BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Dalam perencanaan suau proses produksi dapa menggunakan meode perencanaan aggrega. Yaiu proses perencanaan suau sisem produksi mencakup beberapa aspek-aspek yang erliba dalam kegiaan produksi ersebu. Aspek aspek ersebu diunjukkan oleh bagan beriku : Operasional - Kapasias yang ersedia saa ini. - Perencanaan kapasias unuk masa depan - Kapasias enaga kerja - Jumlah saff yang ersedia saa ini Markeing/Pemasaran - Kebuuhan pelanggan - Peramalan perminaan - Budaya persaingan Maerial/bahan baku - Kemampuan suplier - Kapasias persediaan - Keersediaan maerial /bahan baku Perencanaan Aggrega Finansial - Daa biaya - Kondisi finansial perusahaan Engineering - Produk baru - Perubahan rancangan produk - Sandar proses Personalia - Kondisi keenagakerjaan - Kapasias pelaihan Gambar 2.1 Perencanaan Aggrega

2 Peramalan Peramalan adalah suau proses dalam memprediksi aau memperkirakan apa yang akan erjadi dimasa yang akan daing (Sofjan Assauri, 1984:1). Kegiaan peramalan pada suau bisnis anara lain: peramalan penjualan produk yang sedang berjalan, peramalan pola perminaan pelanggan unuk produk baru, peramalan kebuuhan dan keersediaan bahan baku, peramalan perkembangan keahlian pekerja, peramalan nilai ukar maa uang, peramalan kebuuhan kapasias dan peramalan perkembangan poliik yang bisa mempengaruhi bisnis ersebu. Pada umumnya, bagian yang sering menggunakan meode peramalan dalam pekerjaannya adalah bagian pemasaran (markeing) dan produksi. Bagian pemasaran biasanya membua peramalan penjualan unuk produk yang sudah ada dan produk baru yang akan dikembangkan. Dari peramalan yang dibua oleh bagian markeing maka bagian produksi akan membua peramalan produksi unuk memenuhi perminaan dari bagian pemasaran ersebu. Peramalan dibagi 3 berdasarkan waku menjadi : 1. Peramalan jangka pendek. Yaiu peramalan unuk per hari sampai per minggu. Biasanya digunakan dalam peramalan kebuuhan persediaan sera peramalan kebuuhan sumber daya yang biasanya dirumuskan berdasarkan maerial requiremens planning. 2. Peramalan jangka menengah. Yaiu peramalan unuk per minggu sampai per bulan. Biasanya digunakan dalam peramalan pola penjualan produk yang sejenis, peramalan kebuuhan

3 9 dan keersediaan pekerja dan peramalan kebuuhan sumber daya pada manajemen operasional. 3. Peramalan jangka panjang. Yaiu peramalan secara oal mengenai sraegi suau perusahaan. Peramalan yang ermasuk pada kelompok ini anara lain : peramalan jangka panjang unuk kebuuhan kapasias unuk menganisipasi kenaikan perminaan dimasa yang akan daang Fakor-Fakor Perimbangan Dalam Peramalan Kuaniaif Pada dasarnya meode peramalan kuaniaif ini dapa dibedakan aas: 1) Meode peramalan yang didasarkan aas penggunaan analisis pola hubungan anara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waku, yang merupakan dere waku, aau ime series. 2) Meode peramalan yang didasarkan aas penggunaan analisis pola hubungan anara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel yang lain yang mempengaruhinya, yang bukan waku, yang disebu meode korelasi aau sebab akiba causal mehods (Sofjan Assauri,1984:9). Peramalan kuaniaif hanya dapa digunakan apabila erdapa iga kondisi sebagai beriku: 1. Adanya informasi enang keadaan yang lain. 2. Informasi ersebu dapa dikuanifikasikan dalam benuk daa.

4 10 3. Dapa diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjuan pada masa yang akan daang (Sofjan Assauri,1984:5) Ada empa jenis pola daa, anara lain: 1. Pola horizonal aau saionary, bila nilai-nilai dari daa observasi berflukuasi disekiar nilai konsan raa-raa. Dengan demikian dapa dikaakan pola ini sebagai saionary pada raa-raa hiungnya (means ). 2. Pola seasonal aau musiman, bila suau dere waku dipengaruhi oleh fakor musim (seperi kuaralan, bulanan, mingguan dan harian). 3. Pola cyclical aau siklus bila daa observasi dipengaruhi oleh flukuasi ekonomi jangka panjang yang berkaian aau bergabung dengan siklus usaha (business cycle). 4. Pola rend bila ada perambahan aau kenaikan aau penurunan dari daa obserfasi unuk jangka panjang. Pola ini erliaha pada penjualan produk dari banyak perusahaan. Pendapaan Domesik Nasional Bruo (GDP/GNP) dan indikaor ekonomi (Sofjan Assauri,1984:5) Langkah-langkah dasar sisem peramalan. 1. Meneapkan ujuan peramalan 2. Memilih unsur apa yang akan diramalkan 3. Menenukan horizon waku peramalan (jangka pendek, menengah aau jangka panjang) 4. Memilih ipe model peramalan

5 11 5. Mengumpulkan daa yang diperlukan unuk melakukan peramalan. 6. Membua peramalan 7. memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan Tabel 2.1 Teknik Pemilihan Meode Peramalan Mehod Paern of Daa Time Horizon Type of Model Minimal Daa Non Seasonal Seasonal Naïve ST, T, S S TS 1 Simple Averages ST S TS 30 Moving Averages ST S TS 4-20 Exponenial Smoohing ST S TS 2 Linear Exponenial Smoohing T S TS 3 Quadraic Exponenial Smoohing T S TS 4 Seasonal Exponenial Smoohing S S TS 2*L Adapive Filering S S TS 2*L Simple Regression T I C 10 Muliple Regression C, S I C 10*v Classical Decomposiion S S TS 5*L Exponenial Trend Models T I, L TS 10 S-Curve Fiing T I, L TS 10 Comperz Models T I, L TS 10 Growh Curves T I, L TS 10 Census II S S TS 6*L Box-Jenkins ST, T, C, S S TS 24 3*L Leading Indicaor C, S S C 24 Economic Model C, S S C 30 Time Series Muliple Regression T, S I, L C 6*L Paern of Daa Time Horizon Type of Model Seasonal : ST = Saionery, T = Trend, S = Seasonal, C = Cyclical : S =Shor Term (Less han 3 Monhs), I = Inermediae, : TS = Time Series, C = Causal : L Lengh of Seasonaliy Sumber : Business Forecasing

6 Model Peramalan Moving Averages Meode moving averages diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai raaraa dari sejumlah periode erenu, seiap kali menghilangkan nilai erlama dan menambah nilai baru. Y Y + Y 1 + Y 2 + Y n 1 = (2-1) n ˆ Keerangan: Y ˆ +1 = Nilai peramalan pada periode berikunya Yˆ = Nilai akual perinaan periode sebelumnya n = Periode dalam raa-raa bergerak Dengan ambahan bahwa sau nilai Y digani seiap periode. Perhiungan raa-raa dilakukan dengan bergerak ke depan unuk memperkirakan periode yang akan daang dan dicaa dalam posisi erpusa pada raa-raanya. Moving Averages secara efekif meraakan dan menghaluskan flukuasi pola daa yang ada. Tenu saja semakin panjang periodenya, semakin raa kurvanya. Kebaikan lainnya adalah bahwa meode Moving Averages dapa dierapkan pada daa apapun juga, apakah daa sesuai dengan kurva maemaik aau pun idak. Kelemahan meode ini adalah idak mempunyai persamaan unuk peramalan. Sebagai ganinya digunakan raa-raa bergerak erahir sebagai ramalan periode berikunya. (T. Hani Handoko, 1984:276).

7 Model Peramalan Weighed Moving Averages Pada saa ada rend aau pola yang erdeeksi. Maka meode peramalan Weighed moving average bisa dierapkan. Yaiu dengan cara pemberian bobo unuk menempakan penekanan yang lebih pada nilai erkini. Meode ini membua peramalan lebih anggap erhadap perubahan karena periode yang lebih deka mendapakan pemboboan yang lebih bera. Pemilihan bobo merupakan hal yang idak pasi karena idak ada rumus unuk meneapkan bobo ersebu. Oleh karena iu, pemuusan bobo yang mana yang digunakan, membuuhkan pengalaman. Sebagai conoh jika bulan aau periode erakhir diberi bobo yang erlalu bera, peramalan dapa menggambarkan perubahan yang erlalu cepa yang idak biasa pada perminaan aau penjualan. Weighed moving average (Raa-raa bergerak) dengan pemboboan dapa digambarkan secara maemais beriku : Weighed moving average = ( Bobo pada periode n)( Permiaan pada periode n) Bobo (2-2) Model Peramalan Single Eksponenial Smoohing Penghalusan eksponensial (Eksponenial Smooing) merupakan meode peramalan raa-raa bergerak dengan pemboboan yang cangih, namun masih mudah digunakan. Meode ini menggunakan sanga sediki pencaaan masa lalu. Rumus Exponenial smoohing dapa diunjukkan sebagai beriku :

8 14 Peramalan baru = Peramalan periode lalu + α (Perminaan akual periode lalu Peramalan periode lalu) Dimana α adalah sebuah bobo aau konsana penghalusan (smoohing consan), yang dipilih oleh pembua peramalan yang mempunyai nilai anara 0 dan 1. Persamaan ersebu dapa juga diulis secara maemais sebagai beriku : Yˆ Yˆ + α ( Y Yˆ ) (2-3) = Keerangan : Ŷ = Peramalan Pada Periode Ŷ -1 = Peramalan Pada Periode -1 α = Konsana Pemulusan Y -1 = Daa Perminaan Akual pada Periode Model Eksponenial Smoohing adjused wih Trend Hols Mehod Meode peramalan ini digunakan unuk peramalan pola daa kecendrungan (rend) dengan mengunkan dua parameer. Pada meode Brown pemulusan hanya menggunakan sau parameer sehingga perkiraan nilai pemulusan sanga sensiif erhadap pengaruh acak (John E. Hanke, 1982). Persamaan yang digunakan unuk meode ini adalah sebagai beriku :

9 15 Peramalan dengan Trend (FIT ) = Peramalan Pemulusan eksponensial ( Yˆ ) 1. Peramalan Pemulusan Eksponensial + Trend Pemulusan eksponensial ( T ) Yˆ α Y + (1 α)( Yˆ T ) (2-4) = Perkiraan kecenderungan (rend) T β ˆ ˆ (2-5) = ( Y Y 1 ) + (1 β ) T 1 3. Peramalan pada periode adalah sebagai beriku : Dimana : FIT = Yˆ + T ) (2-6) Yˆ = Nilai pemulusan baru α = Konsana Pemulusan (0<α,1) Y = Nilai peramalan acual pada periode β = Konsana pemulusan rend (0< β <1 T = Nilai perkiraan rend FIT = Nilai peramalan dengan rend Persamaan yang perama hampir sama dengan meode pemulusan eksponensial unggal, eapi kemudian diambah dengan nilai perkiraan rend ( T ). Nilai rend ersebu diperoleh dari selisih anara nilai pemulusan ( Y ˆ Y ˆ 1). Konsana pemulusan kedua β digunakan unuk perkiraan nilai rend yaiu dengan mengalikan

10 16 nilai ( Y ˆ Y ˆ 1) dengan nilai β kemudian diambah dengan perkalian ( 1 β ). Perkiraan nilai rend adalah pemulusan unuk nilai rend bukan pemulusan erhadap akual daa Model Peramalan Linear Regression Model analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai peramalan apabila pola hioris daa acual perminaan menunjukan adanya suau kecenderungan naik dari waku ke waku. Model analisis garis kecenderungan yang paling sederhana adalah menggunakan persamaan garis lurus (sraigh line equaion), sebagai beriku: 1. Perhiungan slope b ( Y ) n( bar)( Y = 2 2 n( bar) bar) (2-7) 2. Perhiungan inersep a = ( Y bar) b( bar) (2-8) 3. Nilai ramalan ramalan perminaan periode Yˆ = a + b (2-9) Keerangan: Yˆ a b = Nilai ramalan pada periode = inersep = Slope dari garis kecenderunga (rend line), merupakan ingka perubahan dalam perminaan

11 17 n -bar Y = Indeks waku = Banyaknya periode = nilai raa-raa dari = Variable perminaan (daa akual) Y bar = Nilai raa-raa perminaan per periode waku Model peramalan Hol-Winers Addiive Algorihm Meode ini digunakan unuk pola daa musiman (seasonal). Meode ini merupakan lanjuan dari meode Hol dua parameer. Perbedaannya hanya pada penambahan sau parameer unuk nilai musiman (seasonaliy). Nilai musiman ini diperoleh dari perkalian anara seasonal indeks (Y /A ) dengan konsana musiman γ kemudian diambahkan dengan perkalian nilai musiman sebelumnya (S -L ) dengan (1-γ). Persamaan yang digunakan adalah sebagai beriku: 1. Pemulusan eksponenial A Y α + ( 1 α)( A 1 + T 1 ) (2-10) S = L 2. Perkiraan kecenderungan T β A A T (2-11) = ( 1 ) + (1 β ) 1 3. Perkiraan nilai musiman S Y γ S (2-12) 4 = + (1 γ ) A L

12 18 4. Peramalan pada perioda 5 adalah sebagai beriku: ˆ (2-13) Y + p = ( A + pt ) S L+ p Keerangan : A = Nilai Pemulusan baru α = Konsana pemulusan (0<α<1) Y = Nilai Peramalan Akual pada periode β = Konsana pemulusan rend (0<β<1) T 1 = Nilai perkiraan rend γ = Konsana pemulusan seasonal S = Nilai seasonal perkiraan p L = periode peramalan = Panjang Musiman ˆ = Nilai peramalan pada periode berikunya Y + p Sau masalah dalam meode Winers adalah menenukan nilai-nilai unuk α,β, dan γ ersebu yang akan meminimumkan MSE aau MAPE. Pendekaan unuk menenukan nilai ini biasanya secara coba dan salah (rial & eror), walaupun mungkin juga digunakan alogarima opimasi non-linear unuk mendapakan nilai parameer opimal. Karena ke dua pendekaan ersebu memakan banyak waku dan mahal,

13 19 maka meode ini jarang digunakan. Meode ini dipakai jika banyak himpunan daa yang harus diangani Analisis Kesalahan Peramalan Secara umum perhiungan kesalahan dapa dijabarkan sebagai beriku : e = Y Yˆ (2-14) dimana : e Y = Kesalahan pada periode ke- = Nilai sesungguhya pada periode ke- Yˆ = Nilai hasil peramalan pada periode ke- Beberapa alernaif analisis kesalahan peramalan yang digunakan adalah: 1) Mean Squared Eror (MSE) : 2) Mean Absolue Percenage Error (MAPE) 3) Mean Absolue deviaion (MAD) Keerangan: Nilai Tengah Kesalahan Kuadra (Mean Squared Error) n ( Y Yˆ ) = MSE = 1 n (2-15)

14 20 Nilai Tengah Kesalahan Persenase Absolu (Mean Absolue Percenage Error) MAPE n = = 1 Y Yˆ Y n (2-16) Simpangan baku kesalahan absolu (Mean Absolue Deviaion) Y Yˆ = MAPE = 1 n n (2-17) Dua ukuran ersebu, merupakan ala evaluasi eknik-eknik peramalan unuk berbagai macam parameer. Semakin rendah nilai MAPE dan MSE, peramalan semakin baik (mendekai daa masa lalu). Teapi nilai errendah (kecuali nol) idak memberikan indikasi seberapa baik meode peramalan yang digunakan dibandingkan dengan meode lainnya (Hendra Kusuma, 199:38) Verifikasi dan Pengendalian Peramalan Langkah pening seelah peramalan adalah verifikasi peramalan sedemikian rupa sehingga dapa mencerminkan daa masa lalu dan sisem sebab-akiba yang mendasari perminaan iu. Jika proses verifikasi diemukan keraguan aas validias peramalan maka harus dicari meode yang lebih cocok. Validias harus dienukan dengan uji saisika yang sesuai. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan perminaan akual secara eraur. Pada suau saa harus diambil indakan revisi erhadap peramalan ersebu apabila diemukan buki yang meyakinkan adanya

15 21 perubahan pola perminaan. Selain iu penyebab perubahan pola perminaan pun harus dikeahui. Penyesuaian meode peramalan dilakukan segera perubahan pola perminaan dikeahui (Hendra Kusuma, 1999:40). Terdapa banyak cara yang digunakan unuk memverifikasi peramalan dan mendeeksi perubahan sisem sebab akiba yang melaar belakangi perubahan pola perminaan. Teapi benuk yang paling sederhana diusulkan oleh Bigel adalah pea kendali peramalan, mirip pea kendali kualias. Tracking signal adalah suau ukuran bagaimana baiknya suau ramalan memperkirakan nilai-nilai akual. Tracking signal dihiung sebagai running sum of he forcas errors (RSFE) dibagi dengan mean absolu deviaion (MAD), sebagai beriku: Tracking Signal = RSFE MAD MAD = = (acual demand in period i forecas demand in period i) MAD ( absolu dari forecas eror) (2-18) MAD Tracking signal yang posiif yang menunjukkan bahwa nilai akual perminaan lebih besar dari peramalan, sedangkan racking signal yang negaif berari nilai akual perminaan lebih kecil dari pada ramalan. Suau racking signal disebu baik apabila memiliki RSFE yang rendah, dan mempunyai posiife eror yang sama banyak aau seimbang dengan negaife eror, sehingga pusa dari racking signal mendekai nol.

16 22 Apabila racking signal elah dihiung kia dapa membangun pea konrol signal sebagaimana halnya dengan pea-pea konrol dalam pengendalin proses saisical (saisical proses conrol = SPC) yang memiliki baas konrol aas (upper conrol limi) dan baas conrol bawah (lower conrol limi). Beberapa ahli dalam sisem peramalan seperi George Plossl dan Oliver Wigh, dua pakar Producion Planning and Invenory Conrol, menyarankan unuk menngunakan racking signal maksimum ±4, sebagai baas-baas pengendalian unuk racking signal. Dengan demikian apabila racking signal elah berada diluar baasbaas pengendalian, model peramalan perlu diinjau kembali, karena akurasi peramalan idak adapa dierima (Vincen Gaspersz, 2002:81). 2.2 Perencanaan Kapasias Kapasias adalah hasil produksi (hroughpu), aau jumlah uni yang dapa diahan, dierima, disimpan, aau diproduksi oleh suau fasilias dalam periode waku erenu. Kapasias mempengaruhi sebagian besar biaya eap. Kapasias juga menenukan apakah perminaan dapa dipenuhi, aau apakah fasilias yang ada akan berlebih. Apabila fasilias erlalu besar, sebagian fasilias akan menganggur dan akan erdapa biaya ambahan yang dibebankan pada produksi yang ada aau pelanggan. Jika fasilias yang ada erlalu kecil, pelanggan dan bahkan pasar secara keseluruhan akan hilang. Oleh karena iu, peneapan ukuran fasilias, dengan ujuan pencapaian ingka uilias inggi dan ingka pengembalian invesasi yang inggi sanga menenukan.

17 23 Table 2.2 Jenis perencanaan kapasias berdasarkan horizon waku Perencanaan jangka Panjang Perencanaan jangka Menengah Perencanaan jangka Pendek : Menambah Fasilias : Menambah peralaan yang memiliki lead ime panjang : Subkonrak : Menambah peralaan : Menambah shif Mengubah kapasias : Menambah karyawan : Membua aau menggunakan persediaan : Penjadwalan ugas : Penjadwalan karyawan : Pengalokasian mesin Menggunakan kapasias Kepuusan perencanaan kapasias Dalam memuuskan suau perencanaan kapasias, harusnya melibakan beberapa akivias beriku : 1. Penilaian erhadap kapasias yang ada 2. Peramalan/esimasi kapasias yang akan dibuuhkan pada masa yang akan daang 3. Idenifikasi alernaif-alernaif unuk merubah kapasias 4. Evaluasi finansial, ekonomi dan eknologi unuk seiap alernaif 5. Penenuan alernaif unuk perubahan kapasias.

18 Kapasias desain dan kapasias efekif Kapasias desain adalah oupu maksimum sisem secara eoriis dalam suau periode waku erenu. Pengukuran kinerja kapasias desain yaiu dengan uilisasi. Uilisasi adalah persenase kapasias desain yang sesungguhnya elah dicapai. Kapasias efekif adalah kapasias yang diharapkan dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keerbaasan operasi yang ada. Pengukuran kinerja kapasias efekif yaiu dengan efisiensi. Efisiensi adalah persenase kapasias efekif yang sesungguhnya elah dicapai. 2.3 Maser Producion Schedule Maser Producion Schedule merupakan induk dari semua perencanaan dalam proses perencanaan dan pengendalian produksi. Pada MPS erdapa rencana produksi dari seiap proses produksi dari masing-masing par dan sub par. MPS merupakan suau media unuk membua kesepakaan anara bagian pemasaran dan bagian produksi. MPS pada dasarnya berkaian dengan akivias melakukan empa fungsi uama beriku : 1. Menyediakan aau memberikan inpu uama kepada sisem perencanaan kebuuhan maerial dan kapasias. 2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (Producion and Purchase Order) unuk iem-iem MPS. 3. Memberikan acuan unuk penenuan sumber daya dan kapasias.

19 25 4. Memberikan dasar penjaminan keepaan pengiriman produk ke konsumen baik dari segi jumlah maupun keepaan waku pengiriman. Sebagai suau akivias proses, MPS membuuhkan lima inpu uama seperi yang diunjukkan pada Gambar 2.2. Rough Cu Capaciy Planning (RCCP) INPUT : 1. Daa perminaan 2. Saus Persediaan 3. Rencana Produksi 4. Daa Perencanaan 5. Informasi RCCP PROSES : Penjadwalan Produksi Induk OUTPUT : Jadwal Produksi Induk (MPS) Gambar 2.2 Proses MPS Sumber : Producion Planning and Invenory Conrol Lima Inpu uama MPS : 1. Daa perminaan (Demand) oal merupakan salah sau sumber daa bagi proses MPS. Daa demand oal berkaian dengan peramalan penjualan (sales forecas) dan perminaan pembelian.

20 26 2. Saus invenori berkaian dengan informasi enang on-hand invenory, sok yang dialokasikan unuk penggunaan erenu (allocaed sock), jumlah produk yang akan diproduksi dan perminaan pembelian (released producion and purchase orders), dan firm planned orders. MPS harus mengeahui secara akura berapa banyak invenori yang ersedia dan menenukan berapa banyak yang harus diorder. 3. Rencana produksi memberikan beberapa baasan pada MPS. MPS harus menjumlahkannya unuk menenukan ingka produksi, invenori dan sumber daya lain dalam rencana produksi. 4. Daa perencanaan berkaian dengan auran enang lo-sizing yang harus digunakan, shrinkage facor, safey sock sera waku unggu (lead ime) dari seiap par. 5. Informasi dari Rough Cu Capaciy Planning (RCCP) berupa kebuuhan kapasias unuk mengimplemenasikan MPS.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan 2.1.1. Fakor-Fakor Perimbangan Dalam Peramalan Kuaniaif Menuru Sofjan Assauri, Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sisem Indusri Manufakur Dr. William Edward Deming, seorang guru manajemen kualias dari Amerika Serika, pada bulan Agusus 1950 dalam suau konferensi dengan manajemen puncak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series

Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING. Peramalan Data Time Series Minggu 4 RATA-RATA BERGERAK DAN EXPONENTIAL SMOOTHING Bab ini memperkenalkan model berlaku unuk daa ime series dengan musiman, ren, aau keduana komponen musiman dan ren dan daa sasioner. Meode peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah hal pening yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan manufakur. Perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1

FORECASTING & ARIMA. Dwi Martani. 1/26/2010 Statistik untuk Bisnis 9 1 FORECASTING & ARIMA Dwi Marani /26/200 Saisik unuk Bisnis 9 DERET BERKALA (TIME SERIES) Suau dere berkala merupakan suau himpunan observasi dimana variabel yang digunakan diukur dalam uruan periode waku,

Lebih terperinci

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Persediaan Menuru Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan unuk kelangsungan suau proses produksi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING ADDITIVE UNTUK PREDIKSI PENJUALAN ALAT TULIS KANTOR (ATK) PADA X STATIONERY

IMPLEMENTASI METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING ADDITIVE UNTUK PREDIKSI PENJUALAN ALAT TULIS KANTOR (ATK) PADA X STATIONERY IMPLEMENTASI METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING ADDITIVE UNTUK PREDIKSI PENJUALAN ALAT TULIS KANTOR (ATK) PADA X STATIONERY Ruli Uami 1, Suryo Amojo 2 1, Universias Wijaya Pura 2 e-mail: ruli.uami@ias.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan salah sau asse ermahal bagi banyak perusahaan, dan berjumlah sekiar 50 persen dari oal modal yang dianamkan (Render dan Heizer, 2005, p60). Menuru

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan Menuru Reinder dan Heizer (1997, p314) persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari oal modal yang diinvesasikan.

Lebih terperinci

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA Lies Sunarminyasui 1, Salman Alfarisi 2, Firia Sari Hasanusi 3 1,2,3 Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Tinjauan Pusaka 2.. Peramalan 2... Pengerian Peramalan Peramalan adalah suau langkah kerja dalam perencanaan unuk mengeahui aau memperkirakan sesuau yang akan erjadi di masa yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi BAB 2 LANDASAN EORI 2.1. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi adalah pernyaaan rencana produksi ke dalam beuk agrega. Perencanaan produksi ini merupakan ala komunikasi anara manajemen eras (op managemen)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PERAMALAN HARGA EMAS DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PERAMALAN HARGA EMAS DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PERAMALAN HARGA EMAS DENGAN METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL WINTER Moh Afwan 1) S1 / Jurusan Sisem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Kompuer & Teknik Kompuer Surabaya, email

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PRODUK KERIPIK PISANG KEMASAN BUNGKUS (Studi Kasus : Home Industry Arwana Food Tembilahan)

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PRODUK KERIPIK PISANG KEMASAN BUNGKUS (Studi Kasus : Home Industry Arwana Food Tembilahan) ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN PRODUK KERIPIK PISANG KEMASAN BUNGKUS (Sudi Kasus : Home Indusry Arwana Food Tembilahan) Sii Wardah *), Iskandar Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer, Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

Exponential smoothing

Exponential smoothing Exponenial smoohing This is a widely used forecasing echnique in reailing, even hough i has no proven o be especially accurae, www,cl,asae,edu/crbrown/smoohing07,pp 1 Exponenial Smoohing n Period Moving

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkaian kegiaan yang membua barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Kegiaan membua barang dan jasa erjadi di

Lebih terperinci

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG ITEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOTHING UNTUK TOK BAHAN PARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG 1 Muhammad Iqbal (1110651220) 2 Bagus eya R,.Kom M.Kom, 3 Heny Wahyu,.Kom Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Rahma Rei Sakura, S.T., M.T. NIP MANAJEMEN OPERASIONAL PRODUKSI

Rahma Rei Sakura, S.T., M.T. NIP MANAJEMEN OPERASIONAL PRODUKSI Rahma Rei Sakura, S.T., M.T. NIP. 153112 1 MANAJEMEN OPERASIONAL PRODUKSI - 16027304 Pola Daa Musiman (Tanpa Trend) MANAJEMEN OPERASIONAL PRODUKSI - 16027304 2 1 Teknik Moving Average dan Exponenial Smoohing,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan 3.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan kemampuan dan keerampilan unuk memperkirakan kejadian-kejadian di masa akan daang (Heizer, 1991, p138). Menuru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sisem Produksi Produksi dalam pengerian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan unuk menghasilkan produk aau jasa. Sisem produksi merupakan kumpulan dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uru-uruan operasi dam pemeriksaan. Sejak

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN GREEN TEA PE PT HPS DENGAN METODE TIME SERIES

PERAMALAN PERMINTAAN GREEN TEA PE PT HPS DENGAN METODE TIME SERIES PERAMALAN PERMINTAAN GREEN TEA PE PT HPS DENGAN METODE TIME SERIES SKRIPSI Diajukan unuk Memenuhi Syara Tugas Akhir Program Sraa Sau (S1) Teknik Indusri Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM : 41605110059 JURUSAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Pemulusan Eksponensial dengan Metode Holt Winter Additive Damped

Pemulusan Eksponensial dengan Metode Holt Winter Additive Damped Pemulusan Eksponensial dengan Meode Hol Winer Addiive Damped Hurul in 1),Dr. Erna Tri Herdiani, M.Si 2), Andi Kresna Jaya, S.Si., M.Si 3) Program Sudi Saisika Jurusan Maemaika FMIPA Unhas Jln. Perinis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 27 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sraegi Sisem Perencanaan dan Pengendalian Manufakuring Pada dasarnya manajemen indusri dapa memilih sau aau lebih aau mengkombinasikan pilihannya dari enam sraegi perencanaan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci