BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,"

Transkripsi

1 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produk Menuru Koler dan Amsrong (2001, p346), produk adalah segala sesuau yang dapa diawarkan ke pasar unuk diperhaikan, dimiliki, digunakan, aau dikonsumsi yang dapa memuaskan keinginan aau kebuuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, empa, organisasi, dan gagasan. Dalam bisnis, produk adalah barang aau jasa yang dapa diperjualbelikan. Dalam markeing, produk adalah apapun yang bisa diawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan aau kebuuhan. Dalam ingka pengecer, produk sering disebu sebagai merchandise. Dalam manufakur, produk dibeli dalam benuk barang menah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang menah seperi meal aau hasil peranian sering pula disebu sebagai komodias. (hp://id.wikipedia.org/wiki/produk) Jadi, dalam ari sempi produk merupakan sekumpulan sifa-sifa yang berwujud dan ak berwujud yang di dalamnya sudah ercakup warna, harga, kemasan, presise pengecer dan pelayanan yang diberikan oleh produsen dan juga pengecer yang dapa dierima oleh konsumen sebagai kepuasan yang diawarkan erhadap keinginan aau kebuuhan-kebuuhan konsumen. Dan pengerian produk secara umum adalah segala sesuau yang dapa memenuhi aau memuaskan kebuuhan aau keinginan manusia baik yang berwujud maupun yang idak berwujud.

2 Jasa Menuru Rangkui (2006, p26), Jasa merupakan pemberian suau kinerja aau indakan ak kasa maa dari sau pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana ineraksi anara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa ersebu. Menuru Koler seperi yang dikuip Suprano (2001, p227), Jasa didefinisikan sebagai seiap indakan aau kegiaan yang dapa diawarkan oleh sau pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya idak berwujud dan idak mengakibakan kepemilikan apapun. Produksinya dapa dikaikan aau idak dikaikan pada sau produk fisik. Menuru Garvin perspekif enang konsep muu mengalami evolusi sebagai beriku, dia mengidenifikasi adanya lima alernaif perspekif kualias yang biasa digunakan, yaiu: 1. Transcendenal Approach Kualias dalam pendekaan ini dapa dirasakan aau dikeahui, eapi suli didefinisikan dan dioperasionalkan. Dengan demikian fungsi perencanaan, produksi, dan pelayanan suau perusahaan suli sekali menggunakan definisi seperi ini sebagai dasar manajemen kualias. 2. Produc-based Approach Pendekaan ini menganggap kualias sebagai karakerisik aau aribu yang dapa dikuanifikasikan dan dapa diukur. Karena pandangan ini sanga objekif, maka idak dapa menjelaskan perbedaan dalam selera, kebuuhan, dan preferensi individual. 3. User-based Approach

3 31 Pendekaan didasarkan pada pemikiran bahwa kualias erganung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived qualiy) merupakan produk yang berkualias paling inggi. 4. Manufacuring-based Approach Perspekif ini bersifa supply-based dan eruama memperhaikan prakikprakik perekayasaan dan pemanufakuran, sera mendefinisikan kualias sebagai sama dengan persyaraannya (conformance o requiremens). Dalam sekor jasa, dapa dikaakan bahwa kualiasnya bersifa operaions-driven. 5. Value-based Approach Pendekaan ini memandang kualias dari segi nilai dan harga. Dengan memperimbangkan rade-off anara kinerja dan harga, kualias didefinisikan sebagai affordable excellence Karakerisik Jasa Menuru Koler dan Armsrong (2001, p376), perusahaan harus memperimbangkan empa karakerisik jasa erenu keika merancang program pemasaran anara lain: 1. Tidak berwujud (inangibiliy) Jasa idak bisa diliha, dicicipi, dirasakan, didengar aau dibaui sebelum dibeli. Unuk mengurangi keidakpasian, pembeli mencari anda dari kualias jasa pelayanan. Mereka mengambil kesimpulan mengenai kualias dari empa, orang, harga, peralaan,

4 32 dan konsumsi yang dapa mereka liha. Oleh karena iu, ugas penyedia jasa adalah membua jasa dapa berwujud dalam sau aau beberapa cara. 2. Keidakerpisahan (inseparabiliy) Jasa idak dapa dipisahkan dari penyedianya, apakah penyedia adi adalah orang aau mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa, maka karyawan iu merupakan bagian dari jasa. Karena konsumen uru hadir saa jasa iu diproduksi sebagai co-producer, ineraksi penyedia jasa maupun konsumen akan mempengaruhi hasil jasa. 3. Keragaman (service variabiliy) Kualias jasa berganung pada siapa yang menyediakan jasa, waku, empa, dan bagaimana cara mereka disediakan. Menuru Bovee, Housen, dan Thill, ada iga fakor yang menyebabkan variabilias kualias jasa, yaiu kerjasama aau parisipasi konsumen selama penyampaian jasa, moral aau moivasi karyawan dalam melayani konsumen, dan beban kerja perusahaan. 4. Tidak ahan lama (perishabiliy) Jasa idak dapa disimpan unuk penjualan aau pemakaian yang akan daang. Tidak ahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila perminaan selalu ada. Tapi keika perminaan berflukuasi, perusahaan jasa sering kali mengalami masalah suli. Oleh karena iu perusahaan jasa sering kali merancang sraegi agar lebih baik lagi menyesuaikan perminaan dengan penawaran.

5 Dimensi Kualias Jasa Menuru Rangkui (2006, p29), ada lima dimensi yang menenukan kualias suau jasa, yaiu: 1. Responsieveness (keanggapan), yaiu kemampuan unuk menolong konsumen dan keersediaan unuk melayani konsumen dengan baik. 2. Reliabiliy (keandalan), yaiu kemampuan unuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akura, dan memuaskan. 3. Emphay (empai), yaiu rasa peduli unuk memberikan perhaian secara individual kepada konsumen, memahami kebuuhan konsumen, sera kemudahan unuk dihubungi. 4. Assurance (jaminan), yaiu pengeahuan, kesopanan peugas sera sifanya yang dapa dipercaya sehingga konsumen erbebas dari resiko. 5. Tangibles (buki langsung), melipui fasilias fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi. Menuru Arionang (2005, p25) dimensi kualias jasa, adalah: 1. Tangibles Dimensi ini mencakup kondisi fisik fasilias, peralaan, sera penampilan pekerja. Karena jasa idak dapa diamai secara langsung, maka konsumen sering kali berpedoman pada kondisi yang erliha mengenai jasa dalam melakukan evaluasi. 2. Reliabiliy

6 34 Dimensi ini menunjukkan kemampuan perusahaan unuk memberikan pelayanan secara akura dan andal, dapa dipercaya, beranggung jawab aas apa yang dijanjikan, idak pernah memberikan janji yang berlebihan dan selalu memenuhi janjinya. 3. Responsieveness Dimensi ini mencakup keinginan unuk membanu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepa dan epa, selalu memperoleh definisi yang epa dan segera mengenai konsumen. Dimensi keanggapan ini merefleksikan komimen perusahaan unuk memberikan pelayanannya epa pada wakunya. Dimensi ini berkaian dengan keinginan dan kesiapan pekerja unuk melayani. 4. Assurance Dimensi ini erdiri dari empa hal beriku ini: a. Compeency. Hal ini mecakup kepemilikan keerampilan dan pengeahuan yang diperlukan. b. Couresy. Hal ini mencakup kesopanan, rasa horma, perhaian, dan keramahan pelayan. c. Credibiliy. Hal ini mencakup kepercayaan erhadap dan kejujuran dari si pemberi jasa. d. Securiy. Hal ini mencakup kebebasan dari bahaya, risiko, aau keragu-raguan. Dimensi ini mencakup pengeahuan dan kesopanan pekerja sera kemampuannya unuk memberikan kepercayaan kepada konsumen.

7 35 5. Emphahy Dimensi ini erdiri dari iga hal beriku ini. a. Accessibiliy. Hal ini mencakup kemudahan unuk mendekai dan menghubungi. b. Communicaion skills. Hal ini mencakup pemberian informasi kepada konsumen dengan bahasa yang dapa dimengeri, dan mendengarkan anggapan dan peranyaan konsumen. c. Undersanding he cusomer. Hal ini mencakup perlunya usaha unuk mengeahui konsumen dan kebuuhan khususnya. Dimensi ini menunjukkan deraja perhaian yang diberikan kepada seiap konsumen. Dimensi ini juga merefleksikan kemampuan pekerja unuk menyelami perasaan konsumen sebagaimana pekerja iu sendiri mengalaminya Definisi Pelayanan Menuru Gerson (2001), pelayanan adalah suau sarana unuk mencapai kepuasan dan ikaan ujuan keseluruhan bisnis bukanlah menghasilkan suau produk aau jasa yang bermuu melainkan memberikan pelayanan yang prima, eapi ujuan uama adalah menghasilkan konsumen yang puas dan seia. Oleh karena iu, memberikan muu dan pelayanan yang seia adalah suau keharusan unuk mencapai ujuan uama yaiu konsumen yang puas dan seia.

8 36 Dalam Pembahasan mengenai pengukuran konsumen (service). Pelayanan pada dasarnya merupakan kegiaan aau manfaa yang diawarkan oleh suau pihak kepada pihak yang lainnya yang pada dasarnya merupakan idak berwujud sera idak menghasilkan kepemilikan sesuau, proses produksinya mungkin juga idak dikaikan dengan suau produk aau jasa. Dalam suau produk barang, adalah proses produksi dan konsumsi erjadi pada waku yang berlainan, sedangkan pada produk layanan jasa proses produksi dan konsumsi dapa berlangsung secara bersamaan, sehingga dapa dikaakan bahwa dalam proses produksi suau pelayanan, konsumen erliba langsung baik secara fisik maupun secara psikologis. Sehubungan dengan hal ersebu, maka dalam kegiaan dibidang jasa, masalah muu aau kualias merupakan persoalan yang cukup kriis. Perhaian erhadap kualias pelayanan dan bagaimana cara mencapainya harus menjadi perhaian uama bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan. Persepsi konsumen erhadap pelayanan yang diberikan oleh suau perusahaan akan dinilai baik aau idak erganung kepada apakah ingka pelayanan yang diperoleh sesuai aau melebihi dari pengharapannya. Perusahaan yang ingin memuaskan konsumennnya harus meleakkan harapan konsumennya pada ingka yang idak wajar. Bila perusahaan banyak mengobral janji-janji melalui iklan aau media lainnya, akan meningkakan harapan konsumen ke suau ingka yang idak wajar. Bila perusahaan banyak mengobral janji-janji melalui iklan aau media lainnya, akan meningkakan harapan konsumen ke suau ingka yang idak realisis. Harapan konsumen dapa imbul dikarenakan oleh:

9 37 1. Adanya kebuuhan pribadi yang sanga spesifik dari para konsumen. 2. Berianya yang pernah didengarnya enang pelayanan yang diberikan oleh sebuah perusahaan. 3. Pengalaman masa lalu dari konsumen. Harapan konsumen aas pelayanan (expeced service) dipengaruhi oleh berbagai kegiaan pemasaran seperi iklan, promosi, penjualan, harga, radisi maupun adanya konak konsumen dengan pemberian pelayanan sebelumnya. Semenara iu, pelayanan yang dierima melalui konak anar personal dengan pemberi pelayanan, fasilias fisik, prosedur, merupakan bagian dari sisem pelayanan. 2.2 Kepuasan Konsumen Definisi Kepuasan Dalam dunia bisnis, kepuasan pelanggan menjadi ujuan uama seiap perusahaan agar memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan ercipanya loyalias pelanggan. Menuru Suprano (2001, p233), "Kepuasan adalah ingka perasaan seseorang seelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya." Harapan pelanggan dapa dibenuk dari pengalaman masa lalu, komenar dari kerabanya sera janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan seia lebih lama, kurang sensiif erhadap harga dan memberi komenar yang baik enang perusahaan. Menuru Koler (2003, p61), Saisfacion is a person s feelings of pleasure or disappoinmen resuling from comparing a produc s perceived performance (or oucome) in relaion o his or her expecaions. (Kepuasan

10 38 adalah suau perasaan senang aau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan anara presasi aau produk yang dirasakan dan yang menjadi harapannya). Menuru Umar (2005, p51), kepuasan dibagi dua macam, yaiu kepuasan fungsional dan kepuasan psikologikal. Kepuasan fungsional merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suau produk yang dimanfaakan sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang diperoleh dari aribu yang bersifa idak berwujud dari produk Definisi Konsumen Menuru Deparemen Perdagangan Republik Indonesia, Konsumen adalah seiap orang pemakai barang dan/aau jasa yang ersedia dalam masyaraka, baik bagi kepeningan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan idak unuk diperdagangkan. (hp://pkdijenpdn.depdag.go.id/index.php?page=konsumen) Konsumen adalah seseorang aau sekelompok orang yang membeli suau produk unuk dipakai sendiri dan idak unuk dijual kembali. Jika ujuan pembelian produk ersebu unuk dijual kembali, maka dia disebu pengecer aau disribuor. (hp://id.wikipedia.org/wiki/konsumen) Menuru Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumen ialah: "Seseorang aau sesuau perusahaan yang membeli barang erenu aau menggunakan jasa erenu" aau "Sesuau aau seseorang yang mengunakan suau persediaan aau sejumlah barang". Aau "seiap orang yang menggunakan barang aau jasa".

11 39 (hp:// c ) Definisi Kepuasan Konsumen Menuru Rangkui (2006, p30) kepuasan konsumen didefinisikan sebagai respons konsumen erhadap keidaksesuaian anara ingka kepeningan sebelumnya dan kinerja akual yang dirasakannya seelah pemakaian. Menuru pendapa Irawan (2002, p3), kepuasan konsumen aau hasil akumulasi dari konsumen aau konsumen dalam menggunakan produk dan jasa. Oleh karena iu seiap ransaksi aau pengalaman baru akan memberikan pengaruh erhadap kepuasan konsumen, karena kepuasan konsumen mempunyai dimensi waku karena hasil akumulasi. Menuru Umar (2005, p50), Kepuasan konsumen adalah ingka perasaan konsumen seelah membandingkan dengan harapannya. Seorang konsumen jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk aau jasa maka akan sanga besar kemungkinannya unuk menjadi konsumen dalam waku yang lama. Kepuasan konsumen merupakan suau kondisi dimana keinginan, harapan dan kebuuhan konsumen dapa dipenuhi. Suau pelayanan dinilai memuaskan, bila pelayanan ersebu dapa memenuhi kebuuhan dan harapan konsumen. Pengukuran kepuasan konsumen merupakan elemen pening dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, efisien dan efekif. Apabila konsumen merasa idak puas erhadap suau pelayanan yang disediakan, maka pelayanan ersebu dapa dipasikan idak efekif dan idak efisien. Hal ini eruama sanga pening bagi pelayanan publik.

12 Fakor-Fakor Pendorong Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen dienukan oleh persepsi konsumen aas performance produk aau jasa dalam memenuhi harapan konsumen. Konsumen akan merasa puas jika harapannya erpenuhi aau akan sanga puas jika harapan konsumen erlampaui. Dan yang menjadi peranyaan adalah fakor apa yang dapa membua konsumen merasa puas. Menuru Irawan (2002, p37), fakor-fakor pendorong kepuasan konsumen adalah: 1. Kualias produk Konsumen akan merasa puas jika seelah membeli dan menggunakan produk ersebu, ernyaa kualias produknya baik. misalnya, konsumen akan merasa puas dengan makanan yang dimakan di resoran apabila rasanya enak. 2. Harga Unuk beberapa konsumen yang sensiif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang pening karena mereka akan mendapakan value for money yang inggi. Komponen ini relaif idak pening bagi mereka yang idak sensiif erhadap harga. Bagi mereka yang idak peduli dengan harga, mereka akan lebih menyukai harga yang lebih mahal dengan kualias produk aau jasa yang lebih baik. Kualias produk dan harga seringkali idak mampu mencipakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan konsumen. Kedua aspek ini relaif mudah diiru. Oleh karena iu banyak perusahaan yang lebih mengandalkan fakor yang keiga, yaiu service qualiy.

13 41 3. Service qualiy Unuk dapa memuaskan konsumennya, suau perusahaan hendaknya erlebih dahulu harus dapa memuaskan karyawannya agar produk yang dihasilkan idak rusak kualiasnya dan pelayanan kepada konsumen dapa diberikan lebih baik. jika karyawan merasa puas maka akan lebih mudah bagi mereka unuk meneapkan kepada konsumen bagaimana rasa puas iu. Service qualiy sanga berganung pada iga hal, yaiu sisem, eknologi dan manusia. Fakor manusia ini memegang konribusi sebesar 70%. Tidak mengherankan, kepuasan erhadap kepuasan erhadap kualias pelayanan biasanya suli unuk diiru. 4. Emoional facor Kepuasan konsumen imbul pada saa konsumen sedang mengkonsumsi produk makanan erenu. Hal ini disebabkan karena merk makanan ersebu sudah ercipa dengan baik, baik di segi kualias makanan, harga yang idak murah karena harga yang mahal idenik dengan kualias produk yang inggi, sera pelayanan yang diberikan. 5. Kemudahan Konsumen akan semakin puas apabila dapa dengan mudah, nyaman, efisien dalam mendapakan produk aau pelayanan. Menuru Rangkui (2006, p30), Salah sau fakor yang menenukan kepuasan konsumen adalah persepsi konsumen mengenai kualias jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa (keanggapan, keandalan, empai, jaminan, buki langsung). Kepuasan konsumen, selain dipengaruhi oleh persepsi kualias jasa,

14 42 juga dienukan oleh kualias produk, harga, dan fakor-fakor yang bersifa pribadi sera yang bersifa siuasi sesaa Ala Pengukuran Kepuasan Konsumen Menuru Koler (2003, p64), erdapa 4 ala unuk melacak dan mengukur kepuasan konsumen yaiu: 1. Sisem keluhan dan saran Sebuah perusahaan yang berfokus pada konsumen mempermudah konsumennnya unuk memberikan saran dan keluhan. 2. Survei kepuasan konsumen Perusahaan-perusahaan yang responsif memperoleh ukuran kepuasan konsumen secara langsung dengan melakukan survei berkala. Mereka memberikan dafar peranyaan kepada konsumen-konsumen mereka sebagai sampel acak dan menanyakan apakah mereka sanga puas, puas, kurang puas, aau sanga idak puas erhadap aspek kinerja perusahaan. 3. Belanja siluman Perusahaan dapa membayar orang-orang unuk berindak sebagai pembeli poensial guna melaporkan hasil emuan mereka enang kekuaan dan kelemahan yang dialami keika membeli produk pesaing. 4. Analisis konsumen yang hilang Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para konsumen yang berheni membeli aau bergani pemasok unuk mempelajari sebabnya.

15 Penyebab Timbulnya Keidakpuasan Konsumen Menuru Alma (2002, p233), penyebab munculnya rasa idak puas pelanggan erhadap suau perusahaan yaiu: 1. Tidak sesuainya harapan dengan kenyaaan yang dialami. 2. Layanan selama proses menikmai jasa idak memuaskan 3. Perilaku personil kurang menyenangkan 4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan idak menunjang 5. Cos erlalu inggi, karena jarak erlalu jauh, banyak waku erbuang dan harga erlalu inggi. 6. Promosi aau iklan erlalu muluk, idak sesuai dengan kenyaaan. Tjipono (2002) menjelaskan ada beberapa kemungkinan indakan yang dapa dilakukan konsumen yang merasa idak puas, yaiu: 1. Tidak melakukan apa-apa. Konsumen yang idak puas eapi idak complain, kemungkinan besar konsumen ersebu idak akan melakukan pembelian lagi. 2. Melakukan complain Beriku beberapa fakor yang membua konsumen melakukan complain: a. Deraja kepeningan konsumsi yang dilakukan b. Tingka kepuasan konsumen c. Manfaa yang diperoleh dari penyampaian complain d. Pengeahuan dan pengalaman konsumen e. Sikap konsumen erhadap keluhan f. Tingka kesulian dalam menghadapi gani rugi g. Peluang keberhasilan dalam melakukan complain

16 44 Menuru Tjipono (2002), erdapa beberapa cara melakukan complain, bagi konsumen yang idak puas. Cara-cara ersebu adalah: a. Dengan melakukan penyampaian keluhan langsung kepada perusahaan. b. Dengan memberiahu kolega, eman aau keluarganya mengenai pengalaman yang diperoleh dari menggunakan barang aau jasa ersebu. c. Dengan jalan memina gani rugi secara hukum, baik melalui media massa aau secara langsung menghubungi perusahaan. 2.3 Analisis ABC Menuru Gaspersz (2005, p273), klasifikasi ABC aau sering disebu analisis ABC, merupakan klasifikasi dari suau kelompok maerial dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan maerial iu per periode waku (harga per uni maerial dikalikan volume penggunaan dari maerial iu selama periode erenu). Periode waku yang umum digunakan dalam analisis ABC adalah sau ahun. Analisis ABC dapa juga dieapkan menggunakan krieria lain, bukan hanya berdasarkan krieria biaya, eapi erganung pada fakor-fakor pening apa yang menenukan maerial iu. Pada dasarnya erdapa sejumlah fakor yang menenukan kepeningan suau maerial, yaiu: - nilai oal uang dari maerial, - biaya per uni dari maerial, - kelangkaan aau kesulian memperoleh maerial, - keersediaan sumber daya, enaga kerja, dan fasilias yang dibuuhkan unuk membua maerial ersebu,

17 45 - panjang dan variasi waku unggu (lead ime) dari maerial, sejak pemesanan maerial iu perama kali sampai kedaangannya, - ruang yang dibuuhkan unuk menyimpan maerial ersebu, - risiko penyeroboan aau pencurian maerial, - biaya kehabisan sok aau persediaan (sockou cos) dari maerial, - kepekaan maerial erhadap perubahan desain. Analisis ABC mengikui prinsip 80-20, aau hukum pareo di mana sekiar 80% dari nilai oal invenori maerial direpresenasikan (diwakili) oleh 20% maerial invenori. Penggunaan analisis ABC adalah unuk meneapkan: - Frekuensi perhiungan invenori (cycle couning), di mana maerial kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi caaan invenorinya dibandingkan maerial kelas B dan C. - Priorias rekayasa (engineering), di mana maerial kelas A memberikan peunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkaan program reduksi biaya keika mencari maerial-maerial erenu yang perlu difokuskan. - Priorias pembelian, di mana akivias pembelian seharusnya difokuskan pada bahan baku bernilai inggi (high cos) dan penggunaan dalam jumlah inggi (high usage). - Keamanan, di mana analisis ABC dapa digunakan sebagai indikaor dari maerial mana yang seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan erkunci unuk mencegah kehilangan, kerusakan, aau pencurian. - Sisem pengisian kembali (replenishmen sysems), di mana analisis ABC akan membanu mengidenifikasi meode pengendalian yang digunakan.

18 46 - Kepuusan invesasi, di mana maerial kelas A menggambarkan invesasi yang lebih besar dalam invenori sehingga perlu lebih berhai-hai dalam membua kepuusan enang kuanias pesanan dan sok pengaman erhadap maerial kelas A dibandingkan dengan maerial kelas B dan C. Prosedur dalam analisis ABC adalah sebagai beriku: - Tenukan volume penggunaan per periode waku (biasanya demand per ahun) dari maerial-maerial yang akan diklasifikasikan. - Gandakan (kalikan) volume penggunaan per periode waku (demand per ahun) dari seiap maerial dengan biaya per uninya guna memperoleh nilai oal penggunaan biaya per periode waku (per ahun) unuk seiap maerial. - Jumlahkan nilai oal penggunaan biaya dari semua maerial unuk memperoleh nilai oal penggunaan biaya keseluruhan. - Tenukan persenase nilai oal penggunaan biaya dari seiap maerial dengan membagi nilai oal penggunaan maerial biaya seiap maerial dengan nilai oal penggunaan biaya keseluruhan. - Urukan maerial dalam rank persenase nilai oal penggunaan biaya dengan uruan menurun dari erbesar sampai erkecil. - Klasifikasikan maerial-maerial ke dalam kelas A, B, dan C berdasarkan krieria persenase yang elah dienukan.

19 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uruanuruan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi uuh maupun sebagai komponen, dan juga memua informasi-informasi yang diperlukan unuk analisa lebih lanju, seperi waku yang dihabiskan, maerial yang digunakan, dan empa aau mesin yang dipakai. Jadi dalam suau pea proses operasi, dicaa hanya kegiaan-kegiaan operasi dan pemeriksaan saja, kadang-kadang pada akhir proses dicaa enang penyimpanan (Sualaksana, 1979, p21). Dalam pea proses operasi pekerjaan dibagi menjadi elemen-elemen operasi secara deail. Disini, ahapan proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sisemais. Dengan demikian, keseluruhan operasi kerja dapa digambarkan dari awal (raw maerial) sampai menjadi produk akhir (finished good produc) sehingga analisa perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun uru-uruannya secara keseluruhan akan dapa dilakukan (Wignjosoebroo, 2000, p131). Unuk bisa menggambarkan pea proses operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang perlu diikui, sebagai beriku: 1. Perama-ama, pada baris paling aas dinyaakan kepalanya Pea Proses Operasi yang diikui oleh idenifikasi lain seperi nama objek, nama pembua pea, anggal dipeakan cara lama aau cara sekarang, nomor pea dan nomor gambar. 2. Maerial yang akan diproses dileakkan di aas garis horizonal, yang menunjukkan bahwa maerial ersebu masuk ke dalam proses.

20 48 3. Lambang-lambang diempakan dalam arah verikal, yang menunjukkan erjadinya perubahan proses. 4. Penomoran erhadap suau kegiaan operasi diberikan secara beruruan sesuai dengan uruan operasi yang dibuuhkan unuk pembuaan produk ersebu aau sesuai dengan proses yang erjadi. 5. Penomoran erhadap suau kegiaan pemeriksaan diberikan secara ersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran unuk kegiaan operasi. 2.5 Peramalan Seiap hari para manajer membua kepuusan anpa mengeahui apa yang akan erjadi di masa depan. Persediaan dipesan anpa kepasian berapa jumlah penjualannya, peralaan baru dibeli padahal idak ada kepasian perminaan erhadap produk, dan invesasi dilakukan anpa pengeahuan berapa laba yang akan diperoleh. Dalam menghadapi keidakpasian para manajer selalu berusaha membua esimasi yang lebih baik enang apa yang akan erjadi di masa depan. Membua esimasi yang baik adalah ujuan uama peramalan (Render dan Heizer, 2001, p46). Peramalan aau forecasing adalah ilmu memprediksi perisiwa-perisiwa masa depan. Peramalan merupakan perhiungan yang objekif dan dengan menggunakan daadaa masa lalu unuk menenukan sesuau di masa yang akan daang (Sumayang, 2003, p24). Peramalan adalah sebuah eknik yang menggunakan daa hisoris unuk memperkirakan proyek yang akan daang (Chapman, 2006, p17). Terdapa beberapa karakerisik yang fundamenal dalam peramalan, yaiu: 1. Peramalan hampir selalu salah.

21 49 Fokus pada peramalan bukanlah selalu mengenai benar aau salah, akan eapi enang seberapa salah kia memperkirakannya dan apa yang akan kia lakukan apabila erdapa error pada peramalan. Biasanya penggunaan safey sock dalam suau perusahaan mempunyai kaian era dengan error peramalan. 2. Peramalan menjadi lebih akura unuk famili suau iem. Lebih mudah unuk meramalkan sebuah grup produk daripada suau produk individu, misalnya lebih akura memperkirakan penjualan mobil sedan daripada memperkirakan penjualan masing-masing ipe mobil sedan.. 3. Peramalan menjadi lebih akura unuk jangka waku yang lebih pendek. Biasanya, error yang akan dihasilkan keika meramalkan unuk waku yang pendek lebih kecil daripada meramalkan unuk waku yang panjang. 4. Seiap peramalan harus ada perkiraan error. Peramalan yang baik haruslan mempunyai perkiraan peramalan dan perkiraan nilai error yang akan erjadi. 5. Peramalan bukanlah penggani dari perhiungan perminaan. Apabila erdapa daa perminaan unuk periode erenu, jangan membua peramalan berdasarkan periode yang sama dengan daa perminaan ersebu. Selalu gunakan daa yang riil apabila ersedia Jenis-Jenis Peramalan Menuru Render dan Heizer (2001, p46), erdapa iga kaegori yang bermanfaa unuk manajer operasi, yaiu: a. Peramalan jangka pendek.

22 50 Waku peramalan dilakukan dari sau hingga iga bulan. Unuk merencanakan pembelian, jadwal kerja, jumlah enaga kerja, penugasan dan ingka produksi. b. Peramalan jangka menengah. Waku peramalan dilakukan dari iga bulan hingga iga ahun. Sanga bermanfaa unuk perencanaan penjualan, perencanaan dan produksi, penganggaran kas, dan analisa rencana operasi. c. Peramalan jangka panjang. Waku peramalan dilakukan unuk iga ahun lebih. Biasanya unuk merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilias, ekspansi bisnis, peneliian dan pengembangan. Menuru Render dan Heizer (2001, p47), organisasi menggunakan iga jenis peramalan keika merencanakan masa depan operasinya, yaiu: 1. Ramalan ekonomi: membahas siklus bisnis dengan memprediksi ingka inflasi, suplai uang permulaan perumahan, dan indikaor-indikaor perencanaan lain. 2. Ramalan eknologi: berkaian dengan ingka kemajuan eknologi, yang akan melahirkan produk-produk baru yang mengesankan, membuuhkan pabrik, dan peralaan baru. 3. Ramalan perminaan: dalam proyeksi perminaan unuk produk aau jasa perusahaan. Ramalan ini, disebu juga ramalan penjualan, mengarahkan produksi, kapasias, dan sisem penjadwalan perusahaan dan berindak sebagai masukan unuk perencanaan keuangan, pemasaran, keuangan, dan personalia.

23 Meode Peramalan Banyak jenis meode peramalan yang ersedia unuk meramalkan perminaan dalam produksi. Namun yang lebih pening adalah bagaimana memahami karaerisik suau meode peramalan agar sesuai dengan siuasi pengambilan kepuusan. Siuasi peramalan sanga beragam dalam horizon waku peramalan, fakor yang menenukan hasil yang sebenarnya, ipe pola daa dan berbagai aspek lainnya. Unuk menghadapi penggunaan yang luas seperi iu, beberapa eknik elah dikembangkan. Teknik ersebu dibagi dalam dua kaegori uama, yaiu meode peramalan kuaniaif dan meode peramalan kualiaif (Makridakis, 1999, p19-24) Meode Peramalan Kuaniaif Meode kuaniaif sanga beragam dan seiap eknik memiliki sifa, keepaan dan biaya erenu yang harus diperimbangkan dalam memilih meode erenu. Meode kuaniaif formal didasarkan aas prinsip-prinsip saisik yang memiliki keepaan inggi aau dapa meminimumkan kesalahan (error), lebih sisemais, dan lebih populer dalam penggunaannya. Unuk menggunakan meode kuaniaif erdapa iga kondisi yang harus dipenuhi, yaiu: a. Tersedia informasi enang masa lalu. b. Informasi ersebu dapa dikuaniaifkan dalam benuk daa numerik.

24 52 c. Dapa diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan erus berlanju di masa mendaang. Meode kuaniaif dapa dibagi kedalam dua model, yaiu: a. Model dere berkala (ime series) Pada model ini, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suau variabel dan aau kesalahan masa lalu. Model dere berkala menggunakan riwaya perminaan masa lalu dalam membua ramalan unuk masa depan. Tujuan meode peramalan dere berkala ini adalah menemukan pola dalam dere berkala hisoris dan mengeksrapolasikan pola ersebu ke masa depan. Langkah pening dalam memilih suau meode dere berkala yang epa adalah dengan memperimbangkan jenis pola daa, sehingga meode yang paling epa dengan meode ersebu dapa diuji. Pola daa dapa dibedakan menjadi: 1. Pola Horizonal (H) erjadi bilamana nilai daa berflukuasi disekiar nilai raa-raa yang konsan (dere seperi iu adalah sasioner erhadap nilai raa-raanya). Suau produk yang penjualannya idak meningka aau menurun selama waku erenu ermasuk jenis ini. Demikian pula suau pengendalian kualias yang menyangku pengambilan conoh dari suau proses produksi berkelanjuan yang secara eoriis idak mengalami perubahan juga ermasuk jenis ini.

25 53 Gambar 2.1 Pola Daa Horisonal (Sumber: Makridakis, 1999) Teknik-eknik yang harus diperimbangkan pada seri peramalan saioner mencakup meode yang naif, raa-raa sederhana, moving averages, dan auoregressive moving average (ARMA) model (meode Box-Jenskins). (Hanke, 2005, p75). 2. Pola musiman (S) erjadi bilamana suau dere dipengaruhi oleh fakor musiman (misalnya kuaral ahun erenu, bulanan, aau harihari pada minggu erenu). Penjualan dari produk minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruangan, menunjukkan jenis pola ini. Gambar 2.2 Pola Daa Musiman (Sumber: Makridakis, 1999)

26 54 Teknik yang harus diperimbangkan pada seri peramalan seasonal mencakup dekomposisi clasical, census x-12, winer s exponensial smoohing, muliple regression dan ARIMA models (meode Box-Jenkins). (Hanke, 2005, p76). 3. Pola Siklis (C) erjadi bilamana daanya dipengaruhi oleh flukuasi ekonomi jangka panjang seperi yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperi mobil, baja dan peralaan uama lainnya menunjukkan jenis pola daa ini. Gambar 2.3 Pola Daa Siklis (Sumber: Makridakis, 1999) Teknik yang harus diperimbangkan pada peramalan seri cyclical mencakup dekomposisi clasical, economic indicaor, modelmodel economeric, muliple regression, dan model-model ARIMA (meode Box-jenkins). (Hanke, 2005, p76). 4. Pola rend (T) erjadi bilamana erdapa kenaikan aau penurunan sekuler jangka panjang dalam daa. Penjualan banyak perusahaan, produk bruo nasional (GNP) dan berbagai indikaor bisnis aau ekonomi lainnya mengikui pola rend selama perubahannya sepanjang waku.

27 55 Gambar 2.4 Pola Daa Trend (Sumber: Makridakis, 1999) Teknik-eknik yang harus diperimbangkan pada seri peramalan rend mencakup moving averages. Hol s exponenial smoohing, regresi sederhana, growh curves, model-model exponenial, dan auoregressive inegraed moving average (ARIMA) model (meode Box-Jenkins). (Hanke, 2005, p76). b. Model kausal Model kausal mengasumsikan bahwa fakor yang diramalkan menunjukkan suau hubungan sebab-akiba dengan sau aau lebih variable bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan benuk hubungan ersebu dan menggunakannya unuk meramalkan nilai mendaang dari varibel ak bebas. Seelah hubungan ini diemukan, nilainilai masa mendaang dapa diramalkan cukup dengan memasukkan nilainilai yang sesuai unuk varibel-variabel independen. Meode peramalan kausal mengasumsikan bahwa perminaan akan suau produk berganung pada sau aau beberapa fakor independen (misalnya, harga, iklan, persaingan, dan lain-lain).

28 Meode Peramalan Kualiaif aau Teknologis Meode peramalan ini idak memerlukan daa yang serupa seperi meode peramalan kuaniaif. Inpu yang dibuuhkan erganung pada meode erenu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran inuiif, perkiraan dan pengeahuan yang elah didapa. Pendekaan eknologis seringkali memerlukan inpu dari sejumlah orang yang erlaih. Meode kualiaif mengandalkan opini pakar aau manajer dalam membua prediksi enang masa depan. Meode ini berguna unuk ugas peramalan jangka panjang. Penggunaan perimbangan dalam peramalan, ampaknya idak ilmiah dan bersifa semenara. Teapi bila daa masa lalu idak ada aau idak mencerminkan masa mendaang, idak banyak alernaif selain menggunakan opini dari orang-orang yang berpengeahuan. Ramalan eknologis eruama digunakan unuk memberikan peunjuk, unuk membanu perencana dan unuk melengkapi ramalan kuaniaif, bukan unuk memberikan suau ramalan numerik erenu. Meode kualiaif dapa dikelompokkan menjadi 2, yaiu: a. Meode eksploraoris Meode eksploraoris (seperi Delphi, kurva-s, analogi, dan peneliian morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai iik awalnya dan bergerak kearah masa depan secara heurisik, seringkali dengan meliha semua kemungkinan yang ada. b. Meode normaif.

29 57 Meode normaif (seperi mariks kepuusan, pohon relevansi, dan analisis sisem) dimulai dengan meneapkan sasaran dan ujuan yang akan daang, kemudian bekerja mundur unuk meliha apakah hal ini dapa dicapai, berdasarkan kendala, sumber daya, dan eknologi yang ersedia Meode Peramalan Doble Moving Average Model raa-raa bergerak menggunakan sejumlah daa akual perminaan yang baru unuk membangkikan nilai ramalan unuk perminaan dimasa yang akan daang. Meode raa-raa bergerak akan efekif dierapkan apabila kia harus mengasumsikan bahwa perminaan pasar erhadap produk akan eap sabil sepanjang waku. Meode raa-raa bergerak n-periode mengugunakan formula beriku: ( perminaan dalam n periode erdahulu) Raa raa bergerak n Periode = n dimana n adalah banyaknya periode dalam raa-raa bergerak. Persamaan yang dipakai adalah: S' S" a x = S' = + x + S' + x ( S' S" ) 2 b = N 1 F = a + b m + m = S' N + S' ( S' S" ) x S' N = 2S' S" n 1 n 1

30 Meode Peramalan Winer Meode peramalan Winer s digunakan unuk suaa daa yang berpola musiman. Pola kecenderungan ini biasanya dikarenakan suau musim erenu. Jumlah daa hisoris yang diperlukan adalah dua ahun. Formulasi meode peramalan Winer s adalah sebagai beriku: ( ) ( ) N N N N N N C a a f N C a a f C N a f a N f f N f f N f f a N a a a.. 1,. 2 1,, 2 1 0, , ,2 0 + = = + = + = = = = = = + = = Meode Peramalan Dekomposisi Meode Dekomposisi mendasarkan penganalisaan unuk mengidenifikasi iga fakor uama yang erdapa dalam suau dere waku, yaiu fakor rend, fakor siklus, dan fakor musiman. Di dalam beberapa hal, peramal hanya mendasarkan penyusunannya pada dua fakor yang pening yaiu rend dan musiman. Fakor rend menggambarkan perilaku daa dalam jangka panjang, dan dapa meningka, menurun aau idak berubah. Pengukuran perkembangan fakor rend dilakukan unuk periode waku yang panjang dengan menghilangkan variasi musim dan variasi siklus. Fakor siklus menggambarkan baik urunnya ekonomi aau indusri erenu. Fakor musiman berkaian dengan flukuasi periodik dengan panjang

31 59 konsan. Perbedaan anara musiman dan siklus adalah bahwa musiman berulang dengan sendirinya pada inerval yang eap seperi ahun aau bulan, sedangkan fakor siklus mempunyai jangka waku yang lebih lama dan lamanya berbeda dari sau siklus ke siklus yang lainnya. Ada beberapa pendekaan alernaif unuk mendekomposisi suau dere waku, dengan ujuan unuk mengisolasikan masing-masing komponen dari dere iu seepa mungkin. Konsep dasar dari dekomposisi ini adalah daa empiris di mana yang perama adalah pergeseran musim, kemudian rend dan erakhir adalah siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun idak dapa diaksir, eapi dapa diidenifikasi (Makridakis, 1999, p ). Langkahlangkah dekomposisi: 1. Pada dere daa yang sebenarnya (X) hiung raa-raa bergerak yang panjangnya (N) sama dengan panjang musiman. Maksud dari raa-raa bergerak adalah menghilangkan unsur musiman dan keacakan. Meraakan sejumlah periode yang sama dengan panjang pola musiman akan menghilangkan unsur musiman dengan membua raa-raa dari periode yang musimannya inggi dan periode yang musimannya rendah. Karena gala acak idak mempunyai pola yang sisemais, maka peraa-raaan ini juga mengurangi keacakan. 2. Pisahkan raa-raa bergerak N periode (langkah sau) dari dere daa semula unuk memperoleh unsur rend dan siklus. 3. Pisahkan fakor musiman dengan menghiung raa-raa unuk iap periode yang menyusun panjang musiman secara lengkap.

32 60 4. Idenifikasi benuk rend yang epa (linear, eksponensial, kurva-s, dan lain-lain) dan hiung nilainya unuk seiap periode (T). 5. Pisahkan hasil langkah empa dari hasil langkah dua (nilai gabungan dari unsur rend dan siklus) unuk memperoleh fakor siklus. 6. Pisahkan musiman, rend dan siklus dari daa asli unuk mendapakan unsur acak yang ada, E. Meode dekomposisi dapa berasumsi pada model adiif aau muliplikaif dan benuknya dapa bervariasi. Model adiif berbenuk: X = I + T + C + E, sedangkan model muliplikaif berbenuk: X = I x T x C x E Saisik Keepaan Peramalan Ukuran Saisik Sandar Jika X merupakan daa akual unuk periode dan F merupakan ramalan (aau nilai kecocokan/ fied value) unuk periode yang sama, maka kesalahan didefenisikan sebagai beriku: e = X F Jika erdapa nilai pengamaan dan ramalan unuk n periode waku, maka akan erdapa n buah gala dan ukuran saisik sandar beriku yang dapa didefenisikan: Nilai Tengah Gala (Mean Error) 1 ME = n n = 1 e Nilai Tengah Gala Absolu (Mean Absolue Error)

33 61 1 MAE = n n = 1 Jumlah Kuadra Gala (Sum of Squared Error) e SSE n = =1 e 2 Nilai Tengah Gala Kuadra (Mean Squared Error) 1 MSE = n n = 1 e 2 Deviasi Sandar Gala (Sandard Deviaion of Error) SDE = 1 n 1 n = 1 e 2 Nilai Tengah Deviasi Absolu (Mean Absolue Deviaion) 1 MAD = X i X n Ukuran-ukuran Relaif Gala Persenase (Percenage Error) X F PE = X x 100 Nilai Tengah Gala Persenase (Mean Percenage Error) 1 n MPE n = = 1 PE Nilai Tengah Gala Persenase Absolu (Mean Absolue Percenage Error) MAPE 1 n = n = 1 PE

34 Kapasias Produksi Menuru Gaspersz (2005, p203), kapasias produksi merupakan suau kemampuan dari fasilias produksi unuk mencapai jumlah kerja erenu dalam periode waku erenu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber-sumber daya yang ersedia dalam periode waku erenu sera merupakan fungsi dari banyaknya sumber-sumber daya yang ersedia, seperi peralaan, mesin, personel, ruang, dan jadwal kerja. Menuru Gaspersz (2005, p208), erdapa iga meode dalam pengukuran kapasias produksi yang ada yaiu: 1. Theoreical Capaciy (Maximum Capaciy aau Design Capaciy) Merupakan kapasias maksimum yang mungkin dari sisem manufakur yang didasarkan pada asumsi mengenai adanya kondisi ideal seperi iga shif per hari, ujuh hari per minggu, idak ada downime mesin, dan lainnya. Jadi kapasias ini diukur berdasarkan jam kerja yang ersedia unuk melakukan suau pekerjaan, anpa suau kesempaan unuk berheni aau berisiraha. 2. Demonsraed Capaciy (Acual Capaciy aau Effecive Capaciy) Merupakan ingka oupu yang dapa diharapkan berdasarkan pengalaman, yang mengukur produksi secara akual dari pusa kerja di waku lalu, yang biasanya diukur menggunakan angka raa-raa berdasarkan beban kerja normal. 3. Raed Capaciy (Calculaed Capaciy aau Nominal Capaciy) Merupakan penyesuaian dari kapasias eoriis dengan fakor produkivias yang elah dienukan oleh demonsraed capaciy. Kapasias ini didapakan dengan menggandakan waku kerja yang ersedia dengan fakor uilisasi dan efisiensi.

35 Perencanaan Agrega Menuru Bedworh seperi yang dikuip Baroo (2002, p98), Perencanaan agrega adalah perencanaan yang dibua unuk menenukan oal perminaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah enaga kerja yang diperlukan. Sedangkan menuru Handoko, Perencanaan agrega adalah proses perencanaan kuanias dan pengauran waku keluaran selama periode waku erenu (3 bulan sampai 1 ahun) melalui penyesuaian variabel-variabel ingka produksi karyawan, persediaan, variable yang dapa dikendalikan lainnya. Tujuan perencanaan produksi adalah unuk menyusun suau rencana produksi unuk memenuhi perminaan pada waku yang epa dengan menggunakan sumbersumber aau alernaif-alernaif yang ersedia dengan biaya yang paling minimum keseluruhan produk. Perencanaan agrega merupakan langkah awak akivias perencanaan produksi yang dipakai sebagai pedoman unuk langkah selanjunya, yaiu penyusunan jadwal induk produksi (JIP). Tipe rencana produksi dapa diliha pada abel 2.1 beriku. Perencanaan agrega merupakan suau meode yang dapa membanu perusahaan dalam mengambil kepuusan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan kapasias, biaya produksi, perubahan biaya kapasias, dan biaya persediaan. Perencanaan agrega dimaksudkan unuk mengopimalkan penggunaan sumber daya ersedia dan menimumkan biaya produksi selama jangka waku perencanaan. Sasaran perencanaan agrega adalah meneapkan ingka pengeluaran menyeluruh dalam jangka waku pendek.

36 64 Inpu Perencanaan Usulan dasar Tujuan umum Peramalan umum - Ekonomi - Teknologi - Lainnya Model ersedia Kompeisi Perencanaan jangka panjang Baas kapasias saa ini Peramalan per periode Alernaif produksi yang layak + biayanya Rencana produksi agrega Penerimaan order Waku pengiriman kebuuhan Tujuan perencanaan Kapasias Jangka Panjang Alokasi sumber daya unuk: - Produk - Proses - Pasar Rencana produksi jangka panjang (5 10 ahun) Unuk mencapai ujuan khusus organisasi Unuk meningkakan kelansungan hidup dan pengembangan jangka panjang Tabel 2.1 Tipe Rencana Produksi Variabel Kepuusan Tingka pembebanan unuk alernaif produksi: Jumlah enaga kerja Tingka produksi Persediaan Subkonrak Rencana produksi jangka menengah (Perencanaan Agrega) (1 24 bulan) Unuk mengefekifkan kapasias sumber daya saa ini (Sumber: Baroo, 2002) Jumlah enaga kerja Tingka produksi Uruan pengerjaan order Rencana produksi jangka pendek (Penjadwalan) (1 24 bulan) Unuk memasikan kepuasan konsumen lewa keepaan waku penyerahan Unuk mengefekifkan penggunaan fakor produksi Oupu Perencanaan Rencana perluasan kapasias Rencana: - Produk baru - Teknologi baru - Pasar baru - Pabrik baru + lokasi Rencana agrega produksi Menenukan bagaimana perminaan dikompromikan dengan sumber daya yang erpasang Jadwal produksi Penugasan order ke: Tiap deparemen Tiap shif kerja Tiap personal Tiap peralaan

37 65 Beriku adalah aspek-aspek yang harus diperhaikan dalam melakukan perencanaan agregra: 1. Demand aau perminaan Perminaan merupakan fakor yang sanga berpengaruh dalam perencanaan agrega, karena jenis produksi dapa dienukan dengan mengikui pola dari daa perminaan. 2. Perencanaan produksi Dalam perencanaan agrega diharuskan unuk membua rencana produksi, yang menjelaskan jumlah dan waku yang dienukan unuk membua suau produk. Tujuannya adalah unuk menjumlahkan raa-raa produksi dan raa-raa perminaan, dengan demikian akan didapakan produk yang dibua sesuai dengan kebuuhan. 3. Kapasias Kapasias merupakan penerapan dari suau sisem yang dibua. Kapasias juga menunjukan banyaknya jumlah produksi yang dihasilkan oleh pabrik dalam kurun waku erenu. 4. Biaya Dalam perencanaan produksi yang bermasalah adalah meminimukan ongkos oal produksi selama kurun waku perencanaan. Adapun komponen yang berpengaruh adalah biaya produksi, biaya persediaan, biaya perubahan kapasias dan biaya penundaan pesanan. Biaya produksi melipui biaya bahan, biaya enaga kerja langsung dan biaya lainnya yang berkaian dengan produksi misalnya lembur dan biaya subkonrak. Biaya perubahan kapasias melipui pengrekruan, dan pelaihan enaga kerja. Dan biasa juga melipui suau biaya

38 66 unuk selama pekerja dilaih. Biaya penundaan pesanan melipui hilangnya kesempaan keunungan dari penjualan sera ongkos kehilangan penjualan di masa yang akan daang Meode Perencanaan Agrega Ada 2 meode perencanaan agrega yang sering digunakan yaiu: 1. Meode Maemais Dari meode maemais dapa diformulasikan menjadi beberapa macam, erganung pada kekompleksan dan asumsi yang diambil. Yang paling erkenal dari meode ini adalah meode ransporasi. Tujuan dari meode ransporasi adalah mencari perimbangan anara flukasi perminaan dengan kapasias normal dan wakku lembur. Meode ransporasi memperkenalkan sebuah pendekaan dimana pendekaan ini merupakan deviasi dari prosedur ransporasi yang angka di dalam sel-sel sudah dikonversikan dalam benuk biaya. 2. Pendekaan Informal Heurisik Meode ini dilakukan dengan sejumlah abel dan aau grafik sederhana yang membanu mengambil kepuusan unuk memperoleh proyeksi visual aas perkiraan perminaan dan kapasias perusahaan unuk memenuhinya. Tujuan perencanaan agrega dengan pendekaan informal heurisik adalah unuk melakukan perencanaan alokasi yaiu apakah kapasias produksi dilakukan secara reguler, lembur aau subkonrak dan juga dilakukan perencanaan biayayang dikeluarkan. Kerugian dalam menggunakan meode ini adalah sulinya memasikan bahwa hasil yang kia capai

39 67 merupakan hasil paling opimal karena penilaian dilakukan dengan membandingkan nilai biaya oal anara berbagai skema yang diajukan Meode Transporasi Model ransporasi merupakan kasus khusus dari masalah program linear dengan ujuan unuk Mengangku barang unggal dari berbagai asal (origin) ke berbagai ujuan (desinaion), dengan biaya angku serendah mungkin. Meode ransporasi erdiri aas iga langkah dasar, yaiu: 1. Melibakan penenuan pengiriman awal, sedemikian rupa sehingga diperoleh solusi dasar yang memenuhi syara. Ini berari bahwa (m + n - 1) sel aau rue dari mariks ransformasi digunakan unuk ujuan pengangkuan. Sel yang digunakan unuk pengangkuan disebu sel yang diempai aau variable basis, sedang sel lainnya dari mariks ransporasi akan disebu sel kosong aau variable non basis. 2. Berujuan menenukan biaya kesempaan (opporuniy-cos) yang berkaian dengan sel kosong. Biaya kesempaan dari sel kosong dapa dihiung unuk iap-iap sel kosong ersendiri, aau dihiung unuk semua sel kosong secara keseluruhan. Jika biaya kesempaan dari semua sel kosong bernilai posiif, maka solusi opimal elah diperoleh. Teapi, jika ada sau sel m kosong saja yang memiliki biaya kesempaan bernilai negaif, solusi pasi belum opimal dan harus melakukan langkah keiga. 3. Melibakan penenuan solusi dasar yang memenuhi syara, baru dan lebih baik. Sekali solusi dasar yang baru dan memenuhi syara yang elah

40 68 dicapai, kia ulangi langkah 2 dan langkah 3 sampai suau solusi opimal elah dienukan. Dalam meode ransporasi memiliki beberapa macam meode yang dapa digunakan. Meode-meode ersebu dibedakan menjadi 2, yaiu: 1. Meode unuk solusi awal Meode yang digunakan pada langkah dasar perama meode ransporasi. Meode unuk solusi awal erdiri dari NWCR (Norh Wes Corner Rule), Leas-cos, dan Vogel s Approximaion Mehod (VAM). 2. Meode unuk solusi akhir Meode yang digunakan unuk solusi akhir, meode ini digunakan apabila pada ahap solusi awal belum didapakan hasil yang opimal, dimana pada sel kosong (variable non basis) ada yang bernilai negaif maka perlu dilakukan perbaikan dengan menggunakan meode pada solusi akhir sampai seluruh sel kosong (variable non basis) bernilai posiif baru didapakan solusi yang opimal. Meode unuk solusi akhir yakni Sepping-sone, dan Modified Disribuion (Modi) Algorima Leas-Cos Prosedur pemecahan awal persoalan ransporasi bila menggunakan meode Leas-Cos adalah sebagai beriku: 1. Alokasikan seinggi mungkin sejumlah komodias pada sel yang mempunyai biaya uni erkecil dalam keseluruhan abel. 2. Jika ada beberapa sel yang memiliki biaya uni erkecil yang sama maka pilih salah sau secara sembarang.

41 69 3. Silang kolom aau baris yang elah erpenuhi, jika baik kolom maupun baris dipenuhi secara bersamaan hanya sau yang disilang. 4. Seelah menyesuaikan penawaran dan perminaan unuk semua baris dan kolom yang belum disilang, ualngi proses dengan memberikan nilai seinggi mungkin pada sel yang memiliki biaya uni erkecil berikunya yang belum disilang. 5. Prosedur ini diselesaikan keika epa sau baris aau kolom yang belum disilang. Meode ini meniik-berakan pada biaya erendah pada seluruh periode perencanaan, sehingga dilakukan perbandingan biaya-biaya yang erdapa pada kolom perminaan unuk mendapakan biaya yang erendah. Umumnya meode ini akan menghasilkan oal biaya yang erendah dibandingkan dengan meode yang lain Algorima Sepping-Sone Jumlah rue aau sel yang mendapa alokasi harus sebanyak: Jumlah Kolom + Jumlah Baris 1 = Variabel Basis, dengan ahapan penyelesaian beriku: 1. Memilih salah sau sel kosong (yang idak mendapakan alokasi) 2. Mulai dari sel ini, kia membua jalur eruup melalui sel-sel yang mendapakan alokasi menuju sel kosong erpilih kembali. Jalur eruup ini bergerak secara horisonal dan verikal saja.

42 70 3. Mulai dengan anda (+) pada sel kosong erpilih, kia menempakan anda (-) dan (+) secara berganian pada seiap sudu jalur eruup. 4. Menghiung indeks perbaikan dengan cara menjumlahkan bia-ya ransporasi pada sel beranda (+) dan mengurangkan biaya ransporasi pada sel beranda (-). 5. Mengulangi ahap 1 sampai 4 hingga indeks perbaikan unuk semua sel kosong elah erhiung. Jika indeks perbaikan dari selsel kosong lebih besar aau sama dengan nol, solusi opimal elah ercapai. 2.8 Jadwal Induk Produksi Menuru Baroo (2002, p101), jadwal induk produksi (JIP) adalah rencana erulis yang menunjukkan apa dan berapa banyak seiap produk (barang jadi) yang akan dibua dalam seiap periode unuk beberapa periode yang akan daang. JIP menyajikan rencana produksi deail unuk seiap produk akhir. Proses penyusunan JIP unuk perusahaan yang make o sock akan berbeda dengan perusahaan yang make o order. Hal ini dikarenakan sumber informasi perminaan (kebuuhan) yang berbeda. Bagi perusahaan yang make o sock, informasi perminaan didapa dari hasil peramalan. Bagi perusahaan yang make o order, informasi perminaan diperoleh dari order-order (pesanan) yang dierima dari pelanggan. Conoh JIP pada abel 2.2

43 71 Tabel 2.2 Conoh Tabel Jadwal Induk Produksi Produk Spesifikasi Rencana Produksi (uni) unuk Bulan Januari Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 A B C Tipe VIP C Tipe biasa (Sumber: Baroo, 2002) Menuru Gaspersz (2005, pp ) pada dasarnya jadwal induk produksi (Maser Producion Schedulling = MPS) merupakan suau pernyaaan enang produk akhir (ermasuk pars penggani dan suku cadang) dari suau perusahaan indusri manufakur yang merencanakan memproduksi oupu berkaian dengan kuanias dan periode waku. Fungsi MPS adalah: 1. Menjadwalkan jumlah end iem yang akan diproduksi. 2. Memberikan inpu bagi MRP. 3. Sebagai dasar dari pembuaan perencanaan sumber daya. 4. Merupakan dasar unuk meneapkan janji pengiriman pada konsumen. Tujuan MPS adalah: 1. Memenuhi arge ingka pelayanan erhadap konsumen. 2. Efisiensi penggunaan sumber daya produksi. 3. Mencapai arge ingka produksi erenu. Lingkungan manufakur sanga menenukan proses penjadwalan MPS, lingkungan yang umum diperimbangkan keika akan mendesain MPS (Chapman, 2006, p78) adalah: Make To Sock

44 72 Biasanya akan dikirim secara langsung dari gudang produk akhir dan harus ada sok sebelum pesanan pelanggan iba. Produk akhir harus dibua dan diselesaikan erlebih dahulu sebelum menerima pesanan dari pelanggan. Make To Order Biasanya dikerjakan seelah menerima pesanan dari pelanggan. Seringkali komponen-komponen memiliki waku unggu yang panjang (long lead ime) direncanakan aau dibua lebih awal guna mengurangi waku unggu penyerahan kepada pelanggan. Assembly To Order Pada dasarnya seperi Make To Order, dimana semua komponen yang digunakan dalam assembly aau proses akhir direncanakan aau dibua lebih awal, kemudian disimpan dalam sock guna menganisipasi pesanan pelanggan. 2.9 Penjadwalan Berdasarkan pendapa Pinedo (2002, p1), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber daya unuk menampilkan sekumpulan ugas pada jangka waku yang elah dieapkan. Definisi ini dapa dijabarkan kedalam dua ari. Penjadwalan merupakan sebuah fungsi pengambilan kepuusan, yaiu dalam meneapkan jadwal yang paling epa. Penjadwalan merupakan sebuah eori yang berisi sekumpulan prinsip, model, eknik, dan konklusi logis dalam proses pengambilan kepuusan. Penjadwalan adalah pengauran waku dari suau kegiaan operasi. Penjadwalan mencakup kegiaan mengalokasikan fasilias, peralaan aaupun enaga kerja bagi suau

45 73 kegiaan operasi. Dalam hierarki pengambilan kepuusan, penjadwalan merupakan langkah erakhir sebelum dimulainya operasi. Teori penjadwalan berhubungan eruama dengan model-model maemaika yang berhubungan dengan proses penjadwalan (Baker, 2001, pp1-3) Tujuan Penjadwalan Menuru Render dan Heizer (2001, p467), erdapa implikasi sraegis dari penjadwalan yang sanga pening dan menunjang bagi perusahaan anara lain yaiu: 1. Dengan penjadwalan secara efekif, perusahaan menggunakan asenya dengan efekif dan menghasilkan kapasias keunungan yang dihasilkan menjadi lebih besar, yang sebaliknya akan mengurangi biaya. 2. Penjadwalan menambah kapasias dan fleksibilias yang erkai memberikan waku pengiriman yang lebih cepa dan dengan demikian pelayanan kepada pelanggan menjadi lebih baik. 3. Keunungan yang keiga dari penjadwalan yang baik adalah keunggulan kompeiif dengan pengiriman yang bisa diandalkan. Sedangkan menuru Bedworh dan Bailey (1987, p247), erdapa juga beberapa ujuan dari akivias penjadwalan adalah: Meningkakan penggunaan sumber daya aau mengurangi waku unggunya sehingga oal waku proses dapa berkurang dan produkivias dapa meningka.

46 74 Mengurangi persediaan barang seengah jadi aau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam anrian keika sumber daya yang ada masih mengerjakan ugas yang lain. Teori Baker mengaakan, jika aliran kerja konsan maka anrian yang mengurangi waku raa-raa waku alir akan mengurangi raa-raa persediaan barang seengah jadi. Mengurangi beberapa keerlambaan pada pekerjaan yang mempunyai baas waku penyelesaian sehingga akan meminimasi biaya keerlambaan. Membanu pengambilan kepuusan mengenai perencanaan kapasias pabrik dan jenis kapasias yang dibuuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapa dihindarkan Penjadwalan Krieria Proses Teknik penjadwalan yang benar erganung pada volume pesanan, ciri operasi, dan keseluruhan kompleksias pekerjaan, sekaligus peningnya empa pada masing-masing dari empa krieria (Render dan Heizer, 2001, p467). Empa krieria iu adalah: 1. Meminimalkan waku penyelesaian. Ini dinilai dengan menenukan raaraa waku penyelesaian. 2. Memaksimalkan uilias. Ini dinilai dengan menenukan persenase waku fasilias iu digunakan. 3. Meminimalkan persediaan barang dalam proses. Ini dinilai dengan menenukan raa-raa jumlah pekerjaan dalam sisem. Hubungan anara jumlah pekerjaan dalam sisem dan persediaan barang dalam proses

47 75 adalah inggi. Dengan demikian semakin kecil jumlah pekerjaan yang ada dalam sisem, maka akan semakin kecil persediaannya. 4. Meminimalkan waku unggu pelanggan. Ini dinilai dengan menenukan raa-raa jumlah keerlambaan. Empa krieria ini digunakan dalam indusri unuk mengevaluasi kinerja penjadwalan. Sebagai ambahan, pendekaan penjadwalan yang baik haruslah sederhana, jelas, mudah dimengeri, mudah dilaksanakan, fleksibel, dan realisik. Diberikan perimbangan ini, sasaran dari penjadwalan adalah unuk mengopimalkan penggunaan sumber daya sehingga ujuan produksi bisa ercapai Penjadwalan Produksi Menuru Russel dan Taylor (2000, p702), penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam sisem produksi, dengan akivias-akivias fungsi ersebu adalah sebagai beriku: 1. Loading (pembebanan) Berujuan unuk mengkompromikan anara kebuuhan yang dimina dengan kapasias yang ada (keersediaan dari bahan, mesin, aau enaga kerja). Pembebanan ini unuk menugaskan pekerjaan pada enaga kerja aau mesin. Masalah pembebanan pekerjaan pada mesin aau fasilias lain dapa dipecahkan dengan menggunakan meode penugasan (assignmen mehod) dalam pemrograman linear. 2. Sequencing (penenuan uruan)

48 76 Berujuan membua priorias pengerjaan dalam pemrosesan pesananpesanan yang masuk, dan memberikan perinah kerja pada mesin aau fasilias lainnya (dispaching). 3. Pengendalian kinerja penjadwalan Cara unuk mengendalikan kinerja penjadwalan adalah: Mengawasi perkembangan pencapaian pemenuhan order dalam semua vekor. Merancang ulang sequencing bila ada kesalahan aau ada priorias uama baru. 4. Updaing schedules Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang berbeda dari saa pembuaan jadwal, maka jadwal harus segera di-updae bila ada permasalahan baru yang memang perlu diakomodasi. Kompleksias akivias penjadwalan produksi ersebu dapa diangani secara sisemaik dengan berbagai macam meode-meode khusus unuk penjadwalan produksi. Tugas mengalokasikan kapasias unuk perminaan/ order, priorias job, dan pengendalian jadwal memerlukan informasi erperinci, sebagai inpu unuk membua kepuusan dalam penjadwalan. Informasi ini berupa operaion shee (skill dan peralaan yang diperlukan, waku sandar, dan lainlain) sera bill of maerial aau srukur produk (komponen, par dan bahan pembanu). Kualias penjadwalan yang dibua sanga dienukan oleh informasi ersebu.

49 77 Inpu ersebu harus dilengkapi dengan parameer-parameer pembaas dalam hal kapasias dalam berkenaan dengan hal-hal beriku 1. Teknologi pemrosesan (uruan akivias) 2. Limi kapasias (kapasias normal dan kemampuan maksimal) 3. Rencana agrega unuk: a. Persediaan b. Jumlah enaga kerja c. Baasan lembur, subkonrak, dan lain-lain 4. Kebuuhan pemeliharaan 5. Kelayakan dan jumlah persediaan anar ingka Variabel kepuusan dalam penjadwalan produksi berkenaan dengan penyiapan, pengendalian, dan updaing jadwal unuk: 1. Kuanias pasi dari enaga kerja yang digunakan harian. 2. Seing adjusable ingka produksi acual unuk overime dan underime. 3. Alokasi spesifik dari order aau perminaan ke sumber daya (enaga kerja, mesin, dan lain-lain). 4. Sequencing (uruan), ime phasing, dari pesanan sampai uni produksi Klasifikasi Penjadwalan Produksi Penjadwalan produksi dapa berbeda-beda diliha dari kondisi yang mendasarinya. Kusiak (1987, p359) menjelaskan beberapa model penjadwalan yang sering erjadi didalam proses produksi berdasarkan beberapa keadaan anara lain sebagai beriku: 1. Berdasarkan mesin yang dipergunakan dalam proses

50 78 a. Penjadwalan pada mesin unggal (single machine shop) b. Penjadwalan pada mesin jamak (m machine) 2. Berdasarkan pola kedaangan job a. Penjadwalan sais Job yang daang bersamaan, idak ada job yang daang di engahengah pada saa jadwal dilaksanakan. b. Penjadwalan dinamis Kedaangan job idak menenu. 3. Berdasarkan pola aliran proses a. Penjadwalan flow shop Proses produksi dengan aliran flow shop berari proses produksi dengan pola aliran idenik dari sau mesin ke mesin lain. Walaupun pada flow shop semua ugas akan mengalir pada jalur produksi yang sama, yang biasa dikenal sebagai pure flow shop, eapi dapa pula berbeda dalam dua hal. Perama jika flow shop dapa menangani ugas yang bervariasi. Kedua, jika ugas yang daang ke dalam flow shop idak harus dikerjakan pada semua jenis mesin. Jenis flow shop seperi ini disebu general flow shop. b. Penjadwalan job shop Proses produksi dengan aliran job shop berari proses produksi dengan pola aliran aau rue proses pada iap mesin yang spesifik unuk seiap pekerjaan, dan mungkin berbeda unuk iap job. Akiba aliran proses yang idak searah ini, maka seiap job yang akan diproses pada sau mesin dapa merupakan job yang baru

51 79 aau job dalam proses, dan job yang keluar dari suau mesin dapa merupakan job jadi aau job dalam proses. 4. Berdasarkan sifa informasi yang dierima a. Penjadwalan deerminisik Informasi yang diperoleh pasi, misalnya informasi enang pekerjaan dan mesin seperi waku kedaangan pekerjaan dan waku proses. b. Penjadwalan sokasik Diperoleh idak pasi eapi memiliki kecenderungan yang jelas aau menyangku adanya disribusi probabilias erenu Isilah dalam Penjadwalan Ada beberapa isilah dalam penjadwalan yang perlu dikeahui dianaranya adalah (Bedworh dan Bailey, 1987, pp ): 1. Waku proses (processing ime) adalah perkiraan waku yang dibuuhkan unuk menyelesaikan suau ugas. 2. Baas waku (due dae) adalah baas waku yang diberikan unuk menyelesaikan suau ugas. Apabila ugas ersebu idak dapa diselesaikan hingga baas waku ersebu maka penyelesaian ugas ersebu akan erlamba. 3. Renang waku (compleion ime) adalah waku dari mulai bekerja menyelesaikan ugas perama ( = 0) sampai dengan waku ugas ke-i selesai.

52 80 4. Keerlambaan (laeness) adalah selisih anara waku penyelesaian ugas dengan due dae-nya. Tugas akan memiliki keerlambaan posiif bila diselesaikan seelah due dae, dan memiliki keerlambaan negaif bila diselesaikan sebelum due dae. 5. Tardiness adalah besarnya keerlambaan dari job i. Tardiness adalah laeness yang berharga posiif. 6. Slack adalah suau ukuran dari perbedaan anara waku yang ersisa bagi suau ugas unuk diselesaikan (due dae) dengan waku proses yang dibuuhkan unuk menyelesaikannya (processing ime). 7. Flow ime adalah jangka waku dimana suau ugas mulai siap unuk diproses sampai dengan selesai diproses. 8. Make-span adalah oal waku yang dibuuhkan unuk menyelesaikan seluruh ugas, mulai dari ugas perama hingga ugas ke-i. 9. Criicial Raio adalah perbandingan anara waku yang masih ersisa hingga due dae dengan waku proses unuk ugas yang masih ersisa ersebu Pembebanan (Loading) Pembebanan berari penugasan pekerjaan unuk dilaksanakan aau pusa pengolahan/ pusa pemrosesan. Manajer operasi menugaskan pekerjaan unuk dilaksanakan sehingga biaya, waku menganggur aau waku penyelesaian harus dijaga agar eap minimum.

53 81 Pusa pembebanan pekerjaan erbagi menjadi dua benuk. Sau diorienasikan erhadap kapasias, yang kedua dikaikan ke penugasan ugas erenu ke pusa pekerjaan. Kia menyajikan dua pendekaan yang digunakan unuk membebankan yaiu Gan char dan meode penugasan linear (Render dan Heizer, 2001, p469). 1. Gan Char Gan char merupakan ala banu visual yang sanga berguna dalam pembebanan dan penjadwalan. Diagram ini membanu melukiskan penggunaan sumber daya, seperi pusa pekerjaan dan lembur. Pada saa digunakan dalam pembebanan, Gan char menunjukkan waku pembebanan dan waku menganggur dari beberapa deparemen seperi mesinmesin aau fasilias. Diagram ini menampilkan beban kerja relaif di dalam sisem sehingga para manajer bisa ahu penyesuaian seperi apa yang epa. Sebagai conoh, pada saa sau pusa pekerjaan kelebihan pusa kerja, karyawan dari pusa beban yang rendah bisa dipindahkan secara emporer unuk menambah jumlah karyawan. Aau jika pekerjaan yang sedang menunggu bisa diproses pada pusa pekerjaan yang berbeda, beberapa pekerjaan pada pusa beban inggi bisa dipindahkan ke yang rendah. Peralaan serba guna bisa juga dipindahkan di anara pusa-pusa iu. Diagram beban Gan memiliki baasan-baasan uama. Salah saunya, diagram ini idak bisa diandalkan unuk variabilias produksi seperi kerusakan yang idak diharapkan aau kesalahan manusia yang mensyarakan pekerjaan iu dilakukan lagi.

54 82 Diagram iu harus diperbaharui secara eraur unuk melakukan pekerjaan baru dan merevisi perkiraan waku. Diagram jadwal Gan digunakan unuk memonior kemajuan pekerjaan. Ini menunjukkan pekerjaan mana yang berada pada jadwal dan yang mana yang berada didepan aau dibelakang skedul/jadwal. Dalam benuk dasarnya Gan char menunjukan alokasi sumber berdasarkan waku, dengan sumber-sumber spesifik yang diunjukan sepanjang garis verikal dan skala waku yang diunjukan sepanjang garis horizonal, seperi di Gambar 2.5. Gambar 2.5 Gan char (Sumber: hp:// Sebuah diagram seperi pada gambar 2.5 membanu kia unuk memvisualkan elemen-elemen deail dari sebuah permasalahan penjadwalan karena sumber-sumber dan kegiaan-kegiaan diunjukan dengan jelas. Dengan sebuah Gan char kia dapa menganalisa hubungan-hubungan geomerik unuk mendapakan informasi enang fiur dari jadwal yang diberikan. Sebagai ambahan, kia dapa membahas diagram ersebu dan mengaur kegiaan-

55 83 kegiaan unuk mendapakan informasi pembanding mengenai penjadwalan lainnya. 2. Meode Penugasan Linear Meode penugasan melibakan penugasan suau pekerjaan aau sumber daya. Sebagai conoh adalah penugasan pekerjaan ke mesin, konrak kerja pada penawar, dan sebagainya. Tujuannya adalah unuk meminimalisasi oal biaya aau waku yang dimina unuk melakukan ugas yang sedang dijalankannya Penguruan (Sequencing) Penguruan pengerjaan merupakan problem yang cukup pening dalam analisis produksi. Problem yang dihadapi karena adanya banyaknya job dan keersediaan mesin yang erbaas. Job sequencing berujuan unuk mencapai krieria performance erenu yang opimal. Beberapa krieria yang sering dipakai dalam penguruan job anara lain sebagai beriku (Baroo, 2002, p170): 1. Mean flow ime (MFT) aau raa-raa waku job berada dalam mesin 2. Idle ime aau waku menganggur dari mesin 3. Mean laeness aau raa-raa keerlambaan 4. Mean number job in he sysem (WIP) aau raa-raa jumlah job dalam mesin 5. Make-span aau oal waku penyelesaian seluruh job Sedangkan fakor-fakor yang mempengaruhi pelayanan (pengerjaan) suau job dianaranya (Baroo, 2002, p170): 1. jumlah job yang harus dijadwalkan.

56 84 2. jumlah mesin yang ersedia. 3. ipe manufakur (flow shop aau job shop). 4. pola kedaangan job (saik aau dinamis) Algorima Campbell, Dudek, and Smih (CDS) Penguruan pekerjaan pada banyak mesin dan banyak ahapan dapa dilakukan dengan membua penjadwalan dengan meode aau algorima CDS. Meode Campbell, Dudek, and Smih ini merupakan meode heurisik yang paling pening unuk problem make-span. Selain iu Meode CDS ini memiliki kelebihan dalam dua hal yaiu: Pemakaian auran Johnson dalam sebuah cara heurisik Biasanya menghasilkan beberapa jadwal yang dapa dipilih sebagai yang erbaik Algorima CDS ini cocok unuk persoalan yang memiliki banyak ahapan (mulisage) yang memakai auran Johnson dan dierapkan pada masalah baru, * * yang diperoleh dari yang asli dengan waku proses I, 1 dan I, 2 Pada Tahap I * * I,1 = I, 1 * * dan I, 2 = I, m. erakhir (M-2). Pada Tahap II Rumus di aas adalah waku proses pada mesin perama (M-1) dan mesin * * I,2 = I, 1 * * * * + I, 2 dan I, 2 = I, m + I,m 1

57 85 Oleh karena iu, auran Johnson diaplikasikan pada jumlah dari dua mesin yang perama (firs-wo) dan dua mesin erakhir (las-wo) waku proses operasi ke i. * I,1 = i i, k k= 1 dan * I,2 = i i, m k + 1 k= 1 Di mana: * I,1 = Waku proses pada job ke i dengan menggunakan mesin perama * I,2 = Waku proses pada job ke i dengan menggunakan mesin erakhir I m K = (Job) produk yang diproses = Jumlah mesin = (Sage) ahapan Unuk iap ahapan k (k=1, 2,, m-1), job yang diperoleh dipakai unuk menghiung sebuah make-span unuk masalah yang sesungguhnya. Seelah ahap demi ahap (m-1) dilakukan, maka dapa dikeahui make-span erbaik di anara ahap (m-1). Langkah-langkah penjadwalan produksi dengan meode Campbell, Dudek, and Smih adalah sebagai beriku: 1. Menyusun marik n x m dari ij di mana n = jumlah job, m= jumlah mesin dan ik= waku pengerjaan job i pada mesin ke j. 2. Menenukan jumlah uruan (p) unuk n job 2 mesin, di mana p m-1 3. Memulai penjadwalan dengan ahap 1(k=1) * * 4. Menghiung I, 1 (M-1) dan I, 1 (M-2)

58 86 Di mana: M k 1 = i, j M 2 = j= 1 m i, j j= m, k Dengan banuan algorima Johnson, n job wo mesin, maka dapa dienukan uruan job. 6. Jika k p, maka penghiungan kembali pada langkap keiga dengan (k+1). Jika k = p maka perhiungan selesai. 7. Menghiung make-span (oal waku pengerjaan produk erpanjang yang berada dalam suau sisem). 8. Memilih uruan penjadwalan yang memiliki make-span erkecil Campbell, Dudek, and Smih mencoba algorima mereka dan menguji performancenya pada beberapa masalah. Mereka menemukan bahwa algorima Campbell, Dudek, and Smih efekif unuk masalah kecil maupun masalah besar.

59 Kerangka Berpikir Peneliian Gambar 2.6 Kerangka Berpikir Peneliian (Sumber: Rancangan Penulis)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Tinjauan Pusaka 2.. Peramalan 2... Pengerian Peramalan Peramalan adalah suau langkah kerja dalam perencanaan unuk mengeahui aau memperkirakan sesuau yang akan erjadi di masa yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan Menuru Reinder dan Heizer (1997, p314) persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari oal modal yang diinvesasikan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi menurut institute of industrial and system (IIE) : dan metode-metode analisa teknik untuk memprediksi dan mengevaluasi BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Indusri Definisi menuru insiue of indusrial and sysem (IIE) : Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkaian kegiaan yang membua barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiaan membua barang dan jasa erjadi di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suau kegiaan dalam memperkirakan aau kegiaan ang melipui pembuaan perencanaan di masa ang akan daang dengan menggunakan daa masa lalu dan daa masa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam perencanaan suau proses produksi dapa menggunakan meode perencanaan aggrega. Yaiu proses perencanaan suau sisem produksi mencakup beberapa aspek-aspek yang erliba dalam kegiaan

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1 FORECASTING & ARIMA Dwi Marani /26/200 Saisik unuk Bisnis 9 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suau dere berkala merupakan suau himpunan observasi dimana variabel yang digunakan diukur dalam uruan periode waku,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

BAB IX TEKNIK PERAMALAN

BAB IX TEKNIK PERAMALAN Peramalan 93 BAB IX TEKNIK PERAMALAN Kepuusan persediaan yang dihasilkan dari pembelian cenderung bersifa jangka pendek dan hanya unuk produk yang khas. Peramalan yang mengarah pada kepuusan ini harus

Lebih terperinci