BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

BAB 3 RUANG BERNORM-2

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. October 3, Dosen FMIPA - ITB

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA

KARAKTERISTIK POHON FUZZY

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

BEBERAPA SIFAT QUASI-IDEAL MINIMAL PADA RING TRANSFORMASI LINEAR 1

BAB II LANDASAN TEORI

OSN 2014 Matematika SMA/MA

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TRANFORMASI MATRIKS PADA RUANG BARISAN KONVERGEN

II. LANDASAN TEORI ( ) =

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MA3231 Analisis Real

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

MAT. 12. Barisan dan Deret

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MA3231 Analisis Real

II. TINJAUAN PUSATAKA

BEBERAPA MODIFIKASI METODE NEWTON RAPHSON UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH AKAR GANDA. Supriadi Putra, M,Si

( ) terdapat sedemikian sehingga

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

ANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

IDEAL FUZZY NEAR-RING. Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

MATA KULIAH METODE RUNTUN WAKTU. Oleh : Entit Puspita Nip

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

MA3231 Analisis Real

METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika

BAB 2 TEORI PENUNJANG

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah :

Daftar Isi 3. BARISAN ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB

Kegiatan Belajar 4. Fungsi Trigonometri

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Maxplus

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

DISTRIBUSI SKEW-NORMAL SKRIPSI

a. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

SIFAT P-KONVEKS PADA RUANG FUNGSI MUSIELAK-ORLICZ TYPE BOCHNER. Yulia Romadiastri

SISTEM BILANGAN REAL

MA3231 Analisis Real

BAB II TEOREMA NILAI RATA-RATA (TNR)

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Y = + x + x x + e, e N(0, ), Residual e=y -Yˆ

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema yang tida disertai buti dapat dilihat pada referensi terait. Beberapa contoh diberian untu memperelas pengertian atau teorema. Uraian tentang pengertian dasar ini disaian secara ringas sesuai dengan tuuan dari penulisan. 2.. Ruang Barisan Definisi 2... Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real yang didefinisian pada himpunan N,, 2,. Dengan ata lain, barisan bilangan real adalah fungsi x : N R dengan aturan x() x untu setiap N. Barisan bilangan real ditulis dengan notasi x (x ). Karena tulisan ini membahas tentang barisan bilangan real, maa untu selanutnya barisan bilangan real disebut barisan saa. Contoh 2..2. (i) Barisan x (x ) dengan x ( ) adalah barisan,,, ( ),. (ii) Barisan e (e ) dengan e untu setiap N disebut barisan onstan dengan onstanta. ( ) (iii) Barisan e [n] e [n] dengan e [n] untu n, dan e [n] untu n. Definisi 2..3. Barisan x (x ) diataan onvergen e suatu bilangan real a, ia untu setiap ɛ > terdapat K(ɛ) N, sehingga untu setiap K(ɛ) berlau x a < ɛ. Dalam hal ini ditulis lim x a atau x a untu, dan a disebut limit dari (x ). Barisan (x ) yang tida onvergen diataan divergen.

8 Selanutnya, apabila diberian barisan (x ) dengan x a dan x b untu, maa untu setiap bilangan ɛ > terdapat bilangan K, K N sehingga untu setiap K berlau x a < ɛ dan untu setiap K berlau x b < ɛ. Jia diambil K supk, K, maa untu setiap K diperoleh a b < ɛ. Karena berlau untu setiap ɛ >, maa a b atau a b. beriut. Pernyataan tersebut di atas dapat dinyataan e dalam pernyataan dasar Lemma 2..4. Limit dari suatu barisan bernilai tunggal. Definisi 2..5. Barisan x (x ) diataan terbatas ia terdapat bilangan real M > sehingga x M untu setiap N. Lemma 2..6. Setiap barisan onvergen bersifat terbatas. Contoh 2..7. tetapi tida onvergen. Barisan pada contoh 2..2 (i) merupaan barisan terbatas Barisan x (x ) dengan x x x 2 atau x x + untu setiap N disebut barisan nai dan ditulis dengan notasi x. Sebalinya, ia x x x 2 atau x x + untu setiap N, maa barisan x (x ) disebut barisan turun dan ditulis dengan notasi x. Adapun apabila x < x + untu setiap N, maa barisan x (x ) disebut barisan nai uat, dan apabila x > x + untu setiap N, maa barisan x (x ) disebut barisan turun uat Definisi 2..8. Barisan x (x ) diataan monoton ia (x ) merupaan barisan nai atau barisan turun. Definisi 2..9. Diberian barisan x (x ) dan dibentu s supx : untu setiap N. Limit superior dari barisan x (x ) didefinisian sebagai lim sup x lim s lim supx :. Dalam hal ini, apabila y lim sup x, berarti untu sebarang bilangan ɛ > terdapat N, sehingga untu setiap berlau x < y + ɛ. Dengan cara yang sama, dibentu t infx : untu setiap N.

9 Limit inferior dari barisan x (x ) didefinisian sebagai lim inf x lim t lim infx :. Dalam hal ini, apabila z lim inf x, berarti untu sebarang bilangan ɛ > terdapat N, sehingga untu setiap berlau z ɛ < x. Definisi 2... Barisan x (x ) disebut barisan Cauchy ia untu setiap ɛ > terdapat H(ɛ) N sehingga untu setiap m n H(ɛ) berlau x m x n < ɛ. Cuup mudah diperlihatan bahwa setiap barisan onvergen merupaan barisan Cauchy. Teorema 2... Barisan x (x ) di sistem bilangan real, onvergen ia dan hanya ia (x ) merupaan barisan Cauchy. Contoh 2..2. (i) Barisan ( +) merupaan barisan Cauchy. (ii) Barisan ( + ( ) ) buan merupaan barisan Cauchy. Kolesi semua barisan dinotasian dengan ω, yaitu ω x (x ) : x R, N. Operasi penumlahan dan peralian salar untu setiap x (x ), y (y ) ω dan α R didefinisian dengan aturan x + y (x ) + (y ) (x + y ), dan αx α(x ) (αx ) untu setiap N. Dalam hal ini, ω merupaan ruang linier (Maddox, 97). Definisi 2..3. Sebarang ruang linier bagian X ω disebut ruang barisan. Beriut ini merupaan salah satu bentu ruang barisan lasi:

(i) Kolesi dari semua barisan terbatas yang ditulis dengan notasi l ; yaitu l x (x ) ω : sup x < N. Dalam hal ini, l disebut ruang barisan terbatas. (ii) Kolesi dari semua barisan onvergen yang ditulis dengan notasi c; yaitu c x (x ) ω : ( a R) x a,. Dalam hal ini, c disebut ruang barisan onvergen. (iii) Kolesi dari semua barisan onvergen e nol yang ditulis dengan notasi c ; yaitu c x (x ) ω : x,. Dalam hal ini, c disebut ruang barisan onvergen e nol. (iv) Kolesi dari semua barisan berhingga ditulis dengan notasi Φ; yaitu Φ x N (x, x, x 2,, x N,,, ) : N N. Dalam hal ini, Φ disebut ruang barisan berhingga. 2.2. Ruang Banach Definisi 2.2.. Diberian ruang linier X. Fungsi : X R disebut norma apabila untu setiap x, y X dan α R, memenuhi sifat-sifat : (N) x, x ia dan hanya ia x, (N2) αx α x, dan (N3) x + y x + y. Ruang linier X yang dilengapi dengan norma disebut ruang bernorma dan ditulis dengan notasi (X, ) atau X saa. Contoh 2.2.2. (i) R n merupaan ruang bernorma terhadap norma p untu p, yaitu:

(a) Jia p, didefinisian x sup x, dan N ( n ) p (b) Jia p <, didefinisian x p x p untu setiap x R n dengan x (x, x 2,, x n ). (ii) Diberian ruang linier C[, ] yang memuat semua fungsi ontinu bernilai real yang didefinisian pada [, ] (Maddox, 97), yaitu C[, ] f. f : [, ] R dan f ontinu Dapat diperlihatan bahwa fungsi : C[, ] R dengan aturan f f(x) dx merupaan suatu norma. Untu itu, diambil sebarang f C[, ]. Diperoleh, f f(x) dx. (N) Selanutnya, diasumsian f, maa f(x) dx. Kemudian, apabila f(x) >, maa f(x) dx >. Oleh arena itu, apabila f f(x) dx, maa f(x) untu setiap x [, ]. Aibatnya, f. Sebalinya, diasumsian f. Berarti, f(x) untu setiap x [, ]. Oleh arena itu, diperoleh f f(x) dx. Jadi, f ia dan hanya ia f. Selanutnya, diambil sebarang salar α R. Diperoleh (N2) αf α αf(x) dx f(x) dx α f. α f(x) dx (N3)

2 Kemudian, diambil sebarang g C[, ]. Diperoleh f + g f(x) + g(x) dx ( f(x) dx + g(x) f(x) + f + g. g(x) dx ) dx (N4) Dari hasil (N), (N2), (N3), dan (N4), diperoleh bahwa C[, ] merupaan ruang bernorma terhadap norma f f(x) dx. Definisi 2.2.3. Barisan x (x ) di dalam ruang bernorma X disebut barisan Cauchy atau barisan fundamental ia untu setiap ɛ > terdapat N sehingga untu setiap berlau x x < ɛ. Teorema 2.2.4. Setiap barisan onvergen di dalam ruang bernorma X merupaan barisan Cauchy. Kebalian dari Teorema 2.2.4 belum tentu berlau (Royden, 2). Hal ini ditunuan oleh contoh beriut: Contoh 2.2.5. Dari Contoh 2.2.2 (ii), diperoleh bahwa ruang C[, ] merupaan ruang bernorma terhadap norma f f(x) dx untu setiap f C[, ]. Selanutnya, didefinisian (f ) C[, ] dengan aturan f (x) x ; untu x < ; untu x untu setiap N. Aan ditunuan bahwa (f ) merupaan barisan Cauchy di dalam ruang bernorma C[, ]. Untu itu, diambil sebarang, N

3 dengan. Diperoleh f f ( ) f (x) f (x) dx f (x) f (x) dx + x x dx + x dx + f (x) f (x) dx + x dx + x dx. dx Dengan menggunaan proses pengintegralan biasa, diperoleh ( ) x dx + x dx 2 x x 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 + 2 2 + 2 2 +. f (x) f (x) dx + x ( x) 2 ( ) ( ) ( 2 ) + 2 2 Selanutnya, untu sebarang bilangan ɛ >, terdapat N sehingga > ɛ. Oleh arena itu, untu setiap, N dengan, diperoleh f f < ɛ. Hal ini menunuan bahwa (f ) C[, ] merupaan barisan Cauchy. Selanutnya, aan diperlihatan bahwa (f ) tida onvergen di dalam ruang bernorma C[, ]. Untu itu, didefinisian fungsi f : [, ] R dengan aturan f(x) ; untu x ; untu < x

4 Oleh arena itu, diperoleh f f f (x) f(x) dx f (x) f(x) dx + x dx + x dx. dx f (x) f(x) dx Dengan menggunaan proses pengintegralan biasa, diperoleh x dx 2 2 x (x ) ( ( 2. ) ) ( ) Karena > untu suatu bilangan ɛ > dan untu suatu ɛ N, maa untu setiap N dengan, diperoleh f f < ɛ. Selanutnya, diambil x. Kemudian, apabila diberian sebarang bilangan ɛ >, berarti terdapat δ > sehingga untu setiap x (, ] dengan x x < δ, diperoleh f(x ) f(x) ɛ. Hal ini menunuan bahwa fungsi f tida ontinu di x. Jadi, f tida ontinu di [, ]. Dengan ata lain, f / C[, ]. Jadi, barisan (f ) tida onvergen di dalam ruang bernorma C[, ]. Definisi 2.2.6. Ruang bernorma diataan bersifat lengap ia untu setiap barisan Cauchy di dalam ruang tersebut bersifat onvergen. Ruang bernorma yang bersifat lengap disebut ruang Banach. Definisi 2.2.7. Ruang Banach X disebut ruang BK (Banach Kantorovich) ia fungsi oordinat p : X R dengan aturan x p (x) x ontinu pada

5 X untu setiap x (x ) X dan setiap N. Contoh 2.2.8. Ruang barisan l, c, dan c masing-masing merupaan ruang BK terhadap norma supremum ; yaitu x sup N x (Kamthan dan Gupta, 98). Definisi 2.2.9. Ruang barisan X dengan X Φ, diataan mempunyai sifat AK(Abschnittsonvergenz) ia X merupaan ruang BK dan x x [n] untu n dan untu setiap x X. Dalam hal ini, untu setiap n N, x [n] didefinisian dengan aturan x [n] n x e []. Ruang barisan X yang mempunyai sifat AK disebut ruang AK. Contoh 2.2.. Ruang barisan c merupaan ruang AK, sedangan ruang barisan c dan l merupaan ruang BK dan buan ruang AK (Wilansy, 984). 2.3. Domain Matris Definisi 2.3.. Diberian ruang barisan X, Y, dan matris ta hingga A (a n ) dengan a n R untu setiap n, N. Fungsi T : X Y dengan aturan x T x Ax disebut transformasi matris. Dalam hal ini, barisan Ax (A n (x)) n Y, dengan A n (x) a n x merupaan deret onvergen untu setiap n N. Barisan e-n dari matris ta hingga A ditulis dengan notasi A n ; yaitu A n (a n ) untu setiap n N. Kolesi semua transformasi matris yang memetaan X e Y ditulis dengan notasi (X, Y ). Oleh arena itu, A (X, Y ) ia dan hanya ia A n (x) onvergen untu setiap n N dan untu setiap x X, dan Ax Y untu setiap x X. Teori transformasi matris erat aitannya dengan arateristi elas (X, Y ). Dengan ata lain, teori transformasi matris berhubungan dengan

6 membentu syarat perlu dan cuup dari entri-entri sebuah matris untu memetaan ruang barisan X e ruang barisan Y. Penelitian tentang transformasi matris pada ruang-ruang barisan lasi telah cuup lengap dilauan para peneliti (Maddox 97; Wilansy 984). Oleh arena itu, para peneliti mengalihan perhatian merea e ruang barisan lain dengan membentu ruang barisan baru. Salah satunya dengan memanfaatan ruang barisan X dan matris ta hingga A yang diberian. Ruang barisan seperti ini disebut domain matris. Definisi 2.3.2. Diberian ruang barisan X dan matris ta hingga A. Himpunan yang didefinisian oleh X A x (x ) ω : Ax X, x X disebut domain matris dari A. 2.4. Ruang Barisan Orlicz Definisi 2.4.. Fungsi Orlicz merupaan sebuah fungsi M : [, ) [, ) yang ontinu, nai, dan onves, dengan M(), M(x) > untu x >, dan M(x) untu x. Fungsi M : [, ) [, ) diataan ontinu di suatu titi c [, ), ia untu sebarang bilangan ɛ > terdapat bilangan δ > sehingga untu setiap x [, ) dengan x c < δ, berlau f(x) f(c) < ɛ. Selanutnya, fungsi M diataan ontinu pada [, ) ia M ontinu di setiap c [, ). Fungsi M : [, ) [, ) diataan nai pada [, ), ia untu setiap x, x 2 [, ) dengan x x 2 berlau M(x ) M(x 2 ). Fungsi M : [, ) [, ) diataan onves pada [, ), ia untu setiap t [, ] dan x, x 2 [, ) berlau ) M (( t)x + tx 2 ( t)m(x ) + tm(x 2 ). Apabila sifat onves dari fungsi Orlicz M diganti dengan M(x+y) M(x)+ M(y), maa fungsi Orlicz M disebut fungsi modulus (Rucle 973; Maddox 986). Fungsi Orlicz M diataan memenuhi ondisi- 2 untu setiap x [, ) ia terdapat onstanta K > sehingga M(2x) KM(x). Selanutnya,

7 Lindenstrauss dan Tzafriri (97) memperenalan ruang barisan yang ditulis dengan notasi l M ; yaitu ( ) x l M x (x ) ω : ( ρ > ) M <. ρ Ruang barisan l M dengan norma beriut, yaitu ( ) x x inf ρ > : M ρ merupaan ruang Banach dan disebut ruang barisan Orlicz. Selanutnya, generalisasi fungsi Orlicz merupaan sebuah fungsi Orlicz dengan sifat diperumum. Dengan ata lain, generalisasi fungsi Orlicz adalah sebuah fungsi M : [, ) [, ) yang bersifat ontinu, nai, dan onves, dengan M() dan M(x) > untu x >.