MATERI POKOK PERPINDAHAN KALOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI POKOK PERPINDAHAN KALOR"

Transkripsi

1 hp://gurumuda.ne MATERI POKOK PERPINDAHAN KALOR I. Kompeensi Dasar Menganalisis cara perpindahan kalor II. Indikaor Hasil Belajar Siswa dapa : 1. Memahami pengerian perpindahan kalor. Memahami pengerian perpindahan kalor secara konduksi 3. Menjelaskan conoh perpindahan kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari 4. Menenukan laju perpindahan kalor secara konduksi aau besaran fisika yang erkai dengan laju perpindahan kalor secara konduksi 5. Memahami pengerian perpindahan kalor secara konveksi 6. Menjelaskan conoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari 7. Memahami pengerian perpindahan kalor secara radiasi 8. Menjelaskan conoh perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari 9. Menjelaskan fenomena alam yang berkaian dengan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi III. Maeri Pembelajaran 1. Perpindahan kalor secara konduksi. Perpindahan kalor secara konveksi 3. Perpindahan kalor secara radiasi A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser 1

2 hp://gurumuda.ne 1. Perpindahan kalor Kalor aau panas adalah energi yang berpindah dari benda bersuhu inggi menuju benda bersuhu rendah. Secara alami kalor berpindah dari benda bersuhu inggi menuju benda bersuhu rendah. Perpindahan kalor erheni seelah erjadi keseimbangan ermal. Jika anda mencampur air panas dengan air dingin maka kalor berpindah dari air panas menuju air dingin. Perpindahan kalor erheni seelah erjadi keseimbangan ermal aau seelah campuran air panas dan air dingin mencapai suhu yang sama. Terdapa iga jenis perpindahan kalor, anara lain perpindahan kalor secara konduksi, perpindahan kalor secara konveksi, perpindahan kalor secara radiasi. 1.1 Perpindahan kalor secara konduksi Pengerian perpindahan kalor secara konduksi Jika anda duduk di kursi kayu, permukaan kursi kayu menjadi hanga. Sebaliknya jika anda duduk di kursi yang erbua dari plasik aau logam, permukaan kursi logam aau plasik idak erasa hanga seelah diduduki. Mengapa permukaan kursi kayu hanga, sedangkan permukaan kursi logam idak? Mengapa idur di lanai yang dingin anpa kasur dapa menyebabkan saki? Pernah mengenakan jake ani dingin? Mengapa kebanyakan jake ani dingin erbua dari wol? Masih banyak hal yang dapa dipikirkan dan diperanyakan berkaian dengan pokok bahasan perpindahan kalor secara konduksi. Siapkan sebuah lilin dan sepoong kawa ipis. Pegang salah sau ujung kawa lalu senuhkan ujung kawa lain ke nyala lilin. Tunggu selama beberapa saa hingga anganmu kepanasan. Mengapa anganmu erasa panas? Keika salah sau ujung kawa bersenuhan dengan nyala lilin, kalor berpindah dari nyala lilin (suhu inggi) menuju ujung kawa ersebu (suhu rendah). Adanya perpindahan kalor menyebabkan suhu ujung kawa yang bersenuhan dengan api meningka. Perbedaan suhu anara ujung kawa yang bersenuhan dengan nyala lilin dengan ujung kawa lainnya menyebabkan kalor berpindah dari ujung kawa yang bersenuhan dengan api menuju ujung kawa yang disenuh angan. Adanya perpindahan kalor menyebabkan suhu ujung kawa yang disenuh meningka. Kalor selanjunya berpindah menuju angan yang lebih dingin. Akibanya angan anda erasa panas! Keika salah sau bagian benda bersuhu inggi bersenuhan dengan benda bersuhu rendah, energi berpindah dari benda bersuhu inggi menuju bagian benda bersuhu rendah. Adanya ambahan energi menyebabkan aom dan molekul penyusun benda bergerak semakin cepa. Keika bergerak, molekul ersebu memiliki energi kineik (EK = ½ mv ). Molekul-molekul yang bergerak lebih cepa (energi kineiknya lebih besar) menumbuk molekul yang berada di sebelahnya. Molekul adi menumbuk lagi molekul lain yang berada di sebelah. Demikian seerusnya. Jadi molekul-molekul saling berumbukan, sambil memindahkan energi. Perpindahan kalor yang erjadi melalui umbukan anara molekul pernyusun benda dinamakan perpindahan kalor secara konduksi Rumus perpindahan kalor secara konduksi Benda yang erleak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih inggi (T 1 ) sedangkan benda yang erleak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih rendah (T ). Karena adanya perbedaan suhu (T 1 T ), kalor berpindah dari benda yang bersuhu inggi menuju benda yang bersuhu rendah (arah aliran kalor ke kanan). Benda yang dilewai kalor memiliki luas penampang (A) dan panjang (l). Berdasarkan hasil percobaan, kalor yang berpindah selama selang waku erenu (/) berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T 1 T ), luas penampang (A), sifa suau benda (k = kondukivias ermal) dan berbanding erbalik dengan panjang benda. Rumus laju perpindahan kalor secara konduksi : T1 T = ka l Keerangan : / = laju perpindahan kalor, k = kondukivias ermal, A = luas penampang, T 1 = suhu inggi, T = suhu rendah, l = panjang benda Kondukivias ermal (k) Mengapa kebanyakan ala masak erbua dari aluminium? Andaikan angan kiri anda memegang besi, angan kanan anda memegang kaca, lalu besi dan kaca disenuhkan ke api. Tangan kiri aau angan kanan yang lebih A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser

3 hp://gurumuda.ne cepa merasakan panas? Peranyaan-peranyaan ini dan mungkin peranyaan lain yang akan anda anyakan, berkaian dengan kondukivias ermal benda. Kondukivias ermal suau benda adalah kemampuan suau benda unuk memindahkan kalor melalui benda ersebu. Benda yang memiliki kondukivias ermal (k) besar merupakan penghanar kalor yang baik (kondukor ermal yang baik). Sebaliknya, benda yang memiliki kondukivias ermal kecil merupakan penghanar kalor yang buruk (kondukor ermal yang buruk). Jenis benda Kondukivias ermal (k) Kondukivias ermal (k) Jenis benda J/m.s.C o Kkal/m.s.C o J/m.s.C o Kkal/m.s.C o Perak x 10-4 Air 0,56 1,4 x 10-4 Tembaga x 10-4 Tubuh 0, 0,5 x 10-4 Aluminium x 10-4 Kayu 0,08 0,16 0, x 10-4 Baja x 10-4 Gabus 0,04 0,1 x 10-4 Es 5 x 10-4 Wol 0,040 0,1 x 10-4 Kaca (biasa) 0,84 x 10-4 Busa 0,04 0,06 x 10-4 Baa 0,84 x 10-4 Udara 0,03 0,055 x Penerapan perpindahan kalor secara konduksi Mengapa ubin erasa lebih sejuk daripada karpe? Ubin memiliki kondukivias ermal yang lebih besar daripada karpe. Karenanya ubin merupakan penghanar kalor yang bagus, sedangkan karpe merupakan penghanar kalor yang buruk. Keika kia menginjak karpe, kalor mengalir dari kaki menuju karpe. Hal ini erjadi karena suhu ubuh kia lebih inggi dari suhu karpe. Karpe merupakan penghanar kalor yang buruk karenanya kalor yang mengalir dari kaki kia menumpuk di permukaan karpe sehingga karpe menjadi lebih hanga. Keika kia menginjak ubin aau keramik, kalor mengalir dari kaki menuju ubin aau keramik. Karena ubin merupakan penghanar kalor yang baik maka kalor idak erahan di permukaan ubin. Kalor mengalir dengan lancar sehingga kaki kia erasa dingin. Jika rumahmu berada di daerah dingin, sebaiknya alasi lanai kamarmu dengan karpe agar ubuhmu idak kehilangan kalor. Sebaliknya, jika rumahmu berada di daerah panas, sebaiknya jangan alasi lanai kamarmu dengan karpe karena bukan kesejukan yang dirimu rasakan api kegerahan Tidur di lanai rumah anpa alas dapa menyebabkan saki. Mengapa? Hal ini disebabkan banyaknya kalor yang berpindah dari ubuh menuju lanai. Kalor adalah energi yang berpindah. Keika ubuhmu kehilangan banyak kalor, maka energi di dalam ubuhmu berkurang. Jika kekurangan energi maka anda bisa saki! Apa fungsi jendela dan pinu? Mengapa pinu dan jendela sebaiknya erbua dari kayu? Pada malam hari, suhu udara di luar rumah lebih rendah daripada suhu udara di dalam rumah. Adanya perbedaan suhu udara ini menyebabkan kalor berpindah dari dalam rumah ke luar rumah. Karenanya, biasanya pada malam hari kia menuup pinu aau jendela. Selain berujuan menghalau penjaha, salah sau fungsi jendela aau pinu adalah menahan kalor agar idak keluar dari dalam rumah. Biasanya pinu aau jendela erbua dari kayu. Kondukivias ermal kayu cukup kecil sehingga bisa berperan sebagai isolaor ermal. Fungsi lain dari jendela aau pinu adalah menahan udara. Udara yang erperangkap pada sisi dalam jendela aau pinu berfungsi sebagai isolaor yang baik (penghamba kalor yang hendak kabur). Kondukivias ermal udara pada abel di aas sanga kecil. Semakin kecil kondukivias ermal suau benda, semakin suli kalor berpindah secara konduksi melalui benda ersebu. Selain memperahankan saus kia sebagai manusia beradab dan normal, pakaian juga berfungsi unuk menjaga suhu ubuh kia agar eap sabil. Pakaian yang kia gunakan biasanya disesuaikan dengan suhu udara. Keika suhu udara cukup rendah, pakaian yang kia gunakan lebih ebal. Selimu aau pakaian yang ebal (jake dll) membua udara idak bisa bergerak dengan lancar. Udara erperangkap di anara kuli dan jake aau selimu. Karena erdapa perbedaan suhu anara ubuh kia dan udara yang erperangkap, maka kalor berpindah dari ubuh menuju udara ersebu. Adanya ambahan kalor dari ubuh menyebabkan suhu udara yang erperangkap meningka (udara menjadi lebih hanga). Perhaikan abel kondukivias ermal di aas. Nilai kondukivias ermal udara sanga kecil. Karenanya, kalor idak bisa keluar dari ubuh. Suhu ubuh kia pun eap erjaga. Apabila kia idak menggunakan jake pada saa udara cukup dingin, kalor keluar dari ubuh kia. Semakin banyak kalor yang keluar dari ubuh maka ubuh kehilangan banyak energi! 1. Perpindahan kalor secara konveksi Pernah berada di epi panai keika hari sedang cerah? Pada siang hari yang cerah, di epi panai selalu ada angin yang beriup dari lau ke dara. Mengapa selalu ada angin di epi panai dan mengapa angin lau (angin beriup dari lau ke dara) erjadi pada siang hari, angin dara (angin beriup dari dara ke lau) erjadi pada malam hari? Mengapa pada musim hujan, awan dapa urun ke lereng gunung? Mengapa angin erasa sejuk? Jawaban peranyaan-peranyaan ini berkaian dengan kalor jenis daraan dan lau, pemuaian, massa jenis sera perpindahan A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser 3

4 hp://gurumuda.ne kalor secara konveksi! Dengan memahami secara baik dan benar pokok bahasan ini, anda dapa menjawab peranyaan di aas dan peranyaan lainnya yang mungkin anda peranyakan kemudian. Perpindahan kalor secara konduksi biasanya erjadi pada benda pada aau dari benda pada ke benda cair (benda cair ke benda pada) aau dari benda pada ke benda gas (benda gas ke benda pada). Sedangkan perpindahan kalor secara konveksi biasanya erjadi pada benda cair (misalnya air) dan benda gas (misalnya udara). Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang diserai dengan perpindahan benda. Agar anda lebih memahami perpindahan kalor secara konveksi, injau sebuah kasus, misalnya air yang dipanaskan menggunakan api. Keika air di dalam sebuah wadah dipanaskan dengan api, kalor berpindah dari api (suhu inggi) ke wadah (suhu rendah) secara konduksi dan radiasi. Selanjunya kalor berpindah dari wadah (suhu lebih inggi) ke air yang berada di deka wadah (suhu lebih rendah) secara konduksi. Adanya ambahan kalor menyebabkan suhu air yang berada di deka wadah meningka. Meningkanya suhu air mengakibakan air memuai aau volume air berambah. Karena volume air berambah maka massa jenis air berkurang. Air yang berada di deka alas wadah mempunyai suhu lebih inggi dibandingkan dengan air yang berada di sebelah aasnya. Dengan kaa lain, air yang berada di deka alas wadah mempunyai volume lebih besar dan massa jenisnya lebih kecil, sedangkan air yang berada di sebelah aasnya mempunyai volume lebih kecil dan massa jenisnya lebih besar. Adanya perbedaan massa jenis menyebabkan air yang berada di permukaan wadah, yang mempunyai massa jenis lebih besar, bergerak ke bawah dan air yang berada di deka alas wadah, yang mempunyai massa jenis lebih kecil, bergerak ke aas. Proses ini erjadi secara erus menerus hingga semua air yang berada di dalam mempunyai suhu yang sama (Jika ekanan udara 1 amosfer maka air di dalam wadah mengalami penguapan alias mendidih pada suhu 100 o C). Terjadinya angin dara dan angin lau juga melibakan perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi. Kalor jenis daraan (kalor jenis benda pada) lebih kecil daripada kalor jenis air lau, karenanya daraan lebih cepa panas keika disinari maahari dan juga lebih cepa dingin keika malam hari iba. Daraan yang lebih cepa panas, memanaskan udara yang berada di aas (kalor berpindah dari daraan ke udara secara konduksi). Suhu udara yang mendapa ambahan kalor meningka dan udara memuai. Akibanya massa jenis udara ersebu berkurang. Sebaliknya suhu air lau lebih dingin sehingga udara yang berada di aas permukaan air lau juga lebih dingin, dibandingkan udara yang berada di permukaan daraan. Udara di permukaan lau lebih dingin sehingga massa jenisnya lebih besar. Adanya perbedaan massa jenis udara menyebabkan udara yang berada di permukaan lau bergerak menuju daraan dan menekan udara di daraan ke aas. Semakin jauh dari permukaan bumi, jumlah udara semakin berkurang karena gaya graviasi bumi semakin kecil. Karena jumlah udara semakin berkurang maka ekanan udara juga semakin kecil. Udara panas di daraan yang bergerak ke aas mengalami pendinginan karena semakin jauh dari permukaan bumi, ekanan udara semakin berkurang. Udara dingin ersebu kemudian bergerak lagi ke bawah, idak menuju permukaan daraan eapi menuju permukaan lauan yang mempunyai suhu yang lebih dingin. Proses ini erjadi secara erus menerus sehingga imbul aliran udara dari lau menuju dara. Singkanya, udara di deka permukaan lau bergerak ke daraan, udara di deka permukaan daraan bergerak ke aas, udara yang berada di aas bergerak ke permukaan lau. Mengapa asap selalu bergerak ke aas? Asap bergerak ke aas karena suhunya lebih inggi daripada suhu udara disekiarnya. Karena suhu asap lebih inggi maka volumenya berambah dan massa jenisnya berkurang. Massa jenis asap yang lebih kecil mengakibakan ekanan asap juga lebih kecil, dibandingkan dengan ekanan udara di sekiarnya. Udara di sekiar asap menekan asap ke aas. Mengapa pada musim hujan awan bergerak ke bawah? Keika musim hujan, awan mengandung banyak uap air sehingga massa jenis awan berambah. Awan yang mengandung banyak uap air dan mempunyai massa jenis besar, bergerak ke bawah menuju empa di mana udara di sekiar empa iu mempunyai massa jenis yang sama dengan massa jenis awan. Anda dapa memperanyakan dan menjawab banyak hal berkaian dengan pokok bahasan ini, jika anda elah memahami dengan baik dan benar penjelasan di aas. 1.3 Perpindahan kalor secara radiasi A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser 4

5 hp://gurumuda.ne Pengerian perpindahan kalor secara radiasi Bagaimana rasanya jika anda mengenakan pakaian berwarna hiam pada siang hari yang panas aau keika anda sedang berolahraga pada siang hari? Bandingkan dengan keika anda mengenakan pakaian berwarna puih? Jika anda mengenakan pakaian berwarna hiam pada siang hari maka anda mudah merasa gerah. Mengapa demikian? Jarak anara maahari dan bumi pada pagi hari hampir sama dengan jarak anara maahari dan bumi pada siang hari dan sore hari. Lalu mengapa pagi hari dan sore hari lebih dingin, siang hari lebih panas? Jawaban aas peranyaan-peranyaan ini berkaian dengan perpindahan kalor secara radiasi. Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor dalam benuk gelombang elekromagneik. Conoh perpindahan kalor secara radiasi adalah hanganya ubuh anda keika berada di deka ungku api dan perpindahan kalor dari maahari menuju bumi. Maahari memiliki suhu lebih inggi (sekiar 6000 Kelvin), sedangkan bumi memiliki suhu yang lebih rendah. Adanya perbedaan suhu anara maahari dan bumi menyebabkan kalor berpindah dari maahari (suhu lebih inggi) menuju bumi (suhu lebih rendah). Seandainya perpindahan kalor dari maahari menuju bumi memerlukan peranara alias medium, sebagaimana perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi, maka kalor idak mungkin iba di bumi; kalor harus melewai ruang hampa (aau hampir hampa). Jika idak ada sumbangan kalor dari maahari, maka kehidupan di bumi idak akan pernah ada karena kehidupan membuuhkan energi. Conoh lain perpindahan kalor secara radiasi adalah panas yang dirasakan keika kia berada di deka nyala api. Panas yang kia rasakan bukan disebabkan oleh udara yang kepanasan akiba adanya nyala api. Seperi yang elah dijelaskan sebelumnya, udara yang panas akan memuai sehingga massa jenisnya berkurang. Akibanya udara yang massa jenisnya berkurang bergerak verikal ke aas, idak bergerak horisonal ke arah kia. Tubuh kia erasa hanga aau panas keika berada di deka nyala api karena kalor berpindah dengan cara radiasi dari nyala api (suhu lebih inggi) menuju ubuh kia (suhu lebih rendah). Perpindahan kalor dengan cara radiasi sediki berbeda dibandingkan dengan perpindahan kalor dengan cara konduksi dan konveksi. Perpindahan kalor dengan cara konduksi dan konveksi erjadi keika benda-benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersenuhan. Sebaliknya, perpindahan kalor secara radiasi bisa erjadi anpa adanya senuhan Rumus perpindahan kalor secara radiasi Laju perpindahan kalor dengan cara radiasi diemukan sebanding dengan luas benda dan pangka empa suhu mulak (Skala Kelvin) benda ersebu. Benda yang memiliki luas permukaan yang lebih besar memiliki laju perpindahan kalor yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang memiliki luas permukaan yang lebih kecil. Demikian juga, benda yang bersuhu 000 Kelvin, misalnya, memiliki laju perpindahan kalor sebesar 4 = 16 kali lebih besar dibandingkan dengan benda yang bersuhu 1000 Kelvin. Hasil ini diemukan oleh Josef Sefan pada ahun 1879 dan diurunkan secara eoriis oleh Ludwig Bolzmann sekiar 5 ahun kemudian. 4 = eσat Keerangan : = Kalor alias energi yang berpindah, = waku, A = Luas permukaan benda (m ), T = Suhu mulak benda (K) e = Emisivias (angka ak berdimensi yang besarnya berkisar anara 0 sampai 1), σ = 5,67 x 10-8 W/m.K 4 (Konsana universal. Disebu juga sebagai konsana Sefan-Bolzmann), / = laju perpindahan kalor secara radiasi aau laju radiasi energi Benda yang permukaannya berwarna gelap (hiam) memiliki emisivias mendekai 1, sedangkan benda yang berwarna erang memiliki emisivias mendekai 0. Semakin besar emisivias suau benda (e mendekai 1), semakin besar laju kalor yang dipancarkan benda ersebu. Sebaliknya, semakin kecil emisivias suau benda (e mendekai 0), semakin kecil laju kalor yang dipancarkan. Kia bisa mengaakan bahwa benda yang berwarna gelap (warna hiam) biasanya memancarkan kalor lebih banyak dibandingkan dengan benda yang berwarna erang (warna puih). Besarnya emisivias idak hanya menenukan kemampuan suau benda dalam memancarkan kalor eapi juga kemampuan suau benda dalam menyerap kalor yang dipancarkan oleh benda lain. Benda yang memiliki emisivias mendekai 1 (benda yang berwarna gelap) menyerap hampir semua kalor yang dipancarkan padanya. Hanya sebagian kecil saja yang dipanulkan. Sebaliknya, benda yang memiliki emisivias mendekai 0 (benda yang berwarna erang) menyerap sediki kalor yang dipancarkan padanya. Sebagian besar kalor dipanulkan oleh benda ersebu. Benda yang menyerap semua kalor yang dipancarkan padanya memiliki emisivias = 1. Benda jenis ini dikenal dengan julukan benda hiam. Isilah benda hiam idak menjelaskan bahwa benda berwarna hiam eapi menjelaskan kemampuan benda menyerap semua kalor yang dipancarkan padanya. A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser 5

6 hp://gurumuda.ne Laju kalor yang dipancarkan maahari (laju radiasi maahari) Berdasarkan hasil perhiungan (sesuai dengan kenyaaan), diemukan bahwa erdapa kalor sebesar 1350 Joule per sekon per meer persegi yang berpindah dari maahari ke bumi. Pada hari yang cerah (idak ada awan), erdapa kalor sebesar 1000 Joule per sekon per meer persegi yang iba dengan selama di permukaan bumi. Pada hari yang idak cerah (banyak awannya), sekiar 70 % kalor diserap oleh amosfir bumi, hanya 30 % kalor yang iba dengan selama di permukaan bumi. Besarnya kalor yang lenyap di amosfir bumi erganung pada banyak aau sedikinya awan. Jumlah kalor sebesar 1350 Joule per sekon per meer persegi dikenal dengan julukan konsana maahari. Karena Joule per sekon (J/s) = Wa, maka kia bisa menulis kembali konsana maahari menjadi 1350 Wa per meer persegi = 1350 W/m Keika kalor yang dipancarkan oleh maahari iba di permukaan bumi, kalor ersebu diserap oleh bumi dan benda-benda yang berada di permukaan bumi. Laju penyerapan kalor berganung pada emisivias (e) benda ersebu, luas permukaan benda dan sudu yang dibenuk oleh sinar maahari dengan garis yang egak lurus permukaan benda. Unuk memudahkan pemahamanmu, aaplah gambar di bawah dengan penuh kelembuan. / m ) eacosθ Keerangan : / = laju penyerapan kalor, 1000W / m = Konsana maahari e = Emisivias benda, A = Luas permukaan benda, θ = Sudu yang dibenuk oleh sinar maahari dengan garis yang egak lurus permukaan benda, Acosθ = Daerah efekif (komponen luas permukaan benda yang egak lurus sinar maahari) Pada siang hari, sinar maahari sejajar aau berhimpi dengan garis yang egak lurus permukaan bumi (Sudu yang dibenuk = 0). Sudu yang dibenuk = 0 o karenanya laju penyerapan kalor adalah : / m ) eacos 0 cos 0 = 1 / m ) ea(1) / m ) ea Laju penyerapan kalor (/) bernilai maksimum jika sudu yang dibenuk sinar maahari dengan garis yang egak lurus permukaan bumi = 0 o (cos 0 = 1). Biasanya ini erjadi pada siang hari, di mana maahari egak lurus dengan permukaan bumi. Jadi idak perlu heran jika siang hari lebih panas daripada pagi aau sore hari. Pada pagi hari dan sore hari, sudu yang erbenuk mendekai 90 o. Besar sudu yang mendekai 90 o bisa saja 70 o, 75 o, 80 o, 85 o dll. Berdasarkan gambar di aas, sudu yang erbenuk sekiar 80 o (Ini cuma perkiraan kasar saja). Seandainya sudu yang erbenuk adalah 80 o, maka laju penyerapan kalor adalah : o / m ) eacos80 cos 80 = 0,17 A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser 6

7 hp://gurumuda.ne / m )( e)( A)(0,17) Laju penyerapan kalor (/) pada pagi hari dan sore hari bernilai minimum karena cos ea mendekai nol. Semakin kecil cos ea, semakin kecil laju penyerapan kalor. Hal ini yang menjadi alasan mengapa pada pagi hari aau sore lebih dingin. Pada saa maahari erbenam di ufuk bara aau hendak erbi di ufuk imur, sudu yang erbenuk = 90 o. Amai gambar di bawah Karena sudu yang dibenuk = 90 o, maka laju penyerapan kalor adalah : o / m ) eacos 90 cos 90 o = 0 / m ) ea(0) = 0 Laju penyerapan kalor (/) pada saa maahari erbenam aau hendak erbi = 0. Jadi idak ada kalor yang disedo. Sinar maahari saja idak ada, mau disedo apanya. Referensi : Giancoli, Douglas C Fisika Jilid I (Terjemahan). Jakara : Penerbi Erlangga. Halliday dan Resnick Fisika Jilid I (Terjemahan). Jakara : Penerbi Erlangga. Serway, Raymond A. & Jewe, Jhon W Fisika Unuk Sains dan Teknik (Terjemahan). Jakara : Penerbi Salemba Teknika Tipler, P.A Fisika unuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakara : Penebi Erlangga. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 00. Fisika Universias (Terjemahan). Jakara : Penerbi Erlangga. A. San Loha Fisika SMA Kelas X Semeser 7

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR

SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR SUHU DAN KALOR PERAMBATAN KALOR OLEH : Ir. ARIANTO PENGERTIAN SIFAT TERMAL ZAT PENGUKURAN SUHU MACAM TERMOMETER JENIS TERMOMETER PEMUAIAN PANJANG PEMUAIAN LUAS PEMUAIAN VOLUME ANOMALI AIR CONTOH SOAL 1

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Penyerapan Energi Radiasi

Penyerapan Energi Radiasi Penyerapan Energi Radiasi Devia Simon (190108), Esrisia ngu Bima (190105-601018), Ini Musika (1901007-601010), Isiyana Yumaroh (19010), Jayanri Paola (1901033) I. PENDHULUN ujuan dilakukannya eksperimen:

Lebih terperinci

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v

Tryout SBMPTN. Fisika. 2 v Tryou SBMPTN Fisika Doc. Name: TOSBMPTN1FIS Doc. ersion : 216-5 halaman 1 m v H 1/ 2m θ 1 2 v Dua meriam menembak bersamaan. Massa bola meriam yang diembakan dari anah seengah kali massa bola meriam yang

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB VI SUHU DAN KALOR

BAB VI SUHU DAN KALOR BAB VI SUHU DAN KALOR STANDAR KOMPETENSI : 5. Meneapkan konsep dan prinsip kalor, konservasi energi dan suber energi dengan berbagai perubahannya dala esin kalor. Kopeensi Dasar : 5.1 Melakukan percobaan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS 1 BAB MOMENTUM DAN IMPULS Conoh 8.1 Sebuah benda bermassa 5 kg yang bergerak dengan kecepaan 3 m/s ke arah imur dikenai gaya yang menyebabkan kecepaannya berubah menjadi 7 m/s dalam arah semula. Tenukan

Lebih terperinci

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m

adalah. A. 1,3 x 10-7 m D. 6,7 x 10-7 m B. 2;2 x lo -7 m E. 10,0 x lo -7 m C. 3,3 x lo -7 m 1. Dalam suau percobaan celah ganda Young jarak pisah y anara pia erang ke sau dan pia erang pusa adalah 0,0240 m, keika cahaya yang digunakan mempunyai panjang gelombang 4800 A. Jarak pisah y keika cahaya

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN 2015

Soal-Jawab Fisika OSN 2015 Soal-Jawab Fisika OSN 5. ( poin) Tinjau sebuah bola salju yang sedang menggelinding. Seperi kia ahu, fenomena menggelindingnya bola salju diikui oleh perambahan massa bola ersebu. Biarpun massa berambah,

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL. : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda. : 2 jam pelajaran

KISI-KISI SOAL. : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda. : 2 jam pelajaran KISI-KISI SOAL Sauan Pendidikan Kelas Maa Pelajaran Maeri Waku : Sekolah Menengah Perama (SMP) : VIII C : IPA : Gerak Pada Makhluk Hidup dan Benda : 2 jam pelajaran No Kompeensi Dasar Indikaor Soal Nomor

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik.

KUAT ARUS DAN BEDA POTENSIAL Kuat arus adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap detik. MODUL 2 : LISTRIK RANGKAIAN TERTUTUP Rangkaian eruup ialah rangkaian yang ak berpangkal dan ak berujung yang erdiri dari komponen lisrik (seperi kawa penghanar), ala ukur lisrik, dan sumber daya lisrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK

ARUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GERAK ELEKTRIK AUS,HAMBATAN DAN TEGANGAN GEAK ELEKTK Oleh : Sar Nurohman,M.Pd Ke Menu Uama Liha Tampilan Beriku: AUS Arus lisrik didefinisikan sebagai banyaknya muaan yang mengalir melalui suau luas penampang iap sauan

Lebih terperinci

Berlaku Perbandingan. A. Konsep Suhu

Berlaku Perbandingan. A. Konsep Suhu Suhu erupakan ukuran relaif (deraja) panas aau dingin suau benda aau sise. Pada kasus dua buah benda yang berbeda suhu dan keduanya disenuhkan sau saa lain, aka kr akan engir dari benda yang lebih panas

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1988

Fisika EBTANAS Tahun 1988 Fisika TANAS Tahun 1988 TANAS-88-01 Dua buah kapasior masing-masing mempunyai kapasias µf dan 4 µf dirangkai seri. Kapasias pengganinya A. 1 µf. 6 1 µf 3 µf 4 C. D. 4 µf 3. 6 µf TANAS-88-0 Gaya gerak lisrik

Lebih terperinci

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik

ENERGI LISTRIK Tujuan : Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi besar energi listrik ENEGI LISTIK Tujuan : Menenukan fakor fakor yang mempengaruhi besar energi lisrik Ala dan bahan : 1. ower Suplay. Amperemeer 3. olmeer 4. Hambaan geser 5. Termomeer 6. Sopwach 7. Saif 8. Kawa nikelin 1

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 01

Xpedia Fisika. Mekanika 01 Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1979

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1979 Fisika Proyek Perinis I Tahun 1979 PPI-79-01 Tahanan paling yang dapa diperoleh dari kombinasi 4 buah ahanan yang masing-masing nya 10 ohm, 20 ohm, 25 ohm dan 50 ohm, adalah 4,76 ohm B. 20 ohm. 25 ohm

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

[1.7 Hukum Kekekalan Energi]

[1.7 Hukum Kekekalan Energi] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 07 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [FISIKA] [.7 Hukum Kekekalan Eneri] [Susilo] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 07 .7

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1995

Fisika EBTANAS Tahun 1995 Fisika TANAS Tahun 1995 TANAS-95-01 Sebuah pia diukur, ernyaa lebarnya 1,3 mm dan panjangnya 15,5 cm., maka luas mempunyai angka pening sebanyak A. 6. 5. 4 D. 3. TANAS-95-0 Di bawah ini erera 5 grafik

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY)

Percobaan PENYEARAH GELOMBANG. (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) Percobaan PENYEARAH GELOMBANG (Oleh : Sumarna, Lab-Elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id) 1. Tujuan 1). Mempelajari cara kerja rangkaian penyearah. 2). Mengamai benuk gelombang keluaran.

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor untuk kegiatan PELATIHAN

Lebih terperinci

Soal UN Fisika Paket A. 01. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar!

Soal UN Fisika Paket A. 01. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar! Soal UN Fisika 010-011Pake A 01. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperi gambar! 5cm 6 cm 0 5 10 Maka ebal balok adalah. A. 5,00 cm B. 5,05 cm C. 5,5 cm D. 6,00 cm E. 6,5 cm 0. Perhakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu

BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA. Metode naik tangga yang diterapkan pada model robot tugas akhir ini, yaitu BAB III ANALISA MODEL ROBOT TANGGA 3.1 Gambaran Umum Robo Meode naik angga yang dierapkan pada model robo ugas akhir ini, yaiu meode karol dan rasio diameer roda-inggi anak angga/undakan. Gambar 3.1 Ilusrasi

Lebih terperinci

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita

MODUL 2. Gerak Berbagai Benda di Sekitar Kita MODUL 2 MODUL 2 Gerak Berbagai Benda di Sekiar Kia i Kaa Penganar Dafar Isi Pendidikan kesearaan sebagai pendidikan alernaif memberikan layanan kepada mayaraka yang karena kondisi geografis, sosial budaya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala Berdasarkan hasil peneliian W.C Rongen, Henry Becquerel pada ahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, eapi secara kebeulan ia menemukan gejala keradioakifan. Pada peneliiannya ia menemukan bahwa garam-garam

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA PAKET B. 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar!

SOAL UN FISIKA PAKET B. 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperti gambar! SOAL UN FISIKA 010-011 PAKET B 1. Tebal balok diukur dengan menggunakan jangka sorong seperi gambar! 8 cm 9 cm Maka ebal balok adalah. a. 8,0 cm b. 8,5 cm c. 8,0 cm d. 9,00 cm e. 9,5 cm. 0 5 10 Perhaikan

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pertanyaan berhubungan dengan elektroskop yang ditunjukan pada gambar di bawah.

Pertanyaan berhubungan dengan elektroskop yang ditunjukan pada gambar di bawah. Peranyaan 40-41 berhubungan dengan elekroskop yang diunjukan pada gambar di bawah. 41. Keika baang bermuaan posiif berada di deka kepala elekroskop, elekroskop dihubungkan dengan anah melalui sebuah kawa.

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan elektroskop yang ditunjukan pada gambar di bawah.

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan elektroskop yang ditunjukan pada gambar di bawah. Xpedia isika Kapia Seleka - Se 01 no 41-60 Doc. Name: XPIS9903 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 Peranyaan 40-41 berhubungan dengan elekroskop yang diunjukan pada gambar di bawah. 41. Keika baang bermuaan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

Oleh : Danny Kurnianto; Risa Farrid Christianti Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto Oleh : Danny Kurniano; Risa Farrid Chrisiani Sekolah Tinggi Teknologi Telemaika Telkom Purwokero Pendahuluan Seelah kia mempelajari anggapan alamiah dari suau rangkaian RL aau RC, yaiu anggapan saa sumber

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

Chapter 4. hogasaragih.wordpress.com 1

Chapter 4. hogasaragih.wordpress.com 1 Chaper 4 hogasaragih.wordpress.com 1 7. Sebuah kerea dengan kecepaan konsan 60 km/jam menuju ke imur dalam waku 40 meni, kemudian bergerak ke imur degngan sudu 50 dari uara dalam waku 0 meni dan kemudian

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB I PERSAMAAN GERAK BAB I PERSAMAAN GERAK. Seseorang mengendarai mobil menuju sebuah koa A ang berjarak 6 km dengan arah imur lau. Naakan ekor perpindahan r dalam noasi ekor sauan dengan menggunakan sisem koordina ke imur,

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INTI ATOM A. STRUKTUR INTI

FISIKA. Sesi INTI ATOM A. STRUKTUR INTI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN Sesi NGAN INI AOM A. SRUKUR INI Aom adalah bagian erkecil dari suau maeri yang masih memiliki sifa dasar maeri ersebu. Aom erdiri dari parikel-parikel subaom,

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT

PELATIHAN STOCK ASSESSMENT PELATIHA STOCK ASSESSMET Modul 5 PERTUMBUHA Mennofaria Boer Kiagus Abdul Aziz Maeri Pelaihan Sock Assessmen Donggala, 1-14 Sepember 27 DIAS PERIKAA DA KELAUTA KABUPATE DOGGALA bekerjasama dengan PKSPL

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka N. 4 Bandung 0. 414714 Fax. 0. 4587 hp//: www.smasanaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yah.c.id MODUL BAB 1 Page 1 f

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci