PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. WAHANA LENTERA RAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PT. WAHANA LENTERA RAYA"

Transkripsi

1 9 PENJADWALAN PRODUSI DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAU DI PT. WAHANA LENTERA RAYA Veronika Nadia ), Dian Reno Sari Dewi ), Marinus Edy Siano ) naceabz@yahoo.com ABSTRA Penjadwalan merupakan proses pening dalam sisem produksi. Penjadwalan produksi di PT. Wahana Lenera Raya dilakukan dengan menggunakan meode Campbell Dudeck Smih (CDS) yang berujuan unuk menenukan uruan job agar makespan yang diperoleh lebih kecil daripada sebelumnya karena lo produksi yang digunakan berbeda. Hal ini dilakukan karena seringnya erjadi keerlambaan produksi yang dialami oleh perusahaan. Dengan menggunakan jadwal produksi yang baru, perusahaan dapa meningkakan produksinya hingga 8 uni lebih banyak daripada sebelumnya. Pemesanan bahan baku menggunakan meode deerminisik dengan Economic Order Inerval (EOI) single iem dengan fixed demand, dan lead ime. Perhiungan ini digunakan agar didapakan oal biaya minimum. Dan oal biaya yang diperoleh unuk memenuhi kebuuhan bahan baku adalah Rp, jua. Biaya ersebu mempunyai selisih Rp, jua dengan biaya pengeluaran perusahaan sebelumnya. Dari hasil peneliian dapa disimpulkan bahwa dengan mesin yang ada, perusahaan idak dapa menyelesaikan arge demand produk yang dibuuhkan dalam waku sebulan. Oleh karena iu, perusahaan harus menambah jumlah mesin alendorf sebanyak uni, rimm edging uni, dan packing sebanyak line agar kapasias produksi dapa mencukupi. Dengan adanya jadwal yang sudah mencakup keseluruhan ini, perusahaan dapa lebih mudah mengonrol jadwal produksi, jadwal pemesanan bahan baku, dan jumlah persediaan bahan baku yang ada. aa kunci: penjadwalan, produksi, persediaan, bahan baku, meode CDS PENDAHULUAN Penjadwalan produksi merupakan salah sau ahap pening sebelum memulai kegiaan produksi. Waku penyelesaian produk pau diperhiungkan oleh perusahaan. eerlambaan produksi akan merugikan perusahaan karena dapa mengurangi kepercayaan pelanggan erhadap perusahaan. Namun bila produksi ersebu dapa diselesaikan erlalu awal dari due dae yang elah dieapkan, maka biaya simpan juga akan berambah. Selain waku penyelesaian produk, hal lain yang perlu diperhaikan oleh perusahaan adalah kebuuhan bahan baku, karena unuk dapa memproduksi suau produk, maka bahan baku yang dibuuhkan harus sudah ersedia sebelum proses produksi dimulai. Oleh karena iu, waku pemesanan, dan jumlah persediaan bahan baku juga harus diperhiungkan. PT. Wahana Lenera Raya adalah sebuah perusahaan indusri manufakur pembuaan produk furniur seperi: meja kompuer, elevisi, meja, home furniure, dan lain-lainnya. Produk yang harus diproduksi memiliki jumlah demand yang besar, dan seiap produk juga memiliki komponen, dan rouing process yang berbedabeda pula. Permasalahan yang erjadi di PT. Wahana Lenera Raya adalah bahan baku di gudang ersedia dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dikarenakan kurang epanya inerval pemesanan, dan jumlah lo barang daang, sehingga biaya yang dibuuhkan cukup besar. Selain iu, dibuuhkan perbaikan pada sisem penjadwalan produksi unuk memperkecil nilai makespan. Namun, bila perusahaan ingin mencapai arge, maka kapasias produksi harus diambah. Penjadwalan produksi, dan persediaan bahan baku merupakan hal pening yang saling berkaian dalam suau proses produksi unuk mengeahui waku, dan jenis produk yang akan diproduksi sera waku pemesanan, dan jumlah pemesanan bahan baku. Oleh karena iu, permasalahan yang akan dibahas dalam peneliian ini adalah:. Bagaimana membua perbaikan penjadwalan produksi dengan menggunakan meode CDS?;. Bagaimana merancang persediaan bahan baku dengan memperimbangkan hasil penjadwalan produksi?. TINJAUAN PUSTAA Produksi Produksi merupakan kegiaan dasar suau perusahaan dalam menghasilkan suau produk yang layak unuk dipasarkan kepada masyaraka, dan mendapakan keunungan. Fungsi uama dari kegiaan produksi ) Mahasiswi di Fakulas Teknik Jurusan Teknik Indusri Universias aolik Widya Mandala Surabaya ) Saf Pengajar di Fakulas Teknik Jurusan Teknik Indusri Universias aolik Widya Mandala Surabaya

2 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) adalah sebagai beriku: o Proses produksi, yaiu meode, dan eknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk; o Perencanaan produksi, merupakan indakan anisipaif di masa mendaang sesuai dengan waku/periode yang elah diperkirakan; o Pengendalian produksi, yaiu indakan yang menjamin bahwa semua kegiaan yang dilaksanakan dalam perencanaan elah sesuai dengan arge yang elah dieapkan; Penjadwalan Produksi Penjadwalan produksi adalah akivias produksi yang sanga pening unuk mengambil kepuusan dalam melakukan serangkaian kegiaan produksi dengan adanya keerbaasan sumber daya. Suau penjadwalan dikaakan baik bila sumber daya yang ada dapa dimanfaakan dengan sebaik-baiknya. Tujuan dari akivias penjadwalan adalah sebagai beriku:. Meningkakan penggunaan sumber daya, aau mengurangi waku unggu (delay), sehingga oal waku proses dapa berkurang, dan produkivias dapa meningka;. Mengurangi persediaan barang seengah jadi, aau pekerjaan yang menunggu dalam anrian keika job yang lain masih dikerjakan;. Mengurangi keerlambaan pada job yang mempunyai baas waku penyelesaian, sehingga akan dapa meminimasi biaya keerlambaan;. Membanu pengambilan kepuusan mengenai perencanaan kapasias pabrik, dan jenis kapasias yang dibuuhkan; Ukuran keberhasilan penjadwalan yaiu berkurangnya: o Raa-raa waku alir (Mean Flow Time); o Makespan (oal waku proses yang dibuuhkan unuk menyelesaikan suau kumpulan job); o Raa-raa keerlambaan (Mean Tardiness); o Jumlah job yang erlamba; o o Jumlah mesin yang menganggur; Jumlah persediaan. Minimasi makespan dimaksudkan unuk mencapai uilias yang inggi dari sumber daya yang ada dengan cara menyelesaikan seluruh job secepanya. Sedangkan minimasi jumlah job yang menganggur berari akan berpengaruh erhadap minimasi keerlambaan. Fakor-fakor yang mempengaruhi penjadwalan produksi adalah sebagai beriku: o Jumlah job yang akan dijadwalkan; o Jumlah mesin yang dapa digunakan; o Ukuran dari keberhasilan pelaksanaan penjadwalan; o Cara job daang; o Jenis aliran proses produksi. Penjadwalan Flow Shop Penjadwalan adalah peneapan waku awal, dan waku selesainya suau pekerjaan yang beruruan. ebijakan, dan ujuan manajemen adalah menenukan suau penjadwalan. Namun ada kemungkinan manajemen produksi mendefinisikan banyak ujuan penjadwalan yang saling berbenuran, seperi: meminimalkan keerlambaan, biaya simpan maupun biaya proses, waku proses, dan memaksimalkan efisiensi kerja. Pencapaian ujuan penjadwalan ersebu erganung pada fleksibilias peralaan, dan personil di bagian manufakur, dan keinginan perusahaan. Pada penjadwalan flow shop, pola aliran proses yang dilalui oleh seiap jenis produk mempunyai uruan erenu, dan sama. Flow shop dapa dibedakan menjadi pure flow shop, dan general flow shop. Pada pure flow shop berbagai pekerjaan akan mengalir pada lini produksi yang sama, dan idak ada kemungkinan adanya variasi. Masalah penjadwalan flow shop adalah menjadwalkan proses produksi dari masing-masing job yang mempunyai uruan proses produksi, dan melalui mesin yang sama []. Algorima Campbell, Dudek, Smih (CDS) Algorima CDS aau yang dikenal juga dengan nama Campbell E Al Algorihm adalah suau meode yang digunakan unuk menyelesaikan suau penjadwalan dengan n job dan m mesin unuk meminimalkan makespan. Algorima CDS merupakan hasil pengembangan dari algorima Johnson. Beriku ini adalah pembahasan enang algorima Johnson [,]. Algorima Johnson Di dalam meode CDS, juga mencakup algorima Johnson. Algorima Johnson digunakan unuk mencari uruan pekerjaan, eapi hanya melibakan mesin saja. Beriku ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan algorima Johnson:. Cari nilai { i, i } yang paling kecil, dengan: i : waku proses job-i di mesin ; i : waku proses job-i di mesin. 80

3 . a. Jika waku proses minimum erdapa pada mesin ( i ), empakan pekerjaan ersebu pada posisi perama yang masih ersedia dalam uruan penjadwalan, lalu lanjukan ke langkah. b. Jika waku proses minimum erdapa pada mesin ( i ), empakan pekerjaan ersebu pada posisi erakhir yang masih ersedia dalam uruan penjadwalan, lalu lanjukan ke langkah.. Hilangkan pekerjaan yang sudah dijadwalkan (job ke-i) dari dafar pekerjaan yang harus dikerjakan, lalu kembali ke langkah hingga semua pekerjaan elah masuk semua dalam jadwal. Algorima CDS Dengan menggunakan algorima CDS, dapa dihasilkan sau se penjadwalan dari uruan job dan banyak mesin dengan pendekaan hasil penjumlahan sesuai dengan perhiungan unuk mesin (m, dan m ). Prosedur algorima CDS adalah: se =. Hiunglah * i, dan * i, dengan persamaan-persamaan: * i, k ik, () * i, k im, k dengan: * i, : waku proses job-i di mesin ; * i, : waku proses job-i di mesin ; i, k / : waku proses job-i di mesin; i, mk ke-k / di mesin m-k+; : jumlah kemungkinan uruan job, k=,,, ; i : job ke-i, i=,,, ; m : jumlah mesin. a. Gunakan algorima Johnson unuk mengurukan pekerjaan, dengan i, = * i,, dan i, = * i,, kemudian hiunglah makespan unuk jadwal ersebu. b. Jika = (m), berheni, dan pilih jadwal yang dapa menghasilkan makespan erkecil. Jika idak, maka = +, dan kembali ke langkah. Model Persediaan Fixed Order dan Fixed Lead Time Bahan baku merupakan salah sau kebuuhan dasar dalam melakukan kegiaan produksi. Bila bahan baku idak ersedia saa proses produksi akan dimulai, maka kegiaan produksi idak akan dapa berjalan dengan lancar. Namun bila bahan baku ersebu sudah ersedia erlalu lama, maka biaya simpan di gudang akan menjadi semakin besar. Oleh karena iu manajemen persediaan bahan baku menjadi sanga pening unuk menenukan waku pemesanan, dan jumlah bahan baku yang dibuuhkan []. eadaan yang erjadi pada PT. Wahana Lenera Raya ialah demand, dan lead ime (waku pengiriman) bahan baku eap. Oleh karena persediaan bahan baku ini erinegrasi dengan penjadwalan produksi, maka digunakan Economic Order Inerval (EOI) yang dapa berupa jadwal inerval/lama pemesanan kembali suau bahan baku. Seiap bahan baku berasal dari pemasok supplier yang berbeda-beda, maka yang digunakan adalah eori EOI single iem. Beriku ini persamaan-persamaan persediaan bahan baku dengan EOI: Toal biaya = oal harga beli + biaya pesan + biaya simpan aau PFR C PFRT TC( T ) PR mc PR m T () dengan: P : Harga per uni unuk iem-i; R : Demand ahunan (dalam uni) unuk iem-i; m=/t : jumlah pemesanan seiap ahun; C : Biaya pemesanan (dalam sekali pemesanan); F : Biaya simpan (dalam ahun); H=PF : Biaya simpan per uni per ahun; T : Inerval pemesanan (dalam ahun). Economic Order Inerval dalam ahun (EOI) dihiung dengan persamaan: C C EOI T () PFR HR Jumlah pemesanan unuk dapa menghasilkan oal biaya minimum adalah: PFR m* T* C () Jumlah bahan baku yang dipesan dalam melakukan seiap kali pemesanan eap, dan inerval waku pemesanan juga eap. Jumlah bahan baku yang harus dipesan adalah sejumlah Q * yang dihiung dengan persamaan: C CR CR Q* RT* R () PFR PF H dengan: Q * : Quaniy/jumlah barang yang harus 8

4 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) dipesan seiap kali order/melakukan pemesanan. Persediaan maksimum unuk seiap iem harus cukup besar unuk dapa memenuhi demand selama idak melakukan pemesanan bahan baku, dan selama lead ime (L). Persediaan maksimum ersebu dihiung dengan persamaan: E RT RL R( T L) () dengan: E : Persediaan maksimum; L : Lead ime. Unuk mendapakan oal biaya minimum per ahun, dapa mengganikan T dengan T* pada rumus oal cos di aas, sehingga persamaan dapa diulis menjadi: TC( T*) PR HRT * () METODE PENELITIAN Dalam menyelesaikan peneliian dibuuhkan beberapa ahap sebagai beriku: Observasi Perusahaan Meliha keadaan, dan kondisi awal perusahaan, sera cara-cara yang dipakai oleh perusahaan dalam menjadwalkan produksinya. Observasi ini dapa berguna sebagai pembanding penjadwalan yang dilakukan lebih baik, dan memilih meode penjadwalan yang akan digunakan. Sudi Lieraur Sudi lebih lanju mengenai penjadwalan produksi unuk jenis flow shop, dan mendalami eori-eori yang ada unuk melakukan penjadwalan dengan menggunakan meode CDS, dan unuk menenukan inerval, dan jumlah pemesanan unuk persediaan bahan baku. Pengumpulan Daa Dalam menyelesaikan masalah penjadwalan produksi, diperlukan beberapa informasi sebagai daa masukan, anara lain: a. Daa jenis produk, dan komponen produk; b. Daa demand masing-masing jenis produk; c. Daa waku, dan uruan proses dalam pembuaan seiap produk; d. Daa spesifikasi, dan harga bahan baku. Menjadwalkan Produksi Dengan Meode CDS Penenukan uruan produk yang akan diproduksi dengan menggunakan meode CDS dari daa waku proses masing-masing produk dimaksudkan unuk dapa memperoleh nilai makespan yang erkecil. Beriku ini merupakan penjelasan lebih lanju langkah-langkah dalam menjadwalkan produksi dengan menggunakan meode CDS:. Mengeahui uruan, dan waku produksi seiap produk;. Menghiung waku proses di mesin, dan mesin unuk seiap kemungkinan uruan job yang bisa erjadi unuk seiap, waku proses di mesin (* i ) merupakan pendekaan dari i, k, sedangkan waku k proses di mesin (* i ) merupakan pendekaan dari i, mk. Nilai dimulai k dari, dan berheni sampai nilai = (m), dengan m adalah jumlah mesin proses yang ada;. Mengurukan job yang akan diproduksi dengan menggunakan algorima Johnson unuk seiap ;. Menghiung waku proses oal (makespan) dari masing-masing kemungkinan uruan job yang ada. Caa makespan yang diperoleh, dan gunakan penjadwalan yang dapa menghasilkan makespan erkecil. Membua Penjadwalan Dalam Benuk Gan Char Dibua jadwal produksinya dalam benuk gan char unuk seiap komponen produk. omponen diurukan unuk seiap produknya. Syara-syara penjadwalannya adalah: o Suau proses idak bisa dimulai bila proses sebelumnya belum selesai, minimal uni; o Suau proses bisa selesai minimal uni sesudah proses sebelumnya selesai; o Bila sudah ada job pada penjadwalan, maka job yang akan dijadwalkan harus menunggu hingga job sebelumnya ersebu selesai dikerjakan, aau mencari mesin lain yang sejenis. Ilusrasi auran penjadwalan produksi dalam bennuk gan char disajikan pada Gambar. Gambar. Ilusrasi Auran Penjadwalan Produksi Dalam Benuk Gan Char Masukan Penjadwalan Sebagai Daa Unuk Merancang Persediaan Bahan Baku Beriku ini merupakan ahapan unuk memberikan masukan dari jadwal produksi yang elah dibua pada perhiungan persediaan bahan baku: 8

5 . Pengumpulan daa dari hasil penjadwalan produksi;. Mengeahui jumlah siklus produksi yang erjadi selama seahun. Dengan mengeahui jumlah siklus produksi, maka akan dapa dikeahui jumlah produk yang dapa diproduksi oleh perusahaan selama seahun, dan akan menjadi annual demand, aau demand ahunan;. Menghiung jumlah bahan baku yang dibuuhkan unuk melakukan produksi selama seahun dengan Bill of Maerial (BOM) kebuuhan komponen seiap produk. Persediaan bahan baku yang dibahas dalam peneliian ini hanya unuk bahan baku dari produk yang dijadwalkan saja, bukan persediaan bahan baku keseluruhan produksi perusahaan;. Melakukan pengecekan jumlah bahan baku seiap awal periode. Hal ini berpengaruh erhadap waku pemesanan bahan baku berikunya karena pada seiap awal periode proses produksi, bahan baku dibuuhkan erus menerus;. Menenukan waku pemesanan, dan jumlah baku dengan menggunakan EOI, dan memperimbangkan oal biaya yang dibuuhkan oleh perusahaan;. Menginformasikan jumlah bahan baku yang ersedia sera melakukan pengecekan kembali, memasikan bahwa jumlah bahan baku mencukupi unuk melakukan suau kegiaan produksi, dan jumlah bahan baku merupakan iik Re-Order Poin (ROP) unuk melakukan pemesanan kembali. Analisis Penjadwalan Produksi Analisis penjadwalan produksi diinjau dari perbandingan jumlah produk yang dapa dihasilkan pada jadwal yang baru dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan dalam waku seahun. Sedangkan analisis pemesanan bahan baku dapa diliha dari perbandingan oal biaya yang dihasilkan pada perhiungan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan unuk dapa memenuhi kebuuhan bahan baku. esimpulan dan Saran esimpulan berupa usulan penjadwalan produksi yang baru sera waku pemesanan, dan jumlah bahan baku yang dibuuhkan oleh perusahaan. Pada ahap ini juga diajukan saran/usulan yang berguna bagi perusahaan, aau unuk peneliian selanjunya sebagai sarana pengembangan bagi perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PT. Wahana Lenera Raya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang indusri furniur rumah angga dengan merk Aciv, dan Creaiv didirikan pada ahun 00, dan berlokasi di Jalan Flamboyan No. 9, Desa Pamoan, Porong, Sidoarjo, namun saa ini perusahaan sedang melakukan relokasi pabrik di daerah Trosobo, Sidoarjo. PT. Wahana Lenera Raya memasarkan produknya di seluruh Indonesia, dari Sumara Uara sampai Papua, dan dari Sulawesi Uara sampai Nusa Tenggara Timur. Daa Awal PT. Wahana Lenera Raya mempunyai lebih dari 00 ipe produk. Produk make o sock ada jenis produk. Demand PT. Wahana Lenera Raya didapakan dari disribuor, dan biasanya bersifa eap. Beriku ini merupakan dafar produk yang akan dijadwalkan besera dengan demand-nya sebagaimana disajikan pada Tabel. Tabel. Jenis dan Demand Produk No Produk Demand Jazz PG River Teak-Beach Jazz P River Teak-Beach Jazz BL 0 River Teak-Beach Jazz RC River Teak-Beach Jazz RC River Teak-Beach CUPU Vas BL P CUPU MT Beach Di PT. Wahana Lenera Raya, erdapa 8 sasiun kerja dengan banyak mesin. Beriku ini merupakan pembagian sasiun kerja, dan mesin yang erdapa di dalamnya sera kegunaan mesin sebagaimana disajikan pada Tabel : Tabel. Daa Mesin Dalam Sasiun erja dan Jumlahnya WS Nama mesin ode Jumlah Fungsi Melapisi PB Laminasi. dengan keras Melapisi Wrapping. poongan PB dengan keras HPL. Memoong (unuk komponen ukuran besar) Moulding. Profiling (membua benuk) 8

6 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) Tabel. Daa Mesin Dalam Sasiun erja dan Jumlahnya (lanjuan) WS Nama mesin ode Jumlah Fungsi AL Melapisi sisi ebal Raki. Memasang frame pada panel pinu Bandsaw. Memoong ebal Spindel. Profiling yang berbenuk lengkungan Rouer. Grooving (membua garis jalur, unuk pinu) Press. Melekakan bagian Alendorf. Memoong (unuk komponen ukuran kecil) Melapisi sisi Edging/. ebal benuk TD lengkungan Trim Edging. Merapikan laminasi edging benuk lengkungan BST. Bor Mulibor. Bor bermoif Membersihk Cleaning. an komponen Assembly. 8 Packing 8 Meraki komponen lebih dari bagian Memasukka n bagian produk dalam koak eerangan: kode mesin berdasarkan (WS mesin-i). Misal: mesin. berari erdapa pada WS mesin. Masing-masing produk mempunyai jumlah, dan bagian komponen yang berbedabeda dengan uruan proses, dan waku proses yang berbeda-beda pula. Seiap proses yang dilalui mempunyai waku proses yang erganung pada krieria, dan parameer yang digunakan, misalnya: panjang, luas, aau berdasarkan jumlahnya. Oleh karena iu, beriku ini merupakan daa waku seiap proses sebagaimana disajikan pada Tabel. Tabel. Daa Waku Masing-masing Proses Mesin Waku Proses Mesin Waku Proses deik/lembar 8 deik/meer 9 deik/mm deik/meer 9 deik/m deik/uni deik/meer deik/meer 0 deik/uni deik/uni deik/meer 0 deik/meer deik/meer deik/uni deik/uni 8 deik/m deik/uni deik/uni Bahan baku uama yang dibuuhkan ada macam, yaiu: paricle board (PB), MDF, dan keras laminasi. Sebelum memulai ahap perhiungan penjadwalan produksi, erlebih dahulu harus dikeahui waku proses masing-masing komponen dari seiap produk. Spesifikasi bahan baku uama disajikan pada Tabel. Bahan Baku Tabel. Spesifikasi Bahan Baku Uama Spesifikasi Harga, Panjang Lebar Tebal Rp. (m) (m) (mm) PB,, 9 MDF,,, eras 00,8 000 /lembar 000 /lembar 000 /meer 00 /roll Min order 000 lembar 000 lembar 000 meer roll Waku proses oal suau komponen dienukan dengan ahapan sebagai beriku: Misalnya unuk produk ipe Jazz P o o Proses di mesin laminasi (.) unuk komponen Top lembar bahan baku (PB) dapa menghasilkan komponen Top sebanyak 0 0 p, dan l, pl buah Unuk membua.000 uni produk, dibuuhkan 000 Top. Unuk dapa membua 000 buah Top, dibuuhkan.000, lembar PB. Dengan waku proses deik/lembar, maka waku yang dibuuhkan unuk melaminasi PB adalah.8 deik = 0, meni = 0, jam. Cara di aas juga berlaku unuk komponen dan produk yang lain di mesin laminasi (.). Proses di mesin wrapping (.) unuk komponen frame pinu. 8

7 o Panjang ukuran spesifikasi komponen + 0% allowance =. +. 0% =.90, cm =,90 m/buah. Unuk membua buah Jazz P dibuuhkan buah komponen. Oleh karena iu, waku oal yang dibuuhkan unuk membua.000 buah frame pinu sesuai dengan level produksi seiap minggunya adalah, deik = 0.9, deik =.0, meni =,9 jam. Dan dengan cara yang sama dapa dicari unuk komponen dan produk lain. Proses di mesin HPL (.) unuk komponen Top () (Jumlah PB-MDF (ebal bahan ebal Top)) ((panjang bahan panjang Top + ) allowance) + ((lebar bahan lebar Top + ) allowance = 9 lembar:, 9.0,, 9.0,08,,8 m 9 Jadi, oal waku proses yang dibuuhkan adalah,8 9 = 8, deik =, meni = 0,9 jam. Cara di aas juga berlaku unuk komponen, dan produk lainnya. Dengan cara perhiungan seperi di aas dapa dikeahui waku oal seiap proses masing-masing komponen, erganung krieria waku, dan spesifikasi komponen seiap produk sebagaimana disajikan pada Tabel dan. Penjadwalan Produksi Dengan Meode CDS Unuk memulai perhiungan dengan meode CDS, dibuuhkan waku proses oal unuk seiap produk. Waku proses seiap komponen dijumlahkan unuk masing-masing produk, dan dibagi dengan jumlah mesin yang ersedia (waku dalam meni). Conoh perhiungannya adalah sebagai beriku: o Mesin laminasi (.) produk Jazz P omponen Top Dibuuhkan waku 0, jam unuk membua.000 buah komponen Top dari lembar PB, kemudian waku proses semua komponen produk dijumlahkan unuk masing-masing produk, dan dibagi dengan jumlah mesin yang ada. Unuk mempermudah, sauannya diubah ke dalam meni. mesin. produk 0 meni : jumlah mesin 0, 90 :, 0 meni o Mesin wrapping (.) produk Jazz P mesin. produk 0 meni : jumlah mesin, 90 : 0, meni o Mesin HPL (.) produk Jazz P mesin. produk 0 meni : jumlah mesin 9, 0 : 90, meni Dan seerusnya dengan cara yang sama unuk semua proses seiap produk hingga 8 proses unuk jenis produk. Oleh karena erdapa 8 proses, maka erdapa kemungkinan uruan proses. = (m) = (8) = Unuk =, *,,,, 0 k k (8) *,,,8.0, k mk (9) * 990,8,, k, k *,,,8.00 k mk dan seerusnya sampai *, Dengan cara yang sama unuk = sampai = seperi conoh di aas, maka akan didapakan hasil dari perhiungan CDS sebagai beriku sebagaimana disajikan pada Tabel. Tabel. Conoh Hasil Perhiungan CDS Unuk =- Produk k= k= No. i, i, i, i,,0 990,8,0 89,8,8, 00,0 0, 00,00 900,00, 8,,,,,, 89,8,8, 00,0 0,00 8, 9,, 8,,, Unuk mendapakan uruan job dari Tabel di aas, caranya adalah sebagai beriku. Nilai yang erkecil dalam Tabel unuk = di aas adalah 89,8 dari kolom i, produk ke-, maka produk ersebu dikerjakan perama kali, dan hilangkan produk dari dafar job yang belum dijadwalkan. emudian nilai erkecil yang berikunya adalah 00, dari kolom i, produk, maka yang harus dikerjakan berikunya adalah produk, dan hapus produk dari dafar produk yang belum dijadwalkan. Bila nilai erkecil erdapa pada kolom i,, maka leakkan 8

8 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) job ersebu pada uruan akhir. Dan seerusnya dengan cara yang sama hingga semua produk sudah masuk dalam dafar uruan job yang akan dijadwalkan. Uruan job dengan meode Johnson unuk = disajikan pada Tabel. Tabel. Uruan Job Dengan Meode Johnson Unuk = Uruan ke- Produk ke- Dengan cara ersebu, produk diurukan unuk seluruh kemungkinan yang ada, maka diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Tabel. Tabel. Uruan job yang Diproduksi Unuk Seiap emungkinan k= k= k= k= k= k= k= k=8 k=9 k=0 k= k= k= k= k= k= k= emudian, langkah selanjunya adalah menghiung makespan yang dihasilkan, dari seiap kemungkinan unuk menenukan uruan job yang akan digunakan dalam penjadwalan. Unuk dapa mengeahui makespan yang dibuuhkan daa waku. eenuan dalam perhiungan makespan adalah:. Jika erdapa se-up mesin, maka waku proses perama diambahkan dengan waku se-up.. Waku proses kedua diambahkan dengan hasil pada proses, dan seerusnya.. Unuk produk berikunya, proses dimulai seelah proses pada produk sebelumnya selesai, dan idak boleh ada proses yang berabrakan. Conoh perhiungan makespan unuk = o Waku selesai produk di mesin. = waku se-up mesin. + waku proses produk di mesin. = 0 meni + 89,8 meni = 9,8 meni. o Waku selesai produk di mesin. = proses produk + waku proses produk di mesin. = 9,8 meni + 0 = 9,8 meni. o Waku selesai produk di mesin. = waku selesai produk di mesin. + waku proses produk di mesin. + waku se-up ambahan = 9,8 meni + 00, meni + 0 meni = 0,0 meni. Dan seerusnya dengan cara yang sama sampai produk erakhir di mesin erakhir merupakan waku oal yang dibuuhkan unuk menyelesaikan produksi seluruh produk. Beriku ini merupakan hasil compleion ime yang dari =: Tabel 8. Compleion Time Dari = Mesin.... 9,8,0,0 0,0 9,8 9,8,,, 88, 8,0 9, 8,,9, 0, 9,80,8,98,, 9,8 0,0, 0, 99,8 99,,98, 9,0,9, 0,08 9, 8, Produk Tabel 8. Compleion Time = (lanjuan) Produk Mesin....., 9,0,9, 9,0,9, 9,0,9, 9,0,9, 9,0,9, 0,08, 8,, 0,, 9,,80 9, 8, 8,,9 9, 9,, 8, 8, 8, 8, Tabel 8. Compleion Time = (lanjuan) Produk Mesin , 9,0,9, 9,0,9, 9,0,9,8 89,8,0,80 88,80, 889,9 90,80 0, 98, 9,8 9,9 0, 08,9 8,0 8, 8, 8, 8,9 Tabel 8. Compleion Time = (lanjuan) Produk Mesin... 8,8 89,8,0 9,,,0 8,9, 89,8, 9,9, 800,0 90,, 89,8, 8,0 00,8 8,8 90, 9,80 80, 08,8,0, 9, 8 0,0 8

9 Dari Tabel 8 di aas, dapa dikeahui bahwa unuk = dengan uruan job , akan menghasilkan makespan sebesar 0,0 meni. Perhiungan makespan juga dilakukan unuk seluruh kemungkinan yang ada. Beriku ini adalah abel hasil keseluruhan perhiungan makespan sebagaimana disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Makespan Unuk = Sampai = 0,0 =0 000,,8 =,,8 =,, = 80, 0,0 = 80, 000, =,0 000, =,0 000, = 80, 000, = = = = = = = =8 =9 Makespan erkecil yang bisa diperoleh bernilai 000, meni dimiliki oleh kemungkinan = sampai dengan =0 yang bernilai sama. Oleh karena iu, uruan pengerjaan proses yang dipakai adalah job ke Uruan job yang akan dijadwalkan disajikan pada Tabel 0. Tabel 0. Uruan Job yang Akan Dijadwalkan Uruan ke- No. Produk Jumlah/minggu Gan Char Dalam menjadwalkan produksi, uruan komponen, dan prosesnya eap. Oleh karena iu, perhiungannya dengan memperimbangkan syara-syara yang harus dipenuhi sebagai beriku:. Proses kedua idak akan bisa dimulai sebelum proses perama selesai. Dan proses kedua juga idak mungkin selesai sebelum proses perama. Hal ini juga berlaku unuk proses keiga, dan seerusnya;. Lo produksi yang dipakai adalah. Jadi sedapa mungkin seelah proses perama selesai langsung dipindahkan unuk dikerjakan pada proses kedua. Teapi syara nomor eap harus dipenuhi;. Waku maksimum unuk seiap proses adalah 80 meni/hari;. Waku se-up sesudah jam isiraha, aau diengah-engah proses produksi dapa diabaikan. Begiu pula dengan allowance unuk operaor. Unuk memudahkan dalam meliha, dan membaca hasil penjadwalan, mengeahui jenis produk yang akan dibua, dan waku produksi, maka perlu dibua dalam benuk gan char. Menghiung ebuuhan Bahan Baku Unuk Dapa Melakukan Produksi Bahan baku paricle board (PB) digunakan oleh hampir seluruh bagian komponen, kecuali unuk komponen gedekan. Gedekan merupakan bagian belakang dari produk, dan erbua dari bahan MDF. Perbedaan anara PB, dan MDF adalah bahan MDF lebih halus, api biasanya lebih ipis. Harga MDF lebih murah bila dibandingkan dengan PB, yaiu Rp.000,00/lembar dan digunakan unuk komponen bagian belakang yang ak erliha. Sedangkan PB biasanya berukuran ebal, dan harganya cukup mahal, yaiu Rp.000,00. Demand yang akan digunakan pada penjadwalan pemesanan bahan baku berdasarkan usulan penjadwalan produksi yang baru. Sekali siklus penjadwalan dapa diselesaikan dalam waku hari kerja. Namun pengerjaan produk berikunya sudah dapa dimulai kembali pada hari kerja ke-, karena waku dimulainya proses siklus produksi yang baru idak mengganggu penyelesaian produksi sebelumnya, sehingga dalam ahun siklus penjadwalan dapa berulang sebanyak 8 kali (( hari/ahun hari minggu = hari kerja)/ hari = 8, 8 kali). Conoh Perhiungan: Bahan Baku PB/MDF Dengan ukuran spesifikasi lembaran PB adalah p l =, m, m, unuk produk Jazz P komponen Top, unuk siklus penjadwalan, demand produk Jazz P adalah.000 uni, dan unuk membua uni produk Jazz P, dibuuhkan komponen Top. Oleh karena iu, demand komponen Top yang dibuuhkan dalam seahun adalah 8 siklus/ ahun.000 uni = uni komponen Top. omponen Top mempunyai spesifikasi berukuran p l = 0,9 m 0,9 m. Dengan mengeahui spesifikasi berbagai macam komponen, maka dapa dikeahui jumlah PB yang dibuuhkan. Conoh perhiungannya sebagai beriku. Bagian panjang:, m 0,9 m =, Bagian lebar :, m 0,9 m =,08 Jadi lembar PB dapa digunakan unuk membua = uni komponen Top unuk produk Jazz P. PB yang dibuuhkan unuk membua komponen Top Produk Jaz P dalam 8

10 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) seahun adalah uni komponen Top uni/lembar =.,. lembar. Dengan cara yang sama dilakukan erhadap semua komponen baik unuk komponen yang berbahan baku PB maupun MDF. Dengan demikian didapakan annual demand unuk PB adalah 88.8 lembar, dan unuk MDF adalah. lembar. Conoh Perhiungan: Bahan Baku eras Spesifikasi keras laminasi adalah p l =.00 m,8 m. Sedangkan unuk bahan PB/MDF yang digunakan mempunyai spesifikasi p l =, m, m. Oleh karena iu, dalam rol dapa digunakan unuk melapisi PB/MDF sebanyak =.00,.0,9.0 lembar. arena jumlah demand PB, dan MDF selama ahun yang harus dilapisi adalah sebanyak =. lembar, maka keras laminasi yang dibuuhkan adalah sebanyak..0 0,998 0 rol/ahun. Perhiungan Persediaan Bahan Baku Dengan EOI Selama ini, PT. Wahana Lenera Raya melakukan pemesanan bahan baku unuk persediaan selama bulan. Hal ini dirasa kurang baik, karena semakin banyak jumlah persediaan, maka semakin banyak pula holding cos (biaya simpan). Bila modal unuk membeli bahan baku ersebu unuk semenara diabungkan, aau dideposiokan erlebih dahulu ke bank, maka perusahaan akan mendapa keunungan dari bunga yang diberikan oleh bank. Bunga bank yang berlaku adalah 9%. Sedangkan unuk order cos (biaya pesan) adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seiap kali melakukan pemesanan mencakup biaya perjanjian pemesanan, dan angkuan kapal sekali jalan (bahan baku didapakan dari luar pulau, sebagian besar dari alimanan). Bahan keras laminasi/keras digunakan unuk melapisi seluruh bahan PB, dan MDF. Beriku ini merupakan informasi, dan perhiungan yang dibuuhkan dalam melakukan perencanaan persediaan bahan baku: Bahan Baku Paricle board (PB) Harga (P) : Rp.000,00 Minimal order :.000 lembar. Biaya pesan (C): merupakan biaya perjanjian pemesanan barang dengan supplier, perjanjian pengiriman barang oleh disribuor, biaya angkuan kapal, biaya pemesanan dengan elepon, dan pengiriman kembali sura perjanjian dengan faksimile sejumlah Rp ,00. Demand/ahun (R): pada ahap sebelumnya, elah dikeahui cara unuk menghiung jumlah annual demand PB. Toal kebuuhan PB yang diperlukan dalam seahun adalah 88.8 lembar. Biaya simpan (H): yang berugas unuk mengurusi, dan mengawasi persediaan bahan baku PB di perusahaan erdapa orang karyawan. Biaya gaji ini dibua dalam per ahun per uni. Dan bila barang yang ada di gudang melebihi dari kebuuhan seiap periode, maka akan dikenakan biaya simpan berupa pendekaan bunga bank. Biaya simpan =(( orang Rp ,00/bulan bulan) 888 lembar) + (bunga 9%/ahun Rp.000,00/uni)= Rp.9,/lembar/ ahun. EOI (T*): merupakan inerval/selang waku dalam melakukan pemesanan bahan baku adalah C Rp ,00 T 0,0 ahun 0,8 bulan HR Rp., 888 (0) Quaniy (Q): jumlah barang yang dipesan seiap kali melakukan pemesanan adalah Q RT 88.80,0=.890,.89 lembar () E: dengan lead ime bulan, maka inerval T* yang digunakan juga dalam sauan bulan, yaiu 0.8 bulan. Jadi jumlah persediaan bahan baku maksimum adalah RT L 88.80,8 () E 88.9, N 88.9 lembar Re-Order Poin (ROP): merupakan iik pemesanan kembali saa jumlah persediaan bahan baku mencapai ahun demand lead ime bulan 88.8 lembar 0., () 0. lembar Toal cos (TC): oal biaya dalam jangka waku ahun yang harus dikeluarkan unuk bahan baku PB, baik unuk melakukan pembelian, pemesanan, penyimpanan, dan lain-lain, adalah sebagai beriku: 88

11 TC T * Rp000,00888Rp9,8880,0 Rp..9.8,9 () Toal cos yang dibuuhkan oleh perusahaan bila anpa biaya pembelian adalah TC T * Rp.9, 88.80, 0 () Rp.8.8,8 Bahan Baku MDF Harga : Rp.000,00 Minimal order :.000 lembar. Biaya pesan : Rp ,00 Demand/ahun (R): jumlah MDF unuk seluruh komponen gedekan dengan cara perhiungan yang sama seperi pada PB, maka jumlah oal MDF yang dibuuhkan selama ahun adalah. lembar. Biaya simpan: karyawan berjumlah orang. Dengan cara yang sama seperi pada PB di aas, maka perhiungan unuk MDF adalah seperi beriku: (( orang Rp ,00/ bulan bulan) lembar) + (bunga 9% / ahun Rp.000,00/uni) = Rp.99,/lembar/ahun. EOI(T*): C Rp , 00 T HR Rp.99,. () 0, ahun =, bulan Quaniy (Q * ): dihiung dengan persamaan: Q RT ,., lembar. lembar E: dengan lead ime bulan, jumlah persediaan bahan baku maksimum adalah RT L., () E 8.0, N 8.0 lembar ROP: dihiung dengan persamaan. lembar 0., 0. lembar (8) Toal cos (TC): dihiung dengan persamaan TC T Rp.000,00. Rp.99,.0, Rp8.9..,9 (9) Toal cos anpa pembelian adalah TC T Rp.99,.0, Rp99..,9 Bahan Baku eras (eras Laminasi) Harga: Rp ,00/rol Minimal order : rol Biaya pesan : Rp ,00 (0) Demand/ahun (R): pada ahap sebelumnya dikeahui kebuuhan keras unuk seahun adalah 0 rol. Biaya simpan: karyawan berjumlah orang. Dengan cara yang sama, maka perhiungan unuk keras laminasi adalah seperi beriku: (( orang Rp ,00/bulan bulan) 0 rol) + (bunga 9%/ahun Rp ,00/uni) = Rp9.9,88/rol/ahun EOI (T*): dihiung dengan persamaan: C Rp ,00 T 0, 08 ahun HR Rp9.9,880 rol =,0 bulan () Q * dihiung dengan persamaan. Q RT 00, 08 rol, 0 rol () E: dengan lead ime bulan, jumlah persediaan bahan baku maksimum adalah L 0, 0 RT E.,8. rol N () ROP: dihiung dengan persamaan 0 rol 0, rol () Toal cos (TC) : TC T * Rp ,00 0 Rp9.9,88 0 0,08 Rp.0.0., Toal cos anpa pembelian adalah TC T * Rp9.9,880 0, 08 Rp.0., () () Melakukan Pengecekan embali Jumlah Persediaan pada Saa Melakukan Proses Produksi Pengecekan jumlah bahan baku dilakukan erhadap jumlah ROP. Jika jumlah persediaan bahan baku yang masih ada lebih kecil, aau sama dengan ( ) ROP, maka bagian persediaan harus melakukan pemesanan bahan baku kembali sejumlah Q*. Jika jumlah persediaan bahan baku lebih besar daripada (>) jumlah kebuuhan bahan baku suau komponen yang akan diproduksi, maka proses produksi ersebu dapa dilakukan, aau dengan kaa lain bahan baku mencukupi unuk melakukan proses produksi, begiu pula sebaliknya. Conoh: omponen yang perama kali diproduksi dalam siklus penjadwalan adalah meja aas 89

12 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) produk CUPU MT. Unuk memproduksinya, dibuuhkan bahan baku PB sebanyak: Bagian panjang:, m, m =,0 Bagian lebar :, m 0,9 m =,0 Jadi lembar PB dapa digunakan unuk membua = uni komponen meja aas unuk produk CUPU MT. Jumlah komponen yang dibuuhkan dalam melakukan sau siklus adalah 00 uni. Jadi PB yang dibuuhkan unuk membua komponen meja aas CUPU MT unuk suau siklus adalah 00 uni komponen meja aas uni/lembar = lembar. Sedangkan persediaan awal di gudang bahan baku adalah.8 lembar. Oleh karena jumlah persediaan bahan baku lebih besar daripada jumlah kebuuhan bahan baku unuk memproduksi meja aas (.8>), maka proses produksi ersebu dapa dilakukan. Jika jumlah persediaan bahan baku lebih besar daripada ROP PB (.8>0.), berari belum wakunya melakukan pemesanan bahan baku kembali. Sebagai pembukian bahwa bahan baku daang pada saa dibuuhkan oleh bagian produksi adalah seperi beriku ini: PB: Q =.89 lembar EOI = 0,8 bulan =, minggu minggu Demand minggu =. lembar ROP = 0. lembar Misalnya pada minggu perama PB daang sejumlah Q =.89 lembar < ROP, maka sebelum minggu perama PB sudah dipesan erlebih dahulu, sehingga PB yang ada di gudang pada minggu perama adalah.8 lembar. Sebagai gambaran yang lebih jelas, disajikan pada Tabel beriku: Tabel. Waku Pemesanan PB dan Barang Daang Selama Minggu Minggu Demand ke- PB Sisa PB eerangan barang daang -- waku pesan barang daang -- Begiu pula perhiungan unuk MDF, dan keras dengan cara yang sama. Perbandingan Penjadwalan produksi Dengan adanya penjadwalan produksi yang baru, produksi yang dihasilkan selama seahun lebih baik daripada produksi perusahaan sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ukuran lo produksi yang digunakan oleh perusahaan, dan penjadwalan produksi yang baru. Dalam seahun, perusahaan hanya dapa memproduksi kali, sedangkan dengan adanya jadwal produksi yang baru dapa memproduksi 8 kali periode dengan jumlah yang sama. Unuk hasil perbandingan yang lebih jelas, dapa diliha pada Tabel beriku ini: Tabel. Perbandingan Hasil yang Didapa Perusahaan dan Penjadwalan yang Baru Perbandingan Perusahaan Penjadwalan yang baru Makespan 0 hari/ periode hari per periode Sar new session hari ke-8 hari ke- Ukuran lo 00 uni uni Jumlah produk yang dihasilkan dalam seahun Jazz PG Jazz P Jazz BL 0 Jazz RC Jazz RC CUPU Vas BL P CUPU MT (uni) Dengan mesin yang ada di perusahaan sekarang ini idak dapa memenuhi arge produksi. Oleh karena iu beberapa mesin harus diambah. Sebagai conoh, bole neck aau mesin yang ingka produksi yang paling kriis adalah mesin alendorf pada sasiun kerja. Jumlah mesin yang dibuuhkan dihiung dengan persamaan. P N T () D E dengan: N : jumlah mesin; T : waku pengerjaan (sauan waku/uni produk); P : oal produk yang harus dibua (uni produk/sauan waku); D : sauan kerja per hari (mis: jam / hari); E : fakor efisiensi kerja (se up, breakdown, dan lain-lainnya). Maka perhiungan jumlah mesin adalah sebagai beriku: P N T D E deik.00 uni/minggu.00 jam hari kerja meni, hari hari minggu 0 =,08 mesin. Dengan cara yang sama juga dihiung unuk mesin-mesin yang lain, maka mesin yang 90

13 harus diambah kapasiasnya adalah sebagaimana disebukan pada Tabel. Tabel. Penambahan Jumlah apasias Mesin Mesin WS Jumlah Jumlah Tambahan seharusnya ersedia Alendorf mesin Trimm Edging mesin Packing 8 line Hasil Perhiungan Persediaan Bahan Baku Dengan EOI dapa dikeahui waku, dan jumlah pemesanan sera oal biaya yang dibuuhkan. Annual demand, harga produk, jumlah pemesanan minimal, biaya pesan, dan biaya simpan sama, maka akan didapakan hasil sebagai beriku: Unuk bahan baku PB. Quaniy (Q): jumlah barang yang dipesan harus dapa memenuhi kebuuhan produksi selama bulan adalah: QR periode pemesanan (8) 88.8 lembar.0 lembar. Toal cos (TC): oal biaya dalam ahun yang harus dikeluarkan, baik unuk melakukan pemesanan, penyimpanan, dan lain-lain, adalah sebagai beriku: TC PR H Q Rp.000,00/lembar 88.8 lembar Rp.,/lembar.0 lembar Rp,M (9) Bahan baku MDF Quaniy (Q):.909 lembar Toal cos (TC): TC Rp.000,00/lembar. lembar Rp.90,/lembar.909 lembar Rp8,M (0) Bahan baku keras Quaniy (Q): rol Toal cos (TC) : TC Rp ,00/rol0 rol Rp8.0,/rol rol () Rp.9..00,- Dari hasil sebelumnya, dan hasil di aas, dapa dikeahui bahwa dengan waku, dan jumlah pemesanan yang baru, oal biaya dapa diperkecil. Analisis Sensiivias Jumlah, dan waku pemesanan bahan baku yang sudah didapa hasilnya akan sesuai dengan perhiungan eoriis, dan idak akan erjadi sock ou karena bersifa deerminisik (idak mengalami perubahan). Namun dalam kenyaaannya, demand perusahaan memiliki kemungkinan unuk mengalami perubahan. Analisis sensiivias merupakan analisis yang berkaian dengan perubahan parameer unuk meliha besarnya perubahan yang dapa erjadi pada hasil solusi awal. Analisis sensiivias menenukan oupu dari hasil model yang sudah erbenuk, dan yang akan dipengaruhi oleh adanya perubahan, aau adanya kesalahan dalam inpu daa (parameer) yang digunakan. Model solusi ersebu akan dikaakan idak sensiif jika inpu dapa mengasumsikan berbagai nilai yang mempengaruhi hasil oupu aaupun sebaliknya. Parameer inpu yang digunakan anara lain: R demand (R), holding cos (H), dan order cos (C). egunaan analisis sensiivias adalah:. Unuk mengeahui besar nilai kesalahan perkiraan yang dapa mempengaruhi kepuusan dalam menenukan waku, dan jumlah pemesanan, sera biaya yang dikeluarkan;. Unuk memuuskan pada iik erenu akan diperlukan adanya revisi pengambilan kepuusan unuk persediaan bahan baku. Beriku ini merupakan analisis sensiivias dengan beberapa percobaan erhadap perubahan demand yang mungkin erjadi. a. Demand naik 0%. Demand yang diperkirakan (esimaed demand) unuk PB adalah 888 lembar, MDF adalah. lembar, dan unuk eras adalah 0 rol. PB: acual demand = % =.9 lembar X R (Fakor kesalahan demand) = esimaed demand 0,9 acual demand Maka perubahan yang erjadi erhadap jumlah order (Q # ) adalah: Q Q X C X R Q X H Dan perubahan yang erjadi erhadap oal cos dengan menggunakan inpu parameer error yang erjadi adalah sebesar: 9

14 WIDYA TENI Vol. 9, No., 00 (9-9) # TC Q TC Q TC Q X C. X R. X H 0,9 0,0% Arinya, perubahan demand yang mengalami kenaikan sebesar 0% akan mengakibakan perubahan srukur oal biaya pada PB sebesar -0,0%. Begiu pula perhiungan yang dilakukan erhadap MDF dan eras unuk berbagai persenase kesalahan yang dicobakan. MDF: acual demand =. +. 0% = 0.99 lembar X R = 0,9 # TC Q TC Q TC Q 0,0% eras: acual demand = % = rol X R = 0,9 TC Q # TC Q 0, 0% TC Q % Jadi perubahan demand yang mengalami kenaikan sebanyak 0% akan memberikan perubahan oupu TC sebesar -0,0%. Dengan cara yang sama seperi perhiungan di aas, juga dilakukan berbagai macam percobaan perubahan demand seperi beriku: b. Demand naik 0%. Bila demand mengalami kenaikan sebanyak 0% akan memberikan perubahan oupu TC sebesar -0,09%. c. Demand urun 0%. Bila demand mengalami penurunan sebanyak 0% akan memberikan perubahan oupu TC sebesar 0,0%. d. Demand urun 0%. Bila demand mengalami penurunan sebanyak 0% akan memberikan perubahan oupu TC sebesar 0,%. Hasil di aas adalah nilai perubahan dalam persenase yang erjadi erhadap jumlah order, dan biaya oal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. ESIMPULAN DAN SARAN esimpulan Dari hasil peneliian dan pembahasan dapa diambil kesimpulan sebagai beriku:. Penjadwalan produksi dengan menggunakan meode CDS dapa memberikan hasil yang lebih baik daripada pelaksanaan produksi sebelumnya yang digunakan oleh perusahaan. Selain iu, ukuran lo produksi pada penjadwalan yang baru lebih kecil daripada yang digunakan oleh perusahaan sebelumnya, sehingga makespan yang dibuuhkan menjadi lebih kecil, dari menjadi hari per periode. Dengan memperkecil makespan, maka jumlah produk yang dapa diproduksi 8. uni lebih banyak daripada hasil produksi sebelumnya;. Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan unuk memenuhi kebuuhan produksi, yaiu melakukan pemesanan, dan pembelian bahan baku PB, MDF, dan eras diperhiungkan dengan menggunakan eori EOI single iem, dan fixed demand, dan lead ime dapa memberikan hasil perhiungan biaya oal yang lebih kecil daripada biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebelumnya. Sebelumnya perusahaan memesan bahan baku seiap bulan sekali, dan mengeluarkan biaya sebesar, Rp,M+Rp8,M+Rp,M=Rp,M. Sedangkan dengan menggunakan eori yang baru, biaya oal yang dibuuhkan unuk melakukan pemesanan bahan baku menjadi lebih kecil, yaiu: Rp,M+Rp8,M+Rp,M=Rp,M. Selisih biaya pengeluaran unuk pemenuhan bahan baku ersebu adalah Rp,M. Saran Saran unuk peneliian selanjunya adalah menjadwalkan produksi dengan meode yang lain, sehingga akan didapakan hasil yang lebih baik. Namun sedapa mungkin mesin yang ada di pabrik, eruama mesin-mesin yang mengalami bole neck diambah unuk memperbesar kapasias produksi, sehingga arge produksi ercapai. Dalam memperhiungkan persediaan bahan baku pada peneliian selanjunya harap dilakukan seelii mungkin dengan adanya kemungkinan perubahan lead ime barang daang. DAFTAR PUSTAA [] Nasuion, Arman Hakim, Januari Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 999 [] Baker,. R., Inroducion o Sequencing and Scheduling, John Wiley and Sons Inc., New York, 9 9

15 [] Bedworh, D. D. dan Bailey, J. E., Inegraed Producion Conrol Sysem, John Wiley and Sons Inc., New York, 98 [] Fogary D.W., Blacksone, J. H. dan Hoffman, Thomas R, Producion and Invenory Managemen, Souh Wesern Publishing Co., Ohio, 99 9

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA Sii Nur Fadlilah A 1 ; Thomas Widjaja 2 ABSTRACT Producion planning is an aciviy o make decison

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci