PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA"

Transkripsi

1 PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA Sii Nur Fadlilah A 1 ; Thomas Widjaja 2 ABSTRACT Producion planning is an aciviy o make decison amoun produc ha have o be produce for periods. Producion planning is devided by ino agrega planning and disagrega planning. Agrega planning is planning on Type and Family level, Disagrega planning on end iem level. Disagrega planning used in manufacuring process ha have some variance produc. Keywords: producion planning, aggrega, disagrega ABSTRAK Rencana produksi adalah akivias menenukan jumlah produk yang harus diproduksi pada periode erenu. Perencanaan produksi erbagi menjadi dua, yaiu perencanaan produksi agrega dan perencanaan produksi disagrega. Perencanaan produksi agrega adalah perencanaan produksi ingka ipe dan famili sedangkan perencanaan produksi disagrega adalah perencanaan ingka end sysem. Perencanaan disagrega dapa diaplikasikan pada proses manufakur dengan beberapa variasi produk. Kaa kunci: rencana produksi, agrega, disagrega 1 Saf Pengajar Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UBiNus, Jakara 2 Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UBiNus, Jakara 68 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

2 PENDAHULUAN Perencanaan produksi adalah akivias mengenai berapa banyak produk yang harus dihasilkan seiap periode produksinya. Fase perencanaan produksi dapa dinyaakan dalam sauan ahun, bulan, minggu, hari, bahkan dalam jam. Perencanaan produksi yang baik adalah perencanaan produksi yang mampu memenuhi kebuuhan konsumen pada saa demand daang dan memberikan biaya perencanaan seminimum mungkin. Oleh karena iu, agar dapa diperoleh perencanaan produksi yang epa, perlu digunakan meoda perencanaan produksi yang epa. Ada banyak meode yang dapa digunakan oleh perusahaan dalam menenukan banyaknya produksi yang dihasilkan seiap hari. Baik meode heurisik, maemais, aaupun simulasi. Penggunaan meode yang baik dalam perencanaan produksi akan memberikan hasil yang akura dalam memenuhi perminaan konsumen sehingga perusahaan akan mendapakan keunungan yang maksimal. PEMBAHASAN Perencanaan Agrega Perencanaan agrega adalah perencanaan produksi yang dinyaakan secara agrega. Perencanaan ini berhubungan dengan penenuan jumlah dan waku produksi unuk jangka waku menengah. Manajer produksi harus menenukan jalan erbaik agar memenuhi prakiraan perminaan dengan cara menyesuaikan raa raa produksi, ingka penggunaan enaga kerja, ingka persediaan, lembur, kerja sama (subkonrak), aau variabel lain yang dapa dkendalikan. Dengan beberapa meode dalam perencanaan agrega, manajer produksi dapa memilih sraegi erbaik yang memberikan keunungan opima. Perencanaan agrega diperlukan karena akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi perminaan dan dalam berkompeisi dengan perusahaan lain. Sraegi dalam Perencanaan Agregra Terdapa ujuh sraegi yang digunakan dalam perencanaan agrega. 1. Melakukan variasi ingka persediaan. Pada sraegi ini, jumlah karyawan dan waku kerja diperahankan sehingga raa raa ingka produksi akan eap. Kelebihan produksi yang erjadi pada periode perminaan rendah disimpan sebagai persediaan yang naninya digunakan unuk menuupi produksi pada waku erjadi perminaan yang lebih inggi dari ingka produksi. Kelemahannya adalah imbulnya biaya penyimpanan persediaan berupa biaya sewa gudang, adminisrasi, asuransi, kerusakan maerial, dan berambahnya modal yang eranam. Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 69

3 Sraegi ini idak dapa digunakan unuk kegiaan jasa (misalnya, ransporasi, kesehaan, aau pendidikan) karena jasa idak dapa disimpan sebagai persediaan. Selain iu, juga idak epa unuk perusahaan yang produknya cepa rusak/idak ahan lama, berhubungan dengan mode/fashion, bernilai inggi, aau memerlukan ruang simpan yang sanga besar. 2. Melakukan variasi jam kerja. Pada sraegi ini, jumlah karyawan dijaga eap unuk suau ingka produksi erenu, perubahan hanya dilakukan erhadap jumlah jam kerja. Jika perminaan naik, diadakan penambahan jam kerja unuk menambah produksi sedangkan jika perminaan urun, dilakukan pengurangan jam kerja. Lembur biasanya akan menimbulkan biaya yang lebih besar karena upah lembur lebih besar daripada upah pada waku reguler. Selain iu, erlalu banyak lembur dapa menurunkan produksivias dan menambah biaya overhead. 3. Melakukan variasi jumlah jam kerja, apabila erjadi perminaan inggi maka dilakukan penambahan enaga kerja. Sebaliknya, pada waku perminaan rendah, dilakukan pengurangan enaga kerja. Biaya yang imbul mencakup biaya pengadaan enaga kerja aau pesangon bagi enaga kerja yang dikurangi. Sraegi ini cocok unuk dierapkan jika enaga kerja yang disewa aau dikurangi mempunyai kerampilan yang rendah dan jika pasar enaga kerja memiliki suplai yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan enaga kerja dengan keerampilan inggi, sraegi ini idak mudah dierapkan karena enaga kerja yang demikian lebih menyukai pekerjaan yang eap dan erjamin. Selain iu, pengurangan enaga kerja yang eralu sering mempunyai pengaruh negaif, yaiu menurunkan moral kerja karyawan yang mengakibakan penurunan produkivias. 4. Subkonrak, dilakukan jika erjadi perminaan yang berambah semenara kapasias produksi idak cukup unuk memenuhinya sedangkan perusahan idak menghendaki hilangnya perminaan aau pelanggan pening. Kerugian sraegi ini adalah harga pokok produksi menjadi lebih inggi, dapa memberikan kesempaan kepada pesaing unuk maju, dan adanya risiko karena idak dapa secara langsung mengonrol muu produk dan penjadwalan. 5. Menggunakan pekerja paruh waku, dalam sekor jasa pekerja paruh waku dapa memenuhi kebuuhan enaga kerja berkeerampilan rendah. Meode ini membawa frekuensi biaya yang rendah dan lebih fleksibel daripada menggunakan enaga kerja eap. Kelemahannya adalah mengakibakan perpuaran enaga kerja dan biaya pelaihan yang inggi, sera mempengaruhi konsisensi muu produk. Apabila sraegi ini dierapkan unuk pekerjaan yang memerlukan keerampilan inggi, masalah yang perlu dianisipasi adalah idak ersedianya enaga kerja pada saa diperlukan karena mereka mencari kerja di empa lain. 7 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

4 6. Mempengaruhi perminaan, jika perminaan urun aau rendah, perusahaan berusaha menaikkan perminaan melalui iklan, promosi, pemoongan harga, aau menggalakkan benuk kegiaan pemasaran lain. Biaya ambahan yang imbul enunya berupa biaya iklan, poongan harga, dan biaya program promosi lain. Sraegi ini ermasuk menggeser perminaan dari periode perminaan inggi ke periode perminaan rendah, seperi dilakukan perusahaan elekomunikasi. Pada saa siang hari, banyak perminaan elepon yang idak erlayani karena salurannya penuh. Unuk iu, dilakukan sraegi menggeser perminaan siang hari ke malam hari, melalui perbedaan arif yang sanga signifikan. Hal iu menyebabkan konsumen yang adinya akan menggunakan jasa elepon siang hari beralih ke lama hari karena ingin mendapakan biaya yang rendah. Perminaan siang hari yang poensi hilang menjadi eap ada karena pindah ke malam hari. 7. Pemesanan erunda selama periode perminaan inggi. Pemesanan erunda adalah pemesanan barang aau jasa yang dierima perusahaan eapi dapa memenuhi kemudian seelah perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan erunda berlaku umum bagi perusahaan mail order aau perusahaan yang memproduksi barang barang yang kompleks aau beenilai inggi, seperi pesawa erbang, kapal lau, dan lain lain. Sraegi iu sering idak dapa dilaksanakan unuk perusahaan yang menjual barang barang konsumsi, seperi makanan, oba obaan, aau pakaian. Keunungan sraegi ini dapa menghindari lembur dana eap menjaga kapasias produksi yang konsan. Semenara kelemahannya adalah erunda penerimaan/penjualan dan hanya dapa dilakukan apabila perminaan lebih inggi daripada penawaran. Meode Perencanaan Agrega Beberapa meode yang dikenal dalam perencanaan agrega, anara lain pendekaan inuiif, pendekaan maemaika, sera meode abel dan grafik. Dalam pendekaan inuiif, manajemen menggunakan rencana yang sama dari ahun ke ahun. Penyesuaian dilakukan dengan inuisi hanya sekadar unuk memenuhi perminaan baru. Apabila rencana yang lama idak opimal, pendekaan ini mengakibakan pemborosan yang berkepanjangan. Pendekaan maemaika dilakukan dengan eori, seperi pemrograman linier, kaidah kepuusan linier, model koefisien manajemen, meode ransporasi, dan simulasi. Pemrograman linier merupakan eknik pengambilan kepuusan unuk memecahkan masalah mengalokasikan sumber daya yang erbaas dianara berbagai kepeningan seopimal mungkin. Pemrograman linier merupakan salah sau meode dalam rise operasi yang memungkinkan para manajer mengambil kepuusan mengenai kegiaan yang mereka angani dengan dasar analisis kuaniaif. Dengan eori ini, hasil yang opimal dapa diperkirakan, seperi berapa uni produk yang harus dibua, berapa shif yang dioperasikan, aau berapa uni persediaan barang yang disimpan. Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 71

5 Meode ransporasi menuru Herjano (23:171) adalah suau meode yang digunakan unuk mengaur disribusi dari sumber yang menyediakan produk yang sama ke empa ujuan secara opimal. Disribusi iu dilakukan sedemikian rupa sehingga perminaan dari beberapa empa ujuan dapa dipenuhi dari beberapa empa asal yang masing masing dapa memiliki perminaan aau kapasias yang berbeda. Alokasi ini dapa dilakukan dengan memperimbangkan biaya pengangkuan yang bervariasi karena jarak dan kondisi anarlokasi yang berbeda. Dengan meode ransporasi, dapa diperoleh suau alokasi disribusi barang yang dapa meminimalkan oal biaya ransporasi. Disagregasi (Smih, 1989:28) Disagregasi adalah suau proses unuk memecah rencana produksi secara agrega menjadi rencana produksi end iem. Hasil ou pu dari proses disagregasi adalah MPS aau JIP (jadwal induk produksi). Beriku ini hierarki rencana produksi. Rencana produksi ype (agrega) Rencana produksi famili (agrega) Rencana produksi iem (disagrega) Gambar 1 Hierarki Rencana Produksi Type (h): Merupakan kumpulan famili yang memiliki biaya produksi persauan/ pola perminaan relaif sama. Famili (i): Merupakan kumpulan iem yang menanggung biaya se-up secara bersama. Se-up diperlukan apabila fasilias digunakan unuk memproses iem dari famili lain. Iem (j):merupakan produk akhir yang akan dikirim ke konsumen. Suau iem dibedakan aas iem lainnya berdasarkan warna, kemasan, dan lain-lain. Disagregasi ada 2 ahap: (1) Disagregasi dari ipe ke famili (2) Disagregasi dari famili ke iem INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

6 Langkah disagregasi: (1) Memilih famili mana yang harus diproduksi. Dengan cara memeriksa persediaan dan ramalan demand seiap produk pada seiap famili. (I-1 D Sij) I-1 : Persediaan awal seiap iem j pada semua famili i Dij : Demand seiap iem j pada semua famili i Sij : Safey Sock seiap iem j pada semua famili i (2) Menenukan jumlah yang harus diproduksi. i = Min [ EOQi ; Osi Ii ] dan: Osi = Jumlah max persediaan famili-i Ii = Jumlah persediaan famili -i EOQ i 2. Ai. C R. C hi si Keerangan: Ai : Kebuuhan famili i per ahun Csi : Biaya 1 kali seup mesin unuk membua famili i Chi : Biaya simpan famili i per ahun R : Suku bunga bank (nilai uang aas barang persediaan) i : Jumlah famili ke-i yang harus diproduksi. (3) Lakukan penyesuaian jika: Jika Jika i Ph Ph = Rencana produksi agrega ipe (h) i = Toal jumlah semua famili yang harus di produksi ih i, Ph, ih maka i, disesuaikan menjadi i*, ; dan: i*, Ph, i, Ph, i i membandingkan a & b yang paling minimum dan: maka i, disesuaikan menjadi i*, dengan Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 73

7 a i*, = Min b ji i, ( P (4) Lakukan perhiungan disagregasi iem. h, S ih ) i, ) ji ih S S ) ) Rumus: d = Max [ ; D I-1 + S] dan: d i *, ji j i ( I 1 d S ) S I i j, 1 d = Perminaan efekif iem-j pada perioda D = Perminaan pasar iem-j pada perioda I-1 = Persediaan iem-j pada akhir perioda -1 Penyesuaian iem: < < S => ij*, = => ij*, = OS => ij*, = OS Penenuan Rencana Produksi Disagrega Sudi Kasus Produksi Pakan Ternak di PT Charoen Pokphand Indonesia Balaraja (1). Memilih famili mana yang harus diproduksi: Rumus : (I-1 D Sij) 74 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

8 Famili Layer Breeder Puyuh Sapi Babi Tabel 1 Penenuan Family yang Harus Diproduksi Rencana produksi disagrega Unuk Semua Famili 1 hari ke depan SENIN Langkah 1 Invenory Demand Safey Sock Expeced Quaniy End Iem (on) (on) (on) (on) BP SP SP BT BT Toal Keerangan: nilai yang diceak ebal beranda negaif (-) berari jumlah produksi iem ersebu akan di bawah sandar safey sock. Jika idak, dibua kembali seelah dipakai unuk memenuhi perminaan/demand sehingga semua family pada iem ersebu harus diproduksi. Dalam hal ini, semua family diproduksi, kecuali iem pakan puyuh dan pakan babi. Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 75

9 (2). Menenukan jumlah yang harus diproduksi: Rumus : i = Min [ EOQi ; Osi Ii ] dan: Osi = Jumlah max persediaan famili-i Ii = Jumlah persediaan famili -i EOQ i 2. Ai. C R. C hi si Tabel 2 Menenukan Jumlah Toal Family yang Harus Diproduksi Osi (on) Ii (on) Langkah 2 Csi (Rp,) Chi (Rp,) R (%) EOQi (on) Osi-Ii (on) i (on) Famili Ai (kg) % Layer % Breeder % Puyuh % Sapi % Babi % Toal Keerangan: Pakan ernak puyuh dan babi idak di produksi Conoh perhiungan unuk langkah kedua meode disagregasi: Os I A Cs Ch R 18% EOQ Os 525 on 2892 on kg Rp 18 Rp 2*365 hari *525 kg Rp I min( EOQ 2* on 18% * on, Os I ) 1213 on 76 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

10 3. Lakukan penyesuaian dilakukan jika i Ph Jika a ih i, Ph, & b yang paling minimum dan: maka i, disesuaikan menjadi i*, dengan membandingkan a i*, = Min b ( P h, Karena i, = 355 dan Ph, = 378 sehingga S maka perlu dilakukan penyesuaian sebagai beriku. ji i, ih ) i, ih ) ji ih S S i, Ph, ) ) Tabel 3 Penyesuaian Toal Family yang Diproduksi dengan Rencana Produksi Agrega Famili Ph, (on) Ph,*i/sum(i) Osi - Si Langkah 3 i, ( P h, ih i, ) ji ih Breeder Puyuh S S ) ) i*, Layer Sapi Babi Toal Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 77

11 Jadi oal family yang harus diproduksi 1 hari ke depan adalah 3778 on per hari. (4) Menenukan Disagregasi Iem: Rumus: d i *, ji j i ( I 1 d S ) S I i j, 1 d = Max [ ; D I-1 + S] dan: d = Perminaan efekif iem-j pada perioda D = Perminaan pasar iem-j pada perioda I-1 = Persediaan iem-j pada akhir perioda -1 Penyesuaian iem: < < S => ij*, = => ij*, = OS => ij*, = OS 78 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

12 Tabel 4 Perhiungan Disagregasi Iem Famili End Iem d (on) Langkah 4 (on) adjus (on) akhir (on) BP Layer Breeder Puyuh Sapi SP SP Babi BT42 BT45 Toal Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 79

13 boiler. Conoh perhiungan unuk langkah keempa perhiungan disagregasi unuk famili d d d d d d d 611, 612, 613, 511, 512, 513, BP11, ] S Max [; D I Max [, Max [, Max [, 9-18 Max [, Max [, Max [, -15 I i j, 1 d 33] ] 18] 9 24] 12] 36 i -1 S ] 15] *, ji j i ( I 1 d Max [, S ) 15] , 611, 611, * (15 15) (36 33) (186 18) (18 18) (366 24) (15 12) (15 15) * adjus 987 akhir 99 8 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

14 Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) * * * * * * , 11, 11, 513, 513, 513, 512, 512, 512, 511, 511, 511,, 613, 613, 613, 612, 612, 612, akhir adjus akhir adjus akhir adjus akhir adjus akhir adjus akhir adjus BP BP BP

15 PENUTUP Pada saa menenukan jenis family yang harus diproduksi, jika hasil perhiungan yang diperoleh negaif. Arinya, Family pada end iem ersebu harus diproduksi. Jika posiif, arinya semua end iem pada family ersebu masih mampu memenuhi perminaan konsumen dan idak perlu diproduksi dulu. Jika jumlah family yang harus diproduksi idak sama dengan jumlah perencanaan produksinya maka perlu dilakukan penyesuaian. Proses pemecahan dari famili ke end iem adalah langkah erakhir dalam menenukan jumlah end iem yang harus diproduksi. DAFTAR PUSTAKA Browne, J Producion Managemen Sysem An Inegraed Approach. Bedword, D Inegraed Producion Conrol Sysem. Edisi 2. New ork. Heizer, Jay. 21. Principle Of Operaion Managemen and Ineracive CD. Smih, Spencer B Compuer-Based Producion and Invenory Conrol. 82 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) : BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Indusri Definisi eknik indusri menuru Insiue of Indusrial Engineering (IIE) : Teknik Indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, peningkaan, dan insalasi dari

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

The use of Hax and Meal Method in the Disaggregation Process of Master Production Schedule. A case Study on a Healthy Drink Industry DIA Malang

The use of Hax and Meal Method in the Disaggregation Process of Master Production Schedule. A case Study on a Healthy Drink Industry DIA Malang Penerapan Meode Hax dan Meal dalam Disagregasi pada JIP (Sucipo, dkk) PENERAPAN METODE HAX AND MEAL DALAM PROSES DISAGREGASI PADA PENYUSUNAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS DI PERUSAHAAN MINUMAN KESEHATAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN EORI 2.1. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi adalah pernyaaan rencana produksi ke dalam beuk agrega. Perencanaan produksi ini merupakan ala komunikasi anara manajemen eras (op managemen)

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Tinjauan Pusaka 2.. Peramalan 2... Pengerian Peramalan Peramalan adalah suau langkah kerja dalam perencanaan unuk mengeahui aau memperkirakan sesuau yang akan erjadi di masa yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan Menuru Reinder dan Heizer (1997, p314) persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari oal modal yang diinvesasikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma)

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma) AALISA DA EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PEDEKATA THE AMERICA PRODUCTIVITY CETER MODEL (APC) (Sudi Kasus di PT. Graia Husada Farma) Hery Sulianoro, Ary Arviano, Purnomo Seyo Kusumo, S.Kom Program Sudi

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H e.al. Model Invenory Tingka Linear MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI Roni Hasudungan H, T.P Nababan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pusaka 2.1.1 Perencanaan proses Perencanaan proses mencakup perancangan dan implemenasi suau sisem kerja unuk menghasilkan barang aau jasa sesuai dengan jumlah yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 27 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sraegi Sisem Perencanaan dan Pengendalian Manufakuring Pada dasarnya manajemen indusri dapa memilih sau aau lebih aau mengkombinasikan pilihannya dari enam sraegi perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan salah sau asse ermahal bagi banyak perusahaan, dan berjumlah sekiar 50 persen dari oal modal yang dianamkan (Render dan Heizer, 2005, p60). Menuru

Lebih terperinci