BAB III TEORI DASAR 3.1. Teori Gelombang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TEORI DASAR 3.1. Teori Gelombang"

Transkripsi

1 BAB III TEORI DASAR Bab ketiga ini memberikan penjelaan umum tentang gelombang ultraonik eperti ifat-ifatnya, fenomena piezoelektrik dan pembangkitan ultraonik, dan daar-daar pengolahan inyal ultraonik Teori Gelombang Gelombang adalah uatu gejala yang terjadi ebagai akibat uatu gangguan pada bearan fii tertentu erta perambatan gangguan terebut dalam medium di ekitarnya. Gangguan terebut dapat berupa oilai poii partikel, oilai tekanan atau kerapatan maa dalam medium yang berangkutan. Setelah gelombang eleai melewati uatu medium, maka keadaan medium akan kembali eperti emula. Berdaarkan medium perambatannya, gelombang dapat dibedakan menjadi dua jeni, yaitu: 1. Gelombang mekanik, yaitu gelombang yang dapat merambat di dalam uatu medium elatik. Contoh dari jeni gelombang ini adalah gelombang bunyi, gelombang tali, dan gelombang permukaan air.. Gelombang nonmekanik atau gelombang elektromagnet, yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Jadi, gelombang jeni ini dapat merambat dalam ruang hampa. Contoh dari gelombang jeni ini adalah gelombang radio (radio frequency, RF), gelombang mikro (microwave), dan gelombang cahaya.

2 θ ct f(x) f(x-ct) Gambar 3.1. Penjalaran gelombang epanjang umbu x Model matematika dari gelombang dapat diturunkan dari permialan eperti Gambar 3.1. di ata. Dimialkan variabel gangguan ini merupakan uatu bearan θ yang merambat di dalam uatu medium dengan kecepatan c epanjang umbu x item koordinat Karteian eperti Gambar 3.1. di ata. Bentuk gelombang ini mirip dengan bentuk gelombang yang terjadi pada tali ketika alah atu ujungnya diberi gangguan dengan hentakan. Selama menjalar, diaumikan baik bear maupun bentuk gelombang tidak berubah. Pada aat t = 0, maka bearan θ akan merupakan uatu fungi dari x yang dapat ditulikan ebagai: θ = f (x) (3.1) Setelah elang waktu t, gangguan akan menjalar ejauh c.t. Oleh karena diaumikan bahwa bear dan bentuknya tidak berubah, maka bearan θ akan tetap dinyatakan oleh peramaan (.5) dengan puat umbu dari item koordinat emula dipindahkan ke poii x = c.t. Jadi, jika dinyatakan dalam item koordinat emula akan didapatkan: θ = f ( x ct) (3.) Dimana: θ = uatu bearan gangguan pada medium c = kecepatan rambat gelombang t = waktu tempuh

3 Bila bearan θ yang dinyatakan oleh peramaan (.6) diturunkan dua kali terhadap x dan t, maka akan diperoleh: θ x θ t = f ''( x ct) = c f ''( x ct) Maka, dari peramaan (3.3) dan (3.4) dapat diperoleh hubungan: θ t = c u x (3.3) (3.4) (3.5) Peramaan diferenial yang ditunjukkan oleh peramaan (3.5) adalah peramaan daar dari uatu gelombang. Jadi, apabila ada uatu peramaan yang memiliki bentuk eperti peramaan (.9), maka peramaan terebut adalah merupakan uatu bentuk gelombang. Jika θ pada peramaan (.9) adalah perpindahan partikel uatu medium, yang diebabkan oleh adanya gaya-gaya mekanik, maka gelombang ini diebut gelombang mekanik. Sifat-ifat gelombang mekanik ini bergantung pada ifat-ifat medium yang dilaluinya ehingga gelombangnya diebut juga gelombang elatik. Apabila uatu medium elatik, maka partikel-partikel medium terebut akan turut bergetar berama gangguan. Gelombang yang terjadi ebagai akibat perpindahan partikel medium diebut ebagai gelombang elatik. Oleh karena itu, gelombang elatik tidak dapat merambat di ruang hampa karena gelombang elatik memerlukan medium untuk merambat. Gerak gelombang elatik dapat terjadi ecara longitudinal. Artinya, getarannya earah dengan arah rambatnya ehingga diebut juga ebagai gelombang longitudinal. Ketika gelombang ini melewati uatu medium, maka kerapatan medium akan beroilai ebagai rapatan dan regangan medium karena adanya tekanan dan gaya vibrai dari

4 gelombang penyebabnya. Gelombang elatik longitudinal ini dapat terjadi pada medium padat juga cair. Gelombang ultraonik merupakan gelombang elatik dengan frekueni di ata 0 khz ehingga dapat menjalar dalam medium padat ecara longitudinal. Namun, karena frekueninya di luar bata kemampuan pendengaran manuia (di ata 0 khz), maka gelombang ultraonik tidak dapat didengar oleh telinga manuia Impedani Akutik Impedani akutik dapat dianalogikan dengan impedani pada litrik. Pada uatu rangkaian litrik, impedani merupakan perbandingan antara tegangan dengan aru litrik. Sedangkan pada gelombang akutik, impedani merupakan perbandingan antara tekanan akutik dengan kecepatan partikel, yaitu: p Z = v (3.6) Dimana: Z = impedani akutik p = tekanan akutik v = kecepatan Bearnya impedani akutik dapat dicari dengan peramaan (3.7) berikut ini: jkx jkx P 1e + P e Z = ρ c (3.7) jkx jkx P1 e + P e Tampak dari peramaan ini bahwa impedani merupakan bilangan komplek. Bila yang ditinjau adalah gelombang akutik dalam arah x poitif aja, maka impedani akutik menjadi bilangan riil biaa, yaitu: Z 0 = ρ.c (3.8) Bearan Z 0 diebut ebagai impedani akutik peifik atau impedani karakteritik medium atau bahan dengan atuan dalam SI adalah Rayl atau ama dengan kg/m.

5 Impedani akutik memiliki peranan dalam: 1. Perhitungan pemantulan dan pembiaan pada bidang bata dua medium yang berbeda.. Perancangan tranduer ultraonik. 3. Perhitungan aborpi akutik dalam ebuah medium. Akibat perbedaan impedani ini, maka akan timbul uatu penurunan energi. Bearnya raio energi yang terpantul dengan yang terbia antara dua medium dapat dinyatakan dalam koefiien refleki, R, yang dapat dihitung dengan: Z = Z Z + Z 1 1 R (3.9) Tampak bahwa perbedaan impedani menentukan bearnya energi yang dibiakan dan dipantulkan di antara bidang bata dua medium berbeda. Dari peramaan (3.9) dapat dilihat bahwa jika gelombang akutik dilewatkan pada uatu bata medium yang berbeda, maka akan terjadi pengurangan energi. Sebagai contoh penerapannya, jika gelombang dilewatkan pada tumit manuia, maka energi gelombang akutik yang telah melewati tumit akan berkurang. Hal ini diebabkan gelombang telah melewati medium yang berbeda, yaitu kulit dan tulang. Bearnya pengurangan intenita ini diharapkan dapat memberikan informai tentang keehatan tulang yang diukur Atenuai Apabila uatu gelombang merambat pada uatu medium, intenita gelombang akan berkurang eiring dengan jarak yang ditempuhnya. Hal ini diebabkan karena aborpi dalam medium dan hamburan akibat refleki di antara bata medium. Pengurangan karena efek aborpi dan hamburan ini diebut atenuai atau redaman. Nilai atenuai akibat medium ini dalam banyak aplikai dapat dimanfaatkan ebagai ukuran untuk pengujian uatu bahan atau medium.

6 Atenuai ultraonik merupakan laju penurunan intenita gelombang ultraonik ketika merambat pada uatu medium. Bear atenuai ultraonik dapat dihitung dengan peramaan berikut: atau A = A. e αd 0 (3.10) 1 A α = ln (3.11) d A Dimana: A 0 = amplituda gelombang ebelum melewati medium (Volt) A = amplituda gelombang etelah melewati medium (Volt) d = jarak tempuh gelombang dalam material (m) α = atenuai (Neper/m) 0 Beberapa penelitian telah memanfaatkan atenuai untuk mengevaluai kualita dari uatu material. Salah atu aplikainya adalah untuk mengevaluai kualita tulang Kecepatan Gelombang Kecepatan gelombang akutik yang merambat pada uatu medium bergantung pada rapat maa dan ifat elatiita medium. Keadaan uatu bahan berkaitan erat dengan elatiitanya ehingga dengan mengukur kecepatan rambat gelombang ultraonik di dalam bahan yang berangkutan, maka keadaan atau kualita bahan terebut dapat diketahui. Kecepatan rambat gelombang longitudinal dapat dihitung dengan hubungan ebagai berikut: v L E (1 v) = (3.1) ρ (1 + v)(1 ) 0 v Sedangkan kecepatan gelombang arah tranveral dapat dihitung dengan:

7 v E = T ρ 0 (1 + v) (3.13) Dimana: E = modulu Young atau elatiita (N/m ) V = perbandingan Poion ρ 0 = rapat maa (kg/m 3 ) v L v T = kecepatan gelombang longitudinal (m/det) = kecepatan gelombang tranveral (m/det) Kecepatan gelombang akan berubah ketika bergerak dari uatu medium ke medium lain eperti dari udara ke bahan yang akan diuji. Pada penelitian ini, kecepatan rambat gelombang ultraonik, v, akan digunakan ebagai alah atu parameter keehatan tulang. Pada ekperimen kecepatan gelombang atau kemudian akan diebut ebagai peed of ound pada tulang kalkanea akan dihitung dengan hubungan: d v = (3.14) Δt Dimana: v = kecepatan rambat gelombang ultraonik atau peed of ound (m/) d = ketebalan tumit ukarelawan (m) t = waktu tempuh atau time of flight dari gelombang dalam bahan () Dari peramaan-peramaan terebut di ata, tampak bahwa kecepatan gelombang dalam bahan bergantung pada ifat mekanik bahan terebut. Jadi, perubahan ifat bahan mekanik bahan akan mengubah kecepatan rambat gelombang ehingga dapat diketahui ifat bahan dengan mengukur kecepatan rambat gelombang ultraonik yang melalui bahan itu. Oleh karena itu, kecepatan gelombang ultraonik atau peed of ound dapat digunakan untuk melakukan evaluai keehatan tulang karena ifatnya yang terpengaruh oleh perubahan ifat mekanik bahan.

8 3.. Pembangkitan Gelombang Ultraonik Gelombang ultraonik merupakan gelombang akutik yang memiliki frekueni di ata 0 khz hingga ekitar 1 GHz. Gelombang uara atau gelombang onik dengan frekueni di ata 1 GHz diebut ebagai gelombang hiperonik. Frekueni gelombang ultraonik berada di luar bata pendengaran manuia ehingga gelombang ultraonik tidak dapat didengar manuia. Spektrum gelombang ultraonik untuk berbagai aplikai dapat dilihat pada gambar 3. berikut ini: MEDICAL IMAGING ACOUSTIC SENSORS GUIDED WAVES ACOUSTIC MICROSCOPY CAVITATION NDT SAW Gambar 3. Spektrum frekueni gelombang uara dalam berbagai penerapan. Terdapat beberapa keunggulan pada gelombang ultraonik ehingga dapat digunakan untuk berbagai aplikai eperti uji-tak meruak (non-detructive teting), pengukuran dimeni (contohnya: jarak dan volume), karakteriai material, dan ejeninya. Keunggulan-keunggulan terebut antara lain adalah: 1. Pancaran gelombang ultraonik lebih terarah dibandingkan gelombang onik. Hal ini diebabkan panjang gelombang ultraonik lebih kecil daripada gelombang onik ehingga gelombang ultraonik lebih mudah diarahkan mekipun dalam lingkungan yang angat biing.

9 . Gelombang ultraonik bergerak kali lebih lambat daripada gelombang elektromagnetik. Dengan ifat ini, maka dapat dibuat uatu cara untuk menampilkan informai dalam waktu. 3. Gelombang ultraonik dapat dengan mudah menembu berbagai bahan. Bahkan pada bahan yang tidak tembu cahaya Fenomena Piezoelektrik Krital piezoelektrik akan mengalami deformai jika diberi energi litrik atau tegangan litrik. Gelombang ultraonik dapat dibangkitkan dari krital piezoelektrik. Sebaliknya, jika krital piezoelektrik dikenakan tre atau train, maka akan menghailkan energi litrik (tegangan). Oleh karena itu, memanfaatkan fenomena ini, gelombang ultraonik dapat dibangkitkan dari krital piezoelektrik, yaitu dengan memberikan inyal litrik yang frekueninya lebih dari 0 khz (frekueni yang berada dalam rentang ultraonik). Kemudian, krital piezoelektrik akan menghailkan gelombang ultraonik euai dengan frekueni inyal litrik yang diberikan. Jadi dapat diimpulkan bahwa prinip daar tranduer piezoelektrik adalah perubahan energi litrik menjadi energi akutik dan ebaliknya. Kedua proe perubahan energi terebut dapat terjadi ecara bolak balik. Jika ditinjau dari kelitrikan pada piezoelektrik, polariai muatan per atuan lua P dinyatakan dengan: P = σ (3.15) i d ijk jk Dimana: σ jk = tre yang dikenakan d ijk = jarak deformai (dapat dinyatakan ebagai rank tenor) Dan proe ebaliknya adalah: ε = d E (3.16) jk ijk i Dimana: ε jk = train

10 E i = energi litrik yang dikenakan Tenor train piezoelektrik g ijk menyatakan hubungan dengan tre yang dikenakan pada piezoelektrik, ebagai: d g = (3.17) εε 0 Dimana: d = jarak deformai ε 0 ε = permitivita ruang hampa = kontanta dielektrik Koefiien kopling mekanik, κ, adalah ukuran perbandingan antara energi yang diterima tranduer dengan energi hail pengubahannya. Hubungan yang diberikan adalah: κ = gde (3.18) dengan E adalah Modulu Young. Tranduer pemancar yang baik memiliki nilai d yang bear. Senitivita tranduer dapat ditingkatkan dengan memperbear nilai g. Dalam penerapannya, baik tranduer pemancar maupun penerima menggunakan jeni yang ama. Oleh karena itu, maka nilai d dan g harulah tinggi agar menghailkan k yang bear. Tranduer merupakan bagian penting dalam item pengukuran ultraonik. Seperti telah dibaha pada bagian ebelumnya, tranduer menggunakan piezoelektrik untuk mengubah inyal litrik menjadi getaran mekanik (proe pengiriman atau tranmitter) dan mengubah getaran mekanik menjadi inyal litrik (proe penerimaan atau ebagai receiver). Banyak faktor yang mempengaruhi ifat tranduer, eperti jeni bahan, kontruki mekanik dan litriknya, keadaan mekanik ekternal, dan beban. Beberapa parameter kontruki mekanik itu antara lain adalah

11 lua permukaan pancaran, damping mekanik, wadah, jeni konektor, dan variabel fii lainnya Berka Pancaran Gelombang Ultraonik Berka gelombang yang dipancarkan oleh tranduer ke medium ditentukan oleh diameter tranduer dan panjang gelombangnya. Berka pancaran gelombang ultraonik ebuah tranduer yang berbentuk ilinder dapat dilihat pada gambar 3.4. Berka pancaran ini terdiri dari dua zona, yaitu zona dekat (near zone) atau Frenel Zone dan zona jauh (far zone) atau Fraunhofer Zone. Pada daerah zona dekat, gelombang ultraonik dapat dipandang ebagai berka gelombang yang luru. Jarak zona dekat ini dapat dihitung dengan hubungan: D N = 4λ (3.19) Dimana: N = jarak zona dekat D = diameter tranduer λ = panjang gelombang

12 Sumber: Bahan Mata Kuliah EL 504 Gelombang Elektromagnetik dan Ultraonik dalam Biomedika Gambar 3.3 Bentuk pancaran gelombang ultraonik dari tranduer piezoelektrik Pada zona jauh berka gelombang akan menyebar membentuk udut θ dan membentuk gelombang bola, ehingga intenitanya akan berkurang berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya dari tranduer. Sifat berka yang menyebar di dalam zona jauh ini cocok digunakan untuk melakukan deteki cacat di dalam uatu bahan. Bear udut yang yang dibentuk pada zona jauh dapat dihitung dengan: θ λ in = 1, (3.0) D Tampak dari peramaan (3.0), jika diamater tranduer emakin bear, maka zona dekat akan emakin panjang dan udut penyebaran akan emakin kecil. Demikian juga jika panjang gelombangnya pendek atau frekueni tinggi, maka akan menghailkan berka yang lebih luru dan panjang. Berka gelombang eperti ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur cacat yang terletak dekat permukaan bahan yang diuji.

13 Berka gelombang yang keluar dari tranduer tidak hanya dari ebuah titik pada permukaan aja, melainkan dari banyak titik pada eluruh permukaan elemen piezoelektrik. Tranduer yang berbentuk ilinder eringkali diebut ebagai tranduer piton. Ini dikarenakan bentuk berka gelombang yang keluar menyerupai ilinder. Berka bagian yang terang menandakan bahwa intenitanya lebih bear. Jika ditinjau intenita berka dalam arah lateral, maka intenita makimum terjadi di umbu akialnya pada zona jauh eperti gambar Karakteritik Tranduer Piezoelektrik Gambar 3.4 Model fii tranduer piezoelektrik. Karakteritik tranduer piezoelektrik ditentukan oleh beberapa faktor eperti bahan penyuun dan kontruki mekanik erta inyal litrik. Gambar 3.5 menunjukkan model truktur tranduer piezoelektrik yang tediri dari material backing, elemen aktif (piezoelektrik), dan lapian matching layer yang keeluruhannya dikema dalam uatu wadah logam. Maing-maing elemen ini akan menentukan karakteritik tranduer. Gambar 3.5 memperlihatkan truktur ebuah tranduer utraonik komerial.

14 Tebal elemen piezoelektrik dibuat etengah panjang gelombang yang diinginkan. Hal ini dimakudkan agar energi yang keluar dari piezoelektrik ebear mungkin. Oleh karena itu, emakin tinggi frekueni tranduer, maka lapian piezoelektrik yang haru dipaang akan emakin tipi. Gambar 3.5 Penampang truktur dan elemen tranduer ultraonik. Di antara lapian piezoelektrik dan wadah bagian depan dipaang bahan yang berfungi ebagai penyeuai impedani atau matching layer. Lapian ini dipaang agar eluruh gelombang yang dibiakan keluar dari lapian matching layer memiliki faa yang ama, baik gelombang bia akibat bata medium maupun gelombang bia akibat refleki di dalam laian matching layer. Untuk memenuhi ketentuan terebut, maka ketebalan bahan dibuat optimalnya adalah ¼ panjang gelombang. Pada tranduer yang kontak dengan objek ukur, bahan penyeuai impedani atau matching layer ini dipilih dengan ketentuan nilai impedaninya ada di antara nilai impedani elemen aktif (piezoelektrik) dan nilai impedani baja. Material backing yang menyokong piezoelektrik menentukan karakteritik damping dan karakteritik frekueni tranduer yang berangkutan. Jika impedani material backing dibuat ama dengan impedani lapian piezoelektrik, maka akan diperoleh

15 tranduer dengan bandwidth yang empit namun enitifita tinggi. Jika impedani piezoelektrik dengan impedani backing tidak ama, maka tranduer akan memiliki daya tembu yang tinggi namun memiliki enitifita rendah. Beberapa tranduer dibuat khuu untuk penggunaan tertentu aja ehingga tidak akan begitu cocok apabila digunakan untuk penggunaan lain. Contohnya pada deteki keruakan dalam logam, diperlukan tranduer yang memiliki enitifita tinggi, ehingga haru dibuat tranduer dengan nilai damping yang tinggi pula. Contoh lain, jika tranduer akan digunakan untuk aplikai yang memerlukan daya tembu bear, maka enitifita tranduer akan rendah. Frekueni yang tercantum pada tranduer menyatakan frekueni tengahnya. Nilai frekueni tengah ini tergantung pada bahan backing yang digunakan. Tranduer dengan nilai damping yang tinggi akan merepon frekueni-frekueni di ata dan di bawah frekueni tengahnya (bandwidth lebih lebar). Tranduer dengan nilai damping kecil akan memiliki rentang frekueni yang lebih empit dan daya tembu yang lebih kuat. Frekueni tengah juga menyatakan kemampuan tranduer. Tranduer dengan frekueni rendah (0,5 MHz,5 MHz) akan memiliki energi dan daya tembu yang lebih bear, edangkan tranduer dengan frekueni tinggi (15 MHz 5 MHz) daya tembunya kecil, namun enitifitanya lebih bear terhadap bata medium. Pada penelitian ini, tranduer akan digunakan untuk membangkitkan gelombang ultraonik yang akan dilewatkan pada tumit manuia. Tulang kalkanea atau tulang tumit termauk bahan padatan ehingga akan memiliki atenuai yang lebih tinggi dibanding ga dan cairan. Sehingga tranduer yang dipilih haru memiliki daya tembu yang tinggi. Tranduer yang umum digunakan untuk melakukan pengukuran pada tulang adalah tranduer yang memiliki frekueni dalam rentang 500 khz ampai,5 MHz. Dalam penelitian ini akan digunakan tranduer dengan frekueni tengah 1 MHz.

16 3.3. Pengolahan Sinyal Ultraonik Pengolahan inyal digunakan untuk mengungkapkan informai yang terkandung dalam data inyal ultraonik. Apabila inyal ultraonik diukur dengan menggunakan oilokop, oilokop akan menampilkan inyal ultraonik dalam domain waktu dengan umbu vertikal menyatakan amplituda inyal dan umbu horizontal menyatakan waktu. Pengukuran dengan oilokop aja cukup memadai untuk mengetahui informai pada inyal-inyal ederhana. Namun, untuk inyal-inyal yang lebih komplek, mialnya untuk inyal yang memiliki lebih dari atu komponen frekueni, angat ulit untuk melakukan analia dalam domain waktu. Apabila dibutuhkan untuk mengetahui informai berkait dengan frekueni-frekueni yang terdapat dalam inyal, maka haru dilakukan tranformai inyal dari domain waktu ke domain frekueni. Pada domain frekueni, umbu vertikal menyatakan daya inyal dan umbu horizontal menyatakan frekueni. Tranformai ini diebut pula dengan pektral daya inyal. Spektral daya menunjukkan berapa banyak energi inyal yang terkandung ebagai fungi dari frekueni. Untuk inyal yang ederhana eperti gelombang inu tunggal, pektral daya tidak memberikan informai tambahan. Namun, untuk inyal-inyal yang komplek eperti inyal repon tranduer dengan bandwidth lebar, pektral daya akan memberian lebih banyak informai. Teori Tranformai Fourier menyebutkan bahwa bentuk gelombang komplek periodik dapat diuraikan menjadi kumpulan gelombang inu dengan amplituda, frekueni, dan faa yang berbeda-beda. Proe penguraian ini dinamakan Analii Fourier atau Analii Frekueni, dan hailnya adalah kumpulan amplituda, frekueni, dan faa untuk etiap inu yang membentuk gelombang komplek terebut. Dengan menjumlahkan kembali inu-inu ini, maka bentuk gelombang ali akan didapatkan

17 kembali. Grafik frekueni atau faa etiap inu terhadap amplituda dinamakan pektrum Repreentai Sinyal Dikrit dan Teorema Sampling Sinyal ultraonik yang diterima oleh tranduer penerima atau receiver merupakan inyal kontinyu. Sinyal terebut mengandung informai tentang kondii medium atau bahan yang telah dilaluinya. Untuk melakukan ektraki atau mendapatkan informai dari inyal ultraonik terebut dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan inyal ecara digital oleh komputer. Agar pengolahan inyal ecara digital terebut dapat dilakukan, inyal kontinyu terebut haru diubah menjadi inyal dikrit atau inyal digital. Terdapat banyak keuntungan jika melakukan pengolahan inyal ecara digital. Keuntungan terebut antara lain adalah inyal dapat direkam dan elanjutnya dapat dilakukan analii pektral dalam domain frekueni. Proe digitaliai ini meliputi proe ampling inyal kontinyu menjadi inyal dikrit. Berikut ini adalah teori tentang hubungan antara inyal kontinyu dalam domain waktu dengan inyal dikrit. Sinyal hail proe ampling dengan interval ampling T ecara matemati dapat dinyatakan ebagai: x τ ) = x c ( τ ) τ = kδt ( (3.1) Dimana: x (τ ) adalah inyal dikrit dalam domain waktu hail ampling x c (τ ) adalah inyal kontinyu dalam domain waktu ebelum di-ampling Jika diaumikan bahwa ampler adalah ideal, maka: x ( τ ) = xc ( τ ) p( τ ) (3.)

18 dengan p(τ ) adalah ampler untuk melakukan digitaliai inyal kontinyu dengan fungi ebagai berikut: k = p ( τ ) = δ ( τ kδt ) (3.3) Pada domain frekueni hubungan antara inyal dengan ampler merupakan hubungan konvolui ebagai berikut: 1 X ( ω) = [ X ( ω) * P( ω) ] (3.4) π Tranformai Fourier uatu deretan impule periodik adalah juga deretan impule (dalam domain frekueni) dengan frekueni ampling ω, dimana: π P ( ω ) = δ ( ω kω ) (3.5) ΔT k = Dengan demikian pektral inyal dikrit dalam domain frekueni menjadi: 1 1 X ( ω ) = X ( ω kω) (3.6) π [ ] X ( ω) * P( ω) = ΔT = Jadi, X (ω) adalah uatu fungi periodik yang merupakan replika yang tergeer dari pektrum inyal kontinyu, X (ω) yang magnitudonya terkala dengan faktor 1/ T. Jika x c (τ ) diaumikan merupakan inyal dengan bandwidth tertentu dengan k hubungan: X c(ω) 1 = 0 ω ω B ω > ω B (3.7) Maka, terdapat beberapa keadaan berdaarkan hubungan antara nilai ω dan ω B: ω ωb ω = ω > ωb ( atauω < ω ω ) B ( atauω > ω ω ) B B B (3.8)

19 Aliaing terjadi karena frekueni ampling yang lebih kecil daripada frekueni Nyquit-nya. Jika x (τ ) merupakan inyal dengan bandwidth tertentu dengan X ( ω) = 0 untuk c ω >. Maka, x (τ ) ditentukan oleh ampelnya x c ( kδ T ) jika memenuhi frekueni ω B ampling ω ebear: dimana: c ω > ω B (3.9) = ω π ΔT (3.30) in B ( kδt ) xc ( ) = ω τ τ xc ( kδt ) (3.31) k = ωb ( τ kδt ) dan frekueni Nyquit dinyatakan ebagai: f f NYQUIST = (3.3) Jika inyal di-ampling tidak berdaarkan teorema ampling ehingga terjadi aliaing, maka frekueni alia-nya dapat dihitung dengan perhitungan ebagai berikut: f = kf ± f untuk k 1 (3.33) alia NYQUIST true Tranformai Fourier Dikrit Tranformai Fourier Dikrit (DFT) digunakan untuk menghitung pektral inyal dikrit. Hubungan DFT dengan inver-nya dapat dihitung dengan hubungan ebagai berikut: M [ ] 1 jωmt X ( Ω m ) = DFT x( t) = x( t) e (3.34) t= 0 M 1 1 jωmt x( t) = IDFT[ X ( Ωm )] = X ( Ωm ) e (3.35) M m= 0

20 untuk inyal periodik x (t) dengan frekueni dikrit Ω = πm M m / hubungan DFT dan invernya dapat dinyatakan dengan hubungan berikut:. Lebih lengkapnya dan M 1 jωm j(π / M ) m j(π / M ) mt X ( Ω m ) = X ( e ) = X ( e ) = x( t) e t= 0 1 x( t) = M M 1 m= 0 X ( e j(π / M ) m ) e j(π / M ) mt (3.36) (3.37) Berdaarkan ifat DFT X ( Ω m ) juga merupakan fungi periodik dengan periode M. Jadi, DFT digunakan untuk periodik, namun DFT dapat juga digunakan untuk inyal aperiodik dengan panjang terbata, dengan menganggap bahwa inyal terebut merupakan inyal periodik x p (t) dengan atu periode. x p ( t) x( t) = 0 0 t M 1 elain t (3.38) Jadi, koefiien DFT X ( Ω m ) ecara unik menyatakan inyal aperiodik terebut. Pada kenyataannya, umumnya inyal yang dihadapi adalah inyal kontinyu atau analog. Melalui teorema ampling, inyal-inyal terebut dapat direkontruki menjadi inyal kontinyu kembali dari data digitalnya atau dari ampelnya. Berikut ini merupakan beberapa apek yang haru diperhatikan dalam menggunakan DFT: 1. Sinyal kontinyu [ x ( τ ), X ( ω) ]. Impule ampler [ p ( τ ), P( ω) ] 3. Proe ampling [ x ( τ ), X ( ω) ] 4. Window [ w ( τ ), W ( ω) ] 5. Data dengan window [ x ( τ ), X ( ω) ] 6. Frekueni ampler [ f ( τ ), F( ω) ] c w c w

21 7. Frekueni ampling [ x τ ), X ( Ω )] ( m Jika uatu inyal kontinyu embarang di-ampling dengan ampler ideal, maka bear magnitudo pektral akan terkala dengan faktor π / ΔT dan komponen frekueninya akan terletak di perkalian bilangan bulat frekueni ampling ω. Proe ampling merupakan operai perkalian atau modulai antara inyal dengan ampler. Sinyal hail operai ini adalah periodik. Sedangkan pektrum hail dari proe ini adalah: 1 X ( ω ) = X ( ω kω ) (3.39) ΔT k= Sinyal rekaman hail ampling panjangnya terbata (dengan panjang T d ). Hal ini juga berarti bahwa inyal pada domain waktu dikalikan dengan window peregi. Tranformai Fourier window peregi kontinyu merupakan fungi inc eperti berikut: j( ωt / ) in( ωtd / ) d W ( ω) = Td e (3.40) ωt / Perkalian fungi ini di domain waktu merupakan perkalian konvolui di domain frekueni. Spektrumnya dinyatakan dengan: X w ( ω) = X ( ω)* W ( ω) (3.41) d Proe windowing ini menghailkan leakage yang diebabkan oleh fungi inc yang durainya terbata. Fungi inc yang durainya terbata akan menyebabkan idelobe. Semakin pendek data window, maka lebar idelobe-nya akan emakin lebar (hal ini tidak diharapkan). Akibat pectral leakage, daya inyal tidak terkumpul pada frekueninya tetapi terebat ke eluruh rentang frekueni pektral. Untuk mengurangi leakage, dapat dilakukan dengan memilih window yang memiliki idelobe yang lebih kecil daripada window peregi. Namun, terdapat konekueni dari mengurangi leakage, yaitu reolui frekueni akan turun.

22 Karena DFT adalah fungi pektral dikrit, maka DFT dapat dinyatakan dengan melakukan ampling di domain frekueni dengan ampler ideal ebagai berikut: F ( ω ) = δ ( ω mω ) dengan m d π ωd = (3.4) T Operai ampling dalam domain frekueni merupakan operai perkalian dalam domain waktu. Sebaliknya, operai konvolui dalam domain waktu merupakan perkalian dalam domain frekueninya. Hail pektrum dinyatakan dengan: X ( Ω ) X ( ω) F( ω) (3.43) m = w yang menyatakan DFT [ x c(τ )]. Jadi, DFT inyal kontinyu akan menghailkan beberapa apek aprokimai (periodiita, truncation, leakage, dan lain-lain) yang menyebabkan beberapa hal eperti ripple dan aliaing. d Reolui frekueni, Δ f, adalah kemampuan membedakan frekueni. Reolui merupakan performani etimator pektral. Untuk dapat membedakan dua inuoid yang frekueninya edikit berbeda, maka eliih frekueni inyal harulah lebih bear daripada lebar mainlobe. f Δ f = ( f1 f) > (3.44) N

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara).

Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai panjang gelombang antara lebih kurang 400 nanometer (nm) dan 800 nm (dalam udara). CAHAYA Ada teori Partikel oleh Iaac Newton (1642-1727) dalam Hypothei of Light pada 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel halu (corpucle) yang memancar ke emua arah dari umbernya. Teori Gelombang oleh

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM BAB III PERANCANGAN MODEL DAN SIMULASI SISTEM 3.1 Pendahuluan Berikut diagram blok pemodelan ytem yang akan diimulaikan. Seluruh ytem dimodelkan dengan meggunakan program Matlab. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

Perancangan IIR Hilbert Transformers Menggunakan Prosesor Sinyal Digital TMS320C542

Perancangan IIR Hilbert Transformers Menggunakan Prosesor Sinyal Digital TMS320C542 Perancangan IIR Hilbert ranformer Menggunakan Proeor Sinyal Digital MS0C54 Endra Juruan Sitem Komputer Univerita Bina Nuantara, Jakarta 480, email : endraoey@binu.ac.id Abtract Pada makalah ini akan dirancang

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan Daftar Notai hatam.an. - 1 DAFTAR NOTASI.:'#, a = bentang geer, jarak antara beban terpuat dan muka dari tumpuan. a = tinggi blok peregi tegangan tekan ekivalen. A = lua efektif beton tarik di ekitar tulangan

Lebih terperinci

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI 2

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI 2 l t3 tel t3 tel LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto Statu Revii : 00 Tanggal Pembuatan : 5 Deember 2014 MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi? . uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK

BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK BAB 6 DISAIN LUP TUNGGAL KONTROL BERUMPAN-BALIK 6. KESTABILAN LUP KONTROL 6.. Peramaan Karakteritik R( G c ( G v ( G ( C( H( Gambar 6. Lup kontrol berumpan-balik Peramaan fungi alihnya: C( R( Gc ( Gv (

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Fiika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fii, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Kajian-kajian dalam bidang fiika banyak melibatkan pengukuran bearanbearan fiika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD Satrio Dewanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binu Univerity Jl.K.H.Syahdan no 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 dewanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno

Pengendalian Kadar Keasaman (ph) Pada Sistem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbasis Arduino Uno Pengendalian Kadar Keaaman (ph) Pada Sitem Hidroponik Stroberi Menggunakan Kontroler PID Berbai Arduino Uno Ika Kutanti, Pembimbing : M. Aziz Mulim, Pembimbing : Erni Yudaningtya. Abtrak Pengendalian kadar

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya arakteritik Sitem Orde Pertama Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Materi Contoh Soal Sitem Orde Pertama arakteritik Repon Waktu Ringkaan Latihan Pada bagian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK

BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK 258 BAB XVI ALAT-ALAT OPTIK. Apa yang dimakud dengan alat-alat optik? 2. Mengapa mata ebagai alah atu alat optik? 3. Bagaimana pembentukan bayangan pada mata? 4. Bagaimana cara menolong cacat optik mata?

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2010. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2010. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 10/SE/M/2010 tentang Pemberlakukan Pedoman Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk Fondai Jembatan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Jakarta, 05 Mei 2010 Kepada

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa ELEKTRIKA Volume 01, Nomor 01, September 017 ISSN: 597-796 Analii Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induki 3 Faa Bambang Prio Hartono dan Eko Nurcahyo Program Teknik Litrik Diploma

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE

BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE BAB VI TRANSFORMASI LAPLACE Kompeteni Mahaiwa mampu. Menentukan nilai tranformai Laplace untuk fungi-fungi yang ederhana. Menggunakan ifat-ifat tranformai untuk menentukan nilai tranformai Laplace untuk

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kela 11 FISIKA Gerak Harmoni Sederhana - Latihan Soal Doc Name: AR11FIS0401 Verion : 01-07 halaman 1 01. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran (A) elalu ebanding dengan impangannya tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB 36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci