan sebagai erubahan elevasi erairan secara harmonik yang diimbulkan oleh beberaa gaya, yaiu gaya angin, gaya gema di lau, kaal yang bergerak, dan lain-lain. Skesa definisi gelombang daa diliha ada Gambar.5. C Z X Ha/ η SWL d aau h L z -d Gambar. 5 Skesa definisi gelombang. Dari gambar di aas, daa diliha beberaa hal: x koordina horizonal z koordina verikal aau h kedalaman dihiung dari SWL SWL Sill Waer Level (muka air raa-raa) n ( x, ) a (kx-) elevasi muka air erhada muka air reraa a amliudo gelombang (H/) H inggi gelombang a L anjang gelombang T eriode gelombang, inerval waku yang dierlukan oleh arikel kembali ada kedudukan yang sama dengan kedudukan sebelumnya. C keceaan ramba gelombang L/T k angka gelombang jumlah gelombang (π/l) frekuensi gelombang (π/t) Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 8

9 Beberaa karakerisik gelombang yang sering digunakan dalam berbagai analisa gelombang adalah erioda gelombang (T), inggi gelombang (H), keceaan gelombang (C), keceaan sudu gelombang (), bilangan gelombang (k), dan arah gelombang. Perioda gelombang selalu meruakan besaran yang dikeahui dan selalu ea besarnya ada seluruh medan gelombang. Tinggi gelombang daa dikeahui ada suau osisi dan ada osisi lain adalah meruakan suau besaran yang dicari melalui analisa ransformasi gelombang. Dengan dikeahuinya erioda gelombang (T) dan kedalaman erairan (h), daa dicari karakerisik gelombang yang lainnya. Persamaan yang menghubungkan anara T dan k dinyaakan dalam suau ersamaan imlisi yang disebu dengan ersamaan disersi seeri di bawah ini: ( kh) σ gk anh. 8 di mana: g erceaan graviasi h kedalaman erairan Dengan dikeahuinya T dan h, maka k daa dicari melalui ersamaan disersi di aas dengan banuan meoda ierasi. Selanjunya anjang gelombang daa dicari sebagai beriku: π π k dan σ, maka ersamaan disersi di aas menjadi: L T π π π g anh T L L Bila anjang gelombang di lau dalam dikeahui, maka anjang gelombang di kedalaman erairan erenu daa dienukan dengan banuan abel anjang gelombang yang daa diliha ada SPM Volume, 984. Dengan subsiusi L C x T ke ersamaan anjang gelombang di aas, maka akan dieroleh: C gt πh anh π CT Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 9

10 Semenara iu keceaan gru gelombang, Cg, daa dicari dengan ersamaan di bawah ini: C g kh C kh h( ). Di anara beberaa benuk gelombang ersebu, yang aling dominan adalah gelombang angin (gelombang yang dibangkikan oleh gaya angin). Gelombang meruakan fakor ening di dalam erencanaan elabuhan. Gelombang memunyai energi, maka semua bangunan dalam erencanaan elabuhan harus daa memikul gaya gelombang ersebu. Fasilias elabuhan direncanakan dengan menggunakan gaya erencanaan ersebu. Selain iu, gelombang juga bisa menimbulkan arus dan ransor sedimen di sekiar daerah anai. Layou elabuhan harus direncanakan sedemikian rua sehingga sedimenasi di elabuhan daa dihindarkan... Klasifikasi Gelombang Berdasarkan kedalaman relaif, yaiu erbandingan anara kedalaman air d dan anjang gelombang L, gelombang daa diklasifikasikan menjadi iga macam seeri ada Tabel.4. Klasifikasi ini dilakukan unuk menyederhanakan rumus-rumus yang mereresenasikan karakerisik gelombang. Tabel. 4 Klasifikasi Gelombang Menuru Kedalaman Relaif Klasifikasi d/l πd/l Tanh (πd/l) Lau dalam D/L > ½ > π Lau ransisi /5 < d/l < ½ /4 samai π Tanh (πd/l) Lau dangkal d/l < /5 < ¼ πd/l..3 Karakerisik Gelombang Seeri asang suru, angin, dan fenomena roses fisik lainnya gelombang juga memiliki beberaa karakerisik, seeri cea ramba gelombang, anjang gelombang, keceaan gelombang, erceaan gelombang, dan lain-lain. Seia karakerisik ini diwakili mag-mag oleh sebuah ersamaan maemaik erenu. Persamaan-ersamaan ersebu didaa dari enurunan ersamaan disersi. Adaun ersamaan karakerisik Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 0

11 gelombang yang akan umum digunakan dalam erencanaan elabuhan sudi kasus secara lengka berdasarkan kedalaman relaifnya daa diliha ada Tabel.5. Tabel. 5 Persamaan Cea Ramba dan Panjang Gelombang Menuru Kedalaman Relaif Cea ramba gelombang Panjang gelombang Lau Dalam (d/l > ½) gt π Lau Transisi (/5 < d/l < ½) Lau Dangkal (d/l < /5) gt πd C 0 C anh C gd π L gt gt πd L0 L anh π π L L T gd..4 Analisa Daa Gelombang..4. Hindcag Salah sau cara eramalan gelombang adalah dengan melakukan engolahan daa angin. Prediksi gelombang disebu hindcag jika dihiung berdasarkan kondisi meeorologi yang elah lamau dan forecag jika dihiung berdasarkan kondisi meeorologi hasil rediksi. Prosedur enghiungan keduanya sama, erbedaannya hanya ada sumber daa meeorologinya. Gelombang lau yang akan diramal adalah gelombang di lau dalam suau erairan yang dibangkikan oleh angin, kemudian meramba ke arah anai dan ecah seiring dengan mendangkalnya erairan di deka anai. Hasil eramalan gelombang berua inggi dan erioda gelombang signifikan unuk seia daa angin. Daa-daa yang dibuuhkan unuk meramal gelombang erdiri dari:. Daa angin yang elah dikonversi menjadi wind sress facor (UA).. Panjang fech efekif Penenuan Wind Sress Facor (UA) Daa angin yang berua keceaan erlu dikoreksi unuk mendaakan wind sress facor (UA). Adaun koreksi ersebu meliui:. Koreksi Elevasi Daa angin yang digunakan adalah daa angin yang diukur ada elevasi 0 m dari ermukaan anah. Aabila angin idak diukur ada elevasi ersebu, maka harus dikoreksi dengan ersamaan: Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan -

12 0 7 u0 uz. z di mana: u0 keceaan angin hasil koreksi elevasi (m/s) uz keceaan angin yang idak diukur ada keinggian 0 m (m/s) z elevasi ala ukur (m). Koreksi Durasi Daa angin yang ersedia biasanya idak disebukan duraya aau meruakan daa hasil engamaan sesaa. Kondisi sebenarnya keceaan angin adalah selalu berubah-ubah meskiun ada arah yang sama. Unuk melakukan hindcag, dierlukan juga durasi aau lama angin beriu, di mana selama dalam durasi ersebu diangga keceaan angin adalah konsan. Oleh karena iu, koreksi durasi ini dilakukan unuk mendaakan keceaan angin raa-raa selama durasi angin beriu yang diinginkan. Berdasarkan daa hasil engamaan angin sesaa, daa dihiung keceaan angin raa-raa unuk suau durasi angin erenu, dengan rosedur sebagai beriku: a. Dikeahui keceaan angin sesaa adalah uf. Akan dienukan keceaan angin dengan durasi deik (u). 609 de. 3 u f b. Menghiung u3600. u f c u 3600 u f u3600 c. 4 dengan: 45 c anh 0.9log unuk < < 3600 deik c 0.5log.5334 unuk 3600 < < deik Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan -

13 c. Menghiung u, durasi yang dienukan. u u3600 u c u c dengan: 45 c anh 0.9log unuk < < 3600 deik c 0.5log.5334 unuk 3600 < < deik di mana uf keceaan angin maksimum hasil koreksi elevasi (m/s) u keceaan angin raa-raa unuk durasi angin yang diinginkan (m/s) durasi waku yang diinginkan (deik) 3. Koreksi Sabilias Aabila erdaa erbedaan emeraur anara udara dan lau, maka keceaan angin efekif daa dieroleh dengan melakukan koreksi sabilias sebagai beriku: di mana: u u. R. 6 RT rasio amlifikasi, dieroleh dari grafik ada Gambar.6. u keceaan angin hasil koreksi durasi (m/s) Aabila daa erbedaan emeraur idak dikeahui, maka SPM 984 menyarankan enggunaan RT,. Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 3

14 Gambar.6 Grafik Rasio Amlifikasi 4. Koreksi Lokasi Pengamaan Aabila engukuran daa angin dilakukan di aas daraan, maka erlu ada koreksi lokasi unuk menjadikan daa angin di aas daraan menjadi daa angin hasil engukuran di lau. Beriku ini adalah ersamaan yang digunakan: u u. R L. 7 di mana: RL rasio keceaan angin di aas lau dengan di daraan, dieroleh dari grafik ada Gambar.7. u keceaan angin hasil koreksi sabilias (m/s) Unuk engukuran angin yang dilakukan di anai aau di lau, koreksi ini idak erlu dilakukan (RL ). Laoran Tugas Akhir Kajian Sedimenasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan - 4

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,

Lebih terperinci

BAB III PERSAMAAN ARPS DAN METODE TABEL

BAB III PERSAMAAN ARPS DAN METODE TABEL BAB III ERSAMAAN ARS DAN METODE TABEL 3. ersamaan Ars Meoda decline curve analysis (analisis enurunan kurva) meruakan suau meode yang sering digunakan unuk mengesimasi erhiungan cadangan yang daa diamil

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Tahapan analisa pasang surut adalah sebagai berikut: 1. Menguraikan komponen-komponen pasang surut. 2. Penentuan tipe pasang surut yang terjadi.

Tahapan analisa pasang surut adalah sebagai berikut: 1. Menguraikan komponen-komponen pasang surut. 2. Penentuan tipe pasang surut yang terjadi. BAB II KONDISI FISIK.. PASANG SURUT.. Umum Pengetahuan tentang asang surut enting di dalam enentuan elevasi muka air rencana untuk erencanaan bangunan antai dan elabuhan, mengetahui tie asang surut yang

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.. Laar Belakang Muka suruan pea aau char daum merupakan bidang referensi kedalaman unuk proses pemeaan di lau. Char daum merupakan bidang erendah yang mungkin erjadi dan nilai suru

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

MODEL DERET WAKTU HIDDEN MARKOV

MODEL DERET WAKTU HIDDEN MARKOV 9 ; P j y π j { ; } P j y sama dengan sau jika engamaan berada ada sae j dan sama dengan nol jika engamaan berada ada sae selainnya Maka enduga raaraa unuk sae j ada ersamaan 8 akan sama dengan nilai raaraa

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. satuan sintetik berdasarkan ketersediaan data karakteristik DAS

Sub Kompetensi. satuan sintetik berdasarkan ketersediaan data karakteristik DAS REKAYASA HIDROLOGI II HIDROGRAF SATUAN SINTETIK Sub Komeensi Mamu menghiung hidrograf Mamu menghiung hidrograf sauan sineik berdasarkan keersediaan daa karakerisik DAS 1 * H S * S Hidrograf Sauan Sineik

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PEDAHULUA Laar Belakang Menduga dan meramal sae yang idak bisa diamai secara langsung dari suau kejadian ekonomi adalah ening Pemerinah melalui bank senral dan ara regulaor daa menggunakan informasi enang

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I. Laar Belakang Dermaga merupakan salah sau fasilias di pelabuhan yang memiliki fungsi sebagai empa kapal merapa dan beramba sehingga mempermudah kegiaan perpindahan barang dan penumpang.

Lebih terperinci

Analisa Performansi Keandalan Pada Boiler dengan Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan di PT. PJB Unit Pembangkit Gresik

Analisa Performansi Keandalan Pada Boiler dengan Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan di PT. PJB Unit Pembangkit Gresik JURNAL EKNIK POMIS Vol., No., () - Analisa Performansi Keandalan Pada Boiler dengan Menggunakan Meode Jaringan Syaraf iruan di P. PJB Uni Pembangki Gresik Inan Mara Kusuma, Imam Abadi, S, M dan Deak Yan

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Analisa Haronik Elevasi pasang suru adalah penulahan dari beberapa konsana pasang suru dan fakor eeorologis yang diasusikan konsan, seperi diunukkan pada persaaan beriku:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v Tryou SBMPTN Fisika Doc. Name: TOSBMPTN1FIS Doc. ersion : 216-5 halaman 1 m v H 1/ 2m θ 1 2 v Dua meriam menembak bersamaan. Massa bola meriam yang diembakan dari anah seengah kali massa bola meriam yang

Lebih terperinci

=====O0O===== c) Tumbukan tidak lenting, e = 0 A. MOMENTUM DAN TUMBUKAN. Hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku.

=====O0O===== c) Tumbukan tidak lenting, e = 0 A. MOMENTUM DAN TUMBUKAN. Hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku. A. MOMENTUM DAN TUMUKAN Teori Singka :. Perkalian anara assa dan keceaan disebu oenu P P. Hasil kali anara gaya F dan selang waku enghasilkan erubahan oenu P disebu ula Iuls I I P F d c Tubukan idak lening,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

Chapter 4. hogasaragih.wordpress.com 1

Chapter 4. hogasaragih.wordpress.com 1 Chaper 4 hogasaragih.wordpress.com 1 7. Sebuah kerea dengan kecepaan konsan 60 km/jam menuju ke imur dalam waku 40 meni, kemudian bergerak ke imur degngan sudu 50 dari uara dalam waku 0 meni dan kemudian

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 01

Xpedia Fisika. Mekanika 01 Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN VALUE AT RISK DENGAN PENDEKATAN AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi Kasus Data Saham PT. Gudang Garam Tbk.

PENGUKURAN VALUE AT RISK DENGAN PENDEKATAN AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (ARCH) (Studi Kasus Data Saham PT. Gudang Garam Tbk. Bulein Ilmiah Mah. Sa. dan Teraannya (Bimaser) Volume 4, No. 3 (ahun), hal 69 78. PENGUKURAN VALUE AT RISK DENGAN PENDEKATAN AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTIC (ARCH) (Sudi Kasus Daa Saham PT.

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Kombinasi Terhadap Jumlah Permintaan Darah di Surabaya (Studi Kasus: UDD PMI Kota Surabaya)

Analisis Peramalan Kombinasi Terhadap Jumlah Permintaan Darah di Surabaya (Studi Kasus: UDD PMI Kota Surabaya) JURNAL STATISTIKA Vol., No., () 5 Analisis Peramalan Kombinasi Terhada Jumlah Perminaan Darah di Surabaya (Sudi Kasus: UDD PMI Koa Surabaya) Winda Eka F., Ir. Dwiamono Agus W.,MIKom Jurusan Saisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB I PERSAMAAN GERAK BAB I PERSAMAAN GERAK. Seseorang mengendarai mobil menuju sebuah koa A ang berjarak 6 km dengan arah imur lau. Naakan ekor perpindahan r dalam noasi ekor sauan dengan menggunakan sisem koordina ke imur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

MAKALAH PERAMALAN DATA TIME SERIES MENGGUNAKAN METODE BOX-JENKINS. OLEH : SHANTIKA MARTHA, S.Si NIP

MAKALAH PERAMALAN DATA TIME SERIES MENGGUNAKAN METODE BOX-JENKINS. OLEH : SHANTIKA MARTHA, S.Si NIP MAKALAH PERAMALAN DATA TIME SERIES MENGGUNAKAN METODE BO-JENKINS OLEH : SHANTIKA MARTHA, S.Si NIP. 9840308008003 UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Distribusi Normal Multivariat

Distribusi Normal Multivariat Vol.4, No., 43-48, Januari 08 Disribusi Normal Mulivaria Husy Serviana Husain Absrak Pada engendalian roses univaria berdasarkan variabel, biasanya digunakan model disribusi normal unuk mengamai kualias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIS SNYDER UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DI JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIS SNYDER UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DI JAWA TIMUR PENGEMBANGAN MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIS SNYDER UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI DI JAWA TIMUR Hari Siswoyo Jurusan Pengairan, Fakulas Teknik Universias Brawijaya e-mail : hari_siswoyo@ub.ac.id ABSTRAK Model

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

KAJIAN UNJUK KERJA METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK UNTUK PENETAPAN BANJIR RANCANGAN PADA DAS DI PULAU JAWA (STUDI KASUS DAS CIMANUK HULU)

KAJIAN UNJUK KERJA METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK UNTUK PENETAPAN BANJIR RANCANGAN PADA DAS DI PULAU JAWA (STUDI KASUS DAS CIMANUK HULU) KAJIAN UNJUK KERJA METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK UNTUK PENETAPAN BANJIR RANCANGAN PADA DAS DI PULAU JAWA (STUDI KASUS DAS CIMANUK HULU) STUDY OF THE PERFORMANCE OF SINTHETIC UNIT HYDROGRAPH METHODS

Lebih terperinci

Jawaban Soal Latihan

Jawaban Soal Latihan an Soal Laihan 1. Terangkanlah ari grafik-grafik di bawah ini. dan ulis persamaan geraknya. an: a. Merupakan grafik kecepaan erhadap waku, kecepaan eap. Persamaan v()=v b. Merupakan grafik jarak erhadap

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci