BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN"

Transkripsi

1 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan penggunaan kwh-eter pada fasa-netral dengan hasil pengukuran yang didapat dari pengukuran energi terpakai enggunakan kwheter tiga fasa. Nilai keduanya epunyai selisih yang dikaitkan dengan ketidakseibangan beban yang dicatu pada siste tiga fasa. Nilai ketidakseibangan dihitung dengan ebandingkan selisih terbesar dari daya beban antara dua jalur. Jadi, ketidakseibangan ditentukan berdasarkan selisih beban antar fasa yang terbesar. Nilai ketidakseibangan berkisar dari angka 0% sapai 100%. Ketidakseibangan sebesar 0% jika seluruh beban saa nilainya, sedangkan ketidakseibangan 100% jika ada salah satu atau dua fasa yang tidak berbeban dan fasa yang lain eiliki suatu nilai. Secara garis besar,pengabilan data dibagi enjadi : 1) Pebebanan linier seibang Pebebanan Linier Seibang Pebebanan Linier tidak seibang 2) Pebebanan Haronik Pebebanan Non Linier seibang Pebebanan Non Linier tidak seibang

2 36 Berikut adalah data %error (perbedaan) pengukuran pada kwheter 3 fasa dengan penjulahan kwheter 1 fasa akibat peasangan trafo : No Beban (VA) W1 (KW) W2 (KW) ΣKWH 1φ (kwh) KWH 3φ (kwh) Beda akibat trafo (P1- P2) %error ,9216 0,8473 1,847 1,73 0,0743 9, ,7390 0,6795 1,455 1,38 0,0595 8, ,5630 0,5203 1,094 1,05 0,0427 7, ,3876 0,3540 0,740 0,71 0,0336 8, ,2010 0,1860 0,374 0,36 0,0150 7, ,0267 0, , Catatan : W1 = besar nilai daya terukur antara trafo dengan kwheter 3 fasa pada jalur a W2 = besar nilai daya terukur antara trafo dengan kwh eter 1 fasa pada jalur a Tabel di atas enunjukkan %error (perbedaan) akibat peasangan trafo.data besar nilai kwheter 1 fasa dan 3 fasa diabil dari tabel pebebanan linier seibang. Contoh perhitungan untuk endapatkan %error adalah sebagai berikut: Data no 1. %error = (1, ,0743) 1,73 100% = 9,92% (1, ,073) Atau dapat juga dikatakan = ( KWH _1 fasa + Daya _ ditarik _ oleh _ trafo ) Nilai _ terukur _ pada _ kwh _3_ fasa 100% ( KWH _1 fasa + Daya _ ditarik _ oleh_ trafo)

3 37 Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa error akibat peasangan trafo pada kisaran nilai beban total (julah total beban ke 2 jalur) 400 VA hingga 2000 VA kurang lebih dapat dikatakan saa, yakni berkisar antara 7,57% - 9,9%. Naun nilai error yang ekstre sebesar 100% dapat kita lihat pada data ke-1 yakni dengan pebebanan sebesar 0 KVA.Hal ini karena trafo dianggap sebagai error, sehingga ketika kondisi tidak berbeban, hanya terdapat nilai beban akibat trafo sehingga %error sebesar 100%.

4 38 Berikut adalah prinsip kerja kwh eter analog: Gabar 4.2 Konstruksi KWh eter analog tipe induksi Gabar 4.3 Ilustrasi besaran-besaran pada KWh eter Tegangan beban, v = V.sinωt Arus beban, i = I.sin( ωt ϕ)

5 39 Diana ϕ adalah sudut fasa antara v dan i, V dan I adalah nilai aksiu dari tegangan dan arus. Kuparan tegangan L adalah reaktansi urni ( X kuparan tegangan adalah L R ), sehingga arus dari i P V =.sin 90 X L ( ωt ) Dan arus dari kuparan arus diasusikan tetap i = I.sin( ωt ϕ ) C Kedua arus ini enghasilkan fluks agnetis sebagai berikut : P P P P P P ( ω ) φ = B. A = K. i = K. V.sin t 90 φ = B. A = K. i = K. I sin( ωt ϕ) C C C C C P µ.. na Diana K adalah konstanta fluks dari KWh eter, K =, kecuali untuk l fluks tegangan yang dipengaruhi oleh reaktasni kepingan X L, dan indeks P dan C enandakkan suber dari fluks, yaitu P untuk tegangan dan C untuk arus. Sehingga dapat dikatakan V Φ P dan I Φ C, dengan fasa P φ ketinggalan ( 90 ϕ) dari φ C Fluks agnetis bolak-balik ini enghasilkan tegangan induksi pada piringan yang bergantung dari lilitan kuparan N arus dan tegangan, yaitu : dφ P ' ε P = N P. = N P. K P. V. ω.cos( ωt 90 ) = K P. ωv.sinωt dt dφc εc = NC. = NC. KC. I. ω.cos ωt ϕ = KC. ω. I.sin ωt ϕ 90 dt ' ( ) ( )

6 40 Dapat dikatakan, ε ωv dan ε ωi P C Pada akhirnya, tegangan induksi ini enghasilkan arus-arus putar pada piringan, sesuai dengan persaaan berikut : ' ωv '' iep = K p..sin ( ωt β ) = K p. ω. V.sin ( ωt β ) Z ' ωi '' iec = KC..sin (( ωt ϕ 90 ) β) = KC. ω. I.sin (( ωt ϕ 90) β) Z Diana Z adalah ipedansi piringan (yang erupakan konstanta KWh eter) dan β adalah sudut ipedansi piringan Diagra vektor dari penjelasan diatas adalah sebagai berikut Diagra vektor besaran-besaran pada KWh eter Tapak bahwa ϕ = 90 α Sesuai dengan huku Lorentz, aka interaksi antara arus-arus putar dengan fluks-fluks agnetis akan enghasilkan suatu torsi ekanis berikut, φ nld...cosδ τ = F. d = ( nbil....cos δ ). d = n.. il..cos δ. d =. φ. i A A

7 41 Karena n, l, d, cos δ adalah konstanta yang tergantung dari KWh eter, aka, T φ. i Untuk torsi akibat interaksi antara arus putar dari arus beban ( i ec ) dengan fluks agnetis dari tegangan beban ( φ P ) disebut τ 1, dan torsi akibat interaksi antara arus putar dari tagangan beban ( i ep ) dengan fluksi agnetis dari arus beban ( φ C ) disebut τ 2. { (( ) )} ( ) { } τ1 iec. φp ω. I.sin ωt ϕ 90 β. V.sin ωt 90 { ( )} ( ) { } τ 2 iep. φc ω. V.sin ωt β. I.sin ω t ϕ Dengan bantuan persaaan ateatis sinusoidal, aka dihasilkan : 1 τ 1 ω. V. I cos ϕ + β + cos 2ω ϕ β 2 { ( ) ( t )} 1 τ 2 ω. V. I cos ϕ + β cos 2ω ϕ β 2 { ( ) ( t )} Jadi kepingan loga akan endapatkan suatu gaya, yang berbanding lurus terhadap iecφ P, dan akan epunyai tendensi berputar pada subunya. Akan tetapi seperti telah sering dijelaskan sapai saat ini, bila frekuensi kerjanya adalah diatas beberapa hertz (Hz), aka pengaruh dari unsur kedua dala kurung diatas, dapat diabaikan, dan kepingan dapat dianggap berputar sebanding dengan unsur pertaa saja. Deikian pula aka kepingan loga akan berputar dibawah pengaruh dari i ep dan φ C didala arah yang berlawanan dengan keadaan sebelunya. Jadi pada akhirnya kepingan loga akan eneria suatu oen yang berbanding lurus terhadap perbedaan dari pada kedua oen yang berlawanan ini, dan dengan oen perbedaan inilah aka kepingan akan berputar pada subunya.

8 42 Moen tersebut diberikan dengan persaaan dibawah ini τ τ τ D τ D ωv.. I. cos ϕ + β cos ϕ + β 2 1 τ D ωv.. I { 2.cos β.cosϕ} 2 τ ω. VI..cos β.cosϕ D {( ( )) ( ( ))} Diana cos β adalah konstanta yang ditentukan oleh ipedansi dari piringan etal terhadap arus-arus putar i ec dan i ep, dan pula oleh konstruksi dari pada alat ukur. Dan apabila konstanta-konstanta disatukan, aka τ D = K. ω. V. I.cosϕ Misalkan karena torsi ini, piringan aluiniu berputar dengan kecepatan putaran N. Sabil berputar ini, piringan akan eotong garis-garis fluks agnetis dari agnet peranen φ, hal ini akan enghasilkan arus-arus putar yang baru pada piringan yang sesuai dengan : φ ε = B.. ln =.. ln A i ε Z = = l Z. N. φ Sehingga i N. φ Arus-arus putar ini akan berinteraksi dengan fluks agnetis yang dihasilkan agnet peranen, akibatnya piringan yang berputar endapat torsi redaan τ N. φ. φ N. φ τ = K. N. φ 2 enjadi 2 d d Apabila torsi-torsi τ D dan τ berada dala keadaan setibang, aka d τ = K. N. φ 2 d

9 43 dan τ D = K. ω. V. I.cosϕ Sehingga, N = K K. φ 2. ω. V. I.cos ϕ...(4.1) Sesuai dengan persaaan diatas aka torsi ekanik yang dihasilkan alat ukur tipe induksi berbanding lurus terhadap hasil kali tegangan beban dan arus beban serta faktor daya dari siste. Naun, persaaan yang didapatkan (persaaan 4.1) adalah nilai persaaan ketika kwheter bekerja dan tersabung dala keadaan noral, yaitu terhubung secara fasa-netral. Sedangkan pada rangkaian percobaan di atas (pada jalur a), keluaran fasa R dan fasa S terhubung dengan asukan trafo sehingga, akan terjadi rangkaian tertutup yang akibatnya suplai arus dari fasa R akan eleahkan arus dari fasa S begitu juga sebaliknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gabar di bawah ini : Dari gabar dapat kita lihat bahwa loop 1 adalah loop yang diakibatkan fasa S dan loop 2 diakibatkan fasa R. Maka dari gabar dapat dilihat bahwa antara loop 1 yang diakibiatkan oleh nilai Ir bersifat eleahkan terhadap loop 2 yang terjadi oleh karena Is begitupun sebaliknya. Maka, apabila digabarkan rangkaian ganti kwheter enurut konstruksinya secara sederhana adalah sebagai berikut :

10 44 Pada kuparan arus fasa R, oleh karena terkena pengaruh akibat fasa S yang eiliki nilai saa besar dengannya aka terjadi hubungan yang saling enghilangkan. Begitu juga sebaliknya yang terjadi pada kuparan arus pada fasa S yang terpengaruh oleh fasa R. Hal tersebut epengaruhi putaran piringan kwheter. 1.Pebebanan Linier a) Pebebanan Linier Seibang Pengujian dengan beban linier yang diatur seibang dilakukan sebanyak 5 kali variasi data selaa asing-asing selaa 1 ja. Pengujian dilakukan secara berurutan dengan rentang waktu antara pengabilan data asing-asing selaa kurang lebih 5-15 enit. Dari besar nilai tegangan dan arus pada jalur a (fasanetral) dapat dilihat bahwa penguji engukur paraeter untuk jalur a pada titik antara keluaran kwh eter 3 fasa dengan asukan transforator. Dengan erujuk dari tabel 3.1, aka didapat :

11 45 Tabel 4.1 selisih nilai daya antara instan jalur a dengan jalur b No. Beban a (VA) Beban b (VA) ( P P) a (Watt) , , ,5 b Tabel 4.1 enunjukkan selisih nilai daya (instan) terukur pada alat ukur. Dari tabel tersebut,dapat dilihat bahwa dengan adanya peasangan transforator pada pebebanan seibang pada tiap-tiap jalur enibulkan perbedaan pengukuran nilai daya instan pada tiap jalurnya-nya. Perbedaan nilai tersebut enyebabkan rugi-rugi yang bertabah besar seiring dengan waktu. Rugi-rugi daya yang bertabah besar seiring laanya penggunaan transforator antara lain disebabkan tidak adanya siste pendingin (cooling syste) yang terintegrasi pada transforator yang digunakan. Rugi-rugi daya tersebut terindikasi elalui naiknya teperatur pada trafo. Penabahan teperatur disebabkan karena pengabilan data dilakukan secara langsung dengan rentang waktu sekitar 5-15 enit sehingga tidak eungkinkan bagi transforator untuk kebali ke posisi awalnya dikarenakan selain tiadanya siste pendingin yang terintegasi juga oleh karena isolasi pada trafo yang enyulitkan perpindahan kalor. Hal ini dapat dikopensasi dengan penggunaan siste pendingin (cooling syste) pada trafo. Kelainan terlihat pada data ke-3 yang enunjukkan selisih nilai daya instan pada jalur a (fasa-netral) dan jalur b (fasa-fasa) sebesar 7 Watt. Dengan peakaian transforator selaa 3 ja (peakaian trafo untuk data 1 dan data 2) selisih nilai daya instan pada jalur a dan jalur b seharusnya akan terjadi peningkatan teperatur pada transforator yang diikuti seakin besar pula daya yang terdisipasi. Maka, data ke-3 dianggap kurang baik yang terjadi keungkinan oleh kesalahan pebacaan.

12 46 W( watthour) = PT. Dengan : P = daya hilang akibat panas (Watt),dan T = Waktu (ja atau hour) Persaaan di atas enunjukkan besarnya energi yang hilang yang dapat dihitung elalui perkalian antara besarnya daya hilang dengan laa penggunaan transforator Tabel 4.2 perhitungan error pada pebebanan liner seibang No. Load(VA) Σ W1φ (kwh) W 3φ (kwh) % Perbedaan ,847 1,73 6,3% ,455 1,38 5,1% ,094 1,05 4,0% ,740 0,71 4,0% ,374 0,36 3,7% Grafik 4.1 perbandingan pengukuran kwh-eter 1 dan 3 fasa untuk beban linier seibang

13 47 Grafik hasil pengukuran di atas enunjukkan bahwa pada tingkat nilai pebebanan rendah, hasil pengukuran dengan enggunakan kwh-eter tiga fasa lebih rendah dibanding hasil pengukuran langsung enggunakan kwh-eter tiga fasa. Naun, perbedaan nilai keduanya tidak terlalu signifikan.hal ini dapat diihat dari garis yang hapir bertipangan. Sedangkan pada pebebanan tinggi, hasil pengukuran langsung hasil pengukuran dengan enggunakan kwh-eter tiga fasa tetap lebih rendah dibanding hasil pengukuran langsung enggunakan kwheter tiga fasa. Naun perbedaan nilai keduanya seakin terlihat jelas berbeda. Hal ini enunjukkan pada nilai pebebanan yang besar dan waktu pengukuran yang laa, aka perbedaan pengukuran antara enggunakan kwh eter 1 fasa dengan kwheter 3 fasa akan berbeda dikarenakan pengukuran yang lebih akurat. b. Pebebanan Linier Tidak Seibang Pengujian dengan beban linier yang diatur tidak seibang dilakukan sebanyak 5 kali variasi data selaa asing-asing selaa 1 ja. Pengujian dilakukan secara berurutan dengan rentang waktu antara pengabilan data asing-asing selaa kurang lebih 5-15 enit. Dari besar nilai tegangan dan arus pada jalur a dapat dilihat bahwa penguji engukur paraeter untuk jalur a pada titik antara keluaran kwh eter 3 fasa dengan asukan transforator. Tabel 4.3 perbandingan pengukuran kwh-eter 1 dan 3 fasa untuk beban linier tidak seibang No % ketidakseibangan kwh1 φ kwh3φ , ,655 1, ,143 1, ,251 1, ,064 0, ,899 0,81

14 48 Grafik 4.2 perbandingan pengukuran kwh-eter 1 dan 3 fasa untuk beban linier tidak seibang Grafik hasil pengukuran di atas enunjukkan bahwa pada tingkat ketidakseibangan rendah, hasil pengukuran dengan enggunakan kwh-eter tiga fasa lebih rendah dibanding hasil pengukuran enggunakan penjulahan kwh-eter satu fasa. Kesaaan hasil pengukuran dengan enggunakan kwheter satu fasa dan kwh-eter tiga fasa terjadi pada kisaran persentase ketidakseibangan 40%. Selain berpengaruh terhadap perbedaan hasil pengukuran dengan enggunakan kwh-eter satu fasa dan kwh-eter tiga fasa, ketidakseibangan beban linier juga secara teori juga berpengaruh terhadap peanasan transforator karena eningkatnya arus netral. Selain itu karena rentang waktu pengabilan data yang cukup sepit antara antara data satu dengan data yang lainnya ebuat transforator belu kebali ke keadaan noralnya. 2. Pebebanan Non Linier Pada siste tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban non linier. Pada beban linier, arus yang engalir berbanding lurus dengan

15 49 perubahan tegangan. Sebaliknya, pada beban non-linier, arus tidak berbanding lurus dengan tegangan. Jenis beban ini akan enghasilkan gangguan/distorsi gelobang arus yang tidak sinusoidal. Menurut pebagian jenis beban di atas, beban haronik dapat dikatakan sebagai beban non linier. Gabar 4.1 Karakteristik gelobang arus pada beban non linie Sesuai dengan dasar teori yang telah dipaparkan terlebih dahulu, penggunaan beban non linier pada siste enibulkan pengaruh yang cukup besar pada pengukuran energi terpakai dengan enggunakan kwh eter analog etode induksi. Siste yang diberi pebebanan haronik, eiliki beberapa nilai frekuensi yang erupakan perkalian antara nilai frekuensi dasarnya (fundaental) dengan bilangan bulat (1,2,3,4,...). Sehingga Pada dasarnya pengukuran energi terpakai enggunakan kwh eter analog tidaklah dapat dikatakan akurat, oleh karena hal yang telah disebutkan di atas. Siste yang diberi pebebanan haronik, eberikan arus balik (distorsi) yang erupakan akar dari julah kuadrat nilai-nilai arus pada asingasing frekuensi kelipatan dari frekuensi dasarnya seperti tertulis pada persaaan 2.20 : h RMS = M = M 1+ THD h> h 1

16 50 Dengan adanya arus balik ini,pengukuran energi terpakai dengan etode induksi enjadi tidak akurat akibat adanya arus balik yang berlawanan arah dengan arus fundaental yang cenderung eperkecil nilai arus fundaental tersebut. Sehingga antara energi terpakai dengan energi terukur pada kwh eter tipe induksi berbeda. Sehingga dari persaaan 4.1, didapat : K N =. ω. V. ( I ) ( ).cos 2 fundaental I haronik ϕ K. φ...(4.2) Nilai penjulahan akar dari julah kuadrat nilai-nilai arus pada asingasing frekuensi kelipatan dari frekuensi dasarnya biasa disebut THD (Total Haronik Distortion)

17 51

18 52 Dari tabel 4.4 di atas dapat dengan jelas kita lihat bahwa %THD (Total Haronik Distortion) berpengaruh pada pengukuran enggunakan kwh eter analog elalui adanya daya yang tidak terukur (daya rugi)akibat adanya nilai arus balik yang elawan arah arus frekuensi dasar(fundaental). Dengan adanya nilai arus balik tersebut, besar daya yang terukur pada kwh eter adalah hasil kali perkalian antara tegangan terukur yang dikalikan dengan selisih nilai arus fundaental dengan besar nilai arus haronik. Sehingga dapat dikatakan seakin besar nilai %THD suatu beban aka akan seakin besar pula selisih antara pengukuran besar energi yang disuplai siste dengan energi yang tercatat pada alat ukur energi (kwh eter analog) dekat beban. Dari tabel 4.4, dapat terlihat bahwa dengan peasangan trafo pada jalur a, terlihat %THD yang berbeda antara jalur a dengan jalur b untuk pebebanan yang seibang.%thd pada jalur yang enggunakan trafo cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan jalur tanpa enggunakan trafo. Pada data 1 dan 2 selisih %THD antara jalur a dengan jalur b berkisar antara 3%-4%. Maka, dapat dikatakan bahwa dengan adanya peasangan trafo pada jalur a dapat ereda distorsi haronik akibat peasangan beban non linier walau untuk besar redaan yang relatif kecil. Selisih nilai %THD cukup besar tapak pada data ke 4 yaitu sebesar 24,6%. Hal ini dikarenakan besar nilai pebebanan yang relatif kecil.naun, pada data ke 3 napak sedikit perbedaan, yakni %THD pada jalur b lebih besar dibandingkan dengan jalur a dengan selisih sebesar 2,05%. Hal ini ungkin antara lain disebabkan oleh kondisi pebebanan yang sulit untuk dijaga secara konstan (pebebanan dengan koputer yang bekerja labil). Universitas Indonesia

19 53

20 54 Dari tabel di atas di atas dapat kita lihat bahwa pada percobaan ketidakseibangan beban enurut besar %THD.Variasi data yang dilakukan dengan cara ebebankan jalur a dengan jalur b sebesar 1 KVA,naun dibuat berbeda besarnya nilai %THD. Pengujian dilakukan dengan engatur beban non linier yang epunyai %THD berbeda yang dilakukan secara bervariasi. Pengujian dilakukan secara berurutan dengan rentang waktu antara pengabilan data asing-asing selaa kurang lebih 5-15 enit.dari besar nilai tegangan dan arus pada jalur a dapat dilihat bahwa penguji engukur paraeter untuk jalur a pada titik antara keluaran kwh eter 3 fasa dengan asukan transforator. Dari tabel tapak bahwa hasil yang didapat tidak terlalu banyak berbeda antar data. Hal tersebut dikarenakan seua julah nilai pada setiap variasi beban saa. Hal tersebut diperkuat dengan kecilnya %THD antar variasi data yang enyebabkan perbedaan data tapak kurang terlihat. Hal ini terjadi karena dipakainya Pendingin ruangan(ac) sebagai beban oleh karena rating yang diiliki cukup besar untuk endapatkan variasi data sebesar 1KVA. Perbedaan yang sedikit encolok tapak pada data percobaan ke 2 dan ke 3 di ana pada data tersebut terdapat nilai %THD yang cukup besar pada variasi pebebanan non linier tidak seibang ini yaitu sebesar 14,40% dan 14,7 pada jalur b(fasa-netral).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN ANTARA FASA-FASA MENGGUNAKAN TRANSFORMATOR DENGAN FASA-NETRAL TERHADAP HASIL PENGUKURAN SKRIPSI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN ANTARA FASA-FASA MENGGUNAKAN TRANSFORMATOR DENGAN FASA-NETRAL TERHADAP HASIL PENGUKURAN SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN ANTARA FASA-FASA MENGGUNAKAN TRANSFORMATOR DENGAN FASA-NETRAL TERHADAP HASIL PENGUKURAN SKRIPSI Bico Maxtrada 04 04 03 02 1Y FAKULTAS TEKNIK PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1

1. Penyearah 1 Fasa Gelombang Penuh Terkontrol Beban R...1 DAFTA ISI. Penyearah Fasa Gelobang Penuh Terkontrol Beban..... Cara Kerja angkaian..... Siulasi Matlab...7.3. Hasil Siulasi.... Penyearah Gelobang Penuh Terkontrol Beban -L..... Cara Kerja angkaian.....

Lebih terperinci

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

BAB 21. INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB. INDUKSI EEKTROMAGNETIK.... Huku Faraday dan enz.... Generator istrik...6.3 Transforator...7.4 Indukstansi...9.5 Energi dala Medan Magnet....6 Rangkaian istrik AC...4.7 Osilator....8

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Pendahuluan

Surya Darma, M.Sc Departemen Fisika Universitas Indonesia. Pendahuluan Surya Dara, M.Sc Departeen Fisika Universitas Indonesia Pendahuluan Potensial listrik yang uncul sebagai dapak dari perubahan edan agnet dala area tertentu disebut ggl induksi. Arus yang terjadi pada kawat

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA

PEMOTONGAN PADA DUA HARGA TEGANGAN BERBEDA EEKTONKA ANAOG Perteuan PEMOTONGAN PADA DUA HAGA TEGANGAN BEBEDA Disebut juga rangkaian pengiris atau slicer. angkaian utk peotongan pada dua harga tegangan yg berbeda ditunjukkan pd gabar (a) berikut.

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC FISIKA KEAS II IPA - KUIKUUM GABUNGAN 09 Sesi NGAN ANGKAIAN AUS BOAK-BAIK A. AUS BOAK-BAIK a. Persaaan Arus dan Tegangan A Arus bolak-balik adalah arus listrik yang arah dan besarnya senantiasa berubah

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

Oleh: Sudaryatno Sudirham

Oleh: Sudaryatno Sudirham Mesin Sinkrn Oleh: Sudaryatn Sudirha Kita telah elihat bahwa pada transfratr terjadi alih energi dari sisi prier ke sisi sekunder. Energi di ke-dua sisi transfratr tersebut saa bentuknya (yaitu energi

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

I t = kuat arus listrik sesaat (A) I m = kuat arus maksimum (A)

I t = kuat arus listrik sesaat (A) I m = kuat arus maksimum (A) 6 Kpetensi Dasar t.sin t Mengidentifikasi penerapan istrik A dan D dala kehidupan sehari-hari t = kuat arus listrik sesaat (A = kuat arus aksiu (A ndikatr Mrulasikan arus dan tegangan blakbalik serta paraeter-paraeternya

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

Gambar 2.44 Diagram arus, tegangan dan daya komponen resistif

Gambar 2.44 Diagram arus, tegangan dan daya komponen resistif 84 Jadi daya rara-rata adalah perkalian arus searah (D) dan tegangan searah (D) atau disebut juga daya konstan tidak lagi tergantung oleh perubahan periodik waktu. Gabar.44 Diagra arus, tegangan dan daya

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Michael Faraday Jaes Clerk Maxwell Medan lektroagnetik Pergerakan uatan listrik enghasilkan edan agnet Perubahan edan agnet dapat enibulkan pergerakan uatan listrik Koil/kuparanjikadialirilistrikakanenghasilkanedanagnet

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan KWh-meter analog 3 fasa dan KWh-meter digital 3 fasa. Perbandingan yang dilihat

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk

Arus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN 5 BAB PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN Kebutuhan akan penabahan pebangkit listrik saat ini sangat diperlukan engingat Indonesia diprediksi dala keadaan krisis energi listrik diasa endatang. Saat

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Agus R. Utomo Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : arutomo@yahoo.com Mohamad Taufik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut

Sistim Komunikasi 1. Pertemuan 4 Modulasi Sudut Sisti Kounikasi 1 Perteuan 4 Modulasi Sudut Mudrik Alaydrus Teknik Elektro Fakultas Teknik, UMB udrikalaydrus@yahoo.o 1 Bentuk uu dari sinyal terodulasi sudut: x ( ϑ ( ( t = A os t ϑ (t ( t 1 d ϑ ( t =

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN. 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN. 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian Pengujian dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi dan Pengukuran Listrik (TTPL) Fakultas Teknik. Secara umum, pengujian terbagi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 SEEKSI OIMPIDE TINGKT KBUPTEN/KOT 14 TIM OIMPIDE FISIK INDONESI 15 Bidang Fisika Waktu : 18 enit KEMENTRIN PENDIDIKN DN KEBUDYN DIREKTORT JENDER PENDIDIKN DSR DN MENENGH DIREKTORT PEMBINN SEKOH MENENGH

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan

BAB II TRANSFORMATOR. II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan BAB II TRANSFORMATOR II.1 UMUM Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level ke

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL PADA MOTOR INDUKSI Zanu Rachad Wahyudi 0905068 Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopeber Kapus ITS, Surabaya 60 e-ail: zanoe_rw@yahoo.co

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: efisiensi, faktor daya, motor kapasitor. 1. Pendahuluan DTE FT USU

ABSTRAK. Kata Kunci: efisiensi, faktor daya, motor kapasitor. 1. Pendahuluan DTE FT USU NLISIS PERNDINGN EFISIENSI DN FKTOR DY MOTOR KPSITOR STRT DENGN MOTOR KPSITOR RUN DENGN TEORI MEDN PUTR SILNG DN TEORI MEDN PUTR GND ( plikasi pada Pusat Pengebangan Peberdaaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Lebih terperinci

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran Franky Departemen Elektro FTUI Depok Dr. Ir. Rudy Setiabudy Departemen Elektro FTUI Depok Abstrak-Terdapat ketidaksamaan hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI FAKUTAS TEKNIK UNP PENYEAAH SATU FASA TIDAK TEKENDAI JOBSHEET/ABSHEET JUUSAN : TEKNIK EEKTO NOMO : II POGAM STUDI : DI WAKTU : x 5 MENIT MATA KUIAH /KODE : EEKTONIKA DAYA / TEI5 TOPIK : PENYEAAH SATU FASA

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum

DINAMIKA LINEAR Teori Singkat Hukum-hukum Newton tentang Gerak Gaya-gaya yang sering dijumpai dalam persoalan mekanika: maksimum DINAIKA LINEAR Teori Singkat Huku-huku Newton tentang Gerak. Huku Newton Benda yang dia atau berada dala gerak dengan keceatan konstan akan terus berada dala keadaan geraknya kecuali ada gaya yang bekerja

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR JAWABAN BABAK PENYISIHAN 21 September 2014

PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR JAWABAN BABAK PENYISIHAN 21 September 2014 PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR JAWABAN BABAK PENYISIHAN 1 Septeber 014 I. PETUNJUK UMUM: 1. Gunakan konstanta-konstanta berikut dala enyelesaikan soal. Konstanta Sibol Nilai Kecepatan cahaya c,00 10 8 /s Konstanta

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER

6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER 6. OPTIKA FOURIER 6.1. ANALISIS FOURIER Dala intererensi, diraksi, terjadi superposisi dua buah gelobang bahkan lebih. Seringkali superposisi terjadi antara gelobang yang eiliki aplitudo, panjang gelobang

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

BAB 8 ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK

BAB 8 ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK BAB 8 ALAT UKUR DAN PENGUKURAN LISTRIK Daftar Isi : 8.1. Alat Ukur Listrik... 8-2 8.2. Siste Satuan... 8-3 8.3. Ukuran Standar Kelistrikan... 8-4 8.4. Siste Pengukuran... 8-4 8.5. Alat Ukur Listrik Analog...

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI DINAS PENDIDIKAN PROPINSI DKI JAKARTA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMA MGMP FISIKA - SMA DKI Sekretariat: SMAN 72, Jl.Prihatin Kodaar Kelapa Gading Barat Jakarta Utara Telp 021 4502584 Fax: 021-45850134

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008)

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008) RUMUSRUMUS FISIK SMP (diurutkan berdasarkan SKL 008) M : KELS / O : Design by Denny 008 SMPK 4 BPK PEBUR O RUMUS SIMBOL STU (SI) Massa Jenis ρ = V Peuaian panjang zat padat 3 Kalor o.. T t o a. Kalor untuk

Lebih terperinci

Transformator. Dasar Konversi Energi

Transformator. Dasar Konversi Energi Transformator Dasar Konversi Energi Transformator Transformator adalah suatu peralatan listrik yang termasuk dalam klasifikasi mesin listrik statis dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. listrik, dan tegangan listrik (V). Gaya bertanggung jawab terhadap adanya

BAB II LANDASAN TEORI. listrik, dan tegangan listrik (V). Gaya bertanggung jawab terhadap adanya BAB II LANDASAN TEORI Gaya gerak elektron dalam kelistrikan mempunyai beberapa macam sebutan : Gaya gerak listrik (ggl), potensial listrik, perbedaan potensial, tekanan listrik, dan tegangan listrik (V).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/23/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /3/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik usat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik usat assa benda koosit.

Lebih terperinci

Bab 3. Instrumen Penunjuk Arus Searah

Bab 3. Instrumen Penunjuk Arus Searah Bab 3 nstruen Penunjuk Arus Searah A. PENDAHULUAN Pokok Bahasan : Galvanoeter suspensi Torsi dan defleksi di galvanoeter Sentitivitas galvanoeter Mekanise kuparan aknik peranen Apereeter arus searah olteter

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. BAB V FONASI RAKIT I. PENAHULUAN Fondasi rakit erupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit elebar keseluruh bagian dasar bangunan. Fondasi rakit digunakan jika lapis tanah eiliki kapasitas dukung

Lebih terperinci