2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung"

Transkripsi

1 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan, dsampng juga untuk mengetahu dasar-dasar teornya. Konsep perencanaan struktur merupakan dasar teor perencanaan struktur yang melput Konsep dasar pemlhan struktur dan konsep dasar desan perencanaan struktur yang melput konsep desan terhadap beban lateral dan konsep desan terhadap beban gravtas Konsep Dasar Pemlhan Jens Struktur Pemlhan jens struktur atas (upper structure) mempunya hubungan yang erat dengan sstem fungsonal gedung. Dalam proses desan struktur perlu dcar kedekatan antara jens struktur dengan masalah-masalah sepert arstektural, efsens, servce ablty, kemudahan pelaksanaan dan juga baya yang dperlukan. Adapun faktor yang menentukan dalam pemlhan jens struktur sebaga berkut: 1) Aspek arstektural 2) Aspek fungsonal 3) Kekuatan dan kestablan struktur 4) Faktor ekonom dan kemudahan pelaksanaan 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodas sstem layan gedung 6) Aspek lngkungan Sedangkan pemlhan jens pondas (sub structure) yang dgunakan menurut Suyono (1984) ddasarkan kepada beberapa pertmbangan, yatu: 1) Keadaan tanah pondas Jens tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah keras, dan beberapa hal yang menyangkut keadaan tanah erat katannya dengan jens pondas yang dplh. II-1

2 2) Batasan-batasan akbat konstruks datasnya Keadaan struktur atas sangat mempengaruh pemlhan jens pondas. hal n melput konds beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban) dan sfat dnams bangunan datasnya (stats tertentu atau tak tertentu, kekakuan dan sebaganya). 3) Batasan-batasan dlngkungan sekellngnya Hal n menyangkut lokas proyek, pekerjaan pondas tdak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan dan lngkungan yang telah ada dsektarnya. 4) Waktu dan baya pelaksanaan pekerjaan Suatu proyek pembangunan akan sangat memperhatkan aspek waktu dan baya pelaksanaan pekerjaan, karena hal n sangat erat hubungannya dengan tujuan pencapaan konds ekonoms dalam pembangunan Konsep Dasar Desan Perencanaan Struktur Dalam perencanaan struktur konstruks suatu bangunan, perlu dperhatkan konsep desan untuk pemlhan elemen bak secara structural maupun fungsonal. Dalam perencanaan kal n d tnjau perencanaan konsep desan berdasarkan beban lateral, beban gravtas dan juga terhadap beban gempa Konsep Desan Terhadap Beban Lateral Hal pentng pada struktur bangunan tngg adalah stabltas dan kemampuannya untuk menahan gaya lateral, bak yang dsebabkan oleh angn atau gempa bum (Juwana,2005). Beban angn lebh terkat pada dmens ketnggan bangunan, sedangkan beban gempa lebh terkat pada masa bangunan. Kolom pada bangunan tngg perlu dperkokoh dengan sstem pangaku untuk dapat menahan gaya lateral, agar deformas yang terjad akbat gaya horzontal tdak melampau ketentuan yang dsyaratkan. Pengaku gaya lateral yang lazm dgunakan adalah portal penahan momen, dndng geser atau rangka pengaku. Perencanaan struktur n menggunakan pengaku gaya lateral berupa dndng geser (shear wall). II-2

3 Dndng Geser (Shear Wall) Dndng geser (shear wall) ddefnskan sebaga komponen struktur vertkal yang relatf sangat kaku. Dndng geser pada umumnya hanya boleh mempunya bukaan sektar 5% agar tdak mengurang kekakuannya. Fungs dndng geser berubah menjad dndng penahan beban (bearng wall), jka dndng geser menerma beban tegak lurus dndng geser. Bangunan beton bertulang yang tngg serng ddesan dengan dndng geser untuk menahan gempa. Selama terjadnya gempa, dndng geser yang ddesan dengan bak dapat dpastkan akan memnmalkan kerusakan bagan non struktural bangunan sepert jendela, pntu, langt-langt dan seterusnya (McCormac, 2003). Dndng geser bsa dgunakan untuk menahan gaya lateral saja maupun sebaga dndng pendukung. Penempatan dndng geser dapat dlakukan pada ss luar bangunan atau pada pusat bangunan. Dndng geser yang dtempatkan pada bagan dalam bangunan basanya dsebut dengan nt struktural (structural core/corewall) yang basa dgunakan untuk ruang lft dan tangga, sepert yang dperlhatkan pada Gambar 2.1. Penempatan dndng geser lanya pada arah melntang yang dperlhatkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.1. Dndng Geser Mengellng Lft Atau Tangga (McCormac,2003) II-3

4 Gambar 2.2. Dndng Geser Melntang Bangunan (McCormac,2003) Gambar 2.3 memperlhatkan dndng geser yang menerma gaya lateral Vu. Dndng tersebut sebenarnya adalah balok kantlever dengan lebar h dan tngg keseluruhan lw. Pada gambar bagan (a) dndng tertekuk dar kr ke kanan akbat Vn dan akbatnya tulangan yang dperlukan sebelah kr atau pada ss tark. Jka Vn dterapkan dar ss kanan sepert dperlhatkan pada gambar bagan (b), tulangan tark akan dperlukan pada ss kanan kanan dndng. Maka dapa kta lhat bahwa dndng geser memerlukan tulangan tark pada kedua ssnya karena Vu bsa datang dar kedua arah tersebut. Untuk perhtungan lentur, tngg balok yang dperlukan dar ss tekan dndng ke ttk berat tulangan tark adalah sektar 0,8 dar panjang dndng lw. Dndng geser bekerja sebaga sebuah balok kantlever vertkal dan dalam menyedakan tahanan lateral, dndng geser menerma gaya tekuk maupun geser. Untuk dndng sepert tu, geser maksmum Vu dan momen maksmum Mu terjad pada dasar dndng. Jka tegangan lentur dperhtungkan, besar tegangan lentur tersebut akan dpengaruh oleh beban aksal desan Nu dan selanjutnya pengaruh tegangan lentur tersebut harus dmasukkan dalam analts. II-4

5 Gambar 2.3. Dndng Geser Menerma Gaya Lateral Vu (Mosley dan Bungey,1989) Geser lebh terpengaruh pada dndng yang mempunya perbandngan tngg dan panjang yang kecl. Momen lebh berpengaruh pada dndng yang lebh tngg, terutama pada dndng dengan tulangan yang terdstrbus secara merata. Tulangan dtempatkan mengellng semua bukaan, bak dperlukan atau tdak oleh analsa struktur. Praktek sepert n pentng untuk mencegah retak tark dagonal yang cenderung berkembang menyebar dar pojok bukaan. Umumnya dndng geser berupa dndng beton yang mengellng tangga dan atau lorong lft. Bentuk dan penempatan dndng geser dapat dsesuakan dengan bentuk denah bangunan. Pada denah bangunan tertentu, dndng geser dapat drangka dan dletakkan d nt bangunan. Sstem penempatan dndng geser sepert n serng juga dsebut dndng nt (core wall). Perhtungan dndng nt merupakan masalah yang cukup sult dalam analsa struktur. Terdapat perbedaan dalam deformas struktur pada struktur basa yang tersusun dar portal terbuka, dan struktur yang menggunakan dndng nt. Deformas pada dndng geser menyerupa deformas balok kantlever yang tegak lurus tanah dan selan deformas lentur, dndng mengalam deformas geser dan rotas secara bersamaan. Deformas pada dndng geser sangat kecl d lanta dasar dan sangat besar dlanta atas bangunan. II-5

6 Konsep Desan Terhadap Beban Gravtas Beban gravtas merupakan beban yang berasal dar beban mat struktur dan beban hdup yang besarnya dsesuakan dengan fungs bangunan (Juwana,2005). Struktur lanta merupakan bagan terbesar dar struktur bangunan, sehngga pemlhannya perlu dpertmbangkan secara seksama, dantaranya: 1) Pertmbangan terhadap berat sendr lanta, makn rngan beban lanta makn berkurang dmens kolom dan pondasnya serta makn dmungknkan menggunakan bentang yang lebh besar. 2) Kapastas lanta untuk memkul beban pada saat pekerjaan konstruks. 3) Dapat menyedakan tempat/ruang bag seluruh utltas yang dperlukan. 4) Memenuh persyaratan bag ketahanan terhadap ap. 5) Memungknkan bag kesnambungan pekerja konstruks, jka pelaksanan pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang. 6) Dapat mengurang penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat lanta ( perancah steger ). Elemen-elemen penahan gaya gravtas terdr atas elemen struktur horzontal dan vertkal. Pada bangunan tngg, elemen struktur horzontal tdak dpengaruh oleh banyaknya lanta atau ketnggan bangunan. Dmens elemen struktur n hanya dpengaruh oleh panjang bentang dan beban yang bekerja padanya. Struktur yang menggunakan bahan beton bertulang harus mengacu pada SNI tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Elemen struktur vertkal lebh domnan memkul gaya aksal dan oleh karenanya dbedakan antara struktur yang menggunakan bahan beton dengan yang menggunakan bahan baja. Perkraan dmens struktur yang menggunakan bahan beton (beton bertulang) dapat dgunakan dua pendekatan, yatu seluruh gaya aksal dpkul oleh beton dan gaya aksal dpkul oleh beton dan tulangan saja. Beban yang dterma oleh elemen struktur vertkal (kolom dan dndng geser) merupakan akumulas dar beban-beban lanta datasnya. Semakn kebawah gaya aksalnya makn II-6

7 besar. Oleh sebab tu, dmensnya pun semakn kebawah semakn besar. Selan portal yang merupakan elemen struktur vertkal yang menahan beban aksal, dalam struktur n juga dgunakan flat slab concrete. Flat Slab Concrete Flate Plate (pelat datar) adalah pelat beton pejal dengan tebal merata yang mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung tanpa bantuan balok (McCormac, 2003). Pelat n memerlukan tngg lanta terkecl untuk memberkan persyaratan tngg ruangan dan memberkan fleksbltas terbak untuk susunan kolom dan parts. Pelat n juga memberkan sedkt penghalang untuk pencahayaan dan ketahanan ap yang tngg karena hanya ada sedkt sudut tajam dmana pengelupasan beton dapat terjad. Pelat datar mungkn merupakan sstem pelat yang palng umum dpaka saat n untuk konstruks hotel beton bertulang bertngkat banyak. Pelat datar kemungknan memunculkan masalah dalam transfer geser dsekellng kolom. D daerah n dapat terjad keruntuhan pons karena besarnya tegangan geser yang terjad. Seluruh gaya reaks pada kolom, msalnya harus ddstrbuskan dalam bentuk gaya geser ke daerah pelat d sektar pertemuan pelat dan kolom. Daerah pada pelat yang menahan gaya geser eksternal dapat dperoleh dengan mennjau gars keruntuhan geser potensal. Suatu pelat beton bertulang msalnya cenderung untuk gagal dengan cara sepert terlhat pada Gambar 2.4. Pola retak yang terjad dsebabkan oleh tark dagonal yang dasosaskan dengan tegangan geser yang terjad. Dengan demkan, daerah pada pelat yang dapat memberkan tahanan terhadap keruntuhan pons adalah permukaan retak. Permukaan n sangat tergantung pada tebal pelat dan kellng kolom. Keruntuhan geser pons merupakan hal yang sangat pentng untuk dperhatkan, terutama pada pelat tps, juga pelat yang dtumpu datas kolom kecl. Besar pendekatan tegangan geser pons dapat dtuls sebaga f v = V / A p dmana A p adalah luas pelat yang mengalam geser (Schodek, 1999). II-7

8 Gambar 2.4. Ragam Kegagalan Geser (Schodek,1999) Memperbesar luar geser pelat dapat dengan mudah dlakukan dengan cara mempertebal pelat. Hal n mungkn saja menyebabkan pelat tdak ekonoms, apabla penebalan tdak dbutuhkan dar tnjauan momen. Cara lan adalah dengan menggunakan drop panel yatu member penebalan pelat d sekellng kolom. Alternatf lan, luas geser pelat dperbesar dengan memperbesar ukuran pelat. Hal n juga dapat dlakukan secara lokal dengan menggunakan kepala kolom (column captals). Semakn besar kepala kolom, akan semakn besar pula luas geser pelat. Kepala kolom dapat mempunya bentuk. Akan tetap, karena keruntuhan geser dagonal dapat menyebabkan materal dbawah gars 45 tdak aktf, maka kepala kolom serng kal dbuat berbentuk mrng Konsep Desan Terhadap Beban Gempa Perencanaan gempa pada struktur bangunan gedung yang perlu dperhatkan adalah penentuan dar gempa rencana dan perhtungan gempa nomnal, faktor keutamaan, daktltas struktur, dan jens tanah dasar serta pembatasan waktu getar. Perencanaan gempa mengacu pada SNI , Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (2002). Pada perencanaan struktur n dgunakan analsa ragam spektrum respons dnamk yatu, suatu cara analss untuk menentukan respons dnamk analsa struktur gedung tga dmens yang berperlaku elastk penuh terhadap pengaruh suatu gempa. Pada analss n respons dnamk total struktur gedung tersebut ddapat sebaga superposs dar respons dnamk maksmum masng-masng ragamnya yang ddapat melalu spektrum respons. II-8

9 1) Gempa Rencana dan Gempa Nomnal Gempa rencana adalah gempa yang peluang atau rsko terjadnya dalam perode umur rencana bangunan 50 tahun adalah 10% (R N = 10%), atau gempa yang perode ulangnya adalah 500 tahun (T R = 500 tahun). Besarnya beban gempa nomnal yang dgunakan untuk perencanaan struktur dtentukan oleh tga hal, yatu oleh besarnya gempa rencana, oleh tngkat daktltas yang dmlk struktur, dan oleh nla faktor tahanan lebh yang terkandung d dalam struktur. Besarnya beban gempa horzontal (V) yang bekerja pada struktur bangunan, dtentukan menurut persamaan: V = C x I xw t R (2.1) Dengan I adalah faktor keutamaan struktur, C adalah nla faktor respon gempa yang ddapat dar respon spektrum gempa rencana untuk waktu getar alam fundamental T dan W t dtetapkan sebaga jumlah dar beban mat dan hdup yang dreduks. Harga dar faktor respon gempa C dapat dtentukan dar dagram spektrum respon gempa rencana dalam SNI , pasal 4.7 Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (2002). 2) Faktor Keutamaan (I) Faktor Keutamaan adalah suatu koefsen yang dadakan untuk memperpanjang waktu ulang dar kerusakan struktur gedung yang relatf lebh utama, untuk menanamkan modal yang relatf besar pada gedung tu. Gedung tersebut dharapkan dapat berdr jauh lebh lama dar gedung-gedung pada umumnya. Waktu ulang dar kerusakan struktur gedung akbat gempa akan dperpanjang dengan pemakaan suatu faktor keutamaan. Nla faktor keutamaan (I) dtentukan dalam SNI , pasal Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (2002). 3) Daktltas Struktur Faktor reduks gempa dtentukan berdasarkan perencanaan knerja suatu gedung yatu apakah gedung drencanakan berperlaku elastk penuh, II-9

10 daktltas terbatas atau daktltas penuh. Nla faktor daktltas struktur gedung µ d dalam perencanaan struktur gedung dapat dplh menurut kebutuhan, tetap tdak boleh dambl lebh besar dar nla faktor daktltas maksmum µ m yang dapat dkerahkan oleh masng-masng sstem atau sub sstem struktur gedung. Dalam SNI , pasal 4.3 Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (2002). dtetapkan nla µ m yang dapat dkerahkan oleh beberapa jens sstem dan sub sstem struktur gedung, berkut faktor reduks maksmum R m yang bersangkutan. 4) Jens Tanah Dasar Untuk menentukan harga C harus dketahu terlebh dahulu jens tanah lokas struktur bangunan tu berdr. Jens tanah dtetapkan sebaga tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak apabla untuk lapsan setebal maksmum 30 meter palng atas dpenuh syarat-syarat yang tercantum dalam SNI , pasal 4.6. Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung (2002). Jens tanah dtentukan berdasarkan nla kuat geser nla rata-rata. Perhtungan kuat geser nla rata-rata drumuskan: S u 1 m 1 m t t / S u (2.2) 5) Pembatasan Waktu Getar T adalah waktu getar dar struktur bangunan pada arah-x (T x ) dan arah-y (T y ). Untuk perencanaan awal, waktu atau perode getar dar bangunan gedung dhtung dengan menggunakan rumus emprs: T x = T y = 0,06 x H 0,75 (dalam detk) Beban geser dasar nomnal V harus dbagkan sepanjang tngg struktur bangunan gedung menjad beban-beban gempa nomnal statk ekvalen F yang menangkap pada pusat massa lanta tngkat ke- menurut persamaan: II-10

11 F n 1 W xz (W xz ) xv (2.3) Apabla raso antara tngg struktur bangunan gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebh 3, maka 0,1 V harus danggap beban horzontal terpusat yang bekerja pada pusat massa lanta tngkat palng atas, sedangkan 0,9 V ssanya harus dbagkan sepanjang tngkat struktur bangunan gedung menjad beban-beban gempa nomnal statk ekvalen. Waktu getar alam fundamental struktur bangunan gedung beraturan dalam arah masng-masng sumbu utama dapat dtentukan dengan rumus Raylegh sebaga berkut: T 6,3x 1 n 1 n g 1 W xd 2 Fxd (2.4) Apabla waktu getar alam fundamental T 1 struktur bangunan gedung untuk penentuan faktor respon gempa C 1 dtentukan dengan rumusrumus emprs atau ddapat dar analss vbras bebas tga dmens, nlanya tdak boleh menympang lebh dar 20% dar nla yang dhtung menurut persamaan d atas. 6) Sstem Rangka Pemkul Momen Menengah (SRPMM ) Ketentuan-ketentuan untuk Sstem Rangka Pemkul Momen Menengah (SRPMM) dar SNI , pasal yatu: a) Ketentuan pada pasal n berlaku untuk sstem rangka pemkul momen menengah. b) Detal penulangan komponen SRPMM harus memenuh ketentuanketentuan 23.10(4), bla beban aksal tekan terfaktor pada komponen struktur tdak melebh ( 10 'c Ag f ). Blabeban aksal tekan terfaktor pada komponen struktur melebh ( 10 'c Ag f ), maka 23.10(5)harus dpenuh kecual bla dpasang tulangan spral sesua persamaan 27. Bla konstrukspelat dua arah tanpa balok dgunakan sebaga bagan II-11

12 dar sstem rangka pemkul bebanlateral, maka detal penulangannya harus memenuh 23.10(6). c) Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruks pelat dua arah yang memkul beban gempa tdak boleh kurang darpada: 1. Jumlah gaya lntang yang tmbul akbat termoblsasnya kuat lentur nomnal komponen struktur pada setap ujung bentang bershnya dan gaya lntang akbat beban gravtas terfaktor (lhat Gambar 47), atau 2. Gaya lntang maksmum yang dperoleh dar kombnas beban rencana termasuk pengaruh beban gempa, E, dmana nla E dambl sebesar dua kal nla yang dtentukan dalam peraturan perencanaan tahap gempa. d) Balok 1. Kuat lentur postf komponen struktur lentur pada muka kolom tdak boleh lebh kecl dar sepertga kuat lentur negatfnya pada muka tersebut. Bak kuat lentur negatf maupun kuat lentur postf pada setap rsan penampang d sepanjang bentang tdak boleh kurang dar seperlma kuat lentur yang terbesar yang dsedakan pada kedua muka-muka kolom d kedua ujung komponen struktur tersebut. 2. Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus dpasang sengkangsepanjang jarak dua kal tngg komponen struktur dukur dar muka perletakan ke arahtengah bentang. Sengkang pertama harus dpasang pada jarak tdak lebh darpada 50 mm dar muka perletakan. Spas maksmum sengkang tdak boleh melebh: a. d/4, b. Delapan kal dameter tulangan longtudnal terkecl, c. 24 kal dameter sengkang, dan d. 300 mm. 3. Sengkang harus dpasang d sepanjang bentang balok dengan spas tdak melebh d/2. II-12

13 e) Kolom 1. Spas maksmum sengkang kat yang dpasang pada rentang l 0 dar muka hubungan balok-kolom adalah s0. Spas s0 tersebut tdak boleh melebh: a. Delapan kal dameter tulangan longtudnal terkecl, b. 24 kal dameter sengkang kat, c. Setengah dmens penampang terkecl komponen struktur, dan d. 300 mm. Panjang l 0 tdak boleh kurang darpada nla terbesar berkut n: a. Seperenam tngg bersh kolom, b. Dmens terbesar penampang kolom, dan c. 500 mm. 2. Sengkang kat pertama harus dpasang pada jarak tdak lebh darpada 0,5 s0 dar muka hubungan balok-kolom. 3. Tulangan hubungan balok-kolom harus memenuh 13.11(2). 4. Spas sengkang kat pada sebarang penampang kolom tdak boleh melebh 2 s0. f) Pelat dua arah tanpa balok 1. Momen pelat terfaktor pada tumpuan akbat beban gempa harus dtentukan untuk kombnas beban yang ddefnskan pada persamaan 6 dan 7. Semua tulangan yang dsedakan untuk memkul Ms, yatu bagan dar momen pelat yang dmbang oleh momen tumpuan, harus dpasang d dalam lajur kolom yang ddefnskan dalam 15.2(1). 2. Bagan dar momen Ms yang dtentukan oleh persamaan 89 harus dpkul oleh tulangan yang dpasang pada daerah lebar efektf yang dtentukan dalam 15.5(3(2)). 3. Setdak-tdaknya setengah jumlah tulangan lajur kolom d tumpuan dletakkan d dalam daerah lebar efektf pelat sesua 15.5(3(2)). 4. Palng sedkt seperempat dar seluruh jumlah tulangan atas lajur kolom d daerah tumpuan harus dpasang menerus d keseluruhan panjang bentang. II-13

14 5. Jumlah tulangan bawah yang menerus pada lajur kolom tdak boleh kurang darpada sepertga jumlah tulangan atas lajur kolom d daerah tumpuan. 6. Setdak-tdaknya setengah dar seluruh tulangan bawah d tengah bentang harus dteruskan dan dangkur hngga mampu mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan sesua 15.6(2(5)). 7. Pada tep pelat yang tdak menerus, semua tulangan atas dan bawah pada daerah tumpuan harus dpasang sedemkan hngga mampu mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan sesuan 15.6(2(5)). II-14

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desan struktur harus memperhatkan beberapa aspek, dantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek n merupakan aspek yang harus dpenuh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA MAKALAH TUGAS AKHIR PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA REZA FAKHRUROZI NRP 3106 100 604 Dosen Pembmbng Tavo, ST. MT. PhD JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM UNSUR-UNSUR CUACA DAN KLlM HANDOKO Jurusan Geofska dan Meteorolog, FMlPA PB Cuaca adalah gambaran konds atmosfer jangka pendek (kurang dar 24 jam) pada suatu lokas tertentu. Pernyataan sepert "har n d

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Kekakuan Balok (Beam) BAB ANAISIS STRUKTUR BAOK Struktur beam merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) ang lurus (a ) d mana pada setap ttk smpulna danggap berperlaku

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana BAB II DASAR TEORI.1. Teor Lereng Keruntuhan geser pada tanah/batuan terjad akbat gerak relatf antar butrnya. Oleh sebab tu kekuatannya tergantung pada gaya yang bekerja antar butrnya. Dengan demkan dapat

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

perencanaan dan perancangan taman bermain anak di Yogyakarta.

perencanaan dan perancangan taman bermain anak di Yogyakarta. BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN BERMAIN ANAK DI YOGYAKARTA 4.1. Pendekatan Konsep Tata Ruang dan Kualtas Ruang Pendekatan konsep dar tata ruang dan kualtas ruang n ddapat dar

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci