BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV. PEMBAHASAN

PADA GRAF PRISMA BERCABANG

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

ALJABAR LINIER LANJUT

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

BAB II LANDASAN TEORI

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

STATISTIK DESKRIPTIF UKURAN LETAK DATA

UKURAN GEJALA PUSAT &

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP

EKSISTENSI DAN KETUNGGALAN SOLUSI HARGA OPSI EROPA

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

TRANSITIF KLOSUR DARI GABUNGAN DUA RELASI EKUIVALENSI PADA SUATU HIMPUNAN DENGAN STRUKTUR DATA DINAMIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES


III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KRITERIA MEMILIH PENDUGA TITIK TERBAIK. Abstrak

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

VLE dari Korelasi nilai K

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB III. Monte Carlo dan metode least-square, maka pada bab ini diantaranya akan

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

III. PEMBAHASAN. Untuk transaksi dengan arah x y z x, maka tiap kurs dapat didefinisikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

V = adalah himpunan hingga, dan misalkan

STATISTIKA. Rumus : 1. Menentukan banyaknya data/responden dari diagram lingkaran:

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

BAB IV METODA RUNGE-KUTTA ORDE 4 PADA MODEL ALIRAN FLUIDA YANG TERGANGGU

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

Jurnal Pendidikan Matematika & Matematika

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

MODEL SUMBER - KONSUMEN. Oleh : UMI HIDAYATI G

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut berdasarkan pada konsep dervatf atas dan dervatf bawah yang telah dbahas pada bagan.5 defns.5.4. Defns dar fungs mayor dan mnor dgunakan untuk mendefnskan ntegral Perron yang akan dbahas pada bab IV. Sajan berkut n dmula dengan membahas defns dan contoh dar fungs mayor dan mnor, kemudan dlanjutkan dengan bahasan tentang sfat monoton dan ε adjoned dar fungs mayor dan fungs mnor. Defns dan Contoh Fungs Mayor dan Fungs Mnor Msalkan fungs f :[ a, b] { +, } dengan a, b. Berkut n defns dar fungs mayor dan fungs mnor dar fungs f pada [ a, b ]. Defns 3.1.1 Suatu fungs ψ dsebut fungs mayor untuk f pada nterval [ a, b ] jka Dψ ( x) f ( x), untuk setap x [ a, b]. 9

30 Defns 3.1. Suatu fungs ϕ dsebut fungs Mnor untuk f pada nterval [a,b] jka f ( x) Dϕ ( x) +, untuk setap x [ a, b]. Untuk lebh jelasnya, berkut akan d berkan beberapa contoh fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs f. Contoh 3.1.3 π Msalkan E : = x 0 x dan f : E dengan defns f ( x ) = sn x. Dplh ψ ( x) = cos x dan ϕ ( x) = cos x sn x, maka dperoleh Dψ ( x) = sn x dan + Dϕ ( x) = sn x cos x, untuk setap x Selanjutnya dpenuh konds-konds sebaga berkut : Dψ ( x) = sn x f ( x) dan + Dϕ ( x) = sn x cos x f ( x) untuk setap x Berdasarkan defns 3.1.1 dan 3.1. fungs ψ adalah fungs mayor dar f dan ϕ adalah fungs mnor dar f pada

31 Contoh 3.1.4 Msalkan E = [1,3], f : E dengan f ( x) = x. Dplh ψ ( x) = x 1 dan ϕ ( x) = x 1, maka dperoleh ψ ( ) D x = x dan + Dϕ ( x) = x, untuk setap x [1,3]. Selanjutnya dpenuh konds-konds Dψ ( x) = x f ( x) dan + Dϕ ( x) = x f ( x), untuk setap x [1,3]. Berdasarkan defns 3.1.1 dan 3.1. fungs ψ adalah fungs mayor dar f dan ϕ adalah fungs mnor dar f pada [ 1,3 ]. Sfat Monoton dan ε adjoned dar Fungs Mayor dan Mnor Berkut akan dbahas kemonoton dar fungs mayor dan mnor, kemudan dlanjutkan dengan sfat ε adjoned dar fungs mayor dan mnor suatu fungs f pada nterval tertutup [a,b]. Teorema 3..1 Jka ψ fungs Mayor dan ϕ fungs mnor dar f pada nterval [ a, b ] dan ψ, ϕ masng-masng terdferensabel hampr dsetap x [ a, b] kecual pada hmpunan denumerabel, maka fungs ψ ϕ monoton nak pada nterval [ a, b ]. Bukt : Dberkan sembarang fungs mayorψ dan fungs mnor ϕ dar f pada nterval [a,b] yang terdferensal hampr dsetap x [ a, b]. Berdasarkan teorema.5.7 dan

3 teorema.5. berlaku ( ) D ψ ( x) ϕ( x) Dψ ( x) + D( ϕ ( x)) Dψ ( x) Dϕ ( x) ψ '( x) ϕ '( x) (1) hampr dsetap x [ a, b]. Selanjutnya berdasarkan defns 3.1.1 dan 3.1. dketahu bahwa Dψ ( x) f ( x) Dϕ ( x), tetap berdasarkan defns.5.5 (c) dperoleh ψ '( x) f ( x) ϕ '( x). () Akbatnya dar (1) dan () dperoleh ( ) D ψ ( x) ϕ( x) ψ '( x) ϕ '( x) 0 Jad dapat dsmpulkan bahwa ψ ϕ merupakan fungs yang monoton nak hampr dsetap x [ a, b]. Contoh 3.. Msalkan fungs- fungs pada contoh 3.1. yatu ψ ( x) = cos x dan ϕ ( x) = cos x sn x yang berturut-turut merupakan fungs Mayor dan fungs mnor untuk fungs f ( x) = sn x pada nterval. Msalkan pula : g( x) = ψ ( x) ϕ( x) = ( cos x) ( cos x sn x) = sn x untuk setap x

33 Karena g '( x) = cos x 0 untuk setap x, n berart ψ ϕ monoton nak pada nterval Berkut n defns dar fungs mayor dan fungs mnor yang ε adjoned ke suatu fungs f. Fungs-fungs ϕ, ϕ, ϕ, dan ϕ berturut-turut akan dsebut fungs mayor kanan, mayor kr, mnor kr, dan mnor kanan dar fungs f. Defns 3..3 Msalkan f suatu fungs yang terdefns pada nterval [ a, b ]. Fungs-fungs ϕ, ϕ, ϕ, dan ϕ dsebut ε adjoned ke f pada nterval [ a, b ] jka : a) ϕ ( x) kontnu pada nterval [a,b] dan ϕ ( a) = 0 untuk, j = 1,,3, 4 ; b) kecual mungkn untuk suatu hmpunan yang denumerable konds-konds berkut berlaku 1 D f, +ϕ D ϕ f ϕ 3 + D f, ϕ + 4 + D f j c) fungs ϕ ( x) memenuh konds ϕ ( b) ϕ ( b) < ε untuk setap ε > 0 dengan, j = 1,,3,4.

34 Contoh 3..4 Msalkan f adalah fungs yang ddefnskan pada contoh 3.1.4. Dplh ϕ ( x) = x 1 untuk = 1,,3, 4, maka dperoleh konds-konds sebaga berkut: a) Fungs-fungs ϕ ( x) = x 1 kontnu pada nterval [1,3], dan ϕ (1) = 1 1 = 0 untuk = 1,,3, 4. b) Fungs-fungs ϕ ( x) untuk = 1,,3, 4 merupakan fungs polnom maka fungsfungs tersebut akan terdferensalkan d, selanjutnya akan berlaku D+ϕ 1 ( x) = x f ( x), + D ϕ 3 ( x) = x f ( x), D ϕ ( x) = x f ( x) + + D ϕ 4 ( x) = x f ( x) c) Untuk setap ε > 0 berlaku ϕ (3) ϕ (3) = 3 1 3 + 1 = 0 < ε Jad berdasarkan defns 3..3, fungs-fungs ϕ ( x) = x 1 merupakan fungs-fungs yang ε adjoned ke f pada nterval [1,3], untuk = 1,,3, 4. Berkut n akan bahas satu sfat dar fungs-fungs yang ε adjoned ke suatu fungs f pada nterval [a,b] yang akan dgunakan untuk menunjukkan sfat dar ntegral Perron pada bab V. Teorema 3..5 Jka fungs ϕ, ϕ, ϕ, ϕ ε adjoned ke f pada [ a, b ], maka fungs ϕ, ϕ, ϕ, ϕ juga ε adjoned ke f pada [ a, x ] untuk setap x ( a, b].

35 Bukt : Dberkan sembarang ε > 0 dan nterval [a,b]. Berdasarkan defns 3..3 dketahu bahwa ϕ, ϕ, ϕ, ϕ yang ε adjoned ke f pada ϕ, ϕ, ϕ, ϕ kontnu pada nterval [a,b] dengan ϕ ( a) = 0 untuk, j = 1,,3,4, dan fungs-fungs ϕ, ϕ, ϕ, ϕ berturut-turut merupakan fungs mayor kanan, mayor kr, mnor kr, dan mnor kanan dar fungs f pada nterval [a,b]. Akan dtunjukkan bahwa ϕ ϕ < ε. Msalkan 1 3 0 ( x) ( x) 1 ϕ > ϕ dan 3 4 ϕ < ϕ, berdasarkan defns 3..3 nla maksmum dar ϕ ( x), ϕ ( x), ϕ ( x), ϕ ( x) adalah nla ϕ 1 ( x), dan nla mnmum dar ϕ ( x), ϕ ( x), ϕ ( x), ϕ ( x) adalah nla ϕ 3 ( x). Ambl sembarang x [ a, b] dan pandang selang [ a, x ]. Berdasarkan teorema 3..1 fungs ϕ yang monoton nak sehngga untuk x b berlaku ϕ ϕ ϕ ϕ < ε. 1 3 1 3 0 ( x) ( x) ( b) ( b) ϕ merupakan fungs 1 3 Akbatnya ϕ, ϕ, ϕ, ϕ akan ε adjoned ke f pada [ a, x ]