PERBANDINGAN KINERJA PENGENDALIAN SISTEM TIGA TANGKI ANTARA METODE POLE PLACEMENT, INCREMENTAL CONTROL DAN MODEL PREDICTIVE CONTROL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN KINERJA PENGENDALIAN SISTEM TIGA TANGKI ANTARA METODE POLE PLACEMENT, INCREMENTAL CONTROL DAN MODEL PREDICTIVE CONTROL SKRIPSI"

Transkripsi

1 UNIVERSITS INONESI PERNINGN KINERJ PENGENLIN SISTE TIG TNGKI NTR ETOE POLE PLCEENT, INCREENTL CONTROL N OEL PREICTIVE CONTROL SKRIPSI HRRY NOFRINZ PRKS FKULTS TEKNIK EPRTEEN TEKNIK ELEKTRO EPOK ESEER 29

2 UNIVERSITS INONESI PERNINGN KINERJ PENGENLIN SISTE TIG TNGKI NTR ETOE POLE PLCEENT, INCREENTL CONTROL N OEL PREICTIVE CONTROL SKRIPSI iajan sebagai salah sat syarat nt memperoleh gelar Sarjana Teni HRRY NOFRINZ PRKS FKULTS TEKNIK EPRTEEN TEKNIK ELEKTRO EPOK ESEER 29 i

3 HLN PERNYTN ORISINLITS Sripsi ini adalah hasil arya saya sendiri, dan sema smber bai yang ditip mapn dirj telah saya nyataan dengan benar. Nama : Harry Nofrian Praasa NP : Tanda Tangan : Tanggal : 3 esember 29 ii Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

4 HLN PENGESHN Sripsi ini diajan oleh : Nama : Harry Nofrian Praasa NP : Program Stdi Jdl Sripsi : Teni Eletro : Perbandingan Kinerja Pengendalian Sistem Tiga Tangi antara etode Pole Placement, Incremental Control dan odel Predictive Control Telah berhasil dipertahanan di hadapan ewan Pengji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlan nt memperoleh gelar Sarjana Teni pada Program Stdi Teni Eletro Faltas Teni,. EWN PENGUJI Pembimbing : Ir. ries Sbiantoro,.SEE.. Pengji : r. Ir. Feri Ysivar,.Sc... Pengji : r. Ir. bdl Halim,.Eng.. itetapan di : epo Tanggal : 3 esember 29 iii Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

5 KT PENGNTR Pji syr saya panjatan epada llah SWT, Than Yang aha Esa, arena atas arnia dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaian sripsi ini. Penlisan sripsi ini dilaan dalam ranga memenhi salah sat syarat nt mencapai gelar Sarjana Teni Jrsan Teni Eletro pada Faltas Teni. Saya menyadari bahwa, tanpa bantan dan bimbingan dari berbagai piha, dari masa perliahan sampai pada penysnan sripsi ini, sangatlah slit bagi saya nt menyelesaian sripsi ini. Oleh arena it, saya mengcapan terimaasih epada: 1. Ir. ries Sbiantoro,.SEE sela dosen pembimbing yang telah menyediaan wat, perhatian, dan piiran nt mengarahan saya dalam penysnan sripsi ini. 2. Unt yahanda, Firmansyah, dan Ibnda, Yenni, dengan rasa cinta dan tanggng jawabnya sehingga saya selal bersyr, eda aa saya, Gigin dan wi, yang selal memotivasi tanpa lelah, terimaasih atas ilmnya yang mengbah saya nt banya belajar. 3. iger sela rean bimbingan dan ayat yang telah banya membant dalam proses pembatan simlasi serta teman seperjangan eletro dimanapn enga berada, terimaasih. 4. Rean-rean sema yang telah membant penyelesaian sripsi ini, tetap semangat. hir ata, saya berharap llah SWT, Than Yang aha Esa berenan membalas segala ebaian yang dilaan oleh sema piha yang telah membant. Semoga sripsi ini memberian onstribsi bar dalam dnia pendidian. epo, 3 esember 29 iv Penlis Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

6 HLN PERNYTN PERSETUJUN PULIKSI TUGS KHIR UNTUK KEPENTINGN KEIS Sebagai sivitas aademi, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Harry Nofrian Praasa NP : Program Stdi : Teni Eletro Faltas : Teni Jenis arya : Sripsi emi pengembangan ilm pengetahan, menyetji nt memberian epada Ha ebas Royalti Noneslsif Non-eslsif Royalty-Free Right atas arya ilmiah saya yang berjdl: PERNINGN KINERJ PENGENLIN SISTE TIG TNGKI NTR ETOE POLE PLCEENT, INCREENTL CONTROL N OEL PREICTIVE CONTROL eserta perangat yang ada jia diperlan. engan Ha ebas Royalti Noneslsif ini berha menyimpan, mengalihmedia/format-an, mengelola dalam bent pangalan data database, merawat, dan mempbliasian tgas ahir saya selama tetap mencantman saya sebagai penlis/pencipta dan sebagai pemili Ha Cipta. emiian pernyataan ini saya bat dengan sebenarnya. ibat di : epo Pada Tanggal : 3 esember 29 Yang menyataan Harry Nofrian Praasa v Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

7 STRK Nama : Harry Nofrian Praasa Program Stdi : Teni Eletro Jdl : Perbandingan Kinerja Pengendalian Sistem Tiga Tangi antara etode Pole Placement, Incremental Control dan odel Predictive Control. Sripsi ini membahas pemodelan linear dengan penyederhanaan model non-linear pada sistem tiga tangi menggnaan metode toregressive exogeneos RX. etode RX tersebt didapat dengan mengambil data masan dan elaran dari sistem open loop emdian memasan parameter orde dari sistem linear yang diinginan. esain pengendali yang dilaan pada sripsi ini menggnaan metode pole placement, incremental control, dan model predictive control. etode ontrol predisi dipilih nt sistem tiga tangi arena memilii settling time yang lebih cepat dengan pengatran nilai parameter Ψ, Γ, dan Θ yang dionfigrasi berdasaran horison predisi H p dan horison ontrol H. Kata nci : PC, ontrol predisi, tiga tangi terhbng vi Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

8 STRCT Name : Harry Nofrian Praasa Stdy Program : Electrical Engineering Title : The Performance Comparison of System Controlling with Three Tans on Pole Placement, Incremental Control, and odel Predictive Control ethod. This thesis discsses the simplification linear modeling of non-linear model of the three tans system sing the toregressive exogeneos RX method. RX method is obtained by taing the inpt and otpt data from openloop system and then enters the order parameters of the desired linear system. Controller design is done in this thesis sing the method of pole placement, incremental control, and model predictive control. Predictive Contol methods is chosen for three-tan system becase it has a settling time is faster by the parameter vales Ψ, Γ, and Θ is configred based on prediction horion H p and the control horion H. Key words: PC, predictive control, three tans connected. vii Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

9 FTR ISI HLN JUUL... i HLN PERNYTN ORISINLITS... ii KT PENGNTR... iv HLN PERNYTN PERSETUJUN PULIKSI... v STRK... vi STRCT... vii FTR ISI... viii FTR TEL... x FTR GR... xi 1 PENHULUN Latar elaang Tjan atasan asalah Sistematia Penlisan SISTE TIG TNGKI, PEOELN, POLE PLCEENT, INCREENTL CONTROL N OEL PREICTIVE CONTROL eania Flida FLUI ERGERK PERSN ERNOULLI Pemodelan Tiga Tangi OEL ISKRIT RX VLISI OEL esain Kendali dengan etode Pole Placement odel Predictive Control RECEING HORIZON STRUKTUR PENGENLI PC ESIN PENGENLI PC P SISTE TIG TNGKI Penrnan odel atematis Tiga Tangi Terhbng Uji Lp Terba Sistem Tiga Tangi Terhbng Indentifiasi Sistem Tiga Tangi Terhbng esain Pengendali etode Penempatan Ktb esain Pengendali PC viii Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

10 4 NLISIS HSIL SIULSI KESIPULN FTR REFERENSI LPIRN ix Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

11 FTR TEL Tabel 3. 1 Keterangan simbol nt membat sistem tiga tangi Tabel 3. 2 Parameter yang dignaan pada sistem tiga tangi Tabel 3. 3 ata hasil masan masan step t dan elarannya yt Tabel 3. 4 Nilai Parameter leta tb lp terttp yang diinginan Tabel 3. 5 Nilai Parameter Precompensator dan Controller x Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

12 FTR GR Gambar 1. 1 lo diagram pengendali PC... 3 Gambar 2. 1 Pipa dengan etinggian dan las penampang berbah... 6 Gambar 2. 2 Sema identifiasi berdasaran esalahan predisi... 8 Gambar 2. 3 iagram blo plant lp terttp dengan pengendendali 2-OF Gambar 2. 4 iagram blo plant lp terttp dengan parameter pengendali penempatan tb.. 12 Gambar 2. 5 iagram blo plant lp terttp dengan parameter-parameter pengendali Gambar 2. 6 Ide dasar pengendali preditif Gambar 2. 7 Strtr pengendali PC Gambar 3. 1 odel tiga tangi terhbng Gambar 3. 2 Respon sistem tiga tangi terhbng dengan masan step Gambar 3. 3 Perbandingan antara masan dengan etinggian air pada tangi e Gambar 3. 4 aerah erja sistem tiga tangi Gambar 3. 5 Perbandingan elaran model RX dengan Gambar 3. 6 Pemodelan dengan metode RX Gambar 3. 7 iagram blo incremental control Gambar 4. 1 Grafi hasil endali penempatan tb dengan leta pole lp terttp = Gambar 4. 2 Grafi hasil endali penempatan tb dengan leta pole lp terttp = Gambar 4. 3 Grafi hasil endali penempatan tb dengan leta pole lp terttp = Gambar 4. 4 Perbandingan respon plant awal sistem tiga tangi dengan pengendali penempatan tb dengan tb lp terttp berada pada = Gambar 4. 5 Perbandingan respon plant awal sistem tiga tangi dengan pengendali penempatan tb dengan tb lp terttp berada pada = Gambar 4. 6 Perbandingan respon plant awal sistem tiga tangi dengan pengendali penempatan tb dengan tb lp terttp berada pada = Gambar 4. 7 Hasil perbahan respon sistem penempatan tb sebelm dan sesdah diberian integrator Gambar 4. 8 Kelaran rang eadaan dengan riteria PC Hp=5 dan H= Gambar 4. 9 Kelaran rang eadaan dengan riteria PC Hp=8 dan H= Gambar 4. 1 Kelaran rang eadaan dengan riteria PC Hp=12 dan H= Gambar Kelaran terbai dari PC dengan model rang eadaan xi Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

13 1 PENHULUN 1.1 Latar elaang Pada proses sat masan dan sat elaran, sebah model proses yang diformlasian berdasaran informasi peralatan yang ada, dan sebah masan pengendali yang sesai nt diterapan e model proses diharapan mamp mencapai riteria erja yang diinginan. asan pengendali yang tepat aan menghasilan proses elaran yang tepat pla. Proses ontrol mngin saja slit pada proses otomatis, sebagai contoh nt pendeatan model proses mngin saja rang bersesaian sehingga aan menjadi slit dalam pengendaliannya, ata etia informasi yang didapat dari sensor tida presisi sehingga proses pengendalian menjadi tida benar. eberapa fitr yang membat model proses menjadi slit diontrol di dnia nyata arena adanya hambatan berpa: a. Tingat minimal proses system order yang tida dietahi. b. odel proses dimnginan dinamis, tetapi pada data operasi masan dan elaran mngin saja tida banya dan tida menampaan arateristi proses yang penting. c. Wat tnda antara masan dan elaran mngin tida tetap ata tida dietahi. d. odel proses lp terba dimnginan tida stabil. e. odel proses mngin tida memberian eterhbngan masan dan elaran seperti biasanya nonminimm-phase. da da cara dalam melaan pengendalian pada sistem yang non-linear, yait: cara pertama dengan membat indentifiasi dan parameter estimasi dari sistem tersebt, emdian merbahnya dalam bent pendeatan model proses yang linear. Cara eda tetap menyelesaian masalah non-linear tersebt dengan 1 Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

14 2 menggnaan metode pengendali yang non-linear jga. an terasa lebih slit lagi jia diperhitngan ganggan yang tida etahi pada sistem tersebt. etode model predictive control merpaan contoh sses nt mennjan emampan terhadap etidaarasian, etidaonsistenan, dan tingat eslitan yang dihadapi pada permasalahan tersebt. Pada laporan sripsi ini model yang dignaan adalah model tiga tangi terhbng seri dengan pemodelan linear dalam bent RX. odel RX dapat memberian arateristi yang menyerpai sistem analog dengan pendeatan domain digital dengan asmsi ondisi sistem dianggap tetap. aa, salah sat desain ontrol yang bersesaian dengan model tersebt adalah pengendali dengan metode penempatan tb. Hal ini bersesaian jga dengan pernyataan P. Kanjilal, yait: desain ontrol dipengarhi oleh pemodelan proses yang ada, tetapi alitas dari ontrol sangat bergantng pada optimasi riteria erja. [PKan95]. Unt it riteria erja pn dirancang pada pengontrol lp terttp, sehingga esalahan yang terjadi pada masan pengendali ters diminimalan dengan mpan bali yang diberian oleh sensor hingga mencapai nilai yang dinginan dan tercapai inerja terbai. Namn pengendali penempatan tb masih memilii esalahan galat tna dan incremental control memilii overshoot yang cp besar. Kinerja ontrol penempatan tb aan bergantng epada pilihan dari parameter desain, selain it pada enyataannya ecepatan omptasi pengendali harslah lebih cepat dibandingan dengan mpan bali yang diterima sehingga dihasilan masan e sistem dengan benar. Unt mengatasi permasalahan tentang esalahan galat tna dan overshoot dignaanlah pengendali PC yang dapat beradaptasi terhadap perbahan nilai refrensi yang diberian pada wat yang aan datang. Kemampan pengendali ini dalam merespon menjadi arater yang ni arena nilai elaran yang diberian dapat mendahl set point yang aan datang. Hal ini Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

15 3 memberian entngan dengan semain ecilnya wat yang dibthan nt mencapai ondisi tna. Inisialisasi H dan H p PC PLNT y Set point Gambar 1. 1 lo diagram pengendali PC Pada Gambar 1.1 Cara erja pengendali PC menggnaan da bah lp yang beerja secara online. Keda lp berfngsi nt meminimman esalahan pada fngsi biaya dan mengatr parameter pengendali PC. 1.2 Tjan Tjan dari pembatan sripsi ini adalah: 1. engidentifiasi model matematis non-linear sistem tiga tangi terhbng dengan metode RX nt mendapatan model linear ber-orde tiga. 2. embat pengendali berpa metode pole placement, incremental control, dan PC. 3. embandingan sistem dengan menggnaan pengendali dengan berbagai riteria pada setiap pengendali menggnaan simlasi SIULINK R28a. 1.3 atasan asalah asalah yang dibahas dalam sripsi ini adalah proses identifiasi RX pada sistem tiga tangi terhbng seri. Teni RX bertjan nt memodelan sistem analog menjadi bent linear dalam domain digital. etode endali yang Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

16 4 dignaan adalah metode pole placement, incremental control dan model predictive control sehingga sistem tiga tangi dapat memberian elaran bersesaian dengan set point berdasaran analisa riteria dan lp terttp. 1.4 Sistematia Penlisan ab 1 Pendahlan. Pada bagian ini dibahas latar belaang, tjan, batasan masalah, dan sistematia penlisan dari penlisan sripsi ini. ab 2 asar Teori. erisi dasar teori, menjelasan meania flida, indentifiasi bent pemodelan menggnaan RX, desain endali dengan metode pole placement, incremental control, dan odel Predictive Control PC. ab 3 etodologi Penelitian. enjelasan sistem secara terperinci, mlai dari model matematis, validasi pemodelan RX, simlasi simlin, dan respon sistem analog menggnaan pengendali penempatan tb pole placement, incremental control dan pada bagian ini dijelasan jga desain PC nt pengendalian etinggian air dengan model rang eadaan. ab 4 nalisis Hasil Simlasi. Pada bagian ini dijelasan hasil pengjian dan evalasi nt perbaian inerja tiga tangi berbasis pole placement, incremental control, dan PC yang dijalanan menggnaan simlasi TL 28a. ab 5 Kesimplan. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

17 2 SISTE TIG TNGKI, PEOELN, POLE PLCEENT, INCREENTL CONTROL N OEL PREICTIVE CONTROL 2.1 eania Flida Flida memilii sifat mengalir. liran tersebt diarenaan adanya gaya gravitasi sehingga air memilii sifat nt mengisi daerah yang lebih rendah sesai dengan wadah yang menampngnya. ir memilii nilai erapatan, dimana erapatan adalah perbandingan massa terhadap volme. Kerapatan diberi simbol ρ = massa m / volme V, dengan satan ρ dalam gr/cm 3, m dalam gr, dan V dalam cm 3 sehingga erapatan air dalam standar cgs adalah 1 gr/cm 3. [TPal98] Kerapatan air ini dipengarhi oleh temperatr, berdasaran sifat anomali air pada sh 4 derajat celcis merpaan nilai masimm erapatannya. Walapn cairan mengembang bila dipanasan dan menyst jia diberi teanan, perbahan volme yang terjadi sering ali diabaian. Sehingga dalam pemodelan nantinya fator teanan dan temperatr tida diperhitngan arena tida signifian. Hal ini aan sangat berbeda jia yang dianalisis adalah aliran gas Flida ergera Sebenarnya aliran air cp rmit diperhitngan jia air tersebt mengalami trblensi. Trbelensi ini merpaan gaya yang berptar-ptar secara sembarang. asalah ini dienal dengan aliran trblen. Pada perhitngan matematis nantinya trblensi ini tida diperhitngan diarenaan air yang 5 Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

18 6 terdapat pada tangi diasmsian bergera onstan dan memilii erapatan yang tetap. Volme air yang mengalir antara tangi dengan melewati pipa, dimana besarnya volme air yang terr dalam satan wat adalah V = a.v t 2. 1 Jadi, etia menghitng laj aliran air dari tangi 1 e tangi 2 aan memenhi persamaan aliran volme I v aan sama dengan elajan v dialian dengan las penampang pipa a. Persamaan tersebt dienal dengan persamaan ontinitas, yait laj aliran air terjadi secara onstan Persamaan ernolli yang berbeda. Pada aliran air dengan pipa yang tida sejajar dan las penampang pipa Gambar 2. 1 Pipa dengan etinggian dan las penampang berbah Pada Gambar 2.1 terdapat a 1 yang merpaan penampang awal dan a 2 merpaan penampang ahir. ari gambar 2.1 didapat gaya yang beerja W 1 = F 1. x 1 =P 1.a 1. x 1 =P 1. V Flida bergera e anan berlawanan dengan arah gaya yang bererja pada a 2 sehingga Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

19 7 W 2 = F 2. x 2 =P 2.a 2. x 2 =P 2. V Jadi gaya total yang beerja W total = W 1 W W total = P 1. V-P 2. V 2. 5 W total = P 1 -P 2 V 2. 6 berdasaran hm erja dan energi W total = U K ; 2. 7 U perbahan energi potensial massa. K perbahan energi ineti m = massa flida = ρ V sehingga persamaan ernoli dapat dibtian sebagai berit, P 1 -P 2 V= ρ. V.g y 2 -y 1 ½ ρ V v v P 1 -P 2 = ρ.gy 2 -ρ.gy 1 ρ½ ρv ½ ρv P 1 ρ.g.y 1 ½ ρv 1 = P 2 ρ.g.y 2 ½ ρv P ρ.g.y 1 ½ ρv 1 = onstan Pemodelan Tiga Tangi odel isrit RX Proses identifiasi adalah dengan mengambil elaran data dari elaran proses sebenarnya emdian nilai tersebt dideati dengan sinyal elaran pada model. Pendeatan nilai tersebt merpaan saha nt meminimman esalahan yang terjadi. Salah sat metode yang dignaan adalah least sqare, dengan metode ini model dan sistem aan teridentifiasi berdasaran jmlah N data sehingga diperoleh nilai parameter yang onvergen. Nilai adrat error Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

20 8 selisih elaran sistem dan model plant pada ondisi lp terba adalah fngsi biaya cost fction yang disimbolan dengan hrf J. N N 2 J = ti = i i i= 1 i= 1 [ ] 2 y t yˆ t ari penjelasan diatas metode ini coco nt metode yang statis artinya tida ada perbahan parameter erja sistem yang disebaban oleh berbahnya ondisi lingngan. etode ini dapat dignaan nt model yang non-linear. Jia digambaran nilai estimasi esalahan dari sinyal elaran sistem dengan elaran model aan menjadi sema dibawah ini. [Sbtr7] Gambar 2. 2 Sema identifiasi berdasaran esalahan predisi ent persamaan error dari gambar 2.2 dapat ditlis menjadi t = ˆ y t ˆ t 1 na 1 1 ˆ ˆ ˆ ˆ 1 = a K a y t b b K bˆ nb 1 na 1 nb t = y t aˆ y t 1 K aˆ y t n 1 na a bˆ 1 ˆ t K b t n Persamaan error tersebt merpaan persamaan linear dengan elaran yang terpredisi sat langah edepan, disederhanaan menjadi, = y t yˆ t t 1 t nb b Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

21 9 Pada simlasi aan terlihat pengran bar dir berdasaran pengran sebelmnya dan predisi sat langah e depan dir pada saat wat searang. Fngsi riteria J dapat dicari dengan peralian matris error predisi transpost dengan matris error predisi. m n i= m 2 J = t m T = m N m N T = y ψθ y ψθ T T T = y θ ψ y ψθ Y T T T T T = y y y ψθ θ ψ y θ ψ ψθ Nilai error tersebt diminimalan dengan mencari trnan terhadap matris parameter modelnya sama dengan nol, yait J T T T T = ψ y ψ y ψ ψθ ψ ψθ = θ sehingga parameter a dan b dapat dicari setelah parameter θ disederhanaan dari persamaan 2.22 T 1 T θ = ψ ψ ψ y dan dibah ebent persamaan estimasi parameter T m N 1 = P m N ψ m N y m N θ dengan menyesaian persamaan 2.23 dan 2.24 nilai dari matris varian adalah P m N = m N m N T 1 ψ ψ Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

22 Validasi odel Validasi model dilaan terhadap sistem tiga tangi yait dengan cara membandingan elaran antara plant dengan model sehingga terdapat selisih nilai error yang emdian dirmsan berdasaran riteria berit: var y y VF = 1 1 % var y RS N i = 1 = y i N y i dimana, y i adalah sinyal elaran sistem tiga tangi e-i y i adalah sinyal elaran model RX e-i N adalah jmlah data yang diambil 2.3 esain Kendali dengan etode Pole Placement Pole placement adalah menambahan tb bar yang diinginan sehingga mendapat inerja ata respon sistem lp terttp yang lebih bai. ent mm dari pengendali penempatan tb terdiri dari precompensator dan controller. Pengendali dengan strtr tersebt merpaan pengendali 2-OF egree of Freedom. Peran dari precompensator adalah nt mengrangi esalahan galat tna dan lebih cepat mencapai nilai acan. Selanjtnya peran controller adalah memperbaii inerja sistem, meningatan ehandalan sistem dan estabilan system lp terttp. erit merpaan diagram blo sistem pengendali penempatan tb pole placement pada plant. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

23 11 Gambar 2. 3 iagram blo plant close loop dengan pengendendali 2-OF 1. Plant proses biasanya disimbolan dengan G P, jia masan sebagai set point masan dan y sebagai elaran maa aan didapat persamaan fngsi alih G P Z -1 = Z-1 Z -1 Z engan nilai parameter Z -1 =1a 1-1 a 2-2 a na -na Z -1 =b b 1-1 b 2-2 b nb -nb enentan leta pole destination P d yang merpaan persamaan arateristi pada sistem orde da. Karateristi ini menentan inerja sistem lp terttp dalam mengiti acan. Pole destination bernilai positif, misalnya da tb embar lp terttp bernilai.3 1 =.3 dan 2 =.3. Semain ecil nilai tb embar tersebt mendeati nilai nol maa gain yang dihasilan semain besar dan dapat menimblan overshoot hingga etidastabilan. erit bent pole destination orde da yang dipilih arena dapat mewaili berbagai macam plant yang ada P d Z -1 = P d Z -1 = Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

24 12 sedangan bent parameter mm adalah P d Z -1 = 1p 1-1 p Jia persamaan 2.32 dan 2.33 disesaian aan didapat nilai parameter p 1 = -12 dan p 2 = tran Kendali menggnaan pengendali linear sat masan dan da elaran. asan disimbolan dengan, elaran berpa sinyal acan w dan sinyal proses y. Hbngan tersebt dapat ditlis menjadi FZ -1 t=hz -1 wt-gz -1 yt dengan nilai nilai parameter FZ -1 =1f 1-1 f nf -nf GZ -1 =g g 1-1 g ng -ng H = h h 1-1 h nh -nh Jia digambaran dalam bent diagram blo sistem terttp aan terlihat sebagai berit: Gambar 2. 4 iagram blo plant close loop dengan parameter pengendali penempatan tb 4. encari parameter F, G, dan H jia dissn lang blo diagram pada gambar 2.4 aan menjadi diagram blo yang bersesaian dengan gambar 2.5, menjadi: Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

25 13 Gambar 2. 5 iagram blo plant lp terttp dengan parameter-parameter pengendali perl diperhatian pada sistem ini ganggan tida diperhitngan, sehingga persamaan sinyal endali yang didapat t= Z -1 HZ -1 Z -1 FZ -1 Z -1 Z -1 GZ dimana, Z -1 FZ -1 Z -1 Z -1 GZ -1 =P d Z Kemdian dengan memasan parameter 2.29, 2.3 dan ditambah dengan pemenhan syarat iophantine ni n f =n b, n g =n a -1, dan tida mempnyai fator set, dan n p n a n b pada persamaan 2.4. Tentan orde na dan nb berdasaran plant yang aan dimodelan misal jia diminta orde 3 n a =3 berarti terdiri dari parameter a 1, a 2, a 3 ; maa n b =2 terdiri dari b, b 1, b 2 arena dimlai dari nol maa parameter b adalah orde tiga pla, dan pole yang diinginan n Pd =2 terdiri dari parameter p 1 dan p 2 aan didapat nilai n f =n b, n g =n a -1, dan n p n a n b np = 2. aa aan terbent matris 1 a 1 a na 1 a 1 a na b f p 1 -a 1 1 p 2 -a 2 b nb b f nf g = -n a b nb g ng Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

26 14 Parameter dibawah ini merpaan langah terahir desain pengendali penempatan tb setelah dissn seperti pada gambar 2.5. FZ -1 =1f 1-1 f n GZ -1 =g g 1-1 g n Z dan HZ -1 = P d Z -1 Z -1 = odel Predictive Control PC dapat dignaan nt sistem yang stabil dan tida stabil. Sistem yang tida stabil ditandai dengan respon plse ata respon impls ta berhingga pada sistem yang ontin pole berada disebelah anan bidang, pada sistem disrit pole berada dilar nit lingaran. asalahnya adalah model yang beerja pada open loop, arateristi model sangat berbeda dan secara cepat berbah dari arateristi plant sebenarnya, dan nilai esalahan pada simlasi secara cepat membesar dalam eadaan tida stabil, sehingga nilai predisi dari arateristi plant benar-benar tida bergna. [C] Cara nt menstabilan model membthan penysnan elaran plant. rtinya, etia sistem berjalan nt menghasilan predisi arateristi plant, inisial ondisi diberian epada plant ban model dengan masan step. odel nstable memilii persamaan yang berbeda, y m n i= 1 n = a y i b i m i= 1 emdian penysnan model nt mendapatan predisi berdasaran y 1 = i n n ai y p 1 i b1 ˆ bi 1 i i= 1 i= 2 ˆ Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

27 15 yˆ 2 = ai y p 1 i ai y n i= 2 p 2 i b n 1 ˆ 1 b2ˆ bi 2 i i= Kelaran atal plant sebelmnya dan masan dignaan apan pn data tersebt tersedia. iperlihatan sebelmnya estabilan model, dan diinterprestasian sebagai implementasi observer nt plant, sehingga model menjadi tida onvergen. iarenaan model tida saja memberian masan, tetapi jga elaran plant y p, data tersebt dapat dignaan sebagai masan model. Penstabilan dapat jga dilaan dengan mendapatan pelacaan nilai offset dengan penysnan model, yait membat asi integral pada pengendali. Penstabilan model dapat jga dilaan dengan merbah model tida stabil e dalam bagian stabil dan tida stabil, emdian meninggalan bagian yang sdah stabil dan menstabilan yang tida stabil Receding Horion Pengendali nt sat masan dan sat elaran pada plant diasmsian sebagai wat disrit, dan wat erja yang sedang berlangsng ditandai dengan. Kelaran plant pada saat wat searang adalah y. Nilai set point trajetori nt setiap wat t dinotasian sebagai st. imlai dari set point trajetori yang merpaan trajetori refrensi. Jia elaran plant y, dan didefinisian sebagai trajetori ideal selama plant mengiti trajetori set point. Nilai yang diberian nt referensi trajetori hars disesaian dengan inerja sistem pada saat lp terttp dalam pengendalian plant. Sehingga error dapat didefinisian sebagai Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

28 16 = s y Kemdian nilai trajetori referensi dipilih berdasaran esalahan langah e-i sebelmnya. Nilai trajetori referensi didefinisian sebagai r i = s i i Pengendali preditif memilii model internal yang dignaan nt mempredisi prila dari plant, dimlai pada wat searang, hingga mencapai horison predisi. Prila yang dipredisi berdasaran asmsi masan trajetori ˆ i ; i =,1, K, H 1.iasmsian model internal adalah linear sehingga p selal didapat masan terbai. Unt notasi ûaan berbeda dengan. asan atal pada wat tertent, i. smsian jga elaran yang terr y tersedia etia nilai masan tersedia. Impliasinya model internal yang dignaan harslah pantas, jadi model y bergantng masan sebelmnya -1, -2,, tetapi tida nt masan. Impliasi yang dipilih nt masan trajetori seperti membawa elaran plant hingga ahir horison predisi, dinamaan dengan wat H p, yang dibthan nilai rh p. Sehingga dapat diataan, dengan menggnaan terminologi [Ric93] bahwa diberian sebah nilai pada wat Hp. da beberapa masan trajetori yang dignaan { ˆ, ˆ 1, K, ˆ Hp 1 } dengan mnerapan ini, dipilih sat dari nilai predisi tersebt, hssnya yang memilii ebthan energy yang paling sediit. iasanya masan tersebt cp nt menentan sttr dari masan trajetori dengan parameter dari variabel anga yang lebih ecil. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

29 17 Gambar 2. 6 Ide dasar pengendali preditif Pada Gambar 2.6 diperlihatan masan yang mengasmsian banyanya tiga masan pertama dari horison predisi, tetapi yang perl diingat onstanta setelahnya, yait: ˆ 2 2 = ˆ 3 = K, ˆ Hp 1 sehingga ada tiga parameter yang dipilih: ˆ, ˆ 1, ˆ 2. Kemnginan sederhana pada strtr nt mengasmsian masan yang aan onstan setelah horison predisi: ˆ = ˆ 1 = K = ˆ Hp 1. alam masalah ini hanya ada sat parameter, yang dinamaan dengan ˆ diarenaan hanya ada sat persamaan yang sesai yait y ˆ Hp = r r Hp sebagai selesi ni. Sat masan yang aan datang dari masan trajetori yang telah dipilih, hanya elemen pertama dari trajetori yang dipilih sebagai masan sinyal pada plant. engan menerapan = ˆ dimana menyataan sinyal atal yang diterapan. Kemdian etia sils elaran, predisi, dan masan trajetori terr maa diperlan penglangan dengan sat jara cpli emdian yang dinyataan dengan elaran bar terr y1, dengan memberian trajetori referensi yang bar ri 1 dengan i=2,3, didefinisian, predisi yang berada pada horison 1i, dengan i=1,2,,hp. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

30 18 Sebah masan trajetori bar ˆ 1 i i dengan i=,1,,hp-1 yang dipilih, dan ahirnya masan beritnya yang yang diberian e plant adalah 1 = ˆ 1 1 yang dipilih. iarenaan horison predisi memilii panjang yang sama dari sebelmnya, tetapi pergeseran sepanjang sat cpli setiap interval adalah sat langahnya, sehingga pengendalian plant sering disebt sebagai metode receding horion. [C] Strtr Pengendali PC Selama nilai constraint tida diatifan, maa solsi dari pengendali preditif menjadi permasalahan tanpa constraint. Gambar 2. 7 Strtr pengendali PC Strtr pengendali PC merpaan bent simlasi etia nilai dari selrh state dietahi. Nilai refrensi yang diberian menjadi acan pengendali dengan parameter Ψ, dan Γ dignaan nt meminimasi esalahan yang terjadi pada elaran plant sedangan Θ aan banya mempengarhi dari fngsi biaya. Ketiga parameter tersebt yang aan mengatr pemberian sinyal endali berdasaran perbahan sinyal endali yang terjadi selama perhitngan pengendali PC berlangsng. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

31 3 ESIN PENGENLI PC P SISTE TIG TNGKI 3.1 Penrnan odel atematis Tiga Tangi Terhbng Gambar 3. 1 odel tiga tangi terhbng engan mengasmsian air nontrblensi maa sistem memenhi persamaan ernolli P 1 1 ρv2 2 1 ρgh 1 =P 2 1 ρv2 2 2 ρgh Pergeraan air terjadi diarenaan adanya pengarh massa dan gravitasi. Pada tabel 3.1 eterangan simbol yang dignaan etia mencari rms state space nt menghitng etinggian air pada setiap tangi terhadap debit air yang mas. Tabel 3. 1 Keterangan simbol nt membat sistem tiga tangi simbol eterangan simbol eterangan P teanan flida dyne/cm 2 las alas penampang tangi cm 2 ρ massa jenis flida Q in debit air yang mas cm 3 /s gram/cm 3 19 Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

32 2 v ecepatan flida cm/s Q ot debit air yang elar cm 3 /s g onstanta gravitasi 98 cm/s 2 dρh perbahan volm air cm 3 h etinggian flida cm dt perbahan wat s erdasaran esetimbangan massa yang terjadi antara debit air yang mas dan elar dihitng berdasaran dρh dt = ρq in -ρq ot 3. 2 dh dt = Q in -Q ot 3. 3 ari persamaan mm tersebt dapat ditentan ondisi setiap tangi yang terssn seri menjadi 1 dh1 dt = Q in1 -Q ot1 2 2 dh2 dt = Q ot1 2 -Q ot2 3 3 dh3 dt = Q ot2 3 -Q ot3 end ent rms 3.4 memberian informasi bahwa debit air yang mas mempengarhi etinggian air, dan etinggian air ini mempengarhi debit air yang elar dengan ecepatan setiap detinya. danya elaran air dari tangi 1 e tangi 2 dan setersnya hingga berahir adalah saling beraitan, sehingga didapat hbngan elaran air terhadap selisih etinggian air sebagai berit: Q ot1 2 = 1 signh1-h2 h1-h Q ot2 3 = 2 signh2-h3 h2-h Q ot3 end = 3 h Parameter n ini merpaan peralian las alas penampang tangi-n dialian dengan aar dari da ali nilai gravitasi 2g. Nilai debit tersebt Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

33 21 emdian disbtitsian e persamaan mm ondisi tangi sehingga didapat perbahan etinggian air dari setiap tangi yait Tangi 1 dh1 Q = in1-1 signh1-h2 h1-h2 dt 1 Tangi 2 dh2 1 signh1-h2 h1-h2-2 signh2-h3 h2-h3 = dt Tangi 3 dh3 2 signh2-h3 h2-h3-q = ot3 end dt Setelah didapat rms state space etinggian dari setiap tangi langah selanjtnya adalah merbah bent persamaan tersebt edalam bent program ladder pada simlin. ent sistem analog plant tiga tangi tersebt dapat dilihat pada Lampiran. ent pemodelan terdiri dari tiga tangi yang terssn seri dengan pipa penghbng dengan ondisi horisontal [Yar4]. 3.2 Uji Lp Terba Sistem Tiga Tangi Terhbng Nilai parameter yang dignaan pada simlasi, yait Tabel 3. 2 Parameter yang dignaan pada sistem tiga tangi Las permaan pipa Las permaan tangi a1 =.4 cm 2 1 = 6 cm 2 a2 =.3 cm 2 2 = 5 cm 2 a3 =.2 cm 2 3 = 4 cm 2 Respon step dignaan nt menentan besar cpli yang aan dignaan pada pemodelan RX. Respon step dapat dilihat pada gambar berit: Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

34 22 Gambar 3. 2 Respon sistem tiga tangi terhbng dengan masan step Pada grafi masan yang diberian berpa fngsi step dengan masan 5,5 V aan didapat respon elaran berpa etinggian air pada tangi yang etiga. Nilai steady state yang didapat adalah Kemdian nt menghitng wat pencplian dir dari eadaan 5% sebelm nilai steady state, dengan ata lain cp dengan mengalian.95 dengan yait Nilai.95 dipaai arena respon tida terjadi overshoot, jia terjadi overshoot nilai yang dipaai adalah 1.5. Penentan batas wat pencplian berada pada: 1/2 T s < h < 1/5 T s Pada saat etinggian air 13.2 wat settling-nya T s adalah s, sehingga dengan menggnaan rms 3.13 didapat wat pencplian berada pada 23.15<h<92.6. Pada simlasi plant tiga tangi terhbng wat pencplian yang dipilih adalah 25. Nilai pencplian ini emdian dignaan e model matematis sistem tiga tangi sehingga sistem dapat mewaili sistem sebenarnya. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

35 23 Ketinggian air pada tangi e-3 cm Grafi asan Step terhadap Ketinggian ir asan Step Volt Gambar 3. 3 Perbandingan antara masan dengan etinggian air pada tangi e-3 ari perbandingan gambar di atas terlihat pada masan 8 volt terjadi satrasi sehingga terlihat respon seperti grafi yang terpancng. Sehingga dapat dietahi dari sistem tersebt daerah erja berada pada sampai dengan 7 volt. Jia data-data tersebt dirangm dalam tabel aan terlihat titi erja sistem sebagai berit: Tabel 3. 3 ata hasil masan masan step t dan elarannya yt masan elaran masan Kelaran masan elaran Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

36 24 Nilai-nilai tersebt emdian diplot sehingga menjadi grafi daerah erja yang berbent persamaan linear. Persamaan linear tersebt dipilih arena mempnyai pendeatan yang paling bai pada gambar 3.3 yait berada pada rentang masan antara 4 sampai 7 volt. Ketinggian air pada tangi e-3 cm Persamaan Linearisasi y = 5.5x R² =.994 Ketinggian air pada tangi e asan Step Volt Gambar 3. 4 aerah erja sistem tiga tangi ent linear dari gambar 3.4 selanjtnya aan menjadi referensi nt membat model RX. engan ata lain pada saat membat model RX nilai masan indentifiasi pemodelan lihat Lampiran, diberian masan 4 sampai 7 Volt saja. asan inilah yang dijadian batasan dalam membent model linear. 3.3 Indentifiasi Sistem Tiga Tangi Terhbng Sistem tiga tangi merpaan sistem non-linear berorde tiga. Sifat sistem seperti ini hars dideati pla dengan riteria parameter orde tiga pla. etode RX dipilih arena emampannya dalam menyederhanaan sistem non-linear tersebt menjadi pendeatan linear disrit. ari perhitngan sebelmnya pers 3.13 diambil wat pencplian h sebesar 25, emdian orde parameter n a dan n b diberian orde tiga caranya pada matlab n b =2 arena dimlai dari b, b 1, Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

37 25 b 2, emdian n a =3 dengan pencplian data 2. idapat nilai linearisasi berpa riteria sebagai berit: odel Pendeatan iscrete-time IPOLY model: qyt = qt et q = q^ q^ q^-3 q =.2737 q^ q^-2 Estimated sing RX Loss fnction and FPE Sampling interval: 25 Kemdian model RX tersebt divalidasi dengan elaran model tiga tangi yang sebenarnya. Perbandingan ini dienal dengan persamaan Variance cconted For VF dan Root-ean-Sqare RS error, dapat ditlisan berpa var y y VF = 1 1 % var y RS N i = 1 = y i N y i dimana, y i adalah sinyal elaran sistem tiga tangi e-i y i adalah sinyal elaran model RX e-i N adalah jmlah data yang diambil engan mengallasian data berdasaran persamaan 3.14 dan 3.15 aan didapatan nilai validasi model RX dengan VF = % dan RS= Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

38 26 Gambar 3. 5 Perbandingan elaran model RX dengan model tiga tangi sebenarnya Paameter yang telah didapatan dari perhitngan model RX tersebt emdian dibent menjadi fngsi alih proses sistem tiga tangi, yait: -1 Z Z = Jia diambil pemodelan sistem tiga tangi tersebt memilii parameter sebagai berit yait: b =.2737, b 1 =.1914, a 1 =-1.66, a 2 =.292, dan a 3 = Parameter ini dignaan nt model plant pada desain pengendali pada bab beritnya. Grafi dibawah ini merpaan bent pendeaatan model RX dengan wat pencplian 25 deti sehingga menyerpai sistem tiga tangi sebenarnya. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

39 27 Gambar 3. 6 Pemodelan dengan metode RX Perhitngan model dengan metode RX dapat dicari dari bent persamaan wat tndanya sebagai berit: ytt-1=-a 1 yt-1-a 2 yt-2-a 3 yt-3 b t-1b 1 t-2b 2 t = ψ T t.θt Kemdian bent persamaan 3.17 dan 3.18 tersebt dibat dalam bent matri yang dissn menjadi bent hbngan masan dan elaran seperti persamaan 3.19 ψ T t=[-yt-1 -yt-2 yt-3 t-1 t-2 t-3 ] ari persamaan jga dibent matri parameter nt nilai denmerator dan nmerator sistem pada persamaan 3.2, Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

40 28 a 1 a 2 a 3 θt= b b 1 b vetor yait: Pada sistem orde tiga dapat ditlis persamaan model dalam peralian a 1 a 2 a 3 yt=-yt-1 -yt-2 -yt-3 t-1 t-2 t-3 b b 1 b Pada persamaan 3.21 tersebt merpaan bent mm dalam mendapatan parameter nmerator dan denmerator sistem. iasanya dalam membat model RX tida perl terlal banya data yang diambil cp 2 data saja. Hal ini dilaan arena sifat dari bent model it sendiri yang memilii elemahan dalam mencapai nilai esalahan minimmmya. y4 -y3 = y2 -y199 y -y2 -y198 -y1 -y197 ψ a 1 a 2 a 3 b b 1 b 2 θ erdasaran persamaan 3.22 parameter n a dan n b dapat dicari: θ = ψ T ψ -1 ψ T y Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

41 esain Pengendali etode Penempatan Ktb Pada pemodelan RX diberi riteria nb=2 na=3 dan np nanb=2 dengan syarat iophantine ni n f =n b=2, n g =n a -1=2 dihasilan model: Z -1 =1a 1-1 a 2-2 a Z -1 =b b arena pada persamaan didapat nilai dari p1=-12dan p2=1.2; = nilai penambahan pole lp terttp yang diinginan berpa anga real. P d Z -1 = 1p 1-1 p FZ -1 = 1f 1-1 f GZ -1 =g g erdasaran persamaan 3.27 Z -1 FZ -1 Z -1 Z -1 GZ -1 =P d Z -1 maa dapat disbtitsian menggnaan pers 3.16, 3.17 dan 3.18 sehingga menjadi: 1a 1-1 a 2-2 a 3-3 1f 1-1 f b b 1-1 g g 1-1 = 1p 1-1 p Kemdian dielompoan berdasaran wat tndanya, sehingga menjadi persamaan f 1 a 1 b g -1 f 2 a 1 f 1 a 2 b g 1 b 1 g -2 a 1 f 2 a 2 f 1 a 3 b 1 g 1-3 a 2 f 2 a 3 f 1 a 3 f 2-5 = 1p 1-1 p ent persamaan 3.2 emdian dissn berdasaran persamaan mm 3.21 menjadi bent matris 3.22, yait : Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

42 3 1 a 1 a na 1 a 1 a na ent matrisnya adalah b f p 1 -a 1 1 p 2 -a 2 b nb b f nf g = -n a b nb g ng b a 1 1 b 1 b a 2 a 1 b 1 a 3 a 2 a 3 f 1 p 1 -a 1 f p 2 g = 2 -a 2 -a 3 g Unt mendapatan nilai parameter f dan g maa matris parameter a dan b S hars dapat diinvers, caranya menggnaan psedoinverse yait mengalian matris tersebt dengan transposnya sehingga menjadi bent sqare. Perhatian ilstrasi berit: x=b T x= T b x= T -1 T b apat ditlis embali menjadi f 1 1 b f 2 a 1 1 b 1 b 1 b a 1 1 b 1 b g = a 2 a 1 b 1 a 2 a 1 b 1 g a 3 a 2 a 3 a 2 1 a 3 a 3 T -1 1 b a 1 1 b 1 b p 1 -a 1 p a 2 a 1 b 1 2 -a 2 a 3 a 2 -a 3 a 3 T ari persamaan 3.16 telah dietahi parameter dari b =.2737, b 1 =.1914, a 1 = 1.66, a 2 =.292, dan a 3 = Jia parameter ini disbtitsian e persamaan 3.26 dengan pole lp terttp tjan bernilai embar.2 ata.3 ata.4. aa aan didapat parameter P d Z -1 pada table berit ini: Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

43 31 Tabel 3. 4 Nilai Parameter leta tb lp terttp yang diinginan 1 = 2 real p 1 p Tabel 3. 5 Nilai Parameter Precompensator dan Controller 1 = 2 f 1 f 2 g g 1 H Parameter yang telah didapat tersebt emdian dimasan e persamaan iophantine sehingga didapat blo dari precompensator dan blo controller. Kemdian parameter desain ini dimasan e blo diagram pengendali penempatan tb. Lihat Lampiran C. dapn ada beberapa syarat yang hars dipenhi dalam penambahan integrator tersebt berpa derajat polinomial G hars dinaian sat nt mendapatan persamaan identitas yang ni. Z -1 FZ Z -1 Z -1 GZ -1 =P d Z Persamaan 3.38 merpaan persamaan lp terttp dari diagram blo pengendali incremental control yang ide dasarnya berasal dari penempatan tb. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

44 32 Gambar 3. 7 iagram blo incremental control Parameter Polinomial F dan G pada incremental control aan berbeda dari perhitngan peletaan tb pada perhitngan awal. Hal ini menyebaban parameter leta lp terttp digeser aga lebih jah nt menghindasi sifat integrator yang lebih agresif. Unt it parameter yang dignaan adalah g =1.437, g 1 =-1.286, g 2 =.1984, f 1 =.4727, dan f 2 = Hasil ini didapatan dengan menyelesaian persamaan 3.38 menjadi bent matris Polinomial F, G tersebtlah yang dignaan nt mendapatan tbtb dapat terleta pada loasi yang diinginan. 3.5 esain Pengendali PC Hal pertama yang hars dilaan dalam mendesain PC adalah menganalisis odel Rang Keadaan odel Tiga Tangi, yang didapat dari fngsi alih RX:.13 = = Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

45 33 [ ] C = = 3. 4 erit nilai eigen λ dari model tiga tangi.2413 = -.4.6i i λ ari persamaan 3.41 nilai eigen tersebt semanya masih didalam nit circle, tida ada nilai real dari tb pole yang melebihi 1. engan demiian model yang didapatan memilii pole yang stabil artinya desain pengendali aan lebih cepat diselesaian etimbang hars menstabilan dl pole yang dilar nit cicle tersebt. da da hal lagi yang penting nt dipertimbangan dalam medesain pengendali dengan model rang eadaan ini, yait controllability dan observerability. Sifat dari controllability adalah emampan model nt dapat diendalian nt setiap statenya, sedangan observerability berfngsi nt membat sat observer nt berbagai eperlan seperti nt mengestimasi beberapa elaran dengan cepat epengendali sistem tanpa hars menggnaan sensor. Kengglan observer ini lebih epada penghematan wat dan biaya arena cp menggnaan perhitngan matematis nt mendapatan elaran yang dimasd berdasaran data-data yang tersedia dari sensor. Controllability dan observerability ini harslah dalam ondisi fll ran, jia tida berarti sistem ehilangan emampan nt diendalian atapn emampan nt dibatan desain observer state-nya. erit merpan nilai controllability co dan observerability ob dari model rang eadaan, yait: = co Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

46 34 = ob ari bent matris 3.42 dan 3.43 dapat dicari nilai determinannya tida nol yang merpaan indiator dari sifat fll ran tersebt. apat langsng ditentan arena nilai dari baris matris ban elipatan dari matris baris yang lain. Setelah model dirasa sdah cp mewaili arater dari plant tiga tangi tahap selanjtnya adalah merancang pengendali PC dengan menghitng matri riteria pengendali Ψ, Γ, dan Θ. 1 x x = x C = = = = = x H x H x H x x Hp i i H i i H i i Hp H H p = = = = H H Hp i i Hp i i H i i H i i L L L O L L K L Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

47 35 = 1 1 H x x C C C H p p L O L L Jia persamaan 3.46 dan persamaan 3.47 disederhanaan aan didapat 3.5 dengan persamaan elaran model rang eadaan 3.48 aan didapat hbngan menjadi persamaan x Z Θ Γ Ψ = x x C Θ Γ Ψ = L Kx x = C L C Kx C x C = encari Ψ, Γ, Θ yang bar jia elaran dipengarhi masan secara langsng 1] [ 1 1 = x C x 1] [ 1 2 = x C x 1] [ = H H x C H x K 1] [ = H H x C H x p P K Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

48 36 = H x x x C C C C H H x p p 1 p H H L O emdian dari persamaan 3.46 dan 3.53 menjadi bent 3.54 dan L K x x = N NL NK x x N = 1 P O Persamaan hasil elaran dari rang eadaan dapat ditentan yait. 1 P N O NL NK x = Θ Γ = Ψ x bar bar bar Setelah mendapatan persamaan elaran yang bar emdian langah selanjtnya adalah mencari sinyal pengendali berdasaran cost fnction dari pengendali PC. Penjelasannya adalah sebagai berit: 1 Θ Ψ = x i r ε N O P Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

49 37 Hasil pengrangan persamaan 3.56 dengan persamaan 3.57 aan didapatan penyelesaian dari fngsi biaya V, yait: V V V V V Hp 2 Q H 1 = i r i i i= Hw 2 2 r Q R i= = Q R = Θ ε T T T T = [ Θ ] Q[ Θ ε ] R ε T T T T T = ε Qε 2 Θ Qε Θ QΘ R 2 R sehingga persamaan dari fingsi biaya menjadi V T T const G H = dimana, T G = 2Θ Qε T H = Θ QΘ R Solsi optimal dari persamaan fngsi biaya adalah etia sinyal endali yang paling memberian entngan terbesar yait dengan V = G 2H opt = H G Sehingga dapat ditentan sinyal endali yang aan diberian e model rang eadaan berdasaran perbahan sinyal endali dan masan sinyal endali sebelmnya, yait: Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

50 38 opt 1 = Pada pengendali PC nilai horison ontrol H dan horison predisi H p yang dipilih secara berrtan adalah 4 dan 5, sehingga matris dapat dihitng berdasaran bent mm berit ini: Ψ = C C C C C 3. 7 Γ = C C C C C = Θ C C C C C Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

51 39 Kriteria pengendali ini dicari etia proses inisialiasi dilaan dan bernilai onstan selama simlasi dijalanan Ψ = Γ = Θ = Hasil perhitngan riteria pada hasil perhitngan 3.73, 3.74 dan 3.75 emdian dignaan nt mendapatan penyelesaian persamaan 3.58 sebagai perhitngan error dan persamaan 3.65 sehingga didapat parameter riteria G dan H yang dibthan jga oleh PC nt menentan perbahan sinyal endali optimm. Sinyal endali pada persamaan 3.69 dihitng berdasaran perbahan sinyal endali optimm tersebt ditambah dengan sinyal endali sat pencplian sebelmnya. Sehingga sistem ini bersifat integrator ata dihasilan esalahan galat tna bernilai nol dengan engglan berpa sifat mempredisi sinyal endali terhadap informasi refrensi yang aan datang sehingga respon yang diharapan semain cepat dan terlihat mendahli perbahan set point yang terjadi pada wat tersebt. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

52 4 NLISIS HSIL SIULSI erit merpaan hasil respon model RX dengan pengendali lp terttp, secara berrt menjadi tiga bent respon yang bervariasi, variasi pertama pada leta lp terttp berada di smb real.2. Gambar 4. 1 Grafi hasil endali penempatan tb dengan leta pole lp terttp =.2 ari grafi di atas terlihat elaran sistem mengiti nilai acan yang diberian, sehingga pengendali dapat beerja sesai dengan tjan yang diinginan. Kemdian dengan mengbah parameter tb lp terttp plant tiga tangi menjadi.3 diperoleh sistem lp terttp yang tetap stabil. Hal tersebt dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 4 Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

53 41 Gambar 4. 2 Grafi hasil endali penempatan tb dengan leta pole lp terttp =.3 Gambar 4. 3 Grafi hasil endali penempatan tb dengan leta pole lp terttp =.4 engan mengbah leta tb lp terttp menjadi.4 pada gambar 4.3 c berarti leta tb tersebt memilii redaman yang lebih besar menyebaban nilai overshoot berrang. ari etiga pamater perl dietahi esalahan galat tna yang dihasilan bernilai nol. engan wat respon menj galat tna yang tida jah berbeda. Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

54 42 erit pada gambar 4.4, 4.5 dan 4.6 merpaan hasil respon dari sistem plant tiga tangi yang awal. apat dilihat respon yang berada pada daerah erja air berisar di level 15 cm memberian respon yang bai, sedangan etia level air di set menjahi dari daerah erjanya maa esalahan yang dihasilan aan semain besar. Gambar 4. 4 Perbandingan Respon Plant wal Sistem Tiga Tangi dengan Pengendali Penempatan Ktb dengan tb lp terttp berada pada =.2 Gambar 4. 5 Perbandingan respon plant awal sistem tiga tangi dengan pengendali penempatan tb dengan tb lp terttp berada pada =.3 Timblnya esalahan galat tna pada sistem tiga tangi paling besar etia leta lp terttp berada di.4. Jia dihitng etia sistem diharapan Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

55 43 memilii etinggian refrensi 2 cm, respon sistem tiga tangi steady state pada 23,41 cm. Jadi besarnya overshoot yang terjadi 3,41/2*1% = 17.5 %. Gambar 4. 6 Perbandingan respon plant awal sistem tiga tangi dengan pengendali penempatan tb dengan tb lp terttp berada pada =.4 engan demiian pengendali yang telah dirancang beerja berdasaran titi erjanya pada level berisar 15 cm dan nt mengatasi permasalahan error tersebt dapat ditambahan integrator. Pengendali tersebt dienal dengan nama incremental control dimana tida memerlan pre-compensator dan dapat dignaan nt sistem dengan orde sembarang Pada pengendali incremental diberian leta tb lp terttp di.6 dan dibandingan dengan respon pengendali penempatan tb tanpa integrator pada lp terttp di.2 aan didapatan hasil sebagai berit: Perbandingan inerja..., Harry Nofrian Praasa, FT UI, 29

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, APLIKASI PERSAMAAN BESSEL ORDE NOL PADA PERSAMAAN PANAS DUA DIMENSI. Annisa Eki Mulyati 1 & Sugiyanto 2

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, APLIKASI PERSAMAAN BESSEL ORDE NOL PADA PERSAMAAN PANAS DUA DIMENSI. Annisa Eki Mulyati 1 & Sugiyanto 2 FOURIER Otober 03, Vol., No., 38 50 APLIKASI PERSAMAAN BESSEL ORDE NOL PADA PERSAMAAN PANAS DUA DIMENSI Annisa Ei Mlyati & Sgiyanto, Program Stdi Matematia Faltas Sains dan Tenologi UIN Snan Kalijaga Yogyaarta

Lebih terperinci

V dinamakan ruang vektor jika terpenuhi aksioma : 1. V tertutup terhadap operasi penjumlahan

V dinamakan ruang vektor jika terpenuhi aksioma : 1. V tertutup terhadap operasi penjumlahan RUANG VEKTOR Rang Vetor Umm Misalan dan, l Riil V dinamaan rang vetor jia terpenhi asioma :. V terttp terhadap operasi penjmlahan.., Unt setiap v v v, w V, v V v w v w maa v V. Terdapat V sehingga nt setiap

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Aljabar Linear Elementer MA SKS Silabs : Bab I Matris dan Operasinya Bab II Determinan Matris Bab III Sistem Persamaan Linear Bab IV Vetor di Bidang dan di Rang Bab V Rang Vetor Bab VI Rang Hasil Kali

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

Ku + n = f (2.1) 1. PENDAHULUAN

Ku + n = f (2.1) 1. PENDAHULUAN PENERPN MEODE PRML DUL CVE SE UNUK NON NEGVE CONSRN OL VRON PD MSLH DEBLURRNG Riza Rediyanti Pratiwi Rlly Soelaiman icha@cs.its.ac.id rlly@is.its.ac.id Mahasiswi Jrsan eni nformatia S Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama BB IV PENGENDLIN TERDESENTRLISSI Untu menstabilan sistem yang tida stabil, dengan syarat sistem tersebut tida mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilauan dengan memberian ompensator terdesentralisasi.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 UMUM. Perencanaan konvensional bangunan tahan gempa adalah berdasarkan konsep

BAB II TEORI DASAR 2.1 UMUM. Perencanaan konvensional bangunan tahan gempa adalah berdasarkan konsep BAB II TEORI DASAR UMUM Perenanaan onvensional bangnan tahan gempa adalah berdasaran onsep bagaimana meningatan apasitas tahanan strtr terhadap gaya gempa yang beerja padanya Misalnya dengan menggnaan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSIAS INDONESIA PERANANGAN PENGENDALI MODEL PREDIIVE ONROL (MP) PADA SISEM EA EXANGER DENGAN JENIS KARAKERISIK SELL AND UBE ESIS RIDWAN FARUDIN 76733 FAKULAS EKNIK PROGRAM SUDI EKNIK KONROL INDUSRI

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

IV DAERAH KESTABILAN SISTEM

IV DAERAH KESTABILAN SISTEM 5 IV DERH KESTBILN SISTEM 4 Fngi lih Site Kontin Diberian ite peraaan linear aan dan elaran ebagai berit: x t x t B t 4 t Cx t D t 4 eraaan peraaan 4 dan 4 dapat ditli dala ibol B C D nxn dengan R nx B

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI MODEL PREDICTIVE CONTROL

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI MODEL PREDICTIVE CONTROL PERANCANGAN DAN IMPLEMENASI PENGENDALI MODEL PREDICIVE CONROL DENGAN CONSRAIN UNUK PENGAURAN EMPERAUR PADA LEVEL/FLOW AND EMPERAURE PROCESS RIG 38-003 SKRIPSI Diajuan sebagai salah satu syarat untu memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

REDUKSI MODEL ALIRAN AIR SUNGAI SATU DIMENSI DENGAN METODE SINGULAR PERTURBATION APPROXIMATION

REDUKSI MODEL ALIRAN AIR SUNGAI SATU DIMENSI DENGAN METODE SINGULAR PERTURBATION APPROXIMATION TUGAS AKHIR SM141501 REDUKSI MODEL ALIRAN AIR SUNGAI SATU DIMENSI DENGAN METODE SINGULAR PERTURBATION APPROXIMATION AIRIN NUR HIDAYATI NRP 113 100 095 Dosen Pembimbing Dr. Didi Khusnul Arif, S.Si, M.Si.

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K3 Revisi Antiremed Kelas Kimia Persiapan Penilaian Ahir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARKIM0PAS Version : 06- halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - =0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus

Lebih terperinci

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau

Lebih terperinci

KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi

KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA Thiang, Resmana, Wahyudi Jurusan Teni Eletro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalanerto 121-131 Surabaya Email : thiang@petra.ac.id,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM) Aditya Eka Mlyono, Smardi 2 Jrsan Teknik Elektro, Fakltas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE

SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE SIMULASI FILR KALMAN UNUK SIMASI SUDU DNGAN MNGGUNAKAN SNSOR GYROSCOP Wahyudi *), Adhi Susanto **), Sasongo Pramono **), Wahyu Widada ***) Abstact he Kalman filter is a recursive solution to the process

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

BAB IV Solusi Numerik

BAB IV Solusi Numerik BAB IV Solusi Numeri 4. Algoritma Genetia Algoritma Genetia (AG) [2] merupaan teni pencarian stoasti yang berdasaran pada meanisme selesi alam dan prinsip penurunan genetia. Algoritma genetia ditemuan

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

Disain dan Implementasi Kontrol PID Model Reference Adaptive Control untuk Automatic Safe Landing Pada Pesawat UAV Quadcopter

Disain dan Implementasi Kontrol PID Model Reference Adaptive Control untuk Automatic Safe Landing Pada Pesawat UAV Quadcopter JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., () 6 Disain dan Implementasi Kontrol PID Model Reference Adaptive Control untu Automatic Safe Landing Pada Pesawat UAV Quadcopter Teddy Sudewo, Ea Isandar, dan Katju Astrowulan

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51

Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51 Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunaan Miroontroler AT89S51 Edward Teguh Hartono 1, Trias Andromeda,ST. MT. 2, Sumardi,ST. MT. 2 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON

PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON Jrnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 157 161 ISSN : 233 291 c Jrsan Matematika FMIPA UNAND PENYELESAIAN MASALAH KONTROL OPTIMAL KONTINU YANG MEMUAT FAKTOR DISKON DALIANI Program Stdi Matematika, Fakltas

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM INDONESIA untu IPhO 2013 SOAL TES TEORI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaa Untu menacapai tujuan penulisan sripsi, diperluan beberapa pengertian dan teori yang relevan dengan pembahasan. Karena itu, dalam subbab ini aan diberian beberapa

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Sifat Dasar Neutron Neutron yang dihasilan dari reator nulir biasanya merupaan neutron berenergi rendah. Secara umum, neutron energi rendah dapat dilasifiasian dalam tiga enis yaitu

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari uji coba dan analisa adalah untuk mengetahui kinerja dari pengendali MPC tanpa constraint dan MPC tanpa constraint dengan observer dengan parameter penalaan yang

Lebih terperinci

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING

PROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING Konferensi asional Sistem dan Informatia 28; Bali, ovember 15, 28 KS&I8-44 PROGRAM SIMULASI UTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS IFIITE IMPULSE RESPOSE UTUK MEDIA PEMBELAJARA DIGITAL SIGAL PROCESSIG Damar Widjaja

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci