KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 212

2 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

3 Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 29 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 2 Tahun 28 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA di dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 22, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 27 materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pelaku dunia usaha dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, November 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I - SULAMPUA Mahmud Direktur Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank iv Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. IV-211 ~5 BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ Permintaan Daerah ~ Investasi ~ Konsumsi ~ Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) ~ Penawaran Daerah (Sektoral) ~ Sektor Pertanian ~ Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ Sektor Industri Pengolahan ~ Sektor Angkutan-Komunikasi ~ Sektor Konstruksi ~ Sektor Jasa-jasa ~ Sektor Listrik-Gas-Air ~ Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 24 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ Perkembangan Inflasi ~ Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ Inflasi Berdasarkan Kota ~ Disagregasi Inflasi ~ Pemantauan Inflasi oleh KPw BI Wilayah I ~ 38 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 43 A. Perbankan~ 43 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III v

6 3.1. Kondisi Umum ~ Perkembangan Kelembagaan ~ Perkembangan Aset Perbankan ~ Intermediasi Perbankan ~ Perkembangan Dana Masyarakat ~ Penyaluran Kredit ~ Kredit UMKM ~ Perbankan Syariah ~ Perbankan BPR ~ 49 B. Sistem Pembayaran~ Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ Perkembangan Temuan Uang Palsu~ Perkembangan Kliring dan RTGS ~ Perkembangan RTGS ~ Perkembangan Kliring ~ 54 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ Pendapatan Daerah ~ Belanja Daerah dan Transfer ~ 55 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ Ketenagakerjaan ~ Kesejahteraan ~ Nilai Tukar Petani ~ Jumlah Penduduk Miskin ~ Ketersediaan Lapangan Kerja (Survei Konsumen) ~ 63 BAB 6 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ Outlook Kondisi Makroregional ~ Outlook Inflasi ~ Prospek Perbankan ~ 72 LAMPIRAN ~ 73 vi Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

7 Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 9 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 11 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 13 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 14 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian~ 17 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran~ 18 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Industri Pengolahan ~ 2 Grafik 1.1. Prompt Indikator Kinerja Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 22 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 23 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan - penggalian~ 24 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 25 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 26 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 27 Grafik 2.4. Perkembangan Haraga CPO Internasional ~ 27 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 27 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (%;qtq) ~ 28 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas~28 Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan~ 28 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 29 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau~ 29 Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%; qtq) ~ 3 Grafik Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadirokok Hasil SPH di Makassar ~ 3 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan Jadi ~3 Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Listrik-Air-Bahan Bakar ~ 31 Grafik Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya ~31 Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar (%; qtq)~ 32 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 32 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Farmasi~ 32 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%;qtq) ~ 33 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga (%;qtq)~ 33 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~34 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 34 Grafik Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 35 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq) ~35 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori ~ 35 Grafik Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 36 Grafik Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 38 Grafik Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III vii

8 Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 46 Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Penghasilan 6 bln y.a.d ~ 46 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. III-212 ~ 46 Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Sektor Tw. III-212 ~ 46 Grafik 3.5. NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan III-212~ 48 Grafik 3.6. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. IIII- 212~ 48 Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum () ~ 49 Grafik 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah~ 49 Grafik 3.9. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 51 Grafik 3.1. Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 51 Grafik Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 51 Grafik Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 52 Grafik Temuan Uang Palsu ~ 52 Grafik Transakai RTGS-Total Transaksi ~ 53 Grafik Transakai RTGS-Incoming ~ 53 Grafik Transakai RTGS-Outgoing~ 53 Grafik 5.1. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 6 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 61 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 61 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 61 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 62 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-sulampua per Maret 211 ~ 63 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 63 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 63 Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 67 Grafik 6.2. Indeks PDRB SUlsel (yoy) dan Proyeksinya~ 67 Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan y.a.d ~ 67 Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 67 Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 68 Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 68 Grafik 6.7. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 69 Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 71 Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 71 Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 71 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 71 Grafik Indeks Tendensi Konsumen ~ 71 viii Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

9 Daftar Tabel Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (yoy) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (yoy) ~ 16 Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 25 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 26 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 28 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 29 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 31 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 32 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 34 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan~ 34 Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 36 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 43 Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 44 Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 45 Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 45 Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 47 Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 47 Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum () ~ 49 Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 49 Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54 Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester II-21~ 56 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 59 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III ix

10 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank x Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

11 Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-212 tumbuh sebesar 8,4 (), mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,1% (yoy) menjadi 8,4 (yoy) 1. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan relatif sama dibandingkan triwulan yang sama tahun 211 sebesar 8,43% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang sebesar 6,17% (). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), kinerja perekonomian Sulsel didorong oleh sektor perdagangan-hotel-restauran, sektor pertanian, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan dan sektor angkutan-komunikasi. Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan III-212, tercatat sebesar 4,48% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II-212 yang mencapai 3,85% (yoy) dan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 3,37% (yoy). Dibandingkan inflasi Nasional sebesar 4,31% (yoy), inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih tinggi sebesar,17%. Secara tahunan, terdapat 3 (tiga) kelompok yang memiliki laju inflasi tertinggi yaitu kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok perumahan-air-listrik-gas-bahan bakar. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-212 masih tumbuh pada level yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari indikator perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan total aset perbankan sebesar 23,64% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 25,98%. Penurunan pertumbuhan total aset tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit. Perlambatan pertumbuhan kredit, sementara disisi lain terjadi sedikit peningkatan pertumbuhan DPK berdampak kepada penurunan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar 128,44% dari sebelumnya 13,53%. Sedangkan Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum 1 Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

12 pada triwulan laporan secara gross tercatat sebesar 2,65%, masih berada dibawah batas aman 5,. Perbankan Syariah Sulsel pada triwulan III-212 juga menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi pembiayaan maupun DPK. Pada triwulan III-212, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow sebesar Rp,36 triliun, dimana aliran uang masuk ke Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan II-212, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp,42 triliun (grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman pasca liburan sekolah dan Ramadhan/Idul Fitri dimana kebutuhan uang kartal relatif menurun. Sementara itu, jumlah uang kartal dengan kondisi tidak layak edar yang telah dibukukan sebagai PTTB tercatat tercatat sebesar Rp,5 triliun, menurun apabila dibandingkan PTTB pada triwulan II-212 yang sebesar Rp,15 triliun Dari sisi transaksi non-tunai, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan III-212 sebesar Rp45,3 triliun atau tumbuh negatif sebesar 3,7% () dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp53,3 triliun. Pada sisi lain, pertumbuhan kliring pada pada triwulan III-212 menunjukkan kondisi yang berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh 17,5 (yoy) pada triwulan II-212 menjadi kontraksi 22,9% (yoy) pada triwulan laporan. Asesmen Keuangan Daerah Kinerja keuangan daerah Pemerintah Provinsi Sulsel pada triwulan III-212 menunjukkan perkembangan yang cukup baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 211. Pada sisi penerimaan, realisasi jumlah pendapatan sebesar 72,3% pada triwulan III-212. Realisasi belanja daerah pada periode laporan relatif belum optimal, yaitu sebesar 63,6 dan diperkirakan akan terakselerasi cukup besar pada triwulan mendatang. Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perekonomian Sulawesi Selatan hingga Agustus 212 terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 212 (62,8%) yang masih cukup tinggi. Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar,7%, dari 6,6% pada Agustus 212 menjadi 5,9% pada Agustus 211. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih memberikan kontribusi positif pada tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang masih tumbuh positif meski terus 2 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

13 melambat pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada triwulan III-212 tercatat tumbuh sebesar,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh,58% (yoy). Prospek Ekonomi Triwulan IV-212 Pada triwulan IV-212 perekonomian Sulawesi Selatan diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,97% + 1% (yoy). Perekonomian Sulsel pada triwulan IV-212 diproyeksikan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,4 (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan IV-212 terutama akan didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga-swasta-pemerintah maupun kegiatan investasi daerah, sejalan dengan proyeksi masih tingginya aktivitas perekonomian Sulsel.. Pertumbuhan investasi Sulsel diperkirakan masih akan tumbuh baik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang masih cukup tinggi pada triwulan IV-212. Pada sisi penawaran, dorongan pertumbuhan yang cukup besar diperkirakan berasal dari kinerja sektor perdagangan-hotel-restauran, sektor pertambangan dan sektor angkutan-komunikasi. Pada triwulan IV-212, laju inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan III-212. Tekanan inflasi pada triwulan IV-212 diperkirakan berasal dari volatile food dan inflasi inti, terutama beras dan sayur-sayuran, bahan bangunan, dan emas. Tekanan inflasi volatile food diperkirakan meningkat pada akhir tahun, berasal dari beras yang harganya diperkirakan akan meningkat. Pada inflasi inti, bahan bangunan seperti baja dan batu bata diperkirakan akan mengalami kenaikan harga, sementara tekanan pada inflasi administered price diperkirakan relatif tetap. Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV-212 diperkirakan masih tetap tumbuh positif, mengingat fundamental perbankan nasional dinilai masih cukup kuat dalam menghadapi dampak memburuknya krisis ekonomi di Eropa yang belum menemui kejelasan penyelesaiannya. Ada beberapa faktor yang membuat perbankan Indonesia tahan terhadap gejolak ekonomi global, antara lain pendapatan yang stabil, pencadangan yang cukup, dan rasio kecukupan modal yang memadai. Selain itu, aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan III-212 yang masih tumbuh tinggi menciptakan iklim yang baik bagi proses intermediasi perbankan di Sulsel. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

14 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 4 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

15 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN a. INFLASI dan PDRB INDIKATOR MAKRO Indeks Harga Konsumen - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Papua Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (;%) - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Irian Jaya Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 3, , , , , , , Pertambangan dan Penggalian , , , , , Industri Pengolahan 1, ,827. 1, , ,55.3 1, , Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran 2, , , , , , , Angkutan dan Komunikasi 1,21. 1, , , , , , Keuangan, Persewaan dan Jasa 1, , , , ,131. 1, , Jasa-jasa 1, , , , , , , Pertumbuhan PDRB (;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) *) Sementara Catt : Per Trw.II-28, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

16 LANJUTAN... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar) 53,491 57,59 6,46 64,662 67,573 72,554 74,754 D P K (Rp. Miliar) 37, , , , , , , Giro 6, , , , , , ,287. Tabungan 19, , , , , , , Deposito 11, , , , , , , Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 46, , , , , , , Modal Kerja 17, , , , , , , Investasi 9, , , , , , , Konsumsi 2, , , , , , , L D R % % % 13.53% % Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 46, , , , , , , Pertanian ,1.69 1, Pertambangan Industri pengolahan 3,7.81 3, , , , , , Listrik,Gas dan Air Konstruksi 2, , , , , , , Perdagangan 11, , , , , , ,1.7 - Pengangkutan 1,4.9 1, , , , ,89.1 1, Jasa Dunia Usaha 1, , , , , , , Jasa Sosial Masyarakat 1, , , , , , , Lain-lain 22, , , , , , ,21.72 Kredit UMKM (Rp. Miliar) 15, , , , , , , Kredit Mikro* (Rp. Miliar) 2, , , , , , , Modal Kerja 1, , , , , , , Investasi Konsumsi Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) 7, , , , , , , Modal Kerja 5, , , , , , , Investasi 2, , , , , , , Konsumsi Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) 5,86.8 4, ,3.78 5, , , , Modal Kerja 4,.27 3, , , , , , Investasi 1, , , , , , Konsumsi NPL Total gross (%) NPL UMKM gross (%) BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar) 3.25% 3.36% 3.22% 2.63% 2.82% 2.88% 2.65% 4.82% 5.43% 4.96% % 4.21% 1, , , , , , , D P K (Rp. Miliar) 1, , , , , , ,82.95 Giro Tabungan Deposito Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Milia 2, , , , , , , Modal Kerja , Investasi Konsumsi 1, , , , , , ,215.5 FDR % % % % % Catt. * (<Rp. 5 Juta) ** (Rp. 5 < X < Rp. 5 Juta) *** (Rp. 5 Juta < X < Rp. 5 M) **** Data Sementara Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

17 Bab 1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan III-212 mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 8,1% (yoy) menjadi 8,4 (yoy) 1. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan relatif sama dibandingkan triwulan yang sama tahun 211 sebesar 8,43% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang sebesar 6,17% (). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), kinerja perekonomian Sulsel didorong oleh sektor perdagangan-hotel-restauran, sektor pertanian, sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan dan sektor angkutan-komunikasi. Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 1 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% Sulsel 8.4 Nas 6.17% Sumber : BPS, diolah 29 21* 211** 212*** 1.1 Permintaan Daerah Pada triwulan III-212, secara umum seluruh komponen permintaan mengalami pertumbuhan positif, kecuali net ekspor yang masih mengalami pertumbuhan negatif. Kegiatan investasi masih menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel. Sejak triwulan II-211, peran kinerja investasi lebih dominan dalam memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan perekonomian Sulsel menggeser peran konsumsi. Pertumbuhan 1 Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

18 investasi pada triwulan III-212 tercatat sangat tinggi sebesar 36,72% (), sehingga memberikan sumbangan paling besar yaitu 1,75%. Selain itu, konsumsi juga tumbuh cukup tinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 7,43% () atau lebih besar dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,24% (). Sejalan dengan itu, sumbangan konsumsi terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan juga meningkat dari 4,74% menjadi 4,85%. Kegiatan perdagangan eksternal baik antar negara maupun antar daerah perlu mendapatkan perhatian karena kontraksi pertumbuhan ekspor semakin mendalam dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan impor sudah tumbuh positif. Pertumbuhan net ekspor terkontraksi lebih besar menjadi 133,77% (yoy) pada triwulan III-212 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar 68,58% (yoy) sehingga menyebabkan peningkatan sumbangan yang negatif terhadap pertumbuhan net ekspor dari sebesar -7,13% (yoy) menjadi sebesar -7,21% (yoy). Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah () PERIODE PERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy) Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL % 2.75% 9.54% 98.8% 53.35% 7.35% 4.38%.69% 22.98% % 7.35% % 9.64% 57.6% 67.22% 29.55% 9.4% 4.53% 2.13% 17.4% 14.66% 2.38% 9.4% % 7.3% % 2.28% 7.58% 3.88% 1.39% 18.5% 15.75% 2.31% 7.58% % 6.62% 18.27% 13.36% 54.53% 8.77% 4.16% 1.48% 8.77% 5.65% 3.13% 8.77% %.32% 6.88% -2.43% 66.18% 7.38% 3.26%.8% % 4.5% 7.38% 2 4.9% % 6.94% 17.91% 8.61% 2.79% 4.11% 4.3% 2.32% 1.71% 8.61% % % % 8.43% 3.27% 12.5% -1.98% % 8.43% % 29.19% % % % 6.16% 4.2% % -7.45% -4.27% 6.16% % 35.53% % -7.93% % 7.93% 4.89% 7.91% -7.68% % 7.93% % 42.92% % 1.48% % 8.1% 4.74% %.49% -7.13% 8.1% % 36.72% % 2.12% % % 1.75% -6.51% % * 212** Sumber : BPS & Proyeksi BI Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori * Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara Investasi Kinerja investasi semakin membaik dan menjadi penyumbang terbesar pada sisi permintaan yaitu sebesar 1,75% dari total pertumbuhan Sulsel pada periode laporan 8,4. Meskipun kinerja investasi pada triwulan laporan tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 36,72% (), namun masih lebih rendah dibandingkan triwulan II-212 sebesar 42,92% () dan triwulan III-211 sebesar 61,1 (). Pertumbuhan investasi di Sulsel pada triwulan ini sebagian besar didorong oleh kelanjutan realisasi proyek-proyek infrastruktur swasta, terutama yang bersumber dari modal asing. Realisasi investasi asing di Sulsel di triwulan pertama tahun 212 tercatat terbesar ke 4 di Indonesia. Data di Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel menyebutkan nilainya mencapai US$ 437 juta. Angka itu lebih tinggi dibanding realisasi sepanjang 211, yang hanya mencapai US$ 89 juta. 8 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

19 Realisasi penanaman modal asing (PMA) tersebut berdampak naiknya posisi Sulsel dari 2 besar ke 5 besar. Pada Penanaman Modal Asing (PMA) terdapat tambahan satu proyek sehingga menjadi tujuh proyek, yakni pembangunan pabrik LNG di Kabupaten Wajo. Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi Grafik Realisasi Pengadaan Semen Grafik Volume Impor Capital Goods Ribuan Ton Sulsel Sumber : ASI * : Sementara Juta Kg Capital Goods * Sementara Smb : Cognos -BI Capital Goods Grafik Konsumsi Listrik Sektor Industri Grafik Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Juta GWH Industri Sbr : PLN Divre VII * Sementara Juta GWH Bisnis Sbr : PLN Divre VII * Sementara Di sisi lain, ditengah meningkatnya aktivitas penanaman modal asing, penanaman modal oleh investor dalam negeri tampak relatif tertahan. Berdasarkan laporan Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Sulsel, sampai semester I tahun ini nilai investasi dalam negeri menurun sebesar Rp1 triliun menjadi Rp1,6 triliun, terutama karena rendahnya nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk. Selain masih rendahnya nilai investasi dalam negeri di Sulsel karena rendahnya nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang masuk, rendahnya nilai investasi tersebut juga diakibatkan beberapa investor belum merealisasikan rencana investasinya. Total proyek yang berjalan di Sulsel sebanyak 11 proyek. Terdapat tambahan tiga proyek Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

20 baru, yakni pembangunan pabrik oleh PT Semen Bosowa, PT Semen Tonasa, dan pembangunan pembangkit listrik oleh PT Bosowa Energy di Kabupaten Jeneponto 2. Perkembangan investasi yang masih cukup tinggi tersebut juga tercermin dari variable leading indikator aktifitas investasi yaitu pengadaan semen (grafik 1.2.1) dan volume impor capital goods (grafik 1.2.2) yang realisasinya meningkat pada triwulan laporan. Prompt indikator yang juga mendukung pertumbuhan investasi tampak dari relatif tingginya pemakaian listrik dari sektor industri (grafik 1.2.3) dan bisnis (grafik 1.2.4) pada periode laporan. Namun demikian, kekeringan yang melanda Sulawesi Selatan pada akhit triwulan III- 212 mempengaruhi penyaluran listrik dan air bersih. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru mengalami krisis yang juga mengakibatkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar tidak bisa menyuplai masyarakat sehingga sedikit mempengaruhi relalisasi investasi pada periode laporan Konsumsi Konsumsi tercatat memberikan sumbangan terbesar kedua yaitu sebesar 4,74% dari total pertumbuhan Sulsel pada periode laporan. Kinerja konsumsi pada triwulan laporan tumbuh sebesar 7,43% () membaik dibandingkan triwulan II-212 sebesar 7,24% (), dan triwulan III-211 sebesar 4,83% (). Pertumbuhan konsumsi yang meningkat tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan nirlaba. Demikian pula dari sisi pemerintah, realisasi anggaran pada triwulan III-212 juga mengalami peningkatan yangcukup signifikan, tercermin dari realisasi belanja pemerintah yang mencapai Rp3,4triliun atau 63,6 atau 76,19% dari total anggaran Rp3,78 triliun (lihat Bab Keuangan Daerah). Pertumbuhan konsumsi yang cukup baik tersebut, terkonfirmasi pula dari hasil survei konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulampua, dimana Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan laporan tergolong pada level optimisme yang tinggi meskipun optimisme masyarakat sedikit tertahan dibandingkan triwulan II-212 (grafik 1.3.1), akibat tekanan inflasi yang cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

21 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Sektor Industri Indeks Keyakinan Konsumen Smb : Survei Konsumen KBI Mks 25% 2 15% 1 5% -5% -1-15% Juta GWH Industri Sbr : PLN Divre VII * Sementara Grafik Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik Volume Impor Consumers Goods Bisnis Sbr : PLN Divre VII * Sementara Consumer Goods Consumer Goods * Sementara Smb : Cognos - BI Juta GWH Juta Kg - -5 Grafik Indeks Penj. Eceran Kel. Sk Cdg&Aksesoris Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar Sk Cdg&Akssoris yoy 3 25% 2 15% 1 5% -5% -1-15% Bhn Bkr Kndr yoy Smb : SPE Smb : SPE Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Brg Lainnya Mkn-Minum&Tmbkau yoy Brg Lainnya yoy Smb : SPE Smb : SPE Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

22 Grafik Perkembangan Indeks Yang Dibayar Petani Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga Indeks Yang Dibayar Petani 16% 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% 1,2 1, Prlngkpan RT yoy Prompt indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan konsumsi adalah perkembangan indeks penjualan eceran, untuk kelompok suku cadang-aksesoris, bahan bakar, makanan-minuman-tembakau, barang lainnya, dan pelengkapan rumah tangga (grafik s.d dan 1.3.1) juga tumbuh meningkat dibandingkan triwulan II-212. Beberapa indikator lain yang menjadi faktor pendukung konsumsi antara lain, masih tingginya pemakaian konsumsi listrik sektor industri (grafik 1.3.2) dan sektor bisnis (grafik 1.3.3). Di sisi lain, perkembangan volume impor consumer goods (grafik 1.3.4) dan indeks Nilai Tukar Petani (grafik 1.3.9) juga masih tumbuh cukup baik Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan cenderung semakin menurun atau mengalami peningkatan kontraksi dari sebesar -68,58% () pada triwulan II-212, menjadi kontraksi sebesar -133,77% (yoy). Pertumbuhan negatif net ekspor-impor pada triwulan laporan terjadi karena volume ekspor antar negara dan antar pulau pada periode laporan lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, pertumbuhan impor antar negara dan antar pulau justru tumbuh positif atau meningkat lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut mendorong peningkatan kontraksi net ekspor-impor Sulsel pada periode laporan. Pelemahan nilai Rupiah yang seharusnya dapat mendorong produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional, tidak berpengaruh besar terhadap peningkatan kinerja ekspor mengingat daya beli masyarakat internasional juga cenderung melemah akibat krisis Eropa. Kinerja ekspor Sulsel pada beberapa komoditi utama seperti ikan-udang-kepiting, kopi-teh-kakao dan barang-barang kayu olahan, cenderung membaik namun secara umum pertumbuhannya masih negatif (grafik 1.4.4, grafik dan grafik 1.4.7). Kontraksi ekspor komoditi tersebut juga sejalan dengan prompt yang menunjukkan pertumbuhan negatif 12 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

23 pada volume muat luar luar negeri via pelabuhan (grafik 1.4.3). Penurunan kinerja ekspor juga dipengaruhi penurunan ekspor antar pulau sebagaimana tercermin dari menurunnya volume muat barang antar pulau di Sulsel (grafik 1.4.2). Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Ribu Ton EKSPOR NON MIGAS TOTAL Smb : Cognos - BI * Sementara Ribu Ton Grafik Volume Muat Dalam Neg. via Pelabuhan MUAT AP yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Grafik Volume Muat Luar Negeri via Pelabuhan Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Ribu Ton MUAT LN yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Ribu Ton IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL Smb : Cognos - BI * Sementara % 1 5% -5% -1-15% -2-25% Ribu Ton Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, Teh, Kakao dan Sejenisnya KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA Smb : Cognos - BI * Sementara TOTAL Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Komoditas Nikel Volume Ekspor Nikel Total Smb : Cognos - BI * Sementara Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

24 Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD BARANG2 KAYU & GABUS TOTAL Smb : Cognos - BI * Sementara , 9,5 9, 8,5 8, 7,5 7, Rata-rata Kurs Tengah yoy , Ribu Ton , -15. Penurunan kinerja ekspor Sulsel pada triwulan laporan yang terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kontraksi aktivitas ekspor Sulsel diperkirakan karena masih belum pulihnya kinerja perdagangan antar negara dan antar pulau (ekspor antar pulau). Hal tersebut tercermin dari masih tertahannya aktivitas ekspor luar negeri dan muat dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.4.2). Pada sisi lain, aktivitas impor menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun masih tumbuh relatif rendah. Kegiatan impor dari luar negeri, pada umumnya untuk mendukung kegiatan investasi yang berupa impor intermediate goods (grafik 1.5.4) dan capital goods (grafik 1.5.1) serta aktivitas konsumsi yaitu untuk impor consumer goods (grafik 1.5.3). Meningkatnya impor tersebut terindikasi dari meningkatnya aktivitas volume bongkar via pelabuhan dari dalam negeri maupun luar negeri (grafik dan 1.5.6), sejalan dengan semakin tingginya pertumbuhan perekonomian Sulsel pada periode laporan. Pertumbuhan impor yang masih relatif rendah juga dipengaruhi oleh kecenderungan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD (grafik 1.5.7) pada periode laporan. Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Grafik Volume Impor Luar Negeri Capital Goods Grafik Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 bln yg lalu Juta Kg Capital Goods * Sementara Smb : Cognos -BI Capital Goods Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg lalu Smb : Survei Konsumen KBI Mks Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

25 Juta Kg Grafik Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods Consumer Goods Consumer Goods * Sementara Smb : Cognos - BI Grafik Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan BONGKAR AP yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Grafik Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods Juta Kg Intermediate Goods * Sementara Smb : Cognos -BI Intermediate Goods Grafik Volume Bongkar Luar Negeri via Pelabuhan BONGKAR LN yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Ribu Ton Ribu Ton Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang 1, 9,5 9, 8,5 8, 7,5 7, 6,5 6, Rata-rata Kurs Tengah yoy Sk Cdg&Akssoris yoy Smb : SPE 3 25% 2 15% 1 5% -5% -1-15% Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran, secara tahunan () sebagian besar sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif pada triwulan II-212, kecuali sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi). Sektor yang menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor industri pengolahan, sektor perdaganganhotel-restauran, sektor pertanian, sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan dan sektor angkutan-komunikasi. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

26 Selanjutnya sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan relatif tinggi pada triwulan laporan yaitu sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan (2,44%), sektor angkutankomunikasi (14,85%), sektor konstruksi (14,24%), sektor perdagangan-hotel-restauran (1,87%) sektor listrik-gas-air bersih (1,73%), diikuti oleh dan sektor pertanian (6,19%), dan sektor industri pengolahan (6,19%). Sektor jasa-jasa tumbuh relatif rendah hanya sebesar 3,3%, sementara sektor pertambangan-penggalian merupakan satu-satunya sektor yang tumbuh negatif yaitu -1,7 (tabel 1.2). Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah () PERIODE PERTUMBUHAN (yoy) Tani Tambang Industri LGA Komstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL % 25.52% 14.12% 5.8% 11.83% 8.99% 17.56% 25.16% 3.25% 7.35% % 17.85% 3.56% 12.58% 9.7% 9.67% 15.44% 15.88% 3.13% 9.4% 3 7.5% 12.52% -.16% 6.31% 7.33% 1.51% 13.38% 11.82% 4.21% 7.58% % 8.8% 8.74% % 17.15% 13.39% 15.7% 6.44% 8.77% % % % 8.48% 11.52% 13.11% 1.56% % % -.38% 4.47% 2.5% 13.46% 14.2% 1.27% 11.94% 7.42% 8.61% % -.34% 1.69% 6.34% 13.59% % 17.52% 6.21% 8.43% % -9.11% 12.12% 22.27% 12.65% 6.14% 13.89% 19.18% 4.52% 6.16% % % 16.12% 22.3% 13.89% 1.54% 21.24% 1.7% 2.66% 7.93% % 1.91% 9.16% 13.95% % 18.15% 19.36% 3.19% 8.1% % % 1.73% 14.24% 1.87% 14.85% 2.44% 3.3% ** 211* 21 PERIODE 212** 211* 21 SUMBANGAN (yoy) Tani Tambang Industri LGA Konstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL % 2.7% 1.79%.5%.65% 1.48% 1.39% 1.64%.37% 7.35% % 1.42%.51%.13% % 1.28% 1.8%.35% 9.4% 3 2.4%.99% -.2%.7%.41% 1.72% 1.14%.78%.46% 7.58% %.8%.51% 2.87% 1.24% 1.8%.73% 8.77% % -1.47%.42%.4%.48% 1.93% 1.14%.8.75% 7.38% % -.3%.61%.2%.74% %.79% 8.61% % -.3% 1.41%.7%.76% 1.97%.99% % 8.43% 4 -.4% -.78% 1.62%.22%.74% % 1.45% % % 2.9%.22% % 1.95%.79%.29% 7.93% % %.78% 1.65% 1.61% 1.45%.34% 8.1% % -.13%.79%.11%.83% 1.88% 1.36% 1.52%.31% Sumber : BPS & Proyeksi BI * Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara Berikut ini adalah ulasan masing-masing sektor berdasarkan pangsa (share) terhadap perekonomian Sulsel dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan laporan, mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 1,73%, dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,7 (). Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi beras diperkirakan akan bertambah karena Sulsel mulai memasuki masa panen raya kedua pada triwulan III Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

27 Sub-sektor perikanan juga tumbuh cukup baik, meski kondisi cuaca yang secara umum cukup kondusif juga menguntungkan nelayan dalam meningkatkan hasil tangkap ikannya. Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani Grafik Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Indeks Yang Diterima Petani 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% NTP 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% -1% -2% Peningkatan kinerja sektor pertanian dimaksud juga berpengaruh kepada meningkatnya pertumbuhan indeks yang diterima petani dibandingkan periode sebelumnya (grafik dan 1.6.2) yang dipengaruhi pertumbuhan hasil panen. Secara keseluruhan, kesejahteraan petani masih relatif baik yang tercermin pada Indeks Nilai Tukar Petani yang cenderung meningkat karena indeks yang diterima petani juga memiliki kecenderungan yang sama Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Pertumbuhan sektor ini relatif cukup tinggi mencapai 1,87% (), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,57% (). Hal tersebut diindikasikan oleh hasil survei penjualan eceran (SPE) yang secara umum menunjukkan peningkatan penjualan. Aktivitas penjualan beberapa kelompok komoditas masih tumbuh cukup baik, antara lain kelompok makanan-minuman-tembakau, peralatan-komunikasi toko dan barang budaya-rekreasi (grafik 1.7.3, dan 1.7.5). Sementara itu meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini tercermin dari beberapa prompt indikator seperti volume dan pertumbuhan aktivitas bongkar muat luar negeri dan juga antar pulau yang meningkat, meski trend pertumbuhannya menurun dibanding periode sebelumnya (grafik dan grafik 1.7.7). Di sisi lain, sub sektor hotel terlihat relatif tertahan aktivitasnya pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) berbintang (grafik 1.7.2) dan total hasil indeks penjualan eceran SPE (grafik 1.7.6) khusus kelompok barang budaya dan rekreasi yang cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

28 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Ribu Ton Grafik Volume Bongkar Muat Luar Negeri Via Pelabuhan BONGKAR LN MUAT LN yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Grafik Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Tingkat Hunian Kmr Sulsel * Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan, Minuman dan Tembakau Mkn-Minum&Tmbkau yoy Smb : SPE Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan dan Komunikasi Toko Praltan&Kmunikasi Toko yoy Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Budaya&Rekreasi Brg Budaya & Rekreasi yoy Smb : SPE In de ks Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Indeks Penjualaan Riil Series3 3 25% 2 15% 1 5% -5% -1-15% Ribu Ton Grafik Vol. Bongkar Muat AP Via Pelabuhan BONGKAR AP MUAT AP yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

29 Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Sektor ini termasuk sektor yang selalu tumbuh tinggi. Pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Pada triwulan III-212, sektor dimaksud tumbuh sebesar 2,44% (), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II- 212 sebesar 19,36% () dan dibandingkan triwulan III-211 sebesar 17,52% (). Masih tingginya pertumbuhan sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan pada triwulan III- 212, terutama didorong oleh sub sektor keuangan tercermin dari tingginya aktivitas perbankan, lembaga keuangan non-perbankan dan real estate di Sulsel yang masih cukup tinggi. Pertumbuhan sektor ini terkonfirmasi dari tingkat pertumbuhan pembiayaan nilai tambah bruto (NTB) bank umum (grafik dan 1.8.2) yang masih tinggi, meskipun perkembangan lembaga keuangan non bank dan kredit bank umum (grafik 1.8.3) masih belum optimal pada triwulan III-212. Kebijakan Bank Indonesia tanggal 15 Maret 212 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) akan berpengaruh pada pembiayaan konsumsi. Kinerja sektor perbankan akan dibahas lebih lanjut pada bab perbankan. Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Grafik Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank Grafik Nilai Tambah Bruto Bank Umum M illio ns 1,2 1, Sbr : Lembaga Keuangan Non-Bank * Sementara * Trilyun Rp NTB SULSEL Sbr : LBU - BI * % 3 25% 2 15% 1 5% Triliun Rp Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum KREDIT Growth (yoy) * 35% 3 25% 2 15% 1 5% Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

30 Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan III-212, sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 5,86%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,16% (). Perlambatan pertumbuhan tersebut khususnya disebabkan oleh melambatnya kinerja industri tepung terigu (intermediate goods) Sulsel. Meski di sisi lain, aktivitas industri makanan dan minuman (final goods) cenderung meningkat sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Wilayah I (Sulawesi, Maluku dan Papua), yang menunjukan bahwa kelompok makanan-minuman dan tembakau mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Meningkatnya industri makanan disorong oleh periode bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan aktivitas produksi tepung terigu relatif menurun karena diperkirakan target produksi mereka sudah relatif memadai hingga akhir tahun. Selain itu, realisasi pengadaan semen pada triwulan laporan masih cukup tinggi, meski trend pertumbuhannya cenderung melambat (grafik 1.9.2). Hal tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan investasi pada triwulan III-212 (Lihat Bagian Permintaan: Investasi). Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Grafik Realisasi Produksi Tepung Terigu Grafik Realisasi Pengadaan Semen Ribuan Ton 4 2 Produksi-axis kiri yoy-axis kanan Sumber : EFM Mks * R ib u an To n Sulsel Sumber : ASI * : Sementara Grafik Vol. Impor Gandum Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Barang Makanan-minuman&tembakau Vol Impor Gandum Smb : Cognos -BI Impor Gandum Mkn-Minum&Tmbkau yoy Juta Kg - -5 Smb : SPE 2 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

31 Sektor Angkutan-Komunikasi Pada triwulan III-212, sektor angkutan-komunikasi masih tumbuh tinggi mencapai sebesar 14,85% (), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan II-212 sebesar 18,15% (). Pertumbuhan pada sub sektor angkutan terutama didorong oleh aktivitas angkutan darat, laut dan udara. Hal ini sejalan dengan beberapa prompt indicators seperti jumlah penumpang angkutan udara, laut dan hasil survei penjualan eceran kelompok suku cadang-aksesoris dan bahan bakar. Pertumbuhan jumlah penumpang dan lalu lintas pesawat udara relatif masih tinggi dan cenderung meningkat (grafik dan 1.1.2). Selain itu, sebaliknya kinerja angkutan laut juga mengalami peningkatan apabila dilihat dari sisi jumlah penumpang (grafik 1.1.3). Hasil survei penjualan eceran, terutama pada kelompok suku cadang-aksesoris dan kelompok bahan bakar juga menunjukan kecenderungan meningkat (grafik dan 1.1.5). Grafik 1.1. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan-Komunikasi Grafik Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Ribu Org DEP ARR Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara Lalu Lintas Penumpang % 3 25% 2 15% 1 5% -5% -1 3, 25, 2, 15, 1, 5, Grafik Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara - DEP ARR Lalu Lintas Pesawat Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara % 2 15% 1 5% -5% ribu org Sumber : Pelindo IV * : Sementara Grafik Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar Bhn Bkr Kndr yoy Smb : SPE Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

32 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesoris Sk Cdg&Akssoris yoy 3 25% 2 15% 1 5% -5% -1-15% -2 Smb : SPE Sektor Konstruksi Sektor yang juga mencatat pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan laporan adalah sektor konstruksi yakni sebesar 14,24% (), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,6 (). Masih tingginya pertumbuhan sektor bangunan/konstruksi, diperkirakan karena meningkatnya pembangunan dan juga penyelesaian proyek-proyek properti baik perkantoran, hotel maupun residensial di Sulsel. Pertumbuhan sektor ini juga diindikasikan oleh realisasi pengadaan semen yang masih tinggi (grafik ). Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud juga sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan (36,72%). Meskipun di sisi lain, realisasi proyek-proyek pemerintah masih kurang optimal yang tercermin dari realisasi belanja modal pada triwulan III-212 baru mencapai 44,27%. Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Sulsel Grafik Realisasi Pengadaan Semen Sumber : ASI * : Sementara Ribuan Ton Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

33 Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor jasa-jasa masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 3,3% (), sedikit melambat dibandingkan triwulan II-212 yang tumbuh sebesar 3,19%. Sektor yang meliputi kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan jasa seperti lembaga pendidikan seperti bimbingan belajar dan berbagai lembaga kursus lainnya di bidang seni, perawatan jasmani-kosmetik dan kesehatan menunjukkan perkembangan yang positif, meski sedikit tertahan karena tertahan oleh moment libur anak sekolah pada saat Hari Raya dan periode bulan Ramadhan Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Pertumbuhan sektor listrik-gas-air bersih masih tumbuh pada level yang tinggi pada periode laporan yaitu sebesar 1,73% (), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan II-212 yang tumbuh sebesar 13,95%. Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud terutama bersumber dari meningkatnya kinerja sub sektor listrik di Sulsel (grafik 12.1) yang menyumbang cukup signifikan keseluruhan. 1, Juta KWH bagi pertumbuhan sektor listrik-gas dan air secara Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik_Gas_Air Bersih Grafik Pemakaian Listrik (Juta Kwh) Total Pemakaian Listrik Sbr : PLN Divre VII 35% 3 25% 2 15% 1 5% -5% Juta M3 Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA) Sumber : PDAM Mks * Sementara Grafik Pemakaian Air(M 3 ) * % 2 15% 1 5% -5% -1-15% -2 Kondisi kelistrikan Sulsel pada triwulan III-212 juga menunjukan perkembangan yang semakin membaik, sejalan dengan dukungan sejumlah pembangkit listrik baru di Sulsel yang sudah mulai beroperasi sejak akhir tahun 211 dan masih memberikan dampak lanjutan pada periode laporan. Selain itu tahun ini terjadi penambahan daya listrik baru hingga 331 mega watt yang berasal dari pembangkit listrik di Jeneponto, Poso, dan Enrekang Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

34 Meskipun demikian pada akhir triwulan III-212, sempat terjadi beberapa kendala kecil pada sistem kelistrikan di Sulsel, Meski demikian, awal September kekeringan melanda Sulawesi Selatan sehingga mempengaruhi penyaluran listrik dan air bersih. Hal tersebut disebabkan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru mengalami krisis sehingga mengakibatkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Makassar tidak dapat menyuplai masyarakat beberapa jam Sektor Pertambangan - Penggalian Pada triwulan III-212, sektor ini masih mengalami kontraksi namun semakin mengecil dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi -1,7 () pada triwulan laporan, dari 1,91% pada triwulan II-212. Selanjutnya apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan III-211 yang terkontraksi sebesar,34% (), maka sektor pertambanganpenggalian di Sulsel masih belum beroperasi dengan optimal. Tertahannya kinerja pertambangan Sulsel (grafik ), antara lain disebabkan karena fluktuasi harga nikel LME selama tiga triwulan 212 masih kurang bagus. Harga rerata nikel dalam matte perseroan untuk periode sembilan bulan pertama pada 212 tercatat 29% lebih rendah dari harga rerata yang dicapai pada periode yang sama pada 211. Harga yang lebih rendah itu mengakibatkan Vale Indonesia mencatat penjualan 31% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun Hal tersebut memberikan pengaruh yang kurang kondusif bagi peningkatan produksi pertambangan nikel Sulsel pada periode laporan Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-penggalian Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Nikel Volume Ekspor Nikel Total Smb : Cognos - BI * Sementara , 5, 4, 3, 2, 1, - Grafik Produksi Nikel Produksi nikel dlm matte * Sementara * Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

35 Bab 2 Perkembangan Inflasi 2.1. Perkembangan Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan III-212 masih sejalan dengan arah proyeksi inflasi yang diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan III-212 sebesar 4,48% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II-212 sebesar 3,85% (yoy) dan triwulan III-211 sebesar 3,37% (yoy). Selanjutnya, inflasi bulanan Sulsel tercatat lebih rendah dari inflasi nasional (,1%), namun secara tahunan lebih tinggi dari nasional (4,31%) % Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan - Nas - Ss y.t.d - Ss Sumber : BPS diolah Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) TAHUN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM 1 2,68 6,22 3,48 2,16 2,98 7,8 1,18 3,45 2 7,64 5,23 4,11 7,56 2,73 7,8 1,6 5, 3 13,43 6,21 4,13 7,65 2,92 4,7 1,76 6, ,27 5,9 4,14 7,35 3,6 1,8 1,75 6, ,96 4,47 4,16 8,3 3,8 1,48 1,84 6, ,1 5,27 4,57 8,83 6,41 2,43 2,8 6,37 3 1,43 4,4 3,7 1,96 7,6 3,,77 3,37 4,23 4,4 3,66 8,69 7,66 2,89,72 2,88 1 4,4 4,49 4,18 9,57 7,52 2,93,57 4,6 2 4,94 4,29 3,98 7, 4,53 2,12,48 3,85 3 7,81 4,97 3,41 6,52 3,18 1,38,63 4, Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 28 menggunakan tahun dasar 27 25

36 Secara tahunan, urutan inflasi Sulsel pada triwulan III-212 berdasarkan kelompok barang dan jasa, dari yang tertinggi hingga terkecil adalah sebagai berikut : Peningkatan tekanan inflasi periode laporan terjadi pada Kelompok Bahan Makanan. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat 7,81% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,43% (tabel 2.3). Meningkatnya tekanan inflasi kelompok ini disebabkan oleh naiknya harga pada 5 subkelompok terutama pada subkelompok bumbu-bumbuan, subkelompok sayur-sayuran, subkelompok padi-padian, subkelompok ikan segar, dan subkelompok kacang-kacangan yang secara umum disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang bulan puasa dan lebaran yang terjadi pada triwulan III-212. Selain itu, semakin menipisnya pasokan dari beberapa di daerah di Sulsel seperti Enrekang dan Wajo dan keterlambatan pasokan dari Surabaya ke Makassar dan meningkatnya harga kedelai impor disinyalir menjadi penyebab pendorong laju inflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok sayur-sayuran. Faktor penahan inflasi volatile food adalah komoditas subkelompok daging dan hasilnya dan subkelompok lemak dan minyak. Meskipun terjadi permintaan masyarakat, harga daging sapi di Sulsel cukup terkendali karena didukung oleh upaya pengendalian inflasi dengan memerintahkan RPH (Rumah Potong Hewan) untuk meningkatkan jumlah sapi yang dipotong hingga 1 ekor per hari selama bulan puasa. Selain itu, harga daging ayam juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh turunnya harga pakan ayam dan DOC (bibit ayam) sebagai dampak dari turunnya harga bahan baku (jagung) internasional. Pada triwulan III-212, harga CPO internasional mengalami penurunan sehingga berdampak pada deflasi di subkelompok lemak dan minyak, grafik 2.8 Selanjutnya secara triwulanan, laju inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 3,18% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar,12% (qtq) grafik 2.9. Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan % Sumber : BPS diolah y.t.d No Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan Keterangan BAHAN MAKANAN 1,43% 4,4% 4,94% 7,81% 1 Padi-padian 7,74% 14,91% 15,16% 13,44% 2 Daging dan Hasilnya 1,48% 6,41% -,22% -2,1 3 Ikan Segar 5,17% 2,85% 1,11% 8,42% 4 Ikan Diawetkan 18,9 3,38% 6,62% 6,59% 5 - Telur, Susu & Hasil-hasilnya 8,18% 5,78% 2,5 2,37% 6 - Sayur-sayuran -15,57% 13,73% 3,76% 6,47% 7 - Kacang-kacangan 3,91% -3,23% -3,99% 3,92% 8 - Buah-buahan 5,97% 18,29% 7,8% 2,42% 9 - Bumbu-bumbuan -27,27% -32,15% 3,38% 25,93% 1 - Lemak & Minyak 9,48% -,22% -,79% -,76% 11 - Bahan Makanan Lainnya 8,96% 11,46% 9,78% 6,18% Smb: BPS, diolah 26 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

37 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Cabe Rawit Bawang Putih Bawang Putih Pertumbuhan tahunan (yoy) Harga Cabe Rawit Pertumbuhan tahunan (yoy) Beras Sawi Hijau Harga Beras Pertumbuhan tahunan (yoy) % 1 5% -5% Harga Sawi Hijau Pertumbuhan tahunan (yoy) Grafik 2.4. Harga CPO Internasional Harga CPO Pertumbuhan () Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq) q.t.q % Sumber : BPS diolah

38 Kelompok Sandang, dibandingkan tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (yoy) pada triwulan III-212 yang sebesar 6,52% (yoy) tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,96% (yoy) grafik 2.2. Melemahnya tekanan inflasi kelompok ini disebabkan oleh turunnya harga di 3 subkelompok, terutama pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya, kemudian diikuti subkelompok sandang anak-anak, dan subkelompok sandang wanita (tabel 2.2). Pertumbuhan harga emas pada triwulan laporan (grafik 2.3) tercatat lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-211 meskipun masih pada level harga yang masih relatif tinggi. Meskipun terjadi peningkatan permintaan sandang menjelang lebaran, inflasi pada subkelompok sandang wanita dan subkelompok sandang anak-anak mengalami peningkatan yang lebih rendah dibandingkan triwulan III-211. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan tahunan indeks penjualan eceran triwulan III-212 untuk kelompok pakaian yang masih negatif (grafik 2.4) % Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang Sumber : BPS diolah y.t.d Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang No Keterangan SANDANG 1,96% 9,57% 7, 6,52% 1 Sandang Laki-laki 5,3% 5,56% 6,74% 1,2% 2 Sandang Wanita 3,9 4,5% 2,55% 3,61% 3 Sandang Anak-anak 8,66% 8,7 7,91% 7,41% 4 Brg Pribadi & Sdg Lainnya 22,81% 17,29% 1,8% 5,82% Smb: BPS, diolah Grafik 2.7. Perkembangan Harga Internasional: Komoditas Emas Harga (USD/Ounce) yoy qtq Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Subkelompok Pakaian Indeks Pertumbuhan () Pertumbuhan (qtq) Selanjutnya, secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari,31 (qtq) menjadi 3,23% (qtq) - grafik 2.5. Penguatan inflasi pada kelompok ini terjadi pada seluruh subkelompok. Sumber terbesar peningkatan inflasi berasal dari subkelompok barang pribadi & sandang lainnya yang disebabkan oleh 28 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

39 meningkatnya harga emas internasional pada triwulan III-212 dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, peningkatan inflasi pada subkelompok sandang laki-laki, subkelompok sandang anak-anak, dan subkelompok sandang wanita merupakan dampak musiman dari peningkatan permintaan pada saat lebaran. Hal ini sejalan dengan hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia Makassar yang menunjukan terjadi peningkatan penjualan kelompok pakaian dan perlengkapan pada periode laporan dibandingkan triwulan II-212 (grafik 2.4) Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) q.t.q % Sumber : BPS diolah Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan kelompok ini cenderung meningkat. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok tersebut tercatat sebesar 4,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-211 sebesar 4,4 (yoy) (tabel 2.5). Kondisi ini sejalan dengan hasil Indeks Penjualan Eceran kelompok makanan jadi yang mencatat pertumbuhan dibandingkan triwulan III-211 (grafik 2.13). Pada kelompok ini, peningkatan dorongan laju inflasi yang cukup tinggi terjadi pada subkelompok makanan jadi dan subkelompok minuman tidak beralkohol. Sementara itu, subkelompok tembakau & minuman beralkhohol mengalami perlambatan inflasi yang disebabkan telah semakin mengecilnya dampak kenaikan cukai rokok di awal tahun Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau Sumber : BPS diolah y.t.d Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau No Keterangan MKNN JADI, M, R & T 4,4 4,49% 4,29% 4,97% 1 Makanan Jadi 3,49% 3,5 2,83% 4,19% 2 Minuman Tdk Beralkohol 5,3% 3,94% 6,72% 6,96% 3 Tembakau & Min. Beralkohol 6,45% 7,51% 6,49% 5,4 Smb: BPS, diolah %

40 Selanjutnya, bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), laju inflasi kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau naik dari,83% (qtq) menjadi 2,5% (qtq) pada triwulan III grafik Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau Sulawesi Selatan (%; qtq) Sumber : BPS diolah q.t.q % Grafik Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok- Tembakau Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng Nasi Ayam Goreng Pertumbuhan tahunan (yoy) 2 15% 1 5% -5% -1-15% Nasi Pertumbuhan tahunan (yoy) 1 5% -5% -1-15% Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan Jadi Makanan jadi Pertumbuhan Tahunan (yoy) Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

41 Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan kelompok ini tercatat lebih rendah. Pada triwulan III-212, inflasi tercatat sebesar 3,41% (yoy) atau lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,7 (yoy). Menurunnya laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh penurunan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar, penerangan & air, dan subkelompok perlengkapan rumah tangga (tabel 2.6). Sementara itu, laju inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal didorong oleh kenaikan harga bahan bangunan seperti harga semen dan harga seng sebagai akibat mulai meningkatnya realisasi proyek infrastruktur. Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yang menunjukkan kenaikan tingkat harga dibandingkan triwulan III-211 (grafik 2.18) % Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sumber : BPS diolah y.t.d Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar No Keterangan PERUMAHAN, A, L, G, & BB 3,7 4,18% 3,98% 3,41% 1 Biaya Tempat Tinggal 4,89% 5,47% 5,34% 5, 2 BB, Penerangan & Air 2,35% 2,98% 2,91%,61% 3 Perlengkapan RT 3,76% 3,28% 1,95% 3,2% 4 Penyelenggaraan RT 1,47% 1,79% 2,8% 2,66% Smb: BPS, diolah Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya Indeks Pertumbuhan tahunan () Secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok ini pada triwulan laporan mengalami penurunan. Inflasi pada triwulan III-212 tercatat sebesar,54% (qtq), sementara pada triwulan II-212 tercatat sebesar,64% (qtq) (grafik 2.1). Penurunan inflasi triwulanan tersebut terutama didorong oleh rendahnya laju inflasi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. 31

42 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar Sulawesi Selatan (%; qtq; yoy) 5 Sumber : BPS diolah q.t.q % Kelompok Kesehatan, dibandingkan tahun sebelumnya, laju inflasi menurun dari 7,6 pada triwulan III-211 menjadi sebesar 3,18% (yoy) pada triwulan III-212 (grafik 2.1). Penurunan harga tersebut terutama berasal dari subkelompok jasa kesehatan. Hal tersebut sejalan dengan indeks penjualan eceran untuk subkelompok farmasi pada triwulan III-212 yang tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan triwulan III-211 (grafik 2.11). Sementara itu, perlambatan subkelompok jasa perawatan jasmani diperkirakan masih dipengaruhi oleh dampak tahun ajaran baru/liburan sekolah sehingga permintaan terhadap komoditas dimaksud mengalami penurunan sehubungan dengan terjadi pergeseran konsumsi masyarakat. Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan % 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - Sumber : BPS diolah Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Sub Kel.Farmasi 25 2 Indeks Farmasi y.t.d Pertumbuhan Tahunan (%, yoy) 4 3 Tabel 2.6. Inflasi Per-Subkelompok Kesehatan No Keterangan KESEHATAN 7,6 7,52% 4,53% 3,18% 1 Jasa Kesehatan 16,54% 1,97% 4,88% 1,35% 2 Obat-obatan 4,92% 6,7% 4,73% 3,64% 3 Js. Perawatan Jasmani 8,87% 11,26% 5,56% 5,8% 4 Perwtn Jasmn & Kosm 3,7% 5,13% 3,98% 3,81% Smb: BPS, diolah Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

43 Selanjutnya secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok kesehatan juga mengalami penurunan dari sebesar,57% (qtq) pada triwulan II-212 menjadi,28% (qtq) pada triwulan III-212 (grafik 2.12). Penurunan pada triwulan laporan ini didorong oleh rendahnya laju inflasi pada subkelompok obat-obatan. Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; yoy; qtq) 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - % Sumber : BPS diolah q.t.q Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, apabila dibandingkan tahun sebelumnya maka inflasi triwulan III-212 mengalami penurunan. Laju Inflasi triwulan III-212 tercatat sebesar 1,38% (yoy) atau turun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3, (yoy). Penurunan laju inflasi tersebut dipengaruhi oleh subkelompok kursus/pelatihan. Selanjutnya, dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok ini mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar,22% (qtq) pada triwulan II- 212 menjadi sebesar,65% (qtq) pada triwulan laporan (grafik 2.2). Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga Sulawesi Selatan (%; qtq) Sumber : BPS diolah q.t.q - %

44 % Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan- Rekreasi-Olahraga Sumber : BPS diolah y.t.d Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi- Olahraga No Keterangan PENDIDIKAN, R & OR 3, 2,94% 2,12% 1,38% 1 Pendidikan 4,18% 3,95% 3,47% 1,72% 2 Kursus/Pelatihan 13,61% 13,29%,76% 1,26% 3 Prlngkpn/Prltn Pendd.,47%,56% 1,7% 1,22% 4 Rekreasi,57%,7,6,74% 5 Olahraga 4,83% 3,99% 2,66% 2,38% Smb: BPS, diolah Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, secara tahunan laju inflasi kelompok ini pada triwulan IV-212 tercatat sebesar,63% (yoy) atau turun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar,77% (yoy) (grafik 2.22). Penurunan laju inflasi pada kelompok ini, terutama disebabkan oleh turunnya laju inflasi pada subkelompok sarana dan penunjang transportasi (tabel 2.8). Selain itu, subkelompok komunikasi-pengiriman mengalami deflasi. Hal ini diperkirakan sebagai dampak persaingan antar operator telepon seluler yang tercermin dari semakin kompetitifnya persaingan tarif. Selanjutnya, inflasi pada subkelompok transportasi juga mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terkait dengan menurunnya harga minyak dunia meskipun masih didorong oleh permintaan masyarakat pada lebaran (grafik 2.23) % Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi y.t.d Sumber : BPS diolah Tabel 2.8. Inflasi Tahunan Per-Sub Kel. Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan No Keterangan TRANSPOR, KOM. & JK,77%,57%,48%,63% 1 Transpor,79%,54%,6,73% 2 Kom. & Pengiriman -,8% -,13% -,13% -,1 3 Srn & Penunjang Transpor 2,84% 2,44%,84% 1,6% 4 Js Keuangan,,,19% 1,49% Smb: BPS, diolah 34 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

45 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, - Grafik Perkembangan Harga Minyak Dunia Minyak WTI USD/Barel Pertumbuhan tahunan (yoy) , 8, 6, 4, 2,, -2, -4, -6, Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan (%; qtq) 3 2 q.t.q % Sumber : BPS diolah Sementara itu, inflasi kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan tercatat sebesar,28% (qtq) atau sedikit menurun dari,3 (qtq) di triwulan sebelumnya (grafik 2.24). Penurunan laju inflasi pada kelompok dimaksud terutama pada subkelompok transpor. Hal demikian sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran Kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang mengalami perlambatan pertumbuhan triwulanan (grafik 2.25). Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Suku Cadang & Aksesori Indeks Pertumbuhan triwulanan (qtq) % 2 15% 1 5% -5% -1-15% 35

46 Inflasi Berdasarkan Kota Dari pergerakan data mengenai pertumbuhan inflasi 4 (empat) kota di Sulsel yang masuk dalam perhitungan inflasi, dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut: Berdasarkan perbandingan tingkat pertumbuhan inflasi dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, maka kota/daerah yang menunjukkan pergerakan pertumbuhan inflasi yang paling tinggi terdapat di Kota Makassar dengan tingkat inflasi pada periode laporan tercatat sebesar 4,61%, lebih rendah dibandingkan triwulan III-211 (6,58%) tetapi lebih tinggi dibandingkan triwulan II-212 (3,91%). Pertumbuhan inflasi kedua tertinggi di Sulsel adalah Kota Palopo dengan tingkat inflasi pada triwulan III-212 sebesar 4,15%, relatif meningkat dibandingkan triwulan III-211 maupun triwulan II-212 yang masing-masing tercatat sebesar 3,77% dan 3,99%. Watampone menduduki peringkat ketiga dengan tingkat inflasi sebesar 3,94% pada triwulan III-212, lebih tinggi dibandingkan triwulan III- 211 yang sebesar 3,87% tetapi lebih rendah dibandingkan triwulan II-212 (4,42%). Kota yang mengalami peningkatan inflasi terkecil adalah Pare-pare dengan tingkat inflasi sebesar 3,78%, sementara inflasi pada triwulan III-211 sebesar 2,39% dan pada triwulan II-212 sebesar 2,54% (grafik 2.26). Grafik Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Growth () 14, 12, 1, 8, 6, 4, Sumber : BPS diolah Makasar Palopo Pare-pare Watampone Sulawasi Selatan 2,, I II III IV I II III IV I II III IV I II III Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Sumbangan Inflasi Kota Keterangan Watampone,17%,17%,32%,32%,3,32%,17%,13%,2,19%,22% Makassar 2,9 2,91% 5,53% 5,51% 5,32% 5,35% 2,87% 2,42% 3,42% 3,24% 3,77% Palopo,19%,19%,37%,36%,35%,35%,19%,16%,22%,21%,25% Pare-pare,19%,19%,36%,36%,34%,35%,18%,16%,22%,21%,24% Sulawasi Selatan 3,45% 3,46% 6,58% 6,56% 6,32% 6,37% 3,37% 2,87% 4,6% 3,85% 4,48% Kota yang memberikan sumbangan inflasi terbesar untuk Provinsi Sulsel pada triwulan III-212 masih diduduki oleh Makassar sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel, yaitu sebesar 3,77%. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama 36 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

47 tahun 211 dan triwulan II-212 masing-masing sebesar 2,87% dan 3,24%. Hal yang serupa terjadi pada kota Palopo yang menyumbangkan inflasi,25% di triwulan III-212, atau meningkat dibandingkan triwulan III-211 dan triwulan II-212 masing-masing sebesar,19% dan,21% (tabel 2.9) 2.2. Disagregasi Inflasi Selain analisa inflasi berdasarkan pengelompokan Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan Classification of Individual Consumption According to Purpose (COICOP), dilakukan juga analisa disagregasi inflasi yang membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile dan administred inflation). Hal demikian dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, dimana inflasi dapat bersumber dari adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, nilai tukar, harga komoditas internasional, inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. Kemudian inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari inflasi komponen bergejolak (volatile foods) yang biasa dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered price), dimana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain. Sumbangan inflasi Sulsel, sejak triwulan II-21 sampai dengan triwulan I-211 didominasi oleh komponen bergerak (volatile inflation), kemudian pada urutan kedua adalah inti dan yang terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered inflation). Namun sejak triwulan II-211 sampai dengan triwulan laporan, sumbangan inflasi terbesar berasal dari inflasi inti, kemudian diikuti volatile inflation atau administered inflation, lihat grafik Dominasi sumbangan inflasi inti dalam inflasi di Sulsel triwulan III-212 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain ekspektasi masyarakat terhadap permintaan masyarakat pada saat bulan puasa dan lebaran dan biaya pendidikan yang meningkat pada tahun ajaran 37

48 baru, kemudian pengaruh meningkatnya harga komoditas emas dan melemahnya nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah. Grafik Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan Volatile 6, 5, 4, 3, Administered Inflation Core Inflation Volatile Inflation Grafik Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan Volatile 2, 15, 1, Administered Inflation Volatile Inflation Sumber: BPS Diolah Core Inflation Total 2, 5, 1,, -1,, -5, 2.3. Pemantauan Inflasi oleh KPW BI Wilayah I Pada tanggal 2 Agustus 212 dilakukan rapat teknis Forum Koordinasi Pematauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) Prov. Sulsel dengan topik Upaya Pengendalian Inflasi Bulan Puasa 212. Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: A. Upaya Pengendalian Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan di 4 Kota Pengukuran Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan : o Pasar Murah di 27 titik di 24 kabupaten/kota se-sulawesi Selatan yang dilaksanakan atas kerjasama Pemprov Sulsel, BMPD, BUMN, Kadinda, dan Kodam VII Wirabuana. Pelaksanaan Pasar Murah diharapkan dapat menurunkan ekspektasi harga masyarakat dan membantu masyarakat kurang mampu. o Melakukan pemantauan harga dan stok harian dari pasar tradisional dan distributor besar, terutama untuk komoditas gula, minyak goreng, tepung terigu, dan beras. o Meminta prioritas distribusi gula impor untuk kawasan timur Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan o Mengarahkan pada distributor untuk menjaga ketahanan pasokan agar dapat memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat selama bulan Puasa. Kota Makassar : o Menyelenggarakan Pasar Murah di Lapangan Hasanuddin o Memanggil distributor dan produsen makanan untuk meningkatkan pasokan dan produksinya selama bulan puasa. Dari hasil pertemuan tersebut ditemukan bahwa terjadi peningkatan perilaku konsumtif masyarakat. o Memerintahkan seluruh RPH (Rumah Potong Hewan) di Makassar untuk meningkatkan jumlah sapi yang dipotong hingga 1 ekor per hari selama bulan puasa. 38 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

49 o Mengirimkan edaran ke seluruh pasar modern di Makassar (minimarket dan supermarket) untuk memberikan harga diskon bagi produk-produk sembako selama bulan puasa. o Memantau langsung ketersediaan bahan makanan di pasar. o Disperindag Kota Makassar mengusulkan campur tangan pemerintah dalam menetapkan harga maksimal sembako di pasar dengan mengacu pada hasil pemantauan harga. Kota Parepare : o Menggelar Pasar Murah Peduli Rakyat pada bulan puasa bekerja sama dengan perbankan dan BUMN. o Pengendalian harga bahan pokok dengan memanfaatkan peran koperasi untuk memperpendek rantai distribusi. Dengan cara ini harga beberapa kebutuhan pokok di Parepare dapat ditekan rendah, bahkan lebih murah daripada harga di Kota Makassar. o Pemkot Parepare mengusulkan pemanfaatan pola kerja sama dengan koperasi tersebut juga dilakukan untuk komoditas lain seperti gula pasir. Kota Palopo : o Menggelar Pasar Murah selama 9 hari di sembilan kecamatan. Kabupaten Bone : o Menggelar Pasar Murah bekerja sama dengan BUMN o Operasi pasar dilakukan ketika harga melonjak terlalu tinggi. Meskipun demikian Pemkab Bone mengungkapkan bahwa Operasi Pasar hanya efektif untuk mengendalikan harga dalam jangka pendek. B. Pembentukan TPID Kabupaten Bulukumba Pada tahun 213 Kabupaten Bulukumba akan ditambahkan menjadi salah satu kota pengukuran inflasi Sulawesi Selatan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bulukumba menyetujui usulan pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di daerah tersebut. Pemkab Bulukumba berpendapat bahwa kenaikan harga di daerahnya lebih banyak disebabkan oleh buruknya infrastruktur jalan raya dan proses pengolahan makanan yang banyak dilakukan di luar daerah. C. Rencana Tindak Lanjut Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan telah memberikan banyak upaya dalam pengendalian inflasi menghadapi bulan puasa tahun ini. Namun demikian untuk menghadapi sisa 2 minggu bulan puasa, pemantauan dan 39

50 pengendalian harga melalui kecukupan pasokan dan stok masih perlu dilakukan. Dalam memantau kecukupan pasokan, peran Balai Karantina dianggap sangat penting, karena diperlukan data keluar-masuk barang di pintu-pintu pelabuhan. Hasil pemantauan harga yang dilakukan oleh beberapa instansi di Sulsel sebaiknya dipublikasikan kepada masyarakat melalui media online. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada pertemuan berikutnya. Selain permasalahan pasokan dan stok, kondisi infrastruktur transportasi di daerah menjadi tantangan tersendiri dalam pengendalian inflasi. Oleh karena itu pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur juga perlu diperhatikan pemerintah. Hingga akhir tahun 212, inflasi Sulsel perlu dijaga agar tetap rendah dan stabil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat. Target inflasi nasional yang sebesar 4,5% (yoy) dapat dijadikan acuan bagi pencapaian inflasi Sulsel tahun 212. Selanjutnya pada tanggal 18 September 212 dilakukan rapat teknis Forum Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) Prov. Sulsel dengan topik Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Sulawesi Selatan. Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: A. Rancangan Awal Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Dalam rangka pengendalian inflasi melalui jalur ekspektasi, dipandang perlu dibangun suatu Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Provinsi Sulawesi Selatan, sesuai Program Kerja FKPPI Sulsel 212 dan kesepakatan Rakornas III TPID 212 Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) merupakan suatu media yang memberikan informasi kepada masyarakat terkait harga komoditas pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat PIHPS Sulsel diharapkan dapat mengumpulkan informasi harga yang dimiliki berbagai instansi di Sulawesi Selatan untuk menjadi acuan masyarakat dalam penentuan harga. Dengan demikian PIHPS dapat meminimalkan assymetric information dan ekspektasi harga yang negatif. Direncanakan bahwa pembangunan PIHPS dibagi menjadi 3 tahapan sebagai berikut : o Tahap 1 Kajian (212) Identifikasi ketersediaan data Penentuan Kriteria Data PIHPS Penentuan Sumber Data PIHPS Perumusan Proses Bisnis PIHPS (anggaran, penanggung jawab updating data, pengelola data, dll) 4 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

51 o Tahap 2 Implementasi (Semester 1-213) Pembuatan website PIHPS Launching Website PIHPS Review dan Penyempurnaan Sistem o Tahap 3 Pengembangan ( ) Penambahan data dan infomasi stok dengan memanfaatkan data dari Balai Karantina, Disperindag Sulsel, dan Badan Ketahanan Pangan Sulsel. Diseminasi melalui media lainnya (running text, papan keterangan harga, layanan SMS, dll) Berdasarkan identifikasi awal ketersediaan data harga, instansi yang memiliki data harga di Sulsel, yaitu o Bank Indonesia o Dinas Perdagangan Sulsel o Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sulsel o Dinas Perikanan dan Kelautan Sulsel o Dinas Peternakan Sulsel o Badan Ketahanan Pangan Daerah Sulsel Metode pengambilan data harga setiap instansi berbeda-beda, sehingga data harga harian untuk komoditas yang sama bisa bervariasi di setiap instansi. Sebagai contoh Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Selatan memiliki metode sebagai berikut. o Data harga diambil setiap hari di 5 pasar utama di Makassar dan pasar-pasar lainnya di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. o Data harga dilaporkan dan dikompilaikan secara mingguan. Kemudian data tersebut dilaporkan ke pusat pada hari Rabu/Kamis dalam bentuk harga rata-rata mingguan. o Khusus di Makassar, data harga diambil di 3 pedagang yang berada di bagian depan, tengah, dan belakang pasar karena lokasi juga ikut menentukan tinggi/rendahnya harga. Metode pengambilan data harga setiap instansi berbeda-beda, sehingga data harga harian untuk komoditas yang sama bisa bervariasi di setiap instansi. B. Rencana Tindak Lanjut Data harga komoditas yang tersedia di Sulawesi Selatan mencapai 115 komoditas, dimana pada beberapa komoditas datanya dimiliki oleh lebih dari satu instansi. Karena metode pengambilan sampel harga di setiap instansi berbeda, maka data harga yang dihasilkan juga bervariasi. Pada pertemuan berikutnya akan dibahas: 41

52 o Kesepakatan mengenai komoditas-komoditas yang dianggap strategis untuk ditampilkan dalam PIHPS. o Kesepakatan mengenai cakupan wilayah (kabupaten/kota) yang datanya akan ditampilkan dalam PIHPS o Penentuan sumber data harga yang digunakan untuk setiap jenis komoditas dalam PIHPS. Penentuan sumber data dilakukan dengan mengacu pada kriteria yang disepakati bersama. Pertemuan dalam rangka pembahasan PIHPS akan dilakukan di luar Rapat Bulanan FKPPI Sulsel dengan dihadiri oleh tim teknis dari masing-masing pemilik data. 42 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

53 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran A. Perbankan Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-212 masih tumbuh pada level yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari indikator perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan total aset perbankan sebesar 23,64% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 25,98%. Penurunan pertumbuhan total aset tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan kredit. Perlambatan pertumbuhan kredit, sementara disisi lain terjadi sedikit peningkatan pertumbuhan DPK berdampak kepada penurunan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar 128,44% dari sebelumnya 13,53%. Sedangkan Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross tercatat sebesar 2,65%, masih berada dibawah batas aman 5,. Dibandingkan bank konvensional, pertumbuhan perbankan syariah Sulsel pada triwulan III-212 menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi baik dari sisi pembiayaan maupun DPK. Fungsi intermediasi perbankan syariah juga mengalami penurunan sehingga berdampak menurunkan level Finance to Deposit Ratio (FDR) dari 213,5% pada tahun sebelumnya menajdi sebesar 211,91% pada triwulan berjalan. Selanjutnya disisi lain, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) cukup baik, terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan DPK dan pembiayaan Kondisi Umum Perkembangan Kelembagaan Dari sisi kelembagaan, pada triwulan III-212, jumlah bank di Sulsel tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 41 bank. Namun demikian pada triwulan laporan terdapat penambahan 1 Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu PT. OCBC NISP. Untuk jumlah BPR tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 27. (tabel 3.1). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

54 Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan Perkembangan Aset Perbankan Total aset Bank Umum pada triwulan III-212 tumbuh sebesar 23,64% menjadi Rp74,75 triliun, melambat dibandingkan triwulan II-212 yang tumbuh sebesar 25,98% (tabel 3.2). Pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan didorong oleh peningkatan pertumbuhan aset bank asing dan bank campuran yang tumbuh dari 26,23% () pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 3,28% () pada triwulan laporan. Peningkatan aset bank asing dan campuran pada triwulan laporan didorong oleh pembukaan kantor 1 Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu PT. OCBC NISP. Sementara itu, meskipun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, pertumbuhan aset bank Pemerintah dan bank Swasta Nasional melambat dari 25,68% dan 26,45% () menjadi 23,99% dan 22,98% () pada triwulan III Intermediasi Perbankan Tabel 3.2 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Pertumbuhan () Nominal (Rp. Milyar) KOMPONEN I II III IV I II III I II III IV I II III Total Aset 27,17% 24,88% 23,55% 22,32% 26,33% 25,98% 23,64% Bank Pemerintah 23,8% 24,47% 21,23% 19,72% 27,44% 25,68% 23,99% Bank Swasta Nasional 34,19% 26,29% 27,72% 26,35% 24,36% 26,45% 22,98% Bank Asing dan Campuran 19,8-5,16% 2,96% 27,4% 39,33% 26,23% 3,28% Kinerja intermediasi perbankan mengalami penurunan tercermin dari penurunan level LDR menjadi 128,44% pada triwulan III-212 dibandingkan triwulan II-212 yang tercatat sebesar 13,53%. Penurunan LDR tersebut terutama karena peningkatan pertumbuhan DPK sementara pertumbuhan penyaluran kredit mengalami sedikit perlambatan Perkembangan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan III-212 mencapai Rp5,93 triliun atau tumbuh sebesar 23,98% () pada triwulan laporan, 44 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

55 meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 23,77% () tabel 3.3. Peningkatan pertumbuhan DPK terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan giro dari 15,62% pada triwulan II-212 menjadi 21,24% () disusul peningkatan pertumbuhan tabungan dari 3,3% menjadi 3,1 (). Sedangkan deposito tumbuh melambat dari 17,17% pada triwulan II-212 menjadi 14,6 pada triwulan laporan. Tabel 3.3 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Pertumbuhan () Nominal (Rp. Milyar) KOMPONEN I II III IV I II III I II III IV I II III 1. DPK 24,14% 19,56% 2,96% 22,58% 23,4% 23,77% 23,98% a. Giro 26,55% 17,16% 14,92% 17,4 21,14% 15,62% 21,24% b. Tabungan 33,87% 24,92% 19,97% 26,67% 27,9% 3,3% 3, c. Deposito 9,15% 12,18% 26,51% 17,39% 17,9% 17,17% 14, Kredit 25,59% 25,58% 29,86% 32,43% 26,3 26,32% 22,49% LDR (%) 124,18% 127,9 13, 124,62% 127,47% 13,53% 128,44% 4. NPLs Gross (%) 3,25% 3,36% 3,22% 2,63% 2,82% 2,88% 2,65% Penyaluran Kredit Pada triwulan III-212, penyaluran kredit perbankan di Sulsel tumbuh melambat menjadi 22,49 () pada triwulan laporan dari 26,32% () pada periode sebelumnya - tabel 3.4. Dibandingkan pertumbuhan kredit nasional sebesar 22,56% (), level pertumbuhan kredit perbankan Sulsel pada triwulan laporan tercatat sedikit lebih rendah. Dari sisi penggunaannya, kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 24,44% lebih tinggi dibandingkan laporan periode sebelumnya (22,14%). Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit investasi mengalami penurunan pertumbuhan masing-masing menjadi 22,54% dan 18,27% dibandingkan laporan periode sebelumnya (33,23% dan 22,23%). Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan KOMPONEN Kredit (lokasi proyek) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Pertumbuhan () Nominal (Rp Milyar) I II III IV I II III I II III IV I II III 25,59% 25,58% 29,86% 32,43% 26,3 26,32% 22,49% ,49% 26,4 3,44% 32,64% 3,45% 33,23% 22,54% ,72% 23,14% 33,94% 26,37% 28,2 22,23% 18,27% ,99% 26,3% 27,53% 35,33% 21,87% 22,14% 24,44% Penurunan pertumbuhan kredit investasi dan kredit modal kerja, sejalan dengan hasil Survei Konsumen BI Kantor Perwakilan Wilayah I Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) tentang ekspektasi kondisi perekonomian daerah yang cenderung menurun pada triwulan III-212. Berdasarkan hasil Survei Konsumen hingga September 212, tingkat keyakinan masyarakat Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

56 terhadap kondisi perekonomian daerah 6 bulan yang akan datang mengalami penurunan sebagaimana tercermin dari penurunan level Indeks Ekspektasi Konsumen (grafik 3.1). Sejalan dengan itu, tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi kegiatan suaha 6 bulan yang akan datang juga mengalami penurunan (grafik 3.2). Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Kondisi Kegiatan Usaha 6 bln y.a.d Indeks Ekspektasi Konsumen Smb : Survei Konsumen KBI Mks 25% 2 15% 1 5% -5% Kondisi Kegiatan Usaha 6 bln yg akan dtg Smb : Survei Konsumen KBI Mks % -3 Grafik 3.3 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. III-212 Konsumsi 43% Modal Kerja 38% Investasi 19% Grafik 3.4 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. III-212 Pertanian 2% Lain-lain 44% Pertambangan Industri 1% Pengolahan 8% Listrik, Gas, Air 1% Perdagangan 28% Konstruksi 6% Pengangkutan 3% Jasa Sosial Masyarakat 2% Jasa Dunia Usaha 5% Kredit konsumsi pada triwulan III-212 masih tercatat memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 42,99% atau sebesar Rp28,12 triliun, diikuti kredit modal kerja sebesar 37,69% atau Rp24,66 triliun dan kredit investasi sebesar 19,32% atau Rp12,64 triliun - grafik 3.3. Dibandingkan triwulan sebelumnya, proporsi kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar 1,89%, disusul proporsi kredit investasi turun,6%. Kondisi tersebut mendorong peningkatan proporsi kredit konsumsi meningkat sebesar 1,95%. Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan III-212 masih tetap didominasi 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor lain-lain yang mayoritas adalah kredit konsumsi, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 44,64%, 27,67% dan 8,23% (grafik 3.4). Hampir semua sektor ekonomi penyaluran kredit mengalami 46 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

57 penurunan pertumbuhan kecuali sektor listrik-gas-air dan sektor industri pengolahan yang masing-masing tumbuh sebesar 77,11% (y.o.oy) dan 32,65% () pada triwulan laporan dari 47,94% () dan 31,35% () pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan kredit didominasi oleh 4 sektor yaitu sektor jasa dunia usaha, sektor pengangkutan, sektor pertambangan dan sektor pertanian. Sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan kredit tertinggi adalah sektor pengangkutan yaitu dari 42,76% () pada triwulan sebelumnya menjadi 21,79% () pada triwulan laporan. Penurunan pertumbuhan kredit pada sektor pengangkutan diperkirakan karena masih berlanjutnya dampak pemberlakuan pengaturan Down Payment (DP) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) oleh Bank Indonesia pada Maret 212 yaitu minimal DP sebesar 25% untuk roda dua dan DP mnimal 3 untuk roda empat. Pengaturan DP tersebut juga berlaku bagi kendaraan keperluan produktif dengan DP minimal 2 untuk roda empat atau lebih. Tabel 3.5 Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi Pertumbuhan () Nominal (Rp. Milyar) KOMPONEN I II III IV I II III I II III IV I II III Kredit 18,1 25,59% 29,86% 32,43% 26,3 26,32% 22,49% Pertanian -2,9 54,26% 89,41% 82,16% 76,99% 59,15% 46,48% Pertambangan 28,95% 6,84% 81,8 7,1% 67,44% 45,71% 3,83% Industri Pengolahan 26,66% 21,16% 2,49% 26,11% 3,85% 31,35% 32,65% Listrik, Gas, Air 23,61% -5,16% -1,42% -17,93% -9,58% 47,94% 77,11% Konstruksi 48,34% 25,71% 23,45% 16,75% 9,7 2,17% 18,74% Perdagangan 32,43% 38,86% 24,68% 21,96% 32,17% 33,66% 26,95% Pengangkutan -11,53% -1,36% 39,67% 73,37% 75,71% 42,76% 21,79% Jasa Dunia Usaha 75,55% 155,22% 176, 93,8% 64,12% 49,78% 27, Jasa Sosial Masyarakat 11,16% -5,22% 12,9-4,59% -6,2% -7,96% -16,66% Lain-lain 2,97% 17,41% 27,59% 38,42% 2,23% 19,37% 19,5% Ditinjau dari aspek pengelolaan manajemen risiko, kondisi perbankan Sulsel pada triwulan III-212 masih menunjukkan performa yang semakin baik, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang masih terjaga pada level yang aman (dibawah 5%), yaitu sebesar 2,65%, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 2,88% (tabel 3.6). Tabel 3.6 Perkembangan NPLs Gross Bank Umum KOMPONEN III IV I II III IV I II III 4. NPLs Gross (%) 3,6% 2,94% 3,25% 3,36% 3,22% 2,63% 2,82% 2,88% 2,65% Secara sektoral, NPL tertinggi diwakili oleh sektor pertambangan tercatat sebesar 11,34% (grafik 3.5), diikuti sektor pertanian dan sektor jasa sosial masyarakat yang masingmasing sebesar 8,33% dan 5,4%. Rasio NPL yang sangat tinggi di sektor pertambangan diperkirakan karena dampak lanjutan dari penerbitan Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No.7/212 dan revisinya No.11/212 yang melarang Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

58 perusahaan tambang melakukan ekspor bahan mentah mineral mulai 6 Mei 212. Permen ESDM tersebut didasari oleh terbitnya UU No.4/29 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) sehingga berdampak terhadap kinerja perusahaan-perusahaan tambang kelas kecil dan menengah. NPL di sektor pertambangan pada triwulan laporan tercatat 11,34%, sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,59%. Grafik 3.5 NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan III-212 Listrik, Gas, Air Lain-lain Konstruksi Pengangkutan Pengolahan Jasa Dunia Usaha Perdagangan Jasa Sosial Masyarakat Pertanian Pertambangan,39% 1,81% 1,88% 1,97% 2,32% 3,47% 3,42% 5,4% 8,33% 11,34% 2% 4% 6% 8% 1 12% Kredit MKM Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah tercatat sebesar 27,35 % dari total kredit/pembiayaan Bank Umum Sulsel Pangsa kredit/ pembiayaan MKM per sektor ekonomi pada posisi September 212 sebagian besar masih didominasi oleh sektor perdagangan 56,2, diikuti oleh sektor jasa dunia usaha, sektor konstruksi dan di sektor lain-lain (konsumsi) yang masingmasing memiliki proprosi sebesar 8,15% ; 6,19% ; 6,2% (grafik 3.6). Penyaluran kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 21,81% () triwulan sebelumnya menjadi menjadi tumbuh sebesar 7,4% () - tabel 3.7. Beberapa sektor mengalami perlambatan pertumbuhan terutama pada sektor listrik, gas dan air; dan sektor pengangkutan. Penurunan pertumbuhan triwulan laporan didorong juga oleh pertumbuhan negatif pada sektor jasa sosial masyarakat, sektor konstruksi dan sektor pertambangan. Grafik 3.6 Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. III-212 Jasa Dunia Usaha Pengangkutan 8,15% 4,93% Perdagangan 56,2 Jasa Sosial Masyarakat 5,79% Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum () Lain-lain 6,2% Pertanian 5,74% Pertambangan,89% Industri Pengolahan 5,68% Listrik, Gas, Air,4 Konstruksi 6,19% 48 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

59 Pertumbuhan () Nominal (Rp. Milyar) KOMPONEN I II III IV I II III I II III IV I II III Kredit -13, 26,4 25,56% 37,35% 2,31% 21,81% 7,4% Pertanian 16, 17,5% 95,16% 153,66% 17,65% 77,64% 67,75% Pertambangan 24, 461,13% 245,3% 134,15% 52,95% 22,63% -4,24% Industri Pengolahan 128, 19,1 8,74% 15,91% 16,95% 33,66% 19,62% Listrik, Gas, Air 9, -3,51% 71,88% 117,79% 124,4% 45,7 3, Konstruksi 182, 7,62% 13,25% 17,5 1,2% 21,59% -21,38% Perdagangan 65, 46,92% 14,27% 21,44% 16,28% 21,45% 15,96% Pengangkutan 69, 9,82% 14,5 164, 139,49% 44,67% 7,43% Jasa Dunia Usaha 2, 49, 72,37% 8,13% 37,13% 4,5 24,98% Jasa Sosial Masyarakat 1, -4,96% 7,62% -2,97% -12,48% -12,35% -25,24% Lain-lain -8, -33,83% 57,91% 24,63% 16,9 2,99% -31,8% Perbankan Syariah Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah mengalami perubahan dibandingkan triwulan II-212 dari 11 menjadi 12 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (enam) Bank Umum Syariah dan 6 (enam) Unit Usaha Syariah. Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah Pertumbuhan () Nominal (Rp. Milyar) KOMPONEN I II III IV I II III I II III IV I II III 1. DPK 75,82% 34,9 35,77% 45,86% 26,15% 27,13% 3, a. Giro 14,79% 39,72% 44,16% 68,16% 21,52% 3,96% 22, b. Tabungan 78,6% 34,31% 43,11% 46,78% 39,11% 41,33% 3,33% c. Deposito 6,91% 34,25% 26,47% 38,97% 14,6 11,82% 32,27% Pembiayaan 78,25% 56,31% 47,17% 52,9 38,61% 31,44% 34,15% FDR (%) 188,11% 26,8% 25,67% 185,89% 26,7 213,5% 211,91% 4. NPFs Gross (%) 2,5 2,48% 2,62% 1,75% 1,53% 1,6 1,72% Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan III-212 cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari pertumbuhan DPK dan pembiayaan namun Finance to Deposit Ratio (FDR) - (tabel 3.8.) mengalami sedikit penurunan. Penurunan FDR terutama karena peningkatan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pembiayaan. FDR yang sangat tinggi sebesar 211,91% menunjukkan masih belum berimbangnya penghimpunan DPK dibandingkan pembiayaan. Namun demikian, kualitas pembiayaan yang tercermin dari Non Performing Financing sebesar 1,72% pada triwulan laporan masih tetap terjaga pada level yang aman. Meski relatif sedikit meningkat sebesar,12% dibandingkan triwulan II Perbankan BPR Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan III- 212 berjumlah 53 kantor. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

60 Pada triwulan III-212, total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat kontraksi sebesar 16,5% (), dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 36,6% () atau menjadi sebesar Rp1,6 milyar (grafik 3.7). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR/S mengalami penurunan pertumbuhan menjadi sebesar 41,58% () pada triwulan III-212, dibandingkan triwulan sebelumnya tumbuh 56,67% (). Di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tumbuh 44,86% (), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 78,9% (grafik 3.8.). Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LD BPR/S DPK Kredit LDR Smb : LB-BPR/S R p M ily a r Aset Smb : LB-BPR/S M ilyar Rp Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 157,6%, lebih rendah dibandingkan LDR pada triwulan II- 212 yang sebesar 174,9%. Penurunan LDR ini terutama karena penurunan pertumbuhan kredit/pembiayaan yang disalurkan pada triwulan III-212. B. Sistem Pembayaran 3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Pada triwulan III-212, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow sebesar Rp,36 triliun, dimana aliran uang masuk ke Bank Indonesia (inflow) melebihi aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan II-212, yang menunjukkan net outflow sebesar Rp,42 triliun (grafik 3.11). Kondisi net inflow pada triwulan laporan karena faktor musiman pasca liburan sekolah dan Ramadhan/Idul Fitri dimana kebutuhan uang kartal relatif menurun. Pada triwulan III-212, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp3,93 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan II-212 yang sebesar Rp2,75 triliun (grafik 3.9). Kemudian 5 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

61 untuk aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia juga mencatat peningkatan dari Rp3,17 triliun menjadi Rp3,57 triliun (grafik 3.1). Grafik 3.9 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) Grafik 3.1 Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, Inflow Y.O.Y , 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, Outflow Y.O.Y ,5-5,5-5 Triliun Rp - -1 Triliun Rp - -1 Grafik 3.11 Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar (Net Inflow) 2,5 2, Net Flow 1,5 1,,5 - (,5) (1,) Triliun Rp 3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Dalam rangka penerapan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh daerah di Sulsel. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan PTTB pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp,5 triliun, menurun apabila dibandingkan PTTB pada triwulan II-212 yang sebesar Rp,15 triliun (grafik 3.12). Sementara rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,5% pada triwulan II-212 menjadi 1,3%. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

62 Grafik 3.12 Pemberian Tanda Tingkat Berharga dan Inflow Inflow & PTTB (Triliun Rp) 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 Inflow PTTB PTTB/Inflow PTTB / Inflow, 3.7. Perkembangan Temuan Uang Palsu Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulampua melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah hingga ke pelosok daerah. Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan III-212 adalah Rp5., (287 lembar) diikuti Rp1., (242 lembar), Rp2., (6 lembar), Rp5., (4 lembar) dan Rp1., (2 lembar), lihat grafik Grafik 3.13 Temuan Uang Palsu 52 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

63 5. 53,5% 2. 1,11% 1. 47,8 1, 24.21% 5.,74% 1., 2., 3.8. Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring Perkembangan RTGS Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan III-212 sebesar Rp45,3 triliun atau tumbuh negatif sebesar 3,7% () dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp53,3 triliun. Hal tersebut berlawanan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 39,5% (), lihat grafik Transaksi BI-RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai sebesar Rp34,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan aliran yang keluar (outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp1,7 triliun Triliun Rp Grafik 3.14 Transaksi RTGS Total Transaksi Total Y.O.Y Pada triwulan III-212, pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulsel via RTGS menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan triwulan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

64 sebelumnya, yaitu dari 45,1% (yoy) menjadi 2,2% (yoy) - grafik Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan aliran dana yang keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan yang mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan II-212, yaitu tumbuh sebesar 27,4% turun menjadi kontraksi 18,7% (yoy), lihat grafik Grafik 3.15 Transaksi RTGS Incoming Grafik 3.16 Transaksi RTGS Outgoing 4 Incoming 9 18 Outgoing Y.O.Y Y.O.Y Triliun Rp Triliun Rp Perkembangan Kliring Pertumbuhan kliring pada triwulan III-212 menunjukkan kondisi yang berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh 17,5 (yoy) pada triwulan II-212 menjadi kontraksi 22,9% (yoy) pada triwulan laporan. Dari sisi rata-rata harian, nilai perputaran kliring tercatat mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan III-212 tercatat sebesar Rp11 miliar, mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan II-212 yang sebesar Rp152 miliar. Untuk rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal rasio rata-rata warkat yang ditolak meningkat dari sebesar,12% pada triwulan II-212 menjadi sebesar 2,5% pada triwulan laporan. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari,11% menjadi 2,3%. lihat tabel 3.9. Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Total Perputaran Kliring URAIAN Nominal (triliun rupiah) 7,2 7,3 7,9 8,3 8,2 8, 8,6 9,5 6,4 9,4 6,7 - Lembar (ribuan) 253,5 259,8 261,6 267,9 265, 27,6 22,2 294, 28,1 283,7 21, Rata-rata Harian Perputaran Kliring - Nominal (triliun rupiah),113,113,12,126,128,135,13,148,12,152,11 - Lembar (ribuan) 3,96 4, 3,96 4,6 4,14 4,44 3,6 4,59 4,45 4,58 3,3 Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/ BG Kosong - Nominal (%) 1,73 2,1 2,3 1,9 2,4 2,5 2,46 2,1 4,18,12 2,5 - Lembar (%) 1,78 1,86 2,17 2,1 2,1 2,24 3,28 2,8 2,58,11 2, Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

65 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

66 Bab 4 Keuangan Daerah Pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 211 yang cukup tinggi memberikan dampak positif pada keuangan daerah, yang tercermin dari meningkatnya target anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Sulsel tahun 212 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 212, kinerja fiskal daerah Sulsel pada triwulan III-212 menunjukkan perkembangan yang cukup baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 211. Pada sisi penerimaan, realisasi jumlah pendapatan sebesar 72,3% pada triwulan III-212. Realisasi belanja daerah pada periode laporan relatif belum optimal, yaitu sebesar 63,6 dan diperkirakan akan terakselerasi cukup besar pada triwulan mendatang Pendapatan Daerah Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III-212 tercatat sebesar Rp3,14 triliun atau mencapai 72,3% dari total target pendapatan sebesar Rp4,6 triliun. Secara nominal, pencapaian realisasi pendapatan tersebut lebih kecil dibandingkan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun 211 sebesar Rp2,27 triliun. Dari komponen pendapatan, realisasi Dana Perimbangan mencapai 78,26%, terutama didorong oleh sub komponen Dana Alokasi Umum (DAU) yang sebesar Rp,83 triliun atau 83.33%. Sementara realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp1,61 triliun atau sebesar 68,37%. Sumber penerimaan PAD terbesar berasal dari Pendapatan Pajak Daerah mencapai Rp1,4 triliun atau sebesar 66,75% dari total PAD. Adapun realisasi pada sub-komponen Pendapatan Pajak Daerah tersebut juga menggambarkan kondisi yang cukup baik dari aktivitas ekonomi khususnya konsumsi rumah tangga di Sulawesi Selatan pada triwulan III Belanja Daerah dan Transfer Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan III-212, realisasinya terlihat mengalami percepatan, dengan nilai sebesar Rp2,55 triliun atau 65,83% dari target tahun anggaran yang ditetapkan sebesar Rp3,87 triliun. Bedasarkan perbandingan antara realisasi belanja dan pendapatan daerah tersebut maka sampai dengan triwulan III-212 terjadi surplus (selisih lebih) anggaran sebesar Rp,28 triliun, relatif lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp,38 triliun. Namun demikian terdapat Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

67 peningkatan realisasi anggaran belanja sebesar 72,25% dari sebesar Rp1,48 triliun pada triwulan III-211 menjadi Rp2,55 triliun pada tiwulan III-212. Persentase realisasi belanja daerah yang terbesar terjadi pada pos Belanja Pegawai yang mencapai 71.15%, diikuti oleh pos Belanja Hibah sebesar 64,96%, Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota & Pemerintahan Desa sebesar 63,93%, kemudian. Secara total, realisasi pos Belanja Tidak Langsung pada triwulan laporan mencapai sebesar 66,39% (Rp 1,83 triliun), relatif lebih tinggi apabila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar RP,83 triliun. Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan III-212 NO. U R A I A N ANGGARAN 211 Realisasi s/d TRIWULAN III-211 ANGGARAN 212 Realisasi s/d TRIWULAN III-212 Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI 1. PENDAPATAN 1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1, , % 2, , % - Pendapatan Pajak Daerah 1, , % 2, , % - Pendapatan Retribusi Daerah % % - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan % % - Lain-lain PAD yang Sah % DANA PERIMBANGAN 1, % 1, , % - Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk % % - DAU % % - DAK % Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Lain-lain Pendapatan yang Sah % JUMLAH PENDAPATAN 2, , % 4, , % 2. BELANJA 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 1, , , % - Belanja Pegawai % % - Belanja Bunga % Belanja Hibah % 1, % - Belanja Bantuan Sosial % Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota&Pemerintahan Desa % % - Belanja Tidak Terduga % 2.2. BELANJA LANGSUNG 1, , % - Belanja Pegawai % - - #DIV/! - Belanja Barang & Jasa % % - Belanja Modal % % JUMLAH BELANJA 2, , % 3, , % TRANSFER % TOTAL BELANJA 2, , % 4, , SURPLUS / (DEFISIT) (99.78) % (173.86) % 3. PEMBIAYAAN (Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah) 3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH % % 3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH % JUMLAH PEMBIAYAAN % #DIV/! % #DIV/! Sumber : Biro Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan) Ket : Angka Sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan) RAPBD-P (Rencana Anggara Pendapatan Belanja Daerah-Perubahan) Realisasi Belanja Langsung lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Barang & Jasa dengan realisasi sebesar 64,11%. Pada sisi lain, realisasi belanja modal masih baru mencapai sebesar 44,27%. Pencapaian realisasi belanja modal tersebut cenderung menurun apabila dibandingkan dengan tahun 211 yang sebesar 48,89% (yoy). Meskipun demikian pertumbuhan investasi Sulsel pada triwulan II-212 masih cukup tinggi, yaitu mencapai 56 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

68 36,72% (yoy), yang sebagian besar ditopang oleh kegiatan investasi sektor swasta. Hal tersebut tentunya memberikan dampak yang baik, sehingga investasi pemerintah dapat difokuskan pada pembangungan infrastruktur yang mendukung akses kegiatan ekonomi masyarakat, namun kurang diminati swasta. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

69 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 58 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

70 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perekonomian Sulawesi Selatan hingga Agustus 212 terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 212 (62,8%) yang masih cukup tinggi. Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan tercatat mengalami penurunan sebesar,7%, dari 6,6% pada Agustus 212 menjadi 5,9% pada Agustus 211. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan masih memberikan kontribusi positif pada tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang masih tumbuh positif meski terus melambat pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada triwulan III-212 tercatat tumbuh sebesar,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh,58% (yoy) Ketenagakerjaan Perkembangan ketenagakerjaan Sulawesi Selatan hingga Agustus 212 sedikit menurun tercermin dari penurunan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja sedikit menurun sebesar 1,43% dari 3,61 Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama juta orang pada Agustus 211, menjadi 3,56 juta orang pada Agustus 212 (Tabel 5.1). Di sisi lain, terjadi pula kenaikan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar,93%, dari sebesar 5,62 juta orang per Agustus 211 menjadi 5.67 orang per Agustus 212. Menurunnya jumlah angkatan kerja sedangkan terjadi peningkatan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas, menyebabkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurun dari 64,3% pada Agustus 211 menjadi 62,8% pada Agustus 212. Meski demikian, indikator ketenagakerjaan lain yang cukup menggembirakan adalah menurunnya jumlah pengangguran dari orang per Agustus 211 menjadi orang per Agustus 212 yang mengakibatkan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar,7% sehingga menjadi 5,9% pada Agustus 212. Menurunnya TPT Sulawesi Selatan tersebut Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

71 mengindikasikan bahwa perekonomian Sulawesi Selatan masih cukup baik dalam menyerap tenaga kerja. Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Agustus 211 dibandingkan Agustus 212, komposisi tenaga kerja di sektor pertanian relative sama, sebaliknya komposisi tenaga kerja di sektor non pertanian meningkat, khususnya pada sektor perdagangan/hotel/restoran. Pangsa jumlah tenaga kerja di sektor pertanian pada Agustus 212 tercatat sebesar 44%, relatif tidak berubah dibandingkan Agustus 211 yang share-nya juga tercatat sebesar 44%. Di sisi lain, pangsa jumlah tenaga kerja pada sektor perdagangan-hotel-restoran sedikit menurun dari 19% pada Agustus 211, menjadi sebesar 18% pada Agustus 212. Hal ini sejalan dengan penurunan tingkat hunian kamar hotel berbintang di Sulsel pada triwulan III-212 (Bab Perkembangan Kondisi Makroekonomi). Selanjutnya sektor yang masih memiliki share tenaga kerja yang cukup besar dibandingkan sektor lainnya adalah sektor jasa-jasa, yang pangsanya relatif tetap dari yaitu 17%. Grafik 5.1. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 211 Agustus 212 Lainnya *) 13% Lainnya *) 14% Jasa-jasa 17% Pertanian 44% Jasa-jasa 17% Pertanian 44% Perdagangan /Hotel/Ruma h Makan 19% Industri 7% Perdaganga n/hotel/ru mah Makan 18% Industri 7% 5.2. Kesejahteraan Nilai Tukar Petani Pada triwulan laporan, pertumbuhan daya beli masyarakat yang bekerja di sektor pertanian mengalami sedikit penurunan, tercermin dari melambatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Selatan sejak pertengahan tahun 211 sampai dengan triwulan laporan. Pertumbuhan NTP Sulawesi Selatan pada triwulan III-212 tercatat tumbuh,36% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh,58% (yoy) (lihat grafik 5.2). Pergerakan NTP yang cenderung melambat, tercermin dari meningkat cukup besarnya indeks yang harus dibayarkan petani karena faktor 6 Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

72 kenaikan harga yang dipicu oleh kenaikan permintaan di bulan Ramadhan dan Hari Raya Keagamaan (Idul Fitri). Meskipun secara umum daya beli petani cenderung tumbuh melambat, namun daya beli petani Sulawesi Selatan pada triwulan laporan relatif meningkat yang tercermin pada peningkatan indeks yang diterima petani. Perkembangan pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani menunjukan kenaikan dari sebesar 4,19% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 5,4% pada triwulan laporan (grafik 5.3). Secara rata-rata terjadi peningkatan pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani pada triwulan II-212 sejalan dengan masuknya periode Panen Raya tahap II. Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani NTP 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% -1% -2% Indeks Yang Diterima Petani 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% Grafik 5.4 Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani Indeks Yang Dibayar Petani 16% 14% 12% % % 4% 2% 11 Meski demikian, Indeks yang Dibayar Petani menunjukkan kenaikan pertumbuhan yaitu yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan Indeks yang Diterima Petani, yaitu dari 3,58% (yoy) pada triwulan I-212 menjadi 4,95% pada triwulan laporan (grafik 5.4). Kenaikan pertumbuhan Indeks yang Dibayar Petani sejalan dengan meningkatnya tekanan inflasi Sulawesi Selatan pada triwulan III-212 yang cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Keagamaan (Idul Fitri). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 211 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 211 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan II -

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2011 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 009 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 009 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 212 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I - 212 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV 2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR. Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin

Kata Pengantar. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR. Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan III - Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan. Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan. Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL NOVEMBER 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci