2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Teri Morfologi dan klasifikasi ikan teri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Teri Morfologi dan klasifikasi ikan teri"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAA.1 Ikan Tei Ikan ei (Solepous spp.) meupakan sumbe poein dan kalsium yang pening bagi akya Indonesia. andungan gizi unuk seiap 100 gam ikan ei sega melipui enegi 77 kal; poein l6 g; lemak 1,0 g; kalsium 500 mg; posfo 500 mg; besi 1,0 mg; Viamin A R 47; dan Viamin B 0,1 mg (Anonim 008). Ikan ei juga memegang peanan pening dalam peikanan uae di Indonesia sebagai umpan idup unuk menangkap cakalang. Di anaa jenis-jenis umpan idup, ikan ei meupakan komponen yang paling besa dan paling aakif unuk menaik geombolan cakalang (Huomo, Buanuddin, Djamali dan Maosewojo 1987). Uaian esebu menggambakan peningnya ikan ei bagi peikanan Indonesia. Ole kaena iu infomasi biologi, sepei mofologi, ingka laku, abia dan penyebaan ikan ei sanga dipelukan sebagai landasan bagi upaya pengelolaannya..1.1 Mofologi dan klasifikasi ikan ei lasifikasi lengkap ikan ei menuu Saanin (1984) adala Pylum : Codaa Sub Pylum : Veebaa elas : Pisces Sub kelas : Teleosei Odo : Malacopeygii Famili : Clopeidae Sub Famili : ngaulidae Genus : Solepous Spesies : Solepous spp. Ikan ei memiliki nama pedagangan inenasional yaiu Commeson ancovy. Menuu Diekoa Jendeal Peikanan Tangkap (1995), nama lokal unuk ei di bebeapa daea adala ei di PPN Palabuanau, PPP Tegalsai, PPS Cilacap, PPN Sibolga, PPN Pigi, PPN Tenae, PPP aanganu, PPP Teluk

2 6 Baang, PPS Nizam Zacman Jakaa; Lue di PPI Paoee, PPS endai; Bada di PPS Bungus dan Pui di PPN Biung. Gamba Solepous spp. dapa dilia pada Gamba 1. Sumbe : p://paisaamaii.ka.nic.in/fis/m71.m Gamba 1 Ikan ei (Solepous spp.). Menuu Huomo e al. (1987), cii-cii mofologi ikan ei adala benuk badan ikan ei memanjang (fusifom), ampi silindis aau emampa samping (compessed), peu bula dengan 3-4 sisik dui sepei jaum yang edapa dianaa siip dada dan peu. Ada sisik abdominal yang beujung ajam (abdominal scue) pada lunas ubunya, mulu leba, moncong menonjol dan aang dilengkapi dengan dua ulang ambaan (suplemenal bones). Di ubunya edapa gais pui kepeak-peakan memanjang dai kepala sampai eko. Sisik kecil, ipis dan sanga muda lepas. Siip dosal umumnya anpa dui padosal, sebagian aau seluunya di belakang anus, pendek dengan jai-jai lema sekia 16-3 bua. Ikan ei (Solepous spp.) memiliki anda-anda kas yang membedakannya dai sub famili ngaulidae yang lain, yaiu siip caudal becagak dan idak begabung dengan siip anal. Dui abdominal anya edapa anaa siip pekoal dan venal yang bejumla idak lebi dai 7 bua, umumnya idak bewana aau agak kemea-meaan. Huomo e al. (1987) menyaakan bawa di Indonesia edapa sembilan jenis ikan ei, yaiu Solepous eeolobus, Solepous devisi, Solepous baganensis, Solepous dubiousus, Solepous i, Solepous indicus, Solepous commesonii, Solepous insulais dan Solepous buccaneei. Menuu Depaemen elauan dan Peikanan (003), jenis ei yang banyak di Indonesia adala ei nasi (Solepous commesouli), dan ei jengki aau kadak (Solepous insulais). Ikan ei umumnya beukuan kecil sekia 6-9 cm, namun

3 7 ada juga jenis yang beukuan lebi besa, misalnya Solepous commesonii dan Solepous indicus yang panjangnya dapa mencapai 17,5 cm, kedua jenis ini lazim disebu ei glaga..1. Tingka laku ikan ei Ikan ei (Solepous spp.) idup begeombol euama jenis yang beukuan kecil, jumlanya dapa mencapai ausan bakan ibuan eko. Jenis ikan ei yang elaif besa sepei jenis Solepous indicus dan Solepous commesonii, lebi besifa solie (Hadenbeg 1934 diacu dalam Huomo e al. 1987). Ikan ei yang umumnya bekelompok (scooling) memiliki espon yang posiif eadap caaya, selain iu ikan ei juga memiliki kepekaan yang inggi eadap geakan yang beasal dai lua (Hadenbeg 1934 diacu dalam Huomo e al. 1987). Hadenbeg (1934) menyimpulkan bawa makanan Solepous spp. umumnya edii dai oganisme pelagis, meskipun komposisinya bebeda unuk masing-masing spesies. Jenis-jenis yang beukuan kecil sepei Solepous devisi dan Solepous eeolobus euama memangsa kusasea kecil sepei Copepoda, Osacoda, individu-individu kecil sepei Mysis, Segeses dan upasia sea lava kusacea ingka nauplius dan zoea. Solepous i, Solepous baganensis dan Solepous insulais euama memakan jenis-jenis Mysis dan Segeses. Jenis-jenis ei yang beukuan besa sepei Solepous indicus dan Solepous commesonii memangsa sebagian besa lava ikan dan juga Segeses dan Mysis (Huomo e al. 1987). Jenis-jenis ikan ei bekelamin episa, yaiu bekelamin janan dan beina. Delsman (1931) diacu dalam Huomo e al. (1987) mendapakan bawa ikan ei di Lau Jawa memija pada malam ai, pada malam ai beikunya meneas dan kelua lavanya. Puncak-puncak pemijaan ikan ei enyaa besamaan dengan peubaan musim, dai Musim Baa Lau ke Musim Tenggaa anaa Bulan Apil ke Mei dan sebaliknya anaa Desembe ke Januai.

4 8.1.3 Habia dan penyebaan ikan ei Huomo e al. (1987) menyaakan bawa ikan ei (Solepous spp.) besifa pelagis, menguni peaian pesisi dan esuaia. Hadenbeg (1934) diacu dalam Huomo e al. (1987), menduga unuk ikan ei jenis eenu sepei Solepous pseudoeeolobus (Solepous eeolobus) melakukan uaya secaa peiodik. Dugaan esebu didasakan pada pengamaan yang dilakukan di Peaian Bangka sampai dengan Riau. Di epulauan Lingga yang eleak di sebela Uaa Bangka, ikan ini dapa eangkap anya pada Bulan Febuai- Agusus dengan angkapan ebanyak pada Bulan Juli-Agusus. Lebi ke Uaa lagi, di epulauan Riau, jenis Solepous eeolobus bau dapa diangkap pada Bulan Apil-Okobe. Tampaknya ada kemungkinan aa migasi ikan ei menuju Uaa. Bedasakan sifanya yang seing melakukan migasi, ikan ei memiliki penyebaan yang dipengaui ole peubaan musim pada suau daea. Ikan Tei mempunyai daea penyebaan yang luas di daea Indo-Pasifik bakan sampai ke daea Taii dan Madagaska (Nonji 1993). Penyebaan ikan Tei di Indonesia di wilaya anaa 95 BT -140 BT dan 10 LU-10 LS, dengan kaa lain mencakup ampi di seluu wilaya Indonesia (Diekoa Jendeal Peikanan Tangkap 1987).. Uni Penangkapan Bagan Bagan adala sejenis ala penangkap ikan yang digunakan nelayan unuk menangkap ikan pelagis kecil. Ala angkap ini peama kali dipekenalkan ole nelayan Bugis Makassa pada Taun 1950-an. Bebeapa aun kemudian bagan ini eseba dan ekenal di seluu Peaian Indonesia. Dalam pekembangannya bagan ela mengalami peubaan, baik benuk maupun ukuannya yang dimodifikasi sedemikian upa, seingga sesuai dengan daea pengopeasiannya (Subani dan Baus, 1989). Subani dan Baus (1989), mengklasifikasikan bagan ke dalam jaing angka (lif ne), kaena pengopeasiannya dilakukan dengan caa menuunkan dan mengangka jaing secaa veikal. Pengopeasian bagan menggunakan caaya lampu sebagai pemika, seingga ikan yang menjadi ujuan penangkapannya adala ikan yang besifa fooaksis posiif.

5 9 Dilia dai benuk dan caa pengopeasiannya, bagan dibagi menjadi iga macam, yaiu bagan ancap, bagan aki dan bagan peau (Subani dan Baus 1989). Bagan ancap adala bagan yang pengopeasiannya idak dapa dipindapindakan aau sekali dipasang beai belaku unuk selama musim penangkapan ikan. Bagan aki adala sejenis bagan yang menggunakan aki bambu sebagai pengapung, kaena jenis bagan ini eapung, maka penggunaannya dapa dilakukan bepinda-pinda dengan banuan kapal penaik. Bagan peau adala sejenis bagan yang menggunakan sau aau dua bua peau dalam konsuksinya sebagai pengapung. Pengopeasian bagan peau dapa dipinda-pindakan, sepei alnya bagan aki. Gamba jenis bagan disajikan pada Gamba. Sumbe : koleksi pibadi (a) Sumbe : p://dkpacesingkil.og (b) Sumbe : p://l6.ggp.com (c) Gamba Jenis-jenis bagan (a) bagan aki, (b) bagan ancap, (c) bagan peau.

6 10..1 Ala angkap Pada umumnya, bagan edii aas bebeapa komponen (Gamba 3), yaiu (Subani dan Baus 1989) : 1) Jaing bagan, umumnya beukuan 9 9 m, ukuan maa jaing 0,3 cm 0,5 cm, baan dai Polypopylene (PP). Jaing esebu diikakan pada bingkai bebenuk buju sangka yang ebua dai bambu aau kayu. ) Pelaaan bagan, ebua dai bambu aau kayu yang beukuan bagian bawa m, sedangkan bagian aas beukuan 9,5 9,5 m. Pada pelaaan bagan edapa uma bagan yang befungsi sebagai empa beisiaa nelayan. 3) Rolle, ala penggulung (olle) befungsi unuk menuunkan dan mengangka jaing bagan pada waku opeasi penangkapan ikan. 4) Seok, befungsi sebagai ala banu dalam mengambil asil angkapan. 5) Lampu, cii kas penangkapan dengan bagan iala menggunakan lampu (lig fising). Lampu yang digunakan adala peomaks bekekuaan anaa lilin, beganung pada keadaan peaian dan kemungkinan adanya pengau caaya bulan. Pada ai-ai gelap bulan, lampu mulai dinyalakan sejak maaai ebenam dan diempakan pada jaak kuang lebi 1 m di aas pemukaan ai. Jaing bagan Rolle Lampu Pelaaan bagan Sumbe : Sasmia dan Widodo (007) Gamba 3 onsuksi bagan.

7 11.. apal Menuu Undang-Undang Nomo 31 aun 004 enang Peikanan, kapal peikanan adala kapal, peau aau ala apung yang dipegunakan unuk melakukan penangkapan ikan, mendukung opeasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkuan ikan, pengolaan ikan, pelaian-pelaian peikanan dan peneliian aau eksploasi peikanan. Menuu Fyson J (1985), kapal peikanan meupakan sala sau saana di lau unuk melakukan opeasi penangkapan ikan. Ala angkap bagan ada yang menggunakan kapal dalam pengopeasiannya yaiu bagan peau, sedangkan bagan ancap idak menggunakan kapal. Nelayan bagan ancap anya menggunakan kapal sebagai ala anspoasi (Subani 1970)...3 Nelayan Menuu Undang-Undang Nomo 31 Taun 004 enang Peikanan, nelayan adala oang yang maa pencaaiannya melakukan opeasi penangkapan ikan. Nelayan adala oang yang secaa akif melakukan pekejaan dalam opeasi penangkapan ikan, binaang ai lainnya aau anaman ai. Oang yang anya melakukan pekejaan sepei membua jaing, mengangku ala-ala aau pelengkapan ke dalam peau aau kapal, idak dimasukkan sebagai nelayan. Bedasakan waku yang digunakan unuk melakukan opeasi penangkapan ikan, nelayan diklasifikasikan sebagai beiku (Diekoa Jendeal Peikanan Tangkap 1997) : 1) Nelayan penu, yaiu nelayan yang seluu waku kejanya digunakan unuk melakukan pekejaan opeasi penangkapan ikan aau binaang ai lainnya aau anaman ai. ) Nelayan sambilan uama, yaiu nelayan yang sebagian besa waku kejanya digunakan unuk melakukan pekejaan opeasi penangkapan ikan aau binaang ai lainnya aau anaman ai. Disamping melakukan pekejaan penangkapan, nelayan kaegoi ini dapa mempunyai pekejaan lain. 3) Nelayan sambilan ambaan, yaiu nelayan yang sebagian kecil wakunya digunakan unuk melakukan pekejaan opeasi penangkapan ikan. Menuu Subani (1970) nelayan yang mengopeasikan bagan bejumla -5 oang.

8 1..4 Meode pengopeasian Caa pengopeasian bagan dimulai dengan elebi daulu menuunkan jaing melalui empa uas ali yang diikakan pada bingkai dengan menggunakan suau puaan dai bambu (olle), kemudian lampu dinyalakan dan diganungkan di bawa pelaaan. Jaing diuunkan pada kedalaman m di bawa pemukaan ai, dan diunggu sampai ikan banyak bekumpul. Pengangkaan jaing dimulai saa ikan suda banyak bekeumunan di bawa lampu. Pengangkaan jaing esebu idak beganung pada lamanya waku, eapi beganung pada jumla ikan yang suda bekeumun di bawa lampu (Subani 1970). Menuu Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (1988), pengopeasian bagan dapa dilakukan dengan menuunkan waing elebi daulu, selanjunya lampu peomak yang ela menyala diganungkan di bawa pelaaan bagan. Seela nampak cukup banyak ikan yang bekumpul di pemukaan, lampu dipadamkan eapi ada sau lampu yang dibiakan menyala. Pemadaman ini dimaksudkan aga ikan bekumpul dan ekonsenasi di pemukaan ai yang masi ekena caaya lampu. Selanjunya waing dinaikkan ke aas dengan caa memua olle. Ikan-ikan yang ela ekumpul di dalam waing dapa diambil menggunakan seok, kemudian disimpan di dalam keanjang...5 Hasil angkapan Jenis-jenis asil angkapan bagan adala ikan yang mempunyai sifa fooaksis posiif, yaiu jenis ikan yang suka pada caaya. Menuu Subani (1970), asil angkapan dai ala angkap bagan euama adala ikan pelagis kecil sepei ei (Solepous spp.), embang (Sadinella fimbiaa), peek (Leiognaus sp.), sela (Selaoides sp.), cumi-cumi (Loligo sp.). Menuu ffendy (003), jenis-jenis asil angkapan bagan moo di Peaian Teluk Banen anaa lain ei (Solepous spp.), cumi-cumi (Loligo sp.) dan lemuu (Sadinella longiceps). Jenis ikan lain yang eangkap bagan moo adala kembung (Rasellige spp.), sela benong (Selaoides cumenopalmus) dan layu (Ticiuus savala). Hasil angkapan bagan ancap di Peaian Teluk Banen anaa lain embang (Sadinella fimbiaa), ei (Solepous spp.), peek (Leiognaus sp.) dan sela (Selaoides sp.). Jenis ikan lain yang eangkap bagan

9 13 ancap adala kembung (Rasellige spp.), layu (Ticiuus savala), cumi-cumi (Loligo sp.), sela benong (Selaoides cumenopalmus) dan layang (Decapeus spp.)..3 Pengkajian Sok Sumbedaya Ikan onsep dasa dalam mendeskipsikan dinamika suau sumbedaya peaian yang dieksploiasi adala sok. Pasyaa unuk idenifikasi sok adala kemampuan unuk memisakan spesies yang bebeda. Timbulnya masala pada saa poses idenifikasi dapa ejadi, kaena sanga banyak spesies ikan yang diemukan di peaian opis dan seing miip sau sama lain, ole kaena iu aus menguasai eknik-eknik idenifikasi spesies jika aus mengasilkan pengkajian sok yang bemanfaa dai daa yang dikumpulkan (Spae dan Venema 1999). Sok adala sub gugus dai suau spesies yang umumnya dianggap sebagai uni aksonomi dasa. Sok diaikan sebagai suau sub gugus dai sau spesies yang mempunyai paamee peumbuan dan moalias yang sama, dan menguni suau wilaya geogafis eenu. onsep sok bekaian ea dengan konsep peumbuan dan moalias. Paamee peumbuan meupakan nilai numeik dalam pesamaan yang dapa mempediksi ukuan badan ikan seela mencapai umu eenu. Paamee moalias menceminkan suau laju kemaian ewan, yaiu jumla kemaian pe uni waku. Paamee moalias esebu ebagi menjadi dua, yaiu moalias penangkapan diaikan sebagai kemaian yang diakibakan ole kegiaan penangkapan dan moalias alami diaikan sebagai kemaian kaena sebab-sebab lain sepei pemangsaan, penyaki, dan lainlain (Spae dan Venema 1999). Sumbedaya ayai besifa ebaas eapi dapa mempebaaui diinya. Maksud dai pengkajian sok ikan adala membeikan saan enang pemanfaaan yang opimum sumbedaya ayai peaian sepei ikan dan udang. Pengkajian sok ikan dapa diaikan sebagai upaya pencaian ingka pemanfaaan yang dalam jangka panjang membeikan asil angkapan maksimum peikanan dalam benuk bobo (Spae dan Venema 1999). Menuu Gulland (1983) diacu dalam Spae dan Venema (1999), dalam koneks pengkajian sok unuk kepeluan pengelolaan sumbedaya peikanan,

10 14 suau sok meupakan masala opeasional, yaiu suau sub kelompok dai sau spesies dapa dilakukan sebagai sau sok jika pebedaan-pebedaan dalam kelompok esebu dan pencampuan dengan kelompok lain mungkin dapa diabaikan anpa membua kesimpulan yang idak absa. Unuk memulai pengkajian sok dalam seluu wilaya sebaan spesies eenu akan lebi baik apabila idak adanya uni sok lain yang episa di wilaya esebu. Apabila kemudian ampak jelas adanya bebeapa paamee peumbuan dan moalias yang bebeda nyaa di bebeapa wilaya sebaan spesies esebu, maka akan dipelukan pengkajian spesies dengan bebasis sok..4 Model Suplus Poduksi Peikanan Model Suplus Poduksi bekaian dengan suau sok secaa keseluuan, upaya oal dan asil angkapan oal yang dipeole dai sok. Tujuan penggunaan model suplus poduksi adala unuk menenukan ingka upaya opimum, yaiu suau upaya yang dapa mengasilkan suau asil angkapan maksimum yang lesai anpa mempengaui podukivias sok secaa jangka panjang, yang biasa disebu asil angkapan maksimum lesai (Maimum Susainable Yield-MSY). Model ini lebi seing disebu sebagai model Scaefe. Model Scaefe dapa dieapkan apabila esedia daa asil angkapan oal bedasakan spesies dan CPU (Cac Pe Uni ffo) pe spesies, aau upaya penangkapannya dalam bebeapa aun (Spae dan Venema 1999). Model Scaefe menyaakan bawa peumbuan populasi ikan pada peiode di suau daea yang ebaas adala fungsi dai jumla awal populasi esebu. Dengan kaa lain, peubaan sok ikan pada peiode waku eenu dienukan ole populasi pada awal peiode, fungsi peumbuan sepei ini disebu sebagai densiy dependen gow. Dalam benuk fungsi yang koninyu diulis sebagai (Fauzi 006): F()... (1) Sala sau benuk fungsi densiy dependen yang sedeana dan seing digunakan dalam lieau ekonomi peikanan yaiu model peumbuan logisik

11 15 (logisic gow model) yang secaa maemaik diulis sebagai beiku (Fauzi 006) : 1... () eeangan : = laju peumbuan populasi ikan F () = fungsi peumbuan populasi ikan = sok ikan = laju peumbuan ininsik = daya dukung lingkungan (caying capaciy) Pesamaan () dapa digambakan pada kuva peumbuan logisik sepei pada Gamba 4. uva peumbuan ikan pada Gamba 4 dibangun dengan asumsi peikanan idak mengalami eksploiasi. Dalam peikanan angkap, unuk mengeksploiasi aau menangkap ikan di suau peaian memelukan bebagai saana yang meupakan fako inpu. Dalam lieau peikanan, fako inpu ini biasa disebu sebagai upaya aau effo, sepei enaga keja, kapal, jaing, ala angkap, dan sebagainya yang dibuukan dalam akivias penangkapan. F() 0 1/ Sumbe : Fauzi 006 Gamba 4 uva peumbuan logisik. Dengan penjelasan esebu apabila poduksi () aau akivias penangkapan ikan diasumsikan sebagai fungsi dai upaya () dan sok ikan (), maka secaa

12 16 maemaik fungsi poduksi yang seing digunakan dalam pengelolaan sumbedaya ikan adala (Fauzi 006): = q... (3) dimana q dikenal sebagai koefisien kemampuan angkap aau yang seing diaikan sebagai poposi sok ikan yang dapa diangkap ole sau uni upaya. Dengan adanya akivias penangkapan aau poduksi akan menyebabkan ejadinya penguangan sok populasi ikan yang pada akinya meangsang populasi unuk meningkakan peumbuan, suvival aau ekuimen. Peubaan populasi esebu meupakan selisi anaa laju peumbuan populasi ikan dengan peolean asil angkapan, dai al esebu pesamaan () akan menjadi (Fauzi 006): 1 1 q... (4) Pengau penangkapan ikan eadap fungsi peumbuan biologi sok ikan dapa dilia pada Gamba 5. F() 1 = q.. 1 = q.. 3 = q Sumbe : Fauzi 006 Gamba 5 Pengau kegiaan penangkapan eadap sok. Dalam Gamba 5 elia bebeapa al yang menyangku dampak dai akivias penangkapan eadap sok. Peama, pada saa ingka upaya sebesa 1

13 17 dibelakukan, maka akan dipeole jumla angkapan sebesa 1 (gais veikal). Jika upaya penangkapan ikan dinaikkan sebesa, > 1, maka asil angkapan akan meningka sebesa ( > 1 ). Apabila upaya eus dinaikkan sebesa 3 ( 3 > > 1 ), maka akan elia bawa unuk ingka upaya dimana 3 > enyaa idak mengasilkan angkapan yang lebi besa ( 3 < ). Dai Gamba 5 dapa disimpulkan bawa ingka eksploiasi esebu idak efisien secaa ekonomi, kaena ingka poduksi yang lebi sediki aus dilakukan dengan ingka upaya yang lebi besa (Fauzi 006). Pada saa populasi beada pada kondisi seimbang jangka panjang maka besanya peubaan sok sama dengan nol ( 006): F( ) = 0), maka pesamaannya (Fauzi F()... (5) Bedasakan pesamaan () dan (3), maka dapa dinyaakan sebagai beiku (Fauzi 006): q (6) q (7) Apabila pesamaan (7) disubsiusikan ke pesamaan (3), maka akan dipeole pesamaan yang menggambakan fungsi poduksi lesai peikanan angkap (Fauzi 006): q². q (8) aau eeangan : α β.. = ingka upaya penangkapan ei = nilai inesep = slope aau kemiingan dai gais

14 18 Pesamaan (8) meupakan pesamaan kuadaik dan dapa digambakan pada Gamba 6. Dai Gamba 6 dapa dilia apabila idak ada akivias penangkapan ( = 0), maka asil angkapan juga nol. Apabila upaya eus dinaikkan, pada iik MSY akan dipeole poduksi yang maksimum. Poduksi pada iik ini disebu sebagai iik Maimum Susainable Yield. Pada kuva yang besifa kuadaik, maka peningkaan upaya yang eus meneus seela melewai iik MSY idak akan dibaengi dengan peningkaan poduksi. Poduksi akan uun, bakan mencapai nol pada iik upaya maksimum ( ma ) (Fauzi 006). () MSY 0 MSY ma ffo Sumbe : Fauzi 006 Gamba 6 uva Hubungan Poduksi Lesai dengan Upaya Penangkapan. Dengan membagi kedua sisi dai fungsi poduksi lesai dengan effo (), maka akan dipeole pesamaan beiku (Fauzi 006): q². q..... (9) Dai pesamaan 8, dengan menuunkan poduksi lesai eadap effo didapakan 0, maka akan dipeole pesamaan beiku (Fauzi 006): q². q... seingga akan dipeole pesamaan beiku (Fauzi 006): MSY q maka 0... (10)

15 19 MSY q²... MSY. MSY q MSY... (11) 4 Menuu Fauzi (006), model fungsi poduksi lesai dai Scaefe memiliki kelemaan secaa meodologi dan analisis, kaena paamee, q dan esembunyi dalam nilai α dan β. Ole kaena iu, eadap model Godon- Scaefe pelu dilakukan modifikasi dengan menggunakan eknik esimasi paamee biologi (, q dan ). Dalam menduga paamee biologi dapa digunakan model-model beiku : a) Meode Algoima Fo (1975) U... (1) z U 1 y z U 1 1 z a b q n i ln z y 1/ q q b) Meode Disequilibium Scaefe (1957) U U 1 1 U q... (13) U kq aau y 1 maka

16 0,, q, q c) Model Scnue (1985,1987) ln U U U q U q 1... (14) aau ln y maka 1,, q, q d) Model Wale-Hilbon (WH) (1976) U 1 U 1 U kq q... (15) aau y maka, 1, q, q e) Model Clak, Yosimoo and Pooley (CYP) (199)... (16) aau ln y ln 1 Maka eeangan : U = CPU pada aun ke

17 1.5 Model Bioekonomi Pemanfaaan Sumbedaya Ikan Pendekaan bioekonomi model saik peama kali dikenalkan ole Godon pada aun 1954 dengan dasa fungsi poduksi biologi Scaefe, seingga disebu model Godon-Scaefe. Model ini disusun dai model fungsi poduksi Scaefe, biaya penangkapan dan aga ikan. Asumsi yang mendasai pengembangan model Godon-Scaefe anaa lain (Fauzi 006) : 1) Haga pe sauan oupu (Rp pe kg) diasumsikan konsan aau kuva peminaan elasis sempuna. ) Biaya penangkapan pe sauan upaya penangkapan dianggap konsan 3) Spesies sumbedaya ikan dianggap unggal (single spesies) 4) Suku pasa besifa kompeiif 5) Hanya fako penangkapan langsung yang dipeiungkan (idak memasukkan fako pasca panen dan lain sebagainya). Dengan menggunakan asumsi di aas, maka peneimaan oal yang dieima ole nelayan adala : TR = p. TR TR p. q.. q².. ² p. q.. 1 q.... (17) eeangan : TR = peneimaan oal p = aga aa-aa ikan = asil angkapan Biaya oal upaya penangkapan dinyaakan dengan pesamaan : TC = c.... (18) eeangan : TC = oal biaya penangkapan ikan pe sauan upaya c = biaya penangkapan pe sauan upaya = upaya penangkapan adala : Dengan demikian keunungan dai pemanfaaan sumbedaya ikan esebu π = TR TC

18 π = q. p. q.. 1 c.... (19) eeangan : π = keunungan dai pemanfaaan sumbedaya Cos, Revenue B π ma C TC OA TC TR Sumbe : Fauzi MY MSY OA ffo Gamba 7 eseimbangan model bioekonomi Godon-Scaefe. Sumbedaya ikan umumnya besifa akses ebuka (open access), seingga siapa saja dapa bepaisipasi anpa aus memiliki sumbedaya ikan esebu. Dalam kondisi peikanan bebas angkap esebu, edapa kebebasan bagi nelayan unuk uu sea menangkap ikan, seingga ejadi kecendeungan pada nelayan unuk menangkap ikan sebanyak mungkin sebelum didaului ole nelayan lain (Godon 1954 diacu dalam Fauzi 006). eseimbangan bioekonomi meupakan kondisi dimana pada seiap effo di bawa OA, peneimaan oal akan melebii biaya oal, seingga pelaku peikanan (nelayan) akan lebi banyak eaik (eny) unuk melakukan penangkapan ikan. Sebaliknya pada kondisi effo di aas OA, biaya oal akan melebii peneimaan oal, seingga banyak pelaku peikanan yang akan kelua (ei) dai usaa penangkapan ikan. Dengan demikian, anya pada ingka effo OA keseimbangan akan ecapai, seingga poses eny dan ei idak akan ejadi. Dengan kaa lain, keseimbangan open access akan ejadi jika seluu ene ekonomi ela ekuas abis (dive o zeo), seingga idak ada lagi insenif unuk eny maupun ei, sea idak ada peubaan pada ingka upaya yang suda ada (Godon 1954 diacu

19 3 dalam Fauzi 006). Menuu Fauzi (006), caa lain unuk melia keseimbangan bioekonomi open access adala dai sisi peneimaan aa-aa, peneimaan maginal dan biaya maginal sepei pada Gamba 8. Revenue/Cos A MR AR B c=mc=ac 0 MY OA ffo Sumbe : Godon 1954 diacu dalam Fauzi 006 Gamba 8 uva keseimbangan bioekonomi dai sisi peneimaan aa-aa. uva peneimaan maginal dipeole dengan menuunkan peneimaan oal eadap asil angkapan. TR p( ). p'( ). p( ) MR... (0) uva biaya maginal meupakan uunan peama (kemiingan/slope) dai biaya oal yang meupakan konsana. TC c... (1) eunungan lesai dipeole secaa maksimum (susainable pofi) pada ingka upaya MY, kaena memiliki jaak veikal ebesa anaa peneimaan dan biaya (gais AB). Hal ini disebu sebagai poduksi yang maksimum secaa ekonomi aau Maimum conomic Yield (MY). Poduksi yang maksimum secaa ekonomi meupakan ingka upaya penangkapan yang opimal secaa sosial (social opimum). Apabila dibandingkan anaa ingka upaya pada saa keseimbangan open access dengan ingka upaya opimal secaa sosial, maka akan elia bawa pada kondisi open access ingka upaya yang dibuukan jau lebi

20 4 banyak dai pada yang semesinya unuk mencapai keunungan opimal yang lesai. Dai sudu pandang ilmu ekonomi, keseimbangan open access menjadikan imbulnya alokasi yang idak epa dai sumbedaya, kaena kelebian sumbedaya yang dibuukan sepei modal dan enaga keja dapa dialokasikan unuk kegiaan ekonomi lainnya. Ini meupakan ini dai pediksi Godon bawa pada kondisi open access akan menimbulkan kondisi economic ovefising (Fauzi 006). Tingka upaya yang dibuukan unuk mencapai iik opimal secaa sosial jau lebi kecil dibandingkan dengan yang dibuukan unuk mencapai iik MSY ( MSY ). Tingka upaya MY elia lebi besaaba (consevaive minded) dibandingkan dengan ingka upaya MSY (Hannesson 1993 diacu dalam Fauzi 006)..6 Model Dinamik Sumbedaya Ikan Pendekaan saik pemodelan sumbedaya ikan memiliki kelemaan yang mendasa, dimana pada pendekaan ini fako waku idak dimasukkan dalam melakukan analisis. Sumbedaya ebaukan sepei ikan, memelukan waku unuk beeaksi eadap peubaan-peubaan eksenal yang ejadi. Ole kaena iu dipelukan pendekaan dinamik unuk memaami pengelolaan sumbedaya ikan dan aspek ekonomi (Fauzi 006). Model dinamik menyangku aspek pengelolaan yang besifa ineempoal, aspek esebu dijembaani dengan penggunaan discoun ae. Pengelolaan sumbe daya ikan yang opimal dalam koneks dinamik diaikan sebagai peiungan ingka upaya dan panen opimal yang mengasilkan suplus sosial yang paling maksimum. Suplus sosial pada kondisi ini diwakili ole ene ekonomi dai sumbedaya (Fauzi 006). Sumbedaya ikan pada model dinamik diasumsikan dikelola secaa piva, yang beujuan memaksimumkan manfaa ekonomi dai sumbedaya esebu. Secaa maemais, pengelolaan sumbedaya ikan dalam koneks dinamik dapa diulis dalam benuk: ma 0 1 X,... ()

21 5 dengan kendala: X ) Pemecaan model dilakukan dengan meode Lagangian, kemudian pemecaan 1 X F( X... (3) model dinamik esebu akan mengasilkan model pemecaan pengelolaan sumbedaya ikan, F X / /... (4) Pada kondisi keseimbangan, saa F() = (Golden ule) peumbuan sama dengan jumla yang dipanen. Solusi pesamaan model dinamik adala sebagai beiku : c q 1... (5) c p q Bedasakan pesaman di aas, maka dapa dikeaui nilai opimal dinamik unuk sok ikan, poduksi, effo dan ene ekonomi melalui pesamaan beiku : 4 c pq 1 c pq 1 8c pq... (6) 1 pq c (7) c q... (8) p c... (9) q.7 Laju Degadasi dan Depesiasi Pengukuan laju aau koefisien degadasi dan depesiasi ini ekai dengan peningnya pengelolaan sumbedaya alam dan lingkungan. Dengan mengeaui ingka aau besaan koefisien degadasi, maka dapa dilakukan langka-langka pengelolaan lebi jau, apaka dalam benuk penguangan laju eksaksi aau bakan penuupan bebagai kegiaan eksaksi sumbedaya alam esebu. Infomasi mengenai koefisien degadasi sumbedaya alam dapa dijadikan iik efeensi (efeence poin) maupun ealy waning signal unuk mengeaui

22 6 apaka eksaksi sumbedaya alam suda melampaui kemampuan daya dukungnya (Fauzi dan Anna 005). Degadasi bekaian dengan penuunan kualias aau kuanias sumbedaya alam yang dapa dipebaaui (enewable esuoces). emampuan alami sumbedaya alam unuk beegeneasi sesuai kapasias poduksinya akan bekuang apabila ejadi degadasi. ondisi ini ejadi akiba kondisi alam, mau pun akivias manusia. Degadasi yang ejadi pada sumbedaya alam pesisi dan lau, sebagian besa diakibakan ole akivias manusia. Akivias esebu dapa beupa akivias poduksi, sepei kegiaan penangkapan dan akivias nonpoduksi, sepei pencemaan limba (Fauzi dan Anna 005). Depesiasi diaikan sebagai pengukuan degadasi yang dienukan dengan nilai ekonomi aau diupiakan. Moneeisasi dalam pengukuan nilai iil, bukan pada nilai nominal. Ole kaena iu unuk mengiungnya aus mengacu pada bebeapa indikao peubaan aga, sepei inflasi, Indek Haga onsumen (IH), dan sebagainya, yang belaku unuk seiap komodias sumbedaya alam pesisi dan lau (Isnaini 009).

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat 4.2 Alat dan Bahan 4.3 Metode Penelitian 4.4 Metode Pengambilan Sampel

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat 4.2 Alat dan Bahan 4.3 Metode Penelitian 4.4 Metode Pengambilan Sampel 4 METODOLOGI 4. Waku dan Tempa Peneliian dilaksanakan pada Bulan Mae 009 sampai dengan Bulan Mei 009. Peneliian dilaksanakan di Peaian Teluk Banen dengan basis pendaaan di Pelabuhan Peikanan Panai (PPP)

Lebih terperinci

Transien 1. Solusi umum persamaan gelombang. Contoh contoh Switch on kondisi unmatched. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 9 1

Transien 1. Solusi umum persamaan gelombang. Contoh contoh Switch on kondisi unmatched. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 9 1 Tansien Slusi umum pesamaan gelmbang Cn cn Swic n kndisi unmaced pecabangan Mudik Alaydus, Uni. Mecu Buana, 008 Pesenasi 9 Pada pembaasan sebelumnya : pengandaikan sinyalyangyang amnis, aau kndisi sinyal

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

kimia LAJU REAKSI II Tujuan Pembelajaran

kimia LAJU REAKSI II Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI II Tujuan Pembelajaan Seelah mempelajai maei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beiku. 1. Mengeahui pesamaan laju eaksi.. Memahami ode eaksi dan konsana laju

Lebih terperinci

= 0 adalah r(dimana r konstan);

= 0 adalah r(dimana r konstan); MODEL PEMAEA LOGISTI UTU PEMAEA IA DEGA LAJU PEMAEA PROPOSIOAL Sigi ova Riyano, aono Juusan Maemaika FMIPA UDIP Semaang Jl. Pof. H. Soedao, SH, Tembalang, Semaang, 575 Absak: Tedapa banyak model pemanenan,

Lebih terperinci

Pertemuan IX,X,XI VI. Tegangan Pada Balok

Pertemuan IX,X,XI VI. Tegangan Pada Balok Baan Aja ekanika Baan ulai, ST, T Peemuan X,X,X Tegangan Pada Balok Lenuan Pada Balok Pemeanan ang ekeja pada alok meneakan alok melenu, seingga sumuna edefomasi memenuk lengkungan ang diseu kuva defleksi

Lebih terperinci

Dekomposisi Graf Hasil Kali Tiga Lintasan ke Dalam Sub Graf Perentang Reguler

Dekomposisi Graf Hasil Kali Tiga Lintasan ke Dalam Sub Graf Perentang Reguler Vol. 10, No. 1, 14-25, Juli 2013 Dekompoii Gaf Hail Kali Tiga Linaan ke Dalam Sub Gaf Peenang Regule Hamaai 1 Abak Dekompoii gaf G adala impunan * + dengan meupakan ubgaf dai Gyang memenui ( ) ( ) ( )

Lebih terperinci

Diterima: 10 Juli 2009; Disetujui: 15 November 2009 ABSTRACT

Diterima: 10 Juli 2009; Disetujui: 15 November 2009 ABSTRACT ANALISIS BIONOMI IKAN KARANG DI PERAIRAN KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI PAPUA BARAT Bionomic Analysis on Coal Fish in Raja Ampa Regency, Wes Papua Povince Oleh: Eny Budi Si Hayani 1*, Akhmad Fauzi, dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. peternakan UIN SUSKA Riau dan Laboratorium Agronomi Fakultas pertanian

III. BAHAN DAN METODE. peternakan UIN SUSKA Riau dan Laboratorium Agronomi Fakultas pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini elah dilakukan di Lahan pecobaan Fakulas peanian dan peenakan UIN SUSKA Riau dan Laboaoium Agonomi Fakulas peanian dan peenakan UIN SUSKA

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIK

BAB III PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIK A III PENGEMANGAN MODEL MATEMATIK Pada analisis manual ang akan dikembangkan, unuk menjamin bahwa eoi maupun umusan ang diuunkan belaku (valid) maka pelu dieapkan asumsi dasa. Sehingga hasil analisis manual

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 25 III METODOLOGI PENELITIAN 3 Kerangka Pendekaan Sudi Penerapan kebijakan pemasangan rumpon sebagai ala banu penangkapan ikan yang dilaksanakan pada aun 2002, ela meruba pola sebgian nelayan dalam melakukan

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Vektor

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Vektor Pogam Pekuliahan Dasa Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Veko [MA4] Deinisi Deinisi ungsi veko Fungsi veko meupakan auan yang mengkaikan ε R dengan epa sau veko F R Noasi : F : R R F î gĵ, g aau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 3) Geak dalam Dua dan Tiga Dimensi Posisi dan Pepindahan Kecepaan Pecepaan Geak Paabola Geak Melingka Geak dalam Dua dan Tiga Dimensi Menggunakan anda + aau

Lebih terperinci

BANGUN RUANG. ABFE dan sisi DCGH, dan sisi ADHE dan sisi

BANGUN RUANG. ABFE dan sisi DCGH, dan sisi ADHE dan sisi NGUN RUNG. Pengeian 1. Kubu Kubu adalah bangun uang yang dibaai oleh enam buah bidang peegi yang konguen (benuk dan E beanya ama). (Pehaikan Gamba 1) Kubu mempunyai 6 ii, 8 iik udu, dan 12 uuk. Semua uuk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2

Bab. Limit. Anda telah mempelajari nilai fungsi f di a pada Bab 5. Sebagai contoh, diketahui f(x( ) = x 2 Bab Limi 7 Sumber: davelicence.zenfolio.com Seela mempelajari bab ini, Anda arus mampu menjelaskan i fungsi di sau iik dan di ak ingga besera eknis periungannya; menggunakan sifa i fungsi unuk mengiung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Penelitian ini berlangsung selama

MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Penelitian ini berlangsung selama III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Laboaoium Lapang (Agosologi) Fakulas Peanian dan Peenakan UIN Suska Riau. Peneliian ini belangsung selama bulan yaiu pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM ANTRIAN MULTISERVER MULTIQUEUE MENGGUNAKAN METODE JOCKEYING

ANALISA SISTEM ANTRIAN MULTISERVER MULTIQUEUE MENGGUNAKAN METODE JOCKEYING ANALISA SISTEM ANTRIAN MULTISERVER MULTIQUEUE MENGGUNAKAN METODE JOCKEYING Ewin Panggabean Pogam Sudi Teknik Infomaika STMIK Pelia Nusanaa Medan, Jl. Iskanda Muda No 1 Medan, Sumaea Uaa 20154, Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

K ata Kunci. K D ompetensi asar. P B engalaman elajar. Bab V. Bangun Ruang Sisi Lengkung. Di unduh dari : Bukupaket.

K ata Kunci. K D ompetensi asar. P B engalaman elajar. Bab V. Bangun Ruang Sisi Lengkung. Di unduh dari : Bukupaket. Bab V Bangun Ruang Sisi Lengkung K aa Kunci Tabung Jaing-jaing Keucu Luas Pemukaan Bola Volume K D ompeensi asa 1.1 Menghagai dan menghayai ajaan agama yang dianunya. 2.2 Memiliki asa ingin ahu, pecaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA UNTUK SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL

METODE BEDA HINGGA UNTUK SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL METDE BEDA HIGGA UTUK SLUSI UMERIK PERSAMAA DIFERESIAL Sangadi ABSTRACT Tee ae many oblems in alied sciences ysics and engineeing a ae maemaically modeled by using diffeenial euaions and bounday condiions.

Lebih terperinci

Teori perdagangan internasional. Meet 4 Hariyatno. Negara berkembang

Teori perdagangan internasional. Meet 4 Hariyatno. Negara berkembang Teoi pedagangan Mee 4 Haiyano Negaa bekembang Negaa bekembang = negaa dunia ke- =negaa belum maju (salvaoe :49 ) Cii negaa bekembang : ) Rendahnya pendapaan pekapia ) Tingginya angkaan keja diseko peanian

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN DAN BIAYA PERAWATAN MESIN PENGAIRAN AREAL

PENENTUAN WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN DAN BIAYA PERAWATAN MESIN PENGAIRAN AREAL PENENTUAN WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN DAN BIAYA PERAWATAN MESIN PENGAIRAN AREAL ADI JAYA NBI : 4110606 Pogam Teknik Indusi Univeesias 17 Agusus 1945 Suabaya Adijaya1910@gmail.com ABSTRAK Dalam angka peningkaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

MODEL LOT PRODUKSI EKONOMIS GABUNGAN VENDOR-BUYER DENGAN INSPEKSI TAK SEMPURNA

MODEL LOT PRODUKSI EKONOMIS GABUNGAN VENDOR-BUYER DENGAN INSPEKSI TAK SEMPURNA osiding Semina Nasional Manajemen Teknologi II ogam Sudi MMT-ITS, Suabaya 3 Juli 5 MOEL LOT OUKSI EKONOMIS GABUNGAN VENO-BUYE ENGAN INSEKSI TAK SEMUNA Hai aseyo*, Gusi aua * Saf engaja Teknik Indusi Univesias

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

z`?ï%!$# (#qãztb#uä (#qãy?ïètgó?$# Î?ö9 Á9$$Î/ Ío4qn= Á9$#ur 4 bî)

z`?ï%!$# (#qãztb#uä (#qãy?ïètgó?$# Î?ö9 Á9$$Î/ Ío4qn= Á9$#ur 4 bî) Juma, 15 Januai 2016 10:58 RIHLAH IBADAH HAJI SABAR DAN SABAR LAGI [1] g'» ì B û ï É» Á Ç Ê Ì È z`ï% (qzbu (qyïgó ö Á/ Ío4qn= Áu 4 b Aina: Hai oang-oang ang beiman, Jadikanlah saba dan shala sebagai penolongmu[ada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

GEOMETRI BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

GEOMETRI BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Maemaika Kelas IX Semese Maei Bangun Ruang Sisi Lengkung GEOMETRI BB II BNGUN RUNG SISI LENGKUNG. Pengeian dan Unsu-unsu Tabung, Keucu, dan Bola. Tabung Tabung adalah bangun uang yang dibaasi oleh dua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

TEKNIK FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN

TEKNIK FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN 0 TEKNIK FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN Penenuan ungsi peluang aau ungsi densias dai ungsi peubah acak bisa juga dilakukan melalui ungsi pembangki momen Dalam penenuannya, enu saja haus digunakan siasia dai ungsi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

B B B. Pembebanan yang bekerja pada balok menyebabkan balok melentur, sehingga sumbunya terdeformasi membentuk lengkungan yang

B B B. Pembebanan yang bekerja pada balok menyebabkan balok melentur, sehingga sumbunya terdeformasi membentuk lengkungan yang A B Balok kanileve AB anpa dibebani A P B B B Balok kanileve AB memikul beban P di ujung bebas Sumbu yang semula luus akan melenu membenuk lengkungan yang besanya eganung pada besa beban yang bekeja Pembebanan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN KINCIR MOMENTUM GRAVITASI AIR

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN KINCIR MOMENTUM GRAVITASI AIR Poseding Semina Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabu, 1 Novembe 015 Bale Sawala Kampus Univesias Padjadjaan, Jainango PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN KINCIR MOMENTUM GRAVITASI AIR AYU LUSIYANA-1

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian ini berlokasi di pulau-pulau kecil wilaya Kabupaen Bengkalis Propinsi Riau, yang dilaksanakan pada bulan Desember 3 sampai dengan Agusus 4. Pea lokasi

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK Kekenusa, Rondonuwu, Paendong dan Weku: Penenuan Saus... 1 PENENTAN STATS PEMANFAATAN DAN SKENARIO PENGELOLAAN IKAN TONGKOL (Auxis ochei) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN KABPATEN SIA-TAGLANDANG-BIARO SLAWESI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR DAN BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT (Sudi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Oleh: Devni Pima Sai, S.Si, M.Sc.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI KONTROL DALAM LINIERISASI MODEL PERSAMAAN GERAK SATELIT

APLIKASI TEORI KONTROL DALAM LINIERISASI MODEL PERSAMAAN GERAK SATELIT APLIKASI TEORI KONTROL DALAM LINIERISASI MODEL PERSAMAAN GERAK SATELIT Swesi Yunia Puwani, Asep K. Supiana, Nusani Anggiani Absak Maemaika sanga bepean dalam pengembangan ilmu konol. Aplikasi sisem konol

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Variasi Kuat Medan Gravitasi

Variasi Kuat Medan Gravitasi Vaiasi Kuat edan avitasi By Anawa Kuat medan avitasi bumi sanat dipenaui ole bebeapa al, antaa lain:. KETINIAN Vaiasi kuat medan avitasi akibat penau ketinian maksudnya, bawa besanya aya yan dialami ole

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

τ. Lebih khusus lagi akan dijelaskan metode untuk menganalisa perubahan sifat

τ. Lebih khusus lagi akan dijelaskan metode untuk menganalisa perubahan sifat PODNG BN : 978 979 65 T Analisa Kesabilan Ekuilibium Model Maemaika Bebenuk isim Pesamaan Difeensial Tundaan dengan Waku Tundaan Diski ubono eiawan Mahasiswa Juusan Maemaika, Univesias Gadah Mada, Yogyakaa,

Lebih terperinci

Pengertian. Transformasi 2D. Contoh translasi. Translasi Geser

Pengertian. Transformasi 2D. Contoh translasi. Translasi Geser Pengeian Tansomasi D umbe : C34 GRAFIKA KOMPUTER Chape 6 Tansomasi D, Depaemen Teknik Inomaika - TT Telkom esi - Dosen Pembina: iani Violina Danang Junaedi Tansomasi geomeic ansomaion Tansomasi mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT

Relasi LOGIK FUNGSI AND, FUNGSI OR, DAN FUNGSI NOT 2 Relasi LOGIK FUNGSI ND, FUNGSI OR, DN FUNGSI NOT Tujuan : Seelah mempelajari Relasi Logik diharapkan dapa,. Memahami auran-auran relasi logik unuk fungsi-fungsi dasar ND, OR dan fungsi dasar NOT 2. Memahami

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

JAWABAN SOAL FISIKA OSN Medan, 1 7 Agustus 2010

JAWABAN SOAL FISIKA OSN Medan, 1 7 Agustus 2010 JAWABAN SOAL FISIKA OSN 00 Medan, 7 Aguu 00 Gaya gaya yang ekeja pada ola diunjukkan pada gama diamping. Peamaan geak unuk pua maa ola adalah () () dan pada ola yang eoai elaku Syaa aga ola menggelinding

Lebih terperinci

OPTIMASI OPERASIONAL WADUK WONOREJO SEBAGAI WADUK SERBAGUNA MENGGUNAKAN PROGRAM DINAMIK

OPTIMASI OPERASIONAL WADUK WONOREJO SEBAGAI WADUK SERBAGUNA MENGGUNAKAN PROGRAM DINAMIK OPIMASI OPEASIONAL WADUK WONOEJO SEBAGAI WADUK SEBAGUNA MENGGUNAKAN POGAM DINAMIK Dwi Indiyani 1, Pof. D. I. Nadjadji Anwa, MSc 2, D. I. Edijano 2 1 Mahasiswa Pascasajana eknik Sipil Juusan Hidoinfomaik

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci