BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI"

Transkripsi

1 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 213

2 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 8234 Tel. (361) Fax. (361)

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai bank sentral Republik Indonesia, memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana KER ini, dengan harapan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KER ini untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini yang akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, Mei 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH III (BALI DAN NUSA TENGGARA) Kepala Perwakilan Dwi Pranoto Direktur Eksekutif Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-213 1

4 Daftar Isi Daftar Grafik... 4 Daftar Tabel... 6 Daftar Boks... 6 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali... 7 Ringkasan Umum EKONOMI MAKRO REGIONAL SISI PENAWARAN Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Pengangkutan Sektor Industri Pengolahan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor PERKEMBANGAN INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Tahunan Inflasi Triwulanan Inflasi Bulanan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Non Performing Loan PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai KEUANGAN PEMERINTAH ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

5 4.2. ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH TIAP DAERAH DI PROVINSI BALI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN PERKEMBANGAN NTP BALI PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN PROSPEK PEREKONOMIAN MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II INFLASI REGIONAL TRIWULAN II Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-213 3

6 Daftar Grafik Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan I Grafik 1.4.Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Sektor PHR Grafik 1.6. Kunjungan Wisman ke Bali Grafik 1.7. Penerimaan Visa On Arrival Grafik 1.8. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Grafik 1.1. Perkembangan Total Penjualan Grafik Pertumbuhan Indeks Penjualan Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Grafik Perkembangan Produksi Ikan Grafik Kredit Sektor Pertanian Grafik Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Jumlah Penumpang Laut Grafik 1.2. Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik Konsumsi dan Jumlah Pelanggan Listrik Industri Grafik Nilai Ekspor Makanan dan Minuman Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu Grafik Nilai Ekspor Tekstil Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Kredit Bank Umum... 3 Grafik Kredit Bank Perkreditan Rakyat... 3 Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Konsumsi Semen Grafik 1.3. Kredit Sektor Bangunan Grafik Konsumsi Listrik di Bali Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik Indeks Tendensi Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Grafik 1.4. Kredit Investasi Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Grafik Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik Perkembangan Volume Impor Bali Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 1.5. Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Negara Asal Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

7 Grafik Perkembangan Impor berdasarkan Negara Asal Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Denpasar Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bumbu-bumbuan dan Buah-buahan Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bawang Merah dan Bawang Putih Grafik 2.5. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Inti, IKK, dan Konsumsi Durable Goods Grafik 2.7. Perkembangan Kelompok Inflasi Inti Grafik 2.8. Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Inti Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Volatile Food Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Inflasi Inti Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan Grafik Inflasi Bulanan Januari Grafik Inflasi Bulanan Februari Grafik Inflasi Bulanan Maret Grafik Sumbangan Inflasi Menurut Disagregasinya Grafik Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Grafik Ekspektasi Konsumen terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan Grafik Ekspektasi Pedagang terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit... 5 Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank... 5 Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Aset Terhadap Kredit Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga Grafik 3.5. Perkembangan Share Kredit thd PDRB Grafik 3.6. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3.7. Komposisi Kredit Terhadap Aset Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Grafik 3.9. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik Komposisi Kredit Grafik Perkembangan NPL Kredit Grafik NPL Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB Grafik Temuan Uang Palsu Grafik 3.2. Perkembangan Kliring Grafik 3.21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali Grafik 4.1. Percepatan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Grafik 4.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Seluruh Bali, Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali, Grafik 5.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 6.3. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 6.4. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan Grafik 6.5. Perkiraan Total Penjualan 3 dan 6 bulan Yang Akan Datang Grafik 6.6. Perkiraan Kondisi Perekonomian Kedepan Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-213 5

8 Grafik 6.6. Perkembangan Survey Pemantauan Harga Grafik 6.7. Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Barang dan Jasa Grafik 6.8. Ekspektasi Harga oleh Pedagang Grafik 6.7. Perkiraan Indeks Harga Properti Residensial Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%)... 4 Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%) Tabel 2.3. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%) Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS Tabel 4.1. Rata-rata Realisasi Pendatan dan Belanja Daerah Triwulan I Tabel 4.2. APBD Provinsi Bali Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usaha Triwulan II Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Tabel 6.3. Proyeksi Volume Perdagangan Internasonal Daftar Boks Boks A. Pariwisata Bali : Kontribusi Wisatawan Australia untuk Bali... 2 Boks A. Pentingnya Aspek Tenaga Kerja Dalam Produksi Pertanian Boks C. Memperluas Layanan Perbankan melalui Program Keuangan Inklusif Boks D. Perkembangan Uang Tunai Boks A. Prospek Pariwisata Dunia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

9 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB dan Inflasi : Indikator I II III IV I II III IV I EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Sektor : - Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan : - Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi PMTB Perub. Stok (25.96) (22.13) (22.97) (23.3) Ekspor Impor Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Denpasar Laju Inflasi Denpasar (% yoy) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-213 7

10 PERBANKAN Indikator I II III IV I II III IV I PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) NPL gross (%) BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Loan to Deposit Ratio (%) Rasio NPL gross (%) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

11 SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III IV I SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 1,397 1,299 2,347 1,352 2,281 1,91 2,131 1,83 2,96 Outflow (Rp Triliun) 1,111 2,166 3,92 2,542 1,623 2,79 3,125 3,242 2,28 RTGS : RTGS From : Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) 2,341 23,92 25,17 23,23 15,55 22,231 28,185 3,382 29,941 Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) 15,626 15,789 17,76 2,177 15,813 2,373 22,531 25,534 21,235 RTGS To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 11,27 12,553 11,241 11,17 9,62 14,134 17,969 2,675 21,187 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 18,347 18,257 19,334 21,68 17,71 2,4 21,61 23,39 2,623 RTGS From-To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 3,357 3,411 3,429 3,473 2,764 3,369 3,858 4,356 3,99 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 4,751 4,468 4,686 5,31 4,282 4,789 5,78 5,763 5,17 Kliring : Nom. Kliring (Juta Rp) 8,284 7,996 8,879 9,568 9,435 11,43 1,544 11,875 1,89 Vol. Kliring (Rb Lbr) Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-213 9

12 Halaman ini sengaja dikosongkan 1 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

13 Ringkasan Umum Perekonomian Bali masih mampu tumbuh tinggi di triwulan I-213, dengan pertumbuhan tercatat 6,71% (yoy). Meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,94% (yoy), namun capaian pertumbuhan di awal tahun lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,2% (yoy). Kuatnya pertumbuhan di awal tahun didukung kondisi perekonomian yang kondusif, serta baiknya situasi bisnis di awal tahun. Kondisi ini terindikasi dari berbagai survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia, yang menunjukkan optimisme pelaku usaha dan konsumen. Perekonomian Bali di tw I-213 masih tumbuh tinggi mencapai, 6,71% (yoy) Penguatan pertumbuhan didukung ekspansi di sektor PHR, sektor industri pengolahan, dan sektor jasa-jasa, seiring meningkatnya perekonomian dan konsumsi domestik. Aktivitas pariwisata masih tumbuh kuat, terutama didorong wisatawan domestik sehingga mendorong kinerja subsektor hotel dan subsektor restoran ditengah melambatnya pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara. Dari sisi permintaan, investasi masih menjadi penopang utama pertumbuhan seiring maraknya pembangunan infrastruktur bersifat multiyear yang dilaksanakan di triwulan I-213 sebagai persiapan menyambut KTT APEC 213, serta investasi swasta khususnya dalam bentuk infrastruktur pendukung pariwisata. Konsumsi juga sedikit menguat, didorong penguatan konsumsi rumah tangga dan percepatan realisasi belanja pemerintah yang dilaksanakan di triwulan I Investasi masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Kuatnya petumbuhan ekonomi diiringi dengan peningkatan laju inflasi Kota Denpasar. Pada triwulan I-213 laju inflasi Kota Denpasar mencapai 6,47% (yoy) lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 5,9% (yoy). Tekanan inflasi pada triwulan laporan umumnya bersumber dari kelompok volatile food yang disebabkan kelangkaan pasokan beberapa komoditas utama yang menjadi semakin meluas akibat terkendalanya distribusi bumbu-bumbuan yang berasal dari perdagangan luar negeri pasca pemberlakuan ketentuan pembatasan impor hortikultura. Meskipun volatile food melonjak, tekanan inflasi kelompok inti dan administered price relatif stabil dengan kecenderungan menurun. Dampak peningkatan tarif tenaga listrik yang diterapkan sejak bulan Januari 213, tidak memberikan dampak yang signifikan dalam pembentukan inflasi. Hal ini dikarenakan metode kenaikan tarif yang diterapkan dalam 4 tahapan, mampu mendistribusi beban iflasi. Inflasi tarif listrik tercatat sebesar 4,8% (mtm) dengan sumbangan,15%. Laju inflasi meningkat, menjadi sebesar 6,47% (yoy), bersumber dari kelompok volatile food Beberapa indikator kinerja perbankan pada triwulan I 213 masih tumbuh tinggi. Akan tetapi, pertumbuhan yang tinggi tersebut mengalami sedikit pelambatan. Hal tersebut sejalan dengan pelambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 213. Untuk bank umum, aset dan DPK mengalami pelambatan pertumbuhan sedangkan pertumbuhan kreditnya meningkat. Akan tetapi, BPR mengalami pelambatan pertumbuhan untuk tiap indikatornya, baik aset, kredit, maupun DPK. Beberapa indikator kinerja perbankan masih tumbuh tinggi walaupun sedikit mengalami pelambatan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

14 Sistem pembayaran tunai mengalami kondisi net inflow, transaksi non tunai dengan kliring dan RTGS meningkat Sistem pembayaran tunai pada triwulan I-213 mengalami kondisi net inflow sebesar Rp 626 miliar, dengan jumlah aliran masuk (inflow) lebih besar dibanding aliran keluar dari Bank Indonesia (outflow). Inflow meningkat dengan bersumber dari setoran masyarakat, namun masih sesuai dengan pola historisnya. Outflow juga masih tumbuh tinggi disebabkan masih tingginya aktivitas perekonomian di awal tahun dan percepatan belanja pemerintah. Preferensi penggunaan transaksi non tunai juga terus meningkat, ditunjukkan oleh tingginya pertumbuhan transaksi non tunai baik menggunakan kliring maupun RTGS. Konsumsi domestik yang menguat dan tingginya realisasi investasi di Bali menyebabkan tingginya kebutuhan non tunai di masyarakat. Realisasi pendapatan pemerintah daerah provinsi Bali triwulan I 213 lebih besar dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya Realisasi anggaran pendapatan provinsi Bali sampai dengan akhir triwulan I 213 mencapai 25,25%, lebih besar dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 23,84%. Tingkat realisasi yang relatif lebih cepat dibandingkan pos-pos lainnya adalah pada pos Pendapatan Pajak Daerah dengan realisasi sebesar 28,44%. Kenaikan realisasi Pendapatan Pajak Daerah ini mencapai 21% dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan I selama 4 tahun terakhir serta yang paling tinggi untuk triwulan I sejak tahun 21. Meningkatnya realisasi Pendapatan Pajak Daerah menunjukkan semakin cepatnya pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda) sehingga mengindikasikan adanya percepatan realisasi pengeluaran umum yang akan dilakukan. Realisasi belanja pemerintah daerah provinsi Bali triwulan I 213 juga lebih besar dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya Sementara itu, realisasi belanja provinsi Bali pada triwulan I 213 sebesar 8,63%, lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi pada triwuan I 212 sebesar 5,78%. Percepatan realisasi belanja terjadi pada pos belanja hibah dan belanja modal, dengan realisasi masing-masing sebesar 23,31% dan 5,59%. Meningkatnya realisasi belanja hibah mengindikasikan adanya upaya pemerintah daerah (pemda) dalam menyukseskan program yang mendukung perekonomian yang berkesinambungan. Sedangkan meningkatnya realisasi belanja modal menunjukkan bahwa investasi pemerintah pada perekonomian daerah telah berhasil dipercepat serta adanya penyelenggaraan Pilkada pada triwulan II 213 diindikasikan menjadi salah satu faktor pendorong percepatan tersebut. Nilai NTP Bali menurun dan inflasi perdesaan Bali pada akhir triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan I 213 lebih rendah dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Penurunan NTP dipicu oleh kenaikan indeks yang dibayar pada seluruh sub sektor pertanian melebihi kenaikan indeks yang diterima sepanjang triwulan I 213. Inflasi perdesaan tercatat sebesar,91% (m-t-m) pada akhir triwulan I 213 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,76% (m-t-m). Hasil survey menunjukkan penggunaan tenaga kerja pada triwulan I mengalami penurunan Hasil survey kegiatan dunia usaha (SKDU) Provinsi Bali triwulan I 213 menunjukkan penurunan penggunaan tenaga kerja. Sejalan dengan hal tersebut, dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi pada triwulan I 213 adalah sebesar 68,69% sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 68,21%. 12 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

15 Perekonomian Bali di triwulan II-213 diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi, dengan pertumbuhan di kisaran 6,4-6,9% (yoy). Hal ini didukung oleh penguatan konsumsi domestik, dan tingginya investasi yang dilaksanakan sepanjang triwulan II. Penguatan konsumsi domestik didukung keyakinan membaiknya kondisi perekonomian dan situasi bisnis, serta optimisme meningkatnya penghasilan dan supply lapangan kerja kedepan. Investasi juga masih terus digenjot, dengan target penyelesaian pembangunan infrastruktur berskala besar diselesaikan sebelum pelaksanaan KTT APEC 213. Investasi swasta juga masih terus meningkat, dengan fokus pembangunan pada infrastruktur pendukung pariwisata sebagai motor utama perekonomian Bali. Di sisi pernawaran, sektor PHR diperkirakan semakin menguat, didukung ekspansi di subsektor perdagangan dan penguatan industri pariwisata (wisatawan domestik dan MICE). Indikasi ini terlihat dari beberapa survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Sektor bangunan diperkirakan juga masih tumbuh tinggi seiring maraknya investasi yang dilaksanakan di Bali. Tekanan inflasi di triwulan II-213 diperkirakan meningkat, dengan laju inflasi di kisaran 6, ± 1% (yoy). Tekanan pada volatile food sedikit mereda meskipun masih terdapat imbas kebijakan pembatasan impor hortikultura. Inflasi administered price meningkat akibat kenaikan TTL secara bertahap. Tekanan permintaan di triwulan II-213 diperkirakan meningkat seiring peningkatan aktivitas pariwisata, namun tekanan inflasi lebih lanjut masih teredam oleh terjaganya pasokan dan distribusi. Peningkatan industri pariwisata juga berpotensi menyebabkan core inflation sedikit meningkat, khususnya pada kelompok perumahan dan transportasi. Perlu diwaspadai kenaikan ekspektasi khususnya di pada pelaku usaha seiring kenaikan harga administered price yang menyebabkan kenaikan biaya input. Perekonomian Tw II-213 masih tumbuh tinggi di kisaran 6,4 6,9% (yoy), ditopang investasi dan penguatan konsumsi Tekanan inflasi triwulan II-213 diperkirakan menguat, di kisaran 6% ±1% (yoy) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

16 Halaman ini sengaja dikosongkan 14 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

17 Bab 1 1. Ekonomi Makro Regional Perekonomian Bali mengalami perlambatan dibanding kinerja triwulan sebelumnya, dari 6,94% (yoy) menjadi 6,71% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut masih relatif tinggi dan diatas laju pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,2% (yoy), dengan didukung kondisi perekonomian yang kondusif dan baiknya situasi bisnis di awal tahun. Perlambatan kinerja terjadi hampir di seluruh sektor,namun sektor industri, PHR dan jasa-jasa justru tumbuh lebih tinggi seiring meningkatnya konsumsi dan ekspor impor. Dari sisi permintaan, investasi masih menjadi penopang utama pertumbuhan seiring maraknya pembangunan infrastruktur bersifat multiyear yang dilaksanakan di triwulan I-213 sebagai persiapan menyambut KTT APEC 213. Konsumsi juga meningkat, didorong penguatan konsumsi domestik dan percepatan realisasi belanja pemerintah. Jika dilihat secara triwulanan, terindikasi terjadi perlambatan akibat faktor musiman. PDRB Provinsi Bali secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar,33% (qtq). Kontraksi tersebut relatif umum terjadi di triwulan I karena kegiatan perekonomian relatif melambat pasca puncak ekspansi di triwulan III dan IV, dengan kinerja yang relatif mirip denag triwulan I tahun 212 yang mengalami kontraksi,11% (qtq). Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Rp Miliar %, yoy 9, 8 8,5 8, 7 7,5 7, 6, , , , 4 I II III IV I II III IV I II III IV I PDRB growth PDRB (%,yoy) - (RHS) 1.1. SISI PENAWARAN Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Seluruh sektor ekonomi masih mampu tumbuh positif di triwulan I-213, meskipun sebagian besar sektor PDRB mengalami perlambatan pertumbuhan di awal tahun. Sektor pertanian dan sektor bangunan mengalami perlambatan pertumbuhan, namun masih tertahan oleh ekspansi yang terjadi di sektor PHR, sektor jasa dan sektor industri. Ketiga sektor tersebut ditambah sektor bangunan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan I-213, dan memberikan sumbangan pertumbuhan sebesar 4,83%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

18 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Sektor Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdg, Hotel & Rest Pengangkutan & Kom Keuangan & Persewaan Jasa-Jasa PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Pertumbuhan paling cepat masih terjadi di sektor bangunan sebesar 21,1% (yoy). Hal ini didorong investasi berupa pembangunan infrastruktur menjelang pelaksanaan KTT APEC 213, dan pembangunan property di Bali. Sektor lain yang juga mencatatkan pertumbuhan tinggi adalah sektor pertambangan yang tumbuh 16,46% (yoy), namun share sektor ini terhadap struktur PDRB Provinsi Bali relatif rendah, hanya sebesar,78% Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan I-213 Pengangkutan & Kom 11% Keuangan Persewaan 7% Jasa-jasa 15% Pertanian 18% Pertanian Pertambangan Ind. Pengolahan LGA PHR 32% Ind. Pengolahan 1% Pertambangan 1% Bangunan PHR Pengangkutan & Kom Keuangan Persewaan.63 Bangunan LGA 5% 1% Jasa-jasa 1.28 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Dilihat dari strukturnya, sektor perekonomian dengan pangsa terbesar dalam PDRB Provinsi Bali adalah sektor PHR, sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Keempat sektor tersebut memiliki share mencapai 75,51% dalam PDRB Provinsi Bali, dan memberikan sumbangan 4,12% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan I Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh lebih cepat dibanding sebelumnya, dari 5,7% menjadi 5,75% (yoy). Sumbangan sektor PHR terhadap pertumbuhan triwulan I-213 juga meningkat dari 1,65% menjadi 1,86%. Sektor PHR mengalami rebound setelah sepanjang tahun 212 mengalami tren perlambatan pertumbuhan, dengan peningkatan kinerja terutama didorong subsektor hotel 16 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

19 Bab 1. Ekonomi Makro Regional dan restoran. Sektor perdagangan juga masih mampu tumbuh tinggi di triwulan I-213. Peningkatan sektor PHR juga dikonfirmasi oleh indikator berupa penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan perdagangan serta kegiatan akomodasi dan makan minum yang masih tumbuh tinggi mencapai 38,91% (yoy), dengan outstanding kredit Rp 15,53 triliun. Subsektor hotel dan subsektor restoran mengalami percepatan kinerja di triwulan I-213. Subsektor hotel tumbuh dari,52% menjadi 2,83% (yoy), sementara subsektor restoran mengalami peningkatan pertumbuhan dari 2,85% menjadi 4,65% (yoy). Positifnya kinerja dua subsektor didukung oleh peningkatan aktivitas industri pariwisata di awal tahun, didorong banyaknya libur nasional dan perayaan hari raya keagamaan di triwulan I seperti Tahun Baru 213, Maulid Nabi (Januari), Imlek (Februari), Wafat Isa Almasih (Maret) mendorong peningkatan kunjungan wisawatan domestik, serta aktivitas MICE. Pada periode Maret 213, inflasi pada komoditas angkutan udara mencapai 22,1% (yoy) mengindikasikan tingginya kunjungan wisatawan domestik dalam periode tersebut. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang dengan rata-rata triwulan I-213 sebesar 58,58% juga masih sejalan dengan rata-rata TPK awal tahun dalam 5 tahun terakhir, kecuali untuk TPK hotel non bintang yang lebih rendah dibanding rata-rata (TPK non Bintang triwulan I-213 sebesar 29,23%, sementara rata-ratanya 32,69%). Rata-rata lama menginap wisatawan juga masih sejalan dengan rata-ratanya, meskipun terdapat indikasi perubahan wisatawan dari dominasi Japan menjadi market Australia dan China, yang umumnya mengambil paket wisata yang lebih pendek dengan konsekuensi penurunan rata-rata lama tinggal. Grafik 1.4.Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Sektor PHR % Hari I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I TPK Bintang TPK Non Bintang Rata2 menginap Bintang (RHS) Rata2 menginap Non Bintang (RHS) Rp Miliar 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit PHR g kredit PHR (RHS) %, yoy Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Meskipun demikian, perkembangan wisatawan mancanegara masih mengindikasikan perlambatan. Kunjungan wisman di triwulan I-213 mengalami perlambatan pertumbuhan, dari 8,67% menjadi 3,52% (yoy), dengan jumlah wisman tercatat orang. Kecenderungan melambat telah terlihat sejak triwulan II-212, dengan capaian pertumbuhan dibawah rata-rata 5 tahun terakhir. Sejalan dengan perlambatan kunjungan wisman, indikator berupa penerimaan Visa on Arrival juga terkontraksi 9,75% (yoy), dengan nominal VoA sebesar 13.5 ribu USD. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

20 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik 1.6. Kunjungan Wisman ke Bali Grafik 1.7. Penerimaan Visa On Arrival Ribu Orang % y oy (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Jumlah Wisman g Jumlah Wisman (RHS) ribu USD 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Penerimaan VoA g Penerimaan VoA (RHS) Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia, diolah Kedatangan wisman masih didominasi oleh wisatawan asal Australia (25%), PRC (14%), Japan (7%), Malaysia (6%) dan South Korea (4%). Perlambatan kunjungan wisman justru terindikasi dari kunjungan wisman asal Australia dan China yang relatif berfluktuasi dalam setahun terakhir. Jumlah kedatangan wisman dari kedua negara tersebut di triwulan I-213 bahkan mengalami kontraksi masingmasing 4,2% dan 4,17% (yoy). Indikasi perlambatan juga ditunjukkan oleh wisman asal South Korea, dengan jumlah kedatangan wisman yang terus terkontraksi sejak triwulan II-212. Meskipun demikian, kedatangan wisman asal Japan kembali tumbuh positif dalam empat periode terakhir, setelah secara konsisten mengalami penurunan kedatangan mulai dari triwulan III-28 hingga triwulan I-212. Terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi perlambatan tersebut antara lain : 1) Pembangunan infrastruktur di berbagai lokasi dalam jangka pendek menyebabkan kemacetan dan polusi di berbagai lokasi sehingga berdampak pada melambatnya kunjungan wisman secara temporer, 2) Peralihan preferensi wisata turis asal Australia ke daerah yang jauh (long haul) seiring peningkatan pendapatan, 3) Normalisasi secara statistik setelah tahun 211 mendapatkan limpahan kunjungan akibat issue keamanan yang terjadi di Thailand, dan 4) Kekhawatiran kejenuhan pariwisata Bali. Grafik 1.8. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Netherland 1.91% Germany 2.74% Rusia 3.87% France 2.63% USA 3.44% New Zealand Taiwan 3.9% Singapore 3.66% 1.13% India 1.93% UK 3.47% Other Nationality 15.5% South of Korea 4.37% Japan 6.92% Australia 24.8% Malaysia 5.89% PRC 13.84% %, y oy (2) I II III IV I II III IV I II III IV I (4) (6) Australia PRC Malaysia Japan South of Korea UK Singapore Taiwan USA Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah 18 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

21 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya, namun subsektor perdagangan masih mencatatkan pertumbuhan tinggi di triwulan I-213 mencapai 8,78% (yoy). Masih baiknya perkembangan di subsektor perdagangan juga terindikasi dari beberapa indikator utama. Survey Penjualan Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan total penjualan di triwulan I-213 yang tumbuh positif 22,88% (yoy), dengan peningkatan penjualan terutama terjadi pada komoditas makanan, minuman dan tembakau; bahan konstruksi; dan komoditas bahan bakar dan energi. Grafik 1.1. Perkembangan Total Penjualan Grafik Pertumbuhan Indeks Penjualan Total Penjualan Juta Rp Total Penjualan 12, 1, 8, 6, 4, 2, g Total Penjualan (RHS) I II III IV I II III IV I %, yoy (1) (2) (3) (4) (5) %, yoy (5) (1) g Bahan Konstruksi g Suku Cadang g Perlengkapan Rumah Tangga g Barang Kerajinan dan Mainan g Makanan, Minuman dan Tembakau g Pakaian Jadi dan Tekstil g Bahan Kimia g Bahan Bakar & Energi g Peralatan Tulis I II III IV I II III IV I Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Indikasi perlambatan terlihat dari indikator berupa aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Benoa dan Celukan Bawang yang pada triwulan I-213 tumbuh 15,94%(yoy) dengan arus bongkar muat tercatat 223,38 ribu ton, sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 44,91% (yoy). Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Ribu Ton % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Arus Bongkar Muat (Ribu Ton) g Bongkar Muat (yoy) - (RHS) Sumber : PT Pelindo III, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

22 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Boks A : Boks A. Pariwisata Bali : Kontribusi Wisatawan Australia untuk Bali Jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dari periode ke periode terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Bali masih menjadi idola tujuan wisata masyarakat nasional maupun dunia. Dari data Dinas Pariwisata Provinsi Bali tercatat bahwa jumlah wisatawan domestik ke Bali periode 212 adalah sebanyak orang, meningkat 6,84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai orang. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali tahun 212 juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 4,91% ( orang) dibandingkan tahun 211 ( orang). Hingga periode Maret 213, jumlah wisman yang datang ke Bali telah mencapai orang (naik 3,52% dibandingkan kumulatif Maret 212). Tahun ini, pemerintah juga optimis bahwa jumlah kunjungan wisman ke Bali dapat menembus angka 3 juta orang. Hal ini didukung oleh sejumlah rencana kunjungan maupun event internasional yang akan dilaksanakan di Bali, seperti Miss World 213, APEC Summit, WTO Meeting, dan Bali Democracy Forum. Dari total kunjungan wisman setiap periode, share kunjungan wisman yang datang ke Bali didominasi oleh wisman asal Australia dengan share lebih dari 25% (pada beberapa periode bahkan mencapai hampir 3%). Tidak hanya itu, kunjungan wisman asal Australia ini juga telah melampaui kunjungan wisman kawasan ASEAN maupun kawasan Eropa dengan total kunjungan selama tahun 213 (s/d Maret 213) mencapai orang (lebih tinggi dari kunjungan wisman ASEAN orang maupun wisman Eropa orang). Peran penting wisman Australia tidak hanya terlihat dari proporsinya terhadap total kunjungan wisman ke Bali, namun juga pola kunjungannya. Pola kunjungan dapat dilihat dari seasonal, length of stay (LOS), maupun pola spending/pengeluaran selama berada di Bali. Pola kunjungan wisman ke Bali secara umum terlihat mengalami titik paling tinggi pada triwulan III (khususnya bulan Juli) dan disusul triwulan IV (khususnya bulan Desember), setelah itu akan menurun hingga mencapai titik minimum pada triwulan I. Hal ini sejalan dengan pola kunjungan wisman yang memiliki 4 (empat) musim, termasuk Australia yang umumnya berkunjung pada liburan bulan Juli dan Desember (akhir tahun). Dari hasil Superwisman (Survei Perilaku Wisatawan Mancanegara) yang dilakukan pada periode November 212 terhadap 51 responden wisman seluruh negara, diperoleh informasi mengenai perilaku wisman Australia dengan keterwakilan 149 orang. Secara umum, wisman Australia yang dihimpun menyatakan bahwa baru pertama kali berkunjung ke Bali dan sebagian wisman yang telah beberapa kali berkunjung ke Bali menyatakan bahwa mereka telah berkunjung ke Bali kurang lebih 3 (tiga) kali. Tujuan utama wisman Australia datang ke Bali adalah untuk tujuan berlibur (95,95%), sementara sisanya (<5%) berkunjung dalam rangka bisnis atau menghadiri kegiatan MICE. Oleh karena itu, rata-rata lama tinggal mereka di Bali mencapai 6-7 hari, sementara lama tinggal yang paling banyak dilakukan wisman adalah berkisar 4 hari. Wisman Australia ini umumnya datang bersama keluarga (48,32%) maupun teman/kerabat (38,26%) dengan tujuan daerah kunjungan mayoritas tersentra di wilayah Badung (meliputi Kuta, Seminyak, Jimbaran, Nusa Dua, Tanjung Benoa) dengan prosentase 73,33%, diikuti dengan kawasan Gianyar (meliputi Gianyar, Ubud, Tegallalang) sebesar 16,67%, dan Denpasar (meliputi Denpasar dan Sanur) sebesar 8,89%. Daerah 2 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

23 Bab 1. Ekonomi Makro Regional kesukaan wisman Australia juga yang terkait dengan objek wisata pantai (25,48%), shopping area (13,12%), objek wisata yang terkait dengan fauna (11,22%), dan museum atau tempat-tempat bersejarah (heritage), termasuk pura masyarakat Bali (1,84%). Hal ini dapat mendorong pemerintah daerah Bali untuk mengembangkan pariwisata dengan tujuan khusus, misalnya sport tourism, honeymoon tourism, geopark tourism, dan lain sebagainya. Wisman Australia menyatakan bahwa Bali terkenal di negara mereka (98%) dan umumnya mereka banyak mendapatkan informasi mengenai Bali dan objek wisata terkait melalui internet (38,93%) dan informasi dari teman/kerabat yang telah terlebih dulu berkunjung ke Bali (24,81%). Hal ini yang menjadikan bahwa informasi persuasif yang diulas dalam traveler blog di internet maupun pengalaman menyenangkan yang dialami wisman Australia selama berada di Bali menjadi sangat penting. Wisman Australia yang berkunjung ke Bali (69,8%) berprofesi sebagai profesional, manager/eksekutif, sehingga akomodasi yang ditempati oleh wisman tersebut juga mayoritas berupa hotel berbintang (64,43%), disusul hotel nonbintang (22,15%). Mereka juga lebih menyukai bertransportasi menggunakan transportasi umum (64,71%) diikuti rent car/motorcycle (3,72%), tanpa mengambil paket tur perjalanan di Bali (95,83%). Pengeluaran wisman Australia di Bali per harinya mencapai AUD 184,1, di mana mayoritas dipergunakan untuk membayar akomodasi (27,42%), makan dan minum F&B (1,96%), dan membeli souvenirs (8,8%). Sebagian besar wisman Australia berkeinginan untuk datang kembali ke Bali (88,51%) dan sebagian kecil yang tidak berkeinginan datang ke Bali menyatakan beberapa alasan seperti cuaca yang terlalu panas, sampah berserakan, dan kemacetan yang parah sebagai salah satu penyebabnya. Hal ini yang harus diperbaiki oleh pemerintah daerah Bali terkait infrastruktur. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

24 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Sektor Pertanian Sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan yang melambat, dari 5,12% (yoy) menjadi 2,14% (yoy). Akibatnya, andil sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi juga menurun dari,95% menjadi,4%. Sejalan dengan realisasi tersebut, hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia juga menunjukkan tidak adanya perubahan penggunaan tenaga kerja di sektor pertanian. Perlambatan terutama disebabkan oleh subsektor tanaman bahan makanan yang mengalami kontraksi pertumbuhan di triwulan I- 213, serta perlambatan yang terjadi di subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami kontraksi,23% (yoy) di triwulan I-213. Panen tabama pada April terindikasi kurang baik akibat kendala cuaca di akhir tahun, yang menyebabkan kegagalan proses tanam di berbagai daerah. Puncak panen diperkirakan jatuh pada April-Mei, sebagaimana terindikasi dari belum adanya deflasi pada komoditas beras di triwulan I-213. Subsektor perikanan masih tumbuh terbatas di awal tahun, dengan pertumbuhan melambat dari 3,14% menjadi 2,3% (yoy). Sejalan hal tersebut, ekspor komoditas perikanan mengalami kontraksi pertumbuhan, baik dari sisi nilai maupun volume ekspor. Nilai ekspor tercatat 3, juta USD, dengan kontraksi 1,11% (yoy), sementara volume ekspornya 7,77 ribu ton dengan kontraksi sebesar 6,54% (yoy). Kendala cuaca dan gelombang tinggi yang terjadi di awal tahun, serta indikasi berkurangnya supply ikan di laut lepas (indikasi hasil Liaison KPwBI Wilayah III) menjadi penyebab penurunan kinerja subsektor perikanan. Data Kementerian Perikanan mengenai hasil tangkapan komoditas perikanan juga menunjukkan penurunan penangkapan ikan di awal tahun 213. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) berupa kapasitas produksi terpakai di subsektor perikanan juga menurun di triwulan I. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Juta USD %, yoy (2) 5 (4) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu Ton %, yoy (1) (2) 2 (3) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Ekspor Perikanan g Perikanan (RHS) Ekspor Vol Perikanan g Vol Perikanan (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Namun demikian, prospek sektor pertanian kedepan masih baik. Kondisi ini terindikasi dari penyaluran kredit untuk kegiatan pertanian, perburuan, dan kehutanan serta perikanan masih tumbuh tinggi, dengan tren peningkatan terus berlangsung sejak triwulan I-211. Penyaluran kredit di triwulan I-213 mencapai 5,91% (yoy) dengan outstanding kredit Rp 985,37 miliar. 22 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

25 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Produksi Ikan Grafik Kredit Sektor Pertanian Ribu Ton 2,5 2, 1,5 1, 5 I II III IV I II III IV I Rp Miliar %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Pertanian g kredit pertanian (RHS) Sumber : Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

26 Bab 1. Ekonomi Makro Regional BoksB : Boks B. Pentingnya Aspek Tenaga Kerja Dalam Produksi Pertanian Sektor pertanian Bali merupakan salah satu sektor dengan kontribusi tertinggi bagi total ouput di perekonomian Bali. Total kontribusi sektor pertanian bagi perekonomian Bali mencapai kisaran 17% selama kurun waktu 21 hingga awal 213. Hal ini membuktikan pentingnya kinerja sektor pertanian bagi perekonomian Bali. Apabila kita melihat lebih detail maka sebagian besar kegiatan pertanian di Bali adalah pertanian tanaman bahan makanan dengan proporsi lebih dari 4%. Salah satu komoditas pertanian tanaman bahan makanan adalah beras. Paparan singkat berikut ini akan menelaah lebih jauh mengenai kondisi produksi padi di Bali sebagai hulu dari ketersediaan beras di Bali. Paparan ini berdasarkan hasil survei pada lebih dari 3 responden petani padi di sentra pertanian di Provinsi Bali. Grafik A. Struktur Modal Petani 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Bali NTB NTT Kredit lembaga lain Teman/kerabat Bank Kredit program Modal sendiri Sumber : Hasil Survey, diolah Secara umum pertanian padi di Bali merupakan sawah lahan basah (92% dari total lahan yang ada) dengan sebagian besar kepemilikan lahan adalah milik sendiri. Jenis padi yang ditanam paling banyak adalah Ciherang dan Inpari. Sebagian besar usaha pertanian ditopang oleh modal sendiri dengan proposi 85% dari total responden (Grafik A). Proporsi ini lebih besar dibandingkan dua provinsi lainnya di Wilayah Nusa Tenggara. Peran perbankan masih relatif kecil yaitu hanya dinyatakan oleh 2% responden. Bahan baku produksi juga dipenuhi dari dalam provinsi dan hanya 2% saja yang dipenuhi dari luar provinsi. Dengan demikian, petani di Bali relatif mandiri dalam pemenuhan kebutuhan usahanya baik dari sisi pembiayaan maupun pemenuhan bahan baku. 24 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

27 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik B. Komponen Biaya Produksi Grafik C. Komponen Biaya Panen 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % BALI NTB NTT Trasportasi Sewa lahan Tenaga kerja Peralatan Pengendalian Hama Pupuk Bibit Lainnya 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Pergudangan Penggilingan 11 Olah padi Angkutan Alat panen tenaga kerja Lainnya BALI NTB NTT Sumber : Hasil Survey, diolah Sumber : Hasil Survey, diolah Komponen biaya produksi dapat dibagi menjadi beberapa komponen seperti sewa lahan, tenaga kerja, transportasi, dan sarana produksi. Berdasarkan hasil survey, komponen biaya terbesar adalah tenaga kerja dengan proporsi sebesar 25% dari total biaya yang dibutuhkan (Grafik 2B). Komponen lainnya yang juga membutuhkan dana cukup besar adalah peralatan dan bibit dengan porporsi masing-masing sebesar 24%. Sementara itu, untuk pertanian di dua provinsi lainnya, alokasi biaya terbesar adalah untuk sewa lahan dan peralatan. Sejalan dengan proses produksi, biaya panen pun sebagian besar dialokasikan untuk tenaga kerja dengan proporsi mencapai 51%. Bahkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat angkanya mencapai 63%. Alokasi lainnya yang relatif besar adalah angkutan dan penggilingan dengan proporsi masing-masing mencapai 27% dan 2%. Kombinasi dua informasi tersebut di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja pertanian di Bali relatif mendapatkan perhatian yang lebih besar. Terlebih lagi, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian di Bali merupakan yang terbanyak kedua setelah sektor perdagangan. Hal ini semakin mempertegas pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Bali. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

28 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Sektor Jasa-jasa Sektor jasa mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 6,55% menjadi 8,93% (yoy). Andil sektor jasa terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan I-213 sebesar 1,28%. Peningkatan kinerja sektor jasa terutama didorong oleh aktivitas jasa pemerintahan umum, baik pada komponen administrasi pemerintah dan pertahanan, maupun pada komponen jasa pemerintah lainnya. Halini terjadi sejalan dengan percepatan belanja pemerintah yang dilaksanakan di triwulan I, dengan realisasi diatas 8% (sementara rata-rata realisasi triwulan I dalam 3 tahun terakhir sebesar 5,71%). Kinerja subsektor jasa pemerintah didorong pula oleh peningkatan aktivitas pemerintah khususnya terkait penyelenggaraan Pilkada Gubernur Bali yang akan dilaksanakan pada Mei 213. Subsektor swasta juga masih tumbuh tinggi, didorong peningkatan pertumbuhan pada kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga secara agregat sektor jasa masih mampu tumbuh tinggi ditengah perlambatan pertumbuhan untuk kegiatan perorangan dan rumah tangga. Sejalan dengan peningkatan sektor jasa, indikator berupa penyaluran kredit bank umum di sektor jasa (meliputi kegiatan administrasi pemerintah dan jamsos; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya; serta jasa perorangan yang melayani rumah tangga) masih tumbuh tinggi di triwulan I-213 sebesar 59,75% (yoy), dengan nominal penyaluran kredit sebesar Rp 2,9 triliun. Grafik Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Rp Miliar %, yoy 2,4 7 2, 6 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Jasa g Kredit Jasa (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sektor Pengangkutan Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 5,17% (yoy) pada triwulan I-213, sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 6,12% (yoy). Andil sektor pengangkutan pada pertumbuhan ekonomi di awal tahun sebesar,58%. Melambatnya kinerja sektor pengangkutan juga terindikasi dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana saldo bersih tertimbang kegiatan usaha di sektor pengakutan negative 5,66 pada triwulan I-213, yang menunjukkan bahwa responden menganggap kegiatan usaha pengangkutan saat ini tidak lebih baik dibanding sebelumnya. 26 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

29 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Jumlah Penumpang Laut Ribu Orang % yoy 2, 35 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kedatangan Keberangkatan g Kedatangan (RHS) g Keberangkatan (RHS) Ribu Orang % yoy 14, 6 12, 5 4 1, 3 8, 2 6, 1 4, (1) 2, (2) (3) I II III IV I II III IV I II III IV I Arus Penumpang (ribu orang) g penumpang (yoy) - (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : PT Pelindo III, diolah Perlambatan terutama terjadi di subsektor pengangkutan dari 6,5% menjadi 4,98% (yoy), dengan komponen yang melambat terutama pada angkutan udara. Sejalan dengan realisasi tersebut, jumlah kedatangan dan keberangkatan penumpang pesawat udara melalui Bandara Internasional Ngurah Rai pada triwulan I-213 tumbuh lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Kedatangan penumpang melambat dari 11,93% menjadi 8,25% (yoy), sementara keberangkatan melambat dari 1,37% menjadi 6,1% (yoy). Dilihat lebih lanjut, perlambatan terutama ditunjukkan oleh kedatangan penumpang internasional, sejalan dengan perlambatan kunjungan wisatawan mancanegara. Komponen angkutan laut justru mencatatkan pertumbuhan meningkat di awal tahun, sementara indikator berupa jumlah penumpang laut melalui Pelabuhan Benoa justru menunjukkan pertumbuhan terbatas. Jumlah penumpang tercatat orang, atau tumbuh tipis sebesar,91% (yoy) Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh 8,2% (yoy), lebih cepat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,81% (yoy). Percepatan tersebut menyebabkan andil sektor industri pada pertumbuhan ekonomi meningkat dari,76% menjadi,79%. Sejalan dengan realisasi tersebut, Survey Kegiatan Dunia Usaha juga menunjukkan kapasitas produksi terpakai di sektor industri masih relatif besar mencapai 65,39%. Perkembangan indikator konsumsi dan jumlah pelanggan listrik industri juga terus meningkat dan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Konsumsi listrik industri di triwulan I-213 tercatat 44,73 juta KwH, meningkat 48,46% (yoy), dengan jumlah pelanggan listrik sebanyak 2.51 dengan pertumbuhan sebesar 5,23% (yoy). Meskipun demikian, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan justru mengalami perlambatan pertumbuhan. Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan didorong oleh ekspansi pertumbuhan di subsektor makanan minuman dan tembakau; barang kayu dan hasil hutan lain; serta kertas dan barang cetakan. Sementara itu subsektor tekstil barang kulit dan alas kaki dan subsektor semen dan barang galian di triwulan laporan tumbuh lebih lambat dibanding sebelumnya. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

30 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik 1.2. Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik Konsumsi dan Jumlah Pelanggan Listrik Industri %, yoy Industri Industri Makanan Minuman 8.58 Industri Tekstil 6.54 Industri Kayu & barang dr kayu Industri Furnitur Industri Pegolahan Lainnya 8.56 Indeks Industri Ribu KWH 47, 44, 41, 38, 35, 32, 29, 26, 23, 2, unit I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Konsumsi Listrik Industri g konsumsi industri (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah Subsektor bahan makanan, minuman dan tembakau mengalami peningkatan pertumbuhan dari 9,9% menjadi 12,6% (yoy). Penguatan industri ini terjadi sejalan dengan percepatan yang terjadi di subsektor hotel dan restoran di sektor PHR, khususnya untuk memenuhi peningkatan permintaan konsumsi domestik. Indikasi tersebut diperkuat dengan masih terjadinya kontraksi ekspor makanan dan minuman pada triwulan I-213 sebesar 2,83% (yoy) dengan nilai ekspor 3,68 juta USD. Kenaikan industri makanan dan minuman juga terindikasi dari publikasi BPS berupa perkembangan industri besar dan sedang, dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman masing-masing 9,57% dan 3,69% (yoy). Grafik Nilai Ekspor Makanan dan Minuman Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu % y -o-y (1) (2) (3) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Juta USD Food & Beverages g Food & Beverages (RHS) Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Ekspor Wood Manufacture g Wood Manuf (RHS) %, yoy 2 1 (1) (2) (3) (4) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya tumbuh meningkat, dari 6,7% menjadi 1,89% (yoy). Senada dengan hal tersebut, hasil Suvey Kegiatan Dunia Usaha juga menunjukkan peningkatan kapasitas produksi dari 4% menjadi 46,67% di triwulan I-213. Meskipun demikian, nilai ekspor kayu dan olahan kayu masih mengalami kontraksi 14,45% (yoy) dengan nilai ekspor tercatat 13,84 juta USD. Pelemahan ekspor terjadi sejak akhir tahun 21, yang disebabkan pelemahan permintaan dari negara tujuan ekspor utama (terutama di US dan Eropa), serta kendala pasokan akibat dikeluarkannya ketentuan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) khususnya bagi pengrajin yang mayoritas berskala UMKM. 28 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

31 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Nilai Ekspor Tekstil Grafik Kredit Sektor Industri Juta USD %, yoy (1) 5 (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Ekspor Pakaian Jadi g Pakaian Jadi (RHS) Rp Miliar %, yoy 1,6 6 1,4 5 1,2 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Sektor Industri g kredit industri (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Pertumbuhan di subsektor tekstil mengalami perlambatan dari 8,32% menjadi 5,6% (yoy). Indikasi pelemahan juga ditunjukkan oleh kontraksi ekspor produk tekstil dan pakaian jadi masing-masing sebesar 18,11% dan 3,67% (yoy), dengan nilai ekspor sebesar 5,35 juta USD dan 2,85 juta USD. Dari hasil liaison dengan eksportir, penurunan ekspor disebabkan pelemahan permintaan dari buyer yang terutama berasal dari Eropa Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di triwulan I-213 tumbuh 8,78% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,83% (yoy). Andil sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-213 mencapai,63%. Perlambatan terutama terjadi di subsektor bank, yang melambat dari 12,38% menjadi 8,86% (yoy). Indikasi perlambatan ditunjukkan oleh indikator penyaluran kredit BPR yang tumbuh lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya, namun demikian penyaluran kredit perbankan secara umum masih sangat baik. Penyaluran kredit bank umum mencapai Rp 41,42 trilliun, dengan angka pertumbuhan di triwulan I sebesar 3,3% (yoy), sementara penyaluran kredit BPR sebesar Rp 4,98 triliun dan mengalami pertumbuhan 32,36% (yoy). Subsektor lain yaitu lembaga keuangan tanpa bank dan jasa penunjang keuangan masih mencatatkan peningkatan pertumbuhan. Subsektor jasa perusahaan dan sewa bangunan juga masih tumbuh tinggi diatas 8%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

32 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Kredit Bank Umum Grafik Kredit Bank Perkreditan Rakyat Rp Triliun %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Bank Umum g Kredit (RHS) Rp Triliun %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit BPR g Kredit BPR (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sektor Bangunan Sektor bangunan masih mampu tumbuh tinggi di triwulan I-213 mencapai 21,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut hanya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 23,3% (yoy). Sektor bangunan juga masih memberikan andil yang relatif besar, mencapai,9%. Tingginya pertumbuhan disebabkan oleh banyaknya proyek infrastruktur untuk mendukung pelakanaan KTT APEC 213 (diantaranya renovasi Bandara Intenasional Ngurah Rai, pembangunan jalan tol Serangan-Kuta-Nusa Dua, serta pembangunan underpass Dewa Ruci) yang masih terus berlangsung di awal tahun. Impor barang modal juga tumbuh tinggi, baik di sisi ekspor maupun impor untuk mendukung investasi khususnya di sektor bangunan. Ekspansi di sektor bangunan dikonfirmasi oleh berbagai indikator, antara lain penjualan semen di Bali. Penjualan semen di triwulan I-213 tercatat 436,86 ribu ton, mengalami peningkatan pertumbuhan dari 17,3% menjadi 27,6% (yoy). Penyaluran kredit investasi juga menunjukkan indikasi serupa, dengan pertumbuhan outstanding kredit yang melonjak mencapai 35,9% (yoy) dengan nominal sebesar Rp 8,65 triliun. Berdasarkan lokasi proyek, pembiayan investasi masih terfokus di dua lokasi utama, yaitu Badung dan Denpasar dengan share kredit sebesar 79%. Dari sisi residensial, tingginya pertumbuhan di sektor bangunan juga terindikasi dari hasil Survey Harga Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan peningkatan indeks 1,99% (yoy) di triwulan I-213. Peningkatan indeks terutama ditunjukkan oleh property besar yang tumbuh 18,55% (yoy), diikuti property menengah 8,64% (yoy) dan kecil 5,88% (yoy). 3 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

33 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Konsumsi Semen Indeks % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I IHPR g IHPR (yoy) - (RHS) g IHPR (qtq) - (RHS) Ribu Ton % y oy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Konsumsi Semen g konsumsi semen - (RHS) Sumber : Survey Harga Porperti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.3. Kredit Sektor Bangunan Rp Miliar %, yoy 1,6 1 1,4 8 1,2 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) masih tumbuh tinggi sebesar 9,85% (yoy). Namun andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi relatif kecil, hanya sebesar,12%. Indikator sektor LGA berupa konsumsi listrik dan jumlah pelanggan listrik juga masih menunjukkan perkembangan meningkat. Jumlah pelanggan listrik di triwulan I-213 sebanyak ribu unit, dengan pertumbuhan 9,57% (yoy). Jumlah pelanggan terus tumbuh meningkat yang mengindikasikan permintaan terhadap energi juga terus menguat. Konsumsi mengalami peningkatan signifikan, dengan konsumsi listrik di awal tahun sebesar 1.223,45 juta KwH atau tumbuh 41,92% (yoy) 1. Sementara indikator lain berupa hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha di sektor LGA, pelaku usaha menindikasikan kegiatan usaha sektor LGA tidak sebaik sebelumnya, dengan Saldo Bersih Tertimbang negatif,58. 1 Penguatan konsumsi selain diakibatkan oleh peningkatan jumlah pelanggan juga disebabkan oleh permasalahan statistik perubahan metode perhitungan konsumsi. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

34 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Konsumsi Listrik di Bali juta KWH % y oy 1,4 5 1,2 4 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Ribu Unit % y oy 3, 12 2,5 1 2, 8 1,5 6 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS) Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS) Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah 1.2. SISI PERMINTAAN Permintaan domestik menguat, menopang masih tingginya pertumbuhan di triwulan I-213. Penguatan investasi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di triwulan I, yang terjadi akibat masih dilaksanakannya berbagai proyek pembangunan infrastruktur di triwulan I-213 sebagai kesiapan menjelang KTT APEC 213. Konsumsi masih tumbuh terbatas, namun mengalami perbaikan pertumbuhan baik di sisi rumah tangga maupun pemerintah. Penyelenggaraan Pilkada diindikasikan mendorong percepatan belanja pemerintah di awal tahun. Ekspor juga mengalami peningkatan, baik komponen ekspor dalam negeri maupun ekspor luar negeri, namun di sisi lain impor juga mengalami peningkatan cukup signifikan sehingga menahan laju pertumbuhan lebih lanjut. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Komponen 21 Tw Tw 211 Tw Tw 212 Tw I Tw II Tw I Tw II III IV III IV Tw I Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Konsumsi Konsumsi mengalami percepatan pertumbuhan, dari 2,19% menjadi 2,91% (yoy) di triwulan I-213, ditopang oleh penguatan konsumsi domestik. Seluruh pelaku ekonomi menunjukkan pergerakan yang searah, dengan angka pertumbuhan yang tercatat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga di triwulan I-213 tumbuh terbatas, dengan angka pertumbuhan mencapai 1,74% (yoy). Namun demikian, realisasi tersebut tercatat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 32 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

35 Bab 1. Ekonomi Makro Regional 1,5% (yoy). Penguatan konsumsi terutama didorong oleh konsumsi makanan, yang didukung oleh masih baiknya optimisme konsumen sebagaimana terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survey Kosumen yang masih tinggi dengan rata-rata indeks 117,67, dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibanding sebelumnya. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga mencatatkan peningkatan, baik secara tahunan maupun triwulanan, dengan rata-rata indeks di triwulan I sebesar 11,78. Optimisme terutama diakibatkan oleh keyakinan konsumen terhadap membaiknya kondisi penghasilan dan supply lapangan kerja. Indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama juga menunjukkan perbaikan kondisi di triwulan I Konsumen juga memperkirakan kondisi suku bunga tabungan 6 bulan mendatang masih relatif baik, sehingga mendorong konsumsi saat ini. Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 1 Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat Ini Supply Lap. Kerja Konsumsi Durable Goods Indeks = 1 Sumber : Survey Konsumen, KpwBI Wilayah III Sumber : Survey Konsumen, KpwBI Wilayah III Indeks Tendensi Konsumen (ITK) hasil publikasi BPS juga masih menunjukkan optimisme konsumen, meskipun tingkat keyakinannya tidak setinggi sebelumnya. Penurunan optimisme terjadi akibat menurunnya tingkat keyakinan konsumen pada komponen pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi ditengah seiring meningkatnya harga-harga komoditas (volatile food dan administered price) di awal tahun. Penguatan konsumsi juga terindikasi dari jumlah pelanggan dan konsumsi listrik rumah tangga yang meningkat, dengan peningkatan konsumsi tercatat 35,53% (yoy) dan peningkatan jumlah pelanggan 8,85% (yoy). Grafik Indeks Tendensi Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks I II III IV I II III IV I Ribu KWH Ribu unit 55, 2,5 5, 2,3 45, 4, 2,1 35, 1,9 3, 25, 1,7 2, 1,5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Konsumsi Listrik RT Jumlah Pelanggan RT (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

36 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Geliat perekonomian domestik juga tercermin dari indikator berupa penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan konsumsi yang pada triwulan I-213 yang masih terus menguat. Penyaluran kredit di awal tahun tumbuh 26,53% (yoy) dengan nominal kredit sebesar Rp 16.1 miliar. Pertumbuhan tersebut juga sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Publikasi Nilai Tukar Petani juga mengindikasikan masih baiknya daya beli masyarakat terutama di sektor pertanian, dengan rata-rata NTP sebesar 17,31 di triwulan I. Ratarata komponen indeks yang diterima petani meningkat dari 147,2 menjadi 148,93, namun inflasi yang terjadi di awal tahun cukup menekan biaya produksi sehingga rata-rata indeks yang dibayar petani juga mengalami peningkatan. Grafik Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Rp Miliar %, yoy 17, 35 15, 3 13, , 15 9, 1 7, 5 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Konsumsi g Kredit Konsumsi (RHS) Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Indeks = 1 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Konsumsi pemerintah juga tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari 6,1% menjadi 9,5% (yoy). Hal ini diakibatkan oleh percepatan realisasi belanja di triwulan I-213 yang mencapai 8.63%, lebih besar dibanding rata-rata realisasi belanja dalam 3 tahun terakhir yang sebesar 5,71%. Percepatan belanja pemerintah terutama didukung pelaksanaan Pilkada pada Mei 213, serta indikasi percepatan realisasi investasi pemerintah Investasi Investasi masih mencatatkan pertumbuhan tinggi di triwulan I-213 sebesar 23,15% (yoy), masih lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 22,73% (yoy). Tingginya pertumbuhan menyebabkan andil komponen investasi pada pertumbuhan juga sangat besar, mencapai 6,64% (yoy). Percepatan investasi terutama dipengaruhi pertumbuhan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 23,29% (yoy), sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 23,19% (yoy). Sejalan dengan kondisi tersebut, penyaluran kredit investasi juga mengalami pertumbuhan signifikan di triwulan I-213 sebesar 35,9% (yoy) dengan nominal Rp 8,65 triliun, dan secara konsisten mencatatkan tren meningkat sejak triwulan II-212 seiring maraknya pengembangan investasi di Bali. Realisasi impor barang modal juga melonjak signifikan mulai triwulan III-212 dengan nilai impor 17,6 juta USD, dan masih tumbuh tinggi di awal tahun. Pertumbuhan nilai impor barang modal di awal tahun tercatat 76,22% (yoy), sementara volumenya melonjak 899,33% (yoy). Kondisi ini didukung oleh masih dilangsungkannya investasi berskala besar yang dilakukan di Bali menjelang pelaksanaan KTT APEC 213, diantaranya renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai, Underpass Dewa Ruci, dan Jalan Tol Serangan-Nusa Dua. Investasi swasta juga tumbuh tinggi terutama berupa pembangunan hotel, villa, condotel, dan fasilitas pendukung industri pariwisata. Indikasi peningkatan investasi juga ditunjukkan oleh indikator berupa penjualan semen yang 34 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

37 Bab 1. Ekonomi Makro Regional mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 17,3% (yoy) menjadi 27,6% (yoy), dengan realisasi penjualan semen di triwulan I-213 sebesar 436,86 ribu ton. Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Grafik 1.4. Kredit Investasi Ribu Ton %, yoy 6. 1,2 5. 1, (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Rp Miliar 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Capital Goods g Capital Goods (RHS) Kredit Investasi g kredit investasi (yoy) - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Ekspor Impor Ekspor di triwulan I-213 mengalami percepatan pertumbuhan, dari 3,54% (yoy) menjadi 6.6% (yoy). Ekspor antar daerah mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 17,95% (yoy), yang terjadi seiring dengan penguatan konsumsi dan peningkatan kinerja di sektor PHR. Komponen ekspor luar negeri juga mencatatkan pertumbuhan poitif di triwulan I sebesar,45% (yoy) setelah mengalami kontraksi pertumbuhan di dua triwulan berturut-turut. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali Juta USD 2 %, yoy 4 Ribu Ton 16 %, yoy (1) (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (1) Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS) Volume Ekspor g Volume Ekspor (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Data ekspor luar negeri di triwulan I-213 tercatat 145,85 juta USD, mampu tumbuh positif 1,6% (yoy) setelah mengalami periode kontraksi secara berturut-turut. Namun volume ekspornya masih mengalami kontraksi 11,17% (yoy), dengan realisasi volume ekspor sebesar 27,9 ribu ton. Nilai ekspor Bali di triwulan I-213 didominasi oleh ekspor perhiasan (26%), diikuti Perikanan (21%), Pakaian Jadi (19%), kerajinan kayu (9%) dan furniture (7%). Kelimanya memiliki pangsa 82,31% terhadap nilai Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

38 Bab 1. Ekonomi Makro Regional ekspor Bali. Dominasi ini sedikit berubah dari periode sebelumnya, dimana mayoritas ekspor umumnya berupa komoditas perikanan. Hal ini disebabkan peningkatan ekspor perhiasan ke khususnya ke Netherland secara signifikan pada triwulan I-213, sementara ekspor perikanan masih mengalami kontraksi pertumbuhan akibat masih kurang baiknya supply perikanan di laut lepas. Selain perhiasan, komoditas yang mengalami pertumbuhan positif adalah furnitur. Volatilitas dalam jangka pendek diperkirakan masih akan terjadi untuk seluruh komoditas ekspor utama Bali. Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Lainnya 18% Furniture 7% Wood Manufacture 9% Pakaian Jadi 19% Perikanan 21% Perhiasan 26% % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (2) (4) Perikanan Perhiasan Pakaian Jadi Wood Manufacture Furniture Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Berdasarkan negara tujuan ekspor, ekspor Bali masih didominasi ke Australia (19,61%) dan Amerika Serikat (18,48%), diikuti Japan, Singapore, dan Hongkong. Pangsa ekspor kelima negara sebesar 57,95% dari nilai ekspor Bali. Ekspor ke negara-negara tersebut mengalami kontraksi pertumbuhan, kecuali ekspor ke Australia yang melonjak signifikan dengan peingkatan komoditas terutama berupa kerajinan khususnya musical instrument, serta komoditas perikanan. Ekspor ke Jepang mayoritas berupa komoditas perikanan (tuna) dan masih mengalami kontraksi di triwulan I Sementara itu ekspor Amerika Serikat umumnya berupa komoditas perikanan (olahan) dan furniture, mayoritas ekspor ke Singapura berupa perhiasan dan pakaian jadi, sedangkan ekspor ke Hongkong utamanya berupa perhiasan dan perikanan Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan %, yoy Other Countries 42.5% US 18.48% Australia 19.61% Hongkong 3.17% Singapore 6.21% Japan 1.48% 2 (1) (4) (7) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I US Australia Japan Singapore Hongkong Other Countries Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 36 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

39 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Impor juga tumbuh meningkat, dari 5,94% menjadi 9,9% (yoy). Sejalan dengan penguatan ekspor, peningkatan impor didorong oleh pertumbuhan positif komponen impor luar negeri yang tumbuh,85% (yoy), serta peningkatan pertumbuhan komponen impor antar daerah sebesar 22,6% (yoy). Pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor menyebabkan posisi net ekspor semakin mengecil. Impor luar negeri tumbuh positif sebesar,24% (yoy), setelah dua triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan. Nilai impor dalam perdagangan internasional pada triwulan I-213 tercatat 43,22 juta USD, tumbuh positif 1,88% (yoy). Volume impor juga tumbuh signifikan di triwulan I mencapai 127,23% (yoy), dengan volume impor 13,25 ribu ton. Grafik Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik Perkembangan Volume Impor Bali Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy (1) (2) Ribu Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % y oy 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, (2) (4) Nilai Impor g Nilai Impor (RHS) Volume Impor g volume impor (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Nilai impor pada triwulan I masih didominasi untuk pembelian raw material (46%), diikuti capital goods (29%) dan consumption goods (25%). Peningkatan pertumbuhan impor di triwulan I terutama ditunjukkan untuk pembelian raw material dan consumption goods. Hal ini sejalan dengan kebutuhan investasi dan pembangunan infrastruktur, serta orientasi impor yang banyak dilakukan untuk kebutuhan re-ekspor. Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 1.5. Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Capital Goods 29% Raw Material & Auxiliary Goods 46% Consumption Goods 25% %,yoy (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (1) (15) g Consumption Goods (RHS) g Raw Material (RHS) g Capital Goods (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Mayoritas impor di triwulan I-213 berasal dari Singapore (26%), Hongkong (25%) dan RRC (22%). Impor dari ketiga negara tersebut tumbuh positif, dengan peningkatan signifikan ditunjukkan oleh impor dari Singapore dan RRC. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

40 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Impor dari Singapore terutama berupa komponen automatic data processing pendukung peralatan kantor dan peralatan elektronik, dengan nominal impor yang mengalami peningkatan relatif signifikan. Mayoritas impor dari Hongkong juga berupa peralatan kantor, terutama berupa part-part dan aksesoris automatic data procession, serta machinery automatic data processing. Sedangkan impor dari RRC banyak berupa peralatan industri berupa mechanical handling, serta produk manufaktur berupa tubes dan pipes yang digunakan khususnya untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Bali. Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Negara Asal Grafik Perkembangan Impor berdasarkan Negara Asal Other Countries 5% Malaysia 1% Singapore 26% Hongkong 25% %, yoy Thailand 2% Germany 2% South Korea 2% Australia 3% Taiwan 5% USA 7% RRC 22% 15 5 (5) (15) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Singapore USA Hongkong RRC Australia Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 38 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

41 Bab 2 2. Perkembangan Inflasi Tahun 213 diawali dengan lonjakan inflasi yang signifikan. Gangguan sisi supply kelompok komoditas bahan makanan mendorong inflasi triwulan I-213 mencapai 6,47% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy) dan lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 5,9% (yoy). Secara akumulatif, inflasi Denpasar mencapai 3,72% (ytd) jauh lebih tinggi dibanding rata-ratanya dalam lima tahun terakhir yang sebesar 1,85% (ytd). Tekanan inflasi kelompok bahan makanan, mendorong volatile food sebagai kontributor utama dalam pembentukan inflasi pada triwulan I-213. Meskipun tekanan volatile food signifikan, namun inflasi kelompok inti dan administered price dapat dikatakan stabil, bahkan pada triwulan berjalan memiliki kecenderungan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut menyebabkan kontribusi kedua kelompok tersebut menjadi lebih kecil dibanding triwulan sebelumnya dari 3,51% menjadi 3,2% PERKEMBANGAN INFLASI Shock pada sisi supply kelompok volatile food mendorong inflasi komoditas pangan ini mecapai 18,55% (yoy), jauh lebih tinggi dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 6,52% (yoy). Tekanan yang sangat kuat pada kelompok volatile food selain dipengaruhi oleh rendahnya produksi lokal untuk beberapa komoditas pangan utama khususnya bumbu-bumbuan, akibat kondisi cuaca yang kurang mendukung serta siklus tanam komoditas, juga dipengaruhi oleh kendala distribusi untuk beberapa komoditas. Kendala produksi lokal lebih disebabkan oleh karena belum masuknya musim panen, sementara kendala jalur distribusi dipengaruhi oleh kebijakan impor komoditas hortikultura yang menyebabkan berkurangnya pasokan ke dalam negeri. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Denpasar inflasi (%) mtm qtq yoy % y oy 25 Inflasi IHK (yoy) 2 Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (yoy) 15 Inflasi Adm Price (yoy) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tekanan inflasi lebih lanjut dapat tertahan oleh inflasi kelompok inti maupun administered price yang cenderung lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Laju inflasi kelompok inti mencapai 4,52% (yoy) sementara inflasi kelompok administered price sebesar 1,39% (yoy), masing lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 4,98% (yoy) untuk inflasi inti dan 1,42% (yoy) untuk inflasi administered price. Melemahnya tekanan inflasi inti terjadi seiring dengan pelemahan konsumsi masyarakat Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

42 Bab 2. Perkembangan Inflasi pasca pergantian tahun, hal ini diindikasikan dari hasil Survei Konsumen dengan indeks keyakinan konsumen melemah dari 117,25 menjadi 114,83 dan konsumsi durable good yang cenderung mengalami penuruan. Sementara kelompok administered price belum memberikan tekanan yang berarti selain dari peningkatan tarif tenaga listrik yang dikenakan untuk pelanggan dengan daya di atas 9VA. Metode penyesuaian tarif tenaga listrik yang dilakukan dalam 4 tahap sepanjang tahun 213, mengakibatkan dampak penyesuian tersebut cukup kecil dalam pembentukan inflasi Inflasi Tahunan Perkembangan harga-harga komoditas pada awal 213 menunjukkan kecenderungan peningkatan yang signifikan dengan sumber peningkatan utama terjadi pada kelompok bahan makanan. Inflasi triwulan I-213 tercatat sebesar 6,47% (yoy), atau sebesar 3,73% (qtq). Tingginya inflasi selama 3 bulan pertama, ditandai oleh tingginya tekanan harga pada kelompok volatile food. Faktor musiman dan kelangkaan pasokan mendorong inflasi kelompok bahan makanan khususnya pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang memberikan sumbangan sebesar 2,19%. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang (1.82) 5 Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Selain peningkatan pada bahan makanan, inflasi juga dipicu oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga. Penyebab inflasi pada kelompok ini khususnya karena faktor musiman, dimana pelaku usaha cenderung melakukan penyesuaian harga pada awal tahun, khususnya untuk jasa sewa dan kontak rumah. Selain itu peningkatan harga juga dipengaruhi oleh kuatnya permintaan masyarakat yang terjadi secara presisten tercermin dari hasil Survey Harga Properti Residensial yang cenderung mengalami peningkatan. Indeks harga property residensial pada triwulan I-213 mencapai 157,49 lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar 156,81 dan lebih besar dibanding rata-rata indek selama 212 sebesar 147,75. Kelangkaan pasokan khususnya untuk komoditas bumbu-bumbuan semakin menegaskan bahwa inflasi sangat dipengaruhi oleh sisi supply. Sebagian besar inflasi tahunan yang tercatat sebesar 6,47%; 3,82% disumbangkan oleh kelompok komoditas bahan makanan dan dari 3,82% tersebut, 2,19% disumbangkan hanya oleh sub kelompok bumbu-bumbuan. Setelah catatan inflasi yang cukup terjaga dan stabil sepanjang 212, laju inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I-213 mencapai 16,15% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 6,6%. Lonjakan inflasi yang tinggi terutama bersumber dari sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi sebesar 68,38% (yoy) jauh lebih 4 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

43 Bab 2. Perkembangan Inflasi tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 19,15% (yoy). Selain lonjakan pada bumbu, lonjakan inflasi yang signifikan juga terjadi pada kelompok buah-buahan yang mencapai 24,1% (yoy) jauh melampaui triwulan sebelumnya sebesar 12,22% (yoy). Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bumbu-bumbuan dan Buah-buahan Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bawang Merah dan Bawang Putih % (yoy) % (yoy) UMUM BAHAN MAKANAN Bumbu - bumbuan (Rhs) Buah - buahan (Rhs) Rp / Kg %, mtm Harga Bawang Merah Harga Bawang Putih 1 4 Growth Bw Merah (RHS) Growth Bw Putih (RHS) (2) (4) Sumber : BI dan BPS, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Seluruh komoditas bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi sepanjang triwulan I-213, namun demikian laju inflasi terbesar terjadi pada komoditas bawang merah, bawang putih dan cabai rawit. Bawang merah tercatat mengalami inflasi sebesar 273,4% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 54,97% (yoy) dan merupakan komoditas dengan catatan inflasi tertinggi pada triwulan I-213. Tingginya inflasi bawang merah memberikan sumbangan yang signifikan sebesar 1,12% terhadap total inflasi. Demikian halnya dengan komoditas bawang putih, mengalami inflasi 13,2% (yoy) jauh melampaui inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,33% (yoy), dan memberikan sumbangan sebesar,86%. Penyebab inflasi kedua komoditas bumbu tersebut ditengarai akibat kondisi pasokan yang sangat terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh, faktor musim, dimana pada awal tahun belum terjadi panen raya untuk kedua komoditas tersebut. Prediksi panen diperkirakan akan terjadi pada bulan April dan Mei. Sebagai informasi lebih lanjut, berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, produksi bawang merah dan bawang putih nasional pada 211 masing-masing mencapai 149,6 ribu ton dan 7,4 ribu ton. Sementara untuk produksi Bali, bawang merah mencapai 9,319 ton dan bawang putih mencapai 91 ton. Dari catatan Kementerian Pertanian dan Susenas diketahui bahwa untuk komoditas bawang merah secara nasional masih terdapat surplus namun untuk bawang putih terjadi defisit, sehingga pemenuhan impor menjadi sangat krusial. Keterbatasan pasokan akibat faktor musim pada triwulan I menjadi semakin meluas dengan adanya hambatan dalam impor. Kebijakan Permentan No. 6 tahun 212, yang mengatur impor hortikultura menyebabkan tertundanya impor beberapa komoditas termasuk komoditas bawang, khususnya bawang putih. Fenomena ini menyebabkan level harga bawang merah meningkat dari Rp2.935 /kg di akhir tahun 212 menjadi Rp /kg di akhir triwulan I-213. Catatan harga ini juga jauh di atas rata-rata tiga tahun terakhir yang tercatat sebesar Rp19.48 /kg. Sementara untuk harga bawang putih tercatat mencapai Rp44.47 /kg jauh di atas rata-rata harga tiga tahun terakhir yang sebesar Rp /kg. Komoditas bumbu lain yang turut mengalami peningkatan yang cukup besar adalah komoditas cabe rawit yang mengalami inflasi 38,43% jauh melampaui perkembangan harga triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 29,49% (yoy). Setelah mengalami kecenderungan penurunan harga sepanjang 212 dengan level terendah pada Desember 212 mencapai Rp /kg, harga meningkat pada akhir triwulan I dan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

44 Bab 2. Perkembangan Inflasi mencapai Rp /kg. Kecenderungan peningkatan harga cabe diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musim, dimana pada triwulan I kecenderungan curah hujan tinggi dan sebagai akibatnya produksi cabe mengalami penuruan. Dari laporan BMKG, rata-rata curah hujan pada triwulan I-213 diperkirakan sedang hingga tinggi pada kisaran 2 hingga 3 mm. Grafik 2.5. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Inti, IKK, dan Konsumsi Durable Goods Indeks % IHPR g IHPR (yoy) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks % (yoy) 9 Inflasi Inti (Rhs) 8 Konsumsi Durable Goods 7 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Laju inflasi kelompok volatile food dapat tertahan oleh kecenderungan tekanan inflasi inti yang melemah dari triwulan sebelumnya, dari 4,98% (yoy) menjadi 4,25% (yoy). Sumbangan inflasi inti juga menurun dari 3,29% menjadi 2,81%. Beberapa komoditas kelompok inti yang memberikan sumbangan signifikan dalam pembentukan inflasi antara lain adalah tarif sewa rumah, nasi, kontrak rumah, akademi/perguran tinggi dan ikan jengki segar yang kelimanya memberikan sumbangan sebesar 1,48%. Komoditas sewa rumah, sebagai komoditas dengan bobot tertinggi mencapai,1% mengalami inflasi sebesar 7,4% (yoy) dengan sumbangan sebesar,72%. Peningkatan tarif sewa rumah umumnya terjadi sepanjang tahun, namun periode awal dan akhir tahun menjadi puncak peningkatan tarif sewa rumah. Kecenderungan peningkatan sewa rumah dipengaruhi oleh peningkatan permintaan terhadap komoditas tersebut yang presisten, sehingga meskipun jumlah penawaran cenderung meningkat, namun harga tetap mengalami peningkatan. Kecenderungan peningkatan tarif sewa rumah juga didukung oleh kecenderungan peningkatan harga property baik residensial maupun komersial. Dari catatan Bank Indonesia, berdasar Survey Harga Property Residensial terdapat kecenderungan peningkatan harga rumah pada triwulan I-213 dengan indeks harga mencapai 157,49 lebih besar dibanding periode sebelumnya sebesar 156,81. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian dari Knight Frank dimana Bali menjadi salah satu kota dengan peningkatan harga property tertinggi di dunia. Selain peningkatan pada komoditas perumahan, inflasi inti juga dipengaruhi oleh peningkatan harga nasi yang mencapai 12,9% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 21,73% (yoy), nasi masih mampu memberikan sumbangan sebesar,36%. Kecenderungan peningkatan harga komoditas nasi dipengaruhi oleh peningkatan kondisi perekonomian dan faktor musiman, seperti perayaan hari raya keagamaan. 42 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi Grafik 2.7. Perkembangan Kelompok Inflasi Inti Grafik 2.8. Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Inti % (yoy) % (yoy) U M U M / T O T A L PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 12 7 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 6 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU (Rhs) % (yoy) NASI KONTRAK RUMAH SEWA RUMAH AKADEMI/PERGURUAN TINGGI ANGKUTAN UDARA (Rhs) % (yoy) Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Di sisi lain, inflasi administered price masih dapat dikatakan rendah dengan laju inflasi sebesar 1,39% (yoy), kelompok inflasi ini memberikan sumbangan sebesar,21%, lebih rendah dibanding sumbangan triwulan sebelumnya sebesar,22%. Tekanan inflasi administered pada triwulan I-213 umumnya berasal dari tarif listrik yang mengalami peningkatan sebesar 4,8% (yoy) dengan sumbangan sebesar,15%. Rendahnya tekanan inflasi pada kelompok ini disebabkan belum adanya kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi harga beberapa komoditas yang peredarannya diatur oleh pemerintah, seperti penyesuaian tarif cukai rokok yang umumnya dilakukan pada awal tahun Inflasi Triwulanan Inflasi pada awal tahun masih diwarnai oleh fenomena cuaca, walaupun curah hujan cenderung lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya, namun cuaca masih mempengaruhi produktivitas pertanian yang bermuara pada inflasi komoditas pertanian. Inflasi triwulan I-213 tercatat sebesar 3,73% (qtq) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,12% (qtq) dan lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi triwulanan selama 212 yang mencapai 1,16% (qtq). Faktor musim yang sangat kental mendorong inflasi kelompok bahan makanan hingga mencapai 12,5% (qtq) dengan sumbangan 2,87%. Sama halnya dengan fenomena inflasi tahunan, inflasi triwulan I juga sangat dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan, khususnya bawang merah, bawang putih, cabe rawit, telur ayam ras dan cabe merah. Komoditas bawang baik bawang merah maupun bawang putih keduanya menyumbang inflasi sebesar 1,45% dari total inflasi sebesar 3,73%. Inflasi bawang merah mencapai 135,84% (qtq) di atas inflasi periode sebelumnya sebesar 66,39%. Sementara bawang putih mengalami inflasi sebesar 55,42% (qtq). Selain bawang, cabe juga tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi mencapai 196,42% (qtq) dengan sumbangan,3%. Harga cabe cenderung mengalami rebound setelah mengalami deflasi yang cukup dalam pada akhir 212 sebesar 25,33% (qtq). Belum terdapatnya panen raya cabe akibat mundurnya periode tanam terkait dengan curah hujan yang masih tinggi di awal tahun menyebabkan harga cabe menyentuh level tertingginya sebesar Rp /kg di minggu III bulan Maret, jauh melampaui harga tertingginya di Desember 212 sebesar Rp19,275 /kg. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang 1.33 (1.28) 1.3 (.14) (1.42) 5 Kesehatan 1.23 (.6) Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (.1).9 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.73 (.7) UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Cuaca juga diperkirakan mempengaruhi produksi dan pasokan telur ayam ras di Bali. Meskipun saat ini Bali mengalami surplus produksi telur dan menjadi pemasok telur untuk daerah di sekitar Bali, namun kondisi cuaca yang berpengaruh pada produktivitas telah memberikan dampak pada pembentukan harga input dari komoditas tersebut. Pada triwulan I-213 harga telur ayam ras tertinggi mencapai Rp /kg sementara rata-rata harga telur pada triwulan sebelumnya mencapai Rp /kg. Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Volatile Food Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Komoditas Terpilih Kelompok Inflasi Inti % (qtq) TELUR AYAM RAS BAWANG MERAH BAWANG PUTIH CABE RAWIT % (qtq) U M U M / T O T A L KONTRAK RUMAH SEWA RUMAH UPAH PEMBANTU RT Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Berbeda dengan fenomena inflasi inti tahunan yang mengalami pelemahan, laju inflasi inti pada triwulan I- 213 mencapai 1,26% (qtq) cenderung mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,8% (qtq). Pergerakan inflasi inti pada awal tahun sangat dipengaruhi penyesuaian harga komoditas perumahan. Peningkatan inflasi inti terutama terjadi akibat peningkatan pada sub kelompok biaya tempat tinggal yang meningkat dari,67% (qtq) menjadi 2,48% (qtq). Peningkatan inflasi terbesar terjadi pada komoditas kontrak rumah yang meningkat dari,% (qtq) menjadi 3,7% (qtq). Peningkatan yang tinggi pada kontrak rumah umumnya terjadi di awal tahun sebagai penyesuaian yang rutin dilakukan setiap tahun. Sementara sewa rumah juga mengalami peningkatan dari 1,54% (qtq) menjadi 2,68% (qtq). 44 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi Inflasi Bulanan Secara bulanan, inflasi triwulan I-213 diwarnai dengan inflasi yang kuat. Inflasi terendah terjadi pada bulan Maret dengan laju inflasi sebesar 1,8% (mtm), sementara yang tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan laju inflasi 1,41% (mtm). Pergerakan inflasi tiga bulan pada triwulan I-213 cenderung memiliki pola yang sama dengan sumber tekanan umumnya berasal dari peningkatan pada kelompok bahan makanan dan terjadi deflasi pada kelompok sandang. Inflasi bulan Januari tercatat sebesar 1,41% (mtm), sumbangan inflasi terbesar bersumber dari kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 4,32% (mtm) dan sumbangan sebesar 1,3%. Tabel 2.3. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%) I-213 No. Kelompok Barang Jan Feb Mar 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar Sandang (.38) (.76) (.29) 5 Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Komoditas utama pendorong inflasi Januari adalah daging ayam ras, kontrak rumah, cabe rawit, sewa rumah dan beras yang kelimanya memberikan sumbangan inflasi sebesar,71%. Dari kelompok bahan makanan, daging ayam ras mengalami inflasi sebesar 15,99% (mtm) dengan sumbangan,23%. Dari laporan TPID Provinsi Bali, inflasi daging ayam dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Curah hujan yang masih tinggi memungkinkan pertumbuhan organisme penggangu seperti jamur dan bakteri yang mempengaruhi produktivitas daging ayam. Sementara cabe rawit mengalami inflasi tertinggi mencapai 85,97% (mtm) dan memberikan sumbangan sebesar,13%, dengan rata-rata harga di pasar mencapai Rp /kg. Inflasi cabe rawit diperkirakan terjadi karena terkendalanya pasokan akibat rendahnya produksi terkait dengan cuaca. Dari laporan yang dapat dihimpun oleh TPID, sentra-sentra cabe di Bali pada bulan Januari belum memulai produksi, selain dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang masih belum mendukung juga disebabkan oleh tidak menarikanya harga cabe, dimana pada bulan Desember cabe rawit mengalami harga terendahnya di tahun 212, mencapai Rp /kg. Pada bulan Januari beras turut menyumbang inflasi sebesar,1%, meskipun mengalami inflasi yang cukup rendah sebesar 1,53% (mtm). Berakhirnya panen sub round ketiga pada bulan November dan Otober mempengaruhi jumlah pasokan beras di Bali. Kondisi ini mendorong peningkatan harga beras walaupun dalam level yang rendah, khususnya beras kualitas medium yang pengadaannya dilakukan dari luar Bali. Beras medium tercatat meningkat dari Rp9.245 /kg menjadi Rp9.457 /kg, sementara beras premium cenderung meningkat dalam level yang sangat terbatas, dari Rp1.368 /kg menjadi Rp1.4 /kg. Hal ini terkait dengan jumlah permintaan yang jauh lebih tinggi untuk beras medium dibanding beras premium. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan Grafik Inflasi Bulanan Januari % (mtm) Januari Februari Maret % (mtm) UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan 1.8 (.38).17 Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pada bulan Februari, inflasi mencapai 1,19% (mtm) dengan tekanan inflasi masih bersumber pada komoditas bahan makanan yang mencapai 3,33% (mtm) dengan sumbangan,82%. Komoditas penyumbang utama antara lain, bawang putih, sewa rumah, tarif listrik, telur ayam ras dan bawang merah, kelima komoditas tersebut menyumbang inflasi sebesar,78%. Tekanan inflasi komoditas bawang putih mulai terasa pada bulan Februari, dengan laju inflasi sebesar 25,13% (mtm) bawang memberikan sumbangan sebesar,28%, jauh lebih besar dibanding sumbangannya pada bulan sebelumnya sebesar,4%. Peningkatan harga bawang ditengarai sebagai akibat dari kelangkaan pasokan, baik pasokan domestik atau lokal maupun pasokan impor. Hal serupa juga terjadi pada komoditas bawang merah yang mendorong inflasi bawang merah sebesar 12,16% (mtm) dan memberikan sumbangan sebesar,9%. Dari catatan Bank Indonesia rata-rata harga bawang putih pada bulan Februari mencapai Rp /kg lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar Rp23.25 /kg. Dari sisi administered price, peningkatan tarif tenaga listrik yang mulai diterapkan sejak awal tahun mulai memberikan dampak pada inflasi di bulan Februari. Kenaikan tarif dasar listrik yang ditetapkan secara bertahap mulai dari awal tahun, membebani inflasi pada Februari 213. Kebijakan kenaikan secara bertahap menyebabkan beban inflasi tidak terlalu tinggi, inflasi tarif listrik hanya tercatat sebesar 4,8% (mtm) dengan sumbangan sebesar,15%. Grafik Inflasi Bulanan Februari Grafik Inflasi Bulanan Maret % (mtm) % (mtm) UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor (.76) UMUM Makanan Jadi Sandang Pendidikan.17.9 (.29) Bahan Makanan Perumahan Kesehatan Transpor.12.5 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 46 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Pada Maret inflasi cenderung mengalami penurunan, namun masih dapat dikatakan besar, dengan laju inflasi sebesar 1,8% (mtm). Bahan makanan masih menjadi faktor pendorong utama peningkatan inflasi, dengan laju inflasi mencapai 3,95% (mtm) bahan makanan memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar,99%. Komoditas yang secara signifikan mempengaruhi inflasi pada bulan Maret adalah bawang merah, bawang putih dan cabe rawit, ketiganya secara bersama-sama menyumbang inflasi sebesar 1,7%. Bawang merah diperkirakan mengalami peningkatan harga tertinggi pada periode Maret, yang mampu mendorong inflasi sebesar 85,24% (mtm) dan memberikan sumbangan sebesar,67%. Kelangkaan dan terbatasnya pasokan menyebabkan harga bawang merah di pasar melonjak tajam dengan rata-rata harga perkilo dalam bulan Maret mencapai Rp /kg, jauh di atas rata-rata harganya untuk tahun 212 yang mencapai Rp18.56 /kg. Lonjakan harga yang sangat tajam diperkirakan juga akan mempengaruhi produksi pada periode panen (April dan Mei) mengingat petani cenderung untuk menjual seluruh stok bawang, termasuk bawang yang seharusnya digunakan sebagai bibit. Hal serupa juga terjadi pada komoditas bawang putih, dimana terjadi lonjakan harga yang sangat signifikan dengan rata-rata harga bulanan mencapai Rp44.47 /kg jauh di atas rata-rata harganya di tahun 212 sebesar Rp /kg. Lonjakan harga ini mendorong inflasi bawang putih hingga 19,29% (mtm) dengan sumbangan sebesar,26%. Sementara untuk komoditas cabe rawit yang mengalami inflasi sebesar 48,57% (mtm) diperkirakan terjadi seiring dengan peningkatan permintaan terkait perayaan hari besar keagamaan yang tidak diimbangi dengan jumlah pasokan lokal yang memadai FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Inflasi triwulan I-213, terutama bersumber dari tekanan kelompok volatile food akibat kendala supply yang memberikan sumbangan dalam pembentukan inflasi sebesar 3,44%. Sementara inflasi kelompok inti dan administered price cenderung stabil dengan sumbangan masing-masing sebesar 2,81% dan,21%. Adapun faktor yang umumnya mempengaruhi laju inflasi pada triwulan IV-212 adalah, kelangkaan pasokan serta peningkatan biaya input atau produksi. Grafik Sumbangan Inflasi Menurut Disagregasinya Grafik Sumbangan Inflasi Menurut Kelompok Komoditas % (yoy) 7 6 Total Core Volatile Foods Adm Price % (yoy) 7 U M U M / T O T A L 6 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Faktor kelangkaan produksi komoditas bumbu-bumbuan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pergerakan inflasi sepanjang triwulan I-213. Kegagalan panen bawang merah pada periode tanam Oktober dan November 212 akibat tingginya curah hujan memaksa petani untuk menanam ulang komoditas bawang merah pada Januari 213. Tertundanya panen yang diiringi dengan kendala pada Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi sisi impor menyebabkan kelangkaan komoditas bawang semakin meluas dan berlangsung lebih lama. Tertundanya panen akibat kegagalan produksi di sentra produksi menyebabkan harga perhitungan harga input bawang merah harus mengalami penyesuaian oleh petani. Sebagai dampaknya harga bawang merah sebagai output juga mengalami peningkatan yang signifikan, tercatat pada triwulan I-213 meningkat sebesar 273,4% (yoy). Demikian halnya untuk komoditas bawang putih, meskipun sebagian komoditas ini harus dipenuhi oleh impor akibat jumlah produksi domestik yang terbatas, namun pasokan komoditas ini juga menghadapi kendala impor yang sama. Pembatasan pintu impor dan kendala dalam pemberian rekomendasi impor produk hortikultura menyebabkan tersendatnya pasokan komoditas tersebut ke pasar domestik. Kendala impor juga ditengarai tidak hanya menyebabkan inflasi pada komoditas bumbu, namun juga pada komoditas buah-buahan khususnya buah-buah yang termasuk dalam kebijakan impor hotrikultura seperti jeruk siam, jeruk mandarin, anggur, apel dan pisang. Inflasi tertinggi kelompok buah-buahan terjadi pada komoditas pisang yang mencapai 52,85% (yoy), diikuti dengan jeruk sebesar 37,68% (yoy) dan apel sebesar 33,98% (yoy). Selain akibat ketentuan impor, inflasi pada komoditas ini juga diindikasikan terjadi akibat peningkatan permintaan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan pada triwulan I-213, seperti Galungan, Kuningan dan Nyepi. Sisi permintaan juga turut memberikan pengaruh yang besar pada pembentukan inflasi. beberapa komoditas yang mengalami tekanan inflasi secara presisten akibat faktor demand antara lain, sewa dan kontrak rumah, angkutan udara, makanan jadi dan kendaraan carter. Komoditas sewa dan kontrak rumah meskipun masingmasing mengalami inflasi yang moderat 7,4% (yoy) dan 3,27% (yoy) namun memiliki sumbangan yang besar dalam pembentukan inflasi mencapai,87%. Peningkatan yang cenderung terjadi secara presisten disebabkan oleh permintaan yang tetap kuat ditengah ekspansi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kegiatan industri pariwisata di Bali. Demikian halnya untuk komoditas angkutan udara dan carter kendaraan yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 22,1% (yoy) dan 11,66% (yoy). Inflasi pada kedua komoditas ini dipengaruhi oleh permintaan yang tinggi. Grafik Ekspektasi Konsumen terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan Grafik Ekspektasi Pedagang terhadap Harga 3 dan 6 Bulan Ke depan Indeks % yoy Ekspektasi Harga 3 bln yad. Ekspektasi Harga 6 bln yad Inflasi (yoy) - RHS Indeks %y oy Inflasi IHK aktual (yoy) - RHS Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad 8 19 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia Sumber : Survey Penjualan Eceran Bank Indonesia Dari sisi peraturan, inflasi terjadi pada peningkatan tarif tenaga listrik. Tekanan inflasi akibat kenaikan tarif tenaga listrik masih dapat dikatakan rendah dan terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh besaran peningkatan tarif yang diterapkan secara bertahap dalam empat tahapan sehingga setiap tahap peningkatannya hanya berkisar antara 4% 6,5% untuk kalangan rumah tangga, dan berkisar antara 4,5%-5% untuk pelanggan industri. 48 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

51 Bab 3 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Pada awal 213 perbankan masih mampu melakukan ekspansi yang kuat. Beberapa indikator kinerja perbankan masih tumbuh tinggi walaupun sedikit mengalami perlambatan, hal ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-213. Secara umum, kinerja perbankan baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dapat dilihat dari perkembangan aset, pengerahan dana masyarakat dan penyaluran kredit. Aset masih mampu tumbuh tinggi di level 22,48% sehingga mendorong aset mencapai Rp71,29 triliun, namun catatan pertumbuhan ini masih lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 22,93%. Dari sisi sumber pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami kecenderungan yang sama, dengan pertumbuhan sebesar 19,65%, sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 2,76%. Walaupun DPK cenderung melambat, penyaluran kredit perbankan masih mampu mengalami peningkatan dari 3,27% menjadi 3,28%. Ekspansi kredit yang merupakan pelaksanaan tinggi mendorong fungsi intermediasi yang tercermin dari peningkatan LDR menjadi sebesar 74,75% PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Aktivitas perekonomian yang tinggi pada awal 213 turut mendorong perkembangan perbankan. Kinerja bank umum tumbuh tinggi tercermin dari pertumbuhan aset yang mencapai 21,79% (yoy). Walaupun tercatat tumbuh tinggi, namun pertumbuhan pada triwulan I-213 masih lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 22,12% (yoy). Pertumbuhan kinerja perbankan tersebut mengindikasikan peningkatan peran perbankan dalam perekonomian daerah, hal tersebut juga terlihat dari hasil survei kegiatan dunia dan survei konsumen, yang menunjukan tingginya aksesibilitas dunia usaha kepada perbankan. Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) Indikator I II III IV I II III IV I Aset 44,517 47,111 48,92 52,11 53,242 57,91 6,983 63,625 64,846 Kredit Umum 25,354 27,14 28,733 3,576 31,855 34,337 36,684 39,662 41,421 Modal Kerja 1,538 11,176 11,779 12,75 12,948 14,518 15,182 16,512 16,669 Investasi 4,463 4,968 5,534 5,727 6,183 6,44 7,11 7,884 8,652 Konsumsi 1,353 1,995 11,421 12,99 12,724 13,415 14,392 15,266 16,1 Kredit MKM 21,142 22,549 23,671 25,31 25,747 27,599 29,257 31,274 32,345 Pangsa Kredit MKM Kredit UMKM 1,529 11,579 12,158 12,776 12,925 14,411 14,873 15,959 16,116 Pangsa Kredit UMKM Dana Pihak Ketiga 38,536 4,34 42,81 45,64 46,898 49,577 52,988 54,948 55,982 Deposito 12,656 13,146 14,177 14,547 14,971 15,412 15,893 16,43 16,541 Giro 7,931 8,73 8,867 8,838 9,896 1,347 11,55 1,49 11,91 Tabungan 17,949 18,491 19,757 22,219 22,31 23,818 25,59 28,28 27,54 NPL (Gross) LDR Sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

52 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pertumbuhan aset perbankan didorong oleh perbankan pemerintah, baik BUMN maupun bank pembangunan daerah. Aset bank pemerintah tercatat tumbuh sebesar 24,87% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 24,44% (yoy). Pertumbuhan aset bank pemerintah terjadi seiring dengan pengembangan jaringan, serta peningkatan kapasitas bisnis. Pertumbuhan yang kuat tersebut juga meningkatkan kontribusi bank pemerintah dalam pembentukan asset perbankan di Bali. Share aset bank pemerintah tercatat sebesar 59,95% meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 59,1%. Peningkatan share aset bank pemerintah mengindikasikan besarnya kekuatan bank pemerintah untuk melakukan penetrasi pasar. Hal ini terutama didukung oleh jumlah kantor dan jaringan kantor yang relatif besar dengan 31 kantor cabang, 93 kantor cabang pembantu dan 191 kantor kas. Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank %, yoy Rp Miliar 33 7, 31 Nom. Aset (RHS) g Aset 29 g Kredit g DPK 6, 27 5, 25 4, 23 3, 21 2, , Share, % %, yoy 1% 6 5 8% 4 6% 3 2 4% 1 2% -1 % Share Bank Pemerintah Share Bank Asing & Campuran Share Bank Swasta Nasional g Bank Swasta Nas (RHS) g Bank Asing & Camp. (RHS) g Bank Pemerintah (RHS) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Di sisi lain, bank swasta dengan jumlah bank terbanyak dan jaringan yang besar, meliputi 45 cabang, 193 cabang pembantu dan 93 kantor kas, memiliki kontribusi dalam pembentukan aset sebesar 37,83%, cenderung menurun dibandingkan dengan kontribusi triwulan sebelumnya sebesar 38,63%. Penurunan kontribusi diperkirakan akibat pertumbuhan aset yang tidak secepat pertumbuhan pada bank pemerintah. Aset perbankan swasta tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 18,79% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan aset bank pemerintah yang mencapai 24,87% (yoy). penurunan kontribusi aset bank swasta menjadi lebih besar akibat terjadinya pertumbuhan yang melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 19,83% (yoy). Ekspansi perbankan swasta yang tidak secepat bank pemerintah, salah satunya, diperkirakan karena bank swasta sangat terkonsentrasi di Denpasar dan Badung yang menyebabkan tingkat persaingan semakin ketat, mengingat Bank Umum juga harus bersaing dengan BPR yang memiliki pasar cukup besar di daerah tersebut. Sementara kelompok bank asing campuran yang umumnya hanya beroperasi di Kota Denpasar memiliki share pembentukan aset sebesar 2,22%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,26%. Dengan pasar yang realatif terbatas, pada triwulan I-213 pertumbuhan aset mengalami kontraksi sebesar 1,25% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 5,17% (yoy). 5 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

53 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Peran perbankan dalam perekonomian sebagai mediator arus dana semakin mengalami peningkatan, hal ini diindikasikan dari rasio dana terhadap kredit (LDR) yang cenderung mengalami peningkatan. Tingkat LDR pada triwulan I-213 mencapai 73,99%, lebih tinggi dibanding catatan sebelumnya sebesar 72,18% dan merupakan capaian LDR tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Faktor pendorong peningkatan LDR diperkirakan masih bersumber dari tingginya peningkatan dan pertumbuhan ekonomi sehingga membutuhkan pendanaan yang besar dari perbankan. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ekspektasi positif atas kegiatan usaha atau bisnis pada periode yang akan datang, minat investasi masyarakat juga turut mengalami peningkatan, hal ini cenderung berakibat pada pengurangan potensi pengerahan dana masyarakat ke perbankan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat cenderung untuk menggunakan dana yang dimiliki untuk melakukan ekspansi usaha dibandingkan dengan menyimpannya di bank. Hal tersebut juga selaras dengan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang cenderung stabil pada level yang rendah sebesar 5,75%. Suku bunga yang rendah tersebut telah direspon oleh perbankan dengan melakukan penurunan suku bunga. Sebagai dampaknya, masyarakat lebih tertarik mengerahkan dananya untuk kegiatan investasi riil dibandingkan dengan kegiatan saving atau menabung. Suku bunga yang rendah juga telah menjadi stimulus bagi pelaku usaha untuk melakukan peminjaman dana ke bank, mengingat biaya bunga yang tidak terlalu besar. Dari laporan yang disampaikan oleh perbankan kepada Bank Indonesia, penyaluran kredit di daerah tidak hanya berasal dari perbankan di daerah tersebut, namun juga oleh perbankan di luar daerah, khususnya dilakukan oleh kantor yang memiliki kewenangan lebih tinggi, seperti kantor wilayah maupun kantor pusat. Dengan memperhitungkan penyaluran kredit di Provinsi Bali yang dilakukan oleh bank yang berkantor di laur Bali, maka catatan LDR lokasi proyek mencapai 9,82%, lebih tinggi dibanding periode-periode sebelumnya. Hal ini diperkirakan selain karena adanya pembatasan persetujuan kredit untuk kredit dengan nominal besar, juga dipicu oleh daya tarik investasi di Bali yang sangat besar sehingga mendorong investor dari luar Bali melakukan investasi di Bali. Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Aset Terhadap Kredit Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Suku Bunga (%) LDR Share kredit tdh aset I II III IV I II III IV I II III IV I % (pa) % (pa) Sk. Bunga DPK BI Rate Sk. Bunga Kredit Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

54 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Peran perbankan yang meningkat tidak hanya ditunjukkan dari rasio LDR, namun juga dari kualitas LDR, dimana peningkatan yang terjadi lebih dipengaruhi oleh ekspansi kredit tinggi yang menyebabkan pertumbuhan kredit lebih besar dibanding pertumbuhan dana. Peningkatan kredit yang kuat meningkatkan share kredit terhadap aset menjadi 63,88% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 62,34%. Hai ini menunjukkan bahwa perbankan semakin meningkatkan peran intermediasinya. Selain dari rasio LDR, peran perbankan dalam perekonomian Bali juga ditunjukkan dari rasio kredit terhadap PDRB yang terus meningkat, pada triwulan I-213, rasio kredit yang disalurkan dengan nominal PDRB mencapai 184,1%. Demikian halnya dengan share peningkatan kredit terhadap PDRB juga cenderung mengalami peningkatan. Pada pada triwulan I-213, share peningkatan kredit tehadap PDRB mencapai 42,52%. Grafik 3.5. Perkembangan Share Kredit thd PDRB Grafik 3.6. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank (%) Share growth kredit triwulanan thd PDRB Sahare growth kredit tahunan terhadap PDRB I II III IV I II III IV I II III IV I (%) LDR Pemerintah LDR Swasta LDR Asing Campurang I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Peningkatan LDR pada triwulan I-213 didorong oleh peningkatan LDR yang terjadi pada seluruh kelompok bank, baik bank pemerintah, swasta maupun bank asing campuran. Bank pemerintah sebagai penyalur kredit terbesra, memiliki LDR terbesar pula mencapai 76,5%, dan tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 75,89%. Sementara bank swasta memiliki rasio LDR sebesar 72,48% tercatat mengalami peningkatan dari 69,72% pada triwulan IV-212. Demikian pula bank asing, walaupun LDR masih rendah, sebesar 36,3%, namun bank asing tercatat memiliki peningkatan tertinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 21,68%. Seiring dengan peningkatan LDR yang terjadi pada seluruh kelompok bank, rasio kredit terhadap aset juga mengalami peningkatan. Peningkatan rasio LDR dan rasio kredit terhadap aset yang terjadi secara merata pada seluruh kelompok bank mengindikasikan bahwa perbankan selalu berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan fungsi intermediasi melalui ekspansi kredit. 52 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

55 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.7. Komposisi Kredit Terhadap Aset (%) Pemerintah Swasta Asing Campurang I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, diolah Penghimpunan Dana Melanjutkan perlambatan pada 212, pengerahan dana masyarakat ke dalam sistem perbankan dalam bentuk DPK pada triwulan I-213 turut mengalami perlambatan dari 2,49% (yoy) menjadi 19,37% (yoy). Faktor pemicu perlambatan DPK diperkirakan bersumber dari tingginya kebutuhan dana oleh masyarkat, terutama untuk kebutuhan investasi dan produksi maupun untuk kegiatan konsumsi. Peningkatan investasi tercermin dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha yang masih menunjukkan optimisme pelaku bisnis terhadap kondisi usaha enam bulan mendatang. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh proyeksi peningkatan aktivitas industri pariwisata khususnya pada tahun 213, dimana banyak terdapat kegiatan berskala internasional yang dilaksanakan di Bali khususnya pelaksanaan KTT APEC. Sementara peningkatan kebutuhan konsumsi diperkirakan terkait dengan perayaan hari besar keagamaan seperti Galungan, Kuningan dan hari Raya Nyepi. Selain karena peningkatan kegiatan investasi dan konsumsi, perlambatan penyerapan dana oleh perbankan, juga dipengaruhi oleh rendahnya suku bunga simpanan di bank. Tingkat suku bunga simpanan di bank yang rendah menyebabkan simpanan kurang menarik bagi pemilik dana. Perlambatan pengerahan DPK pada industri perbankan, terjadi pada seluruh kelompok bank. Pada bank pemerintah, pertumbuhan DPK masih tercatat tinggi sebesar 23,3% waluapun melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 23,43%. Sementara untuk kelompok bank swasta pertumbuhan DPK pada triwulan I-213 sebesar 15,5% melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 17,42%. Adapun kelompok bank asing campuran mengalami penurunan terbesar, dimana pertumbuhan pada triwulan I mengalami kontraksi sebesar 1,63% jauh dibawah pertumbuhan sebelumnya sebesar 3,4%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

56 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Grafik 3.9. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank (%) I II III IV I II III IV I II III IV I (%) (5) (1) (%) Pemerintah Swasta Asing Campurang Share Giro Share Tabungan Share Deposito Growth Giro (Rhs) Growth Tabungan (Rhs) Growth Deposito (Rhs) - (5) I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Sejalan dengan karakter perekonomian, dana masyarakat yang disimpan di bank umumnya dalam bentuk tabungan, mencapai 49,19%, diikuti oleh deposito dan giro masing-masing sebesar 29,55% dan 21,26%. Tingginya konsentrasi DPK dalam bentuk tabungan didorong oleh kebutuhan akan fasilitas penyimpanan yang dapat dicairkan sewaktu-waktu serta dominasi pemilik rekening yang sifatnya individu atau perorangan, sehingga tabungan dianggap sebagai pilihan yang paling efisien. Hal tersebut terkait dengan tingginya kebutuhan likuiditas dimasyarakat untuk membiayai ekspansi bisnisnya serta struktur ekonomi yang sangat didominasi oleh Usaha Mikro dan Kecil (UKM). DPK dalam bentuk tabungan, pada triwulan I-213 tercatat tumbuh sebesar 25,1% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,14% (yoy). Sementara itu, deposito tumbuh sebesar 1,49% lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 12,94%. Kecenderungan pelambatan pertumbuhan deposito telah terjadi sejak tiga tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan kecenderungan penurunan tingkat suku bunga bank. Pertumbuhan yang rendah dengan kecenderungan mengalami perlambatan menyebabkan share deposito mengalami penurunan. Pada triwulan laporan share deposito tercatat sebesar29,55% lebih rendah dibanding akhir tahun 212 sebesar 29,9% maupun akhir 211 sebesar 31,9%. Hal ini mengindikasikan terjadinya pergeseran preferensi masyarakat dalam menabung. Di sisi lain, pertumbuhan DPK dalam bentuk giro tercatat meningkat dari 18,7% (yoy) pada triwulan IV- 212 menjadi 2,26% (yoy) pada triwulan I-213. Peningkatan pertumbuhan giro diperkirakan karena realisasi APBD yang lebih cepat terkait dengan persetujuan yang lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Rekening giro sangat dipengaruhi oleh aktivitas APBD mengingat sebagian rekening giro dimiliki oleh pemda sebagai penampung dana APBD untuk pembangunan Penyaluran Kredit Sebagai bentuk dukungan perbankan terhadap perekonomian, industri perbankan secara konsisten melakukan peningkatan ekspansi kredit ke masyarakat dan dunia usaha. Penyaluran kredit pada triwulan I- 213 tercatat sangat ekspansif yang mendorong kredit tumbuh mencapai 3,3% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 29,72% (yoy) dan lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan jangka panjangnya yang mencapai 22,54% (yoy). Pertumbuhan yang kredit yang tinggi tersebut seiring dengan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tingginya kebutuhan dana masyarakat. Selain itu, 54 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

57 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran akses kredit yang semakin mudah juga menjadi salah satu alasan peningakatan penyaluran kredit, hal ini terkonfirmasi dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha dan pertumbuhan jumlah rekening yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit pada triwulan I-213 mendorong penyaluran kredit mencapai Rp miliar. Jumlah kredit yang tersalurkan oleh bank, mencapai 63,88% dari total aset, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 62,34% dan merupakan capaian tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Peningkatan rasio kredit terhadap aset mampu mengindikasikan bahwa perbankan secara aktif dan berkelanjutan berupaya mendorong perekonomian di daerah. Lebih lanjut, ekspansi perbankan pada triwulan laporan terutama terjadi pada kelompok perbankan asing campuran dengan pertumbuhan terbesar mencapai 119,69% (yoy) jauh di atas pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 48,39%. Meskipun mengalami peningkatan pertumbuhan signifikan, perbankan asing campuran belum mampu mempengaruhi pergerakan total kredit perbankan secara signifikan. Hal ini terkait dengan kontribusi kredit bank asing campuran yang masih sangat kecil, sebesar 3,43% dari total kredit perbankan. Peningkatan pertumbuhan kredit lebih dipengaruhi oleh bank pemerintah, dengan share sebesar 45,3%. Kredit bank pemerintah tumbuh dari 23,27% (yoy) pada triwulan IV-212 menjadi 24,53% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara penyaluran kredit perbankan swasta mengalami perlambatan dari 42,14% (yoy) menjadi 38,7% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit didukung oleh pegembangan jaringan kantor dan pelayanan yang lebih merata ke seluruh Bali. Peningkatan penyaluran kredit juga dipicu oleh perkembangan perekonomian yang mendorong peningkatan jumlah middle income yang merupakan salah satu potensi pasar kredit perbankan, khususnya untuk penyaluran kredit jenis konsumsi. Selain itu, perekonomian yang berkembang, yang ditandai dengan munculnya pusat bisnis maupun pusat perekonomian baru yang diiringi dengan peningkatan invesatasi menuntut adanya dukungan pendanaan dari lembaga keuangan khususnya bank. Grafik 3.1. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik Komposisi Kredit (%) (miliar Rp) KREDIT 5 Pertumbuhan kredit (Rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I (%) (%) 1% 8% 5 6% 4 3 4% 2 2% 1 % - I II III IV I II III IV I II III IV I Share Modal Kerja (Rhs) Share Investasi (Rhs) Share Konsumsi (Rhs) Growth Modal Kerja Growth Investasi Growth Konsumsi 6 Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Pertumbuhan kredit yang umumnya terjadi pada jenis kredit investasi yang tumbuh sebesar 39,93% (yoy) melampaui pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 37,67% (yoy). Pertumbuhan kredit investasi yang cukup tinggi dalam tiga tahun terakhir didukung oleh optimisme prospek ekonomi dan prospek industri pariwisata yang mendorong kegiatan investasi di Bali. Kegiatan investasi terkait dengan hal Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

58 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran tersebut antara lain berupa pembangunan sarana fisik pendukung pariwisata seperti hotel, vila dan restoran. Pertumbuhan kredit investasi yang konsisten mendorong kontribusi kredit investasi mencapai 2,89%. Sementara kredit jenis modal dengan share terbesar, mencapai 4,24% dari total kredit, tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari 29,51% (y-o-y), menjadi 28,74% (yoy). Pertumbuhan kredit modal kerja selain didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan, seiring dengan berkembangnya pusat ekonomi di seluruh penjuru Bali, juga dipicu oleh peningkatan ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian pada tahun 212 yang tercermin dari hasil Survey Pedagang Eceran dan Survey Kegiatan Dunia Usaha. Di sisi lain, kredit jenis konsumsi cenderung mengalami peningkatan, dari 26,17% (yoy) menjadi 26,53% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut mampu mendorong kontribusi kredit konsumsi dari 38,49% menjadi 38,87% pada triwulan I-213. Peningkatan kredit konsumsi didorong oleh pertumbuhan jumlah penduduk middle income yang merupakan pasar potensial bagi perbankan, khususnya untuk penyaluran kredit untuk penyediaan kendaraan bermotor dan kepemilikan rumah. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan sangat disesuaikan dengan karakteristik perekonomian Bali, hal ini tercermin dari konsentrasi penyaluran kredit perbankan yang disalurkan untuk sektor ekonomi atau kegiatan perdagangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Penyaluran kredit untuk kegiatan perdangangan mencapai Rp miliar atau mencapai 27,65% dari total kredit perbankan. Selain kontribusinya yang besar, pertumbuhan kredit ini juga tinggi mencapai 36,8%. Demikian pula dengan kredit untuk kegiatan penyediaan makan minum dan akomodasi, kredit yang disalurkan mencapai Rp4.81 miliar mencapai 9,85% dari total kredit, dengan pertumbuhan sebesar 45,2% (yoy). Tingginya penyaluran kredit untuk kedua kegiatan usaha tersebut sangat dipengaruhi oleh industri pariwisata yang semakin berkembang serta terjadinya distribusi pusat-pusat bisnis atau perekonomian ke seluruh wilayah Provinsi Bali. Pertumbuhan kredit juga diperkirakan terjadi akibat peningkatan daya beli masyarakat yang mendorong tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat mencapai 1,74% (yoy). Seiring dengan peningkatan daya beli dan ekspektasi dunia usaha, kegiatan usaha properti baik residensial maupun komersial turut mengalami peningkatan. Terkait hal tersebut, kredit untuk sektor konstruksi juga turut mengalami peningkatan. Pada triwulan I-213 kredit sektor konstruksi mengalami peningkatan sebesar 87,56% (yoy) peningkatan yang sangat ekspansif tersebut mendorong kontribusi kredit mencapai 3,5% dari total kredit. Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp) Sektor Ekonomi I II III IV I II III IV I Perdagangan Besar dan Eceran 6,869 7,18 7,689 8,239 8,372 9,729 1,255 11,45 11,452 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,844 2,14 2,276 2,45 2,81 2,946 3,526 3,937 4,81 Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perush. 1,179 1,237 1,35 1,346 1,88 1,58 1,128 1,164 1,253 Industri Pengolahan , 1,56 1,227 1,361 1,346 1,427 1,446 Perantara Keuangan ,42 1,34 1,536 1,415 Jasa Kemasyarakatan ,222 1,354 1,433 1,481 Konstruksi ,22 1,45 Pertanian Lainnya 12,45 13,416 13,779 14,576 15,38 15,538 16,237 17,148 18,43 Sumber : Bank Indonesia, diolah 56 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

59 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sejalan dengan struktur ekonomi Bali yang sangat didominasi oleh kegiatan usaha dengan skala UMKM, kredit yang disalurkan untuk kegiatan produktif juga di konsentrasikan untuk UMKM. Dari laporan Bank Umum, kredit UMKM mencapai Rp miliar atau mencapai 41,78% dari total kredit bank umum atau 63,65% dari total kredit produktif. Pertumbuhan kredit UMKM juga tinggi dan mencapai 24,68% (yoy). Tingginya peningkatan kredit UMKM terutama didorong oleh semakin berkembangnya kegiatan produktif mayarakat serta dipicu oleh munculnya unit-unit usaha baru yang terhubung dengan bank sebagai dampak dari peningkatan aksesibilitas perbankan. Hal ini antara lain didukung oleh program KUR maupun program kredit lain yang ditujukan untuk pemberdayaan sektor riil Non Performing Loan Seiring dengan peningkatan kredit yang tinggi, risiko kredit juga mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari rasio NPL yang mengalami peningkatan walaupun dalam level yang sangat kecil, NPL meningkat dari,5% pada triwulan IV-212 menjadi,61% pada triwulan laporan. Meskipun cenderung meningkat level NPL perbankan Bali masih berada jauh dibawah level aman NPL yang ditetapkan sebesar 5,%. Terjaganya level NPL pada level yang redah menunjukkan bahwa perbankan terus meningkatkan prudential banking practice. Selain praktek perbankan yang prudent, terjaganya kualitas kredit juga terjadi karena kondisi perekomonian yang sangat baik, sehingga baik kredit produktif maupun konsumtif tetap mampu memiliki kinerja yang baik. Grafik Perkembangan NPL Kredit Grafik NPL Berdasarkan Kelompok Bank (%) Modal Kerja Investasi NPL Konsumsi I II III IV I II III IV I II III IV I (%) Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Rasio NPL tertinggi terjadi pada kelompok bank asing campuran mencapai,83%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar,71%. Rasio NPL yang relative lebih tinggi dibanding kelompok bank lain diperkirakan karena penyaluran kredit bank asing umumnya bernilai besar dengan konsentrasi sektoral yang tinggi. Akibatnya kegagalan setiap debitur memiliki potensi lebih besar mempengaruhi kinerja kredit bank. Sementara NPL bank pemerintah tercatat sebesar,65% meningkat dibanding NPL periode sebelumnya sebesar,53%. Demikian pula NPL perbankan swasta, walaupun tercatat sebagai yang terkecil NPL bank swasta juga cenderung mengalami peningkatan dari,44% menjadi,54%. Secara sektoral, NPL tertinggi terjadi pada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan rasio NPL mencapai,98%, diikuti dengan sektor perdagangan dengan rasio NPL sebesar,96%. Non performing loan sektor pertanian diperkirakan karena karakter sektor tersebut yang sangat tergantung pada kondisi cuaca dan musim. Hal ini menyebabkan faktor ketidakpastian terhadap pengembalian kredit menjadi lebih tinggi. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

60 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Namun demikian upaya perbankan untuk melakukan seleksi dan pembinaan kredit sektor pertanian ini, mampu menjaga rasio NPL berada pada level yang rendah PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Seiring dengan perlambatan pertumbuhan pada bank umum, kinerja BPR pada triwulan I-213 juga turut mengalami perlambatan. Seluruh indikator kinerja BPR tercatat mengalami perlambatan, dari sisi aset, walaupun masih mampu tumbuh tinggi namun aset BPR tercatat melambat dari 31,76% (yoy) pada triwulan IV-212 menjadi 29,9% (yoy) pada triwulan I-213. Selain itu, kredit dan DPK masing-masing tumbuh sebesar 32,35% (yoy) dan 23,51% (yoy) dan tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding triwulan IV-212. Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp) Indikator I II III IV I II III IV I Aset 3,718 3,956 4,341 4,81 4,96 5,311 5,772 6,326 6,443 Kredit Umum 2,862 3,13 3,266 3,52 3,762 4,158 4,482 4,754 4,979 Modal Kerja 1,484 1,642 1,711 1,834 1,956 2,175 2,333 2,397 2,49 Investasi Konsumsi 1,148 1,215 1,289 1,375 1,473 1,647 1,775 1,98 1,982 Dana Pihak Ketiga 2,559 2,67 2,954 3,254 3,377 3,512 3,73 4,54 4,171 Deposito 1,759 1,865 2,94 2,278 2,279 2,368 2,522 2,798 2,855 Tabungan ,98 1,144 1,181 1,256 1,316 NPL (Gross) LDR Sumber : Bank Indonesia, diolah Dari sisi DPK, terjadi perlambatan pertumbuhan dari 24,59% (yoy) pada triwulan IV-212 menjadi 23,51% (yoy) pada triwulan I-213. Perlambatan DPK dipicu oleh perlambatan pada tabungan yang tercatat melambat dari 28,82% (yoy) pada triwulan IV-212 menjadi 19,85% (yoy). Kecenderungan perlambatan pengerahan tabungan menyebabkan share tabungan cenderung turun, pada triwulan laporan tercatat sebesar 31,55%. Hal ini diperkirakan terjadi karena masyarakat cenderung memilih untuk memiliki tabungan di bank umum dengan berbagai macam penawaran produk tabungan dan beragam fitur yang ada. Minimnya daya tarik produk tabungan BPR menyebabkan produk ini kurang bersaing, terutama bagi BPR yang beroperasi secara berdampingan dengan bank umum. Sebagai dampaknya, BPR dituntut melakukan berbagai inovasi untuk mengemas produk tabungan agar menarik, yang berujung pada peningkatan biaya pengerahan dana masyarakat yang bersumber dari biaya non bunga. 58 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR (% yoy) (mliliar Rp) 45 ASET (Rhs) Grw Aset 7 4 Grw Kredit Grw DPK I II III IV I II III IV I II III IV I (%) Komposisi Kredit thd Aset LDR I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Sementara itu, deposito mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan I-213 menjadi 25,27% (yoy) dari 22,83% (yoy) pada triwulan IV-212. Peningkatan yang cenderung terjadi secara konsisten mendorong share deposito terhadap pembentukan DPK sebesar 68,45%. Peningkatan dana deposito BPR didukung oleh pemberian suku bunga deposito yang tinggi. Hal ini dilakukan oleh BPR mengingat suku bunga menjadi instrument persaingan yang paling memungkinkan untuk ditempuh oleh BPR. Pengerahan dana dalam bentuk deposito yang tercatat lebih mahal dapat berdampak pada efisiensi bank yang menjadi tertekan. Tekanan persaingan dalam pengerahan dana masyarakat terutama terjadi pada BPR yang beroperasi di daerah perkotaan dimana BPR harus bersaing dengan bank umum dan lembaga keuangan lain seperti Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan koperasi. Pelaksanaan fungsi intermediasi oleh BPR diindikasikan mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari peningkatan LDR dari 79,5% pada triwulan IV-212 menjadi 81,75% pada triwulan I-213. Peningkatan LDR BPR didukung oleh pertumbuhan kredit yang masih tinggi pada triwulan laporan mencapai 32,35% (yoy), walaupun tercatat melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 35,6% (yoy). Pelaksanaan fungsi intermediasi juga ditunjukkan dari peningkatan komposisi kredit terhadap aset BPR, dari 75.15% pada triwulan IV-212 menjadi 77.28% pada triwulan I-213. Meningkatnya komposisi kredit terhadap aset menunjukkan bahwa kredit merupakan fokus bisnis utama BPR, dimana BPR semakin ekspansif dalam penyaluran kredit pada triwulan I-213. Hal tersebut selaras dengan filosofi BPR sebagai lembaga keuangan mikro yang memiliki fungsi utama sebagai penyalur dana dalam bentuk kredit. Jika ditinjau dari jenis kreditnya, perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit dipicu oleh perlambatan kredit modal kerja dari 3,7% (yoy) pada triwulan IV-212 menjadi 27,3% (yoy), serta perlambatan kredit konsumsi dari 38,76% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 34,56% (yoy). Perlambatan pada kedua jenis kredit tersebut memiliki dampak yang besar dalam perkembangan kredit BPR secara umum mengingat besarnya share kedua jenis kredit tersebut, masing-masing sebesar 5,1% dan 39,81%. Sementara ekspansi kredit investasi yang mencapai 52,25% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan IV-212 sebesar 44,84% (yoy), belum mampu mendorong kinerja kredit akibat share kredit investasi yang hanya sebesar 1,18% dibandingkan total kredit. Berdasarkan sektor yang dibiayai, penyebaran kredit yang disalurkan oleh BPR dapat dikatakan tidak merata. Konsentrasi penyaluran kredit ditujukan untuk sektor perdagangan hal ini sesuai dengan karakteristik perekonomian Bali yang didorong oleh sektor perdagangan. Penyaluran kredit sektor perdagangan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran mencapai Rp 1,666 miliar atau sebesar 33,52% dari total kredit, dengan kecenderungan meningkat dari share triwulan IV-212 yang sebesar 32,32%. Dilihat dari pertumbuhannya, sektor perdagangan tumbuh sebesar 28,6% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,41% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan terjadi akibat berpindahnya debitur BPR kepada lembaga keuangan lain terkait dengan suku bunga kredit yang ditawarkan lebih menarik. Fokus kredit lain adalah pada kredit bukan lapangan usaha lainnya dan kredit untuk sektor rumah tangga, masing-masing sebesar Rp 1,355 miliar atau 27,27% dan Rp 629 miliar atau 12,61%. Kredit bukan lapangan usaha lainnya tumbuh sebesar 3,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,66% (yoy). Sedangkan kredit untuk sektor rumah tangga tumbuh sebesar 43,4% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 34,67% (yoy). Sementara penyaluran kredit untuk 16 sektor lain dapat dikatakan rendah dengan rata-rata share kurang dari 2% untuk tiap sektornya. Penyebaran kredit yang tidak merata berpotensi meningkatkan risiko kredit. Hal ini tercermin dari kualitas kredit BPR yang mengalami penurunan. Adanya peningkatan rasio NPL dari 2,17% pada triwulan IV- 212 menjadi 2,9% pada triwulan I-213 menunjukkan adanya peningkatan risiko kredit. Akan tetapi,adanya pengawasan dan pengendalian yang baik menyebabkan peningkatan rasio NPL masih berada dalam rasio yang rendah. 6 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Boks C : Boks C. Memperluas Layanan Perbankan melalui Program Keuangan Inklusif Sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, tingkat aksesibilitas masyarakat Indonesia pada layanan keuangan seperti bank masih rendah. Data Worldbank tahun 211 menunjukkan level indeks financial inclusion Indonesia hanya sebesar 19,6% lebih rendah dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Filiphina dan Vietnam. Perlu dilakukan upaya memperluas layanan lembaga keuangan pada masyarakat. Salah satu program yang dapat dikembangkan adalah program financial inclusion (keuangan inklusif). Program keuangan inklusif pada hakekatnya adalah seluruh upaya yang bertujuan menghilangkan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan dan jasa sistem pembayaran. Negara-negara yang telah mengembangkan program keuangan inklusif antara lain adalah Kamboja, Laos, Nigeria, Rusia, Mesir, Yaman dan masih banyak negara lainnya. Tersedia berbagai macam alternatif teknologi yang dapat dipilih yaitu berbasis telekomunikasi, berbasis layanan bank dan kombinasi keduanya. Pengembangan keuangan inklusif dengan menggabungkan layanan bank dan layanan telekomunikasi memperluas jangkauan layanan dan kecepatan bertransaksi. Namun demikian, metode ini memerlukan keandalan teknologi yang digunakan. Alternatif 1 Alternatif 2 TabungaKu dan/atau e-money Data POS 1 Agen 2 3 Gambar A Alternatif Model Bisnis Keuangan Inklusif Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Upaya pengembangan keuangan inklusif di Indonesia akan dilakukan dengan menggabungkan layanan bank dengan layanan telekomunikasi (Gambar A). Dengan demikian, media layanan keuangan dapat melalui layanan kantor pos atau badan hukum lainnya sebagai salah satu agen (alternatif 1) maupun melalui telepon genggam dan agen (alternatif 2). Layanan sistem pembayaran juga akan mencakup electronic money sebagai wujud dari strategi less cash society. Kelompok sasaran masyarakat yang dituju antara lain kelompok pekerja migran dan penduduk daerah terpencil. Dalam pengembangan selanjutnya, program keuangan inklusif di Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan akses keuangan sekaligus memperluas informasi ekonomi seperti harga komoditas. Faktor yang potensial mendukung suksesnya keuangan inklusif di Indonesia antara lain : Potensi pasar yang besar dengan banyaknya masyarakat yang tidak terjangkau layanan keuangan. Layanan bank yang menjangkau masyarakat luas sebenarnya sudah dikembangkan khususnya pada layanan sistem pembayaran. Hal ini mempermudah pengembangan program keuangan inklusif di masyarakat. Penggunaan telepon genggam yang semakin luas di masyarakat dengan jumlah kepemilikan telepon genggam melebihi jumlah penduduk Indonesia. Layanan tabungan dengan saldo minimum nol dan biaya administrasi yang rendah telah dikembangkan di Indonesia melalui program Tabunganku. Program edukasi keuangan terus berjalan melalui pilot project kurikulum keuangan di tingkat SD, SMP dan pendidikan bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi efektifitas pengembangan keuangan inklusif. Sinergi antara pemerintah, perbankan, institusi pendukung dan masyarakat dapat mempercepat implementasi keuangan inklusif di Indonesia. 62 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran mengulas mengenai perkembangan transaksi tunai dan non tunai dalam wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara). Sistem pembayaran tunai pada triwulan I-213 mengalami kondisi net inflow, dengan jumlah aliran masuk (inflow) lebih besar dibanding aliran keluar dari Bank Indonesia (outflow).inflow meningkat dengan bersumber dari setoran masyarakat, namun masih sesuai dengan pola historisnya. Outflow juga masih tumbuh tinggi disebabkan masih tingginya aktivitas perekonomian di awal tahun dan percepatan belanja pemerintah. Preferensi penggunaan transaksi non tunai juga terus meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pertumbuhan transaksi non tunai baik menggunakan kliring maupun RTGS. Konsumsi domestik yang menguat dan tingginya realisasi investasi di Bali menyebabkan tingginya kebutuhan non tunai di masyarakat Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan Penukaran Sesuai dengan karakteristik di awal tahun, transaksi pembayaran tunai antara Bank Indonesia dengan perbankan Bali di triwulan I-213 mengalami net inflow. Kondisi ini diakibatkan meningkatnya transaksi masuk ke Bank Indonesia (inflow) secara signifikan, diiringi dengan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat (outflow) yang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Net Inflow di triwulan I-213 tercatat Rp 279 miliar, masih lebih dibanding tahun lalu yang mengalami net inflow Rp 658 miliar. Sementara di triwulan sebelumnya, transaksi pembayaran tunai berada dalam kondisi net outflow mencapai Rp miliar. Di awal tahun, aliran uang masuk ke Bank Indonesia (inflow) tercatat sebesar Rp 2.96 miliar dan meningkat 58,82% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, bersumber dari peningkatan setoran dari masyarakat. Secara tahunan transaksi inflow meningkat 27,41% (yoy). Pertumbuhan triwulanan yang relatif tinggi masih sesuai dengan pola historis yang umumnya terdapat inflow yang cukup besar di triwulan I. Mayoritas transaksi inflow berupa uang kertas dengan proporsi 99,92% dari transaksi inflow. Pecahan uang kertas yang ditransaksikan merupakan pecahan besar, yaitu pecahan Rp 1.,- (34,1%) dan Rp 5.,-(35,44%). Peningkatan inflow secara signifikan terutama terjadi pada pecahan Rp 1.,-, yang menunjukkan tingginya pergerakan dan kebutuhan uang pecahan besar di masyarakat. Sementara inflow uang logam terutama berupa pecahan Rp 5,- (51,59%) dan Rp 1,- (29,5%), dengan jumlah inflow yang menurun untuk setiap jenis pecahan logam. Indikator Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Pertumbuhan I II III IV I II III IV I qtq yoy Inflow (Miliar Rp) 1,397 1,299 2,347 1,352 2,281 1,91 2,131 1,83 2, Outflow (Miliar Rp) 1,111 2,166 3,92 2,542 1,623 2,79 3,125 3,242 2,28 (29.68) 4.48 Net Inflow/(Outflow) 286 (868) (745) (1,19) 658 (888) (994) (1,412) 279 Penukaran (Miliar Rp) (2.73) Uang Palsu (Lembar) 1, (.43) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Transaksi outflow di triwulan I-213 mencapai Rp 2.28 miliar, secara triwulanan mengalami kontraksi 29,69% (yoy). Aktivitas perekonomian di awal tahun memang relatif melambat dibanding triwulan IV, dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi,33% (qtq). Kunjungan wisatawan di awal tahun relatif lebih lambat dibanding akhir tahun, hal ini menyebabkan kebutuhan uang kartal di masyarakat juga menurun dibanding triwulan sebelumnya. Namun dengan menghilangkan pola seasonal, transaksi outflow secara tahunan mengalami pertumbuhan 4,48% (yoy). Aktivitas perekonomian di triwulan I-213 memang relatif tinggi dibanding periode-periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja pemerintah juga direalisasikan lebih cepat. Kondisi ini diperkirakan juga mempengaruhi kebutuhan uang tunai di masyarakat. Transaksi outflow terbesar diakibatkan oleh penarikan. 78,94% transaksi berupa uang kertas, dengan mayoritas penarikan berupa uang pecahan besar Rp 1.,- (26%) dan Rp 5.,- (25,25%). Peningkatan transaksi outflow di triwulan I-213 justru terlihat pada pecahan Rp 1.,- yang meningkat 31,79% (yoy) dan pecahan Rp 1.,- yang meningkat 2,65% (yoy). Kondisi ini masih sejalan dengan inflow, mengindikasikan bahwa kebutuhan terbesar di masyarakat berupa uang pecahan besar terutama Rp 1.,-. Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Miliar Rp 4, Juta Rp 1, Nominal Kas Keliling Frekuensi (RHS) Frek 25 3, 8, 2 2, 6, 15 1, 4, 1 (1,) I II III IV I II III IV I II III IV I , I II III IV I II III IV I II III IV I 5 (2,) Net Inflow/(Outflow) Inflow Outflow Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kebutuhan uang kartal juga terindikasi dari tingginya kegiatan penukaran dan kas keliling yang dilakukan sepanjang triwulan I-213. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, serta menggunakan sarana kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah. Kegiatan penukaran yang dilaksanaan sepanjang triwulan I-213 mencapai Rp 62,61 miliar, secara triwulanan mengalami kontraksi 2,73% (qtq) dan secara tahunan masih tumbuh positif 13,68% (yoy). Rata-rata penukaran yang dilakukan sebesar Rp 1,1 miliar, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata penukaran periode sebelumnya yang sebesar Rp 1,9 miliar. Kegiatan kas keliling pada triwulan I-213 dilakukan sebanyak 9 kali, dengan nominal sebesar Rp 7, miliar. Secara triwulanan transaksi meningkat 5,17% (qtq), namun secara tahunan terkontraksi 19,49% (yoy). Frekuensi kas keliling tersebut tidak berbeda dibanding triwulan sebelumnya yang juga dilaksanakan sebanyak 4 kali. 64 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Untuk menjaga kualitas uang kartal yang diedarkan ke masyarakat dan mempertahankan uang beredar dalam keadaan layak edar (clean money policy), Bank Indonesia melakukan upaya pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang yang telah dicabut dan tidak layak edar (lusuh/rusak). Secara triwulanan, baik lembar maupun nominal uang kertas tidak layak edar yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara) mengalami peningkatan. Lembar uang dimusnahkan meningkat 23,12% (qtq), sementara nominal yang dimusnahkan meningkat 91,82% (qtq). Dengan menghilangkan faktor seasonal, pertumbuhan tahunan lembar dan nominal uang dimusnahkan mengalami kontraksi masing-masing sebesar 37,13% dan 75,95% (yoy). Uang yang dimusnahkan terutama berupa uang kertas pecahan kecil dibawah Rp 1.,-. Namun Bank Indonesia terus berupaya untuk melakukan sosialisasi mengenai kebijakan clean money policy untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi uang, serta kebijakan penurunan tingkat soil untuk menjaga peredaran uang di masyarakat Perkembangan Temuan Uang Palsu Temuan uang palsu di kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara) sepanjang triwulan I-213 tercatat 924 lembar. Temuan tersebut secara triwulanan sedikit terkontraksi,43% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang ditemukan 928 lembar, namun secara tahunan temuan mengalami peningkatan 22,71% (yoy). Prosentase terbesar dari uang palsu yang ditemukan adalah uang pecahan besar, yaitu Rp 1.,- (9,69%) dan Rp 5.,- (7,9%). Jumlah temuan uang palsu khususnya pada pecahan Rp 1.,- sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Secara umum palsu untuk pecahan kecil relatif jarang ditemukan di Bali. Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III terus berupaya untuk memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian nilai Rupiah kepada masyarakat umum. Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB Grafik Temuan Uang Palsu Miliar Rp Miliar Rp 3,5 1,4 3, 1,2 2,5 1, 2, 8 1,5 6 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Inflow PTTB - (RHS) Lembar 1,2 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Penggunaan transaksi pembayaran non tunai semakin meningkat, yang ditunjukkan oleh peningkatan transaksi kliring dan RTGS sepanjang triwulan I-213. Kondisi ini menuntut dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia terkait dengan sistem pembayaran non tunai, untuk mewujudkan terciptanya sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring maupun RTGS, antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran Perkembangan Kliring Lokal Transaksi non tunai menggunakan kliring di triwulan I-213 secara triwulanan mengalami kontraksi karena faktor musiman, sementara secara tahunan cenderung meningkat baik di sisi lembar maupun nominal. Lembar transaksi kliring sepanjang triwulan I-213 sebanyak 461 ribu lembar, dengan nominal sebesar Rp 1.89 miliar. Secara triwulanan, lembar dan nominal transaksi mengalami kontraksi 1,31% dan 8,3% (qtq). Hal ini diakibatkan faktor musiman dimana kebutuhan transaksi cenderung tinggi di akhir tahun akibat peak seaon pariwisata dan tingginya aktivitas ekonomi di akhir tahun. Namun secara tahunan, lembar dan nominal transaksi masih tumbuh positif,76% dan 15,42% (yoy). Dengan menghilangkan faktor seasonal, kebutuhan kliring di masyarakat terus meningkat dengan kesadaran transaksi non tunai yang terus meningkat. Rata-rata lembar transaksi kliring per hari meningkat, dari 7,12 ribu lembar menjadi 8,17 ribu lembar. Namun ditengah peningkatan lembar transaksi, nominal transaksinya justru sedikit menurun dari Rp 21 miliar menjadi Rp 191 miliar per hari. Rata-rata lembar transaksi yang meningkat sementara rata-rata nominal menurun mengindikasikan bahwa kebutuhan non tunai bernilai moderat. Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I qtq Yoy PERPUTARAN KLIRING Lembar (Ribu Lembar) (1.31).76 Nominal Kliring (Miliar Rp) 8,284 7,996 8,879 9,568 9,435 11,43 1,544 11,875 1,89 (8.3) Rata-rata lbr per hari (rb lbr) Rata-rata nom. per hari (Mil Rp) (5.8) TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (Ribu Lembar) Nominal Cek/ BG kosong (Miliar Tp) Rata-rata lbr per hari (rb lbr) Rata-rata nom. per hari (Mil Rp) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan I-213 tercatat sebanyak 8,17 ribu lembar dengan nominal penolakan sebesar Rp 323 miliar. Lembar penolakan tersebut mencapai 1,77% terhadap seluruh transaksi kliring, mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 1,52%. Rata-rata lembar penolakan pada triwulan I-213 sebesar,14 ribu lembar per hari, meningkat 28,92% (qtq), dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak,12 ribu lembar. 66 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Nominal penolakan yang sebesar Rp 323 miliar mengalami pertumbuhan 24,55% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp 259 miliar. Nominal tersebut mencapai 2,96% dibanding keseluruhan nominal transaksi kliring di triwulan I-213. Prosentase tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,18%. Meningkatnya nominal penolakan menyebabkan rata-rata penolakan per hari turun dari Rp 4,39 miliar per hari menjadi Rp 5,66 miliar per hari. Jumlah tolakan tersebut juga masih terbilang rendah sehingga mengindikasikan sistem pembayaran yang diselenggarakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III dapat dikatakan relatif handal. Grafik 3.2. Perkembangan Kliring Grafik 3.21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Miliar Rp Ribu Lembar 13, 5 12, 11, 48 1, 46 9, 8, 44 7, 42 6, 5, 4 I II III IV I II III IV I II III IV I Nominal Kliring Miliar Rp) Lembar (Ribu Lembar) - (RHS) Miliar Rp Ribu Lembar I II III IV I II III IV I II III IV I Nominal Cek/ BG kosong (Mil Tp) Lembar (Ribu Lembar) - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Meningkatnya aktivitas perekonomian juga mendorong kebutuhan masyarakat terhadap transaksi non tunai berjumlah besar. Transaksi non tunai menggunakan RTGS meningkat, dengan nilai transaksi tercatat Rp miliar, meningkat 13,13% (yoy). Jumlah transaksi sepanjang triwulan I-213 (from dan to) sebesar transaksi atau meningkat 24,86% (yoy). Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I qtq yoy RTGS dari Bali Nilai Transaksi (Mil. Rp) 2,341 23,92 25,17 23,23 15,55 22,231 28,185 3,382 29,941 (1.45) Jml Transaksi 15,626 15,789 17,76 2,177 15,813 2,373 22,531 25,534 21,235 (16.84) RTGS ke Bali Nilai Transaksi (Mil. Rp) 11,27 12,553 11,241 11,17 9,62 14,134 17,969 2,675 21, Jml Transaksi 18,347 18,257 19,334 21,68 17,71 2,4 21,61 23,39 2,623 (1.49) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Peningkatan nilai transaksi yang lebih tinggi dibanding jumlah transaksi menunjukkan bahwa rata-rata nominal per transaksi meningkat, yaitu Rp 1,22 miliar per transaksi. Rata-rata tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata sebelumnya yang sebesar Rp 1,5 miliar per transaksi, dan juga lebih tinggi dibanding triwulan I di tahun sebelumnya yang sebesar Rp,75 miliar per transaksi. Meningkatnya transaksi RTGS sangat Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran dipengaruhi oleh konsumsi dan investasi di Bali. Konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat, dan maraknya pembangunan investasi yang mayoritas berupa infrastruktur pendukung pariwisata menyebabkan aliran transaksi antar daerah meningkat. Peningkatan nilai transaksi ditunjukkan dari kedua sisi, baik transaksi dari Bali keluar daerah (RTGS from) maupun transaksi masuk ke Bali (RTGS to). Nilai transaksi keduanya meningkat signifikan masing-masing sebesar 92,55% dan 12,23% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya maupun dibandingkan periode yang sama tahun 212. Beberapa proyek pembangunan infrastruktur tengah digenjot realisasinya sebelum pelaksanaan KTT APEC pada November 213. Selain itu pembangunan beberapa hotel dan property juga marak dilakukan terutama di kawasan Bali Selatan, hal tersebut menjadi pendorong utama tingginya transaksi RTGS. Jumlah transaksi sepanjang triwulan I-213 juga meningkat meskipun tidak setinggi pertumbuhan nilai transaksi. Lebih tingginya peningkatan nilai transaksi dibanding jumlah transaksi menyebabkan ratarata nominal per transaksi RTGS baik untuk RTGS from maupun to juga meningkat. Rata-rata transaksi RTGS from sebesar Rp 1,41 miliar per transaksi, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp 1,19 miliar per transaksi. Demikian pula RTGS to, dimana rata-rata transaksi di triwulan I-213 sebesar Rp 1,3 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp,9 miliar per transaksi. Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali Miliar Rp 35, Volume 3, Miliar Rp 24, Volume 25, 3, 26, 2, 23, 25, 2, 15, 22, 18, 14, 16, 12, 8, 4, 21, 19, 17, 1, I II III IV I II III IV I II III IV I 1, I II III IV I II III IV I II III IV I 15, Nilai Transaksi (Miliar Rp) Jml Transaksi - (RHS) Nilai Transaksi (Miliar Rp) Jml Transaksi - (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jika dibandingkan secara triwulanan (qtq), umumnya transaksi di awal tahun tidak sebesar pada akhir tahun. Namun demikian, nilai RTGS masih mampu meningkat tipis dibanding triwulan sebelumnya sebesar,14% (qtq). Peningkatan nilai transaksi terutama pada transaksi menuju Bali (RTGS to) yang tumbuh 2,48% (qtq), sementara nilai transaksi RTGS keluar Bali (RTGS from) mengalami kontraksi 1,45% (qtq). Kondisi ini berbeda dengan perilaku transaksi di awal tahun yang cenderung lebih rendah dibanding di akhir tahun. Namun demikian, pergerakan jumlah transaksinya masih sejalan dengan perilaku di awal tahun, dengan kontraksi sebesar 13,82% (qtq). Masih positifnya pertumbuhan triwulanan khususnya pada nilai transaksi semakin memperkuat indikasi tingginya kebutuhan transaksi non tunai berjumlah besar di triwulan I-213, seiring peningkatan konsumsi dan investasi domestik. 68 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

71 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Boks D : Boks D. Perkembangan Uang Tunai 213 Perekonomi Bali pada triwulan I-213 menunjukkan perkembangan yang positif, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,71% (yoy), diatas rata-rata pertumbuhan di triwulan I dalam 3 tahun terakhir yang sebesar 5,65% (yoy). Kondisi ini didukung oleh penguatan investasi seiring maraknya pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur, serta penguatan konsumsi domestik. Belanja pemerintah khususnya pada komponen belanja modal juga direalisasikan lebih cepat, yang diindikasikan dialokasikan untuk kebutuhan Pilkada dan realisasi belanja investasi. Berbagai kondisi tersebut tentunya membutuhkan dukungan dari peredaran uang tunai dan non tunai di masyarakat. Dilihat perkembangannya hingga April 213, aliran masuk ke BI (inflow) secara kumulatif sebesar Rp 4.66 miliar. Transaksi inflow tersebut meningkat 41,83% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp miliar. Lonjakan inflow secara signifikan terlihat pada periode Januari dan April, dengan peningkatan 13,12% (yoy) dan 98,% (yoy), yang diakibatkan oleh meningkatnya setoran dari bank, pasca tingginya aktivitas ekonomi yang dilaksanakan di akhir tahun. Realisasi inflow dalam 4 periode awal di tahun 213 juga cenderung lebih tinggi dari rata-rata transaksi inflow dalam 5 tahun terakhir. Grafik A. Perkembangan Transaksi Inflow Grafik B. Perkembangan Transaksi Outflow Miliar Rp %, yoy 1,8 5 1,6 Inflow Growth Inflow (yoy) 4 1,4 1,2 3 1, (1) %, yoy Miliar Rp 2, 1,8 Outflow Growth Outflow (yoy) 1,6 1,4 1,2 1, (1) (2) Sumber : Bank Indonesia,diolah Sumber : Bank Indonesia,diolah Sementara transaksi keluar Bank Indonesia (outflow) secara kumulatif sebesar Rp miliar, dengan peningkatan mencapai 16,67% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 212 yang mencapai Rp miliar. Lonjakan transaksi terlihat pada periode Maret, dengan pertumbuhan outflow sebesar 92,1% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya penarikan oleh bank. Jika dibandingkan dengan ratarata periode tersebut dalam 5 tahun terakhir, terlihat bahwa transaksi outflow pada periode Februari dan Maret diatas rata-ratanya. Hal ini mengindikasikan tingginya kebutuhan uang tunai di masyarakat, yang terjadi sejalan dengan aktivitas perekonomian yang meningkat. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik C. Realisasi Inflow vs Rata-rata 5 tahun Grafik D. Realisasi Outflow vs Rata-rata 5 tahun Miliar Rp Miliar Rp 1,8 1,6 1,4 Rata-rata Transaksi 213 1,8 1,6 1,4 Rata-rata Transaksi 213 1,2 1,2 1, 1, Jan Feb Mar Apr Jan Feb Mar Apr Sumber : Bank Indonesia,diolah Sumber : Bank Indonesia,diolah Data dan informasi diatas menunjukkan bahwa kebutuhan uang di awal tahun 213 cenderung lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, sebagaimana terindikasi dari peningkatan inflow dan outflow yang cukup signifikan baik dibanding tahun sebelumnya maupun dibanding rata-rata beberapa tahun terakhir. Kondisi ini perlu didukung dengan kesiapan Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dan mengantisipasi lonjakan permintaan uang tunai di masyarakat. Kemudahan akses juga disediakan melalui pelayanan kas keliling. Namun dalam hal pengggunaan uang tunai, Bank Indonesia terus berupaya untuk menghimbau dan melakukan sosialisasi mengenai kebijakan clean money policy untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi uang, serta kebijakan penurunan tingkat soil untuk menjaga peredaran uang di masyarakat. 7 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

73 Bab 4 4. Keuangan Pemerintah Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali pada triwulan I mencapai 25,25% lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 212 sebesar 23,84%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 8,63%, lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja triwulan I 212 sebesar 5,78%. Anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali 213 naik 5%, begitu juga dengan anggaran belanjanya naik 5% dibandingkan anggaran tahun ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada tahun 213 ditargetkan sebesar Rp 3,57 triliun bersumber utama dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masingmasing memberikan kontribusi sebesar 54,9% dan 26,1%. Pengamatan hingga triwulan I 213 menunjukkan bahwa realisasi pendapatan daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali diperkirakan mencapai Rp 91 miliar atau sebesar 25,25%, lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 23,84%. Meskipun realisasinya relatif lebih tinggi, namun selisihnya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan pola realisasi anggaran pendapatan dari tahun ke tahun relatif sama. Tingkat realisasi yang relatif lebih cepat dibandingkan pos-pos lainnya adalah pada pos Pendapatan Pajak Daerah dengan realisasi yang mencapai Rp 498 miliar atau sebesar 28,44% dibandingkan rencana Pendapatan Pajak Daerah yang ditargetkan pada tahun 213. Kenaikan realisasi Pendapatan Pajak Daerah ini mencapai 87,5 miliar atau naik sebesar 21% dibandingkan realisasi pada triwulan I 212, dimana relasiasi pada triwulan I- 212 tersebut hanya mencapai Rp 411 miliar atau sebesar 24,3% dibandingkan anggaran Pendapatan Pajak Daerah pada tahun ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali pada tahun 213 ditargetkan sebesar Rp 4,32 triliun yang dialokasikan dalam dua bagian yaitu belanja tidak langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 63,5% dan belanja langsung dengan porsi 36,5%. Sebagian besar belanja tidak langsung dialokasikan pada pos belanja hibah dengan porsi sebesar 29,5% dan pos belanja pegawai dengan porsi sebesar 28,41% dari total belanja tidak langsung. Sedangkan alokasi belanja langsung sebagian besar berada pada pos belanja barang dan jasa dengan porsi sebesar 53,8% dari total belanja langsung. Pengamatan hingga triwulan I 213 menunjukkan bahwa realisasi belanja diperkirakan sebesar 8,63%, lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 212 sebesar 5,78%. Realisasi belanja hibah yang berada pada kelompok belanja tidak langsung dan sifatnya rutin mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I tahun sebelumnya. Realisasi belanja hibah diperkirakan mencapai Rp 186 miliar atau sebesar 23,31%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I 212 yang hanya mencapai 93 miliar atau sebesar 11,14%. Demikian pula dengan realisasi belanja modal yang menggambarkan investasi pemerintah pada perekonomian daerah sudah relatif meningkat dibandingkan pada triwulan I 212. Realisasi belanja modal pada triwulan I 213 diperkirakan mencapai Rp 38 miliar atau sebesar 5,59%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 349 juta atau sebesar,7%. Meningkatnya realisasi belanja modal ini menunjukkan bahwa investasi pemerintah pada perekonomian daerah telah berhasil dipercepat pada triwulan I 213. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

74 Bab 4. Keuangan Pemerintah Realisasi belanja hibah yang berada pada kelompok belanja tidak langsung mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I tahun sebelumnya. Realisasi belanja hibah diperkirakan mencapai Rp 186 miliar atau sebesar 23,31%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I 212 yang hanya mencapai 93 miliar atau sebesar 11,14%, serta lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan I selama 4 tahun terakhir. Meningkatnya realisasi belanja hibah mengindikasikan adanya upaya pemerintah daerah (pemda) dalam menyukseskan program yang mendukung perekonomian yang berkesinambungan, dengan slogan utamanya yang dikenal dengan propoor, pro-job, pro-growth, dan proenvironment. Demikian pula dengan realisasi belanja modal yang berada pada kelompok belanja langsung dan menggambarkan investasi pemerintah pada perekonomian daerah sudah relatif meningkat dibandingkan pada triwulan I 212. Realisasi belanja modal pada triwulan I 213 diperkirakan mencapai Rp 38 miliar atau sebesar 5,59%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 349 juta atau sebesar,7%, serta lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan I selama 4 tahun terakhir.. Meningkatnya realisasi belanja modal ini menunjukkan bahwa investasi pemerintah pada perekonomian daerah telah berhasil dipercepat serta adanya penyelenggaraan Pilkada pada triwulan II 213 diindikasikan menjadi salah satu pendorong meningkatnya belanja modal pada triwulan I 213. Tabel 4.1. Rata-rata Realisasi Pendatan dan Belanja Daerah Triwulan I URAIAN % REALISASI APBD TW I 21 % REALISASI APBD TW I 211 % REALISASI APBD TW I 212 % REALISASI APBD TW I 213 RATA-RATA % REALISASI APBD TW I PENDAPATAN DAERAH PENDAPATAN PAJAK DAERAH BELANJA DAERAH BELANJA HIBAH BELANJA MODAL Sumber : Pemda Provinsi Bali 3.% Grafik 4.1. Percepatan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah 25.% 2.% 15.% 1.% 5.% Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pendapatan Pajak Daerah Belanja Hibah Belanja Modal.% Tw I - 21 Tw I Tw I Tw I Sumber : Pemerintah Provinsi Bali, diolah 72 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

75 Bab 4. Keuangan Pemerintah 4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH TIAP DAERAH DI PROVINSI BALI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pemerintah daerah (pemda) seluruh Bali disumbangkan dari 8 pemerintah daerah Kabupaten, 1 pemerintah daerah Kota, dan 1 pemerintah daerah Provinsi. Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, total pendapatan daerah yang dianggarkan pada tahun 213 mencapai Rp 13,77 triliun, meningkat dibandingkan tahun 212 yang hanya mencapai Rp 11,94 triliun. Sedangkan total belanja daerah yang dianggarkan pada tahun 213 mencapai Rp 15,34 triliun, juga meningkat dibandingkan tahun 212 yang hanya mencapai Rp 12,9 triliun (lihat Grafik 4.1.).Grafik 4.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Seluruh Bali, ,, 4,5, 4,, 3,5, 3,, 2,5, 2,, 1,5, 1,, 5, - Pendapatan 212 Pendapatan 213 Belanja 212 Belanja 213 Sumber : DJPK Berdasarkan Grafik 4.1., anggaran pendapatan dan belanja terbesar adalah untuk pemerintah daerah (pemda) Provinsi Bali, yaitu sebesar Rp 3,57 triliun dan Rp 4,32 triliun. Secara umum, terdapat kenaikan anggaran pendapatan dan belanja untuk tiap daerah. Untuk tingkat Kabupaten dan Kota, rencana anggaran pendapatan terbesar adalah untuk Kabupaten Badung yaitu sebesar Rp 2,49 triliun, meningkat 28,9% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 1,94 triliun. Sedangakan rencana anggaran pendapatan terkecil adalah untuk Kabupaten Klungkung yaitu sebesar Rp 614 miliar, hanya meningkat 1,59% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya sebesar Rp 555 miliar. Berbanding lurus dengan rencana pendapatan, rencana belanja terbesar untuk tingkat Kabupaten dan Kota adalah untuk Kabupaten Badung yaitu sebesar Rp 2,86 triliun, meningkat 39,41% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 2,5 triliun. Rencana belanja terkecil juga dianggarkan untuk Kabupaten Klungkung yaitu sebesar Rp 647 miliar, hanya meningkat 9,64% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 59 miliar. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

76 Bab 4. Keuangan Pemerintah Tabel 4.2. APBD Provinsi Bali (dalam Juta Rupiah) URAIAN APBD P 212 REALISASI APBD TW I 212 % APBD 213 REALISASI APBD TW I 213 % PENDAPATAN DAERAH 3,398,628 81, ,568,393 91, PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,864,57 445, ,93, 527, Pendapatan Pajak Daerah 1,692, , ,751,57 498, Retribusi Daerah 48,318 7, ,336 2, Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 76, , Lain-Lain PAD yg Sah 47,815 25, ,883 26, DANA PERIMBANGAN 852, , , , Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124,113 27, , Dana Alokasi Umum (DAU) 694,79 231, , , Dana Alokasi Khusus (DAK) 34, ,835 13, Dana Penguatan Infrastruktur Daerah LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 681,559 16, ,21 95, Pendapatan Hibah 29, ,115 3, Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 153, Dana Penyesuaian & otonomi khusus 389,632 92, ,639 92, Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 18,78 12, , Sumbangan Pihak Ketiga Alokasi Kurang Bayar DAK BELANJA DAERAH 4,12, , ,316, , BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,657, , ,741, , Belanja Pegawai 71,628 1, , , Belanja Barang Belanja Subsidi 4, - - 4, Belanja Hibah 833,39 92, , , Belanja Bantuan Sosial 26, , Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 861, , Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 195, , Belanja Tidak Terduga 34, , BELANJA LANGSUNG 1,445,466 43, ,575,333 73, Belanja Pegawai 46,949 1, ,21 2, Belanja Barang dan Jasa 91,94 41, ,476 32, Belanja Modal 497, ,647 38, SURPLUS/(DEFISIT) (74,312) 573,183 (81.38) (748,56) 528,344 (7.63) 74 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

77 Bab 4. Keuangan Pemerintah PEMBIAYAAN 74, ,56 857, PENERIMAAN DAERAH 787, ,56 857, Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 72, , , PENGELUARAN DAEARAH 83, 35, - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - 35, - - Penguatan Modal Pemerintah Daerah 83, PEMBIAYAAN NETTO SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) Sumber : Pemda Provinsi Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

78 Bab 4. Keuangan Pemerintah Halaman ini sengaja dikosongkan 76 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

79 Bab 5 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan I 213 mengalami penurunan 1,34% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif tinggi yaitu,91% (m-t-m) pada akhir triwulan I 213 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,76% (m-t-m). Tingkat pengangguran pada Februari 213 mencapai 1,89 % lebih rendah dibandingkan kondisi Agustus 212 yang mencapai 2,4 % PERKEMBANGAN NTP BALI Perkembangan NTP selama triwulan I 213 menunjukkan penurunan nilai NTP pada akhir triwulan laporan dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yaitu dari 18,39 menjadi 16,94. NTP Bali selama triwulan laporan cenderung mengalami penurunan (Gambar 5.1). Penurunan NTP dipicu oleh kenaikan indeks yang dibayar pada seluruh sub sektor pertanian sepanjang triwulan I 213. Kenaikan indeks yang dibayar tertinggi adalah sub sektor perikanan dengan kenaikan hingga 3,6% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu, kenaikan indeks yang diterima tidak sebesar kenaikan indeks yang dibayar. Kenaikan indeks yang diterima juga tidak terjadi di sub sektor tanaman pangan dengan penurunan indeks dibandingkan akhir triwulan sebelumnya adalah,13%. Sedangkan sub sektor dengan kenaikan indeks yang diterima tertinggi adalah sub sektor hortikultura dengan kenaikan 1.96%. Secara total, semua sub sektor mengalami penurunan NTP akibat kenaikan yang tinggi pada indeks yang dibayarkan. Sub sektor denga penurunan tertinggi adalah sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perikanan dengan penurunan masing-masing sebesar 2,69% dan 2,2%. NTP Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional Bali Nasional I II III IV I II III IV I Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Perkembangan NTP Bali dari waktu ke waktu berfluktuasi namun mengalami tren menurun sejak triwulan III NTP dengan nilai terendah terjadi pada awal tahun 211, sementara titik tertinggi NTP selama tahun adalah pada awal triwulan IV 212. Selain itu, selama kurun waktu tersebut, NTP Bali selalu berada di atas nasional sebab penurunan NTP Bali sejalan dengan penurunan NTP Nasional. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

80 Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Meskipun NTP yang lebih tinggi mengindikasikan kesejahteraan petani yang lebih tinggi, penurunan NTP perlu segera diantisipasi. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani yang sebagian besar merupakan penduduk desa tidak terus merosot. Data inflasi perdesaan menunjukkan bahwa inflasi di perdesaan Bali pada akhir triwulan I 213 masih lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional yaitu,91% (mtm) dibandingkan,76% (mtm). Sepanjang triwulan laporan, inflasi bulanan perdesaan Bali selalu lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional. Apabila dibandingkan dengan inflasi Denpasar, inflasi perdesaan Bali lebih rendah selama triwulan laporan kecuali pada Januari 213. Hal ini menunjukkan kenaikan harga di perdesaan tidak setinggi di kawasan perkotaan di Bali PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN Tingkat pengangguran di Bali pada Februari 213 berada pada level 1,89% atau sebanyak orang. Jika bandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,4% (Agustus 212) dan 2,11% (Februari 212), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Tren penurunan tingkat pengangguran sudah terjadi sejak Februari 21. Sebagian besar pekerja bekerja di bidang perdagangan dengan proporsi mencapai 29,24% diikuti dengan sektor pertanian dalam arti luas dengan proporsi 24,69%. Kedua proporsi tersebut sejalan dengan besarnya kontribusi kedua sektor tersebut terhadap pembentukan output perekonomian. Namun demikian, proporsi pekerja pada sektor pertanian terus mengecil dari tahun ke tahun. Besarnya proporsi pada awal 213 ini merupakan yang terkecil sejak tahun 21. Penurunan proporsi ini sejalan dengan relatif kecilnya pertumbuhan tahunan sektor pertanian pada triwulan laporan. Sektor dengan peningkatan proporsi jumlah tenaga kerja antara lain adalah sektor perdagangan dan sektor kontruksi. Sementara itu, rasio jumlah pekerja yang bekerja secara penuh (full time) terhadap total pekerja pada Februari 213 adalah sebesar 76,% lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu Agustus 212 sebesar 77,77%. Meskipun terjadi penurunan, terjadi peningkatan pada sisi jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan penuh yaitu dari 1.764,33 ribu orang menjadi 1.786,66 ribu orang. Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali, ribu jiwa jumlah pengangguran % tingkat pengangguran (rhs) Feb 9 Ags 9 Feb 1 Ags 1 Feb 11 Ags 11 Feb 12 Ags 12 Feb Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 78 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

81 Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I 213 mengenai penggunaan tenaga kerja masih menunjukkan level di bawah yang menunjukkan responden yang menyatakan mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja masih lebih banyak dibandingkan responden yang menyatakan mengalami kenaikan tenaga kerja. Dengan demikian jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada umumnya menurun. Hasil survey yang menunjukkan nilai positif terakhir kali adalah saat triwulan IV 211 (Gambar 5.2). Penurunan penggunaan tenaga kerja terutama terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan tahunan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan laporan juga relatif rendah yaitu hanya sebesar 5,17% sehingga diduga sulit menyerap tambahan tenaga kerja baru. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan II 213 mendatang, hasil survey menunjukkan terdapat rencana peningkatan penggunaan tenaga kerja meskipun dengan tingkat optimis yang lebih rendah. Setelah mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja pada triwulan laporan diharapkan terjadi peningkatan kebutuhan tenaga kerja pada periode mendatang Grafik 5.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja SBT I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II REALISASI PENGGUNAAN TK PERKIRAAN PENGGUNAAN TK Sumber : SKDU Tw I-213 Hasil survei menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi pada Triwulan I 213 mencapai 68,69% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 68,21%. Selama kurun waktu 29 hingga awal 213, titik terendah penggunaan kapasitas produksi terjadi pada triwulan III-21 yang hanya sebesar 53% dan titik tertingginya pada triwulan I 21 sebesar 81,3%. Penurunan angka pengangguran pada awal tahun 213 sejalan dengan peningkatan penggunaan kapasitas produksi. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

82 Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Halaman ini sengaja dikosongkan 8 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

83 Bab 6 6. Prospek Perekonomian Perekonomian Bali di triwulan II-213 diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi. Hal ini didukung penguatan konsumsi domestik dan tingginya investasi yang dilaksanakan di triwulan II-213, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi di kisarran 6,4 6,9% (yoy). Konsumsi domestik diperkirakan menguat, didukung keyakinan membaiknya kondisi perekonomian dan situasi bisnis, serta optimisme meningkatnya penghasilan dan supply lapangan kerja kedepan. Investasi juga masih terus digenjot, dengan target penyelesaian pembangunan infrastruktur diselesaikan sebelum pelaksanaan KTT APEC 213. Investasi swasta juga terus meningkat, dengan fokus pembangunan pada infrastruktur pendukung pariwisata sebagai motor utama perekonomian Bali. Di sisi pernawaran, sektor PHR diperkirakan semakin menguat, didukung ekspansi di subsektor perdagangan dan penguatan industri pariwisata (wisatawan domestik dan MICE). Indikasi ini terlihat dari beberapa survey yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Sektor bangunan diperkirakan juga masih tumbuh tinggi seiring maraknya investasi yang dilaksanakan di Bali. Tekanan inflasi di triwulan II-213 diperkirakan meningkat, dengan laju inflasi di kisaran 6, ± 1% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh fundamental inflasi yang meningkat, tekanan pada volatile food akibat imbas kebijakan pembatasan impor hortikultura, serta administered price akibat kenaikan TTL secara bertahap. Tekanan permintaan di triwulan II-213 diperkirakan meningkat seiring peningkatan aktivitas pariwisata, namun tekanan inflasi lebih lanjut masih teredam oleh terjaganya pasokan dan distribusi. Peningkatan industri pariwisata juga berpotensi menyebabkan core inflation sedikit meningkat, khususnya pada kelompok perumahan dan transportasi. Konsumen masih mengekspektasikan perubahan harga kedepan, dengan tingkat keyakinan yang tidak setinggi sebelumnya. Sementara pelaku usaha memiliki ekspektasi inflasi yang lebih besar, akibat kenaikan biaya input seiring kenaikan harga administered price MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-213 Berdasarkan realiasi pertumbuhan ekonomi dan tracking beberapa indikator terkini, perekonomian Bali di triwulan II-213 diperkirakan masih tumbuh tinggi. Dengan perkiraan mengenai kondisi ekonomi ke depan, perekonomian Bali masih mampu tumbuh tinggi di kisaran 6,4 6,9% (yoy). Perekonomian domestik diperkirakan semakin menguat, dengan komponen investasi masih sebagai pendorong utama perekonomian dengan konsumsi yang menunjukkan indikasi meningkat, sehingga menopang pertumbuhan meskipun perdagangan internasional masih menunjukkan fluktuasi ditengah ketidakpastian perekonomian global. Survey Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan I-213 mengindikasikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 15,57. Hal ini mengindikasikan optimisme pelaku usaha dalam memandang perkembangan dunia usaha kedepan. Optimisme perbaikan kondisi juga ditunjukkan oleh perkembangan harga jual, penggunaan tenaga kerja, kapasitas produksi terpakai, maupun situasi bisnis ke depan. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

84 Bab 6. Prospek Perekonomian Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Miliar Rp PDRB growth PDRB (%,yoy) - (RHS) %, yoy 9, 7.5 8,5 7. 8, 7, , 6. 6, , 5,5 5. 5, 4.5 I II III IV I II III IV I II III IV I II* SBT (1) (2) (3) Total Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Perdaganga, Hotel, dan Restoran Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* II Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Keterangan : Tw I-29 s.d. Tw I-213 adalah angka realisasi Tw II-213 adalah angka ekspektasi Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usaha Triwulan II-213 Kriteria Ekspektasi Keterangan Pelaku Usaha Perkembangan Kegiatan Usaha Meningkat Prospek perekonomian optimis membaik dibandingkan sebelumnya, terutama di sektor PHR, pertanian, bangunan, pengangkutan dan keuangan. Kondisi ini dipengaruhi maraknya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Perkembangan Harga Jual Meningkat Prospek perekonomian yang meningkat didorong oleh menguatnya permintaan domestik, sehingga harga jual optimis membaik terutama di sektor PHR dan industri pengolahan. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Meningkat Kinerja sektor utama meningkat, sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di sektor pertanian, bangunan, PHR dan pengangkutan Kapasitas Produksi Terpakai Meningkat Terjadi seiring perkembangan kegiatan usaha yang cenderung meningkat Situasi Bisnis Ke depan Meningkat Situasi bisnis optimis lebih baik dari saat ini Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-213, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Konsumsi diperkirakan semakin menguat, meskipun masih terbatas. Indikator konsumsi berupa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari hasil Survey Konsumen menunjukkan optimisme konsumen akan membaiknya kondisi perekonomian kedepan, dengan indeks 135,67. Indeks tersebut bahkan lebih tinggi dibanding rata-rata IEK triwulan I-213. Optimisme tersebut dipengaruhi keyakinan atas membaiknya penghasilan kedepan, supply lapangan kerja, dan kegiatan usaha kedepan. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) publikasi BPS juga memperkirakan kondisi serupa, konsumsi di triwulan II diperkirakan membaik dengan indeks 114,34, lebih tinggi dibanding ITK triwulan sebelumnya sebesar 17,5, didukung keyakinan atas membaiknya pendapatan rumah tangga mendatang dan kenaikan perkiraan pembelian barang tahan lama. Penguatan konsumsi juga dipengaruhi oleh perkiraan meningkatnya aktivitas pariwisata di triwulan II, sehingga penguatan konsumsi juga didorong untuk pemenuhan kebutuhan wisatawan (khususnya domestik). Realisasi belanja pemerintah masih menguat. Pelaksanaan Pilkada Gubernur Provinsi Bali diperkirakan semakin mendorong realisasi belanja modal, dengan pelaksanaan program yang dipercepat sebelum akhir masa jabatan. Selain itu terdapat beberapa kegiatan yang bersifat multiyear, sehingga konsumsi pemerintah 82 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

85 Bab 6. Prospek Perekonomian diperkirakan terealisasi lebih cepat dibanding pola historis realisasi di triwulan II yang rata-rata realisasi belanja dalam 3 tahun terakhir sebesar 19,84%. Grafik 6.3. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 6.4. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan Indeks I II III IV I II III IV I II* SBT I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I* II Situasi Bisnis 3 bulan terakhir Ekspektasi Situasi Bisnis 6 bln yad Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Perkiraan Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Investasi diperkirakan masih tumbuh tinggi, dan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di triwulan II-213. Kondisi ini disebabkan oleh masih dilangsungkannya pembangunan proyek infrastruktur berskala besar yang bersifat multiyear, yang dikebut pengerjaannya menjelang KTT APEC 213 antara lain renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai, underpass Dewa Ruci, jalan tol Serangan-Kuta-Nusa Dua, dengan rencana penyelesaian pada triwulan II-213 dan dapat dioperasikan di triwulan III-213. Persiapan menjelang KTT APEC 213 juga ditunjukkan oleh pembangunan berbagai hotel di kawasan Nusa Dua (BTDC), dengan tujuan menambah kapasitas kamar baru menjadi kamar. Investasi yang dilakukan di Bali tidak hanya berfokus pada APEC. Beberapa investor telah melaunching rencana pembangunan hotel di berbagai destinasi wisata di Bali diluar kawasan Nusa Dua, antara lain di kawasan Pecatu, Kuta dan Seminyak. Keluarnya Moratorium yang mengatur investasi perhotelan juga menyebabkan beberapa hotel mengembangkan investasinya diluar Bali Selatan, dengan arah pengembangan investasi semakin menuju ke Bali Utara. Hal ini menunjukkan masih tingginya minat investasi di Bali, khususnya berupa infrastruktur pendukung pariwisata. Ekspor diperkirakan masih belum optimal, khususnya pada komponen ekspor luar negeri. Dari hasil pantauan hingga awal tahun 213, pelaku usaha masih mengindikasikan adanya ketidakstabilan perekonomian global. Permintaan dari negara tujuan ekspor utama masih lemah, dan cukup berimbas pada komoditas ekspor utama di Bali seperti kerajinan, pakaian jadi dan perhiasan. Di sisi lain, ekspor juga dibayangi kenaikan biaya produksi akibat kenaikan UMP dan TTL, yang dapat berdampak pada kenaikan biaya input. Dari hasil liaison pelaku usaha terus berupaya untuk melakukan diferensiasi pasar. Nilai tukar yang berada di kisaran Rp 9.6,- per USD diharapkan dapat menjadi insentif bagi eksportir untuk melakukan ekspor. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

86 Bab 6. Prospek Perekonomian Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Negara 2 Share Ekspor Bali 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat 18,48 2, , Jepang 1,48 2, 1,6 1.4 Singapura 2 6, Australia 2 19,61 3,6 3, 3.3 Hongkong 2 3,17 1,4 3, 4.4 World Output Keterangan : 1 Proporsi ekspor berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Provinsi Bali sepanjang Triwulan I-213, Bank Indonesia 2 Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam World Economic Outlook IMF, April 213 Dalam World Economic Outlook (WEO) publikasi April 213, IMF memprediksikan global economic prospect menunjukkan perbaikan dibanding taun 212, namun masih terdapat fluktuasi recovery khususnya pada advanced economy. Private demand di Amerika Serikat terindikasi membaik namun di Euro Area masih belum menunjukkan signal perbaikan. Kondisi ini menyebabkan koreksi prospek perekonomian dunia tahun 213 dibanding perkiraan yang disampaikan dalam update Oktober 212, yaitu dari 3,5% menjadi 3,3%. Emerging market dan developing economies diharapkan dapat mempercepat aktivitas dan menyokong pertumbuhan ekonomi dunia. Dalam hal perdagangan internasional, mayoritas ekspor Bali dikirim ke Australia (19,61%), Amerika Serikat (18,48%), diikuti Jepang (1,48%), Singapura (6,21%), dan Hongkong (3,17%). WEO April 213 memperkirakan perekonomian Amerika Serikat sedikit melemah dibanding tahun 212, dengan koreksi proyeksi,1% (dibanding proyeksi pada update Oktober). Pelemahan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi di negara tujuan ekspor lainnya, yaitu Jepang dan Ausralia. Secara global perkembangan output juga masih terbatas, mengindikasikan prospek ekspor masih belum banyak berubah. Melemahnya pertumbuhan ekonomi advance economy dikhawatirkan juga berimbas pada permintaan ekspor dari negara tersebut. Tabel 6.3. Proyeksi Volume Perdagangan Internasonal f 214f World Trade Volume Exports - Advanced Economies Emerging Market Imports - Advanced Economies Emerging Market Commodity Prices - Oil Nonfuel Consumer Price Advanced Economies Emerging Market Keterangan : f) Proyeksi dalam World Economic Outlook IMF, April Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-213

87 Bab 6. Prospek Perekonomian Dilihat dari pola pergerakannya, sektor PHR diperkirakan dalam kondisi menguat. Kondisi ini didukung penguatan perekonomian domestik, serta proyek pembangunan infrastruktur yang mempengaruhi kinerja sektor PHR. Indikasi Survey Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan optimisme membaiknya kegiatan usaha dengan Saldo Bersih Tertimbang 8,67 Harga jual dan penggunaan tenaga kerja sektor PHR diperkirakan juga lebih baik di triwulan II-213. Aktivitas perdagangan diperkirakan mulai menguat, sebagaimana terindikasi dari perkiraan total penjualan hasil Survey Penjualan Eceran yang mengindikasikan pertumbuhan total penjualan triwulan II (perkiraan April dan Mei) sebesar 7,96% (yoy). Pelaku usaha juga masih mengindikasikan total penjualan 3 dan 6 bulan kedepan lebih baik dibanding sebelumnya, meskipun tingkat keyakinannya tidak setinggi rata-rata di triwulan I-213. Optimisme juga didukung oleh keyakinan pelaku usaha akan membaiknya kondisi perekonomian periode 3 dan 6 bulan kedepan. Aktivitas pariwisata diperkirakan juga meningkat, dan memasuki peak season seiring libur sekolah. Potensi peningkatan wisatawan domestik juga diakibatkan oleh perayaan hari raya keagamaan seperti Kenaikan Isa Almasih (Mei) dan Isra Miraj (Juni). Kegiatan MICE diperkirakan juga semakin meningkat di triwulan II, seiring banyaknya rencana event berskala nasional dan internasional yang diselenggarakan di Bali. Akibatnya, kinerja di subsektor hotel dan restoran diperkirakan meningkat. Grafik 6.5. Perkiraan Total Penjualan 3 dan 6 bulan Yang Akan Datang Grafik 6.6. Perkiraan Kondisi Perekonomian Kedepan Indeks %, yoy Total Penjualan 3 bln yad g penjualan 3 bln yad (%) (RHS) Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), BI Total Penjualan 6 bln yad g penjualan 6 bln yad (%) (RHS) Indeks bln yad 3 bln yad 6 bln yad Sumber : Survey Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) BI Sektor pertanian diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding sebelumnya. Indikasi ini ditunjukkan dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha, dimana pelaku usaha di sektor pertanian optimis sektor pertanian di triwulan II-213 akan membaik dibanding sebelumnya, dengan Saldo Bersih Tertimbang sebesar,85. Perkembangan penggunaan tenaga kerja di triwulan II diperkirakan juga lebih baik dibanding sebelumnya. Hal ini didukung pula oleh kondisi cuaca dan curah hujan yang kondusif, sehingga panen tanaman bahan makanan diperkirakan membaik. BMKG memprakirakan kondisi curah hujan dalam rentang rendahmenengah, dengan curah hujan di kisaran mm. Membaiknya kondisi cuaca diperkirakan juga berdampak positif pada subsektor Kondisi ini juga berdampak positif pada subsektor perikanan, dengan jumlah tangkapan diekspektasikan meningkat. Sektor bangunan diperkirakan masih tumbuh tinggi. Hal ini didukung maraknya investasi baik oleh pemerintah maupun swasta sepanjang triwulan II. Sejalan dengan hal tersebut, pengembangan property residensial dari hasil survey Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) juga mengindikasikan pertumbuhan indeks mencapai 11,81% (yoy), dengan peningkatan indeks terjadi di seluruh properti baik kecil, menengah maupun besar (peningkatan terbesar terjadi di property jenis besar). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca.

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2009 dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI Foto oleh: Agus Mulyawan Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 2016 Untuk informasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012 No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV KAJIAN EKONOMI REGIO ONAL JAWA TIMUR TRIWULAN II - 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci