PERHITUNGAN ENERGI DISOSIASI Ca-O DAN C-O PADA GUGUS FUNGSI HIDROKSIAPATIT MENGGUNAKAN PEMODELAN SPEKTROSKOPIINFRAMERAH KHUSNUL YAKIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN ENERGI DISOSIASI Ca-O DAN C-O PADA GUGUS FUNGSI HIDROKSIAPATIT MENGGUNAKAN PEMODELAN SPEKTROSKOPIINFRAMERAH KHUSNUL YAKIN"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN ENERGI DISOSIASI Ca-O DAN C-O PADA GUGUS FUNGSI HIDROKSIAPATIT MENGGUNAKAN PEMODELAN SPEKTROSKOPIINFRAMERAH KHUSNUL YAKIN DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213

2 ix

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjuul Perhitungan Energi Disosiasi Ca-O an C-O paa Gugus Fungsi Hiroksiapatit Menggunakan Pemoelan Spektroskopi Inframerah aalah benar karya saya engan arahan ari komisi pembimbing an belum iajukan alam bentuk apapun kepaa perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau ikutip ari karya yang iterbitkan maupun tiak iterbitkan ari penulis lain telah isebutkan alam teks an icantumkan alam Daftar Pustaka i bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta ari karya tulis saya kepaa Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 213 Khusnul Yakin NIM G7497

4 ABSTRAK KHUSNUL YAKIN. Perhitungan Energi Disosiasi Ca-O an C-O paa Gugus Fungsi Hiroksiapatit Menggunakan Pemoelan Spektroskopi Inframerah. Dibimbing oleh SIDIKRUBADI PRAMUDITO an KIAGUS DAHLAN. Pemoelan gugus fungsi hiroksiapatit apat igunakan untuk menapatkan bilangan gelombang serap an konstanta pegas. Analisis energi pelepasan gugus fungsi ilakukan engan menghitung energi isosiasinya. Penelitian ini merupakan perhitungan teoritik gugus hiroksil (OH - ), fosfat (PO 3-4 ), an karbonat (CO 2-3 ) menggunakan moel pegas. Pemoelan gugus OH - iapatkan bilangan gelombang serap cm -1, cm -1, an cm -1. Pemoelan gugus PO 3-4 iapatkan bilangan gelombang serap cm -1, cm -1, an cm Pemoelan gugus CO 3 iapatkan bilangan gelombang serap cm -1, cm -1, an cm -1. Energi isosiasi ikatan C-O paa gugus hiroksil aalah kj/mol. Energi isosiasi ikatan Ca-O paa gugus karbonat aalah kj/mol, seangkan paa gugus karbonat aalah kj/mol. Bilangan gelombang serap secara teoritik OH - an PO 3-4 sesuai engan hipotesis seangkan paa gugus CO 2-3 lebih kecil ari nilai hipotesis. Kata kunci: energi isosiasi, gugus fungsi, hiroksiapatit, konstanta pegas ABSTRACT KHUSNUL YAKIN. Dissociation Energy Calculations Ca-O an CO on Hyroxyapatite Functional Groups Using Infrare Spectroscopy Moeling. Supervise by SIDIKRUBADI PRAMUDITO an KIAGUS DAHLAN. Moeling the functional groups of hyroxyapatite can be use to obtain absorption wave numbers an the spring constant. Analysis of energy release is one by calculating the functional group issociation energy. This stuy is a theoretical calculation of the hyroxyl group (OH - ), phosphate (PO 3-4 ), an carbonate (CO 2-3 ) using spring moels. Moeling OH - group obtaine wavenumber absorption cm -1, cm -1, an cm Moelling group PO 4 absorption wave numbers obtaine cm -1, cm -1, an cm CO 3 moeling group obtaine wavenumber absorption cm -1, cm -1, an cm -1. Bon issociation energy of CO on the hyroxyl group is kj/mol. Bon issociation energy of Ca-O in the carbonate group is kj/mol, whereas the carbonate group is kj/mol. Theoretical absorption wave numbers OH an PO 4 consistent with the hypothesis while CO 3 group is smaller than the hypothesize value. Keywors: functional groups, hyroxyapatite, the issociation energy, the spring constant. ix

5 PERHITUNGAN ENERGI DISOSIASI Ca-O DAN C-O PADA GUGUS FUNGSI HIDROKSIAPATIT MENGGUNAKAN PEMODELAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH KHUSNUL YAKIN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains paa Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 213

6 ix

7 Juul Skripsi : Perhitungan Energi Disosiasi Ca-O an C-O paa Gugus Fungsi Hiroksiapatit Menggunakan PemoelanSpektroskopi Inframerah Nama : Khusnul Yakin NIM : G7497 Disetujui oleh Drs. Siikrubai Pramuito, M.Si Pembimbing I Dr. Kiagus Dahlan Pembimbing II Diketahui oleh Dr. Akhiruin Mau, M.Si Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus:

8 ix

9 PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat an karunia- Nya, sehingga penulis apat menyusun tugas akhir ini. Sholawat an salam senantiasa tercurah kapaa suri taulaan kita Nabi Muhamma SAW yang iutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Terima kasih penulis ucapkan kepaa Ayah an Ibuna tercinta yang senantiasa menoakan untuk menjai anak yang selalu bermanfaat kepaa orang lain. Serta engan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepaa: 1. Drs. Siikrubai Pramuito, M.Si an Dr. Kiagus Dahlan untuk bimbingan, nasehat, an motivasinya hingga penulis apat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Akhiruin Mau, S.Si, M.Si selaku osen penguji an ketua Departemen Fisika serta Dr. Husin Alatas selaku Kepala Bagian Fisika Teori atas semua masukan-masukan paa tugas akhir ini. 3. Teman-teman seperjuangan fisika angkatan 45, 46, an 47 atas oa an bantuan selama ini. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat serta menjai awal bagi penulis untuk melanjutkan ke peniikan yang lebih tinggi. Bogor, Maret 213 Khusnul Yakin

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Perumusan Masalah 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Gugus Fungsi Kalsium Fosfat 2 Spektroskopi Inframerah 3 Persamaan Lagrange 4 Energi Disosiasi 4 Particle Swarm Optimization (PSO) 5 METODE 6 Waktu an Tempat Penelitian 6 Alat 6 Proseur Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis Fenomena Vibrasi Gugus Fungsi 7 Analisis Ikatan Kimia Senyawa Kalsium Fosfat 8 Pemoelan Gugus Hiroksil, Fosfat, an Karbonat 9 Hasil Komputasi Konstanta Pegas an Bilangan Gelombang Serap 13 Hasil Komputasi Energi Disosiasi 17 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 19 RIWAYAT HIDUP 33 ix

11 DAFTAR TABEL 1 Rentang aerah serapan inframerah 3 2 Infrare group wavenumbers 3 3 Daerah spektroskopi inframerah 3 4 Ikatan gugus fungsi engan atom alam senyawa kalsium fosfat 9 5 Hasil komputasi PSO pemoelan hiroksil A 13 6 Hasil komputasi PSO pemoelan hiroksil B(a) 13 7 Hasil komputasi PSO pemoelan hiroksil B(b) 13 8 Hasil komputasi PSO pemoelan fosfat A 14 9 Hsail komputasi PSO pemoelan fosfat B 14 1 Hasil komputasi PSO pemoelan fosfat C Hasil komputasi PSO pemoelan karbonat A Hasil komputasi PSO pemoelan karbonat B Hasil komputasi PSO pemoelan karbonat C Bilangan gelombang serap secara teoritis Konstanta pegas ikatan gugus fungsi engan atom alam senyawa kalsium fosfat Energi isosiasi ikatan Ca-O an C-O 17 DAFTAR GAMBAR 1 Kurva energi potensial anharmonik 4 2 Struktur kimia Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2 (AKA) 8 3 Struktur kimia Ca 1 (PO 4 ) 3 (CO 3 ) 3 (OH) 2 (AKB) 8 4 Struktur kimia hiroksiapatit Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) Moel ikatan pegas gugus OH - A 1 6 Moel ikatan pegas gugus OH - B 1 7 Moel ikatan pegas gugus fosfat A 1 8 Moel ikatan pegas gugus fosfat B 11 9 Moel ikatan pegas gugus fosfat C 11 1 Moel ikatan pegas gugus karbonat A Moel ikatan pegas gugus karbonat B Moel ikatan pegas gugus karbonat C Tampilan komputasi PSO pemoelan gugus fungsi Tampilan komputasi PSO pemoelan energi isosiasi 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Penurunan rumus pemoelan gugus OH - A 2 2 Penurunan rumus pemoelan gugus OH - B 21 3 Penurunan rumus pemoelan gugus PO 3-4 A 22 4 Penurunan rumus pemoelan gugus PO 3-4 B 24 5 Penurunan rumus pemoelan gugus PO 3-4 C 26 6 Penurunan rumus pemoelan gugus CO 2-3 A 28

12 7 Penurunan rumus pemoelan gugus CO 2-3 B 29 8 Penurunan rumus pemoelan gugus CO 2-3 C 31 ix

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Senyawa kalsium fosfat aalah material anorganik yang banyak igunakan alam aplikasi meis, antara lain untuk implan tulang. Hal ini ikarenakan senyawa kalsium fosfat bersifat bioaktif an biokompatibel. 1 Senyawa kalsium fosfat penyusun tulang iantaranya trikalsium fosfat (Ca 3 (PO 4 ) 2 ) an hiroksiapatit Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2. 2 Senyawa kalsium fosfat yang paling stabil aalah hiroksiapatit (HA) yang memiliki formula Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2. HA memiliki biokompatibilitas yang baik terhaap kontak langsung engan tulang. Beberapa eksperimen engan bahan organik yang berbea telah ilakukan untuk membuat material hiroksiapatit. Untuk mengetahui karakteristiknya, igunakan FTIR sehingga apat menunjukkan kanungan kalsium fosfat ari bahan sintesis tersebut. Meskipun apat ijaikan rujukan, hasil tersebut tiak apat menjelaskan interaksi internal alam material sehingga terbentuk karakteristik tersebut. Hal tersebut ikarenakan metoe eksperimen lebih menjelaskan tentang fenomena yang terjai alam sistem makroskopis (bulk). 3 Salah satu tahap yang paling penting paa pembuatan material hiroksiapatit aalah proses sintering. Kalsinasi imaksukan untuk menghilangkan karbonat yang merupakan zat pengganggu alam proses kristalisasi hiroksiapatit. 4 Struktur karbonat alam hiroksiapatit apat menempati ua posisi, pertama menggantikan OH - membentuk apatit karbonat 3- tipe A Ca 1 (PO 4 ) 6 CO 3 (AKA) paa suhu tinggi an keua menggantikan PO 4 membentuk apatit karbonat tipe B Ca 1 (PO 4 ) 3 (CO 3 ) 3 (OH) 2 (AKB) paa suhu renah. 5 Metoe spektroskopi inframerah merupakan suatu metoe yang meliputi teknik serapan, teknik emisi, teknik fluoresensi. Paa tahun 1892 Julius menemukan an membuktikan aanya hubungan antara struktur molekul engan inframerah engan itemukannya gugus metil alam suatu molekul akan memberikan serapan karakteristik yang tiak ipengaruhi oleh susunan molekulnya. Penyerapan gelombang elektromagnetik apat menyebabkan terjainya eksitasi tingkat-tingkat energi alam molekul, apat berupa eksitasi elektronik, vibrasi, atau rotasi. 6 Untuk mengetahui karakteristik molekul hiroksiapatit Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ari spektroskopi inframerah secara teori iperlukan pemoelan yang tepat untuk menekati hasilnya. Penekatan spektroskopi inframerah molekul Hiroksiapatit Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2 apat iekati engan pemoelan pegaspaa ikatan atomnya sehingga apat ihitung konstanta pegas an penjang gelombang serapgugus fungsinya yaitu OH -, PO 3-4, an CO 2-3. Suhu perubahan fase AKA an AKB menjai hiroksiapatit sangat iperlukan untuk memperkirakan suhu pembentukan hiroksiapatit. Sebelum menganalisis suhu, iperlukan analisis energi isosiasi gugus fungsi OH -, PO 3-4, an CO 2-3. Untuk itu kami mencoba menganalisis energi isosiasi ari gugus fungsi OH -, PO , an CO 3 engan pemoelan spektroskopi inframerah hiroksiapatit Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2.

14 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini aalah menganalisis proses vibrasi gugus fungsi alam spektroskopi inframerah, menghitung bilangan gelombang serap gugus fungsi OH -, PO , an CO 3 paa sintesis hiroksiapatit, an menentukan energi isosiasi ikatan Ca-O an C-O gugus fungsi OH -, PO 3-4, an CO 2-3. Perumusan Masalah Perumusan masalah ari penelitian ini aalah mengapa alam spektroskopi inframerah yang tereteksi hanya gugus fungsi molekul?. Berapa konstanta pegas an panjang gelombang serap gugus fungsi OH -, PO 4 3-, an CO 3 2- hiroksiapatit ari pemoelan pegas?, an Berapa energi isosiasi ikatan Ca-O an C-O gugus fungsi OH -, PO 4 3-, an CO 3 2-?. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ari penelitian ini aalah menganalisis spektroskopi inframerah hiroksiapatit secara umum. Batas penelitian ini sampai paa analisis energi isosiasi ikatan Ca-O an C-O gugus fungsi OH -, PO 4 3-, an CO Seangkan spektroskopi hiroksiapatit engan material tertentu an suhu perubahan fase ari AKA, AKB menjai hiroksiapatit belum ibahas paa skripsi ini. Hipotesis Bilangan gelombang serap gugus fungsi OH - terjai paa rentang cm -1 2-, gugus fungsi PO 4 terjai paa aerah 3-11 cm -1 2-, an CO 3 terjai paa cm -1. Seangkan energi isosiasi gugus fungsi OH -, PO 3-4, an 2- CO 3 apat iekati engan potensial vibrasi anharmonik gugus fungsi. TINJAUAN PUSTAKA Gugus Fungsi Kalsium Fosfat Gugus fungsi yang berinteraksi engan inframerah akan bervibrasi engan energi vibrasi sesuai engan serapan panjang gelombangnya. Rentang serapan bilangan gelombang vibrasi gugus fungsi itunjukkan oleh Tabel 2.1, an serapan bilangan gelombang spesifiknya itunjukkan oleh Tabel 2.2 sebagai berikut. ix

15 3 Tabel 2.1 Rentang aerah serapan utama IR. 7 Frekuensi vibrasi Ikatan yang menyerap IR (cm -1 ) Regang:O-H, N-H 33-3 Regang C-H: C C-H, C=C-H, Ar-H 3-27 Regang C-H: CH 3 -, -CH 2 -, C-H, -CHO Regang: C C, C N Regang: C=O Regang: C=C, C=N Tekuk C-H: Alkil 12-1 Regang: C-O-C 1-65 Tekuk C-H: C=C-H, Ar-H <1 Gugus Anorganik: C-Cl, SO 2-4, PO 2-4, CO , NO 3 Sumber : Suyatno (211) Berikut aalah ata hasil spektroskopi serapan bilangan gelombang gugus fungsi. Tabel 2.2 Infrare group wavenumbers. 8 Group v/cm -1 Group v/cm -1 C-H 33 -C-F 11 =C=H 32 -C-Cl 65 -C-H 296 -C-Br 56 -C C- 25 -C-I 5 C=C 165 -O-H 36 -C-C- 9 N-H 335 -S-H 25 -P=O N=N- 16 S=O 131 C=O 17 C-H 7 -C N 21 Sumber : Bernath (1995) Spektroskopi Inframerah Penyerapan gelombang elektromagnetik apat menimbulkan terjainya eksitasi tingkat-tingkat energi alam molekul yang berupa eksitasi, vibrasi, atau rotasi. 9 Rumus yang igunakan untuk menghitung besarnya energi yang iserap oleh ikatan paa gugus fungsi aalah: E = hv = hc/λ (2.1) Daerah spektroskopi infra merah apat ilihat paa Tabel 2.3 sebagai berikut. Tabel 2.3 Daerah spektroskopi inframerah Daerah Panjang Gelombang µm Bilangan Gelombang cm -1 Dekat Pertengahan Jauh

16 4 Persamaan Lagrange Persamaan Lagrange aalah selisih antara energi kinetik an energi potensial. L = T V (2.2) Persamaan ifferensial gerak apat iefinisikan sebagai berikut. 1 L q i t L q i = (i = 1,2,. n) (2.3) Energi Disosiasi Energi ikatan ibeakan menjai energi isosiasi untuk senyawa molekul, an energi kisi untuk senyawa ion. Energi isosiasi (D) terkait engan energi yang iperlukan untuk memutuskan ikatan senyawa molekul atau kovalen. Seangkan energi kisi terkait engan energi yang ilepas untuk pembentukan ikatan senyawa ion. Fungsi potensial molekul iatomik secara umum V r aalah eret Taylor alam r r e i titik r e. V r = V r e + r r e V r + r r e 2 r r e 2 2 V r + r r e 3 r 2 r e 3 3 V r r 3 r e + Kurva energi potensial harmonik an anharmonik molekul iatomik itunjukkan oleh Gambar 2.1 berikut. (2.4) Gambar 2.1 Kurva energi potensial anharmonik Paa tahun 1929, Morse mengusulkan fungsi energi potensial untuk berbagai macam nilai R aalah sebagai berikut. U R = D e 1 exp a R R 2 e (2.5) Ketika R energi potensial menekati energi isosiasi, an energi potensialnya nol ketika R = R e. 11 Persamaan schroinger apat iselesaikan untuk potensial Morse, an nilainya sesuai engan persamaan berikut. ω e = a ħd e /πcμ 1/2 an X e ω e = ħa 2 /4πcμ (2.6) ix

17 5 Particle Swarm Optimization (PSO) Setiap partikel iassumsikan memiliki ua karakteristik: pasisi an kecepatan. Setiap partikel bergerak alam ruang tertentu an mengingat posisi terbaik yang pernah ilalui atau itemukan terhaap sumber makanan atau nilai fungsi objektif. Setiap partikel menyampaikan informasi atau posisi bagusnya kepaa partikel yang lain an menyesuaikan posisi an kecepatan masing-masing berasarkan informasi yang iterima mengenai posisi yang bagus tersebut. Misalkan kita mempunyai fungsi berikut. 12 f x imana X B X X A (2.7) Dimana X (B) aalah batas bawah an X (A) aalah batas atas ari X. Proseur PSO apat ijabarkan engan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Mengasumsikan bahwa ukuran kelompok atau kawanan (jumlah partikel) aalah N. 2. Membangkitkan populasi awal X engan rentang X (B) anx (A) secara ranom sehingga iapat X 1, X 2,, X N. Partikel-partikel awal ini akan menjai X 1 (), X 2 (),, X N (). Evaluasi nilai fungsi tujuan untuk setiap partikel an nyatakan engan f X 1 (), f X 2 (),, f X N (2.8) 3. Menghitung kecepatan semua partikel. Semua partikel bergerak menuju titik optimal engan suatu kecepatan. Awalnya semua kecepatan ari partikel iasumsikan sama engan nol. Menganggap iterasi i = Paa iterasi ke-i, itemukan ua parameter penting untuk setiap partikel j yaitu: a. Nilai terbaik sejauh ini ari X j (i) (koorinat partikel j paa iterasi i) an nyatakan sebagai P best,j. Nilai terbaik untuk semua partikel X j (i) yang itemukan sampai iterasi ke-i, G best, engan nilai fungsi tujuan paling kecil atau minimum iantara semua partikel untuk semua iterasi sebelumnya, f X j (i). b. Menghitungkecepatan partikel j paa iterasi ke- i engan rumus sebagai berikut: V j i = V j i 1 + c 1 r 1 P best,j X j i 1 +c 2 r 2 G best X j i 1, j = 1,2,, N c. Menghitungposisi atau koorinat partikel j paa iterasi ke- i engan cara (2.9) X j i = X j i 1 + V j i ; j = 1,2,., N (2.1) mengevaluasi nilai fungsi tujuan untuk setiap partikel an nyatakan sebagai f X 1 (i), f X 2 (i),, f X N (i) (2.11) 5. Memeriksa apakah solusi yang sekarang suah konvergen. Jika pasisi semua partikel menuju ke satu nilai yang sama, maka nilai ini isebut konvergen.

18 6 METODE Waktu an Tempat Penelitian Penelitian ilakukan i Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor sejak bulan Agustus 212 sampai engan Februari 213. Alat Peralatan yang igunakan alam penelitian ini aalah perangkat lunak Microsoft Office 27, perangkat lunak Matlab 28, an perangkat lunak HyperChem. Proseur Penelitian Penelitian ini memiliki tahapan-tahapan alam pelaksanaannya. Hal tersebut imaksukan untuk mempermuah alam menapatkan hasil penelitian.tahapantahapan tersebut aalah sebagai berikut. Perumusan tema an perumusan masalah Tema penelitian ini iambil ari permasalahan sintering sintesis hiroksiapatit yang tiak memiliki suhu yang pasti alam pembuatannya engan bahan ari jenis material tertentu. Perumusan masalah iambil ari pemoelan gugus fungsi yang tepat untuk menghasilkan bilangan gelombang serap yang sama engan bilangan gelombang serap gugus fungsi hasil FTIR. Selain itu, menentukan energi yang ibutuhkan untuk memutuskan ikatan Ca-O an C-O gugus fungsi OH -, PO 3-4, an CO 2-3 ari molekulnya. Stui literatur Tahap ini merupakan penelusuran tinjauan pustaka untuk menukung pengerjaan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini imulai engan telaah pustaka ari hiroksiapatit, gugus fungsi, lagrangian, teori vibrasi molekul, an particel swarm optimization (PSO). Pemoelan gugus fungsi OH -, PO , an CO 3 Pemoelan gugus fungsi OH -, PO , an CO 3 ilakukan engan mengambil bentuk ikatan kimia gugus fungsi yang imoelkan engan pegas. Setiap gugus fungsi imoelkan menjai ua moel, imana akan ipilih pemoelan terbaik ari keua moel. Dengan menggunakan persamaan lagrange akan ihasilkan persamaan moe gerak gugus fungsi yang kemuian akan igunakan untuk menghitung konstanta gerak an bilangan gelombang serapnya. ix

19 Menentukan konstanta an bilangan gelombang serap gugus fungsi Menentukan konstanta an bilangan gelombang serap ilakukan engan komputasi PSO. Untuk setiap pemoelan gugus fungsi iberikan rentang konstanta an bilangan gelombang yang berbea sesuai engan literatur. Untuk pemoelan hiroksil iberikan rentang konstanta satu (k 1 ) antara 5-7 N/m, konstanta ua (k 2 ) antara 6-8 N/m, an bilangan gelombangnya (v) antara cm -1. Pemoelan fosfat iberikan engan rentang k 1 antara 8-1 N/m, k 2 antara 9-11 N/m, an v nya antara 3-11 cm -1. Paa pemoelan gugus fosfat C iberikan engan k 1 antara 6-8 N/m, k 2 antara 7-9 N/m an v nya antara cm -1. Seangkan paa pemoelan gugus fungsi karbonat iberikan k 1 antara N/m, k 2 antara N/m, an v nya antara cm -1. Pemoelan gugus karbonat C ilakuakan engan k 1 antara N/m, k 2 antara N/m, an v nya antara cm -1. Running ilakukan sebanyak lima kali, imana akan ipilih tiga ata running yang memiliki ketepatan terbesar. Menentukan energi isosiasi gugus fungsi Perumusan energi isosiasi iapatkan ari persamaan nilai energi vibrasi harmonik an energi vibrasi anharmonik paa energi minimumnya. Selanjutnya perhitungan energi isosiasinya ilakukan engan komputasi metoe PSO. Rentang nilai konstanta iberikan sesuai engan nilai yang iapatkan ari pemoelan. Perhitungan energi isosiasi ikatan Ca-O paa gugus fosfat iberikan rentang konstanta (k) antara N/m, perubahan panjang ikatan (R) antara 1-5 A, an energi isosiasi antara kj/mol. Perhitungan energi isosiasi ikatan Ca-O paa gugus karbonat iberikan rentang k antara 7-9 N/m, R antara 1-5 A, an energi isosiasi antara 6-72 kj/mol. Seangkan paa ikatan C-O paa gugus hiroksil iberikan rentang k antara 5-7 N/m, R antara 1-5 A, an energi isosiasi antara 6-72 kj/mol. 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Fenomena Vibrasi Gugus Fungsi Ketika raiasi elektromagnetik mengenai molekul, mean listrik osilasi ari raiasi apat mengganggu energi potensial ari molekul an memungkinkan untuk berubah ari keaaan setimbang, yang mana iasumsikan engan bilangan kuantum l. Mean listrik osilasi terjai paa molekul engan frekuensi tertentu. Energi potensial sistem akan menapat gangguan karena penyerapan gelombang elektromagnetik. Akibatnya, sistem apat berubah ari suatu keaaan stationer ke keaaan lain karena pengaruh gangguan. Spektroskopi terjai engan mengabsorpsi energi raiasi sebagai sebuah sistem ari satu keaaan stasioner ke keaaan lain karena pengaruh raiasi elektromagnetik. Umumnya beberapa atom atau molekul sistem akan memiliki tingkat energi berkaitan engan keaaan stationer sistem. Sistem iasumsikan hanya memiliki keaaan energi terenah, engan fungsi gelombang Ѱ l, keaaan energi lebih tinggi, engan fungsi gelombang Ѱ m, engan l an m aalah ua

20 8 bilangan kuantum nilainya berbea untuk sistem. Secara umum fungsi gelombang irumuskan sebagai Ѱ = a l ψ l + a m ψ m. (4.1) Analisis Ikatan Kimia Senyawa AKA, AKB, an Hiroksiapatit Pemoelan ini imaksukan untuk apat membuktikan bilangan gelombang serap gugus fungsi paa karakterisasi FTIR gugus fungsi OH -, PO 4 3-,an CO 3 2- paa proses sintesis hiroksiapatit. Selain itu pemoelan menentukan nilai konstanta pegas gugus fungsi engan molekul yang kemuian igunakan untuk menentukan energi isosiasi. Struktur ikatan molekul AKA yang igambarkan engan HyperChem itunjukkan oleh Gambar 4.1 (a) an igambarkan engan Microsoft Wor itunjuakkan oleh Gambar 4.1 (b). (a) (b) Gambar 4.1 Struktur kimia Ca 1 (PO 4 ) 6 CO 3 (AKA) Struktur kimia apatit karbonat tipe A iatas menunjukkan bahwa gugus karbonat berikatan engan atom Ca an gugus fosfat juga berikatan engan atom Ca. Struktur ikatan molekul AKB yang igambarkan engan HyperChem itunjukkan oleh Gambar 4.2 (a) an igambarkan engan Microsoft Wor itunjuakkan oleh Gambar 4.2 (b). (a) (b) Gambar 4.2 Struktur kimia Ca 1 (PO 4 ) 3 (CO 3 ) 3 (OH) 2 (AKB) ix

21 Gambar 4.2 menunjukkan bahwa gugus fosfat berikatan atom Ca, gugus karbonat berikatan engan atom O gugus hiroksil an atom Ca, seangkan gugus hiroksil berikatan engan atom C gugus karbonat. Struktur ikatan molekul hiroksiapatit yang igambarkan engan HyperChem itunjukkan oleh Gambar 4.3 (a) an igambarkan engan Microsoft Wor itunjuakkan oleh Gambar 4.3 (b). 9 (a) (b) Gambar 4.3 Struktur kimia hiroksiapatit Ca 1 (PO 4 ) 6 (OH) 2 Struktur kimia hiroksiapatit menunjukkan bahwa gugus fosfat berikatan engan atom Ca an atom O gugus hiroksil, seangkan gugus hiroksil berikatan engan atom P gugus fosfat ujung. Ikatan gugus fungsi paa senyawa kalsium fosfat lebih rincinya apat ilihat paa Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Ikatan gugus fungsi engan atom alam senyawa fosfat Senyawa kalsium fosfat Gugus fungsi Ikatan atom Apatit karbonat tipe A Hiroksil (OH - ) - (AKA) Fosfat (PO 3-4 ) Ca Karbonat (CO 2-3 ) Ca Apatit karbonat tipe B Hiroksil (OH - ) C (AKB) Fosfat (PO 3-4 ) Ca Karbonat (CO 2-3 ) O an Ca Hiroksiapatit Hiroksil (OH - ) P Fosfat (PO 3-4 ) Ca an O Karbonat (CO 2-3 ) - Pemoelan Gugus Hiroksil, Fosfat, an Karbonat Pemoelan gugus hiroksil (OH - ) Pemoelan gugus hiroksil A Moel gugus hiroksila berupa atom O an atom H yang ihubungkan pegas engan konstanta k 2 an atom O ihubungkan engan massa yang sangat besar engan konstanta k 1 seperti yang itunjukkan oleh Gambar 4.4. Massa yang sangat besar iasumsikan ari atom lain yang beraa paa senyawa kalsium fosfat. Karena massanya yang sangat besar sehingga tiak apat bergerak seikitpun, vibrasi hanya terjai paa atom O an atom H.

22 1 Gambar 4.4 Moel ikatan pegas gugus OH - A Pemoelan gugus hiroksil B Moel gugus fungsi OH - B hampir sama engan moel gugus fungsi OH - A, hanya saja imoel keua ini atom O ihubungkan atom H engan konstanta pegas k 2 seangkan satu ikatannya lagi ihubungkan engan atom P yang itunjukkan oleh Gambar 4.5. Gambar 4.5 (a) merupakan pemoelan gugus hiroksil paa senyawa hiroksiapatit seangkan gambar 4.5 (b) imana atom O terikat engan atom C aalah pemoelan gugus hiroksil untuk senyawa AKB. a b Gambar 4.5 Moel ikatan pegas gugus OH - B Pemoelan gugus fosfat (PO 4 3- ) Pemoelan gugus fosfat A Pemoelan gugus fosfat A ibuat alam bentuk tiga imensi engan asumsi bahwa tiga atom O yang memiliki ikatan tunggal engan atom P terikat engan massa yang sangat besar sehingga ianggap tiak aa vibrasi yang terjai. Vibrasi hanya terjai secara vertikal ari atom P an atom O yang terikat engan ikatan gana. Pemoelan gugus fosfat A itunjukkan oleh Gambar 4.6 berikut. Gambar 4.6 Moel ikatan pegas gugus fosfat A ix

23 Pemoelan gugus fosfat B Pemoelan gugus fosfat B paa asarnya sama seperti pemoelan gugus fosfat PO 4 3- A, namun atom P sekarang berikatan tunggal engan reuksi massa atom O an Ca yang itunjukkan oleh Gambar 4.7. Vibrasi hanya terjai paa sumbu vertikal, imana aa tiga vibrasi yaitu atom-atom O, atom P, an atom µ. Vibrasi ini menyebabkan penyerapan inframerah engan panjang gelombang tertentu. 11 Gambar 4.7 Moel ikatan pegas gugus fosfat B Pemoelan gugus fosfat C Pemoelan gugus fosfat PO 4 3- C ibuat untuk mengetahui energi ikatan gugus fosfat engan atom iluar gugus engan menapatkan konstanta pegasnya terlebih ahulu. Paa pemoelan ini satu ikatan kimia atom O terikat tunggal engan atom P seangkan ikatan satunya lagi berikatan engan atom Ca seperti yang itunjukkan paa Gambar 4.8. Ikatan gugus fungsi ini terapat paa AKA, AKB, an Hiroksiapatit. Gambar 4.8 Moel ikatan pegas gugus fosfat C Pemoelan gugus karbonat (CO 3 2- ) Pemoelan gugus karbonat CO 3 2- A Pemoelan gugus karbonat A teriri ari ikatan rangkap atom C an atom P, an ua ikatan tunggal atom C yang ihubungkan engan massa yang sangat besar sebagaimana itunjukkan paa Gambar 4.9. Paa pemoelan ini, vibrasi hanya terjai paa atom O an atom C.

24 12 Gambar 4.9 Moel ikatan pegas gugus karbonat A Pemoelan gugus karbonat CO 3 2- B Pemoelan gugus karbonat B menghubungkan ikatan rangkap antara atom C an atom O, seangkan ua ikatan tunggal atom C berikatan engan reuksi massa atom O an Ca seperti yang itunjukkan paa Gambar 4.1. Vibrasi pemoelan ini terjai paa atom, atom C, an atom µ. Gambar 4.1 Moel ikatan pegas gugus karbonat B Pemoelan gugus karbonat CO 3 2- C Pemoelan gugus karbonat C merupakan lanjutan ari pemoelan gugus karbonat B. Pemoelan ini berupa ikatan pegas tunggal antara atom O, atom C an atom Ca yang itunjukkan paa Gambar Pemoelan gambar 4.11 merupakan pemoelan ikatan gugus karbonat yang terapat paa senyawa AKA. Gambar 4.11 Moel ikatan pegas gugus karbonat C ix

25 13 Hasil Komputasi Konstanta Pegas an Bilangan Gelombang Gugus hiroksil Persamaan moe vibrasi pemoelan gugus hiroksil A iapatkan. 2k 1 m 1 ω 2 k 2 m 2 ω 2 + k 2 2 = (4.2) Keterangan: k 2 = k OH = N/m, m 1 = m O = x 1 26 kg, m 2 = m H =.166 x 1 26 kg. Hasil komputasi untuk pemoelan gugus hiroksil A itunjukkan paa Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil komputasi PSO pemoelan hiroksil A Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) e e Persamaan moe vibrasi pemoelan gugus hiroksil B iapatkan. (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 (m 2 k 2 + m 3 k 1 )ω 2 + k 1 k 2 ) k 2 1 ω 2 m 3 k 2 = (4.3) Keterangan: k 2 = k OH = N/m, m 1 = m P = x 1 26 kg, m 2 = m O = x 1 26 kg, m 3 = m H =.166 x 1 26 kg. Hasil komputasi untuk pemoelan gugus hiroksil B (a) itunjukkan paa Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil komputasi PSO pemoelan hiroksil B(a) Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Berikut aalah hasil komputasi pemoelan gugus hiroksil B (b) yang itunjukkan paa Tabel 4.4, keterangan: m 1 = m C = x 1 26 kg. Tabel 4.4 Hasil komputasi PSO pemoelan hiroksil B(b) Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Gugus fosfat Pemoelan gugus fofat A menghasilkan persamaan moe vibrasi sebagai berikut. ω 4 m 1 m 2 m 1 k 2 + 3km 2 + m 2 k ω 2 + 3k 1 k 2 = (4.4) Keterangan: k 2 = k PO = N/m, m 1 = m P = x 1 26 kg, m 2 = m O = x 1 26 kg. Hasil komputasi pemoelan gugus fosfat A itunjukkan paa Tabel 4.5 berikut.

26 14 Tabel 4.5 Hasil komputasi PSO pemoelan fosfat A Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Seangkan untuk pemoelan gugus fosfat B, iapatkan persamaan moe vibrasinya sebagai berikut. ω 2 m 1 + m 2 +m 3 3k 1 ω 2 m 4 4k 1 k 2 ω m 5 k 2 9k 1 k 2 ω 2 m 5 = (4.5) Keterangan: k 2 = k PO = N/m, m 1 = m CaO = x 1 26 kg, m 2 = m CaO = x 1 26 kg, m 3 = m CaO = x 1 26 kg,m 4 = m P = x 1 26, m 5 = m O = x 1 26 kg. Hasil komputasi pemoelan fosfat B itunjukkan paa Tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Hasil komputasi PSO pemoelan fosfat B Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Pemoelan gugus fosfat C iapatkan persamaan moe vibrasinya sebagai berikut. (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 (m 2 k 2 + m 3 k 1 )ω 2 + k 1 k 2 ) k 2 1 ω 2 m 3 k 2 = (4.6) Keterangan: k 2 = k PO = N/m, m 1 = m Ca = x 1 26 kg, m 2 = m O = x 1 26, m 3 = m P = x 1 26 kg. Hsil komputasi pemoelan fosfat C itunjukkan paa Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Hasil komputasi PSO pemoelan fosfat C Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Gugus karbonat Pemoelan gugus karbonat A iapatkan persamaan moe vibrasi sebagai berikut. ω 4 m 1 m 2 m 1 k 2 + 2km 2 + m 2 k 2 ω 2 + 2k 1 k 2 = (4.7) Keterangan: k 2 = k Co = N/m, m 1 = m C = x 1 26 kg, m 2 = m O = x 1 26 kg. Hasil komputasi pemoelan karbonat A itunjukkan paa Tabel 4.8 berikut. ix

27 Tabel 4.8 Hasil komputasi PSO pemoelan karbonat A Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Pemoelan gugus karbonat B iapatkan persamaan moe vibrasinya sebagai berikut. ω 2 m 1 + m 2 2k 1 ω 2 m 3 2k 1 k 2 ω 2 2 m 4 k 2 k 2 2 4k 1 ω 2 m 4 k 2 = (4.8) Keterangan: k 2 = k Co = N/m, m 1 = m CaO = x 1 26 kg, m 2 = m CaO = x 1 26 kg, m 3 = m C = x 1 26 kg, m 4 = m O = x 1 26 kg. Hasil komputasi pemoelan karbonat B itunjukkan paa Tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Hasil komputasi PSO pemoelan karbonat B Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Pemoelan gugus karbonat C merupakan lanjutan ari pemoelan gugus karbonat B, hal tersebut iasarkan paa pemoelan B yang memiliki ketepatan yang lebih tinggi. Pemoelan gugus karbonat C igunakan untuk menghitung nilai konstanta ikatan gugus karbonat engan atom luarnya. Pemoelan ini iapatkan persamaan moe vibrasinya sebagai berikut. (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 (m 2 k 2 + m 3 k 1 )ω 2 + k 1 k 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (4.9) keterangan: k 2 = k CO = N/m, m 1 = m Ca = x 1 26 kg, m 2 = m O = x 1 26 kg, m 3 = m C = x 1 26 kg. Hasil komputasi pemoelan karbonat C itunjukkan paa Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Hasil komputasi PSO pemoelan karbonat C Fmin Iterasi k1 (N/m) k2 (N/m) Bilangan gelombang (cm -1 ) Ketepatan k2 (%) Dari pemoelan hiroksil B, fosfat B, an karbonat B, iapatkan penekatan teoritis bilangan gelombang serap gugus hiroksil, fosfat, an karbonat paa FTIR hiroksiapatit sebagai berikut. Hasil bilangan gelombang serap secara teoritis iberikan paa Tabel 4.11 berikut. 15

28 16 Tabel 4.11 Bilangan gelombang serap secara teoritis Gugus fungsi Bilangan gelombang hiroksiapatit (cm -1 ) OH PO CO Seangkan konstanta ikatan gugus fungsi engan atom luar alam senyawa AKA, AKB, an hiroksiapatit aalah sebagai berikut. Hasil perhitungan konstanta pegas ikatan gugus fungsi engan atom alam senyawa iberikan paa Tabel 4.12 an tampilan GUI komputasinya itunjukkan paa Gambar Tabel 4.12 Konstanta pegas ikatan gugus fungsi engan atom alam senyawa kalsium Senyawa kalsium fosfat Gugus fungsi Ikatan atom luar Konstanta pegas (N/m) Apatit karbonat tipe A Hiroksil (OH - ) - - (AKA) Fosfat (PO 3-4 ) O-Ca Apatit karbonat tipe B (AKB) Karbonat (CO 2-3 ) O-Ca Hiroksil (OH - ) O-C Fosfat (PO 3-4 ) O-Ca Karbonat (CO 2-3 ) O-Ca Hiroksiapatit Hiroksil (OH - ) - - Fosfat (PO 3-4 ) O-Ca Karbonat (CO 2-3 ) - - Gambar 4.12 Tampilan komputasi PSO pemoelan gugus fungsi ix

29 17 Hasil Komputasi Energi Disosiasi Hasil konstanta pemoelan gugus fungsi yang merupakan ikatan luar antara gugus fungsi an atom luar alam suatu kalsium fosfat igunakan untuk menghitung energi isosiasinya. Energi isosiasi ini merupakan penekatan energi pelepasan gugus fungsi ari molekul senyawanya. Berikut aalah energi isosiasi gugus hiroksil, fosfat, an karbonat ari hasil komputasi. Komputasi energi isosiasi ikatan Ca-O ilakukan engan rentang perubahan panjang ikatan (R) antara 1-5 A, energi isosiasi (D) antara kj/mol, seangkan ikatan C-O ilakukan alam rentang R antara 1-5 A, energi isosiasi (D) antara 6-72 kj/mol. Berikut aalah hasil komputasi energi isosiasi Ca-O an C-O. Hasil perhitungan energi isosiasi itunjukkan paa Tabel 4.13 an tampilan GUI komputasinya itunjukkan paa Gambar Senyawa kalsium fosfat Apatit karbonat tipe A (AKA) Apatit karbonat tipe B (AKB) Tabel 4.13 Energi isosiasi ikatan Ca-O an C-O Gugus Ikatan Konstanta Energi Ketepatan fungsi atom luar pegas k isosiasi k (%) (N/m) (kj/mol) Hiroksil (OH - ) Fosfat Ca-O (PO 3-4 ) Karbonat Ca-O (CO 2-3 ) Hiroksil C-O (OH - ) Fosfat Ca-O (PO 3-4 ) Karbonat Ca-O (CO 2-3 ) Gambar 4.13 Tampilan komputasi PSO pemoelan energi isosiasi

30 18 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Vibrasi gugus OH -, PO 3-4, an CO 2-3 terjai akibat penyerapan inframerah sehingga terjai transisi energi yang tereteksi sebagai bilangan gelombang serap. Pemoelan gugus OH - A iapatkan konstanta pegas ikatan O-C N/m an bilangan gelombang serap cm -1. Pemoelan gugus OH - B (a) iapatkan konstanta pegas ikatan O-P N/m an bilangan gelombang serap cm -1. Seangkan pemoelan OH - B (b) iapatkan konstanta pegas N/m an bilangan gelombang cm -1. Pemoelan OH - B lebh baik aripaa OH - A, hal tersebut berasarkan nilai ketepatan pemoelan OH - B lebih akurat aripaa pemoelan pemoelan OH - A. Pemoelan gugus PO 3-4 A iapatkan konstanta pegas N/m an blangan gelombang cm Pemoelan gugus PO 4 B iapatkan konstanta pegas N/m an bilangan gelombang cm -1. Berasarkan nilai ketepatan terhaap ketepatan k 2, pemoelan PO 3-4 B lebih baik ari paa pemoelan PO 3-4 A. Pemoelan gugus CO 2-3 A iapatkan konstanta pegas N/m an bilangan gelombang cm Pemoelan CO 3 B iapatkan konstanta pegas cm -1 an bilangan gelombang cm -1. Hasil ketepatan pemoelan menunjukkan pemoelan gugus CO 2-3 B lebih baik aripaa CO 2-3 A. Berasarkan pemoelan gugus fungsi yang paling akurat iapatkan konstanta pegas gugus OH N/m an bilangan gelombang serap cm -1, cm -1, an cm Pemoelan gugus PO 4 iapatkan konstanta pegas ikatan Ca-O N/m an bilangan gelombang serap cm -1, cm -1, an cm -1. Pemoelan gugus 2- CO 3 iapatkan konstanta pegas ikatan Ca-O N/m an bilangan gelombang serap cm -1, cm -1, an cm -1. Energi isosiasi ikatan C-O paa gugus hiroksil aalah kj/mol, energi isosiasica-o gugus fosfat aalah kj/mol, an energi isosiasi Ca-O gugus karbonat aalah kj/mol. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut engan penambahan massa atom reuksi secara iskrit yang berikatan engan gugus fungsi sehingga iapatkan ketepatan konstanta 1 %. Selain itu, energi isosiasi yang iapatkan paa penelitian ini apat igunakan sebagai langkah awal untuk menapatkan suhu pembentukan fase senyawa kalsium fosfat yang terjai paa sintesis hiroksiapatit. ix

31 19 DAFTAR PUSTAKA 1. Gonzales et al. 23. Hyroxyapatite crystals grown on a cellulose matrix using titanium alkoxie as a coupling agent. J. Mater. Chem. 13: Wahl DA, Czrenuszka JI. 26. Collagen-Hyroxyapatite for Har Tissue Repair. Europe Cells an Material. 11: Makroimitris, et al. 27. Structure preiction of protein-soli surface interaction reveals a molecular recognition motif of statherin for hyroxyapatite. J. Am. Chem. Soc. 129: Dahlan K, Prasetyanti F, Sari YW. 29. Sintesis hiroksiapatit ari cangkang telur menggunakan ry metoe. J. Biofisika 5(2): Aoki H Science an meical applications of hyroxyapatite. Tokyo: Institute for Meical an Engineering. Tokyo Meical an Dental University. 6. LauWS Karakterisasi inframerah untuk mikroelektronik. Worl Scientific. 7. Suyatno Spektroskopi Inframerah (IR) [Internet]. [iunuh 212 Des 2]. Terseia paa: 8. Bernath PF Spectra of Atoms an Molecules. New York: Oxfor UP, N.Y. 9. Long DA Raman Spectroscopy. Lonon: McGraw-Hill. 1. FowlesGR, CassiayGL Analytical mechanics E ke-6. Philaelphia:Sauners College Publishing. 11. Graybeal JD Molecular spectroscopy. Singapore: McGraw-Hill Book Co. 12. Kenney J an Eberhart RC Particle swarm optimization. IEEE International Conference on Neural Networks. IEEEService Center, Piscataway.

32 2 Lampiran 1 Penurunan rumus pemoelan gugus OH - A Keterangan : m 1 = massa atom O m 2 = massa atom H F 1 = k 1 x 1 F 2 = k 2 (x 2 x 1 ) F 3 = k 2 x 2 x 1 Paa massa atom O bekerja gaya F 1 an F 2 sehingga jumlah gaya paa atom O aalah F = F 1 + F 2 F = k 1 x 1 + k 2 (x 2 x 1 ) m 1 ω 2 x 1 = 2k 1 x 1 + k 2 x 2 2k 1 x 1 m 1 ω 2 x 1 k 2 x 2 = 2k 1 m 1 ω 2 x 1 k 2 x 2 = Paa massa atom H bekerja hanya gaya F 3 sehingga gaya total paa atom H aalah F = F 3 F = k 2 x 2 x 1 m 2 ω 2 x 2 = k 2 x 2 + k 2 x 1 k 2 x 1 + k 2 x 2 m 2 ω 2 x 2 = k 2 x 1 + k 2 m 2 ω 2 x 2 = 2k 1 m 1 ω 2 k 2 k 2 k 2 m 2 ω 2 x 1 x 2 = 2k 1 m 1 ω 2 k 2 k 2 k 2 m 2 ω 2 = 2k 1 m 1 ω 2 k 2 m 2 ω 2 + k 2 2 = ix

33 21 Lampiran 2 Penurunan rumus pemoelan gugus OH - B a b Keterangan : Koorinat m 1 (x 1,, ) Koorinat m 2 (x 2,, ) Koorinat m 3 (x 3,, ) T = 1 2 m 1x m 2x m 3x 3 2 V = 1 2 k 1 x 2 x 1 l k 2 x 3 x 2 l 2 q 1 = x 1 + l q 2 = x 2 q 3 = x 2 l T = 1 2 m 1q m 2q m 3q 3 2 V = 1 2 k 1 q 2 q k 2 q 3 q 2 2 L = T V = 1 2 m 1q m 2q m 3q k 1 q 2 q k 2 q 3 q 2 2 t t L q 1 L q 2 L q 1 =...Persamaan (1) L q 2 =...Persamaan (2) t L q 3 Persamaan (1) L q 3 =...Persamaan (3) t m 1q 1 + k 1 q 2 q 1 1 = m 1 q 1 k 1 q 2 q 1 = ω 2 m 1 q 1 + k 1 q 1 k 1 q 2 = ( ω 2 m 1 + k 1 )q 1 k 1 q 2 =

34 22 Persamaan (2) t m 2 q 2 + k 1 q 2 q 1 + k 2 q 3 q 2 ( 1) = m 2 q 2 + k 1 q 2 q 1 k 2 q 3 q 2 = ω 2 m 2 q 2 + k 1 q 2 k 1 q 1 k 2 q 3 + k 2 q 2 = k 1 q 1 + ( ω 2 m 2 + k 1 + k 2 )q 2 k 2 q 3 = Persamaan (3) t m 3q 3 + k 2 q 3 q 2 = m 3 q 3 + k 2 q 3 q 2 = ω 2 m 3 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = k 2 q 2 + ( ω 2 m 3 + k 2 )q 3 = ω 2 m 1 k 1 k 1 k 1 ω 2 m 2 k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 3 k 2 q 1 q 2 q 3 = ω 2 m 1 k 1 k 1 k 1 ω 2 m 2 k 1 k 2 k 2 = k 2 ω 2 m 3 k 2 ω 2 m 1 k 1 ω2 m 2 k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 3 k 2 k 1 k 1 k 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 ) (ω 2 m 2 k 1 k 2 ω 2 m 3 k 2 k 2 2 ] k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 ω 2 m 2 k 2 ω 2 m 3 k 1 + k 1 k 2 + k 2 2 k 2 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 (m 2 k 2 + m 3 k 1 )ω 2 + k 1 k 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = Lampiran 3 Penurunan rumus pemoelan gugus PO 4 3- A ix

35 23 Keterangan : Koorinat 1 (a,, ) Koorinat 2 (-asinθ, acosθ, ) Koorinat 3 (-asinθ, -acosθ, ) Koorinat m 1 (,, z 1 ) Koorinat m 2 (,, z 2 ) k 1 = k 2 = k 3 = k k 4 = k 5 = k T = 1 m 2 1z m 2 2 2z 2 V = 1 k 2 a2 2 + z k 2 a2 sin 2 θ + a 2 cos 2 2 θ + z k 2 a2 sin 2 θ + a 2 cos 2 2 θ + z k (z 2 z 1 l ) 2 V = 1 k 2 a2 2 + z 1 + k a 2 sin 2 θ + a 2 cos 2 2 θ + z k z 2 z 1 l 2 q 1 = z 1 + l q 2 = z 2 T = 1 2 m 1q m 2q 2 2 V = 1 2 k a2 + (q 1 l ) 2 + k a 2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + (q 1 l ) k q 2 q 1 2 L = T V = 1 2 m 1q m 2q k a2 + (q 1 l ) 2 k a 2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + (q 1 l ) k q 2 q 1 2 t L q 1 L q 1 =...Persamaan (1) t L q 2 Persamaan (1) t L q 2 =...Persamaan (2) m 1 q 1 + k q 1 l + 2k q 1 l + k q 2 q 1 ( 1) = m 1 q 1 + 3k q 1 l k q 2 q 1 = ω 2 m 1 q 1 + 3kq 1 3kl k q 2 + k q 1 = (3k + k ω 2 m 1 )q 1 k q 2 3kl = Persamaan (2) t m 2 q 2 + k q 2 q 1 =

36 24 m 2 q 2 + k q 2 q 1 = ω 2 m 2 q 2 + k q 2 k q 1 = k q 1 + (k ω 2 m 2 )q 2 = (ω 2 m 1 3k k ) k q 1 k ω 2 m 2 k q + 3kl 2 = ω 2 m 1 3k k ω 2 m 2 k k 2 = ω 4 m 1 m 2 ω 2 m 1 k 3kω 2 m 2 + 3kk ω 2 m 2 k + k 2 k 2 = ω 4 m 1 m 2 m 1 k + 3km 2 + m 2 k ω 2 + 3kk = Lampiran 4 Penurunan rumus pemoelan gugus PO 4 3- B Keterangan : Koorinat m 1 (a,, z 1 ) Koorinat m 2 (-asinθ, acosθ, z 1 ) Koorinat m 3 (-asinθ, -acosθ,z 1 ) Koorinat m 4 (,, z 2 ) Koorinat m 5 (,, z 3 ) k 1 = k 2 = k 3 = k 1 k 4 = k 5 = k 2 T = 1 2 m 1z m 2z m 3z m 4z m 5z 3 2 V = 1 2 k 1 a2 + z 2 z 1 b k 1 a2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + z 2 z 1 b k 1 a2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + z 2 z 1 b k 2(z 3 z 2 l ) 2 V = 1 2 k 1 a2 + z 2 z 1 b 2 + k 1 a 2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + z 2 z 1 b k 2 z 3 z 2 l 2 ix

37 25 q 1 = z 1 + b q 2 = z 2 q 3 = z 3 l T = 1 2 m 1q m 2q m 3q m 4q m 5q 3 2 V = 1 2 k 1 a2 + (q 2 q 1 ) 2 + k 1 a 2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + (q 2 q 1 ) k 2 q 3 q 2 2 L = T V = 1 2 m 1q m 2q m 3q m 4q m 5q k 1 a2 + (q 2 q 1 ) 2 k 1 a 2 sin 2 θ + a 2 cos 2 θ + (q 2 q 1 ) k 2 q 3 q 2 2 t t L q 1 L q 2 L q 1 =...Persamaan (1) L q 2 =...Persamaan (2) t L q 3 Persamaan (1) t L q 3 =...Persamaan (3) m 1 q 1 + m 2 q 1 + m 3 q 1 k 1 q 2 q 1 2k 1 q 2 q 1 = m 1 + m 2 +m 3 q 1 3k 1 q 2 q 1 = ω 2 m 1 + m 2 +m 3 q 1 3k 1 q 2 + 3k 1 q 1 = 3k 1 ω 2 m 1 + m 2 +m 3 q 1 3k 1 q 2 = Persamaan (2) t m 4 q 2 + k 1 q 2 q 1 + 2k 1 q 2 q 1 k 2 (q 3 q 2 ) = m 4 q 2 + 3k 1 q 2 q 1 k 2 (q 3 q 2 ) = ω 2 m 4 q 2 + 4k 1 q 2 3k 1 q 1 k 2 q 3 = 3k 1 q 1 + 4k 1 ω 2 m 4 q 2 k 2 q 3 = Persamaan (3) t m 5 q 3 + k 2 q 3 q 2 = m 5 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = ω 2 m 5 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = k 2 q 2 + k 2 ω 2 m 5 q 3 = ω 2 m 1 + m 2 +m 3 3k 1 3k 1 3k 1 ω 2 m 4 4k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 5 q 1 q 2 q 3 =

38 26 ω 2 m 1 + m 2 +m 3 3k 1 3k 1 3k 1 ω 2 m 4 4k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 5 = ω 2 m 1 + m 2 +m 3 3k 1 ω 2 m 4 4k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 5 3k 1 3k 1 k 2 k 2 ω 2 m 5 = ω 2 m 1 + m 2 +m 3 3k 1 ω 2 m 4 4k 1 k 2 ω 2 m 5 k 2 2 3k 1 3k 1 k 2 ω 2 m 5 = ω 2 m 1 + m 2 +m 3 3k 1 ω 2 m 4 4k 1 k 2 ω 2 m 5 k 2 2 9k 1 2 k 2 ω 2 m 5 = Lampiran 5 Penurunan rumus pemoelan gugus PO 4 3- C Keterangan : Koorinat m 1 (x 1,, ) Koorinat m 2 (x 2,, ) Koorinat m 3 (x 3,, ) T = 1 m 2 1x m 2 2x m 2 3x 3 2 V = 1 k 2 1 x 2 x 1 l k 2 2 x 3 x 2 l 2 q 1 = x 1 + l q 2 = x 2 q 3 = x 2 l T = 1 m 2 1q m 2 2q m 2 3q 3 2 V = 1 k 2 1 q 2 q k 2 2 q 3 q 2 2 L = T V = 1 m 2 1q m 2 2q m 2 3q k 2 1 q 2 q k 2 2 q 3 q 2 2 t L q 1 L q 1 =...Persamaan (1) ix

39 27 t L q 2 L q 2 =...Persamaan (2) t L q 3 Persamaan (1) t L q 3 =...Persamaan (3) m 1 q 1 + k 1 q 2 q 1 1 = m 1 q 1 k 1 q 2 q 1 = ω 2 m 1 q 1 + k 1 q 1 k 1 q 2 = ( ω 2 m 1 + k 1 )q 1 k 1 q 2 = Persamaan (2) t m 2 q 2 + k 1 q 2 q 1 + k 2 q 3 q 2 ( 1) = m 2 q 2 + k 1 q 2 q 1 k 2 q 3 q 2 = ω 2 m 2 q 2 + k 1 q 2 k 1 q 1 k 2 q 3 + k 2 q 2 = k 1 q 1 + ( ω 2 m 2 + k 1 + k 2 )q 2 k 2 q 3 = Persamaan (3) t m 3 q 3 + k 2 q 3 q 2 = m 3 q 3 + k 2 q 3 q 2 = ω 2 m 3 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = k 2 q 2 + ( ω 2 m 3 + k 2 )q 3 = ω 2 m 1 k 1 k 1 k 1 ω 2 m 2 k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 3 k 2 q 1 q 2 q 3 = ω 2 m 1 k 1 k 1 k 1 ω 2 m 2 k 1 k 2 k 2 = k 2 ω 2 m 3 k 2 ω 2 m 1 k 1 ω2 m 2 k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 3 k 2 k 1 k 1 k 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 ) (ω 2 m 2 k 1 k 2 ω 2 m 3 k 2 k 2 2 ] k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 ω 2 m 2 k 2 ω 2 m 3 k 1 + k 1 k 2 + k 2 2 k 2 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 (m 2 k 2 + m 3 k 1 )ω 2 + k 1 k 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 =

40 28 Lampiran 6 Penurunan rumus pemoelan gugus CO 3 2- A Keterangan : Koorinat 1 (a,, ) Koorinat 2 (-a,, ) Koorinat m 1 (,, z 1 ) Koorinat m 2 (,, z 2 ) k 1 = k 2 = k k 3 = k T = 1 m 2 1z m 2 2 2z 2 V = 1 k 2 a2 2 + z k 2 a2 2 + z k (z 2 z 1 l ) 2 V = k a z k z 2 z 1 l 2 q 1 = z 1 + l q 2 = z 2 T = 1 m 2 1q m 2 2q 2 2 V = k a 2 + (q 1 l ) k q 2 q 2 1 L = T V = 1 m 2 1q m 2 2q 2 2 k a 2 + (q 1 l ) k q 2 q 2 1 t t L q 1 L q 2 L q 1 =...Persamaan (1) L q 2 =...Persamaan (2) t m 1 q 1 + 2k q 1 l + k q 2 q 1 ( 1) = m 1 q 1 + 2k q 1 l k q 2 q 1 = ω 2 m 1 q 1 + 2kq 1 2kl k q 2 + k q 1 = (2k + k ω 2 m 1 )q 1 k q 2 2kl = ix

41 29 Persamaan (2) t m 2 q 2 + k q 2 q 1 = m 2 q 2 + k q 2 q 1 = ω 2 m 2 q 2 + k q 2 k q 1 = k q 1 + (k ω 2 m 2 )q 2 = (ω 2 m 1 2k k ) k q 1 k ω 2 m 2 k q + 2kl 2 = ω 2 m 1 2k k ω 2 m 2 k k 2 = ω 4 m 1 m 2 ω 2 m 1 k 2kω 2 m 2 + 2kk ω 2 m 2 k + k 2 k 2 = ω 4 m 1 m 2 m 1 k + 2km 2 + m 2 k ω 2 + 2kk = Lampiran 7 Penurunan rumus pemoelan gugus CO 3 2- B Keterangan : Koorinat m 1 (a,,z 1 ) Koorinat m 2 (-a,,z 1 ) Koorinat m 3 (,,z 2 ) Koorinat m 4 (,, z 3 ) k 1 = k 2 = k 1 k 3 = k 2 T = 1 m 2 1z m 2 2z m 2 3z m 2 2 4z 3 V = 1 k 2 1 a2 + z 2 z 1 b k 2 1 a2 + z 2 z 1 b k 2 2(z 3 z 2 l ) 2 V = k 1 a 2 + z 2 z 1 b k 2 2 z 3 z 2 l 2 q 1 = z 1 + b q 2 = z 2 q 3 = z 3 l

42 3 T = 1 2 m 1q m 2q m 3q m 4q 3 2 V = k 1 a 2 + (q 2 q 1 ) k 2 q 3 q 2 2 L = T V = 1 2 m 1q m 2q m 3q m 4q 3 2 k 1 a 2 + (q 2 q 1 ) k 2 q 3 q 2 2 t t L q 1 L q 2 L q 1 =...Persamaan (1) L q 2 =...Persamaan (2) t L q 3 Persamaan (1) t L q 3 =...Persamaan (3) m 1 q 1 + m 2 q 1 2k 1 q 2 q 1 = m 1 + m 2 q 1 2k 1 q 2 q 1 = ω 2 m 1 + m 2 q 1 2k 1 q 2 + 2k 1 q 1 = 2k 1 ω 2 m 1 + m 2 q 1 2k 1 q 2 = Persamaan (2) t m 3 q 2 + 2k 1 q 2 q 1 k 2 (q 3 q 2 ) = m 3 q 2 + 2k 1 q 2 q 1 k 2 (q 3 q 2 ) = ω 2 m 3 q 2 + 2k 1 q 2 2k 1 q 1 k 2 q 3 + k 2 q 2 = 2k 1 q 1 + 2k 1 + k 2 ω 2 m 3 q 2 k 2 q 3 = Persamaan (3) t m 4 q 3 + k 2 q 3 q 2 = m 4 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = ω 2 m 4 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = k 2 q 2 + k 2 ω 2 m 4 q 3 = ω 2 m 1 + m 2 2k 1 2k 1 2k 1 ω 2 m 3 2k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 4 k 2 ω 2 m 1 + m 2 2k 1 2k 1 2k 1 ω 2 m 3 2k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 4 k 2 q 1 q 2 q 3 = = ix

43 31 ω 2 m 1 + m 2 2k 1 ω 2 m 3 2k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 4 k 2 2k 1 2k 1 k 2 ω 2 m 4 k 2 = ω 2 m 1 + m 2 2k 1 ω 2 m 3 2k 1 k 2 ω 2 m 4 k 2 k 2 2 2k 1 2k 1 ω 2 m 4 k 2 = ω 2 m 1 + m 2 2k 1 ω 2 m 3 2k 1 k 2 ω 2 m 4 k 2 k 2 2 4k 1 2 ω 2 m 4 k 2 = Lampiran 8 Penurunan rumus pemoelan gugus CO 3 2- C Keterangan : Koorinat m 1 (x 1,, ) Koorinat m 2 (x 2,, ) Koorinat m 3 (x 3,, ) T = 1 m 2 1x m 2 2x m 2 3x 3 2 V = 1 k 2 1 x 2 x 1 l k 2 2 x 3 x 2 l 2 q 1 = x 1 + l q 2 = x 2 q 3 = x 2 l T = 1 m 2 1q m 2 2q m 2 3q 3 2 V = 1 k 2 1 q 2 q k 2 2 q 3 q 2 2 L = T V = 1 m 2 1q m 2 2q m 2 3q k 2 1 q 2 q k 2 2 q 3 q 2 2 t t t L q 1 L q 2 L q 3 L q 1 =...Persamaan (1) L q 2 =...Persamaan (2) L q 3 =...Persamaan (3)

44 32 Persamaan (1) t m 1 q 1 + k 1 q 2 q 1 1 = m 1 q 1 k 1 q 2 q 1 = ω 2 m 1 q 1 + k 1 q 1 k 1 q 2 = ( ω 2 m 1 + k 1 )q 1 k 1 q 2 = Persamaan (2) t m 2 q 2 + k 1 q 2 q 1 + k 2 q 3 q 2 ( 1) = m 2 q 2 + k 1 q 2 q 1 k 2 q 3 q 2 = ω 2 m 2 q 2 + k 1 q 2 k 1 q 1 k 2 q 3 + k 2 q 2 = k 1 q 1 + ( ω 2 m 2 + k 1 + k 2 )q 2 k 2 q 3 = Persamaan (3) t m 3 q 3 + k 2 q 3 q 2 = m 3 q 3 + k 2 q 3 q 2 = ω 2 m 3 q 3 + k 2 q 3 k 2 q 2 = k 2 q 2 + ( ω 2 m 3 + k 2 )q 3 = ω 2 m 1 k 1 k 1 k 1 ω 2 m 2 k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 3 k 2 q 1 q 2 q 3 = ω 2 m 1 k 1 k 1 k 1 ω 2 m 2 k 1 k 2 k 2 = k 2 ω 2 m 3 k 2 ω 2 m 1 k 1 ω2 m 2 k 1 k 2 k 2 k 2 ω 2 m 3 k 2 k 1 k 1 k 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 ) (ω 2 m 2 k 1 k 2 ω 2 m 3 k 2 k 2 2 ] k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 ω 2 m 2 k 2 ω 2 m 3 k 1 + k 1 k 2 + k 2 2 k 2 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = (ω 2 m 1 k 1 )(ω 4 m 2 m 3 (m 2 k 2 + m 3 k 1 )ω 2 + k 1 k 2 ) k 1 2 ω 2 m 3 k 2 = ix

45 33 RIWAYAT HIDUP Penulis ilahirkan i Demak paa tanggal 3 Januari Penulis aalah anak pertama ari ua bersauara, ari pasangan Bapak Rozikan an Ibu Rukmini. Tahun 29 penulis lulus SMA Negeri 2 Demak an paa tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Unangan Seleksi Masuk IPB an iterima i Depertemen Fisika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten berbagai mata kuliah, iantaranya asisten praktikum Fisika TPB IPB paa tahun ajaran 21/211 sampai 212/213, Asisten praktikum Fisika Dasar paa tahun ajaran 211/212 an 212/213, Asisten praktikum Mekanika I paa tahun ajaran 211/212, Asisten praktikum Gelombang paa tahun ajaran 211/212 an 212/213. Penulis juga aktif mengajar i bimbingan belajar iantaranya pengajar mata pelajaran Fisika an Matematika i GAMA UI, Sylvasary Cours Centre(SCC) an pengajar Olimpiae Fisika SMA Kornita. Di biang organisasi kemahasiswaan penulis juga mengikuti organisasi kemahasiswaan iantaranya Forces IPB, Cybertron Asrama TPB IPB, Tutor Sebaya TPB IPB, Komunitas Muslim Fisika. Penulis juga aktif mengikuti perlombaan olimpiae sains iantaranya menjai kontingen IPB OSN ON MIPA 211 an 212, kontingen IPB Olimpiae DIY 211 an 212. Penulis juga memperoleh penghargaan paa berbagai kegiatan ilmiah antara lain penerima hibah Dikti PKM biang Gagasan Tertulis 21, penerima hibah Dikti Program Kreativitas Mahasiswa biang Penelitian (PKM-P) 211, kategori 2 Best Inovation Unilever 212, finalis Technopreneurship Pemua 212, finalis I-Step 212, finalis Pekan Ilmiah Fisika (PIF) UIN Yogyakarta 212, juara 2 Lomba Karsa Cipta (LKC) FMIPA IPB 212, Juara I Pekan Riset an Penelitian Mahasiswa (Prisma II) UNIBRAW 212, finalis Technology Contest an Exhibition (TCE) UNDIP 212, serta menjai pemakalah paa seminar nasional Himpunan Fisika Inonesia 213.

Perhitungan Energi Disosiasi Gugus Fungsi OH - dan PO 4

Perhitungan Energi Disosiasi Gugus Fungsi OH - dan PO 4 ISSN: 2089-0133 April 2013 Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.1 halaman 86 Perhitungan Energi Disosiasi Gugus Fungsi OH - dan PO 4 3- Hidroksiapatit dengan Pemodelan Spektroskopi Inframerah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal

Respon Getaran Lateral dan Torsional Pada Poros Vertical-Axis Turbine (VAT) dengan Pemodelan Massa Tergumpal JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13 ISSN: 337-3539 (31-971 Print B-11 Respon Getaran Lateral an Torsional Paa Poros Vertical-Axis Turbine (VAT engan Pemoelan Massa Tergumpal Ahma Aminuin, Yerri Susatio,

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai engan persetujuan ari Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat 812/TA/FTS/UKM/III/2004 tanggal 9 Februari 2004, engan

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi an Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, september 2018, hlm. 2760-2769 http://j-ptiik.ub.ac.i Pemoelan Regresi Linear Untuk Preiksi Konsumsi Energi Primer

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT

PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I. Rizka Anggraini ABSTRACT PENAKSIR PARAMETER DISTRIBUSI WEIBULL BERDASARKAN SENSOR TIPE I Rizka Anggraini Mahasiswa Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN

PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN PENGGUNAAN METODE FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRA RED) UNTUK STUDI ANALISIS GUGUS FUNGSI SAMPEL MINYAK GORENG DENGAN PERLAKUAN VARIASI PEMANASAN oleh : Siti Cholifah /J2D 004 194 Jurusan Fisika FMIPA UNDIP

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS

PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS SEMIRATA MIPAnet 27 24-26 Agustus 27 UNSRAT, Manao PENGARUH STRATEGI VAKSINASI KONTINU PADA MODEL EPIDEMIK SVIRS TONAAS KABUL WANGKOK YOHANIS MARENTEK Universitas Universal Batam, tonaasmarentek@gmail.com,

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA

PEMODELAN EMPIRIS COST 231-WALFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI LINTASAN ANTENA RADAR DI PERUM LPPNPI INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONA MUTI DISIPIN IMU &CA FOR PAPERS UNISBANK KE-3(SENDI_U 3) 217 PEMODEAN EMPIRIS COST 231-WAFISCH IKEGAMI GUNA ESTIMASI RUGI-RUGI INTASAN ANTENA RADAR DI PERUM PPNPI INDONESIA Ria

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AB INITIO INTERAKSI ANTARA TRIKALSIUM FOSFAT DAN HIDROKSIAPATIT DENGAN SEGMEN MOLEKUL SELULOSA

PERHITUNGAN AB INITIO INTERAKSI ANTARA TRIKALSIUM FOSFAT DAN HIDROKSIAPATIT DENGAN SEGMEN MOLEKUL SELULOSA PERHITUNGAN AB INITIO INTERAKSI ANTARA TRIKALSIUM FOSFAT DAN HIDROKSIAPATIT DENGAN SEGMEN MOLEKUL SELULOSA Abstrak Komposit selulosa bakterial-kalsium fosfat merupakan material hibrid organik-anorganik

Lebih terperinci

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT

SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT SOLUSI NUMERIK MODEL REAKSI-DIFUSI (TURING) DENGAN METODE BEDA HINGGA IMPLISIT Junik Rahayu, Usman Pagalay, an 3 Ari Kusumastuti,,3 Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: rahayujunik@yahoo.com

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA

PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER-KALSIUM FOSFAT KARBONAT: SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOMIK, ULTRAVIOLET DAN FOURIER TRANSFORM INFRARED TAOFIK JASA LESMANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT

ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ ABSTRACT ANALISIS MODEL SIR PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN KRITERIA ROUTH-HURWITZ Chintari Nurul Hananti 1 Khozin Mu tamar 2 12 Program Stui S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika an

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR J. Sains MIPA, Agustus 8, Vol. 14, No., Hal.: 17-113 ISSN 1978-1873 ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR Roniyus Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Banar Lampung 35145 Inonesia

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) Spektrum Elektromagnetik tinggi tinggi Frekuensi (ν) Energi rendah rendah X-RAY ULTRAVIOLET INFRARED MICRO- WAVE RADIO FREQUENCY Ultraviolet Visible Vibrasi Infrared Resonansi

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

PEMODELAN Deskripsi Masalah

PEMODELAN Deskripsi Masalah PEMODELAN Deskripsi Masalah Sebelum membuat penjawalan perkuliahan perlu iketahui semua mata kuliah yang itawarkan, osen yang mengajar, peserta perkuliahan, bobot sks an spesifikasi ruang yang iperlukan.

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201

Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 201 akultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 2 No.2 Tahun 20 PEMBUATAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI POTENSIAL DENGAN METODE PROMETHEE II Ahma Jalaluin )

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Sistem Informasi Seminar dan Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura

Sistem Informasi Seminar dan Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Jurnal an Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) 1 Informasi Seminar an Siang Tugas khir Stui Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Muftia 1, rif Bijaksana Putra Negara 2, Novi Safriai

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS KNM XVI 3-6 Juli 01 UNPAD, Jatinangor ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA DARI POPULASI PENDERITA DIABETES MELLITUS NANIK LISTIANA 1, WIDOWATI, KARTONO 3 1,,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED

KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED KARAKTERISASI JAMUR TIRAM PUTIH DENGAN MEDIA JAGUNG BULAT MENGGUNAKAN FOURIER TRANSFORM INFRARED Irlian Nurmaniah 1 *), Fitrah Hadi Firdaus 1, Ana Fitriana 1, Maya Risanti 2, Irmansyah 3, Irzaman 3 1 Departemen

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER DALAM ANALISIS CREEP DAN FATIQUE TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PARAMETER DALAM ANALISIS CREEP DAN FATIQUE TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Optimalisasi Parameter alam Analisis Creep an Fatique Terhaap Material Menggunakan Algoritma Genetika OPTIMASI PARAMETER DALAM ANALISIS CREEP DAN FATIQUE TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH

PENENTUAN SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN KDV DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANH Jurnal Matematika UNND Vol. 5 No. 4 Hal. 54 61 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIP UNND PENENTUN SOLUSI SOLITON PD PERSMN KDV DENGN MENGGUNKN METODE TNH SILVI ROSIT, MHDHIVN SYFWN, DMI NZR Program

Lebih terperinci

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai

Penggunaan Persamaan Pendekatan Untuk panjang gelombang pantai Penggunaan Persamaan Penekatan Untuk panjang gelombang pantai Nizar Acma Program Stui Teknik Sipil, Universitas Janabara Yogyakarta, Jl.Tentara Rakyat Mataram 35-37 Yogyakarta Email: nizarachma@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk :

Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah persamaan bentuk : PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL Suatu persamaan iferensial biasa ore n aalah persamaan bentuk : F n, ', '', ''',......, 0 Yang menatakan hubungan antara, fungsi () an turunanna ', '',

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA

FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA FUNGSI TRANSENDEN J.M. TUWANKOTTA. Penekatan Kalkulus: menefinisikan fungsi logaritma natural sebagai integral Panang sebuah fungsi yang iefinisikan engan menggunakan integral: (.) L(x) = t t. Dari Teorema

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

METODE MENGIKAT KEBELAKANG

METODE MENGIKAT KEBELAKANG METODE MENGIKAT KEBELAKANG Metoe mengikat ke belakang aalah menentukan suatu titik baru engan jalan mengaakan pengukuran suut paa titik yang tiak iketahui koorinatnya. Ketentuan yang harus ipenuhi aalah

Lebih terperinci

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2 11/4/011 1 11/4/011 KOHERENSI koheren : memiliki θ yang tetap (tiak berubah terhaap waktu) θ = π y 1 y θ = 0 y 1 y 11/4/011 INTERFERENSI CELAH GANDA G G T 4 T 3 T G T 1 T pusat T 1 G T T 3 T 4 Cahaya bersifat

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD terhaap

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Jurusan Matematika FMIPA IPB UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1 Sabtu, 4 Maret 003 Waktu : jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT 10 1. Tentukan: (a) (b) x sin x x + 1 ; x (cos (x 1)) :. Diberikan fungsi

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK Disusun oleh : Muhammad Nur Farizky M0212053 SKRIPSI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksu 1.1.1 Memisahkan fraksi butiran seimen paa ukuran (iameter) butir tertentu. 1.1.2 Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness an kurtosi baik secara grafis maupun matematis.

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2

PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN. Hedwig A Tan 1, Ratna S Alifen 2 PEMODELAN PENJADWALAN LINIER DENGAN ALOKASI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PROYEK PERUMAHAN Hewig A Tan, Ratna S Alifen ABSTRAK: Metoe penjawalan linier cocok untuk proyek engan aktivitas seerhana, an repetitif

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN)

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN) No. ol. Thn. X November 8 SSN: 854-847 STUD KSTABLAN TANSNT SSTM TNAGA LSTK MULTMSN (MODL 9 BUS MSN) Heru Dibyo Laksono Jurusan Teknik lektro, Universitas Analas Paang, Kampus Limau Manis Paang, Sumatera

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Matematika

UN SMA IPA 2009 Matematika UN SMA IPA 009 Matematika Koe Soal P88 Doc. Name: UNSMAIPA009MATP88 Doc. Version : 0-0 halaman 0. Perhatikan premis-premis berikut ini : :Jika Ai muri rajin maka Ai muri panai :Jika Ai muri panai maka

Lebih terperinci

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor 7/3/3 KAPASITOR Pengertian Kapasitor Dua penghantar berekatan yang imaksukan untuk iberi muatan sama tetapi berlawanan jenis isebut kapasitor. Sifat menyimpan energi listrik / muatan listrik. Kapasitas

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND HUBUNGAN ANTARA AERAH IEAL UTAMA, AERAH FATORISASI TUNGGAL, AN AERAH EEIN Eka Susilowati Fakultas eguruan an Ilmu Peniikan, Universitas PGRI Aibuana Surabaya eka50@gmailcom Abstrak Setiap aerah ieal utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI

BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI BAB VII KONDUKTOR DIELEKTRIK DAN KAPASITANSI 6.. Arus an Kerapatan Arus. Muatan listrik yang bergerak membentuk arus yang memiliki satuan ampere (A) an iefinisikan sebagai laju aliran muatan yang melalui

Lebih terperinci

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2.

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aditya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2. Makalah Tugas Akhir PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN PENCIRIAN MATRIKS KO-OKURENSI ARAS KEABUAN Aitya Angga Kusuma 1, R. Rizal Isnanto 2, Imam Santoso 2 Abstract Human iris has a very unique pattern which

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci