BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan salah sau asse ermahal bagi banyak perusahaan, dan berjumlah sekiar 50 persen dari oal modal yang dianamkan (Render dan Heizer, 2005, p60). Menuru Handoko (2000, p333) persediaan adalah suau isilah umum yang menunjukkan segala sesuau aau sumber daya organisasi yang disimpan dalam anisipasinya enang pemenuhan perminaan. Jenis persediaan yang sering disebu dengan isilah persediaan keluaran produk (produc oupu) melipui persediaan bahan menah, barang dalam proses, barang jadi aau produk akhir, bahan-bahan pembanu aau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi keluaran produk perusahaan. Persediaan dapa melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilias operasi perusahaan. Empa fungsi persediaan adalah (Render dan Heizer, 2005, p60) : 1. Unuk men- decouple" aau memisahkan beragam bagian proses produksi. Sebagai conoh, jika pasokan sebuah perusahaan berflukuasi, maka mungkin diperlukan persedia ambahan unuk mendecouple proses produksi dari para pemasok. 2. Unuk men-decouple perusahaan dari flukuasi perminaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan 6

2 7 bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya erjadi pada perdagangan eceran. 3. Unuk mengambil keunungan diskon kuanias, sebab pembelian dalam, jumlah lebih besar dapa mengurangi biaya produksi aau pengiriman barang. 4. Unuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga. 2.2 Peramalan Peramalan aau forecasing adalah suau kegiaan unuk memperkirakan apa yang eradi pada masa yang akan daing. Keepaan secara mulak dalam memprediksi perisiwa dan ingka kegiaan yang akan daang adalah idak mungkn dicapai, oleh karena iu keika perusahaan idak dapa meliha kejadian yang akan daang secara pasi, diperlukan waku dan enaga yang besar agar mereka dapa memiliki kekuaan erhadap kejadian yang akan daang. Suau perusahaan melakukan kegiaan unuk mencapai sesuau pada waku yang akan daang sera memperhiungkan kondisi yang mungkin erjadi di masa yang akan daang. Kondisi pada waku yang akan daang idaklah dapa diperkirakan secara pasi, sehingga perusahaan mau idak mau harus bekerja dengan orienasi pada waku yang akan daang yang idak pasi. Unuk meminimalkan keidakpasian iu dapa dilakukan dengan meode aau eknik peramalan. Dengan eknik peramalan dapa diidenifikasikan pola yang dapa digunakan unuk meramalkan kondisi pada waku yang akan daang, sehingga dari hasil peramalan iu, eksekuif perusahaan dapa membua perencanaan yang diperlukan unuk dilaksanakan pada masa yang akan daang.

3 8 Peramalan adalah suau perkiraan ingka perminaan yang diharapkan unuk suau produk aau beberapa produk dalam periode waku erenu di masa yang akan daang. Tujuan dari peramalan adalah unuk mengeahui jumlah perminaan produk pada masa yang akan daang, sehingga manajemen perusahaan dapa memperkirakan kebuuhan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi di masa yang akan daang agar idak sampai erjadi kekurangan bahan baku. Unuk membua peramalan dimulai dengan mengeksplorasi daa dari waku yang lalu dengan mengembangkan pola daa dengan asumsi bahwa pola daa waku yang lalu iu akan berulang lagi pada waku yang akan daang, misalnya berdasarkan daa dan pengalaman pada 12 bulan yang erakhir, pendapaan perusahaan dalam seiap bulan Januari menurun drasis bila dibandingkan dengan sebelas bulan yang lain. Berdasarkan pola ersebu perusahaan mesinya dapa meramalkan bahwa pada bulan Januari ahun berikunya akan erjadi penurunan pandapaan. Peramalan hanya merupakan aksiran, sehingga dalam kenyaaannya sanga mungkin erdapa penyimpangan yang dikarenakan keerbaasan kemampuan manusia. Syara-syara peramalan yang akan digunakan unuk keperluan perencanaan produksi haruslah memenuhi karakerisik sebagai beriku : 1. Akurasi 2. Kebuuhan waku penggunaan kompuer yang rendah 3. Kebuuhan empa penyimpanan di kompuer yang rendah 4. Biaya pengembangan aau penerapan rendah

4 9 5. Kemampuan unuk berhubungan dengan sisem manajemen basis daa 6. Kemudahan pengoperasian Jenis-Jenis Peramalan Berdasarkan renang wakunya, peramalan dikelompokkan ke dalam iga kaegori : 1. Peramalan jangka panjang Yaiu yang mencakup waku lebih besar dari 24 bulan, misalnya unuk peramalan yang diperlukan dalam kaiannya dengan penanaman modal, perencanaan fasilias, dan perencanaan unuk kegiaan libang. 2. Peramalan jangka menengah Yaiu anara 3 sampai 24 bulan, misalnya unuk perencanaan penjualan dan perencanaan anggaran produksi. 3. Peramalan jangka pendek Yaiu unuk jangka waku kurang dari iga bulan, misalnya peramalan dalam hubungannya dengan perencanaan pembelian maerial, penjadwalan kerja, dan penugasan kerja Meode Peramalan Ada dua jenis meode peramalan, yaiu : 1. Meode peramalan kualiaif Meode peramalan kualiaif didasarkan pada inuisi dan pandangan individuindividu, penilaian orang yang melakukan peramalan dan idak erganung pada daa-daa yang akura (pengolahan dan analisis daa hisoris yang ersedia),

5 10 meode ini digunakan unuk peramalan produk baru di mana idak ada daa hisoris. Teknik pada meode ini yang digunakan adalah eknik Delphi, kurva perumbuhan, dll. 2. Meode peramalan kuaniaif Meode peramalan kuaniaif dilakukan berdasarkan daa-daa yang sudah ada sebelumnya unuk memperkirakan hal yang akan erjadi di masa mendaang. Ada iga kondisi yang dierapkan pada meode peramalan kuaniaif : a. Informasi mengenai keadaan pada waku yang ersedia. b. Informasi ersebu dapa dikuaniaifkan dalam benuk daa numerik (angka). c. Waku yang akan daang (disebu asumsi koninuias). Meode peramalan kuaniaif dibagi menjadi dua, yaiu: a. Peramalan dere waku (Time Series) Peramalan ini dilakukan berdasarkan daa-daa dari suau produk yang sudah ada sebelumnya, kemudian dianalisa pola daanya apakah berpola rend aau musiman maupun berbenuk siklus. b. Peramalan sebab akiba (Causal) Peramalan ini dilakukan berdasarkan daa yang sudah ada sebelumnya, eapi menggunakan daa dari variabel yang lain yang menenukan aau mempengaruhinya pada masa depan, seperi penduduk, pendapaan, dan kegiaan ekonomi. Dengan mengolah daa-daa yang sudah ada sebelumnya melalui meode dere waku dan meode sebab akiba, maka akan diperoleh hasil peramalan,

6 11 eapi meode peramalan yang akan diekankan dalam pembahasan ini erbaas pada peramalan dengan meode dere waku. Ada beberapa eknik peramalan yang dapa digunakan yang didasarkan pada kondisi daa erenu, erdapa iga pendekaan yang dapa dijadikan dasar dalam memilih eknik peramalan ersebu. 1. Pendekaan Auokorelasi. Peramalan yang digunakan diorienasikan pada waku yang akan daang didasarkan pengeahuan maupun peramalan pada waku yang lalu. Secara umum dapa dikemukakan sebagai rend, musim, siklis, dan irregular. TRED merupakan komponen daa ime series yang berkaian dengan adanya kecenderungan (meningka aau menurun) dalam jangka panjang, misalnya daa inflasi, perubahan eknologi, dan peningkaan produksi. MUSIM merupakan komponen daa ime series yang berhubungan dengan adanya kegiaan yang berulang secara eraur dalam seiap ahun, misalnya peningkaan penjualan ike kerea api pada saa liburan, jadi variasi daa yang diperoleh berhubungan dengan musim (misalnya kuaral ahun erenu, bulanan, aau hari-hari pada minggu erenu) dalam 1 ahun. SIKLIS merupakan komponen ime series yang berhubungan dengan adanya akivias yang idak berauran, yang biasanya erjadi dalam kurun waku yang lebih dari 1 ahun dan dalam periode yang idak sama. Komponen ini suli unuk diramalkan erkadang dalam prakik sering diiadakan aau idak dilakukan peramalan. Biasanya kondisi ini erjadi berhubungan dengan perekonomian yang kemungkinan idak berulang seperi pada siklus produk yang berahap-ahap berbeda dalam periode waku yang berbeda pula, resesi dan depresi.

7 12 IRREGULAR (keidakerauran) merupakan komponen dari ime series yang idak ermasuk dalam rend, musim maupun siklis, komponen ini berhubungan dengan akivias yang idak erduga sebelumnya. Pola daanya idak erjadi secara koninu dan juga sanga idak sisemais, conohnya pada saa erjadi unjuk rasa karyawan yang mempengaruhi perubahan jumlah produksi. 2. Pendekaan Ukuran Simpangan Peramalan. Pemilihan eknik peramalan juga didasarkan pada error aau ingka kesalahan yang merupakan selisih nilai daa yang ada dengan nilai proyeksinya pada seiap periode peramalan. Error yang digunakan sebagai ukuran simpangan peramalan berupa MSE (Mean Square Error). Secara sederhana dapa dikeahui bahwa semakin besar MSE berari semakin besar selisih anara daa hisoris yang ada (yang sesungguhnya) dengan nilai proyeksinya, sebaliknya semakin kecil MSE berari semakin akura peramalannya. 3. Pendekaan Horison Waku Menuru Hanke dan Reisch, selain berdasarkan hasil analisis auokorelasi dan ukuran simpangan peramalan, eknik peramalan juga dapa dipilih berdasarkan horison waku peramalannya. Meode peramalan yang dierapkan dalam pembahasan ini menggunakan pendekaan auokorelasi, karena mengorienasikan peramalan pada waku yang akan daang dan peramalan ini dihiung berdasarkan daa hisoris, yaiu daa yang sudah ada sebelumnya. Peramalan dengan meode ime series erbagi lagi menjadi beberapa meode, yaiu : 1. Peramalan dengan Meode Regresi Linier

8 13 Peramalan dengan meode Regresi Linier didasarkan pada asumsi bahwa pola perumbuhan dari daa hisoris bersifa linier. Rumus yang digunakan unuk menghiung peramalan dengan meode Regresi Linier adalah sebagai beriku : Y() = a + b (1) dengan: Y() a b = penjualan uni (fungsi erhadap waku) = parameer yang akan dienukan = parameer yang akan dienukan = periode Rumus-rumus dalam menghiung variabel a dan b adalah sebagai beriku: b = = 1 ( Y ( )) 2 = 1 = 1 Y ( ) = 1 = 1 2 (2) a = 1 = 1 Y ( ) 1 b = 1 (3) Conoh perhiungan dengan menggunakan meode Regresi Linier dapa diliha pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perhiungan Meode Regresi Linier Bulan Periode Penjualan () Y() Y() 2 Januari Februari Mare April

9 14 Mei Juni Juli Agusus Sepember Okober ovember Desember Jumlah (Σ) = Sumber : Daa Perhiungan Sendiri b = (12)(215746)-(32070)(78) = 50,986 (12)(650)-(78 2 ) a = (50,986)(78) = 2341, Jadi, Y() = 2341, ,986 Dengan demikian hasil peramalan unuk bulan Januari pada ahun yang akan daang adalah: Y(13) = 2341, ,986 (13) = 3003, uni. 2. Peramalan dengan Meode Regresi Kuadrais Peramalan dengan meode Regresi Kuadrais didasarkan pada asumsi bahwa pola perumbuhan dari daa hisoris bersifa kuadrais. Perbedaan peramalan dengan meode Regresi Kuadrais dan peramalan dengan meode Regresi Liner erleak dalam hal asumsi daa hisoris. Rumus yang digunakan unuk menghiung peramalan dengan meode Regresi Kuadrais adalah sebagai beriku : dengan: Y() = a + b + c 2 (4)

10 15 Y() = penjualan uni (fungsi erhadap waku) a = parameer yang akan dienukan b = parameer yang akan dienukan c = parameer yang akan dienukan = periode Rumus-rumus dalam menghiung variabel a, b, dan c adalah sebagai beriku: 2 a a b = γβ θ γδ (5) dengan: = = = γ (6) = δ = = = Y Y ) ( ) ( (7) = = = = Y Y ) ( ) ( θ (8) = = = = α (9) = = = β (10) dengan: γ = konsana pemulusan δ = konsana pemulusan θ = konsana pemulusan

11 16 α β = konsana pemulusan = konsana pemulusan = banyak bulan yang akan diramal Seelah didapakan nilai b maka nilai c diperoleh dari persamaan beriku: θ (b)( α) c = (11) γ Selanjunya, nilai a didapakan dengan menggunakan nilai b dan nilai c yang elah diperoleh sebelumnya melalui persamaan: 2 Y ( ) = 1 = 1 = 1 a = b c (12) Bulan Conoh perhiungan dengan menggunakan meode Regresi Kuadrais dapa diliha pada Tabel 2.2. Periode () Tabel 2.2 Perhiungan Meode Regresi Kuadrais Penjualan Y() Y() 2 Y() Januari Februari Mare April Mei Juni Juli Agusus Sepember Okober

12 17 ovember Desember Jumlah (Σ) = Sumber : Daa Pehiungan Sendiri α = (78)(650)-(12)(6084) = β = (78) 2 -(12)(650) = γ = (650) 2 (12)(60710) = δ = (78)(32070)-(12)(215746) = θ = (650)(32070) (12)( ) = b = ( )(-87492)-( )(-22308) = 301,895 ( )(-1716)-(-22308) 2 c = ( )-(301,895)(-22308) = -19,301 ( ) a = (301,895)(78) (-19,301)(650) = 1755,653 Jadi, Y() = 1755, ,895 19,301 2 Dengan demikian hasil peramalan unuk bulan Januari pada ahun yang akan daang adalah: Y(13) = 1755, ,895 (13) - 19,301 (13) 2 = 2418, uni. 3. Peramalan dengan Meode Double Moving Average Peramalan dengan meode Double Moving Average mengambil x periode dari jumlah perminaan akual sebelumnya, kemudian menghiung raa-raa perminaan dari x periode, dan menggunakan hasil perhiungan raa-raanya unuk meramalkan perminaan periode selanjunya. Daa yang lebih ua dari

13 18 periode x idak memiliki pengaruh erhadap peramalan periode selanjunya. ilai dari x dapa diaur pada level manapun, eapi biasanya di anara 4 dan 7. Prosedur-prosedur yang digunakan unuk menghiung peramalan dengan menggunakan meode Double Moving Average adalah sebagai beriku : a. Cari x raa-raa dari x 1 sampai x dan nilai peramalan unuk periode S +1 adalah x raa-raa ersebu. b. Cari x raa-raa dari x 2 sampai x -1, dan nilai peramalan unuk periode S +2 adalah x raa-raa ersebu. c. Ulangi kedua langkah di aas sampai semua nilai x elah dihiung. Lanjukan dengan cara yang sama unuk menghiung S hanya saja kini yang diraa-raakan bukan x melainkan S. d. Menghiung a dengan rumus : a = 2S - S (13) e. Menghiung b dengan rumus : 2 b = ( S' S' ' ) 1 (14) f. Langkah erakhir adalah menghiung peramalan (F +m ) dengan m merupakan jumlah periode ke muka dari. Rumus: F +m = a +b.m (15) Conoh perhiungan dengan menggunakan meode Double Moving Average dapa diliha pada Tabel 2.3.

14 19 Bulan Januari 1 Februari 2 Mare 3 April 4 Mei 5 Juni 6 Juli 7 Agusus 8 Sepember 9 Okober 10 ovember 11 Desember 12 Tabel 2.3 Perhiungan Meode Double Moving Average Penjualan Y() (uni) S S a b a+bm , , , ,5 2683, ,125 79, , , ,75 19, , , , ,125 17, , , , ,437-27, , , , , , , , , ,25 Sumber : Daa Perhiungan Sendiri Jadi, F 12+m = 2445,25 100m Dengan demikian hasil peramalan unuk bulan Januari pada ahun yang akan daang adalah: F 13 = 2445,25 100(1) = 2345, uni. 4. Peramalan dengan Meode Double Exponenial Smoohing Terdapa dua kekurangan yang signifikan dari meode peramalan moving average. Perama, dalam benuk dasarnya, pendekaan ini memberikan bobo yang sama kepada semua n periode sebelumnya yang digunakan dalam perhiungan (walaupun hal ini dapa diaasi dengan menempakan bobo yang berbeda pada masing-masing n periode). Kedua, dan yang lebih pening, pendekaan ini idak menggunakan daa di luar n periode di mana moving

15 20 average dihiung. Kedua masalah ini diaasi dengan exponenial smoohing, yang erkadang lebih mudah unuk dihiung. Meode pemulusan eksponensial meramalkan perminaan pada periode berikunya dengan menghiung perminaan akual dalam periode erenu dan peramalan yang sebelumnya dibua unuk periode erenu ersebu. Meode pemulusan eksponensial memberikan bobo yang semakin menurun pada seiap daa hisoris dimana penurunan bobo ini mengikui pola eksponensial. Dengan alasan inilah maka pemulusan eksponensial linier lebih disukai dibandingkan raa-raa bergerak linier sebagai suau meode peramalan dalam berbagai kasus uama. Meode pemulusan eksponensial juga berbeda dengan meode regresi yang mengakumulasikan ke semua daa hisoris unuk memperoleh parameer-parameer yang diinginkan. Dalam meode ini dikenal adanya suau konsana yang disebu konsana pemulusan (α). Rumus-rumus unuk meode linier brown adalah sebagai beriku : S = αx + (1-α)S -1 (16) S = αs + (1-α)S -1 (17) a = 2S - S (18) b α = ( S' S' ' ) (19) 1 α F +m = a + b.m (20) dengan: S = pemulusan eksponensial unggal periode ke- S = pemulusan eksponensial ganda periode ke- α = konsana pemulusan

16 21 x a b F +m m = daa perminaan periode ke- = penyesuaian pemulusan eksponensial unggal = aksiran kecenderungan anar periode = peramalan periode ke-(+m) = jumlah periode ke depan yang diramalkan Conoh perhiungan dengan menggunakan meode Double Exponenial Smoohing dapa diliha pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Perhiungan Meode Double Exponenial Smoohing Bulan Penjualan SES DES SES- a b a+bm Y() uni) S (α=0,5) S (α=0,5) DES Januari Februari ,5 1814,25 278, ,75 278,25 - Mare , , , April , ,19 263, ,06 263, ,25 Mei , ,63 181, ,49 181, Juni , ,08 91, ,98 91, ,92 Juli , ,18 53, ,36 53, ,43 Agusus , ,66 55, ,62 55, ,45 Sepember , ,62 41, ,52 41, ,1 Okober , ,71-64, ,87-64, ,47 ovember , ,31 66, ,49 66, ,95 Desember , ,63-19, ,27-19, ,08 Sumber : Daa Perhiungan Sendiri Jadi, F 12+m = 2740,27-19,68m Dengan demikian hasil peramalan unuk bulan Januari pada ahun yang akan daang adalah: F 13 = 2740,27-19,68(1) = 2720, uni

17 22 5. Peramalan dengan Meode Siklis Persamaan maemais yang digunakan unuk daa dengan pola siklis ini adalah: 2π 2π Y '( ) = a + b.sin + c.cos (21) n n dengan a,b, dan c adalah konsana yang didapa dari persamaan sebagai beriku: Y ( ) a = n (22) b = c = 2 2 2π Y ( )sin n n 2π Y ( )cos n n (23) (24) Conoh perhiungan dengan menggunakan meode Siklis dapa diliha pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Perhiungan Meode Siklis Bulan Januari 1 Februari 2 Mare 3 April 4 Mei 5 Juni 6 Juli 7 Agusus 8 Sepember 9 Penjualan Y() (uni) Sin (2Π/n) Cos (2Π/n) Y()* Sin (2Π/n) Y()* Cos (2Π/n) Peramalan Y () (uni) 0,5 0, , ,67 0,866 0,5 2294, ,5 2460, ,39 0,866-0,5 2485, ,40 0,5-0, , , ,25-0,5-0, , ,33-0,866-0,5-2484, ,5 2884, ,61

18 23 Okober ,866 0,5-2161, ,60 ovember ,5 0, ,78 Desember , ,75 Jumlah (Σ) , , Sumber : Daa Perhiungan Sendiri a = = 2672,5 12 b = (2)(-744,64) = -124,11 12 c = (2)(-1252,47) = -208,75 12 Jadi, Y () = 2672,5 124,11 sin 2Π 208,75 cos 2Π n n Dengan demikian hasil peramalan unuk bulan Januari pada ahun yang akan daang adalah: Y () = 2672,5 124,11 sin 2Π(13) 208,75 cos 2Π(13) = 2429, uni ilai Kesalahan Peramalan Dalam melakukan peramalan, hasil peramalan yang diperoleh idak mungkin benar-benar epa. Selisih yang erjadi anara nilai peramalan dengan nilai yang sesungguhnya dapa disebu sebagai error (kesalahan). Secara umum perhiungan kesalahan peramalan dapa dijabarkan sebagai beriku: e i = x i - F i (25) dengan:

19 24 e i x i F i = kesalahan pada periode ke-i = nilai sesungguhnya pada periode ke-i = nilai hasil peramalan pada periode ke-i Beberapa alernaif meode kesalahan peramalan yang banyak digunakan adalah sebagai beriku : 1. Mean Square Error (MSE) MSE= i=1 2 ei (26) 2. Mean Absolue Error (MAE) MAE= i=1 ei (27) 3. Mean Absolue Percen Error (MAPE) 100 MAPE= i= 1 e x i i (28) 2.3 Perencanaan Agrega Perencanaan agrega (aggregae planning) juga dikenal sebagai penjadwalan agrega, (aggregae scheduling) berhubungan dengan penenuan kuanias dan waku produksi pada jangka menengah, biasanya anara 3 hingga 18 bulan ke depan. Para manajer operasi berusaha menenukan jalan erbaik unuk memenuhi perminaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, ingka enaga kerja, ingka persediaan, pekerjaan lembur, ingka subkonrak dan variabel lain yang dapa

20 25 dikendalikan. Pada umumnya, ujuan perencanaan agrega adalah memperkecil biaya pada periode perencanaan. Bagaimana pun, erdapa permasalahan sraegis lain yang mungkin lebih pening daripada biaya rendah. Sraegi ini mungkin unuk mengurangi permasalahan ingka keenagakerjaan, menekan ingka persediaan, aau memenuhi ingka pelayanan yang lebih inggi. Bagi pengusaha manufakur, jadwal agrega menghubungkan sasaran sraegis perusahaan dengan rencana produksi, eapi unuk organisasi jasa, penjadwalan agrega menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja. Empa hal yang diperlukan unuk perencanaan agrega: Keseluruhan uni yang logis unuk mengukur penjualan dan oupu, seperi uni ala pendiingin ruangan pada GE aau empa bir pada Anheuser-Busch. Prediksi perminaan unuk suau periode perencanaan jangka menengah yang layak pada waku agrega ini. Meode unuk menenukan biaya Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga kepuusan penjadwalan dapa dibua unuk periode perencanaan. 2.4 Maser Producion Schedule Maser Producion Schedule aau jadwal induk produksi merupakan rencana induk perusahaan, dan seelah diseujui akan mengendalikan sysem PPIC. Bagaimanapun juga, hal ini dapa diubah secara periodic unuk

21 26 mencerminkan pesanan-pesanan baru aau ramalan-ramalan baru dengan berjalannya waku. Berbagai pesanan langganan, ramalan-ramalan perminaan, dan perminaan komponen-komponen pelayanan menghasilkan jadwal induk produksi awal. Menuru Gaspersz (2001, p142) jadwal induk produksi pada dasarnya berkaian dengan akivias empa fungsi uama beriku : 1. Menyediakan aau memberikan inpu uama kepada sysem perencanaan kebuuhan maerial dan kapasias. 2. Menjadwalakn pesanan-pesanan produksi dan pembelian (producion and purchase order) unuk iem-iem MPS. 3. Memberikan landasan unuk penenuan kebuuhan sumber dana dan kapasias. 4. Memberikan basis unuk pembuaan janji enang penyerahan produk (delivery promises) kepada pelanggan Inpu MPS MPS membuuhkan lima inpuan uama (Gaspersz, 2001, p143) seperi pada gambar beriku :

22 27 Rough Cu Capaciy Planning (RCCP) IPUT : 1. Daa Perminaan Toal 2. Saus Invenory 3. Rencana Produksi 4. Daa Perencanaan 5. Informasi dari RCCP PROSES : Penjadwalan Produksi Induk (MPS) Oupu : Jadwal Produksi Induk (MPS) Umpan Balik Gambar 2.1 Proses Penjadwalan Produksi Induk Sumber : Gaspersz, 2001 Beriku ini adalah penjelasan lima inpu uama MPS pada gambar di proses penjadwalan produksi diaas : 1. Daa perminaan oal. Daa perminaan oal berkaian dengan ramalan penjualan (sales forecas) dan pesanan-pesanan (orders). 2. Saus Invenori Saus invenori berkaian dengan informasi enang on-hand invenory, sok yang dialokasikan unuk penggunaan erenu (allocaed sock), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan.

23 28 3. Rencana Produksi MPS harus menjumlahkannya unuk menenukan ingka produksi, invenori, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi iu. 4. Daa perencanaan Daa perencanaan berkaian dengan lo-sizing yang digunakan, sok pengaman (safey sock), dan waku unggu (lead ime) dari masingmasing iem yang biasanya ersedia dalam file induk dari iem (Iem Maser File). 5. Informasi dari RCCP RCCP menenukan kebuuhan kapasias unuk mengimplemenasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS Teknik Penyusunan MPS Gambar beriku ini adalah benuk forma umum dai MPS (Gaspersz, 2001, p159). Tabel 2.6 Benuk Umum dari Maser Planning Schedule Iem o : Descripion : Lead Time : Safey sock : On hand : Demand Time Fences : Planning Time Fences : Period Forecas Acual Order Projec Available Balance Available o Promise Cumulaive ATP Maser Schedule Sumber : Gaspersz, 2001

24 29 Penjelasan unuk gambar diaas adalah sebagai beriku : 1. Lead Time Menyaakan waku yang dibuuhkan unuk memproduksi aau membeli suau iem. 2. On Hand Menyaakan jumlah maerial yang ada di angan sebagai sisa periode sebelumnya aau invenoru awal yang secara fisik ersedia dalam sok. 3. Safey Sock Menyaakan cadangan maerial yang harus ada di angan sebagai anisipasi kebuuhan di masa yang akan daing aau disebu juga sebagai sok pengaman. 4. Demand Time Fence (DTF) Merupakan baas waku penyesuaian pesanan perminaan. Disini perubahan demand idak akan dilayani karena akan menimbulkan kerugian biaya besar akiba keidaksesuaian aau kekacauan jadwal. 5. Planning Time Fence (PTF) Merupakan baas waku penyesuaian pesanan di mana demand masih boleh berubah. Perubahan masih dilayani sepanjang maerial dan kapasias ersedia. 6. Time Periods for Display Merupakan banyaknya periode waku yang diampilkan dalam forma MPS. 7. Sales Plan (Sales Forecas)

25 30 Merupakan hasil peramalan sebelumnya sebagai hasil dari perencanaan agrega. 8. Acual Order (AO) Merupakan hasil peramalan sebelumnya yang sudah dierima sebelumnya dan bersifa pasi. 9. Projec Available Balance (PAB) Merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada akhir periode perencanaan. PAB dihiung menggunakan rumus : PAB DTF = PAB MS AO PAB DTF PTF = PAB MS AO aau F (pilih yang besar) 10. Available o Promise (ATP) Memberikan informasi berapa banyak iem aau produk erenu yang dijadwalkan pada periode waku ini ersedia unuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapa membua janji yang epa kepada pelanggan. ATP = ATP MS AO sampai periode yang dijadwalkan pada MPS. ATP idak boleh bernilai negaif. Jika hal ini erhadi maka akan erjadi loss sale karena perminaan idak dapa dipenuhi. 11. Maser Producion Schedule (MPS) Merupakan hasil diasgregasi dari perencanaan agrega yang akan diproduksi.

26 MRP Sebelum ahun 1960 idak saupun erdapa meode yang memuaskan dalam proses pengendalian persediaan erhadap iem perminaan yang saling berganungan. Sisem persediaan formal dalam suau perusahaan masih didasarkan pada sisem order poin dengan menerapkan meode radisional yang idak formal dan simpang siur khususnya dalam menangani maerial yang sifanya saling berganungan. Sekiar ahun 1960 kompuer mulai dipakai dalam bidang manajemen persediaan. Dengan demikian maka kompuerisasi pengendalian persediaan elah mengawali bidang manajemen persediaan yang lebih baik dan efisien. Kesuliankesulian yang biasanya erjadi dalam pelaksanaan manajemen persediaan radisional elah eraasi dengan dikenalnya suau pendekaan sisem persediaan yang erperinci dan lebih baik, yang dikenal dengan Maerial Requirmen Planning (MRP), yang diemukan oleh Joseph Orlicky dai J.I Case Company. Sisem MRP elah memiliki popularias dalam bidang indusri yang memanfaakan kemampuan compuer melaksanakan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan memperhaikan hubungan anara iem persediaamn, sehingga pengelolahannya dapa lebih efisien dalam menenukan kebuuhan maerial secara cepa dan epa. Kompuerisasi MRP mula-mula dikembangkan dilingkungan APICS (American Producion and Invenory Sysem Sociey) dalam suau pengembangan program yang profesional. Manajemen pengendalian bahan pada dasarnya adalah merupakan suau masalah yang pening dalam komunikasi indusri. Kerumian yang sering imbul dalam proses pengendalian bahan ini berbanding langsung dengan jumlah barang

27 32 dalam persediaan dan dengan jumlah ransaksi yang harus dicaa unuk mengikui gerakan bahan (eap menjaga deraja pengendalian yang dibuuhkan unuk memenuhi sasaran). Sisem persediaan dalam suau operasi aau lingkungan manufakur memiliki beberaoa karakerisik erenu yang sanga mempengaruhi erhadap kebijaksanaan dalam perencanaan maerial. Peranyaan mendasar yang sering imbul dalam siuasi kebijaksanaan persediaan ersebu adalah berapa jumlah dan kapan dilakukan pemesanaan, unuk memenuhi produksi yang diinginkan sesuai dengan perencanaan dalam MPS. Jawaban peranyaan ersebu erganung dari sifa demand dari persediaan. Suau demand dikaakan independen apabila sesuai dengan pengalaman, dimana demand erhadap perminaan barang ersebu idak idak berganung dengan barangbarang lain. Demikian sebaliknya suau demand dikaakan dependen apabila barang ersebu merupakan bagian yang erpadu dari barang yang lain (ada hubungan fisik). Sisem MRP diproses unuk memenuhi akan kebuuhan yang sifanya dependen. Berdasarkan uraian diaas, maka jelaslah bahwa MRP dapa lebih banyak digunakan dilingkungan manufakur yang melibakan suau proses assembling, dimana kebanyakan perminaan erhadap barang bersifa berganungan, sehingga idak di perlukan peramalan pada ingka barang(komponen) ini. Peranyaan yang perama dari hal diaas dapa erpenuhi jika kia mengeahui saa kebuuhan hari erpenuhi sesuai dengan MPS dan LeadTime. Sedangkan peranyaan kedua dipenuhi sesuai dengan eknik lo yang sesuai dengan kondisi yang diproses dalam perhiungan MRP. Secara global hasil informasi yang diperoleh dalam proses MRP sanga menunjang dalam

28 33 perencanaan CRP (Capaciy Requiremen Planning) unuk ercapainya suau sisem pengendalian akifias yang lebih baik Pengerian dan Perkembangan MRP MRP selalu berkembang sesuai dengan unuan perkembangan eknologi dan unuan erhadap sisem perusahaan maka sampai saa ini MRP dibagi menjadi 4 bagian dan idak eruup kemungkinan unuk masa yang akan daang MRP akan berambah. Keempa bagian ersebu adalah : 1. Maerial Requiremen Planning (MRP) dapa didefinisikan sebagai suau eknik aau se prosedur yang sisemais dalam penenuan kuanias sera waku dalam proses pengendalian kebuuhan bahan erhadap komponen-komponen dalam proses pengendalian kebuuhan bahan erhadap komponen-komponen perminaan yang saling berganungan (Dependen demand iems). 2. Maerial Requiremen Planning II (MRP II), Oliver Wigh dan george Plossl, parner konsulan, diakui oleh orang yang melakukan perluasan konsep MRP aas area manufakur, sehingga MRP dapa mencakup area-area perusahaan lain, hasil perluasan konsep ersebu dinamakan MRP II dan ari dari singkaan ersebu berubah menjadi Manufacuring Resource Planning (Perencaanaan Sumber Manufakur). 3. Maerial Requiremen Planning III (MRP III), proses ini diperluas didalam ingka akurasi peramalan perminaan, penggunaan secara

29 34 epa dan baik peramalan perminaan (forecas demand), akan dapa secara oomais dan epa melakukan perubahan erhadap Maser Producion Schedule. Dan apabila juga Maser Producion Schedule elah penuh aau idak dapa lagi melakukan Work Order maka sisem MRP III ini dapa melakukan rekomendasi erhadap perminaan. 4. Maerial Requiremen Planning 9000 (MRP 9000), MRP 9000 sudah merupakan awaran yang benar-benar merupakan sisem yang lengkap dan eriegrasi dengan sisem manajemen manufacuring. Kemampuan sisem MRP 9000 didalam manufacuring, ermasuk juga Invenory, penjualan, perencanaan, produksi, dan pembelian dengan menggunakan General Ledger, dan sebuah Adminisarsu, dan Execuive Informaion Sysem (EIS) secara graphical dalam membua sebuah kepuusan unuk permasalahan manufacure Prasyara dan Asumsi dari MRP Secara umum dapa dikaakan bahwa ujuan dari MRP adalah menghasilkan informasi persediaan yang mampu digunakan unuk mendukung melakukan indakan secara epa dalam berproduksi. Agar MRP dapa berfungsi dan dioperasionalisasikan dengan efekif ada beberapa persyaraan dan asumsi yang harus dipenuhi. Adapun persyaraan yang dimaksud adalah : 1. Tersedianya Jadwal Induk Produksi (Maser Producion Schedule), yaiu suau rencana produksi yang meneapkan jumlah sera waku suau produk akhir harus ersedia sesuai dengan jadwal yang harus

30 35 diproduksi. Jadwal Induk Produksi ini biasanya diperoleh dari hasil peramalan kebuuhan melalui ahap perhiungan perencanaan produksi yang baik, sera jadwal pemesanaan produk dari pihak konsumen. 2. Seiap iem persediaan harus mempunyai idenifikasi yang khusus. Hal ini disebabkan karena biasanya MRp bekerja secara kompuerisasi dimana jumlah komponen yang harus diangani sanga banyak, maka pengklarifikasian aas bahan, bagian aas bahan, bagian komponen, perakian seengah jadi dan produk akhir haruslah erdapa perbedaan yang jelas anara sau dengan yang lainnya. 3. Tersedianya srukur produk pada saa perencanaan. Dalam hal ini idak diperlukan srukur produk yang memua semua iem yang erliba dalam pembuaan suau produk apabila iemnya sanga banyak dan proses pembuaannya sanga kompleks. Walaupun demikian, yang pening srukur produk harus menggambarkan secara gambling langkah-langkah suau produk unuk dibua, sejak dari bahan baku sampai menjadi produk jadi. 4. Tersedianya caaan enang persediaan unuk semua iem yang menyaakan saus persediaan sekarang dan yang akan daang. Selain syara diaas, erdapa beberapa asumsi yang diperlukan unuk menghasilkan suau sisem peroperasian MRP secara efekif yaiu : 1. Adanya suau sisem daa file yang saling berinegrasi sera diunjang oleh adanya program compuer yang erpadu dengan melibakan daa

31 36 saus persediaan dan daa enang sukur produk. Daa file ini perlu dijaga keeliiannya, kelengkapannya sera selalu Up o Dae sesuai dengan keperluan. 2. Lead Time unuk semua iem dikeahui, paling idak dapa diperkirakan. Dalam hal ini waku ancang-ancang dapa berupa inerval waku anara saa pemesanan dilakukan sampai saa barang iba dan siap digunakan, api dapa pula berupa waku proses pembuaan dari sau sasiun kerja unuk iem aau komponen ersebu. 3. Seiap komponen yang diperlukan dalam proses assembling haruslah berada dalam pengendalian. Dalam proses manufakur ini berari kia mampu memonior seiap ahapan proses/ perubahan yang dialami seiap iem. 4. semua iem unuk suau perakian dapa diseidakan pada saar suau pesanan unuk perakian ersebu dilakukan. Sehingga penenuan jumlah, waku kebuuhan koor dari suau perakian dapa dilakukan. 5. Seiap pengadaan pemakaian komponen bersifa diskri. Misalnya bahan dibuuhkan 50 komponen, maka rencana kebuuhan bahan mampu membua rencana agar dapa menyediakan 50 komponen ersebu dan dipakai anpa kurang aau lebih. 6. Perlu meneapkan bahwa proses pembuaan suau iem idak erganung erhadap proses pembuaan iem yang lainnya. Hal ini berari dapa dimulai dan diakhiri anpa erganung pada proses yang lainnya.

32 Tujuan MRP Suau sisem MRP pada dasarnya berujuan unuk merancang suau sisem yang mampu menghasilkan informasi unuk mendukung aksi yang epa baik berupa pembaalan pesanan, pesan ulang, aau penjadwalan ulang. Aksi ini sekaligus merupakan suau pegangan unuk melakukan pembelian dan/aau produksi. Ada 4 macam yang menjadi cirri uama MRP, yaiu: 1. Mampu menenukan kebuuhan pada saa yang epa, kapan suau pekerjaan akan selesai (maerial harus ersedia) unuk memenuhi perminaan produk yang dijadwalkan berdasarkan MPS yang direncanakan. 2. Menenukan kebuuhan minimal seiap iem, dengan menenukan secara epa sisem penjadwalan. 3. Menenukan pelaksanaan rencana pemesanan, dengan memberikan indikasi kapan pemesanan aau pembaalan suau pesanan harus dilakukan. 4. Menenukan penjadwalan ulang aau pembaalan aas suau jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasias yang ada idak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waku yang dikehendaki, maka MRP dapa memberikan indikasi unuk melaksanakan priorias pesanan yang realisis. Seandainya penjadwalan ulang ini masih idak memungkinkan unuk memenuhi pesanan, maka pembaalan erhadap suau pesanan harus dilakukan.

33 38 Kunci keberhasilan dari facor diaas haruslah diunjang dengan suau sisem pengonrolan aliran bahan yang epa unuk memenuhi jadwal perminaan konsumen, yang didukung dengan sisem kompuerisasi sebagai ala pembanu dalam memudahkan proses pelaksanaannya. Sehubungan dengan pengonrolan aas bahan/iem yang dimaksudkan, rencana kebuuhan bahan sebagai suau sisem kompuerisasi, berfungsi seperi imbangan yang berfungsi menyeimbangkan anara kebuuhan dan kemampuan memenuhi kebuuhan dari seiap iem. Rencana kebuuhan bahan memberikan indikasi apabila erjadi keidakseimbangan anara kebuuhan dan kemampuan. Besarnya kebuuhan digambarkan oleh jadwal induk produksi, srukur produk dan saus persediaan. Besarnya kemampuan unuk memenuhi kebuuhan, dicerminkan oleh besarnya barang seengah jadi, persediaan yang ada dan pesanan/pembelian yang akan daang kemudian. Keeliian aas perkiraan akan kemampuan ini erganung pada keeliian pencaaan aas keiga sumber informasi ersebu Inpu MRP Ada 3 inpuan yang dibuuhkan dalam konsep MRP, yaiu : 1. Jadwal Induk Produksi (Maser Producion Schedule) Merupakan suau rencana produksi yang menggambarkan hubungan anara kuanias seiap jenis produk akhir yang diinginkan

34 39 dengan waku penyediaannya. Secara garis besar pembuaan suau MPS biasanya dilakukan aas ahapan-ahapan sebagai beriku: Idenifikasi sumber perminaan dan jumlahnya, sehingga dapa dikeahui besarnya perminaan produk akhir seiap periodenya. Menenukan besarnya kapasias produksi dan kecepaan operasi yang diperlukan unuk memenuhi perminaan yang elah diidenifikasikan, perencanaan ini biasanya dilakukan pada ingka agrega, sehingga masih merupakan perencanaan global. Menyusun rencana rinci dari seiap produk akhir yang akan dibua. Tahap ini merupakan penjabaran dari rencana agrega (global) sehingga akan didapakan rencana produksi seiap produk akhir yang dibua dan periode waku pembuaannya. Hal pening yang diperhaikan dalam menyusun MPS adalah menenukan panjang horizon waku perencanaan (Planning Horison), yaiu banyaknya periode waku yang ingin dilipu dalam penjadwalan. 2. Saus Persediaan (Invenory Maser File aau Invenory Saus Record) Menggambarkan keadaan dari seiap komponen aau maerial yang ada dalam persediaan, yang berkaian dengan : Jumlah persediaan yang dimiliki pada seiap periode (on han invenory).

35 40 Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan ersebu akan daang (on order invenory). Lead Time dari seiap bahan. Saus persediaan ini harus dikeahui unuk seiap bahan aau iem dan diperbaharui seiap perubahan unuk menghindari adanya kekeliruan dalam perencanaan. 3. Srukur Produk (Producion Srucure Record & Bill of Maerial) Merupakan kaian anara produk dengan komponen penyusunnya. Informasi yang dilengkapi unuk seiap komponen ini melipui : Jenis komponen. Jumlah yang dibuuhkan. Tingka penyusunannya Selain ini ada juga masukan ambahan seperi : Pesanan komponen dari perusahaan lain yang membuuhkan. Peramalan aas iem yang bersifa idak berganungan Proses MRP Langkah-langkah dasar dalam penyusunan proses MRP 1. eing (kebuuhan bersih) : Proses perhiungan besarnya kebuuhan bersih unuk seiap periode selama horizon perencanaan.

36 41 2. Loing (kuanias pesanan) : Proses penenuan besarnya ukuran jumlah pesanan yang opimal unuk sebuah iem, berdasarkan kebuuhan bersih yang dihasilkan. Didalam ukuran lo ini ada beberapa pendekaan yaiu : o Menyeimbangkan ongkos pesan (se up cos) dan ongkos simpan. o Mengunakan konsep jumlah pesanan eap. o Dengan jumlah periode pemesanan eap. Terdapa 10 alernaif eknik yang digunakan dalam menenukan ukuran Lo Kesepuluh eknik adalah sebagi beriku : 1. Fixed Order Quaniy (FOQ) : Pendekaan menggunakan konsep jumlah pemesanaan eap karena keerbaasan akan fasilias. Mis : kemampuan gudang, ransporasi, kemampuan supplier dan pabrik. Jadi dalam menenukan ukuran lo berdasarkan inuisi aau pengalaman sebelumnya. 2. Lo for Lo (LFL) : Pendekaan menggunakan konsep aas dasar pesanan diskri dengan perimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibuuhkan. 3. Leas Uni Cos (LUC) : Pendekaan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos uni erkecil, dimana jumlah pemesanan aaupun inerval pemesanan dapa bervariasi. Kepuusan unuk pemesanan didasarkan :

37 42 (ongkos peruni erkecil = (ongkos pesan peruni) + (ongkos simpan peruni)). 4. Economic Order Quaniy (EOQ) : Pendekaan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos dan ongkos pesan. Ukuran lo eap berdasarkan hiungan minimasi ersebu. 5. Period Order Quaniy (POQ) : Pendekaan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapar dipakai pada periode bersifa perminaan diskri, eknik ini dilandasi oleh meode EOQ. Dengan mengambil dasar perhiungan pada meode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan inerval periode pemesanannya adalah seahun. 6. Par Period Balancing (PPB) : Pendekaan menggunakan konsep ukuran lo dieapkan bila ongkos simpannya sama aau mendekai ongkos pesannya. 7. Fixed Period Requiremen (FPR) : Pendekaan menggunakan konsep ukuran lo dengan periode eap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan oleh ramalan eapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebuuhan bersih pada inerval pemesanan dalam beberapa periode yang dienukan. 8. Leas Toal Cos (LTC) : Pendekaan menggunakan konsep ongkos oal akan di minimasikan apabila unuk seiap lo dalam suau horizon perencanaan hampir sama besarnya. Hal ini dapa dicapai dengan memesan ukuran lo yang memiliki ongkos simpan peruninya hampir sama dengan ongkos pengadaannya/uninya.

38 43 (ongkos oal = ongkos simpan + ongkos pengadaan) 9. Wagner Wihnin (WW) : Pendekaan menggunakan konsep ukuran lo dengan prosedur opimasi program linear, bersifa maemais. Pada prakeknya ini suli dierapkan dalam MRP karena membuuhkan perhiungan yang rumi. Fokus uama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi penggabungan ongkos oal dari ongkos se-up dan ongkos simpan dan berusaha agar ongkos se-up dan ongkos simpan ersebu mendekai nilai yang sama unuk kuanias pemesanan yang dilakukan. 10. Silver Mean (SM) : Meniik berakan pada ukuran lo yang harus dapa meminimumkan ongkos oal per-periode. Dimana ukuran lo didapakan dengan cara menjumlahkan kebuuhan beberapa periode yang beruru-uru sebagai ukuran lo yang enaif (bersifa semenara), penjumlahan dilakukan erus sampai ongkos oalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebuuhannya ermasuk dalam ukuran lo enaif ersebu meningka. Besarnya ukuran lo yang sebenarnya adalah ukuran lo enaif erakhir yang ongkos oal periodenya amsih menurun Oupu MRP Keluaran MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan cirri dari MRP, yaiu :

39 44 1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) adalah penenuan jumlah kebuuhan maerial sera waku pemesanannya unuk masa yang akan daang. 2. Order Release Repor (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan digunakan unuk bernegosiasi dengan pemasok, dan berguna juga bagi manajer manufakur, yang akan digunakan unuk mengonrol proses produksi. 3. Changer o Planning Orders (Perubahan erhadap pesanan yang elah direncanakan) adalah yang merefleksikan pembaalan pesanan, pengurangan pesanan, pengubahan jumlah pesanan. 4. Performance Repor (Laporan Penampilan) suau ampilan yang menunjukkan sejauh mana sisem bekerja, kaiannya dengan kekosongan sok dan ukuran yang lain Tipe MRP Dalam manajemen maerial dikenal 2 ipe dasar MRP, yaiu : 1. Sisem Regeneraif 2. Sisem e Change. Perbedaan uama dari kedua sisem ersebu erleak pada frewensi perencanaan ulang. Pada sisem regeneraif, sering didapakan pelaksanaan perencanaan ulang secara periodic (biasanya mingguan), dan pada saa kapan dilakukan perencanaan ulang ersebu. Dalam perencanaan MPS pada sisem ini, semua perminaan kebuuhan di

40 45 explode secara lengkap dalam proses bach mulai dari produk akhir sampai bahan menah yang akan dibeli dan dilakukan secara periode. Berdasarkan proses ini kebuuhan koor dan kebuuhan bersih dari seiap iem persediaan dihiung erlebih dan selanjunya dilakukan penjadwalan pesanan. Proses keseluruhan dilakukan secara level by level, yang diawali dari level produk yang inggi sampai yang rendah. Sisem ini cocok digunakan unuk siuasi dimana frekwensi perencanaan ulang rendah, unuk pabrik yang memproses seperi bach. Keunungan dari sisem ini adalah penggunaan ala pemrosesan daa akan lebih efisien, baik unuk digunakan pada suau lingkungan yang sabil. Kerugiannya adalah idak erlampau peka erhadap keidakseimbangan anara kebuuhan dan kemampuan unuk memenuhi kebuuhan ersebu. Pada sisem e Change merupakan sisem yang relaive baru. Konsep ini pada dasarnya adlaah merupakan proses eksplosion hanya dilakukan apabila erjadi perubahan dalam MPS aau keadaan persediaan aau sisem persediaan unuk semua iem. Keunungan sisem ini adalah akan selalu memberikan caaan yang up o dae dan sanga baik dierapkan dalam siuasi dan lingkungan dimana siuasi sanga idak menenu dan berubah-ubah Fakor-Fakor Kesulian Dalam MRP Terdapa 5 fakor uama yang mempengaruhi ingka kesulian dalam MRP yaiu : 1. Srukur Produk

41 46 Pada dasarnya srukur produk yang kompleks dapa menyebabkan erjadinya proses MRP seperi e, Lo, Offse, dan Explode yang berulang-ulang, yang dilakukan sau persai dari aas sampai kebawah berdasarkan ingkaannya dalam suau srukur produk ersebu. Kesulian ersebu sering banyak diemukan dalam proses Lo sizing, dimana penenuan Lo Size pada ingka yang lebih bawah perlu membuuhkan eknik yang sanga suli (muli level lo sizing echnique) 2. Lo Sizing Dalam suau proses MRP, erdapa berbagai macam penenuan eknik lo sizing yang dierapkan, sebab proses loing ini merupakan salah sau fundamen yang pening dalam suau sisem rencana kebuuhan bahan. Pemakaian sera pemilihan eknik-eknik lo sizing yang epa sesuai dengan siuasi perusahaan akan sanga membanu dan mempengaruhi keefekifan dari rencana kebuuhan bahan sehingga dapa memperoleh hasil yang lebih memuaskan. Hingga kini elah banyak dikembangkan oleh para ahli mengenai eknik-eknik peneapan ukuran lo. Sampai saa ini eknik ukuran lo dapa dibagi menjadi 4 bagian besar, yaiu : 1. Teknik ukuran lo unuk sau ingka dengan kapasias ak erbaas. 2. Teknik ukuran lo sau ingka dengan kapasias erbaas. 3. Teknik ukuran lo banyak ingka dengan kapasias ak erbaas.

42 47 4. Teknik ukuran lo banyak ingka dengan kapasias erbaas. Diliha dari cara pendekaan pemecahan masalah, juga erdapa dua aliran, yaiu pendekaan level by level dan period by period. ampak jelas dalam hal ini bahwa eknik lo sizing masih dalam ahap perkembangan, khususnya unuk kasus muli level. 3. Lead Time Suau proses perakian idak dapa dilakukan apabila iem-iem yang diperlukan dalam proses perakian ersebu idak ersedia dilokasi perakian pada saa diperlukan. Dalam proses ersebu perlu diperhiungkan masalah neworknya yang dilakukan berdasarkan linasan kriis, saa paling awal, aau saa paling lamba, aau suau iem dapa selesai. Persoalan yang paling pening dari masalah ini bukan hanya penenuan ukuran lo size pada seiap level akan eapi perlu memperimbangkan masalah lead ime sera jaringan yang ada. 4. Kebuuhan yang Berubah Salah sau kebuuhan MRP dibandingkan dengan eknik lainnya adalah mampu merancang suau sisem yang pek erhadap perubahanperubahan, baik yang daangnya dari luar maupun dari dalam perusahaan iu sendiri. Kepekaan ini bukan idak akan menimbulkan masalah. Adanya perubahan kebuuhan akan produk akhir idak hanya mempengaruhi kebuuhan akan jumlah penenuan jumlah kebuuhan yang diinginkan, akan eapi juga empo pemesanan yang ada. 5. Komponen Umum

43 48 Komponen umum yang dimaksudkan dalam hal ini adalah komponen yang dibuuhkan oleh lebih dari sau induknya. Komponen umum ersebu dapa menimbulkan suau kesulian dalam proses perencanaan kebuuhan bahan khususnya dalam proses neing dan lo sizing. Kesulian-kesulian ersebu akans emkain erasa apabila komponen umum ersebu ada pada level yang berbeda. 2.6 Analisis dan Perancangan Berorienasi Objek (OOA&D) Merupakan meode analisis dan perancangan yang menggunakan komponenkomponen yang erbagi menjadi kelompok class dan kelompok objek. Tujuan uama OOA&D adalah unuk merancang sebuah sisem yang berfokus pada fleksibilias, mudah dimengeri, dan sesuai dengan kebuuhan user. (Mahiassen, 2000, p9) Menuru Mahiassen, perbedaan analisis sisem dan perancangan sisem adalah analisis sisem menjelaskan sisem dari luar sedangkan perancangan sisem menjelaskan sisem dari dalam. Analisis sisem dimulai dari sisem koneks yang disediakan sebagai kebuuhan dasar sisem. Sedangkan perancangan sisem dimulai dari pihak lain yang menggunakan konsep eknik yang elah ersedia sebagai iik awal dan menenukan cara cara sisem diimplemenasikan. OOA&D menjelaskan empa perspekif uama pada sisem dan koneksnya, yaiu : koneks sisem informasi, bagaimana sisem akan digunakan, sisem secara keseluruhan, dan komponen sisem Sysem Definiion Sysem definiion yaiu deskripsi singka dari sisem kompuerisasi yang diungkapkan dengan bahasa sehari-hari. Sysem definiion menggambarkan

44 49 properi fundamenal unuk pengembangan dan penggunaan sisem. (Mahiassen, 2000, p24) Rich Picure Rich picure merupakan gambaran informal yang menggambarkan pengerian dari ilusraor akan siuasi sisem. Rich picure berfokus pada aspek pening akan siuasi yang dienukan oleh ilusraor. Rich picure harus mampu memberikan gambaran umum enang siuasi yang memungkinkan beberapa alernaif inerpreasi. (Mahiassen, 2000, p26) FACTOR Krieria FACTOR erdiri dari enam elemen (Mahiassen, 2000, p39), yaiu : Funcionaliy yaiu fungsi sisem yang mendukung ugas-ugas applicaion domain. Applicaion domain yaiu bagian dari organisasi yang mengadminisrasi, memanau, aau mengawasi sebuah problem domain. Condiion yaiu kondisi sisem yang akan dikembangkan aau digunakan. Technology merupakan eknologi yang digunakan unuk mengembangkan dan unuk menjalankan sisem. Objecs yaiu objek objek uama pada problem domain. Responsibiliy yaiu anggung jawab sisem secara menyeluruh dalam relasi seiap koneks.

45 Problem Domain Problem domain menggambarkan ujuan sisem, yaiu bagian dari koneks yang diaur, diawasi aau dipanau oleh sisem. Analisis problem domain sanga pening selama dalan kegiaan analisis karena model problem domain menyediakan bahasa unuk menggambarkan kebuuhan sisem.(mahiassen, 2000, p45) Analisis problem domain dibagi ke dalam iga kegiaan (Mahiassen, 2000, p46), yakni: Perama, memilih objek, class, dan even yang akan diempakan pada model problem domain. Kedua, membangun model yang berfokus pada hubungan srukural anara class dan objek yang elah dipilih. Hal ini menggambarkan perpindahan dari objek ke ingka model. Terakhir adalah berfokus pada properi dinamis dari objek-objek yang ada, menggambarkan perpindahan kembali ke ingka objek Class Class didefinisikan sebagai sebuah deskripsi dari kumpulan objec. Sedangkan objec iu sendiri merupakan enias dengan idenias, sae, dan behavior. Dalam sau objec aau lebih erdapa even. Even merupakan kegiaan problem domain aau proses yang dialami oleh sau aau lebih objec. (Mahiassen, 2000, p51)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pusaka 2.1.1 Perencanaan proses Perencanaan proses mencakup perancangan dan implemenasi suau sisem kerja unuk menghasilkan barang aau jasa sesuai dengan jumlah yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 21 BAB 2 LANDAAN TEORI 2.1 Perencanaan Proses Perencanaan proses merupakan suau perencanaan erhadap proses pembuaan produk, bagaimana produk ersebu akan dibua ( hal ini menenukan apakah suau komponen akan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah hal pening yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan manufakur. Perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Persediaan Menuru Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan unuk kelangsungan suau proses produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL Aulia Bahar, Sarwosri Jurusan Teknik Informaika, Fakulas Teknologi Informasi, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Kampus

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknik Indusri 2.1.1 Peramalan Peramalan aau forecasing adalah ilmu memprediksi perisiwa-perisiwa masa depan. Peramalan merupakan perhiungan yang objekif dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan Menuru Reinder dan Heizer (1997, p314) persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari oal modal yang diinvesasikan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sisem Indusri Manufakur Dr. William Edward Deming, seorang guru manajemen kualias dari Amerika Serika, pada bulan Agusus 1950 dalam suau konferensi dengan manajemen puncak

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Persediaan Menuru pendapa Indraji dan Djokopranoo (2005:4), manajemen persediaan (invenory conrol) aau disebu juga invenory managemen aau pengendalian ingka persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2. Pengerian Peramalan Di dalam melakukan suau kegiaan dan analisis usaha aau produksi di bidang manufakur aau perekonomian, suau peramalan aau yang lebih kia kenal dengan forecasing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 27 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sraegi Sisem Perencanaan dan Pengendalian Manufakuring Pada dasarnya manajemen indusri dapa memilih sau aau lebih aau mengkombinasikan pilihannya dari enam sraegi perencanaan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam perencanaan suau proses produksi dapa menggunakan meode perencanaan aggrega. Yaiu proses perencanaan suau sisem produksi mencakup beberapa aspek-aspek yang erliba dalam kegiaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING GUNA MENURUNKAN BIAYA PENGADAAN BAHAN BAKU Kukuh Zulfah 2, Saufik, Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakulas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sisem Produksi Produksi dalam pengerian sederhana adalah keseluruhan proses dan operasi yang dilakukan unuk menghasilkan produk aau jasa. Sisem produksi merupakan kumpulan dari

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

PROYEKSI BISNIS. Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakultas Ekonomi Universitas Wiyana Mukti

PROYEKSI BISNIS. Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakultas Ekonomi Universitas Wiyana Mukti PROYEKSI BISNIS Dadad Zainal, S.E., M.Kom Fakulas Ekonomi Universias Wiyana Muki PENDAHULUAN Teknik Proyeksi Bisnis merupakan suau cara/pendekaan u menenukan ramalan (perkiraan) mengenai sesuau di masa

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB IX TEKNIK PERAMALAN

BAB IX TEKNIK PERAMALAN Peramalan 93 BAB IX TEKNIK PERAMALAN Kepuusan persediaan yang dihasilkan dari pembelian cenderung bersifa jangka pendek dan hanya unuk produk yang khas. Peramalan yang mengarah pada kepuusan ini harus

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Tinjauan Pusaka 2.. Peramalan 2... Pengerian Peramalan Peramalan adalah suau langkah kerja dalam perencanaan unuk mengeahui aau memperkirakan sesuau yang akan erjadi di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan 3.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan kemampuan dan keerampilan unuk memperkirakan kejadian-kejadian di masa akan daang (Heizer, 1991, p138). Menuru

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produk Menuru Koler dan Amsrong (2001, p346), produk adalah segala sesuau yang dapa diawarkan ke pasar unuk diperhaikan, dimiliki, digunakan, aau dikonsumsi yang dapa memuaskan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA

APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA APLIKASI PERAMALAN PENENTUAN JUMLAH PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK BORDIR PADA KOTA TASIKMALAYA Lies Sunarminyasui 1, Salman Alfarisi 2, Firia Sari Hasanusi 3 1,2,3 Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci