Tinjauan Ulang Konsep Mekanika Klasik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Ulang Konsep Mekanika Klasik"

Transkripsi

1 Modul 1 Tnauan Ulang Konsep Meana Klas Paen Pandangan, S.S., M.S. P PENDAHULUAN ada Buu Mater Poo (BMP) Meana, Anda sudah mempelaar tentang neta dan dnama suatu sstem ba melalu huum-huum Newton, Lagrange, Hamlton, maupun dengan cara pendeatan Posson Bracet, yang esemuanya tu membahas peranga suatu obe secara las. Pada huum Newton, persamaan gera suatu benda bersfat determnst yang berart bahwa masa depan suatu benda dapat dtentuan apabla poss awal benda tersebut detahu. Sedangan pada formulas fsa uantum tda mungn dapat menentuan masa depan suatu benda dengan mengetahu eadaan awalnya, namun yang dapat ta tentuan hanyalah suatu peluang. D snlah peranan persamaan Lagrange, Hamlton, dan persamaan Posson Bracet yang dapat menembatan antara meana las dan meana uantum. Pada Modul 1 dan Modul nant aan dperlhatan bagamana etga persamaan tersebut bsa langsung dgunaan eta ta menggarap fsa uantumm. Pada sstem benda yang sederhana, ta dapat menggunaan huum Newton untu menyelesaan persoalan gera suatu benda, tetap a ta dhadapan pada sstem yang omples (sstem benda banya), maa rasanya ta aan sangat esultan a hanya mengandalan huum-huum Newton. Namun deman, untu memecahan persoalan dnama suatu benda dengan sstem omples dapat dgunaan dengan menggunaan persamaan Lagrange, Hamlton, dan Posson Bracet yang sealgus merupaan embatan dalam mempelaar fsa uantum. Meana Lagrange buanlah suatu teor baru, tetap merupaan perluasan dar Meana Newton, sehngga merupaan suatu metode yang dapat dgunaan untu menentuan persamaan gera dar berbaga macam

2 1. Pengantar Fsa Kuantum sstem dnam yang ada. Deman uga persamaan Hamlton, dan persamaan Posson Bracet. Pada modul n aan dbag e dalam dua egatan belaar, Kegatan Belaar 1 aan membahas tentang Energ total suatu sstem yang melput oordnat umum, ecepatan umum, momentum umum, gaya umum, energ total sstem, fungs Lagrange dan persamaan Lagrange. Sedangan pada Kegatan Belaar aan dbahas tentang persamaan Hamlton, dan persamaan Posson Bracet. Secara umum tuuan pembelaaran modul n adalah mahasswa dapat melauan tnauan ulang terhadap teor yang terdapat dalam Meana Klas. Secara lebh husus lag tuuan pembelaaran modul n adalah Anda dapat: 1. menelasan oordnat umum,. menelasan ecepatan umum, 3. menelasan momentum umum, 4. menerapan energ total suatu sstem, 5. menerapan gaya umum, 6. menelasan fungs Lagrange, 7. menerapan persamaan Lagrange pada persoalan fsa, 8. menelasan fungs Hamlton, 9. menerapan persamaan Hamlton dalam persoalan fsa, serta 10. menerapan persamaan Posson Bracet dalam persoalan fsa. Agar Anda dapat berhasl dalam mempelaar modul n, maa berusahalah secara sungguh-sungguh untu mempelaar teor-teornya, berlath mengeraan soal-soal ba yang tertera dalam lathan maupun soalsoal yang terdapat pada buu daftar pustaa. D sampng tu, uga Anda wab mengeraan semua soal-soal yang terdapat pada tes formatf. Selamat belaar, semoga Anda berhasl!

3 PEFI4314/MODUL Kegatan Belaar 1 Energ Total Suatu Sstem Fsa A. KOORDINAT UMUM Anda telah mempelaar persamaan gera suatu sstem benda menurut perumusan huum Newton, yatu dengan menggunaan oordnat Kartesan. Koordnat n hanya dapat dgunaan dalam sstem benda yang sederhana, namun a ta aan membahas tentang sstem suatu benda yang dpengaruh oleh gaya sentral (gera planet msalnya), maa ta lebh coco menggunaan oordnat polar, sebab dengan menggunaan oordnat polar persamaan gera sstem suatu benda menad lebh sederhana. Sebenarnya untu merumusan gera suatu sstem benda ta dapat menggunaan oordnat apa saa, msalnya oordnat polar, slnder, maupun oordnat bola. Tentunya Anda sudah mempelaar bagamana mengubah oordnat dar satu sstem oordnat e sstem oordnat yang lannya melalu suatu transformas oordnat. Namun, Anda sudah seharusnya memaham pada saat apan menggunaan sstem oordnat yang ada. Msalnya dalam masalah nteras dua benda, ta dapat menggant oordnat vetor poss r 1, r dar partel 1 dan dengan oordnat R dar pusat massa, dan oordnat vetor poss relatf r dar edua partel tersebut. Penggantan n dmasudan agar gaya nteras edua partel salng bergantung dar poss relatf antara edua partel. Alasan lannya adalah dalam banya hal ta memang lebh tertar untu menyataan gera relatf antara edua partel sepert halnya gera planet. Dalam masalah sstem banya partel, lebh sesua menggunaan oordnat pusat massa arena gera pusat massa dapat dnyataan dengan persamaan yang lebh sederhana. Sstem-sstem oordnat sepert tersebut d atas, termasu sstem oordnat Kartesan, dmasuan e dalam satu sstem oordnat dengan nama Koordnat Umum. Koordnat umum dapat berupa sudut, panang, atau hubungan antara eduanya. Kta tda perlu membayangan bahwa oordnat umum merupaan suatu perangat sumbu-sumbu yang salng tega lurus dan membentu suatu vetor sepert oordnat Kartesan. Satu perangat oordnat umum adalah setap perangat oordnat umum yang dapat menyataan poss setap saat partel penyusun sstem. Oleh arena tu,

4 1.4 Pengantar Fsa Kuantum sangat perlu adanya suatu metode umum untu memperoleh suatu persamaan gera langsung dalam bentu oordnat umum yang sesua. Metode yang deman pertama al demuaan oleh Lagrange. Dalam asus-asus yang telah dsebutan d atas, umlah oordnat semua partel penyusun sstem dalam sstem oordnat baru sama sepert dalam sstem oordnat Kartesan. Sepert msalnya dua oordnat x, y untu partel bergera pada bdang datar dgant dengan dua oordnat polar r,. Tga oordnat ruang x, y, z, dgant dengan oordnat slnder atau oordnat bola. Mungn oordnat x 1, y 1, z 1, x, y, z, untu sepasang partel dgant dengan tga oordnat pusat massa X, Y, Z dan tga oordnat x, y, z, dar partel satu relatf terhadap yang lan. Mungn uga menggant tga oordnat satu partel relatf terhadap oordnat dam, dengan tga oordnat relatf terhadap oordnat bergera. Tetap tdalah selalu umlah oordnat dalam sstem oordnat baru sama dengan umlah oordnat dalam sstem oordnat Kartesan. Msalnya benda tegar yang berotas terhadap sumbu tertentu. Poss benda dapat dnyataan dengan satu oordnat sudut. Jad dalam hal n oordnat sebanya tga al umlah partel penyusun benda tegar dapat dgant dengan satu oordnat saa. Benda tegar yang merupaan sstem banya partel, untu menyataan onfgurasnya cuup dengan 6 (enam) oordnat. Tga oordnat untu menyataan poss pusat massa dan tga lannya untu menyataan orentas atau rotasnya. Hal n terad arena benda tegar adalah sebuah contoh sstem banya partel yang mengalam endala. Dalam perumusan dnama Newton, endala dberan sebaga masuan tambahan, msalnya pada benda tegar endalanya adalah ara dan orentas masng-masng elemen adalah tetap. Dalam sstem dnama benda, terdapat ens endala, yatu endala holonom dan endala nonholonom. Persamaan endala pada holonom dapat dgunaan untu mengelmnas varabel bebas, sedangan pada endala nonholonom tda bsa dpergunaan untu mengelmnas varabel bebas msalnya asus elereng yang menggelndng d permuaan bola. Contoh Untu menyataan poss 1 partel d dalam ruang, dperluan 3 buah oordnat Kartesan x, y, z. Untu dua partel dperluan 6 oordnat yatu x 1, y 1, z 1, untu partel yang pertama dan x, y, z untu partel yang edua.

5 PEFI4314/MODUL Koordnat umum lazmnya dber smbol q dengan ndes anga. Ja terdapat N buah partel yang meml buah persamaan endala, maa dperluan n = 3N- oordnat untu menyataan poss dan orentasnya. Karena dalam onfguras suatu sstem oordnat umum harus mempunya satu set harga yang past, maa oordnat q 1, q, q 3, q 4, q n merupaan fungs dar oordnat Kartesan, yang memungnan uga sebaga fungs dar watu t a berada dalam eadaan sstem oordnat bergera, dan dnyataan dengan persamaan sebaga berut. q 1 = q 1 ( x 1, y 1, z 1 ; x, y, z ;, x N, y N, z N ; t ) q = q ( x 1, y 1, z 1 ; x, y, z ;, x N, y N, z N ; t ) q n = q n ( x 1, y 1, z 1 ; x, y, z ;,x N, y N, z N ; t ) 1.1a Secara umum dapat dtulsan sebaga q = q ( x, y, z ; t ) 1.1b dengan = 1,, 3 n dan = 1, N Sebalnya terdapat hubungan tmbal bal yang menyataan oordnat Kartesan sebaga fungs dar oordnat umum, yatu dengan transformas sebaga berut. x 1 = x 1 ( q 1, q, q 3,q n ; t ) y 1 = y 1 ( q 1, q, q 3,q n ; t ) z 1 = z 1 ( q 1, q, q 3,q n ; t ) x N = x N ( q 1, q, q 3,q n ; t ) y N = y N ( q 1, q, q 3,q n ; t ) z N = z N ( q 1, q, q 3,q n ; t ) 1.a Atau secara umum dapat dnyataan sebaga x = x ( q ; t ) y = y ( q ; t ) dan z = z ( q ; t ), dengan = 1,,,N dan = 1,,n ( n= 3N ). 1.b Contoh Sebuah partel bergera dalam bdang datar xy. Tentuanlah oordnat umum yang sesua dengan eadaan partel tersebut!

6 1.6 Pengantar Fsa Kuantum Penyelesaan Koordnat Kartesan pada partel tersebut adalah x 1 = x dan y 1 = y. Sebaga oordnat umum dplh oordnat polar sehngga q 1 = r, q =. Maa menurut persamaan (1.1b) dperoleh: q 1 = q 1 ( x 1, y 1 ) adalah r x y dan y q = q ( x 1, y 1 ) adalah arctg. x Sebalnya x 1 = x 1 ( q 1, q ) adalah x = r cos, dan y 1 = y 1 ( q 1, q ) adalah y = r sn. B. KECEPATAN UMUM Ja oordnat suatu sstem N partel dnyataan dengan oordnat dqn umum q 1, q, q 3,q n, maa q untu sembarang oordnat q dt dsebut ecepatan umum yang beratan dengan oordnat tersebut. Msalnya ecepatan umum yang beratan dengan oordnat Kartesan x adalah dx x, ecepatan umum yang beratan dengan oordnat sudut adalah dt d, dan lan sebaganya. Kecepatan umum dapat dnyataan dalam dt oordnat Kartesan dan ecepatan, deman pula sebalnya. Kecepatan dalam oordnat Kartesan dapat dnyataan dalam oordnat umum dengan alan mendferensas persamaan (1.b) terhadap watu, dan haslnya adalah 3N x x x q 1.3 q t 1 dengan cara yang sama dperoleh ecepatan untu omponen y dan z sebaga y y y, dan 1.4 3N q 1 q t z z z 1.5 3N q 1 q t

7 PEFI4314/MODUL secara umum ecepatan suatu sstem benda dapat dtulsan sebaga r r r 1.6 3N q 1 q t Contoh Tentuanlah ecepatan sebuah partel yang berada pada bdang xy yang memenuh persamaan x = r cos ( + o t ) dan y = r sn ( + o t )! Penyelesaan Kecepatan partel tersebut masng-masng dalam arah sumbu x dan y adalah: x r cos( 0t) r sn( 0t) r0 sn( 0t), dan y r sn( t) r cos( t) r cos( t) C. ENERGI KINETIK UMUM DAN MOMENTUM UMUM Energ net untu sstem yang terdr dar N partel, dalam oordnat Kartesan dapat dnyataan sebaga 1 N 1 T m x y z, atau N 1 T mr dengan r x y z, yatu harga ecepatan yang beratan dengan poss r. Besarnya energ net dalam oordnat umum dapat dperoleh apabla persamaan (1.6) ta substtusan e dalam persamaan (1.7), dan haslnya adalah: N N n 1 1 r r T mr m q q t N n n 1 r r r r r r m q q l q 1, l q q l q t t t n n 1 T M lq q l M q M 0 1.8, l

8 1.8 Pengantar Fsa Kuantum d mana r r, N M l m 1 q q l 1 r r. N M 0 m 1 t t r N M m 1 q t r, dan Jad secara umum energ net dnyataan sebaga T T T1 T0 1.9 Terlhat dar persamaan (1.9) bahwa T uadrat terhadap ecepatan umum, T 1 lnear terhadap ecepatan umum, dan T 0 tda bergantung pada ecepatan umum. Koefsen M 0, M dan M l adalah fungs dar oordnat umum q 1, q,,q n dan t. Ja M l = 0, ecual = l, maa dataan oordnat umum bersfat ortogonal. Koefsen M 0 dan M sama dengan nol a unsur watu t tda secara esplst terdapat dalam transformas q = q ( r ; t ). Dengan ata lan a sstem oordnat umum tda tergantung watu, maa untu oordnat yang tetap, hanya oefsen M l saa yang tda nol, sehngga T merupaan fungs dar uadrat ecepatan umum. Contoh Htunglah energ net sebuah partel bermassa m yang berada pada bdang datar! Penyelesaan Kasus partel bermassa m yang berada pada bdang datar dalam oordnat polar, persamaannya adalah: x r cos, x r cos r sn y r sn, y r sn r cos Jad besarnya energ net sebuah benda bermassa m yang berada pada bdang datar adalah: N T m r m x y m r r 1

9 PEFI4314/MODUL Tampa d dalam T tda terdapat bagan lnear dalam q dan tda terdapat bentu slang q q (dalam hal n r), arena oordnat polar adalah oordnat ortogonal. D dalam oordnat Kartesan telah detahu bahwa omponen momentum lnear e arah sumbu x, y dan z dapat dturunan melalu dferensas persamaan (1.7) terhadap poss yang secara berturut-turut adalah: T T T px mx, py my, pz mz 1.10 x y z Dalam hal mana asus sebuah partel yang bergera pada bdang datar, dengan menggunaan oordnat polar, maa energ netnya adalah 1 T mr r 1.11 Besarnya omponen momentum lnear pada arah r dan secara berturut-turut dapat drumusan sebaga T pr r mr, dan p T mr 1.1 Hal yang sama aan ta dperoleh pada gera tga dmens dengan menggunaan oordnat bola maupun dengan menggunaan oordnat slnder. Dengan deman ta dapat menunuan bahwa untu setap oordnat q yang menunuan pergeseran lnear setap partel pada arah tertentu, momentum lnear partel pada arah tersebut adalah T / q. Deman pula untu oordnat q yang menunuan pergeseran sudut partel atau elompo partel yang berotas terhadap sumbu tertentu, momentum sudut terhadap sumbu tersebut adalah uga T / q. Oleh arena tu, momentum umum yang berhubungan dengan oordnat umum q dapat dtulsan sebaga T p 1.13 q

10 1.10 Pengantar Fsa Kuantum dar persamaan (1.13) terlhat bahwa a q adalah poss (ara), maa p merupaan momentum lnear, sedangan a q adalah smpangan sudut, maa p merupaan momentum sudut. D. GAYA UMUM Msalan suatu sstem terdr dar N partel, mempunya n = 3N deraat ebebasan dan oordnat umumnya q 1, q, q 3, q n. Perubahan ecl onfguras sstem dar (q 1, q,, q n ) e onfguras baru (q 1 + q 1, q + q, q n + q n ), maa perubahan tersebut d dalam oordnat Kartesan aan bergera dar poss (x 1, y 1, z 1 ; x, y, z,, x N, y N, z N ) e poss (x 1 + x 1, y 1 + y 1, z 1 + z 1, x N + x N, y N + y N, z N + z N ). Atau secara sngat, untu partel e- berubah dar poss (x, y, z ) e poss (x + x, y + y, z + z ), d mana perubahan ecl masng-masng x, y, dan z dapat dtulsan sebaga x x 3N q, 1 q y y 3N q, 1 q z z 3N q q Contoh Tentuanlah matrs x dan y sebuah partel yang bergera dalam bdang datar! Penyelesaan Dengan menggunaan oordnat polar, maa ta dapat menentuan bahwa q 1 = r dan q =. Untu satu partel x1 x r cos dan y1 y r sn, maa dengan menggunaan persamaan (1.14) dperoleh: x x x x x q q r cos r r sn, dan q q r y y y y y q q r sn r r cos q q r atau dalam bentu matrs transformas pergeseran, dnyataan sebaga x dan y dapat

11 PEFI4314/MODUL x cos r sn r y sn r cos Ja suatu sstem terdr dar N partel, d mana masng-masng partel berada pada poss x 1, y 1, z 1,, x N, y N, z N padanya beera gaya gaya sebesar F 1x, F 1y, F 1z,, F Nx, F Ny, F Nz, dan mengalam pergeseran x + x, y + y, z + z,, x N + x N, y N + y N, z N + z N, maa usaha yang dlauan gaya tersebut adalah : N x y z W F x F y F z apabla persamaan (1.14) ta substtusan e dalam persamaan (1.15), maa dperoleh d mana 3N W Q q N x y z Q Fx Fy Fz 1 q q q 1.17 Q dsebut dengan gaya umum yang merupaan fungs dar oordnat umum q dan mungn uga merupaan fungs dar watu t. Karena W berdmens usaha, maa a q berdmens ara, berart Q aan berdmens gaya. Ja q berdmens sudut, maa Q aan berdmens momen gaya. Apabla gaya yang beera pada suatu sstem bersfat onservatf, maa hubungan antara usaha yang dlauan gaya dan perubahan energ potensal adalah W V. Untu sstem yang terdr dar N partel dalam oordnat Kartesan dperoleh hubungan, N V V V W x y z 1 x y z 1.18 perhatanlah bahwa persamaan (1.18) a dnyataan dalam oordnat umum, maa dapat dtulsan sebaga

12 1.1 Pengantar Fsa Kuantum W V 3N q q cobalah bandngan persamaan (1.19) dengan persamaan (1.16), dengan deman ta dapat merumusan bahwa gaya umum uga memenuh persamaan V Q 1.0 q E. PERSAMAAN LAGRANGE S Tentunya Anda telah mempelaar persamaan Lagrange s berut cara penurunannya dar mata ulah Meana, namun untu seedar mengngatan d sn aan dbahas embal mengena hal tersebut. Persamaan dnama menurut huum Newton dapat dtulsan sebaga dp F dt 1.1 Sedangan untu sstem yang onservatf berlau formulas F V 1. persamaan (1.) meml pengertan bahwa V V V Fx, Fy, Fz 1.3 x y z Namun d pha lan ta telah mengetahu bahwa besarnya energ net 1 suatu benda memenuh persamaan T mv. Ja Energ net n ta dfrensas terhadap poss, maa haslnya adalah nol. T T T 0, 0, x y z

13 PEFI4314/MODUL Dengan deman persamaan (1.3) dapat uga ta tulsan dalam bentu V T Fx, F x y V T, Fz y V T z atau F q V T q 1.5 dengan cara yang sama pula (tanpa merubah harganya), maa persamaan (1.13) dapat uga dtulsan dalam bentu p T V q 1.6 Substtus persamaan (1.6) dan (1.5) e dalam persamaan (1.1) aan memberan ( T V ) d T V q dt q 1.7 d mana L T V, yang denal sebaga fungs Lagrange s, dengan deman persamaan (1.7) dapat dtulsan dalam bentu L d L 0 q dt q 1.8 Persamaan (1.8) denal sebaga persamaan Lagrange s untu sstem onservatf. Dar uraan tersebut elaslah bahwa persamaan Lagrange dapat dturunan dar persamaan gera Newton. Keduanya merupaan cara yang berbeda tetap evalen dalam menyataan huum-huum tentang gera yang sama. Suatu persamaan gera yang dperoleh dengan persamaan Lagrange dapat pula dcar dengan huum-huum Newton tentang gera. Tetap untu sstem yang sfatnya lebh omples, basanya lebh mudah mencar energ net dan energ potensalnya bla dnyataan dalam oordnat umum, emudan menggunaan persamaan Lagrange s. Untu sstem yang mengalam endala (constrant) tertentu, maa cara Lagrange s aan lebh

14 1.14 Pengantar Fsa Kuantum mudah dgunaan. Dar cara penurunan persamaan Lagrange s, elaslah bahwa persamaan tersebut meml bentu yang sama dalam setap sstem oordnat umum. Fungs Lagrange L mempunya harga yang sama untu setap perangat poss dan ecepatan tertentu tanpa perlu memperhatan sstem oordnat yang dgunaan, tetap bentu fungs Lagrange mungn aan berbeda d dalam sstem oordnat yang berbeda. Persamaan Lagrange merupaan cara yang seragam dalam menyataan persamaan gera suatu sstem, ta tergantung dar ens sstem oordnat yang dgunaan. Persamaan Lagrange merupaan tt awal perembangan dalam perumusan meana, sealgus merupaan embatan dalam mempelaar Fsa Kuantum. Contoh Sebuah bandul matemats mengalam ayunan sederhana (lhat gambar). Apabla sudut danggap cuup ecl, potensal berharga 0 d x = 0, dan y = 0 (sebaga tt acuan), serta = 0 pada sumbu (-y), maa tentuanlah: a. energ net sstem, b. energ potensal sstem, c. fungs Lagrange s, d. persamaan geranya (persamaan Lagrange). Penyelesaan a. energ net sstem adalah 1 1 T m x y m r r b. energ potensal sstem adalah V mgy mgr cos c. fungs Lagrange s 1 L T V mr r mgr cos d. persamaan gera d L L 0, haslnya adalah: mr mr mg cos 0, dan dt r r

15 PEFI4314/MODUL d L L 0, d dt mr mgr sn 0 dt untu yang ecl, sn, sehngga persamaan geranya pada eadaan r yang onstan adalah g 0, d mana r Untu mencar persamaan gera suatu sstem dengan menggunaan persamaan Lagrange s, maa langah-langah yang perlu dlauan adalah: a. memlh oordnat yang coco untu menyataan onfguras sstem. b. menentuan energ net T dnyataan dalam oordnat atau ecepatan umum. c. mencar energ potensal V sebaga fungs oordnat umum apabla sstem dalam eadaan onservatf, dan a sstem tda onservatf carlah gaya umum Q. d. gunaan persamaan Lagrange yang sesua untu mencar persamaan gera sstem. LATIHAN Untu memperdalam pemahaman Anda mengena mater d atas, eraanlah lathan berut! 1) Tentuanlah oordnat umum sebuah partel yang berada pada bdang datar dua dmens xy, apabla oordnat umum yang dplh berupa oordnat polar yang berotas dengan ecepatan sudut o berlawanan dengan arah arum am (lhat gambar)! Koordnas polar dam Koordnat polar berotas

16 1.16 Pengantar Fsa Kuantum ) Htunglah besarnya energ net sebuah partel yang berada pada bdang datar bla terdapat unsur t secara esplst dalam transformas q = q ( r, t ), msalnya oordnat polar berotas dengan ecepatan sudut o! 3) Ja besarnya energ net sebuah partel dalam oordnat umum dnyataan sebaga n n 1 T M lq q l M q M 0, maa tentuanlah momentum umum, l partel tersebut! 4) Tentuanlah omponen gaya umum pada suatu partel yang bergera pada bdang datar! 5) Sebuah benda bermassa m bergetar selaras sederhana pada arah sumbu x. Tentu-anlah persamaan gera benda tersebut dengan penggunaan persamaan Lagrange s! Petunu Jawaban Lathan 1) Plh x 1 = x 1 ( q 1, q ; t ) adalah x = r cos ( + o t ), dan y 1 = y 1 ( q 1, q ; t ) adalah y = r sn ( + o t ). Deman uga sebalnya q 1 = q 1 ( x 1, y 1 ; t ) adalah r x y dan y q = q ( x 1, y 1 ; t ) adalah arc tg( ) 0 t. x ) Gunaan persamaan x = r cos ( + o t ), dan y = r sn ( + o t ), dan haslnya adalah: T m x y mr r mr 0 mr 0 T T1 T0 Jad tampa d dalam T terdapat bagan yang merupaan fungs lnear dar q yatu, dan bagan yang tda tergantung dar q ( atau r), yan ½ m r o. n T 3) Gunaan persamaan p, dan haslnya adalah p Al ql B q. l 1

17 PEFI4314/MODUL ) Dalam oordnat Kartesan, omponen gaya yang beera pada partel adalah F F ˆ F ˆ, sedangan d dalam oordnat polar x y F F eˆ F eˆ. Dengan menggunaan persamaan (1.17) dperoleh r r x y Qr Fx Fy Fx cos Fy sn Fr (gaya pada arah r) r r x y Q Fx Fy r Fx sn r Fy cos r F (momen gaya atau tora) L d L 5) Gunaan persamaan Lagrange s 0 x dt x 1 1 d mana L adalah fungs Lagrange s L T V mx x, dan haslnya adalah x x o, d mana. m RANGKUMAN 1. Satu perangat oordnat umum adalah setap perangat oordnat yang dapat menyataan poss setap partel penyusun suatu sstem. Koordnat umum dapat berupa oordnat artesan, oordnat polar, oordnat slnder, oordnat bola atau oordnat yang bergera. Koordnat umum dapat berupa sudut, panang atau hubungan antara eduanya, dan dber smbol q 1, q, q 3, q n. Msalnya untu gera lurus pada sumbu x, oordnat umumnya q1 x. Partel bergera pada bdang datar, dengan menggunaan oordnat polar r,, maa q1 r dan q.. Secara umum ecepatan suatu sstem benda dapat dtulsan sebaga 3N r r r q q t 1 3. Energ net suatu sstem dapat drumusan sebaga T = T + T 1 + T 0. a. T 0 adalah bagan yang ta bergantung pada ecepatan umum ( q ) yatu

18 1.18 Pengantar Fsa Kuantum 1 r r N T0 m 1 t t b. T 1 bagan yang bergantung secara lnear dengan q n 1 T M q dan c. T tergantung dar uadrat ecepatan umum ( q ) n 1 T M lq l q, l D dalam sstem oordnat umum yang dam T 0 dan T 1 sama dengan nol dan hanya T yang tda nol, sehngga T merupaan fungs uadrat ecepatan umum. 4. Momentum umum yang berhubungan dengan oordnat umum q dapat dtulsan sebaga T p q 5. Gaya umum dapat drumusan sebaga N x y z Q Fx Fy Fz 1 q q q Satuan Q mungn gaya, atau mungn tora, tergantung satuan dar pergeseran ecl x panang atau sudut. 6. Fungs Lagrange L = T V dengan T adalah energ net dan V energ potensal dnyataan dalam oordnat umum. Fungs Lagrange L adalah fungs dar q, q dan mungn uga merupaan fungs esplst dar watu t. 7. Secara umum persamaan Lagrange dapat dtulsan sebaga L d L 0, sstem onservatf q dt q Q, Q adalah omponen gaya non onservatf

19 PEFI4314/MODUL ) Sebuah partel bergera dalam ruang 3 dmens. Tentuanlah oordnat umum yang sesua dengan eadaan partel tersebut, a yang dplh adalah sstem oordnat bola 1 x 1 y A. r = x y z, cos, tan r x y B. r = C. r = D. r = TES FORMATIF 1 Plhlah satu awaban yang palng tepat! x 1 z x y z,, sn r x z 1 z 1 x x y z, cos, cos r x y y x x y z,, x r ) Tentuanlah formulas ecepatan untu sstem banya partel! 3N rn vn A. vn q 1 q t 3N rn r B. vn q 1 q t 3N rn rn C. vn q 1 q q 3N rn r D. vn q q q 1 3) Sebuah caram bermassa m dengan ar-ar r menggelndng d atas bdang mrng (lhat gambar). Htunglah energ net caram yang menggelndng tanpa selp. 1 1 A. m x m r 1 1 B. m x m r 1 1 C. m x m r

20 1.0 Pengantar Fsa Kuantum D. 1 m x m r 4) Tentuanlah fungs Lagrange caram pada gambar soal nomor 3 apabla caram bergera sepanang l. 1 A. L = ( )sn m x r g x 1 B. L = ( )sn m x r g x 1 C. L = ( )sn m x r g x 1 D. L = ( )sn m x r g x 5) Htunglah besarnya momentum dua buah partel (masng-masng massanya m 1 dan m ) pada arah X dan z, apabla energ netnya dalam oordnat X, Y, Z, dan x, y, serta z adalah 1 m m T ( m1 m ) X Y Z x y z m1 m m1m A. px ( m1 m) x, pz ( ) z m m B. X 1 C. D. 1 1 p ( m m ) X m, 1m pz ( ) z m m p p X X m m m m 1 ( ) 1 m m m m 1 ( ) 1 1 x, pz ( m1 m) Z X, pz ( m1 m) Z 6) Htunglah momentum umum suatu benda bermassa M yang berada dalam sstem gaya sentral yang meml ecepatan v = r + (r θ) A. B. C. pr mr, p m r p mr, p m r r 1 pr mr, p m r

21 PEFI4314/MODUL D. 1 pr mr, p m r 7) Tentuanlah E dan E p sstem benda sepert pada gambar berut n. 1 1 m1 x1 x1 x x1 x, V m1 gx1 cos 1 1 m1 x 1 x 1 x x 1x, V m1 gx sn 1 1 m1 x 1 x 1 x x 1x, V mgx1 sn 1 1 m1 x 1 x 1 x x 1x, V m gx cos A. T = B. T = C. T = D. T = 8) Apabla besarnya sudut pada gambar soal nomor 7 adalah 45 o, tentuanlah persamaan gera benda tersebut! 1 1 A. x x1 g, x1 x 1 1 B. x x1 g, x1 x C. 1 1 x x 1, x1 ( x g) D. 1 1 x x 1, x1 ( x g) 9) Htunglah besarnya x 1 dan x pada gambar soal nomor 7 apabla m 1 = 0,1 g, m = 0, g dan g = 10 m/s. A. x = 0,4 m/s, x = 0,6 m/s B. 1 x = 0,6 m/s, x = 0,8 m/s 1

22 1. Pengantar Fsa Kuantum C. D. x = 0,5 m/s, x = 1, m/s 1 x = 0,8 m/s, x = 1,5 m/s 1 10) Htunglah besarnya m 1 agar m dapat bergera dengan percepatan 0,5 m/s (lhat gambar), massa tal sepanang l dan massa atrol dapat dabaan. A. 1,0 g B. 1, g C. 1,5 g D. 1,7 g Cocoanlah awaban Anda dengan Kunc Jawaban Tes Formatf 1 yang terdapat d bagan ahr modul n. Htunglah awaban yang benar. Kemudan, gunaan rumus berut untu mengetahu tngat penguasaan Anda terhadap mater Kegatan Belaar 1. Tngat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Art tngat penguasaan: % = ba seal 80-89% = ba 70-79% = cuup < 70% = urang Apabla mencapa tngat penguasaan 80% atau lebh, Anda dapat menerusan dengan Kegatan Belaar. Bagus! Ja mash d bawah 80%, Anda harus mengulang mater Kegatan Belaar 1, terutama bagan yang belum duasa.

23 PEFI4314/MODUL Kegatan Belaar Persamaan Hamlto dan Persamaan Posson Bracet A. PENURUNAN PERSAMAAN LAGRANGE DARI PRINSIP HAMILTON Berut n aan dsaan cara lan untu menurunan persamaan Lagrange, yatu dengan menggunaan prnsp varas Hamlton. Prnsp n menyataan bahwa gera suatu sstem dar saat t 1 sampa dengan saat t adalah sedeman hngga ntegral t I L dt 1.9 t1 d mana L T V adalah fungs Lagrange, yang berharga estrmum untu lntasan yang dlalu sstem d dalam ruang onfguras (lhat Gambar 1.1a). Gambar 1.1 Lntasan tt sstem dalam ruang onfguras Ruang onfguras adalah ruang euclead n-dmens d mana oordnatnya adalah oordnat umum q, dan setap tt dalam ruang merepresentasan suatu onfguras eadaan yang mungn. Jad dar emungnan-emungnan lntasan yang dlalu sstem, lntasan yang sebenarnya dlalu sstem dar poss pada saat t 1 sampa poss pada saat t adalah lntasan d mana ntegral I adalah bersfat estrmum, ba mnmum ataupun masmum. Dengan ata lan prnsp Hamlton

24 1.4 Pengantar Fsa Kuantum menyataan bahwa gera sstem dar t 1 dan t yang membuat as berut stasoner, sehngga dapat dtuls t 1 n 1 n t1 I L q,, q, q,, q ; t Tt stasoner dar I dperoleh dengan memvarasan lntasan yang ta ambl. Lntasan yang menghaslan I yang onstan walaupun lntasannya dubah sedt, maa lntasan tersebut adalah merupaan lntasan yang dcar. Marlah ta car lntasan stasoner dar ntegral berut n (lhat Gambar 1.1b) x x1 J f y( x), y ( x), x dx, dy y 1.31 dx Nla pada tt uung adalah onstan sehngga, y( x1 ) y1, dan y( x ) y 1.3 untu bsa memvarasan lntasan, ta harus memasuan suatu parameter baru () yang aan dpaa sebaga varas, yatu y( x, ) y( x,0) ( x) 1.33 d mana ( x) adalah fungs gangguan ecl, dengan ( x1 ) ( x ) 0, sehngga persamaan (1.31) dapat dtulsan dalam parameter, yatu x x1 J ( ) f y( x, ), y ( x, ), x dx 1.34 Dengan adanya parameter, tt stasoner dar J ( ) dapat ta htung dengan menggunaan alulus basa dengan syarat x dj f y f y 0 d y y x1 dj ( ) 0 d 1.35

25 PEFI4314/MODUL perhatan suu edua, dan lauan ntegras parsal aan dperoleh x x x f y f y y f dx y x y xy x1 x1 x1 0 dx 1.36 y msalan ( x), maa ( x1 ) ( x ) 0, sehngga persamaan (1.36) dapat dtulsan embal dalam x x f y f dx ( ) ( x) dx y x x y x1 x Bla persamaan (1.37) dsubsttusan e dalam persamaan (1.35), maa dperoleh x dj f f ( ) ( x) dx 0 d y x y x arena ( x) sembarang, maa persamaan (1.38) haruslah memenuh f f ( ) 0 y x y 1.39 Apabla ta lauan embal transformas varabel, x t, y q, f L, serta y q, maa persamaan (1.39) dapat dnyataan sebaga L L ( ) 0 q t q 1.40 yang tda lan adalah persamaan Lagrange yang sudah ta turunan pada pembahasan Kegatan Belaar 1.

26 1.6 Pengantar Fsa Kuantum B. FUNGSI HAMILTON DAN PERSAMAAN HAMILTON Ja pada persamaan Lagrange ta menemuan persamaan dferensal orde dua, namun dalam persamaan Hamlton n persamaan dferensal yang muncul adalah persamaan dferensal orde satu. Dar n buah syarat awal yang dperluan oleh persamaan Lagrange, ngn dbuat suatu sstem persamaan dferensal orde satu yang menggambaran dnama dar n varabel yatu q, yang memenuh persamaan p L, 1,,, n 1.41 q d mana q adalah oordnat umum, dan p merupaan momentum conugate dar oordnat umum. Jad yang ngn dlauan adalah perubahan transformas dar sstem L( q, q ; t) e H ( q, p ; t ) d mana sstem dapat drepresentasan dalam ruang fasa yang berdmens n (q,p) sedeman hngga berlau persamaan t L( q, q ; t) dt t1 Lntasan dalam ruang onfguras yang berdmens n yang dambl dar sstem aan membuat varas pada persamaan (1.4) sama dengan nol. Tnau suatu fungs f ( x, y ) dengan dferensal totalnya adalah f f df dx dy udx vdy x y 1.43 Untu menggant fungs f ( x, y ) menad g( u, y ) dauan transformas Legendre dengan menulsan g f ux 1.44 Lauan dferesas total terhadap persamaan (1.44) emudan substtusan e dalam persamaan (1.43) haslnya adalah

27 PEFI4314/MODUL dg df xdu udx udx vdy xdu udx xdx vdy 1.45 Anda tentu saa sudah mengetahu dar Meana bahwa fungs Hamlton ddefnsan sebaga n n L H ( q, p; t) q p L( q, q ; t) q L h( q, q ; t) q Walaupun H ( q, p; t ) sepert fungs energ h( q, q ; t), namun eduanya meml ebergantungan yang berbeda terhadap varabel-varabelnya. Pada fungs energ h( q, q ; t) : q dperoleh dar q, sedangan fungs Hamlton H ( q, p; t ) : q dan p dperlauan salng bebas. Persamaan Hamlton, dapat ta turunan dengan cara melauan dferensas total terhadap persamaan (1.46) yatu n n H H H dq dp dt p dq q dp 1 q p t n L L L dq dq dt 1 q q t Ja ta bandngan antara ruas r dan ruas anan pada persamaan (1.47), maa dperoleh persamaan: H q, p p H, q H t L t 1.48 Persamaan (1.48) d atas denal sebaga Persamaan Gera Hamlton, yang lebh sederhana bla dbandngan dengan persamaan Lagrange. C. PERSAMAAN POISSON BRACKET Hubungan posson Bracet antara dua buah besaran u( q, p ) dan v( q, p ) dapat ddefnsan sebaga berut.

28 1.8 Pengantar Fsa Kuantum u, v ( q, p ) 1 n u v u v q p p q 1.49 atau dalam notas smplet dtulsan sebaga u, v T u v J 1.50 J adalah matrs denttas yang berhubungan dengan matrs [, ]. Contoh Tentuanlah hubungan omutas dar [ q, q ], [ p, p ], dan [ q, p ]. Penyelesaan n q q q q q, q 0, 1 q p p q 0 0 n p p p p p, p 0 1 q p p q 0 0 n n q p q p q, p 1 q 1 p p q 0 0 bandnganlah hasl hubungan omutas dua buah besaran sepert d atas dengan cara meana uantum, yatu: [ x, p ] Sfat-sfat strutur alabar Posson Bracet dapat dtulsan sebaga berut. 1. [ u, v] [ v, u], [ u, u] 0 (ant omutatf)

29 PEFI4314/MODUL [ au bv, w] a[ u, w] b[ v, w], a, b onstanta (bersfat lnear) 3. [ uv, w] u[ v, w] [ u, w] v (assosatf) 4. [ u,[ v, w]] [ v,[ w, u]] [ w,[ u, v]] 0 (Identtas Jacob) Persamaan Gera dalam Posson Bracet Msalan u u( q, p; t), maa du u u u q p 1.51 dt q p t substtusan persamaan (1.51) e dalam persamaan (1.48) dperoleh du u H u H u u [ u, H ] dt q p p q t t u Bla u buan merupaan fungs esplst dar watu t, maa 0 t persamaan (1.5) dapat dtulsan sebaga 1.5 sehngga du u, H dt atau u u, H 1.53 Contoh Tentuanlah persamaan gera sebuah partel bebas yang bermassa m dengan menggunaan formulas Posson Bracet! Penyelesaan Sebuah partel bebas meml energ potensal sama dengan nol, sehngga Hamltonan sstem sebuah partel bebas dapat drumusan sebaga p H m

30 1.30 Pengantar Fsa Kuantum Untu mencar persamaan gera partel tersebut ta gunaan persamaan (1.53), yatu p 1 p [ p, H] [ p, ] [ p, p] p 0, yang berart bahwa momentum m m 0 bersfat eal 1 p q [ q, H ] [ q, p] p c (onstan) m m 1 Jad p q( t) ct q0, d mana c (persamaan gera partel yang dcar). m LATIHAN Untu memperdalam pemahaman Anda mengena mater d atas, eraanlah lathan berut! 1) Htunglah ara terpende antara dua buah tt yang berada pada sebuah bdang datar (lhat gambar), apabla detahu ds dx dy! ) Kurva berut n yang membuat permuaannya y mnmum drumusan sebaga ds x 1 y dx. Carlah (x lntasan,y ) benda yang atuh d dalamnya sehngga watu yang dperluan sesngat mungn! (x 1,y 1 ) (x,y )

31 PEFI4314/MODUL ) Tentuanlah persamaan gera sebuah oslator harmon satu dmens yang bermassa m dengan menggunaan formulas Posson Bracet! Petunu Jawaban Lathan 1) Gunaan persamaan (1.31). Jara suatu sstem yang bergera dar tt (1) e tt () adalah x x x x dy s f dx ds dx dy dx dx 1, atau x1 x1 x1 x1 dy f 1 1 y dx f y 0, dan f y y 1 y Jara terpende antara tt (1) dan () harus memenuh persamaan (1.39), yatu: f f y ( ) 0 atau 0 ( ) 0, terpenuh a dan hanya y x y x 1 y a suu yang ada dalam urung berharga suatu onstanta. y Jad, c, atau y c 1 y, atau y 1 c c, 1 y y c dy c y, atau y 1 c dx y dx 1 c x b Dengan deman lntasan terpende antara dua buah tt pada bdang datar adalah y ax b, a c (lntasan terpendenya berupa gars lurus). 1 c ) Luas total urva adalah f y xy 1 y xy. x x y dx, dengan x f x y d Gunaan persamaan (1.39), dperoleh dx atau 1 y c y x c c xy 1 y f y, 0,

32 1.3 Pengantar Fsa Kuantum Solus umum dar persamaan dferensal d atas adalah dx x y c b c arch C atau cosh y x c C (lntasan x c c c mnmum) 3) Hamltonan pada oslator harmon dalam satu dmens adalah p 1 H x m ,,,,, p x x H x p x x x p p x x x m m m Jad persamaan geranya adalah: p mx 0 x p p, H p, p p, x x m, atau p x 0, p p dengan memasuan x, maa dperoleh persamaan p 0, m m yang dapat dtulsan dalam bentu p p 0, dengan penyelesaan: p Asn t B cost, d mana. m RANGKUMAN 1. Prnsp varas Hamlton dapat dnyataan sebaga t I L dt t1 d mana L T V adalah fungs Lagrange, yang berharga estrmum untu lntasan yang dlalu sstem d dalam ruang onfguras.. Ruang onfguras adalah ruang euclead n-dmens d mana oordnatnya adalah oordnat umum q, dan setap tt dalam ruang merepresentasan suatu onfguras eadaan yang mungn. Jad dar emungnan-emungnan lntasan yang dlalu sstem, lntasan yang sebenarnya dlalu sstem dar poss pada saat t 1 sampa poss pada saat t adalah lntasan d mana ntegral I adalah bersfat estrmum, ba mnmum ataupun masmum.

33 PEFI4314/MODUL Fungs Hamlton ddefnsan sebaga n n L H ( q, p; t) q p L( q, q ; t) q L h( q, q ; t). q 1 1 Walaupun H ( q, p; t ) sepert fungs energ h( q, q ; t), namun eduanya meml ebergantungan yang berbeda terhadap varabelvarabelnya. Pada fungs energ h( q, q ; t) : q dperoleh dar q, sedangan fungs Hamlton H ( q, p; t ) : q dan p dperlauan salng bebas. 4. Persamaan Gera Hamlton dapat drumusan sebaga berut. H H H L q, p, p q t t. 5. Hubungan posson Bracet antara dua buah besaran u( q, p ) dan v( q, p ) dapat ddefnsan sebaga berut. n u v u v u, v ( q, p ) 1 q p p q. Dalam notas smplet dtulsan sebaga: T u v u, v J. J adalah matrs denttas yang berhubungan dengan matrs [, ]. 6. Sfat-sfat strutur alabar Posson Bracet dapat dtulsan sebaga berut. a. [ u, v] [ v, u], [ u, u] 0 (ant omutatf) b. [ au bv, w] a[ u, w] b[ v, w], a, b onstanta (bersfat lnear) c. [ uv, w] u[ v, w] [ u, w] v (assosatf) d. [ u,[ v, w]] [ v,[ w, u]] [ w,[ u, v]] 0 (Identtas Jacob) 7. Persamaan Gera dalam Posson Bracet dapat drumusan sebaga du u [u, H] + dt t atau u u [u, H] +. t

34 1.34 Pengantar Fsa Kuantum TES FORMATIF Plhlah satu awaban yang palng tepat! 1) Tentuanlah persamaan urva datar sedeman hngga suatu zarah yang oleh arena gaya beratnya saa aan turun sepanang urva dar A sampa e B dalam watu yang semnmal mungn (lhat gambar). A. y = B. y = C. y = D. y = x x a arcsn 1 bx, a dan b onstanta a a x 1 a arc cos 1 bx x, a dan b onstanta a x x a arc tan 1 bx, a dan b onstanta a a a sn 1 x bx ax, a dan b onstanta a ) Tentuanlah lntasan terpende sebuah benda yang bergera dalam bdang datar. A. y = ax + bx + c B. y = ax + c C. y = ax + cx D. y = ax + c 3) Salah satu euntungan menggunaan persamaan Hamlton adalah bahwa bentu persamaan dferensalnya merupaan persamaan... A. dferensal orde- B. dferensal orde-1

35 PEFI4314/MODUL C. ntegral orde- D. ntegral parsal 4) Persamaan gera Hamlton dapat dnyataan sebaga... H H H L A. q, p, q p t t H H B. q, p, p q H H C. q, p, q p H H D. q, p, p q H t H t H t L t L t L t 5) Sebuah elereng menggelndng d atas bdang mrng (lhat gambar). Tentuanlah fungs Hamlton sstem apabla ar-ar, elereng adalah r. A. B. C. D. p 1 px 1 m mr mg( x) sn m mr p 1 px 1 m mr mg( x) sn m mr p 1 px 1 m mr mg( x) sn m mr p 1 px 1 m mr mg( x) sn m mr 6) Sebuah bandul dsmpangan seauh sudut ( < 10 o ) terhadap arah vertal. Tentuanlah persamaan Hamlton sstem apabla massa bandul m, dan panang talnya. mg A. p mg sn, p r mg cos

36 1.36 Pengantar Fsa Kuantum B. C. D. mg p mg cos, p r mg cos mg p mg sn, p r mg cos mg p mg sn, p r mg cos 7) Htunglah besarnya energ total sstem sebuah bandul matemats bermassa M, panang tal r yang dsmpangan seauh sudut. A. 1 Mr + Mr θ + Mr + r θ + Mgr cos θ B. 1 Mr Mr θ M r + r θ + Mgr sn θ C. 1 Mr + Mr θ Mr + r θ Mgr cos θ D. 1 Mr + Mr θ Mr + r θ Mgr sn θ 8) Tentuanlah hubungan omutas antara x dan momentum lnear dengan cara Posson Bracet! A. x B. x C. p D. p 9) Tentuanlah persamaan gera sebuah oslator harmon yang bermassa m! A. p x = t + x o m B. p x = t + x o m C. p x = t + xo m D. p x = t + xo m

37 PEFI4314/MODUL ) Perbedaan antara fungs Hamlton H dan fungs energ h adalah... A. pada fungs energ q dperoleh dar q, sedangan fungs Hamlton q dperoleh dar q B. pada fungs energ q dperoleh dar q, sedangan fungs Hamlton q dan p salng ndependen C. pada fungs Hamlton q dperoleh dar q, sedangan fungs energ q dperoleh dar q D. pada fungs Hamlton q dperoleh dar q, sedangan fungs energ q dan p dperlauan salng bebas Cocoanlah awaban Anda dengan Kunc Jawaban Tes Formatf yang terdapat d bagan ahr modul n. Htunglah awaban yang benar. Kemudan, gunaan rumus berut untu mengetahu tngat penguasaan Anda terhadap mater Kegatan Belaar. Tngat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Art tngat penguasaan: % = ba seal 80-89% = ba 70-79% = cuup < 70% = urang Apabla mencapa tngat penguasaan 80% atau lebh, Anda dapat menerusan dengan modul selanutnya. Bagus! Ja mash d bawah 80%, Anda harus mengulang mater Kegatan Belaar, terutama bagan yang belum duasa.

38 1.38 Pengantar Fsa Kuantum Kunc Jawaban Tes Formatf Tes Formatf 1 1) C. Gunaan oordnat bola x = r sn cos y = r sn cos z = r cos ) B. Gunaan persamaan (1.3) sampa dengan (1.6). 3) C. Gunaan persamaan (1.7). 4) D. Gunaan persamaan (1.7). 5) B. Gunaan persamaan (1.1). 6) B. Gunaan persamaan (1.13). 7) A. Gunaan persamaan v = x 1 v = x 1 - x 8) A. Gunaan persamaan (1.8) 9) C. Cuup elas. 10) D. Gunaan persamaan T = 1 ( ) 1 1 m m x Tes Formatf 1) A. Gunaan persamaan V = m 1 g x 1 m g ( - x 1 ) dt = ds v, ds = ' 1 y dx, v = gx ; f = 1 y gx d f f Lalu substtusan e dalam persamaan 0. dx y ' y ) D. Pada bdang datar ds = dx dy 1 y dx, f 1 y Kemudan substusan e dalam persamaan Euler-Lagrange. 3) B. Lhat penelasan pada Kegatan Belaar. 4) B. Lhat persamaan (1.48). 5) C. Gunaan persamaan (1.46). 6) A. Gunaan persamaan (1.48). 7) C. Gunaan persamaan energ total h = T + V, d mana x = r sn, y = - r cos '

39 PEFI4314/MODUL ) A. Gunaan persamaan (1.49). 9) D. Gunaan persamaan (1.53). 10) B. Lhat persamaan (1.46).

40 1.40 Pengantar Fsa Kuantum Glosarum Koordnat umum adalah seumlah mnmum oordnat untu menyataan onfguras suatu sstem. Koordnat umum dapat berupa besaran panang, sudut, atau hubungan antara eduanya. Kecepatan umum adalah ecepatan yang beratan dengan oordnat umum, sepert q adalah ecepatan umum yang beratan dengan oordnat umum q. Momentum umum adalah momentum yang dnyataan dalam oordnat umum, yang dapat berupa momentum lnear, maupun momentum sudut. Momentum umum uga dapat dnyataan dalam energ net umum. Gaya umum adalah gaya yang beratan dengan oordnat umum. Gaya umum dapat berdmens gaya maupun berdmens momen gaya. Energ net umum adalah energ net yang dnyataan dalam oordnat umum q, dalam oordnat dam energ net umum hanya fungs dar q. Fungs Lagrange dalam sstem onservatf ddefnsan sebaga pengurangan antara energ net dengan energ potensal. Persamaan Lagrange adalah suatu persamaan untu menentuan persamaan gera sstem dnam dengan menentuan energ net dan energ potensal sstem yang dnyataan dalam oordnat umum. Terdapat perbedaan antara persamaan Lagrange untu sstem onservatf dan persamaan Lagrange untu sstem non onservatf. Kendala (Constrant) adalah suatu oordnat yang merupaan pembatas gera suatu sstem. Kendala yang dapat dnyataan dalam persamaan yang menyataan hubungan antara oordnat-oordnat umum dsebut endala holonom.

41 PEFI4314/MODUL Jumlah deraat ebebasan adalah suatu nla yang menyataan arah d mana partel-partel suatu sstem dapat bergera bebas tanpa melanggar endala. Dalam sstem holonom umlah deraat ebebasan sama dengan umlah oordnat umum yang dperluan untu menyataan onfguras suatu sstem. Fungs Hamlton merupaan energ total suatu sstem, yatu hasl penumlahan antara energ net dengan energ potensal.

42 1.4 Pengantar Fsa Kuantum Daftar Pustaa Fowles, G. R. (1986). Analytcal Mechancs 4th. ed., New Yor: CBS Colledge Publshng. Goldsten, H. (1950). Classcal Mechancs. USA: Addson Wesley Publshng Company Inc. Readng Mass. Symon, K.R Company. Mechancs. 3rd. ed., USA: Addson Wesley Publshng Beser, A. (198). Consepts of Modern Physcs. 3rd edton. New Yor: McGraw-Hll. Gasorowcz, S. (1995). Quantum Physcs. nd edton. New Yor: John Wley & Sons, Inc. Lesle E. B. (1990). Quantum Mechancs. New Yor: Prentce-Hall Internatonal. Lboff, R. L. (199). Introductory Quantum Mechancs. Readng Massachusett: Addson Wesley Publshng Company. Pandangan, P. (000). Dasar-dasar Fsa Kuantum. Jaarta: Unverstas Terbua. Tannoud, C. (1977). Quantum Mechancs. New Yor: John Wley & Sons, Inc. Yarf, A. (198). An Introducton to Theory and Aplcaton of Quantum Mechancs. New Yor: John Wley & Sons, Inc.

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA BAB V MOEL SEERHANA ISTRIBUSI TEMPERATUR AN SIMULASINYA Model matemata yang terdapat pada bab sebelumnya merupaan model umum untu njes uap pada reservor dengan bottom water. Model tersebut merupaan model

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

Mekanika Lagrangian (Fowles) Mekanika Lagrangian. , q n. q 3 ) ) ) ke nilai tetangga (q 1

Mekanika Lagrangian (Fowles) Mekanika Lagrangian. , q n. q 3 ) ) ) ke nilai tetangga (q 1 Meana Lagrangan (Fowles) Supar Meana Lagrangan Melalu meana Lagrangan n persamaan gera Newton untu sstem seerhana aan beran engan lebh sphstcate. Koornat Umum Poss partel alam ruang apat tentuan melalu

Lebih terperinci

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum Bab III Plant Nonlnear Dengan Fase Nonmnmum Pada bagan n dbahas mengena penurunan learnng controller untu sstem nonlnear dengan derajat relatf yang detahu Dalam hal n hanya dperhatan pada sstem-sstem nonlnear

Lebih terperinci

V E K T O R Kompetensi Dasar :

V E K T O R Kompetensi Dasar : MODUL PEMELJRN I V E K T O R Kompetens Dasar : 1. Mahasswa mampu memaham perbedaan besaran vetor dan salar serta memberan contohcontohna dalam ehdupan sehar-har, 2. Mahasswa mampu melauan operas penumlahan

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata Probabltas dan Statsta Dsrt Adam Hendra Brata Unform Bernoull Multnomal Setap perstwa aan mempunya peluangnya masng-masng, dan peluang terjadnya perstwa tu aan mempunya penyebaran yang mengut suatu pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Masalah Analss regres merupaan lmu peramalan dalam statst. Analss regres dapat dataan sebaga usaha mempreds atau meramalan perubahan. Regres mengemuaan tentang engntahuan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Pengendalan Kualtas Statst Pengendalan Kualtas statst merupaan suatu metode pengumpulan dan analss data ualtas, serta penentuan dan nterpretas penguuran-penguuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.. Populas dan Sampel Populas adalah eseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngup yang ngn dtelt. Banyanya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut uuran populas, sedangan suatu nla

Lebih terperinci

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2) BB 0 Mengnterpretasan Populas arabel Kanon arabel anon secara umumnya artfsal. Ja varabel awal X ( dan X ( dgunaan oefsen anon a dan b mempunya unt propors dar hmpunan X ( dan X (. Ja varabel awal yang

Lebih terperinci

BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II DIMENSI PARTISI BAB II DIMENSI PARTISI. Defns dasar dan eteratannya dengan metrc dmenson Dalam pembahasan dmens parts, graf yang dbahas adalah graf terhubung sederhana dan tda meml arah. Sebelum mendefnsan graf yang dgunaan

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Created by Smpo PDF Creator Pro (unregstered verson) http://www.smpopd.com Statst Bsns : BAB IV. UKURA PEMUSATA DATA. Pendahuluan Untu mendapatan gambaran yang lebh jelas tentang seumpulan data mengena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Untu mengetahu pla perubahan nla suatu varabel yang dsebaban leh varabel lan dperluan alat analss yang memungnan ta unut membuat perraan nla varabel tersebut pada nla

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Dew Arfanty Azm, Dra.Madu Ratna,M.S. dan 3 Prof. Dr.

Lebih terperinci

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING 7 Ilustras entu hmpunan fuzzy dan fungs eanggotaannya dapat dlhat pada Contoh 3. Contoh 3 Msalan seseorang dataan sudah dewasa ja erumur 7 tahun atau leh, maa dalam loga tegas, seseorang yang erumur urang

Lebih terperinci

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN Buletn Ilmah ath. Stat. dan erapannya (Bmaster) Volume 5, No. 3 (6), hal 8. INVERS DRAZIN DARI SUAU ARIKS DENGAN ENGGUNAKAN BENUK KANNIK JRDAN Eo Sulstyono, Shanta artha, Ea Wulan Ramadhan INISARI Suatu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok BAB II TORI DASAR II.. Analss Kelompo Istlah analss elompo pertama al dperenalan oleh Tryon (939). Ia memperenalan beberapa metode untu mengelompoan obye yang meml esamaan araterst (statsoft, 004). Kesamaan

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

Pengolahan lanjut data gravitasi

Pengolahan lanjut data gravitasi Modul 6 Pengolahan lanjut data gravtas 1. Transformas/proyes e bdang datar (metode Damney atau Euvalen Tt Massa). Pemsahan Anomal Loal/Resdual dan Anomal Regonal a. Kontnuas b. Movng average c. Polynomal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Analss dsrmnan merupaan ten menganalss data, dmana varabel dependen merupaan data ategor ( nomnal dan ordnal ) sedangan varabel ndependen berupa data nterval atau raso.msalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN

IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN 69 IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN Dtnau dar sfat hubungan antar persamaan terdapat dua ens model persamaan yatu model persamaan tunggal dan model sstem persamaan. Model persamaan tunggal adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3. Analss Dsrmnan Analss dsrmnan (dscrmnant analyss) merupaan salah satu metode yan dunaan dalam analss multvarat. Dalam analss dsrmnan terdapat dua jens varabel yan terlbat

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER PENYELESIN SISTEM PESMN TK LINIE Mater Kulah: Pengantar; Iteras Satu Tt; Iteras Newton # PENGNT # erut n adalah contoh seumpulan buah persamaan ta lner smulta dengan buah varabel ang ta detahu:... ( 57...

Lebih terperinci

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK Jurusan Ten Spl dan Lngungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SENIN, 4 JANUARI 23 OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara tda boleh menggunaan omputer untu mengerjaan soal- soal ujan

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas Analss Senstvtas Terdr dar aa : Analss Senstvtas, bla terad perubahan paraeter seara dsrt Progra Lnear Paraetr, bla terad perubahan paraeter seara ontnu Maa-aa perubahan pasa optu: Perubahan suu tetap,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA Masur Kmsan 5 7 1 BAB II STUDI PUSTAKA 1 Umum Secara umum sstem strutur dbedaan dar egunaan strutur, sepert strutur embatan, gedung, tang, bendungan atau pesawat udara Secara husus penamaan n dbedaan dar

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Semnar Nasonal Aplas Tenolog Informas 00 (SNATI 00) ISSN: 0-0 Yogyaarta, Jun 00 FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Sr Kusumadew Jurusan Ten Informata,

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Varans Peneltan 3.1.1 Varabel Peneltan Peneltan n mengenal dua macam varabel yatu : 1. Varabel bebas (X) yatu : Berpr formal. Varabel terat (Y) yatu : Hasl belajar Sejarah

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN ORI. Aljabar Matrs.. Defns Matrs Matrs adalah suatu umpulan anga-anga yang juga serng dsebut elemen-elemen yang dsusun secara teratur menurut bars dan olom sehngga berbentu perseg panjang,

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN SOAL TEORI FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ketinggian maksimum yang dicapai beban dihitung dari permukaan tanah (y t ) 1 mv

KUNCI JAWABAN SOAL TEORI FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL Ketinggian maksimum yang dicapai beban dihitung dari permukaan tanah (y t ) 1 mv KUNI JWBN SO EOI FISIK OIMPIDE SINS NSION 00. a. Dhtung dahulu watu yang derluan dar beban dleas sama e etnggan masmum yatu t. v 0 at 0 0t t =0, seon. Ketnggan masmum yang dcaa beban dhtung dar ermuaan

Lebih terperinci

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman Lucas Theorem Untu Mengatur Penympanan Memor yang Lebh Aman Hendra Hadhl Chor (135 8 41) Program Stud Ten Informata ITB Jalan Ganesha 1, Bandung e-mal: hendra_h2c_mathematcan@yahoo.com; f1841@students.f.tb.ac.d

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil Bab 7 STATISTIKA A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR Kompetens Dasar Setelah mengut pembelajaran n sswa mampu:. Menghayat dan mengamalan ajaran agama yang danutnnya. 2. Meml motvas nternal, emampuan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda KOLINEARITAS GANDA MULTICOLLINEARIT Oleh Bambang Juanda Model: = X + X + + X + ε. Hubungan Lnear Sempurna esa, Ja C X 0 C onstanta yg td semuanya 0. Mudah detahu rn td ada dugaan parameter oef dgn OLS,

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC Kurnawan *, Rolan Pane, Asl Srat Mahasswa Program Stud S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1) Paradgma, Vol. 13 No. 2 Agustus 2009 hlm. 189 194 MODEL REGRESI SEMIPARAMERIK SPLINE UNUK DAA LONGIUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERIA HIV Lls Laome 1) 1) Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar

Lebih terperinci

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak).

BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO. solusi dari suatu masalah diberikan berdasarkan proses rendomisasi (acak). BAB III METODE RESPONSE SURFACE DENGAN SIMULASI MONTE CARLO 3. Smulas Monte Carlo Smulas Monte Carlo merupaan bentu smulas probablst dmana solus dar suatu masalah dberan berdasaran proses rendomsas (aca).

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

DEFORMASI INTERAKSI DUA PAKET GELOMBANG DARI PERSAMAAN IMPROVED KdV (IKdV)

DEFORMASI INTERAKSI DUA PAKET GELOMBANG DARI PERSAMAAN IMPROVED KdV (IKdV) DEFORMASI INTERAKSI DUA PAKET GELOMBANG DARI PERSAMAAN IMPROVED KdV (IKdV Sutmn Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Dponegoro Jl Prof H Soedarto SH Tembalang, Semarang 575 E-mal: su_tmn@yahoocom Abstract:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Usulan Penerapan Teor Marov Dalam Pengamblan Keputusan Perawatan Tahunan Pada Pt. Pupu Kujang USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Nof Ern,

Lebih terperinci

BAB III MODUL INJEKTIF

BAB III MODUL INJEKTIF BAB III ODUL INJEKTIF Bab n adalah bab yang palng pentng arena bab n bers mula dar hal-hal dasar mengena modul njet sampa sat-sat stmewanya yang tda dml oleh modul lan yang tda njet, yang merupaan ous

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk) Semnar Nasonal plas enolog Informas (SNI ) Yogyaarta, Jun FUZZY BCKPROPGION UNUK KLSIFIKSI POL (Stud asus: lasfas ualtas produ) Sr Kusumadew Jurusan en Informata, Faultas enolog Industr Unverstas Islam

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 11-22, April 2001, ISSN : SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 11-22, April 2001, ISSN : SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER ol. 4. No., - 22, Aprl 2, ISSN : 4-858 SUBRUANG MARKED Suryoto Jurusan Matemata, FMIPA-UNDIP Semarang Abstra Msalan suatu ruang vetor berdmens ngga atas lapangan omples C,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD ORBITH Vl. 7 N. 3 Nvember 11: 366-37 ENGUJIAN ROORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN ENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADA DISTRIBUSI NORMAL STANDARD Oleh: Endang Tryan Staf engajar

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0 Implementas Jarngan Saraf Truan Bacpropagaton Pada Aplas Pengenalan Waah Dengan Jara Yang Berbeda Menggunaan MATLAB 7.0 Syafe Nur Luthfe Jurusan Ten Informata, Unverstas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB I (Minggu ke- 1,2,3) Konsep Dasar. Vektor

BAB I (Minggu ke- 1,2,3) Konsep Dasar. Vektor 5 I (Mnggu e- 1,,3) Konsep Dasa. Veto PENDHULUN Leanng Outcome: Setelah mengut ulah n, mahasswa dhaapan: Mampu menelasan pebedaan besaan sala dan veto dan mampu menelesaan setap asus nemata ang dbean.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

MODUL 3 : METODA Slope Deflection 3.1. Judul : Metoda Slope Deflection

MODUL 3 : METODA Slope Deflection 3.1. Judul : Metoda Slope Deflection MODU 3 1 MODU 3 : METOD Slope Deflecton 3.1. Judul : Tuuan Pembelaaran Umum Setelah membaca bagan n mahasswa akan dapat memaham apakah metoda Slope Deflecton dan bagamana metoda Slope Deflecton dpaka untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 1-10, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 1-10, April 2001, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMUTER Vol.. No., -, Aprl, ISSN : -88 ENDEKATAN RERESI OLINOMIAL ORTHOONAL ADA RANCANAN DUA FAKTOR (DENAN ALIKASI SAS DAN MINITAB) Tat Wharh Jurusan Matemata FMIA UNDI Abstra eneatan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI BB II KONDUKSI LIRN SEDI SU DIMENSI Dndng Datar Persamaan alr : (5- Harga ndutvtas termal dasumsan nstan, tebal dndng, dan dan adalah temperatur permuaan dndng. Ja ndutvtas termal bervaras arena temperatur

Lebih terperinci

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4 Statsta, Vo. 7 No. 2, 65 71 Nopember 27 Na Krts Permutas Esa untu Anova Satu Arah Krusa-Was pada Kasus Banyanya Sampe, = 4 Inne Maran, Yayat Karyana, dan Aceng Komarudn Mutaqn Jurusan Statsta FMIPA Unsba

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut :

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut : BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA REGRESI DAN KORELASI Tujuan metode kuadrat terkecl adalah menemukan nla dugaan b0 dan b yang menghaslkan jumlah kesalahan kuadrat

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS Ihwannul Khols, ST. MT. Unverstas 7 Agustus 945 Jaarta hols27@gmal.com Abstra Pengenalan pola data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR

KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR Berala Fsa ISSN : 1410-966 Vol.8, No.1, Januar 005, hal 7-10 KAJIAN METODE SUMBER EKIVALEN TITIK MASSA PADA PROSES PENGANGKATAN DATA GRAVITASI KE BIDANG DATAR Agus Setyawan Laboratorum Geofsa, Jurusan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K Jurnal Matematka Murn dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 4-6 APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Yun Yulda dan Muhammad Ahsar K Program Stud Matematka Unverstas

Lebih terperinci

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER a. Ketdakpastan Hesenberg a) Rumusan Umum Ketdakpastan Hesenberg Kenyataan bahwa sebuah partkel bergerak harus dpandang sebaga group gelombang de

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Analisis Penyelesaian Persamaan Kuadrat Matriks

Analisis Penyelesaian Persamaan Kuadrat Matriks Jurnal Matemata, Jurnal Matemata, tatsta tatsta, & Komutas & Komutas Vol. 3 No Vol. Jul No. 6 Jul 5 Vol, No, 9-3, 9-9, Jul 5 9 Analss Penyelesaan Persamaan Kuadrat Matrs Hasmawat dan Amr Kamal Amr Abstra

Lebih terperinci

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING

ANALISIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Semnar Nasonal Tenolog Informas dan Multmeda 207 STMIK AMIKOM Yogyaarta, 4 Februar 207 ANALIS DATA WORLD DEVELOPMENT INDICATORS MENGGUNAKAN CLUSTER DATA MINING Sgt Kamseno ), Bara Satya 2) ), 2) Ten Informata

Lebih terperinci

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar VI. KETIDAKPASTIAN 12 Dalam enyataan sehar-har banya masalah dduna n tda dapat dmodelan secara lengap dan onssten. Suatu penalaran dmana adanya penambahan fata baru mengabatan etdaonsstenan, dengan cr-cr

Lebih terperinci