EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR"

Transkripsi

1 Yogyakara, 7 Juni 006 EVALUASI KINERJA SISTEM PENYARINGAN INFORMASI MODEL RUANG VEKTOR Rila Mandala Kelompok Keahlian Informaika, Sekolah Teknik Elekro dan Informaika, Insiu Teknologi Bandung Jalan Ganesha 0 Bandung, Indonesia rila@if.ib.ac.id ABSTRAKSI Penyaringan Informasi (Informaion Filering) adalah sebuah kajian mengenai pemfileran suau aliran informasi dinamis dalam volume besar dan menyampaikannya kepada pengguna erenu unuk memenuhi kebuuhan informasinya. Kajian ini berkerja pada informasi idak ersrukur. Aliran informasi yang dikaji merupakan sekumpulan dokumen mengenai berbagai opik dan kebuuhan informasi dinyaakan dalam benuk profil pengguna. Makalah ini membahas sisem Informaion Filering yang menggunakan meode Model Ruang Vekor unuk memodelkan dokumen dan profil pengguna. Tiap dokumen dan profil akan direpresenasikan dalam benuk vekor-vekor. Elemen vekor adalah erm-erm yang erdapa pada dokumen dan profil dan dilengkapi dengan bobo masing-masing erm. Evaluasi performansi dilakukan dengan menggunakan sebuah koleksi dokumen sebagai aliran informasi dan sebuah kumpulan profil sebagai pemfiler. Dengan mengamai hasil pemfileran, dokumen yang disampaikan sisem kepada pengguna cukup sesuai dengan kebuuhan informasinya. Performansi lebih lanju diukur dengan kalkulasi nilai Recall dan Precision dengan menggunakan daa penilaian manusia akan relevansi dokumen erhadap profil. Kaa kunci: informaion filering, model ruang vekor, Evaluasi Performansi.. PENDAHULUAN Dalam kehidupan masyaraka saa ini, informasi elah menjadi kebuuhan yang sanga pening. Informasi menjadi salah sau sumber daya yang dapa memberikan nilai ambah bagi pemilik informasi ersebu. Dengan adanya inerne, penyebaran informasi semakin cepa dan murah. Siapa saja dapa dengan mudah mengakses informasi yang diampilkan dalam benuk halamanhalaman web maupun . Namun semakin besarnya jumlah informasi yang erdisribusi membua pengguna suli menemukan dan memanfaakan informasi yang beul-beul dibuuhkannya. Hal ersebu juga disebabkan oleh kurangnya perangka yang dapa dimanfaakan pengguna unuk mengelola aliran informasi ersebu. Oleh karena iu perlu adanya suau mekanisme yang membanu pengguna dalam mendapakan informasi mengenai opik-opik yang sesuai dengan kebuuhannya. Informaion Filering (IF) adalah salah sau meode yang secara cepa berkembang unuk mengelola aliran informasi yang daang kepada pengguna. Tujuan dari Informaion Filering adalah membawa pengguna kepada hanya informasi yang relevan erhadap kebuuhan mereka. Sisem IF elah dikembangkan beberapa ahun erakhir ini unuk berbagai domain aplikasi. Beberapa conoh dari aplikasi pemfileran adalah pemfileran personal berdasarkan profil personal, pemfiler browser yang memblok informasi yang idak sesuai, filer yang dirancang agar anak-anak hanya dapa mengakses informasi yang sesuai bagi mereka, dan lain-lain. Secara umum ujuan uama dari IF adalah mengarahkan informasi yang paling berharga (relevan) kepada pengguna secara oomais dan membanu pengguna memanfaakan waku membaca dokumen yang erbaas secara lebih opimal. Informaion filering, seperi juga Informaion Rerieval (sisem emu balik informasi), menangani ruang informasi idak ersrukur dan kebuuhan pengguna akan informasi spesifik[won97]. Sisem emu balik informasi menangani ruang informasi yang sabil dan kebuuhan pengguna akan informasi yang bervariasi / dinamis, sedangkan Informaion Filering menangani ruang informasi yang dinamis dan kebuuhan pengguna akan informasi yang relaif sabil. Permasalahan dalam Informaion Filering dengan demikian dapa dinyaakan sebagai beriku: erhadap sejumlah objek informasi dinamis, sisem Informaion Filering mencocokkan karakerisik dari objek informasi ersebu dengan profil pengguna, yaiu deskripsi dari kebuuhan informasi pengguna, unuk mendapakan perkiraan relevansi anara objek informasi ersebu erhadap kebuuhan informasi. Sisem profil akan menunjukkan keerarikan dan pilihan pengguna, dan penggunaannya membanu pengguna unuk melakukan akses erkendali erhadap bagian yang relevan dari informasi[won97]. Sisem profil ersebu akan berindak sebagai inermediaor anara pengguna dan objek informasi. Dalam penenuan relevansi ersebu, pendekaan yang digunakan adalah pendekaan binary classificaion sysem dimana dokumen hanya akan diklasifikasikan sebagai dokumen relevan aau idak, dan idak dilakukan penguruan peringka (ranking)[lew96]. G-5

2 Yogyakara, 7 Juni 006. KONSEP INFORMATION FILTERING Bahasa adalah benuk yang memungkinkan manusia mengekspresikan ide, dan eks adalah benuk dimana bahasa paling mudah diangani oleh sisem kompuer saa ini. Informasi dalam jumlah besar disimpan dalam benuk eks. Informaion Filering adalah sebuah kajian mengenai pemfileran suau aliran informasi dinamis dalam volume besar dan menyampaikannya kepada pengguna erenu unuk memenuhi kebuuhan informasinya[oar96]. Kajian mengenai perolehan informasi yang elah banyak dikenal adalah Temu Balik Informasi (Informaion Rerieval). Kemudian kajian mengenai Informaion Filering, yang bersama kajian emu balik informasi disebu sebagai keping maa uang dengan dua sisi, mulai berkembang. Informaion filering, seperi juga Informaion Rerieval (Temu Balik Informasi), menangani ruang informasi idak ersrukur dan kebuuhan pengguna akan informasi spesifik[won97]. Hal ini yang membedakan keduanya dengan konsep basis daa yang menangani query dan kumpulan daa bersrukur erenu. Kajian Temu Balik Informasi menangani ruang informasi yang sabil dan kebuuhan pengguna akan informasi yang bervariasi/dinamis, sedangkan Informaion Filering menangani ruang informasi yang dinamis dan kebuuhan pengguna akan informasi yang relaif sabil. Permasalahan dalam Informaion Filering dengan demikian dapa dinyaakan sebagai beriku: erhadap sejumlah objek informasi dinamis, sisem Informaion Filering mencocokkan karakerisik dari objek informasi ersebu dengan profil pengguna, yaiu deskripsi dari kebuuhan informasi pengguna, unuk mendapakan perkiraan relevansi anara objek informasi ersebu erhadap kebuuhan informasi. Sisem profil akan menunjukkan keerarikan dan pilihan pengguna, dan penggunaannya membanu pengguna unuk melakukan akses erkendali erhadap bagian yang relevan dari informasi[won97]. Sisem profil ersebu akan berindak sebagai inermediaor anara pengguna dan objek informasi. Dalam penenuan relevansi ersebu, pendekaan yang digunakan adalah pendekaan binary classificaion sysem dimana dokumen hanya akan diklasifikasikan sebagai dokumen relevan aau idak, dan idak dilakukan penguruan peringka (ranking)[lew96]. Seiap pendekaan yang dilakukan unuk Informaion Filering maupun Informaion Rerieval memiliki empa komponen dasar:. Teknik unuk merepresenasikan dokumen. Teknik unuk merepresenasikan kebuuhan informasi (misalnya: konsruksi profil) 3. ara unuk membandingkan profil dengan represenasi dokumen 4. ara unuk menggunakan hasil dari pembandingan ersebu Perbedaan sisem Informaion Filering dan Informaion Rerieval pada umumnya dapa diliha pada Gambar. Koleksi Dokumen sais Koleksi Dokumen dinamis Query dinamis Sisem IR Query/Profil sais Sisem IF Kumpulan dokumen relevan erhadap query eruru berdasarkan ranking Kumpulan dokumen relevan erhadap query/ profil Gambar. Perbandingan Sisem Informaion Filering dengan Informaion Rerieval Objekif dari konsep yang dikaji adalah unuk mengoomasi proses pemeriksaan dokumen dengan melakukan kompuasi perbandingan anara represenasi kebuuhan (profil) dengan represenasi dokumen. Proses yang dioomasi ini disebu berhasil apabila memberikan hasil yang mirip dengan hasil perbandingan secara manual oleh manusia. Model sisem Informaion Filering dapa digambarkan seperi pada Gambar. Ruang Mina Pengguna Fungsi Akuisisi Profil Kebuuhan Informasi Profil Relevan / idak Penilaian Manusia Fungsi Pembanding Relevan / Tidak Dokumen Represenasi Fungsi Represenasi Dokumen Ruang Dokumen Gambar. Model Sisem Informaion Filering 3. MODEL RUANG VEKTOR Model Ruang Vekor merupakan suau meode yang cukup banyak digunakan dalam sisem Informaion Rerieval. Namun karena konsep Informaion Filering memiliki prinsip yang mirip dengan Informaion Rerieval, maka Model Ruang Vekor ini juga dapa diimplemenasikan pada aplikasi Informaion Filering. Kakas-kakas G-6

3 Yogyakara, 7 Juni 006 pendukung Model Ruang Vekor seperi unuk semming juga eap dapa dimanfaakan. Dengan menggunakan Model Ruang Vekor, dokumen-dokumen yang ada dan profil pengguna akan dipeakan menjadi n dimensi vekor[gro98]. Profil pengguna akan menjadi query yang relaif eap bagi dokumen-dokumen yang berubah secara dinamis. Banyaknya dimensi dari ruang vekor akan dienukan oleh jumlah kaa signifikan yang erdapa dalam dokumen aaupun profil/query. Diasumsikan erdapa buah erm yang berbeda, yang disebu vocabulary aau erm index, pada koleksi dokumen dan profil. Kumpulan erm ersebu akan dibenuk menjadi sebuah ruang vekor dengan dimensi = = vocabulary. Tiap dokumen aau profil akan direpresenasikan sebagai sebuah vekor. Panjang dari iap vekor akan bervariasi sesuai dengan bobo dari masing-masing erm yang menjadi elemen vekor. Seiap erm i, dalam dokumen aau profil, j, diberi bobo beripe real, w i,j. Represenasi dokumen dan profil dalam benuk vekor berdimensi digambarkan seperi pada Gambar 3 dan dengan represenasi maemais: d j = ( w j, w j,, w j ) () conoh: D = T + 3T + 5T3 D = 3T + 7T + T3 Q = 0T + 0T + T3 Koleksi dari n buah dokumen dapa direpresenasikan dalam Model Ruang Vekor dengan sebuah mariks erm-dokumen sebagai beriku: D D : : D n T T. T w w w w w w : : : : : : w n w n w n Gambar 3. Represenasi Vekor dokumen dan query Sebuah enri dalam mariks erm-dokumen berkorespondensi dengan bobo sebuah erm dalam dokumen erenu. Nilai 0 berari keberadaan erm ersebu idak signifikan dalam dokumen aau erm ersebu idak erdapa dalam dokumen. Pemboboan erm unuk Model Ruang Vekor dapa dilakukan dengan konsep Term Frequency (Tf) dan Inverse Documen Frequency (Idf). Term frequency suau erm adalah jumlah erm ersebu dapa diemukan dalam dokumen aau profil. Semakin banyak suau erm diemukan dalam dokumen berari erm ersebu semakin pening dan semakin indikaif erhadap suau opik. Documen Frequency suau erm adalah banyaknya dokumen dalam koleksi, yang mengandung kemunculan erm ersebu. Inverse Documen Frequency suau erm adalah invers dari Df, yaiu /Df. Nilai Idf suau erm yang inggi menunjukkan bahwa erm ersebu pening/signifikan karena idak banyak dipakai di dokumen-dokumen dalam koleksi. Sebaliknya nilai Idf suau erm yang rendah menunjukkan bahwa erm ersebu idak pening karena banyak dipakai di dokumen-dokumen dalam koleksi. Sebuah erm yang sering muncul dalam sebuah dokumen, namun jarang muncul di sisa dokumen dalam koleksi, akan memperoleh bobo yang inggi. Profil/query diperlakukan sama seperi dokumen dalam pembenukan vekor dan diberi bobo dengan pemboboan Tf-Idf yang sama. Relevansi anara query dengan suau dokumen (dikenal juga dengan isilah similarias) adalah suau ukuran kemiripan anara represenasi dokumen dengan represenasi kebuuhan pengguna (profil). Ukuran kemiripan (Similariy Measure) adalah sebuah fungsi unuk menenukan deraja kemiripan (degree of similariy) anara dua buah vekor. Penggunaan ukuran kemiripan anara query dan dokumen-dokumen memungkinkan:. Perankingan dokumen-dokumen yang diperoleh sesuai uruan relevansi. Pembuaan nilai ambang (hreshold) erenu agar ukuran himpunan dokumen yang diperoleh dapa dikendalikan. Ukuran kemiripan yang sering digunakan adalah do produc dan osine Similariy Measure. Ukuran kemiripan dengan do produc adalah perhiungan yang cukup sederhana dalam menenukan similarias suau dokumen dengan query. Do produc memberikan ingka kemiripan anara vekor dokumen d i dan query q dengan menghiung do produc anara dua vekor: w. ij wiq sim(d j,q) = d j q = () dimana d j adalah vekor dokumen j, q adalah vekor query, w ij adalah bobo erm i dalam dokumen j, dan w iq adalah bobo erm i dalam query. onoh perhiungan: D = T + 3T + 5T3 D = 3T + 7T + T3 Q = 0T + 0T + T3 sim(d, Q) = *0 + 3*0 + 5* = 0 sim(d, Q) = 3*0 + 7*0 + * = G-7

4 Yogyakara, 7 Juni 006 Pada Model Ruang Vekor, penenuan kemiripan yang lebih epa didasarkan pada perhiungan besarnya sudu yang dibenuk oleh vekor query dan vekor dokumen ersebu. Sudu yang semakin kecil menunjukkan deraja relevansi yang semakin besar. Unuk mengaasi kesulian menenukan besar sudu anar vekor, dapa digunakan konsep kosinus dimana sudu yang kecil memiliki nilai kosinus besar dan sudu yang besar memiliki nilai kosinus yang kecil. osine Similariy Measure memberikan ingka kemiripan anara vekor dokumen d i dan query q dengan melakukan perhiungan besar kosinus dari sudu yang dibenuk oleh dua vekor. onoh dua vekor dokumen dan sebuah vekor query diampilkan pada Gambar 4 beriku ini: dibandingkan dengan konsep Do Produc. Normalisasi ini dilakukan karena dokumen yang panjang cenderung mengulang-ulang penggunaan erm-erm sehingga nilai f erm-erm ersebu akan sanga inggi. Akibanya pemboboan dengan do produc akan menjadi kurang adil dimana hasil dari pencocokan(maching) akan cenderung lebih menguamakan dokumen-dokumen yang panjang. Model Ruang Vekor memiliki kelemahan dimana erm-erm yang memiliki makna yang sama (misalnya: walk, walked, walking) bisa dianggap sebagai elemen vekor yang berbeda. Unuk iu diperlukan kakas pendukung yaiu kakas semming yang akan merepresenasikan erm-erm demikian ke dalam sau benuk (misalnya: walk, walked, walking semuanya dibenuk menjadi walk). D θ θ 3 Q 4. EKSPERIMEN Pengukuran performansi dari sisem Informaion Filering dapa dilakukan dengan besaran-besaran pengukuran erenu. Krieria yang digunakan unuk mengevaluasi keakuraan sisem Informaion Filering adalah:. Semua dokumen yang relevan dengan kebuuhan informasi pengguna didisribusikan pada pengguna yang epa.. Tidak ada sau pun dokumen idak relevan yang didisribusikan pada pengguna yang idak menginginkannya. D Gambar 4. onoh iga vekor dan sudu yang erbenuk Q dan D adalah vekor query dan dokumen. Perkalian dalam (Inner Produc) dari kedua vekor ersebu adalah: Q D = Q D cosθ sedangkan D = n D i Q = n Q i (3) dan (4) merupakan panjang vekor aau jarak Euclidean suau vekor dengan iik nol. Dengan demikian, ukuran kosinus sudu anara kedua vekor dapa dinyaakan sebagai: ossim(d j,q)= ( wij. wiq ) w ij. w iq (5) Perhiungan osine Similariy Measure ersebu memperhiungkan normalisasi dari panjang dokumen dengan adanya penyebu d j dan q, bila Kumpulan seluruh dokumen A B A B Kumpulan dokumen yang didisribusikan oleh sisem Kumpulan dokumen yang relevan dengan kebuuhan informasi Kumpulan dokumen yang didisribusikan oleh sisemdan relevan dengan kebuuhan informasi pengguna Gambar 5. Model Kumpulan Dokumen Dua besaran pengukuran yang sering digunakan dalam sisem emu balik informasi adalah Recall dan Precision. Dengan mengamai Gambar 5, perhiungan nilai Recall dan Precision adalah: Recall = B, 0 Recall (6) Precision = A, 0 Precision (7) Sisem ideal adalah sisem dengan Recall= dan Precision=. Recall dan Precision cenderung memiliki nilai yang saling berbanding erbalik. Kedua besaran pengukuran ersebu juga dapa dierapkan pada sisem Informaion Filering. Recall merupakan jawaban unuk krieria keakuraan sisem yang perama, sedangkan Precision G-8

5 Yogyakara, 7 Juni 006 merupakan jawaban unuk krieria kedua. Recall dan Precision dihiung dengan membandingkan hasil pemfileran/pe-rerieve-an oleh sisem dengan hasil pemfileran/pe-rerieve-an oleh manusia. Hasil pemfileran/pe-rerieve-an oleh manusia ersebu ersimpan sebagai penilaian relevansi (relevance judgemen) anara dokumen dan query/profil. Perhiungan Recall dan Precision berlaku unuk se measure aau perhiungan dalam model himpunan seperi pada pendekaan binary classificaion sysem ini. Hasil pengujian ingka performansi IFVecor menunjukkan bahwa nilai Recall IFVecor cukup baik pada kisaran nilai ambang 0,05-0, yaiu sekiar 0,75-0,97. Nilai Recall ersebu semakin menurun dengan semakin ingginya nilai ambang yang digunakan. Nilai Precision juga menunjukkan hasil yang cukup baik yaiu berkisar pada nilai 0,69-0,93. Peningkaan nilai ambang menyaakan semakin ingginya ingka similarias anara dokumen dan profil yang diinginkan. Hal ersebu berakiba pada semakin sedikinya jumlah dokumen yang lolos dari pemfileran daripada seharusnya (Recall mengecil) dan makin sediki pula dokumen idak relevan yang dierima pengguna (Precision membesar). Demikian juga sebaliknya dimana penurunan nilai ambang menyaakan semakin rendahnya unuan ingka similarias anara dokumen dan profil yang diinginkan. Hal ersebu berakiba pada semakin banyaknya jumlah dokumen relevan yang lolos dari pemfileran (Recall membesar) dan makin besar pula kemungkinan dokumen idak relevan iku dierima pengguna (Precision mengecil). sg/papers/paper3.pdf Tanggal akses: 5 Mare 004 [FRA9] Frakes, William B., Riardo Baeza- Yaes (99). Informaion Rerieval Daa Srucures & Algorihms. Prenice Hall. [GRO98] Grossman, David A., Ophir Frieder (998). Informaion Rerieval: Algorihms and Heurisics. Kluwer Academic Publisher. [RIJ79] Rijsbergen,.J. van (979). Informaion rerieval. hp:// hml. Tanggal akses: 4 Mare 004 [WON97] Wondergem, B..M., P. van Bommel, T.W.. Huibers and T.P. van der Weide (997). Towards an Agen- Based Rerieval Engine (Profile Informaion Filering Projec). Briish ompuer Sociey. hp://ewic.bcs.org/conferences/997/ir sg/papers/paper3.pdf Tanggal akses: 5 Mare 004 [OAR96] Oard, Douglas W., Gary Marchionini (996). A oncepual Framework for Tex Filering. hp:// er.hml Tanggal akses: 5 Mare KESIMPULAN Makalah ini membahas enang sisem penyaringan informasi dengan menggunakan model ruang vekor. Performansi dari sisem ini juga diukur dengan menggunakan besaran recall dan precision. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa model ruang vekor dapa memberikan performansi yang baik. DAFTAR PUSTAKA [GRO98] Grossman, David A., Ophir Frieder (998). Informaion Rerieval: Algorihms and Heurisics. Kluwer Academic Publisher. [LEW96] Lewis, David D. (996). The TRE-4 Filering Track. hp://rec.nis.gov/pubs/rec4/4_procee dings.hml Tanggal akses: 7 Februari 003 [WON97] Wondergem, B..M., P. van Bommel, T.W.. Huibers and T.P. van der Weide (997). Towards an Agen- Based Rerieval Engine (Profile Informaion Filering Projec). Briish ompuer Sociey. hp://ewic.bcs.org/conferences/997/ir G-9

6 Yogyakara, 7 Juni 006 G-0

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS

INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS INTEGRASI PEMBOBOTAN TF-IDF PADA METODE K-MEANS UNTUK CLUSTERING DOKUMEN TEKS Deddy Wijaya Sulianoro 1, *), Irya Wisnubhadra 2) dan Ernawai 3) 1) Magiser Teknik Informaika, Universias Ama Jaya Yogyakara

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR MUHG/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN 8 VEKTOR DAN NILAI EIGEN /5/7 9.9 Beberapa Aplikasi Ruang Eigen Uji Kesabilan dalam sisem dinamik Opimasi dengan SVD pada pengolahan Cira Sisem Transmisi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai

BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Bab ini membahas suatu vektor tidak nol x dan skalar l yang mempunyai BAB IV NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Bab ini membahas suau vekor idak nol dan skalar l yang mempunyai hubungan erenu dengan suau mariks A. Hubungan ersebu dinyaakan dalam benuk A λ. Bagaimana kia memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 7 NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Nilai Eigen dan Vekor Eigen. Diagonalisasi. Diagonalisasi secara Orogonal 7. NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci