MODUL PRAKTIKUM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (MAM2201) DISUSUN OLEH : 1. Zulkarnain, M.Si 2. Khozin Mu tamar, M.Si

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PRAKTIKUM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (MAM2201) DISUSUN OLEH : 1. Zulkarnain, M.Si 2. Khozin Mu tamar, M.Si"

Transkripsi

1 MODUL PRAKTIKUM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (MAM01) DISUSUN OLEH : 1. Zulkarnain, M.Si. Khozin Mu tamar, M.Si PRODI S1 MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU 015

2 1 Modul 1 : Persamaan Diferensial Biaasa Orde-1 TIU : Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan matematis dalam bidang persamaan diferensial biasa (PDB) TIK : 1. Mahasiswa mengenal dasar-dasar Maple untuk menyelesaikan PDB orde 1. Mahasiswa mampu menyelesaikan PDB orde 1 linier menggunakan Maple 3. Mahasiswa mampu menyelesaikan PDB orde 1 secara manual dengan menggunakan bantuan Maple. Materi : Bidang arah, Pemisahan variabel, Faktor integrasi. 1.1 Bidang arah Misalkan diberikan persamaan diferensial biasa orde 1 dx = y (x) = f(x) (1) Secara geometris persamaan (??) dapat diartikan sebagai kemiringan suatu kurva yang bernilai f(x) di setiap titiknya. Bidang arah dari persamaan (??) merupakan keluarga kurva berarah dari f(x) berdasarkan nilai dari y (x) yang tidak lain adalah kemiringan dari y(x). Bidang arah sendiri dapat merepresentasikan perilaku dari solusi persamaan diferensial yang akan diselesaikan. KODE MAPLE restart : Kode untuk memulai block dokumen baru with(detools) : Package Maple untuk masalah persamaan diferensial with(plots) : Package Maple untuk melakukan ploting kurva. D(y)(t) : Cara menulis / diff(y,t) : Cara menulis / versi DEplot : Memplot bidang arah dari / = f(t) plot : Memplot kurva dari fungsi peubah tunggal f(x) display : Memplot beberapa kurva dalam satu bidang CONTOH Misalkan diberikan PDB linier yaitu /dx = x +. Solusi umumnya adalah y(x) = x + x + c Berikut adalah bagaimana menampilkan kurva bidang arah yang sekaligus berdampingan dengan kurva solusi dari PDB di atas 1 restart ; Kode 1: Bidang Arah 1

3 with (DETools) ; 3 with ( plots ) ; 4 pdb:=d(y) (x)= x+; 5 yu:=(x, c ) >x^+ x+c ; 6 p1:= plot (yu(x, 1 ),x =.., color = blue ) ; 7 p:= plot (yu(x, ),x =.., color=black ) ; 8 p3:= plot (yu(x, 3 ),x =.., color=green ) ; 9 p4:= plot (yu(x, 4 ),x =.., color=magenta) ; 10 p5:= plot (yu(x, 5 ),x =.., color=yellow ) ; 11 dp:=deplot(pdb, y(x),x=..,y= ) ; 1 display ({dp, p1, p, p3, p4, p5}) ; LATIHAN Gambarkanlah bidang arah berikut ini secara manual dan menggunakan Maple. Susun laporan atas permasalahan berikut ini. 1. y = y(1 y). y (x) + y(x) = 3. y (x) = x 4. y (x) y(x) = x + 1. Pemisahan Variabel Misalkan diberikan PDB orde 1 dalam bentuk M(x, y) + N(x, y)dx = 0 () Jika M(x, y) hanya mengandung variabel y saja dan N(x, y) hanya mengandung variabel x saja maka solusi dari persamaan (??) dapat ditentukan dengan pemisahan variabel, yaitu dengan mengintegralkan terhadap masing-masing variabelnya. M(x, y) = N(x, y)dx (3) M(y) = Ñ(x)dx (4) KODE MAPLE restart : Kode untuk memulai block dokumen baru with(detools) : Package Maple untuk masalah persamaan diferensial dsolve : Menyelesaikan PDB menggunakan package Maple separable : Option dalam dsolve untuk separasi variabel int(f,x) : Melakukan integral fungsi f terhadap x CONTOH Misalkan diberikan PDB yaitu /dx = (1 x)y (x). Dengan manipulasi aljabar akan diperoleh y = (1 x)dx (x)

4 Dengan melakukan integral di kedua ruas akan diperoleh sehingga solusi umumny adalah y (x) = (1 x)dx 1 y(x) = x x + C y(x) = 1 x x + C Jika diselesaikan dengan menggunakan Maple maka kodenya adalah sebagai berikut ini 1 restart ; with ( DEtools ) ; 3 pdb:=d(y) ( t ) =(1 t ) y( t ) ^; 4 int (1/y^,y)=int (1 t, t ) ; 5 dsolve (pdb, [ separable ] ) ; Kode : Pemisahan Variabel LATIHAN Selesaikanlah PDB orde 1 berikut ini secara manual dan menggunakan Maple. laporan atas permasalahan berikut ini. Susun 1. y + y sin x = x + 4x + (y 1) x 1 y x e x y + e y dx = cos x cos y 1.3 Faktor Integrasi Misalkan diberikan persamaan diferensial biasa orde 1 dalam bentuk Persamaan (??) dapat dituliskan dalam bentuk P (x)y (x) + Qy(x) = R(x) (5) y (x) + q(x)y(x) = r(x) (6) Solusi persamaan (??) dapat ditentukan dengan faktor integrasi yang didefinisikan sebagai ( µ(x) = exp ) q(x) dx (7) µ (x) = µ(x)q(x) (8) 3

5 Persamaan (??) kemudian dituliskan menjadi µ(x)y (x) + µ(x)q(x)y(x) = µ(x)r(x) dµ(x)y(x) dx = µ(x)r(x) (9) Solusi persamaan (??) dapat ditentukan dengan mengintegralkan masing-masing ruas sehingga dµ(x)y(x) = µ(x)r(x) dx ( ) y(x) = µ 1 (x) µ(x)r(x) dx + C (10) KODE MAPLE CONTOH dsolve : Menyelesaikan PDB secara langsung dari maple rhs : Mengambil ruas kanan dari suatu persamaan int(y(t),t) : Mengintegralkan y(t) terhadap t atau y(t) simplify : Menampilkan output dalam bentuk paling sederhana 1. y (x) + y(x) = Secara manual, pertama, tentukan faktor integrasi, yaitu ( µ = exp ) dx = exp (x) Kalikan ke dalam PDB awal sehingga diperoleh exp x(y (x) + y(x)) = exp x d(y(x) exp x) = exp x dx d(y(x) exp x) = exp xdx y(x) exp x = exp x + C y(x) = C exp ( x) + 1 Jika diselesaikan dengan menggunakan Maple, maka kodenya adalah 1 restart ; with ( DEtools ) ; 3 pdb:=(d(y) ) (x)+ y(x) =; 4 mu:=exp( int (,x) ) ; 5 pdbrka:= mu rhs (pdb) ; 6 yrka:= int (pdbrka, x) ; 7 y: =(yrka+c) /mu; 8 dsolve (pdb) ; Kode 3: Faktor Integrasi. y (x) + 4y(x) = e x 4

6 Persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi y (x) + y(x) = e x / Faktor integrasi dari persamaan di atas adalah ( µ = exp ) dx = exp (x) Kalikan ke dalam PDB awal sehingga diperoleh exp (x)(y (x) + y(x)) = exp (3x)/ d(y(x) exp x) = exp (3x)/ dx d(y(x) exp x) = 1 exp 3xdx y(x) exp x = 1 exp 3x + C 6 y(x) = 1 exp x + C exp ( x) 6 Jika diselesaikan dengan menggunakan Maple maka kodenya adalah 1 restart ; with ( DEtools ) ; Kode 4: Faktor Integrasi 3 pdb:= (D(y) ) (x)+4 y(x) = exp(x) ; 4 pdbn:=(1/) pdb ; 5 mu:= exp( int (, x) ) ; 6 pdbnra:=mu rhs (pdbn) ; 7 yra:= int (pdbnra, x) ; 8 y:= simplify ( (yra+c) /mu) ; 9 simplify ( dsolve (pdb) ) ; LATIHAN Selesaikanlah PDB orde 1 berikut ini secara manual dan menggunakan Maple. laporan atas permasalahan berikut ini. Susun 1. y (x) y(x) =. y (x) = y 3. y (x) y(x) = x + 4. y + y = te t, dengan nilai awal y(1) = 0 5

7 Modul : Persamaan Diferensial Biasa Orde 1 Lanjutan TIU : Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan matematis dalam bidang persamaan diferensial biasa (PDB) TIK : 1. Mahasiswa mampu menentukan suatu persamaan diferensial eksak atau bukan. Mahasiswa mampu menyelesaikan Persamaan diferensial homogen 3. Mahasiswa mampu menyelesaikan PDB eksak Materi : PDB orde 1 homogen, PDB orde 1 eksak.1 PDB Orde 1 Homogen Bentuk umum PDB orde 1 homogen adalah ( ) y dx = f(x, y) = f x (11) Artinya, suku tak homogen f(x, y) dapat dibentuk dalam fungsi rasional yang terdiri atas x dan y secara eksplisit. Solusi masalah ini adalah dengan memisalkan z = y x xz = y sehingga diperoleh PDB yang baru x dz dx + z = f(z) Menggunakan operasi aljabar, akan diperoleh dz f(z) z = dx x yang penyelesaiaannya dilakukan dengan integral masing-masing ruas. KODE MAPLE restart : Kode untuk memulai block dokumen baru with(detools) : Package Maple untuk masalah persamaan diferensial int(f,x) : Melakukan integral fungsi f terhadap x simplify(f) : Menampilkan bentuk fungsi f yang paling sederhana convert(f,parfrac,x) : Melakukan konversi f dengan format parfrac parfrac : Bentuk rasional partisi, yaitu bentuk a/b CONTOH Tentukan solusi dari PDB orde 1 berikut ini dx = y + xy x 6

8 Pertama, sederhanakan bentuk PDB di atas menjadi dx = y x + xy x = ( y x) + y x Terlihat bahwa suku tak homogen tersusun dalam bentuk y/x. z = y/x maka diperoleh = x dz + z dx Selanjutnya, misalkan sehingga x dz dx + z = z + z ruas kiri persamaan menjadi sehingga menghasilkan dz z + z = dz z + z = dx x 1 z dz ln z ln (z + 1) = ln x + ln C dengan mengembalikan substitusi z = y/x diperoleh y(x) = Cx 1 Cx 1 z + 1 dz dz z + z = dx x z z + 1 = Cx Jika diselesaikan dengan menggunakan Maple maka kodenya adalah 1 restart ; with (DETools) ; Kode 5: PDB orde 1 Homogen 3 ode:= d i f f (y(x),x)=(y(x) ^+ y(x) x) /x^; 4 ode:=subs (y(x)=z (x) x, ode) ; 5 ode3:= simplify (ode) ; 6 ode4:= simplify (ode3 z (x) ) ; 7 ode4kiri :=convert (1/ rhs (ode4), parfrac, z (x) ) ; 8 ruaskiri := int (1/ z 1/(z+1), z ) ; 9 ruaskanan:= int (1/x, x) ; 10 sol := ruaskiri = ruaskanan ; 11 simplify ( subs ( z = y/x, sol ) ) ; LATIHAN Tentukan solusi dari PDB orde 1 homogen berikut ini. komputasi serta buat laporan kerja dari tugas ini dx = x + 3y x y 4y 3x = dx x y dx = x + xy + y x dx = x 3y xy Kerjakan secara manual dan 7

9 5. dx = xy x 3y. PDB Orde 1 Eksak Misalkan diberikan persamaan diferensial M(x, y) + N(x, y)dx = 0 Persamaan diferensial di atas dikatakan PDB orde 1 Eksak jika memenuhi dm(x, y) dx = dn(x, y) Misalkan solusi persamaan di atas adalah ψ(x, y). Solusi ini memenuhi dψ(x, y) dx dψ(x, y) = N(x, y) = M(x, y) Solusi dapat diperoleh dengan beberapa langkah substitusi, yaitu 1. Integralkan N(x, y) terhadap variabel x sehingga menghasilkan fungsi ψ(x, y) yang mengandung fungsi C = g(y).. Substitusikan ψ(x, y) di atas pada bentuk M(x, y) sehingga akan diperoleh dg(y) 3. Integralkan bentuk di atas sehingga diperoleh hasil g(y) 4. Substitusikan pada bentuk pertama sehingga diperoleh solusi khusus. KODE MAPLE restart : Kode untuk memulai block dokumen baru with(detools) : Package Maple untuk masalah persamaan diferensial diff(f,x) : Melakukan diferensial fungsi f terhadap variabel x int(f,x) : Melakukan integral fungsi f terhadap x unapply(f,x,y) : Merubah ekpresi f menjadi fungsi dengan variabel x dan y simplify(f) : Menampilkan bentuk fungsi f yang paling sederhana implicit(f) : Menampilkan fungsi f secara implicit CONTOH Selesaikan persamaan diferensial berikut ini (4x + y)dx + (x y) = 0 8

10 Berdasarkan soal, diperoleh M(x, y) = x y N(x, y) = 4x + y dm(x, y) = dx dn(x, y) = yang menunjukkan bahwa persamaan diferensial ini merupakan PDB orde 1 eksak. Selanjutnya, integralkan N(x, y) terhadap variabel x sehingga diperoleh ψ(x, y) = N(x, y) dx = x + xy + g(y) Substitusikan pada M(x, y) sehingga dψ(x, y) = M(x, y) x + dg(y) = x y Sederhanakans sehingga menghasilkan dg(y) = y yang dengan integral biasa akan menghasilkan g(y) = y Solusi akhir dari permasalahan ini adalah ψ(x, y) = x + xy y Jika diselesaikan dengan menggunakan Maple kodenya adalah 1 restart ; with (DETools) ; Kode 6: PDB eksak 3 ode:=4 x+ y(x)= ( x y(x) ) (D(y) ) (x) ; 4 sol := simplify ( dsolve (ode, implicit ) ) ; 5 N :=(x, y) >4 x+ y ; 6 M :=(x, y) > x y ; 7 Ny := d i f f (N(x, y),y) ; 8 Mx := d i f f (M(x, y),x) ; 9 psi :=unapply ( int (N(x, y),x)+g(y),x, y) ; 10 oden:=m(x, y) ( d i f f ( psi (x, y),y) ) ; 11 dsolve (oden) ; LATIHAN Tentukan solusi dari PDB orde 1 berikut ini. serta buat laporan kerja dari tugas ini. Kerjakan secara manual dan komputasi 1. (x + 4y) + (x y)y = 0. xy + y + (x y + x)y = 0 9

11 3. (x ln y + xy)dx + (y ln x + xy) = 0 4. (y/x + 6x)dx + (ln x ) = 0 5. (e x sin y + 3y)dx (3x e x sin y) = 0 10

12 3 Modul 3 : Persamaan Diferensial Biasa Orde- Homogen TIU : Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan matematis dalam bidang persamaan diferensial biasa (PDB) TIK : Mahasiswa mampu menyelesaikan PDB orde homogen dengan menggunakan metode persamaan karateristik Materi : Metode Karateristik Bentuk umum PDB orde homogen adalah ay (t) + by (t) + cy(t) = 0. (1) Didefinisikan λ = d sehingga persamaan (??) menjadi (aλ + bλ + c)y(t) = 0 Dengan asumsi y(t) 0 maka akan diperoleh persamaan karateristik yaitu aλ + bλ + c = 0 (13) yang merupakan persamaan kuadrat dengan 3 kemungkinan akar,yaitu riil berbeda, riil sama dan akar imajiner. Solusi persamaan (??) ditentukan berdasarkan jenis dan nilai solusi persamaan (??) 1. Jika solusinya akar riil berbeda maka solusi umumnya berbentuk y(t) = c 1 exp λ 1 t + c exp λ t. Jika solusinya akar riil sama maka solusi umumnya berbentuk y(t) = c 1 exp λt + c t exp λt 3. Jika solusinya akar imajiner yang berbentuk z = α + ßβ maka solusi umumnya berbentuk y(t) = exp (αt)(a cos βt + B sin βt) KODE MAPLE with(detools) : Package Maple untuk masalah persamaan diferensial. dsolve : Menyelesaikan persamaan diferensial solve : Menyelesaikan persamaan linier atau nonlinier Re(z) : Menyatakan nilai real dari bilangan kompleks z = a + ib. Im(z) : Menyatakan nilai imajiner dari bilangan kompleks z = a+ib. CONTOH 1. y (x) 9y (x) + 9y(x) = 0 11

13 Persamaan karateristiknya adalah λ 9λ + 9 = 0 Akar karateristiknya menggunakan rumus ABC adalah λ 1, = 9 ± = 9 ± 3 5 Solusi umum dari masalah di atas adalah ( ) ( ) y(x) = C 1 exp + C exp Jika diselesaikan dengan menggunakan Maple maka kodenya adalah 1 restart ; with (DETools) ; Kode 7: PDB Orde- 3 pdb:=d^() (y) (x) 9 (D(y) ) (x)+9 y(x) =0; 4 ye:= dsolve (pdb) ; 5 pk:=lambda^ 9 lambda+9 = 0 ; 6 ak:= solve (pk) ; 7 y:=c1 exp(ak [ 1 ] )+c exp(ak [ ] ) ;. y (x) + y (x) + 9y(x) = 0 Persamaan karateristiknya adalah λ + λ + 9 = 0 Akar karateristiknya menggunakan rumus ABC adalah λ 1, = 1 ± 1 36 = 1 ± 35i Solusi umum dari masalah di atas adalah ( ) ( 1 y(x) = exp x C 1 cos ( ) 35 + C sin ( )) 35 Jika diselesaikan dengan Maple maka langkah penyelesaiaannya adalah 1 restart ; with (DETools) ; Kode 8: PDB Orde- 3 pdb:=d^() (y) (x)+d(y) (x)+9 y(x) =0; 4 ye:= dsolve (pdb) ; 5 pk:=lambda^+lambda+9=0; 6 ak:= solve (pk) ; 7 akr:=re(ak [ 1 ] ) ; 8 aki:=im(ak [ 1 ] ) ; 9 y:=exp(akr x) ( c1 cos ( aki x)+c sin ( aki x) ) ; 1

14 LATIHAN Tentukan solusi umum dari PDB orde homogen berikut ini. Kerjakan secara manual dan komputasi serta buat laporan kerja dari tugas ini. 1. y (t) 3y (t) + y(t) = 0. y (t) y (t) y(t) = 0 3. y (t) + 3y(t) = y (t) y (t) = 0 5. y (t) + y (t) 4y(t) = 0 dengan nilai awal y (0) = 1 dan y(0) = 1 13

15 4 Modul 4 : Persamaan Diferensial Biasa orde- Nonhomogen TIU : Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan matematis dalam bidang persamaan diferensial biasa (PDB) TIK : 1. Mahasiswa dapat menyelesaikan PDB orde dengan menggunakan metode koefisien tak tentu. Mahasiswa dapat menyelesaikan PDB orde dengan menggunakan metode variasi parameter Materi : PD orde nonhomogen 4.1 Metode Koefisien Tak Tentu Bentuk umum PDB orde tak homogen adalah ay (x) + by (x) + cy(x) = f(x) (14) Solusi PDB orde nonhomogen disusun atas solusi homogen (y h ) dan solusi partikular (y p ). Solusi homogen diperoleh dengan mengasumsikan f(x) = 0. Selanjutnya, solusi partikular diperoleh dengan memperhatikan bentuk f(x) kemudian menyesuaikan dengan tabel berikut ini Fungsi y p selanjutnya disubstitusikan ke persamaan (??). Dengan menggunakan manipulasi aljabar, maka akan diperoleh setiap nilai dari koefisien yang diinginkan. KODE MAPLE restart : Kode untuk memulai block dokumen baru with(detools) : Package Maple masalah persamaan diferensial dsolve : Menyelesaikan persamaan diferensial solve : Menyelesaikan persamaan linier atau nonlinier diff(f,x) : Melakukan diferensial fungsi f terhadap variabel x $ : Menyatakan repetisi atau pengulangan CONTOH Misalkan diberikan PDB orde tak homogen y (t) 4y (t) + 3y(t) =. Secara manual, dihitung solusi homogen dimana λ 4λ + 3 = 0 (λ 3)(λ 1) = 0 sehingga akar karateristiknya adalah λ 1 = 1 dan λ = 3. Solusi homogen dari PDB orde di atas adalah y h = c 1 exp t + c exp 3t 14

16 Oleh karena f(t) = maka solusi partikular yang dipilih adalah y p = k dengan k adalah konstanta yang akan ditentukan nilainya. Selanjutnya diperoleh y p = k y p = 0 y p = 0 Substitusikan dalam PDB awal sehingga diperoleh (k) = yang menghasilkan k = 1/3 dan solusi umumnya adalah y(t) = c 1 exp t + c exp 3t + 3 Solusi dengan Maple dilakukan dengan langkah 1 restart ; with (DETools) ; Kode 9: PDB Orde- nonhomogen 3 pdb:=d^() (y) ( t ) 4 D(y) ( t )+3 y( t ) =; 4 pk:=lambda^ 4 lambda+3; 5 ak:= solve (pk) ; 6 yh:=c1 exp(ak [ 1 ] t )+c exp(ak [ ] t ) ; 7 yp:= k ; 8 ypt:= d i f f (yp, t ) ; 9 yptt:= d i f f ( ypt, t ) ; 10 pdbnew:= yp = ; 11 k:= solve (pdbnew, k) ; 1 solusi :=yh+yp ; 13 solusi :=dsolve (pdb) ; Pada output akan terlihat bahwa solusi dengan menggunakan Maple akan menghasilkan output yang sama dengan hasil perhitungan secara manual. LATIHAN Tentukan solusi umum dari PDB orde tak homogen berikut ini. Kerjakan secara manual dan komputasi serta buat laporan kerja dari tugas ini. 1. y (t) 4y (t) + 3y(t) = t. y (t) 4y (t) + 3y(t) = + cos 3t 3. y (t) 4y (t) + 3y(t) = t + sin 3t 4. y (t) 4y (t) + 3y(t) = t + cos 3t y (t) 4y (t) + 3y(t) = exp 3t 15

17 4. Metode Variasi Parameter Metode variasi parameter mengasumsikan solusi partikular dari persamaan (??) berbentuk y p (x) = u 1 (x)y 1 (x) + u (x)y (x) Persamaan di atas kemudian didiferensialkan sehingga dan diasumsikan u 1 y 1 + u y = 0 sehingga y = u 1y 1 + u 1 y 1 + u y + u y y = u 1 y 1 + u y y = u 1y 1 + u 1 y 1 + u y + u y Persamaan ini kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (??) sehingga menghasilkan sistem u 1y 1 + u y = f(x) u 1y 1 + u y = 0 dengan solusi sistem adalah u 1 = u = y f(x) W (y 1, y ) dx y 1 f(x) W (y 1, y ) dx dimana y 1, y adalah solusi homogen dari persamaan (??) dan W (y 1, y ) adalah Wronskian dari y 1 dan y yang didefinisikan sebagai y 1 y W (y 1, y ) = y 1 y = y 1y y 1y Solusi umum PDB orde- dengan variasi parameter adalah y(x) = c 1 y 1 (x) + c y (x) + y p (x) KODE MAPLE with(linearalgebra) : Package Maple untuk aljabar linier. int(f,x) : Melakukan integral fungsi f terhadap variabel x. Re(z) : Menyatakan nilai real dari bilangan kompleks z = a + ib. Im(z) : Menyatakan nilai imajiner dari bilangan kompleks z = a+ib. Determinant(A) : Menghitung determinan matriks simplify(a) : Menampilkan bentuk yang paling sederhana 16

18 CONTOH Misalkan diberikan PDB orde tak homogen y (x) + 4y(x) = csc x. csc x akan sulit untuk ditentukan secara koefisien tak tentu. Solusi homogen dari persamaan tersebut adalah λ + 4 = 0 sehingga akar karateristiknya adalah λ 1 = ±i. Solusi homogen dari PDB di atas adalah y h = c 1 cos x + c sin x Selanjutnya dihitung Wronskian W = cos x sin x sin x cos x = Solusi untuk u 1 (x) dan u (x) adalah u 1 = 1 csc x sin x dx = 1 x u = 1 csc x cos x dx = 1 ln sin x 4 Solusi partikularnya adalah y p (x) = 1 x cos x + 1 sin x ln (sin x) 4 Solusi umum dari permasalahan di atas adalah y(x) = c 1 cos x + c sin x 1 x cos x + 1 sin x ln (sin x) 4 Solusi dengan Maple dilakukan dengan langkah 1 restart ; with ( LinearAlgebra ) ; 3 with (DETools) ; 4 f := csc ( x) ; 5 pdb:=d^() (y) (x)+4 y(x)=f ; 6 pk:=lambda^+4 = 0 ; Kode 10: PDB Orde- nonhomogen 7 ak:= solve (pk) ; akr := Re(ak [ 1 ] ) ; aki := Im(ak [ 1 ] ) ; 8 yh:=exp(akr x) ( c1 cos ( aki x)+c sin ( aki x) ) ; 9 y1:=cos ( aki x) ; y := sin ( aki x) ; 10 wron:=<<y1, d i f f (y1, x)> <y, d i f f (y, x)>>; 11 w:= simplify ( Determinant(wron) ) ; 1 u1:= ( int ( f y/w, x) ) ; 13 u:= int ( f y1/w, x) ; 14 yp:=u1 y1+u y ; 15 yt:= yh+yp ; 16 ye:= dsolve (pdb) ; Pada output akan terlihat bahwa solusi dengan menggunakan Maple akan menghasilkan 17

19 output yang sama dengan hasil perhitungan secara manual. LATIHAN Tentukan solusi umum dari PDB orde tak homogen berikut ini. Kerjakan secara manual dan komputasi serta buat laporan kerja dari tugas ini. 1. y (t) 5y (t) + 6y(t) = exp t. y (t) + y (t) + y(t) = 3 exp ( t) 3. y (t) + y(t) = tan t 4. y (t) + 9y(t) = 9 sec 3t 18

20 5 Modul 5 : Sistem Persamaan Diferensial Biasa TIU : Mahasiswa mampu memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan matematis dalam bidang persamaan diferensial biasa (PDB) TIK : 1. Mahasiswa mampu menentukan jenis kestabilan dari sistem PDB linier. Mahasiswa mampu menentukan solusi dari sistem persamaan diferensial dengan subtitusi 3. Mahasiswa mampu menyelesaikan solusi sistem persamaan diferensial biasa dengan matriks fundamental. Materi : Sistem Persamaan Diferensial Linier 5.1 Sistem Persamaan Diferensial Linier Sistem persamaan diferensial linier adalah sekumpulan persamaan diferensial yang bersifat linier. Bentuk umum yang sering dijumpai adalah dx = ax + by (15) = cx + (16) dimana a, b, c, d adalah koefisien sedangkan x, y adalah variabel yang bergantung kepada variabel bebas t. Bentuk diatas seringkali juga dinyatakan dalam bentuk matriks persamaan diferensial, yaitu ( x ) ( ) ( ) (t) a b x(t) y = (t) c d y(t) atau yang kemudian ditulis dalam notasi matriks dan vektor sehingga x = A x (17) dengan x = (x(t) y(t)) T dan A = ( ) a b c d 5. Kestabilan berdasarkan Nilai Eigen Perhatikan bahwa sistem PDB linier dapat dituliskan dalam notasi matriks dan vektor. Kestabilan dari sistem ini dapat ditentukan dengan memeriksa nilai eigen dari matriks A. Nilai eigen dari matriks A dapat ditentukan dengan persamaan a λ b det (A λi) = c d λ = 0 19

21 yang menghasilkan (λ a)(λ d) bc = 0 λ (a + d)λ + (ad bc) = 0 yang nilai λ dapat ditentukan dengan persamaan λ 1, = (a + d) ± (a + d) 4(ad bc) Berdasarkan nilai eigen matriks A, kestabilan sistem persamaan diferensial dapat ditentukan dengan kriteria sebagai berikut ini 1. Titik simpul Jika nilai akar λ adalah bilangan real, berbeda dan memiliki tanda yang sama. Sistem stabil asimtotik jika akar negatif dan tidak stabil jika akar positif.. Titik pelana Jika nilai akar λ adalah bilangan real, berbeda dan memiliki tanda berbeda. Sistem tidak stabil. 3. Titik bintang Jika nilai akar λ adalah bilangan real dan sama. Sistem stabil jika akar bertanda negatif dan tidak stabil jika bertanda positif. 4. Titik spiral Jika nilai akar λ adalah bilangan imajiner. Sistem stabil asimtotik jika bagian real dari akar bertanda negatif sedangkan sistem tidak stabil jika bagian real dari akar bertanda positif. 5. Titik pusat Jika nilai akar λ adalah bilangan imajiner murni. Sistem stabil namun tidak stabil asimtotik. KODE MAPLE restart : Kode untuk memulai block dokumen baru with(linearalgebra) : Package Maple untuk aljabar linier yang digunakan untuk menentukan nilai dan vektor eigen Matriks(,,[[a,b],[c,d]]) : Cara menulis matriks di Maple < <a,c> <b,d> > : Cara lain menulis matriks di Maple Eigenvalues(A) : Menentukan nilai eigen dari suatu matriks CONTOH Misalkan diberikan sistem persamaan diferensial y = x + y dan x = x + y 1 restart ; with (DETools) ; 3 with ( LinearAlgebra ) ; Kode 11: Nilai Eigen 4 sys : = [ (D(y) ) ( t )= x( t ) y( t ), (D(x) ) ( t )=x( t ) y( t ) ] ; 5 A := Matrix (,, [ [, ], [ 1, 1 ] ] ) ; 6 B := <<,1> <,1>>; 0

22 7 Eigenvalues (A) ; 8 Eigenvalues (B) ; Pada output akan terlihat bahwa nilai eigen dari matriks A atau B adalah 0 dan 3 yang berarti sistem di atas tidak stabil. LATIHAN Tentukan nilai eigen dan jenis kestabilan sistem persamaan diferensial berikut ini. Kerjakan secara manual dan komputasi serta buat laporan kerja dari tugas ini. 1. Misalkan diberikan sistem persamaan diferensial di bawah ini x = x y = y. Misalkan diberikan sistem persamaan diferensial di bawah ini x = x + 3y z y = x y z z = y z 5.3 Solusi dengan Substitusi Pandang kembali sistem persamaan diferensial linier. Untuk mendapatkan solusi dengan substitusi, dilakukan dengan beberapa langkah berikut ini 1. Turunkan persamaan (??) sehingga diperoleh ẍ = aẋ + bẏ. Substitusikan persamaan (??) pada persamaan di atas menjadi ẍ = aẋ + b (cx + ) 3. Substitusikan persamaan (??) untuk mengganti variabel y sehingga diperoleh (ẋ ) ax ẍ = aẋ + cbx + bd ẍ (a + d)ẋ + (ad cb)x = 0 b yang merupakan PDB orde homogen 4. Solusi dari persamaan di atas disubstitusikan pada persamaan (??) yang selanjutnya menjadi PDB orde 1 yang dapat diselesaikan dengan faktor integrasi. CONTOH 1

23 Tentukan solusi dari sistem persamaan diferensial berikut ini dx : 3x : 8x + y Untuk menyelesaikan SPDL di atas, dapat dilakukan dengan metode substitusi 1. Turunkan persamaan pertama sehingga diperoleh y = 3x. Substitusikan persamaan kedua pada hasil langkah pertama sehingga diperoleh y = 3(8x + y) = 4x + 3y 3. Ganti variabel x menggunakan persamaan pertama pada sistem sehingga diperoleh y = 4x + 3y = 4(y /3) + 3y = 8y + 3y y 8y 3y = 0 yang merupakan PDB orde homogen yang solusinya dapat diselesaikan dengan persamaan karateristik λ 8λ 3 = 0 sehingga diperoleh dan solusinya adalah λ 1, = 8 ± y(t) = C 1 e C e Substitusi solusi y(t) pada persamaan kedua dalam sistem sehingga diperoleh PDB orde 1 dengan faktor integrasi x 8x = C 1 e C e 4 19 dengan faktor integrasi µ(t) = e 8t.

24 5. Menyelesaikan solusi untuk x(t) yaitu µ(x 8x) = µ (C ) 1 e C e 4 19 ( ) d(µx(t)) = µ C 1 e C e 4 19 ( ) d(µx(t)) = µ C 1 e C e 4 19 µx(t) = C 1 e (1+ 19)t + C e (1 19)t e (1+ 19)t = C C x(t) = C 1 e (4+ Jadi solusi akhir dari SPDL adalah 19)t e (1 19)t 1 19 e (4 19)t C 1 19 e (4+ 19)t x(t) = C C e (4 19)t 1 19 y(t) = C 1 e C e 4 19 Jika diselesaikan dengan mengunakan Maple, maka langkahnya adalah sebagai berikut ini 1 restart ; with (DETools) ; Kode 1: Sistem PDB Linier 3 sodes:= d i f f (y( t ), t )=3 x( t ), d i f f (x( t ), t )=8 x( t )+y( t ) ; 4 dsolve ( [ sodes ] ) ; 5 l0 :=sodes [ 1 ] ; 6 l1 := d i f f ( l0, t ) ; 7 l :=sodes [ ] ; 8 l3 :=subs ( l, l1 ) ; 9 l4 :=subs (x( t ) =(1/3) lhs ( l0 ), l3 ) ; 10 l5 :=dsolve ( l4 ) ; 11 l6 :=subs (y( t )=rhs ( l5 ), l ) ; 1 dsolve ( l6 ) ; LATIHAN Tentukan solusi dari SPDL berikut ini. Kerjakan secara manual dan komputasi serta buat laporan kerja dari tugas ini. 1. SPDL dengan variabel. SPDL dengan variabel dx dx = x + 3y = x y = x + y = x + y 3

25 3. SPDL dengan 3 peubah 4. SPDL dengan 3 peubah dx dz dx dz = x + 3y z = x y + z = x + y + z = x + y + z = x y z = y x + z 4

PRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

PRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA TOPIK: PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ========== Dalam praktikum ini selalu gunakan Worksheet Mode dengan tipe input Maple Notation ========== I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan Diferensial Biasa 1. PDB Tingkat Satu (PDB) 1.1. Persamaan diferensial 1.2. Metode pemisahan peubah dan PD koefisien fungsi homogen 1.3. Persamaan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN LINIER NON HOMOGEN Contoh PD linier non homogen orde 2. Bentuk umum persamaan PD Linier Non Homogen Orde 2, adalah sebagai berikut : y + f(x) y + g(x) y = r(x) ( 2-35) Solusi umum y(x) akan didapatkan

Lebih terperinci

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. 1 Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas maka disebut Persamaan Diferensial

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Titik Tetap dan Sistem Linear Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Oktober 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB Oktober 2012 1 / 31 Titik Tetap SPD Mandiri dan Titik Tetap Tinjau

Lebih terperinci

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I 1. Pendahuluan Pengertian Persamaan Diferensial Metoda Penyelesaian -contoh Aplikasi 1 1.1. Pengertian Persamaan Differensial Secara Garis Besar Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA

BAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA BAB 2 BIASA 2.1. KONSEP DASAR Persamaan Diferensial (PD) Biasa adalah persamaan yang mengandung satu atau beberapa penurunan y (varibel terikat) terhadap x (variabel bebas) yang tidak spesifik dan ditentukan

Lebih terperinci

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx +

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx + BAB 1 Konsep Dasar 1 BAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx + N(x y) = 0 (2.1) 2.1.1 PDB Eksak

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Biasa

Persamaan Differensial Biasa Bab 7 cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011 Persamaan Differensial Biasa Dalam banyak persoalan fisika, suatu topik sering dinyatakan dalam bentuk perubahan (laju perubahan). Telah disinggung sebelumnya

Lebih terperinci

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU Sistem persamaan linear orde/ tingkat satu memiliki bentuk standard : = = = = = = = = = + + + + + + + + + + Diasumsikan koefisien = dan fungsi adalah menerus

Lebih terperinci

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review) I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema

Lebih terperinci

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut : 1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Kompetensi Mahasiswa diharapkan: 1. Mengenali bentuk PD orde satu dengan variabel terpisah dan tak terpisah.. Dapat mengubah bentuk PD tak terpisah menjadi terpisah

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER Persamaan Differensial Linier Pengertian : Suatu persamaan differensial orde satu dikatakan linier jika persamaan tersebut dapat dituliskan sbb: y + p x y = r(x) (1) linier

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Kompetensi Mahasiswa diharapkan: 1. Mengenali bentuk PD orde satu dengan variabel terpisah dan tak terpisah.. Dapat mengubah bentuk PD tak terpisah menjadi terpisah

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: atau dalam bentuk: Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung Jika PDB dapat disusun dalam bentuk,

Lebih terperinci

TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017

TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017 A. Pengantar Persamaan Diferensial TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 016/017 1. Tentukan hasil turunan dari fungsi sebagai berikut: a. f() = c e b. f() = c cos k + c sin k c.

Lebih terperinci

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama) Dalam hal ini diberikan dua spesies yang hidup bersama dalam suatu habitat tertutup. Kita ketahui bahwa terdapat beberapa jenis hubungan interaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa

Lebih terperinci

BAB PDB Linier Order Satu

BAB PDB Linier Order Satu BAB 1 Konsep Dasar 1 BAB PDB Linier Order Satu BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu 3 BAB 4 PDB Linier Order Dua Untuk memulai pembahasan ini terlebih dahulu akan ditinjau beberapa teorema tentang konsep umum

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Homogen Tk. 2 (Differential: Linier Homogen Orde 2) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PD linier homogen orde 2 Bentuk

Lebih terperinci

Persamaan Di erensial Orde-2

Persamaan Di erensial Orde-2 oki neswan FMIPA-ITB Persamaan Di erensial Orde- Persamaan diferensial orde-n adalah persamaan yang melibatkan x; y; dan turunan-turunan y; dengan yang paling tinggi adalah turunan ke-n: F x; y; y ; y

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA(PDB) ORDE SATU PDB orde satu dapat dinyatakan dalam: atau dalam bentuk: = f(x, y) M(x, y) + N(x, y) = 0 Penyelesaian PDB orde satu dengan integrasi secara langsung Jika

Lebih terperinci

HANDOUT PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PDB 4)SKS. DOSEN Efendi, M.Si. BUKU)REFERENSI: )Persamaan )Diferensial)oleh)Dr.St. Budi Waluya, M.

HANDOUT PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PDB 4)SKS. DOSEN Efendi, M.Si. BUKU)REFERENSI: )Persamaan )Diferensial)oleh)Dr.St. Budi Waluya, M. HANDOUT PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PDB 4)SKS DOSEN Efendi, M.Si BUKU)REFERENSI: )Persamaan )Diferensial)oleh)Dr.St. Budi Waluya, M.Si Daftar Isi 1 Pengantar Persamaan Diferensial 1 1.1 Pendahuluan...............................

Lebih terperinci

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5.

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5. SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5. Lisa Risfana Sari Sistem Dinamik D Sistem dinamik adalah sistem yang dapat diketahui

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO REFERENSI E-BOOK REFERENSI ONLINE SOS Mathematics http://www.sosmath.com/diffeq/diffeq.html Wolfram Research Math World http://mathworld.wolfram.com/ordinarydifferentialequation.h

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Non Homogen Tk. 2 (Differential: Linier Non Homogen Orde 2) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Solusi umum merupakan jumlah

Lebih terperinci

PD Orde 2 Lecture 3. Rudy Dikairono

PD Orde 2 Lecture 3. Rudy Dikairono PD Orde Lecture 3 Rudy Dikairono Today s Outline PD Orde Linear Homogen PD Orde Linear Tak Homogen Metode koefisien tak tentu Metode variasi parameter Beberapa Pengelompokan Persamaan Diferensial Order

Lebih terperinci

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data A. Model Matematika BAB II KAJIAN TEORI Pemodelan matematika adalah proses representasi dan penjelasan dari permasalahan dunia real yang dinyatakan dalam pernyataan matematika (Widowati dan Sutimin, 2007:

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU

PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Kode Modul MTL. OTO 207-02 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU i L C d i V i = L ----- d t Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Sistem Perencanaan Penyusunan

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa. Rippi Maya

Persamaan Diferensial Biasa. Rippi Maya Persamaan Diferensial Biasa Rippi Maya Maret 204 ii Contents PENDAHULUAN. Solusi persamaan diferensial..................... 2.. Solusi Implisit dan Solusi Eksplisit............. 2..2 Solusi Umum dan Solusi

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II [MA4] PDB Orde II Bentuk umum : y + p(x)y + g(x)y = r(x) p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB Konsep Dasar BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu 3 BAB 4 PDB Linier Order Dua 4 BAB 5 Aplikasi PDB Order Dua 5 BAB 6 Sistem PDB 6 BAB 7 PDB Nonlinier dan Kesetimbangan Dalam

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Persamaan Diferensial Orde II PDB Orde II Bentuk umum : y + p(x)y + g(x)y = r(x) p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Pendahuluan, Persamaan Diferensial Orde-1 Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB September 2012 1 / 37 Pendahuluan Konsep Dasar Beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Turunan Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan

Lebih terperinci

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1. Pertemuan Kesatu Matematika III Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si Page 1 Materi 1. Persamaan Diferensial Orde I Pengenalan bentuk dasar Pers. Diff. Orde I. Definisi Derajat,Orde. Konsep Pemisahan

Lebih terperinci

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR Birmansyah 1, Khozin Mu tamar 2, M. Natsir 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud

Lebih terperinci

Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2

Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 Nurdininta Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 2 PDB ORDE II Bentuk umum : + p() + g() = r() p(), g() disebut koefisien jika r() = 0, maka Persamaan Differensial diatas disebut homogen, sebalikna disebut

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Konsep Dasar dan Pembentukan (Differential : Basic Concepts and Establishment ) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan

Lebih terperinci

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA-UPI BANDUNG HAND OUT TURUNAN DAN DIFERENSIASI OLEH: FIRDAUS-UPI 0716 1. GARIS SINGGUNG 1.1 Definisi Misalkan fungsi f kontinu di c. Garis singgung ( tangent line )

Lebih terperinci

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER Bentuk umum PD orde-n adalah PD yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk di atas dikatakan tidak linier. Contoh: Jika F(x) pada persamaan (3.1) sama dengan nol maka

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, PENYELESAIAN MASALAH NILAI BATAS PERSAMAAN DIFERENSIAL MATHIEU HILL

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, PENYELESAIAN MASALAH NILAI BATAS PERSAMAAN DIFERENSIAL MATHIEU HILL FOURIER Oktober 3, Vol., No., 8 PENYELESAIAN MASALAH NILAI BAAS PERSAMAAN DIFERENSIAL MAHIEU HILL Santosa, M. Wakhid Musthofa, & Malahayati 3,, 3 Program Studi Matematika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Homogen & Non Homogen Tk. n (Differential: Linier Homogen & Non Homogen Orde n) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan

Lebih terperinci

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3 Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat

Lebih terperinci

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Kode Mata Kuliah : TE 318 SKS : 3 Matematika Teknik I Prasarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Tujuan : Mahasiswa memahami permasalahan teknik dalam bentuk PD atau integral, serta

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE - II.Persamaan Homogen dengan Koefisien Konstan Suatu persamaan linier homogen y + ay + by = 0 (1) mempunyai koefisien a dan b adalah konstan. Persamaan ini mempunyai

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 50 55 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN AIDA BETARIA Program

Lebih terperinci

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan : BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Bentuk Persamaan Linear Tingkat Tinggi : ( ) Diasumsikan adalah kontinu (menerus) pada interval I. Persamaan linear tingkat tinggi

Lebih terperinci

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa Pada Bab ini akan dipelajari model matematis dari masalah dua spesies hidup dalam habitat yang sama, yang dalam hal ini keduanya berinteraksi dalam hubungan pemangsa dan mangsa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Banyak sekali masalah terapan dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, dan lain-lain yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk pesamaan

Lebih terperinci

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah Pilihlah jawaban yang benar dengan cara mencakra huruf didepan jawaban yang saudara anggap benar pada lembar jawaban 1. Dibawah ini bentuk persamaan diferensial biasa linier homogen adalah a. y + xy =

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU BAB PERSAAA DIFERESIAL ORDER SATU PEDAHULUA Persamaan Diferensial adalah salah satu cabang ilmu matematika ang banak digunakan dalam memahami permasalahan-permasalahan di bidang fisika dan teknik Persamaan

Lebih terperinci

FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE

FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. Hal. 23 3 ISSN : 233 29 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND FUNGSI EVANS, SIFAT-SIFAT DAN APLIKASINYA PADA PELACAKAN NILAI EIGEN DARI MASALAH STURM-LIOUVILLE HILDA FAHLENA,

Lebih terperinci

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XII Differensial e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 PENDAHULUAN Persamaan diferensial

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN

BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN Kompetensi Mahasiswa mampu 1. Menentukan selesaian khusus PD tak homogen dengan metode koefisien tak tentu 2. Menentukan selesaian khusus PD tak homogen dengan metode variasi

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T.

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Kode Modul MAT. TKF 20-03 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI Y Y = f (X) 0 a b X A b A = f (X) dx a Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE SATU Definisi: Persamaan diferensial adalah suatu hubungan yang terdapat antara suatu variabel independen x, suatu variabel dependen y, dan satu atau lebih turunan

Lebih terperinci

Untuk Keluarga Tercinta

Untuk Keluarga Tercinta Untuk Keluarga Tercinta 1 Daftar Isi Daftar Tabel 5 Daftar Gambar 7 Kata Pengantar 8 1 Konsep Dasar 1 1.1 Klasifikasi Persamaan Difrensial................... 1 1.2 Solusi PDB..............................

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL "We are the first of the fastest online solution of mathematics" 009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 009 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang

Lebih terperinci

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika, BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema dari nilai eigen, vektor eigen, dan diagonalisasi, sistem persamaan differensial, model predator prey lotka-voltera,

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

Jikax (2 x) = 57, maka jumlah semua bilangan bulat x yang memenuhi adalah A. -5 B. -1 C. 0 D. 1 E. 5

Jikax (2 x) = 57, maka jumlah semua bilangan bulat x yang memenuhi adalah A. -5 B. -1 C. 0 D. 1 E. 5 Soal Babak Penyisihan OMITS 011 BAGIAN I. PILIHAN GANDA 1. Hasil kali sebarang bilangan rasional dengan sebarang bilangan irasional selalu merupakan anggota dari himpunan bilangan A. Bulat B. Asli C. Rasional

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I Nurdininta Athari Definisi PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial adalah suatu persamaan ang memuat satu atau lebih turunan fungsi ang tidak diketahui. Jika persamaan

Lebih terperinci

Modul Praktikum Analisis Numerik

Modul Praktikum Analisis Numerik Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang December 2, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik December 2, 2013 1 / 18 Praktikum 1: Deret

Lebih terperinci

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint

Lebih terperinci

Teknik pengintegralan: Integral fungsi pecah rasional (bagian 1)

Teknik pengintegralan: Integral fungsi pecah rasional (bagian 1) Teknik pengintegralan: Integral fungsi pecah rasional (bagian 1) Kalkulus 2 Nanang Susyanto Departemen Matematika FMIPA UGM 07 Februari 2017 NS (FMIPA UGM) Teknik pengintegralan 07/02/2017 1 / 8 Pemeran-pemeran

Lebih terperinci

Menyelesaikan Persamaan Kuadrat. 3. Rumus ABC ax² + bx + c = 0 X1,2 = ( [-b ± (b²-4ac)]/2a. Kemungkinan Jenis Akar Ditinjau Dari Nilai Diskriminan

Menyelesaikan Persamaan Kuadrat. 3. Rumus ABC ax² + bx + c = 0 X1,2 = ( [-b ± (b²-4ac)]/2a. Kemungkinan Jenis Akar Ditinjau Dari Nilai Diskriminan Menyelesaikan Persamaan Kuadrat Bentuk umum : ax² + bx + c = 0 x variabel; a,b,c konstanta ; a 0 Menyelesaikan persamaan kuadrat berarti mencari harga x yang memenuhi persamaan kudrat (PK) tersebut (disebut

Lebih terperinci

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMP

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Pada Bidang Bentuk Vektor dari KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-9) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Pada Bidang Bentuk Vektor dari 1 Definisi Daerah Sederhana x 2 Pada Bidang

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Tujuan Instruksional: Mampu memahami definisi Persamaan Diferensial Mampu memahami klasifikasi Persamaan Diferensial Mampu memahami bentuk bentuk solusi Persamaan

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Non Linear Fungsi non-linier merupakan bagian yang penting dalam matematika untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi yang menghubungkan variabel-variabel ekonomi

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - II c. Metoda Persamaan Differensial Pasti (Exact) Pada kalkulus bahwa jika suatu fungsi u(x,y) mempunyai turunan parsial yang sifatnya kontinyu, turunan pasti

Lebih terperinci

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya 1 BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi bebas waktu yaitu: d + V (x) ( x) E( x) m dx d ( x) m + (E V(x) ) ( x) 0 dx (3-1) (-4) Suku-suku

Lebih terperinci

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL BAB V. INTEGRAL Anti-turunan dan Integral TakTentu Persamaan Diferensial Sederhana Notasi Sigma dan Luas Daerah di Bawah Kurva Integral Tentu Teorema Dasar Kalkulus Sifat-sifat Integral Tentu Lebih Lanjut

Lebih terperinci

Pembahasan Matematika IPA SIMAK UI 2012 Kode 521. Oleh Tutur Widodo. 1. Misalkan x dan y bilangan bulat yang memenuhi sistem persamaan berikut :

Pembahasan Matematika IPA SIMAK UI 2012 Kode 521. Oleh Tutur Widodo. 1. Misalkan x dan y bilangan bulat yang memenuhi sistem persamaan berikut : Tutur Widodo Pembahasan Matematika IPA SIMAK UI 0 Pembahasan Matematika IPA SIMAK UI 0 Kode 5 Oleh Tutur Widodo. Misalkan x dan y bilangan bulat yang memenuhi sistem persamaan berikut : maka nilai x y

Lebih terperinci

Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan Kuadrat Contoh : Persamaan Derajat Tinggi

Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan Kuadrat Contoh : Persamaan Derajat Tinggi Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan linear dengan n peubah adalah persamaan dengan bentuk : dengan adalah bilangan- bilangan real, dan adalah peubah. Secara

Lebih terperinci

disebut Persamaan Diferensial Parsial (PDP).

disebut Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Persamaan Diferensial Febrizal, MT Pendahuluan Persamaandiferensial i merupakan persamaan yang berkaitan dengan turunan dari suatu fungsi atau memuat suku suku dari fungsi tersebut dan atau turunannya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk tesis ini, yang selanjutnya akan di perlukan pada Bab 3. Tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai yang mendukung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DIFFERENSIAL DAN INTEGRAL

HUBUNGAN ANTARA DIFFERENSIAL DAN INTEGRAL HUBUNGAN ANTARA DIFFERENSIAL DAN INTEGRAL Dra.Sri Rejeki Dwi Putranti, M.Kes. Fakultas Teknik - Universitaas Yos Soedarso Surabaya Email : riccayusticia@gmail.com Abstrak Hubungan antara Differensial dan

Lebih terperinci

BAB 1. KONSEP DASAR. d y ; 3x = d3 y ; y = 3 d y ; x = @u @z 5 6. d y = 7 y x Dalam bahan ajar ini pemba

BAB 1. KONSEP DASAR. d y ; 3x = d3 y ; y = 3 d y ; x =  @u  @z 5 6. d y = 7 y x Dalam bahan ajar ini pemba BAB 1 Konsep Dasar 1.1 Klasikasi Persamaan Difrensial Pada umumnya dikenal dua jenis persamaan difrensial yaitu Persamaan Difrensial Biasa (PDB) dan Persamaan Difrensial Parsial (PDP). Untuk mengetahui

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Definisi KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-7) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Definisi 1 Definisi 2 ontoh Soal Definisi Integral Garis Fungsi f K R 2 R di Sepanjang Kurva

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I

BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I BAB I PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ORDE I. Pengertian PD, Orde (tingkat), & Derajat (Pangkat) Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat derivatifderivatif (turunan) sekurang-kurangnya derivatif

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 25 April 2014

Hendra Gunawan. 25 April 2014 MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II, 013/014 5 April 014 Kuliah yang Lalu 15.11 Persamaan Diferensial Linear Orde, Homogen 15. Persamaan Diferensial Linear Orde, Tak Homogen 15.3 Penggunaan Persamaan

Lebih terperinci

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012 MODUL MATEMATIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 0 TAHUN AJARAN 0/0 MATERI PERSAMAAN KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT UNTUK KALANGAN MA AL-MU AWANAH MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 0 Jalan RH. Umar

Lebih terperinci

AB = c, AC = b dan BC = a, maka PQ =. 1

AB = c, AC = b dan BC = a, maka PQ =. 1 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 9. Jika a, b, maka pernyataan di bawah ini yang benar adalah A. B. a b ab C. ab b a D. ab ab E. ab ab ab b a karena pada jawaban terdapat ab maka selesaikan

Lebih terperinci