ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang"

Transkripsi

1 ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER a. Ketdakpastan Hesenberg a) Rumusan Umum Ketdakpastan Hesenberg Kenyataan bahwa sebuah partkel bergerak harus dpandang sebaga group gelombang de Brogle dalam kedaan tertentu alh alh sebaga suatu kuanttas yang terlokalsas menmbulakan batas dasar pada ketetapan pengukuran sfat partkel yang dapat dukur msalnya kedudukan momentum. Untuk menjelaskan faktor apa yang terlbat, marlah kta mennjau group gelombang dalam gambar.3 berkut Gambar.3. Group Gelombang Partkel yang bersesuaan dengan grup gelombang n dapat dperoleh dalam selang grup tersebut pada waktu tertentu. Tentu saja kerapatan peluang maksmum pada tengah tengah grup, sehngga patkel tersebut mempunya peluang terbesar untuk ddapatkan d daerah tersebut. Namun, kta tetap mempunya kemungknan untuk mendapatkan partkel pada suatu tempat jka tdak nol. Lebh sempt grup gelombang tu, lebh telt kedudukan partkel tu dapat dtentukan (Gambar.4a). Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

2 =? (a) 7 (b) Gambar.4. (a) Group gelombang de Brogle terbatas. Poss partkel dapat dtentukan secara tepat tetap panjang gelombangnya (karena momentum partkel) tdak dapat dtetapkan. (b) lebar group gelombang. Kn panjang dapat dtentukan secara tepat tetap bukan poss partkel. partkel) tdak dapat dtetapkan. Namun, panjang gelombang pada paket yang sempt tdak terdefnskan dengan bak ; tdak cukup banyak gelombang untuk menetapkan dengan tepat. In berart bahwa karena h mv, maka momentum mv bukan merupakan kuanttas yang dapat dukur secara tepat. Jka melakukan sederetan pengukuran momentum, akan dperoleh momentum dengan ksaran yang cukup lebar. Sebalknya, grup gelombang yang lebar sepert pada gambar.4b memlk panjang gelombang yang terdefnskan dengan bak. Momentum yang bersesuaan dengan panjang Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

3 gelombang n menjad kuanttas yang dapat dtentukan dengan telt, dan sederetan pengukuran momentum akan menghasl-kan ksaran yang sempt. Akan tetap d manakah kedudukan partkel tersebut? Lebar grup gelombang tersebut menjad terlalu besar untuk menentukan kedudukan pada suatu waktu. Jad kta sampa pada prnsp ketdakpastan : Tdak mungkn kta mengetahu keduanya yatu kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat yang bersamaan. Prnsp n dkemukakan oleh Werner Hesenberg pada tahun 97, dan merupakan salah satu hukum fss yang memegang peranan pentng. Persoalan berkutnya adalah mencar suatu besaran yang mampu menampung dan mempresentaskan sfat sfat partkel sekalgus sfat sfat gelombang. Dengan demkan kuanttas tersebut harus bersfat sebaga gelombang tetap tdak menyebar melankan terkurung d dalam ruang. Hal n dpenuh oleh paket gelombang yang merupakan kumpulan gelombang dan terkurung dalam ruang tertentu. Analss yang formal mendukung kesmpulan tersebut dan membuat kta mampu untuk menyatakannya secara kuanttatf. Contoh yang palng sederhana dar pembentukan grup gelombang, perhatkan kombnas dar dua gelombang bdang berkut :, t A t k cos, t A t k cos (.3) Pnsp superposs memberkan t, t, t, k k A R cos t (.4) Dengan ampltudo A R Dengan ampltudo A R Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

4 , k + k k A R A cos t (.5) Dalam bentuk grafk, + = Gambar.5. Superposs dua gelombang tunggal Bla gelombang tunggalnya dperbanyak,, k 3, k 3 4, k = k Gambar.6. Superposs dar n gelombang Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

5 Tampak dar gambar.6 bahwa paket gelombang terlokalsas d daerah yang sebesar dan lokalsas n yang dharapkan sebaga poss partkel klask. Gambar.7. Kemungknan poss partkel d daerah Setelah mendapatkann barang yang dapat menyatakan partkel sekalgus gelombang berkutnya harus dcar perumusan matematsnya. Formalsme matemats untuk paket gelombang yang terlokalsas tersebut tdak lan adalah transformas Fourer. (.6) Sebaga contoh, jka dstrbus gelombang dengan vektor gelombang sepert gambar. k, g(k), dberkan g (k) / - a / + a / k Gambar.8. Dstrbus g (k) Maka dstrbus gelombang d dalam ruang koordnat f(), Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

6 Grafknya, f(k) 6/a /a /a 6/a 4/a 4/a Gambar.9. Transformas Fourer dar g(k) Dar uraan contoh dan gambar transformas Fourer d atas, dperoleh hubungan antara dan k (atau p). Hubungan antara dan k bergantung pada bentuk paket gelombang dan bergantung pada k, ddefnskan. Perkalan ( ) ( k) akan mnmum jka paket gelombang berbentuk fungs Gaussan, dalam hal n ternyata transformas Fourernya juga merupakan fungs Gaussan juga. Jka dan kk dambl devas standar dar fungs () dan g(k), maka harga mnmum k = ½. Karena pada umumnya paket gelombang tdak memlk bentuk Gaussan (bentuk lonceng), maka lebh realsts jka hubungan antara dan k dnyatakann sebaga berkut : k ½ (.7) Panjang gelombang de Brogle untuk sebuah partkel bermomentum p adalah : Blangan gelombang yang bersesuaan dengannya adalah : Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

7 Oleh karena tu, suatu ketdakpastan k dalam jumlah gelombang pada gelombang de Brogle berhubugan dengan hasl hasl partkel dalam suatu ketdakpastan p dalam momentum partkel menurut Persamaan Karena Dan p h 4 (prnsp ketdakpastan) (.8) Persamaan n menyatakan bahwa hasl kal ketdakpastan kedudukan benda pada suatu saat dan ketdakpastan komponen momentum dalam arah yatu p pada saat yang sama lebh besar atau sama dengan h / 4π. Kta tdak mungkn menentukan secara serentak kedudukan dan momentum suatu benda. Jka datur supaya kecl yang bersesuaan dengan paket gelombang yang sempt, maka p akan menjad besar. Sebalknya, p dreduks dengan suatu cara tertentu, maka paket gelombangnya akan melebar dan menjad besar. Ketdakpastan n bukan dtmbulkan oleh alat yang kurang bak tetap dtmbulkan oleh sfat ketdakpastan alamah dar kuanttas yang terkat. Setap ketdakpastan nstrumental atau statstk hanya akan menambah besar hasl kal p. Karena kta tdak mengetahu secara tepat apa partkel tu atau bagamana momentumnya, kta tdak dapat menyatakan apapun dengan past bagamana kedudukan partkel tu kelak dan seberapa cepat partkel tad bergerak. Jad, kta tdak dapat mengetahu masa depan karena kta tdak mengetahu masa kn. Kuanttas h/π serng muncul dalam fska modern, karena ternyata kuanttas tu merupakan satuan dasar dar momentum sudut. Kuanttas n serng dsngkat dengan ħ (baca ; h bar) : Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

8 Selanjutnya, dalam buku n kta akan memaka ħ sebaga penggant dalam ħ, prnsp ketdakpastan menjad : h/π. Dnyatakan p (.9) b) Perhtungan p Untuk Berbaga Keadaan Tetapan Planck berharga sangat kecl hanya 6, J s sehngga pembatasan yang dtmbulkan oleh prnsp ketdakpastan hanya pentng dalam duna atomk. Dalam skala n, prnsp n sangat menolong untuk mengert banyak gejala. Perlu dngat bahwa batas bawah ħ / untuk p sangat jarang dcapa : basanya p ħ. Bentuk lan dar prnsp ketdakpastan kadang kadang berguna. Mungkn kta ngn mengukur energ E yang dpancarkan pada suatu waktu selama selang waktu t dalam suatu proses atomk. Jka energ berbentuk gelombang elektromagnetk, batas waktu yang terseda membatas ketepatan kta menentukan frekuens dar gelombang tu. Marlah kta anggap paket gelombang tu sebaga satu gelombang. Karenaa frekuens gelombang yang sedang dpelajar sama dengan blangan yang kta htung dbag dengan selang waktu, ketdakpastan frekuens dalam pengukuran kta adalah : Ketdakpastan energ yang bersesuaan alah : Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

9 Sehngga Perhtungan yang lebh telt menjad : berdasarkan sfat paket gelombang mengubah hasl tersebut E t (.0) Contoh.. :. Atom hdrogen berjar jar 5,3 0 - m. Gunakan prnsp ketdakpastan untuk memperkrakan energ elektron yang dapat dmlknya dalam atom tu. Penyelesaan : D sn kta dapatkan untuk = 5,3 0 - m, Elektron yang momentumnya sebesar tu berperlaku sebaga partkel klask, dan energ knetknya adalah : Yang sama dengan 3,4 ev, sebenarnya energ knetk elektron pada tngkat energ terendah dalam atom hdrogen adalah 3,6 ev.. Sebuah elektron yang terekstas mengeluarkan kelebhan energnya dengan memancarkan sebuah foton yang memlk frekuens karakterstk tertentu. Perode rata rata yang berlangsung antara ekstas elektron dan saat memancarkannya adalah 0-8 s. Car ketdakpastan energ dan frekuens foton tu. Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

10 Penyelesaan : Energ foton tertentu dengan besar : Ketdakpastan frekuens cahaya dberkan dalam bentuk : b. Persamaan Schrodngerr a) Fungs persamaan Schrodnger Sepert yang dterangkan pada pembahasan mater sebelumnya, kuanttas yang dperlukan dalam mekanka kuantum alah fungs gelombang dar benda tu, maka pada bagan n akan dtunjukkan bahwa Persamaan gelombangnya harus memenuh persyaratan dan memlk banyak solus. Walaupun sendr tdak mempunya tafsran fss, kuadrat besaran mutlaknya (atau sama dengan * jka kompleks) yang dcar pada suatu tempat tertentu pada suatu saat berbandng lurus dengan peluang untuk mendapatkan benda tu d tempat tu pada saat tu. Momentum, momentum sudut dan energ dar benda dapat dperoleh dar. Persoalan mekanka kuantum adalah untuk menentukan dar benda tu bla kebebasan gerak dbatas oleh aks gaya eksternal. Dalam kejadan tu, fungs gelombang adalah kompleks, dengan bagan real maupun majner, kerapatan peluang dberkan oleh hasl kal * dar dan Konjugate Kompleks *. Konjugate kompleks dar sembarang fungs dperoleh dengan menggant (= ) dengan d manapun konjugate kompleks tad tampl dalam fungs. Setap fungs kompleks dapat dtuls dalam bentuk = A + B Dengan A dan B adalah fungs real. Konjugate kompleks * dar adalah Dengan demkan * = A B Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

11 * = A B = A + B Karena = -. Jad * akan selalu berupa kuanttas real postf. Bahkan, sebelum kta mennjau perhtungan awal dar, kta dapat membangun persyaratan yang harus dpenuhnya. Karena berbandng lurus dengan kerapatan peluang P untuk mendapatkan benda yang dperkan (dgambarkan) oleh, ntegral ke seluruh ruang harus berhngga benda harus ddapatkan pada suatu tempat. Jka dv 0 Partkel tu tdak ada, dan ntegralnya jelas tdak bsa dan tetap berart sesuatu; tdak bsa negatf atau kompleks karena cara ddefnskannya, sehngga satu-satunya kemungknan yang tertnggal alah suatu kuanttas yang berhngga supaya memang memberkan benda real. Basanya untuk memudahkan, kta ambl sama dengan kerapatan (denstas) peluang P untuk mendapatkan partkel yang dgambarkan oleh, ketmbang hanya berbandng lurus dengan P. jka sama dengan P, maka benar bahwa Karena dv (3.) P dv Ialah suat pernyataan matemats bahwa partkel tu ada d suatu tempat untuk setap saat. Jumlah semua peluang yang mungkn harus tertentu. Fungs gelombang yang memenuh Persamaan (3.) dnamakan ternormalsas. Setap fungs gelombang yang bsa dpaka dapat dnormalsaskan dengan mengalkannya dengan tetapan yang sesua; kta akan melhat hal n dengan segera bagamana hal n dlakukan. D sampng bsa dnormalsas, harus berharga tunggal, karena P hanya berharga tunggal pada tempat dan waktu tertentu, dan kontnu. Pennjauan momentum member syarat bahwa turunan parsal Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

12 ,, y z Harus berhngga, kontnu dan berharga tunggal. Hanya fungs gelombang dengan sfat-sfat tersebut dapat memberkan hasl yang berart fss jka dpaka dalam perhtungan, jad hanya fungs gelombang yang berperlaku bak yang dznkan sebaga representas matemats dar benda nyata. Jka kta sudah mempunya fungs gelombang yang ternormalsas dan dapat dterma, peluang (kemungknan) partkel dapat dtemukan pada suatu daerah tertentu alah ntegral kerapatan peluang dalam daerah tu terhadap volume. Untuk partkel yang geraknya terbatas pada arah, maka peluang untuk mendapatkan partkel antara dan alah Peluang d (3.) Persamaan SchrÖdnger yang merupakan Persamaan pokok dalam mekanka kuantum serupa dengan hukum gerak kedua yang merupakan Persamaan pokok dalam mekanka Newton, adalah Persamaan gelombang dalam varabel. Sebelum kta menangan Persamaan SchrÖdnger, terlebh dahulu kta tnjau ulang Persamaan gelombang. y v y t (3.3) Yang menentukan gelombang dengan kuanttas varabel y yang menjalar dalam arah dengan kelajuan v. Dalam kasus gelombang pada tal terbentang, y menyatakan pergeseran tal dar sumbu ; dalam kasus gelombang buny, y menyatakan perbedaan tekanan, dalam kasus gelombang cahaya, y menyatakan besarnya medan lstrk atau elektronon. Persamaan gelombang sepert d atas dturunkan dalam buku mekanka untuk gelombang mekans dan dalam buku kelstrkan dan kemagnetan gelombang elektromagnetk. Contoh 3.. Fungs gelombang suatu partkel yang bergerak sepanjang sumbu adalah : () = Ce - sn Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

13 a. Tentukan konstanta C jka fungs gelombang ternormalsas. b. Jka =, htung kemungknan untuk mendapatkan partkel berada d sebelah kanan =. Penyelesaan : a. Secara eksplst () dberkan oleh () = Ce sn, Ce - sn, Untuk < 0 Untuk > 0 Sehngga () = C e sn, Untuk < 0 C e - sn, Untuk > 0 Tampak bahwa fungs terakhr adalah fungs genap, karena tu 0 d C e sn d C e sn d 0 C e sn d 0 Untuk menghtung ntegral terakhr n, tulskan fungs snus dalam bentuk eksponensal dan dperoleh ( ) ( ) C e e e d 4 0 C ( e ) e ( ) e 0 Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

14 Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas C C Dperoleh konstanta normalsas C : C Sehngga e sn ) ( b. Besar kemungknan partkel berada d ) ( d t P sn ) ( d e cos sn e Untuk =, 068 0, e t P 3... Persamaan SchrÖdnger : Bergantung Waktu Dalam mekanka kuantum, fungs gelombang bersesuaan dengan varabel gelombang y dalam gerak gelombang umumnya. Namun, tdak sepert y, bukanlah suatu

15 kuanttas yang dapat terukur, sehngga dapat berupa kuanttas kompleks. Karena tulah kta akan menganggap dalam arah dnyatakan oleh Ae ( t / v) (3.4) Jka kta gant dalam rumus d atas dengan dan v dengan, dperoleh ( t / ) Ae (3.5) Yang bentuknya menguntungkan, karena kta telah mengetahu hubungan dan dnyatakan dalam energ total E dan momentum p dar partkel yang dperkan oleh. Karena E h dan h p p Dperoleh Ae ( / ) ( E t p ) (3.6) Persamaan (3.6) merupakan penggambaran matemats gelombang ekvalen dar partkel bebas yang berenerg total E dan bermomentum p yang bergerak dalam arah +. Pernyataan fungs gelombang yang dberkan dalam Persamaan (3.6) hanya berlaku untuk partkel yang bergerak bebas, sedangkan kta lebh tertark pada stuas dengan gerak partkel yang dpengaruh berbaga pembatasan. Yang harus kta lakukan sekarang adalah mendapatkan Persamaan dferensal pokok untuk, kemudan memecahkan untuk stuas yang khusus. Persamaan n, yang dsebut Persamaan SchrÖdnger dapat dperoleh dengan berbaga cara, tetap semuanya mengandung kelemahan yang sama : Persamaan tu tdak dapat dturunkan secara ketat dar prnsp fss yang ada karena Persamaan tu menyatakan sesuatu yang baru. Apa yang akan dlakukan d sn adalah menunjukkan suatu cara untuk memperoleh Persamaan gelombang, kemudan membahas pentngnya hasl tersebut. Kta mula dengan mendferensas Persamaan (3.6) dua kal terhadap yang menghaslkan Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

16 p (3.7) dan sekal terhadap t, dperoleh t E (3.8) Untuk kelajuan yang kecl terhadap kelajuan cahaya, energ total partkel E alah jumlah dar energ elektrono p /m dan energ potensal V, dengan V pada umumnya merupakan fungs kedudukan dan waktu t : p E m V (3.9) Fungs V menyatakan pengaruh dar ssa semesta pada partkel. Tentu saja, hanya sebagan dar semesta yang bernteraks dengan partkel ; msalnya dalam kasus elektron dalam atom hdrogen, hanya medan lstrk nt yang dperhtung-kan. Dengan mengalkan kedua suku Persamaan (3.9) dengan fungs gelombang, akan menghaslkan : E p m V (3.0) Dar Persamaan (3.7) dan (3.8), dapat dlhat bahwa E t (3.) Dan p (3.) Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

17 dengan mensubsttuskan pernyataan untuk E dan p dalam Persamaan (3.0) akan dperoleh V (3.3) t m Persamaan terakhr n adalah Persamaan SchrÖdnger yang Bergantung Waktu. Dalam tga dmens, Persamaan SchrÖdnger bergantung waktu dberkan oleh V (3.4) t m y z D mana energ potensal partkel V merupakan fungs dar, y, z, dan t. Persamaan gerak kuantum partkel d dalam potensal V (, t) dberkan oleh (, t) (, t) V (, t) (3.5) t m Setap pembatasan yang dapat membatas gerak partkel dapat mempengaruh fungs energ potensal V. Sekal bentuk V dketahu, Persamaan Schrodnger nya dapat dpecahkan untuk mendapatkan fungs gelombang partkel, sehngga kerapatan peluang dapat dtentukan untuk, y, z, dan t tertentu. D sn Persamaan SchrÖdnger dperoleh mula dar fungs gelombang partkel yang bergerak bebas. Perluasan Persamaan SchrÖdnger untuk kasus khusus partkel bebas (energ potensal V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partkel yang mengalam gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu [ V = V(, y, z, t )] merupakan suatu kemungknan yang bsa dtempuh, tetap tdak ada satu cara a pror yang membuktkan perluasan tu benar. Yang bsa kta lakukan hanyalah mengambl postulat bahwa Persamaan SchrÖdnger berlaku, pecahkan untuk berbaga stuas fss dan bandngkan haslnya dengan hasl ekspermen. Jka haslnya sesua, maka postulat yang terkat dalam Persamaan SchrÖdnger sah ; jka tdak sesua, postulatnya harus dbuang dan pendekatan yang lan harus djejak. Dengan kata lan, Persamaan SchrÖdnger tdak bsa dturunkan dar prnsp pertama, tetap Persamaan tu merupakan prnsp pertama. Dalam kenyataannya, Persamaan SchrÖdnger telah menghaslkan ramalan yang sangat tepat mengena hasl ekspermen yang dperoleh. Tentu saja, harus kta ngat bahwa Persamaan (3.4) hanya bsa dpaka untuk persoalan non relatvstk dan rumusan yang lebh memakan pkran dperlukan jka kelajuan partkel yang mendekat kecepatan cahaya tertkat. Karena Persamaan tu bersesuaan dengan ekspermen dalam batas-batas Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

18 berlakunya, kta harus mengaku bahwa Persamaan SchrÖdnger menyatakan suatu postulat yang berhasl mengena aspek tertentu dar duna fss Persamaan SchrÖdnger : Keadaan Stasoner (Tunak) Dalam banyak stuas, energ potensal sebuah partkel tdak bergantung dar waktu secara eksplst ; gaya yang beraks padanya ; jad V, hanya berubah terhadap kedudukan partkel. Jka hal tu benar, Persamaan SchrÖdnger dapat dsederhanakan dengan menadakan kebergantungan terhadap waktu t. Mula-mula kta perhatkan bahwa fungs gelombang satu dmens partkel bebas dapat dtuls Ae Ae ( / )( Et p ) ( E / ) t ( p / ) ( E / ) t e (3.6) e In berart, merupakan hasl kal fungs bergantung waktu e (E/ħ)t dan fungs yang bergantung kedudukan. Kenyataannya, perubahan terhadap waktu dar semua fungs partkel yang mengalam aks dar gaya tunak mempunya bentuk yang sama sepert partkel bebas. Dengan mensubsttuskan dar Persamaan (3.6) ke Persamaan SchrÖdnger yang bergantung waktu, dperoleh ( E / ) t ( E / ) t ( E / ) t E e e V e (3.7) m Sehngga, jka dbag dengan faktor eksponensal tu, m ( E V ) 0 (3.8) Persamaan (3.8) merupakan bentuk keadaan tunak Persamaan SchrÖdnger. Dalam tga dmens menjad Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

19 y z m ( E V ) 0 (3.9) Pada umumnya, Persamaan keadaan tunak SchrÖdnger dapat dpecahkan hanya untuk harga E tertentu. Dalam pernyataan tu tdak dtmbulkan oleh kesukaran matemats yang mungkn ada, tetap oleh sesuatu yang lebh mendasar ( fundamental). Memecahkan Persamaan SchrÖdnger untuk suatu sstem berart memperoleh suatu fungs gelombang yang tdak saja memenuh Persamaan dan syarat batas yang ada, tetap juga harus memenuh syarat bsa dtermanya fungs gelombang yatu turunannya harus kontnu, berhngga, dan berharga tunggal. Bla tdak terdapat fungs gelombang sepert tu, system tu tdak mungkn berada dalam keadaan tunak. Jad kuantsas energ muncul dalam mekanka gelombang sebaga unsur wajar dar teor tad, dan kuantsas energ dalam duna fss dnyatakan sebaga gejala unversal yang merupakan cr dar semua sstem yang mantap. Suatu analog yang sangat dekat dan sudah dkenal bagamana kuantsas energ tmbul dalam memecahkan Persamaan SchrÖdnger alah dalam tal terpentang yang panjangnya L yang keduanya ujungnya terkat. Dalam hal n, sebaga gant gelombang tunggal yang menjalar terus-menerus dalam satu arah, gelombang akan menjalar dalam arah + dan secara serentak dengan syarat bahwa pergeseran y selalu nol pada kedua ujung tal. Suatu fungs y (, t) yang dapat dterma untuk menyatakan pergeseran (smpangan) dengan turunannya, harus sepert yang berperlaku bak dengan turunannya, dan lag harus real karena y menyatakan suatu kuanttas yang dapat dukur langsung. Satusatunya pemecahan Persamaan gelombang y v y t Yang sesua dengan berbaga pembatasan tu alah pemecahan yang panjang gelombangnya memenuh L n ; n = 0,,, 3,.. n Sepert yang dtunjukkan dalam Gambar 4.. = L = L = /3 Rbuthermanto00438 fska kuantum L untuk Unverstas = / L

20 Kombnas Persamaan gelombang dan pembatasan yang merupakan syarat pemecahannyalah yang mendorong kta untuk menympulkan bahwa y (, t) hanya dapat ada untuk panjang gelombang tertentu n. Contoh 3.. : Sebuah partkel bergerak yang memenuh Persamaan : 30 50t, t 5,0 e Htunglah energ dan momentum partkel tersebut. Penyelesaan : p op 30 50t, t 5,0 e 30 50t 30 5,0 e 34 30, t, , t 3, ,t Jad besarnya energ yang dmlk partkel tersebut adalah : 3, J. Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

21 E op t t t A e k, 50, t 5, , t Jad momentum dar partkel tersebut adalah : 5, kg m/s Harga Ekspektas, Operator, Fungs dan Harga Egen Sekal lag, seandanya fungs gelombang sudah dperoleh, kta dapat mengajukan beberapa pertanyaan lag. Msalnya, d manakah partkel serng berada atau berapa momentum rata-rata partkel? Jawaban atas pertanyaan n dberkan oleh teorema Ehrenfest. Karena kta tdak dapat lag berbcara dengan suatu kepastan tentang kedudukan partkel, maka kta tdak dapat pula menjamn kepastan hasl satu kal pengukuran suatu besaran fska yang bergantung pada kedudukannya. Namun demkan, jka kta dapat menghtung probabltas yang berkatan dengan setap koordnat, maka kta dapat menemukan hasl yang mungkn dar suatu pengukuran satu kal atau rata-rata hasl dar sejumlah besar pengukuran berkal-kal. Sebaga contoh, andakanlah kta ngn mencar rata-rata kedudukan sebuah partkel dengan mengukur koordnat nya. Dengan melakukan sejumlah besar pengukuran berkal-kal, kta dapat bahwa dengan mengukur nla sebanyak n kal, sebanyak n, dan seterusnya, maka dengan cara yang lazm, kta dapat memperoleh nla rata-ratanya, yatu n n... n n... n n Jka kta mempersoalkan sebuah partkel, kta harus menggant blangan n dar partkel dengan peluang P bahwa partkel tu bsa ddapatkan dalam selang d d. Besar peluang n adalah P = d Dengan merupakan fungs gelombang partkel yang dambl pada =. Dengan substtus n dan mengubah jumlah dengan ntegral, kta lhat bahwa harga rata-rata kedudukan partkel tunggal alah Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

22 d d (3.0) Jka merupakan fungs gelombang yang ternormalsas, penyebut dalam Persamaan (3.0) sama dengan peluang bahwa partkel tu terdapat d suatu tempat antara = - dan =, sehngga harganya =. Dalam kasus n d (3.) Persamaan (3.) n menyatakan harga bahwa terletak pada pusat massa ( elektronon begtu) dar ; jka dplot terhadap pada suatu grafk dan bdang yang dbatas kurva dan sumbu dguntng, ttk setmbangnya alah. Nla rata-rata yang dhtung menurut Persamaan (3.) dkenal sebaga harga ekspektas (epectaton values). Prosedur yang sama dengan yang telah dlakukan d atas dapat dpaka untuk memperoleh harga ekspektas G() dar suatu kuanttas [msalnya, energ potensal V()] yang merupakan fungs dar kedudukan partkel yang dgambarkan oleh fungs gelombang. Haslnya adalah G G d (3.) Harga ekspektas momentum p tdak dapat dhtung dengan cara basa yang demkan sederhana, karena sesua dengan prnsp ketdakpastan, tdak ada fungs sepert p() yang dapat berlaku. Jka kta menentukan, sehngga dengan demkan = 0, kta tdak dapat menentukan p yang bersesuaan karena p h/. Masalah yang sama terjad untuk harga ekspektas energ E. Pada bagan sebelumnya kta lhat bagamana harga ekspektas dapat dperoleh dar kuanttas yang merupakan fungs poss dar partkel yang dnyatakan oleh fungs gelombang. Jad kta dapat memperoleh harga ekspektas pada setap saat t dar harga, Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

23 dan energ potensal partkel V(), keduanya merupakan bagan dar pemeran yang lengkap dar keadaan partkel. Kuanttas dnams yang lan, sepert momentum p dan energ E, tdak dapat dperlakukan dengan cara yang sama. Harga Ekspektas dar p dan E harus dhtung dar : Persamaan n sangat langsung, sampa kta menyadar bahwa karena = (, t), harus menyatakan p dan E sebaga fungs dar dan t supaya kta dapat melakukan ntegras, tetap prnsp ketdakpastan mengakbatkan tdak terdapatnya fungs sepert p(, t) dan E(, t) ; sekal, dan t dtentukan, hubungan berart bahwa kta tdak dapat, pada prnspnya, menentukan p dan E secara eksak. Dalam fska klask tdak terdapat pembatasan sepert tu, karena dalam duna makroskopk prnsp ketdakpastan dapat dabakan. Jka kta terapkan hukum gerak kedua pada gerak benda yang mengalam berbaga gaya, kta mengharapkan untuk mendapatkan p(, t) dan E(, t) dar solusnya sepert juga (t) ; untuk memecahkan persoalan tersebut dalam mekanka klask padaa pokoknya berart menentukan tempuhan masa depan gerak benda tersebut. Dalam fska kuantum, d phak lan, semua yang kta dapatkan secara langsung dar Persamaan SchrÖdnger dar gerak partkel tu alah fungs gelombang, dan tempuhan masa depan gerak partkel tu sepert juga keadaan awalnyaa hanya dketahu peluangnya, alh-alh sesuatu yang sudah tertentu. Saran untuk mendapatkan dan dengan cara yang benar alah dengan (/ħ)(et p) ) mendferensas fungs gelombang partkel bebas = A e terhadap dan t. Dperoleh Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

24 yang dapat dtuls dengan cara p (3.3) E (3.4) t Jelaslah kuanttas dnams p dalam cara tertentu bersesuaan dengan operator dferensal / / dan kuanttas dnams E bersesuaan dengan operator dferensal / t (Operator memberkan nformas kepada kta operas apa yang harus dlakukan pada kuanttas yang dtuls setelahnya. / t mengnstrukskan kepada kta untuk mengambl turunan yang terdapat setelahnya terhadap t dan haslnya dkalkan dengan ). Kta basa melambangkan operator dengan huruf tebal tegak, sehngga p merupakan operator yang bersesuaan dengan momentum p dan E alah operator yang bersesuaan dengan energ E. Dar Persamaan (3.3) dan Persamaan (3.4) operator n alah p E (Operator momentum) (3.5) (Operator energ) (3.6) t Walaupun kta hanya menunjukkan persesuaan yang dnyatakan dalam Persamaan (3.5) dan Persamaan (3.6) berlaku untuk partkel bebas, hubungan tu ternyata berlaku umum yang kesahannya dengan kesahan Persamaan SchrÖdnger. Untuk mendukung pernyataan n, kta dapat menggant Persamaan E = T + V untuk energ total partkel dengan Persamaan operator E = T + V (3.7) karena energ knetk T dnyatakan dengan momentum p menurut hubungan p T m Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

25 Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas dperoleh m m m p T (3.8) yang kta sebut operator energ knetk. Persamaan (3.7) dapat dtuls sebaga berkut. V m t (3.9) Sekarang kta kalkan denttas = dengan Persamaan (3.9), dperoleh V m t (3.30) yang merupakan Persamaan SchrÖdnger. Mempostulatkan Persamaan (3.3) dan Persamaan (3.4) setara dengan mempostulatkan Persamaan SchrÖdnger. Karena p dan E dapat dgant dengan operator yang bersesuaan dalam Persamaan, kta dapat memaka operator n untuk mendapatkan harga ekspektas dar p dan E. Jad harga ekspektas p alah d d d p p * * * (3.3) dan harga ekspektas untuk E adalah d t d t d E E * * * (4.3)

26 keduanya Persamaan (3.3) dan Persamaan (3.3) dapat dhtung untuk fungs gelombang yang dapat dterma (, t). Jelaslah bahwa kta perlu menyatakan harga ekspektas yang bersangkutan dengan operator dalam bentuk p * p d Alternatf lan alah p * d * d * 0 karena * dan harus 0 d = dan * p d * d tdak mempunya art. Dalam kasus kuanttas aljabar sepert dan V() urutan faktor dalam ntegran tdak pentng, tetap jka operator dferensal terlbat, urutan yang benar dar faktor tu harus dtelt. Setap kuanttas yang teramat G yang merupakan karakterstk suatu elektron fss dapat dnyatakan dengan operator mekanka kuantum yang cocok G. Untuk memperoleh operator n, kta perlu menyatakan G dalam dan p dan menggant p dengan / /. Fungs gelombang dar sstem dketahu, maka harga ekspektas G(, p) alah p G, * G d (3.33) (Harga Ekspektas Operator) Hasl n memperkuat pernyataan yang dbuat sebelumnya bahwa dar dapat dperoleh semua nformas mengena elektron yang dperbolehkan oleh prnsp ketdakpastan. Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

27 Persyaratan bahwa varabel dnams tertentu G terbatas pada harga dskrt G n dengan kata lan G terkuantsas alah fungs gelombang n dar elektron sedemkan sehngga G n = G n n (Persamaan Harga Egen) (3.34) dengan G menyatakan operator yang bersesuaan dengan G dan masng-masng G n merupakan blangan real. Bla Persamaan (3.34) berlaku untuk fungs gelombang sebuah elektron, postulat pokok (kenyataannya, sa tu-satunya postulat pokok) dar mekanka kuantum bahwa pengukuran G hanya dapat menghaslkan satu harga G n. Jka pengukuran G dlakukan pada sejumlah elektron dentk semua berada dalam keadaan yang dperkan oleh fungs egen k, masng-masng pengukuran menghaslkan harga tunggal G k. Operator energ total E dar Persamaan (3.7) basanya dtuls sebaga, H m V (3.35) dan dsebut operator Hamltonan; kuanttas tu merupakan energ total elektron dnyatakan dalam koordnat dan momentum. Jelaslah Persamaan SchrÖdnger keadaan tunak dapat dtuls sebaga berkut. E n n = H n (3.36) Harga energ E n supaya Persamaan keadaan tunak Schrodnger dapat dpecahkan dsebut harga egen dan fungs gelombang yang bersesuaan n dsebut fungs egen. (Istlah n berasal dar bahasa Jerman Egenwert, yang berart harga karakterstk yang sesungguhnya, dan Egenfunkton, atau fungs karakterstk sesungguhnya ). Tngkat energ dskrt atom hydrogen 4 me 3 n E n 0 n =,, 3,.. Merupakan contoh sekelompok harga egen. Kta akan lhat pada Bab berkutnya mengapa harga tertentu E yang menghaslkan fungs gelombang dapat dterma untuk elektron dalam atom elektronon. Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

28 Contoh pentng varabel dnams selan energ total yang ddapatkan terkuantsaskan dalam keadaan mantap alah momentum sudut. Dalam kasus atom elektron, kta akan dapatkan bahwa harga egen besar momentum sudut d-tentukan oleh L l ( l ) l = 0,,, (n ) Tentu saja, suatu varabel dnams G boleh tdak terkuantsas. Dalam hal n pengukuran G pada sejumlah elektron dentk tdak menghaslkan hasl yang unk melankan harga yang tersebar yang rata-ratanya merupakan harga ekspektas G G d Dalam atom elektron, kedudukan elektronon tdak terkuantsas, sehngga kta lec membayangkan elektronon berada d sektar nt dengan peluang tertentu per satuan volume tetap tanpa ada kedudukan tertentu yang dapat dramalkan atau orbt tertentu menurut pengertan klask. Pernyataan peluang n tdak bertentangan dengan kenyataan bahwa ekspermen yang dlakukan pada atom elektronon selalu menunjukkan bahwa atom tu selalu mengandung satu elektron, bukan 7 persen elektron dalam satu daerah dan 73 persen d daerah lannya; peluang tu menunjukkan peluang untuk mendapatkan elektron, dan walaupun peluang n menyebar dalam ruang, elektronnya sendr tdak. Rbuthermanto00438 fska kuantum untuk Unverstas

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2 Solus UTS Mekanka Kuantum Program Stud S Fska Tanggal ujan: 6 Oktoer 7 Dosen: Muhammad Azz Majd, Ph.D. Assten: Ahmad Syahron, S.S. Soal Hamltonan seuah sstem -keadaan two states system dnyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 2 LNDSN TEORI 2.1 Hmpunan dan Operas Hmpunan 2.1.1 Defns Hmpunan adalah kumpulan objek-objek yang berbeda. Msalnya mahasswamahasswa yang mengambl mata kulah Matematka Dskrt, buku-buku yang djual dalam

Lebih terperinci

Ketidakpastian dan Pengukuran

Ketidakpastian dan Pengukuran Modul Ketdakpastan dan Pengukuran Paken Pandangan, S.S., M.S. Artoto Arkundato, S.S., M.S. P PENDAHULUAN engamatan atas suatu besaran fss basanya akan berlanjut dengan pengukuran suatu besaran fss tertentu,

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F ) 28 BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR III.1 Ruang Dual Defns III.1.2: Ruang Dual [10] Msalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformas lnear f L ( V, F ) dkatakan fungsonal lnear (atau

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT)

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT) MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN (Nuryanto, ST., MT) Ukuran Statstk Ukuran Statstk : 1. Ukuran Pemusatan Bagamana, d mana data berpusat? Rata-Rata Htung = Arthmetc Mean Medan Modus Kuartl, Desl, Persentl.

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2 Perumusan Ensembel Mekanka Statstk Kuantum Part-2 Menghtung Banyak Status Keadaan Asums : partkel tak punya spn (spnless!)-> apa konsekuensnya? Karena TAK ADA INTERAKSI maka tngkat-tngkat energy yg bsa

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Alokasi kursi parlemen

Alokasi kursi parlemen Alokas kurs parlemen Dd Achdjat Untuk Sndkas Pemlu dan Demokras 1. Pendahuluan 1 Pelaksanaan pemlhan umum sebaga sarana mplementas demokras memerlukan suatu konsep yang kokoh dan taat azas. Konsep pelaksanaan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci