SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA"

Transkripsi

1 INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI Diajukan unuk melengkapi ugas dan memenuhi syara mencapai gelar Sarjana Sains IMELDA YULI YANTI FRANSISKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

3 PENGHARGAAN Dengan segala kerendahan hai penulis memanjakan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa aas kasih dan penyeraannya sehingga penulis dapa menyelesaikan perkuliahan dan ugas akhir ini yang berjudul Invenory Conrol dan Perencanaan Bahan Baku di Indusri Manufakuring Pada PT. Indofood Sukses Makmur Medan. Pada kesempaan ini penulis mengucapkan banyak erima kasih kepada seluruh pihak yang elah banyak membanu, khususnya kepada : 1. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu ulolo, M.Si., sebagai dosen pembimbing uama dan bapak Drs. Djakaria Sebayang sebagai pembimbing II yang elah bersedia meluangkan wakunya yang sanga berharga, enaga dan pikiran dalam membimbing penulis. 2. Bapak Drs. Henry Rani Siepu, M.si. dan Ibu Dra. Elly Rosmaini, M.Si., sebagai dosen penguji yang elah bersedia meluangkan wakunya dan yang elah memberikan saran-saran unuk memperbaiki ulisan ini. 3. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc., selaku keua jurusan di Deparemen Maemaika yang elah memberikan kesempaan kepada penulis unuk menyusun skripsi ini. 4. Bapak Drs. Agus Salim Harahap, M.si., selaku dosen wali yang elah memberikan dorongan dan semanga semasa perkuliahan. 5. Seluruh Saff pengajar khususnya Saff pengajar Maemaika dan pegawai FMIPA USU yang elah membimbing penulis dalam perkuliahan dan urusan adminisrasi. 6. Keua dan pengurus HMM yang memberikan dukungan selama kegiaan di Himpunan. 7. Kedua oranguaku Ibunda R. br Manurung dan ayahanda H.R. Siburian ercina dan segenap keluarga besar aas curahan kasih sayang, dukungan dana, doa, dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama mengikui perkuliahan hingga selesainya penulisan ugas akhir ini. 8. Bapak Mochar Sukardi selaku Branch Manager, Bapak Widiyaro selaku Branch Personel Manager pada PT. Indofood Sukses Makmur Medan, Bapak Harfid

4 Dwi Anoni selaku Indusrial Relaion, Bapak Rusli selaku Producion Manager, Bapak Endang Supriana selaku PPIC - Supervisor, dan seluruh Saff PPIC- Producion Planning and Invenory Conrol yang elah memberikan kesempaan kepada penulis unuk melakukan peneliian dan ak lupa juga kepada Ibu Ija yang banyak membanu penulis. 9. Teman-eman Mahasiswa Maemaika Angkaan 05 khususnya sahaba-sahabaku ersayang Eser Chrisina, Chrisine Bundo, Trisnawai Siompul, Ruh Endaria Gining, Meilinda Siahaan, Alice, Josephine, Juli Buar-buar, Veronika Siohang, Sagia dan seluruh eman-emanku yang jahil. Kakak-kakak, abang-abang dan adik-adik senior yang elah banyak memberikan kasih sayang, perhaian, dorongan dan semanga kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Biarlah Cina kasih Tuhan yang idak berkesudahan yang akan membalas kebaikan yang elah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ulisan ini masih kurang sempurna. Oleh karena iu dengan hai yang erbuka penulis menerima kriik dan saran yang membangun dari semua pihak. Sekian dan Terima kasih. Medan, Agusus 2009 Penulis, Imelda Yuli Yani Fransiska

5 ABSTRAK Persediaan (invenory) bahan baku sebagai kekayaan perusahaan memiliki peranan pening di dalam operasi bisnis dalam indusi manufakur. Masalah kuaniaif yang berkaian dengan persediaan (invenory) bahan baku adalah mengendalikan saa daangnya bahan baku agar bisa epa waku, mengendalikan banyaknya bahan baku yang daang, ermasuk persediaan pengaman, dan mengendalikan biaya persediaan agar diperoleh biaya oal minimum. Dalam ulisan ini penulis memilih menggunakan meode dekomposisi dalam meramalkan kebuuhan bahan baku epung erigu di PT. Indofood Sukses Makmur pada periode Januari sampai dengan Desember Meode Dekomposisi merupakan salah sau meode peramalan yang menguraikan daa aas komponen-komponen ime series secara erpisah. Dengan Model Dekomposisi daa : X = S. T. C. E. Dari hasil perhiungan dan analisa, pemakaian bahan baku epung erigu di PT. Indofood Sukses Makmur periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 adalah ,51 kg, dengan Fixed Order Quaniy ,453 kg akan diperoleh penghemaan sebesar Rp per ahun, Sedangkan Fixed Order Inerval (T*) adalah hari kerja akan diperoleh penghemaan sebesar Rp per ahun. Dan safey sock adalah sebesar ,94 kg.

6 INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN ABSTRACT Raw maerial invenory has an ineresing rule in he bussiness operaion in manufakuring indusry. The quaniaive problems in he raw maerial invenory are o rein he coming of raw maerial jus in ime, o rein he oal of raw maerial, insead safey sock and o rein he invenory cos so we have minimum oal cos. In his paper, wrier choose o use a Decompoiion Mehod o forecas he raw maerial (Flavour) necessary in PT. Indofood Sukses Makmur in period January 2009 o December Decompoiion Mehod is he one of he forecasing Mehod ha analyzing he daa of ime series for each componen. The decompoiion mehod is : X = S. T. C. E. From he mah calculaion, he raw maerial need in nex period is ,51 kg, Fixed Order Quaniy is ,453 kg received an economical cos Rp per year, Fixed Order Inerval (T*) is days received an economical cos Rp And Safey Sock is ,94 kg.

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Halaman i iii iv v vii viii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumusan Masalah Pembaasan Masalah Tujuan Peneliian Manfaa Peneliian Meode Peneliian Tinjauan Pusaka 5 LANDASAN TEORI 2.1 Meode Peramalan Meode Dekomposisi Dekomposisi Daa Komponen Musiman Komponen Trend Komponen Siklus Komponen Error Pengujian Daa Pengambilan Sampel Uji Musiman Persediaan (Invenory) Pengendalian persediaan bahan baku Fakor-fakor yang mempengaruhi persediaan bahan baku Model Persediaan Meode Fixed Order Quaniy Meode Fixed Order Inerval Menenukan Safey Sock 21 PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1 Pengumpulan Daa Analisa dan Pengolahan Daa 26

8 3.3 Grafik Daa Peramalan Formulasi Model Persediaan dan Safey Sock 39 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Saran 45 DAFTAR PUSTAKA 46 LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Perhiungan Uji Musiman 13 Tabel 2.2 Perhiungan Anava 14 Tabel 3.1 Daa Produksi Tepung Terigu 24 Tabel 3.2 Perhiungan Uji Musiman Perminaan 25 Tabel 3.3 Anava Tepung Terigu 28 Tabel 3.4 Raa-raa Bergerak 6 Bulan produksi Tepung Terigu 30 Tabel 3.5 Perhiungan Indeks Musiman ahun Tabel 3.6 Perhiungan Trend 32 Tabel 3.7 Komponen Trend 34 Tabel 3.8 Perhiungan Siklus 35 Tabel 3.9 Perhiungan Siklus Tahun Tabel 3.10 Perhiungan Komponen Error 37 Tabel 3.11 Peramalan Tahun

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pola Daa Musiman 9 Gambar 3.1 Plo Daa Tepung Terigu 29 Gambar 3.2 Grafik Raa-raa Bergerak dengan Daa Akual 31 Gambar 3.3 Grafik Komponen Trend 34 Gambar 3.4 Grafik Komponen Siklus 36

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Berbagai rumusan enang definisi persediaan (invenory) elah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menuru Tersine [1994], persediaan (invenory) adalah sok maerial yang ada pada suau waku erenu aau ase nyaa yang dapa diliha, diukur dan dihiung aau dapa juga dikaakan sebagai sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanju. Yang dimaksud dengan proses lebih lanju di sini dapa berupa kegiaan produksi pada sisem manufakur, kegiaan pemasaran pada sisem disribusi, aau kegiaan konsumsi pada sisem rumah angga. Biaya bukanlah sau-saunya variabel dalam masalah persediaan, eapi juga mengandung variabel-variabel lain seperi jumlah perminaan dan waku. Jumlah perminaan boleh eap dan boleh berubah-ubah dari waku ke waku. Variabel waku bisa imbul karena penundaan yang boleh eap dan juga boleh berubah. Kombinasi dari variabel-variabel ini memberikan karaker yang khusus bagi iap masalah persediaan. Dengan mempelajari bagaimana variabel-variabel berubah dari waku ke waku suau hubungan anara waku dan jumlah perminaan akan dapa diformulasikan dan digunakan unuk memprediksi ingka perminaan (demand) yang akan daang. Selanjunya yang akan dibahas adalah persediaan bahan baku dalam sisem manufakur. Guna mendukung penulisan ini, penulis mengadakan peneliian pada PT. Indofood Sukses Makmur. PT. Indofood Sukses Makmur adalah suau perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan ringan, dimana perusahaan memproduksi Indomie, Supermi, Sarimi, dan Sakura. Unuk mencegah erjadinya keidakseimbangan anara produksi dan perminaan pasar pada PT. Indofood Sukses

12 Makmur yang mana bahan baku merupakan hal yang sanga pening dalam proses produksi iu, maka penulis mencoba unuk menenukan esimasi kebuuhan bahan baku unuk periode mendaang dengan meode peramalan yang epa, meneapkan jumlah bahan baku yang harus dipesan dan inerval waku pemesanan yang opimal menggunakan meode FOI dan FOQ, dan meneapkan safey sock yang opimal unuk mengeahui peranan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku dalam usaha meningkakan efisiensi biaya persediaan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan laar belakang yang elah diuraikan di aas maka invenory level menjadi suau permasalahan yang signifikan di mana pada periode erenu alokasi modal erhadap invenory menjadi inggi dan sebaliknya dengan flukuasi demand mengakibakan lose sales yang enu saja merupakan cos ersendiri bagi perusahaan. Sehingga permasalahan dapa dirumuskan sebagai beriku: 1. Bagaimana menenukan esimasi kebuuhan bahan baku unuk periode mendaang dengan menggunakan meode peramalan yang epa. 2. Berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan dan kapan waku pemesanan yang opimal dengan menggunakan meode FOQ dan FOI. 3. Berapa safey sock yang opimal unuk masing-masing bahan baku kaiannya dengan biaya perusahaan. 1.3 Pembaasan Masalah Unuk menghindari erlalu meluasnya masalah dan adanya bias dalam pengambilan kesimpulan dalam peneliian ini maka permasalahan dibaasi sebagai beriku : 1. Bahan baku produk makanan dengan kaegori fas moving dengan quaniy besar dan menyerap biaya yang inggi yang secara signifikan sanga berpengaruh pada sisem invenory level perusahaan, dalam hal ini produk yang dielii

13 adalah bahan baku epung erigu. 2. Daa perminaan yang diambil adalah daa periode Januari 2007 sampai Desember Dengan asumsi perminaan akan produk berlangsung secara koninu sera bahan baku yang dipesan daang sekaligus dari supplier. 1.4 Tujuan Peneliian Berdasarkan permasalahan yang elah diuraikan maka yang menjadi bagian pening dalam peneliian ini adalah menenukan esimasi kebuuhan bahan baku unuk periode mendaang dengan meode peramalan, meneapkan jumlah bahan baku yang harus dipesan dan inerval waku pemesanan yang opimal menggunakan meode FOI dan FOQ, dan meneapkan safey sock yang opimal. Unuk mengeahui peranan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku dalam usaha meningkakan efisiensi biaya persediaan. 1.5 Manfaa Peneliian Adapun manfaa yang diharapkan dari peneliian ini adalah: 1. Peramalan unuk menganisipasi seiap keadaan yang idak diinginkan sehingga perusahaan dapa membua perencanaan pada periode mendaang dan dalam menenukan kebijakan persediaan bahan baku agar perusahaan jangan sampai kehabisan persediaan yang dapa mangakibakan erheninya kegiaan produksi dan perusahaan dapa mengambil kepuusan enang alokasi modal yang lebih efekif dan efisien. 2. Manfaa bagi penulis yaiu dapa menerapkan ilmu pengeahuan yang diperoleh di bangku kuliah di lapangan. Mendeskripsikan penerapan manajemen persediaan dan pengendalian bahan baku yang dilakukan oleh penulis di PT. Indofood Sukses Makmur Medan. 1.6 Meode Peneliian

14 Meode peneliian yang akan digunakan erdiri aas empa ahap yaiu: 1) Tahap idenifikasi permasalahan dan kebuuhan daa 2) Tahap pengumpulan daa Adapun daa yang dibuuhkan adalah : a. Daa produksi bahan baku epung erigu di PT. Indofood Sukses Makmur periode Januari 2007 sampai dengan Desember b. Daa biaya pembelian bahan baku. c. Daa biaya biaya yang berkaian dengan persediaan bahan baku. 3) Tahap pengolahan daa Dalam peneliian enang analisis perencanaan dan pengendalian bahan baku pada PT. Indofood: a) Langkah perama adalah peramalan perminaan produk makanan dengan meode Dekomposisi yang menguraikan semua daa dari Dere Berkala (Time Series). Dere Berkala adalah himpunan yang dihasilkan dalam renang waku yang sama unuk jangka waku erenu. Daa hisoris dianalisa unuk mengidenifikasikan komponen-komponen yang berhubungan yang mempengaruhi variabel yang diramalkan. Dengan mempelajari bagaimana variabel berubah dari waku ke waku suau hubungan anara waku dan perminaan ( demand) akan dapa diformulasikan dan digunakan unuk memprediksi ingka perminaan (demand) yang akan daang. b) Langkah kedua, dari hasil peramalan ersebu maka dikeahui kebuuhan bahan baku yang diperlukan oleh perusahaan unuk jangka waku 12 bulan mendaang, kemudian dapa dienukan berapa jumlah pemesanan opimal yang harus dipesan dan kapan akan dipesan dengan menggunakan meode Meode Fixed Order Quaniy (FOQ) dan Fixed Order Inerval (FOI). 4) Tahap analisis dan kesimpulan

15 1.7 TINJAUAN PUSTAKA Makridakis S, Wheelwrigh S.C dan Mcgee V.E [1991], dalam bukunya menjelaskan bahwa meode peramalan dapa dierapkan bila 3 kondisi beriku dapa dipenuhi, yaiu: 1. Tersedia informasi enang masa lalu 2. Informasi ersebu dapa dikuaniaifkan dalam benuk daa numerik 3. Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan erus berlanju ( runu). Proses ahapan dalam meode dekomposisi. Tersine [1994], Persediaan (invenory) adalah sok maerial yang ada pada suau waku erenu aau ase nyaa yang dapa diliha, diukur dan dihiung aau dalam ari yang lain sumber daya yang menganggur yang menunggu proses lebih lanju. Dalam sisem model invenory deerminisik dikenal 2 ipe dasar invenory CR. HQ. yaiu Fixed Order Quaniy (FOQ) dengan Toal Cos (TC) = PR. + + dan Q 2 C PF.. RT. Fixed Order Inerval (FOI) dengan Toal Cos (TC) = PR T 2

16 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Meode Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya bidang ekonomi. Peramalan adalah prediksi, proyeksi aau esimasi ingka kejadian yang idak pasi di masa yang akan daang. Keepaan secara mulak dalam memprediksi perisiwa dan ingka kegiaan yang akan daang idak mungkin dicapai, oleh karena iu keika perusahaan idak dapa meliha kejadian yang akan daang secara pasi, diperlukan waku lama unuk menarik kesimpulan erhadap kejadian yang akan daang. Peramalan pada umumnya digunakan unuk memprediksi pendapaan, biaya, keunungan, harga, perubahan eknologi, dan berbagai variabel lainnya. Dalam lingkungan perusahaan, peramalan kebanyakan digunakan unuk memprediksi aau mengesimasi perminaan yang akan daang. Banyak jenis meode peramalan yang ersedia unuk manajemen. Namun yang lebih pening bagi para prakisi adalah bagaimana memahami karaerisik suau meode peramalan agar cocok bagi siuasi pengambilan kepuusan erenu. Secara umum meode peramalan dapa diklasifikasikan dalam dua kaegori uama, yaiu meode kuaniaif dan meode kualiaif.

17 Meode kuaniaif sanga beragam dan seiap eknik memiliki sifa, keepaan dan biaya yang harus diperimbangkan dalam memilih meode erenu. Unuk menggunakan meode kuaniaif erdapa iga kondisi yang harus dipenuhi : 1. Tersedia informasi enang masa lalu 2. Informasi ersebu dapa dikuaniaifkan dalam benuk daa numerik 3. Diasumsikan bahwa beberapa pola masa lalu akan erus berlanju (runu). Meode kualiaif dapa berupa pengambilan pendapa yang dapa dibagi menjadi pengumpulan pendapa para ahli dan survey pasar. Sedangkan Meode kuaniaif dapa dibagi ke dalam dere berkala aau runun waku (Time Series), dan meode gerakan rend. Meode runun waku (Time Series) aau sering pula disebu meode dere waku aau dere berkala menggambarkan berbagai gerakan yang erjadi pada sederean daa pada waku erenu. Langkah pening dalam memilih meode dere berkala adalah dengan memperimbangkan jenis pola daa. Pola daa dapa dibedakan menjadi empa jenis siklus dan rend, yaiu : 1. Pola Horizonal, erjadi bilamana bila daa berflukuasi di sekiar nilai raaraa yang konsan aau sasioner erhadap nilai raa-raanya. 2. Pola Musiman, erjadi bilamana suau dere dipengaruhi oleh fakor musiman. Unuk mengeahui apakah daa memiliki pola musiman maka dilakukan uji daa musiman 3. Pola Siklis, erjadi bilamana daanya dipengaruhi oleh flukuasi ekonomi jangka panjang seperi siklus bisnis aau ekonomi. 4. Pola Trend, erjadi bilamana erdapa kenaikan aau penurunan sekuler jangka panjang dalam daa. Meode Penghalusan (Smoohing Mehod), khususnya meode raa-raa, merupakan salah sau meode peramalan yang dapa digunakan unuk daa dere berkala. Namun demikian, meode raa-raa iu hanya dapa digunakan unuk mengidenifikasi dan meniadakan komponen acak. Meode yang dapa digunakan unuk mengidenifikasi keempa komponen dari dere waku ersebu secara erpisah adalah Meode Dekomposisi.

18 2.2 Meode Dekomposisi Meode Dekomposisi ini menguraikan benuk daa ersebu ke dalam iga komponen yang erpisah. Keiga komponen yang dimaksud adalah fakor rend, siklis, dan musiman. Trend menggambarkan keadaan daa jangka panjang yang dapa berambah aau berkurang aau bahkan erjadi perubahan. Persamaan maemaik pendekaan dekomposisi sebagai beriku : X = f(s, T, C, E ) (2.1) di mana : X = nilai dere waku pada periode S T = komponen musiman pada periode = komponen rend pada periode C = komponen siklis pada periode E = komponen kesalahan (error) pada periode Persamaan maemaik model dekomposisi ersebu dapa dilakukan dalam benuk perkalian dan penjumlahan. Teapi dalam penulisan ini, penulis menggunakan benuk perkalian. Formula dalam benuk perkalian sebagai beriku : X = S. T. C. E (2.2) E adalah kesalahan random yang idak dapa diramalkan dan biasanya ahli saisika menyebukan sebagai komponen irregular. Model perkalian ini sering digunakan di mana komponen fakor musim dan siklus dinyaakan dalam benuk indeks. 2.3 Pengujian Daa Pengambilan Sampel

19 Sebagai keenuan dalam seiap melakukan peneliian yang berhubungan dengan pengambilan sampel adalah ukuran sampel yang diambil harus memenuhi unuk dianalisa. Rumus yang dipakai unuk melakukan uji sampel adalah : N = ( ) 2 20 N X X X 2 2 (2.7) di mana : N = ukuran sampel yang diperlukan N = ukuran sampel pengamaan X = daa akual X = nilai dere waku pada periode Apabila N < N berari sampel percobaan memenuhi syara unuk dipakai sebagai sampel Uji Musiman Unuk mengeahui adanya pola musiman dalam daa dilakukan analisa daa musiman yaiu dengan uji musiman. Adapun langkah-langkah uji musiman adalah sebagai beriku : H 0 = Daa idak dipengaruhi musiman H 1 = Daa dipengaruhi musiman

20 Perhiungan: Periode () Tabel 2.1 Perhiungan Uji Musiman Musiman k Toal 1 X 11 X 12 X X 1k 2 X 21 X 22 X X 2k 3 X 31 X 32 X X 3k n X n1 X n2 X n3... X nk Toal (S) S 1 S 2 S 3... S k S j Jumlah Kuadra (Z) Z 1 Z 2 Z 3... Z k Z j Jumlah Daa n 1 n 2 n 3... n k N Raa-raa kuadra oal Jumlah Kuadra Deviasi (D) S 1 2 /n 1 S 2 2 /n 2 S 3 2 /n 3... S k 2 /n k D 1 D 2 D 3... D k Dj Deraja Bebas n 1-1 n 2-1 n n k - 1 N - k S n 2 j j

21 Noasi : S X ; j = Xj ; Sj = Xj S j = ; n X j = X k j Z j = X 2 j Dengan = 1, 2,, n j = 1, 2,, k Jumlah Kuadra Toal ( Z ) : o Z o j ( S ) 2 j = Z j N Jumlah Kuadra anar Musim ( Z ) : am Z am = j S n 2 j j ( S ) 2 j N Jumlah Kuadra dalam Musim ( Z ) : Z = ( ) 2 dm j dm X X = D j j j Tabel 2.2 Anava Sumber Variasi Deraja Bebas Jumlah Kuadra (JK) Jumlah Kuadra Raa-raa Saisik Uji Anar Musim k - 1 am Dalam Musim N - k dm 2 Z Sb 2 dm Z Sw Zam = k 1 2 Sb F = S 2 Z w = N k

22 Toal N - 1 Z o Krieria pengujian : F F H 0 diolak jika hiung ( k 1, N k) araf nyaa α dan erima H 0 unuk lainnya. 2.4 Dekomposisi Daa Komponen Musiman Komponen musiman merupakan pola berkala yang eraur dan erdapa dalam dere daa yang sifanya ahunan. Fakor ini banyak erdapa dalam dunia ekonomi yang biasanya dipengaruhi oleh hal-hal seperi emperaur, curah hujan, bulan pada suau ahun, saa liburan, dan kebijaksanaan perusahaan. Dalam hal ini musiman yang berpengaruh adalah saa liburan sekolah dan hari-hari besar. waku Gbr 2.1 Pola Daa Musiman Uraian sebelumnya elah menyebukan bahwa fakor musim dinyaakan dalam indeks, sehingga sering disebu dengan indeks musim. Indeks musim ini diperoleh dari hasil bagi daa ime series dengan fakor rend dan siklis. Pemisahan daa dari rend-siklis melalui perhiungan raa-raa bergerak sesuai dengan jangka waku musimannya (6 bulanan). Raa-raa bergerak ersebu adalah hasil kali anara fakor rend dan siklis, maka : M = T. C

23 Persamaan indeks musim sebagai beriku : Indeks Musim = X M = S. T. C. E T. C = S. E (2.3) Pembagian daa asli dengan hasil kali rend dan siklis bermaksud memisahkan daa aslinya dari fakor rend-siklis unuk menghilangkan fakor kesalahan (error) dari nilai-nilai pada persamaan (2.3) dengan meode raa-raa medial. Raa-raa medial adalah nilai raa-raa unuk seiap bulan seelah dikeluarkan nilai erbesar dan erkecil. Hal ini dimaksudkan agar persenasi yang eksrim rendah dan eksrim inggi idak mempengaruhi indeks musiman yang akan dienukan Komponen Trend Fakor Trend merupakan pergerakan yang mendasar pada jangka panjang dari dere waku. Persamaan dari komponen Trend adalah : T = a + b. (2.4) Nilai a dan b diperoleh sebagai beriku : b = M. 2 M n ( ) 2 n M a = b. n n di mana : M = raa-raa bergerak 6 bulan

24 = periode ( = 1, 2,, n) n = jumlah pengamaan Raa-raa bergerak n-periode diperoleh dengan menggunakan rumusan sebagai beriku : Raa-raa bergerak n-periode = jumlah perminaan dalam n-periode erdahulu n Seelah parameer a dan b diperoleh maka nilai rend T dapa dipergunakan dengan menggunakan persamaan (2.4) Komponen Siklus Komponen Siklus menggambarkan flukuasi ekonomi jangka panjang dan idak konsan. Jika suau ime series elah dibebaskan dari pengaruh rend, gerak bermusim dan komponen error maka inggallah pengaruh dari gerak siklusnya. Dengan membagi nilai raa-raa bergerak dengan nilai rend akan diperoleh persamaan Komponen Siklus : M T = C (2.5) Komponen Kesalahan (Error) Komponen error mempunyai gerak yang idak eraur. Gerak ak eraur ini erjadi hanya sekali-sekali sehingga idak dapa diduga aaupun diramalkan. Komponen error diperoleh dengan membagi daa akual erhadap keiga komponen ime series yang lainnya, sehingga :

25 X STC.. = E (2.6) 2.5 Persediaan (Invenory) Persediaan (Invenory) sok maerial yang ada pada suau waku erenu aau ase nyaa yang dapa diliha, diukur dan dihiung aau dapa juga dikaakan sebagai sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanju. Persediaan dapa membua kelancaran dan efisiensi dalam operasi manufacuring dengan kondisi yang idak berganung pada bagian aau deparemen erenu dalam kegiaan secara keseluruhan. Persediaan juga dapa membanu menyeimbangkan pasokan sekaligus menekan perminaan pasar Pengendalian persediaan bahan baku Kegiaan perusahaan mempunyai hubungan yang sanga era dengan kegiaan produksi. Perusahaan mengadakan kegiaan produksi unuk memenuhi kebuuhan pasar. Unuk mengadakan kegiaan produksi harus ada bahan baku. Bahan baku merupakan salah sau sumber daya yang harus dikelola dengan baik, idak ada indusri yang dapa hidup anpa adanya bahan baku aau maerial. Persediaan (invenory) bahan baku sebagai kekayaan perusahaan memiliki peranan pening dalam operasi bisnis di indusi manufakur. Bahan baku merupakan fakor uama di dalam perusahaan unuk menunjang kelancaran proses produksi, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Masalah penenuan besarnya persediaan merupakan masalah yang pening bagi perusahaan, karena persediaan mempunyai efek yang langsung erhadap keunungan perusahaan. Kesalahan dalam menenukan besarnya invesasi (modal yang eranam) dalam persediaan akan menekan keunungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang erlalu besar dibandingkan kebuuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang, sera kemungkinan erjadinya penyusuan dan kualias yang idak bisa diperahankan, sehingga semuanya ini akan

26 mengurangi keunungan perusahaan. Demikian pula sebaliknya, persediaan bahan baku yang erlalu kecil dalam perusahaan akan mengakibakan kemacean dalam produksi, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian juga. Cara penyelenggaraan persediaan (invenory) bahan baku berbeda-beda unuk seiap perusahaan, baik dalam jumlah uni persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan, waku penggunaannya, maupun jumlah biaya unuk membeli bahan baku ersebu. Perlunya persediaan (invenory) bahan baku bagi perusahaan merupakan akiba dari : 1) Mekanisme pemenuhan produksi, proses suau barang idak dapa dilaksanakan dengan segera bila bahan bakunya idak ersedia. 2) Keinginan meredam keidakpasian, keidakpasian berasal dari adanya perminaan yang bervariasi dalam jumlah dan waku, waku pembuaan yang cenderung idak konsan dan waku pengiriman bahan baku yang cenderung idak pasi. 3) Keinginan melakukan spekulasi yang berujuan unuk mendapakan keunungan besar dari kenaikan harga bahan baku pada waku mendaang. Sehingga masalah kuaniaif yang berkaian dengan persediaan (invenory) bahan baku adalah mengendalikan saa daangnya bahan baku agar bisa epa waku, mengendalikan banyaknya bahan baku yang daang, ermasuk persediaan pengaman, dan mengendalikan biaya persediaan agar diperoleh biaya oal minimum Fakor-fakor yang mempengaruhi persediaan bahan baku Ada beberapa macam fakor-fakor yang mempengaruhi persediaan bahan baku. Fakor-fakor ersebu akan saling berkaian, sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku. Adapun fakor-fakor yang dimaksud adalah sebagai beriku :

27 1. Perkiraan pemakaian / peramalan Sebelum kegiaan pembelian bahan baku dilaksanakan maka manajemen harus dapa membua perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di dalam proses produksi pada suau periode. Perkiraan kebuuhan bahan baku ini merupakan perkiraan enang berapa besar/jumlahnya bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan unuk keperluan proses produksi pada periode yang akan daang. Dalam hal ini perkiraan pemakaian / peramalan elah dilakukan pada uraian sebelumnya. 2. Harga bahan baku Harga bahan baku adalah salah sau fakor penenu dalam kebijakan persediaan bahan dan merupakan dasar penyusunan perhiungan berapa besar dana perusahaan yang harus disediakan sebagai invesasi dalam persediaan bahan baku ini. 3. Biaya-biaya persediaan Biaya-biaya unuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah selayaknya diperhiungkan dalam penenuan besarnya persediaan bahan baku. Biayabiaya yang berhubungan dengan persediaan disini dapa berupa biaya pembelian bahan baku, biaya penyimpanan (Carrying Cos aau Holding Cos) dan biaya pemesanan (Ordering Cos). 4. Pemakaian senyaanya Pemakaian bahan baku yang nyaa dari periode-periode yang lalu (daa perminaan akual) merupakan salah sau fakor yang perlu diperhaikan. Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan sera bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah disusun harus senaniasa dianalisa. Dengan demikian akan dapa disusun perkiraan kebuuhan bahan baku yang mendekai kenyaaan. 5. Waku unggu (Lead Time)

28 Waku unggu adalah merupakan enggang waku yang diperlukan anara saa pemesanan bahan baku sampai dengan daangnya bahan baku. 2.6 Model Persediaan (Invenory Model) Dalam sisem Invenory model deerminisik dikenal 2 ipe dasar invenory, yaiu Fixed Order Quaniy (FOQ) dan Fixed Order Inerval (FOI) (Tersine, 1994) Meode Fixed Order Quaniy Meode FOQ (Fixed Order Quaniy) disebu juga model EOQ (Economic Order Quaniy) ini digunakan unuk menenukan berapa jumlah bahan baku yang harus dipesan yang meminimumkan biaya penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan persediaan. Meode Fixed Order Quaniy merupakan model persediaan yang akan membanu perusahaan agar invesasi yang dianamkan dalam persediaan idak berlebihan eapi perusahaan juga idak mengalami kekurangan persediaan. Meode ini sering dipakai karena mudah unuk dilaksanakan dan mampu memberikan solusi yang erbaik bagi perusahaan, karena dengan perhiungan menggunakan FOQ idak saja akan dikeahui berapa jumlah persediaan yang paling efisien bagi perusahaan, eapi akan dikeahui juga biaya yang akan dikeluarkan perusahaan dengan persediaan bahan baku yang dimilikinya (dihiung dengan menggunakan TIC/Toal Invenory Cos) dan waku yang paling epa unuk mengadakan pemesanan kembali. TIC (Toal Invenory Cos) = Biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan Toal biaya Pemesanan = C x T (2.8)

29 Sedangkan, T = R Q (2.9) Subsiusi persamaan (2.9) ke persamaan (2.8), maka diperoleh oal biaya pemesanan, yaiu : Raa-raa persediaan = 2 Q Toal Biaya Pemesanan = sehingga oal biaya penyimpanan menjadi CR. Q (2.10) Toal Biaya Penyimpanan = HQ. 2 (2.11) Dengan demikian Toal biaya persediaan (TIC) dengan menggunakan Model persamaan meode FOQ akan menjadi : TIC = PR+. CR. HQ Q +. 2 di mana : R = Toal demand/ahun per uni (Requiremen aau Revenue) P = Harga beli bahan baku per uni (Purchasing Cos) C = Biaya pesan/sekali pesan Q = Jumlah order dalam uni (Quaniy Order) H = Biaya penyimpanan/ahun per uni (Holding Cos) F = Fraksi biaya simpan ahunan (dalam persenase) TIC = Toal biaya persediaan (Toal Invenory Cos) selama sau periode Q akan opimal jika TIC minimal, hal ini akan dicapai apabila

30 TIC Q = 0, maka : TIC = PR+. CR. HQ Q +. 2 TIC Q = CR. - 2 Q + H = 0 2 H CR. = 2 2 Q H.Q 2 = 2C.R Q 2 = Q* = 2 CR. H 2 CR. H = 2 CR. PF. Pada iik EOQ biaya pemesanan akan sama dengan biaya penyimpanan. Maka kia dapa menenukan Economic Order Quaniy (EOQ) aau jumlah bahan baku opimal yang harus dipesan sebagai beriku: Q* = 2 CR. PF. Meode Fixed Order Quaniy dapa dihiung dengan menghubungkan anara biaya penyimpanan per uni, biaya pemesanan seiap kali pesan, jumlah kebuuhan bahan baku unuk sau periode dan harga beli bahan baku per uni Meode Fixed Order Inerval Meode FOI ini merupakan meode yang digunakan unuk mengeahui kapan waku pemesanan yang opimal yang harus dilakukan. Toal biaya dengan menggunakan Model persamaan FOI : Toal Cos (TC) = biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan

31 C H. RT. = PR. + + T 2 Di mana: T = inerval pemesanan iap ahun Pada iik EOQ biaya pemesanan akan sama dengan biaya penyimpanan, C T = H.R.T 2 = 2C H. RT. 2 T 2 = 2 C HR. sehingga didapakan persamaan inerval pemesanan opimal sebagai beriku : T* = 2C HR. = 2C PFR.. = EOI dalam ahun Dan diperoleh jumlah pesanan opimal dalam 1 ahun, sebagai beriku : m* = 1 T * Persediaan (invenory) Maksimum : E = R(T* + L) n di mana : T* = Inerval pemesanan opimal dalam ahun L = Lead ime order M = Jumlah order per ahun E = Maksimum invenory n = Hari kerja dalam 1 ahun

32 Unuk Economic Order Inerval (EOI) dengan inerval pemesanan yang opimal persamaan oal biaya ahunan sebagai beriku : TC (T *) = P.R + H.R.T * 2.7 Menenukan Safey Sock Dalam meode Fixed Order Quaniy diasumsikan bahwa baik perminaan maupun waku pesan sampai iba (Lead Time) penerimaan bahan baku adalah konsan aau eap. Namun pada kenyaaannya, perminaan dan waku pesan sampai iba penerimaan bahan baku ersebu adalah berubah-ubah. Unuk mengaasi resiko yang muncul akiba perubahan ersebu adalah dengan cara menyimpan persediaan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah pemakaian yang disebu Safey Sock. Safey Sock adalah jumlah invenory yang diadakan unuk mengaasi perminaan barang yang idak konsan. Safey Sock juga digunakan sebagai cadangan jika erjadi peningkaan perminaan barang yang idak diinginkan, keerlambaan supplier mengirimkan barang pesanan perusahaan dan keidakersediaan barang yang dipesan pada supplier. Terjadinya kekurangan persediaan barang aau Sock Ou dapa disebabkan karena penggunaan persediaan yang lebih besar dari perkiraan semula aau keerlambaan dalam penerimaan persediaan barang yang dipesan. Dengan diadakan Safey Sock ini dapa menghindari kerugian yang diimbulkan karena imbulnya Sock Ou, sebaliknya hal ini akan menambah besarnya biaya penyimpanan, jadi dalam menyediakan Safey Sock harus diusahakan agar biaya eap serendah mungkin. Unuk menenukan berapa jumlah Safey Sock dapa digunakan meode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Raa-Raa. Meode ini dilakukan dengan menghiung selisih anara pemakaian maksimum dengan pemakaian raa-raa dalam jangka waku erenu, kemudian selisih ersebu dikalikan dengan lead ime (dalam bulan aau dalam minggu).

33 Safey Sock = (Pemakaian Maksimum Pemakaian Raa-Raa) x Lead Time. X ( ) x Lead Time. N = X max Di mana N = Jumlah daa series BAB 3 PEMBAHASAN DAN HASIL 3.1 Pengumpulan Daa Seperi yang disebukan pada bab sebelumnya bahwa unuk mendukung penulisan ini dibuuhkan daa, seperi: 1. Daa produksi bahan baku epung erigu di PT. Indofood periode Januari 2007 sampai dengan Desember Daa biaya pembelian bahan baku. 3. Daa spesifikasi produk.

34 4. Daa biaya biaya yang berkaian dengan persediaan bahan baku. PT. Indofood Sukses Makmur adalah suau perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi makanan ringan, dimana perusahaan memproduksi Indomie, Supermi, Sarimi, dan Sakura. Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuaan produkproduk iu memiliki banyak kesamaan, seperi Tepung erigu, minyak goreng, bumbu, dan minyak bumbu. Daa yang diperoleh penulis dari pihak PT. Indofood adalah sebagai beriku: 1. Harga bahan baku: Tepung Terigu (/kg) = Rp 5.000,- Minyak Goreng (/kg) = Rp 8.000,- Bumbu (/pcs) = Rp 90,- Minyak Bumbu (/pcs) = Rp 110,- Sesuai dengan pembaasan masalah yang elah disebukan sebelumnya bahwa bahan baku yang dibahas adalah bahan baku produk makanan dengan kaegori fas moving dengan quaniy besar dan menyerap biaya yang inggi yang secara signifikan sanga berpengaruh pada sisem invenory level perusahaan, maka penulis membua kesimpulan unuk mengambil bahan baku epung erigu sebagai objek peneliian. 2. Daa produksi epung erigu periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2008 Periode 2007 (kg) 2008 (kg) Januari Februari Mare April

35 Mei Juni Juli Agusus Sepember Okober November Desember Tabel 3.1 Daa Produksi epung erigu 4. Biaya pemesanan (ongkos angku + bongkar) adalah Rp ,- 5. Biaya penyimpanan adalah 15% dari harga bahan baku per ahun. 6. Lead ime adalah 1 hari, dengan bahan baku epung erigu didaangkan dari Belawan. Tabel 3.2 Perhiungan Uji Musiman Perminaan Periode S Z 1,923E+13 2,187E+13 1,981E+13 1,477E+13 2,137E+13 1,891E+13 n Mean Z 1,922E+13 2,1807E+13 1,979E+13 1,47694E+13 1,043E+13 1,8906E+13 Raa-raa , , ,5 D 3,133E+09 6,109E+10 1,320E+10 3,740E+08 4,872E+09 2,592E+09

36 Periode Toal S Z 1,552E+13 1,610E+13 1,111E+13 1,123E+13 2,986E+13 1,650E+13 2,053E+14 n Mean Z 1,551E+13 1,6029E+13 1,019E+13 1,12152E+13 2,979E+13 1,64781E+13 2,041E+14 Raa-raa , , , ,5 D 9,365E+09 7,186E+10 9,164E+11 1,529E+10 7,065E+10 2,437E+10 1,193E Analisa dan Pengolahan Daa Uji Sampel dan Uji Musiman Seperi yang elah diuraikan dalam landasan eori, bahwa sebelum melakukan analisa pengolahan daa maka erlebih dahulu daa diuji apakah sampel daa produksi bahan baku dapa dierima sebagai sampel aau idak dan apakah daa dipengaruhi musiman. Uji Sampel Dari abel (3.2) Uji Sampel produksi bahan baku epung erigu : N = 24

37 X = X = 2,053E+14 ( X ) 2 = 4,787E+15 Dari persamaan (2.1) N = ( ) 2 20 N X X X 2 2 N = ,053E ( ) ( ) 2 2 N = 11,715 Karena N < N berari sampel percobaan memenuhi syara unuk dipakai sebagai sampel. Uji Musiman Unuk mengeahui ada idaknya pengaruh pola musiman erhadap daa dapa dikeahui dengan melakukan uji musiman. Hipoesa : H 0 = Daa idak dipengaruhi musiman H 1 = Daa dipengaruhi musiman Dari abel (3.2) diperoleh : Jumlah Kuadra Toal ( Z ) : o

38 Z o j ( S ) 2 j = Z j N = 2,053E+14 ( )2 24 = 2,053E+14 1,995E+14 = 5,8E+12 Jumlah Kuadra anar Musim ( Z ) : am Z am = j S n 2 j j ( S ) 2 j N = 2,041E+14 - ( )2 24 = 2,041E+14-1,995E+14 = 4,6E+12 Jumlah Kuadra dalam Musim ( Z ) : dm Z = ( ) 2 dm i = 1,2E+12 j X X = D ij ij j Sehingga dapa disusun abel Anava unuk uji musiman seperi beriku : Tabel 3.3 Anava Tepung Terigu

39 Jumlah Jumlah Sumber Deraja Bebas Kuadra Kuadra Variasi (JK) Raa-raa Anar Musim 11 4,6E+12 4,18E+11 Dalam Musim 12 1,2E+12 1E+11 Toal 23 5,8E+12 Saisik Uji 4,18 Dengan α = 0,05 Diperoleh F (11,12) = 2,72 Dari abel (3.3) dapa kia liha bahwa F hi = 4,18, sesuai dengan krieria, maka H 0 diolak karena F hi > F ab, arinya daa produksi dipengaruhi musiman. 3.3 Grafik Daa Seiap pengamaan di dalam Time Series digambarkan sebagai suau iik pada susunan koordina egak lurus memakai nilai pengamaan sebagai ordina dan angka yang menunjukkan waku sebagai absis. Dengan penggambaran Time Series ersebu dapa diliha dengan mudah bagaimana gerak-gerik variabel yang sedang diamai pada waku lampau. Unuk iu daa produksi bahan baku yang diperoleh dari PT. Indofood Sukses Makmur digambarkan dalam benuk grafik.

40 Produksi Periode Gbr 3.1 Plo Daa Tepung Terigu 3.4 Peramalan a. Indeks Musim Indeks Musiman dihiung dengan cara rasio raa-raa bergerak, dibua bebas dari pengaruh rend, siklus dan pengaruh komponen error. Langkah perama yaiu pengambilan harga raa-raa bergerak 6 bulan diharapkan menghilangkan pengaruh dari gerak bermusim dan meninggalkan pengaruh rend dan gerak siklus di dalam ime series. Perhiungan raa-raa bergerak dan rasio daa akual erhadap raa-raa bergerak dapa diliha pada abel (3.4).

41 Tabel 3.4 Raa-raa Bergerak 6 Bulan produksi Tepung Terigu Periode Tepung MA 6 Rasio MA 6 () Terigu X Cenered X / MA 6 C , ,67 0, , ,67 0, , ,67 1, , ,17 0, , ,33 1, , ,75 0, , ,83 0, , ,92 1, , ,33 1, , ,25 1, , ,08 0, , ,08 1, , ,17 1, , ,42 0, , ,83 1, , ,50 0, , ,58 0, , ,83 1, , Jumlah Pada kolom keempa erdapa raa-raa bergerak erpusa yang diperoleh dari oal bergerak ingka dua dari raa-raa bergerak 6 bulan dibagi 2. Raa-raa bergerak

42 ini hanya mengandung komponen rend dan siklus. M = T. C Pada gambar (3.2) beriku ini digambarkan grafik daa akual dan raa-raa bergerak Periode Gbr 3.2 Grafik Raa-raa Bergerak dengan Daa Akual Dari abel (3.4) diperoleh perhiungan Indeks Musiman, sebagai beriku : Tabel 3.5 Perhiungan Indeks Musiman ahun 2009 Indeks Bulan musiman (S ) Januari 1,12 1,12 Februari 1 1 Mare 0,98 0,98 April 1,14 1,14 Mei 0,99 1,03 1,01 Juni 0,99 0,63 0,81 Juli 1,09 1,16 1,12 Agusus 0,97 0,84 0,91 Sepember 1,01 0,84 0,92 Okober 0,86 1,21 1,04 November 0,83 0,83

43 b. Komponen Trend Desember 1,12 1,12 Jumlah 12 Gerak Trend adalah gerak yang menenukan arah dari ime series, yang umumnya di dalam suau jangka waku yang panjang. T = a + b. Perhiungan nilai rend dilakukan erhadap daa yang elah bebas dari pengaruh musiman dan komponen error (M ), seperi pada abel : Tabel 3.6 Perhiungan Trend M M , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,60 400

44 , , = 225 M = ,08. M = ,91 2 = 3297 Dari abel diperoleh nilai-nilai : n = 18 = 225 M = ,08 M. = ,91 2 = 3297 Sehingga, b = M. 2 M n ( ) 2 n b = ,91-225x ,08 b = ,1 18 a = M b = ,5 ( ,1 x 12.5) = ,5 Dengan mensubsiusi nilai a dan b ke persamaan (2.5) diperoleh persamaan rend : T = , ,1. Arinya unuk seiap kenaikan sau periode maka produksi epung erigu berkurang sebanyak ,1 kg perbulan dari periode sebelumnya. Unuk mendapakan nilai rend unuk daa dan ramalan rend, maka nilai periode disubsiusikan ke persamaan rend di aas. Sehingga diperoleh :

45 Tabel Komponen Trend : Tabel 3.7 Komponen Trend T , , , , , , , , , , , , , , , , , ,4 Nilai-nilai rend ramalan yang diperoleh kemudian diperlihakan pada gambar (3.3) sebagai beriku :

46 Jumlah , , , , , , , , , Periode Gbr 3.3 Grafik Komponen Trend c. Komponen Siklus Gerak siklusnya diperoleh jika suau ime series elah dibebaskan dari pengaruh rend, gerak bermusim dan komponen error. Dengan membagi nilai raa-raa bergerak dengan nilai rend akan diperoleh persamaan Komponen Siklus : M T = C

47 Tabel 3.8 Perhiungan Siklus C M T (M / T ) , ,1 1, , ,0 1, , ,9 1, , ,8 0, , ,7 0, , ,6 0, , ,5 0, , ,4 0, , ,3 0, , ,2 1, , ,1 1, , ,0 0, , ,9 0, , ,8 0, , ,7 0, , ,6 1, , ,5 1, , ,4 1,13 Nilai-nilai komponen siklus yang diperoleh pada abel di aas dapa diliha pada gambar (3.4) :

48 1,2 1 0,8 Indeks 0,6 0,4 0, Periode Gbr 3.4 Grafik Komponen Siklus Unuk mendapakan ramalan komponen siklus unuk 12 bulan mendaang, perama-ama dihiung raa-raa ahunan unuk meliha ahun-ahun inggi dan ahunahun rendah. Kemudian dienukan ahun yang akan diramalkan, apakah ermasuk ahun inggi aau ahun rendah. Tabel 3.9 Perhiungan Siklus Tahun 2009 Periode C 2009 Januari 0,99 0,99 Februari 1,03 1,03 Mare 1 1 April 0,96 0,96 Mei 1,09 0,94 1,09 Juni 1,07 0,92 0,92 Juli 1,03 0,94 1,03 Agusus 0,97 1,01 0,97 Sepember 0,95 1,09 0,95 Okober 0,95 1,13 1,13 November 0,96 0,96 Desember 0,97 0,97

49 d. Komponen Error Seelah diperoleh nilai-nilai unuk komponen musim, komponen rend dan komponen siklus dari daa, maka dapa dienukan nilai komponen errornya. Komponen error dapa dienukan dengan cara membagi nilai daa akual beruru-uru erhadap nilai komponen musim, rend dan siklus. X STC.. = E Tabel 3.10 Perhiungan Komponen Error X S T C (X /S.T.C ) , ,1 1,09 0, , ,0 1,07 0, , ,9 1,03 1, , ,8 0,97 0, , ,7 0,95 1, , ,6 0,95 0, , ,5 0,96 0, , ,4 0,97 1, , ,3 0,99 1, , ,2 1,03 0, ,1 1 0, , ,0 0,96 1, , ,9 0,94 0, , ,8 0,92 0, , ,7 0,94 1, , ,6 1,01 0, , ,5 1,09 0, , ,4 1,13 1,32 Jumlah 18,23 Raa-raa 1,01 E

50 e. Hasil Peramalan Nilai ramalan kebuuhan bahan baku Tepung Terigu unuk memproduksi Indomie, Supermi, Sarimi dan Sakura unuk Tahun 2009 di PT. Indofood Sukses Makmur dienukan dengan mengalikan keempa komponen ramalan ime series yang elah diperoleh. X = S. T. C. E ; = 25, 26,, 36 Tabel 3.11 Peramalan Tahun 2009 X Periode T S C E (T.S.C.E ) Januari ,0 1,12 0,99 1, ,19 Februari ,9 1 1,03 1, ,74 Mare ,8 0,98 1 1, ,15 April ,7 1,14 0,96 1, ,90 Mei ,6 1,01 1,09 1, ,69 Juni ,5 0,81 0,92 1, ,34 Juli ,4 1,12 1,03 1, ,20 Agusus ,3 0,91 0,97 1, ,67 Sepember ,2 0,92 0,95 1, ,34 Okober ,1 1,04 1,13 1, ,84 November ,0 0,83 0,96 1, ,73 Desember ,9 1,12 0,97 1, ,71 Jumlah ,51 kg Dengan demikian perkiraan/peramalan kebuuhan bahan baku Tepung erigu periode Januari 2009 sampai dengan Desember ahun 2009 adalah sebesar ,51 kg.

51 3.5 Formulasi Model Persediaan Karena pemesanan dilakukan 1 kali dalam 1 bulan, maka jumlah pemesanan seiap kali pesan adalah : R Q = 12 = ,51 12 = ,549 kg Di PT. Indofood Sukses Makmur biaya pesan epung erigu yang dipesan dari Belawan dihiung per sak. Tiap sak berisi 25 kg dan memiliki biaya Rp 120,-, maka biaya pesan dapa dihiung menjadi : Biaya pesan (C) = , = Rp ,- Sehingga dengan cara biasa biaya oal adalah : x Rp 120 Toal Cos (TC) = biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan = CR. HQ. PR. + + Q 2 = (5000)( ,51) + ( )( ,51) ,549 (5000)(0.15)( ,549) 2 = Rp Rp Rp = Rp ,- + a. Meode Fixed Order Quaniy aau Economic Order Quaniy Sekarang biaya oal dengan menggunakan meode FOQ dihiung dengan erlebih dahulu menenukan jumlah bahan baku opimal yang harus dipesan, yaiu :

52 Q* = 2 CR. PF. = EOQ Q* = 2.( )( ,51) (5000).(0.15) = ,453 kg seiap kali pesan Toal biaya ahunan dengan menggunakan Model persamaan meode FOQ: Toal Cos (TC) = biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya penyimpanan = CR. HQ. * PR. + + Q * 2 = (5.000)( ,51) + (5.000)(0.15)( ,453) 2 ( )( ,51) ,453 = Rp ,- + Rp ,- + Rp ,- = Rp ,- + b. Meode Fixed Order Inerval aau Economic Order Inerval Perencanaan persediaan bahan baku unuk bahan baku Tepung Terigu menggunakan meode FOI adalah sebagai beriku: Dari hasil peramalan maka dapa dihiung biaya persediaan unuk periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 C = biaya pemesanan yaiu sebesar Rp ,- per sekali pesan R = oal perminaan bahan baku (kg) selama periode Januari 2009 Desember 2009 adalah ,51 kg P = harga bahan baku yaiu sebesar Rp / kg T = inerval pemesanan yaiu 1 bulan F = fraksi biaya simpan yaiu 15 % per ahun H = biaya simpan

53 L = 1 hari Perhiungan inerval pemesanan opimal bahan baku epung erigu dengan menggunakan meode FOI aau EOI adalah sebagai beriku : T* = 2C PFR.. = 2 x ( ) (5.000)(0.15)( ,51) = = ahun T* (dalam hari) = x 300 hari kerja = hari Banyaknya memesan dalam seahun : m* = 1 T * = = kali Economic Order Inerval (EOI) dengan inerval pemesanan yang opimal persamaan oal biaya ahunan epung erigu adalah sebagai beriku : TC (T *) = P.R + H.R.T * = (5.000)( ,51) + (5.000)(0.15)( ,51)(0.0326) = Rp Rp = Rp ,- Selisih biaya yang dikeluarkan unuk bahan baku epung erigu dengan menggunakan meode FOQ adalah : = Rp Rp = Rp ,-

54 Sedangkan dengan menggunakan meode FOI, selisih biayanya adalah : = Rp Rp = Rp ,- c. Safey Sock Unuk menenukan berapa jumlah Safey Sock yang harus disediakan perusahaan dapa digunakan meode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Raa-Raa. Meode ini dilakukan dengan menghiung selisih anara pemakaian maksimum dengan pemakaian raa-raa dalam jangka waku erenu, kemudian selisih ersebu dikalikan dengan lead ime (dalam bulan). Safey Sock = (Pemakaian Maksimum Pemakaian Raa-Raa) x Lead Time (dalam hari) X ( ).L N = X max = ( ) x 1 25 = ( ,46) x 1 25 = ,54 x 1 = ,94 kg 25 Maka perusahaan harus menyediakan Safey Sock sebesar ,94 kg sebelum pesanan berikunya sampai.

55 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan dan analisa yang dilakukan erhadap daa produksi Indomie, Supermi, Sarimi, dan Sakura di PT. Indofood Sukses Makmur selama 24 bulan yaiu sejak Januari 2007 sampai dengan Desember 2008 diperoleh ramalan kebuuhan bahan baku epung erigu unuk 12 bulan mendaang yaiu Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 adalah ,51 kg. Dengan menggunakan meode FOQ akan diperoleh penghemaan sebesar Rp per ahun dengan jumlah pemesanan bahan baku opimal adalah ,453 kg seiap kali pesan sedangkan dengan menggunakan meode FOI akan diperoleh penghemaan sebesar Rp per ahun dengan inerval pemesanan yang opimal (T*) adalah hari kerja. safey sock adalah sebesar ,94 kg. 5.2 Saran Adapun saran-saran dari penulis bagi para pembaca adalah: 1. Dalam menyusun perencanaan yang efisien dan efekif hendaknya erlebih dahulu dilakukan peramalan mengenai keadaan yang berhubungan dengan rencana yang hendak dibua. 2. Tugas uama manajer maerial dibuuhkan perusahaan unuk memproduksi barang jadi yang siap dipasarkan. Dengan lebih memberdayakan bagian perencanaan produksi dan pengendalian sok aau yang lazim dikenal sebagai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR i MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR ii Judul: EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN POZZOLAN DI PT SEMEN PADANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN POZZOLAN DI PT SEMEN PADANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN POZZOLAN DI PT SEMEN PADANG Prima Fihri 1, Annise Sindikia 1 1 Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias Andalas, Padang Email: ima@f.unand.ac.id Absrac Invenory of raw

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort 3 METODE PENELITIAN 3. Waku dan Tempa Peneliian Peneliian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agusus sampai Sepember 2008. Tempa yang dadikan obyek peneliian adalah Pelabuhan Perikanan Nusanara (PPN)

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Indusri manufakur yang memproduksi gula. PT. Perkebunan Nusanara II merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Indusri

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci