PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan dengan bertujuan untuk melakukan evaluas struktur gedung pada konds terjadnya gempa sebelum dan setelah penambahan bresng X. Analss menggunakan metode analss gempa stats dan dnams dengan bantuan program SAP Evaluas dlakukan pada gaya moment (bendng moment), gaya geser (shear force), gaya normal (axal force), dan perpndahan (dsplacement) antara struktur sebelum dan sesudah penambahan bresng X. Berdasarkan analss yang dlakukan menunjukkan bahwa knerja batas layan dan batas ultmt struktur tanpa bresng berdasarkan analss gempa dnams tdak tdak aman bak untuk arah X maupun arah Y. Knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 1 tdak aman untuk arah X sedangkan untuk arah Y sudah aman. Knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 aman untuk arah X dan arah Y. Knerja struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 jauh lebh bak jka dbandngkan struktur tanpa bresng dan struktur dengan penambahan bresng alternatf 1. Penambahan bresng dengan lokas yang tepat dapat memperbak knerja struktur secara sgnfkan. Kata kunc : beban lateral, struktur bresng X, knerja struktur 1. PENDAHULUAN Akbat beban lateral yang dtmbulkan oleh beban gempa, akan menyebabkan penngkatan respons struktur secara tajam. Solus dar perubahan pembebanan n adalah penngkatan kekakuan vertkal struktur. Ada beberapa cara structural agar kekakuan vertkal struktur menngkat. Penambahan beberapa elemen struktur penahan geser dapat dgunakan untuk menngkatkan kekakuan struktur yang secara otomats mengurang pengaruh gaya lateral yang terjad dapat dlakukan dengan beberapa cara dantaranya dengan menambahkan elemen struktur dagonal (bresng), dndng geser, atau dengan mengubah hubungan antara elemen struktur. Dantara beberapa cara perkuatan struktur eksstng, bresng efektf dgunakan dalam menahan deformas yang mungkn terjad. Dengan penambahan bresng maka tngkat daktltas struktur dapat berubah menjad lebh bak jka dbandngkan tanpa adanya bresng. Penggunaan bresng sebaga perkuatan struktur perlu datur sedemkan rupa sehngga dapat

2 efektf dan tdak mengganggu dar seg arstektural. Beban gempa rencana dhtung dan dtentukan berdasarkan peta hazard gempa Indonesa. Struktur bangunan bertngkat tngg harus selalu memperhatkan keamanan dan kenyamanan penghunnya. Perubahan konds pembebanan mempengaruh kestablan dan keamanan suatu struktur. Terjadnya gempa bum merupakan salah satu penyebab terjadnya perubahan pembebanan pada struktur. Pada saat terjadnya gempa bum struktur akan mengalam penambahan gaya lateral yang dteruskan dar pondas ke seluruh komponen struktur d atasnya. Peneltan n dlakukan dengan tujuan untuk melakukan evaluas struktur gedung pada konds terjadnya gempa sebelum dan setelah penambahan bresng X. 2. TINJAUAN PUSTAKA Cara ketga dengan mengubah hubungan antara elemen struktur sedemkan rupa sehngga perubahan sudut yang terjad berharga konstan untuk suatu konds pembebanan tertentu. Hal n dengan membuat ttk hubung kaku dantara elemen struktur. Struktur yang menggunakan ttk hubung kaku serng dsebut sebaga rangka (frame) (Schodek, 1999). Youssefa dkk (2007), melakukan kajan mengena bresng baja nternal (nternal steel bracng) pada rangka beton bertulang. Rangka yang dber bresng baja nternal dapat menahan beban lateral lebh tngg dar pada rangka tanpa bresng. Komponen bresng dapat drancang sesua prosedur desan bresng pada struktur baja. Vswanath dkk (2010), membandng kan tpe penggunaan bresng yang berbeda-beda pada struktur sederhana. Penggunaan bresng dapat mentransfer gaya lateral yang terjad sehngga struktur menjad stabl. Struktur dengan bresng tpe X memlk nla momen lentur terkecl dbandngkan tpe bresng lannya. Penambahan bresng tpe X juga mengurang lateral dsplacements yang terjad pada struktur. 3. PORTAL BRESING (Braced Frames) Berkatan dengan struktur bresng, terdapat 2 tpe portal yatu : a. Rangka bresng (braced frames), dmana ketahanan utamanya terletak pada beban lateral, tekuk dan ketdakstablan struktur portal sepert dalam sstem bresng vertkal. b. Rangka tanpa bresng (unbraced frames), Dmana kekuatan lentur dar setap batang struktur portal harus dhtung berdasar seluruh kekuatan dan kekakuannya untuk menahan beban lateral dan ketdakstablan struktur. Pada portal bresng, balok dan kolom mendukung beban gravtas yang dsalurkan oleh sstem lanta dan atap yang bersnggungan, sedangkan sstem bresng vertkal mendukung beban lateral yang bekerja pada struktur Sstem Bresng Vertkal Konsentrs Sstem bresng vertkal konsentrs merupakan sstem bresng dmana

3 sumbu utamanya bertemu atau salng memotong dalam satu ttk. Sstem n sangat cocok dpaka Gambar 3.1. dalam perancangan karena akan memberkan kekuatan dalam menahan beban-beban yang bekerja. AISC (1992) menyebutkan 5 tpe bentuk bresng vertkal konsentrs, yatu bentuk Z atau dagonal, nverted V Λ, V, X, dan K sepert pada Gambar Sstem Bresng Vertkal X Sstem bresng vertkal X sepert Gambar 3.3 batang dagonalnya cenderung lebh langsng. Oleh karena tu, kapastas tegangan tarknya lebh besar dar kapastas tegangan tekan sehngga dasumskan hanya tegangan tark dagonal yang aktf. Jka batang dagonal dpasang ketka prestress awal untuk mengurang kelonggaran, maka batang dagonal tekan akan aktf bekerja hanya sampa proses prestress akhr sehngga dmungknkan batang bresng dagonal lebh kecl (ASCE, 1971) Kelangsngan Batang Bresng SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung mensyaratkan kelangsngan batang bresng untuk Sstem Rangka Bresng Konsentrk Khusus harus memenuh syarat kelangsngan dalam persamaan k L c 2625 r f y dengan: k c = faktor panjang tekuk L = panjang efektf komponen struktur r = jar-jar gras komponen struktur fy = tegangan leleh baja (MPa) 4. BEBAN PADA STRUKTUR BANGUNAN Jens beban yang bekerja pada suatu bangunan pada prnspnya dapat dbag sebaga berkut : 4.1. Beban Mat Beban mat merupakan beban yang berasal dar berat sendr yang bersfat tetap, termasuk dndng dan sekat pemsah, kolom, balok, lanta, atap, penyelesaan, mesn dan peralatan yamg merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar gedung Beban Hdup Beban hdup adalah beban yang berasal dar manusa dan berbaga barang peralatan. Beban hdup yang bekerja akbat manusa basanya dtentukan 100 kg untuk setap ttk kumpul pada konstruks atap, sedangkan beban bergerak pada lanta bangunan dtentukan berdasarkan volume benda yang ada pada suatu ruangan.

4 5. ANALISIS GAYA GEMPA 5.1. Gempa Rencana dan Kategor Gedung Standar SNI bertujuan agar struktur gedung yang ketahanan gempanya drencanakan menurut Standar n dapat berfungs menghndar terjadnya korban jwa manusa oleh runtuhnya gedung akbat gempa yang kuat, membatas kerusakan gedung akbat gempa rngan sampa sedang, sehngga mash dapat dperbak, membatas ketdak nyamanan penghunan bag penghun gedung ketka terjad gempa rngan sampa sedang, mempertahankan setap saat layanan vtal dar fungs gedung. Standar SNI menentukan pengaruh Gempa Rencana yang harus dtnjau dalam perencanaan struktur gedung serta berbaga bagan dan peralatannya secara umum. Akbat pengaruh Gempa Rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus mash berdr, walaupun sudah berada dalam konds d ambang keruntuhan Daktltas Struktur Bangunan dan pembebanan gempa nomnal Faktor daktltas struktur gedung μ adalah raso antara smpangan maksmum struktur gedung akbat pengaruh Gempa Rencana pada saat mencapa konds d ambang keruntuhan δm dan smpangan struktur gedung pada saat terjadnya pelelehan pertama δy. Daktltas merupakan fungs dar faktor kuat lebh (over strength, f atau Ω) dan kapastas komponen struktur secara keseluruhan dalam konds daktal Wlayah Gempa dan Spektrum Respons Indonesa dtetapkan terbag dalam 6 Wlayah Gempa sepert dtunjukkan dalam Gambar 3.1, d mana Wlayah Gempa 1 adalah wlayah dengan kegempaan palng rendah dan Wlayah Gempa 6 dengan kegempaan palng tngg. Pembagan Wlayah Gempa n, ddasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akbat pengaruh Gempa Rencana dengan peroda ulang 500 tahun, yang nla rata-ratanya untuk setap Wlayah Gempa dtetapkan dalam Gambar Waktu Getar Alam Waktu getar alam struktur gedung dapat dhtung dengan rumusrumus pendekatan sebaga berkut : 1. Untuk struktur-struktur gedung berupa portal-portal tanpa unsur pengaku yang dapat membatas smpangan : T = 0,0853 H 0,75 untuk portal baja T = H 0,75 untuk portal beton 2. Untuk struktur gedung yang lan : T = 0,0448 H dengan : T : waktu getar gedung pada arah yang dtnjau, dt H : tngg puncak bagan utama struktur, m 5.5. Pembatasan Waktu Getar Alam Fundamental Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksbel, nla waktu getar alam fundamental T 1 dar struktur gedung harus dbatas, bergantung pada koefsen untuk Wlayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tngkatnya, n menurut persamaan

5 T1< n dengan koefsen dtetapkan menurut Standar SNI BEBAN GEMPA NOMINAL STATIK EKUIVALEN Apabla kategor gedung memlk Faktor Keutamaan I dan strukturnya untuk suatu arah sumbu utama denah struktur dan sekalgus arah pembebanan Gempa Rencana memlk faktor reduks gempa R dan waktu getar alam fundamental T 1, maka beban geser dasar nomnal statk ekuvalen V yang terjad d tngkat dasar dapat dhtung menurut persamaan : C1 I V. W t R d mana C1 adalah nla Faktor Respons Gempa yang ddapat dar Spektrum Respons Gempa Rencana untuk waktu getar alam fundamental T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung, termasuk beban hdup yang sesua. Beban geser dasar nomnal V menurut persamaan datas harus dbagkan sepanjang tngg struktur gedung menjad beban-beban gempa nomnal statk ekuvalen F yang menangkap pada pusat massa lanta tngkat ke- menurut persamaan : W j. Z j F V n W. Z 1 dengan W adalah berat lanta tngkat ke-, termasuk beban hdup yang sesua, Z adalah ketnggan lanta tngkat ke- dukur dar taraf penjeptan lateral, sedangkan n adalah nomor lanta tngkat palng atas. Apabla raso antara tngg struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebh 3, maka 0.1 V harus danggap sebaga beban horsontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lanta tngkat palng atas, sedangkan 0.9 V ssanya harus dbagkan sepanjang tngg struktur gedung menjad beban-beban gempa nomnal statk ekuvalen. Waktu Getar Alam Fundamental Waktu getar alam fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masngmasng sumbu utama dapat dtentukan dengan rumus Raylegh sebaga berkut: T n 1 n g W d 1 2 F d d mana W dan F mempunya art yang sama sepert yang dsebut dalam persamaan 3.8, d adalah smpangan horsontal lanta tngkat ke- dnyatakan dalam mm dan g adalah percepatan gravtas yang dtetapkan sebesar 9810 mm/det 2. Apabla waktu getar alam fundamental T 1 struktur gedung untuk penentuan Faktor Respons Gempa C 1 menurut persamaan 3.7 dtentukan dengan rumus-rumus emprk atau ddapat dar hasl analss vbras bebas 3 dmens, nlanya tdak boleh menympang lebh dar 20% nla yang dhtung menurut persamaan KINERJA STRUKTUR GEDUNG 7.1. Knerja Batas Layan Untuk memenuh persyaratan knerja batas layan struktur gedung,

6 dalam segala hal smpangan antartngkat yang dhtung dar smpangan struktur gedung tdak boleh melampau 0.03 kal tngg tngkat yang R bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nlanya terkecl Knerja Batas Ultmt Smpangan dan smpangan antartngkat n harus dhtung dar smpangan struktur gedung akbat pembebanan gempa nomnal, dkalkan dengan suatu faktor pengal ξ sebaga berkut : 1. Untuk struktur gedung beratur an : ξ = 0,7 R 2. Untuk struktur gedung tdak beraturan : 0,7.R ξ = FaktorSkala dengan R adalah faktor reduks gempa struktur gedung tersebut. 8. PEMODELAN STRUKTUR Struktur yang akan danalss berupa struktur bangunan 5 lanta dengan atap plat beton. Fungs gedung dgunakan sebaga rumah susun. Bangunan terletak pada zona wlayah gempa 3 pada konds jens tanah keras. Struktur eksstng dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 v.11 kemudan dmodelkan dalam bentuk struktur 3 dmens. Analss dlakukan secara 3 dmens agar perlaku struktur yang danalss dapat mendekat konds struktur d lapangan. Gaya gempa dberkan d pusat massa tap lanta. Pemodelan struktur pada program SAP 2000 v.11 secara tga dmens sepert tampak pada Gambar ANALISIS DATA Berdasarkan data struktur yang dperoleh selanjutnya dlakukan pemodelan struktur secara 3 dmens dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 v.11. Pemodelan dlakukan secara 3 dmens agar perlaku struktur yang danalss dapat lebh mendekat konds sebenarnya. Analss gaya gempa dlakukan dengan memasukkan batasan-batasan sesua dengan yang tercantum dalam krtera SNI Gambar 7.1. Model Struktur 3 Dmens Untuk memenuh persyaratan knerja batas ultmt struktur gedung, dalam segala hal smpangan antartngkat yang dhtung dar smpangan struktur gedung tdak boleh melampau 0,02 kal tngg tngkat yang bersangkutan. Gambar 9.1. Model Struktur dengan Bresng X

7 Analss struktur dlakukan pada konds terjadnya gempa sebelum dan setelah penambahan bresng X. Penambahan bresng dletakkan pada ss luar bangunan. Penambahan bresng X pada struktur sepert tampak pada Gambar ANALISIS GEMPA STATIS STRUKTUR TANPA BRESING Waktu getar bangunan ( T ) T = 0,0731 x H 3/4 =0,6913 det Koefsen gempa C = 0,23 T = 0, Faktor Keutamaan (I) Faktor keutamaan (I) untuk struktur gedung rumah sakt adalah 1, Faktor Reduks Gempa Maksmum (R) Faktor reduks gempa maksmum (R) struktur dengan SRPMK adalah 8, Gaya Beban Geser Dasar Nomnal Statk Eekuvalen V yang Terjad d Tngkat Dasar Gaya beban geser dasar nomnal statk ekuvalen V yang terjad d tngkat dasar dhtung dengan persamaan sebaga berkut: C1 I V. W t = 166,40 ton R Beban Gempa Nomnal Statk Ekuvalen F Beban geser dasar nomnal V dbagkan sepanjang tngg struktur gedung menjad beban-beban gempa nomnal statk ekuvalen F yang menangkap pada pusat massa lanta tngkat ke- menurut persamaan : F W. Z n 1 j W. Z Tabel Hasl perhtungan gempa nomnal statk ekuvalen F Arah Pembebanan Gempa Untuk mensmulaskan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama harus danggap efektf 100% dan harus danggap terjad bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tad, tetap dengan efektftas hanya 30%. Secara mudah dalam program SAP dapat dlakukan pengkombnasan arah pembebanan gempa 100%QX+30%QY j V Output Hasl Analss Berdasarkan analss yang dlakukan dengan bantuan program SAP 2000 dperoleh raso partspas massa pada analss gempa stats dengan SRPMM untuk masng-masng

8 ragam (modal mass partcpatng rato) dalam arah tnjauan gempa sepert tampak pada Tabel Tabel Raso partspas massa ragam SRPMK I Faktor koreks = x g, dengan, R = R 8,5 (SRPMK),I =1,4 untuk struktur rumah sakt, g = 9,81 m/s2 I Faktor koreks = x g = 1,6158 R Berdasarkan nla faktor koreks yang telah dhtung sebelumnya maka respon spektrum gempa rencana dapat dengan mudah dkalkan faktor koreks sepert tampak pada Gambar Selanjutnya dlakukan analss dengan bantuan program SAP 2000 ddapatkan nla waktu getar alam sepert pada Tabel Gambar Respon spektrum gempa rencana terkoreks Dar Tabel menunjukkan raso partspas massa untuk mode-1 tdak domnan (< 80%) hal n juga menunjukkan struktur tdak beraturan untuk struktur tdak beraturan maka harus menggunakan analss gempa dnams. 11. ANALISIS GEMPA DINAMIS STRUKTUR TANPA BRESING Analss gempa dnams yang dgunakan adalah analss ragam spektrum respons. Respon spektrum gempa rencana yang dgunakan pada wlayah gempa 3 dengan jens tanah lunak. Pada wlayah gempa 3 dengan jens tanah keras nla C nak secara lner dar 0,2 sampa dengan 0,45 untuk T dar 0 sampa 0,2 detk, konstan 0,45 pada T = 0,2 sampa 0,5 detk dan kemudan turun secara asmtotk untuk T > 0,5 detk dengan nla C = 0,23, sepert tampak pada Gambar T Gambar Respon spektrum gempa Rencana

9 Selsh antara waktu getar alam untuk masng-masng ragam ada yang melampau batas 15%. Dar analss dengan bantuan program SAP 2000 ddapatkan hasl sebaga berkut: 1. Tnjauan arah X Vt = 24,038 ton, V1 = 166,404 ton Tabel Perpndahan (dsplacement) struktur tanpa bresng arah X Tabel Output waktu getar alam ( T ) tanpa bresng Tabel Perpndahan (dsplacement) struktur tanpa bresng arah Y 0,8V1= 133,123 Faktor Skala= 0,8.V 1 = 5,538 V t 2. Tnjauan arah Y Vt = 23,713 ton, V1 = 166,404 ton 0,8V1 = 133,123 0,8.V Faktor Skala= 1 = 5,614 V t Hasl analss perpndahan (dsplacement) maksmum pada masng-masng lanta sepert tampak pada Tabel untuk arah X dan Tabel 11.3 untuk arah Y. 12. KINERJA Batas Layan Struktur Tanpa Bresng Batas smpangan antar tngkat untuk struktur tanpa bresng dhtung sebaga berkut: 0,03 x H = 0,0141 m < 0,03 m, R maka dpaka 0,0141 m

10 Tabel Knerja batas layan struktur tanpa bresng arah X Smpangan dan smpangan antar-tngkat memenuh persyaratan knerja batas ultmt struktur gedung, dalam segala hal smpangan antartngkat yang dhtung dar smpangan struktur gedung tdak boleh melampau 0,02 kal tngg tngkat yang bersangkutan. Secara lengkap analss knerja batas ultmt dtamplkan dalam Tabel untuk arah X dan serta Tabel untuk arah Y. Tabel Knerja batas ultmt struktur tanpa bresng arah X Tabel Knerja batas layan struktur tanpa bresng arah Y Tabel Knerja batas ultmt struktur tanpa bresng arah Y Secara lengkap analss knerja batas layan struktur tanpa dndng geser dtamplkan dalam Tabel untuk arah X dan serta Tabel untuk arah Y. Ddapatkan knerja batas layan tdak aman bak untuk arah X maupun arah Y. Knerja batas layan tdak memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja Batas Ultmt Struktur Tanpa Bresng Ddapatkan knerja batas ultmt tdak aman bak untuk arah X maupun arah Y. Knerja batas ultmt tdak memenuh krtera dalam SNI SNI

11 13. ANALISIS GEMPA STATIS STRUKTUR DENGAN BRESING Berdasarkan analss yang dlakukan sebelumnya pada struktur tanpa bresng ddapatkan knerja batas layan dan batas ultmt struktur tdak aman untuk arah X dan arah Y. Untuk memperbak knerja struktur maka dlakukan penambahan elemen bresng dengan WF 200x200x12x12 sepert tampak pada Gambar 5.8. Mutu bresng yang dgunakan menggunakan krtera ASTM-A36. Penempatan bresng dtempatkan sedemkan rupa agar dapat efektf dalam menahan gaya gempa yang terjad. Penempatan bresng sepert tampak pada Gambar Kemudan dlakukan analss pada struktur dengan penambahan elemen bresng. Gambar Lokas penambahan bresng Waktu Getar Bangunan ( T ) T = 0,0488 x H 3/4 = 0,4615 detk Koefsen Gempa C = 0,45. Gambar Respons spektrum gempa wlayah gempa Faktor Keutamaan (I) Faktor keutamaan (I) untuk struktur gedung rumah sakt memlk nla 1, Faktor Reduks Gempa Maksmum (R) Faktor reduks gempa maksmum (R) struktur dengan bresng adalah 6, Gaya beban geser dasar nomnal statk ekuvalen V yang terjad d tngkat dasar Gaya beban geser dasar nomnal statk ekuvalen V yang terjad d tngkat dasar dhtung dengan persamaan sebaga berkut: C1 I V. W t = 300,08 ton R Nla beban geser dasar nomnal statk ekuvalen (V) lebh besar jka dbandngkan dengan struktur tanpa bresng.

12 13.6. Beban Gempa Nomnal Statk Ekuvalen F Beban-beban gempa nomnal statk ekuvalen F yang menangkap pada pusat massa lanta tngkat ke- menurut persamaan : W j. Z j F V n W. Z 1 Hasl perhtungan beban gempa nomnal statk ekuvalen F dtamplkan pada tabel massa pada analss gempa stats untuk struktur dengan penambahan bresng pada masng-masng ragam (modal mass partcpatng rato) dalam arah tnjauan gempa sepert tampak pada Tabel raso partspas massa untuk mode-1 tdak domnan (< 80%) hal n juga menunjukkan struktur tdak beraturan dan mengalam rotas. Tabel Raso partspas massa ragam struktur dengan bresng Tabel Hasl perhtungan gempa nomnal statk ekuvalen F struktur dengan bresng Arah Pembebanan Gempa Untuk mensmulaskan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama harus danggap efektf 100% dan harus danggap terjad bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tad, tetap dengan efektftas hanya 30%. Dar Tabel menunjukkan sesua dengan persyaratan dalam Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI ), untuk struktur tdak beraturan maka harus menggunakan analss gempa dnams. 14. ANALISIS GEMPA DINAMIS STRUKTUR DENGAN BRESING Output Hasl Analss Berdasarkan analss yang dlakukan dengan bantuan program SAP 2000 dperoleh raso partspas Gambar Respon spektrum gempa rencana

13 Perhtungan faktor koreks spektrum respons gempa rencana sebaga berkut : I Faktor koreks = x g, dengan, R R = 6,4 (struktur dengan bresng), I = 1,4 untuk struktur rumah sakt, g = 9,81 m/s2 I Faktor koreks = x g = 2,1459 R Berdasarkan nla faktor koreks yang telah dhtung sebelumnya maka respon spektrum gempa rencana dapat dengan mudah dkalkan faktor koreks sepert tampak pada Gambar Tabel Output waktu getar alam ( T ) Dar analss dengan bantuan program SAP 2000 ddapatkan hasl sebaga berkut: 1. Tnjauan arah X Vt = 34,833 ton V1 = 349,179 ton, 0,8V1= 279,343 Faktor Skala = 0,8.V 1 = 8, Tnjauan arah Y Vt = 75,355 ton V1 = 349,179 ton, 0,8V1 = 279,343 ton V t Gambar 14.2 Respon spektrum gempa rencana terkoreks Selanjutnya dlakukan analss dengan bantuan program SAP 2000 ddapatkan nla waktu getar alam sepert pada Tabel Selsh antara waktu getar alam untuk masng-masng ragam ada yang melampau batas 15%, maka menurut persyaratan Pasal SNI dgunakan metode SRSS (Square Root of the Sum of Squares) untuk kombnas ragam. Faktor Skala = 0,8.V 1 = 3,707 Analss dlanjutkan dengan menggunakan respon spektrum gempa rencana terkoreks yang sudah dkal faktor skala. Hasl analss perpndahan (dsplacement) maksmum pada masng-masng lanta sepert tampak pada Tabel untuk arah X dan Tabel untuk arah Y. Berdasarkan perpndahan (dsplacement) struktur dengan penambahan bresng tampak penurunan perpndahan yang terjad bak untuk arah X maupun arah Y jka dbandngkan dengan struktur tanpa bresng. V t

14 Tabel Perpndahan (dsplacement) arah X struktur dengan penambahan bresng 0,03 Batas layan = x H = 0,0188 m < R 0,03 m, maka dpaka 0,0188 m Secara lengkap analss knerja batas layan struktur dengan bresng dtamplkan dalam Tabel untuk arah X dan serta Tabel untuk arah Y. Tabel Knerja batas layan struktur dengan bresng arah X Tabel Perpndahan (dsplacement) arah Y struktur dengan penambahan bresng Tabel Knerja batas layan struktur dengan bresng arah Y Berdasarkan perpndahan (dsplacement) struktur dengan penambahan bresng tampak penurunan perpndahan yang terjad bak untuk arah X maupun arah Y jka dbandngkan dengan struktur tanpa bresng. Selanjutnya dlakukan analss untuk mengetahu knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng pada struktur Knerja Batas Layan Struktur dengan Bresng Batas smpangan antar tngkat untuk struktur dengan penambahan bresng pada knerja batas layan dhtung sebaga berkut: Ddapatkan knerja batas layan aman hanya untuk arah Y sedangkan untuk arah X tdak aman. Knerja batas layan tdak memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja Batas Ultmt Struktur dengan Bresng Smpangan dan smpangan antartngkat dhtung dar smpangan struktur gedung akbat pembebanan gempa

15 nomnal, dkalkan dengan suatu faktor pengal ξ = 0,7 R. Untuk memenuh persyaratan knerja batas ultmt struktur gedung, dalam segala hal smpangan antar-tngkat yang dhtung dar smpangan struktur gedung tdak boleh melampau 0,02 kal tngg tngkat yang bersangkutan. Secara lengkap analss knerja batas ultmt dtamplkan dalam Tabel untuk arah X dan serta Tabel untuk arah Y. Tabel Knerja batas ultmt struktur dengan bresng arah X 15. ANALISIS GEMPA STATIS STRUKTUR DENGAN BRESING ALTERNATIF 2 Berdasarkan analss yang dlakukan sebelumnya pada struktur dengan bresng ddapatkan knerja batas layan dan batas ultmt struktur mash tdak aman untuk arah X sedangkan untuk arah Y sudah aman. Untuk memperbak knerja struktur maka dlakukan penambahan elemen bresng dengan letak yang berbeda dengan alternatf sebelumnya sepert tampak pada Gambar Kemudan dlakukan analss kembal pada struktur dengan penambahan elemen bresng alternatf 2. Langkah dan tahapan analss yang dlakukan sama dengan analss dengan penggunaan bresng yang sudah dlakukan sebelumnya. Ddapatkan knerja batas ultmt tdak aman untuk arah X dan mash aman arah Y. Knerja batas ultmt tdak memenuh krtera dalam SNI SNI Tabel Knerja batas ultmt struktur dengan bresng arah Y Gambar Lokas penambahan bresng alternatf 2 Analss dlakukan dengan menggunakan respon spektrum gempa rencana terkoreks yang sudah dkal faktor skala.

16 Tabel Perpndahan (dsplacement) arah X struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 Analss dlakukan dengan tahapan yang sama dengan penambahan bresng pada alternatf pertama. Selanjutnya dlakukan analss untuk mengetahu knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 pada struktur Knerja Batas Layan Struktur dengan Bresng Alternatf 2 Secara lengkap analss knerja batas layan struktur dengan bresng alternatf 2 dtamplkan dalam Tabel untuk arah X dan serta Tabel untuk arah Y. Tabel Knerja batas layan struktur dengan bresng alternatf 2 arah X Tabel Perpndahan (dsplacement) arah Y struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 Tabel Knerja batas layan struktur dengan bresng alternatf 2 arah Y Hasl analss berupa perpndahan (dsplacement) maksmum pada masng-masng lanta untuk struktur dengan bresng alternatf 2, sepert tampak pada Tabel 15.1 untuk arah X dan Tabel untuk arah Y. Berdasarkan perpndahan (dsplacement) struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 tampak penurunan perpndahan yang terjad bak untuk arah X maupun arah Y jka dbandngkan dengan struktur dengan bresng pada alternatf 1. Ddapatkan knerja batas layan aman bak untuk arah X maupun untuk arah Y. Knerja batas layan struktur dengan bresng alternatf 2 memenuh krtera dalam SNI SNI

17 15.2. Knerja Batas Ultmt Struktur dengan Bresng Alternatf 2 Secara lengkap analss knerja batas ultmt dtamplkan dalam Tabel untuk arah X dan serta Tabel untuk arah Y. Tabel Knerja batas ultmt strukturdengan bresng alternatf 2 arah X dengan bresng alternatf 2 memenuh krtera dalam SNI SNI PEMBAHASAN Berdasarkan analss yang telah dlakukan sebelumnya dapat dbuat perbandngan knerja batas layan bak untuk struktur tanpa bresng maupun dengan penambahan bresng alternatf 1 dan alternatf 2. Perbandngan knerja batas layan struktur tanpa bresng maupun dengan penambahan bresng alternatf 1 dan alternatf 2 arah X sepert tampak pada Gambar dan untuk arah Y sepert tampak pada Gambar Terlhat penambahan bresng alternatf 1 mash belum memenuh krtera batas layan arah X. Knerja batas layan struktur dengan bresng alternatf 2 jauh lebh bak jka dbandngkan struktur tanpa bresng. Tabel Knerja batas ultmt struktur dengan bresng alternatf 2 arah Y Gambar Perbandngan knerja batas layan arah X struktur tanpa dan dengan bresng Ddapatkan knerja batas ultmt dengan bresng alternatf 2 aman untuk arah X dan arah Y. Knerja batas ultmt Hasl analss yang telah dlakukan menunjukkan penambahan bresng dengan lokas yang tepat (alternatf 2) dapat memperbak knerja batas layan struktur secara sgnfkan. Knerja batas layan struktur dengan panambahan bresng pada alternatf 2 aman bak untuk arah X dan arah Y.

18 Gambar Perbandngan knerja batas layanarah Y struktur tanpa dan dengan bresng Berdasarkan analss knerja batas ultmt yang telah dlakukan sebelumnya dapat pula dbuat perbandngan knerja batas ultmt bak untuk struktur tanpa bresng maupun dengan penambahan bresng alternatf 1 dan alternatf 2. Perbandngan knerja batas ultmt struktur tanpa bresng maupun dengan penambahan bresng alternatf 1 dan alternatf 2 arah X sepert tampak pada Gambar dan untuk arah Y sepert tampak pada Gambar Gambar Perbandngan knerja batas ultmt arah X struktur tanpa dan dengan bresng Gambar Perbandngan knerja batas ultmt arah X struktur tanpa dan dengan bresng Pada knerja batas ultmt arah X dengan penambahan bresng alternatf 1 mash belum memenuh krtera batas ultmt. Dengan merubah letak bresng menjad alternatf 2 krtera batas ultmt struktur menjad aman dan memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja batas ultmt arah X dengan penambahan bresng alternatf 1 mash belum memenuh krtera batas ultmt. Dengan merubah letak bresng menjad alternatf 2 krtera batas ultmt struktur menjad aman dan memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja batas ultmt arah Y bak dengan penambahan bresng alternatf 1 maupun alternatf 2 memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja batas ultmt struktur dengan bresng alternatf 2 aman bak untuk arah X maupun arah Y. Hasl analss yang telah dlakukan menunjukkan penambahan bresng alternatf 2 dapat memperbak knerja batas.

19 16. KESIMPULAN DAN SARAN Kesmpulan 1. Knerja batas layan dan batas ultmt struktur tanpa bresng berdasarkan analss gempa dnams tdak memenuh krtera dalam SNI SNI Struktur tanpa bresng tdak aman bak untuk arah X maupun arah Y. 2. Knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 1 tdak aman untuk arah X sedangkan untuk arah Y sudah aman. Knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 1 belum memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 aman untuk arah X dan arah Y. Knerja batas layan dan batas ultmt struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 sudah memenuh krtera dalam SNI SNI Knerja struktur dengan penambahan bresng alternatf 2 jauh lebh bak jka dbandngkan struktur tanpa bresng dan struktur dengan penambahan bresng alternatf 1. Penambahan bresng dengan lokas yang tepat dapat memperbak knerja struktur secara sgnfkan Saran Perlu dlakukan analss dengan lokas penempatan bresng yang berbeda untuk mengetahu pengaruh letak penambahan bresng terhadap knerja struktur. 17. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarsas Nasonal Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI ). Jakarta. Badan Standarsas Nasonal Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ). Jakarta. Badan Standarsas Nasonal Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI ). Jakarta. Chen, W.F and Lu, E.M (2006). Earthquake Engneerng For Structural Desgn, CRC Press. Habbullah, A., (2003), SAP 2000 Analyss Reference Manual. Computers and Structures, Inc., Berkeley, Calforna, USA Maher, M.R. dan Akbar, R Sesmc Behavour Factor, R, For Steel X-Braced and Knee- Braced RC Buldngs. Jurnal Engneerng Structures 25 (2003) uct. Schodek, Danel L Struktur. Jakarta: Erlangga. Schueller, Wolfgang Struktur Bangunan Tngkat Tngg. Bandung: PT ERESCO

20 Wdodo Respons Dnamk Struktur Elastk. Yogyakarta: UII Press. Vswanath K.G, Prakash K.B., dan Anant Desa Sesmc Analyss of Steel Braced Renforced Concrete Frames. Internatonal Journal Of Cvl And Structural Engneerng Volume 1, No 1, jcandsevol1no12010/ EIJCSE1010.pdf. Youssefa, M.A., Ghaffarzadehb, H., dan Nehda, M Sesmc Performance of RC Frames Wth Concentrc Internal Steel Bracng. Jurnal Engneerng Structures 29 (2007) engstruct. Bodata Penuls : Sr Haryono, Jurusan Teknk Spl FTSP ITB Bandung (1983), S2 Jurusan Teknk Spl Konsentras Struktur Fak. Teknk Spl dan Lngkungan UGM Yogyakarta (2003), Pengajar Program Stud Teknk Spl-UTP. Dan Arumnngsh Dah Purnamawant, Jurusan Teknk Spl (1992) FT-UTP, S2 Jurusan Teknk Spl Fak. Teknk UMS Surakarta (2006), Pengajar Program Stud Teknk Spl-UTP.

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah Yosafat Aj Pranata Jurusan Teknk Spl, Unverstas Krsten Maranatha Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History untuk Desain Gedung

Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History untuk Desain Gedung JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prnt) C-33 Stud Perbandngan Analss Respon Spektra dan Tme Hstory untuk Desan Gedung Dlla Ayu Lala Nurul Bayynah dan Famun Jurusan Teknk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp. 58 76 ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Sondra Raharja Mahasswa Magster Teknk Spl Unverstas

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky x 40 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM MODIFIKASI YANG DIPERKUAT LAPIS CFRP... 93 Ida Bagus Ra Wdarsa dan Ida Bagus Dharma Gr 41 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA MAKALAH TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA REZA FAKHRUROZI NRP 3106 100 604 Dosen Pembmbng Tavo, ST. MT. PhD JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desan struktur harus memperhatkan beberapa aspek, dantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek n merupakan aspek yang harus dpenuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG

STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG Andryan Suhendra Cvl Engneerng Department, Faculty of Engneerng, Bnus Unversty Jl. K.H.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci