Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History untuk Desain Gedung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Perbandingan Analisis Respon Spektra dan Time History untuk Desain Gedung"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Prnt) C-33 Stud Perbandngan Analss Respon Spektra dan Tme Hstory untuk Desan Gedung Dlla Ayu Lala Nurul Bayynah dan Famun Jurusan Teknk Spl, Fakultas Teknk Spl dan Perencanaan, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya Indonesa e-mal: Abstrak Untuk memperhtungkan pengaruh gaya lateral akbat gempa terhadap struktur bangunan basanya dhtung dengan 2 (dua) pendekatan, yatu analss statk (statk ekvalen), analss dnamk (respon spektra dan tme hstory). Pengaruh gempa rencana pada struktur bertngkat banyak dengan ketnggan lebh dar 10 tngkat atau 40 m harus dtnjau sebaga pengaruh beban dnamk dan analssnya harus ddasarkan pada analss dnams (SNI ). Saat n banyak stud yang membahas tentang analss lner spektra. Pada peneltan n, akan dbandngkan analss lner respon spektra dan lner tme hstory. Gedung ddesan dengan analss respon spektra kemudan desan tersebut devaluas dengan analss lner tme hstory. Data gempa untuk tme hstory menggunakan 3 (tga) rekaman gempa yatu gempa Kobe (Jepang, 1995), Imperal Valley (Calforna, 1979) dan Tabas (Iran, 1978). Dar ketga data gempa tersebut dambl yang nla terbesar. Hasl stud menunjukkan adanya perbedaan antara kedua analss tersebut. Nla base shear respon spektra lebh besar dbandngkan analss lner tme hstory. Presentase penurunan nla base shear dar 3 (tga) gempa dengan analss lner tme hstory terhadap respon spektra yatu sebesar 4,69 % Kobe - x ; 11,32% Kobe -y; 62,4 % Imperal Valley - x ; 83,046 % Imperal Valley - y; 8,1 % Tabas -x dan 12,1 % Tabas - y. Hasl smpangan dengan respon spektra aman terhadap smpangan jn, kemudan devaluas dengan analss lner tme hstory mash dalam kategor aman tap pada smpangan arah - x, gempa mperal valley melebh smpangan respon spektra dan arah y d beberapa lanta melebh respon spektra. Data smpangan menunjukkan bahwa gempa mperal valley menyebabkan smpangan terbesar dar ketga gempa yang dtnjau. Hasl desan dtuangkan dalam gambar. Kata Kunc desan gedung, gempa dnamk, lner tme hstory, respon spektra. G I. PENDAHULUAN EMPA bum adalah suatu gerakan tba-tba yang terjad dpermukaan bum akbat adanya energ dalam bum yang mencptakan gelombang kesegala arah. Gempa yang sampa d permukaan tanah dapat berpengaruh terhadap bangunan yang ada datasnya, sehngga perlu damankan. Untuk mengamankan bangunan tersebut, bangunan harus ddesan sebaga bangunan tahan gempa yang drencanakan sesua dengan peraturan gempa yang ada. Untuk memperhtungkan pengaruh gaya lateral akbat gempa terhadap struktur bangunan basanya dhtung dengan 2 (dua) pendekatan, yatu analss statk (statk ekvalen), analss dnamk (respon spektra atau tme hstory). Pengaruh gempa rencana pada struktur bertngkat banyak dengan ketnggan lebh dar 10 tngkat atau 40 m harus dtnjau sebaga pengaruh beban dnamk dan analssnya harus ddasarkan pada analss dnams (SNI ), karena tu penuls mencoba membandngkan analss gempa dnamk respon spektra dengan tme hstory untuk mengetahu seberapa besar perbedaannya. Penuls mencoba mendesan gedung dengan menggunakan analss respon spektra kemudan hasl desan dbandngkan dengan menggunakan analss lner tme hstory. Pemodelan menggunakan bangunan yang dletakkan d kota Padang sebaga wlayah gempa tngg. Stud n sangat dbutuhkan karena dapat menentukan perbedaan dar kedua metoda analss dan dapat mengetahu pertmbangan apa saja dalam menentukan analss gempa. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Ground Moton Untuk menganalss gempa dengan respon spektra dapat dlhat ketentuannya pada SNI dengan data tanah Padang, sedangkan analss lner tme hstory, dperlukan rekaman gempa asl. Data gempa yang dgunakan dambl dar stus PEER (Pasfc Earthquake Engneerng Research Center). Sedktnya 3 (tga) data gempa dan dambl yang terbesar [1]. Setap pasang gerak tanah tersebut harus dskalakan sedemkan rupa sehngga pada rentang peroda dar 0,2T hngga 1,5T, nla rata-rata spektrum SRSS dar semua pasang komponen horzontal tdak boleh kurang dar nla ordnat terkat pada spektrum respons yang telah dtentukan [1]. Salah satu gerak tanah (ground moton) yang dambl dar stus PEER dapat dlhat pada gambar 1 Gambar 1. Ground Moton Gempa Kobe - X [2]

2 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Prnt) C-34 Faktor skala gempa ddapatkan dengan rumus berkut: SF n 1 n 1 A A A A [3] Keterangan : A = Percepatan Ground Moton A = Percepatan SNI Tabel 1. Data Ground Moton [4] Gambar 2. Denah Lanta Basement dan Dasar No Gempa Thn Stasun M 1 Tabas, Iran 1978 Tabas 7,4 2 Imperal Valley 1979 EC Meloland Overpass FF 6,5 3 Imperal Valley 1979 El Centro Array #7 6,5 4 Superstton Hlls 1987 Parachute Test Ste 6,5 5 Loma Preta 1089 LGPC 6,9 6 Erxncan, Turkey 1992 Erzncan 6,7 7 Northrdge 1994 Jensen Flter Plant 6,7 8 Northrdge 1994 Newhall-W Pco Canyon 6,7 9 Northrdge 1994 Rnald Recevng Sta 6,7 10 Northrdge 1994 Sylmar-Converter Sta 6,7 11 Northrdge 1994 Sylmar-Converter Sta East 6,7 12 Northrdge 1994 Sylmar - Olve Vew Med 6,7 13 Kobe, Japan 1995 Port Island 6,9 14 Kobe, Japan 1995 Takator 6,9 15 Kocael, Turkey 1999 Yarmca 7,4 16 Ch-Ch, Tawan 1999 TCU052 7,6 17 Ch-Ch, Tawan 1999 TCU065 7,6 18 Ch-Ch, Tawan 1999 TCU068 7,6 19 Ch-Ch, Tawan 1999 TCU084 7,6 20 Ch-Ch, Tawan 1999 TCU102 7,6 21 Duzce, Turkey 1999 Duzce 7 A. Tahap Pengumpulan Data III. METODOLOGI Pada gambar 2 dan 3 terlhat bahwa terdapat perbedaan dar seg struktur. Lanta basement - dasar mempunya loncatan bdang muka terhadap lanta 1 dan denah tpkal sampa lanta 12. Informas bangunan untuk peemodelan struktur sebaga berkut : - Lokas : Padang - Fungs : Apartemen - Tngg Bangunan : 47 m (12 Lanta + Basement) - Struktur Utama : Beton Bertulang - Jens Tanah : Lunak Gambar 3. Denah Lanta 1-12 B. Tahap Pemodelan Struktur Gedung dmodelkan menggunakan SAP2000 secara 3D. Sebelum dmodelkan, dhtung pembebanan berdasarkan SNI [5] dan PPIUG1983[6], antara lan beban mat, hdup dan beban gempa (SNI ). C. Tahap Analss Struktur (Respon Spektra) Setelah gedung dmodelkan, kemudan d analss dengan respon spektra dan dkontrol desan tersebut terhadap smpangan. D. Menghtung Kebutuhan Tulangan Hasl analss dengan respon spektra kemudan dhtung kebutuhan tulangannya dengan hanya mennjau balok dan kolom pada setap lanta (memanjang ujung dan tengah serta melntang ujung dan tengah. Kebutuhan tulangan dhtung menggunakan SAP2000 dan dkontrol dengan perhtungan manual sesua SNI [7]. dan perhtungan menggunakan buku lteratur [8]. E. Analss Lner Tme Hstory Desan yang telah drencanakan dengan analss respon spektra kemudan devaluas dengan analss lner tme hstory dengan menggunakan 3 (tga) gempa dan dambl nla terbesar. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analss Gempa dengan Respon Spektra 1. Menetukan Kategor Desan Sesmk

3 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Prnt) C-35 Ddapatkan kategor D. 2. Memlh Sstem dan Parameter Struktur Dengan krtera yang ada ddapatkan nla R=7, dan Cd=5,5. 3. Menentukan Perode Fundamental Struktur Ketnggan struktur adalah 47 m dan tpe struktur yang dgunakan adalah sstem ganda, jad Ta = 1,68 detk 4. Menetukan Koefsen Respon Sesmk Ddapatkan nlanya adalah Cs = 0, Menetukan Berat Sesmk Struktur Berdasarkan perhtungan ddapatkan besarnya W dar penjumlahan total struktur adalah ,13 KN. 6. Menentukan Geser Dasar Sesmk Geser dasar sesmk (V) yang datur oleh SNI drumuskan sebaga berkut : V = Cs x W V = 0,0816 x ,13 = 14462,64 KN B. Kontrol Nla Akhr Respon Spektrum Berdasarkan SNI , nla akhr Vdnamk harus lebh besar sama dengan 85% Vstatk. Maka persyaratan tersebut dapat dnyatakan sebaga berkut : Vdnamk 0,85Vstatk. Tabel 2. Nla Base Shear Dnamk OutputCase GlobalFX GlobalFY Text KN KN RSPX 11621, ,669 RSPY 8272, ,64 Nla geser dasar yang dambl dar hasl analss SAP2000 tersebut harus memenuh persyaratan kontrol untuk nla akhr respon spektrum. Langkah perhtungannya sebaga berkut : Arah x V dnamk 0,85 V statk 11621,34 0,85 x 10330, , ,891 oke Arah y V dnamk 0,85 V statk 12038,64 0,85 x 10330, , ,891 oke C. Kontrol Nla Partspas Massa Menurut SNI Pasal bahwa partspas massa harus menghaslkan sekurangnya 90% respon total dar perhtungan repon dnamk. Dbawah n adalah output partspas massa dar program SAP2000. Dar tabel 3 menunjukan bahwa pada mode ke 15 sudah mencapak 90%, sehngga sudah memenuh persyaratan. Tabel 3. Nla Base Shear Dnamk StepType StepNum Perod SumUX SumUY Mode 1 1,209 0,43 0,15 Mode 2 0,976 0,6 0,58 Mode 15 0,050 0,94 0,93 Kontrol Nla Smpangan (drft) Berdasarkan SNI untuk kontrol drft drumuskan sebaga berkut: Keterangan : C d C d x I = faktor amplfkas defleks dalam Tabel 2.10 [1] se = defleks pada lokas yang dsyaratkan pada pasal n yang dtentukan dengan analss elasts I e = faktor keutamaan gempa yang dtentukan sesua dengan [1] n 0,020 hsx 0, mm n 0,020 h 0, mm Level sx Tabel 4. Kontrol Smpangan Akbat Beban Gempa Arah-X h e se xcde U1 U2 U1 U2 mm mm mm mm mm Atap 47 5,4 4,4 29,7 24, ,7 4,6 31,3 25, ,9 4,8 32,4 26, ,0 4,9 33,2 26, ,2 4,9 33,9 27, ,2 5,0 34,2 27, ,2 4,9 34,1 27, ,1 4,8 33,5 26, ,9 4,6 32,4 25, ,6 4,4 30,8 23, ,2 4,0 28,6 22, ,3 3,5 23,5 19, ,3 4,6 34,9 25,46 Dasar 8 2,0 1,5 11,1 8,32 Basement 3 0,0 0,0 0,0 0 Tabel 5. Kontrol Smpangan Akbat Beban Gempa Arah-Y Level h xcde U1 U2 U1 U2 mm mm mm mm mm Atap 47 3,46 4, , ,65 5,09 20,1 28, ,79 5,25 20,8 28, ,90 5,37 21,4 29, ,98 5,46 21,9 30, ,03 5,49 22,1 30, ,02 5,46 22,1 30, ,96 5,35 21,8 29, ,84 5,16 21,1 28, ,66 4,89 20,1 26, ,40 4,53 18,7 24,9

4 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Prnt) C ,88 4,01 15,9 22, ,12 5,39 22,7 29,7 Dasar 8 1,32 1,87 7,26 10,3 Basement 3 0,00 0,00 0 0,0 D. Kontrol Sstem Ganda (Dual System) Kemampuan dar dndng geser dan rangka gedung dalam memkul beban lateral akbat gempa dapat dlhat pada tabel 6. Tabel 6. Kontrol Sstem Struktur Kombnas SW Rangka SW Rangka 0,9DL+1RSPX 10507, , , ,34 51,98 74,59 48,02 25,41 0,9DL+1RSPY 7982, , , ,92 50,92 73,84 49,08 26,16 1,2DL+1LL+1RSPX 10477, , , ,38 50,32 74,84 49,68 25,16 1,2DL+1LL+1RSPY 7924, , , ,06 52,52 74,08 47,48 25,92 Dar tabel 6 dapat dlhat bahwa presentase rangka lebh besar dar 25%, sehngga konfguras struktur gedung n termasuk kategor sstem ganda (dual system). E. Pendetalan Tulangan 1. Balok Pendetalan balok dhtung dengan mennjau arah memanjang dan melntang dsetap lantanya. Adapun tpe pendetalan tulangan pada balok dapat dlhat pada tabel 7 dan 8, gambar 4 dan gambar 5. Untuk semua tpe balok dapat dlhat pada naskah peneltan. Kode Balok B2MU1 Kode Balok B1LT1 Tabel 7. Rekaptulas Tulangan Balok [9] Tulangan Tump Lap Tump 3D19 2D19 3D19 2D19 2D19 2D19 Tulangan Tump Lap Tump 9D19 5D19 9D19 5D19 5D19 5D19 Gambar 5. Penampang B2MU1 Contoh penulangan balok terdapat pada tabel 7 dan 8 selebhnya terdapat naskah peneltan. 2. Kolom Pendetalan kolom dhtung dengan mennjau arah memanjang dan melntang dsetap lantanya. Adapun tpe pendetalan tulangan pada kolom dapat dlhat pada tabel 9, gambar 6 dan gambar 7. Untuk semua tpe kolom dapat dlhat pada naskah peneltan. Gambar 6. K1U1 Tabel 9. Rekaptulas Penulangan Kolom [9] Lanta K1U1 K1T1 Dasar 16D19 16D19 Tabel 8. Rekaptulas Penulangan Geser Memanjang Ujung [9] Lanta B2MU1 B4MU1 Dasar 2D10-100/150 2D10-100/150 Gambar 4. Balok B1LT1 Gambar 7 Beam Column Jont Lanta 1-2

5 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Prnt) C-37 F. Analss Lner Tme Hstory Untuk memasukkan nla ground moton kedalam analss tme hstoy, dperlukan hasl proses tambahan karena setap gempa berbeda letak dan besarnya, sehngga dbutuhkan penskalaan. Dengan penskalaan, gempa dapat dcocokkan dengan spektrum d wlayah yang dtnjau. Proses penskalaan dlakukan pada rentang T = 1,209 s (T Bangunan Hasl Analss SAP) 0,2T = 0,2 x 1,209 = 0,2418 s 1,5T = 1,5 x 1,209 = 1,8135 s Tahap-tahap penskalaan sebaga berkut : 1. Mengubah data ground moton menjad spektrum dengan software SesmoSgnal karena penskalaan dtnjau dalam bentuk spektrum. 2. Ambl data data pseudo-acceleraton dar software tersebut. 3. Htung faktor skala dengan rumus dar Kalkan dan Chopra dan dperoleh scale factor Dperoleh nla base shear maksmum pada gempa setap arah gempa yang dtnjau. Hasl base shear kobe arah x sebesar 1,058 x 10 4 KN pada detk ke 6,5; kobe arah y sebesar 9,591 x 10 3 KN pada detk ke 6,1; mperal valley arah x sebesar 2,691 x 10 3 KN pada detk ke 3,385; mperal valley y sebesar 1,115 x 10 3 KN pada detk ke 10,02; tabas x sebesar 9,879 x 10 3 KN pada detk ke 20,326 dan tabas y sebesar 9,44 x 10 3 KN pada detk ke 20,06. Nla base shear yang terbesar dar kedua analss yatu nla base shear dengan analss respon spektra. Dar gambar 10, dapat dketahu bahwa nla base shear gempa Imperal Valley mengalam perubahan yang drasts. Hal n bsa terjad sepert pada beberapa stud yang membahas tentang analss lner tme hstory. Nla base shear pada beberapa gempa yang dtnjau mengalam perubahan yang sgnfkan [10]. Gambar 10 Perbandngan Smpangan Maksmum Respon Spektra dan Lner Tme Hstory Gempa Arah X Gambar 8 Batasan Penskalaan Gempa Rencana Kobe - X b. Smpangan Perbandngan smpangan pada analss tme hstory dambl smpangan maksmum dar ketga gempa arah x dan y. Pada gambar 11 dan 12 terlhat bahwa hasl smpangan desan gedung dengan respon spektra aman terhadap smpangan jn, kemudan devaluas dengan analss lner tme hstory mash dalam kategor aman tap pada smpangan arah - x, gempa mperal valley melebh smpangan respon spektra dan arah y d beberapa lanta melebh respon spektra. Data smpangan menunjukkan bahwa gempa mperal valley menyebabkan smpangan terbesar dar ketga gempa yang dtnjau. Atap Gambar 9 Batasan Penskalaan Gempa Rencana Kobe - Y a. Base Shear Tabel 10. Perbandngan Nla Base Shear Respon Spektra Kobe Imperal Valley Tabas 11621,343 KN KN 2691KN 9879 KN 12038,64 KN 9591 KN 1115 KN 9440 KN Dasar Gambar 11 Perbandngan Smpangan Maksmum Respon Spektra dan Lner Tme Hstory Gempa Arah -X

6 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Prnt) C-38 Atap Dasar Gambar 12 Perbandngan Smpangan Maksmum Respon Spektra dan Lner Tme Hstory Gempa Arah Y c. Velocty Nla velocty maksmum pada gempa setap arah gempa yang dtnjau. Hasl velocty maksmum kobe arah x sebesar 2,556 x 10 2 mm/s pada detk ke 8,1; velocty maksmum mperal valley arah x sebesar 3,158 x 10 1 mm/s pada detk ke 7,99; velocty maksmum tabas arah x sebesar 7,446 x 10 2 mm/s pada detk ke 23,68; velocty maksmum kobe arah y sebesar 9,499 x 10 1 mm/s pada detk ke 7,36 ; velocty maksmum mperal valley arah y sebesar 2,335 x 10 1 mm/s pada detk ke 5,945; velocty maksmum tabas arah y sebesar 5,901 x 10 2 mm/s pada detk ke 22,60. d. Acceleraton Nla acceleraton maksmum pada gempa setap arah gempa yang dtnjau. Hasl acceleraton kobe arah x sebesar 1,507 x 10 2 mm/s 2 pada detk ke 7,76; acceleraton maksmum mperl valley arah x 3,708 x 10 2 mm/s 2 pada detk ke 3,54; acceleraton maksmum tabas arah x sebesar 7,184 x 10 3 mm/s 2 pada detk ke 23,14; acceleraton maksmum kobe arah y sebesar 6,76 x 10 2 mm/s 2 pada detk ke 7,21; acceleraton maksmum mperal valley arah y 2,273 x 10 2 mm/s 2 pada detk ke 5,795; acceleraton maksmum tabas arah y sebesar 5,458 x 10 3 mm/s 2 pada detk ke 23,18. A. Kesmpulan V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat dsmpulkan sebaga berkut : 1. Hasl desan struktur berupa gambar, terdapat pada naskah peneltan [9]. 2. Base shear terbesar dar lner tme hstory yatu gempa Kobe dengan hasl sebesar KN arah x dan 9691 KN arah y. Nla base shear respon spektra lebh besar dbandngkan analss lner tme hstory yatu sebesar 11621,343 KN arah x dan 12038,64 KN arah y. Presentase penurunan nla base shear dar 3 (tga) gempa dengan analss lner tme hstory terhadap respon spektra yatu sebesar 4,69 % Kobe - x ; 11,32% Kobe -y; 62,4 % Imperal Valley - x ; 83,046 % Imperal Valley - y; 8,1 % Tabas -x dan 12,1 % Tabas - y. 3. Hasl smpangan desan gedung dengan respon spektra aman terhadap smpangan jn, kemudan devaluas dengan analss lner tme hstory mash dalam kategor aman tap pada smpangan arah - x, gempa mperal valley melebh smpangan respon spektra dan arah y d beberapa lanta melebh respon spektra. Data smpangan menunjukkan bahwa gempa mperal valley menyebabkan smpangan terbesar dar ketga gempa yang dtnjau. Smpangan yang besar terjad akbat base shear yang kecl, dapat dlhat pada hasl base shear dar gempa Impral Valley. Semakn besar base shear maka struktur bangunan semakn kaku, jad nal base shear yang kecl mengakbatkan makn besar nla smpangan. B. Saran Berdasarkan pembahasan sebelumnya, agar stud lebh luas dan detal penuls menyarankan beberapa pon sebaga berkut : 1. Menggunakan rekaman gempa (ground moton) sebanyak 7 (tujuh) atau lebh agar mendapatkan hasl yang lebh telt dan dapat dsmpulkan analss desan yang lebh menguntungkan. 2. Menggunakan analss gempa non lner tme hstory untuk mendapatkan perlaku struktur dan dbandngkan dengan analss lner. DAFTAR PUSTAKA [1] Nasonal, B. S., Standar Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Dan Lan. SNI penyunt. s.l.:s.n. [2] Pasfc Earthquake Research Center, Pasfc Earthquake Engneerng Research Center. [Onlne] Avalable at: [Dakses 12 September 2016]. [3] Kalkan, Erol., dan Anl K Chopra "Practcal Gudelnes to Select and Scale Earthquake Records fo Nonlner Respone Hstory Analyss of Structures". Open Fle Report U.S. Departement of the Interor and U.S. Geologcal Survey. USGS and Earthquake Engneerng Research Insttute. [4] Vllaverde, Roberto "Fundamental Concepts of Earthquake Engneerng". London : CRC Press. [5] Nasonal, B. S., Beban Mnmum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur Lan. SNI 1727 : 2013 penyunt. s.l.:s.n. [6] Bangunan, D. P. M., Peraturan Pembebanan Indonesa Untuk Gedung Cetakan Kedua penyunt. Bandung: Yayasan Lembaga Penyeldkan Masalah Bangunan. [7] Nasonal, B. S., Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung. SNI 2847:2013 ed. s.l.:s.n. [8] Edward G Nawy, T. B. K., Beton Bertulang. Jld 1 penyunt. Surabaya: ITS Press [9] Dlla Ayu Lala Nurul Bayynah, F., Stud Perbandngan Analss Respon Spektra dan Tme Hstory untuk Desan Gedung, Surabaya: Insttut Teknolog Sepuluh Nopember. [10] Onur Merter, T. U., A Comparatve Study on NonlnearStatc and Dynamc Analyss of RC Frame Structures. Journal of Cvl Engneerng and Scence, September.Volume 2.

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA MAKALAH TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA REZA FAKHRUROZI NRP 3106 100 604 Dosen Pembmbng Tavo, ST. MT. PhD JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah Yosafat Aj Pranata Jurusan Teknk Spl, Unverstas Krsten Maranatha Jl.

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp. 58 76 ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Sondra Raharja Mahasswa Magster Teknk Spl Unverstas

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky x 40 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM MODIFIKASI YANG DIPERKUAT LAPIS CFRP... 93 Ida Bagus Ra Wdarsa dan Ida Bagus Dharma Gr 41 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM 4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM Pendahuluan Parameter cuaca suhu maksmum dan mnmum merupakan parameter utama yang dprakrakan oleh lembaga pelayanan cuaca dantaranya BMKG. Suhu maksmum adalah suhu

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG

STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG STUDI PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN ALAT TEODOLIT DIGITAL DAN MANUAL: STUDI KASUS PEMETAAN SITUASI KAMPUS KIJANG Andryan Suhendra Cvl Engneerng Department, Faculty of Engneerng, Bnus Unversty Jl. K.H.

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko, dkk. Komparas Hasl Belajar Sswa... 99 KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH DAN MICROSOFT POWERPOINT YANG DISAMPAIKAN MELALUI PENDEKATAN CHEMO-EDUTAINTMENT Sgt Pratmoko,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci