PENGUKURAN KINERJA PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS: PT. ROMOS INTI COSMETIC)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN KINERJA PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS: PT. ROMOS INTI COSMETIC)"

Transkripsi

1 PENGUKURAN KINERJA PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS: PT. ROMOS INTI COSMETIC) Dian Reno 1), Anasasia Lidya 2), Linda 3) Jurusan Teknik Indusri Universias Kaolik Widya Mandala Surabaya1,2,3) Absrak Perubahan penjadwalan pada lanai produksi merupakan hal yang sering erjadi guna memenuhi perminaan konsumen, hal ersebu menyebabkan adanya nervousness. Nervousness yang erjadi akan berdampak pada pembengkakan biaya, menurunnya produkivias, dan menurunnya service level. Fakor-fakor penyebab erjadinya nervousness anara lain: kesalahan peramalan perminaan, kebijakan ukuran lo, kerusakan mesin, dan keerlambaan pengiriman bahan baku. Pada sudi kasus di PT. Romos diemukan semua masalah penyebab nervousness diaas. Index insabiliy sebagai represenasi nervousness index dihiung dahulu unuk kondisi awal perusahaan, seelah diadakan perbaikan index insabiliy dihiung kembali. Perbaikan dilakukan pada perbaikan meoda peramalan dan jadwal perawaan mesin produksi. Perbaikan meoda ersebu mengakibakan penurunan index insabiliy pada perencanaan Jadwal Induk Produksi perusahaan. Kaa kunci : nervousness, index insabiliy, jadwal induk produksi. 1. PENDAHULUAN Perubahan penjadwalan pada lanai produksi merupakan masalah yang seringkali erjadi guna memenuhi perminaan konsumen, sehingga hal ersebu menyebabkan adanya nervousness. Perubahan penjadwalan ersebu dapa erjadi disebabkan oleh perubahan jadwal produksi, perubahan dari spesifikasi barang yang dibua, dan perubahan jumlah perminaan [1]. Nervousness yang erjadi akan berdampak pada peningkaan aau perambahan biaya, menurunnya produkivias dan menurunnya service level pada lanai produksi [2]. Perubahan penjadwalan juga dapa erjadi disebabkan oleh fakor inernal, yaiu karena manajemen yang jelek, yang dianaranya dapa dirinci sebagai beriku: karyawan memproduksi uniuni produk yang idak sesuai dengan sandar, erlamba aau jumlah idak sesuai, bagian produksi mencoba memproduksi sebelum spesifikasi lengkap, perminaan konsumen idak dikeahui. Maher (1977) dalam Kadipasaoglu [2] mendefinisikan nervousness sysem adalah perubahan dari daa sebenarnya yang berhubungan dengan penambahan order unuk seiap pembelian aau peralaan pabrik. Iman dan Gonsalvez (1997) dalam Kadipasaoglu [2] menjelaskan bahwa penjadwalan sabil jika peramalan perminaan yang diberikan pada periode perencanaan idak berubah dan sama unuk kebuuhan produksi yang sesungguhnya. Carlson e al. (1979) dalam Kadipasaoglu [2] mendefinisikan sysem nervousness sebagai pergeseran dari se-up yang elah dijadwalkan. Adanya perubahan perminaan ini dapa diaasi dengan berbagai cara, yaiu dengan membekukan jadwal produksi, kebijakan ukuran lo, dan adanya safey sock [3]. Blackburn dalam Kadipasaoglu [2] mendefinisikan keidaksabilan sebagai banyak order yang idak direncanakan pada periode perama keika berada pada periode selanjunya. Idenifikasi kesuksesan penjadwalan dapa diliha melalui 3 (iga) hal, yaiu kecilnya perubahan penjadwalan yang erjadi, kecilnya biaya penjadwalan, dan ingka pelayanan konsumen (cusomer service) yang inggi [4]. Nervousness mungkin dapa dikurangi dengan mencipakan hubungan yang baik anara pembeli dan penjual dalam ranai penjualan [1]. PT. Romos Ini Cosmeic merupakan salah sau perusahaan yang memproduksi kosmeika, dengan hasil uamanya parfum dan deodoran. Selain iu, perusahaan ini juga memproduksi shampoo, body loion, cleansing milk (susu pembersih), oner (penyegar). Sebelum melakukan proses produksi, perusahaan ersebu membua penjadwalan. Penjadwalan yang dibua ersebu seringkali mengalami perubahan yang menyebabkan erjadinya keidaksabilan produksi. Hal ini disebabkan oleh beberapa fakor, baik fakor inernal maupun fakor eksernal. Fakor inernal perusahaan anara lain kerusakan pada mesin dan peralaan, keakuraan sera forecas error, sedangkan fakor eksernal anara lain keerlambaan pada pengiriman bahan baku, perubahan perminaan konsumen dan penyebab-penyebab idak eknis lainnya yang menyebabkan erjadinya C-29

2 Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Indusri keidaksabilan produksi. Hal ersebu di aas merupakan penyebab dari keidaksabilan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dari hasil peneliian awal dikeemukan penyebab erbesar keidaksabilan JIP adalah forecas error disebabkan penggunaan meode ramalan yang idak epa dan kerusakan mesin yang sering erjadi akiba idak adanya jadwal perawaan mesin. Index insabiliy sebagai represenasi nervousness index dihiung dahulu unuk kondisi awal perusahaan, seelah diadakan perbaikan index insabiliy dihiung kembali. 2. PROSEDUR PENELITIAN 2.1. Pengumpulan Daa Pengumpulan daa yang dilakukan adalah daa demand dan daa penyebab keidaksabilan produksi pada PT. Romos Ini Cosmeic. Berdasarkan daa perubahan penjadwalan produksi yang diperoleh, dapa dikeahui penyebab-penyebab keidaksabilan produksi pada perusahaan Perhiungan Index Insabiliy Awal Perhiungan indeks keidaksabilan dengan menggunakan SBU meric. Perhiungan indeks keidaksabilan ersebu berujuan unuk mengeahui besarnya indeks keidaksabilan awal yang erjadi Mencari Penyebab Uama Keidaksabilan Penjadwalan Penyebab-penyebab keidaksabilan penjadwalan anara lain perubahan perminaan konsumen, keerlambaan pengiriman bahan baku, kerusakan mesin dan peralaan, keakuraan dan forecas error, sera masalah eknis lainnya. Berdasarkan daa perubahan yang erjadi, masalah forecas error sera kerusakan mesin dan peralaan memiliki persen konribusi erbesar, sehingga perlu dilakukan perbaikan erhadap masalah-masalah ersebu Perbaikan pada meoda peramalan Model-model yang diajukan anara lain model ARIMA, Single Exponenial Smoohing dan Double Exponenial Smoohing. Dari beberapa meoda ersebu dipilih yang erbaik Pembuaan Jadwal Mainenance Mesin dan Peralaan Seelah dikeahui salah sau penyebab inernal keidaksabilan adalah sering erjadinya mesin rusak akiba idak adanya penjadwalan perawaan mesin dan peralaan, maka dilakukan penjadwalan perawaan mesin dan peralaan. Sebagai langkah awal dilakukan pengumpulan daa jenis kerusakan, daa komponen kriis, dan waku anar kerusakan komponen dalam sauan jam mesin, sera dilakukan pencarian disribusi waku anar kerusakan komponen Perhiungan Index Insabiliy Akhir Seelah dilakukan perbaikan, maka dilakukan perhiungan indeks keidaksabilan kembali. Selanjunya dilakukan perbandingan anara nilai awal dan akhir yang berujuan unuk mengeahui penurunan/peningkaan indeks keidaksabilan. 3. PERBAIKAN TERHADAP MASALAH Penyebab-penyebab Perubahan Penjadwalan Dengan mengeahui penyebab-penyebab dari perubahan penjadwalan yang erjadi di dalam perusahaan, dapa membanu pihak perusahan dalam kelancaran proses produksi dan disribusi produk jadi, karena hal ini merupakan langkah kriis dalam usaha unuk mendapakan cara yang epa unuk mengurangi keidaksabilan jadwal. Terdapa empa penyebab dari perubahan penjadwalan dalam perusahaan ersebu, anara lain : Perubahan Perminaan Konsumen Perubahan perminaan konsumen secara iba-iba menyebabkan erjadinya perubahan dalam penjadwalan produksi. Hal ini mengakibakan perusahaan menggunakan overime unuk memenuhi pesanan konsumen. Oleh karena iu, perusahaan perlu mengeluarkan biaya ambahan unuk proses produksi, penambahan enaga kerja dan sebagainya. Keerlambaan Pengiriman Bahan Baku Masalah pada keersediaan bahan baku uama, yaiu parfum compound erjadi karena keerlambaan pengiriman dari supplier. Demikian pula pada bahan baku kering, yakni kemasan (bool) yang juga merupakan bahan baku uama yang digunakan oleh perusahaan unuk kelancaran proses produksi. Fakor-fakor ersebu dapa berpengaruh pada jalannya proses produksi. Kerusakan Mesin dan Peralaan Perubahan penjadwalan produksi juga disebabkan oleh kerusakan mesin dan peralaan dalam proses produksi sera masalah eknis lainnya. Kerusakan mesin dan peralaan disebabkan oleh usia mesin, kurangnya perawaan dan pemeriksaan erhadap mesin-mesin sera peralaan-peralaan yang digunakan, sebelum dan sesudah beroperasi. Keakuraan meode peramalan dan Forecas error Salah sau hal yang juga dapa mempengaruhi perubahan penjadwalan adalah kesalahan dalam menenukan jumlah produksi akiba kurang akuranya meode peramalan. Kesalahan dalam penenuan jumlah perminaan dapa mengakibakan kesalahan dalam perhiungan persediaan bahan baku sera produk jadi di gudang. Oleh karena iu perubahan penjadwalan juga dapa erjadi karena penggunaan meode ramalan yang idak epa. Beriku ini adalah daa perubahan penjadwalan dan penyebab-penyebab perubahan penjadwalan yang C-30

3 ISBN : Yogyakara, 22 November 2008 erjadi unuk 13 planning cycle, dimana seiap planning cycle erdiri dari 12 bulan. Pada abel 1 diaas dapa diliha bahwa erdapa 306 perubahan penjadwalan dalam 13 planning cycles. Sebagai conoh, oal perubahan pada planning cycle 1 sebesar 26 perubahan, yang disebabkan oleh perubahan perminaan konsumen sebanyak 4 perubahan, disebabkan oleh keerlambaan pengiriman bahan baku, kerusakan pada mesin dan peralaan, keidakepaan meode ramalan yang digunakan dan juga kesalahan pada penempaan sock di gudang sera kesalahan dalam pencaaan dan perhiungan sock yang ersedia (keeliian), dan penyebab-penyebab non-echnical lainnya, secara beruru-uru 3, 5, 13 dan 1. Selanjunya kelima fakor inilah yang menyebabkan erjadinya perubahan pada planning cycle 2 sampai dengan planning cycle 13. Berdasarkan prosenase dari oal perubahan yang erjadi, dapa dibua pie char yang erliha pada gambar 1. Selanjunya dienukan bahwa 2 fakor penyebab erbesar keidaksabilan lanai produksi adalah keakuraan meode peramalan dan forecas error dan kerusakan mesin dan peralaan. Gambar 1. Pie char Penyebab-penyebab Perubahan Penjadwalan 3.1. Perhiungan Index Insabiliy Awal Beriku ini adalah conoh ilusrasi MRP dan perhiungan index insabiliy. Pada planning cycle 1 (Tabel 2), sock awal yang ersedia sebesar dan scheduled receip sebesar yang dierimakan pada periode 2. Pada periode 1, demand forecas dan POH 2.500, PR 3500 direlease pada periode 2 unuk memenuhi perminaan periode 3. Kenyaaannya acual demand 2000, akibanya POH di periode 1 bukan 2500 eapi Perminaan periode 3 sebesar 3750 dapa dipenuhi dengan persediaan karena esimasi demand lebih besar dari kenyaaannya. Menuru perencanaan cycle 1 seharusnya pada periode 2 di release 3500, namun perencanaan idak sesuai dengan kenyaaan dan di revisi pada cycle 2 dimana pada periode 2 idak ada release order. Keidaksesuaian rencana dengan kenyaaan dinyaakan dengan suau nilai index insabiliy. Bila rekaman abel MRP dengan perubahan seperi conoh di aas maka bila dinyaakan dengan nilai index insabiliy nilainya adalah Angka ersebu akan diberi bobo sesuai dengan bobo waku, lalu dihiung sampai dengan cycle periode dikurangi 1. Angka-angka ersebu dimasukkan dalam persamaan unuk mendapakan Index insabiliy (persamaan 1). I= M k > 1 M k 1 + N 1 = M k k k 1 Q Q (1 α) α S = = M k (1) Dimana: I=index insabiliy, =periode Q=jumlah release order unuk periode ke- pada planning cycle k, M=permulaan planning cycle k, N=panjang horizon perencanaan, S= oal umlah order dari keseluruhan horizon perencanaan, α = bobo parameer, 0 α Perbaikan Terhadap Meoda Peramalan Demand Yang Akan Daang sebagai dasar Perencanaan Produksi Time series plo pada gambar 2 menunjukkan bahwa daa demand produk parfum memiliki pola daa sasioner. Unuk pemilihan model peramalan digunakan meoda peramalan dasar yaiu model ARIMA (1,0,0) ARIMA (0,0,1), Single Exponenial Smoohing (SES), dan Double Exponenial Smoohing(DES). Kemudian dilakukan cek kesesuaian model unuk ksemua meode ersebu yang diinjau dari uji IIDN (whie noise) dan error erkecil dan disajikan pada abel 4, sehingga meoda yang dipakai adalah ARIMA (0,0,1) Perbaikan Terhadap Sisem Perawaan (mainenance) Fakor Penyebab Rendahnya Performance Mesin dan Peralaan Produksi Fakor penyebab rendahnya performance dari mesin dan peralaan dalam proses produksi adalah mesin dan peralaan yang seringkali mengalami kerusakan (breakdown), breakdown ini disebabkan oleh komponen yang mengalami kerusakan aau komponen mace. Kenyaaan ini erjadi karena perusahaan idak menerapkan sisem perawaan yang eraur. Unuk mengaasi masalah ini, maka dibuuhkan suau sisem perawaan (mainenance) yang dapa meningkakan kinerja dari mesin-mesin dan peralaan yang ada. Beriku ini merupakan daa kerusakan komponen (breakdown) mesin sera peralaan produksi (Januari 2003 sampai dengan Desember 2005 C-31

4 Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Indusri Gambar 2. Time Series Plo Demand Parfum Sebelum mencari fungsi disribusi yang sesuai unuk seiap jenis kerusakan, maka perlu dilakukan pemilihan erhadap jenis komponen yang layak unuk diprioriaskan dalam pembuaan jadwal perawaan. Pemilihan ersebu diambil berdasarkan komponen yang memiliki 80% dari oal seluruh kerusakan) pada mesin sera peralaan yang ada. Adapun daa jenis kerusakan adalah sebagai beriku : Tabel 6. Daa Jenis Kerusakan Komponen Mesin Filer, Mesin Filling, Mesin Crimping dan Gas Penenuan Komponen Kriis Penenuan komponen kriis dilakukan berdasarkan oal downime yang diimbulkan oleh iap komponen berdasarkan analisis Pareo. Hal ini dilakukan unuk mendapakan jenis kerusakan yang layak unuk diprioriaskan dalam perbaikan mesin sera peralaan dan unuk menyusun jadwal perawaan. Hasil dari analisis Pareo dapa diliha pada Tabel 7. Tabel 7. Peneapan Komponen Kriis Jenis Kerusakan Jumlah Kerusakan Keras filer 13 Kare abung gas 13 Kare abung filling 12 Slang pengisi 11 Keerangan fungsi komponen mesin dan peralaan produksi: Keras filer : digunakan unuk menyaring alkohol aau memisahkan alkohol dari kandungan karbon akifnya (erdiri dari beberapa lapisan). Kare abung gas : digunakan sebagai pelindung pada bagian aas abung gas unuk mencegah kebocoran. Kare abung filling : digunakan sebagai pelindung pada bagian aas abung filling mesin unuk mencegah kebocoran. Slang pengisi : digunakan unuk mengalirkan konsenra dari abung filling mesin ke bool aau kaleng Daa Waku anar Kerusakan dan Penenuan Disribusi Waku anar Kerusakan Daa waku anar kerusakan dalam sauan hari dari komponen yang elah dipilih unuk dibua jadwal perawaannya dapa diliha pada Tabel 7. Daa waku anar kerusakan diperlukan unuk mencari fungsi disribusi yang paling sesuai unuk iap jenis kerusakan. Fungsi disribusi didapa dari pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program Safi. Tabel 8. Daa Waku anar Kerusakan Komponen (hari) Keras filer Kare abung gas Kare abung filling Slang pengisi Tabel 9. Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov unuk Seiap Komponen Dengan parameer-parameernya adalah sebagai beriku : Log-Logisic (min, p, bea), dimana : min = nilai minimum, p = parameer benuk > 0, bea = parameer skala > 0 Weibull (min, alpha, bea), dimana : min = nilai minimum, alpha = parameer benuk > 0, bea = parameer skala > 0 C-32

5 ISBN : Yogyakara, 22 November Daa Waku Perbaikan (Tf) dan Daa Waku Pencegahan (Tp) Tf adalah oal waku yang dibuuhkan unuk memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Waku dihiung semenjak mesin mulai diperbaiki sampai perbaikan selesai. Sedangkan Tp merupakan oal waku yang dibuuhkan unuk melakukan perbaikan pencegahan. Tabel 10. Daa Waku Perbaikan (Tf) dan Waku Pencegahan (Tp) Komponen Raa-Raa Waku Perbaikan pada saa Raa-Raa Waku Perawaan Kerusakan (jam) Pencegahan (jam) Keras filer 1,5 1,3 Kare abung gas 0,5 0,3 Kare abung filling 0,5 0,3 Slang pengisi 1 0, Perhiungan Biaya Perawaan Beriku ini merupakan conoh perhiungan biaya perawaan unuk komponen Keras Filer. Hasil perhiungan lengkapnya dapa liha pada abel 11. Cf = downime (jam) x kapasias mesin filer (bool/jam) x profi (Rp/bool) + Biaya komponen...(2) Cf = 1.5 jam x 1191 bool/jam x Rp 405,-/bool + Rp 25000,- = Rp ,- Cp = downime (jam) x kapasias mesin filer (bool/jam) x profi(rp/bool) + Biaya komponen...(3) Cp = 1.3 jam x 1191 bool / jam x Rp 405,-/bool + Rp 25000,- = Rp ,- Tabel 11. BiayaPerbaikan dan Pencegahan Komponen Cf (Rp) Cp (Rp) Keras filer , ,00 Kare abung gas , ,00 Kare abung filling , ,00 Slang pengisi , , Perhiungan Nilai MTTF (Mean Time To Failure) Mean ime o failure (MTTF) menyaakan raa-raa lama (waku) pemakaian komponen sampai komponen ersebu rusak aau nilai harapan (ekspekasi) lamanya sebuah komponen dapa beroperasi sampai mengalami kerusakan. Komponen Keras Filer mengikui disribusi Log-Logisic(0,3.16, 52.8) sehingga MTTF nya adalah hari. Perhiungan unuk komponen yang lain dapa diliha pada abel 12. Tabel 12. Nilai MTTF Komponen MTTF(hari) Mesin Filer Keras Filer Mesin Crimping dan Gas Kare Tabung Gas Mesin Filling Kare Tabung Filling Mesin Filling Slang Pengisi Perhiungan Inerval Perawaan Prevenive Kerusakan Komponen Dalam menjadwalkan pengganian komponen yang bersifa pencegahan diperlukan inerval aau selang waku kerusakan unuk mengaur penjadwalan dari iap komponen. Dari perhiungan sebelumnya dikeahui raa-raa waku anar kerusakan seiap komponen kriis dari mesin sera peralaan produksi. Raa-raa waku anar kerusakan ersebu kurang cocok digunakan sebagai inerval pengganian prevenive kerusakan komponen, karena raa-raa waku anar kerusakan ersebu idak memperhiungkan biaya yang diakibakan mesin breakdown, sehingga unuk menjadwalkan pengganian komponen diperlukan inerval pengganian prevenive yang epa unuk seiap komponen. Inerval pengganian prevenive yang epa dapa dicari berdasarkan minimasi oal biaya pengganian per sauan waku yang erendah. Dengan menggunakan program Mahcad, dapa dihiung inerval pengganian prevenive yang epa unuk seiap komponennya. Salah sau conoh perhiungan unuk komponen keras filer dengan menggunakan disribusi Log-logisic (0, 3.16, 52.8) adalah sebagai beriku : p 3.16 β 52.8 f ( ) p. β β. 1 f50 ( ) = R ( ) 1 0 R50 ( ) = h ( ) f ( ) R ( ) p 1 β p 2 f ( )d Tabel beriku ini merupakan hasil perhiungan inerval perawaan prevenive. C-33

6 Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Indusri Tabel 13. Keras Filer pada Mesin Filer Tabel 16. Slang Pengisi pada Mesin Filling Tabel 14. Kare Tabung Gas pada Mesin Crimping dan Gas Tabel 15. Kare Tabung Filling pada Mesin Filling 3.4. Perhiungan Index Insabiliy Akhir Langkah perbaikan yang diimplemenasikan adalah perbaikan meoda peramalan, sedangkan jadwal perawaan belum dapa diimplemenasikan karena fakor keerbaasan waku. Sebelum dilakukan perbaikan, perusahaan idak menggunakan meode peramalan dalam menenukan jumlah perminaan, melainkan berdasarkan inuisi manajer pemasaran. Seelah melakukan perbaikan pada meode peramalan dengan menggunakan ARIMA (0,0,1), maka index insabiliy dihiung kembali dengan menggunakan persamaan 1. Pada saa awal didapakan nilai index insabiliy sebesar 713,2. Dengan menggunakan peramalan ARIMA (0,0,1) didapakan index insabiliy sebesar 525,7. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil peneliian dan analisa, maka dapa disimpulkan bahwa: 1. Kinerja perencanaan jadwal induk produksi yang epa merupakan aspek yang pening dalam meminimasi keidaksabilan di lanai produksi Dari hasil peneliian diemukan 2 fakor uama penyebab keidaksabilan adalah keakuraan meoda peramalan dan forecas error dan kerusakan mesin. 2. Dengan mengaplikasikan meoda ARIMA (0,0,1), index insabiliy dapa direduksi sebesar 26%. 3. Usulan Jadwal perawaan belum dapa diimplemenasikan karena fakor keerbaasan waku. Penghemaan yang dapa diliha hanya dari segi biaya, sedangkan dari index insabiliy nya belum dapa diukur. 4. Kebijakan dalam hal koordinasi dengan supplier harus dirumuskan kembali, perusahaan idak boleh erpaku pada fakor harga saja anpa memperhaikan delivery ime. Hal ini akan sanga mempengaruhi sabilias perencanaan produksi yang elah dibua. C-34

7 ISBN : Yogyakara, 22 November REFERENSI [1] Pujawan, I. N., 2004, Schedule Nervousness In a Manufacuring Sysem: A Case Sudy. Producion Planning and Conrol, 15(5), [2] Kadipasaoglu, s. n. and Sridharan, V., 1997, Measuremen of Insabiliy In Muli-Level MRP Sysem. Inernaional Journal of Producion Research, 35(3), [3] Yeung, J. h. y., wong, w. c. k., mas, l. and law, j. s., 1999, MPS Wih Muliple Freeze Fences in Muli-Produc Muli-Level MRP Sysems. Inernaional Journal of Producion Research, 37(13), [4] Chrwan-jyh ho, 2002, Evaluaing Dampening Effecs of Alernaive Lo-sizing Rules o Reduce MRP Sysem Nervousness. Inernaional Journal of Producion Research, 40(11), Tabel 1. Daa penyebab Perubahan Penjadwalan Produksi Penyebab Perubahan Penjadwalan Perubahan Penjadwalan Toal % Perubahan Perminaan Konsumen Keerlambaan Pengiriman Bahan Baku Kerusakan Mesin dan Peralaan Keakuraan dan Forecas error Lain-lain Toal Perubahan Tabel 2. Tabel MRP pada awal cycle perama Fixed Lo = 3500 bool Lead Time = 1 Lo Sizing : Fixed Lo Planning Cycle 1 Period Gross Requiremens Scheduled Receips 3500 Projeced On-Hand Invenory (POH) Ne Requiremen Planned Order Receip Planned Order Release Tabel 3. Tabel MRP pada awal cycle kedua Fixed Lo = 3500 bool Lead Time = 1 Lo Sizing : Fixed Lo ACTUAL DEMAND PER 1 = 2000 Planning Cycle 1 Period Gross Requiremens Scheduled Receips 3500 Projeced On-Hand Invenory (POH) Ne Requiremen Planned Order Receip Planned Order Release Tabel 4. Uji Kesesuaian Model Peramalan Model MSD ERROR Normaliy Tes Independen Normal Tidak Independen Tidak C-35

8 Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Indusri ARIMA(1,0,0) ARIMA(0,0,1) SES Alpha= DES Alpha=0.1; Bea=0.1 Tabel 5. Daa Kerusakan Komponen C-36

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah hal pening yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan manufakur. Perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING Bab ini memperkenalkan model berlaku unuk daa ime series dengan musiman, ren, aau keduana komponen musiman dan ren dan daa sasioner. Meode peramalan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU Kukuh Zulfah 2, Saufik, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakulas

Lebih terperinci

JTM, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013,

JTM, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, JTM, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 124-131 PENENTUAN INTERVAL WAKTU OPTIMUM KOMPONEN SLOT SCREEN PADA MESIN PUSHER CENTRIFUGE 0106M301B DI PT PETROKIMIA GRESIK Nicco Dimas Ari Nugroho S1 Pend Teknik Mesin,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma)

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma) AALISA DA EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PEDEKATA THE AMERICA PRODUCTIVITY CETER MODEL (APC) (Sudi Kasus di PT. Graia Husada Farma) Hery Sulianoro, Ary Arviano, Purnomo Seyo Kusumo, S.Kom Program Sudi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing RANCANG BANGUN SISTEM PERAMALAN PERMINTAAN BARANG PADA CV. KONVEKSI JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Kuncono 1) 1) S1/ Jurusan Sisem Informasi. Sekolah Tinggi Manajemen Informaika &

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 27 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sraegi Sisem Perencanaan dan Pengendalian Manufakuring Pada dasarnya manajemen indusri dapa memilih sau aau lebih aau mengkombinasikan pilihannya dari enam sraegi perencanaan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Persediaan Menuru Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan unuk kelangsungan suau proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci