PENGARUH LOKASI RETAK PADA POROS TERHADAP KARAKTERISTIK DINAMIK SISTEM POROS ROTOR
|
|
- Hendra Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH OKAS REAK PADA POROS ERHADAP KARAKERSK DNAMK SSEM POROS ROOR Ojo Kurd ) Abstrak Paper n membahas pengaruh lokas retak melntang pada poros terhadap karakterstk dnamk sstem poros rotor sederhana, khususnya dagram Campbell dan respon gaya ekstas akbat massa tak sembang. Adanya retak pada poros menyebabkan terjadnya pengurangan kekakuan poros dan perbedaan lokas retak pada poros menyebabkan harga kekakuan yang berbeda-beda Hal n menyebabkan terjadnya perbedaan pada dagram Campbell dan respon gaya ekstas akbat massa tak sembang untuk masng-masng lokas retak. Perbedaan-perbedaan pada Dagram Campbell dan respon gaya ekstas akbat massa tak sembang akbat adanya perbedaan lokas retak pada poros akan dsajkan dalam bentuk tabel-tabel dan grafk. Kata kunc: lokas retak, Dagram Campbell, massa tak sembang PENDAHUUAN Dalam sebuah mesn yang berputar, retak dapat menyebabkan terjadnya kecelakaan jka tdak terdeteks. Pendeteksan retak sejak awal memungknkan dlakukannya perbakan atau usahausaha pencegahan terhadap hal-hal yang tdak dngnkan. Pendeteksan retak sejak awal juga dapat mengurang baya perawatan dar sebuah sstem porosrotor, karena bagamanapun juga baya perbakan pada awal terjadnya retak jauh lebh rendah dbandng baya apabla sstem poros rotor telah mengalam kerusakan yang fatal. Apabla sstem sudah break down dsampng baya penggantan terhadap peralatan yang rusak, suatu perusahaan juga harus menanggung kerugan akbat terhentnya proses produks. Kerugan n jauh lebh besar dbandngkan kerugan akbat peralatan yang rusak. Sejak tahun 97, banyak hasl peneltan mengena poros retak yang telah dpublkaskan. O. S. Jun dkk [99] memodelkan dan menganalsa getaran poros-rotor sederhana yang mengandung retak, R. Gasch [993] menyeldk perlaku dnamk poros-rotor sederhana yang memlk retak melntang. Plaut dkk [994] menyeldk tentang perlaku poros rotor yang retak pada kecepatan krtsnya, Sekhar dan Prabhu [998] mempublkaskan peneltan tentang respon transen pada kecepatan krts. Dalam penetan n akan dlakukan dentfkas retak pada poros melalu pengamatan karakterstk dnamk sstem poros rotor berdasarkan poss retak. Sehngga dharapkan dengan keberhaslan peneltan n, maka adanya retak pada poros dapat dketahu sejak dn dengan baya yang relatf murah, karena dengan metode n pengamatan karakterstk dnamk sstem poros rotor dapat dlakukan tanpa mematkan sstem atau mesn yang sedang damat. ) Staf Pengajar Jurusan eknk Mesn F-UNDP MODE SEDERHANA Dalam peneltan n model sstem poros rotor yang djadkan sebaga objek dtunjukkan pada Gambar. Model terdr dar poros smetr sepanjang yang dtumpu oleh tumpuan engsel pada kedua ujungnya, pada jarak l, dar tumpuan pertama terdapat prngan dengan jar-jar dalam R yang besarnya sama dengan jar-jar poros dan jar-jar luar prngan adalah R. Untuk mendapatkan fungs perpndahan sstem, sstem dmodelkan sebaga balok yang dtumpu oleh tumpuan engsel pada kedua ujungnya dan menerma beban berupa momen lentur. Pemodelan tersebut dlakukan bertujuan untuk mempermudah perhtungan. Gambar. Model sstem poros rotor [5] PERSAMAAN GERAK Elemen dasar dar sstem poros rotor adalah: prngan, poros, bantalan, dan perapat (seals). Persamaan energ knetk dperlukan untuk mendapatkan karakterstk dar poros, rotor dan massa tak sembang. Persamaan energ regangan juga dperlukan untuk mendapatkan karakterstk dar poros. Persamaan agrange dterapkan untuk mendapatkan persamaan gerak dar sstem poros rotor. ROAS Volume 9 Nomor Januar 7
2 d U Fq dt q q q () U S k q q () (8) dmana, Energ Knetk Prngan dasumskan kaku dan karakterstknya k E h yd y dtentukan oleh persamaan energ knetk sebaga (9) berkut: Bantalan dan Perapat Bantalan merupakan komponen yang menumpu D M D f l Dxg l q q Dy g l q q Poros dmodelkan sebaga beam fleksbel dengan penampang bulat dan karakterstknya dtentukan oleh persamaan energ knetk berkut n: S S f g ydy g ydy q q ydyq q Dmana M D adalah massa prngan dan Dx, Dy = Dz adalah komponen dagonal dar tensor nersa. S adalah luas penampang poros dan adalah momen nersapenampang poros terhadap sumbu netral. E adalah modulus elaststas, adalah massa jens dan adalah kecepatan anguler rotas. Bentuk-bentuk konstan dar persamaan (8) dan (9) yang menyatakan energ dar prngan dan putaran beam pada kecepatan, tdak berpengaruh pada persamaan dan tdak dperhtungkan dalam persamaan tersebut. Persamaan (9) dapat dsederhanakan menjad: Energ Regangan Persamaan umum energ regangan dnyatakan oleh: U E yd yq q (3) (3) atau S h (7) (7) mq aq kq mud f l cos t persamaan (3) dapat dsederhanakan menjad: poros yang juga mempunya fungs untuk meredam () getaran poros. Bantalan memlk () kekakuan dan redaman tertentu yang besarnya telah dketahu, pengaruh dar momen lentur secara umum dapat dabakan. Kerja semu akbat gaya yang bekerja pada poros dapat dnyatakan oleh persamaan: W k uu k w uk w wk uw xx c u u c wu c ww c u w xx xz xz zz () W F w F w () u w dmana F u dan F w adalah komponen gaya yang bekerja pada poros. Massa ak Sembang Ketdaksembangan ddefnskan dengan sebuah massa m u yang terletak sejauh d dar pusat geometr poros dan memlk energ knetk u yang besarnya dapat dhtung. Energ knetk massa tersebut adalah: mu () u u w d du cos t w dsn t mq q aq q (4) (4) m d Bentuk u harganya konstan dan tdak dmana, berpengaruh pada persamaan. Massa m u jauh lebh kecl dbandngkan massa prngan, sehngga mmd f l Dxg l S f ydy g ydy (5) persamaan energ knetk dapat (5) dnyatakan dengan persamaan: dan u mud u cos t w sn t (3) a Dyg l g ydy (6) (6) Penjumlahan D, S dan u akan menghaslkan energ knetk total, selanjutnya dengan menerapkan pers. (7) pada ekspres energ knetk total akan menghaslkan persamaan gerak sstem, sebaga berkut: zz zx l mq aq kq mud f sn t zx (4) (5) ROAS Volume 9 Nomor Januar 7
3 MODE POROS REAK Momen nersa Poros Retak Momen nersa Penampang Retak Bagan retak pada poros dengan panjang (l=) dan lebar (s=b), dtunjukkan pada gambar. Untuk poss retak 9 o dan 7 o ZZ 3 ara ar a R x Y cg y dydx (9) Gambar. Penampang elemen poros retak [6] uas daerah retak pada poros dengan kedalaman retak (a) dan lebar (s) (dmana s ar a ) dnyatakan oleh persamaan: Persamaan (9) adalah momen nersa daerah retak terhadap ttk beratnya sendr atau ddefnskan sebaga o yang harganya tetap untuk setap poss. Berdasarkan hal tersebut dapat kta defnskan persamaan momen nersa daerah retak sebaga fungs dar poss retak, sebaga berkut : 3 3 a 3a 3a R 6a 8 ar a Ar 3a 4s (6) Y 3 3 (6) () 6s ar a 3a 3a R 6a zz zz Ar Y cos () Y adalah poss ttk pusat terhadap sumbu: o Bla luas penampang poros tanpa retak adalah (S=R ) dan luas penampang retak (Ar), maka luas penampang poros retak adalah: Sr S Ar (7) (7) Pada elemen poros dengan retak melntang satu ss, penampang lngkarannya terpotong pada ss dmana retak berada. Perhtungan momen nersa dengan keadaan sepert tu dlakukan dengan cara mengurang penampang poros utuh tanpa retak dengan momen nersa penampang yang terbuang akbat adanya retak Persamaan gerak poros retak ddapat dengan menerapkan persamaan agrange pada persamaan energ knetk dan energ regangan poros retak, kemudan dkurang k dan k dmana dan bersesuaan dengan x dan z sehngga persamaan geraknya menjad: k k q Fq t mq aq k k q Fq t mq aq Fq dan () (3) Dmana t Fq t adalah gaya ekstas yang harganya tergantung pada jens gaya ekstas yang bekerja pada poros. Gambar 3. Penampang daerah retak [6] Besarnya momen nersa penampang retak telah dhtung oleh Nugraha [] sebaga berkut: Pada poss retak o dan 8 o R x Y ara ZZ 3 y dyd cg ara x ArY CONOH NUMERK Data numerk untuk model sstem monorotor pada Gambar adalah jar-jar dalam prngan, R =, m sama dengan jar-jar penampang poros, jar-jar luar prngan, R =, m, tebal prngan, h =, m, = 78 kg/m 3, l = /3, =,5 m, E = N/m, m u = 4 kg, d = R =, m. Dalam makalah n sstem poros rotor dasumskan smetr, sehngga pengaruh bantalan dabakan. Berdasarkan data numerk tersebut, maka persamaan ( ) dan () memlk harga m = 7,, a = 3,87 dan k = 6,4 x 5. Model poros retak yang danalsa dalam makalah n geometrnya sama dengan model yang terdapat pada bab untuk poros yang tdak retak, dengan tambahan adanya retak pada poros. Besaran tambahan tersebut adalah, yatu besaran yang menyatakan setengah lebar retak, dambl (8) =,5 m (5 m) atau (8) dengan kata lan lebar retaknya adalah m. Harga lebar retak sebesar tu dambl dengan anggapan bahwa selang sebesar ROAS Volume 9 Nomor Januar 7 3
4 tersebut memungknkan untuk dbuat pada kaj ekspermental [3]. Besaran lan yang perlu dtambahkan adalah letak retak dan kedalaman retak, kedalaman retak dambl sebesar, m. etak retak dbuat bervaras, karena salah satu tujuan peneltan n ngn mengetahu pengaruh letak retak terhadap perlaku dnamk sstem poros rotor. Varas letak retak dtentukan sebanyak lma varas, yatu:, m,, m,,5 m,,3 m dan,4 m. HAS DAN PEMBAHASAN Gambar 4. menamplkan dagram Campbell untuk sstem poros monorotor retak. Pada gambar tersebut juga dtamplkan ttk potong antara gars frekuens dengan dua buah gars lurus yatu gars F = N/6 dan gars F =,5N/6. tk potong tersebut menunjukkan kecepatan rotas krts akbat gaya ekstas, yatu massa tak sembang dan gaya asnkron, pembahasan mengena respon akbat gaya asnkron tdak dbahas dalam peneltan n. Secara umum kecepatan rotas krts menurun akbat adanya perubahan poss retak dan mencapa harga mnmum pada poss retak d tengah-tengah poros ( =.5 m), setelah tu harga kecepatan rotas krts nak lag sampa poss retak d dekat ujung poros. Frekuens prbad mengalam penurunan serng dengan menjauhnya poss retak dar ujung poros, frekuens prbad mencapa harga mnmum tepat d tengah-tengah poros ( =.5 m). Penurunan yang terjad sangat kecl, yatu sebesar,5 % dar frekuens prbad terbesar ke frekuens prbad mnmum untuk sudut retak o, dan untuk sudut retak 9 o, penurunannya sebesar,3 %. Penurunan frekuens prbad dsebabkan oleh turunnya harga kekakuan poros akbat adanya retak, karena harga frekuens prbad berbandng lurus dengan kekakuan, sehngga dengan semakn menjauhnya poss retak sampa ttk tengah poros, harga frekuens prbadnya menjad semakn kecl. Menjauhnya poss retak juga menyebabkan turunnya harga m dan hal n dapat menyebabkan naknya frekuens prbad, tetap karena penurunan m kecl sekal maka yang lebh domnan adalah pengaruh dar k yang penurunannya jauh lebh besar, sehngga penurunan harga m tak dapat menakkan frekuens prbad. Penurunan frekuens prbad untuk berbaga lokas retak dtunjukkan pada Gambar 5. Frekuens (Hz) Frekuens Prbad Poss retak (m) Sudut Sudut 9 Gambar 5. Frekuens prbad untuk berbaga lokas retak Gambar 4. Dagram Campbell untuk sstem monorotor Untuk mengetahu bagamana pengaruh poss retak terhadap frekuens dan kecepatan krts dbawah n dtabelkan hasl perhtungan frekuens prbad untuk kecepatan rotas nol dan kecepatan krts akbat massa tak sembang untuk berbaga varas lokas retak. abel. Frekuens dan kecepatan krts untuk berbaga lokas retak Kecepatan krts mengalam penurunan serng dengan menjauhnya poss retak dar ujung poros, Kecepatan krts mencapa harga mnmum tepat d tengah-tengah poros ( =.5 m). Penurunan yang terjad sangat kecl, yatu sebesar,46 % dar kecepatan krts terbesar ke kecepatan krts mnmum untuk sudut retak o, dan untuk sudut retak 9 o, penurunannya sebesar,67 %. Penurunan kecepatan krts dsebabkan oleh turunnya harga frekuens prbad akbat adanya perubahan poss retak, karena harga frekuens prbad berbandng lurus dengan harga kecepatan krts, sehngga dengan semakn menjauhnya poss retak sampa ttk tengah poros, harga kecepatan krtsnya menjad semakn kecl. ROAS Volume 9 Nomor Januar 7 4
5 Ampltudo (m) Respon Massa ak Sembang 3.5E-4 3.E-4.5E-4.E-4.5E-4.E Poss Retak (m) Sudut Sudut 9 Gambar 6. Respon massa unbalance untuk sstem monorotor Secara umum terlhat bahwa dengan adanya perubahan poss retak respon mengalam kenakan sampa dengan poss retak d tengah-tengah poros ( =.5 m), setelah tu respon akbat massa tak sembang mengalam penurunan lag sampa poss retak d dekat ujung poros. Ampltudo respon akbat gaya ekstas berupa massa tak sembang untuk dua sudut retak dan varas poss retak dtabelkan pada tabel dbawah n. Data untuk ampltudo respon massa tak sembang dambl pada putaran 94 rpm untuk sudut retak o dan 4 rpm untuk sudut retak 9 o. abel. Ampltudo respon massa tak sembang Gambar 7. Respon massa tak sembang untuk berbaga poss retak KESMPUAN Cacat retak pada poros dapat ddeteks melalu pengamatan pada perubahan perlaku dnamk sstem poros rotor. Hal n dsebabkan karena denagn adanya retak pada poros, maka kekakuan poros akan mengalam penurunan yang akan menyebabkan perubahan perlaku dnamk sstem poros rotor. Berdasarkan pengamatan pada Dagram Campbell dan respon gaya ekstas akbat massa tak sembang, frekuens prbad dan kecepatan krts menurun akbat menjauhnya poss retak dar ujung poros dan mencapa harga mnmum d tengah-tengah poros, sedangkan Ampltudo respon gaya ekstas akbat massa tak sembang menngkat dengan bertambahnya poss retak dar ujung poros dan mencapa harga maksmum d tengah-tengah poros. DAFAR PUSAKA Secara umum ampltudo respon massa tak sembang mengalam kenakan dengan menjauhnya poss retak dar ujung poros, harga defleks maksmum terjad pada ttk tengah poros ( =.5 m). Hal n dsebabkan berkurangnya kekakuan poros akbat adanya perubahan poss retak, sehngga poros lebh mudah terdefleks. Harga mnmum kekakuan poros terjad pada ttk tengah poros, sehngga pada ttk tersebut terjad ampltudo respon yang maksmum. Kenakan ampltudo untuk sudut retak o sebesar,5-4 m, sedangkan untuk sudut retak 9 o sebesar,53-4 m. Pengaruh kedalaman retak terhadap respon massa tak sembang dapat dlhat pada Gambar 7.. Dmaragonas, A,D., and Papets, S.A, Analytcal Methods n Rotor Dynamcs, ondon:applcal Scence, Gasch, R., A Survey of the Dynamc Behavour of A Smple Rotatng Shaft wth A ransverse Crack, Journal of Sound and Vbraton 6 (), rvan Hlmy, Analss Dnamk Model Poros Rotor dengan Cacat Retak ransversal, ugas Akhr Sarjana, B, Bandung, Jun, O.S., et all, Modellng and Vbraton Analyss of A Smple Rotor wth A Breathng Crack, Journal of Sound and Vbraton 55(), alanne, M. and Ferrars, G., Rotordynamcs Predcton n Engneerng, John wlley and Sons, Chcester Nugraha, K., Kaj Numerk Pengaruh Retak Melntang Pada Poros erhadap Perlaku Dnamk Rotor Menggunakan Metode Elemen Hngga, Senar ugas Akhr, B Bandung,. 7. Plaut, R.H., Andruet, R.H., Suherman, S., Behavor of Cracked Rotatng Sghft Durng Passage hrough A Crtcal Speed, Journal Sound and Vbraton 73(5), Popov, E.P., Mekanka eknk (Mechancs of Materal), Penerbt Erlangga, Jakarta, 993. ROAS Volume 9 Nomor Januar 7 5
Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank
ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi
BAB II DASAR TEORI. Metode Elemen Hngga Sstem Rotor Dnamk [7] Pemodelan elemen hngga sstem rotor dnamk dkembangkan berdasarkan konsep energ. Persamaan energ knetk, energ regangan, dan kerja maya yang terdapat
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.
BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn
Lebih terperinciLAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES
LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod
Lebih terperinciRANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan
. Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor
Lebih terperinciPENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI
PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,
Lebih terperinciANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)
Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat
Lebih terperinciKomang Suardika; ;Undiksha; 2010
Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c
6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan
Lebih terperinciPerhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation
PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan
Lebih terperinci2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil
.1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)
Lebih terperinciBab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN
Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan
Lebih terperinciANALISIS BENTUK HUBUNGAN
ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel
Lebih terperinciDEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1
BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER
BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan
Lebih terperinciIV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa
Lebih terperinciBAB VII STABILITAS TEBING
BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung
Lebih terperinciUNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM
UNSUR-UNSUR CUACA DAN KLlM HANDOKO Jurusan Geofska dan Meteorolog, FMlPA PB Cuaca adalah gambaran konds atmosfer jangka pendek (kurang dar 24 jam) pada suatu lokas tertentu. Pernyataan sepert "har n d
Lebih terperinciKata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.
Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu
Lebih terperinciSEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7
ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321)
Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf
Lebih terperinciFisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi
Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah
Lebih terperinciBab III Analisis Rantai Markov
Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada
Lebih terperinciIV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI
IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN MODEL
BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup
Lebih terperinciBab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat
Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN DAYA
BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga
Lebih terperinciBAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:
BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan
Lebih terperinciInterpretasi data gravitasi
Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan
Lebih terperinciBAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA
BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang
Lebih terperinciBAB V INTEGRAL KOMPLEKS
6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan
Lebih terperinciDasar-dasar Aliran Fluida
Dasar-dasar Alran Fluda Konsep pentng dalam alran fluda Prnsp kekealan massa, sehngga tmbul persamaan kontnutas Prnsp energ knetk, persamaan persamaan alran tertentu Prnsp momentum, persamaan-persamaan
Lebih terperinciBab 3. Penyusunan Algoritma
Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara
Lebih terperinci.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada
Lebih terperinciAPLIKASI INTEGRAL TENTU
APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar
Lebih terperinciSOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA
ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.
BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan
Lebih terperinciPENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN
PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan
Lebih terperinciBAB X RUANG HASIL KALI DALAM
BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN STRUKTUR BALOK SEDERHANA BERDASARKAN ANALISIS DATA MODAL DINAMIK
IDENTIFIKASI KERUSAKAN STRUKTUR BALOK SEDERHANA BERDASARKAN ANALISIS DATA MODAL DINAMIK Musbar Staf pengajar Jurusan Teknk Spl Polteknk Neger Lhokseumawe, emal: musbar_77@yahoo.co.d ABSTRAK Tujuan dar
Lebih terperinciPROPOSAL SKRIPSI JUDUL:
PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan
Lebih terperinciIII PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK
34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham
Lebih terperinciBOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL
BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,
Lebih terperinciBAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan
Lebih terperinciHUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com
Lebih terperinciUKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA
UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya
Lebih terperinciPertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012
Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar
Lebih terperinciA. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2
1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)
BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya
Lebih terperinciDidownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan
Lebih terperinciberasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat
10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya
Lebih terperinciEksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi
1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di
III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RETAK PADA POROS FLEXIBLE MELALUI PENGUKURAN SINYAL GETARAN
IDENTIFIKASI RETAK PADA POROS FLEXIBLE MELALUI PENGUKURAN SINYAL GETARAN Ddk Djoko Suslo Purwad joko Wdodo Abstract : The am of ths research was to dentfy crack on the rotatng shaft trough vbraton sgnal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan
Lebih terperinciMENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK
Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas
Lebih terperinciP n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman
OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran
Lebih terperinciELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd
ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat
BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton
Lebih terperinciPendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik
Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,
Lebih terperinciAPLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )
APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud
Lebih terperinciKekakuan Balok (Beam) BAB ANAISIS STRUKTUR BAOK Struktur beam merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) ang lurus (a ) d mana pada setap ttk smpulna danggap berperlaku
Lebih terperinciKecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi
Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan
Lebih terperinciFUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam
FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n
Lebih terperinciPEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR
PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen
Lebih terperinciRangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab n durakan mengena hasl peneltan serta analssnya. Rangkuman hasl peneltan dsampakan dalam bentuk tabel dan grafk, sedangkan data detal hasl peneltan dan perhtungan Laboratorum
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN
AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Binatang menggunakan gelombang bunyi/suara untuk
BAB TNJAUAN PUSTAKA Pengertan Gelombang Buny (Akustk) [ 3, 4, -S, 6, 7, S] Gelombang buny adalah gelombang yang drarnbatkan sebaga gelombang mekank longtudnal yang dapat berjalan dalam medum padat, car
Lebih terperinciPertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )
Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan
Lebih terperinciDalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang
LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana
Lebih terperinciPenerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC
Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tnauan Pustaka 2.1 Konsep Gagasan Penghematan Bahan Bakar pada Kompor Gas Prnsp dar alat penghemat gas pada tugas akhr n merupakan pengembangan dar tugas akhr yang sebelumnya sudah pernah dlaksanakan.
Lebih terperinciBAB III MODEL - MODEL KEAUSAN
BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah
Lebih terperinciMODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA
ODEL OPTIAL SISTE TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen atematka Fakultas atematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Jl erant, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Indonesa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.
Lebih terperinci