Jurnal Spektran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Spektran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA"

Transkripsi

1 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. Asri Dewi 1, P Ali Suhanaya 2 dan D. M. Priyanha Wedagama 2 Absrak: Ruas jalan By Pass Ngurah Rai merupakan sau-saunya jalan areri primer yang menghubungkan arus lalu linas orang dan barang dari Bandara Ngurah Rai menuju Nusa Dua. Kondisi volume jam puncaknya sudah melebihi kapasias jalan ersebu. Unuk mengaasi permasalahan di aas, direncanakan membangun jalan Tol Benoa-Bandara-Nusa Dua. Tujuan dari peneliian ini adalah unuk menganalisis kinerja jalan eksising anpa dan dengan adanya jalan ol, arif yang diberlakukan bagi pengguna jasa sera menganalisis kelayakan finansial erhadap proyek ersebu. Analisis dilakukan erhadap beberapa ahap, dianaranya adalah ahap-1 dengan mengasumsikan fakor perumbuhan lalulinas sebesar i=9,96%/ahun, suku bunga bank 16 %/ahun, inflasi diperhiungkan 8,506%/ahun dan arif ol menggunakan arif yang elah dieapkan oleh Jasa Marga. Semua biaya ermasuk biaya pembebasan lahan dan biaya konsruksi di anggung oleh invesor. Unuk ahap-1, mendapakan hasil berupa nilai NPV Rp ,-, BCR: 0,4754 dan IRR 3, 8676%. Hasil analisis finansialnya mengindikasikan bahwa pembangunan jalan ol Benoa- Bandara-Nusa Dua idak layak secara finansial. Agar proyek ini menjadi layak secara finansial, maka dikembangkanlah ahap-2, dengan ingka perumbuhan kendaraan i=14,7%/ahun. Kaa kunci : Jalan Tol, Kinerja, Tarif, Kelayakan Finansial FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF BENOA-BANDARA-NUSA DUA TOLL ROAD DEVELOPMENT Absrac: By Pass Ngurah Rai is he only primary arerial road linking he raffic flow of people and goods from Ngurah Rai Airpor o Nusa Dua. Peak hour raffic flow condiion has exceeded he capaciy of he road. To solve he above problems, i is planned o build oll roads Benoa-Bandara- Nusa Dua. The objecives of his sudy were o analyze he performance of exising roads wih and wihou he oll road, he raes applicable o service users and o analyze he financial feasibiliy of he invesmen of he projec. Analysis was performed for several scenarios, including he scenario-1, assuming raffic growh facor of i = 9.96% / year, he ineres rae 16% / year, inflaion accouned for 8.506% / year and he oll raes using raes se by he Jasa Marga. All of he cos including land acquisiion and consrucion coss were provided by invesors. I was found ha for he scenario-1, he NPV is Rp 1,586,137,984,347, -, BCR: and IRR 3, 8676%. The resuls of he financial analysis indicaed ha invesmen of he oll roads Benoa-Bandara-Nusa Dua is no financially feasible. In order for his projec o be financially feasible, he growh rae of vehicles should be a leas i = 14.7% / year. Keywords: Toll Roads, Performance, Raes, Financial Feasibiliy 1 Mahasiswa Program Sudi Magiser Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universias Udayana. 2 Saf Pengajar Program Sudi Magiser Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universias Udayana 39

2 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 PENDAHULUAN Laar Belakang Transporasi merupakan bagian mendasar dari kehidupan seseorang yang secara umum melayani proses perpindahan orang aau barang dari suau empa ke empa lain. Sasaran ransporasi jalan berguna unuk mencipakan penyelenggaraan ransporasi yang efekif dan efisien. Perkembangan ekonomi yang menggembirakan uamanya di Bali Selaan, diimbangi dengan perumbuhan jumlah penduduk menyebabkan berbagai permasalahan muncul, salah sau dianaranya adalah permasalahan ransporasi. Beberapa penyebab lain yang menimbulkan masalah ransporasi seperi yang erjadi pada Jalan By Pass Ngurai Rai adalah jalan ini merupakan sau-saunya jalan areri primer yang menghubungkan arus lalu linas orang dan barang dari / menuju Kua, Jimbaran dan Nusa Dua. Kondisi lalu linasnya sudah bisa dikaakan buruk dengan Volume Jam Puncak melebihi kapasias jalan, sehingga memerlukan waku lebih lama unuk melinasinya. Unuk mengaasi permasalahan di aas, direncanakan membangun ruas jalan alernaive menuju ke Jimbaran dan Nusa Dua. Bila rencana ersebu erwujud, dapa diharapkan pendisribusian orang dan barang dari / ke Jimbaran dan Nusa Dua lebih lancar dan sekaligus dapa mengurangi beban lalulinas. Unuk membangun jalan baru diperlukan biaya yang besar semenara keuangan pemerinah idak cukup dimana pemerinah harus pula memperimbangkan sekor lainnya demi pemeraaan pembangunan. Bila mengharapkan peran swasa (invesor), maka secara finansial invesor harus mendapakan keunungan, yang arinya, pembangunan dan pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasa (invesor) dan oleh karenanya para pengguna jalan yang akan melewai rue ersebu dikenakan biaya/tol (Tax On Locaion). Terkai dengan kemungkinan pemerinah memberikan kesempaan kepada pihak swasa unuk membangun dan mengelola jalan ersebu di aas perlu dilakukan suau kajian kelayakan erlebih dahulu. Hasil dari kajian kelayakan ini diharapkan menjadi dasar perimbangan erhadap kebijakan yang akan dilaksanakan oleh pemerinah erkai dengan rencana pembangunan jalan ol ersebu. Pada peneliian ini dikaji kelayakan pembangunan jalan Tol Benoa-Bandara-Nusa Dua ersebu di aas berdasarkan rase erpilih dan kelayakan pembangunannya diinjau dari segi finansial. Tujuan Peneliian Tujuan dari peneliian ini adalah: Unuk menganalisis kinerja jalan eksising anpa dan dengan adanya jalan ol Benoa-Bandara-Nusa Dua, menganalisis besar arif ol yang dapa diberlakukan agar dapa mengimbangi biaya yang diperlukan, dan unuk menganalisis kelayakan finansial invesasi pembangunan jalan ol sesuai manfaa yang diperoleh dan biaya yang diperlukan berdasarkan krieria invesasi TINJAUAN PUSTAKA Arus dan Komposisi Lalu Linas Lalu linas harian raa-raa (LHR) adalah jumlah kendaraan yang melinasi suau iik pengamaan pada suau ruas jalan dalam sau hari (Dep. PU, 1997). Unuk menghiung LHRT haruslah ersedia daa jumlah kendaraan yang erus menerus selama sau ahun penuh. Menginga biaya yang diperlukan dan membandingkan keeliian yang dicapai sera idak semua empa di Indonesia mempunyai volume lalu linas selama sau ahun penuh, maka unuk kondisi ersebu dapa digunakan lalu linas harian raa-raa (LHR). LHR aau LHRT unuk perencanaan jalan baru diperoleh dari analisa daa yang diperoleh berdasarkan survey volume lalu-linas (raffic couning) dan survei asal ujuan (O-D) di jalan ersebu aau jalan sekiarnya unuk pembangunan jalan baru. Salah sau meode unuk memprediksi arus lalu linas dan pergerakan adalah dengan menghiung fakor perumbuhan lalu linas dan selanjunya jumlah arus lalu linas yang akan daang dapa dihiung dengan rumus sebagai beriku: n..(1) Q = Q ( 1 + i ) Dimana : Q = Arus lalu linas n ahun yang akan daang (smp/jam), Q = Arus lalu linas saa ini (smp/jam), I = Fakor perumbuhan lalu linas (%/hn), dan n = Jumlah ahun rencana (ahun). Besarnya fakor perumbuhan lalu linas (i%) diperoleh melalui analisis berdasarkan 40

3 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 raa-raa perumbuhan kepemilikan kendaraan lima ahun erakhir, perumbuhan ekonomi lima ahun erakhir, perumbuhan LHR, dan perumbuhan lalu linas jam puncak. Model Pemilihan Rue Model Pembebanan Lalu Linas dengan Kurva Diversi. Unuk menghiung volume lalu linas yang erarik dengan adanya fasilias rue jalan baru (Moskowiz, 1956). Besarnya pengalihan diunjukkan dengan prosenase. Kemudian dari prosenase ersebu dikalikan dengan volume lalu linas pada ruas-ruas jalan yang dipengaruhi oleh jalan ersebu. Pada Gambar 1 memperlihakan hubungan anara penghemaan jarak perjalanan menggunakan kendaraan bermoor (mil) dengan penghemaan waku perjalanan menggunakan kendaraan bermoor (meni). Gambar 1 Kurva Diversi Sumber : Moskowiz (1956) Analisis Kinerja Ruas Jalan Analisis kinerja ruas jalan akiba perilaku arus lalu linas yang ada aau yang diramalkan unuk ipe jalan perkoaan dapa dihiung dengan prosedur analisis sebagai beriku (Dep. PU,1997) :Kecepaan arus bebas, kapasias, deraja kejenuhan, arus lalu linas yang dapa dilewakan oleh ruas/segmen jalan erenu dengan memperahankan ingka kecepaan aau deraja kejenuhan erenu dan kecepaan pada kondisi arus sesungguhnya. Kapasias dan Tingka Pelayanan Jalan Kapasias suau ruas jalan didefinisikan sebagai volume lalu linas maksimum melalui suau iik di jalan yang dapa diperahankan persauan waku (Dep.PU, 1997). Ukuran kapasias umumnya adalah kendaraan/jam aau smp/jam. Kapasias jalan dihiung berdasarkan Manual Kapasias Jalan Indonesia (Dep.PU, 1997) sebagai beriku : C = Co x FC W x FC SP x FC SF x FC CS.(3) Dimana : C = Kapasias (smp/jam) Co = Kapasias dasar (smp/jam) FC W = Fakor penyesuaian lebar jalur = Fakor penyesuaian pemisahan arah FC SP FC CS = Fakor penyesuaian ukuran koa Konsep ingka pelayanan digunakan sebagai ukuran kualias pelayanan jalan. Ukuran-ukuran yang cocok unuk menenukan ingka pelayanan bisa diidenifikasi dari kecepaan aau volume kendaraan yang melewai suau ruas jalan. Tingka pelayanan jalan dikelompokkan aas enam kelompok, yaiu : ingka pelayanan A, B, C, D, E dan F (Dep. PU, 1997). Deraja Kejenuhan Deraja Kejenuhan (Degree of Sauraion/DS) didefinisikan sebagai rasio arus lalu linas erhadap kapasias jalan, digunakan sebagai fakor uama yang menenukan ingka kinerja suau segmen jalan (Dep.PU, 1997). Nilai deraja kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan akan mempunyai masalah kapasias aau idak. Deraja kejenuhan dinyaakan dalam smp/jam yang dapa dirumuskan sebagai beriku : DS = Q / C (4) Dimana ; DS = Deraja kejenuhan Q = Arus lalu linas oal maksimum C = Kapasias jalan ( smp/jam) Biaya Operasi Kendaraan (BOK) Secara eoriis biaya operasi kendaraan dipengaruhi oleh sejumlah fakor yaiu kondisi dan jenis kendaraan, lingkungan, kebiasaan pengemudi, kondisi jalan sera arus lalu linas. Dalam prakeknya biaya ersebu diesimasi unuk jenis-jenis kendaraan yang mewakili golongannya dan dinyaakan dalam sauan moneer per sauan jarak (Rp/km). Berdasarkan model yang dikembangkan LPM- 41

4 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 ITB (1997), biaya operasi kendaraan merupakan penjumlahan dari biaya gerak (running cos), dan biaya eap (sanding cos), yang secara rinci erdiri dari komponenkomponen sebagai beriku : Biaya gerak (Konsumsi bahan bakar, Konsumsi minyak pelumas, Perbaikan dan pemeliharaan kendaraan dan Penyusuan kendaraan) dan Biaya eap (Bunga modal, Asuransi dan Overhead) Analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK) unuk Mobil Pada survey perbandingan pemakaian bahan bakar secara umum diperoleh bahwa raa-raa kecepaan pada jalan ol sebesar 50 km/jam semenara pada jalan areri anara km/jam. Pemakaiana bahan bakar unuk perhiungan BOK dihiung dengan menggunakan persamaan-persamaan beriku: Unuk jalan Areri, a. Kend. Ringan : Y = 0,05693 S2 6,42593 S + 269,18576 (7) b. Bus : Y = 0,21692 S2 24,15490 S + 954, (8) c. Truk : Y = 0,21557 S2 24,17699 S + 947, (9) Unuk jalan Tol, a. Kend.Ringan : Y = 0,04376 S2 4,94078 S + 207,0484 (10) b. Bus : Y = 0,14461 S2 16,10285 S + 636,50343 (11) c. Truk : Y = 0,13485 S2 15,12463 S + 592, (12) Dimana: Y = Pemakaian bahan bakar (lier/1000 km) S = Running Speed/Kecepaan berjalan (km/jam) 1. Pemakaian Minyak Pelumas Pemakaian minyak pelumas/olie pada jalan areri dan jalan ol dihiung dengan mengambil rasio pemakaian yang sama dengan unuk pemakaian bahan bakar. Persamaannya adalah sebagai beriku: Unuk Jalan Areri, a. Kend. Ringan : Y = 0,00037 S2 0,04070 S + 2,20403 (13) b. Bus : Y = 0,00209 S2 0,24413 S + 13,29445 (14) c. Truk : Y = 0,00186 S2 0,22035 S + 12,06436 (15) Penghemaan Biaya Pemakai Jalan Nilai manfaa pembangunan jalan baru bagi pengguna jalan adalah berupa penghemaan biaya pemakai jalan yang erdiri dari penghemaan biaya operasi kendaraan dan penghemaan nilai waku perjalanan. Besarnya penghemaan kedua komponen ersebu dapa dihiung berdasarkan rumus dibawah ini : PB = (BOK ek x D ek BOK al x D al ) + {(D ek /V ek D al /V al ) x Tv}.(16) Dimana : PB = Penghemaan biaya pengguna (Rp) BOK ek = Biaya operasi kendaraan di jalan eksising (Rp./km) BOK al = Biaya operasi kendaraan di jalan alernaif/ol (Rp./km) D ek = Panjang jalan eksising (km) D al = Panjang jalan alernaif (km) V ek = Kec. di jalan eksising (km/jam) V al = Kec. di jalan alernaif/ol (km/jam) Tv = Nilai waku kendaraan (Rp/jam) Perhiungan Tarif Tol Berdasarkan Perauran Pemerinah No 15 Tahun 2005 Tenang Jalan Tol, arif ol dihiung sebagai beriku: a. Tarip ol dihiung berdasarkan kemampuan membayar pengguna jalan ol, besar keunungan biaya operasi kendaraan, dan kelayakan invesasi. b. Besar keunungan biaya operasi kendaraan diaas dihiung berdasarkan pada selisih biaya operasi kendaraan dan nilai waku pada jalan ol dengan jalan linas alernaif jalan umum yang ada. c. Evaluasi dan penyesuaian arip ol dilakukan seiap 2 (dua) ahun sekali oleh BPJT berdasarkan arip lama yang disesuaikan dengan pengruh inflasi sesuai dengan formula: Tarif baru = arif lama ( 1 + inflasi) Oleh LAPI-ITB (1997), berdasarkan perhiungan komponen BOK dan Nilai Waku secara formulasi diulis : Tarif < (BOK jalan lama BOK ol ) dimana BOK diaas sudah ermasuk nilai waku. Penenuan besarnya arif dibaasi maksimum sebesar 70% PBPJ. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial proyek dilakukan berdasarkan penglihaan dari sudu 42

5 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 pandang lembaga aau individu yang menanamkan modalnya dalam proyek aau yang berkepeningan langsung dalam proyek. Dalam analisis ini yang diperhaikan adalah hasil yang harus dierima oleh invesor aau siapa saja yang berkepeningan dalam pembangunan proyek ersebu. Komponenkomponen manfaa dan biaya yang diperhiungkan adalah yang secara finansial berpengaruh langsung bagi kepeningan invesor. Dengan demikian semua komponen biaya akan diperhiungkan, sedangkan komponen manfaa yang bersifa langsung saja yang diperhiungkan. Krieria evaluasi dalam analisa finansial umumnya adalah Ne Presen Value (NPV), Benefi Cos Raio (BCR), Inernal Rae of Reurn (IRR), Payback Period dan Analisis Sensiifias. Ne Presen Value (NPV) NPV didefinisikan sebagai selisih anara Presen Value dari komponen manfaa dan Presen Value komponen biaya. Secara maemais rumusnya adalah sebagai beriku: NPV = PV B PV C (17) NPV B (1 C i) (18) Dimana : PV B = Presen Value Benefi PV C = Presen Value Cos B = besaran oal dari komponen manfaa proyek pada ahun C = besaran oal dari komponen biaya pada ahun i = ingka suku bunga (%/ahun) = jumlah ahun Berdasarkan krieria ini dapa dikaakan bahwa proyek layak dikerjakan jika nilai NPV > 0, semenara jika nilai NPV < 0 arinya proyek idak layak dan jika nilai NPV = 0 arinya ingka pengembaliannya seara dengan suku bunga paokan (bank) aau dapa dikaakan bahwa proyek mengembalikan dananya persis sebesar Opporuniy Cos of Capial (OCC), menginga ada penggunaan lain yang lebih mengunungkan. Benefi Cos Raio (BCR) Meode ini pada prinsipnya membandingkan semua pemasukan yang dierima (dihiung pada kondisi saa ini) dengan semua pengeluaran yang elah dilakukan (dihiung pada kondisi saa ini). Secara maemais dapa dirumuskan sebagai beriku : BCR = PV B/PV C.(19) BCR B (1 C (1 i) i) (20) Dimana; B = besaran oal dari komponen manfaa proyek pada ahun C = besaran oal dari komponen biaya pada ahun i = ingka suku bunga (%/ahun) = jumlah ahun Inernal Rae of Reurn (IRR) Yang dimaksud dengan Inernal Rae of Reurn adalah besaran yang menunjukkan harga discoun rae pada saa NPV sama dengan nol. Inernal Rae of Reurn sering disebu sebagai laju pengembalian modal. Krieria unuk meneapkan kelayakan suau proyek adalah bila IRR-nya lebih besar dari discoun rae (ingka suku bunga). IRR dapa dicari dengan cara coba-coba. IR2 IR1 IRR IR1 NPV1 NPV2 NPV1 (21) Dimana; IRR = Inernal Rae of Reurn IR1 = Tingka bunga peneapan ke-1 IR2 = Tingka bunga peneapan ke-2 NPV1 = Ne Presen Value dari hasil IR1 NPV2 = Ne Presen Value dari hasil IR2 METODE PENELITIAN Lokasi yang dipilih dalam peneliian ini adalah rencana jalan Tol Bandara Ngurah Rai yang ada diwilayah Kabupaen Badung. Adapun yang menjadi perimbangan pemilihan lokasi adalah peningnya dibangun jalan alernaif sebagai suau usaha mengaasi masalah ransporasi pada ruas jalan Ngurah Rai Nusa Dua. Daa yang dibuuhkan dalam peneliian ini melipui daa primer dan daa sekunder yang akan diperoleh secara langsung dilapangan, peneliian sebelumnya sera 43

6 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 sumber-sumber informasi lainnya. Daa Primer merupakan daa yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan cara survey seperi daa volume lalu linas dan daa geomerik jalan. Daa sekunder adalah daa yang didapa dari berbagai sumber daa dengan mengadakan pencaaan aau penguipan dari sumber daa yang sebelumnya elah diolah oleh insansi erkai, seperi; daa asal ujuan perjalanan, Geomerik Jalan, saisik sosial ekonomi, dan daa biaya pembangunan jalan ol. Analisis daa yang akan dilakukan melipui analisis sebagai beriku: 1. Analisis manfaa pembangunan jalan ol bagi pengguna jalan 2. Analisis biaya pembangunan dan pemeliharaan jalan ol. 3. Analisis kelayakan finansial pembangunan jalan ol dari sisi invesor. Analisis manfaa pembangunan jalan ol adalah dengan menghiung manfaa berdasarkan penghemaan biaya pemakai jalan. Penghemaan biaya pemakai jalan ini adalah penghemaan berdasarkan biaya operasi kendaraan dan nilai waku. Biaya pembangunan jalan ol ini, erdiri HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lalu Linas Jalan Eksising Tahun 2013 Tabel 1 memperlihakan nilai deraja kejenuhan (Q/C) dan waku empuh pada ruasruas jalan disekiar lokasi rencana proyek. Tabel 1 Deraja Kejenuhan dan Waku Tempuh No Nama Ruas Jalan Panjang Q/C Waku Tempuh (km) ( meni ) Jalan By Pass Ngurah Rai 1 Simp. Sanur - Simp. Pesanggaran Simp. Pasanggaran - Simp. Kua Simp. Kua - Simp. Paung Ngr Rai Simp. Paung Ngr Rai - Simp. Unud Simp. Unud -Nusa Dua Jalan Sekiarnya 1 Jalan Raya Tuban Jalan Uluwau Jimbaran Jalan Praama Ruas Pasar Bualu-Siliiga Jalan Uluwau II Jimbaran dari seluruh biaya modal, operasional dan biaya pemeliharaan jalan yang diperlukan, yang melipui: Biaya unuk sudi perencanaan, biaya unuk konsruksi jalan dan fasilias jalan, biaya pengawasan konsruksi, biaya pemeliharaan berkala seiap 5 ahun dan biaya lainnya. Analisis kelayakan invesasi pembangunan jalan adalah analisis finansial erhadap manfaa pembangunan jalan alernaif dan biaya yang diperlukan unuk pembangunan, pemeliharaan, sera operasional jalan ersebu hingga 30 ahun ke depan. Krieria invesasi yang digunakan seperi yang sering dilakukan dalam menganalisis kelayakan proyek adalah NPV, BCR, dan IRR. Selanjunya juga dilakukan analisis sensiifias kelayakan invesasi dengan mengubah nilai suau variabel dan mengamai pengaruhnya erhadap kelayakan invesasi. Dengan demikian dapa dikeahui sensiifias pengaruh variabel ersebu erhadap kelayakan invesasi. Pada sudi ini, analisis sensiivias dilakukan dengan mengasumsikan keadaan-keadaan erburuk yang mungkin erjadi seperi dibawah ini, yaiu : Biaya naik 20 % manfaa eap, Biaya eap manfaa urun 20 % dan Biaya naik 20 % manfaa urun 20 % Kondisi Lalu Linas Jalan Eksising Dengan Adanya Jalan Tol Dengan dibukanya jalan Tol Benoa- Bandara-Nusa Dua diharapkan lalu-linas yang membebani ruas-ruas jalan eksising sebagian akan beralih ke jalan ol seperi diperlihakan pada Tabel 2. Hal ini berari volume lalu-linas di jalan eksising akan berkurang dan kinerja/ingka pelayanan jalan eksising dapa lebih baik. Tabel 2 Tingka Pelayanan Jalan No Segmen Tingka Pelayanan Tingka Pelayanan A Jalan Bypass Ngurah Rai Sebelum Adanya Tol Sesudah Adanya Tol 1 Simp. Sanur - Simp. Pesanggaran C C 2 Simp. Pesanggaran - Simp. Kua D C 3 Simp. Kua - Simp. Paung Ngurah Rai F E 4 Simp. Paung Ngurah Rai - Simp. Unud F E 5 Simp. Unud - Nusa Dua C C B Jalan Sekiarnya 1 Jalan Raya Tuban C C 2 Jalan Uluwau Jimbaran C C 3 Jalan Praama C B 4 Ruas Pasar Bualu-Siligia C C 5 Jalan Uluwau II Jimbaran D C 44

7 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 Penghemaan Biaya Pemakai Jalan dengan menggunakan TOL Penghemaan biaya pemakai jalan (PBPJ) dihiung hasilnya diampilkan pada Tabel 3 dan besaran komponen masing-masing diunjukkan, sebagai beriku; Tabel 3Harga Komponen-Komponen PBPJ No Komponen PBPJ Noasi Sauan Kend.Ringan Bus Truk 1 BOK jalan Eksising BOK ek Rp/km 1, , , BOK jalan Tol BOK ol Rp/km 1, , , Panjang jalan Eksising D ek Km Panjang jalan Tol D ol Km Kecepaan di jalan Eksising V ek Km/jam Kecepaan di jalan Tol V ol Km/jam Nilai waku kendaraan T v Rp/jam 6, , , Sumber; Hasil Analisis Besarnya arip ol didasarkan pada prinsip bahwa biaya pemakai jalan melalui jalan ol diambah dengan arif ol harus lebih rendah daripada biaya pemakai jalan apabila melalui jalan eksising yang ada. Dengan kaa lain arip ol idak melampaui penghemaan biaya pemakai jalan. Dalam sudi ini perhiungan arif ol dibaasi maximum 70% dari penghemaan biaya pemakai jalan. Terdapa 2 (dua) asumsi unuk menenukan besarnya arif ol yang direncanakan yakni; 70% PBPJ dan 50% PBPJ. Unuk ahun 2014 (saa mulai dibukanya jalan ol) arip rencana unuk masing-masing asumsi adalah sbb; Analisis Finansial Kelayakan pembangunan jalan ol ini dienukan berdasarkan nilai dari 3 (iga) krieria yaiu Ne Presen Value (NPV), Benefi Cos Raio (BCR), dan Inernal Rae of Reurn (IRR). Dalam sudi ini analisis dilakukan dengan menggunakan ingka suku bunga (pinjaman) sebesar 16%. Dalam menenukan arip ol dan anggaran biaya dihiung dengan asumsi inflasi raa-raa Unuk asumsi arif ol sebesar 70% PBPJ, besarnya arip rencana unuk moor Rp 273,- ; kendaraan ringan Rp ,- ; bus Rp 7.365,- dan ruk Rp 4.938,-. Unuk asumsi arip ol sebesar 50% PBPJ, besarnya arip rencana unuk moor Rp 195,- ; kendaraan ringan Rp 1.645,- ; bus Rp 5.261,- dan ruk Rp Sesuai dengan informasi dari PT Jasa Marga, ariff yang di berlakukan di jalan ol Benoa- Bandara-Nusa Dua unuk moor Rp 4.000,- dan unuk kendaraan ringan Rp ,-. nasional (berdasarkan daa 5 (lima) ahun erakhir) sebesar 8,506 %/ahun. Perumbuhan kendaraan yang menggunakan jalan ol di prediksi dengan ingka perumbuhan inggi sebesar 9.96%/ahun. Dari analisis kelayakan finansial yang dilakukan berdasarkan krieria analisis (NPV, BCR dan IRR) erhadap berbagai ahap dengan asumsi arip yang elah dieapkan oleh Jasa Marga hasilnya diunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Analisis Kelayakan Finansial No Uraian Krieria Analisis NPV (Rp) BCR IRR (%) 1 Tahap 1 (1,586,137,984,347) Tahap 2 25,722,943, Sumber ; Hasil Analisis,

8 Jurnal Spekran Vol. 1. No. 2, Juli 2013 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang elah dilakukan dapa diarik beberapa simpulan dalam sudi kelayakan pembangunan jalan ol Benoa-Bandara-Nusa Dua sebagai beriku: 1. Kinerja jalan eksising anpa dan dengan adanya jalan Tol Benoa-Bandara-Nusa Dua adalah: Pada ahun 2011 beberapa ruas jalan eksising kinerjanya elah mencapai ingka pelayanan E seperi ruas jalan By Pass Ngurah Rai, dengan ingka kejenuhan 0.93 Semenara volume lalu-linas harian (LHR) unuk ruas diaas adalah Smp/hari/2 arah. Berdasarkan perumbuhan kendaraan dengan ingka prediksi sedang i(4,99%) kapasias ruas jalan By Pass Ngurah Rai sudah dilampaui, mencapai ingka pelayanan F (Tahun 2013). Dengan dibukanya jalan Tol Benoa- Bandara-Nusa Dua pada ahun 2013 kinerja ruas jalan eksising pada umumnya menjadi lebih baik dengan ingka pelayanan E dan ingka kejenuhan 0.78 karena sebagian volume lalu-linas beralih ke jalan ol. 2. Tarif ol yang didapa dari perhiungan adalah sebesar Rp 273,- unuk moor, Rp 2.303,- unuk kendaraan ringan, Rp 7.365,- unuk bus dan Rp 4.938,- unuk ruck. Teapi ariff yang diberlakukan adalah ariff yang elah dieapkan oleh Jasa Marga yaiu Rp 4.000,- unuk moor, dan Rp ,- unuk Mobil dan kendaraan lainnya. 3. Secara umum proyek pembangunan jalan Tol Benoa-Bandara-Nusa Dua idak layak secara finansial. Hal ini diunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp , BCR sebesar 0,4754, dan nilai IRR seharga 3,8676%, dengan asumsi suku bunga bank 16% dan perumbuhan kendaraan (i) 9,96%. Hal ini menunjukkan bahwa volume lalu-linas yang diperkirakan melewai jalan ol dengan asumsi ingka perumbuhan kendaraan 9,96% idak memadai. Hasil analisis selanjunya menunjukkan bahwa dengan asumsi perumbuhan kendaraan sebesar 14,7% per ahun barulah menghasilkan nilai indikaor yang layak secara finansial. Saran Berapa saran yang dapa diusulkan unuk lebih sempurnanya hasil peneliian ini adalah sebagai beriku: 1. Dalam menganalisis perumbuhan lalulinas yang melewai jalan ol perlu diperimbangkan pengaruhnya erhadap perubahan aa guna lahan yang dapa erjadi di wilayah-wilayah sraegis (wilayah yang cukup deka dengan daerah sekiar jalan ol). 2. Dalam sudi ini idak diperhiungkan kebuuhan penambahan lajur lalu linas. Unuk iu dalam peneliian-peneliian selanjunya disarankan unuk memperhiungkan kebuuhan penambahan lajur lalu-linas ersebu. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusa Saisik Propinsi Bali Bali Dalam Angka Bali Deparemen Pekerjaan Umum Manual Kupasias Jalan Indonesia (MKJI).Direkora Jenderal Eina Marga, Jakara Husnan, S. dan Suwarsono, M Sudi Kelayakan Proyek, UPP AMP YKPN, Yogyakara Kodoaie, R J Analisis Ekonomi Teknik, Penerbi Andi Offsef, Yogyakara. Morlok, E. K Penganar Teknik dan Perencanaan Transporasi (erjemahan), Penerbi Erlangga, Jakara Moskowiz, K California Mehod of Assigning Divered Traffic o Proposed Freeways. Higway Reaserch Board, Bullein No. 130, California Perauran Pemerinah Replubik Indonesia, Nomor 15 Tahun Tenang Jalan Tol Tamin, O.Z Perencanaan dan Pemodelan Transporasi, Penerbi ITB, Bandung Tamin dan Nahdalina (1998). Sudi Penenuan Tarif Tol Rencana Ruas Jalan Gempol- Pasuruan-Rojoso oleh Tunggal Suro Budho H, Skripsi 2003, Malang Undang-Undang Replubik Indonesia, Nomor 38 Tahun 2004, Tenang Jalan 46

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY of PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN HIGHWAY

FEASIBILITY STUDY of PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN HIGHWAY STUDI KELAYAKAN JALAN TOL PENGAMBENGAN-PENGRAGOAN A.A.G. Agung Yana 1, Keu Swijana 1, dan Saniari Dewi 2 Absrak: Ruas jalan Gilimanuk-Tabanan-Denpasar merupakan sau-saunya jalan areri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI TESIS A.A. ASTRI DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS A.A ASTRI DEWI NIM 1091561021 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Jurnal Spektran Vol. 1, No. 1, Januari 2013

Jurnal Spektran Vol. 1, No. 1, Januari 2013 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SISWA SEKOLAH PADA KORIDOR JALAN GUNUNG AGUNG DENPASAR D. A. Nyoman Sriasui 1, I G. Puu Suparsa 2, D. M. Priyanha Wedagama 2 Absrak : Peningkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

RUMAH KOST DI SEMARANG DALAM KAJIAN EKONOMI. Isnadi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang

RUMAH KOST DI SEMARANG DALAM KAJIAN EKONOMI. Isnadi Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Absrac RUMAH KOST DI SEMARANG DALAM KAJIAN EKONOMI Isnadi Jurusan Teknik Sipil Polieknik Negeri Semarang Boarding house in urban developmen, especially adjacen o he campus is he poenial, proven over he

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci