BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teknik Indusri Peramalan Peramalan aau forecasing adalah ilmu memprediksi perisiwa-perisiwa masa depan. Peramalan merupakan perhiungan yang objekif dan dengan menggunakan daadaa masa lalu unuk menenukan sesuau di masa yang akan daang (Sumayang, 2003, p24). Peramalan adalah sebuah eknik yang menggunakan daa hisoris unuk memperkirakan proyek yang akan daang (Chapman, 2006, p17). Peramalan adalah proses unuk memperkirakan beberapa kebuuhan dimasa daang yang melipui kebuuhan dalam ukuran, kuanias, kualias, waku dan lokasi yang dibuuhkan dalam rangka memenuhi pemrinaan barang aau jasa (Arman Hakim Nasuion, 2003, p25). Dalam hubungannya dengan horison waku peramalan, maka peramalan dapa diklasifikasikan kedalam iga kelompok, yaiu (Arman Hakim Nasuion, 2003, p26) : 1. Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 ahun. Peramalan ini digunakan unuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya. 2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalzn ini lebih khusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan unuk menenukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penenuan anggaran. 3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan unuk mengambil kepuusan dalam hal pelru idaknya lembur, penjadwalan kerja, dan lain-lain kepuusan konrol jangka pendek.

2 17 Terdapa beberapa karakerisik yang fundamenal dalam peramalan, yaiu: 1. Peramalan hampir selalu salah. Fokus pada peramalan bukanlah selalu mengenai benar aau salah, akan eapi enang seberapa salah kia memperkirakannya dan apa yang akan kia lakukan apabila erdapa eror pada peramalan. Biasanya penggunaan safey sock dalam suau perusahaan mempunyai kaian era dengan eror peramalan. 2. Peramalan menjadi lebih akura unuk famili suau iem. Lebih mudah unuk meramalkan sebuah grup produk daripada suau produk individu, misalnya lebih akura memperkirakan penjualan mobil sedan daripada memperkirakan penjualan masing-masing ipe mobil sedan.. 3. Peramalan menjadi lebih akura unuk jangka waku yang lebih pendek. Biasanya, eror yang akan dihasilkan keika meramalkan unuk waku yang pendek lebih kecil daripada meramalkan unuk waku yang panjang. 4. Seiap peramalan harus ada perkiraan eror. Peramalan yang baik haruslan mempunyai perkiraan peramalan dan perkiraan nilai eror yang akan erjadi. 5. Peramalan bukanlah penggani dari perhiungan perminaan. Apabila erdapa daa perminaan unuk periode erenu, jangan membua peramalan berdasarkan periode yang sama dengan daa perminaan ersebu. Selalu gunakan daa yang riil apabila ersedia. Pendekaan peramalan dapa dilakukan dengan cara kualiaif yaiu dengan memanfaakan fakor-fakor iniusi, pengalaman pribadi, dan sisem nilai pengambilan kepuusan dan unuk peramalan jangka panjang. Sedangkan cara yang berikunya yaiu

3 18 dengan cara kuaniaif yang menggunakan daa hisoris unuk peramalan jangka pendek (secara ime series) dan peramalan jangka sedang (ime series aau casual). Adapun dasar-dasar perimbangan dalam rangka pemilihan meode peramalan yang akan digunakan sebagai beriku (Sumayang, 2003, p27): 1. Pengguna aau pelaku dan kecanggihan meode. 2. Waku peramalan dan sumber daya yang ersedia. 3. Terganung pada ujuan penggunaan dan karakerisik kepuusan manajemen. Dalam peramalan kuaniaif dapa dibagi menjadi peramalan seri waku dan model kausal. Meode seri waku didasarkan pada asumsi bahwa dere waku ersebu erdir dari komponen-komponen Trend (T), Siklus / Cycle (C), Pola musiman / Season (S), dan Variasi Acak / Random (R) yang akan menunjukkan suau pola erenu. Analisa dere waku sanga epa digunakan unuk meramalkan perminaan yang pola perminaan dimasa lalunya cukup konsisen dalam periode yang lama, sehingga diharapkan pola ersebu akan masih akan eap berlanju. Dalam meode seri waku memiliki empa komponen yang digambarkan pada Gambar 2.1, anara lain (Arman Hakim Nasuion, 2003, p36): 1. Trend adalah gerakan ke aas aau ke bawah secara berangsur-angsur dari daa sepanjang waku. 2. Musim adalah pola daa yang berulang seelah periode harian, mingguan, bulanan, aau kuaralan. 3. Siklus adalah pola dalam daa yang erjadi seiap beberapa ahun. Biasanya dikaikan dengan siklus bisnis dan merupakan hal yang sanga pening dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek.

4 19 4. Variasi acak adalah anda dalam daa yang disebabkan oleh peluang dan siuasi yang idak biasa; variabel acak mengikui pola yang idak dapa diliha. Sering dihapus dengan menghilangkan periode waku yang jelas-jelas menyimpang. (Sumber: Arman Hakim Nasuion, 2003, p36) Gambar 2.1 Pola Daa Perminaan Meode Peramalan yang akan digunakan unuk pola daa acak adalah: 1. Raa-raa bergerak Ganda (Double Moving Average = DMA) Moving Average diperoleh dengan meraa-raa perminaan berdasarkan beberapa daa masa lalu yang erbaru. Tujuan uama dari penggunaan eknik ini adalah unuk mengurangi aau menghilangkan variasi acak perminaan dalam hubungannya dengan waku. Tujuan ini dicapai dengan meraa-raakan beberapa nilai daa secara bersama-sama, dan menggunakan nilai raa-raa ersebu sebagai ramalan perminaan unuk periode yang akan daang (Arman Hakim Nasuion, 2003, p35). Prosedur peramalan raa-raa bergerk ganda melipui iga aspek (Makridakis / Wheelwrigh / McGee, 1999) : a. Penggunaan raa-raa bergerak unggal pada waku (diulis S' )

5 20 b. Penyesuaian, yang merupakan perbedaan anara raa-raa bergerak unggal dan ganda pada waku (diulis S ' S" ) c. Penyesuaian unuk kecenderungan dari periode ke periode +1 (aau ke periode +m jka kia ingin meramalkan m periode ke muka) Prosedur raa-raa bergerak ganda dapa dierangkan melalui persamaan beriku: S S X + X + X N + 1 ' = 1 + X N S' + S' + N + 1 " = 1 + S' S' N ( S' + S" ) = 2S' y S a = S' + " b = 2 ( S' S" ) N 1 F m = a + b m + 2. Pemulusan Eksponenial Tunggal (Single Exponenial Smoohing = SES) Meode pemulusan eksponensial unggal (Single Exponenial Smoohing) dengan menambahkan parameer α dalam modelnya unuk mengurangi fakor kerandoman. Berbeda dengan meode raa-raa bergerak yang hanya menggunakan N daa periode erakhir dalam melakukan perkiraan, meode pemulusan eksponensial unggal mengikuserakan semua periode. Seiap daa pengamaan mempunyai konribusi dalam penenuan nilai perkiraan periode sesudahnya. Namun dalam perhiungannya cukup diwakili oleh daa pengamaan dan hasil perkiraan erakhir, karena nilai

6 21 perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamaan sebelumnya (Makridakis / Wheelwrigh / McGee, 1999). Prosedur pemulusan eksponenial unggal dapa dierangkan melalui persamaan beriku: F ( 1 α ) F 1 = α. X + 3. Meode Penghalusan Exponenial (Double Exponenial Smooing) Double Exponenial Smoohing sau parameer berujuan supaya peramalan dapa menghasilkan hasil yang lebih mulus (Makridakis / Wheelwrigh / McGee, 1999). Dasar pemikirannya serupa dengan raa raa bergerak linier yang secara maemais dapa diunjukan dengan rumus : S S a ' '' = α. X ' = 2S S ( 1 α ) S ' = α. S + (1 α) S + m + '' α ' '' b = ( S S ) 1 α F = a + b m ( 1) '' ( 1) Dimana: X = Daa penerimaan pada periode a = Fakor aau konsana pemulusan F + m = Perkiraan unuk periode

7 Safey sock Safey sock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebu sebagai buffer sock, yang digunakan unuk memenuhi perminaan pelanggan keika erjadi hal yang iba-iba. Rumus unuk menghiung safey sock (Greene, 1997, p309) adalah: Safey sock = Safey Facor * Sandar Deviasi Sandar deviasi merupakan hasil perhiungan yang menggunakan daa perminaan selama periode yang bersangkuan. Rumus unuk menghiung sandar deviasi (S) adalah: S = (x-x) n 2 Dengan x = jumlah perminaan dalam periode yang bersangkuan, x = raa-raa perminaan selama periode yang bersangkuan, n = jumlah periode daa perminaan Jadwal Induk Produksi Produksi Akifias Maser Producion Schedule (MPS) pada dasarnya berkaian dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (Maser Producion Schedule/MPS), memproses ransaksi MPS, memelihara caaan-caaan MPS, mengevaluasi efekifias dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waku yang eraur unuk keperluan umpan-balik injauan ulang. Fungsi MPS adalah : 1. Menjadwalkan jumlah end iem yang akan diproduksi. 2. Memberikan inpu bagi MRP.

8 23 3. Sebagai dasar dari pembuaan perencanaan sumber daya. 4. Merupakan dasar unuk meneapkan janji pengiriman pada konsumen. Menuru Reid dan Sanders, ujuan dari pembuaan MPS adalah [2]: 1. Mencapai ingka pelayanan konsumen yang diinginkan dengan menjaga ingka persediaan produk akhir aau dengan menjadwalkan waku penyelesaian produk akhir unuk memenuhi perminaan konsumen. 2. Memanfaakan sumber-sumber daya perusahaan yang ada, seperi bahan baku, enaga kerja, dan peralaan-peralaan dengan sebaik mungkin. 3. Menjaga agar jumlah persediaan eap berada pada ingka yang diinginkan. Lingkungan manufakur sanga meneukan proses penjadwalan MPS, lingkungan yang umum diperimbangkan keika akan mendesain MPS (Chapman, 2006, p78) adalah: Make To Sock Biasanya akan dikirim secara langsung dari gudang produk akhir dan harus ada sok sebelum pesanan pelanggan iba. Produk akhir harus dibua dan diselesaikan erlebih dahulu sebelum menerima pesanan dari pelanggan. Make To Order Biasanya dikerjakan seelah menerima pesanan dari pelanggan. Seringkali komponen-komponen memiliki waku unggu yang panjang (long lead ime) direncanakan aau dibua lebih awal guna mengurangi waku unggu penyerahan kepada pelanggan.

9 24 Assembly To Order Pada dasarnya seperi Make To Order, dimana semua komponen yang digunakan dalam assembly aau proses akhir direncanakan aau dibua lebih awal, kemudian disimpan dalam sock guna menganisipasi pesanan pelanggan. Menuru Gaspersz (1998, p ) pada dasarnya jadwal produksi induk (Maser Producion Schedulling = MPS) merupakan suau pernyaaan enang produk akhir (ermasuk pars penggani dan suku cadang) dari suau perusahaan indusri manufakur yang merencanakan memproduksi oupu berkaian dengan kuanias dan periode waku. Iem No. Lead Time On Hand Tabel 2.1 Conoh Tabel MPS Descripion Safey Sock Demand Time Fences Planning Time Fences Periode Pas Due Forecas Acual Order Projec Available Balance Available o Promise Maser Schedule Kapasias Produksi Terpasang Penjelasan mengenai komponen-komponen yang erdapa dalam abel 2.1 MPS adalah sebagai beriku : a) Iem No menyaakan kode produk yang akan diproduksi. b) Lead ime menyaakan waku yang dibuuhkan unuk me-release aau memanufakur suau produk. c) On hand menyaakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode sebelumnya.

10 25 d) Descripion menyaakan deskripsi produk secara umum. e) Safey sock merupakan sok pengaman yang harus ada di angan sebagai anisipasi erhadap kebuuhan di masa akan daang. f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendaang dari MPS di mana dalam periode ini perubahan erhadap MPS idak diijinkan aau idak dierima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akiba keidaksesuaian aau kekacauan jadwal. g) Planning Time Fences (PTF) merupakan baas waku penyesuaian pesanan di mana perminaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang maerial dan kapasias masih ersedia. h) Forecas merupakan rencana penjualan aau peramalan penjualan unuk iem yang dijadwalkan iu. i) Acual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang dierima dan bersifa pasi. j) Projeced Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada akhir periode. PAB dihiung dengan menggunakan rumus: PAB < DTF = PAB -1 + MS AO PAB DTF < < PTF = PAB -1 + MS AO aau F (pilih yang besar) k) Available o Promise memberikan informasi enang berapa banyak iem aau produk erenu yang dijadwalkan pada periode waku iu ersedia unuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapa membua janji yang epa bagi pelanggan. ATP = ATP -1 + MS AO l) Maser Schedule merupakan jadwal produksi aau manufakuring yang dianisipasi unuk produk aau iem erenu.

11 Sisem Informasi Manajemen (Managemen Informaion Sysem) Sisem Sisem menuru O Brien (2003, p8) adalah suau kelompok dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan berineraksi sau sama lain dan mencipakan suau kesauan yang uuh. Elemen-elemen ini bekerja sama unuk mencapai suau ujuan bersama dengan menerima inpu dan memproduksi oupu dalam proses ransformasi yang erorganisir. Sisem memiliki iga komponen dasar yang saling berineraksi : 1. Inpu : mencakup mendapakan dan mengaur komponen aau elemen yang masuk ke sisem unuk diproses. Conohnya mencakup bahan menah, daa, usaha manusia. 2. Proses : mencakup proses ransformasi yang mengubah inpu menjadi oupu. Conohnya mencakup proses manufakur, perhiungan maemais, dan lain sebagainya. 3. Oupu : mencakup elemen yang elah melalui proses ransformasi. Conoh mencakup jasa, produk dan informasi. Selain keiga komponen dasar ersebu, erdapa dua lagi komponen ambahan yaiu : 1. Feedback : daa mengenai performa sisem. 2. Conrol : mecakup pengawasan dan evaluasi dari feedback unuk mengeahui bila sisem bergerak menuju ujuan yang elah dieapkan Informasi Unuk memahami konsep informasi, perlu unuk erlebih dahulu memahami konsep daa. Daa adalah kenyaaan aau observasi mengenai fenomena erenu aau

12 27 ransaksi bisnis erenu yang merupakan pengukuran objekif dari karakerisik dari suau objek pengamaan erenu. Informasi adalah daa yang elah diolah sehingga memiliki makna erenu bagi penggunanya Sisem Informasi Sisem Informasi adalah sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya yang mengumpulkan, memproses dan menyalurkan informasi dalam suau organisasi. Pengerian lainnya dari sisem informasi adalah sebagai suau sisem yang menerima daa sebagai inpu dan kemudian mengolahnya menjadi informasi sebagai oupunya. Compuer Based Informaion Sysem (CBIS) adalah sisem informasi berbasis kompuer dimana sisem disini menyangku kombinasi dari perangka keras, perangka lunak, sumber daya manusia, jaringan dan daa yang berfungsi unuk melakukan kegiaan inpu, proses, oupu, penyimpanan dan konrol yang mengubah sumber daya daa menjadi produk berupa informasi. Sumber daya sisem informasi menuru O Brien (2003, p11-14) mencakup : 1. Sumber daya manusia Sumber daya manusia mencakup pengguna akhir dan spesialis IS. Pengguna akhir adalah semua orang yang menggunakan sisem informasi dalam melaksanakan kegiaan dan ugas mereka. Spesialis IS mencakup sysem analys, pengembang sofware dan orang yang mengoperasikan sisem ersebu. 2. Sumber daya perangka keras (hardware) Hardware mencakup semua peralaan fisik dan maerial yang digunakan dalam mengolah informasi ermasuk di dalamnya mesin seperi kompuer (baik iu

13 28 merupakan kompuer deskop, lapop, mainframe, dan lain sebagainya) sera semua perlengkapan lainnya seperi media penyimpanan, media unuk inpu dan oupu. 3. Sumber daya perangka lunak (sofware) Sofware mencakup program dan prosedur. Program adalah serangkaian perinah yang mengonrol jalannya hardware. Prosedur adalah serangkaian insruksi unuk mengolah informasi seperi prosedur inpu daa, prosedur unuk mengoreksi kesalahan. 4. Sumber daya daa Daa disini mencakup semua benuk daa ermasuk daa berupa angka, alfabe maupun karaker lain yang mendeskripsikan ransaksi bisnis dan kejadian lainnya. Termasuk juga di dalamnya adalah konsep penyimpanan daa seperi daabase. 5. Sumber daya jaringan Sumber daya jaringan mencakup media komunikasi seperi eknologi komunikasi wireless, microwave kabel sera opik dan lain sebagainya sera dukungan unuk jaringan seperi modem Sisem Informasi menuru O Brien (2003, p24) erbagi aas iga kaegori yaiu : 1. Operaions Suppor Sysems Merupakan sisem operasi yang memproses daa yang digunakan dalam operasi bisnis menjadi informasi yang dapa digunakan baik unuk keperluan inernal maupun eksernal anpa penekanan mengenai kegunaannya bagi manajemen (aau manager). Fungsinya adalah unuk mengefisiensikan ransaksi bisnis, mengonrol proses bisnis, mendukung komunikasi dan kolaborasi sera updae daabase. Yang ermasuk dalam Operaions Suppor Sysems adalah :

14 29 a. Transacion Processing Sysems Mengolah daa yang didapa dari ransaksi bisnis, mengupdae daabase operasional, dan mengahasilkan dokumen bisnis. b. Process Conrol Sysems Memonior dan mengonrol proses indusri. c. Enerprise Collaboraion Sysems Mendukung kolaborasi dan kerja sama sera komunikasi dalam kegiaan perusahaan, im dan kelompok kerja. 2. Managemen Suppor Sysems Merupakan sisem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi unuk mendukung pengambilan kepuusan yang efekif bagi para manager. Yang ermasuk dalam Managemen Suppor Sysems adalah : a. Managemen Informaion Sysems Menyediakan informasi dalam benuk laporan dan ampilan yang mendukung proses pembuaan kepuusan bisnis. b. Decision Suppor Sysems Menyediakan dukungan ad hoc unuk proses pengambilan kepuusan bagi manager dan profesional bisnis lainnya. c. Execuive Informaion Sysems Menyediakan informasi yang kriis dari berbagai sumber unuk memenuhi kebuuhan informasi bagi kaum eksekuif perusahaan.

15 30 3. Sisem informasi yang dapa mendukung operasi maupun kegiaan manajemen seperi: a. Exper Sysems Sisem berbasis knowledge (pengeahuan) yang memberikan masukan aau nasiha dari sudu pandang ahli di bidang ersebu. b. Knowledge Managemen Sysems Sisem berbasis knowledge yang mendukung pencipaan, pengorganisasian, dan penyebaran business knowledge dalam perusahaan. c. Sraegic Informaion Sysems Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan perusahaan kemampuan sraegis dalam mendapakan keunungan bersaing. d. Funcional Business Sysems Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen unuk fungsi bisnis mendasar dalam suau perusahaan Sisem Informasi Manajemen McLeod (2001, p239) mendefinisikan Sisem Informasi Manajemen (SIM) sebagai sisem berbasis kompuer yang menyediakan informasi bagi pengguna yang memiliki kepeningan yang saman yaiu pengambilan kepuusan unuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi / perusahaan. Oupu dari SIM adalah berupa laporan periodik, laporan khusus dan perhiungan maemais. Model SIM dapa dijelaskan dalam Gambar 3.2. Dimana diunjukkan bahwa daa dan informasi didapa dari lingkungan. Daabase digunakan oleh sofware unuk menghasilkan laporan dan model maemais juga digunakan unuk menghasilkan

16 31 perhiungan yang akan digunakan oleh pengambil kepuusan dalam organisasi baik iu berupa manager maupun non manager. Aliran daa dan informasi dibedakan unuk menunjukkan yang mana yang merupakan inpu dan oupu dari komponen sysem. (Sumber : McLeod, 2000, p240) Gambar 2.2 Model Sisem

17 32 SIM memberikan konribusi erhadap pemecahan masalah dalam dua cara: 1. Sumber daya informasi organisasi secara menyeluruh SIM menyiapkan dan merupakan sarana unuk menghubungkan para manager dalam organisasi, sehingga informasi dapa digunakan bersama unuk mendukung pemecahan masalah yang dihadapi. 2. Pemahaman dan idenifikasi masalah Sesuai dengan konsep SIM yaiu sebagai penyedia informasi erus menerus bagi manager (pengambil kepuusan). Penggunaan SIM dapa memberikan gambaran dan sinyal akan masalah yang dihadapi aau yang akan erjadi bila kepuusan lebih lanju idak segera diambil. SIM juga membanu dalam hal pemahaman penyebab dari masalah ersebu Daur Hidup Sisem (Sysem Life Cycle) Daur Hidup Sisem adalah pengaplikasian pendekaan sisem unuk pengembangan sisem informasi dan subsisem berbasis kompuer. Daur hidup sisem erdiri dari rangkaian ugas yang mengikui pola erenu dan dilakukan secara op-down sehingga dikenal dengan pendekaan air erjun (waerfall approach). Daur hidup sisem menuru McLeod (2001, p123) erdiri dari lima fase dimana empa fase perama berkaian dengan upaya pengembangan sisem sehingga dikenal dengan sebuan Sysem Design Life Cycle (SDLC). Keempa fase ersebu adalah planning (perencanaan), analysis (analisa), design (perancangan) dan implemenaion (implemenasi). Fase yang kelima adalah use (pemakaian) yang mana akan berlangsung hingga sisem perlu unuk dirancang ulang aau dihenikan.

18 Analisa dan Perancangan Berorienasi Objek (Objec Oriened Analysis and Design) Analisa dan perancangan berorienasi objek (OOAD) menggunakan objek dan kelas sebagai konsep kunci dalam melakukan analisa dan perancangan. Objek sendiri adalah suau enias yang memiliki idenias, sae dan behaviour. Dalam kegiaan analisa objek digunakan unuk mengelola pemahaman akan koneks sisem. Dalam perancangan objek digunakan unuk memahami dan mendefinisikan sisem. Kelas menuru Mahiassen (2000, p4) adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi srukur, behavioral paern dan aribues yang sama. Kelas berguna unuk memahami dan menggambarkan objek dimana daripada mendeskripsikan masingmasing objek yang ada, akan lebih baik unuk membua kelas yang berisi objek-objek dengan deskripsi yang sama. Penganalisaan objek mendeskripsikan fenomena yang erjadi diluar sisem yang umumnya berdiri sendiri. Walaupun fenomena ersebu idak dapa diaur namun eap perlu diakui keberadaannya yang akan mempengaruhi sisem. Perancangan objek mendeskripsikan fenomena yang berada dalam sisem yang dapa dikendalikan. Keunggulan dalam OOAD menuru Mahiassen (2000, p5-6) adalah : a. Menyediakan informasi yang jelas mengenai koneks sisem. Dimana OOAD memfokuskan dengan kejelasan yang sama anara sisem dan koneksnya. b. Hubungan yang era anara analisa berorienasi objek dengan perancangan berorienasi objek, anar muka pengguna yang berorienasi objek dan programming yang berorienasi objek. Dalam kegiaan analisa, objek digunakan unuk menenukan sysem requiremens dan dalam perancangan, objek digunakan unuk mendeskripsikan sisem. Objek juga

19 34 digunakan unuk menggambarkan dan sebagai model dari siuasi dalam organisasi mauun siuasi di luar organisasi. c. Objek memungkinkan pemahaman dengan cara yang alami erhadap masalah yang dihadapi. Akivias dalam OOAD mencakup kegiaan uama yaiu problem domain analysis, applicaion domain analysis, archiecure design dan componen design. Selain iu erdapa juga kegiaan ambahan yaiu preliminary analysis yang dilakukan sebelum keempa akivias ersebu yang berujuan unuk menenukan sisem yang dibuuhkan dengan cara memahami siuasi yang ada mengumpulkan ide-ide Sysem Choice Perancangan sisem dimulai dengan mengumpulkan ide-ide mengenai sisem yang dibuuhkan sera mengumpulkan informasi mengenai siuasi yang sedang dihadapai. Kegiaan ini merupakan preliminary analysis dimana pada ahap ini dilakukan perembukan demi ujuan pengumpulan ide mengenai sisem aau keadaaan yang ada saa ini dari berbagai sudu pandang pihak-pihak yang erliba di dalamnya sera ide-ide berkaian dengan sisem yang diinginkan dan dibuuhkan. Hasil dari preliminary analysis ini adalah sysem definiion yang menggambarkan pilihan sisem yang akan dikembangkan. Sysem definiion menjelaskan koneks sisem, informasi yang harus dikandung dalam sisem, fungsi-fungsi dalam sisem, penggunaan sera baasan-baasan yang harus diperhaikan.

20 35 Dalam kegiaan preliminary analysis juga dienukan FACTOR yang mana seperi dinyaakan oleh Mahiassen (2000, p39-40) merupakan enam krieria : a. Funcionaliy : Fungsi dari sisem yang mendukung kegiaan dalam applicaion domain. b. Applicaion domain : Bagian dari organisasi yang mengaur, mengawasi dan mengonrol problem domain. c. Condiions : Kondisi dimana sisem akan dikembangkan dan digunakan. d. Technology : Teknologi yang digunakan baik unuk mengembangkan sisem dan juga eknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sisem. e. Objecs : Objek uama dalam problem domain f. Responsibiliy : Tanggung jawab sisem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan koneksnya. Mahiassen (2000, p40) juga menyaakan bahwa FACTOR dapa digunakan dalam dua cara. Yang perama adalah FACTOR dapa digunakan unuk mendukung kegiaan pembuaan sysem definiion, dimana keenam krieria FACTOR diperimbangkan formulasinya. Pada ahap ini, FACTOR erlebih dahulu didefinisikan baru kemudian dienukan sysem definiionnya. Cara kedua adalah dengan mendefinisikan erlebih dahulu sysem definiion dan kemudian menggunakan keenam krieria FACTOR unuk mengeahui bagaimana sysem definiion yang dibua elah memenuhi keenam fakor ersebu.

21 Problem Domain Analysis Problem domain analysis berfokus pada upaya unuk mengeahui apa-apa saja informasi yang perlu unuk diangani oleh sisem. Kegiaan dalam problem domain analysis mencakup akivias kelas berupa penenuan objek, kelas dan even yang dirangkum dalam even able. Kelas dan objek ersebu kemudian dibua modelnya berdasarkan relasi srukural anara kelas dan objeknya, unuk kemudian dilakukan pendeskripsian dari aribu dan behavior dari kelas dan objek ersebu Akivias Kelas Akivias kelas dalam problem domain analysis merupakan kegiaan absraksi, klasifikasi, dan pemilihan. Absraksi merupakan kegiaan dimana problem domain diabsraksikan dalam benuk objek dan kelas. Objek dan kelas ersebu kemudian diklasifikasikan dan kemudian dilakukan pemilihan kelas dan even yang digunakan unuk memodelkan problem domain. Konsep kelas dan even ini merupakan upaya unuk mendifinisikan dan membaasi problem domain. Even able merupakan abel yang merangkum kelas dan even dimana dalam even able akan diunjukkan even dimana objek erenu erliba di dalamnya dan juga even apa saja yang mempengaruhi objek ersebu Akivias Srukural Bila dalam akivias kelas, kelas dan objek dikarakerisasi berdasarkan evennya maka pada akivias srukural hal ini dikembangkan dengan menambahkan pendeskripsian hubungan srukural anara kelas dan objek ersebu. Srukur ini kemudian digambarkan dalam suau class diagram (diagram kelas). Srukur menuru

22 37 Mahiassen (2000, p72-77) erbagi aas dua yaiu srukur anar objek dan srukur anar kelas : 1. Srukur anar kelas, yaiu: Generalisasi Merupakan hubungan srukural anara dua aau lebih kelas yang khusus dengan kelas yang lebih umum. Relasi generalisasi dapa didefinisikan sebagai hubungan adalah dimana subclass (kelas yang khusus) juga adalah superclass (kelas yang umum). Conohnya adalah anara kendaraan dengan ruk dimana kendaraan adalah superclass dan ruk adalah subclass dimana dapa dinyaakan bahwa ruk adalah kendaraan. Dalam konsep generalisasi ini segala yang merupakan propery dari superclass juga berlaku bagi subclassnya. 2. Srukur anar objek a. Agregasi Menggambarkan hubungan anara dua aau lebih objek yang menunjukkan bahwa salah sau dari objek merupakan bagian dari suau objek keseluruhan. Hubungan asosiasi dapa dinyaakan sebagai hubungan bagian dari. Conohnya adalah pada objek mobil dan roda dimana roda dapa dinyaakan sebagai bagian dari mobil. b. Asosiasi Hubungan asosiasi merupakan hubungan anara dua aau beberapa objek yang idak mengimplikasikan adanya peringka anar objek yang dihubungkannya ersebu. Asosiasi idak memiliki nama, dimana bila ampak perlu unuk pemberian nama maka iu menandakan adanya kelas penghubung yang belum didefinisikan unuk hubungan ersebu.

23 Akivias Behavior Pada akivias ini dilakukan pendefinisian aribu dan behavioral paern (pola behavior) dari seiap kelas. Pola behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan even races unuk semua objek dalam sebuah kelas. Even races adalah uruan even yang melibakan onjek erenu. Mahiassen (2000, p93) menyaakan bahwa behavioral paern memiliki iga benuk yaiu sequence (uruan), selecion (pemilihan) dan ieraion (perulangan). Sequence merupakan pola dimana even erjadi seelah even erenu diselesaikan. Selecion merupakan pola dimana hanya sau even yang erjadi dari beberapa kemungkinan even yang dapa erjadi. Ieraion merupakan pola even yang dapa erjadi berulang-ulang. Hal yang perlu diperhaikan dalam pembuaan behavioral paern adalah even yang menyebabkan ebenuknya objek dalam sebuah problem domain dan even yang menyebabkan hilangnya objek ersebu. Hal lainnya adalah bahwa behavioral paern harus mampu menggambarkan even races yang diperbolehkan dan yang idak legal. Hasil dari akivias behavioral ini adalah saechar yang menggambarkan semua kemungkinan akivias dalam kelas mulai dari pembenukan kelas hingga keika kelas ersebu dierminasi Applicaion Domain Analysis Applicaion domain analysis berfokus pada upaya unuk menjawab peranyaan bagaimana sisem akan digunakan. Pada ahap ini akan dilakukan pendefinisian use cases, acor, funcion dan inerface dari sysem. Kegiaan analisa dapa dimulai baik dari analisa problem domain maupun pada analisa applicaion domain masing-masing

24 39 dengan iik bera yang berbeda. Dimana bila diawali dengan applicaion domain analysis maka fokus akan erleak pada pekerjaan pengguna semenara dengan memulai dari problem domain analysis fokus erleak pada akivias bisnis ersebu dan bukannya pada anarmuka sisem ersebu. Dengan memulai dari problem domain analysis yang walaupun lebih suli dibandingan dengan applicaion domain analysis erdapa kelebihan berupa pendeskripsian objec oriened yang lebih baik. Semenara problem domain lebih sabil semenara applicaion domain lebih renan erhadap perubahan. Bila erdapa perubahan pada problem domain maka fungsi dan anarmuka pasi berubah namun perubahan pada applicaion domain dapa idak menyebabkan perubahan pada problem domain Usage Dalam akivias ini dilakukan pendefinisian bagaimana pengguna (user) berineraksi dengan sisem. Hal ini dilakukan dengan pendefinisian use case dan acor. Use case adalah pola ineraksi anara sisem dengan acor dalam applicaion domain. Acor adalah absraksi dari pengguna aaupun sisem lain yang berineraksi dengan sisem. Use case memungkinkan suau pemahaman aas sisem dari sudu pandang pengguna dan menyediakan dasar bagi pendefinisian dan pengevaluasian fungsi dan anarmuka. Hasil dari akivias ini adalah use case diagram yang menggambarkan neraksi anara acor dan use case.

25 Funcions Funcion (fungsi) adalah fasilias yang memungkinkan model agar berguna bagi para acors. Akivias ini berguna unuk menenukan kapabilias dari pemrosesan sisem informasi dimana funcion yang kompleks perlu unuk diberikan perhaian lebih. Mahiassen (2000, p138) menyaakan bahwa erdapa empa ipe funcion yaiu : 1. Updae : fungsi yang diakifkan oleh even dalam problem domain dan menghasilkan perubahan di saus dari model. 2. Signal : diakifkan oleh perubahan saus dari model dan mengakibakan reaksi baik berupa ampilan bagi para akor yan menyaakan hal ersebu aau inervensi langsung dalam problem domain. 3. Read : diakifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para acors dan mengakibakan sisem menampilkan bagian erenu dari model yang berhubungan. 4. Compue : diakifkan oleh adanya keperluan akan informasi oleh para acors yang perlu melibakan kompuasi dari informasi yang disediakan oleh para acos aaupun model. Hasilnya adalah berupa hasil kompuasi ersebu Anarmuka Anarmuka merupakan fasilias yang memungkinkan model sisem dan funcion dari sisem agar dapa digunakan oleh para acors. Anarmuka sendiri dapa dibedakan aas anarmuka pengguna dengan anarmuka sisem. Hasil dari kegiaan analisa anarmuka adalah navigaion diagram yang menggambarkan seiap windows dan bagaimana hubungan anara seiap windows dan bagaimana mengakses seiap windows ersebu. Hasil lainnya adalah berupa sequence

26 41 diagram dimana pada diagram ini dijelaskan ineraksi anar objek-objek melalui pesanpesan yang disampaikan anar objek ersebu Archiecure Design Perancangan arsiekur merupakan suau usaha unuk mensrukurisasi sisem berdasarkan bagian-bagiannya unuk memenuhi krieria perancangan erenu. Kegiaan perancangan arsiekur erbagi aas dua kegiaan yaiu arsiekur komponen dan arsiekur proses. Arsiekur komponen berfokus pada aspek yang lebih sabil (kelas) dan merupakan srukur unuk keperluan deskripsi. Arsiekur proses lebih berfokus pada aspek yang dinamis (objek) dan mensrukurisasi proses dalam sisem agar erkoordinasi dan efisien. Arsiekur proses lebih berhubungan dengan perimbangan fisikal dibandingkan dengan arsiekur komponen yang lebih berhubungan dengan aspek logikal. Kegiaan dalam perancangan arsiekur menuru Mahiassen (2000, p176) adalah: Priorias perancangan (krieria) Krieria merupakan kondisi aau sifa yang lebih diuamakan dalam suau arsiekur. Perancangan yang baik perlu unuk menyeimbangkan anara berbagai krieria dan karena krieria-krieria ini bisa jadi saling berenangan maka priorias dari krieria ersebu menjadi pening. Krieria-krieria ersebu adalah : 1. Usable : Kemampuan sisem unuk dapa diadapasi dalam suau organisasi, kegiaan kerja dan koneks eknis dalam organisasi ersebu.

27 42 2. Secure : Pencegahan erhadap akses yang idak diijinkan erhadap daa dan fasilias sisem. 3. Efficien : Eksploiasi ekonomis dari fasilias eknis sisem. 4. Correc : Pemenuhan kebuuhan sisem. 5. Reliable : Pemenuhan keepaan yang dibuuhkan dalam pelaksanaan fungsi - fungsi sisem. 6. Mainainable : Biaya unuk memperbaiki defec dari sisem. 7. Tesable : Biaya unuk memasikan bahwa sisem yang dibua dapa berfungsi sesuai sebagaimana mesinya. 8. Flexible : Biaya unuk mengubah sisem yang dibua. 9. Comprehensible : Usaha yang diperlukan unuk mendapakan pemahaman aas sisem. 10. Reuseable : Poensi unuk menggunakan bagian dari sisem dengan sisem erkai lainnya. 11. Porable: Biaya unuk memindahkan sisem ke perangka eknis yang lain. 12. Ineroperable : Biaya unuk penggunaan sisem dengan sisem yang lain. Perancangan yang baik umumnya memiliki krieria usable, flexible dan comprehensible. Usable dienukan oleh hubungan anara kualias eknis sisem dengan penerapannya dalam pekerjaan user. Flexible dan comprehensible membanu dalam perancangan dan pengimplemenasian kegiaan.

28 Pendefinisian komponen Komponen adalah kumpulan dari bagian program dengan anggung jawabnya masing-masing. Arsiekur komponen adalah srukur sisem dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Arsiekur komponen yang baik akan membanu pemahaman sisem, pengauran perancangan dan menunjukkan kesabilan dari sisem ersebu. Komponen sisem memiliki iga bagian yaiu : 1. User inerface : beranggung jawab unuk membaca perinah dari ombol dalam ampilan, dan mengupdae ampilan yang memungkinkan ineraksi anara pengguna dengan sisem. 2. Model : beranggung jawab dalam menampung objek. 3. Funcion : beranggung jawab dalam menyediakan fungsi dari sisem. Terdapa iga pola arsiekur yaiu : 1. The layered archiecure paern Arsiekur ini memiliki beberapa komponen yang dirancang dalam benuk lapisanlapisan dimana erdapa anarmuka aas dan bawah. Anarmuka aas mendeskripsikan operasi yang disediakan oleh komponen di lapisan aas semenara anarmuka bawah mendeskripsikan operasi yang dapa diakses oleh komponen dari lapisan dibawahnya. 2. The generic archiecure paern Arsiekur ini erdiri model sisem yang erleak di lapisan paling bawah, diikui dengan dengan funcion diaasnya dan kemudian inerface di lapisan eraas.

29 44 Perangka eknis bisa dileakkan di bawah model dimana perangka eknis ini erhubung dengan model dan inerface. 3. The clien-server archiecure paern Dikembangkan unuk sisem yang erdisribusi di beberapa area geografis yang berbeda. Komponen dari arsiekur ini mencakup sebuah sever dan beberapa klien dimana klien-klien ini menggunakan server secara independen sau sama lainnya Pendefinisian proses Arsiekur proses merupakan srukur pengeksekusian sisem yang erdiri dari proses-proses yang inerdependen. Tujuan dari akivias ini adalah unuk mendefinisikan srukur fisik dari sisem. Hasil dari akivias ini adalah deploymen diagram. Deploymen diagram menjelaskan konfigurasi sisem dalam benuk processor dan objek yang erkai dengan processor dimana processor adalah uni yang melakukan proses Componen Design Sisem komponen yang umum erdiri aas komponen fungsi dan komponen model. Perancangan komponen erdiri dari kegiaan unuk mendefinisikan kedua komponen ersebu dan bagaimana menghubungkan komponen-komponen. Tujuan dari kegiaan ini adalah unuk menenukan penerapan kebuuhan dalam kerangka kerja arsiekur.

30 Model Componen Model componen adalah bagian dari sisem yang mengimplemenasikan model problem domain. Tujuan dari model componen adalah unuk menganarkan daa hisoris dan masa kini ke funcions, anarmuka dan juga bagi pengguna sera sisem lain yang menggunakannya. Hasil dari kegiaan ini adalah revised class diagram dari hasil analisa even dan srukur kelas yang ada Funcion Componen Funcion componen adalah bagian dari sisem yang mengimplemenasikan apa yang menjadi keperluan fungsional. Tujuan dari kegiaan ini adalah unuk memberikan akses erhadap model kepada anarmuka pengguna dan sisem lainnya. Dengan demikian funcion componen adalah penghubung anara model dan penggunaannya. Hasil dari kegiaan ini adalah class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang kompleks. Spesifikasi bagi operasi yang kompleks dapa digambarkan dalam benuk operaion specificaion, sequence diagram aau saechar diagram Visual Basic.Ne Microsof Visual Basic.Ne adalah sebuah ala unuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di aas sisem.ne Framework, dengan menggunakan bahasa Basic. Dengan menggunakan ala ini programmer dapa membangun aplikasi Windows Form. Ala ini dapa diperoleh secara erpadu dalam Microsof Visual Sudio.Ne. Bahasa Visual Basic.Ne sendiri mengaur paradigma bahasa pemograman berorienasi objek yang dapa diliha sebagai evolusi dari Microsof Visual Basic versi sebelumnya yang diimplemenasikan di aas.ne Framewok. Pada

31 46 ahun 2005, Miscrosof merilis versi erbaru dari Visual Basic.Ne, yang disebu Visual Basic 2005 (dengan membuang kaa.ne ).

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan salah sau asse ermahal bagi banyak perusahaan, dan berjumlah sekiar 50 persen dari oal modal yang dianamkan (Render dan Heizer, 2005, p60). Menuru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Persediaan Persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal bagi perusahaan, mencerminkan oal 40% dari oal modal yang diinvesasikan (Render dan Heizer, 997, p34). Oleh karena

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Menuru Teguh Baroo (2002, p13), produksi adalah suau proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sedangkan sisem produksi adalah sekumpulan akivias unuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah hal pening yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan manufakur. Perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uru-uruan operasi dam pemeriksaan. Sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan Menuru Reinder dan Heizer (1997, p314) persediaan merupakan salah sau ase yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari oal modal yang diinvesasikan.

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya, diperlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau

BAB II LANDASAN TEORI. bahasa Yunani Sustema yang berarti satu kesatuan yang atas komponen atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sisem Aplikasi Menuru Jogiano (2004), sisem berasal dari bahasa lain Sysema dan bahasa Yunani Susema yang berari sau kesauan yang aas komponen aau elemen-elemen yang dihubungkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Persediaan Menuru Biegel (referensi 3), persediaan adalah bahan yang disimpan di dalam gudang yang kemudian akan digunakan unuk kelangsungan suau proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 21 BAB 2 LANDAAN TEORI 2.1 Perencanaan Proses Perencanaan proses merupakan suau perencanaan erhadap proses pembuaan produk, bagaimana produk ersebu akan dibua ( hal ini menenukan apakah suau komponen akan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AGING TUNGGAKAN PEMBIAYAAN MODAL MIKRO DALAM PEMBERIAN KREDIT DI PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (Persero) CABANG BANDUNG

SISTEM INFORMASI AGING TUNGGAKAN PEMBIAYAAN MODAL MIKRO DALAM PEMBERIAN KREDIT DI PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (Persero) CABANG BANDUNG SISTEM INFORMASI AGING TUNGGAKAN PEMBIAYAAN MODAL MIKRO DALAM PEMBERIAN KREDIT DI PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (Persero) CABANG BANDUNG Ade Hajriman Siregar Program Sudi Teknik Informaika Fakulas Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Peramalan 3.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan kemampuan dan keerampilan unuk memperkirakan kejadian-kejadian di masa akan daang (Heizer, 1991, p138). Menuru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing RANCANG BANGUN SISTEM PERAMALAN PERMINTAAN BARANG PADA CV. KONVEKSI JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Kuncono 1) 1) S1/ Jurusan Sisem Informasi. Sekolah Tinggi Manajemen Informaika &

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Indusri Definisi menuru insiue of indusrial and sysem (IIE) : Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) : BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Teknik Indusri Definisi eknik indusri menuru Insiue of Indusrial Engineering (IIE) : Teknik Indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, peningkaan, dan insalasi dari

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pusaka 2.1.1 Perencanaan proses Perencanaan proses mencakup perancangan dan implemenasi suau sisem kerja unuk menghasilkan barang aau jasa sesuai dengan jumlah yang diinginkan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci