SIFAT P-KONVEKS PADA RUANG FUNGSI MUSIELAK-ORLICZ TYPE BOCHNER. Yulia Romadiastri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIFAT P-KONVEKS PADA RUANG FUNGSI MUSIELAK-ORLICZ TYPE BOCHNER. Yulia Romadiastri"

Transkripsi

1 Jurnal Matematika Murni dan Terapan εpsilon Vol. 07, No.01, 013, Hal. 1 1 SIFAT P-KONVEKS PADA RUANG FUNGSI MUSIELAK-ORLICZ TYPE BOCHNER Yulia Romadiastri Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang astri hlm@yahoo.co.id Abstract. In this paper, we described about Musielak-Orlicz function spaces of Bochner type. It has been obtained that Musielak-Orlicz function space L φ µ, of Bochner type becomes a Banach space. It is described also about P-convexity of Musielak-Orlicz function space L φ µ, of Bochner type. It is proved that the Musielak-Orlicz function space L φ µ, of Bochner type is P-convex if and only if both spaces L φ and are P-convex. Keywords : Musielak-Orlicz function, Musielak-Orlicz function space of Bochner type, and p-convex 1. Pendahuluan Ruang Orlicz diperkenalkan pertama kali pada tahun 1931 oleh W. Orlicz. Teori ruang Orlicz mempunyai peranan yang sangat penting dan telah banyak diterapkan ke dalam berbagai cabang matematika, salah satunya pada masalah Optimal Control. Pengembangan dan penyempurnaan dari ruang Orlicz sendiri juga mngalami kemajuan yang sangat pesat, salah satunya adalah Musielak dan Orlicz yang mengembangkan suatu ruang fungsi yang dibangkitkan oleh modular yang mempunyai sifat konveks. Dalam hal ini, Ĩφf = φ t, ft T dµ yang merupakan modular konveks membangkitkan ruang fungsi Musielak-Orlicz type Bochner L φ µ, = { f L 0 T, : f L φ }, yang juga merupakan ruang Banach. Sifat kekonvekan pada ruang Banach dan sifat refleksif juga telah banyak dikembangkan oleh banyak matematikawan. Ye Yining, He Miaohong dan R. 1

2 Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. VII, No Hal. 1 1 Pluciennik 1991 di dalam tulisannya yang berjudul P-convexity and reflexivity of Orlicz spaces menyatakan bahwa sifat refleksif dan sifat P-konveks pada ruang Orlicz adalah ekuivalen. Hal yang sama juga terjadi pada ruang fungsi Musielak-Orlicz maupun ruang barisan Musielak-Orlicz..1. Pengertian Dasar. Tinjauan Pustaka Definisi.1. Suatu himpunan tak kosong disebut ruang linier ruang vektor atas lapangan R jika memenuhi L1., + merupakan grup abelian L. Untuk x, y dan α, β R berlaku αx dan αx + y = αx + αy α + βx = αx + βy αβx = αβx 1x = x dengan 1 merupakan elemen satuan pada R Definisi.. Diberikan ruang linier. Fungsi : R disebut norma jika B1. x 0 untk setiap x x = 0 jika dan hanya jika x = 0 B. αx = α x untuk setiap x dan α R B3. x + y x + y untuk setiap x, y Ruang linier yang dilengkapi dengan suatu norma disebut ruang bernorma dan dilambangkan dengan,. Selanjutnya, jika normanya sudah tertentu, maka ruang bernorma cukup ditulis saja. Setiap ruang bernorma, merupakan ruang metrik terhadap dx, y = x y, x, y. Pada pembahasan selanjutnya, ukuran dan integral yang digunakan adalah ukuran dan integral Lebesgue, kecuali disebutkan lain. Definisi.3. Diberikan ruang bernorma,. i. Barisan {x n } dikatakan konvergen ke x jika untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli sehingga untuk bilangan asli n berlaku x n x < ε. Barisan {x n } konvergen ke x dinotasikankan dengan x n x 0, untuk n atau lim n x n = x. ii. Barisan {x n } dikatakan terbatas jika terdapat bilangan M 0 sehingga x n M untuk setiap bilangan asli n.

3 Yulia Romadiastri Sifat P-Konveks Pada Ruang Fungsi 3 iii. Barisan {x n } disebut barisan Cauchy jika untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli dengan sifat untuk setiap dua bilangan asli m.n berlaku x n x m < ε. Teorema.4. Diberikan ruang bernorma,. Jika barisan {x n } konvergen maka {x n } merupakan barisan cauchy. Teorema.5. Diberikan ruang bernorma,. Jika barisan {x n } barisan cauchy maka {x n } terbatas. Akibat.6. Diberikan ruang bernorma,. Jika barisan {x n } konvergen maka {x n } terbatas. Definisi.7. Ruang bernorma, dikatakan lengkap jika setiap barisan cauchy di dalam konvergen. Sedangkan ruang bernorma, disebut ruang Banach jika, lengkap... Ruang Lebesgue Definisi.8. Diberikan himpunan T dan himpunan kuasa T, ditulis T, didefinisikan T = {A : A T }. Keluarga himpunan Σ T disebut aljabar himpunan jika 1. A Σ A c Σ. A, B Σ A B Σ Selanjutnya, Σ T disebut aljabar-σ jika 1. Σ aljabar, dan. A 1, A... Σ A i Σ i Definisi.9. Diberikan f : T R fungsi terukur-µ. Fungsi f dikatakan terintegral Lebesgue terhadap ukuran-µ atau dikatakan terintegral-µ, jika terdapat barisan fungsi sederhana {f n } sehingga f n x fx, h.d. pada x T dan untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan n sehingga f i x f j x µdx < ε untuk setiap i, j n. T Selanjutnya, nilai hingga dari lim f n xµdx disebut integral Lebesgue dari fungsi f dan dinotasikan dengan T n T fxµdx atau T fdµ. Diberikan himpunan terukur. Koleksi semua fungsi terukur-µ dari ke R dinotasikan dengan M. Dengan menggunakan sifat-sifat terukur, dapat ditunjukkan bahwa M merupakan ruang linear. Untuk 1 p <, didefinisikan L p = {f M f p dµ < }. Dengan kata lain, L p merupakan koleksi semua fungsi terukur f M, sehingga f p terintegral-µ pada.

4 4 Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. VII, No Hal. 1 1 Diberikan fungsi f bernilai riil diperluas pada himpunan terukur. Bilangan real M dikatakan batas essensial untuk fungsi f jika fx M h.d pada. Fungsi f dikatakan terbatas essensial jika f mempunyai batas essensial. Dengan kata lain, fungsi f terbatas essensial pada jika f terbatas, kecuali pada himpunan dengan ukuran nol. Selanjutnya, supremum essensial f pada E didefinisikan sebagai esssup { fx : x } = M A, µa = 0 sup{ fx : x A} = M. Himpunan semua fungsi terukur yang terbatas essensial pada didefinisikan sebagai L, dengan L = {f : esssup { fx : x } < } Dapat ditunjukkan bahwa L p dengan 1 p <, merupakan ruang linear. Ruang L p, dengan 1 p < disebut ruang Lebesgue Umum..3. Ruang Bermodular Definisi.10. Diberikan sebarang ruang linier T atas lapangan R. Fungsi non negatif ρ : T [0, disebut modular pada T jika untuk setiap x, y T berlaku: M1 ρx = 0 x = θ M ρ x = ρx M3 ραx + βy ρx + ρy jika α, β [0, 1] dengan α + β = 1 Ruang linier T yang dilengkapi dengan suatu modular disebut ruang modular dan dilambangkan dengan T, ρ Suatu B Y, dengan Y ruang linier, disebut himpunan konveks jika untuk setiap x, y B dan α, β [0, 1] dengan α + β = 1, berlaku αx + βy B. Fungsi f : B R dikatakan konveks, jika B konveks dan untuk setiap x, y B dan α, β [0, 1] dengan α + β = 1, berlaku fαx + βy αfx + βfy. Selanjutnya, modular ρ dikatakan memenuhi sifat konveks jika ρ merupakan fungsi konveks. Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksud modular adalah modular yang memenuhi sifat konveks, kecuali bila dinyatakan lain. Teorema.11. i Jika α 1, α R denga < α 1 α maka ρα 1 x ρα x untuk setiap x. ii Jika ρx < ε untuk setiap ε > 0, maka x = θ 3. Ruang Fungsi Musielak-Orlicz type Bochner 3.1. Ruang Fungsi Musielak-Orlicz type Bochner Definisi 3.1. Diberikan sebarang ruang linier T. Fungsi φ : T R [0, disebut fungsi Musielak - Orlicz jika:

5 Yulia Romadiastri Sifat P-Konveks Pada Ruang Fungsi 5 1. φt, u = 0 u = 0 untuk setiap t T. φt, u = φt, u 3. φt, fungsi kontinu 4. φt, tak naik pada 0, 5. φ, u terukur untuk setiap u R 6. φt, konveks 7. φt,u u 0 jika u 0 pada T Untuk fungsi Musielak-Orlicz φ, didefinisikan fungsi I φ : L 0 [0, dengan I φ f = φ t, ft dµ untuk setiap f L 0. Dapat ditunjukkan bahwa fungsi I φ T merupakan modular konveks. Kemudian, didefinisikan ruang fungsi Musielak-Orlicz L φ, dengan L φ = { f L 0 : I φ cf < untuk suatu c > 0 } Dapat ditunjukkan bahwa ruang fungsi Musielak-Orlicz L φ merupakan ruang linear. Fungsi Musielak-Orlicz φ dan ψ dikatakan saling berkomplemen jika xy φx + ψy untuk setiap x, y R. Selanjutnya, untuk setiap fungsi Musielak-Orlicz φ, didefinisikan fungsi φ : T R [0,, dengan φ t, v = sup {u v φt, u}, untuk setiap v R dan t T. u>0 Dapat ditunjukkan bahwa fungsi φ juga merupakan fungsi Musielak-Orlicz. Definisi 3.. Fungsi Musielak - Orlicz φ dikatakan memenuhi kondisi-, ditulis φ, jika terdapat konstanta k > 0 dan u 0 0 sehingga φt, u kφt, u, untuk setiap t T dan u u 0. Selanjutnya, didefinisikan suatu fungsi Ĩφ : L 0 T, 0,, dengan Ĩ φ f = φt, ft dµ untuk setiap f L 0 T, T Dapat ditunjukkan bahwa fungsi Ĩφ merupakan modular. Untuk fungsi Musielak-Orlicz φ, didefinisikan L φ µ, = {f L 0 T, : f L φ }. Dapat ditunjukkan bahwa L φ µ, merupakan ruang linear. Didefinisikan : L φ µ, R, dengan f = f φ, untuk setiap f L φ µ,. Dapat ditunjukkan bahwa L φ µ,, merupakan ruang bernorma. Teorema 3.3. Ruang bernorma L φ µ,, merupakan ruang Banach. Selanjutnya, ruang fungsi L φ µ,, disebut ruang fungsi Musielak - Orlicz type Bochner.

6 6 Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. VII, No Hal Sifat P-konveks pada Ruang Fungsi Musielak-Orlicz Type Bochner Definisi 3.4. Diberikan ruang bernorma,. Himpunan S = {x : x = 1} disebut luasan dengan pusat O dan himpunan S = {x : x 1} disebut bola satuan tertutup. Definisi 3.5. Ruang Banach disebut refleksif jika untuk suatu ε > 0 terdapat δ sehingga x y < ε, untuk x, y U dengan 1 x + y > 1 δ. Definisi 3.6. Ruang linear bernorma dikatakan P-konveks, jika terdapat ε > 0 dan n N sehingga untuk setiap x 1, x,..., x n S, berlaku min x i x j 1 ε. i j,i,jn Lemma 3.7. Ruang Banach P-konveks jika dan hanya jika terdapat N dan δ > 0 sehingga untuk setiap x 1, x,..., x n {0} terdapat bilangan bulat i 0, j 0 sehingga berlaku x i0 x j0 x i 0 + x j0 1 δ 0 min{ x i0, x j0 } x i0 + x j0 0 Teorema 3.8. Untuk setiap fungsi Musielak-Orlicz φ berlaku, jika φ δ maka untuk sebarang a > 1 terdapat ξ > 1 sehingga φ t, ξ u ξ 1 φt, u untuk setiap u R, t T. a a Lemma 3.9. Diketahui φ dan φ memenuhi kondisi. Untuk setiap ε 0, 1 terdapat fungsi terukur h ε : T R + dengan I φ h ε < ε, bilangan aε 0, 1 dan γ = γaε 0, 1 sedemikian sehingga µ untuk h.d. t T berlaku φ t, v 1 γ φt, u + φt, v untuk setiap u h εt dan v u < a. Lemma Jika φ, maka untuk setiap ε 0, 1 terdapat barisan tak naik dari himpunan-himpunan terukur yang berukuran hingga {Bm}, α sehingga µ T = 0 dan untuk setiap m N terdapat km α > sehingga Bm α m=1 φt, u k α mφt, u untuk µ h.d., t B α m dan untuk setiap u αft, dimana f dari kondisi. Lemma Jika φ, maka untuk setiap ε 0, 1 terdapat fungsi terukur g ε : T R + dan k ε > sehingga I ε g ε < ε dan φt, u k ε φt, u untuk µ h.d., t T, dan u g ε t. Teorema 3.1. Jika ruang Banach P-konveks, maka refleksif. Teorema Diketahui φ fungsi Musielak-Orlicz dan ruang Banach. pernyataan-pernyataan berikut ekuivalen: Maka a. L φ µ, P-konveks b. L φ dan P-Konveks c. L φ refleksif dan P-Konveks

7 Yulia Romadiastri Sifat P-Konveks Pada Ruang Fungsi 7 d. P-konveks, φ dan φ Bukti. a b Diketahui L φ µ, P-konveks. Karena ruang L φ dan embedded isometrically terhadap L φ µ, dan sifat P-konveks juga berlaku pada subruang, maka diperoleh L φ dan P-konveks. b c Diketahui L φ dan P-konveks. Menurut teorema 3.1, diperoleh L φ refleksif. c d Sifat refleksif pada ruang fungsi Musielak-Orlicz L φ ekuivalen dengan φ dan φ. d a Diketahui P-konveks, φ dan φ. Dapat dipilih N. Kemudian, untuk setiap t T didefinisikan ft = max { h 1 4 t, g 1 4 t }, dimana fungsi h 1 dan g 1 adalah fungsi terukur dengan ε = Akibatnya, I φ f < 1. Dipilih α = a. Karena φ maka diperoleh I 1 φ f <. Dipilih himpunan α B a m 0 sehingga memenuhi T \B a m 0 φ t, ft a dµ < 1. Dipilih l N sehingga 1 a l. Terdapat bilangan k a m 0 > sehingga φ t, 1 a v k a m 0 l φt, v untuk µ h.d t B a m0, ketika v aft. Kemudian, dipilih v a = u dan 1 k a m 0 l = βa, m 0 = β m0. Diperoleh φt, au β m0 φt, u, untuk µ-h.d t B a m 0, dan untuk setiap u ft. Selanjutnya, didapat φ t, 1 a v k ε l φt, v untuk µ-h.d t T, dan v ft, dimana k ε = k 1 4. Dengan cara yang sama, diperoleh φt, au βφt, u, untuk µ-h.d t T,dan untuk setiap u ft a. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa terdapat bilangan r 1 0, 1 sehingga untuk setiap x 1, x,..., x n0 anggota ruang Banach dan untuk µh.d.t T diperoleh φ t, x i x j 1 φt, x i, r 1 dengan T M = { t T : max { x i } ft 11n a 0 }. Diambil x 1, x,..., x n0. Misal k adalah indeks sehingga x k = max 1in0 { x i }. I. Dimisalkan terdapat i i {1,, 3..., }\{k} sehingga x i 1 ft a > ft untuk µ, h.d.t T M, maka diperoleh φ t, x i1 x k φ t, x i 1 + x k x k < a. Karena x k 1 1 γ φ t, x i 1 + φ t, x k. Berdasarkan sifat kekonveksan dari φt, untuk µ h.d.t T, diperoleh

8 8 Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. VII, No Hal. 1 1 φt, x i x j 1 φt, x i γ φ t, x i 1 +φ t, x k 1 φt, x i γ φ φ t, x k 1 φt, x i γ φt, x i n 0 = n 0 1 γ n0 1 φt, x i 1 untuk µ h.d.t T M II. Diasumsikan bahwa untuk semua i k berlaku x i 1 x k a. Maka x i > 0, untuk setiap i k. Dapat diambil i 0, j 0. Dan diasumsikan bahwa a < x i 1 x j0 1. a Di lain pihak, dipunyai a > x i 1 x j0 min{ x i 0, x j0 } max{ x i0, x j0 } min{ x i 0, x j0 } x k Sehingga kontradiksi. Selanjutnya, diperoleh x i0 x j0 1 δa 1 + a x i0 + x j0. Berdasarkan sifat kekonveksan dari φt, untuk µ h.d.t T, diperoleh φ t, x i0 x j0 1 1 α φt, x i 0 + φt, x j0

9 Yulia Romadiastri Sifat P-Konveks Pada Ruang Fungsi 9 dengan α = δa 1+a φ t, 0, 1. Akibatnya, diperoleh x i x j { = max 1 1 α φ t, x j = 1 Didefinisikan r 1, 1 1 bilangan r 0, 1 sehingga berlaku γ φt, x i α φ t, x i 0 φt, x i αφ t, a x k φt, x i αβ φ x k φt, x i αβ φt, x i αβ n0 1 1 untuk µ.h.d.t T M } αβ 1 φ t, x i x j φt, x i. Maka dapat ditentukan 1 r φt, x i untuk setiap x 1, x,..., x n0 anggota ruang Banach dan untuk µ h.d.t B a m 0 memenuhi max 1i { x i } ft. Maka terbukti benar dengan { γ r = max 1 1, 1 αβ } m 0. 1 Diambil f 1, f,..., f n0 SL φ µ, dan didefinisikan E = {t T : φt, f i t } φt, ft Jelas bahwa max { f i t } ft untuk setiap t E. Selanjutnya himpunan E 1i dibagi menjadi dua himpunan bagian berikut: E 1 = {t T : max { f i t } ft } 1in a 0, dan E = {t T : max { f i t } < ft }. Didefinisikan himpunan E 1in a 1 dan E 0 sebagai berikut E 1 = E Bm a 0, dan E = E \Bm a 0. Diperoleh, φ t, f it f j t 1 n0 n0 n 0 φt, f i t, untuk µ-h.d. t E 1 E, dengan r = max{r 1, r }. Jelas bahwa r 0, 1. Selanjutnya, dari definisi himpunan

10 10 Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. VII, No Hal. 1 1 E dan fungsi f, diperoleh Diperoleh Ĩ φ f i χ E = Ĩ φ f i χ T \E < 1. Diambil t E, maka diperoleh < Ĩ φ f i χ = T \E1 E 1 E \B a m 0 φt, f i t dµ φt, max f i t E \Bm a 1i 0 φ t, ft dµ E \B a m a 0 φ t, ft dµ < 1 T \B a m a 0 Ĩ φ f i χ T \E + Ĩ φ f i χ E < 1. Karena f i = 1 untuk i = 1,,..., n dan φ, maka Ĩφf i = 1 untuk i = 1,,...,. Akibatnya, Ĩ φ f i χ E1 E 1 1. Diperoleh j=1 1 Ĩ φ f i f j = = 1 Ĩ φ f i f j χ T \E1 E 1 j=1 1 + Ĩ φ f i f j χ E1 E 1 1 n0 j=1 n0 Ĩ φ f i χ T \E1 E 1 n0 + r n0 Ĩ φ fi χ E1 E 1 1 [ n0 ] Ĩ φ f i Ĩ φ fi χ E1 E 1 n0 + r n0 Ĩ φ fi χ E1 E 1 [ n0 1 1 r ] Ĩ φ fi χ n E1 E 1 0 n0 1 1 rn 0 1 n0 dengan p = 1 r. 1 p Jadi, terdapat i 1, j 1 {1,,..., } sehingga Ĩφ 1 f i 1 f j1 1 p. Akibatnya,

11 Yulia Romadiastri Sifat P-Konveks Pada Ruang Fungsi 11 karena φ, diperoleh 1 f i 1 f j1 1 qp, denga < qp < 1. Diperoleh bahwa ruang L φ µ, P-konveks. 4. Penutup Di dalam pembahasan telah dibuktikan bahwa I φ = φt, ftdµ merupakan T modular konveks. Modular ini membangkitkan ruang fungsi Musielak-Orlicz L φ = {f L 0 : I φ cf < untuk c > 0}. Selanjutnya, untuk setiap fungsi Musielak - Orlicz φ, didefinisikan fungsi φ t, v = sup{u v φt, u}, yang juga merupakan fungsi Musielaku>0 Orlicz dan fungsi φ disebut fungsi komplemen dari φ. Selanjutnya telah ditunjukkan pula bahwa Ĩφ = φt, ft dµ merupakan modular. Modular ini membangkitkan T ruang fungsi Musielak-Orlicz type Bochner L φ µ, = {f L 0 T, : f L φ }. Lebih lanjut, L φ µ, merupakan ruang Banach terhadap f = f φ untuk setiap f L φ µ,. Dalam kaitannya dengan sifat P-konveks, ditemukan bahwa ruang fungsi Musielak-Orlicz L φ µ, type Bochner P-konveks jika dan hanya jika ruang L φ dan keduanya P-konveks. Selanjutnya, juga diperoleh bahwa sifat refleksifitas pada ruang L φ µ, ekuivalen dengan sifat P-konveks. Daftar Pustaka [1] Giesy, Daniel P., 1966, On a Convexity Condition in Normed Linear Spaces. Transactions of the American Mathematical Society Vol. 15 No. 1, , AMS. [] Hudzik, H.,Kaminska, A, Kurc, W., 1987, Uniformly non-ln Musielak-Orlicz Spaces, Bull. Acad. Polon. Sci. Math., 35, 7-8, [3] Hudzik, H. and Chen, S., 1988, On Some Convexities of Orlicz and Orlicz-Bochner Spaces, Comment. Math., Univ. Carolinae 09 No. 1, [4] Kolwicz, P. and Pluciennik, R., 1998, P-convexity of Musielak-Orlicz Function Spaces of Bochner Type, Revista Matematica Complutense Vol. 11 No. 1. [5] Kolwicz, P. and Pluciennik, R., 1995, On P-convex Musielak-Orlicz Spaces, Comment. Math., Univ. Carolinae 36, [6] Kolwicz, P. and Pluciennik, R., P-convexity of Bochner-Orlicz Spaces, Proc. Amer. Math. Soc., [7] Kolwicz, P. and Pluciennik, R., 1997, P-convexity of Musielak-Orlicz Sequence Spaces of Bochner Type, Collect. Math., [8] Orlicz, W, 199, Linear Functional Analysis, World Scientific, London. [9] Royden, H.L., 1989, Real Analysis, MacMillan Publishing Company, New York.

12 1 Jurnal Matematika Murni dan Terapan, Vol. VII, No Hal. 1 1 [10] Suparno, 008, Ruang Bermodular Orlicz, Tesis, Yogyakarta.

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni, S.Si., M.Pd Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmail.com ABSTRAK Info: Jurnal MSA Vol. 2 No. 1 Edisi: Januari Juni

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1 FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, 117 132 KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU Malahayati 1 1 Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA Mila Apriliani Utari, Encum Sumiaty, Sumanang Muchtar Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia *Coresponding

Lebih terperinci

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT Herry P. Suryawan 1 Geometri Ruang Hilbert Definisi 1.1 Ruang vektor kompleks V disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi (.,.) : V V C sehingga untuk setiap x, y, z

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 49-56 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Arta Ekayanti Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jl. Budi

Lebih terperinci

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH Nur Aeni Prodi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM nuraeniayatullah@gmailcom Info: Jurnal MSA Vol 3 No 1 Edisi: Januari

Lebih terperinci

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks 0. Pendahuluan Analisis Fourier mempelajari berbagai teknik menganalisis sebuah fungsi dengan menguraikannya sebagai deret atau integral fungsi tertentu (yang sifat-sifatnya telah kita kenal dengan baik,

Lebih terperinci

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real Lina urhayati, Universitas Sanggabuana nurhayati_lina@yahoo.co.id Abstrak Misalkan P suatu operator superposisi terbatas dan T adalah

Lebih terperinci

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS Muslim Ansori *,Tiryono 2, Suharsono S 2,Dorrah Azis 2 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung,2 Jln. Soemantri Brodjonegoro No Bandar Lampung email: ansomath@yahoo.com

Lebih terperinci

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 37 45 Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya Sadjidon Jurusan Matematia Institut Tenologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar Teorema Titik Tetap di Ruang Norm- Standar Muh. Nur Universitas Hasanuddin Abstract Pada tulisan ini, akan dipelajari ruang norm- standar, yakni ruang hasil kali dalam yang dilengkapi dengan norm- standar.

Lebih terperinci

EKSISTENSI SELEKTOR TERUKUR PADA FUNGSI BERNILAI HIMPUNAN DI DALAM RUANG BANACH TAK SEPARABEL

EKSISTENSI SELEKTOR TERUKUR PADA FUNGSI BERNILAI HIMPUNAN DI DALAM RUANG BANACH TAK SEPARABEL JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal. 51-58 EKSISTENSI SELEKTOR TERUKUR PADA FUNGSI BERNILAI HIMPUNAN DI DALAM RUANG BANACH TAK SEPARABEL Mohamad Muslikh Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF Agung Anggoro, Siti Fatimah 1, Encum Sumiaty 2 Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: agung.anggoro@student.upi.edu ABSTRAK. Misalkan

Lebih terperinci

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga Jurnal Matematika Integratif. Vol. 3, No. 2 (207), pp. 95 04. p-issn:42-684, e-issn:2549-903 doi:0.2498/jmi.v3.n2.986.95-04 Ruang Norm-n Berdimensi Hingga Moh. Januar Ismail Burhan Jurusan Matematika dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n Jurnal Matematika, Statistika,& Komputasi Vol.... No... 20... Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n Meriam, Naimah Aris 2, Muh Nur 3 Abstrak Rumusan norm-n pada l merupakan perumuman dari rumusan norm-n

Lebih terperinci

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi

BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN. Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi BAB V KEKONVERGENAN BARISAN PADA DAN KETERKAITAN DENGAN Pada subbab 4.1 telah dibahas beberapa sifat dasar yang berlaku pada koleksi semua fungsi yang terintegralkan Lebesgue, 1. Sebagaimana telah dirumuskan

Lebih terperinci

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak. BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF Oleh: Rindang Kasih Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNIVET Sukoharjo Jl. Letjend Sujono Humardani No.1 Kampus Jombor Sukoharjo, e-mail: Rindang_k@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH BAB III KEKONVERGENAN LEMAH Bab ini membahas inti kajian tugas akhir. Di dalamnya akan dibahas mengenai kekonvergenan lemah beserta sifat-sifat yang terkait dengannya. Sifatsifat yang dikaji pada bab ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor, II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor, ruang Bernorm dan ruang Banach, ruang barisan, operator linear (transformasi linear) serta teorema-teorema

Lebih terperinci

BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU

BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60 Abstract. Let g [0 ] [0] is piecewise continuous monotone

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemetaan linear merupakan salah satu jenis pemetaan yang dikenal dalam bidang matematika, khususnya dalam bidang matematika analisis. Diberikan ruang vektor

Lebih terperinci

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1 An-2 1. PENDAHULUAN Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah membahas tentang integral Lebesgue

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang BAB 3 KONDISI SPECTRUM Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang diperoleh berdasarkan penjelasan - penjelasan yang telah dipaparkan pada bab - bab sebelumnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu matematika merupakan suatu ilmu dasar yang terus berkembang dan banyak digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu cabang ilmu matematika yang mengalami

Lebih terperinci

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA Jurnal Matematika Murni dan Teraan εsilon Vol. 07, No.01, 013), Hal. 13 0 KAJIAN KONSEP RUANG NORMA- DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA Wahidah 1 dan Moch. Idris 1, Program Studi Matematika

Lebih terperinci

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) A-59 Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap pada Ruang b-metrik Cahyaningrum Rahmasari, Sunarsini, dan Sadjidon Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI Bab ini membahas tentang fungsi uji dan distribusi di mana ruang yang memuat keduanya secara berturut-turut dinamakan ruang fungsi uji dan ruang distribusi. Ruang fungsi

Lebih terperinci

KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275

KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275 KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [,] Abdul Aziz 1, YD. Sumanto 2 1,2 Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang,

Lebih terperinci

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 1 Hal. 42 51 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE DEBI OKTIA HARYENI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n] BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real yang didefinisikan pada himpunan N = 0, 1, 2,.... Dengan kata lain, barisan bilangan real adalah suatu fungsi

Lebih terperinci

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstract. In this paper was discussed about Nadlr fixed

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,

Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3, Analisis Real Johan Matheus Tuwankotta December 3, 200 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 0, Bandung, Indonesia. mailto:theo@dns.math.itb.ac.id 2 Daftar Isi Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Dalam ilmu matematika, khususnya dalam bidang analisis dikenal berbagai macam ruang, salah satunya adalah ruang metrik. Ruang metrik merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori titik tetap merupakan teori matematika yang sering digunakan untuk menjamin eksistensi solusi masalah nilai awal dan syarat batas persamaan diferensial

Lebih terperinci

TOPOLOGI RUANG LINEAR

TOPOLOGI RUANG LINEAR TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo e-mail: kurniasih.nila@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh BAB III INTEGRAL LEBESGUE Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh fungsi-fungsi terukur dan memenuhi sifat yang berkaitan dengan integral Lebesgue. Kajian mengenai keterukuran suatu

Lebih terperinci

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI YOUNG DAN KOMPLEMEN YOUNG

BAB III FUNGSI YOUNG DAN KOMPLEMEN YOUNG BAB III FUNGSI YOUNG DAN KOMPLEMEN YOUNG Pada bab ini, dibahas tentang definisi fungsi Young dengan domain real diperluas dan komplemennya. Sebelumnya, dalam studi deret Fourier, W. H. Young telah menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral merupakan salah satu konsep penting dalam matematika dan banyak aplikasinya. Dalam kehidupan sehari-hari integral dapat diaplikasikan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann. Sebagaimana telah diketahui, pengkonstruksian integral Riemann dilakukan dengan cara pemartisian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSATAKA

II. TINJAUAN PUSATAKA 4 II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Operator Definisi 2.1.1 (Kreyszig, 1989) Suatu pemetaan pada ruang vektor khususnya ruang bernorma disebut operator. Definisi 2.1.2 (Kreyszig, 1989) Diberikan ruang Bernorm

Lebih terperinci

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424,

Lebih terperinci

Sifat-sifat Ruang Banach

Sifat-sifat Ruang Banach Vol. 11, No. 2, 115-121, Januari 2015 Sifat-sifat Ruang Banach Muhammad Zakir Abstrak Tulisan ini membahas tentang himpunan operator (pemetaan) linier dari ruang vektor ke ruang vektor yang dilambangkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab BAB III PEMBAHASAN Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab C. Sub-bab A menjelaskan mengenai konsep dasar C[a, b] sebagai ruang vektor beserta contohnya. Sub-bab B

Lebih terperinci

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik Oleh : Iswanti 1, Soeparna Darmawijaya 2 Iswanti, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang, Semarang, Jawa

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

Lemma Henstock untuk Suatu Fungsi Bernilai Vektor di dalam Ruang Metrik Kompak Lokal

Lemma Henstock untuk Suatu Fungsi Bernilai Vektor di dalam Ruang Metrik Kompak Lokal 22 ISSN 2302-7290 Vol. 2 No. 1, Oktober 2013 Lemma Henstock untuk Suatu Fungsi Bernilai Vektor di dalam Ruang Metrik Kompak Lokal (The Henstock Lemma of a Vector Valued Function in a Locally Compact Metric

Lebih terperinci

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ RUANG LIPSCHITZ Muhammad Rifqi Agustian 1), Rizky Rosjanuardi 2), Endang Cahya 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: Muhammadrifqyagustian@yahoo.co.id ABSTRAK. Diberikan ruang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI ( ) =

II. LANDASAN TEORI ( ) = II. LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Definisi 2.1.1 Fungsi Bernilai Real Fungsi bernilai real adalah fungsi yang domain dan rangenya adalah himpunan bagian dari real. Definisi 2.1.2 Limit Fungsi Jika adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada Bab II, selanjutnya pada bab ini akan dipelajari gagasan mengenai fungsi terukur Lebesgue. Gagasan mengenai

Lebih terperinci

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI- JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI- Hajar Grestika Murti, Erna Apriliani, Sunarsini Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol 9 No 2, Oktober 2013 pp 53-57 Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut Badrulfalah dan Iin Irianingsih Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Integral McShane fungsi-fungsi bernilai real

Lebih terperinci

ISSN: X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH

ISSN: X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH ISSN: 2088-687X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH Febi Sanjaya Program Studi Pendidikan Matematika FKIP USD Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, febi@usdacid ABSTRAK Konsep hasil kali

Lebih terperinci

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Pada umumnya suatu teorema mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert BAB 2 RUANG HILBERT Pokok pembicaraan kita dalam tugas akhir ini berpangkal pada teori ruang Hilbert. Untuk itu di bab ini akan diberikan definisi ruang Hilbert dan ciri-cirinya, separabilitas ruang Hilbert,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan di berbagai bidang. Teori titik tetap merupakan salah satu cabang dalam ilmu matematika, khususnya matematika

Lebih terperinci

BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ

BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ BAB V DUALITAS RUANG ORLICZ Karena ketaksamaan Holder yang telah dipelajari pada bab sebelumnya, Untuk sembarang h L θ, kita dapat mendefinisikan suatu fungsional linear kontinu l h yang memetakan L θ

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada BAB II DASAR TEORI Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada pembahasan BAB III, mulai dari definisi sampai sifat-sifat yang merupakan konsep dasar untuk mempelajari Fungsi

Lebih terperinci

BEBERAPA KONSEP ORTOGONALITAS DI RUANG NORM

BEBERAPA KONSEP ORTOGONALITAS DI RUANG NORM Final Draft 1 Desember 2005 BEBERAPA KONSEP ORTOGONALITAS DI RUANG NORM Hendra Gunawan, Nursupiamin, dan Eder Kikianty Ortogonalitas merupakan salah satu konsep penting di ruang hasilkali dalam. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007 ANALISIS NUMERIK LANJUT Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007 BAB I. RUANG LINEAR Pelajari definisi dan contoh: ruang linear (hal. 1-3); subruang (hal. 3); kombinasi linear (hal. 4); bebas/bergantung linear

Lebih terperinci

FUNGSIONAL LINEAR-2 DALAM RUANG NORM-2 2-LINEAR FUNCTIONALS IN 2-NORMED SPACE

FUNGSIONAL LINEAR-2 DALAM RUANG NORM-2 2-LINEAR FUNCTIONALS IN 2-NORMED SPACE Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 016 Volume 10 Nomor 1 Hal. 1 7 FUNGSIONAL LINEAR- DALAM RUANG NORM- Harmanus Batkunde 1, Meilin I. Tilukay dan F. Y. Rumlawang 3 1,,3 Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu struktur aljabar yang harus dikuasai oleh seorang matematikawan adalah grup yaitu suatu himpunan tak kosong G yang dilengkapi dengan satu operasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diberikan beberapa materi yang akan diperlukan di dalam pembahasan, seperti: matriks secara umum; matriks yang dipartisi; matriks tereduksi dan taktereduksi; matriks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan merupakan hal yang mengalami perkembangan secara terus-menerus. Diantaranya teori integral yaitu ilmu bidang matematika analisis yang

Lebih terperinci

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach Badrulfalah 1,Khafsah Joebaedi 2 1 Departemen Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran badrulfalah@gmail.com 2 Departemen Matematika

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE Mohammad Mahfuzh Shiddiq 1 1) Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Abstract Meir and Keeler introduced type of contraction

Lebih terperinci

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua

Nilai mutlak pada definisi tersebut di interpretasikan untuk mengukur jarak dua II. LANDASAN TEORI 2.1 Limit Fungsi Definisi 2.1.1(Edwin J, 1987) Misalkan I interval terbuka pada R dan f: I R fungsi bernilai real. Secara matematis ditulis lim f(x) = l untuk suatu a I, yaitu nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu matematika, banyak pembahasan di bidang analisis dan topologi yang memerlukan pengertian ruang Hilbert. Ruang Hilbert merupakan konsep abstrak yang mendasari

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta FOURIER Oktober 014, Vol. 3 No., 146 166 KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE A. Rifqi Bahtiar 1, Muchammad Abrori, Malahayati 3 1,, 3 Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga

Lebih terperinci

9. Teori Aproksimasi

9. Teori Aproksimasi 44 Hendra Gunawan 9 Teori Aproksimasi Mulai bab ini tema kita adalah aproksimasi fungsi dan interpolasi Diberikan sebuah fungsi f, baik secara utuh ataupun hanya beberapilai di titik-titik tertentu saja,

Lebih terperinci

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real 5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real Sifat aljabar dan sifat urutan bilangan real telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya, akan dijelaskan sifat kelengkapan bilangan real. Bilangan rasional ℚ juga memenuhi

Lebih terperinci

SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS

SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya. Jurusan Matematika, FMIPA UM. 13 Agustus 016 SIFAT KELENGKAPAN RUANG METRIK BERNILAI KOMPLEKS Dahliatul Hasanah FMIPA Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

16. Analisis Multi Resolusi

16. Analisis Multi Resolusi 16. Analisis Multi esolusi Esensi dari basis ortonormal yang dibangun oleh sebuah wavelet adalah sifat multi resolusi-nya, sehingga kita dapat menganalisis suatu signal pada berbagai frekuensi di suatu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

BAB 3 PRODUK SILANG DAN PENDAHULUAN ALJABAR TOEPLITZ

BAB 3 PRODUK SILANG DAN PENDAHULUAN ALJABAR TOEPLITZ BAB 3 PRODUK SILANG DAN PENDAHULUAN ALJABAR TOEPLITZ Pada bab ini diberikan salah satu konsep aljabar-c yaitu produk silang dari suatu sistem dinamik. Selanjutnya dibahas beberapa konsep aljabar Toeplitz

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS

ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS SAGITA CHAROLINA SIHOMBING 1006786266 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penulisan, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan skirpsi ini. 1.1.

Lebih terperinci

KETAKSAMAAN OLSEN UNTUK OPERATOR RIESZ YANG DIPERUMUM. Oleh. Hendra Gunawan* dan Yudi Soeharyadi. Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia

KETAKSAMAAN OLSEN UNTUK OPERATOR RIESZ YANG DIPERUMUM. Oleh. Hendra Gunawan* dan Yudi Soeharyadi. Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia KETAKSAMAAN OLSEN UNTUK OPERATOR RIESZ YANG DIPERUMUM Oleh Hendra Gunawan* dan Yudi Soeharyadi Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika XIII, di

Lebih terperinci

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika (JMP) Vol. 9 No. 2, Desember 2017, hal. 1-10 ISSN (Cetak) : 2085-1456; ISSN (Online) : 2550-0422; https://jmpunsoed.com/ PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Vol 12, No 2, 153-159, Januari 2016 Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Firman Abstrak Misalkan adalah operator linier dengan adalah ruang Hilbert Pada operator linier dikenal istilah

Lebih terperinci

HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY

HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY ISSN : 1978-4422 HOMOMORFISMA DARI LEVEL SUBNEAR-RING FUZZY Saman Adurrahman Hal. 1-5 PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT Mariatul Kiftiah Hal. 6-14 PEMBENTUKAN FUNGSI PELUANG

Lebih terperinci

KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN

KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN Idha Sihwaningrum Jurusan Matematika FMIPA Unsoed Email: idha.sihwaningrum@unsoed.ac.id Abstrak Pada

Lebih terperinci

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral

Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Analisis Real A: Teori Ukuran dan Integral Johan Matheus Tuwankotta 1 February 2, 2012 1 Departemen Matematika, FMIPA, Institut Teknologi Bandung, jl. Ganesha no. 10, Bandung, Indonesia. mailto:theo@math.itb.ac.id

Lebih terperinci

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo Abstrak Penulisan ini bertujuan menyelidiki sifat-sifat yang berlaku di dalam topologi

Lebih terperinci

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK 3. Perumusan Penduga Misalkan N adalah proses Poisson non-homogen pada interval 0, dengan fungsi intensitas yang tidak diketahui. Fungsi intensitas

Lebih terperinci

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1 Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika dilengkapi dengan suatu norma., maka dikenal bahwa suatu ruang vektor bernorma. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan penting dalam berbagai bidang. Salah satu cabang ilmu matematika yang banyak diperbincangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian ada Bab III dan Bab IV maka daat disimulkan sebagai berikut 1. Keluarga emetaan K C,δ (R, R) dan L C,δ (R, R) adalah beberaa bentuk keluarga emetaan demi linear dari

Lebih terperinci

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE

INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE INTEGRAL RIEMANN-LEBESGUE Ikram Hamid Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Khairun ABSTRACT In this paper, we discuss a Riemann-type

Lebih terperinci

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Integral pada A - 3 yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi Arta Ekayanti dan Ch. Rini Indrati. FMIPA Universitas Gadjah Mada arta_ekayanti@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Ditinjau dari bidang ilmu pengetahuan, teori persamaan diferensial merupakan suatu cabang analisis matematika yang banyak dipakai dalam kehidupan nyata,

Lebih terperinci