AGROTEKNO 13 (1): ISSN MODEL PERUBAHAN SERAPAN MINYAK PADA KENTANG SELAMA PENGGORENGAN
|
|
- Leony Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 AGROTEKNO 13 (1): ISSN MODEL PERUBAHAN SERAPAN MINYAK PADA KENTANG SELAMA PENGGORENGAN Ida Ayu Rina Praiwi Pudja Jurusan Teknik Peranian Fakulas Teknologi Peranian Universias Udayana ABSTRACT Frying is one of fas and racical of cooking rocess of food using fa or oil edia. The ais of he research were o find ou, es and aly he odel of oil absorion in oaoes during frying. Frying eeraures was adjused a C, C and C, wih inerval ie o analysis a 0, 30, 90, 150, 300, dan 600 second. Fresh oaoes were cu in cylinder shaed wih diaeer of 0,9 c and 4 c long. The resul showed ha he higher frying eeraure, he higher absorion of fa during frying. The rae of fa absorion could be analogically exressed as he Newon odel for cooling, o redicion absorion of fa during frying in fresh oaoes in oher eeraure. Keywords: Oil conen, oaoes, frying. PENDAHULUAN Penggorengan eruakan salah sau roses easak bahan angan secara cea dan rakis, dengan enggunakan edia inyak aau leak anas (Rossell, 2001). Penggorengan dengan roses enceluan bahan angan ke dala inyak anas (dee frying) sanga ening dan banyak dilakukan dala indusri akanan (Krokida, e al., 2000). Tujuan uaa dari enggorengan bahan angan adalah unuk ebua bahan angan enjadi asak dan sia dikonsusi. Selain iu juga berujuan unuk eberi warna yang lebih eraa dan eksur bahan angan yang enarik sera engebangkan ciarasa dan aroa ada bahan angan (Perkins and Erickson, 1996). Menuru arela, e al. (1988), enggorengan eunyai beberaa keunungan dibandingkan dengan roses engolahan angan lainnya, dianaranya adalah waku engolahan yang relaif lebih singka; eningkaan kelezaan roduk hasil enggorengan; dan kerusakan bahan angan karena roses enggorengan relaif lebih kecil. Menuru Block (1964) dala Maz (1984), enggorengan eruakan suau eode engolahan angan dengan anas yang berbeda dengan roses anas lainnya dala beberaa hal yang endasar, dianaranya : a. Waku eaangan bahan relaif singka yang disebabkan oleh erbedaan suhu yang besar anara inyak goreng dengan bahan angan yang 20 Agroekno ol 13, Noor 1, Pebruari 2007 digoreng dan juga ukuran bahan angan digoreng cuku kecil, kurang dari sau oz (28, 35 g). b. Minyak goreng enjadi bagian dari bahan angan hasil enggorengan dengan julah bervariasi anara 10-40%, erganung dari jenis bahan angan yang digoreng. c. Bahan angan hasil enggorengan eunyai eksur lebih renyah dibandingkan dengan bahan angan yang engalai roses anas yang lain. Pada waku enggorengan, erlebih dahulu diasukkan inyak goreng, dianaskan dan keudian diasukkan bahan angan yang digoreng. Adanya enerasi anas dari inyak goreng ke dala bahan angan enyebabkan bahan angan enjadi asak. Selaa roses enggorengan akan erjadi enguaan air dala bahan angan, ebenukan kerak sera dekoosisi inyak akiba eanasan dan engorengan. Sebagian inyak akan ersera dan engisi ruang kosong dala bahan angan yang seula berisi air (Kearen, 1986). Minyak dan leak yang digunakan dala akanan sebagian besar adalah rigliserida yang eruakan eser dari gliserol dan berbagai asa leak. Peran inyak dan leak dala akanan yaiu daa eruakan za gizi yang enyediakan energi bagi ubuh; daa bersifa sikologis dengan eningkakan nafsu akan; aau daa ebanu eerbaiki eksur dari bahan angan yang diolah (Buckle, e al., 1978). Pada eanasan aau endinginan bahan diana habaan anas dala bahan daa diabaikan dibanding dengan enghabaan anas konveksi, aka erindahan anas hanya secara konveksi engikui ersaaan endinginan Newon (Brooker, e al., 1992). Pendekaan erindahan anas yang sesuai dengan huku Pendinginan Newon digunakan ersaaan sebagai beriku : q hat T (1) diana erbedaan suhu T T adalah osiif keika fluida lebih hanga dari bahan ada. Seua energi anas yang dieroleh secara konveksi ada ersaaan (1) diakai unuk enaikkan suhu (anas sensibel) dengan ersaaan sebagai beriku : dt q s C (2) d
2 Ida Ayu Rina Praiwi Pudja Kobinasi dari ersaaan (1) dan (2), sebagai beriku : ρ.c..dt h.a T T d (3) dengan kondisi awal : T 0 T0 (4) Persaaan (4) daa diuraikan enjadi : 1 ha dt d (5) T T C Inegral ersaaan (5) : T dt ha T0 T T C 0 d (6) Persaaan (6) seelah disusun dan diinegralkan akan enjadi seeri beriku ini : T T T T o e ha. C (7) Persaaan (7) adalah ersaaan lued hea, berlaku bila bilangan Bio hd lebih kecil dari k 0,1 diana ahanan inernal dan gradien suhu didala obyek daa diabaikan, sehingga suhu raaraa obyek daa dikaakan idak berbeda dengan suhu erukaan. Persaaan (7) daa disederhanakan enjadi ersaaan beriku ini : T T Ka. e (8) T T diana k C o ha Tanda inus didean K enyaakan keiringan negaif. Persaaan (8) daa dierakan ada seraan inyak yang diunjukkan seeri ersaaan beriku : M j M K. e (9) M M j 0 METODE PENELITIAN Kenang segar dioong dengan ukuran diaeer 0,9 c dan anjang 4 c. Minyak sebagai edia enggorengan diaur ada suhu C, C, dan C. Penggorengan dilakukan 10 eni. Pengaaan dan analisa dilakukan ada selang waku 0, 30, 90, 150, 300, dan 600 deik. Analisis Kadar Minyak Bahan Kadar inyak bahan diukur dengan eode soxhle (Woodan, 1941 dala Sudaradji e al., 1984), yaiu engeksrak bahan yang elah dihaluskan dengan ala desilasi soxhle selaa 3-4 ja, selanjunya dioven saai bera konsan. Analisis Daa Unuk engeahui aakah odel yang dikeukakan daa diandalkan aau daa endekai keadaan sebenarnya, erhada hasil dugaan dilakukan uji validias odel secara grafis. HASIL DAN PEMBAHASAN Selaa enggorengan erjadi seraan inyak kedala kenang, nilai seraan inyak ada kenang selaa enggorengan disajikan ada Tabel 1. Porsi erbesar dari inyak yang ersera cenderung erkuul dideka erukaan akanan yang digoreng. Julah inyak yang ersera diengaruhi oleh waku yang dibuuhkan unuk easak akanan ersebu. Tabel 1. enunjukkan bahwa seakin laa waku dan seakin inggi suhu enggorengan ada kenang aka inyak yang ersera seakin inggi, eai seakin inggi suhu enggorengan aka kenang akan lebih cea aang. Hal ini disebabkan karena seakin laa enggorengan dan seakin inggi suhu aka seakin banyak enguaan air ada kenang sehingga seakin banyak inyak yang ersera dan engisi ruang kosong ada kenang yang ada ulanya diisi oleh air. Menuru Kearen (1986), inyak yang ersera ke bahan angan daa elunakkan dan ebasahi bahan angan yang digoreng sehingga enabah ciarasa ada bahan angan. Mengkonsusi akanan goreng, akan eningkakan asuan inyak. Tabel 1. Kadar Minyak ada Kenang (%) Kenang segar dengan Kadar air awal 84,63 % Waku (deik) 140 O C 160 O C 180 O C Gabar 1. enunjukkan bahwa selaa enggorengan seraan inyak yang aling sediki Agroekno ol 13, Noor 1, Pebruari
3 Model Perubahan Seraan Minyak Pada Kenang Selaa Penggorengan erjadi ada suhu C dan yang aling banyak ada suhu C. Hal ini disebabkan karena ada suhu rendah hanaran anas lebih rendah dibandingkan ada suhu inggi sehingga energi yang dierlukan unuk roses enggorengan lebih sediki dibandingkan dengan suhu inggi. (a) Gabar 1. Seraan inyak observasi ada kenang selaa waku enggorengan ada suhu edia C, C, C Kenang digoreng sudah aang beruruuru ada suhu C, C, dan C adalah selaa 90 deik, selaa 150 deik, dan selaa 300 deik. Hal ini karena seakin inggi suhu aka selaa enggorengan erjadi erisiwa gelainisasi diana erjadi enguaan air yang seakin cea sehingga ori-ori kenang engalai erlengkean sau saa lainnya karena adanya enghancuran olekul-olekul kenang. Thoas and Awell (1997) enyaakan bahwa gelainisasi eruakan roses enghancuran olekul-olekul dala granula ai dengan erubahan irreversible diana idak daa kebali ke benuk segarnya. Gabar 2. enunjukkan bahwa hasil rediksi dan observasi eunyai ola yang saa sehingga dengan endekaan secara aeaika, erubahan seraan inyak ada kenang daa diodelkan analogi dengan odel endinginan Newon, seeri ada ersaaan (9). Alikasi Model Seraan Minyak Daa rediksi dan observasi seraan inyak seeri erliha ada Gabar 2. enunjukkan bahwa daa rediksi dan observasi eunyai ola yang saa dari odel analogi huku endinginan Newon ada ersaaan (9). 22 Agroekno ol 13, Noor 1, Pebruari 2007 (b) (c) Gabar 2. Seraan inyak observasi dan rediksi selaa waku enggorengan ada kenang segar suhu edia a) C, b) C, c) C Alikasi odel ersaaan (9) dengan variasi suhu inyak anara C C ergabarkan
4 Ida Ayu Rina Praiwi Pudja dala Gabar 3. Dari Gabar 3 enunjukkan bahwa daa dirediksi seraan inyak ada suhu erenu, diana seakin inggi suhu dan seakin laa waku enggorengan aka erilaku seraan inyak seakin inggi. Pada erlakuan kadar air awal enunjukkan laju seraan inyak lebih laba. Sehingga odel aeaik ada ersaaan (9) daa dialikasikan unuk erediksikan erilaku seraan inyak ada kenang selaa enggorengan ada suhu erenu, ana harus elalui observasi yang laa. Gabar 3. eberikan keudahan unuk engeahui hasil rediksi seraan inyak ada suhu erenu. (a) (b) Gabar 3. Alikasi odel seraan inyak ada \ kenang segar selaa enggorengan Uji alidias Uji ini dilakukan unuk engeahui keandalan odel dengan cara ebandingkan hasil observasi dengan rediksi. Analisis unuk uji validias dilakukan secara grafis dengan enenuan koefisien deerinasi (R 2 ). Dari grafik uji validias ada Gabar 4. erliha bahwa ersaaan regresi linear hubungan anara hasil rediksi dan observasi elewai iik (0,0) dengan keiringan garis endekai sau sera eiliki nilai koefisien deerinasi endekai sau. Nilai koefisien deerinasi (R 2 ) ada suhu C, C dan C beruru-uru yaiu 0.99; 0.97; dan 0.94 endekai sau. Dengan deikian odel dinyaakan valid. (c) Gabar 4. Grafik uji validias kadar inyak observasi dan rediksi selaa waku enggorengan ada kenang segar suhu edia a) C, b) C, c) C Agroekno ol 13, Noor 1, Pebruari
5 Model Perubahan Seraan Minyak Pada Kenang Selaa Penggorengan KESIMPULAN Kadar inyak rediksi siulasi odel aeaika analogi dengan odel Newon ada endinginan, ersusun sanga deka dengan kadar inyak observasi ercobaan laboraoriu, dengan nilai koefisien deerinasi (R 2 ) yang besar (R 2 >0.6). Dengan deikian odel aeaika ersebu berlaku unuk rediksi kadar inyak selaa enggorengan saai roduk aang. Sehingga odel aeaika analogi dengan odel Newon ada endinginan, daa dialikasikan unuk rediksi seraan inyak ada kenang selaa enggorengan ada berbagai suhu. DAFTAR NOTASI A = luas erukaan bahan, ( 2 ) = waku, (deik) T = suhu, ( 0 C) T = edia ( 0 C) T = bahan ( 0 C) k = kondukivias anas (J/d/ 2 K), = densias arikel, ( kg/ 3 ) C = anas jenis, (kj/kg K) = volue bahan, ( 3 ) q = anas konveksi (wa) q s = anas sensible (KJ/ K) M = kadar inyak (% db) M j = Kadar inyak jenuh (% db) h = koef. erindahan anas konveksi, (J/d K) B i = bilangan bio DAFTAR PUSTAKA Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Flee, dan M. Wouron Food Science. Wason Ferguson Co. Brisbane. Brooker, D. B., F. W. Bakker-Arkea, and C. W. Hall Drying and Sorage of Grains and Oilseeds. Avi Published, New York. David J. Thoas and Willia A. Awell Sarches. Eagan Press, S. Paul, Minnesoa, USA. Kearen Penganar Teknologi Minyak dan Leak Pangan. Universias Indonesia Press, Jakara. Krokida, M. K.,. Oreooulou, Z. B. Maroulis Effec of Frying Condiions on shrinkage and Porosiy of Fried Poaoes. Journal of Food Engineering, 43, Maz, S. A Snack Food Technology. The Avi Publishing Coany Inc., Wesor, Connecicu. Perkins, E. G. and M. D. Erickson Dee Frying : Cheisry, Nuriion and Pracical Alicaions. AOCS Press, Chaaign, Illinois. Rossell, J. B Frying : Iroving Qualiy. Woodhead Publishing Liied, Cabridge England. Sudaradji, S., B. Haryono, dan Suhardi Prosedur Analisa unuk Bahan Makanan dan Peranian. Libery, Yogyakara. arela, G. A., E. Bender and I. D. Moron Frying of Food, Princiles, Changes, New Aroaches. Ellis Horwood Ld., Chicheser, England. 24 Agroekno ol 13, Noor 1, Pebruari 2007
=====O0O===== c) Tumbukan tidak lenting, e = 0 A. MOMENTUM DAN TUMBUKAN. Hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku.
A. MOMENTUM DAN TUMUKAN Teori Singka :. Perkalian anara assa dan keceaan disebu oenu P P. Hasil kali anara gaya F dan selang waku enghasilkan erubahan oenu P disebu ula Iuls I I P F d c Tubukan idak lening,
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI 2.1 Persamaan Dasar Fluida
4 II LANDASAN TEORI Dala bab ini akan diberikan eori-eori yang berkaian dengan peneliian ini. Teori-eori ersebu elipui persaaan dasar fluida yang akan disarikan dari Billingha dan King [7], dan Wiha [8].
Lebih terperinciBAB VI SUHU DAN KALOR
BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR
RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERAMALAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING SATU PARAMETER BROWN DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING DUA PARAMETER HOLT
aisika, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016 PERBANDINGAN PERAMALAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL MOOTHING ATU PARAMETER BROWN DAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL MOOTHING DUA PARAMETER HOLT Julnia Bidangan 1, Ika Purnaasari
Lebih terperinciBerlaku Perbandingan. A. Konsep Suhu
Suhu erupakan ukuran relaif (deraja) panas aau dingin suau benda aau sise. Pada kasus dua buah benda yang berbeda suhu dan keduanya disenuhkan sau saa lain, aka kr akan engir dari benda yang lebih panas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 robabilias 2.1.1 Definisi robabilias adalah kemungkinan yang daa erjadi dalam suau erisiwa erenu. Definisi robabilias daa diliha dari iga macam endekaan, yaiu endekaan klasik,
Lebih terperinci=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus
A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik
Lebih terperinciMODEL OSILASI HARMONIK LOGARITMIK PADA GERAK BEBAN DENGAN MASSA YANG BERUBAH SECARA LINIER TERHADAP WAKTU
1 MODEL OSILASI HARMONIK LOGARITMIK PADA GERAK BEBAN DENGAN MASSA YANG BERUBAH SECARA LINIER TERHADAP WAKTU MODEL OF HARMONIC LOGARITHMIC MOTION OSCILLATION WITH THE MASSCHANGING LINEARLY WITH TIME Kunlesiowai
Lebih terperinciARUS DAN TEGANGAN BOLAK BALIK
AUS DAN TEGANGAN BOAK BAK GG nduksi yang dihasilkan jika kuparan berpuar di dala edan agne aau kuparan yang dipengaruhi oleh perubahan fluks agneik, berupa egangan yang arah nya berubah ubah seiap seengah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Analisa Haronik Elevasi pasang suru adalah penulahan dari beberapa konsana pasang suru dan fakor eeorologis yang diasusikan konsan, seperi diunukkan pada persaaan beriku:
Lebih terperinci2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari
2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki
Lebih terperinci1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
.4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan
Lebih terperinciFaradina GERAK LURUS BERATURAN
GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI
PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinci3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu
daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan
Lebih terperinciArus Bolak-Balik. Tegangan dan arus bolak balik dapat dinyatakan dalam bentuk
Arus Bolak-Balik Arus bolak balik dihasilkan oleh generaor yang enghasilkan egangan bolak-balik dan biasanya dala benuk fungsi sinusoida sinus aau cosinus. Tegangan dan arus bolak balik dapa dinyaakan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP
Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs
Lebih terperinciBAB VIII DAYA PADA RANGKAIAN RLC
8 BAB DAYA PADA ANGKAAN L Pengerian daya : perkalian anara egangan yang diberikan dengan hasil arus yang engalir. Secara aeais : P suber searah aau D Daya dikaakan psiif, keika arus yang engalir bernilai
Lebih terperinciDistribusi Normal Multivariat
Vol.4, No., 43-48, Januari 08 Disribusi Normal Mulivaria Husy Serviana Husain Absrak Pada engendalian roses univaria berdasarkan variabel, biasanya digunakan model disribusi normal unuk mengamai kualias
Lebih terperinciPREDIKSI JANGKA PANJANG TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR KURS NEGARA EMERGING MARKET
PREDIKSI JANGKA PANJANG TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR NEGARA EMERGING MARKET Ade Novalina Dosen Fakulas Ekonoi dan Bisnis Universias Pebangunan Panca Budi eail : adenovalina@dosen.ancabudi.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)
MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA SISTEM ELEKTROMEKANIKA
MOD MATMATIA SISTM TOMANIA PNGANTA Pada baian ini akan dibaha enenai ebuaan odel aeaika dari ie elekroekanika baik dala benuk eraaan differenial, funi alih auun diara blok Sie elekroekanika eruakan abunan
Lebih terperinciRANK DARI MATRIKS ATAS RING
Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.
Lebih terperinciKontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan
Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)
Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran
Lebih terperinciBAB 3 MODEL LEE-CARTER
BAB 3 MODEL LEE-CARTER 3. Pendahuluan Model Goperz yang elah dibahas di Bab 2 banyak diodifikasi oleh para Saisikawan. Pada waku iu (sekiar ahun 980-990), Saisikawan eliha odel ini cukup bagus unuk erepresenasikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya
III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperinciGERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL
Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap
Lebih terperinciUSULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X
USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri
Lebih terperinciPERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1
PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis
Lebih terperinciv dan persamaan di C menjadi : L x L x
PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi
Lebih terperinciImpuls dan Momentum By. Aan S. Arcadie
Iuls dan Moentu y. Aan S. Arcadie A. Iuls (I ---- Ns) ada saat Anda enendang bola, gaya yang diberikan kaki aada bola teradi dala waktu yang sangat singkat. Gaya seerti ini disebut sebagai gaya iulsif.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa
BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciPERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)
Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias
Lebih terperinciBab II Dasar Teori Kelayakan Investasi
Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI
KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan
Lebih terperinciVARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,
Lebih terperinciPENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)
PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciMendisain Rangkaian Power Supply pada Rancang Bangun Miniatur Pintu Garasi Otomatis.
Suwino, Mendisain Rangkaian Power Supply... Mendisain Rangkaian Power Supply pada Rancang Bangun Miniaur Pinu Garasi Ooais. Suwino Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Riau e-ail : suwinoanisa
Lebih terperinciDISKRETISASI MODEL LORENZ DENGAN ANALOGI PERSAMAAN BEDA
DISKRETISASI MODEL LOREN DENGAN ANALOGI PERSAMAAN BEDA Sii Shifaul Azizah Polieknik Koa Malang e-ail: shifa_9@yahoo.ac.id ABSTRAK Diskreisasi odel erupakan prosedur ransforasi odel koninu ke odel diskre.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinciFIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI
KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK LURUS
Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciBAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu
BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA 3.1 Gambaran Umum Robo Meode naik angga yang dierapkan pada model robo ugas akhir ini, yaiu meode karol dan rasio diameer roda-inggi anak angga/undakan. Gambar 3.1 Ilusrasi
Lebih terperinciSOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA. Waktu : 3 jam
SOAL-JAWAB UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 05 TINGKAT KABUPATEN / KOTA FISIKA Waku : 3 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
Lebih terperinciAnalisa Performansi Keandalan Pada Boiler dengan Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan di PT. PJB Unit Pembangkit Gresik
JURNAL EKNIK POMIS Vol., No., () - Analisa Performansi Keandalan Pada Boiler dengan Menggunakan Meode Jaringan Syaraf iruan di P. PJB Uni Pembangki Gresik Inan Mara Kusuma, Imam Abadi, S, M dan Deak Yan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciS.U.H.U. D.A.N. K.A.L.O.R.
S.U.H.U. D... K..L.O.R.. Konsep Suhu. Suhu Suhu erupakan ukuran panas dingin suau za. ada dasarnya suhu adalah ukuran energi kineic raa-raa yang diiliki oleh olekul-olekul suau benda. Suhu pada suau benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,
Lebih terperinciPENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ
PENGARUH GAJI, UPAH, DAN TUNJANGAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ Khairunnisa aubara 1, Ir. Sugiharo Pujangkoro, MM 2, uchari, ST, M.Kes 2 Deparemen Teknik Indusri, Fakulas Teknik, Universias
Lebih terperinciSuatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond
Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)
ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-300 Sudi Eksperimen Pengaruh Kecepaan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Alim Jabbar Ibrahim dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo
Lebih terperinciTranspor Polutan. Persamaan Konveksi Difusi Penyelesaian Analitik
Transpor Poluan Persamaan Konveksi Difusi Penelesaian Analiik Referensi Graf and Alinakar, 1998, Fluvial Hdraulis: Chaper 8, pp. 517-609, J. Wile and Sons, Ld., Susse, England. Teknik Sungai Transpor Poluan
Lebih terperinciPENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.
PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar
Lebih terperinciMATERI POKOK PERPINDAHAN KALOR
hp://gurumuda.ne MATERI POKOK PERPINDAHAN KALOR I. Kompeensi Dasar Menganalisis cara perpindahan kalor II. Indikaor Hasil Belajar Siswa dapa : 1. Memahami pengerian perpindahan kalor. Memahami pengerian
Lebih terperinciBAB 2. Dasar Teori N = (2.1) X p = nilai x pada prototipe. X m = nilai x pada model. N x = skala x antara prototipe dan model
BB Dasar Teori.1 Keseruaan Model-Prooie Keseruaan odel-rooie daa erenuhi aabila eenuhi keseruaan geoerik, keseruaan kineaik, dan keseruaan dinaik. Beriku akan dibahas engenai seluruh keseruaan ersebu..1.1
Lebih terperinciANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)
hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan
Lebih terperinciPERGESERAN KELAS-PANJANG DAN LENGTH-WEIGHT
PERGESERAN KELAS-PANJANG DAN LENGTH-WEIGHT I. Pergeseran Kelas-Panjang Model perumuhan panjang (formula vbgf) isa diduga jika kia mempunyai panjang ikan, L, pada eragai umur,, yang ereda. Pendugaan umur
Lebih terperinciBab IV Pengembangan Model
Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik
Lebih terperinciSUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR
SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR OLEH : Ir. ARIANTO PENGERTIAN SIFAT TERMAL ZAT PENGUKURAN SUHU MACAM TERMOMETER JENIS TERMOMETER PEMUAIAN PANJANG PEMUAIAN LUAS PEMUAIAN VOLUME ANOMALI AIR CONTOH SOAL 1
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR ANTENA
BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciPERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI
PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperinciOleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto
Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN NUMERIK
BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah
Lebih terperinciPenentuan ketinggian dan kecepatan minimum benda pada track melingkar vertikal
Penenuan keinggian dan keceaan minimum benda ada rack melingkar verikal Indra Yahdi Pura, Sani Fani Sigalingging, dan Dandan Luhur Saraswai Program Pendidikan Fisika Universias Indrarasa PGRI Jl. Raya
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciAnalisis Peramalan Kombinasi Terhadap Jumlah Permintaan Darah di Surabaya (Studi Kasus: UDD PMI Kota Surabaya)
JURNAL STATISTIKA Vol., No., () 5 Analisis Peramalan Kombinasi Terhada Jumlah Perminaan Darah di Surabaya (Sudi Kasus: UDD PMI Koa Surabaya) Winda Eka F., Ir. Dwiamono Agus W.,MIKom Jurusan Saisika, FMIPA,
Lebih terperinciPEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN
Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan
Lebih terperinci