SISTEM QUESTION ANSWERING BAHASA INDONESIA UNTUK PERTANYAAN NON- FACTOID. Novi Yusliani dan Ayu Purwarianti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM QUESTION ANSWERING BAHASA INDONESIA UNTUK PERTANYAAN NON- FACTOID. Novi Yusliani dan Ayu Purwarianti"

Transkripsi

1 SISTEM QUESTION ANSWERING BAHASA INDONESIA UNTUK PERTANYAAN NON- FACTOID Novi Yusliani dan Ayu Purwariani Sekolah Teknik Elekro dan Informaika, Insiu Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10, Bandung, 40132, Indonesia Absrak Fokus dari peneliian ini adalah unuk mengembangkan daa dan sisem Quesion Answering (QA) Bahasa Indonesia unuk peranyaan non-facoid. Peneliian ini merupakan peneliian QA non-facoid perama unuk Bahasa Indonesia. Adapun sisem QA erdiri aas 3 komponen yaiu penganalisis peranyaan, pengambil paragraf, dan pencari jawaban. Dalam komponen penganalisis peranyaan, dengan asumsi bahwa peranyaan yang diajukan merupakan peranyaan sederhana, digunakan sisem yang berbasis auran sederhana dengan mengandalkan kaa peranyaan yang digunakan ( apa, mengapa, dan bagaimana ). Paragraf diperoleh dengan menggunakan pencarian kaa kunci baik dengan menggunakan semming aaupun idak. Unuk pencari jawaban, jawaban diperoleh dengan menggunakan pola kaa-kaa khusus yang dieapkan sebelumnya unuk seiap jenis peranyaan. Dalam komponen pencari jawaban ini, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan kaa kunci nonsemmed bersamaan dengan kaa kunci hasil semming memberikan nilai akurasi jawaban yang lebih baik, jika dibandingkan dengan penggunaan kaa kunci non-semmed saja aau kaa kunci sem saja. Dengan menggunakan 90 peranyaan yang dikumpulkan dari 10 orang Indonesia dan 61 dokumen sumber, diperoleh nilai MRR , , dan unuk ipe peranyaan definisi, alasan, dan meode secara beruruan. Kaa Kunci: peranyaan non-facoid, quesion answering Absrac Focus of his research is o develop QA daa and sysem in Bahasa Indonesia for non-facoid quesions. This research is he firs non-facoid QA for Bahasa Indonesia. QA sysem consiss of hree componens: quesion analyzer, paragraph aker, and answer seeker. In he componen of quesion analyzer, by assuming ha he quesion posed is a simple quesion, we used a simple rule-based sysem by relying on he quesion word used ( wha, why, and how ). On he componens of paragraph aker, he paragraph is obained by using keyword, eiher by using semming or no. For answer seeker, he answers obained by using specific word paerns ha previously defined for each ype of quesion. In he componen of answer seeker, he conclusion is he use of non-semmed keywords in conjuncion wih he keyword semming resuls give a beer answer accuracy compared o non-use of he keyword or keywords are semmed sem only. By using 90 quesions, we colleced from 10 people of Indonesia and he 61 source documens, obained MRR values , , and for ype definiion quesion, reason, and mehods respecively. Keywords: non-facoid quesions, quesion answering 1. Pendahuluan Terdapa beberapa ipe QA berdasarkan jawaban yang dihasilkannya. Tipe peranyaan yang diangani sebuah sisem QA erbagi aas 5 jenis peranyaan yaiu facoid, non-facoid, yesno, lis, dan opini. Unuk domain Bahasa Indonesia, sisem QA yang sudah ada hanya menangani peranyaan facoid yaiu peranyaan yang jawabannya berupa frase singka dari orang, lokasi, organisasi, anggal, angka, dan jenis jawaban singka lainnya [1]. Sejauh ini belum ada sisem QA Bahasa Indonesia yang mampu menangani peranyaan non-facoid. Peneliian ini merupakan usaha perama unuk membangun sisem QA Bahasa Indonesia dengan peranyaan non-facoid dengan moivasi bahwa jenis peranyaan non-facoid merupakan peranyaan yang sering digunakan dalam usaha memahami sesuau. Peneliian sisem QA unuk peranyaan nonfacoid sekarang ini membagi jenis peranyaan non-facoid menjadi beberapa kaegori. Terdapa enam kaegori peranyaan non-facoid seperi 10

2 Yusliani, dkk., Sisem Quesion Answering Bahasa Indonesia 11 peranyaan berorienasi definisi, alasan, meode, deraja, perubahan, dan rincian [2]. Peneliian lain mengklasifikasikan peranyaan non-facoid menjadi ipe definisi, mengapa dan bagaimana [3]. Adapun peneliian T. Mori, M. Sao, dan M. Ishioroshi [4] menambahkan sau kaegori dari peneliian J. Fukumoo [3] yaiu ipe "oher". Pada peneliian kami mengenai sisem QA Bahasa Indonesia unuk peranyaan nonfacoid, peranyaan dibagi menjadi iga kaegori yaiu definisi, alasan, dan meode [3]. Daa sisem QA pada peneliian erkai menggunakan Bahasa Jepang sebagai forma bahasa sumber dokumen dan peranyaan [2-4]. Bahasa Jepang sendiri merupakan salah sau bahasa yang banyak dielii oleh berbagai penelii sehingga sudah ersedia banyak aplikasi pemrosesan bahasa alami yang ersedia unuk Bahasa Jepang. Hal ini idak erjadi pada Bahasa Indonesia di mana masih belum ersedia aplikasi pemrosesan bahasa alami yang dapa digunakan secara bebas unuk Bahasa Indonesia. Fenomena ini juga berlaku unuk sumber daa bagi aplikasi QA. Bahasa Indonesia sendiri merupakan bahasa yang digunakan oleh lebih dari 260 jua penduduk Indonesia. Selain iu, Bahasa Indonesia juga dapa dimengeri oleh negara-negara di sekiar Indonesia yaiu Malaysia dan Brunei. Oleh sebab iu, erdapa kebuuhan pengembangan eknologi unuk pemrosesan Bahasa Indonesia ermasuk di dalamnya unuk sisem QA. Peneliian ini merupakan salah sau usaha dalam meningkakan keersediaan sumber daa unuk peneliian di bidang pemrosesan bahasa alami unuk Bahasa Indonesia. Dalam peneliian ini, QA yang dibangun menerima peranyaan dalam bahasa Indonesia dan jawaban akan dicari dari dokumen yang diulis dalam Bahasa Indonesia. Dalam hipoesis, diemukan bahwa unuk jenis peranyaan non-facoid, sebagian besar jawaban dapa dinyaakan sebagai paragraf [4][5]. Sehingga dalam peneliian awal ini, arge dari sisem QA yang dibangun adalah menemukan paragraf yang mengandung jawaban yang benar. 2. Meodologi Kerangka umum sisem QA Indonesia yang digunakan dalam peneliian ini sama dengan yang membangun sisem QA Bahasa Indonesia unuk peranyaan facoid [1]. Perbedaan jenis peranyaan yang diangani idak mengakibakan perbedaan kerangka umum dari sisem QA ini. Kerangka sisem yang digunakan dapa diliha pada gambar 1. Sisem QA dibagi aas iga komponen uama yaiu penganalisis peranyaan, pengambil dokumen, dan pencari jawaban. Komponen penganalisis peranyaan melakukan proses erhadap peranyaan masukan unuk mengambil informasi erenu dari peranyaan masukan ersebu seperi kaa kunci dan jenis peranyaan aau disebu juga Expeced Answer Type (EAT). Hasil dari penganalisis peranyaan ini digunakan oleh pengambil dokumen unuk mencari dokumen yang mungkin mengandung jawaban. Dokumen yang dihasilkan oleh pengambil dokumen besera kaa kunci dan EAT yang dihasilkan penganalisis peranyaan dijadikan masukan unuk pencari jawaban. Gambar 1. Kerangka sisem Quesion Answering. Penganalisis peranyaan non-facoid Bahasa Indonesia berfungsi sebagai komponen yang mengambil kaa kunci dari peranyaan dan meneapkan EAT aau ipe jawaban yang diinginkan. Dalam peneliian ini, kaa kunci dieapkan dengan mengambil semua kaa kerja dan kaa benda pada peranyaan. Prosedur lengkap unuk mengambil kaa kunci adalah sebagai beriku: perama, oken-isasi kalima peranyaan. Kedua, hilangkan semua sop word pada kalima. Keiga, lakukan sem unuk semua kaa. Keempa, ambil semua kaa baik yang sudah dikenai sem dan yang idak. Selain kaa kunci, komponen ini juga menghasilkan EAT dengan berdasar pada kaa anya yang digunakan pada peranyaan. Berbeda dengan peranyaan facoid, pengeksrakan EAT dari peranyaan non-facoid lebih mudah karena hanya dengan mengandalkan kaa anya, sudah dapa dienukan jenis EAT-nya. Dafar kaa anya dan EAT-nya unuk peranyaan non-facoid dapa diliha pada abel I. Komponen pengambil dokumen mencari dokumen relevan berdasar kaa kunci yang sudah dikenali sem. Komponen ini mengembalikan 15 dokumen eraas dengan nilai kesamaan cosinus eringgi berdasarkan persamaan (1).

3 12 Jurnal Ilmu Kompuer dan Informasi, Volume 4, Nomor 1, Februari 2011 TABEL I EAT DAN KATA TANYA UNTUK PERTANYAAN NON-FACTOID EAT Kaa anya dan conoh peranyaan Apakah yang dimaksud dengan Osmosis? Definisi Apa yang dimaksud dengan AIDS? Mengapa makhluk hidup membuuhkan makanan? Alasan Kenapa gaya yang diimbulkan kare kaapel disebu gaya pegas? Bagaimana proses erjadinya pernapasan dada pada manusia? Meode Bagaimanakah proses aerob secara umum erjadi? d similariy ( d j, q) d j j. q. q i1 ( w. w ij 2 w. ij i1 i1 Di mana w ij adalah bobo kaa i pada dokumen j dan w iq adalah bobo kaa i pada kalima anya. Dalam peneliian ini, bobo kaa dihiung dari nilai Tf IDF kaa ersebu. Unuk memperoleh jawaban erbaik di anara dokumen yang erpilih, komponen pencari jawaban mencocokkan pola kalima dari dokumen yang diperoleh dengan pola-pola kalima yang elah dieapkan sebelumnya. Pola kalima ini dienukan berdasarkan analisis erhadap daa kalima anya, jawaban, dan paragraf yang diperoleh dari para responden. Penjelasan lengkap mengenai daa dapa diliha pada bagian selanjunya. Dalam beberapa pola yang dinyaakan, erdapa kaa khusus yang biasanya muncul pada jawaban dari sebuah peranyaan non-facoid. Terdapa lima prosedur lengkap dari komponen pencari jawaban ini. Perama, hiung jumlah kaa kunci yang ada di dalam seiap kalima pada dokumen yang erambil (dokumen kandida jawaban). Jumlah kaa kunci ini akan menjadi bobo kalima. Kedua, hiung bobo paragraf dengan menjumlahkan semua nilai bobo dalam seiap kalima. Keiga, uru paragraf berdasarkan nilai bobo. Paragraf dengan nilai bobo erbesar akan berada di uruan perama. Keempa, ambil 50 paragraf dengan nilai bobo erbesar jika kaegori peranyaan berupa alasan dan meode. Sedangkan, pada kaegori peranyaan definisi yang diambil adalah kalima-kalima dengan nilai bobo idak sama dengan nol. Kelima, cek pola kalima yang digunakan oleh seiap kalima. Jika idak memenuhi salah sau pola, maka kalima ersebu bukan merupakan bagian dari jawaban. Jika kalima ersebu memenuhi salah sau pola, maka urukan kalima berdasar priorias auran sebagai beriku: (a)... + kaa khusus + sau aau lebih kaa kunci anpa sem, (b) sau aau lebih kaa kunci anpa sem + kaa khusus +..., (c) sau aau lebih kaa kunci anpa sem, (d)... + kaa khusus + sau iq ) w 2 iq (1) aau lebih kaa kunci dengan sem, (e) sau aau lebih kaa kunci dengan sem + kaa khusus +..., (f) sau aau lebih kaa kunci dengan sem. Dafar kaa khusus yang digunakan dapa diliha pada abel II. EAT Definisi Alasan Meode TABEL II DAFTAR KATA KHUSUS SETIAP EAT Kaa khusus sebelum kaa Kaa khusus kunci seelah kaa kunci Disebu, dikenal, yaiu, ialah, adalah, dinamakan, diarikan, mendefinisikan merupakan Menyebabkan, karena iu, oleh sebab iu, jadi, iulah sebabnya, memungkinkan adanya, karenanya, dengan demikian, maka, dikaakan, ujuan, penyebab erjadinya, sehingga, mengapa, dengan, walau demikian, namun demikian Cara, unuk, proses 3. Hasil dan Pembahasan sebab, karena, disebabkan, berujuan, erjadi karena Dilakukan pengumpulan 61 dokumen dan sepuluh orang Indonesia sebagai responden unuk menuliskan peranyaan non-facoid dan jawabannya sebagai bahan unuk sisem QA ini. Seiap responden dimina unuk menuliskan sepuluh peranyaan unuk iga jenis EAT. Seelah melakukan pengecekan secara manual erhadap peranyaan yang idak sesuai dengan jenis peranyaan non-facoid, diperoleh 90 peranyaan, 30 unuk seiap EAT. Pengujian dilakukan erhadap keiga komponen dari sisem QA, yakni penganalisis peranyaan, pengambil dokumen, dan pencari jawaban. Perama, pada penganalisis peranyaan, penglasifikasian EAT dapa dilakukan oleh komponen penganalisis peranyaan anpa kesalahan. Kedua, pada pengambil dokumen, dikembalikan 15 dokumen sebagai kandida dokumen yang dapa mengandung jawaban. Nilai akurasi dari komponen pengambil dokumen ini dapa diliha pada abel III. Pada abel III, erdapa iga nilai yang digunakan unuk mengevaluasi hasil pengembalian dokumen yaiu Recall, Precision, dan F-score. Recall adalah jumlah dokumen relevan yang erambil dibagi dengan jumlah seluruh dokumen relevan. Precision adalah jumlah dokumen relevan yang erambil dibagi dengan jumlah dokumen yang erambil. F- score adalah sebuah nilai yang memperhiungkan Recall dan Precision dengan bobo erenu, dalam peneliian ini nilai bobonya adalah sama. Keiga, pada pencari jawaban. Nilai Mean Reciprocal Rank (MRR) digunakan unuk menghiung akurasi dari komponen pencari jawaban. Nilai

4 Yusliani, dkk., Sisem Quesion Answering Bahasa Indonesia 13 MRR adalah raa-raa nilai uruan eraas (1/n) dari jawaban benar yang diperoleh. Apakah yang dimaksud dengan Osmosis? EAT: definisi Kaa anya: apakah Kaa kunci: osmosis Osmosis adalah perpindahan za pelaru melalui membran selekif permeabel dari konsenrasi za pelaru inggi menuju konsenrasi za pelaru rendah. Osmosis. Selain berlangsung secara difusi, molekul za dapa pula bergerak secara osmosis. Osmosis adalah perpindahan za pelaru melalui membran selekif permeabel dari konsenrasi za pelaru inggi menuju konsenrasi za pelaru rendah. Za pelaru ini dapa keluar masuk melewai membran secara bebas. Hanya saja za erkecil merupakan za yang sudah erseleksi. Kenapa membran sel bisa dikaakan bilayer fosfolipid? EAT: alasan Kaa anya: kenapa Kaa kunci: membran, sel, bilayer, fosfolipid Karena iu, membran ini dinamakan fosfolipid lapis ganda (bilayer fosfolipid). Membran sel ersusun aas molekul yang disebu lipoproein. Lipoproein merupakan senyawa kimia yang erdiri aas lemak fosfolipid dan proein. Leak molekul lemak berada di engah membran. Karena iu, membran ini dinamakan fosfolipid lapis ganda (bilayer fosfolipid). Bagaimana proses erjadinya peredaran darah pada burung? EAT: meode Kaa anya: Bagaimana Kaa kunci: proses, edar, darah, burung mengandung karbon dioksida dari seluruh jaringan ubuh menuju janung epanya venrikel kanan. mengandung karbon dioksida dari seluruh jaringan ubuh menuju janung epanya venrikel kanan. Oleh janung, kandungan karbon dioksida dalam darah dipompa menuju paru-paru unuk dilepaskan, sedangkan gas oksigen diika paru-paru. Kandungan oksigen dalam darah ini dialirkan menuju ke janung lagi, selanjunya masuk ke arium kiri, dan akhirnya ke venrikel kiri. Peredaran yang demikian ini dinamakan peredaran darah kecil. Seelah dari venrikel kiri, darah yang mengandung oksigen akan diedarkan menuju seluruh sel ubuh. Pada sel-sel ubuh ini, kandungan oksigen dalam darah dilepaskan, semenara gas karbon dioksida sebagai sisa meabolisme diika. Kemudian, darah yang mengandung karbon dioksida ini dialirkan menuju janung. Perisiwa ini akan erjadi berulang-ulang dan dinamakan peredaran darah besar. Gambar 2. Conoh peranyaan dengan jawaban benar. Dalam evaluasi ini, unuk seiap peranyaan, sisem QA menghasilkan 20 jawaban. Dari 90 peranyaan (30 unuk definisi, 30 unuk alasan, dan 30 unuk meode), diperoleh nilai MRR unuk peranyaan definisi, nilai MRR unuk peranyaan alasan, dan nilai MRR unuk peranyaan meode. TABEL III AKURASI KOMPONEN PENGAMBIL DOKUMEN Precision Recall F-Score Defnisi Alasan Meode Gambar 2 menunjukkan conoh jawaban benar yang diberikan oleh sisem QA di mana yang dihasilkan oleh sisem adalah paragraf yang mengandung kalima jawaban. Peranyaan perama merupakan peranyaan definisi yang jawabannya berada pada kalima yang memenuhi pola b yaiu sau aau lebih kaa kunci anpa sem + kaa khusus + dengan kaa khusus adalah. Peranyaan kedua adalah peranyaan alasan yang jawabannya berada pada kalima dengan pola a yaiu + kaa khusus + sau aau lebih kaa kunci anpa sem, dengan kaa khusus karena iu. Sedangkan peranyaan keiga adalah peranyaan meode dengan jawaban yang berada pada kalima berpola a dengan kaa khusus proses. Meskipun pola yang dienukan elah dapa menghasilkan jawaban benar unuk sebagian peranyaan, namun pola ini masih belum benar unuk peranyaan-peranyaan lainnya dengan conoh yang dapa diliha pada gambar 3. Pada peranyaan perama, pola yang digunakan adalah poladengan kaa khusus proses di mana kaa kunci yang ada pada kalima kandida merupakan kaa kunci anpa sem sehingga memiliki nilai priorias auran yang lebih inggi daripada jawaban yang sebenarnya, yang kemudian idak dapa dikembalikan sama sekali oleh sisem. Sedangkan pada peranyaan kedua, nilai TF IDF dari kandida kalima lebih inggi daripada kalima yang mengandung jawaban sebenarnya. Penyebab keidakakuraan dari sisem QA erjadi karena beberapa fakor. Perama, peranyaan yang diberikan erlalu umum aau erlalu khusus sehingga kalima benar idak berhasil diambil di mana nilai TF IDF dari kalima ersebu lebih rendah daripada kalima lain dengan jumlah kaa kunci yang sama dengan kalima anya. Kedua, paragraf yang mengandung jawaban memiliki kaa kunci yang ersebar pada beberapa kalima dari paragraf ersebu sehingga nilai kalima menjadi lebih rendah dibanding kalima lain yang memiliki kaa kunci yang lebih banyak. Keiga, erdapanya kalima salah yang

5 14 Jurnal Ilmu Kompuer dan Informasi, Volume 4, Nomor 1, Februari 2011 mengandung pola jawaban benar dan nilai kaa kunci yang inggi. Selain kedua kasus di aas, erdapa juga kasus di mana jawaban yang dihasilkan sisem idak berada pada uruan perama dari kandida jawaban. Conoh kasus ini dapa diliha pada gambar 4. bagaimana proses erjadinya peredaran darah pada repilia? EAT: meode Kaa anya: bagaimana Kaa kunci: proses, edar, darah, repilia mengandung karbon dioksida dari seluruh jaringan ubuh menuju janung epanya venrikel kanan Saa darah repilia beredar, darah yang mengandung karbon dioksida (CO2) dari seluruh jaringan ubuh dialirkan menuju sinus venosus. Seelah iu, darah menuju arium kanan, dan dilanjukan ke venrikel. Berikunya, darah mengalir menuju areri pulmonalis dan akhirnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru, kandungan gas karbon dioksida (CO2) dalam darah dilepaskan, semenara gas oksigen (O2) diika. Mengapa pada saa kia memakan sesuau misalnya nasi, erasa manis? EAT: alasan Kaa anya: mengapa Kaa kunci: makan, nasi, manis Adanya umbuhan akan menjadikan suau daerah memiliki berbagai organisme pemakan umbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan umbuhan ersebu Saa makanan dikunyah dalam mulu, makanan dibasahi oleh air liur. Makanan menjadi licin dan mudah dielan. Selain iu, air liur mengandung enzim pialin aau amilase. Enzim ini berfungsi unuk mencerna za epung (amilum) secara kimiawi menjadi za gula. Iulah sebabnya, saa mengunyah nasi dalam waku lama kia akan merasakan manis. Pencernaan seperi ini merupakan conoh pencernaan kimiawi. Gambar 3. Conoh peranyaan dengan jawaban salah. 4. Kesimpulan Dari peneliian sisem QA non-facoid unuk bahasa Indonesia, diperoleh beberapa kesimpulan. Seperi elah dinyaakan sebelumnya, pendekaan umum unuk menyelesaikan sebuah sisem QA dapa dierapkan unuk sisem QA non-facoid di mana sisem erbagi aas iga komponen yaiu penganalisis peranyaan, pengambil dokumen, dan pencari jawaban. Pada komponen penganalisis peranyaan, pengklasifikasian EAT dari peranyaan non-facoid dapa diangani hanya dengan berdasarkan pada kaa anya yang digunakan. Pada komponen pengambil dokumen, penggunaan bobo TF IDF eap dapa memberikan nilai akurasi dokumen erambil yang cukup baik seperi dapa diliha pada hasil pengujian. Pada komponen pencari jawaban, penguruan kandida kalima jawaban berdasarkan beberapa auran dan kaa-kaa khusus juga dapa memberikan nilai akurasi QA yang baik eruama unuk jenis peranyaan definisi. Adapun unuk peranyaan alasan dan meode, dibuuhkan eknik yang dapa menggabungkan nilai dari beberapa kalima di mana jawaban biasanya merupakan serangkaian kalima. Apa yang dimaksud dengan hormon? EAT: definisi (definiion) Kaa anya: apa (wha) Kaa kunci: hormon 1. Hormon merupakan suau za yang dihasilkan oleh suau bagian dalam ubuh 2. Hormon merupakan za yang berfungsi unuk mengendalikan berbagai fungsi di dalam ubuh. 3. Hormon merupakan za spesifik berupa za organik yang dihasilkan oleh suau bagian umbuhan unuk mengaur perumbuhan dan perkembangannya. Hormon merupakan za spesifik berupa za organik yang dihasilkan oleh suau bagian umbuhan unuk mengaur perumbuhan dan perkembangannya. Hormon juga dapa menghamba perumbuhan dan perkembangan umbuhan. Referensi Gambar 4. Jawaban benar bukan pada uruan. [1] A. Purwariani, Developing Cross Language Sysems for Language Pair wih Limied Resource: Indonesian Japanese CLIR and CLQA, Ph.D Thesis, Toyohashi Universiy of Technology, Japan, [2] M. Muraa, S. Tsukawaki, T. Kanamaru, Q. Ma, & H. Isahara, A Sysem for Answering Non-facoid Japanese Quesions by Using Passage Rerieval Weighed Based on Type of Answer In Proceedings of NTCIR-6 Workshop Meeing, pp , [3] J. Fukumoo, Quesion Answering Sysem for Non-facoid Type Quesions and Auomaic Evaluaion based on BE Mehod In Proceedings of NTCIR-6 Workshop Meeing, pp , [4] T. Mori, M. Sao, & M. Ishioroshi, Answering Any Class of Japanese nonfacoid Quesion by using he Web and Example Q&A Pairs from a Social Q&A Websie In IEEE/WIC/ACM Inernaional Conferences on Web Inelligence and Inelligen Agen Technology, pp , [5] J. Mizuno, T. Akiba, A. Fujii, & K. Iou, Non-facoid Quesion Answering Experimens a NTCIR-6: Towards Answer Type Deecion for Real World Quesions In Proceedings of NTCIR-6 Workshop Meeing, pp , 2007.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sukoharjo. Permasalahan yang dibahas pada penelitian yang dilakukan Yuri BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka Sisem persediaaan ini pernah dibua oleh Yuri Prasyo (27) yaiu dengan judul Kompuerisasi sysem persediaan barang pada grahadia compuer sukoharjo.

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR

EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Yogyakara, 7 Juni 006 EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Rila Mandala Kelompok Keahlian Informaika, Sekolah Teknik Elekro dan Informaika, Insiu Teknologi Bandung Jalan Ganesha

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS Deddy Wijaya Sulianoro 1, *), Irya Wisnubhadra 2) dan Ernawai 3) 1) Magiser Teknik Informaika, Universias Ama Jaya Yogyakara

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON. Oleh: Nurul Hidayati EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 SEWON Oleh: Nurul Hidayai Mahasiswa S1 Pendidikan Maemaika, Fakulas Keguruan dan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Maa Pelajaran : I P A Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, anggal : Kamis, 12 Juni 2008 Waku : 90 Meni PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

PENERAPAN SENTIMENT ANALYSIS PADA HASIL EVALUASI DOSEN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE

PENERAPAN SENTIMENT ANALYSIS PADA HASIL EVALUASI DOSEN DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE PEERAPA SETIMET AALYSIS PADA HASIL EVALUASI DOSE DEGA METODE SUPPORT VECTOR MACHIE Valonia Inge Sanoso¹, Gloria Virginia², Yuan Lukio³ Program Sudi Teknik Informaika Fakulas Teknologi Informasi Universias

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci