BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 27 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sraegi Sisem Perencanaan dan Pengendalian Manufakuring Pada dasarnya manajemen indusri dapa memilih sau aau lebih aau mengkombinasikan pilihannya dari enam sraegi perencanaan dan pengendalian manufakuring yang dikebal saa ini. Keenam sraegi iu adalah : 1. Projec Managemen (PM) Suau proyek didefinisikan sebagai kumpulan akiviias yang memiliki waku awal dan akhir sera dijalankan unuk memenuhi ujuan yang elah dieapkan, berupa kepuasan pelanggan dalam hal : biaya, kualias, dan keeapan waku. Langkah-langkah umum yang dipergunakan dalam sisem perencanaan dan pengendalian manajemen proyek adalah : Penyusunan dan pendefinisian proyek Perencanaan proyek Pelaksanaan proyek Penyelesaian dan evaluasi proyek 2. Manufacuring Resource Planning (MRP II) MRP II merupakan suau sisem informasi erinegrasi yang menyediakan daa di anara berbagai akivias produksi dan area fungsional lainnya dari bisnis secara keseluruhan. Sisem MRP II mengkoordinasikan pemasaran,

2 28 manufakuring, pembelian, dan rekayasa melalui pengapdosian rencana produksi sera melalui penggunaan sau daa base erinegrasi guna merencanakan dan memperbaharui akivias dalan sisem indusri modern secara keseluruhan. Pada dasarnya, dalam sisem MRP II perencanaan produksi dikembangkan dari perencanaan saregik bisnis yang melibakan manajemen puncak dari perusahaan indusri iu. Peramalan Perminaan Perencanaan Sraegik Bisnis Perencanaan Keuangan dan Pemasaran Pelayanan Pesanan (Order Service) Manajemen Perminaan Final Assembly Schedule Perencanaan Produksi Penjadwalan Produksi Induk (MPS) Perencanaan Kebuuhan Sumber Daya Rough-Cu Capaciy Planning (RCCP) Rekayasa Produk dan Manufakuring Perencanaan Kebuuhan Maerial (MRP) Perencanaan Kebuuhan Kapasias (CRP) Pembelian Pengendalian Akivias Produksi (PAC) Operaion Sequencing Pengendalian Inpu/Oupu Pengendalian dan Penjadwalan Pemasok Akunansi dan Keuangan Keerangan : = Hubungan dua arah, ermasuk umpan balik MPS = Maser Producion Scheduling CRP = Capaciy Requiremen Planning MRP = Maerial Requiremen Planning PAC = Producion Aciviy Conrol Gambar 2.1 Sisem Manufacuring Resource Planning (MRP II)

3 29 3. Jus-In-Time (JIT) Pada dasarnya sisem JIT merupakan suau konsep filosofi yaiu : memproduksi produk yang dibuuhkan, pada saa dibuuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebuuhan pelanggan, pada ingka kualias yang prima, dari seiap ahap proses dalam sisem manufakuring, dengan cara yang paling ekonomis dan efisien melalui eliminasi pemborosan (wase eliminaion) dan perbaikan proses erus-menerus (coninuous process improvemen). 4. Coninuous Process Conrol Terdapa empa ingka fungsional uama secara beruru yang dimulai dari ingka erendah sampai eringgi dalam coninuous process conrol, yaiu : Pengukuran Proses dan Pengendalian Inpu-Oupu (Process Measuremen and Inpu-Oupu Conrol), berkaian dengan pengukuran proses dan pengendalian ingka inpu dan oupu dalam proses iu agar menjadi seimbang. Pengendalian Proses Langsung yang Lain (Oher Direc Process Conrol), berkaian dengan pengendalian parameer proses, seperi : aliran, emperaur, dan variabel-variabel lain. Pemanauan Proses (Process Monioring), berkaian dengan presenasi dari senua daa yang erkai dengan proses secara keseluruhan kepada operaor agar memberikan mereka suau informasi yang berguna unuk mengambil indakan-indakan perbaikan yang epa apabila dibuuhkan.

4 30 Manajemen Proses (Process Managemen), merupakan ingka eringgi yang memudahkan dalam mendiagnosis suau masalah yang erjadi dalam proses secara keseluruhan kemudian berusaha unuk menyelesaikan masalah iu agar ercapai perbaikan proses erus menerus (coninuous process improvemen). 5. Flexible Conrol Sysem Flexible Conrol Sysem (FCS) berfungsi unuk mengendalikan Flexible Manufacuring Sysem (FMS). Karena FMS dapa menjadi efekif dan efisien unuk pembuaan sejumlah jenis produk-mulai dari produk yang unik dan dibua khusus (one-of-a-kind cusomized producs) sampai produk-produk komodias bervolume inggi (high-volume commidiy producs)-maka FCS harus memiliki fleksibilias yang sama sera harus mampu mengendalikan semua sumber daya yang dibuuhkan unuk pembuaan produk-produk iu. 6. Agile Conrol Sysem Agile Conrol Sysem (ACS) berfungsi unuk mengendalikan Agile Manufacuring Sysem (AMS). ACS merupakan perpaduan erbaik anara JIT dan MRP II. Sisem ini menggunakan manajemen pesanan, manajemen keuangan, dana kapabilias komunikasidalam sisem MRP II ermasuk keerkaian elekronik dengan pelanggan dan pemasok, meminimumkan waku ransi informasi dan kesalahan-kesalahan. Kemudian menggunakan filosofi JIT unuk mengidenifikasi dan menghilangkan pemborosan (wase),

5 31 dan eknik-eknik JIT unuk penjadwalan dan pengendalian di lanai produksi (shop floor conrol and scheduling). 2.2 Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan produk unuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk (maser scheduler) mengeahui dan menyadari semua perminaan produk iu. Secara garis besar akivias-akivias dalam manajemen perminaan dapa dikaegorikan ke dalam dua akivias uama, yaiu : pelayanan pesanan (order service) bersifa pasi, dan peramalan (forecasing) bersifa idak pasi Konsep Dasar Sisem Peramalan dalam Manajemen Perminaan Pada dasarnya erdapa sembilan langkah yang harus diperhaikan unuk menjamin efekivias dan efisiensi dari sisem peramalan dalam manajemen peramalan, yaiu : 1. Menenukan ujuan dari peramalan. 2. Memilih iem independen demand yang akan diramalkan. 3. Menenukan horizon waku dari peramalan (jangka pendek, menengah, aau panjang). 4. Memilih model-model peramalan. 5. Memperoleh daa yang dibuuhkan unuk melakukan peramalan. 6. Validasi model peramalan.

6 32 7. Membua peramalan. 8. Implemenasi hasil-hasil peramalan 9. Memanau keandalan hasil peramalan. Tujuan uama dari peramalan dalam manajemen perminaan adalah unuk meramalkan perminaan dari iem-iem independen demand di masa yang akan daang. Pemilihan iem-iem independen demand yang akan diramalkan erganung pada siuasi dan kondisi akual dari masing-masing indusri manufakur. Namun yang erpening bagi manajemen indusri adalah memperhaikan bahwa iem-iem independen demand adalah iem-iem yang bebas aau idak erkai langsung dengan srukur bill of maerial (BOM) unuk produk akhir yang akan dibua oleh indusri manufakur iu. Jelas dalam seiap indusri manufakur, produk akhir merupakan iem independen demand yang dipilih unuk diramalkan Double Exponenial Smoohing 1 Parameer dari Brown Model-model peramalan erdiri dari meode kualiaif dan meode kuaniaif. Meode kualiaif berdasarkan inuisi aau perimbangan. Meode kuaniaif berdasarkan analisis hubungan numerik dari daa. Meode kuaniaif erdiri dari inrinsik dan eksrinsik. Inrinsik berdasarkan pada pola hisoris dari daa iu sendiri sedangkan eksrinsik berdasarkan pada pola-pola eksernal. Formula yang digunakan adalah :

7 33 Inisialisasi S " = S' = X Formulasi S' = αx + (1 α)s' S" = αx + (1 α)s" A = 2S' S" α b = (S' S" ) 1 α F + m Ke = A + b X = Daahisorisperiodeke S' = Pemulusan eksponensi al unggal S" = Pemulusan eksponensi alganda A = Variabela periodeke b = Variabelb periodeke m F= Peramalan m = 1,2,3,.....n Fungsi Persediaan Persediaan memiliki fungsi ersendiri bagi suau usaha indusri, yaiu: 1. Dapa menghilangkan resiko keerlambaan penerimaan bahan baku aau barang yang dibuuhkan oleh suau indusri.

8 34 2. Dapa meminimalkan resiko erjadinya penerimaan barang yang salah, namun produksi dapa berjalan erus. 3. Dapa meminimalkan resiko kenaikan harga maerial aau inflasi akiba kenaikan maa uang negara asing. 4. Memberikan keunungan dari pembelian berdasarkan quaniy discoun 5. Dapa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen dengan ersedianya barang jadi yang diinginkan. 2.4 Perencanaan Agrega Menuru Narasimhan, perencanaan agrega memperimbangkan hal-hal yang mempengaruhi produksi, seperi persediaan, penjadwalan, kapasias dan sumber daya. Dengan semakin berkembangnya kegiaan produksi pada perusahaan, masalahmasalah mengenai perencanaan dan pengendalian menjadi sanga kompleks. Tujuan perencanaan agrega adalah unuk menggunakan sumber daya manusia dan peralaanperalaan yang ada sehingga masalah yang ada dapa diaasi. Perencanaan agrega berari perencanaan yang dilakukan pada ingka yang masih kasar unuk memenuhi oal perminaan dari semua produk yang menggunakan sumber daya yang sama pada fasilias yang digunakan. Dengan adanya perencanaan agrega, maka diharapkan dapa meminimalkan oal biaya yang dikeluarkan unuk produksi dengan melakukan perencanaan dan menenukan kombinasi yang opimal dari ingka enaga kerja dan persediaan.

9 35 Biaya-biaya yang berhubungan dengan perencanaan agrega anara lain: 1. Biaya dasar produksi Biaya ini erbagi menjadi 2, yaiu: Biaya eap, misalnya biaya asuransi Biaya variabel, misalnya biaya lembur 2. Biaya yang berkaian dengan perubahan pada laju produksi Conoh dari biaya ini adalah biaya sewa enaga kerja, biaya pelaihan enaga kerja. 3. Biaya penyimpanan Merupakan biaya yang dikeluarkan unuk persediaan yang berlebih penggunaan perencanaan agrega harus dapa memenuhi ujuan erenu, yaiu harus dapa memenuhi keseluruhan oupu, persediaan dan hal-hal lain seperi yang ada dalam rencana perusahaan, penggunaan fasilias perusahaan yang maksimal sehingga perusahaan menjadi efekif dan efisien, rencana yang dibua harus konsisen dengan ujuan perusahaan yang sudah dieapkan dan kebijakan mengenai karyawan perusahaan. Disamping iu, perencanaan agrega juga harus memperhaika flukuasi dari seiap periode perminaan dan rencara dari lini produksi. Unuk mengaasi hal ini, ada beberapa pilihan yang dapa dilakukan: 1. Memproduksi pada ingka konsan, sehingga pada saa perminaan sediki maka akan erjadi kelebihan produksi yang kemudian disimpan dalam gudang. Cara ini akan mengakibakan biaya yang inggi pada biaya persediaan.

10 36 2. Merekru aau memberhenikan karyawan sesuai dengan perminaan pasar erhadap produk. Cara ini akan mengakibakan biaya yang inggi pada perekruan karyawan, pelaihan dan pesangon. 3. Melakukan lembur yang idak bisa dilakukan secara erus-menerus karena ada baasnya. 4. Melakukan sub-konrak pekerjaan dengan perusahaan lain pada saa perminaan inggi. 5. Perusahaan memiliki kapasias eap yang digunakan secara penuh apabila perminaan inggi. Perencanaan agrega biasanya didasarkan pada kombinasi dari pilihan-pilihan ersebu. Dalam ugas akhir ini, akan digunakan dua sraegi perencanaan agrega, yaiu: Sraegi Chase Producion Sraegi ini dilakukan dengan cara mengubah jumlah enaga kerja dan ingka produksi sesuai dengan perminaan produk. Sraegi Konsan (Level Producion) Sraegi ini dilakukan dengan cara melakukan produksi yang konsan pada iap periode anpa memperhaikan jumlah perminaan.

11 Perencanaan Kebuuhan Sumber Daya (Resource Requiremen Planning) Menuru Gasperz, perencanaan kebuuhan sumber daya merupakan ingka perencanaan eringgi dalam hierarki perencanaan kapasias. Pada dasarnya perencanaan kebuuhan sumber daya dapa dilakukan melalui lima langkah beriku: 1. Memperoleh rencana produksi seperi yang elah dikemukakan dalam perencanaan produksi sebelumnya. 2. Menenukan srukur produk. 3. Menemukan bill of resources melalui formula: Raa-raa waku assembly = Proporsi produc mix x Jam sandar assembly per uni. 4. Menghiung kebuuhan sumber daya oal. 5. Mengevaluasi rencana yang elah dilakukan. Dalam langkah ini seiap rencana dievaluasi performansinya berkaian dengan ingka efisiensi dan biaya, karena seiap rencana membuuhkan ingka invenori maupun penggunaan enaga kerja yang berbeda. 2.6 Maser Producion Scheduling Pada dasarnya jadwal produksi induk (Maser Producion Scheduling) merupakan suau pernyaaan enang produk akhir (ermasuk pars penggani dan suku cadang) dari suau perusahaan indusri manufakur yang merencanakan memproduksi oupu berkaian dengan kuanias dan periode waku. MPS

12 38 mengimplemenasikan rencana produksi. Apabila rencana produksi yang merupakan hasil dari proses perencanaan produksi dinyaakan dalam benuk agrega, jadwal produksi induk (MPS) dinyaakan dalam konfigurasi spesifik dengan nomor-nomor iem yang ada dalam Bill of Maerials. Akivias penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaian dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk, memproses ransaksi dari MPS, memelihara caaan-caaan MPS, mengevaluasi efekivias dari MPS dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waku yang eraur unuk keperluan umpan balik dan injauan ulang. Berdasarkan uraian diaas kia mengeahui bahwa MPS berkaian dengan pernyaaan enang produksi dan bukan pernyaaan enang perminaan pasar. MPS sering didefinisikan sebagai anicipaed buil schedule unuk iem-iem yang disusun oleh perencana jadwal produksi induk. MPS membenuk jalinan komunikasi anara bagian pemasaran dan bagian manufacuring sehingga seyogianya bagian pemasaran juga mengeahui informasi yang ada dalam MPS eruama berkaian dengan jumlah barang yang dapa dijanjikan kepada konsumen. Informasi-informasi yang erdapa dalam MPS anara lain adalah: o Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendaang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan-perubahan erhadap MPS idak diizinkan karena akan menimbulkan kerugian yang besar akiba keidaksesuaian jadwal. o Planning Time Fences (PTF) adalah periode mendaang dari MPS dimana dalam periode ini perubahan erhadap MPS dievaluasi guna mencegah

13 39 keidaksesuaian aau kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian dalam biaya. PTF sering dieapkan dalam waku unggu kumulaif. Waku unggu kumulaif merupakan waku yang dibuuhkan unuk memproduksi produk sejak awal, yang merupakan jalur waku erpanjang dari puncak (end iem) ke bawah (raw maerial) dalam srukur produk. o Time Periods for Display adalah banyaknya periode waku yang diampilkan dalam forma MPS. Dalam sysem MRP II biasanya periode waku diampilkan dalam uni waku mingguan. o Sales Forecas adalah rencana penjualan aau peramalan penjualan unuk iem yang dijadwalkan. o Acual orders merupakan pesanan-pesanan yang dierima dan bersifa pasi. o Projeced Available Balances (PAB) merupakan proyeksi on-hand invenory dari waku ke waku selama horizon perencanaan MPS, yang menunjukkan saus invenori yang diproyeksikan pada akhir dari seiap periode waku dalam horizon perencanaan MPS. PAB dapa dipandang sebagai suau perbandingan penawaran dan perminaan. Apabila PAB bernilai negaif berari pada periode iu penawaran idak mampu memenuhi perminaan. o Available o Promise merupakan informasi yang sanga berguna bagi deparemen pemasaran unuk mampu memberikan jawaban yang epa mengenai waku pengiriman barang kepada konsumen. Nilai ATP memberikan informasi enang berapa banyak iem erenu yang dijadwalkan

14 40 pada periode waku iu ersedia unuk pesanan pelanggan, sehingga bagian pemasaran dapa membua janji yang epa kepada pelanggan. o Maser Producion Schedule merupakan jadwal produksi yang dianisipasi unuk iem erenu. Tabel 2.1 Maser Producion Scheduling Demand Time Fences : Lo Size : Planning Time Fences : Safey Sock : Time Periods (Week) Sales Forecas Acual Orders Projeced Available Balance Available o Promise Cumulaive ATP MPS

15 Rough Cu Capaciy Planning Rough Cu Capaciy Planning merupakan uruan kedua dari hierarki perencanaan priorias-kapasias yang berperan dalam mengembangkan MPS. RCCP melakukan validasi erhadap MPS yang juga menempai uruan kedua dalam hierarki perencanaan priorias produksi. Guna meneapkan sumber-sumber spesifik erenu, khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambaan poensial, adalah cukup unuk melaksanakan MPS. Dengan demikian kia dapa membanu manajemen unuk melaksanakan Rough Cu Capaciy Planning, dengan memberikan informasi enang ingka produksi di masa mendaang yang akan memenuhi perminaan oal iu. Pada dasarnya RCCP didefinisikan sebagai proses konversi dari Rencana Produksi dan MPS ke dalam kebuuhan kapasias yang berkaian dengan sumbersumber daya kriis seperi: enaga kerja, mesin dan peralaan, kapasias gudang, kapabilias pemasok maerial dan pars, dan sumber daya keuangan. RCCP adalah serupa dengan Perencanaan Kebuuhan Sumber Daya (Resource Requiremen Planning=RRP), kecuali bahwa RCCP adalah lebih erperinci daripada RRP dalam beberapa hal, seperi: RCCP diagregasikan kedalam level iem aau sku (Sock keeping uni); RCCP diagregasikan berdasarkan periode waku harian aau mingguan; dan RCCP memperimbangkan lebih banyak sumber daya produksi.

16 42 Pada dasarnya erdapa empa langkah yang diperlukan unuk melaksanakan RCCP, yaiu: 1. Memperoleh informasi enang rencana produksi dari MPS. 2. Memperoleh informasi enang srukur produk dan waku unggu. 3. Menenukan bill of resources Perhiungan erhadap waku assembly raa-raa unuk seiap produk menggunakan formula: Waku assembly raa-raa = uni produk yang dihasilkan x jam sandar assembly per uni. 4. Menghiung kebuuhan sumber daya spesifik dan membua laporan RCCP Perhiungan kebuuhan sumber daya spesifik perlu memperimbangkan kondisi akual dalam perusahaan seperi ingka efisiensi yang ada. Selanjunya hasil-hasil dari RCCP diampilkan dalam suau diagram yang dikenal sebagai load profile. Load profile merupakan meode yang umum dipergunakan unuk menggambarkan kapasias yang dibuuhkan versus kapasias yang ersedia. Dengan demikian load profile didefinisikan sebagai ampilan dari kebuuhan kapasias di waku mendaang berdasarkan pesanan-pesanan yang direncanakan dan dikeluarkan sepanjang suau periode waku erenu.

17 Maerial Requiremen Planning Menuru Gasperz, perencanaan kebuuhan maerial (Maerial Requiremen Planning = MRP) adalah meode penjadwalan unuk purchased planned orders dan manufacured planned orders. Planned manufacuring orders kemudian diajukan unuk analisis lanjuan berkenaan dengan keersediaan kapasias den keseimbangan menggunakan perencanaan kebuuhan kapasias (Capaciy Requiremen Planning). Meode MRP merupakan meode perencanaan dan pengendalian pesanan dan invenori unuk iem-iem dependen demand, dimana perminaan cenderung disconinuous. Iem-iem yang ermasuk dalam dependen demand adalah: bahan baku(raw maerials), pars, subassemblies dan assemblies, yang kesemuanya disebu manufacuring invenories. Teknik-eknik MRP dan CRP paling cocok dierapkan dalam lingkungan job shop manufacuring, meskipun MRP dapa pula diadopsi dalam lingkungan repeiive manufacuring. Berdasarkan MPS yang diurunkan dari rencana produksi, suau sisem MRP mengidenifikasi iem apa yang harus dipesan, berapa banyak kuanias iem yang harus dipesan, dan bilamana waku memesan iem iu. Horizon perencanaan (planning horizon) yang dipilih unuk pengembangan MRP secara umum adalah sama dengan yang dipilih unuk MPS, yaiu harus paling sediki selama waku unggu kumulaif erpanjang (longes cumulaive lead ime) dianara semua iem yang diproduksi.

18 44 Long of ime buckes yang dipilih erganung pada lingkungan manufacuring, dimana unuk lingkungan yang sanga dinamik dengan frekuensi perencanaan ulang (replanning frequencies) yang sanga sering seperi dalam siuasi Jus In Time periode waku yang ercakup oleh seiap ime bucke lebih pendek, sedangkan unuk lingkungan manufacuring yang memiliki waku unggu produksi yang sanga panjang, lengh of ime buckes nya menjadi lebih panjang. Frekuensi perencanaan ulang (replanning frequencies) menunjukkan berapa sering seharusnya aplikasi MRP dilakukan, yang erganung pada lingkungan manufacuring dan ukuran dari ime bucke yang dipilih. Dalam lingkungan dinamik, dimana perubahan-perubahan sering erjadi aau prosesnya idak sabil, membuuhkan frekuensi perencanaan ulang yang lebih sering dibandingkan apabila berada dalam lingkungan yang lebih sabil. Tabel 2.2 Maerial Requiremen Planning Maerial Requiremen Planning Lead Time : Lo Size : On Hand : Safey Sock : Time Periods (Minggu) Gross Requiremen Scheduled Receips Projeced On Hand

19 45 Projeced Available Ne Requiremens Planned Order Receips Planned Order Release Beriku keerangan isilah-isilah dalam abel: 1. Lead Time Merupakan jangka waku yang dibuuhkan sejak MRP menyarankan suau pesanan sampai iem yang dipesan iu siap unuk digunakan. 2. On Hand Merupakan invenori on-hand yang menunjukkan kuanias dari iem yang secara fisik ada dalam gudang. 3. Lo Size Merupakan kuanias pesanan (order quaniy) dari iem yang memberiahukan MRP berapa banyak kuanias yang harus dipesan sera eknik lo-sizing apa yang dipakai. 4. Safey Sock Merupakan sok pengaman yang dieapkan oleh perencana MRP unuk mengaasi flukuasi dalam perminaan (demand) aaupun supply. MRP merencanakan unuk memperahankan ingka sok pada level ini pada semua periode waku.

20 46 5. Planning Horizon Merupakan banyaknya waku ke depan (masa mendaang) yang ercakup dalam perencanaan. Dalam prakek, horizon perencanaan harus dieapkan paling sediki sepanjang waku unggu kumulaif dari sekumpulan iem yang erliba dalam proses manufacuring. 6. Gross Requiremen Merupakan oal dari semua kebuuhan, ermasuk kebuuhan yang dianisipasi (anicipaed requiremens) unuk seiap periode waku. Suau par erenu dapa mempunya kebuuhan koor (gross requiremens) yang mencakup dependen dan independen demand. 7. Projeced On Hand Merupakan projeced available balance (PAB) dan idak ermasuk planned orders. Projeced On Hand dihiung berdasarkan formula: Projeced On Hand = (On Hand pada awal periode + ScheduledReceips) - Gross Requiremens 8. Projeced Available Merupakan kuanias yang diharapkan ada dalam invenori pada akhir periode, dan ersedia unuk penggunaan dalam periode selanjunya. Projeced available dihiung berdasarkan formula beriku: Projeced Available = On Hand pada awal periode (aau Projeced Available pada periode sebelumnya) + Scheduled Receips periode sekarang + Planned Order Receips periode sekarang Gross Requiremens periode sekarang.

21 47 9. Ne Requiremens Merupakan kekurangan maerial yang diproyeksikan unuk periode ini sehingga perlu diambil indakan ke dalam perhiungan planned order receips agar menuupi kekurangan maerial pada periode iu. Ne Requiremens dihiung berdasarkan formula beriku: Ne Requiremens = (Gross Requiremens + Allocaions + Safey Sock) Scheduled Receips Projeced Available pada akhir periode lalu. 10. Planned Order Receips Merupakan kuanias pesanan pengisian kembali (pesanan manufacuring aau pesanan pembelian) yang elah direncanakan oleh MRP unuk dierima pada periode erenu guna memenuhi kebuuhan bersih (ne requiremens). Apabila menggunakan eknik lo for lo maka planned order receips dalam seiap periode selalu sama dengan ne requiremens pada periode iu. Jika planned order dimodifikasi melalui kebijaksanaan lo sizing maka planned orders dapa melebihi ne requiremens. Seiap kelebihan diaas ne requiremens akan dimasukkan kedalam projeced available invenory unuk penggunaan pada periode berikunya.

22 Planned Order Releases Merupakan kuanias planned orders yang diempakan aau dikeluarkan dalam periode erenu, agar iem yang dipesan iu akan ersedia pada saa dibuuhkan. Iem yang ersedia pada saa dibuuhkan iu idak lain adalah kuanias planned order receips yang dieapkan menggunakan lead ime offse. 2.9 Capaciy Requiremen Planning Gasperz. MRP mengasumsikan bahwa apa yang dijadwalkan dapa dierapkan, anpa memperhaikan keerbaasan kapasias. Kadang-kadang asumsi ini valid, eapi kadang-kadang idak dapa dipenuhi. Perencanaan kebuuhan kapasias (Capaciy Requiremen Planning) menguji asumsi ini dan mengidenifikasikan area yang melebihi kapasias (overload) dan yang berada dibawah kapasias (underload), sehingga perencana dapa mengambil indakan yang epa. CRP membandingkan beban yang dierapkan pada seiap work cener melalui open and planned orders yang dicipakan oleh MRP, dengan kapasias yang ersedia pada seiap pusa kerja dalam seiap periode waku dari horizon perencanaan.

23 49 Inpu CRP Scheduled of Planned Facory Order Release: jadwal ini merupakan salah sau oupu dari MRP. CRP memiliki dua sumber uama dari load daa, yaiu (1) scheduled receips yang berisi daa order due dae, order quaniy, operaion compleed, operaion remaining, dan (2) planned order release yang berisi daa planned order release dae, planned order receip dae, planned order quaniy. Sumber-sumber lain seperi produc rework, qualiy recalls, engineering prooypes, excess scrap dan lain-lain harus dierjemahkan ke dalam sau dari dua jenis pesanan yang digunakan oleh CRP ersebu. Work Order Saus; informasi saus ini diberikan unuk semua open orders yang ada dengan operasi yang masih harus diselesaikan, work cener yang erliba dan perkiraan waku. Rouing Daa; memberikan jalur yang direncanakan unuk facory orders melalui proses produksi dengan perkiraan waku operasi. Seiap par, assembly dan produk yang dibua memiliki suau rouing yang unik, erdiri dari sau aau lebih operasi. Informasi yang diperlukan unuk CRP adalah: operaion number, operaion, planned work cener, possible alernae work cener, sandars seup ime, sandard run ime per uni, ooling needed a each work cener dan lain-lain. Rouing memberikan peunjuk pada powers CRP sebagaimana layaknya BOM memberikan peunjuk pada proses MRP.

24 50 Work Cener Daa; daa ini berkaian dengan seiap producion work cener, ermasuk sumber-sumber daya, sandar-sandar uilisasi dan efisiensi, sera kapasias. Elemen-elemen daa pusa kerja adalah: idenifikasi dan deskripsi, banyaknya mesin aau sasiun kerja, banyaknya hari kerja per periode, banyaknya shif yang dijadwalkan per hari kerja, banyaknya jam kerja per shif, facor uilisasi, fakor efisiensi, raa-raa waku anrian, raa-raa waku menunggu dan bergerak. Proses CRP Menghiung kapasias work cener Kapasias work cener dienukan berdasarkan sumber-sumber daya mesin dan manusia, fakor jam operasi, efisiensi, dan uilisasi. Kapasias work cener biasanya dienukan secara manual. Termasuk dalam penenuan kapasias pusa kerja adalah: idenifikasi dan definisi work cener, sera perhiungan kapasias work cener. Menenukan beban (load) Perhiungan load pada seiap work cener dalam seiap periode waku dilakukan dengan menggunakan backward scheduling, menggunakan infinie loading, menggandakan load unuk seiap iem melalui kuanias dari iem yang dijadwalkan dalam suau periode waku pusa kerja unuk periode waku mendaang yang diakumulasikan berdasarkan pada open orders (scheduled receips) dan planned order release. Proses ini biasanya menggunakan kompuer.

25 51 Menyeimbangkan kapasias dan beban Apabila ampak keidakseimbangan anara kapasias dan beban, salah sau dari kapasias aau beban harus disesuaikan kembali unuk memperoleh jadwal yang seimbang. Apabila penyesuaianpenyesuaian ruin idak cukup memadai, penjadwalan ulang dari oupu MRP aau MPS perlu dilakukan. Hal ini biasanya merupakan suau human judgemen dan dilakukan secara ieraive (berkali-kali) bersama dengan oupu laporan work cener load dari CRP. Dengan kaa lain proses akan diulang sampai memperoleh beban yang dapa dierima (accepable load). Oupu CRP Laporan Beban Pusa Kerja (Work Cener Load Repor) Laporan ini menunjukkan hubungan anara kapasias dan beban. Apabila dalam laporan ini ampak keidakseimbangan anara kapasias dan beban, proses CRP secara keseluruhan mungkin perlu diulang. Work cener load repor sering diampilkan dalam benuk grafik baang (bar char) yang sanga bermanfaa unuk meliha hubungan anara beban yang diproyeksikan dan kapasias yang ersedia, sekaligus mengidenifikasi apakah erjadi overload aau underload. CRP biasanya menghasilkan work cener load profile unuk seiap pusa kerja yang diidenifikasi dalam pabrik. Perbandingan anara beban dan kapasias dapa juga diampilkan dalam forma kolom.

26 52 Perbaikan scheduled of planned facory order release Perbaikan jadwal ini menggambarkan bahwa oupu dari MRP disesuaikan erhadap specific release daes unuk facory orders berdasarkan perhiungan keerbaasan kapasias. Perbaikan scheduled of planned facory order releases merupakan oupu idak langsung (indirec oupu) dari proses CRP sebab mereka adalah hasil dari human judgemen yang berdasarkan pada analisa dari oupu laporan work cener load. Salah sau pilihan penyesuaian yang mungkin, di samping perubahan kapasias, adalah mengubah planned sar daes yang dibua melalui rencana MRP. Hal ini mempunyai pengaruh erhadap pergeseran beban dianara periode waku unuk mencapai keseimbangan yang lebih baik Meode Pengukuran Kapasias Pada dasarnya erdapa iga meode pengukuran kapasias yaiu: 1. Theoreical Capaciy (Design Capaciy) Merupakan kapasias maksimum yang mungkin dari sysem manufacuring yang didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi ideal seperi: iga shif per hari, ujuh hari per minggu, idak ada downime mesin. Dengan demikian heoreical capaciy diukur berdasarkan pada jam kerja yang ersedia unuk melakukan pekerjaan, anpa suau kesempaan unuk berheni aau isiraha, downime mesin aaupun alasan lainnya. Sebagai conoh: jika suau work cener memiliki 4 mesin dan dijadwalkan unuk beroperasi dalam sau shif

27 53 selama 8 jam, dalam periode 5 hari seminggu, maka kapasias eoriis adalah 4 x 8 x 5 = 160 jam/minggu. Jam kerja ini selanjunya dapa dierjemahkan kedalam uni produksi dengan menggunakan jam kerja sandar. Sebagai misal: unuk memproduksi 1 uni produk membuuhkan waku sandar 0,2 jam, maka secara eoriis 160 jam kerja/minggu akan menghasilkan 800 uni/minggu. 2. Demonsraed Capaciy (Acual Capaciy) Merupakan ingka oupu yang dapa diharapkan berdasarkan pada pengalaman, yang mengukur produksi secara akual dari pusa kerja di waku lalu, yang biasanya diukur menggunakan angka raa-raa berdasarkan beban kerja normal. Sebagai conoh: jika suau pusa kerja menghasilkan raa-raa 650 uni per periode kerja, sedangkan jam kerja sandar adalah 0,2 jam per uni produk, maka demonsraed capaciy dihiung sebagai 650 x 0,2 = 130 jam sandar/periode waku. 3. Raed Capaciy (Calculaed Capaciy) Diukur berdasarkan penyesuaian kapasias eoriis dengan facor produkivias yang elah dienukan oleh demonsraed capaciy. Dihiung melalui penggandaan waku kerja yang ersedia dengan fakor uilisasi dan efisiensi. Waku kerja yang ersedia adalah banyaknya jam kerja akual yang dijadwalkan aau ersedia, pada pusa kerja selama periode erenu. Waku kerja yang ersedia per periode waku dihiung sebagai: banyaknya orang aau mesin x jam per shif x shif per hari x hari kerja per periode. Uilisasi adalah pecahan yang menggambarkan persenase clock ime yang ersedia dalam

28 54 pusa kerja secara akual digunakan unuk produksi berdasarkan pengalaman lalu. Uilisasi dapa dienukan unuk mesin aau enaga kerja, aau keduanya, erganung pada mana yang lebih cocok unuk siuasi dan kondisi akual di perusahaan. Uilisasi idak dapa melebihi 100%. Uilisasi = (Jam akual yang digunakan unuk produksi) Jam yang ersedia menuru jadwal Efisiensi adalah fakor yang mengukur performansi akual dari pusa kerja relaif erhadap sandar yang dieapkan. Fakor efisiensi dapa lebih besar dari 1,0. Jam sandar yang diperoleh Efisiensi = Jam akual unuk produksi Dengan demikian calculaed capaciy per periode = banyaknya orang aau mesin x jam per shif x shif per hari x hari kerja per periode x uilisasi x efisiensi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah hal pening yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan manufakur. Perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Persediaan Menuru Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan unuk kelangsungan suau proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Persediaan Menuru pendapa Indraji dan Djokopranoo (2005:4), manajemen persediaan (invenory conrol) aau disebu juga invenory managemen aau pengendalian ingka persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan salah sau asse ermahal bagi banyak perusahaan, dan berjumlah sekiar 50 persen dari oal modal yang dianamkan (Render dan Heizer, 2005, p60). Menuru

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS: PT. ROMOS INTI COSMETIC)

PENGUKURAN KINERJA PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS: PT. ROMOS INTI COSMETIC) PENGUKURAN KINERJA PERENCANAAN JADWAL INDUK PRODUKSI (STUDI KASUS: PT. ROMOS INTI COSMETIC) Dian Reno 1), Anasasia Lidya 2), Linda 3) Jurusan Teknik Indusri Universias Kaolik Widya Mandala Surabaya1,2,3)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU Kukuh Zulfah 2, Saufik, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakulas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 21 BAB 2 LANDAAN TEORI 2.1 Perencanaan Proses Perencanaan proses merupakan suau perencanaan erhadap proses pembuaan produk, bagaimana produk ersebu akan dibua ( hal ini menenukan apakah suau komponen akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sisem Indusri Manufakur Dr. William Edward Deming, seorang guru manajemen kualias dari Amerika Serika, pada bulan Agusus 1950 dalam suau konferensi dengan manajemen puncak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan Menuru Reinder dan Heizer (1997, p314) persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari oal modal yang diinvesasikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA Sii Nur Fadlilah A 1 ; Thomas Widjaja 2 ABSTRACT Producion planning is an aciviy o make decison

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam perencanaan suau proses produksi dapa menggunakan meode perencanaan aggrega. Yaiu proses perencanaan suau sisem produksi mencakup beberapa aspek-aspek yang erliba dalam kegiaan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pusaka 2.1.1 Perencanaan proses Perencanaan proses mencakup perancangan dan implemenasi suau sisem kerja unuk menghasilkan barang aau jasa sesuai dengan jumlah yang diinginkan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma)

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma) AALISA DA EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PEDEKATA THE AMERICA PRODUCTIVITY CETER MODEL (APC) (Sudi Kasus di PT. Graia Husada Farma) Hery Sulianoro, Ary Arviano, Purnomo Seyo Kusumo, S.Kom Program Sudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sisem Produksi Produksi dalam pengerian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan unuk menghasilkan produk aau jasa. Sisem produksi merupakan kumpulan dari

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN EORI 2.1. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi adalah pernyaaan rencana produksi ke dalam beuk agrega. Perencanaan produksi ini merupakan ala komunikasi anara manajemen eras (op managemen)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknik Indusri 2.1.1 Peramalan Peramalan aau forecasing adalah ilmu memprediksi perisiwa-perisiwa masa depan. Peramalan merupakan perhiungan yang objekif dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mengumpulkan Daa (Selec Proses pengumpulan daa merupakan ahap perama dari ahap-ahap peningkaan proses erkesinamungan (Coninuous Process Improvemen / CPI dengan menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing RANCANG BANGUN SISTEM PERAMALAN PERMINTAAN BARANG PADA CV. KONVEKSI JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Kuncono 1) 1) S1/ Jurusan Sisem Informasi. Sekolah Tinggi Manajemen Informaika &

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produk Menuru Koler dan Amsrong (2001, p346), produk adalah segala sesuau yang dapa diawarkan ke pasar unuk diperhaikan, dimiliki, digunakan, aau dikonsumsi yang dapa memuaskan

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci