INFO TEKNIK Volume 5 No. 1, Juli 2004 (49-57) Studi Kinerja Teknis Jaringan Distribusi PDAM (Studi Kasus Kota Pelaihari)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INFO TEKNIK Volume 5 No. 1, Juli 2004 (49-57) Studi Kinerja Teknis Jaringan Distribusi PDAM (Studi Kasus Kota Pelaihari)"

Transkripsi

1 INFO TEKNIK Volume 5 No. 1, Juli 004 (49-57) Studi Kinerja Tenis Jaringan Distribusi PDAM (Studi Kasus Kota Pelaihari) Rijali Noor 1, Rony Riduan 1 Abstra PDAM adalah instansi terait dalam penyediaan air bersih. Sampai saat ini diestimasi telah banya terjadi ebocoran dan ehilangan energi dalam jaringan distribusi PDAM, hal ini mengaibatan urang optimalnya sistem pelayanan. Sehingga perlu diadaan analisa ondisi jaringan esisting dari PDAM. Studi asus diambil adalah daerah Pelaihari. Tujuan studi ini adalah untu mengetahui nilai tean dan flow pada jaringan berdasaran demand dan dapat diidentifiasi distribusinya pada jaringan distribusi. Metode yang digunaan adalah analisis aliran, tinjauan ehilangan energi utama dan ehilangan aibat sambungan pipa serta analisis jaringan. Hasil dari studi adalah terjadinya ontinuitas aliran terjadi dalam rentang watu 4 jam pada pipa distribusi saat ondisi ideal. Sedangan ondisi layanan belum laya pada saat ondisi punca arena adanya ehilangan energi. Keywords - distribusi, ehilangan energi, PDAM. Latar Belaang PENDAHULUAN 1 Suatu sistem penyediaan air yang mampu menyediaan air yang dapat diminum dalam jumlah yang cuup merupaan suatu hal yang penting bagi suatu daerah pemuiman. Permasalahan mendasar bagi sistem penyediaan air yang menggunaan jaringan perpipaan adalah ebocoran dan ehilangan energi yang dapat dilihat dari distribusi teanan dan flow pada jaringan tersebut. Untu melauan optimalisasi pelayanan, analisa ondisi jaringan esisting distribusi air harus dilauan. Analisa jaringan ini diperluan untu mengetahui ondisi sebenarnya yang terjadi pada jaringan pipa distribusi dari sudut pandang tenis. Setelah ondisi yang sebenarnya dietahui, maa tingat pelayanan esisting dan endalaendala tenis yang terjadi pada jaringan pipa distribusi PDAM Tanah Laut dapat diidentifiasi Masud dan Tujuan Masud dari penelitian ini adalah untu memberian gambaran inerja tenis jaringan distribusi PDAM BNA Pelaihari yang secara husus membahas aspe teanan (pressure) dan debit (flow). 1 Staf pengajar Faultas Teni Unlam Banjarmasin Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui nilai teanan dan flow pada jaringan distribusi. Mengetahui distribusi teanan dan flow pada jaringan distribusi KAJIAN TEORITIS Metoda Analisa Aliran Dalam Pipa Analisa aliran dilauan dengan menggunaan program bantu (software EPAnet.0) dengan pendeatan teoritis hidrolia. Didalam pipa air mengalir dari teanan tinggi e teanan rendah. Selama air mengalir, tinggi teanannya berurang. Atau dengan ata lain energinya berurang. Berurangnya energi atau tinggi teanan merupaan fungsi debit, panjang pipa, diameter pipa dan oefisien gese pipa. Dalam ilmu Hidrodinamia dienal dua persamaan pengatur yaitu persamaan momentum atau persamaan dinami, dan persamaan ontinuitas. Persamaan momentum dapat diganti oleh persamaan energi. Pada aliran air dalam pipa misalnya dienal persamaan energi (persamaan Bernoulli) dan persamaan ontinuitas. Persamaan Bernoulli ditulis sebagai beriut : p1 z 1 V1 g p z V g h e... (1) 49

2 50 INFO TEKNIK, Volume 5 No.1, Juli 004 Minor lossess HGL EGL V /g Major lossess (utama) Minor lossess (seunder) Datum Gambar 1. Aliran dalam pipa dan ehilangan tinggi tenaga major (utama) maupun minor (seunder) p i : teanan (dititi i) z i : tinggi datum (ditii i) V i : ecepatan rerata aliran dalam pipa (dititi i) g : percepatan gravitasi bumi h e : ehilangan tinggi tenaga : berat per satuan volum, (dianggap onstan) Kehilangan tinggi tenaga yang dinyataan dalam bentu h e sengaja diberian pada persamaan.1, mengingat h e merupaan ehilangan tinggi tenaga yang berupa gesean dengan pipa, maupun arena turbulensi local (ehilangan tinggi tenaga seunder). Secara lengap persamaan.1. ditulis embali sebagai: p1 V1 p V z1 z h f h s... (1a) g g h f h s : ehilangan tinggi tenaga arena gesean : ehilangan tinggi tenaga seunder (turbulensi loal) Persamaan yang edua (ontinuitas) menyataan bahwa pada pipa berlau: A... () 1V1 A V A 1 : area pipa pada potongan 1 A : area pipa pada potongan Pada persilangan, atau node berlau: n A V i l ij ij V C j n Q i l ij C j 0... (a) : ecepatan, bertanda positif jia arah aliran earah node dan negatif sebalinya. Q : debit aliran Cj : onsumsi atau ebutuhan pada node j, bertanda positif jia aliran eluar node dan negatif jia sebalinya. I : nomor pipa pada cabang n : jumlah cabang pada node Persamaan 1 dan merupaan persamaan pengatur aliran dalam pipa bai tunggal, seri, paralel maupun pipa dalam loop. Kehilangan Energi Utama (Major) Kehilangan energi major disebaban oleh gesean atau frrisi dengan dinding pipa. Ada beberapa persamaan empiris yang digunaan masing-masing denga banya euntungan dan erugiannya sendiri. Persamaan Darcy Weisbach paling banya digunaan dalam lairan fluida secara umum. Untu aliran air dengan visositas yang relative tida banya berubah, persamaan Hazen William dapat digunaan. Persamaan Darcy Weisbach secara matematis dapat ditulis sebagai beriut : L Q 8 f...(3) 5 D g h f h f Q F L D G : ehilangan energi atau teanan (major atau utama) (m) : debit pipa (m 3 /deti) : oefisien gese : panjang pipa (m) : diameter pipa (m) : percepatan gravitasi bumi (m 3 /deti) Kehilangan tenaga pada Gambar 1 yang ditunjuan oleh posisi titi-titi yang membentu garis yang disebut EGL (Energy Grid Line). Yang dimasud dengan Energi dalam Energi Grid Line adalah Energi Total. Energi awal adalah setinggi mua air dalam reservoir, emudian turun

3 Rijali Noor, Rony Riduan, Studi Kinerja Tenis Jaringan...51 sepanjang aliran dan ahirnya minimum di ujung pipa. Selain ehilangan energi aibat gesean denga pipa terjadi pula ehilangan energi aibat sambungan pipa dengan tangi dan pada saat air eluar dari pipa. Pada saat air mulsi masu pipa EGL turun tajam walaupun dalam uantitas yang tida begitu besar. Kehilangan energi ini disebut ehilangan minor. Tentu dengan bertambahnya usia, pipa menjadi rusa sehingga easarannya bertambah. Dalam hal ini perubahan easaran pipa perlu diaomodasia. Jia dilihat dibawah mirosop, pipa yang tampanya halus tampa asar, memilii leu-leu atau berbutir asar. Keasaran inilah yang mengaibatan berurangnya energi air atau fluida selam pengalirannya. Keasaran merupaan bilangan relaitf terhadap diameter (dalam) pipa. Semain besar diameter pipa, maa pipa tersebut semain tampa relative halus dan oefisien ehilangan energi aibat gesean juga berurang. Selain diameter easaran arater fluida sendiri yaitu eentalan fluida, oefisien ehilangan energi semain. Fator lain yang berpengaruh pada ehilangan energi aibat gesean adalah ecepatan fluida yang mengalir. Koefisien ehilangan energi memang semain ecil aibat ecepatan aliran yang bertambah. Namun demiian semain tinggi ecepatanehilangan energinya semain besar, arena ehilanagn energi linier dengan oefisien ehilangan energi tetapi merupaan fungsi uadratis terhadap ecepatan. Secara matematis oefisien ehilangan energi f dapat ditulisan sebagai beriut: VD f F, F, R e...(4) D D D V : diameter easaran pipa : diameter pipa (dalam) : ecepatan aliran : eentalan inemati Permasalahan yang muncul adalah bahwa f ternyata merupaan fungsi ecepatan, sedang ecepatan aliran dalam hitungan yang omples belum dapat ditentuan sebelumnya. Dengan ata lain ecepatan dan harga f harus coba-coba sehingga merupaan pasangan yang coco dalam hitungan. Untu hitungan yang lebih mudah, yaitu jia ecepatan aliran telah dietahui sebelumnya, maa penentuan harga f dapat dilauan secara langsung. Kebiasaan sebelum munculnya computer adalah menggunaan grafi Moody. Saat ini grafi Moody menjadi urang populer dalam perancangan jaringan yang lebih omples. Barr (1976) memberian formula untu harga f yang menggantian grafi Moody sebagai beriut: 1 log f 10 3,7 D 5,186...(5) 0,89 R e Sedang Swamee dan Jane (dalam Featherstone, 1983) mengemuaan persamaan beriut: 0,5 f...(6) 5,74 log 10 3,7 D 0,9 R e Tabel 1. Diameter Keasaran Beberapa Bahan (material) pipa baru Material Diameter Keasaran (e) Dalam mm (software) Diameter Keasaran (e) mm (Dougherty) Asbestos Cement (Asbes semen) 0,0015 Brass (tembaga) 0,0015 0,0015 Bric (Batu bata) 0,6 Cast Iron, New ( Besi tuang, baru) 0,6 0,5 Concrete Steel forms (Diceta dg baja) 0,18 Bervariasi antara 0,3-3 Wooden forms 0,6 Cebtrifugally spun 0,36 Cooper Corrugated metal 0,0015 Galvanised iron 45 Glass 0,15 Lead 0,0015 Plastic 0,0015 Steel Coal-tar enamel 0,0048 New unlined 0,0045 0,9 9 Riveted 0,9 0,18 0,9 Wood stave 0,18

4 5 INFO TEKNIK, Volume 5 No.1, Juli 004 Kedua espresi diatas digunaan dalam Program dan hasil hitungan antara eduanya sulit dibedaan. Keasaran beberapa pipa baru diberian pada Tabel 1 Selanjutnya harga f (oefisien easaran) dapat dilihat pada diagram Moody. Persamaan Hazen Williams Persamaan ini sangat dienal di USA. Persamaan ehilangan energi ini sediit lebih sederhana disbanding Darcy Weisbach arena oefisien C nya yang tida berubah terhadap Reynold number. Persamaan Hazen Williams dapat ditulis sebagai (Giles, 1977): Q,63 0,54 0,0785CHZ d i... (7) C HZ i d Q : Koefisien Hazen Williams : Kemiringan atau slope garis tenaga ( i h / L) : diameter pipa : debit aliran Persamaan ehilangan energi, berdasaran persamaan di atas dapat ditulis sebagai f h f 1,85 L V 1,17 40,785 d CHZ Tabel. Koefisien Kehilangan Energi Minor pada fitting 1,85... (8) Harga C HW berisar antara 110 hingga 140 untu pipa normal, baru. Untu pipa usang yang sudah eropos (turerculated), harga C HW turun mencapai 90 atau 80. Kehilangan Energi Aibat Sambungan dan Fitting Selain ehilangan energi arena gesean dengan dinding pipa selama pengalirannya, air ehilangan energi arena harus membelo sehingga terjadi turbulensi. Demiian pula jia terjadi air harus melalui penyempitan dan pembesaran secara tibatiba. Kehilangan energi juga aan terjadi jia air harus melalui atup. Sehingga dietahui, atup mengganggu aliran sehingga dapat mengurangi atau bahan menghentian aliran sama seali. Kehilangan energi ditempat-tempat tersebut sebagai ehilangan energi minor. Walupun disebut minor, ehilangan ditempat-tempat tersebut mungin saja jauh lebih besar dibandingan dengan ehilangan energi aibat gesean dengan pipa. Dengan demiian ehilangan energi tersebut harus diperhatian dalam perhitungan. Pada ondisi lain, saat pipa sangat panjang, ehilangan minor atau seunder mungin menjadi tida signifian terhadap ehilangan energi utama. Kehilangan energi minor dalam bahasa Fitting Fitting Awal masu e pipa Beloan halus 90 o Bell 0,03 0,0 Radius beloan/d = 4 0,16 0,18 Melengung 0,1 0,5 Radius beloan/d = 0,19 0,5 Membelo tajam 0,50 Radius beloan/d = 1 0,35 0,40 Projecting 0,80 Konstrasi tiba-tiba beloan tiba-tiba (mitered) D/D1 = 0,8 0,18 = 15 o 0,05 D/D1 = 0,5 0,37 = 30 o 0,10 D/D1 = 0, 0,49 = 45 o 0,0 = 60 o 0,35 = 90 o 0,80 Kontrasi onis D/D1 = 0,8 0,05 Te (Tee) D/D1 = 0,5 0,07 Aliran searah (line flow) 0,30 0,40 D/D1 = 0, 0,08 Aliran bercabang 0,75 Espansi tiba-tiba D/D1 = 0,8 0,16 Persilangan D/D1 = 0,5 0,57 Aliaran searah (line flow) 0,50 D/D1 = 0, 0,9 Aliran bercabang 0,75 Espansi tiba-tiba D/D1 = 0,8 0,03 45 o Wye D/D1 = 0,5 0,08 Aliran searah (line flow) 0,30 D/D1 = 0, 0,13 Aliran bercabang 0,50

5 Rijali Noor, Rony Riduan, Studi Kinerja Tenis Jaringan...53 matematia ditulis sebagai: Q... (9) A g h f atau V h f... (10) g V : oefisien ehilangan energi minor : ecepatan aliran Koefisien bervariasi tergantung pada bentu fisi beloan, penyempitan, atup dan sebagainya. Harga ini (selain atup) biasanya berisar antara 0 s/d 1. Dari Tabel. tampa bahwa harga fitting sangat variative, tergantung pada berbagai fator. Selain itu pengaruh peerjaan manusia (man wor) adang sangat berpengaruh terhadap ehilangan tenaga pada fitting, terutama untu berbagai macam sambungan. Pipa telah direncanaan dan diprodusi oleh pabri dengan memperhitungan ehilangan energi yang seecil-ecilnya. Misalnya penyambung pipa dibuat dengan uuran diameter yang tepat dapat mengaomodasi diameter luar pipa yang aan disambung dan panjang pipa yang masu e dalam sambungan tertentu. Jia peerja tida memuasan pipa yang an disambung secara sempurna sesuai dengan yang dimasud oleh pabri pipa, maa aan terjadi espansi tiba-tiba pada sambungan tersebut beberapa ali sehingga menambah ehilangan energi. Menurut Weisbach, ehilangan energi pada beloan patah dapat ditulis sebagai: sin θ.047 sin 4 : Sudut beloan : Koefesien ehilangan energi Untu beloan lengung oefesien ehilangan energi seunder dinyataan sebagai: D R 90 D R θ : Diameter dalam pipa : Jari-jari lengung (sumbu) beloan : Sudut beloan : Koefesien ehilangan energi Katup aga lain dengan beloan dan penyempitan (perubahan diameter pipa). Katup dapat diatur menutup dan membua, yang berarti mengubah diameter pipa secara variatif. Dengan demiian ehilangan energi yang disebaban oleh atup sangat variatif, atau atup sangat bervariasi tergantung pada posisi atup. Pada haeatnya harga atup dapat berisar antara mendeati 0 (saat atup dibua lebar-lebar) hingga ta berhingga (pada saat atup ditutup total). Setiap jenis atup tentu mempunyai oefesien ehilangan energi sendiri. Hal ini tergantung seberapa besar onstrusi atup tersebut menghalangi aliran. Katup sorong, yang penghalangnya dapat ditari eluar dari pipa (diameter pipa sama seali ta terganggu oleh pintu sorong tersebut). Kehilangan energi dalam hal ini disebaban oleh turbulensi aibat onstrusi tempat pintu sorong tersebut. Contoh ejadian fisi pada fitting ditunjuan pada Gambar. Turbulensi Jaringan Pipa Turbulensi Penyempitan Espansi Gambar. Turbulensi pada fitting (Kehilangan Energi) Sebelumnya telah dibahas secara sederhana, ehilangan energi aibat gesean dengan pipa dan ehilangan energi aibat sambungan dan fitting. Aliran pada jaringan pipa lebih rumit dari seedar menyelesaian satu persamaan seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Pada jaringan pipa, ada dua persamaan yang harus dipenuhi yaitu: persamaan ontinuitas massa persamaan energi Dua persamaan tersebut berlau untu setiap pipa dalam jaringan. Dengan demiian persamaan untu semua pipa harus diselesaian bersamasama. Hal ini membutuhan cara trial dan error.

6 54 INFO TEKNIK, Volume 5 No.1, Juli 004 Penyelesaian aliran pada jaringan pipa misalnya dilauan dengan metoda Hardy Cross, yang mencoba arah aliran dan bedit aliran pada semua pipa. Jia ternyata persamaan ontinuitas dan energi belum terpenuhi maa percobaan diulang dengan menggunaan harga yang baru yang telah dioresi. Demiian seterusnya hingga ahirnya diperoleh hasil yang teliti. METODE PENELITIAN Data Sistem Jaringan Pipa Esisting Titi-titi oordinat pada jaringan pipa distribusi didapat dari hasil survey lapangan dengan menggunaan alat bantu GPS, yang dimana dari alat GPS tersebut aan diperoleh suatu oordinat global. Untu mempermudah pemaaian, oordinat global tersebut diubah menjadi oordinat loal. Koordinat loal ini didapat dengan cara menari suatu titi acuan terhadap oordinat global. Elevasi titi-titi oordinat diperoleh dengan cara mengurangan elevasi hasil penguuran alat GPS dengan BM (bench mar = 5,461 m) dan edalaman penguburan pipa didalam tanah (=0,5 m). Base demand adalah ebutuhan dasar pemaaian air dan ditetapan dengan justifiasi sebagai beriut: Untu Sambungan Rumah (SR) 1 SR = 4 orang x 60 lt/org/hari = 40 lt/hari = 0,003 lt/det Untu Hidran Umum (HU) 1 HU = 100 orang x 30 lt/org/hari = 3000 lt/hari = 0,035 lt/det HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Jaringan Pipa Jaringan pipa distribusi dianalisis dengan menggunaan software Epanet ver..0. Berhubung eterbatasan dari software tersebut, maa simulasi aliran dan hasil analisis merupaan hasil dalam eadaan ideal, yang artinya ehilangan air aibat: etida-efesiensian pada IPA, ebocoran air dalam jaringan distribusi, dan pencurian air tida diperhitungan. Secara lengap hasil daripada analisa ondisi jaringan pipa distribusi esisting dapat dilihat pada Gambar 3 sampai dengan Gambar 7. Jaringan pipa distribusi pada BNA Pelaihari berdasaran sumber airnya dan lay-out jaringannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Jaringan pipa distribusi BNA Pelaihari air terjun Bajuin; Sungai Tabanio; dan sumur bor Parit Mas. Jaringan pipa distribusi BNA Pelaihari sumur bor Angsau. Pembahasan Berdasaran gambar tersebut di atas, ondisi tenis jaringan pipa distribusi esisting pada BNA Pelaihari dapat diringas sebagaimana beriut ini: Intae, IPA dan Reservoar Sei.Tabanio beroperasi 4 jam per-hari Broncapture, IPA & Reservoar air terjun Bajuin beroperasi 4 jam per-hari. Pompa transmisi dan distribusi sumur bor Parit Mas beroperasi 6 jam per-hari Head masimum = 1,13 m Head minimum = 117,04 m Head rata-rata = 10,73 m Pressure masimum = 10, bars Pressure minimum = 6,50 bars Pressure rata-rata = 8,7 bars Flow masimum = 16,3 L/det Flow minimum = 0,00 L/det Flow rata-rata = 0,47 L/det Pada simulasi aliran: persedian air pada reservoir sanggup melayani demand selama 4 jam. Tetapi pada jam punca pemaaian air, aliran air tida mencapai semua pipa pada jaringan tersebut. Dari ringasan tersebut dapat ditari suatu esimpulan tentang ondisi jaringan pipa distribusi BNA Pelaihari, sebagai beriut: Dalam ondisi ideal, terjadi ontinuitas aliran air dalam janga watu 4 jam pada jaringan pipa distribusi. Aan tetapi didalam ondisi ideal tsb. terutama pada saat jam punca pemaaian air, aliran air tida dapat menjangau semua pipa yang berada dalam jaringan tersebut, terutama pipa-pipa yang letanya jauh daripada sumber. Hal ini disebaban oleh arena jauhnya perjalanan air melalui pipa distribusi; banyanya terjadi beloan dan percabangan;serta banyanya demand sepanjang perjalanan tsb., sehingga aliran air dalam pipa mengalami ehilangan energi yang menyebaban air tida dapat mencapai seluruh pipa yang ada pada jaringan tsb. Dalam ondisi ideal, teanan atau pressure rata-rata pada jaringan distribusi di saat jam punca pemaaian cuup bai dan berada pada isaran pressure normal, yaitu + 8,7 bars.

7 Rijali Noor, Rony Riduan, Studi Kinerja Tenis Jaringan...55 Gambar 3. Jaringan Pipa Distribusi BNA Pelaihari (Tanpa Jaringan Pipa Angsau) Gambar 4. Kontur Head pada saat Jam Minimum Pemaaian Air Gambar 4. Kontur Head pada saat Jam Minimum Pemaaian Air Gambar 5. Kontur Head pada saat Jam Punca Pemaaian Air Gambar 4.3 Kontur Head pada saat Jam Punca Pemaaian Air Gambar 6. Kontur Pressure pada saat Jam Minimum Pemaaian Air Gambar 7. Kontur Pressure pada saat Jam Punca Pemaaian Air (Pressure normal adalah 6 s.d. 1 bars)

8 56 INFO TEKNIK, Volume 5 No.1, Juli 004 Gambar 8. Jaringan Pipa Distribusi BNA Pelaihari (Angsau) Gambar 9. Head pada Jam Operasi (iri) & Saat Tida Beroperasi (anan) Gambar 10. Pressure pada Jam Operasi (iri) & Saat Tida Beroperasi (anan) Dalam ondisi normal, air yang disadap dari sumber air di air terjun Bajuin mampu memenuhi apasitas broncapture terpasang. Hal ini didasaran pada debit rerata sumber air tsb. yang lebih besar daripada apasitas broncapture. Dalam ondisi normal, air yang disadap dari sei.tabanio mampu memenuhi apasitas intae terpasang. Hal ini didasaran pada debit minimum sei.tabanio yang lebih besar daripada apasitas intae terpasang. (746, L/det > 80 L/det). Dalam ondisi normal, air yang disedot dari sumur dalam di daerah Parit Mas mampu memenuhi apasitas pompa terpasang. Hal ini didasaran pada debit rerata sumur dalam tsb. yang lebih besar daripada apasitas pompa terpasang. Berdasaran Gambar 8 sampai dengan 10, ondisi jaringan pipa distribusi esisting pada BNA Pelaihari (sumber air sumur bor angsau) diberian secara ringas sebagaimana beriut ini: Sumber air berasal dari air tanah dalam (sumur bor Angsau).

9 Rijali Noor, Rony Riduan, Studi Kinerja Tenis Jaringan...57 Pompa transmisi dan distribusi sumur bor beroperasi 6 (enam) jam per-hari. Yaitu pagi hari selama 3 (tiga) jam dan sore hari selama 3 (tiga) jam. Head masimum = 5,15 m Head minimum = 45,5 m Head rata-rata = 46,93 m Pressure masimum = 4,77 bars Pressure minimum =,84 bars Pressure rata-rata = 3,66 bars Flow masimum = 1,8 L/det Flow minimum = 0,00 L/det Flow rata-rata = 0,45 L/det Pada simulasi aliran: air yang didistribusian oleh pompa distribusi sanggup memenuhi sebagian besar demand pada saat jam operasi, dimana air tida mengalir pada beberapa pipa pada ahir jaringan/ ujung jaringan. Dari ringasan tersebut dapat ditari suatu analisis tentang ondisi jaringan pipa distribusi BNA Pelaihari, sebagai beriut: Dalam ondisi ideal, tida terjadi ontinuitas aliran air dalam janga watu 4 jam pada jaringan pipa distribusi. Karena air hanya mengalir pada saat pompa transmisi dan distribusi beerja. Dalam ondisi ideal, teanan atau pressure rata-rata pada jaringan distribusi di saat jam punca pemaaian (saat jam operasi pompa) berada jauh dibawah pressure normal, yaitu hanya + 3,6 bars. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat ditari suatu esimpulan tentang ondisi jaringan pipa distribusi Pelaihari, sebagai beriut: Dalam ondisi ideal, terjadi ontinuitas aliran air dalam janga watu 4 jam pada jaringan pipa distribusi. Dalam ondisi normal, air yang disadap dari sumber air di air terjun Bajuin mampu memenuhi apasitas broncapture terpasang. Hal ini didasaran pada debit rerata sumber air tsb. yang lebih besar daripada apasitas broncapture. Dalam ondisi normal, air yang disadap dari sei.tabanio mampu memenuhi apasitas intae terpasang. Hal ini didasaran pada debit minimum sei.tabanio yang lebih besar daripada apasitas intae terpasang. (746, L/det > 80 L/det). Dalam ondisi normal, air yang disedot dari sumur dalam di daerah Parit Mas mampu memenuhi apasitas pompa terpasang. Hal ini didasaran pada debit rerata sumur dalam tersebut. yang lebih besar daripada apasitas pompa terpasang. (5 L/det >,5 L/det). Untu sumur bor Angsau: Dalam ondisi ideal, tida terjadi ontinuitas aliran air dalam janga watu 4 jam pada jaringan pipa distribusi. Karena air hanya mengalir pada saat pompa transmisi dan distribusi beerja. Dalam ondisi ideal, teanan atau pressure rata-rata pada jaringan distribusi di saat jam punca pemaaian (saat jam operasi pompa) berada jauh dibawah pressure normal, yaitu hanya + 3,6 bars. (Pressure normal adalah 6 s.d. 1 bars). Berdasaran hasil di atas, secara umum inerja tenis dari jaringan distribusi masih belum memenuhi ondisi ideal, diarenaan distribusi teanan dan flow yang tida merata dan belum memilii ontinuitas pelayanan. Kondisi di atas dapat diatasi dengan melauan looping jaringan pipa, membuat booster atau tangi air, dan memperbesar apasitas produsi serta reservoir. DAFTAR PUSTAKA Alaert G dan Santia SS, 1987, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional Surabaya Event, J. B., Liu, C., 1988, Fundamentals of Fluid Mechanics, McGraw Hill International Editions, Singapore Schnoor., Jerald L, 1996, Enviromental Modelling, John Wiley & Sons Inc, New Yor Streeter, V.L., Wylie, J., 199, Meania Fluida (Terjemahan), Erlangga Jaarta Triatmodjo, Bambang, 1996, Hidraulia I dan II, Beta Offset Yogyaarta Watson, Montgomery, 1999, Studi Penyediaan Air Bersih 8 Kota di Kalimantan, Departemen Peerjaan Umum RI.., 001, Evaluasi Kinerja PDAM Tanah Laut, BPKP

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-0 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH Ladrian Rohmi Abdi Syahdanni 1), Ir. Suhariyanto, MT ),Ir. Mahirul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA BAB II KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA. GEMPA BUMI Gempa bumi adalah suatu geraan tiba-tiba atau suatu rentetetan geraan tiba-tiba dari tanah dan bersifat transient yang berasal dari suatu daerah

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja

Aplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja Apliasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Kalimantan Timur The Application of Somers d Correlation Analysis at Leadership

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

Materi. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham

Materi. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham Materi IF37325P - Grafia Komputer Geometri Primitive Menggambar garis Irfan Malii Jurusan Teni Informatia FTIK - UNIKOM IF27325P Grafia Komputer 2008 IF27325P Grafia Komputer 2008 Halaman 2 Garis adalah

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia

Lebih terperinci

Pengaruh Masuknya Penambahan Pembangkit Baru kedalam Jaringan 150 kv pada Kapasitas Circuit Breaker

Pengaruh Masuknya Penambahan Pembangkit Baru kedalam Jaringan 150 kv pada Kapasitas Circuit Breaker Pengaruh Masunya Penambahan Pembangit Baru edalam Jaringan 150 V pada Kapasitas Circuit Breaer Emelia, Dian Yayan Suma Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang aan dilauan meruju epada beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilauan sebelumnya, diantaranya: 1. I Gst. Bgs. Wisuana (2009)

Lebih terperinci

PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER

PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER Tantri Windarti Program Studi Sistem Informasi STMIK Surabaya Jl Raya Kedung Baru 98, Surabaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Konsep Dasar Untuk aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang harus diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah fluida merupakan

Lebih terperinci

TRY OUT UJIAN NASIONAL 2013 Mata Pelajaran : FISIKA

TRY OUT UJIAN NASIONAL 2013 Mata Pelajaran : FISIKA TRY OUT UJIN NSIONL 2013 Mata Pelajaran : FISIK 1. ndi menguur diameter sebuah lingaran dengan menggunaan janga sorong. Hasil penguurannya terlihat pada gambar. Diameter lingaran tersebut. 1,21 cm. 1,25

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga dan Crank-Nicholson

Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga dan Crank-Nicholson 1 Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunaan Metode Beda Hingga dan Cran-Nicholson Durmin, Drs. Luman Hanafi, M.Sc Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Tenologi

Lebih terperinci

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Sistem Peramalan Jumlah Produsi Air PDAM Samarinda Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Anindita Septiarini 1 dan Nur Sya baniah 2 1 Program Studi Ilmu Komputer FMIPA, Universitas Mulaarman

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

Aliran Melalui Sistem Pipa

Aliran Melalui Sistem Pipa TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / sks Aliran Melalui Sistem Pipa Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo University of Brawijaya Pendahuluan Dalam pembahasan yang lalu telah dipelajari perilaku zat cair riil pada aliran

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

SIMULASI PEMANFAATAN PANAS BUANG CHILLER UNTUK KEBUTUHAN AIR PANAS DI PERHOTELAN

SIMULASI PEMANFAATAN PANAS BUANG CHILLER UNTUK KEBUTUHAN AIR PANAS DI PERHOTELAN SIMULASI PEMANFAAAN PANAS BUANG CHILLER UNUK KEBUUHAN AIR PANAS DI PERHOELAN Rahmat Iman Mainil (1), Afdhal Kurniawan Mainil (2) (1) Peneliti Balai Besar Kerami Kementean Pendustan RI, (2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB IV Solusi Numerik

BAB IV Solusi Numerik BAB IV Solusi Numeri 4. Algoritma Genetia Algoritma Genetia (AG) [2] merupaan teni pencarian stoasti yang berdasaran pada meanisme selesi alam dan prinsip penurunan genetia. Algoritma genetia ditemuan

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Jurnal Teni Industri, Vol.1, No., Juni 013, pp.96-101 ISSN 30-495X Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Jasa Pengiriman Pos Kilat Khusus Apriyani 1, Shanti Kirana Anggaraeni,

Lebih terperinci

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)

BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Kelompok Aplikasi Mesin Refrigerasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas dari suatu zat atau produ sehingga temperaturnya berada di bawah temperatur lingungan Mesin refrigerasi atau

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK

PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK PENERAPAN FUZZY GOAL PROGRAMMING DALAM PENENTUAN INVESTASI BANK Nurul Khotimah *), Farida Hanum, Toni Bahtiar Departemen Matematia FMIPA, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB III. dan menghamburkan

BAB III. dan menghamburkan BAB III MODEL GELOMBANG DAN MODEL ARUS III... Model Numeri Medan Gelombang Untu dapat menggambaran ondisi pola arus di daerah pantai ang diaibatan oleh gelombang maa ita harus dapat mengetahui ondisi medan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT TUGAS AKHIR STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT 040803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK DENGAN PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD

ANALISIS UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK DENGAN PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD ANALISIS UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR 4 TAK DENGAN PENAMBAHAN TURBULATOR PADA INTAKE MANIFOLD Abstra Setyawan Beti Wibowo, Soeadgihardo Siswantoro Program Diploma Teni Mesin, Seolah VoasiUniversitas

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009 Model Pembelaaran Off-Line Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Untu Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teni Eletronia PENS 2009 Arie Setya Wulandari#, Eru Puspita S.T., M.Kom#2 # Jurusan

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupaan daerah pertemuan tiga lempeng tetoni besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific (gambar 1). Lempeng Indo-Australia bertabraan

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA

AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA Aris Puji Widodo, Suhartono 2, Eo Adi Sarwoo 3, dan Zulfia Firdaus 4,2,3,4 Departemen Ilmu Komputer/Informatia,

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUAS JALAN TOL BELMERA (STUDI KASUS: RUAS JALAN TOL TANJUNG MORAWA-BELAWAN)

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUAS JALAN TOL BELMERA (STUDI KASUS: RUAS JALAN TOL TANJUNG MORAWA-BELAWAN) STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA RUAS JALAN TOL BELMERA (STUDI KASUS: RUAS JALAN TOL TANJUNG MORAWA-BELAWAN) Oloan Sitohang Dosen Program Studi Teni Sipil, Universitas Katoli Santo Thomas SU, Jl.Setia Budi

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyediaan Air Minum Menurut Permen PU No. 18/PRT/M/2007, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan sarana dan prasarana air minum yang meliputi kesatuan fisik (teknis)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UMUM Suatu penyediaan air bersih yang mampu menyediakan air yang dapat diminum dalam jumlah yang cukup merupakan hal penting bagi suatu kota besar yang modern. Unsur-unsur yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS) Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH UNIT MOTOR S CENTRE FINANCING PLAZA MOTOR DI SAMARINDA Adam Husaien Faultas Eonomi Manajemen Unversitas 17 agustus 1945,Samarinda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas tertentu dalam melakukan aktivitas dan menopang kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Watu : 1x 3x 50 Menit Pertemuan : 7 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/(x DAN h(x/(x Yuliana Saitri 1, Sri Gemawati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.

Lebih terperinci