STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah"

Transkripsi

1 STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah Yosafat Aj Pranata Jurusan Teknk Spl, Unverstas Krsten Maranatha Jl. Prof. drg. Sura Sumantr MPH. 65 Bandung emal : yosafat.ap@eng.maranatha.edu ABSTRAKSI Banyak daerah d Indonesa dkelompokkan ke dalam daerah dengan tngkat kegempaan sedang sampa tngg. Dengan demkan pemodelan dan analss gedung tahan gempa menjad popular dan pentng. Konsep yang sekarang sedang berkembang yatu Performance Based Desgn dgunakan dalam tulsan n. Gedung beraturan 2 dan 10 lanta yang merupakan sstem rangka pemkul momen khusus drencanakan dan devaluas dengan Drect Dsplacement Desgn dan Pushover Analyss. Gaya geser dasar ultmt yang dperoleh dar drect dsplacement desgn dbandngkan dengan gaya geser yang dperoleh dar pushover analyss. Perbandngan T eff yang dperoleh dar drect dsplacement desgn dan pushover analyss juga damat. Kata kunc: Drect Dsplacement-Based Desgn, Pushover Analyss, gedung beraturan ABSTRACT The most terrtores n Indonesa are categorzed nto moderate and heavy sesmc zone. Consequently the modelng and analyss of sesmc resstant buldng n Indonesa become popular and mportant. The current trend of sesmc resstant buldng concept, whch s Performance-Based Desgn, s used. Open frame buldng wth specal moment resstng frame system, two-stores and ten-stores, regular renforced concrete buldng, that s used n ths study, s desgned and evaluated usng Drect Dsplacement-Based Desgn and Pushover Analyss. The ultmate base shear obtaned from the drect dsplacement-based desgn method s compared to the base shear obtaned from the pushover analyss. A comparson of T eff between the result from the drect dsplacement-based desgn method and the pushover analyss s studed. Key words: Drect Dsplacement-Based Desgn, Pushover Analyss, Regular Buldng. 1. PENDAHULUAN Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa d negara Indonesa menjad suatu hal yang sangat pentng mengngat sebagan besar wlayah Indonesa terletak dalam wlayah gempa dengan ntenstas moderat hngga berat. Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 99

2 Beberapa metode analss untuk perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa, bak tu elastk (lnear) dan nelastk (nonlnear) dapat dgunakan untuk mempredks perlaku struktur terhadap beban lateral. Metode analss elastk melput analss statk ekvalen (lnear statc ekuvalent) dan analss respons spektrum (lnear dynamc response spectrum), sedangkan metode analss nelastk melput analss beban dorong (statc nonlnear pushover analyss) dan analss rwayat waktu (nelastc dynamc tme hstory analyss). Trend terbaru perencanaan bangunan tahan gempa saat n adalah perencanaan berbass knerja. Konsep perencanaan berbass knerja merupakan kombnas dar aspek tahanan (strengh lmt state) dan aspek layan (servceablty lmt state). Aspek tahanan merupakan metode perencanaan ddasarkan persyaratan tahanan struktur, apabla struktur bangunan telah memenuh semua persyaratan tahanan maka struktur dapat dterma layak operas. Aspek layan (knerja batas layan) struktur bangunan gedung dtentukan oleh smpangan antar tngkat akbat pengaruh gempa nomnal, untuk membatas terjadnya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebhan, d sampng untuk mencegah kerusakan non-struktur. Smpangan antar tngkat dhtung dar smpangan struktur bangunan gedung tersebut akbat pengaruh gempa nomnal yang telah dbag dengan faktor skala. Knerja batas ultmt struktur bangunan gedung dtentukan oleh smpangan dan smpangan antar-tngkat maksmum struktur bangunan gedung akbat pengaruh Gempa Rencana, untuk membatas kemungknan terjadnya keruntuhan struktur bangunan gedung yang dapat menmbulkan korban jwa manusa dan mencegah benturan berbahaya antar gedung atau antar bagan struktur bangunan gedung yang dpsah dengan sela dlatas (Mangkoesoebroto, 2004). Pada saat n, dkenal tga metode perencanaan berbass knerja, yatu metode capacty spectrum (ATC-40, 1996), metode N2 (Fajfar, 2000) dan metode drect-dsplacement based desgn (Prestley, 2000). Model gedung yang dgunakan dalam penulsan n adalah gedung beton bertulang dengan sstem rangka pemkul momen khusus, dua lanta dan sepuluh lanta, beraturan. Selanjutnya dlakukan evaluas perlaku sesmk dengan menggunakan metode drect dsplacement-based desgn [Prestley, 2000] dan metode analss pushover sesua (ATC-40 ATC-40, 1996) Tujuan Penulsan 100 Tujuan penulsan adalah sebaga berkut : 1. Melakukan desan dan evaluas perlaku sesmk struktur gedung beton bertulang dengan metode drect-dsplacement based desgn. 2. Melakukan evaluas perlaku sesmk struktur gedung beton bertulang dengan menggunakan analss pushover Ruang Lngkup Penulsan Penulsan menggunakan batasan masalah sebaga berkut : 1. Pemodelan struktur berupa gedung beton bertulang beraturan. 2. Model gedung yang dtnjau adalah dua lanta dan sepuluh lanta. 3. Struktur menggunakan sstem rangka pemkul momen khusus. 4. Fungs gedung untuk perkantoran. 5. Gedung ddesan terletak pada wlayah gempa 6 jens tanah keras d Indonesa. 6. Pembebanan gempa menggunakan pembebanan sesua Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung [SNI , 2002]. 7. Pemodelan, analss dan desan menggunakan program ETABS Nonlnear. 8. Analss pushover menggunakan program ETABS Nonlnear. Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode Drect Dsplacement Based Desgn Konsep perencanaan struktur berbass perpndahan (drect dsplacement-based desgn) dengan metode Prestley [Prestley, 2000] menggunakan langkah-langkah sebaga berkut, (1) Menentukan Knerja Bangunan Langkah pertama menentukan knerja. Sasaran knerja dapat dlhat pada Gambar 1. Gambar 1. Sasaran Knerja Gempa untuk bangunan (Prestley, 2000) (2) Menentukan Batas Drft Batas drft yang dgunakan dalam perencanaan dtentukan dengan mengambl nla yang lebh kecl antara drft maksmum yang djnkan sesua peraturan dengan drft yang dhtung berdasarkan regangan materal (Julanto, 2004). Nla drft perlu dbatas agar kerusakan struktural maupun non-struktural yang terjad sesua dengan yang dkehendak oleh perencana. Drft rencana, dapat dhtung dengan persamaan berkut, θd = θ y + θ p θc (1) dmana : θ d = drft rencana θ = drft leleh y θ p θ c = drft plasts = drft maksmum yang djnkan peraturan Perhtungan tentang drft plasts dan curvature maksmum selengkapnya dapat dlhat pada peneltan yang telah dlakukan Julanto (Julanto, 2004). Panjang send plasts pada balok atau kolom dapat dhtung dengan persamaan berkut (Prestley, 1992) : lp = 0,08l+ 0,022 db. f y (2) Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 101

4 dmana : l d b f y = bentang elemen dtnjau = dameter tulangan = tegangan leleh tulangan dalam MPa Gambar 2. Dagram regangan untuk penampang perseg beton bertulang Panjang send plasts dperkrakan sebesar setengah tngg penampang elemen yang dtnjau. Drft leleh dhtung dengan persamaan berkut : lb θ y = 0, 5ε y (3) hb dmana : θ y = drft leleh ε y = regangan leleh tulangan = tngg penampang balok h b Kekakuan secara proporsonal bergantung pada kekuatan, sedangkan curvature leleh tdak bergantung pada kekuatan, sepert dapat dlhat pada Gambar Gambar 3. Dagram momen-curvature Besarnya daktltas-drft ( μ θ ) dapat dhtung dengan persamaan berkut : μ θ = θ + θ / θ ( ) (4) y p y Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

5 dmana nla daktltas-drft antara 4 μ θ 6. (3) Menghtung Perpndahan Rencana Struktur Perpndahan lateral pada setap tngkat untuk struktur rangka menurut Loedng et.al (1998) dapat dhtung dengan persamaan berkut : untuk n < 4, Δ = θd. h (5) untuk 4 n < 20, 0,5( n 4) h Δ = θd. h 1 16hn (6) untuk n 20, 0,5h Δ = θd. h 1 hn (7) dmana : Δ θ d n h h n = perpndahan lateral lanta ke- = drft rencana = jumlah lanta = tngg lanta ke- dar dasar = tngg lanta ke-n Struktur berderajat kebebasan banyak (mult degree of freedom/mdof) yang ddealsaskan menjad struktur berderajat kebebasan tunggal (sngle degree of freedom/sdof) sederhana mash dapat dpredks responnya dengan cukup bak. Oleh karena tu struktur berderajat kebebasan banyak dalam metode Prestley dnyatakan dalam struktur berderajat kebebasan tunggal ekvalen sebaga struktur penggant [Prestley, 2000]. Gambar 4. Smulas SDOF Besarnya perpndahan rencana struktur dapat dhtung dengan menggunakan persamaan berkut : m. Δ 2 Δd = (8) m. Δ dmana : Δ d = perpndahan struktur SDOF ekvalen m = massa lanta ke- (4) Menghtung Massa Efektf, Tngg Efektf, dan Daktltas Struktur Parameter-parameter yang dbutuhkan dalam mengdentfkaskan struktur SDOF ekvalen yatu massa efektf, tngg efektf dan daktltas struktur dapat dhtung setelah perpndahan struktur SDOF ekvalen dketahu. Massa efektf untuk struktur SDOF ekvalen adalah, Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn 103 Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata)

6 m e = dmana : m. Δ Δ m e d = massa efektf struktur SDOF ekvalen (9) Tngg efektf untuk struktur SDOF ekvalen dapat dhtung dengan persamaan berkut, m. Δ. h h e = (10) m. Δ dmana he = tngg efektf struktur SDOF ekvalen = tngg lanta ke- dar dasar h Besarnya perpndahan leleh struktur pada tngg efektf dapat dhtung dengan persamaan berkut, Δ y = θ y. he (11) dmana : = perpndahan leleh struktur SDOF ekvalen Δ y Daktltas struktur dapat dhtung dengan membag perpndahan struktur dengan perpndahan leleh sebaga berkut : Δd μ = (12) Δ y (5) Menghtung Redaman Ekvalen Stud menggunakan beberapa metode perhtungan untuk mendapatkan nla redaman ekvalen, yatu sebaga berkut : a. Redaman Prestley (Prestley, 2000) Gambar 5. Redaman ekvalen (Prestley, 2000) b. Redaman Ekvalen SEAOC (SEAOC, 1999) SEAOC menetapkan redaman ekvalen untuk setap tngkat knerja struktural, besarnya dapat dlhat pada Tabel 1 sebaga berkut : 104 Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

7 Tabel 1. Redaman Ekvalen Untuk Setap Tngkat Knerja Struktur. Tngkat Knerja SP-1 SP-2 SP-3 SP-4 5% 18% 25% 28% c. Redaman Shbata-Sozen (Nagao, T., Muka, H., dan Nshkawa, D.) Redaman ekvalen dhtung menurut persamaan sebaga berkut, 1 ξ eq = 0,2(1 ) + ξ el (13) μ d. Redaman ATC-55 (ATC-55, 2001) Redaman ekvalen dhtung menurut persamaan sebaga berkut, 1 1 ξ eq = 1 + ξ el (14) 4 μ (6) Menghtung Waktu Getar Efektf dan Kekakuan Efektf Hubungan antara spektra percepatan dan spektra perpndahan dapat dnyatakan dalam persamaan berkut : S 2 a = ω. Sd (15) ω = 2π (16) T maka dapat dhtung, 2 T Sd = S 2 a (17) 4π Persamaan tersebut datas dapat juga dtuls dalam bentuk persamaan berkut, 2 T Δ( T, ξ ) = S a( T,ξ ) (18) 4π 2 dmana : S a = spektra percepatan Sd = spektra perpndahan ω = frekuens alam Δ ( T,ξ ) = perpndahan untuk waktu getar T dan redaman ξ % S a ( T, ξ ) = percepatan untuk waktu getar T detk dan redaman ξ % T = waktu getar Perencanaan berbass perpndahan menggunakan spektra perpndahan dengan redaman tertentu. Perencanaan berbass perpndahan menggunakan beberapa spektra perpndahan dengan beberapa nla redaman. Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 105

8 Gambar 6. Respons spektra perpndahan desan Waktu getar efektf dapat dhtung dengan persamaan berkut, 1 2 Δd 2 + ξ T eff = p Δ (,5) 7 (19) p dmana : T eff = waktu getar efektf p Δ ( p,5) ξ = waktu getar referens = perpndahan untuk waktu getar p dan redaman 5 % = redaman struktur, yang merupakan redaman ekvalen Perencanaan berbass perpndahan menggunakan kekakuan efektf (K eff ) atau secant stffness pada saat perpndahan ultmt (Δ u ) dmana struktur sudah mengalam respon nelasts. Kurva hsteress dapat dmodelkan secara b-lnear sepert pada Gambar 7. Gambar 7. Kekakuan efektf struktur Besarnya kekakuan efektf pada saat perpndahan ultmt dapat dcar dengan melakukan nvers persamaan perode alam untuk struktur berderajat kebebasan tunggal yatu sebaga berkut, T menjad, m e eff = 2π (20) Keff K eff dmana : 2 4 π. me 2 Teff = (21) K eff = kekakuan efektf 106 Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

9 (7) Menghtung Gaya Geser Dasar Dengan melhat Gambar 7, besarnya gaya geser dasar ultmt pada saat perpndahan ultmt dapat dperoleh dengan persamaan berkut : Vu = Keff. Δ d (22) Karena gaya geser dasar yang dpaka dalam perencanaan adalah gaya geser dasar pada saat leleh pertama, maka dasumskan gaya geser dasar ultmt dkoreks menjad gaya geser dasar pada saat leleh pertama dengan cara membagnya dengan faktor kuat lebh total struktur, Vu V = f (23) Besarnya faktor kuat lebh total struktur menurut SNI adalah, f = f1. f2 (24) f 1 = 1,6 (25) f 2 = 0,83 + 0,17μ (26) dmana : V u = gaya geser dasar ultmt V = gaya geser dasar rencana f = faktor kuat lebh total struktur f 1 = faktor kuat lebh beban dan bahan akbat penentuan pembebanan dan dmens penampang yang berlebhan f 2 = faktor kuat lebh struktur akbat redstrbus gaya karena pembentukan send plasts yang tdak bersamaan μ = daktltas struktur Gaya geser dasar rencana yang ddapat kemudan ddstrbuskan ke tap lanta secara proporsonal dengan besarnya massa dan perpndahan lateral pada setap lanta sepert pada persamaan berkut : m. Δ F = V (27) m. Δ dmana : = dstrbus gaya geser dasar lanta ke-. F 2.2. Analss Pushover Analss pushover adalah suatu analss statk nonlner d mana pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur bangunan gedung danggap sebaga beban-beban statk yang menangkap pada pusat massa masng-masng lanta, yang nlanya dtngkatkan secara berangsur-angsur sampa melampau pembebanan yang menyebabkan terjadnya pelelehan (send plasts) pertama d dalam struktur bangunan gedung, kemudan dengan penngkatan beban lebh lanjut mengalam perubahan bentuk pasca-elastk yang besar sampa mencapa konds plastk. Tujuan dar analss beban dorong adalah mengevaluas perlaku sesmk struktur terhadap beban Gempa Rencana, yatu memperoleh nla μ Δ aktual dan R aktual struktur, memperlhatkan kurva kapastas (capacty curve) dan memperlhatkan skema kelelehan (dstrbus send plasts) yang terjad. Tahapan analss sebaga berkut : Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 107

10 (1) Menentukan tpe dan besar beban. a. Beban Gravtas, yatu dgunakan tpe beban mat (DL) yang tdak dskalakan lag dan beban hdup (LL) yang dskalakan 30%. b. Kontrol peralhan. Pola beban yang dgunakan adalah pola beban arah utama gedung yang tdak dskalakan lag. (2) Analss Pushover. Dar analss n ddapat kurva kapastas yang menunjukkan hubungan gaya geser dasar terhadap peralhan, yang memperlhatkan perubahan perlaku struktur dar lner menjad non-lner, berupa penurunan kekakuan yang dndkaskan dengan penurunan kemrngan kurva akbat terbentuknya send plasts pada kolom dan balok Propert Send Pemodelan send dgunakan untuk mendefnskan perlaku nonlner forcedsplacement dan/atau momen-rotas yang dapat dtempatkan pada beberapa tempat berbeda d sepanjang bentang balok atau kolom. Pemodelan send adalah rgd dan tdak memlk efek pada perlaku lner pada member. Dalam stud n, elemen kolom menggunakan tpe send default-pmm, dengan pertmbangan bahwa elemen kolom terdapat hubungan gaya aksal dengan momen (dagram nteraks P-M). Sedangkan untuk elemen balok menggunakan tpe send default-m3, dengan dengan pertmbangan bahwa balok efektf menahan momen dalam arah sumbu kuat (sumbu- 3), sehngga dharapkan send plasts terjad pada balok (Pranata, 2005) Dstrbus Send Plasts Gambar 8. Default-M3 dan Default-PMM Secara gars besar, evaluas analss beban dorong dlakukan untuk mendapatkan urutan mekansme kelelehan, tujuan yang dharapkan adalah send plasts hanya terjad pada elemen balok dan elemen kolom lanta dasar. Send plasts akbat momen lentur terjad pada struktur jka beban yang bekerja melebh kapastas momen lentur yang dtnjau. Send plasts pada model struktur terjad pada elemen balok dan kolom. Sesua dengan metode perencanaan kolom kuat-balok lemah, maka untuk desan pada struktur bangunan gedung berdaktltas penuh, mekansme tngkat tdak dperkenankan terjad Metode Capacty Spectrum (ATC-40) Metode capacty spectrum adalah metode yang dgunakan pada program ETABS. Dar hasl output program n dapat dperoleh parameter ttk knerja struktur. Konsep desan knerja struktur metode capacty spectrum pada dasarnya merupakan prosedur yang dlakukan 108 Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

11 untuk mendapatkan peralhan aktual struktur gedung. Peralhan aktual yang ddapatkan dar hasl n menunjukkan besar smpangan atap struktur. Perbandngan antara smpangan atap struktur terhadap tngg total struktur menunjukkan knerja struktur. Tahapan desan knerja struktur dengan metode capacty spectrum sesua ATC-40 adalah sebaga berkut, (1) Melakukan konvers kurva kapastas hasl analss beban dorong menjad capacty spectrum. (2) Menentukan Performance Pont, yatu dengan melakukan plot demand spectrum dengan nla dampng 5% sesua dengan konds tanah dan wlayah gempa, kemudan menggabungkan demand spectrum dengan capacty spectrum untuk menentukan performance pont. (3) Mengubah performance pont menjad smpangan atap global. 3. STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN 3.1. Asums Desan Gedung Dua Lanta Model gedung dengan sstem struktur rangka balok-kolom, 2 lanta, fungs untuk perkantoran (I = 1). Gedung terletak d wlayah gempa 6 d Indonesa, dengan jens tanah keras. Tngg masng-masng lanta adalah 3,4 meter, jumlah bentang 3x3 5 meter. Mutu beton yang dgunakan adalah fc 25 MPa, mutu baja fy 400 MPa, fys 240 MPa (balok) dan fys 400 MPa (kolom). Pelat menggunakan tebal 130 mm, dengan beban mat (SDL) untuk pelat lanta 140 kg/m², beban hdup pelat 250 kg/m² (lanta) dan 100 kg/m² (atap). Dmens dan ukuran penampang sebaga berkut : a. Kolom, menggunakan dmens 300x300 mm². b. Balok, menggunakan dmens 300x500 mm² (lanta), 300x400 mm² (atap) Gedung Sepuluh Lanta Model gedung dengan sstem struktur rangka balok-kolom, 10 lanta, fungs untuk perkantoran (I = 1). Gedung terletak d wlayah gempa 6 d Indonesa, dengan jens tanah keras. Tngg lanta dasar 4 meter, tngg lanta ,6 meter, jumlah bentang 3x3 8 meter. Mutu beton f ' c = 30 MPa, mutu baja f y = 400 MPa, f ys = 240 MPa (Balok) dan f ys = 400 MPa (Kolom). Pelat menggunakan tebal 120 mm, dengan beban mat (SDL) untuk pelat lanta 140 kg/m², beban hdup pelat 250 kg/m² (lanta) dan 100 kg/m² (atap). Dmens dan ukuran penampang sebaga berkut : a. Kolo m, lanta 1-5 : 800x800 mm², lanta 6-10 : 700x700 mm². b. Balok nduk : 400x600 mm² (seluruh lanta). c. Balok anak : 300x600 mm² (seluruh lanta) Model Struktur Model struktur gedung yang dgunakan pada stud n adalah termasuk kedalam kategor beraturan (smetrs) (SNI , 2002). Tampak atas dan model tga dmens gedung sepert terlhat pada Gambar 9 sebaga berkut : Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 109

12 (a). Tampak atas gedung. (b).gedung 2 lanta. Gambar 9. Tampak atas dan model 3D gedung 2 lanta (a). Tampak atas. (b). Model 3D. Gambar 10. Tampak atas dan model 3D gedung 10 lanta Kombnas pembebanan untuk desan dalam penulsan n adalah : 1. 1,4DL 2. 1,2DL + 1,6LL 3. 1,2DL + f.ll ± E, d mana : f = 0,5 karena L < 500 kg/m² 4. 0,9DL ± E 3.2. Pemodelan dan Analss Pemodelan struktur dlakukan dengan program ETABS Nonlnear untuk mengetahu karakterstk dnamk struktur gedung. Hasl analss untuk 3 ragam pertama untuk gedung dua lanta dtamplkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Modal Partcpatng mass rato gedung 2 lanta Ragam T (detk) UX UY RZ Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

13 Sedangkan untuk gedung sepuluh lanta hasl analss untuk 3 ragam pertama untuk gedung dua lanta dtamplkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Modal Partcpatng mass rato gedung 10 lanta Ragam T (detk) UX UY RZ Metode Drect Dsplacement-Based Desgn Perhtungan sesua tahapan dengan metode drect dsplacement-based desgn dlakukan secara manual. Perhtungan redaman ekvalen menggunakan empat redaman ekvalen yang berbeda-beda yatu redaman ekvalen Prestley, redaman ekvalen menurut SEAOC, redaman ekvalen menurut ATC-55 dan model redaman ekvalen Shbata-Sozen. Hasl perhtungan metode drect dsplacement-based desgn untuk masng-masng tpe gedung selengkapnya dtamplkan dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Metode drect dsplacement-based desgn Gedung 2 Lanta Keterangan Redaman Prestley SEAOC ATC-55 Shbata θ y θ d μ d Δ d (m) m e (kg) h e (m) Δ y (m) μ ξ (%) T eff (detk) K eff (kg/m) V u (kg) V (kg) Kemudan dhtung gaya geser dasar masng-masng lanta. Dstrbus gaya geser dasar tap lanta proporsonal dengan perpndahan lateral tap lanta. Hasl perhtungan selengkapnya untuk masng-masng tpe gedung dtamplkan dalam Tabel 6 dan Tabel 7. Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 111

14 Tabel 5. Metode drect dsplacement-based desgn Gedung 10 Lanta Keterangan Redaman Prestley SEAOC ATC-55 Shbata θ y θ d μ d Δ d (m) m e (kg) h e (m) Δ y (m) μ ξ (%) T eff (detk) K eff (kg/m) V u (kg) V (kg) Tabel 6. Dstrbus gaya geser d asar gedung 2 lanta Lanta m m. Δ F (kg) Redaman Prestley SEAOC ATC-55 Shbata Total Tabel 7. Dstrbus g aya geser dasar gedung 10 lanta Lanta m m. Δ F (kg) Redaman Prestley SEAOC ATC-55 Shbata Total Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

15 Selanjutnya dlakukan desan perhtungan penulangan struk tur dengan konsep desan kapastas berdasarkan gaya-gaya dalam yang dperole h dar hasl analss Analss Pushover Struktur gedung ddesan berdasarkan sstem rangka pemkul momen khusus (SRPMK), dengan fakto r daktltas ( μ Δ ) 5,2 dan faktor reduks gempa (R) 8,5. Penjelasan lebh lanjut mengena perhtungan dan hasl analss pushover dapat dlhat pada peneltan yang telah dlakukan oleh Pranata [Pranata, 2005]. Spektrum respons Gempa Rencana 500 tahun dapat dlhat pada Gambar Wlayah 6 Tanah Keras C T Gambar 10. Spektrum respon Gempa Rencana Dar hasl analss berdasarkan Peraturan Indonesa (SNI 1726, 2002) dperoleh gaya geser dasar elastk sepert terlhat pada Tabel 8. Tabel 8. Gaya geser dasar elastk (SNI 1726, 2002) Gedung Keterangan 2 lanta 10 lanta Gaya geser dasar elastk (kg) 32172, ,38 Kemudan dlakukan analss pushover pada masng-masng tpe gedung untuk mengetahu perlaku sesmk struktur. Dar hasl analss dperoleh kurva kapastas dan skema kelelehan (dstrbus send plasts). Hasl analss pushover menunjukkan bahwa model gedung yang dtnjau dstrbus send plasts hanya terjad pada elemen balok dan kolom lanta dasar. Send plasts yang terjad mash termasuk dalam kategor LS-CP (ATC-40, 1996), artnya gedung yang ddesan dalam stud n mash memenuh persyaratan, karena gedung ddesan untuk perkantoran. Hasl analss berupa kurva kapastas dtamplkan pada Gambar 11 dan Gambar 12, serta skema kelelehan/dstrbus send plasts yang terjad pada elemen balok dan kolom lanta dasar selengkapnya dtamplkan dalam Tabel 9 dan tabel 10. Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 113

16 Gambar 11. Kurva kapastas hasl analss pushover gedung 2 lanta Gambar 12. Kurva kapastas hasl analss pushover gedung 10 lanta 114 Tabel 9. Dstrbus send plasts gedung 2 lanta Step Dspl. Base Force (m) (kg) A-B B-IO IO-LS LS-CP SUM Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

17 Hasl evaluas knerja berdasarkan klasfkas keamanan sesua deformaton lmt ATC-40 (ATC-40, 1996) menunjukkan bahwa struktur gedung termasuk dalam kategor damage control. Peralhan atap pada ttk knerja yang dperoleh yatu 0,077 meter (gedung 2 lanta) dan 0,332 meter (gedung 10 lanta). Nla redaman efektf yang dperoleh adalah 21,1% (gedung 2 lanta) dan 29,2% (gedung 10 lanta), hal n menunjukkan bahwa nla redaman efektf hasl analss pushover mash lebh kecl dar batasan redaman efektf maksmum yang djnkan yatu 40%. Hasl selengkapnya dtamplkan dalam Tabel 11. Tabel 10. Dstrbus send plasts gedung 10 lanta Dspl. Base Force Step A-B B-IO IO-LS LS-CP SUM (m) (kg) Tabel 11. Evaluas knerja struktur sesua ATC-40 Gedung Gaya Geser Hasl analss pada performance pont Dasar (kg) V (kg) D (m) β eff (%) T eff (detk) 2 lanta 32172, ,4 0,077 21,1 0, lanta , ,1 0,332 29,2 4, Pembahasan Hasl analss dengan metode drect dsplacement-based desgn dan analss pushover berupa peralhan atap dtamplkan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata) 115

18 Gambar 13. Peralhan atap gedung 2 lanta Gambar 14. Peralhan atap gedung 10 lanta Dar Gambar 13 dan Gambar 14 dapat dlhat bahwa pada perencanaan dengan metode drect dsplacement-based desgn, redaman ekvalen shbata menghaslkan peralhan palng besar. Secara keseluruhan, peralhan hasl dar perencanaan dengan metode drect dsplacement-based desgn tdak melampau peralhan hasl dar analss pushover. Hasl analss dengan metode drect dsplacement-based desgn dan analss pushover berupa gaya geser dasar dan waktu getar T eff dtamplkan pada Tabel 12. Gedung 2 Lanta 10 Lanta Tabel 12. Gaya geser dasar dan waktu getar efektf Hasl Drect-Dsplacement Based Desgn Analss Pushover Redaman (Performance Pont) Prestley SEAOC ATC-55 Shbata Gaya Geser Dasar (kg) 11856, , , , ,4 T eff (detk) 3,48 3,62 2,63 2,50 0,948 Gaya Geser Dasar (kg) 80708, , , , ,1 T eff (detk) 11, ,5996 8,2755 7,8590 4, Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

19 4. KESIMPULAN Kesmpulan yang dapat dambl dar stud n sebaga berkut : 1. Perencanaan dengan metode drect dsplacement-based desgn, model redaman Shbata- Sozen menghaslkan gaya geser palng besar. 2. Perencanaan dengan metode drect dsplacement-based desgn, model redaman ekvalen Shbata-Sozen menghaslkan peralhan palng besar.. 3. Model struktur gedung beraturan (smetrs), struktur berderajat kebebasan banyak (mult degree of freedom) yang ddealsaskan menjad struktur berderajat kebebasan tunggal sederhana (sngle degree of freedom) mash dapat dpredks responnya dengan cukup bak. Oleh karena tu struktur berderajat kebebasan banyak dnyatakan dalam struktur berderajat kebebasan tunggal ekvalen sebaga struktur penggant. 4. Metode drect dsplacement-based desgn cukup rasonal dgunakan pada model struktur gedung beraturan. 5. Hasl analss pushover menunjukkan bahwa Send plasts hanya terbentuk pada elemen balok dan elemen kolom lanta dasar, sehngga mekansme tngkat tdak terjad. 6. Hasl analss pushover menunjukkan bahwa nla redaman efektf belum melampau batasan yang djnkan, artnya struktur gedung sesua dengan krtera bangunan baru. 7. Gedung termasuk kategor tngkat knerja Damage Control, artnya gedung berada dalam kategor range antara Immedate Occupancy dan Lfe Safety. Dalam kategor n pemodelan bangunan baru dengan beban gempa rencana dengan nla beban gempa yang peluang dlampaunya dalam rentang masa layan gedung 50 tahun adalah 10%. DAFTAR PUSTAKA Appled Technology Councl, 1996, Sesmc Evaluaton and Retroft of Concrete Buldngs, ATC-40, Volume 1, Report No. SSC Appled Technology Councl, 2001, ATC-55, Evaluaton And Improvement Of Inelastc Sesmc Analyss Procedures. Appled Technology Councl, 2004, Improvement of Nonlnear Statc Sesmc Analyss Procedures, FEMA 440, Draft Camera-Ready, ATC-55 Project. Computer and Structures, Inc., 2001, ETABS Manual, verson 8, Integrated Buldng Desgn Software, Calforna, Berkeley. Julanto, J., 2004, Stud Perbandngan Antara Perencanaan Berbass Perpndahan dan Berbass Gaya Pada Struktur Rangka Beton Bertulang, Master Thess, Program Magster Teknk Spl, Unverstas Katolk Parahyangan, Bandung. Mangkoesoebroto, S.P., 2004, Gambaran Umum Mengena Prosedur Perencanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan SNI (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung), Semnar Nasonal Struktur Jembatan dan Bangunan Tngg, Fakultas Teknk, Unverstas Parahyangan, Bandung. Nagao, T., Muka, H., dan Nshkawa, D, 2000, Case Studes On Performance Based Sesmc Desgn Usng Capacty Spectrum Method, Structural Engneerng Dept., Nhon Sekke Inc., Shnjuku, Tokyo. Paulay, T., Prestley, M.J.N., 1992, Sesmc Desgn Of Renforced Concrete And Masonry Buldngs, John Wley & Sons Inc., New York. Pranata, Y.A., 2005, Stud Analss Beban Dorong untuk Gedung Beton Bertulang Beraturan dan Tdak Beraturan, Master Thess, Program Magster Teknk Spl, Unverstas Katolk Parahyangan, Bandung. Prestley, M.J.N., 2000, Performance Based Sesmc Desgn, 12WCEE Stud Perencanaan Berbass Perpndahan :Metode Drect-Dsplacement Based Desgn 117 Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah (Yosafat Aj Pranata)

20 SNI , 2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, Departemen Permukman dan Prasarana Wlayah. SNI , 2002, Tata Cara Perhtungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Departemen Permukman dan Prasarana Wlayah. SEAOC, 1999, Recommended Lateral Force Requrements and Commentary, Sesmology Commttee, SEAOC, Calforna. Sullvan, T., 2002, The Current Lmtatons of Dsplacement Based Desgn, Master Thess, European School of Advanced Studes In Reducton of Sesmc Rsk, Rose School. Tjondro, J.A., 2003, Metode Drect Dsplacement Based : Stud Kasus Pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah d Wlayah Gempa 3 dan 5 Indonesa, Semnar Bdang Kajan 2, Program Doktor Teknk Spl, Unverstas Katolk Parahyangan, Bandung. 118 Volume 7 No. 2, Pebruar 2007 :

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky x 40 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM MODIFIKASI YANG DIPERKUAT LAPIS CFRP... 93 Ida Bagus Ra Wdarsa dan Ida Bagus Dharma Gr 41 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN DAVID VITORIO LESMANA 0521012 Pembimbing: Olga C. Pattipawaej, Ph.D. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA dengan PUSHOVER ANALYSIS (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440)

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA dengan PUSHOVER ANALYSIS (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440) EVALUAS KNERA GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA dengan PUSHOVER ANALYSS (Sesua ATC-4, FEMA 356 dan FEMA 44) Yosafat Aj Pranata Emal: yosafat.ap@eng.maranatha.edu urusan Teknk Spl Unverstas Krsten Maranatha,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM Yosafat Aji

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History untuk Desain Gedung

Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History untuk Desain Gedung JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prnt) C-33 Stud Perbandngan Analss Respon Spektra dan Tme Hstory untuk Desan Gedung Dlla Ayu Lala Nurul Bayynah dan Famun Jurusan Teknk

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp. 58 76 ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Sondra Raharja Mahasswa Magster Teknk Spl Unverstas

Lebih terperinci

STUDI RESPON KAPASITAS PILAR BETON BERTULANG JEMBATAN TERHADAP BEBAN GEMPA HORISONTAL TESIS

STUDI RESPON KAPASITAS PILAR BETON BERTULANG JEMBATAN TERHADAP BEBAN GEMPA HORISONTAL TESIS STUDI RESPON KAPASITAS PILAR BETON BERTULANG JEMBATAN TERHADAP BEBAN GEMPA HORISONTAL TESIS Karya tuls sebaga salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magster dar Insttut Teknolog Bandung Oleh ASEP HILMANSYAH

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desan struktur harus memperhatkan beberapa aspek, dantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek n merupakan aspek yang harus dpenuh

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Statik Beban Dorong (Static Pushover Analysis) Menurut SNI Gempa 03-1726-2002, analisis statik beban dorong (pushover) adalah suatu analisis nonlinier statik, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Indeks Tingkat Pelayanan Jalan Berbasis Model Linier di Ruas Jalan Raya Kertajaya Indah Surabaya ABSTRAK

Indeks Tingkat Pelayanan Jalan Berbasis Model Linier di Ruas Jalan Raya Kertajaya Indah Surabaya ABSTRAK Volume 7, omor 1, Agustus 009 Indeks Tngkat Pelayanan Jalan Berbass Model Lner d Ruas Jalan Raya Kertajaya Indah Surabaya Hendrata Wbsana Staft Pengajar Program Stud Teknk Spl UP Veteran Jatm emal: hw00198@yahoo.com;

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA MAKALAH TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA REZA FAKHRUROZI NRP 3106 100 604 Dosen Pembmbng Tavo, ST. MT. PhD JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural. 5 II. KAJIAN LITERATUR A. Konsep Bangunan Tahan Gempa Secara umum, menurut UBC 1997 bangunan dikatakan sebagai bangunan tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Struktur yang direncanakan harus

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA dengan PUSHOVER ANALYSIS (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440)

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA dengan PUSHOVER ANALYSIS (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440) EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA dengan PUSHOVER ANALYSIS (Sesuai ATC-, FEMA dan FEMA ) Yosafat Aji Pranata Email : yosafat.ap@eng.maranatha.edu Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen

Lebih terperinci

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat Reka Racana Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2016 Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat MEKY SARYUDI 1, BERNARDINUS HERBUDIMAN 2, 1 Mahasiswa,

Lebih terperinci