ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT"

Transkripsi

1 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Sondra Raharja Mahasswa Magster Teknk Spl Unverstas Rau Jalan Subrantas Km 12,5 Pekanbaru, E-mal : sondra.raharja@student.unr.ac.d Ren Suryanta Magster Teknk Spl Unverstas Rau Jalan Subrantas Km 12,5 Pekanbaru, E-mal : ren.suryanta@lecturer.unr.ac.d Zulfkar Djauhar Magster Teknk Spl Unverstas Rau Jalan HR. Soebrantas Panam Pekanbaru E-mal : zulfkar.djauhar@lecturer.unr.ac.d Abstrak Salah satu upaya untuk memperkuat struktur bangunan gedung bertngkat tngg adalah dengan membuat shear wall yang terhubung dan terntegras dengan struktur portal gedung tersebut. Shear wall merupakan salah satu komponen struktur yang berfungs untuk menahan gaya geser akbat tmbulnya gaya lateral gempa. Gaya lateral gempa yang bekerja, menyebabkan tmbulnya tegangan-tegangan pada bdang shear wall. Tegangan-tegangan bdang shear wall n berupa tegangan normal arah x ( xx ), tegangan normal arah y ( yy ) dan tegangan geser arah xy ( xy ). Analss tegangan bdang n dsebut juga Analss Plane Stress, yatu analsa tegangan bdang dengan perbandngan antara tebal dan lebar atau antara tebal dan tngg adalah kecl. Jka tebal dalam arah sumbu z, maka z sangat kecl. Dalam rset n, selan tegangan bdang shear wall yang dhaslkan dar analss plane stress, juga dperoleh deformas sebaga hasl dar terjadnya perpndahan akbat pengaruh gaya luar pada setap elemen bdang. Jont dsplacement yang palng besar terjad pada ttk palng atas pada shear wall, yatu sebesar 0.26 m pada ttk 20 dan 21. Sedangkan pada ttk palng bawah atau pada dasar tdak terjad perpndahan, karena pada dasar shear wall, jont dkekang dengan perletakan send. Kemudan dar hasl perpndahan tersebut akan dhaslkan gaya dan regangan pada setap elemen bdang shear wall.tegangan maksmum terjad pada elemen 1, yatu elemen yang palng bawah dar shear wall. Besar tegangan pada elemen n adalah sebesar xx = 4039,579 kn/m 2, yy = 20197,579 kn/m 2 dan xy = 14208,841 kn/m 2. Hasl tegangan bdang tersebut selanjutnya dgunakan untuk perencanaan konstruks beton bertulang shear wall. Kata Kunc : Dndng Geser, Lateral, Perpndahan, Tegangan Bdang 58

2 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober 2017 Abstract One of the efforts to strengthen the structure of hgh-rse buldngs s to create a shear wall that s connected and ntegrated wth the buldng's portal structure. Shear wall s one component of the structure that serves to resst the shear force due to the emergence of lateral forces of the earthquake. The lateral force of an earthquake that acts on the shear wall, causng stress n the plane of the shear wall. The stresses of the feld of the shear wall are the normal stresses of drecton x ( xx ), the normal drecton stresses of y ( yy ) and the xy ( xy ) drecton shear stress. Ths feld stress analyss s also mentoned Plane Stress Analyss. In ths study, n addton to the shear feld stresses generated from the plane stress analyss, also obtaned deformaton as a result of the dsplacement due to the nfluence of outer forces on each element of the feld. The largest dsplacement pont occurs at the uppermost pont of the shear wall, whch s 0.26 m at pont 20 and 21. Whle at the bottom or at the bottom there s zero dsplacement, because at the base of the shear wall, jont restraned by jont placement. Then from the results of the dsplacement wll be generated force and stran on every element of the shear wall. The maxmum stresses occurs n element 1, the bottom element of the shear wall. The magntude of ths element stresses s xx = 4039,579 kn/m 2, yy = 20197,579 kn/m 2 and xy = 14208,841 kn/m 2. The result of the feld stress s further used for the constructon plannng of shear wall renforced concrete. Keywords : Shear Wall, Lateral, Dsplacement, Plane Streess A. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk memperkuat struktur banguan gedung bertngkat tngg adalah dengan membuat dndng geser yang terhubung dan terntegras dengan struktur portal gedung tersebut. Dndng geser merupakan salah satu komponen struktur yang berfungs untuk menahan gaya geser akbat tmbulnya gaya lateral gempa. Dndng geser merupakan dndng yang drancang untuk menahan gaya lateral sepert gempa bum. Dndng geser yang efektf adalah yang bersfat kaku dan kuat. Dalam struktur bertngkat, dndng geser sangat pentng, karena selan untuk mencegah kegagalan dndng eksteror, dndng geser juga mendukung beberapa lanta gedung dan memastkan bahwa struktur tdak runtuh akbat gerakan lateral. Dalam prakteknya dndng geser selalu dhubungkan dengan sstem rangka pemkul momen. Dndng struktural yang umum dgunakan pada gedung tngg adalah dndng geser kantlever dan dndng geser berangka. Berdasarkan SNI (BSN, 2012), dndng geser beton bertulang kantlever adalah suatu subsstem struktur gedung yang fungs utamanya adalah untuk memkul beban geser akbat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada struktur dndng n hanya boleh terjad akbat momen lentur (bukan akbat gaya geser), melalu pembentukan send plasts d dasar dndng. Gaya lateral gempa yang bekerja pada dndng geser, menyebabkan tmbulnya tegangan-tegangan pada bdang dndng geser. Tegangantegangan bdang dndng geser n berupa tegangan normal arah x, tegangan normal arah y dan tegangan geser arah xy. Analss tegangan bdang n dsebut juga Analss Plane Stress. 59

3 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Dalam peneltan n dlakukan kajan dndng geser pada bangunan Gedung Kantor Dnas Provns Rau Semblan Lanta. Peneltan n mengacu pada zonas gempa Indonesa yang dsajkan pada gambar 1. Analss Plane Stress dalam peneltan n merupakan analss bertujuan yang untuk mengetahu tegangan-tegangan yang terjad pada bdang dndng geser. Dalam melakukan analss n dperlukan data parameter yang dgunakan untuk menganalss antara lan mutu beton, modulus elaststas bahan, posson rato bahan, tebal dan geometr dndng geser. Analss plane stress pada dndng geser n dlakukan dengan perhtungan Metode Kekakuan Langsung ( Drect Stfness) atau yang lebh dkenal dengan Metode Elemen Hngga (Fnte Element Method). Perhtungan secara manual n akan duj dengan program yang sudah dbuat dengan Matlab dan duj juga dengan Software berbass elemen hngga. Sehngga akan dperoleh hasl yang vald dar analsa tegangan bdang untuk dndng geser (shear wall). Dalam peneltan n, selan tegangan-tegangan bdang dndng geser yang dhaslkan dar analss plane stress, juga akan dperoleh sebelumnya deformas atau perubahan bentuk sebaga hasl dar terjadnya perpndahan ( dsplacement) akbat pengaruh gaya luar. Kemudan dar hasl perpndahan ( dsplacement) tersebut akan dhaslkan gaya-gaya dan regangan-regangan yang terjad pada setap elemen bdang dndng geser. Gambar 1. Peta Zonas Gempa (Sumber : SNI ) B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Gempa Bum Menurut Schodek (1999) gempa bum terjad akbat fenomena getaran dengan kejutan pada kerak bum. Gempa n menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang n mempunya suatu energ yang dapat menyebabkan permukaan bum dan bangunan datasnya menjad bergetar. Getaran n nantnya akan menmbulkan gaya-gaya pada struktur bangunan karena struktur cenderung mempunya gaya untuk mempertahankan drnya dar gerakan. Menurut Chen, W.F dan Lu (2006), gempa bum merupakan getaran yang terjad pada permukaan tanah yang dapat dsebabkan oleh aktvtas tektonk, vulkansme, longsoran 60

4 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober 2017 termasuk batu, bahan peledak. Dar semua penyebab tersebut d atas, goncangan yang dsebabkan oleh perstwa tektonk merupakan penyebab utama kerusakan struktur dan perhatan utama dalam kajan tentang bahaya gempa. 2. Dndng Geser (Shear Wall) Sebaga subsstem struktur gedung, dndng geser fungs utamanya adalah untuk memkul beban geser dar gaya lateral gempa. Dndng geser selalu dhubungkan dengan sstem rangka pemkul momen pada gedung. Kerja sama antaraa sstem rangka penahan momen dan dndng geser merupakan suatu keadaan khusus, dmana dua struktur yang berbeda sfatnya tersebut dgabungkan. Dar gabungan keduanya dperoleh suatu struktur yang lebh kuat dan ekonoms. Kerja sama n dapat dbedakan menjad beberapa macam : a. Sstem rangka gedung, yatu struktur yang pada dasarnya memlk rangka ruang pemkul beban gravtas secara lengkap. Pada sstem n, beban lateral dpkul dndng geser atau rangka pengaku. b. Sstem ganda, yang merupakan gabungan dar sstem pemkul beban lateral berupa dndng geser atau rangka pengaku dengan sstem rangka pemkul momen. c. Sstem nteraks dndng geser dengan rangka. Sstem n merupakan gabungan dar sstem dndng beton bertulang basa dan sstem rangka pemkul momen basa. Secara umum sstem struktur dalam suatu konstruks terdr dar sstem struktur penahan beban gravtas, dan sstem struktur penahan beban lateral. 3. Analss Plane Stress Pelat datar tps merupakan elemen tegangan bdang. Gaya luar yang bekerja adalah traks tegangan geser dan tegangan dalam bdang. Elemen tegangan bdang merupakan elemen yang palng sederhana dalam sstem struktur kontnum, sepert pada struktur dndng geser ( shear wall), konstruks plat dengan pengaku, gorong-gorong, pelat cangkang (membrane) dan shell. Plane stress mengasumskan bahwa tebal struktur materal (z -axs atau sumbu z) sangat kecl jka dbandngkan dengan x-axs atau sumbu x ataupun y-axs atau sumbu y. Tegangan yang terjad dalam plane stress adalah tegangan normal x-axs (σ), tegangan normal y-axs (σ), tegangan geser bdang xy (). Gambar 2. Tegangan Bdang (Sumber : Amrnsyah N., 2010) Gambar 3. Tegangan pada Elemen Segtga 61

5 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Gambar 3 memperlhatkan struktur dasar dar tegangan bdang. Tegangan bdang ddefnskan : xz = yz = zz = 0 (1) xz = yz = 0, zz 0 (2) zx = zy xx yy xy = = 0 E 1 v Atau : =. V b (3) 2 1 v 0 v v 2xy xx yy (4) E (5) Gambar 4. Gaya Nodal Menghtung gaya-gaya nodal pada setap elemen segtga : a. Dalam sumbu lokal A ML = M. M b. Dalam sumbu global S (8) A MS T = M. A ML T (9) Dengan regangan : D ML = M. M = Jad tegangan : E xx yy xy ML = M. ML = xx yy xy (6) (7) Dengan : A ML = Gaya nodal pada elemen ke- arah sumbu lokal A MS = Gaya nodal pada elemen ke- arah sumbu global Peraktan matrks kekakuan dar matrks elemen memerlukan proses transformas koordnat. Yatu transformas dar koordnat lokal ke koordnat global, sepert pada gambar 5. Matrks transformas dapat dlhat pada rumus 10. Gambar 5. Matrks Kekakuan Elemen 62

6 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober 2017 cos sn sn cos cos sn 0 0 TM (10) 0 0 sn cos cos sn sn cos Sedangkan untuk meghtung matrks kekakuan elemen dalam sumbu lokal sebaga berkut : S = A E D t M M M M (11) Dengan : S = Matrks kekakuan elemen M M E = Modulus elaststas = Luas elemen t = Tebal elemen [AM] dan [DM] adalah komponen koordnat matrks kekakuan dengan : b 0 b j 0 b m 0 D M 1 = 0 c 0 c j 0 c m 2 c b c j b j c m b m (12) A = T M D (13) M C. DATA DAN ANALISA DATA 1. Data Struktur Shear Wall Struktur dndng geser yang dtnjau adalah dndng geser type CW2 pada Gedung Kantor Dnas 9 (Semblan) Lanta Provns Rau. Poss yang dtnjau berada pada As-3 sampa dengan As-5 dan As-A sampa dengan As-C. Dndng geser ( shear wall) Type CW 2 adalah dndng struktur beton bertulang dengan ketebalan eksstng 30 cm dengam lebar 3 m dan tngg 42.5 m dar basement hngga lanta 9 (semblan) pada bangunan gedung n. a. Geometr Struktur Shear Wall 1).Tebal dndng = 0,30 m 2).Lebar dndng = 3 m 3).Tngg dndng geser : Pada basement = 4,5 m Pada lanta dasar = 6 m Pada lanta 1 sd 8 = 4 m Tngg total = 42,5 m b. Materal komponen struktur 1).Mutu beton, f c = 30 MPa 2).Modulus elaststas beton, E c = = 25742,96 MPa = kn/m 2 3).Raso posson, = 0,2 4).Modulus geser, G G = E c / (2 (1 + )) = 10726,23 MPa = kn/m 2 5).Massa per unt volume, m m = 2,4 kn/m 3 63

7 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Gambar 6. Bentuk Struktur Gedung Gambar 7. Pemodelan Dndng Geser 2. Pembebanan Lateral Dalam peneltan n, pembebanan dndng geser adalah pembebanan lateral. Dndng geser yang dtnjau adalah dndng geser pada poss AS- 4A. Dengan demkan untuk pembebanan dndng geser pada AS-4 n dhtung berdasarkan luasan lanta dar AS-3 sampa dengan AS-5. Ilustras area pembebanan gravtas dapat dlhat pada gambar 8. Perhtungan pembebanan dndng geser dlakukan beberapa langkah sebaga berkut : a. Menghtung lump mass atau beban gravtas tergumpal. Beban lump mass n berasal dar beban gravtas akbat beban mat dan beban hdup. Beban lump mass dhtung sebaga berkut : 1). Menghtung berat sendr struktur tap lanta 2). Menghtung berat mat tambahan ( Supermpossed Dead Load / SDL) 64

8 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober ). Menghtung beban hdup yang bekerja pada lanta. Sesua dengan standard peraturan beban hdup sebesar 250 kg/m 2. Beban gravtas adalah beban mat dtambah beban hdup. Hasl perhtungan beban gravtas berupa lump mass dalam tabel 1. Gambar 8. Area Pembebanan Dndng Geser Tabel 1. Beban Gravtas No. Lanta Beban Mat [kg] Beban Hdup [kg] Gravtas (W) [kg] , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,88 Dasar , , ,41 Basement b. Menentukan kategor sesmk : 1).Kategor resko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa. Berdasarkan tabel 2 pada SNI , dperoleh kategor resko adalah II. 2).Faktor keutamaan gempa, Ie. Berdasarkan kategor resko bangunan d atas (yatu kategor II), maka faktor keutamaan gempa pada tabel 3 pada SNI , dperoleh I e = 1. Tabel 2. Kategor Resko Gedung dan Non Gedung Jens Pemanfaatan Semua gedung dan struktur lan, kecual yang termasuk dalam kategor rsko I, III, IV, termasuk, tap tdak dbatas untuk: Gedung perkantoran Kategor Rsko II 65

9 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Tabel 3. Faktor Keutamaan Gedung Kategor Resko Faktor Keutamaan Gempa, I e I atau II 1.0 III 1.25 IV ).Tentukan klasfkas stus tanah (SDC). Berdasarkan penyeldkan tanah N-SPT, dapat dketahu bahwa konds Tanah Sedang (SD). Sesua klasfkas stus tanah SNI , bahwa nla N antara 15 sampa dengan 50 adalah tanah sedang (SD). 4).Tentukan nla S s dan S 1 berdasarkan wlayah gempa Kota Pekanbaru. Berdasarkan data Puskm nla S s = 0,435 dan S 1 = 0,273. c. Tentukan Nla R untuk sstem penahan gaya gempa, berdasarkan tabel 9 SNI , struktur dndng geser adalah kategor D. Untuk dndng geser beton betulang khusus dengan nla R = 7. d. Tentukan nla Peroda fundamental pendekatan (T a ) T a = t x C.n (14) n Dengan : h n = Tngg total dndng geser C t = Koefsen dtentukan oleh SNI x = Koefsen dtentukan oleh SNI Tabel 4. Nla parameter peroda pendekatan C t dan x Tpe Struktur C t X Rangka baja pemkul momen 0,0724 a 0,8 Rangka beton pemkul momen 0,0466 a 0,9 Rangka baja dengan bresng eksentrs 0,0731 a 0,75 Rangka baja dengan bresng terkekang terhadap tekuk 0,0731 a 0,75 Semua sstem struktur lannya 0,0488 a 0,75 Dar tabel 4 maka dperoleh : h = 42,5 m n C = 0, 0488 t x = 0,75 T a = 0, 75 0, ,5 = 0,812 detk e. Tentukan nla C s (koefsen respons sesmk) yang dtentukan dengan pasal SNI S C s = DS R I e (15) f. Menghtung gaya geser dasar atau V base sebaga berkut : C s = Cs Wtotal (16) = 0, , 57 = , 04 kg = , 30 kn g. Menghtung faktor dstrbus vertkal (C vx ) : C vx = w n 1 x w.h k x.h k (17) 66

10 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober 2017 h. Menghtung gaya gempa lateral (F x ) tap lanta : F x = C vx. Vbase (18) Gaya gempa lateral tap lanta (F x ) dsajkan pada tabel 5. Beban-beban tersebut selanjutnya dpasangkan pada shear wall sesua dengan nomor lantanya. Kemudan perhtungan tegangan yang terjad pada shear wall dlakukan dengan analss plane stress. Tabel 5. Gaya gempa lateral tap lanta No. Lanta C vx F x (kn) 9 0, ,63 8 0, ,46 7 0, ,31 6 0, ,42 5 0, ,53 4 0, ,81 3 0, ,03 2 0, ,08 1 0, ,64 Dasar 0, ,41 Basement 0 0 Jumlah F x = 1.956,30 Gambar 9. Pemodelan, Meshng dan Pembebanan Dndng Geser 67

11 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp MULAI PROPERTIES ELEMEN MATRIKS TRANSFORMASI PEMBEBANAN (BEBAN LUAR) KEKAKUAN ELEMEN MENENTUKAN MATRIKS BEBAN [Afc] [TM] KEKAKUAN ELEMEN ARAH SUMBU GLOBAL[KS] [TM] T PROSES PERAKITAN MATRIKS KEKAKUAN STRUKTUR KEKAKUAN STRUKTUR PERPINDAHAN (DISPLACEMENT PERPINDAHAN TITIK MENGHITUNG GAYA, REGANGAN DAN TEGANGAN TIAP ELEMEN SELESAI Gambar 10. Bagan Alr Analss Plane Stress D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemodelan Elemen Shear Wall Analss struktur dlakukan untuk menghtung dsplacement dan gayagaya dalam yang terjad pada struktur. Gaya-gaya dalam n dperoleh untuk menghtung tegangan yang terjad pada elemen struktur. Dalam melakukan analss tegangan bdang, elemen bdang dndng geser dbag menjad elemen segtga. Hal n dsebut dengan meshng. Kemudan pada masng-masng jont segtga akan mengalam perpndahan dalam arah X dan arah Y. Artnya pada tap jont hanya anda 2 perpndahan (DOF = 2). Ilustras meshng dan DOF dapat dlhat pada gambar Analss Plane Stress Dndng Geser Untuk mempermudah perhtungan tegangan-tegangan yang terjad pada bdang dndng geser (shear wall), maka dbuat program analss plane stress. Dalam program n terdr dar beberapa functon dan 1 (satu) fle utama. Fle utama dalam program n juga berfungs sebaga nput yang akan dhtung dengan fungs-fungs ( functon) yang ada. Input yang dmasukan dalam program n yatu mutu beton, modulus elaststas, posson rato, modulus geser, tebal dndng geser, geometr struktur dan pembebanan gaya lateral. Setelah melalu proses run Program Matlab, maka ddapatkan hasl berupa perpndahan ttk (dsplacement), gaya pada ttk kumpul bdang dan tegangan-tegangan bdang yang dsajkan pada tabel 6. Untuk valdas perhtungan program Matlab, maka perhtungan plane stress dlakukan dengan 2 (dua) cara. Yatu analss metode elemen hngga secara manual dan analss dengan software elemen hngga. 68

12 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober 2017 Gambar 11. Dskretsas dan DOF Global Tabel 6. Perpndahan Ttk dan Gaya Jont X [m] Y [m] Fx Fy , , , ,02 3 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

13 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Jont X [m] Y [m] Fx Fy 16 0, , , , , , , , , , , , , , , , , Elemen Tabel 7. Tegangan Bdang Elemen xx [kn/m 2 ] yy [kn/m 2 ] xy [kn/m 2 ] , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Valdas Perhtungan Plane Stress Setelah valdas perhtungan manual dlakukan, selanjutnya valdas perhtungan dengan menggunakan software fnte element. Analss plane stress dengan menggunakan software n dapat dlhat sebaga berkut : a. Mendefnskan materal 1).Mutu beton, f c = 30 MPa 2).Angka posson, = 0,2 3).Modulus elaststas beton, E c E c = f ' 4700 c = 25742,96 MPa 70

14 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober ).Modulus geser, G 2 1 G = E c = 10726,23 MPa b. Menentukan dmens penampang shear wall Menentukan dmens penampang yang dgunakan, yatu plat dndng geser yang memlk ketebalan eksstng 30 cm. Caranya dengan mendefnskan area secton propertes. c. Pemodelan struktur shear wall dan pembebanan gempa lateral Kemudan proses pemodelan dapat dlakukan. Pemodelan shear wall sesua dengan data geometr struktur yang telah dtentukan sebelumnya. Pembebanan gempa lateral dberkan pada jont tap lanta, sehngga menghaslkan pemodelan dan pembeban struktur shear wall dtamplkan pada Gambar 12. Setelah langkah-langkah pendefnsan materal, menentukan penampang, pemodelan dan pembebanan struktur dlakukan, maka proses analss dapat dlakukan dengan run analyss pada software fnte element. Hasl perhtungan analss yang dperlukan adalah perpndahan ttk (jont dsplacement) dan tegangantegangan bdang yang terjad pada dndng geser atau shear wall. Gambar 12. Pemodelan dan Pembebanan Lateral pada Shear Wall 71

15 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Gambar 13. Deformas Shear Wall dan Tegangan Geser Bdang ( xy ) Selanjutnya hasl analss plane stress dengan mengggunakan Program Matlab dapat dvaldas dengan Software Fnte Element. Perbandngan hasl perhtungan antara analss menggunakan Matlab dengan Software Fnte Element, dsajkan pada tabel 8. Dar tabel 8 dapat dlhat bahwa hasl perhtungan kedua program adalah sama. Pada jont 1 dan 2 tdak terjad perpndahan, karena kedua jont tersebut adalah perletakan send. Pada gambar 14 dtamplkan grafk perpndahan (dsplacement) ttk untuk arah x dan arah y. Dar gambar 14 dapat dlhat bahwa untuk besar perpndahan (dsplacement) arah x pada kedua program adalah sama. Tabel 8. Perbandngan hasl dsplacement Jont Pogram Matlab Software X [m] Y [m] X [m] Y [m] ,0060 0,0034 0,0060 0, ,0061-0,0034 0,0061-0, ,0261 0,0060 0,0261 0, ,0262-0,0061 0,0262-0, ,0457 0,0080 0,0457 0, ,0458-0,0082 0,0458-0, ,0703 0,0096 0,0703 0, ,0704-0,0099 0,0704-0, ,0986 0,0108 0,0986 0, ,0987-0,0111 0,0987-0, ,1296 0,0117 0,1296 0, ,1297-0,0120 0,1297-0, ,1624 0,0122 0,1624 0, ,1624-0,0126 0,1624-0, ,1961 0,0125 0,1961 0, ,1962-0,0129 0,1962-0, ,2303 0,0126 0,2303 0, ,2303-0,0130 0,2303-0, ,2645 0,0126 0,2645 0, ,2645-0,0130 0,2645-0,

16 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober Perbandngan hasl dsplacement arah X Dsplacement Matlab SAP Ttk Kumpul (Jont) Gambar 14. Grafk Dsplacement Arah x Perbandngan hasl dsplacement arah Y 0.01 Dsplacement Matlab SAP Ttk Kumpul (Jont) Gambar 15. Grafk dsplacement arah y Dar gambar 15 juga menghaslkan besar perpndahan (dsplacement) arah y pada kedua program adalah sama. Dengan demkan analss perhtungan untuk perpndahan ttk (jont dsplacement) sudah benar atau vald. Selanjutnya analss tegangantegangan bdang ( plane stress) dengan menggunakan software fnte element dapat dlhat pada tabel 9. Perbandngan tegangan-tegangan elemen bdang dndng geser yang dhaslkan oleh kedua metode dsajkan pada tabel 10. Untuk perhtungan plane stress dengan menggunakan Matlab memlk nla akuras yang bak, dan teruj dengan hasl Software Fnte Element. 73

17 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Tabel 9. Tegangan bdang Tegangan Bdang dengan Software Elemen xx [kn/m 2 ] yy [kn/m 2 ] xy [kn/m 2 ] , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,6 7709, , ,6-3997, , , , , , , , , , , , , ,4 3647, , , ,96-739, ,1 1969, , , ,31-133, ,78 765, , ,18-765,42 179, ,26 146,8 284, ,58-146,8 110,1 Tabel 10. Perbandngan Hasl Analss Tegangan Bdang (Plane Stress) Elemen Program Matlab Software Fnte Element xx [kn/m 2 ] yy [kn/m 2 ] xy [kn/m 2 ] xx [kn/m 2 ] yy [kn/m 2 ] xy [kn/m 2 ] , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,96-739, , , , , , , , , , , ,31-133, , , , ,78 765, , , , , ,18-765,42 179, , , ,634 65,26 146,80 284, , , ,100-82,58-146,80 110,10 74

18 Jurnal Teknk Spl Sklus, Vol. 3, No. 2, Oktober Perbandngan Tegangan Teg.Normal x (Matlab) Teg.Normal y (Matlab) Teg.Geser (Matlab) Teg.Normal x (Software) Teg.Normal y (Software) Teg.Geser(Software) Gambar 16. Perbandngan Grafk Tegangan Bdang E. KESIMPULAN Berdasarkan hasl peneltan, maka dapat dsmpulkan beberapa hal sebaga berkut : 1. Dar hasl analss ddapatkan nla dsplacement, gaya, regangan dan tegangan pada tap-tap elemen bdang dndng geser. 2. Tegangan bdang yang dhaslkan dar analss n adalah tegangan normal arah x ( xx ), tegangan normal arah y ( yy ) dan tegangan geser xy ( xy ) 3. Perpndahan ttk ( jont dsplacement) yang palng domnan terjad adalah perpndahan ttk arah x. Hal n dsebabkan oleh gaya lateral yang bekerja adalah arah x. 4. Perpndahan ttk ( jont dsplacement) yang palng besar terjad pada ttk palng atas pada dndng geser, yatu sebesar 0,26 m pada ttk 21 dan ttk 22. Sedangkan pada ttk palng bawah atau pada dasar tdak terjad perpndahan ( dsplacement = 0), karena pada dasar dndng geser jont dkekang dengan perletakan send. 5. Tegangan maksmum terjad pada elemen 1, yatu elemen yang palng bawah dar dndng geser. Besar tegangan pada elemen n adalah sebesar xx = 4039,579 kn/m 2, yy = 20197,579 kn/m 2 dan xy = 14208,841 kn/m 2. 75

19 Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp Perhtungan dengan menggunakan program yang dbuat dengan Matlab sangat bak. Karena haslnya terbukt sama dengan analss perhtungan dengan menggunakan Software. DAFTAR PUSTAKA Amrnsyah N., 2010, Metode Elemen Hngga, Insttut Teknolog Bandung, Bandung. Badan Standarsas Nasonal, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI , BSN, Bandung. Chen W.F., Lu E.M., 2006, Earthquake Engneerng for Structural Desgn, Florda. Petter K.I., 2008, Matlab Gude to Fnte Elements An Interactve Approach, Sprnger. Schodek D.L., 1999, Struktur, Eds Kedua, Erlangga, Jakarta. 76

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

STUDI KASUS KELONGSORAN DAN PENANGANAN DINDING PENAHAN TANAH DI TELUK LERONG SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA ULU KALIMANTAN TIMUR

STUDI KASUS KELONGSORAN DAN PENANGANAN DINDING PENAHAN TANAH DI TELUK LERONG SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA ULU KALIMANTAN TIMUR STUDI KASUS KELONGSORAN DAN PENANGANAN DINDING PENAHAN TANAH DI TELUK LERONG SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA ULU KALIMANTAN TIMUR Supraytno ABSTRAK Sehubungan dengan rencana perbakan dndng penahan tanah turap/sheetple

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky x 40 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM MODIFIKASI YANG DIPERKUAT LAPIS CFRP... 93 Ida Bagus Ra Wdarsa dan Ida Bagus Dharma Gr 41 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Irdhan Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Tadulako e-mal: rdhan@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Irdhan Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Tadulako e-mal: rdhan@yahoo.co.d

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah Yosafat Aj Pranata Jurusan Teknk Spl, Unverstas Krsten Maranatha Jl.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA MAKALAH TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA REZA FAKHRUROZI NRP 3106 100 604 Dosen Pembmbng Tavo, ST. MT. PhD JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

RAY TRACING dan. Oleh : Karmilasari

RAY TRACING dan. Oleh : Karmilasari RAY TRACING dan RADIOSITY Oleh : Karmlasar RAY TRACING vs. RADIOSITY 2 Revew : ILUMINASI Secara umum dlhat dar fsknya, model lumnas menggambaran perpndahan energ dan radas fokus pada sfat sfat cahaya danmateral

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desan struktur harus memperhatkan beberapa aspek, dantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek n merupakan aspek yang harus dpenuh

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

PROPERTI PASANGAN BATA MERAH UNTUK PERANCANGAN

PROPERTI PASANGAN BATA MERAH UNTUK PERANCANGAN PROPERTI PASANGAN BATA MERAH UNTUK PERANCANGAN Ida Ayu Made Budwat 1 1 Jurusan Teknk Spl, Unverstas Udayana Unverstas Udayana, Bal, Kampus Bukt Jmbaran, Badung, Bal Emal: dabudwat@cvl.unud.ac.d ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA PENERAPAN MEODE LINIEAR DISCRIMINAN ANALYSIS PADA PENGENALAN AJAH ERASIS KAMERA Asep Sholahuddn 1, Rustam E. Sregar 2,Ipng Suprana 3,Setawan Had 4 1 Mahasswa S3 FMIPA Unverstas Padjadjaran e-mal: asep_sholahuddn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci