Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali"

Transkripsi

1 Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, Tel. (0361) Fax. (0361) t_setiadi@bi.go.id christina_i@bi.go.id putriana_n@bi.go.id nm_wiwieks@bi.go.id 1

3 2

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan II Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melakukan berbagai kajian dan disemi- nasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, 17 Agustus 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Dewi Setyowati Kepala Perwakilan 3

5 Daftar Isi Kata Pengantar 2 Infografis 12 Ringkasan Umum 14 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali 17 Bab I Ekonomi Makro Regional KONDISI UMUM SISI PENAWARAN Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kategori Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kategori Transportasi dan Pergudangan Kategori Industri Pengolahan Kategori Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya Kategori lainnya SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Neraca Perdagangan PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI 36 Bab II Perkembangan Inflasi PERKEMBANGAN UMUM INFLASI ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota DISAGREGASI INFLASI 56 a) Volatile Food 57 b) Administered Prices 57 c) Core Inflation PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI INFLASI PEDESAAN 60 4

6 Bab III Perbankan dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Non Performing Loan (NPL) PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai 78 Bab IV Keuangan Pemerintah ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI 90 Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI KONDISI KESEJAHTERAAN PROVINSI BALI 96 Bab VI Prospek Perekonomian MAKRO EKONOMI REGIONAL INFLASI BALI TRIWULAN II UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI 107 5

7 Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali 23 Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan I Grafik 1. 3 Andil Kategori terhadap Perekonomian Provinsi Bali Triwulan I Grafik 1. 4 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan 25 Grafik 1. 5 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara 25 Grafik 1. 6 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 25 Grafik 1. 7 Perkembangan Visa on Arrival 25 Grafik 1. 8 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 26 Grafik 1. 9 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel 26 Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali 26 Grafik Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan 27 Grafik Perkembangan Kredit Kategori Pertanian 27 Grafik Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali 27 Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) 28 Grafik Kredit Kategori Konstruksi 28 Grafik Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan 28 Grafik Perkembangan Total Penjualan 28 Grafik Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran 29 Grafik Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa 29 Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai 29 Grafik Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan 30 Grafik Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali 30 Grafik Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali 30 Grafik Kredit Kategori Industri 30 Grafik Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Keuangan 31 Grafik Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Perusahaan 31 Grafik Penyaluran Kredit di Adm. Pemerintah 31 Grafik Konsumsi Listrik di Bali 31 Grafik Jumlah Pelanggan Listrik 32 Grafik Indeks Keyakinan Konsumen 33 Grafik Kredit Konsumsi 33 6

8 Grafik Perkembangan Giro Pemerintah 33 Grafik Kredit Investasi 33 Grafik Nilai Ekspor Luar Negeri Bali 34 Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Bali 34 Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama 34 Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama 35 Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 35 Grafik Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan 35 Grafik Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali 35 Grafik Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali 35 Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 36 Grafik Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC 36 Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali 36 Grafik A. 1 Pekerjaan Utama Wisman (Mei 2015) 38 Grafik A. 2 Pekerjaan Utama Wisman (Mei 2014) 38 Grafik A. 3 Rata-rata Pengeluaran per hari 40 Grafik B. 1 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial 42 Grafik B. 2 Pertumbuhan Klasifikasi IHPR (qtq) 43 Grafik B. 3 Pertumbuhan IHPR (yoy) 43 Grafik B. 4 Sumber Pembiayaan Responden 44 Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) 49 Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) 49 Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali 50 Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali 50 Grafik 2. 5 Perkembangan Sumbangan Inflasi Beras (%mtm) 50 Grafik 2. 6 Kondisi Produksi dan Surplus Defisit Komoditas Bawang Merah di Bali & Nusa Tenggara 50 Grafik 2. 7 Perkembangan Sumbangan Inflasi Bawang Merah (%mtm) 51 Grafik 2. 8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 51 Grafik 2. 9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 51 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 52 Grafik PInflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali 52 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali 52 7

9 Grafik Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali 52 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali 53 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali 53 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali 53 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali 53 Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali 54 Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali 54 Grafik Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 54 Grafik Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 54 Grafik Perkembangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% yoy) 57 Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 58 Grafik Perkembangan Indeks Harga Ekspor Non Migas 58 Grafik Nilai Penjualan Eceran 59 Grafik Ekspektasi Konsumen 59 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Karangasem 59 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Karangasem 59 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar 60 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Gianyar 60 Grafik Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) 60 Grafik Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) 60 Grafik Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali 61 Grafik C. 1 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 62 Grafik C. 2 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 62 Grafik C. 3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 63 Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit 71 Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank 71 Grafik 3. 3 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank 72 Grafik 3. 4 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank 72 Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK 72 Grafik 3. 6 Pertumbuhan Kredit Perbankan 67 Grafik 3. 7 Komposisi Kredit 73 Grafik 3. 8 Perkembangan NPL Kredit 74 Grafik 3. 9 NPL Berdasarkan Kelompok Bank 74 8

10 Grafik Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK 74 Grafik Perkembangan LDR 75 Grafik Jumlah Kantor Bank per Penduduk Dewasa 75 Grafik Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali 76 Grafik Jumlah ATM per Penduduk Dewasa 76 Grafik Penyebaran ATM di Provinsi Bali 76 Grafik Penyebaran DPK dan Kredit (Lokasi Proyek Kabupaten/Kota Prov. Bali Juni 2015) 76 Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali 77 Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 77 Grafik Perkembangan Kliring 78 Grafik Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 78 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali 79 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali 79 Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) 88 Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali 89 Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali 89 Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 89 Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD di Seluruh Kabupaten/Kota Prov. Bali 89 Grafik 4. 6 Peranan APBD Provinsi Bali Terhadap Perekonomian Bali 90 Grafik 4. 7 Kontribusi APBD terhadap Perekonomian Kabupaten/Kota di Bali 90 Grafik 5. 1 Perkembangan Jumlah Pengangguran di Prov. Bali 96 Grafik 5. 2 Jumlah Tenaker Berdasarkan Lapangan Kerja Utama 96 Grafik 5. 3 Perkembangan Tenaga Kerja Grafik 5. 4 NTP Prov. Bali 97 Grafik E. 1 Pendapatan Per Kapita di Prov. Bali 98 Grafik E. 2 Pendapatan Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Pendapatan 99 Grafik E. 3 Tipologi Klassen Provinsi Bali Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 103 Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha 104 Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali 106 Grafik 6. 4 Volatilitas Nilai Tukar Negara Peers 107 Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa 107 Grafik 6. 6 Perkiraan Curah Hujan Agustus

11 Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) 24 Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) 32 Tabel A. 1 Rata-rata Komposisi Pengeluaran Wisman 39 Tabel A. 2 Rata-rata Lama Tinggal dan Pengeluaran Wisman 40 Tabel B. 1 Pertumbuhan IHPR (qtq) 42 Tabel B. 2 Pertumbuhan IHPR (yoy) 44 Tabel 2. 1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran 55 Tabel 2. 2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar 55 Tabel 2. 3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 56 Tabel 2. 4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan I Tabel 3. 1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali 71 Tabel 3. 2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori 73 Tabel 3. 3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 75 Tabel 3. 4 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 77 Tabel 3. 5 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 78 Tabel 3. 6 Perkembangan Transaksi RTGS 79 Tabel 4. 1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode Tabel 4. 2 APBD Provinsi Bali 91 Tabel 5. 1 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja 96 Tabel 5. 2 Gini Ratio Kabupaten / Kota di Provinsi Bali 97 Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 103 Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 104 Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali 105 Daftar Boks BOKS A PENGELUARAN AKOMODASI MAKAN DAN MINUM MENDOMINASI BELANJA WISMAN 38 BOKS B HARGA PROPERTI RESIDENSIAL MASIH MENGUAT DI TENGAH PERLAMBATAN EKONOMI 42 BOKS C OPTIMISME EKSPEKTASI KONSUMEN RUMAH TANGGA DI TENGAH PERLAMBATAN EKONOMI 62 BOKS D WUJUDKAN KEDAULATAN INDONESIA, CINTAI RUPIAH 80 BOKS E DETERMINAN DISPARITAS PEREKONOMIAN BALII 98 BOKS F DAMPAK ERUPSI GUNUNG RAUNG TERHADAP PEREKONOMIAN BALI

12 Seri Mengenal Bank Indonesia SERI MENGENAL BANK INDONESIA DAN EKONOMI Mengenal Tim Pengendalian Inflasi Daerah? 65 11

13 perkembangan perekonomia Provinsi Bali Triwulan II 2015 perkembangan inflasi 8,72% Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali triwulan II mengalami perlambatan hingga tercatat sebesar 6,02% yoy. Dari sisi penawaran disebabkan oleh penurunan kinerja sebagian besar kategori lapangan usaha terutama lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor Dari sisi permintaan perlambatan seiring dengan melambatnya kinerja konsumsi rumah tangga. Perkembangan harga menunjukkan kinerja cukup baik dengan tingkat inflasi yang terjaga sebesar 6,97% (yoy). yoy SINGARAJA 6,6% yoy DENPASAR 6,97% yoy perkembangan SISTEM PEMBAYARAN Rp uang elektronik TUNAI INFLOW NET OUTFLOW OUTFLOW Rp2,8T Rp654M Rp3,4T KLIRING Rp NON TUNAI 408 Lembar Rp10,09T Dari Bali Rp34,3T RTGS Ke Bali Rp17,3T KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH 45,48% PENDAPATAN 12 27,44% BELANJA

14 an 6.02% perkembangan PERBANKAN KREDIT ASET DPK 13,16% yoy 11,34% yoy 10,65% yoy 1,91 NPL 81,24 LDR KETENEGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN 103,34 1,37% NILAI TUKAR PETANI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROYEKSI PEREKONOMIAN TRIWULAN III INFLASI PERTUMBUHAN EKONOMI 6,52% 7,52% YOY 5,62% 6,62% YOY 4,2% 5,2% YOY 5,73% 6,73% YOY 13

15 Ringkasan Umum Sejalan dengan kondisi nasional, kinerja perekonomian Bali pada triwulan II 2015 juga menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Perekonomian Bali pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 6,02% (yoy), melambat dari triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 6,20% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Bali triwulan laporan masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,67% (yoy). Dari sisi penawaran perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan kinerja sebagian besar kategori lapangan usaha. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada sisi permintaan disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga seiring dengan penurunan daya beli masyarakat. Perekonomian Bali triwulan II 2015 mengalami perlambatan menjadi sebesar 6,02% (yoy) Secara spasial, kesenjangan antar kabupaten/kota di Provinsi Bali masih terjadi, khususnya antara wilayah Bali Selatan dan Bali non-selatan. Wilayah Bali Selatan yang mendominasi aktivitas perekonomian dan pusat pertumbuhan industri pariwisata yang menjadi tonggak perekonomian Bali seperti Badung dan Denpasar mampu tumbuh tinggi mencapai 6,75%(yoy) dan 6,77%(yoy) pada tahun Sementara itu, Kabupaten Bangli yang berada di wilayah Bali non-selatan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67%(yoy) pada tahun Inflasi Provinsi Bali pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,97% (yoy), sejalan dengan angka proyeksi KPw BI Provinsi Bali yang sebesar 6,95% (yoy). Meskipun mengalami peningkatan, akumulasi inflasi sampai dengan periode laporan tercatat masih cukup rendah, yakni hanya sebesar 0,84% (ytd). Terjaganya tekanan inflasi Bali di sepanjang semester I tahun 2015 tidak lepas dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah daerah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Tekanan inflasi Provinsi Bali pada triwulan II 2015, mengalami peningkatan namun tidak sebesar rata-rata historisnya. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 8,72% (yoy) pada Juni Realisasi inflasi di Singaraja berada jauh di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,6% (yoy). Disparitas inflasi antara Kota Singaraja dan Kota Denpasar yang cukup besar tidak lepas dari masih sulitnya jalur menuju Kota Singaraja, dan masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pokok Kota Singaraja terhadap daerah lainnya. Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat cukup stabil, didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat Bali. Pada triwulan II 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga, seiring dengan indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang masih terjaga. Bank umum menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan asset yang masih mengalami pertumbuhan, seiring dengan LDR yang mengalami peningkatan dan NPL yang masih terjaga, meskipun trend perlambatan penyaluran kredit masih berlanjut. Di sisi lain, BPR mencatat Perekonomian masih didukung oleh kinerja perbankan yang terjaga. 14

16 kinerja yang membaik seiring dengan LDR yang mengalami peningkatan serta NPL yang mengalami penurunan. Sementara itu, secara spasial penyaluran kredit perkabupaten/ kota di Provinsi Bali berdasarkan lokasi proyek serta perkembangan layanan perbankan masih terkonsentrasi di daerah Bali Selatan. Sistem pembayaran tunai maupun nontunai mengalami peningkatan pada triwulan II 2015 Realisasi pendapatan dan belanja triwulan II 2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya Sistem pembayaran tunai maupun nontunai mengalami peningkatan pada triwulan II Posisi sistem pembayaran tunai pada triwulan II 2015 berada pada posisi net outflow seiring dengan peningkatan kebutuhan menjelang perayaan lebaran dan hari raya Galungan. Sejalan dengan itu jumlah transaksi RTGS di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan. Namun demikian perkembangan kliring menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Realisasi anggaran pendapatan dan belanja Provinsi Bali pada triwulan II 2015 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan tercatat sebesar 45,48%, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 56,89%. Sementara itu realisasi anggaran belanjanya sebesar 27,44%, lebih rendah dibandingkan realisasi belanja triwulan II 2014 yang sebesar 28,54%. Secara spasial, sampai dengan triwulan II 2015 seluruh Kabupaten/Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan 49,79% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 31,57%. Pemerintah Kabupaten Klungkung tercatat memiliki realisasi pendapatan tertinggi, yakni sebesar 54,97%. Sementara realisasi belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Jembrana, yang tercatat sebesar 35,08%. Dukungan fiskal terhadap perekonomian Bali semakin membaik, sebagaimana tergambar pada realisasi belanja modal yang berada diatas rata-ratanya selama 5 tahun terakhir. Membaiknya realisasi belanja juga didukung oleh masih tingginya rasio kemandirian fiskal Provinsi Bali. Perkembangan tenaga kerja dan kesejahteraan Provinsi Bali pada triwulan II 2015 menunjukan perlambatan Terbatasnya kinerja perekonomian Bali pada triwulan II 2015 berimbas pada kondisi ketenagakerjaan di Bali. Meskipun angka pengangguran selama 3 tahun terakhir terus menunjukkan penurunan, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada triwulan II 2015 menunjukkan adanya indikasi pengurangan penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan. Optimisme pelaku usaha terhadap penggunaan tenaga kerja pada triwulan mendatang juga diperkirakan belum membaik. Berdasarkan sektor ekonominya, perkiraan penurunan penggunaan tenaga kerja terjadi pada hampir seluruh sektor, kecuali sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant serta sektor konstruksi, seiring dengan perkiraan membaiknya kinerja kedua sektor ini pada triwulan mendatang. Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan kondisi kesejahteraan petani di Bali juga menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Pertumbuhan penghasilan petani belum dapat mengimbangi laju kenaikan harga, sehingga NTP masih berada dalam tren menurun. Perkembangan perekonomian Bali yang cukup pesat dalam beberapa 15

17 tahun terakhir belum mampu memberikan dampak yang optimal bagi perbaikan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Bali. Hal ini sebagaimana tercermin pada masih terbatasnya daya serap investasi terhadap tenaga kerja, serta masih tingginya ketimpangan distribusi pendapatan di Bali. Dengan perkembangan terakhir, proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mengalami revisi ke bawah. Perekonomian Bali pada triwulan III 2015 diperkirakan akan mengalami perlambatan dengan rentang 5,62 6,62% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2015 perekonomian Bali akan tumbuh melambat pada kisaran 5,73% - 6,73% (yoy). Perlambatan perekonomian Bali di tahun 2015 terutama disebabkan oleh tertahannya konsumsi (rumah tangga dan pemerintah), investasi, dan perkiraan kinerja ekspor yang tidak sebaik sebelumnya. Dari sisi produksi, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari perlambatan kinerja beberapa kategori lapangan usaha, antara lain kategori lapangan pertanian, kehutanan, dan perikanan, kategori industri pengolahan, serta kategori lapangan usaha real estate. Inflasi Bali pada tahun 2015 diperkirakan dalam kisaran 4,2 s/d 5,2% (yoy), on track dengan perkiraan pada triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2015, yakni berada pada rentang 6,52% s/d 7,52% (yoy). Masih tingginya tingkat inflasi tahunan pada triwulan III 2015 merupakan dampak base effect belum hilangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi pada November 2014 silam. Perekonomian Bali triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,62% 6,62% (yoy), dan pada tahun 2015 di kisaran 5,73% 6,73% (yoy) Inflasi Bali pada triwulan III 2015 diperkirakan pada kisaran 6,52% s.d. 7,52% (yoy), dan pada kisaran 4,2% s.d. 5,2% (yoy) pada tahun

18 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB dan Inflasi : Indikator EKONOMI MAKRO REGIONAL I II III IV I II Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Kategori : - Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian (5.07) (6.11) - Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Berdasarkan Pengeluaran : - 1. Pengeluaran Konsumsi (0.48) a. Konsumsi Rumah Tangga b. Konsumsi LNPRT (3.86) (7.26) 1.24 (1.90) (1.31) - 1c. Konsumsi Pemerintah (25.07) (8.63) Investasi (7.48) (3.21) a. PMTB (6.47) (2.65) b. Perubahan Inventori (36.19) (18.77) (12.52) (83.08) (85.16) - 3. Neraca Perdagangan Bersih 1, (522.36) (131.35) (1,175.52) (0.45) a. Ekspor Luar Negeri b. Impor Luar Negeri (31.84) c. Net Ekspor Antardaerah (30.27) Ekspor Impor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Laju Inflasi Provinsi Bali (% yoy)

19 PERBANKAN Indikator I II III IV I II III IV I II PERBANKAN Total Asset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Loan to Deposit Ratio (%) NPL gross (%) INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA Kabupa ten/kot a Jembran a Tabanan Badung Gianyar Klungku ng Bangli Karangas em Buleleng Denpasar Indikat or Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK Kredit DPK I II III IV I II III IV I II 1,504 1,578 1,652 1,718 1,776 1,863 1,955 2,058 2,118 2, ,045 1,043 1,072 1,058 3,695 3,881 3,943 4,204 4,306 4,569 4,793 4,975 5,215 5,466 1,608 1,704 1,725 1,775 1,801 1,870 1,906 1,869 1,992 2,008 12,565 14,084 15,537 16,176 16,501 17,622 18,742 20,555 21,125 21,584 6,731 7,488 7,652 8,020 7,826 8,286 8,509 11,307 11,724 11,831 3,682 3,883 4,103 4,354 4,474 4,761 4,991 5,316 5,418 5,589 1,969 2,072 2,245 2,211 2,217 2,225 2,391 2,336 2,402 2,487 1,133 1,185 1,228 1,261 1,282 1,330 1,376 1,411 1,451 1, ,037 1,098 1,115 1,161 1,216 1,262 1,297 1,373 1,435 1,479 1,530 1, ,634 1,746 1,818 1,877 1,958 2,092 2,209 2,282 2,378 2,506 1,058 1,086 1,171 1,223 1,208 1,303 1,458 1,467 1,497 1,486 3,718 4,183 4,309 4,449 4,770 5,269 5,309 5,547 5,595 5,914 2,321 2,441 2,737 2,756 2,824 2,908 3,098 3,036 3,036 3,039 21,796 23,004 24,367 25,517 26,186 27,085 28,334 29,399 29,395 30,140 40,258 40,913 44,393 45,843 45,596 47,263 50,318 47,664 48,425 49,721 18

20 SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III IV I II SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 2,906 2,503 2, ,086 2,810 Outflow (Rp Triliun) 2,280 2,468 4, ,089 3,464 RTGS : RTGS From : Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) RTGS To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) RTGS From-To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 29,941 33,865 34, ,192 34,327 21,235 24,172 34,726 23, ,945 13,254 21,187 23,450 45,831 21, ,608 17,304 20,623 22,580 42,415 21, ,002 14,337 3,990 4,144 9,280 4, ,076 5,226 5,107 5,630 9,692 5, ,468 3,618 Kliring : Nom. Kliring (Juta Rp) 11,782 12,467 13,009 13, ,548 10,096 Vol. Kliring (Rb Lbr) Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr)

21 20

22 BAB I bab I ekonomi makro regional kajian ekonomi dan keuangan regional Sejalan dengan kondisi nasional, kinerja perekonomian Bali pada triwulan II 2015 juga menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Perekonomian Bali pada triwulan II 2015 tumbuh sebesar 6,02% (yoy), melambat dari triwulan I 2015 yang tercatat sebesar 6,20% (yoy). Secara spasial, kesenjangan antar kabupaten/kota di Provinsi Bali masih terjadi, khususnya antara wilayah Bali Selatan dan Bali non-selatan. 21

23 22

24 1.1. KONDISI UMUM Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan dari 6,20% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 6,02% (yoy). Secara agregat, output riil pada periode laporan tercatat mencapai Rp 31,9 triliun. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari perlambatan pada sebagian besar kategori lapangan usaha, beberapa diantaranya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, penyediaan akomodasi makan dan minum, dan jasa keuangan. Peningkatan pertumbuhan lapangan usaha pertanian dan konstruksi masih belum mampu mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan II Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan perlambatan konsumsi rumah tangga SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan II 2015 disebabkan oleh perlambatan kinerja sebagian besar kategori lapangan usaha, terutama kategori perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, penyediaan akomodasi makan dan minum, dan konstruksi. Secara umum perlambatan diakibatkan oleh lesunya permintaan seiring dengan penurunan daya beli dan low season industri pariwisata yang menjadi penopang perekonomian Provinsi Bali. Meskipun kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum mengalami perlambatan, pangsa lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum masih menjadi kategori utama dalam perekonomian Bali dengan pangsa mencapai 23%. Sementara kategori lainnya yang memiliki pangsa yang relatif besar adalah kategori pertanian dengan pangsa sebesar 15% terhadap total perekonomian provinsi Bali (Grafik 1.2). Dilihat dari andil kategorinya, pertumbuhan provinsi Bali pada triwulan II 2015 secara umum masih didominasi oleh lapangan usaha yang merepresentasikan industri pariwisata yang tercatat memberikan andil sebesar 1,68%. Lapangan usaha lain yang memiliki andil cukup besar adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi dan lapangan usaha industri pengolahan yang tercatat memberikan sumbangan sebesar 0,58% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada periode berjalan. Sedangkan seiring dengan peningkatan pertumbuhannya, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami peningkatan andil mencapai 0,75% dari sebesar 0,44% pada triwulan I

25 Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) Komponen Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan I II III IV I II Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan II 2015 Transportasi dan Pergudangan 9% Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8% Konstruksi 9% Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0% Pengadaan Listrik dan Gas 0% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23% Industri Pengolahan 7% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15% Informasi dan Komunikasi 5% Pertambangan dan Penggalian 1% Jasa Keuangan dan Asuransi 4% Real Estate 4% Administrasi Jasa Pemerintahan Perusahaa, Pertahanan n dan 1% Jaminan Sosial Wajib 5% Jasa lainnya 1% Jasa Pendidikan 5% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2% Grafik 1. 3 Andil Kategori terhadap Perekonomian Provinsi Bali Triwulan II 2015 Jasa lainnya Jasa Pendidikan Jasa Perusahaan Jasa Keuangan dan Asuransi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Perdagangan Besar dan Eceran, dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0 0 Industri Pengolahan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 24

26 Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kategori penyediaan akomodasi makan dan minum mengalami perlambatan pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 5,48% (yoy), dari sebesar 7,53% (yoy) pada triwulan I Perlambatan lapangan usaha penyediaan akomodasi, makan, dan minum ini terjadi seiring dengan turunnya pertumbuhan kunjungan wisatwanan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) pada periode laporan. Pertumbuhan wisman pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 8,14% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang sebesar 13,75% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut pertumbuhan wisnus turut tertahan sebagai dampak berlangsungnya bulan Ramadhan. Grafik 1. 4 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan Berdasarkan negara asal wisman, perlambatan pertumbuhan terutama bersumber dari perlambatan pertumbuhan kunjungan wisman asal Australia yang mengalami perlambatan dari 14,28% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 3,36% (yoy) pada triwulan II Hasil survei dan liaison menunjukkan bahwa perlambatan kunjungan wisman ke Provinsi Bali seiring dengan perbaikan kondisi politik negara tujuan wisata kompetitor seperti Thailand. Selain itu, faktor melambatnya (belum membaiknya) perekonomian negara asal seperti Jepang dan Rusia turut berkontribusi akan perlambatan kunjungan wisman asal kedua negara tersebut. Di sisi lain, wisman asal Tiongkok, yang merupakan wisman terbesar kedua, masih meningkat dengan jumlah kunjungan mencapai 148 ribu orang atau 15 % dari total kunjungan wisman Grafik 1.6 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Australia 25% PRC 15% Malaysia 6% Japan 5% Singapore 4% Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.5 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Other Nationality 15% Rusia 1% Netherlan New Germany France Taiwan d Zealand 3% 3% 3% 2% 2% Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.7 Perkembangan Visa on Arrival UK 4% South of USA Korea 4% India4% 4% Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia, diolah 25

27 masih mengalami peningkatan pertumbuhan mencapai 30,20% (yoy) pada triwulan II Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kunjungan wisman, perkembangan pertumbuhan visa on arrival turut mengalami penurunan, dari 61,02% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 40%(yoy) pada triwulan II Perlambatan juga terjadi pada perkembangan kredit penyediaan akomodasi makan, dan minum dari Grafik 1.8 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia, diolah (TPK) menunjukkan kondisi berbeda. TPK hotel berbintang pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 57,99% dari sebesar 55,99% pada triwulan I Berdasarkan hasil survei dan liaison, kondisi tersebut seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan kelompok yang memiliki preferensi pada hotel berbintang. Di samping itu, upaya promosi (termasuk penurunan rate) yang dilakukan oleh perhotelan untuk mengisi periode low season pariwisata turut mendorong peningkatan tersebut Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan II 2015 menunjukkan kinerja yang membaik. Peningkatan tersebut bersumber dari peningkatan kinerja subkategori tabama terutama hasil produksi padi. Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan Provinsi Bali, produksi padi pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan mencapai 322 ribu ton atau tumbuh sebesar 11,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yang mengalami kontraksi mencapai -22,14%(yoy). Peningkatan produksi tersebut seiring Grafik 1.9 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.10 Perkembangan Produksi Padi di Bali Sumber : BPS Provinsi Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali 16,04% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 10,54%(yoy) pada triwulan II Di sisi lain, perkembangan Tingkat Penghunian Kamar dengan adanya panen raya pada bulan April dan Mei

28 Di sisi lain, subkategori perikanan mengalami perlambatan, terlihat dari perlambatan tangkapan ikan di PPN Pengambengan pada triwulan II Tangkapan ikan di PPN Pengambengan pada triwulan II 2015 tercatat tumbuh sebesar 36% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang mencapai 180% (yoy). Berdasarkan hasil survei dan liaison diperoleh informasi bahwa penurunan hasil tangkapan tersebut merupakan dampak berlanjutnya peraturan kemaritiman yang berdampak khususnya seperti larangan transhipment dan pelarangan penggunaan kapal asing. Di sisi lain, pertumbuhan penyaluran kredit sektor pertanian mengalami perlambatan. Kredit pertanian pada triwulan II 2015 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 27,29% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan I 2015 yang sebesar 28,64% (yoy) Kategori Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate Perkembangan lapangan usaha konstruksi pada triwulan II 2015 menunjukkan kinerja yang membaik. Pada triwulan II 2015 lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh sebesar 3,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 yang sebesar 2,67%(yoy). Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan dimulainya pembangunan proyek-proyek pemerintah. Perbaikan kinerja lapangan usaha konstruksi tersebut juga terkonfimasi dari peningkatan pertumbuhan konsumsi semen Provinsi Bali pada triwulan II 2015, yang mencapai 8,09% (yoy), setelah mengalami kontraksi sebesar -9,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Berbeda dengan perkembangan lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha real estate masih belum menunjukkan kinerja yang membaik. Pada triwulan II 2015, lapangan usaha real estate tercatat tumbuh 4,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang sebesar 5,86% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi seiring dengan masih berlanjutnya tren kenaikan harga properti di tengah kelesuan daya beli masyarakat. Grafik Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan Sumber : pipp.djpt.kkp.go.id, diolah Grafik 1.12 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali Sumber : Asosiasi Semen Indonesia 27

29 Di sisi lain, pertumbuhan kredit konstruksi masih tertahan. Pada triwulan II 2015 kredit konstruksi tercatat tumbuh sebesar 9,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 18,76%(yoy) Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 6,87% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang sebesar 7,58% (yoy). Berdasarkan hasil survei dan liaison, efek lanjutan dari kenaikan harga BBM bersubsidi, depresiasi nilai tukar rupiah, dan perilaku masyarakat yang menjadi lebih rasional dalam berbelanja menyebabkan turunnya penjualan. Kondisi tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Grafik 1.14 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik 1.16 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan Sumber : Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPwBI Prov. Bali Grafik Kredit Kategori Konstruksi Grafik 1.17 Perkembangan Total Penjualan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Survey Penjualan Eceran Pertumbuhan kategori lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan II 2015 tercatat survei penjualan dan eceran yang menunjukkan tren penurunan pertumbuhan penjualan komoditas utama pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan kredit perdagangan besar dan eceran juga mengalami perlambatan mencapai 18,17% (yoy) 28

30 pada triwulan laporan, lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I 2015 yang sebesar 21,92% (yoy). Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran Sumber : Survey Penjualan Eceran Kategori Transportasi dan Pergudangan Pertumbuhan kategori transportasi dan pergudangan mengalami sedikit peningkatan menjadi sebesar 4,73% (yoy) pada triwulan II 2015, dari sebesar 4,48% (yoy) pada triwulan I Membaiknya kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan ini didorong oleh peningkatan penggunaan transportasi darat dan laut pada momen liburan sekolah. Peningkatan kategori lapangan usaha transportasi dan pergudangan terlihat pada peningkatan pertumbuhan arus penumpang di Pelabuhan Benoa, dari sebesar 12,37% (yoy) triwulan I 2015 menjadi sebesar 45,56% (yoy) pada triwulan II Sejalan dengan hal tersebut, penggunaan transportasi udara turut mengalami peningkatan, terlihat dari peningkatan pertumbuhan jumlah penumpang pesawat udara di Ngurah Rai pada triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 6,61% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar -3,06% (yoy). Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan, penyaluran kredit kategori transportasi dan pergudangan mengalami peningkatan dari 26,94%(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 27,85%(yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan optimisme pelaku usaha transportasi akan potensi industri pariwisata, seiring dengan upaya promosi pariwisata yang masih besar dan implementasi pembebasan visa untuk 30 negara. Di sisi lain, meskipun arus penumpang laut terus mengalami peningkatan, pertumbuhan arus bongkar muat dan arus unit kapal di Provinsi Bali mengalami perlambatan. Pertumbuhan arus bongkar muat pada triwulan II tercatat sebesar 17,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang Grafik 1.19 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa Grafik 1.20 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai Sumber : BUMN, diolah Sumber : BUMN 29

31 Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan Sumber : BUMN Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali Sumber : BUMN sebesar 36,51% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut arus unit kapal juga mengalami kontraksi, tercatat sebesar -7,49% (yoy). Hal ini turut mengindikasikan relatif rendahnya arus unit kapal dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh semakin besarnya preferensi masyarakat dengan menggunakan jalur darat terkait dengan tingkat efisiensi jalur darat yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalur laut Kategori Industri Pengolahan Pada triwulan II 2015, pertumbuhan lapangan industri pengolahan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kategori industri pengolahan yang didominasi oleh industri bahan makanan meningkat dari 6,72%(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 8,57% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan peningkatan permintaan menjelang perayaan Galungan dan Lebaran. Peningkatan tersebut juga sejalan dengan peningkatan Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) yang tumbuh mencapai 7,79% (yoy) pada triwulan II 2015 yang disumbangkan oleh jenis industri makanan dengan pertumbuhan 8,63% (yoy) industri pakaian jadi 9,91% (yoy) dan industri furniture mencapai 12,82% (yoy) Meskipun kinerja lapangan usaha industri pengolahan mengalami peningkatan, penyaluran Grafik Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali Grafik 1.24 Kredit Kategori Industri Sumber : BUMN 30

32 kredit kategori industri pengolahan mengalami perlambatan dari 13,55%(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 8,63% (yoy) pada triwulan II Grafik 1.25 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Keuangan Grafik 1.26 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Perusahaan Kategori Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya Sejalan dengan perlambatan perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2015, pertumbuhan lapangan usaha jasa juga mengalami perlambatan. Lapangan usaha jasa keuangan salah satunya mengalami perlambatan pada triwulan II 2015 mencapai 6,92% (yoy) dari sebesar 10,93% (yoy) pada triwulan I Sejalan dengan perlambatan tersebut, pertumbuhan lapangan usaha jasa lainnya turut mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum. Di sisi lain, pertumbuhan jasa perusahaan mengalami peningkatan dari sebesar 5,23% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 6,91% (yoy) pada triwulan II 2015, seiring dengan peningkatan pertumbuhan kredit jasa perusahaan pada triwulan II Selain itu, pertumbuhan lapangan usaha administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial juga mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan pertumbuhan kredit administrasi pemerintah Kategori lainnya Kategori informasi dan komunikasi mengalami perlambatan dari 9,79%(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 9,05% (yoy) pada triwulan II 2015, seiring dengan base effect tingginya pertumbuhan informasi dan komunikasi Grafik 1.27 Penyaluran Kredit di Adm. Pemerintah Grafik 1.28 Konsumsi Listrik di Bali Sumber : BUMN, diolah 31

33 Grafik 1.29 Jumlah Pelanggan Listrik Sumber : BUMN, diolah pada triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, kategori lapangan pengadaan listrik dan gas turut menunjukkan perlambatan dari sebesar 9,82%(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 1,83% (yoy) pada triwulan II Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha listrik terlihat dari perlambatan pertumbuhan konsumsi listrik dari 8 %(yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 3,71% (yoy) pada triwulan II 2015 sebagai dampak dengan kenaikan tarif tenaga listrik SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 bersumber dari perlambatan konsumsi rumah tangga dari sebesar 8,42% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 7,33% (yoy) pada triwulan II 2015 seiring dengan penurunan daya beli masyarakat. Peningkatan pertumbuhan pada komponen konsumsi pemerintah, ekspor dan PMTB pada periode laporan masih belum mampu mengakselerasi pertumbuhan perekonomian Provinsi Bali Konsumsi Pertumbuhan konsumsi secara umum mengalami perlambatan dari sebesar 7,59% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 6,40% (yoy) pada triwulan II Berdasarkan komponen pembentuknya, perlambatan tersebut bersumber dari perlambatan pada konsumsi rumah tangga yang tercatat sebesar 7,33% (yoy) pada triwulan II 2015, atau lebih rendah dari triwulan I 2015 yang sebesar 8,42% (yoy), seiring dengan penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar dan energi. Perlambatan konsumsi ini tercermin juga pada penurunan hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) Komponen I II III IV I II Konsumsi Kons.RT Kons.LNPRT Kons. Pemerintah Investasi PMTB Perubahan Inv Ekspor LN Impor LN Net Ekspor antar daerah PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 32

34 Grafik 1.30 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.32 Perkembangan Giro Pemerintah Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 1.31 Kredit Konsumsi Grafik 1.33 Kredit Investasi KPwBI Provinsi Bali. Ketiga indeks hasil survei konsumen baik indeks keyakinan konsumen, indeks ekspektasi konsumen, maupun indeks kondisi ekonomi saat ini mengalami penurunan. Di sisi lain, perlambatan konsumsi rumah tangga yang lebih dalam tertahan oleh pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan II 2015 yang masih tumbuh stabil mencapai 12,73% (yoy). Disisi lain, konsumsi pemerintah mengalami perbaikan pada triwulan II 2015, Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan dari sebesar 2,16% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 2,62%(yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan peningkatan realisasi APBD pemerintah terutama untuk belanja pegawai. Peningkatan ini sejalan dengan perkembangan giro pemerintah yang menunjukkan kontraksi pada triwulan II 2015 sebesar -8,41%(yoy) Investasi Pertumbuhan investasi yang ditunjukkan oleh PMTB pada triwulan II 2015 menunjukkan peningkatan dari 7,43% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 5,32% (yoy) pada triwulan I Peningkatan tersebut seiring dengan mulai membaiknya investasi swasta dan pemerintah. Berdasarkan hasil survei dan liaison kepada salah satu kontak di sektor konstruksi, terjadi peningkatan jumlah tender proyek konstruksi yang ditawarkan pemerintah pada tahun Implementasi reformasi kebijakan energi pada tahun 2014 mendorong pembangunan infrastruktur pada tahun

35 Di sisi lain, perkembangan terakhir tersebut belum cukup mendorong peningkatan pertumbuhan kredit investasi yang masih mengalami perlambatan pada triwulan II 2015 mencapai 16,62% (yoy) dari pertumbuhan sebesar 20,04% (yoy) pada triwulan I Kondisi tersebut seiring dengan masih terdapatnya resiko ketidakpastian yang berdampak pada sikap wait and see investor Neraca Perdagangan Kinerja neraca perdagangan pada triwulan II 2015 menunjukkan perbaikan. Ekspor luar negeri pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 25,18% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,55% (yoy). Peningkatan kinerja ekspor tersebut didorong oleh peningkatan kinerja ekspor jasa yang bersumber dari pertumbuhan industri pariwisata yang masih kuat. Sementara itu, perkembangan nilai ekspor komoditas pada triwulan II 2015 masih menunjukkan kontraksi. Aeski kinerja ekspor mengalami peningkatan, namun masih dibawah potensial growth mengingat komoditas utama lainnya masih mengalami perlambatan. Antara lain komoditas perikanan sebesar 25,66%, perhiasan sebesar 16,41%, pakaian jadi sebesar 15,16%, kemudian komoditas kayu olahan dan produk furniture masing-masing sebesar 11,01% dan 8,45%. Hampir semua Grafik 1.35 Volume Ekspor Luar Negeri Bali komoditas unggulan tersebut mengalami perlambatan kecuali komoditas furniture. Berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat masih menjadi negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali dengan pangsa tercatat sebesar 25,79%. Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor Bali di antaranya adalah Australia 11,08%, Jepang 7,60%, serta Singapore 7,78%. Jika ditinjau berdasarkan pertumbuhannya, pertumbuhan ekspor ke negara tujuan tersebut pada triwulan II 2015 cenderung mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring dengan penurunan permintaan dunia. Sejalan dengan terjaganya pertumbuhan ekspor, impor Grafik 1.34 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1.36 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama 34

36 Grafik 1.37 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik 1.39 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.38 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1.40 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali Cina 1.72% Other Countries 27.82% US 25.79% Australia 11.08% Belanda 3.26% Inggris 2.68% Hongkong 6.19% France 3.39% Thailand 2.68% Singapore 7.78% Japan 7.60% luar negeri provinsi Bali pada triwulan II 2015 mampu tumbuh sebesar 23,34% (yoy) dari kontraksi sebesar -31`,84%(yoy) pada triwulan I Peningkatan impor juga terjadi seiring dengan perbaikan kontraksi nilai impor pada triwulan II 2015 yang tidak sedalam sebelumnya yaitu sebesar -38,75% (yoy) lebih baik dari triwulan I 2015 yang sebesar -74,52% (yoy). Selain itu, perbaikan impor bahan baku dan barang modal seiring dengan perbaikan investasi turut mendorong peningkatan kinerja ekspor luar negeri. Grafik 1.41 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali Di sisi lain, secara volume perkembangan impor triwulan II 2015 mengalami kontraksi mencapai -83,52% 35

37 (yoy) jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan I 2015 yang sebesar 163,73% (yoy). Impor barang mentah (raw material) masih mendominasi seluruh impor Provinsi Bali pada triwulan II 2015 yang mencapai 51%. Kemudian sisanya merupakan consumption goods sebesar 33%, serta capital goods sebesar 16% yang didominasi oleh barang-barang permesinan. Grafik 1.42 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 1.43 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC tersebut seiring dengan peningkatan pertumbuhan lapangan usaha pertanian yang menunjukkan peningkatan kinerja sehingga persediaan di Provinsi Bali mengalami perbaikan PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI Di tengah tingginya laju pertumbuhan ekonomi Bali pada beberapa tahun terakhir, Provinsi Bali masih dihadapkan pada tantangan disparitas pertumbuhan yang cukup tinggi. Sampai dengan tahun 2014, disparitas pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali masih terjadi. Secara konsisten kabupaten/kota yang memiliki angka pertumbuhan di atas angka pertumbuhan Bali merupakan Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Bali selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar. Daerah ini merupakan konsentrasi pusat pemerintahan sekaligus pusat perkembangan industri pariwisata yang menjadi andalan Provinsi Bali. Sedangkan kabupaten/ kota lainnya cenderung memiliki angka pertumbuhan di bawah angka pertumbuhan Bali. Pada tahun 2014, perekonomian Kota Denpasar mampu mencapai 6,77 sedangkan pertumbuhan Kabupaten Bangli hanya mencapai 5,67%. Pertumbuhan net ekspor antar daerah Provinsi Bali selalu mengalami defisit selama beberapa tahun terakhir dan masih berlanjut sampai dengan triwulan II Namun perkembangan net ekspor antar daerah pada triwulan II 2015 menunjukkan perbaikan. Kondisi 36

38 Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 37

39 BOKS A PENGELUARAN AKOMODASI DAN MAKAN-MINUM MENDOMINASI BELANJA WISMAN Berdasarkan survei perilaku wisatawan mancanegara (Superwisman) periode Mei 2015 kepada orang wisatawan mancanegara (wisman) dengan komposisi responden terdiri atas wisman Australia (24,95%), Tiongkok (18,16%), Malaysia (5,6%), Jepang (5,5%), Singapura (4,66%), Korea Selatan (4,1%), Taiwan (3,31%), Amerika Serikat (3,18%), dan negara-negara lain, diperoleh hasil mayoritas wisman yang berkunjung ke Bali masuk Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai (98,31%) dengan tujuan utama mengunjungi pulau Bali. Sebagian besar wisman (71,90%) menyatakan bahwa kunjungan ini merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia (Bali). Berdasarkan alasan berkunjung, sebagian besar wisman (94,92%) datang ke Bali untuk berlibur. Sementara itu, berdasarkan partner kunjungan, sebagian besar wisman (41,51%) datang bersama teman, dan sebagian sisanya bersama keluarga (35,95%). Bila dilihat dari tempat menginap, sebagian besar wisman memilih untuk menginap di hotel berbintang (69,12%), hotel non bintang (13,31%) dan villa (13,11%). Jumlah responden wisman wanita dan pria relatif seimbang, dengan persentase sebesar 55,01% wisman wanita dan 44,99% wisman pria. Jika dilihat berdasarkan kategori usia, mayoritas wisman yang datang ke Bali termasuk pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) dengan share 97,91% dari keseluruhan responden. Sementara itu, jika dibreakdown berdasarkan kelompok usia (range yang lebih kecil), maka usia rata-rata wisman adalah 34,22 tahun. Grafik A.1 Pekerjaan Utama Wisman (Mei 2015) Grafik A. 2 Pekerjaan Utama Wisman (Mei 2014) Berdasarkan pekerjaan, komposisi pekerjaan utama wisman tahun 2015 relatif sama dengan tahun 2014 yang didominasi oleh professional dan/atau business manager dengan share sebesar 55,01% (Superwisman 2015), pekerja teknis (teknisi, sales, klerikal, dan administrasi) dengan share sebesar 15,07%. Profesi terbanyak ketiga adalah pelajar (share sebesar 9,30%). Rincian selengkapnya terangkum pada Grafik A.1 dan A.2. Total rata-rata pengeluaran wisman pada periode survei Mei 2015 sebesar USD 125,93 per hari, dengan rata-rata lama tinggal (length 38

40 Tabel A.1 Rata Rata Komposisi Pengeluaran Wisman Sumber: Superwisman Mei 2014 dan Mei 2015 of stay) mencapai 7,66 hari, lebih rendah dibandingkan pengeluaran wisman pada periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD per hari dan rata-rata lama tinggal yang mencapai 8,19 hari. Komposisi pengeluaran wisman mengalami perubahan signifikan pada tahun 2015 yang didominasi oleh pengeluaran untuk Akomodasi (26,69%), makan minum atau F&B (18,53%), dan belanja atau shopping & daily needs (14,80%). Perubahan komposisi ini antara lain didorong oleh semakin tumbuh dan berkembangnya industri perhotelan di Bali yang menawarkan berbagai paket wisata dan hiburan serta berbagai variasi menu makanan yang menarik para wisman untuk meningkatkan alokasi pengeluarannya. Selain itu, beberapa pusat belanja yang menawarkan promo dan paket diskon pada periode survei ikut mendorong peningkatan share belanja (shopping & daily needs) dan souvenir. Rincian selengkapnya mengenai komposisi pengeluaran wisman terangkum pada Tabel A.1. Dari 10 negara yang memiliki share kunjungan wisman terbesar (berdasarkan data jumlah kunjungan wisman tahun 2014 Dispar Provinsi Bali), wisman asal Amerika Serikat merupakan wisman dengan pengeluaran harian terbesar dengan nilai USD 188,10, diikuti oleh wisman asal Malaysia dengan nilai USD 170,90. Sedangkan Singapura merupakan negara dengan wisman yang memiliki pengeluaran terendah, yaitu USD 90,82 per hari. Sementara itu, wisman dengan waktu tinggal terlama di Bali adalah wisman asal Australia dengan lama tinggal mencapai 9,28 hari, diikuti wisman asal Amerika Serikat yang memiliki waktu tinggal 9,06 hari. Hal ini sejalan dengan tingginya pengeluaran wisman dari negara tersebut. Malaysia merupakan negara asal wisman yang memiliki waktu kunjungan tersingkat di Bali (5 hari). Meskipun demikian, wisman asal Malaysia memiliki tingkat pengeluaran yang cukup tinggi. Rincian selengkapnya terangkum pada Grafik A.3 dan Tabel A.2. 39

41 Grafik A. 3 Rata-Rata Pengeluaran per Hari Tabel A.2 Rata-Rata Lama Tinggal dan Pengeluaran Wisman Sumber : Superwisman Mei 2015 *) Rate USD pertanggal 21 Mei 2015 sebesar Rp ,- per USD Selanjutnya lebih detail dilakukan pengelompokan wisman berdasarkan besar pengeluaran dengan 4 kelompok, yaitu kelompok backpacker, kelompok menengah, kelompok menengah atas, dan kelompok atas. Untuk tahun 2015, kelompok yang mendominasi kunjungan wisman adalah kelompok menengah atas (37,39%), kelompok menengah (31,30%), dan kelompok backpacker (27,75%). Hanya 3,55% wisman yang dapat digolongkan sebagai wisman kelompok atas (asumsi pengeluaran range kelas atas adalah USD s/d USD 4.773). Profil hasil pengelompokan ini tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan tahun Tujuan kunjungan yang menjadi favorit wisman di Bali pada tahun 2015 masih sama dengan tahun 2014, yang terfokus pada 3 destinasi utama, yaitu Kabupaten Badung (35,65%), Kabupaten Gianyar (22,59%), dan Kota Denpasar (19,90%). Sementara itu, bila dilihat dari jenis wisata yang dipilih oleh wisman, wisata kreasi (artificial 40

42 based) menjadi favorit yang dipilih oleh wisman (56,02%). Adapun jenis aktifitas yang dilakukan oleh wisman terkait dengan jenis wisata tersebut antara lain berbelanja/shopping, sightseeing, dan health and beauty tourism. Jenis wisata favorit lainnya adalah wisata budaya (cultural based) dengan share 22,82%, dengan aktifitas utama antara lain menyaksikan atraksi seni budaya dan mengunjungi tempat-tempat sejarah. Sementara itu, 22,16% wisman lainnya lebih memfavoritkan wisata alam (nature based) dengan aktifitas utama berupa sport/marine tourism, dan adventure. Sejalan dengan konsep pengembangan pariwisata Bali and Beyond, maka terlihat bahwa masih terdapat keinginan wisman untuk mengunjungi destinasi lainnya di luar wilayah Bali, dengan destinasi wisata yang banyak diminati antara lain Pulau Gili Trawangan (NTB) dan pulau Komodo serta danau Kalimutu (NTT). Tercatat 40,5% responden wisman yang menyatakan keinginannya untuk berkunjung ke wilayah NTB dan NTT berdasarkan rekomendasi dari relasi mereka. Sementara itu, 59,5% wisman lainnya menyatakan belum berencana untuk mengunjungi NTB dan NTT. Adapun alasan yang dikemukakan adalah karena belum pernah mendengar dan tidak memiliki informasi destinasi wisata di daerah tersebut. Berbagai destinasi wisata yang dihadirkan di Bali yang terdiri atas wisata pantai, gunung, wisata belanja, serta kebudayaan dan kesenian Bali mendorong sebagian besar wisman (81,64%) untuk kembali berkunjung ke Bali. Alasan utama yang membuat wisman ingin kembali mengunjungi Bali adalah karena keindahan alam pulau Bali dan masih banyak tempat yang belum dikunjungi. Namun demikian, 16,47% wisman masih ragu untuk kembali berkunjung ke Bali dan 1,89% wisman menyatakan tidak akan kembali berkunjung ke Bali. Beberapa hal yang dikeluhkan wisman sehingga mereka ragu atau enggan untuk kembali berkunjung ke Bali adalah karena kondisi Bali yang sudah terlalu ramai, adanya polusi dan lingkungan yang tidak bersih (sampah berceceran di tempat wisata), pengenaan pajak yang tinggi, kondisi jalan raya yang sangat buruk, dan kurangnya fasilitas publik yang memadai. Hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi para stakeholder untuk memperbaiki kondisi yang ada dan meningkatkan kenyamanan wisman yang berkunjung ke Bali. Dalam rangka meningkatkan kunjungan wisman ke Bali, penggunaan teknologi (internet) untuk promosi wisata di Bali perlu terus ditingkatkan mengingat 43,62% wisman memperoleh informasi mengenai destinasi wisata di Bali melalui website (blogger, trip advisor, dll). Pelayanan, keramahan, dan kenyamanan perlu menjadi prioritas utama karena 29,32% wisman memperoleh informasi dan rekomendasi destinasi wisata di Bali dari relasi/teman yang pernah berkunjung ke Bali. 1 Pengeluaran range untuk masing-masing kelas dihitung dengan mengambil titik pengeluaran terendah, titik pengeluaran tertinggi, rata-rata pengeluaran, dan kuartil pengeluaran di antara titik terendah dan rata-rata pengeluaran (Q2) serta titik tertinggi dan rata-rata pengeluaran (Q4). Pengeluaran terendah adalah USD 30 (tidak mengabaikan wisman anak muda yang mungkin datang bersama orang tua), pengeluaran tertinggi adalah USD 4.772,5,, rata-rata pengeluaran adalah USD 964,47. Range kelas Backpacker (USD 30 s/d USD 498), Kelas Menengah (USD 499 s/d USD 965), Kelas Menengah Atas (USD 966 s/d USD 2.868), dan Kelas Atas (USD s/d USD 4.772,5) 41

43 BOKS B HARGA PROPERTI RESIDENSIAL MASIH MENGUAT DI TENGAH PERLAMBATAN EKONOMI Survei Harga Properti Residensial (SHPR) di Provinsi Bali triwulan II-2015 mengindikasikan adanya peningkatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer. Indeks harga properti residensial Provinsi Bali pada triwulan II-2015 sebesar 182,05, meningkat 0,54% (qtq) lebih besar dibanding peningkatan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,27% (qtq). Berdasarkan hasil survei, beberapa faktor penyebab kenaikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan II-2015 adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (20%), kenaikan bahan bangunan (31,25%), kenaikan upah pekerja (23%), biaya perizinan yang mahal (12%), dan faktor lainnya (4%). Berdasarkan tipe rumah, kenaikan harga (secara triwulanan) terjadi pada tipe rumah kecil dan besar. Peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar dengan kenaikan sebesar 0,83% (qtq), sedangkan harga rumah tipe kecil meningkat sebesar 0,42% (qtq). Sementara kenaikan harga pada rumah tipe menengah melambat yaitu menjadi sebesar 0,36 % dari sebelumnya 0,37% (qtq). Grafik B. 1 Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial Tabel B. 1 Pertumbuhan IHPR (qtq) 42

44 Grafik B. 2 Pertumbuhan IHPR (qtq) Grafik B. 3 Pertumbuhan IHPR (yoy) Sementara itu secara tahunan, pertumbuhan harga properti residensial primer pada triwulan berjalan juga menunjukkan peningkatan yaitu dari 3,12% (yoy) pada triwulan I-2015 menjadi 4,2% (yoy) pada triwulan II Bila dilihat berdasarkan tipe rumah, peningkatan kenaikan harga terjadi pada semua jenis tipe rumah. Peningkatan harga tertinggi terjadi pada rumah tipe besar, yaitu sebesar 5,56 % (yoy). Hasil survei mengkonfirmasi bahwa, dana internal perusahaan dan pembiayaan bank tetap menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial dengan share masing-masing mencapai 50% dan 40%, sementara share pembiayaan dari konsumen melalui downpayment hanya sebesar 10%. 43

45 Tabel B. 2 Pertumbuhan IHPR (yoy) Grafik B. 4 Sumber Pembiayaan Responden Sementara itu, dari sisi konsumen, fasilitas KPR tetap menjadi pilihan utama pembiayaan untuk semua jenis tipe rumah. Jumlah konsumen yang menggunakan pembiayaan KPR untuk rumah tipe kecil mencapai 64,69%, sementara itu untuk rumah tipe menengah mencapai 62,38% sedangkan untuk rumah tipe besar 56,15%. Selain KPR, cash bertahap menjadi salah satu alternatif pembiayaan khususnya oleh pengembang properti dengan modal besar dengan jangka waktu bulan. Perkembangan harga properti residensial di pasar primer diperkirakan akan mulai tumbuh lebih tinggi pada triwulan III-2015 dengan perkiraan sebesar 0,56% (qtq). Kondisi ini menunjukkan bahwa responden optimis perkembangan properti akan semakin membaik pada triwulan III Peningkatan harga properti residensial tertinggi di pasar primer diperkirakan terjadi pada jenis rumah tipe menengah yang mencapai 1,61% (qtq), sementara untuk tipe rumah kecil diperkirakan meningkat sebesar 0,76% (qtq). Namun demikian, responden memperkirakan harga rumah tipe besar pada triwulan III 2015 akan mengalami penurunan sebesar 0,71% (qtq). Berdasarkan data lokasi bank, perkembangan 44

46 penyaluran kredit perbankan untuk kepemilikan rumah tinggal pada triwulan II-2015 masih menunjukkan tren perlambatan, yaitu tumbuh 6,75% (yoy) dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp 11,11 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,54% (yoy) dengan nilai nominal sebesar Rp10,98 triliun. Penyaluran kredit perbankan untuk semua jenis tipe rumah tinggal mengalami perlambatan, bahkan untuk rumah tinggal s/d tipe 21 mengalami pertumbuhan negatif -1,94% (yoy) dengan nilai nominal sebesar Rp 3,17 triliun, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif sebesar 3,25% (yoy). Untuk rumah tinggal tipe 22 s/d tipe 70, penyaluran kredit pada triwulan II-2015 tercatat sebesar Rp 3,64 triliun atau tumbuh 8,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,73% (yoy). Sedangkan penyaluran kredit untuk rumah tinggal tipe >70 tercatat sebesar Rp 3,82 triliun atau tumbuh sebesar 14,89% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 20,66% (yoy). 45

47 46

48 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI kajian ekonomi dan keuangan regional Inflasi Provinsi Bali pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,97% (yoy). Namun demikian, akumulasi inflasi sampai dengan periode laporan tercatat masih cukup rendah, yakni hanya sebesar 0,84% (ytd) seiring dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah daerah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Secara spasial inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 8,72% (yoy) pada Juni 2015, jauh di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,6% (yoy). Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada periode laporan terutama disebabkan oleh kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat cukup stabil, didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat Bali. 47

49 48

50 2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) Denpasar Singaraja Tw I 2015 Tw II 2015 Bali Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sebagaimana yang diproyeksikan pada triwulan sebelumnya, inflasi Provinsi Bali pada triwulan II 2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,97% (yoy), sejalan dengan angka proyeksi KPw BI Provinsi Bali yang sebesar 6,95% (yoy). Meskipun mengalami peningkatan, akumulasi inflasi sampai dengan periode laporan tercatat masih cukup rendah, yakni hanya sebesar 0,84% (ytd). Terjaganya tekanan inflasi Bali di sepanjang semester I tahun 2015 tidak lepas dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah daerah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Berdasarkan kota pembentuknya, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 8,72% (yoy) pada Juni Realisasi inflasi di Singaraja berada jauh di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,6% (yoy). Disparitas inflasi antara Kota Singaraja dan Kota Denpasar yang cukup besar tidak lepas dari masih sulitnya jalur menuju Kota Singaraja, dan masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pokok Kota Singaraja terhadap daerah lainnya. Berdasarkan penyebabnya, tekanan inflasi pada tahun 2015 terutama disebabkan oleh kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan inflasi kelompok inti (core inflation) tercatat Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah cukup stabil, didukung oleh terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat Bali ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Peningkatan tekanan inflasi pada periode berjalan terutama didorong oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium RON 88 dan Pertamax. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok lainnya, mulai menunjukkan indikasi penurunan, sebagaimana tercermin pada melandainya tekanan inflasi secara triwulanan (qtq). Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam pengendalian harga. Dengan upaya yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan tren penurunan dapat berlanjut, sehingga dapat mendukung tercapainya pencapaian target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). a) Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 9,84% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang sebesar 7,43% (yoy). Meskipun demikian, secara triwulanan kelompok ini mengalami deflasi -0,05% (qtq), didukung oleh kondisi pasokan yang membaik. 49

51 Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Komoditas Beras masih menjadi penyumbang inflasi tahunan pada periode berjalan. Peningkatan produksi padi pada tahun 2015 belum mampu mendorong penurunan harga beras kembali pada titik yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan fenomena downward price rigidity pada komoditas ini. Grafik 2. 5 Perkembangan Sumbangan Inflasi Beras (% mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah lainnya (produksi bawang merah di Bali relatif minim, hanya ada di Kabupaten Bangli). Kebutuhan bawang merah di Provinsi Bali selama ini masih dipenuhi dari pulau Jawa (Mojokerto, Nganjuk). Di sisi lain, fasilitas penyimpanan masih minim sehingga harga komoditas ini relatif berfluktuasi, dan harga sangat dipengaruhi oleh suplai nasional. Grafik 2. 6 Kondisi Produksi dan Surplus Defisit Komoditas Bawang Merah di Bali & Nusa Tenggara Pola Produksi Kondisi Surplus Defisit Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Komoditas lainnya yang menjadi penyumbang utama inflasi tahunan kelompok bahan makanan adalah bawang merah. Harga bawang merah masih berada dalam tren meningkat, dan sempat mengalami lonjakan pada April 2015 mencapai 36,68% (mtm). Hal ini tidak lepas dari masih tingginya ketergantungan pasokan bawang merah Provinsi Bali dari daerah Sumber : Penelitian Bank Indonesia, tahun 2013 Meskipun tekanan inflasi tahunan masih terbilang tinggi, inflasi triwulanan kelompok ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, didorong oleh mulai melandainya harga beberapa komoditas bahan makanan seperti cabai rawit, sawi hijau dan daging babi, seiring dengan membaiknya kondisi pasokan dan semakin intensifnya peran pemerintah dalam 50

52 Grafik 2. 7 Perkembangan Sumbangan Inflasi Bawang Merah (% mtm) Grafik 2. 9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah pengendalian harga. Dengan upaya yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan tren penurunan bahan makanan dapat berlanjut pada periode mendatang. b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau tercatat sebesar 5,25% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,65% (yoy). Namun demikian, kelompok ini mengalami peningkatan secara triwulanan, hingga tercatat sebesar 1,23% (qtq) pada triwulan II 2015, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 0,79% (qtq). Grafik 2. 8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Penurunan tekanan inflasi tahunan kelompok bahan makanan jadi diperkirakan merupakan dampak dari masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas global (CPO dan kedelai). Beberapa komoditas yang tercatat mengalami penurunan harga pada triwulan II 2015 diantaranya minyak goreng, tempe, dan minyak kelapa. Sementara itu peningkatan tekanan inflasi triwulanan terutama disumbangkan oleh komoditas kue kering berminyak dan roti manis dengan sumbangan masing-masing sebesar ± 0,05% (qtq) dan ± 0,03% (qtq) sebagai dampak kenaikan harga gula pasir sebesar ± 0,03% (qtq). c) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan gas tercatat sebesar 9,55% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,38% (yoy). Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik yang memberikan sumbangan sebesar ± 0,98% (yoy) dan sewa rumah yang tercatat memberikan sumbangan sebesar ± 0,19% (yoy). Harga sewa rumah meningkat secara gradual seiring dengan peningkatan harga properti di Bali. Meskipun pertumbuhan sektor real estate relatif tertahan pada beberapa bulan terakhir, namun harga properti masih 51

53 mengalami pertumbuhan. Hal ini sebagaimana tercermin pada peningkatan indeks harga properti residensial Provinsi Bali hasil Survei Properti Residensial (SHPR) Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada triwulan II 2015 yaitu dari 3,12% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 4,2% (yoy) pada triwulan II Disisi lain, tekanan inflasi triwulanan kelompok ini mengalami penurunan, dari 2,67% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 1,08% (qtq) pada periode berjalan. Penurunan tekanan inflasi triwulanan pada kelompok ini didorong oleh penurunan harga barang tahan lama seperti blender dan kulkas, seiring dengan pelemahan ekonomi Bali di sepanjang tahun 2015 yang berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat dan penundaan pembelian barang tahan lama. Disamping itu, harga besi beton juga mengalami penurunan ± 8,43% qtq seiring dengan penurunan harga komoditas internasional. d) Kelompok Sandang Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami penurunan, baik secara triwulanan maupun tahunan. Pada Juni 2015 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 0,84% (qtq), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,01% (qtq). Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Grafik Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 52

54 Sementara itu, secara tahunan kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 3,89% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,09% (yoy). e) Kelompok Kesehatan Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan secara tahunan, namun meningkat secara triwulanan. Pada Juni 2015 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 3,63% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 7,86% (yoy). Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 1,15% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 0,61% (qtq). f) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan. Pada Juni 2015 kelompok ini mengalami inflasi sebesar 4,72% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,04% (yoy). Demikian pula secara triwulanan kelompok ini mengalami penurunan menjadi 0,08%(qtq) dari sebesar 0,33% (qtq) pada triwulan lalu. Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 53

55 g) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Menurut Kota Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali Grafik Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar 26% 19% 19% 16% 9% 6% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Bank Indonesia Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali Grafik Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja 27% 26% 19% 12% 6% 5% 4% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Bank Indonesia Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Setelah mengalami deflasi sebesar -5,42% (qtq) pada triwulan sebelumnya, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 1,69% (qtq). Sementara itu secara tahunan inflasi kelompok ini tercatat sebesar 4,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu yang sebesar 3,62% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi ini terutama terjadi karena kenaikan BBM jenis Pertamax dan RON Premium 88. Inflasi provinsi Bali memperhitungkan inflasi di Kota Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja. 54

56 a) Kota Denpasar Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pada triwulan II 2015 laju inflasi Kota Denpasar mengalami peningkatan dari 5,88% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi 6,6% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tekanan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 10,43% (yoy) pada Juni 2015, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat sebesar 7,65% (yoy).peningkatan tekanan inflasi bahan makanan terutama disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan yang jatuh pada awal Juli Sementara itu, tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan meningkat dari 3,45% (yoy) menjadi 4,58% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan tekanan inflasi disebabkan oleh penyesuaian harga BBM yang diikuti dengan peningkatan ongkos angkutan. Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan II tahun 2015, maka 5 komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota Denpasar adalah bensin, daging ayam ras, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan tarif listrik. Sementara komoditas yang paling sering mengalami inflasi adalah daging ayam ras, gula pasir, bensin, cakalang dan ikan kembung. Tabel 2.2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2015 *) Threshold > 0,005% (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 55

57 b) Kota Singaraja Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 2.4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2015 *) Treshold > 0,005% (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Ditengah meningkatnya tekanan inflasi nasional dan inflasi Kota Denpasar, inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami penurunan dari 8,99% (yoy) menjadi 8,72% (yoy). Meskipun menurun, realisasi inflasi di Kota Singaraja masih jauh di atas inflasi nasional maupun inflasi Kota Denpasar. Disparitas inflasi antara Kota Singaraja dan Kota Denpasar yang cukup besar tidak lepas dari masih belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur perhubungan menuju Kota Singaraja serta belum efisiennya jalur logistik di tengah masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pokok Kota Singaraja terhadap daerah lainnya. Berdasarkan kelompoknya, penurunan terjadi pada kelompok bahan makanan jadi dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara itu tekanan inflasi kelompok lainnya masih meningkat. Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang April s/d Juni tahun 2015, maka 5 komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Singaraja adalah daging ayam ras, bensin, kangkung, tongkol pindang, dan bawang merah. Sementara komoditas yang paling sering mengalami inflasi adalah kangkung, gula pasir, bensin, daging ayam ras, cakalang/sisik DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan laju inflasi tahunan pada triwulan II 2015 terutama bersumber pada kelompok volatile food dan administered prices, sementara itu sumbangan inflasi kelompok inti tercatat relatif stabil. 56

58 Grafik Perkembangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah a) Volatile Food Setelah melandai pada triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok volatile foods kembali meningkat, sebagai dampak tingginya permintaan menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan yang jatuh pada awal Juli Namun demikian, tekanan inflasi kelompok ini masih terjaga jauh berada di bawah rata-rata historisnya, seiring dengan lancarnya sisi pasokan dan distribusi. Hal ini tidak lepas dari sinergitas upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID Provinsi Bali. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga di Kota Denpasar dan Singaraja diantaranya daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih dan tongkol pindang. Kenaikan harga daging ayam terjadi sebagai dampak peningkatan harga pakan ternak dan Keputusan Menteri Pertanian dan Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) yang memangkas produksi bibit ayam (DOC) sebesar 40%. Pemangkasan produksi dilakukan untuk menaikkan harga jual ayam potong agar dapat menutupi kerugian peternak mengingat harga jual sejak tahun 2014 (nilai penjualan dibawah HPP). Hal ini terkonfirmasi oleh hasil liaison kepada salah satu contact yang menginformasikan terjadinya kenaikan harga ayam potong pada kisaran 15%-20% pasca pemberlakuan peraturan tersebut. Laju peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile foods tertahan oleh penurunan harga beras seiring dengan panen raya beras pada beberapa sentra pertanian di Bali. Produksi beras di Bali sepanjang triwulan II 2015 tercatat sebesar ton, atau tumbuh sebesar 10,17% (yoy). b) Administered Prices Seiring dengan hal tersebut, tekanan inflasi kelompok administered prices juga tercatat meningkat sebagai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (Bensin Premium RON 88 dan Pertamax) serta kenaikan Tarif Tenaga Listrik sebanyak 2 (dua) kali pada triwulan II Pemerintah resmi memutuskan harga BBM jenis Bensin Premium RON 88 di Wilayah Penugasan Luar Jawa-Madura-Bali dan jenis Minyak Solar Subsidi perlu mengalami kenaikan harga, masing-masing sebesar Rp. 500/liter pada 28 Maret Untuk harga Minyak Tanah dinyatakan tetap, yaitu Rp /liter (termasuk PPN).Untuk wilayah penugasan Jawa Madura Bali harga BBM Premium naik dari Rp menjadi Rp Sedangkan untuk solar naik dari Rp menjadi Rp Untuk wilayah penugasan luar Jawa Madura Bali, harga Premium naik dari Rp menjadi 57

59 Rp Sedangkan harga solar sama dengan area Jawa, Rp Implementasi kebijakan di akhir Maret 2015 menyebabkan dampak inflasi tersebut lebih mempengaruhi inflasi Bali triwulan II Di samping itu, harga Pertamax juga mengalami peningkatan. Kenaikan harga BBM jenis Pertamax untuk wilayah distribusi Jawa & Bali ditetapkan oleh Pertamina pada 30 Mei 2015 dari Rp9.300/liter menjadi Rp /liter dengan sumbangan terhadap inflasi sekitar 0,02%. Pada Juni 2015, tarif listrik nonsubsidi untuk lima golongan pelanggan (rumah tangga menengah R2 dengan daya VA, rumah tangga besar R3 dengan daya VA ke atas, bisnis menengah B VA, kantor pemerintah P VA, dan penerangan jalan umum P3) ditetapkan Rp1.524,24 per Kwh atau naik Rp 9,43 per Kwh. Tarif pada golongan tersebut juga naik Rp 48,92 per Kwh pada Mei c) Core Inflation Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti tercatat cukup stabil dan masih berada dalam tren penurunan. Di tengah bayang-bayang risiko pelemahan Rupiah, laju inflasi kelompok inti cukup stabil didukung oleh masih memadainya sisi suplai dan terjaganya ekspektasi inflasi. Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Pergerakan Rupiah Nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS seiring dengan penguatan dollar AS terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Pada Juni 2015, secara rata-rata Rupiah melemah 1,28% (mtm) ke level Rp per dollar AS. Dari sisi eksternal, sentimen terhadap rupiah dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap negosiasi penyehatan fiskal Yunani menjelang jatuh tempo pembayaran utang dan antisipasi investor terhadap arah kebijakan the Fed pada pertemuan FOMC Juni Dari sisi internal, meningkatnya permintaan valas untuk pembayaran utang dan pembayaran deviden secara musiman di triwulan II 2015 turut memberikan tekanan terhadap rupiah. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari sisi konsumen cukup terjaga, meskipun sedikit mengalami Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Perkembangan Indeks Harga Ekspor Non Migas Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah 58

60 peningkatan sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal ini tercermin pada hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Konsumen berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 bulan yang akan datang dibandingkan dengan saat ini, tercermin dari indeks ekspektasi konsumen yang berada diatas 100. Dengan demikian, pengendalian ekspektasi inflasi sebagai langkah antisipatif menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Optimalisasi forum strategis TPID dalam pemeliharaan ekspektasi inflasi masyarakat dapat menjadi salah satu alternatif solusi PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Hasil pemantauan harga terhadap 7 komoditas (penyumbang utama inflasi Bali) di Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa sepanjang triwulan II 2015 harga-harga cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan harga mayoritas terjadi pada bulan Mei dan Juni, kemudian kembali melandai pada Juli 2015, kecuali cabai rawit. Grafik Nilai Penjualan Eceran 250, , , ,000 50, Nilai Penjualan Eceran (Rp Juta) Growth (mtm) Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Karangasem Sumber : SiGapura, diolah Grafik Ekspektasi Konsumen Grafik Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Karangasem Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber : SiGapura, diolah 59

61 Grafik Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar Grafik Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Gianyar Sumber :SiGapura, diolah Sumber :SiGapura, diolah Pergerakan harga komoditas pertanian terpilih di Kabupaten Gianyar juga menunjukkan peningkatan, yang terutama terjadi pada bulan Mei dan Juni. Komoditas yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah cabai rawit, yang belum menunjukkan indikasi penurunan pada Juli Sementara itu, harga komoditas daging di Gianyar juga menunjukkan peningkatan. Adapun harga komoditas daging di Gianyar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di Karangasem INFLASI PEDESAAN Sejalan dengan inflasi di kota-kota sampel perhitungan inflasi di Bali, tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di sepanjang triwulan II 2015 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pedesaan pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 0,22% (qtq), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2015 yang sebesar -0,55% (qtq). Namun demikian, peningkatan tekanan inflasi pedesaan di Bali masih lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang tercatat sebesar 1,63% (qtq). Peningkatan tekanan inflasi pedesaan dapat menjadi faktor penahan perbaikan daya beli/ kesejahteraan petani. Dengan asumsi tidak terjadi peningkatan indeks yang Grafik Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm) Grafik 2. 32Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd) Sumber :SiGapura, diolah Sumber :SiGapura, diolah 60

62 diterima petani (It), maka peningkatan harga pada komponen IKRT akan mendorong peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib). Dengan demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani akanmenurun. Hal ini sebagaimana terlihat dari penurunan rata-rata NTP dari 103,83 pada triwulan I 2015 menjadi 103,34 pada triwulan II Grafik Perkembangan Inflasi Pedesaan dan Nilai Tukar petani (NTP) Provinsi Bali NTP (Average Quarterly) Inflasi Pedesaan (RHS) Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II %,mtm Sumber :BPS, diolah 61

63 BOKS C Optimisme Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga di Tengah Perlambatan Ekonomi Hasil survei konsumen periode Juli 2015 mengindikasikan bahwa tingkat keyakinan konsumen melemah dibanding bulan sebelumnya dan menunjukkan level yang pesimis (nilai indeks dibawah 100). Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juli 2015 yang sebesar 97,92 atau turun 3,00 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Level IKK ini merupakan yang terendah sepanjang tahun Pelemahan IKK tersebut didorong oleh penurunan dua komponen pembentuknya yaitu Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-masing turun sebesar 4,82 poin dan I,17 poin dibanding bulan sebelumnya. Grafik C. 1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik C. 2 Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 62

64 Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada Juli 2015 yang terindikasi dari Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) melemah 4,82 poin menjadi 92,33. Melemahnya IKE terutama disebabkan oleh pelemahan pada komponen pembentuknya yaitu turunnya indeks pembelian barang tahan lama sebesar 9,49 poin dan indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 1,95 poin. Meski pada Juli 2015 terdapat faktor musiman yaitu bulan puasa, perayaan hari raya Idul Fitri, perayaan Galungan dan Kuningan, namun konsumen masih menahan pembelian barang tahan lama seperti barang elektronik, kendaraan dan peralatan rumah tangga. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada menurunnya penyerapan tenaga kerja baru juga menyebabkan persepsi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja semakin menurun. Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang melemah dari bulan sebelumnya. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Juli 2015 yang turun 1,17 poin menjadi 103,5 dari 104,67 pada bulan sebelumnya. Pelemahan IEK terutama disebabkan oleh penurunan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang sebesar 5,50. Meskipun demikian Nilai IEK yang diatas 100 poin menunjukkan optimisme konsumen rumah tangga yang masih tinggi terhadap perkembangan perekonomian kedepan. Hal ini tercermin dari optimisme konsumen rumah tangga terhadap perkembangan perekonomian pada 6 bulan mendatang yang terindikasi dari peningkatan indeks kondisi ekonomi 6 bulan mendatang yang naik 0,47 poin, sehingga mendorong optimisme konsumen terhadap peningkatan penghasilan yang diindikasikan oleh peningkatan indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan mendatang yang meningkat 2,00 poin. Optimisme konsumen terhadap perkembangan ekonomi 6 bulan mendatang juga tercermin dari peningkatan indeks rata-rata pinjaman 6 bulan mendatang yang meningkat 1,60 poin. Konsumen memperkirakan bahwa tekanan kenaikan harga menunjukkan tendensi peningkatan pada bulan Oktober Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga pada 3 bulan mendatang yang diperkirakan sedikit meningkat 0,112 poin dari bulan sebelumnya menjadi 178 yang didorong Grafik C. 3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen 63

65 oleh peningkatan kelompok komoditas kesehatan. Meskipun demikian, konsumen masih memiliki optimisme yang tinggi bahwa perkembangan harga pada 3 bulan kedepan masih akan tetap terkendali yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga pada 3 bulan mendatang yang lebih rendah dibanding periode Januari s/d Mei

66 SERI MENGENAL BANK INDONESIA DAN EKONOMI II MENGENAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH (TPID) Sebagai rangkaian seri mengenal Bank Indonesia dan Ekonomi, seri kedua KEKR Triwulan II 2015 akan mengulas tentang pentingnya menjaga inflasi dan eksistensi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Inflasi yang rendah dan stabil merupakan fondasi/ pijakan yang kokoh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perlu disadari bahwa inflasi bukan hanya dipengaruhi oleh fenomena moneter, melainkan juga fenomena fiskal dan sektor riil. Sehubungan dengan hal ini, koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah dan pihak terkait lainnya harus berjalan dengan baik. a. Peran Pengendalian Inflasi Daerah Upaya pengendalian inflasi yang efektif memerlukan kerjasama dan koordinasi antara pemerintah selaku otoritas fiskal dan pengambil kebijakan sektoral, serta Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan moneter. Peran koordinasi kebijakan ini diwujudkan dalam bentuk Rapat Koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah yang diselenggarakan secara rutin untuk membahas perkembangan ekonomi terkini. Di daerah, keberadaan suatu forum koordinasi dalam melaksanakan tugas pengendalian inflasi sangatlah penting meninjau hasil SBH 2012 dimana inflasi di Indonesia terutama disumbangkan oleh inflasi daerah dengan bobot yang mencapai 80,77% (diluar Jakarta). Sasaran inflasi secara Nasional telah ditetapkan sebesar 3,5 persen ± 1 pada Tahun Untuk mencapai sasaran inflasi, perlu adanya dukungan program pengendalian inflasi yang terintegrasi antara Pusat-Daerah. 65

67 b. Perkembangan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Menyadari pentingnya peran koordinasi dalam rangka pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah dan Bank Indonesia membentuk Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di level pusat sejak tahun 2005.Tim Pengendalian Inflasi di level daerah (TPID) kemudian dibentuk mulai tahun 2008 dalam rangka penguatan koordinasi. Selanjutnya, pada Juli 2011 terbentuk Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID untuk mengkoordinasikan tugas dan peran TPI pada level pusat dan TPI di daerah terkait efektivitas peran TPID. Pokjanas TPID 027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah. Hingga Mei 2015, TPID telah terbentuk sebanyak 34 TPID tingkat Provinsi dan 398 TPID di tingkat Kabupaten dan Kota. Pada tanggal 27 Mei 2015, Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) TPID VI telah dilaksanakan di Jakarta dengan Tema Optimalisasi peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Stabilitas Harga melalui Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Pembenahan Tata Niaga di Daerah. Melalui Rakornas, Pengendalian merupakan sinergi dari Bank Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Dalam Negeri. TPID kemudian menjadi wadah bagi institusi dan SKPD di daerah dalam rangka pengendalian inflasi dan menjaga stabilisasi harga mengacu pada Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor inflasi di daerah diarahkan pada tercapainya 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, Komunikasi yang Efektif). c. TPID Provinsi Bali Pada awal Tahun 2015, lebih tepatnya pada tanggal 11 Februari 2015, seluruh Kabupaten/ 66

68 Kota di Provinsi Bali secara resmi membentuk TPID. Adapun untuk perkembangan TPID di Provinsi Bali adalah sebagai berikut: TPID Provinsi Bali, SK No.202/01-D/HK/2014 tanggal 22 Januari 2015, menggantikan SK No. 531/01-D/HK/2010 tanggal 22 April 2010 TPID Kabupaten Gianyar, SK No. 137/01-E/ HK/2015 tanggal 2 Januari 2015 TPID Kabupaten Bangli, SK No. 027/70/2015 tanggal 13 Januari 2015 TPID Kabupaten Buleleng, SK No. 580/30/ HK/2015 tanggal 26 Januari 2015 TPID Kota Denpasar, SK No /157/ HK/2015 tanggal 11 Februari 2015 TPID Kabupaten Badung, SK No. 543/01/ HK/2015 tanggal 11 Februari 2015 TPID Kabupaten Karangasem, SK No. 172/ HK/2015 tanggal 11 Februari 2015 TPID Kabupaten Tabanan, SK No. 180/74/01/ HK&HAM/2015 tanggal 11 Februari 2015 TPID Kabupaten Klungkung, SK No. 27/01.5/ H2O/2015 tanggal 11 Februari 2015 TPID Kabupaten Jembrana, SK No. 201/ EKBANGSOSBUD/2015 tanggal 11 Februari 2015 Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali selama Semester I 2015 telah melaksanakan program program kerjanya dengan sangat baik. Hal itu tercermin dari pencapaian inflasi Bali sampai dengan bulan Juni 2015, yaitu untuk posisi akumulasi (Januari s.d. Juni) sebesar 0,84% (ytd) dan secara tahunan sebesar 6,97% (yoy). Angka inflasi akumulasi (ytd) dan tahunan (yoy) tersebut telah berada di bawah angka inflasi Nasional yang masing-masing sebesar 0,96% (ytd) dan 7,26% (yoy). Pencapaian angka akumulasi inflasi Semester I 2015 ini merupakan pencapaian inflasi Bali yang terendah dalam 7 tahun terakhir untuk periode yang sama. Diharapkan dengan terjaganya inflasi di daerah pada tingkat yang rendah dan stabil akan mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional yang telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2015 s.d sebesar 4 ± 1% dan tahun 2018 sebesar 3,5 ± 1%. 67

69 68

70 BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN kajian ekonomi dan keuangan regional Pada triwulan II 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga, seiring dengan indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang masih terjaga. Sementara itu, BPR mencatat kinerja yang membaik seiring dengan LDR yang mengalami peningkatan serta NPL yang mengalami penurunan Sistem pembayaran tunai maupun nontunai mengalami peningkatan pada triwulan II Posisi sistem pembayaran tunai pada triwulan II 2015 berada pada posisi net outflow seiring dengan peningkatan kebutuhan menjelang perayaan lebaran dan hari raya Galungan. Sejalan dengan itu jumlah transaksi RTGS di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan. Namun demikian perkembangan kliring menunjukkan pertumbuhan yang melambat. 69

71 70

72 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali I 2015 II Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank Stabilitas sistem keuangan Provinsi Bali pada triwulan II 2015 masih terjaga, kondisi tersebut terlihat dari indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang masih cukup baik. Asset bank umum pada triwulan II 2015 mencapai Rp 88,5 triliun atau tumbuh sebesar 11,34% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 13,78% (yoy). Perlambatan pertumbuhan asset tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan kelompok asset bank umum pemerintah, asset bank umum swasta nasional, serta bank asing campuran. Pada triwulan II 2015 share asset kelompok bank umum pemerintah dan kelompok bank umum asing tercatat masing masing sebesar 60,07% dan 2,26%. Semen- tara itu share asset kelompok bank umum swasta nasional tercatat sebesar 37,68%. Peningkatan share bank umum pemerintah yang diiringi oleh penurunan share asset kelompok bank umum swasta nasional berdampak pada peningkatan pengaruh bank pemerintah terhadap kinerja bank umum secara keseluruhan Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan II 2015 menunjukkan kinerja yang cukup baik. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan II 2015 ini cukup terjaga, tercatat sebesar 81,24%, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 80,49%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan 71

73 Grafik 3. 3 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3. 4 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK seiring dengan terdapat tendensi kebutuhan akan uang kartal di Provinsi Bali menjelang hari raya. Berdasarkan kelompok bank, LDR terbesar pada kelompok bank umum pemerintah terjaga sebesar 85,35%. Sedangkan pada kelompok bank umum swasta nasional dan bank umum asing campuran memiliki LDR lebih rendah dibanding bank umum pemerintah, yaitu masing-masing sebesar 77,31% dan 39,94%. LDR bank umum swasta nasional mengalami penurunan sementara LDR bank pemerintah dan bank umum asing campuran mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya Penghimpunan Dana Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank umum pada triwulan II 2015 mencapai Rp72,58 triliun, atau tumbuh 10,65% (yoy). Pertumbuhan DPK di triwulan II 2015 melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,71% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK pada triwulan laporan bersumber dari giro dan deposito, sementara pertumbuhan tabungan mengalami peningkatan. Giro yang dihimpun oleh bank umum di Provinsi Bali pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp13,7 triliun atau terkontraksi sebesar -0,87% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan deposito juga mengalami perlambatan dari 30,24% (yoy) menjadi 26,73% (yoy) dengan nominal deposito sebesar Rp 27,51 triliun. Perlambatan tersebut seiring dengan penurunan suku bunga deposito pada triwulan I 2015 sebesar 7,64%, sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,80%. Di sisi lain, pertumbuhan DPK jenis tabungan mengalami peningkatan hingga mencapai Rp32,35 triliun. Pada triwulan II 2015 tabungan tumbuh sebesar 4,51% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,14% (yoy). Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Penyaluran Kredit Penyaluran kredit bank umum pada triwulan II 2015 masih melanjutkan tren perlambatan pertumbuhan seiring dengan perlambatan perekonomian Provinsi Bali 72

74 di triwulan II Selain itu, perlambatan pertumbuhan kredit Provinsi Bali yang sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kredit nasional ini juga disebabkan oleh tren peningkatan suku bunga bank. Kondisi tersebut diperparah dengan penurunan daya beli masyarakat seiring dengan peningkatan harga BBM dan tarif tenaga listrik beberapa waktu yang lalu. Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar kredit yang disalurkan digunakan sebagai modal kerja dengan share mencapai 39,76% dari total kredit. Pada triwulan II 2015, kredit modal kerja tercatat sebesar Rp23,76 triliun, tumbuh sebesar 11,62% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,77% (yoy). Sementara itu, kredit produktif lainnya yaitu kredit investasi yang pada triwulan II 2015 mencapai Rp13,8 triliun, memiliki share sebesar 23,21% dari total kredit. Pada triwulan II 2015 kredit investasi mampu tumbuh sebesar 16,62%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yang tumbuh sebesar 20,04% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi tertahan Grafik 3. 6 Pertumbuhan Kredit Perbankan seiring dengan ketidakpastian pasar yang cenderung menghambat keputusan investasi. Di sisi lain, kredit konsumsi tumbuh stabil dari 12,70% (yoy) pada triwulan I 2015 mencapai 12,73% (yoy) dengan nominal sebesar Rp22,13 triliun pada triwulan II Peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan II 2015 ini tertahan oleh penurunan daya beli masyarakat yang menahan laju konsumsinya. Berdasarkan kategori ekonomi yang produktif, sejak beberapa tahun terakhir sebagian besar kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bali terkonsentrasi kepada kedua kategori yang merepresentasikan perkembangan pariwisata Provinsi Bali yaitu pelaku usaha kategori perdagangan besar dan eceran, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Kredit kategori perdagangan besar dan eceran memiliki share sebesar 31,36%, sedikit lebih besar dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 30,99%. Kredit terbesar selanjutnya adalah kategori penyediaan akomodasi dan makan minum dengan share mencapai 10,77%. Grafik 3.7 Komposisi Kredit Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori 73

75 Grafik 3. 8 Perkembangan NPL Kredit Grafik 3. 9 NPL Berdasarkan Kelompok Bank Non Performing Loan (NPL) Rasio kredit bermasalah atau biasa dikenal dengan Non Performing Loan Provinsi Bali masih terjaga di bawah 5%. NPL pada triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 1,91% menunjukkan peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,34%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mencatat NPL tertinggi, yakni sebesar 3,95% pada triwulan II Sementara itu rasio NPL modal kerja dan konsumsi tercatat sebesar 1,99% dan 0,55% PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Di tengah perlambatan perekonomian bali, kinerja BPR pada triwulan II 2015 masih terjaga. Pertumbuhan asset BPR mengalami peningkatan dari sebesar 20,31% (yoy) pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 21,22%(yoy) pada triwulan II 2015, seiring dengan peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit. Dari sisi kualitas kredit, NPL BPR mengalami penurunan NPL menjadi sebesar 3,10% pada triwulan II 2015 dari sebesar 3,31% pada triwulan sebelumnya. Fungsi intermediasi BPR turut mengalami perbaikan pada triwulan II 2015, dengan LDR mencapai 81,67% dari 80,11% pada triwulan I Pada triwulan II 2015, kredit yang disalurkan mencapai Rp7,74 triliun atau mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 18,77% (yoy) dari triwulan I 2015 sebesar 17,11% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi dengan porsi masing-masing sebesar 51% dan 12% dari total kredit, sedangkan kredit konsumsi mencapai 37%. Grafik Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK Disisi lain, penghimpunan dana dari masyarakat pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp6,24 triliun atau tumbuh sebesar 18,67% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,53% (yoy). 74

76 Tabel 3.3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali Grafik Perkembangan LDR Grafik Jumlah Kantor Bank per Penduduk Dewasa Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Peningkatan pertumbuhan DPK tersebut disebabkan peningkatan deposito yang pada triwulan II 2015 mencapai 26,58% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,75% (yoy) dengan nominal sebesar Rp4,44 triliun. Di sisi lain, pertumbuhan tabungan BPR pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan mencapai 2,83% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 20,30% (yoy) PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA Perkembangan terakhir persebaran penyaluran kredit dan DPK perbankan masih terkonsentrasi pada Kabupaten/Kota di daerah Bali Selatan yang merupakan pusat pemerintahan dan pariwisata Provinsi Bali sebagai contoh adalah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Sejalan dengan hal tersebut, jasa pelayanan keuangan juga masih belum merata. Kondisi ekstrim terlihat pada jumlah kantor Bank di Kota Denpasar mencapai 256, sedangkan di Kabupaten Bangli hanya mencapai 18 bank. Sama halnya dengan ketersediaan layanan ATM di Kota Denpasar mencapai 1053 sedangkan di Bangli hanya mencapai 26 ATM. Kondisi tersebut merupakan kondisi umum ketika bank 75

77 Grafik Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali Grafik Jumlah ATM per Penduduk Dewasa Sumber : Otoritas Jasa Keuangan follows the trade di mana pusat perkembangan perekonomian Provinsi Bali terkonsentrasi di Bali Selatan. Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik Penyebaran ATM di Provinsi Bali Namun demikian, optimisme terhadap perkembangan perbankan diwilayah Bali Non Selatan masih cukup tinggi, seiring dengan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Disamping itu, program inklusi keuangan yang dilaksanakan perbankan mendukung tercapainya layanan perbankan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sumber : Otoritas Jasa Keuangan Grafik Penyebaran DPK dan Kredit (Lokasi Proyek) Kabupaten/Kota Provinsi Bali Juni 2015 JEMBRANA DPK : Rp 1,05 T KREDIT : Rp 2,24 T BULELENG DPK : Rp 3,03 T KREDIT : Rp 5,91 T TABANAN DPK : Rp 2 T KREDIT : Rp 5,4 T BANGLI DPK : Rp 853 M KREDIT : Rp 1,59 T GIANYAR DPK : Rp 2,48 T KREDIT : Rp 5,58 T KARANGASEM DPK : Rp 49,72 T KREDIT : Rp 30,41 T BADUNG DPK : Rp 11,83 T KREDIT : Rp 21,58 T DENPASAR DPK : Rp 49,72 T KREDIT : Rp 30,1 T KLUNGKUNG DPK : Rp 1,09 T KREDIT : Rp 1,52 T 76

78 3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan Penukaran Berbeda dengan triwulan sebelumnya, aliran uang kartal pada triwulan II 2015, menunjukkan tren net outflow. Kondisi tersebut seiring dengan peningkatan kebutuhan uang untuk transaksi, menjelang perayaan hari raya Galungan, Kuningan dan Lebaran. Kondisi net outflow tersebut juga didorong oleh peningkatan realisasi APBD pemerintah, seiring dengan peningkatan belanja pegawai. Outflow yang tercatat oleh Bank Indonesia pada triwulan laporan adalah sebesar Rp 3,4 triliun meningkat sebesar 65,81% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Dengan demikian posisi aliran uang kartal pada periode laporan tercatat sebesar Rp654 miliar (net outflow). Tabel 3.4 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Penyediaan Uang Layak Edar Bank Indonesia terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), dengan menarik uang lusuh/rusak dari aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan kegiatan penukaran uang dan kegiatan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten Klungkung). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan uang kartal yang layak edar dan pecahan yang tepat, Bank Indonesia melakukan kegiatan penukaran uang dan perkasan. Kegiatan penukaran pada triwulan II 2015 ini dilakukan melalui kegiatan kas keliling. Frekuensi 77

79 layanan kas keliling pada triwulan II 2015 tercatat sebanyak 27 kali, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebanyak 17 kali. Jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan II 2015 sebanyak 882 lembar, berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar lembar. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus dilakukan kepada masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali untuk meminimalisir peredaran uang palsu. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai Perkembangan Kliring Seiring dengan perlambatan perekonomian, aktivitas transaksi nontunai kliring menunjukkan penurunan, baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada triwulan II 2015 jumlah perputaran kliring mencapai Rp10,09 triliun, menurun sebesar -25,48% (qtq). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi kliring pada triwulan II 2015 juga menunjukkan penurunan sebesar -25,94% (qtq). Pada triwulan II 2015 jumlah tolakan cek/bilyet giro ko- Tabel 3.5 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Grafik Perkembangan Kliring Grafik Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong 78

80 song tercatat sebesar 7,59 ribu lembar dengan nominal sebesar Rp354 miliar. Jumlah lembar tolakan tersebut mengalami penurunan sebesar 1,25%(qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,05 ribu lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai 1,95% dari total lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan II Sedangkan secara nominal, tolakan cek/bilyet giro kosong mengalami penurunan mencapai -0,49% (qtq). Nominal tolakan tersebut mencapai 4% dari keseluruhan nominal transaksi kliring triwulan II Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi nontunai RTGS pada triwulan II 2015 menunjukkan perkembangan RTGS dari Bali menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai transaksi RTGS ke Bali mencapai Rp17,3 triliun atau meningkat 10,87% (qtq). Begitu pula dengan transaksi RTGS yang terjadi di dalam Provinsi Bali juga mengalami peningkatan dari Rp4,07 triliun menjadi Rp 5,26 triliun atau meningkat sebesar 28,20% (qtq). Di sisi lain, transaksi RTGS dari Bali mencapai Rp34,3 triliun atau turun -4,18% (qtq). Meskipun nilai transaksi RTGS mengalami penurunan, dilihat dari jumlah transaksi, RTGS dari Bali, RTGS ke Bali dan RTGS di dalam Provinsi Bali mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,39% (qtq), 2,33% (qtq) dan 4,33% (qtq). Tabel 3.6 Perkembangan Transaksi RTGS Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali 79

81 BOKS D Wujudkan Kedaulatan Indonesia, Cintai Rupiah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat memiliki Rupiah sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Namun demikian, belum seluruh transaksi di wilayah NKRI saat ini menggunakan Rupiah. Dari data Lalu Lintas Devisa (LLD), transaksi valas antar penduduk untuk transaksi barang sampai dengan tahun 2014 menunjukkan tren meningkat dan porsinya terbesar. Hal tersebut juga dikonfirmasi dari data transaksi valas antarbank dimana tujuan transaksi valas penduduk (korporasi dan nasabah) untuk pembelian barang dan jasa (domestik) porsinya 52% pada tahun Porsi tersebut terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 yang masih 19%. Mayoritas transaksi antar residen dalam valas adalah dalam rangka transaksi barang (70%) dan jasa (30%), dimana mayoritas valas yang digunakan adalah dollar (96.4%). Transaksi valas di pasar domestik, baik tunai maupun non tunai, oleh pelaku ekonomi akan menambah tekanan demand valas di pasar domestik. Meningkatnya tekanan demand valas menyebabkan depresiasi nilai tukar Rupiah, dan depresiasi Rupiah akan mengganggu kestabilan makroekonomi, yang tercermin dari meningkatnya tekanan inflasi, baik melalui jalur langsung (peningkatan harga barang impor) maupun jalur tidak langsung. Selain itu, depresiasi Rupiah juga akan menimbulkan currency mismatch yang akan mengganggu balance sheet bank (terutama karena ada eksposur terhadap ULN valas), sehingga akan berdampak pada ketidakstabilan sistem keuangan, yang berpotensi menimbulkan krisis keuangan dan ekonomi. Untuk mengantisipasi risiko tersebut, dan demi mencapai Rupiah yang berdaulat, Bank Indonesia mengeluarkan PBI No.17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan landasan hukum Undang-Undang Bank Indonesia dan Undang-Undang Mata Uang. Adapun pokok-pokok PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Kewajiban penggunaan Rupiah di wilayah NKRI berlaku untuk transaksi tunai dan non tunai. 2. Kewajiban pencantuman harga (kuotasi) barang dan/atau jasa hanya dalam Rupiah. Dalam rangka mendorong efektivitas penerapan kewajiban penggunaan Rupiah, pencantuman harga barang dan/atau jasa (kuotasi) di wilayah NKRI wajib hanya dalam Rupiah dengan pertimbangan : Rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah di wilayah NKRI (legal tender) Masyarakat cenderung belum dapat 80

82 membedakan kuotasi dengan pembayaran Pencantuman kuotasi dengan valuta asing, kurs yang digunakan cenderung menguntungkan salah satu pihak 3. Pengecualian kewajiban penggunaan Rupiah. Transaksi dalam rangka APBN Hibah Internasional Simpanan di Bank dalam valuta asing Perdagangan internasional meliputi perdagangan barang lintas batas negara (ekspor-impor) dan perdagangan jasa internasional : cross border supply dan consumption abroad Pembiayaan Internasional Transaksi lain yang diperbolehkan menggunakan valas dalam Undang-Undang seperti: kegiatan usaha bank dalam valas (UU Perbankan), Transaksi SUN (UU SUN), Pembiayaan LPEI (UU LPEI) Repatriasi Modal Asing (UU Penanaman Modal) 4. Larangan menolak Rupiah. Setiap pihak dilarang menolak untuk menerima Rupiah sebagai pembayaran/ menyelesaikan kewajiban, kecuali terdapat keraguan atas keaslian Rupiah untuk transaksi tunai dan telah diperjanjian secara tertulis (hanya untuk transaksi yang dikecualikan dari kewajiban penggunaan Rupiah dan proyek infrastruktur strategis dan mendapat persetujuan BI) 5. Pengecualian transaksi nontunai menggunakan Rupiah berdasarkan persetujuan BI. Proyek infrastruktur strategis dan mendapatkan persetujuan BI. Dalam hal terdapat permasalahan bagi pelaku usaha dengan karakteristik tertentu terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai, BI dapat mengambil kebijakan tertentu dengan tetap memperhatikan kewajiban penggunaan Rupiah. 6. Pengecualian terhadap KUPVA dan pembawaan UKA ke luar/ke dalam wilayah Pabean RI. Kegiatan ini berupa : KUPVA yang diselenggarakan sesuai peraturan perundang-undangan (antara lain KUPVA bukan Bank yang telah memperoleh izin dari BI) Pembawaan UKA ke luar / ke dalam wilayah pabean RI yang dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan 7. Laporan dan pengawasan kepatuhan. Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban penggunaan Rupiah 8. Sanksi transaksi tunai : sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang. transaksi nontunai : sanksi administratif (teguran tertulis, denda, dan/atau larangan ikut dalam lalu lintas pembayaran). pelanggaran kuotasi dan pelaporan : 81

83 sanksi administratif (teguran tertulis). rekomendasi kepada lembaga yang berwenang seperti pencabutan izin usaha atau penghentian kegiatan usaha 9. Ketentuan peralihan (masa berlakunya perjanjian tertulis pada transaksi nontunai). Perjanjian tertulis untuk transaksi nontunai yang disusun dalam valuta asing selain transaksi yang dikecualikan; atau proyek infrastruktur strategis dan telah mendapatkan persetujuan BI yang dibuat sebelum tanggal 1 Juli 2015, tetap berlaku sampai berakhirnya perjanjian tersebut. Perpanjangan dan/atau perubahan atas perjanjian tertulis tersebut diatas harus tunduk pada PBI Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI. Perubahan atas perjanjian tertulis adalah perubahan yang terutama terkait perubahan subjek dan/atau objek pada perjanjian tertulis. 10. Masa berlaku kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai. Ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai mulai berlaku sejak diundangkannya UU Mata Uang tanggal 28 Juni Ketentuan kewajiban penggunaan Rupiah untuk transaksi nontunai mulai berlaku pada tanggal 1 Juli Dalam skala regional, implementasi kebijakan ini sangat berpengaruh bagi Bali yang perekonomiannya berbasis pariwisata. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada tahun 2014 kepada responden di Provinsi Bali yang bergerak di bidang usaha perhotelan (64%), bidang usaha restoran (18%), tour & travel (9%), pusat rekreasi (5%), car rental (2%) dan spa & massage (2%), yang merupakan perusahaan yang dimiliki oleh pihak swasta (84%), diperoleh informasi bahwa sebagian besar perusahaan (82%) menerima pembayaran, baik dalam mata uang rupiah maupun dalam uang asing (valas). Dari keseluruhan transaksi valas yang dilakukan, USD merupakan mata uang yang paling banyak dan paling sering diterima perusahaan (63,79%). Posisi kedua ditempati oleh mata uang Australian Dollar (AUD) dengan share sebesar 18,97%. Besarnya share AUD tidak lepas dari tingginya jumlah kunjungan wisatawan asal Australia ke Bali (menempati pangsa terbesar). Selain USD dan AUD, mata uang lainnya dalam transaksi adalah Euro dan Japanese Yen. Sebagian besar responden menyatakan bahwa alasan perusahaan menerima pembayaran valas (utamanya adalah USD) adalah karena banyaknya wisatawan yang membawa valas pada saat kunjungan ke Bali, di samping karena faktor kepraktisan dan fleksibilitas yang ditawarkan perusahaan kepada wisatawan. Tantangan utama yang dihadapi oleh Provinsi Bali saat ini adalah bagaimana mewujudkan Rupiah yang berdaulat dengan tetap mempertahankan saya saing Bali sebagai destinasi wisata dunia. Diperlukan waktu adaptasi bagi pelaku usaha untuk menyesuaikan bisnisnya terhadap penerapan kebijakan ini, diantaranya terkait mekanisme 82

84 penetapan perjanjian tarif dan kurs serta optimalisasi pemahaman terhadap ketentuan. Sebagai perpanjangan Kantor Pusat Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali melaksanakan berbagai kegiatan sosialisasi, baik berupa seminar, focus group discussion, maupun menggunakan media cetak dan elektronik. Pemahaman akan pentingnya kewajiban penggunaan Rupiah terhadap wisatawan asing dilaksanakan melalui berbagai media, termasuk brosur di bandar udara. Disamping itu, Bank Indonesia terus melaksanakan optimalisasi infrastruktur dan aturan pendukung implementasi kebijakan, bekerjasama dengan Pemerintah maupun stakeholder lainnya. Untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat dan berdaulat, serta mencapai kesejahteraan masyarakat, sinergi antara Otoritas Moneter, Pemerintah dan juga pelaku usaha sangat diperlukan. 83

85 84

86 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH kajian ekonomi dan keuangan regional Realisasi anggaran pendapatan dan belanja Provinsi Bali pada triwulan II 2015 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Secara spasial, sampai dengan triwulan II 2015 seluruh Kabupaten/Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan 49,79% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 31,57%. 85

87 86

88 4.1. ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga triwulan II 2015 tercatat mencapai Rp 2,09 triliun atau sebesar 45,48% dari total pendapatan yang ditargetkan. Persentase realisasi terhadap target pada tahun 2015 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat mencapai 56,89%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya realisasi di pos Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara realisasi komponen lainnya dalam anggaran pendapatan Pemerintah Bali relatif stabil dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pos Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2015 tercatat hanya sebesar 41,29%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 60,92%. Berdasarkan komponen PAD, penurunan persentase realisasi terhadap target terjadi di semua komponen pembentuknya, baik di Pendapatan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil PMD dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan, serta Lain-lain PAD yang sah. Terbatasnya realisasi PAD tersebut terjadi seiring dengan perlambatan kinerja perekonomian Bali, yang terutama berdampak pada penurunan retribusi daerah. Penurunan tingkat realisasi PAD pada periode berjalan juga merupakan dampak dari penurunan suku bunga simpanan (Giro) pemerintah di perbankan. Sementara itu, pos Dana Perimbangan sedikit mengalami peningkatan dari 54,21% pada tahun 2014 menjadi 56,35%, terutama didorong oleh komponen Dana Alokasi Khusus yang sudah terealisasi sebesar 55% pada triwulan II Realisasi pendapatan yang juga mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya adalah pos Lain-lain Pendapatan yang Sah. Persentase realisasi pos tersebut pada 2015 mencapai 46,52% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 45,95%. Dari sisi kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah Provinsi Bali dalam membiayai anggarannya cukup baik, sebagaimana tercermin pada rasio PAD terhadap total anggaran pada tahun 2015 yang sebesar 61,64%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 58,2%. 4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp 4,99 triliun yang dialokasikan dalam dua bagian, yaitu belanja tidak langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 69,41% dan belanja langsung dengan porsi 30,59%. Alokasi belanja modal lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014, tercermin dari rasio belanja modal terhadap total belanja yang sebesar 10,72% atau lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,73%. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada triwulan II 2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun Persentase realisasi belanja daerah Provinsi Bali terhadap pagunya di triwulan II 2015 tercatat hanya sebesar 27,44%, atau jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,54%. Penurunan ini didorong oleh masih terbatasnya realisasi belanja tidak langsung pada triwulan II Realisasi belanja tidak langsung pada triwulan II 2015 tercatat sebesar Rp989 miliar atau 28,56% terhadap pagu. Persentase realisasi belanja tidak langsung terhadap pagu di triwulan II 2015 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 30,59%. Berdasarkan komponen pembentuknya, penurunan persentase realisasi terhadap pagu terutama terjadi pada komponen Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota & Belanja Bantuan Sosial yang tercatat masing-masing sebesar 22,8% dan 38,37% atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 100% dan 56,52%. 87

89 Tabel 4.1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode Sumber : Pemda Provinsi Bali Sementara itu realisasi belanja langsung pada triwulan laporan tercatat sebesar 24,89%, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 24,13%.Berdasarkan komponen pembentuknya, kenaikan tingkat realisasi belanja langsung terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja pegawai dan belanja modal yang masing-masing tercatat sebesar 33,32% dan 16,84%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 28,31% dan 10,51%. Perbandingan antar tahun menunjukkan bahwa realisasi pendapatan triwulan II 2015 (45,48%), berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir (51,19%). Realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah tahun 2015 (41,29%) yang jauh berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir perlu mendapat perhatian pemerintah. Pemerintah perlu menggali potensi sumber pendapatan lainnya untuk mempertahankan kemandirian fiskal di kemudian hari. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi belanja pada triwulan II 2015 (27,44%) juga lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (27,99%). Masih belum optimalnya penyerapan anggaran belanja pemerintah di triwulan II 2015 turut berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan perekonomian Bali. Pemerintah diharapkan mampu menggenjot penyerapan anggaran, terutama di sektor produktif dalam mendukung percepatan roda perputaran perekonomian Bali. 4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI Secara spasial, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Badung yang merupakan Kabupaten dengan skala ekonomi terbesar di Bali. Pada tahun 2015 Pagu Pendapatan Kabupaten Badung tercatat sebesar Rp3,2 triliun dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp.3,5 triliun. Disisi lain, Kabupaten Bangli tercatat memiliki APBD terendah, dengan Pagu Pendapatan tercatat sebesar Rp826 miliar dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp930 miliar. Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%) Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Dari sisi kemampuan daerah dalam membiayai belanjanya, Kabupaten Badung juga memiliki kemandirian fiskal tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Bali. Hal ini sebagaimana tercermin dari rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Pendapatan yang cukup tinggi, yakni sebesar 79,41%. Sementara itu, Kabupaten/Kota lainnya memiliki rasio kemandirian fiskal di bawah 50%, dan masih tergantung pada Dana Perimbangan dalam membiayai belanjanya. Kabupaten 88

90 Jembrana tercatat memiliki rasio kemandirian fiskal terendah, yakni sebesar 8,7%. Pagu anggaran seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada tahun 2015 mengalami peningkatan, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Peningkatan pagu pendapatan terbesar terjadi di Kabupaten Klungkung, dari Rp667 miliar menjadi Rp838 miliar atau meningkat sebesar 25,69% (yoy). Sedangkan peningkatan terendah terjadi di Kabupaten Jembrana, meningkat dari Rp766 miliar menjadi Rp836 miliar atau meningkat 9,19% (yoy). Sementara itu peningkatan pagu belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Klungkung yakni dari Rp710 miliar Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diseluruh Kab/Kota di Prov. Bali menjadi Rp912 miliar atau meningkat sebesar 28,54% (yoy). Peningkatan pagu belanja terendah terjadi di Kabupaten Badung (7,78% yoy), meningkat dari Rp3,2 triliun menjadi Rp3,5 triliun. Sampai dengan triwulan II 2015 seluruh Kabupaten/ Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan 49,79% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 31,57%. Pemerintah Kabupaten Klungkung tercatat memiliki realisasi pendapatan tertinggi, yakni sebesar 54,97%. Sementara realisasi belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Jembrana, yang tercatat sebesar 35,08%. Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali Rp Juta % Rata-rata realisasi 49,79% Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 3 Pagu Belanja APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali 4,000, ,500, ,000,000 2,500,000 Average Realisasi : 31,57% ,000, ,500, ,000, , Badung Bangli Buleleng Gianyar Karangasem Klungkung Tabanan Denpasar Jembrana 0 Pagu Realisasi % Realisasi Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan 89

91 4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI Peranan APBD Provinsi Bali terhadap perekonomian Bali cukup terbatas, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi Belanja Tidak Langsung terhadap komponen Konsumsi Pemerintah dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2014 hanya sebesar 19,42%, sedikit meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 15,68%. Sementara itu, kontribusi Belanja Modal terhadap komponen Investasi dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2014 sangat kecil, hanya sebesar 0,76% atau menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,01%. Di sisi lain, peranan fiskal terhadap perekonomian seluruh Kabupaten/Kota di Bali cukup besar. Hal ini sebagaimana tercermin pada rata-rata kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB seluruh Kabupaten/Kota di Bali yang sebesar 15,26%. Kabupaten Bangli, Tabanan dan Karangasem merupakan 3 Kabupaten yang memiliki kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB terbesar di Bali. Sementara kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB terendah terjadi di Kota Denpasar. Sebagai stimulus dalam perekonomian, belanja fiskal pemerintah diharapkan tidak hanya disalurkan dalam bentuk belanja rutin, namun juga diarahkan pada pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang berkualitas. Hal ini dapat diwujudkan melalui ekspansi belanja modal yang terarah dan mempertimbangkan pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Grafik 4. 6 Peranan APBD Provinsi Bali Terhadap Perekonomian Bali Grafik 4. 7 Kontribusi APBD terhadap Perekonomian Kabupaten/Kota di Bali % Sumber : Pemerintah Provinsi Bali Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan 90

92 Tabel 4.2 APBD Provinsi Bali Sumber : Pemerintah Provinsi Bali & Website DJPK 91

93 92

94 BAB V KETEnAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN kajian ekonomi dan keuangan regional TIingkat pengangguran di Bali selama tiga tahun terus menunjukkan tren penurunan namun demikian pada triwulan II 2015 terjadi indikasi penurunan penggunaan tenaga kerja seiring dengan perlambatan ekonomi Bali. Dari sisi distribusi kesejahteraan perekonomian Bali masih dihadapkan pada tantangan ketimpangan pendapatan. 93

95 94

96 5.1. KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI Tingkat pengangguran di Bali selama 3 tahun terakhir terus menunjukkan tren penurunan. Pada Februari 2015 tingkat pengangguran di Bali tercatat sebesar 1,37% atau orang. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, mayoritas pekerja di Bali pada Februari 2015 bekerja di sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi, dengan jumlah sebanyak orang, atau sebesar 29,76 % dari total penduduk yang bekerja. Kontribusi penduduk yang bekerja di sektor ini mengalami peningkatan dibanding bulan yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 28,38 %. Meskipun kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja terus mengalami penurunan, sektor ini masih memiliki peranan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar orang atau sebesar 23,48 % dari total penduduk yang bekerja. Sektor industri dan sektor jasa kemasyarakatan juga memiliki peranan yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja. Penduduk yang bekerja di sektor industri pada bulan Februari 2015 berjumlah orang, atau meningkat dari 14,18 % di Februari 2014 menjadi 16,45 % pada Februari Sedangkan penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan pada bulan Februari 2015 berjumlah orang (15,34 %) sedikit menurun dibandingkan bulan Februari 2014 yang berjumlah orang (16,04 %). Sementara itu, rasio jumlah pekerja yang bekerja secara penuh (full time) terhadap total pekerja pada Agustus 2014 adalah sebesar 77,41% lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yaitu Februari 2014 sebesar 77,04% dan Agustus 2013 sebesar 73,17%. Jumlah tenaga kerja penuh di Bali juga menurun dari 1,8 juta orang pada Februari 2014 menjadi 1,7 juta orang pada Februari Meskipun tingkat pengangguran relatif rendah, kemampuan daya serap tenaga kerja di Bali masih relatif terbatas. Penyerapan tenaga kerja akibat adanya investasi tercatat kurang dari 3 ribu per 1% pertumbuhan investasi. Kondisi ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya, dimana setiap satu persen pertumbuhan investasi (PMTB) dapat menyerap tenaga kerja sekitar 3,19 ribu sampai dengan 3,38 ribu tenaga kerja. Sejalan dengan hal tersebut, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2015 menunjukkan penurunan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai survei yang berada di bawah nol menunjukkan bahwa terdapat pengurangan jumlah karyawan tetap yang dipekerjakan. Berdasarkan sektornya, penurunan penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant (PHR), yang terjadi sebagai dampak perlambatan perekonomian Bali pada periode berjalan. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan III 2015 mendatang, hasil survei menunjukkan belum terjadi perbaikan optimisme pelaku usaha, sehingga nilai perkiraan penggunakan tenaga kerja masih dibawah nol. Penurunan perkiraan penggunaan tenaga kerja pada triwulan mendatang terjadi pada hampir seluruh komponen perekonomian, kecuali sektor PHR dan sektor bangunan. Para pelaku usaha memperkirakan akan terjadi penambahan penggunaan tenaga kerja pada kedua sektor ini seiring dengan high season kunjungan wisatawan ke Bali dan mulai terealisasinya pembangunan proyek-proyek pemerintah. Secara spasial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir Kabupaten Jembrana dan Kota Denpasar merupakan dua wilayah dengan tingkat pengangguran yang relatif tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Pesatnya pembangunan di Kota Denpasar telah menarik minat migrasi masuk penduduk pendatang yang berakibat pada tingginya tingkat pengangguran. 95

97 Grafik 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali Grafik 5.2 Jumlah Tenaker Berdasarkan Lapangan Kerja Utama Sumber : BPS Sumber : BPS Grafik 5.3 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Sumber : SKDU triwulan II 2015 Tabel 5.1 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja dan Pengangguran per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Sumber : SKDU triwulan II PERKEMBANGAN NTP BALI Salah satu indikator untuk mencerminkan kondisi kesejahteraan masyarakat Bali (yang mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian) adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Perkembangan NTP Bali pada 2 tahun terakhir berada dalam tren menurun, yang menunjukkan semakin rendahnya kesejahteraan petani di Bali dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penghasilan petani masih belum mampu mengimbangi laju kenaikan harga barang-barang kebutuhan yang terjadi. Hal ini 96

98 sebagaimana tercermin pada laju kenaikan indeks yang dibayar petani (IB), lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang diterima petani (IT). Rata-rata NTP Bali pada triwulan II 2015 tercatat sebesar 103,34, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 103,83 maupun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 104,28. Berdasarkan sub sektornya, penurunan NTP (triwulanan) terutama terjadi pada subsektor tanaman pangan. IB NTP subsektor tanaman pangan mengalami peningkatan dari 118,35 pada triwulan I 2015 menjadi 119,2 pada triwulan II Sementara IT mengalami penurunan dari 114,67 pada triwulan I 2015 menjadi 112,34 pada triwulan II Dengan demikian NTP subsektor tanaman pangan mengalami penurunan dari 96,89 menjadi 94,25 Dari sisi distribusi kesejahteraan, perekonomian Bali masih dihadapkan pada tantangan ketimpangan pendapatan. Ketimpangan pendapatan masyarakat di Bali semakin melebar sebagaimana ditunjukkan oleh angka gini ratio tahun 2014 yang mencapai 0,44. Dapat dinyatakan bahwa, terdapat 20% penduduk berpendapatan teratas yang menikmati 50,01% dari keseluruhan pendapatan ekonomi Bali, sedangkan kelompok 40% masyarakat terbawah hanya menikmati 14,29% pendapatan ekonomi Bali. Kondisi ini mencerminkan bahwa pesatnya pembangunan ekonomi di Provinsi Bali selama beberapa tahun terakhir ternyata tidak sepenuhnya memberikan trickle down-effect yang kuat bagi peningkatan kesejahteraan kelompok masyarakat berpendapatan bawah. Secara spasial, dalam kurun waktu lima tahun kesenjangan pendapatan di beberapa Kabupaten/Kota masih cukup lebar. Kabupaten Tabanan, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar termasuk wilayah yang memiliki kesenjangan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Grafik 5.4 NTP Provinsi Bali Sumber : BPS Provinsi Bali Tabel 5.2 Gini Ratio Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Sumber : BPS Provinsi Bali 97

99 BOKS E DETERMINASI DISPARITAS PEREKONOMIAN DI PROVINSI BALI Bali merupakan salah satu provinsi yang masih dapat tumbuh kuat ditengah-tengah perlambatan perekonomian dunia dan nasional. Selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Bali masih mampu tumbuh diatas angka pertumbuhan nasional. Kuatnya pertumbuhan ekonomi Bali tersebut ditopang oleh industri pariwisata yang direpresentasikan oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang berkontribusi terhadap perekonomian Bali mencapai 30% selama beberapa tahun terakhir. Namun demikian, dalam perkembangannya pertumbuhan ekonomi Bali masih belum merata. Perekonomian Bali yang mengandalkan industri pariwisata tersebut masih terkonsentrasi di wilayah Bali bagian selatan (Kabupaten Badung, Denpasar, dan Gianyar) yang kaya destinasi wisata, sekaligus merupakan pusat pemerintahan Bali. Disisi lain, perekonomian ke enam kabupaten lainnya yaitu Jembrana, Klungkung, Tabanan, Karangasem, Buleleng, dan Bangli, yang minim destinasi pariwisata, relatif terbatas. Grafik E. 1 Pendapatan Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Sumber : BPS Provinsi Bali Ketimpangan atau disparitas tersebut dalam perkembangannya semakin menjadi besar sehingga mulai menjadi perhatian banyak pihak, khususnya pemegang kebijakan di Bali. Sesuai teori kurva U terbalik Kuhznet (1955), pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat akan diikuti oleh ketidakmerataan pendapatan untuk kemudian pendapatan penduduk akan mulai merata. Di Bali sendiri diindikasikan fenomena tahap awal dari Kuhznet kurva U terbalik ini terjadi mengingat disaat pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat gap antara penduduk kaya dan penduduk miskin semakin meningkat (lihat Gambar 2). Untuk mengidentifikasi disparitas yang terjadi di Provinsi Bali salah satunya dapat menggunakan tipologi Klassen. Tipologi Klassen Provinsi Bali untuk tahun 2013 menunjukkan bahwa hanya satu kabupaten yang terletak pada Kuadran I yang memiliki pendapatan per kapita tinggi dan pertumbuhan ekonomi yaitu kabupaten Badung, yang merupakan pusat pariwisata di Provinsi Bali. Sementara itu, Gianyar dan Denpasar yang masih terletak pada kelompok Bali Selatan serta Kabupaten Buleleng menempati Kuadran IV dimana pertumbuhan ekonomi tinggi namun pendapatan per kapita rendah. Sisanya yang merupakan 98

100 Grafik E. 2 Pendapatan Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Pendapatan Sumber : BPS Provinsi Bali mayoritas Bali non Selatan menempati kuadran ke III dan kuadran II dengan pendapatan perkapita yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dengan kata lain, disparitas antar kabupaten di Provinsi Bali sangat jelas terlihat diantara Kabupaten di daerah Selatan dan Kabupaten di daerah non Selatan. Selain itu terlihat juga bahwa terdapat dua kabupaten pada kuadran III yang memiliki posisi terlemah, yaitu Bangli dan Karangasem. Kedua kabupaten tersebut terlihat paling menjauhi batas kuadran untuk berpindah. Kedua kabupaten tersebut juga tidak berada pada wilayah Bali bagian Selatan. Dalam rangka mengetahui determinan disparitas di Provinsi Bali, dilakukan regresi panel sederhana. Dari hasil regresi panel sederhana terhadap data tingkat Kabupaten/Kota provinsi Bali dengan menggunakan koefisien gini sebagai indikator disparitas. Sementara itu, variabel independen yang diindikasikan mempengaruhi disparitas antara lain financial development yang menggambarkan penyaluran kredit pembiayaan, pendidikan yang menggambarkan ketersediaan fasilitas pendidikan, kesehatan yang menggambarkan ketersediaan fasilitas kesehatan. Didapatkan bahwa variabel yang mempengaruhi disparitas adalah pembiayaan dan pendidikan. Hal merupakan salah satu indikasi bahwa penyaluran kredit belum dapat menjangkau sampai dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Dengan demikian masyarakat miskin belum dapat memanfaatkan dana tersebut untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sama hal nya dengan pembiayaan, variabel pendidikan memiliki dampak positif terhadap koefisien gini, dengan kata lain peningkatan jumlah fasilitas pendidikan berdampak pada peningkatan disparitas di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan hanya dapat dinikmati oleh kalangan menengah keatas, sehingga dampaknya masih sama, yaitu meningkatkan gap antara masyarakat berpendapatan tinggi dan rendah. Di sisi lain, meskipun belum berdampak secara signifikan, ketersediaan layanan kesehatan memiliki 99

101 hubungan negatif dengan disparitas. Dengan kata lain peningkatan ketersediaan layanan kesehatan berpotensi mengurangi disparitas yang terjadi di Provinsi Bali. Grafik E. 3 Tipologi Klassen Provinsi Bali 2013 Sumber : BPS, diolah 100

102 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN kajian ekonomi dan keuangan regional Dengan perkembangan terakhir, proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mengalami revisi ke bawah. Perekonomian Bali pada triwulan III 2015 diperkirakan akan mengalami perlambatan dengan rentang 5,62 6,62% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2015 perekonomian Bali akan tumbuh melambat pada kisaran 5,73% - 6,73% (yoy). Inflasi Bali pada tahun 2015 diperkirakan dalam kisaran 4,2 s/d 5,2% (yoy), on track dengan perkiraan pada triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2015, yakni berada pada rentang 6,52% s/d 7,52% (yoy). 101

103 102

104 6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : IIIp Angka Proyeksi Bank Indonesia Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sumber : BPS Provinsi Bali IIIp2015, 2015p angka proyeksi Bank Indonesia Seiring dengan realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2015, perkiraan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2015 mengalami revisi ke bawah. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan III 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,62% 6,62% (yoy) (Grafik 6.1), lebih tinggi dibandingkan triwulan II Berdasarkan perkembangan terakhir dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan disebabkan oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum seiring dengan peak season industri pariwisata (liburan musim panas dan liburan sekolah), perayaan Lebaran, dan hari raya Galungan. Seiring dengan 103

105 Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Sumber : BPS Provinsi Bali IIIp 2015, 2015p angka proyeksi Bank Indonesia Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia peningkatan kinerja industri pariwisata, lapangan usaha pendukung industri pariwisata lainnya salah satunya lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Selain itu, lapangan usaha konstruksi berpotensi mengalami peningkatan seiring dengan realisasi proyek pemerintah di semester II Namun demikian, resiko perlambatan perekonomian masih membayangi, meskipun terdapat perkiraan panen di akhir triwulan III 2015, lapangan usaha pertanian masih dibayangi oleh resiko kemarau panjang dan potensi el nino. Kemarau panjang tersebut terutama berdampak pada subkategori tanaman bahan makanan (tabama). Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan triwulan III 2015 diperkirakan didorong oleh komponen konsumsi baik dari sisi konsumsi pemerintah maupun konsumsi swasta. Dari sisi konsumsi pemerintah, peningkatan diperkirakan terjadi seiring dengan persiapan pelaksanaan pilkada di akhir tahun serta mulai direalisasikan proyek-proyek pemerintah. Dari sisi konsumsi rumah tangga, perkiraan peningkatan konsumsi diperkirakan seiring dengan perayaan hari raya lebaran dan hari raya galungan. Dari sisi investasi, PMTB diperkirakan akan turut mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan realisasi APBD. Selain itu, dari sisi neraca perdagangan Provinsi Bali dipekirakan akan membaik. Kinerja ekspor luar negeri diperkirakan akan mengalami peningkatan didorong oleh potensi peningkatan permintaan global di semester II 2015 serta peningkatan ekspor jasa yang berasal dari industri 104

106 Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) July 2015 Keterangan : *) angka proyeksi IMF pariwisata. Perkiraan peningkatan pertumbuhan ekspor tersebut diiringi oleh perlambatan impor seiring dengan berlanjutnya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Di sisi lain, defisit net ekspor antardaerah diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan perkiraan peningkatan permintaan pada semester II Perkiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan Saldo Bersih Tertimbang kegiatan usaha mencapai 10,52% pada triwulan II 2015, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada triwulan II Namun demikian, perkiraan harga jual masih menunjukan tren penurunan namun tidak setajam penurunan sebelumnya. Prospek perekonomian negara tujuan ekspor utama Provinsi Bali pada tahun 2015 secara umum mengalami peningkatan. Amerika Serikat sebagai negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan pada tahun 2015 meskipun tidak sekuat proyeksi sebelumnya. Namun demikian, seiring dengan perkembangan perekonomian global terakhir, terdapat revisi ke bawah akan perkiraan ekonomi ke depan. Revisi ke bawah juga berdampak pada perkiraan perlambatan perekonomian global di tahun 2015 sebesar 3,3% (yoy) dari sebelumnya yang mencapai 3,5% (yoy). Dengan perkembangan terakhir, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2015 diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan dengan perekonomian Bali tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,72% (yoy) atau dilakukan penyesuaian ke bawah dari proyeksi sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran 5,73% 6,73% (yoy). Dari sisi permintaan, penurunan permintaan global pada 2015 berdampak pada perkiraan perbaikan kinerja ekspor luar negeri yang tidak sebaik sebelumnya. Selain itu, konsumsi tertahan oleh penurunan daya beli masyarakat dan resiko kenaikan harga BBM ke depan. Dari sisi penawaran, perkiraan perlambatan perekonomian bersumber dari kinerja lapangan usaha pertanian yang masih tertahan seiring dengan adanya resiko kemarau panjang seiring dengan berlangsungnya el nino. Selain itu lapangan usaha real estate diperkirakan masih tertahan seiring dengan masih lesunya permintaan properti ditengah-tengah tren kenaikan biaya produksi dan harga tanah. Namun demikian industri pariwisata yang diwakilkan oleh kategori penyediaan akomodasi makan dan minum dan kategori perdagangan besar dan eceran masih diperkirakan akan tumbuh kuat pada tahun 2015 seiring dengan dukungan pemerintah akan promosi pariwisata yang cukup kuat serta rencana pembebasan visa untuk 30 negara tambahan berpotensi mendorong peningkatan kinerja industri pariwisata. 6.2 INFLASI BALI TRIWULAN III 2015 Melihat perkembangan inflasi sampai dengan triwulan II 2015, Inflasi Bali pada tahun 2015 diperkirakan masih 105

107 dalam kisaran 4,2 s/d 5,2% (yoy), on track dengan perkiraan pada triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2015, yakni berada pada rentang 6,52% s/d 7,52% (yoy). Masih tingginya tingkat inflasi tahunan pada triwulan III 2015 merupakan dampak base effect belum hilangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi pada November 2014 silam. Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi pada triwulan III 2015 diperkirakan bersumber dari seluruh kelompok, terutama kelompok administered prices dan volatile food. Peningkatan tekanan inflasi kelompok administered prices diperkirakan bersumber pada ongkos angkutan udara, seiring dengan peningkatan aktivitas perjalanan udara pada momen liburan sekolah dan Hari Raya Keagamaan. Sejalan dengan hal tersebut, tekanan pada komponen volatile food pada triwulan III 2015 juga diproyeksikan akan meningkat. Tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari peningkatan permintaan seiring dengan high season kunjungan wisatawan dan jatuhnya 3 perayaan Hari Raya Keagamaan (Hari Raya Idul Fitri, Galungan dan Kuningan) di triwulan III Namun demikian inflasi diperkirakan akan berada di bawah rata-rata historisnya didukung oleh membaiknya kondisi produksi dan suplai serta semakin solidnya upaya pengendalian inflasi oleh TPID Provinsi Bali. Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan meningkat, seiring dengan tren depresiasi Rupiah yang masih berlanjut dan peningkatan permintaan pada triwulan mendatang. Sesuai dengan siklus musimannya, permintaan diperkirakan akan meningkat seiring dengan musim liburan sekolah dan high season kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Hal ini diperkirakan akan mendorong peningkatan inflasi perumahan, makanan jadi dan transportasi (sewa kendaraan). Di samping itu, harga bahan bangunan juga diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan dimulainya proyek-proyek pembangunan infrastruktur pemerintah. Meskipun meningkat, tekanan inflasi inti diperkirakan relatif terkendali, didukung oleh terjaganya ekspektasi masyarakat dan masih kuatnya sisi penawaran dalam merespon permintaan. Ekspektasi konsumen terhadap perubahan harga ke depan cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen (SK) periode Juli 2015 menunjukkan indeks perubahan harga periode 3 bulan ke depan sebesar 178, menurun dibandingkan periode lalu yang sebesar 183,84. Sementara itu, sisi penawaran diperkirakan akan dapat merespon sisi permintaan. Pertumbuhan investasi pada beberapa tahun terakhir diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan sisi pasokan dalam mengimbangi tetap kuatnya permintaan ke depan. Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI 106

108 Grafik 6. 4 Volatilitas Nilai Tukar Negara Peers Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa Sumber : Bank Indonesia Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 6. 6 Perkiraan Curah Hujan Agustus 2015 Grafik 6. 7 Perkiraan Curah Hujan September 2015 Sumber : BMKG Meskipun tekanan inflasi IHK di tahun 2015 diperkirakan melandai, masih terdapat sejumlah risiko (upward risk) yang perlu diwaspadai, diantaranya: (i) Masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Bali, (ii) Masih belum optimalnya utilisasi sarana pelabuhan yang tersedia (arus barang dan penumpang terpusat di pelabuhan Gilimanuk) (iii) Infrastruktur pertanian seperti perbaikan irigasi belum selesai, (iv) struktur pasar yang belum efisien dan pola perdagangan yang belum efektif, (v) Peningkatan ekspektasi harga properti di Singaraja seiring dengan wacana pembangunan bandara di wilayah tersebut, yang berpotensi mendorong inflasi kelompok perumahan (vi) Peningkatan ekspektasi Sumber : BMKG inflasi seiring dengan rencana penghapusan premium RON 88 dan LPG bersubsidi terbuka, serta (vii) Berlanjutnya tren depresiasi Rupiah yang berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa (ix) potensi terjadinya kekeringan pada 2 (dua) bulan mendatang karena pengaruh El Nino. 6.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI Upaya-upaya pengendalian inflasi yang berkelanjutan secara intensif tetap dilakukan oleh Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam rangka menjaga kestabilan harga di Provinsi Bali selama triwulan II Berbagai langkah kegiatan pengendalian 107

109 inflasi yang telah dilakukan tersebut, yaitu : 1. Melakukan pertemuan rapat rutin koordinasi pengendalian inflasi daerah untuk tingkat Provinsi/ Kabupaten/Kota maupun se-provinsi Bali, baik rapat tim teknis maupun rapat tim kebijakan. 2. Mengelola ekspektasi masyarakat dengan mengintensifkan komunikasi upaya pengendalian inflasi melalui berbagai media, diantaranya melalui talk show dan pers release. 3. Menjalin kerjasama dan membangun komunikasi yang lebih intensif dengan berbagai pihak terkait dengan upaya stabilisasi harga dan pemenuhan kecukupan pasokan melalui Focus Group Discussion (FGD), diantaranya : FGD Inisiasi penyusunan model kerjasama antar daerah dengan Perusahaan Daerah (PD) Pasar FGD dengan maskapai penerbangan nasional terkait dengan mekanisme penetapan harga tiket dan berbagai isu kegiatan penerbangan di Bali serta kebijakan dalam penetapan harga tiket, FGD dengan distributor bahan pangan, lembaga dan dinas pendidikan di kota Singaraja dalam rangka pengendalian inflasi bahan makanan dan biaya pendidikan, 4. Melaksanakan sidak ke pasar maupun gudang distributor untuk memantau harga dan memastikan kecukupan stok perdagangan serta kelancaran distribusinya, terutama pada momen menjelang bulan puasa dan perayaan hari raya keagamaan. 5. Melaksanakan kegiatan pasar murah di seluruh wilayah Bali terutama pada momen menjelang bulan puasa dan perayaan hari raya keagamaan. 6. Melakukan pertemuan dengan perwakilan supermarket, retail dan distributor besar lainnya di wilayah kota Denpasar dan Singaraja terkait dengan pemberian program diskon yang dilaksanakan selama bulan Puasa dan menjelang Hari Raya Keagamaan. 7. Melakukan kerjasama dengan lembaga keagamaan di Provinsi Bali dalam rangka memberikan himbauan moral kepada masyarakat Bali agar lebih bijaksana dalam berbelanja. 8. Melaksanakan pelatihan kepada untuk memberikan pemahaman dan diseminasi informasi kepada para wartawan dalam rangka meningkatkan kualitas pemberitaan khususnya terkait dengan pengendalian inflasi di Provinsi Bali. 9. Melaksanakan capacity building PIHPS Provinsi Bali/ Sistem Harga Pangan Utama Komoditas Strategis (SiGapura) dalam rangka meningkatkan pemahaman setiap petugas yang melaksanakan input data harga, sehingga informasi harga komoditas yang ditampilkan kepada masyarakat menjadi lebih lengkap, akurat dan terkini. 10. Intensifikasi penyampaian informasi harga dan ketersediaan stok melalui Sistem Harga Pangan Utama Komoditas Strategis (SiGapura) dalam rangka menjaga ekspektasi inflasi masyarakat dan dalam rangka mendukung integrasi PIHPS nasional. 108

110 BOKS F Dampak Erupsi Gunung Raung Terhadap Perekonomian Bali Optimisme membaiknya perekonomian Bali pada triwulan mendatang masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, salah satunya bersumber dari erupsi Gunung Raung yang terjadi sejak pertengahan Juli Abu vulkanik hasil letusan Gunung Raung yang terletak di Banyuwangi menyebabkan terganggunya rute penerbangan di daerah sekitarnya, termasuk di Provinsi Bali. Penutupan bandara akibat erupsi Gunung Raung mulai dilakukan pada tanggal 9 Juli 2015, pukul WITA dan berlangsung selama 4 hari sampai dengan tanggal 12 Juli Selain itu, penutupan bandara juga dilakukan pada tanggal 22 Juli 2015 pukul WITA s/d tanggal 23 Juli 2015 pukul WITA. Penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai telah menyebabkan pembatalan 414 penerbangan dengan penumpang mencapai orang. Penutupan Bandara Ngurah Rai pada tanggal 9 Juli 2015 mulai pukul WITA menyebabkan 8 penerbangan domestik dibatalkan dengan jumlah penumpang mencapai orang serta 31 rute penerbangan internasional dengan jumlah penumpang orang. Dampak abu vulkanik tersebut menimbulkan dampak kerugian ekonomi yang cukup besar, khususnya terkait industri penerbangan dan pariwisata. Dari hasil liaison diperoleh informasi bahwa salah satu maskapai penerbangan nasional mengalami kerugian sebesar Rp 5 miliar akibat pembatalan 70 penerbangan pada tanggal Juli 2015 dari dan ke Bali. Maskapai lainnya menyatakan kerugian akibat Erupsi Gunung Raung mencapai Rp 8 Miliar, seiring pembatalan 200 penerbangan sejak 10 Juli sampai 22 Juli Kerugian tersebut bersumber dari refund 109

111 tiket penumpang serta biaya akomodasi dan kompensasi penumpang akibat penundaan dan pembatalan penerbangan. Angkasa Pura kehilangan pendapatan potensial sebesar Rp4 miliar per hari (untuk penutupan 1 hari penuh). Selanjutnya, pembatalan dan reschedule penerbangan tersebut menyebabkan penurunan jumlah kunjungan wisman serta tertahannya pertumbuhan kinerja industri pariwisata yang direpresentasikan oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi, makan, dan minum. Berdasarkan hasil survey dan liaison, beberapa hotel mengkonfirmasikan kerugian yang cukup signifikan. Salah satu hotel mengemukakan terdapat pembatalan 400 pemesanan kamar hotel dengan komposisi 10% wisatawan domestik dan 90% wisatawan mancanegara. Hotel lain yang tamunya didominasi oleh wisatawan asal Australia menginformasikan terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp400 juta akibat pembatalan yang dilakukan oleh tamu yang telah melakukan pemesanan kamar. Pihak hotel menyatakan bahwa mayoritas wisatawan memilih opsi pembatalan, dan hanya sedikit dari wisatawan tersebut yang melakukan reschedule karena resiko yang tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan pihak hotel mengembalikan sebagian besar uang pemesanan kamar. Selain itu, kejadian ini juga berdampak pada penurunan TPK salah satu kontak sekitar 3%-4%. Kebanyakan Wisman Australia cenderung membatalkan kunjungan dan mengalihkan kunjungan ke daerah/negara lainnya. Sementara itu, hotel-hotel lain di Bali khususnya yang berbintang mengalami penurunan TPK akibat efek Gunung Raung dengan rata-rata kisaran mencapai 7%. 110

112 111

113 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI Jl. Letda Tantular No. 4, Denpasar Telp : , Fax : , Website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI Foto oleh: Agus Mulyawan Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 2016 Untuk informasi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI Foto oleh: Agus Mulyawan Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2016 Untuk

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 213 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali MEI 217 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 217 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 No. 74/11/51/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN III - 2016 TUMBUH SEBESAR 6,17% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - 2016 yang diukur

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2015 No. 13/02/51/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,04 PERSEN LEBIH LAMBAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI NOVEMBER 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA MEI 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014 No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,72 PERSEN LEBIH CEPAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Release PDRB Tahun dan selanjutnya menggunakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 No. 34/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2015 TUMBUH SEBESAR 6,20% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,53% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci