KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2011"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 211

2 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

3 Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 24, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 22 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 27 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, Agustus 211 BANK INDONESIA MAKASSAR ttd. Lambok A. Siahaan Pemimpin Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II iii

4 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank iv Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. I-211 ~5 BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ Permintaan Daerah ~ Konsumsi ~ Investasi ~ Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) ~ Penawaran Daerah (Sektoral) ~ Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan~ Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ Sektor Bangunan ~ Sektor Angkutan Komunikasi ~ Sektor Pertanian ~ Sektor Jasa-jasa ~ Sektor Pertambangan-Penggalian ~ Sektor Listrik-Gas-Air ~ Sektor Industri Pengolahan ~ 25 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ Perkembangan Inflasi ~ Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ Inflasi Berdasarkan Kota ~ Disagregasi Inflasi ~ Pemantauan Inflasi oleh KBI~ 44 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 47 A. Perbankan~ 47 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II v

6 3.1. Kondisi Umum ~ Perkembangan Kelembagaan ~ Perkembangan Aset Perbankan ~ Intermediasi Perbankan ~ Perkembangan Dana Masyarakat ~ Penyaluran Kredit ~ Kredit UMKM ~ Perbankan Syariah ~ Perbankan BPR ~ 55 B. Sistem Pembayaran~ Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ Perkembangan Kliring dan RTGS ~ Perkembangan RTGS ~ Perkembangan Kliring ~ 59 BOKS I PENGEMBANGAN KLUSTER CABE DI KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN ~ 61 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ Pendapatan Daerah ~ Belanja Daerah dan Transfer ~ 63 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ Ketenagakerjaan ~ Kesejahteraan ~ Nilai Tukar Petani ~ Jumlah Penduduk Miskin ~ Survei ~ 69 BAB 6 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ Outlook Kondisi Makroregional ~ Outlook Inflasi ~ Prospek Perbankan ~ 77 LAMPIRAN ~ 79 vi Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

7 Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 9 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 11 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 14 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan~ 17 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran~ 18 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan~ 19 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan~ 2 Grafik 1.1. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 21 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 23 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 23 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 25 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 27 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 29 Grafik 2.4. Harga CPO Internasional ~ 29 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 3 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang~ 31 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas~ 31 Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan~ 31 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan ~ 31 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 32 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Bahan Kimia~ 32 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 33 Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 34 Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau Sulawesi Selatan ~ 34 Grafik Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi- Rokok SPH di Makassar~ 35 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau~ 35 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar~ 36 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sulawesi Selatan ~ 36 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi ~ 37 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 38 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~38 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 38 Grafik Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini DIbandingkan 6 b.y.l~ 38 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis ~39 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 4 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan ~ 4 Grafik Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~41 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan & Suku Cadang ~41 Grafik Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II vii

8 Grafik 2.3. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 44 Grafik 2.3. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 44 Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 5 Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bln y.a.d~ 5 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 5 Grafik 3.4. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 5 Grafik 3.5. NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 52 Grafik 3.6. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 53 Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S ~ 55 Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 55 Grafik 3.9. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 56 Grafik 3.1. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) ~ 56 Grafik Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 57 Grafik Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.IV-21 ~ 57 Grafik Transaksi RTGS Total Transaksi ~ 58 Grafik Transaksi RTGS Incoming ~ 59 Grafik Transaksi RTGS Outgoing ~ 59 Grafik 5.1. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 66 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 67 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 67 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 68 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 68 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-sulampua per Maret 21 ~ 69 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 69 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 69 Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 73 Grafik 6.2. Indeks PDRB SUlsel (yoy) dan Proyeksinya~ 73 Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan y.a.d ~ 73 Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 73 Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 73 Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 73 Grafik 6.7. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 74 Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 76 Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 76 Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 77 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 77 viii Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

9 Daftar Tabel Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (yoy) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (yoy) ~ 16 Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 28 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang~ 31 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 32 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 34 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 36 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 38 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 4 Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 43 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 47 Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 48 Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 49 Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 49 Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 52 Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 52 Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y) ~ 53 Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 54 Tabel 3.9. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. II-211~ 58 Tabel 3.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 6 Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester II-21~ 64 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 65 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II ix

10 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank x Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

11 Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II-211 cenderung meningkat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya namun melambat dibandingkan triwulan II-21 (sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-211 tercatat sebesar 8,62% (y.o.y), sementara pada triwulan II-21 sebesar 9,4%. Namun cenderung meningkat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-211 sebesar 7,34%. Perekonomian Sulsel pada triwulan II- 211 tumbuh di atas pertumbuhan nasional yang sebesar 6,49% (y.o.y), dengan pola pertumbuhan yang relatif searah. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), sektor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah pertanian, perdaganganhotel-restauran, keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan II-211, masih sejalan dengan proyeksi inflasi di kisaran 6,72% ±.5% (y.o.y), meningkat pada tingkat yang moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan II-211 sebesar 6,37% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan II-21 sebesar 5, (y.o.y) dan juga apabila dibandingkan triwulan I-211 sebesar 6,32% (y.o.y). Sementara itu, dibandingkan inflasi Nasional sebesar 5,54% (y.o.y) 1, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih tinggi. Secara tahunan, terdapat 3 (tiga) kelompok komoditas yang memiliki laju inflasi tertinggi yaitu kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hampir semua kelompok mengalami peningkatan, kecuali kelompok pendidikan. 1 Sumber : BPS Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

12 Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan Sulsel pada triwulan II-211 secara umum mengalami pertumbuhan yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan I-211. Hal ini tercermin dari peningkatan beberapa indikator perbankan seperti penyaluran kredit dan LDR, sedangkan penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga) mengalami perlambatan. Penyebab meningkatnya kinerja perbankan tersebut terutama karena peningkatan pertumbuhan di sisi kredit pada Bank Umum konvensional, selain itu kinerja Bank Syariah yang juga menunjukan peningkatan pertumbuhan pada penyaluran kredit. Sejalan dengan itu, kinerja intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh nilai LDR (Loan to Deposit Ratio) secara keseluruhan mengalami peningkatan pertumbuhan, terutama karena pertumbuhan kredit melebihi pertumbuhan DPK. Sedangkan NPLs (Non Performing Loans) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross adalah sebesar 3,36%, masih berada dibawah batas aman 5,. Meski di sisi lain, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) relatif menurun namun masih pada tingkat yang moderat. Nilai transaksi tunai maupun non tunai pada triwulan II-211 menunjukkan peningkatan, sejalan dengan masih tingginya pertumbuhan ekonomi Sulsel dan juga sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit dan LDR di Sulsel pada triwulan laporan. Pada triwulan II-211, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow sebesar Rp,19 triliun. Kemudian, jumlah uang kartal dengan kondisi tidak layak edar yang telah dibukukan sebagai PTTB tercatat sebesar Rp1,75 triliun, relatif meningkat apabila dibandingkan PTTB pada triwulan I-211. Sedangkan Jumlah temuan uang palsu di KBI Makassar selama triwulan laporan tercatat sebanyak 217 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp14,7 juta, mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya Dari sisi transaksi non-tunai, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan II-211 meningkat menjadi Rp38,2 triliun atau tumbuh sebesar 9,1% (y.o.y). Transaksi BI- RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulsel. Selain itu, nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp8,3 triliun atau tumbuh sebesar 12,71% (yoy), dimana secara nominal dan pertumbuhan jumlah kliring pada triwulan II-211 relatif sama dibandingkan triwulan I-211. Asesmen Keuangan Daerah Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan II-211 berada pada posisi yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 21. Pada sisi penerimaan, realisasi jumlah pendapatan mencapai 49,37% pada triwulan II- 211, meski demikian jika dilihat dari sisi belanja daerah realisasi pun masih relatif kecil. 2 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

13 Kondisi tersebut relatif sejalan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II- 211 yang relatif kecil, yaitu sebesar,19% (y.o.y). Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel hingga Februari 211 terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari naiknya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 211 (65,) apabila dibandingkan tahun sebelumnya (62,2%). Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan sebesar 1,3%, dari 8, pada Februari 21 menjadi 6,7% pada Februari 211. Selanjutnya di sisi lain pertumbuhan ekonomi Sulsel juga memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II- 211 tercatat tumbuh meningkat sebesar 6,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,13% (yoy). Prospek Ekonomi Triwulan II-211 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-211 diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Pada sisi permintaan, perkiraan peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-211, dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, swasta dan pemerintah sejalan dengan proyeksi meningkatnya aktivitas perekonomian Sulsel. Realisasi belanja pemerintah yang masih relatif kecil pada periode laporan diperkirakan akan mulai meningkat cukup besar pada triwulan mendatang. Selain itu, hadirnya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri diproyeksikan ikut menjadi pemicu dorongan konsumsi Sulsel. Kemudian investasi pada triwulan III-211 diprediksi masih tinggi sejalan dengan masih derasnya penanaman modal asing di Sulsel yang terlihat sejak awal tahun 211. Pada sisi eksporimpor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel akan cenderung meningkat. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya permintaan Jepang pasca tsunami yang memasuki proses recovery perekonominnya. Selain itu pembangunan PLTA Karebe yang diprediksi akan selesai pada triwulan III-211. PLTA dimaksud dapat memproduksi energi hidroelektrik yang cukup besar untuk menggantikan bahan bakar dan diesel yang ada dan memasok tanur-tanur listrik di fasilitas Sorowako, serta akan mengurangi biaya energi perseroan dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan diprediksikan karena meningkatnya kinerja sektor pertanian, angkutan-komunikasi, industri pengolahan dan pertambangan-penggalian. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

14 Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung melambat pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan II-211. Tekanan inflasi pada triwulan III-211 diperkirakan masih bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan administered inflation. Sementara laju inflasi inti masih relatif terkendali. Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-211 diperkirakan akan tumbuh cukup baik meski cenderung melambat. Intermediasi perbankan diprediksi akan sedikit melambat sehubungan dengan meningkatnya biaya dana alias cost of fund. Selain itu, perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) diperkirakan melambat, sejalan dengan proyeksi peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan III-211. Meski demikian, perkembangan perbankan Sulsel masih terus tumbuh meningkat tren-nya dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. 4 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

15 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN a. INFLASI dan PDRB INDIKATOR ** MAKRO Indeks Haga Konsumen - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Irian Jaya Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Irian Jaya Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 3, , , , , , Pertambangan dan Penggalian 1, , , , ,5.8 1, Industri Pengolahan 1, , , , ,7. 1, Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran 2, , , , , , Angkutan dan Komunikasi 1, , , , ,21. 1, Keuangan, Persewaan dan Jasa ,1. 1, Jasa-jasa 1, , , ,43.4 1, ,467.6 Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) * Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) *) Sementara Catt : Per Trw.II-28, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 27 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

16 LANJUTAN... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR ** BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar) 42,63 46,117 48,938 52,865 53,491 56,464 D P K (Rp. Miliar) 3, , , , , ,94.15 Giro 5, , , , , , Tabungan 14, , , , , ,265.8 Deposito 1, , , , , ,382.7 Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 37, , , , , , Modal Kerja 13, , , , , , Investasi 7, , , , , , Konsumsi 15, , , , , ,93. L D R % % 121.9% % % % Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 37, , , , , , Pertanian Pertambangan Industri pengolahan 2, , , , ,7.81 3, Listrik,Gas dan Air Konstruksi 1, , , , , , Perdagangan 9,57.4 9, , , , , Pengangkutan 1, , ,2.97 1,5.47 1,4.9 1, Jasa Dunia Usaha 1, , , , Jasa Sosial Masyarakat 1, , , , , , Lain-lain 18, , , , , , Kredit UMKM (Rp. Miliar) 17, , , , , , Kredit Mikro* (Rp. Miliar) 3, , , , , , Modal Kerja 1, , , , , Investasi Konsumsi 2, , Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) 1, , , , , , Modal Kerja 3, , ,16.6 4, , , Investasi 1, , , , , , Konsumsi 5, , Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) 3, , , , ,86.8 4, Modal Kerja 2, , ,54.8 4, ,.27 3, Investasi , , , , Konsumsi NPL Total gross (%) 3.47% 2.95% 3.6% 2.94% 3.25% 3.54% NPL UMKM gross (%) 2.99% 3.1% 3.75% 3.94% 4.89% 5.88% BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar) 1, , , , , , D P K (Rp. Miliar) , , ,289.1 Giro Tabungan Deposito Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Milia 1, ,65.8 1, ,2.19 2, , Modal Kerja Investasi Konsumsi , , , FDR % % 25.21% % % 26.8% Catt. * (<Rp. 5 Juta) ** (Rp. 5 < X < Rp. 5 Juta) *** (Rp. 5 Juta < X < Rp. 5 M) **** Data Sementara 6 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

17 Bab 1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan II-211 mengalami peningkatan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-21 (sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-211 tercatat sebesar 8,62% (y.o.y), sementara pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-211 sebesar 7,34% dan triwulan II-21 mencapai 9,4%. Perekonomian Sulsel pada triwulan II-211 tumbuh di atas pertumbuhan nasional yang sebesar 6,49% (y.o.y), dengan pola pertumbuhan yang relatif searah, dan telah berlangsung selama dua tahun terakhir. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama didukung oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), sektor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restauran, dan sektor keuangan-persewaan-jasa keuangan. Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 1 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% y.o.y Sulsel y.o.y Nas Sumber : BPS, diolah * 2** 1.1 Permintaan Daerah Pada triwulan II-211, secara umum seluruh komponen permintaan mengalami pertumbuhan positif. Kegiatan investasi masih menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel. Peran konsumsi yang sebelumnya lebih dominan dalam Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

18 memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan perekonomian Sulsel mulai digeser perannya oleh kinerja investasi sejak triwulan I-211. Pertumbuhan investasi pada triwulan II- 211 tercatat sebesar 18,56% (y.o.y), sehingga memberikan sumbangan sebesar 4,12%. Sementara pertumbuhan konsumsi cenderung melambat pada triwulan laporan menjadi sebesar 4,9% (y.o.y) atau lebih kecil apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,65% (y.o.y), namun masih memberikan sumbangan yang cukup baik sebesar 2,79%. Sedangkan kegiatan perdagangan eksternal menunjukan peningkatan pertumbuhan baik ekspor maupun impor, sehingga mengakibatkan net ekspor tumbuh signifikan sebesar 17,88% (yoy) pada triwulan II-211 dan memberikan sumbangan sebesar 1,71%. Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) PERIODE PERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy) Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL % 32.3% 44.4% 4.98% 55.43% 4.9% 3.34% 6.29% 2.79% 15.25% 5.54% 4.9% % 11.9% 3.4% 36.22% 5.13% 6.19% 4.31% 2.34% 13.62% 13.16%.46% 6.19% % 29.27% 46.39% 38.34% 8.4% 4.41%.22% 12.87% 16.28% 3.41% 8.4% % % 43.77% % 5.17% 4.43% 1.65% 13.71% 3.6% 6.53% % 2.75% 9.54% 98.8% 53.35% 7.35% 4.38%.69% 22.98% % 7.35% % 9.64% 57.6% 67.22% 29.55% 9.4% 4.53% 2.13% 17.4% 14.66% 2.38% 9.4% % 7.3% % 18.68% 7.39% 3.88% 1.39% 18.5% 15.93% 2.13% 7.39% % 6.62% 18.27% 12.97% 57.38% 8.93% 4.16% 1.48% 8.77% 5.48% 3.29% 8.93% % 28.44% % 44.24% 7.34% 3.26% 6.78% 2.66% 5.36% % 2 4.9% 18.56% % 17.88% 8.62% 2.79% 4.12% 9.98% 8.27% 1.71% 8.62% 3 4 Sumber : BPS & Proyeksi BI Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori * Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara 29 21* 211** Konsumsi Kinerja konsumsi pada triwulan laporan masih cukup baik yaitu tercatat sebesar 4,9% (y.o.y), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan I-211 sebesar 4,65% (y.o.y) dan triwulan II-21 sebesar 6,48% (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi yang relatif melambat tersebut dipengaruhi oleh realisasi anggaran pemerintah yang sampai dengan triwulan II-211 belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan realisasi sebesar 33,94% dari total anggaran Rp1,1 triliun (lihat Bab Keuangan Daerah). Sejalan dengan itu, konsumsi rumah tangga-nirlaba juga mengalami perlambatan pertumbuhan pada tingkat yang moderat. Selain itu, apabila dibandingkan dengan triwulan II-21 terdapat perbedaan yang relatif menonjol, yaitu pada triwulan II-211 tidak terdapat penyelenggaraan pemilukada, sedangkan pada triwulan II-21 ada sebanyak 1 pemilukada kabupaten/kota1 di Sulawesi Selatan dengan jumlah kandidat relatif cukup banyak. Pertumbuhan konsumsi yang melambat tersebut, didukung pula oleh hasil survei konsumen Bank Indonesia Makassar yang menunjukkan penurunan optimisme Indeks 1 Sepuluh kabupaten dimaksud adalah Luwu Utara, Bulukumba, Maros, Pangkep, Tana Toraja, dan Soppeng, Gowa, Barru, Luwu Timur, Kepulauan Selayar. 8 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

19 Keyakinan Konsumen pada triwulan laporan dibandingkan triwulan I-211 (grafik 1.2.1). Prompt indikator yang juga menunjukkan penurunan konsumsi adalah melambatnya volume impor consumer goods (grafik 1.2.4). Sementara, pemakaian air (grafik ) dan perkembangan indeks penjualan eceran kelompok bahan bakar (grafik ) menunjukan pergerakan yang relatif stabil. Selain itu, perkembangan indeks penjualan eceran untuk kelompok peralatan rumah tangga (grafik ) juga relatif stagnan jika dibandingkan dengan triwulan I-211. Meskipun demikian, tingkat pertumbuhan konsumsi Sulsel sebesar 4,9% (y.o.y) dinilai masih cukup tinggi, dimana beberapa indikator yang mencerminkan dorongan kinerja konsumsi Sulsel antara lain pertumbuhan konsumsi listrik sektor rumah tangga (grafik 1.2.2) dan sektor sosial (grafik 1.2.3) yang relatif lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Selain itu, perkembangan indeks penjualan eceran untuk beberapa kelompok seperti kelompok pakaian-perlengkapan dan peralatan tulis (grafik dan 1.2.6) cenderung meningkat jika dibandingkan dengan triwulan I-211. Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Sektor RT Indeks Keyakinan Konsumen y.o.y Smb : Survei Konsumen KBI Mks 2 15% 1 5% 5% 1 15% Juta GWH Rumah Tangga y.o.y Sbr: PLN Divre VII * 5 45% 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% Grafik Konsumsi Listrik Sektor Sosial Grafik Volume Impor Consumers Goods Sosial y.o.y Sbr: PLN Divre VII 25% 2 15% 1 5% Consumer Goods Consumer Goods * Sementara Smb : Cognos BI y.o.y Juta GWH * Juta Kg * 2** 5 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

20 Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar Perlt RT yoy Bhn Bkr yoy Smb : SPE Smb : SPE Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau Mknn & Temb yoy Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlatan Tulis Prltn Tls yoy Smb : SPE Smb : SPE Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA) Sumber : PDAM Mks * Sementara Grafik Pemakaian Air (M 3 ) * 3 25% 2 15% 1 5% 5% 1 15% Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Rumah Tangga Perlt RT yoy Juta M3 Smb : SPE Investasi Kinerja investasi pada triwulan laporan tumbuh cukup signifikan yaitu sebesar 18,56% (y.o.y), meski melambat dibandingkan triwulan I-211 yang tumbuh sebesar 28,44%. Tetapi pertumbuhan investasi periode lapotan jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan II-21 sebesar 9,64% (y.o.y). Pertumbuhan investasi di Sulsel pada triwulan ini masih didorong oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur swasta. Penanaman Modal Asing (PMA) diperkirakan masih akan mendominasi bentuk investasi di Provinsi Sulawesi Selatan pada 211. Dimana sejumlah calon investor pada 211 dimaksud 1 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

21 kebanyakan merupakan realisasi dari penjajakan dan arahan yang telah mereka dilakukan sepanjang 21, seperti investasi pembangkit listrik 2. Sebaliknya, investasi di sektor pemerintah diperkirakan cenderung melambat karena masih rendahnya realisasi belanja modal pemda yang baru mencapai 27,86% (lihat Bab Keuangan Daerah). Perkembangan investasi yang cukup tinggi tercermin dari hasil survei penjualan eceran untuk kelompok bahan konstruksi menunjukan peningkatan pada triwulan laporan (grafik 1.3.1). Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi, juga ditandai dengan masih tingginya volume impor capital goods (grafik 1.3.2) dan realisasi pengadaan semen (grafik ). Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi Grafik Volume Impor Capital Goods Smb : SPE Bhn Kons yoy Juta Kg Capital Goods * Sementara Smb : Cognos BI Series2 Capital Goods * 2** Ribuan Ton Grafik Realisasi Pengadaan Semen Sulsel y.o.y Sumber : ASI * : Sementara * Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan triwulan I-211, dari kontraksi atau tumbuh -44,24% (y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 17,88% (y.o.y). Peningkatan kinerja net ekspor-impor pada triwulan laporan, terutama disebabkan oleh pertumbuhan 2 Seputar Sulawesi, 8 Maret 211, PMA Dominasi Investasi Sulsel 211, pmadominasiinvestasisulsel211.html. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

22 volume ekspor luar negeri non migas Sulsel (grafik 1.4.1). Kenaikan kinerja ekspor Sulsel yang lebih besar daripada impor, menyebabkan net ekspor Sulsel mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada periode laporan. Peningkatan pertumbuhan ekspor juga didorong oleh 5 komoditas ekspor unggulan Sulsel, seperti nikel, kakao, ikan-udang-kerang, biji-bijian berminyak dan kayu olahan (grafik 1.4) pada Juni Peningkatan ekspor nikel didukung oleh produksi yang meningkat dengan selesainya perawatan tanur yang dilakukan pada triwulan I-211 dan juga dipengaruhi oleh mulai meningkatnya permintaan Jepang memasuki masa recovery pasca tsunami, Maret 211. Peningkatan tersebut juga sejalan dengan prompt kenaikan muat luar negeri via pelabuhan (grafik 1.4.3). Di sisi lain, pertumbuhan ekspor Sulsel pada triwulan laporan terbantu oleh kinerja perdagangan antar pulau (ekspor antar pulau), yang tercermin dari peningkatan aktivitas muat dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.4.2). Hal ini diperkirakan didominasi oleh ekspor antar pulau komoditas makanan seperti beras dan gula yang pasokannya cukup berlimpah di wilayah Sulsel karena panen raya yang terjadi pada Maret-April 211. Selain itu, juga terdapat pabrik gula rafinasi di Sulsel yang cukup besar produksinya untuk memenuhi permintaan daerah di luar Sulsel. Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Ribu Ton EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara * Grafik Volume Muat Dalam Neg. via Pelabuhan Ribu Ton MUAT AP yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Grafik Volume Muat Luar Negeri via Pelabuhan Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain MUAT LN Series2 Sumber : Pelindo IV * : Sementara IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara Ribu Ton * Ribu Ton * 28 3 Sumber BPS: BRS Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Selatan Juli Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

23 Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, Teh, Kakao dan Sejenisnya Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Komoditas Nikel Ribu Ton KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA Smb : Cognos BI * Sementara TOTAL y.o.y * Volume Ekspor Nikel y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara * Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan BARANG2 KAYU & GABUS TOTAL y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara * Ribu Ton 28 Sementara, meningkatnya kinerja impor terutama terjadi karena menguatnya permintaan terhadap barang-barang intermediate goods (grafik 1.5.4). Selain itu, diperkirakan terjadi kenaikan impor barang-barang dari luar negeri yang diindikasikan dari meningkatnya aktivitas bongkar luar negeri via pelabuhan (grafik 1.5.6). Hal tersebut masih sejalan dengan masih menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap USD (grafik 1.5.7) pada periode laporan. Hal tersebut sejalan dengan aktivitas perekonomian yang cenderung meningkat menjelang pertengahan tahun, sebagaimana tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia, dimana perkembangan indeks penghasilan saat ini (triwulan II-211) dibandingkan 6 bulan yang lalu cenderung meningkat pada triwulan II-211. Selain itu Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia juga menunjukan pergerakan yang searah, terutama pada kelompok pakaian-perlengkapan, peralatan tulis dan bahan kimia (grafik 1.2.8, dan 1.2.1). Namun pertumbuhan impor beberapa komoditas relatif stagnan, seperti impor capital goods (grafik 1.5.1) dan consumer goods (grafik 1.5.3). Kemudian di perkuat dengan sedikit menurunnya aktivitas bongkar dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.5.5). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

24 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Juta Kg Grafik Volume Impor Luar Negeri Capital Goods Capital Goods * Sementara Smb : Cognos BI Series2 Capital Goods * 2** Grafik Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods Juta Kg Grafik Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan Consumer Goods Consumer Goods * Sementara Smb : Cognos BI * 2** BONGKAR AP yoy y.o.y Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Grafik Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6 bln yg lalu Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg lalu y.o.y Smb : Survei Konsumen KBI Mks 1 15% 2 25% Grafik Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods Intermediate Goods Juta Kg Intermediate Goods * Sementara Smb : Cognos BI y.o.y * 2** Grafik Volume Bongkar Luar Negeri via Pelabuhan BONGKAR LN yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * 1 5% 5% Ribu Ton Ribu Ton 9,5 9, 8,5 8, 7,5 7, 6,5 6, Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Rata rata Kurs Tengah yoy Smb : SPE Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan Pakn & Perlgk yoy Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

25 Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Kimia Prltn Tls yoy Bhn Kimia yoy Smb : SPE Meski pertumbuhan net ekspor-impor pada periode laporan sangat tinggi namun cederung melambat apabila dibandingkan triwulan II-21 yang tumbuh sebesar 29,55%. Salah satu penyebabnya diperkirakan karena pada triwulan II-21 terdapat persiapan Pilkada pada 1 (sepuluh) kabupaten di Sulsel yang berlangsung pada 23 Juni 21. Hal tersebut disebabkan karena tingginya impor antar provinsi pada periode tersebut yang tercermin dari meningkatnya volume bongkar dalam negeri via pelabuhan pada triwulan II- 21 (grafik 1.5.5) Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran (sektoral), secara tahunan (y.o.y) seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Beberapa sektor menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan yaitu pertanian, perdagangan-hotel-restauran, keuangan-persewaanjasa perusahaan dan angkutan-komunikasi. Dibandingkan triwulan I-211, secara umum sektor-sektor perekonomian mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan kecuali 4 (empat) sektor, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, listrik-gas-air dan angkutan-komunikasi yang pertumbuhannya melambat pada level yang moderat. Sektor pertambangan merupakan satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi pada triwulan I- 211, telah tumbuh positif pada triwulan II-211. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan, diikuti berturut-turut oleh sektor perdagangan-hotel-restauran, bangunan, angkutankomunikasi, pertanian, jasa-jasa, pertambangan-galian, listrik-gas-air bersih dan pertumbuhan terendah tercatat pada sektor industri pengolahan. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

26 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) PERIODE PERTUMBUHAN (yoy) Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL % 13.99% % 15.78% 1.93% 4.77% 5.94% 7.65% 4.9% % 4.51% 6.69% 9.86% 11.74% 1.55% 8.67% 9.16% % % 4.31% 11.78% 13.62% 14.64% 1.28% 1.75% 11.41% 6.71% 8.4% 4.84% 5.73% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.53% % 25.52% 14.12% 5.8% 11.83% 8.99% 17.56% 25.16% 3.25% 7.35% % 17.85% 3.56% 12.58% 9.7% 9.67% 15.44% 15.88% 3.13% 9.4% % 12.52%.16% 6.31% 7.33% 1.51% 13.38% 11.82% 4.21% 7.39% 4 1.9% % % 17.15% 13.39% 15.7% 6.44% 8.93% % 13.16% % 8.48% 11.52% 13.11% 8.67% % 2 1.5% 2.19% 1.48% 2.8% 11.35% % 13.56% 7.42% 8.62% ** 21* 29 PERIODE 211** 21* 29* SUMBANGAN (yoy) Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL % 1.37%.81%.9%.77% 1.69%.38%.38%.85% 4.9% %.1.62% 1.65%.7.61%.76% 6.19% %.38% 1.62%.14%.77% 1.65%.89%.73%.74% 8.4% 4.24%.5.24%.3%.79% 1.81% 1.36% 1.17%.39% 6.53% % 2.7% 1.79%.5%.65% 1.48% 1.39% 1.64%.37% 7.35% % 1.42%.51%.13% % 1.28% 1.8%.35% 9.4% %.99%.2%.7%.41% 1.72% 1.14%.78%.46% 7.39% 4.29%.97% 1.17%.8%.51% 2.87% 1.24% 1.8%.73% 8.93% % 1.25%.42%.4%.48% 1.93% 1.14%.66%.75% 7.34% %.19%.2.2%.63% 2.8%.9.98%.79% 8.62% 3 4 Sumber : BPS & Proyeksi BI * Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Pertumbuhan sektor ini paling tinggi dibandingkan 9 (sembilan) sektor perekonomian di Sulsel yaitu sebesar 13,56% (y.o.y). Demikian pula, pertumbuhan tersebut juga jauh lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan I-211 sebesar 8,67% (y.o.y). Meningkatnya pertumbuhan sektor dimaksud disebabkan oleh meningkatnya kegiatan usaha jasa perbankan, jasa pembiayaan dan juga kegiatan sub-sektor persewaan seperti persewaan motor, mobil dan bus pariwisata, sejalan maraknya aktivitas MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) di Sulsel. Peningkatan sub sektor perbankan dimaksud tercermin pada relatif meningkatnya pertumbuhan pembiayaan kredit (grafik 1.6.4), nilai tambah bruto (grafik 1.6.3), lembaga keuangan non bank (grafik dan 1.6.2). Selanjutnya meskipun pertumbuhan triwulan II-211 cukup tinggi, namun relatif melambat dibandingkan triwulan II-21 yaitu sebesar 15,88% (y.o.y). Sumber penyebab tingginya pertumbuhan pada triwulan II pada 21 dan 211 sangat berbeda. Tingginya kontribusi sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Sektor keuangan-persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-21 karena penyelenggaraan aktivitas Pemilukada pada 1 (sepuluh) kabupaten di Sulsel, Juni 21. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan NTB 16 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

27 Bank Umum (grafik 1.6.3) yang cukup tinggi pada triwulan II-21 dan juga tercermin dari terjadinya peningkatan transaksi RTGS di Sulsel (grafik 1.6.4) yang tumbuh cukup tinggi sejak 29 atau sebelum terselenggaranya Pemilukada dan secara nominal cukup tinggi pada triwulan II-21. Sedangkan pada triwulan II-211, peningkatan sektor keuanganpersewaan-jasa perusahaan diperkirakan merupakan pegaruh dari besarnya aliran investasi asing atau peran swasta di Sulsel pada 211. Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Millions Grafik Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (Penggadaian) 2,5 2, 1,5 1, 5 Sbr : Kanwil Pegadaian Mks * Sementara * Grafik Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (FIF) Milyar Rp Sbr : FIF Mks Grafik Nilai Tambah Bruto Bank Umum Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum 12 1 NTB SULSEL y.o.y Sbr : LBU BI KREDIT yoy 35% % 2 15% % Trilyun Rp * Triliun Rp. * Grafik Transaksi RTGS 45 4 Total Y.O.Y Triliun Rp Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

28 Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Pertumbuhan sektor ini juga cukup tinggi dan memiliki tingkat pertumbuhan, yaitu sebesar 12,7 (y.o.y). Pertumbuhan pada triwulan laporan cenderung meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 11,52% (y.o.y). Peningkatan pada sektor ini tercermin dari beberapa prompt indikator seperti volume bongkar muat luar negeri via pelabuhan (grafik 1.7.1) dan rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) berbintang (garfik 1.7.2). Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Ribu Ton Grafik Volume Bongkar Muat Luar Negeri Via Pelabuhan BONGKAR LN MUAT LN Growth (yoy) Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Grafik Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Sumber: BPS Ss yoy * 2 15% 1 5% 5% 1 15% Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau Smb : SPE Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis Smb : SPE Mknn & Temb yoy Prltn Tls yoy Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan Smb : SPE Pakn & Perlgk yoy Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Kimia Bhn Kimia yoy Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

29 Faktor pendorong pertumbuhan diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsi masyarakat terhadap bahan makanan maupun makanan jadi, yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi terhadap pertumbuhan sub-sektor perdagangan dan restauran pada triwulan laporan. Hal tersebut diindikasikan oleh meningkatnya indeks penjualan eceran untuk kelompok komoditas makanan dan tembakau (grafik 1.7.3), pakaian-perlengkapan (grafik 1.7.4), peralatan tulis (grafik 1.8.5) serta kelompok komoditas bahan kimia (grafik 1.7.6) Sektor Bangunan Sektor yang juga mencatat pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan laporan adalah sektor bangunan. Dengan pertumbuhan sektor ini sebesar 11,35% (y.o.y), maka lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,48%. Peningkatan pertumbuhan sektor bangunan, diperkirakan terjadi karena mulai berjalannya proyek-proyek pembangunan swasta pada pertengahan tahun 211, terutama pada sektor konstruksi. Hal ini tercemin dari meningkatnya realisasi pengadaan semen (grafik 1.8.1) dan juga meningkatnya indeks penjualan eceran untuk kelompok bahan konstruksi (grafik 1.8.2). Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan (18,56%). Meskipun demikian, jika ditinjau dari realisasi proyek-proyek pemerintah menunjukkan kondisi yang belum optimal. Hal ini tercermin dari realisasi belanja modal, sampai dengan triwulan II-211 baru mencapai sebesar 27,55%. Oleh karena itu terbuka peluang untuk lebih mengoptimalkan realisasi anggaran belanja modal pada triwulan-triwulan yang akan datang. Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Grafik Realisasi Pengadaan Semen Grafik Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi Ribuan Ton Sulsel y.o.y Sumber : ASI * : Sementara * Smb : SPE Bhn Kons yoy Demikian pula, apabila dibandingkan dengan triwulan II-21 (9,7%), pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan ini tercatat masih lebih tinggi yang menunjukkan sektor Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

30 mempunyai prospek berkembang yang baik, seiring dengan meningkatnya pembangunan sarana perkantoran, perbelanjaan, perhotelan maupun properti residensial Sektor Angkutan-Komunikasi Sektor angkutan-komunikasi masih mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi dibandingkan sektor lainnya pada triwulan II-211. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh sebesar 1,27% (y.o.y), relatif melambat apabila dibandingkan triwulan I-211 sebesar 13,11% (y.o.y). Perlambatan sektor ini sejalan dengan prompt indikator aktivitas lalu lintas penumpang dan pesawat udara yang cenderung tumbuh melambat namun jika dilihat secara total jumlahnya terus meningkat (grafik dan 1.9.2) dengan pertumbuhan di atas 1. Selain itu hasil Survey Penjualan menunjukkan bahwa penjualan kelompok komoditas bahan bakar menununjukan pertumbuhan yang cenderung stabil (grafik 1.9.4). Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan 1,6 1,4 1,2 1, Grafik Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara DEP y.o.y ARR Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara Lalu Lintas Penumpang 35% 3 25% 2 15% 1 5% 5% 1 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara DEP ARR y.o.y Lalu Lintas Pesawat Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara 3 25% 2 15% 1 5% 5% 1 Ribu Org * * 28 Grafik Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar ribu org Sumber : Pelindo IV * : Sementara Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Smb : SPE Bhn Bkr yoy Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

31 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang Smb : SPE Kend & Sk Cd yoy Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan berasal dari menurunnya aktivitas lalu lintas darat. Sejalan dengan hasil Survei Bank Indonesia, yang menunjukan relatif menurunnya indeks penjualan eceran kelompok kendaraan dan suku cadang (grafik 1.9.5) dan relatif stagnannya penjualan kelompok bahan bakar Sektor Pertanian Pertumbuhan sektor pertanian pada dua triwulan terakhir mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu di atas 1. Pada triwulan II-211, sektor pertanian masih mencatat pertumbuhan sebesar 1,5%, sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar 12,8% (y.o.y). Masih terjaganya pertumbuhan sektor pertanian karena pada beberapa daerah baru mengalami panen, meskipun masa panen raya komoditas padi sudah berlalu. Salah satu penyebab musim tanam yang tidak serempak itu, karena adanya keterbatasan ataupun kelebihan air irigasi di masing-masing wilayah sehingga panen pun terjadi secara bertahap. Grafik 1.1. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian TON 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Sumber: Dinas Pertanian Grafik Realisasi dan Perkiraan Luas Panen & Produksi Padi Luas Tanam (HA) Luas Panen (HA) Produksi (TON) Jan Feb Mar Apr Mei* Jun** 211 HA 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani NTP y.o.y 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 1% 2% Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

32 Grafik Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani Indeks Yang Diterima Petani y.o.y 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% Sedangkan perlambatan pertumbuhan sektor pertanian dimaksud juga dicerminkan oleh menurunnya produksi padi dan luas panen pada triwulan II-211 (grafik 1.1.1). Meski demikian, kesejahteraan petani cenderung meningkat karena harga komoditas yang lebih kecil menyebabkan harganya cenderung lebih mahal dan didukung oleh tingkat inflasi yang relatif terkendali. Hal tersebut tercermin pada Indeks Nilai Tukar Petani, Indeks yang Diterima Petani yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya (grafik dan 1.1.3) Pertumbuhan kinerja sektor pertanian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-21 yang tumbuh sebesar 7,68% (y.o.y). Pada tahun 21, terjadi gangguan kinerja sektor pertanian yang disebabkan oleh pengaruh cuaca yang menghambat pertumbuhan pertanian Sulsel sehingga terjadi pergeseran awal musim hujan dan kemarau menyebabkan terjadinya perubahan pola tanam dan waktu tanam. Sementara kondisi paruh pertama tahun 211, siklus cuaca relatif lebih baik, sehingga pertumbuhan sektor pertanian triwulan II-211 menjadi lebih baik Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor jasa-jasa menunjukkan terus mengalami peningkatan sejak tahun 21. Pada triwulan laporan, sektor jasa-jasa mengalami sedikit peningkatan apabila dibandingkan triwulan I-211 dari tumbuh sebesar 6,8 menjadi sebesar 7,42% (y.o.y). Peningkatan ini diperkirakan karena meningkatnya kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan seperti lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, bimbingan belajar dan berbagai lembaga kursus lainnya di bidang seni. Hal ini sejalan dengan permintaan masyarakat yang semakin meningkat akan layanan jasa-jasa dimaksud Sektor Pertambangan - Penggalian Pada triwulan laporan sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup besar yaitu dari terkontraksi atau tumbuh negatif 13,16% pada triwulan I-211, menjadi tumbuh positif 2,19% (y.o.y) pada triwulan laporan. Peningkatan kinerja sektor dimaksud 22 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

33 tercermin pada peningkatan volume ekspor luar negeri nikel (grafik ). Kondisi ini antara lain akan didorong oleh peningkatan produksi nikel oleh PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) berencana menggenjot produksi pasca melakukan perawatan pabrik pada akhir triwulan I-211 sekaligus didukung oleh mulai meningkatnya permintaan dari Jepang pasca tsunami. Selain itu, dukungan penyelesaian proyek PLTA Karebe sudah mencapai 99%. Meski belum optimal, proyek tersebut nantinya akan memproduksi cukup energi hidroelektrik untuk menggantikan bahan bakar dan diesel yang ada untuk memasok tanur-tanur listrik di fasilitas Sorowako, serta akan mengurangi biaya energi perseroan dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian Grafik Harga Nikel Internasional Grafik Volume Ekspor Luar Negeri Nikel Thousands USD/metric ton yoy indeks Volume Ekspor Nikel y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara * Selanjutnya apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-21 yang sebesar 17,85% (y.o.y), maka pertumbuhan pada triwulan ini tercatat jauh lebih rendah karena pada Maret 211, Jepang selaku negara tujuan ekspor utama Indonesia terkena tsunami dan menyebabkan perekonomiannya terpuruk jika dibandingkan tahun 21. Meski di sisi lain, harga nikel internasioanal masih cukup baik (grafik ) Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Pertumbuhan sektor listrik-gas-air bersih menduduki peringkat ke delapan dari 9 (sembilan) sektor perekonomian Sulsel. Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami perlambatan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan sektor ini tercatat tumbuh sebesar 4,5% (y.o.y), sementara pada triwulan II-211 tumbuh sebesar 2,8%. Perlambatan pertumbuhan tersebut diduga bersumber dari realtif stagnannya pertumbuhan sub sektor air di Sulsel (grafik 12.2). Meski demikian dorongan kinerja sib sektor listrik menyumbang positif bagi pertumbuhan sektor listrik-gas dan air secara keseluruhan. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

34 Sementara secara tahunan, apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-21 sebesar 12,58% (y.o.y), pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat jauh lebih rendah. Perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan konfirmasi kepada PDAM Makssar pada awal Juli 211, dimana telah terjadi penurunan penggunaan air. Namun hal tersebut, diduga diakrenakan telah terjadi pencurian air maupun terdapatnya sambungan illegal, karena pelanggan dengan penggunaan air nol meter, mencapai angka 1 ribu orang 4. Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Juta KWH Grafik Penjualan Listrik (Juta Kwh) Total Pemakaian Listrik y.o.y Sbr: PLN Divre VII * 2 15% 1 5% 5% Juta M3 Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA) Sumber : PDAM Mks * Sementara Grafik Pemakaian Air (M 3 ) * 3 25% 2 15% 1 5% 5% 1 15% Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan II-211, sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup besar apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh dari sebesar 3,1 (y.o.y) pada triwulan I-21 menjadi sebesar 1,48% pada triwulan laporan. Perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan terjadi pada industri makanan - minuman di Sulsel, yang tercermin pada penurunan jumlah produksi tepung terigu pada triwulan laporan apabila dibandingkan periode sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan sebagai akibat dari masih tingginya harga gandum internasional (grafik ), yang mempengaruhi stock gandum sebagai bahan baku impor industri tepung terigu. Hal tersebut tercermin dari impor intermediate goods yang rendah pada triwulan I-211 (grafik ). Di sisi lain, dukungan pertumbuhan dari industri semen masih cukup baik. Hal ini diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan pengerjaan proyek-proyek swasta, termasuk pelaku bisnis (investor) asing yang cukup besar pada tahun 211 (grafik ). 4 Fajar, 2 Juli 211, PDAM Sidak Indikasi Pencurian Air, pdam-sidak-indikasi-pencurian-air. 24 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

35 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Grafik Realisasi Produksi Tepung Terigu Grafik Harga Gandum Internasional Ribuan Ton 4 2 Produksi axis kiri yoy axis kanan Sumber : EFM Mks 35% 3 25% 2 15% 1 5% 5% 1 15% $/bushel yoy indeks Juta Kg Grafik Volume Impor Intermediate Goods Intermediate Goods Intermediate Goods * Sementara Smb : Cognos BI y.o.y * 2** Ribuan Ton Grafik Realisasi Pengadaan Semen Sulsel y.o.y Sumber : ASI * : Sementara * Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

36 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 26 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

37 Bab 2 Perkembangan Inflasi 2.1. Perkembangan Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan II-211, masih sejalan dengan proyeksi inflasi di kisaran 6,72% ±.5% (y.o.y), meningkat pada tingkat yang moderate dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan II-211 sebesar 6,37% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan II-21 sebesar 5, (y.o.y) dan juga apabila dibandingkan triwulan I-211 sebesar 6,32% (y.o.y). Sementara itu, dibandingkan inflasi Nasional sebesar 5,54% (y.o.y) 1, inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih tinggi % Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan y.o.y Nas y.o.y Ss y.t.d Ss Sumber : BPS diolah Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Secara tahunan, urutan inflasi Sulsel pada triwulan II-211 berdasarkan kelompok barang dan jasa, dari yang tertinggi hingga terkecil adalah sebagai berikut : Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan laporan meningkat cukup tinggi menjadi sebesar 12,1, dibandingkan triwulan yang sama tahun 21 sebesar 7,64% (tabel 2.1). Peningkatan inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub-kelompok ikan segar, sub-kelompok lemak-minyak dan sub-kelompok ikan diawetkan yang inflasinya secara berurutan tercatat sebesar 25,11% (y.o.y); 17,75%; dan 1 Sumber : BPS Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

38 16,71% pada triwulan II-211 dimana lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan II-21 masing-masing sebesar -,73%; -7,8% dan -,86% (tabel 2.2). Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) TAHUN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM (5.1) (4.72) (2.32) Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 28 menggunakan tahun dasar 27 Tekanan inflasi pada sub-kelompok ikan segar tersebut disebabkan terutama karena faktor cuaca yang kurang kondusif, yaitu masih cukup tingginya curah hujan pada bulan Mei 211 menyebabkan kenaikan harga ikan laut (lihat grafik 2.3). Namun selain ikan laut, ikan tambak seperti ikan bandeng dan ikan air tawar diantaranya ikan mujair dan ikan lele juga mengalami kenaikan. Harga hasil tambak meningkat karena tingginya curah hujan di awal 211 menyebabkan banjir yang menghanyutkan benih, terutama di daerah sentra produksi seperti Kabupaten Pangkep, Pinrang, Maros serta Kabupaten Barru 2. Dimana, waktu yang dibutuhkan dari pembibitan hingga panen pada budidaya bandeng adalah 5 bulan, sedangkan udang membutuhkan waktu 4 bulan % Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan Keterangan No BAHAN MAKANAN 7.65% 14.27% 13.96% Padi padian 11.75% 15.2% 6.47% 6.65% 2 Daging & Hasilnya 3.94% 8.45%.55% 8.8% 3 Ikan Segar.73% 6.58% 22.91% 25.11% 4 Ikan Diawetkan.86% % 16.71% 5 Telur, Susu & Hasilnya 1.28% 4.42% 6.2% 7.39% 6 Sayur sayuran 38.14% 15.98% 8.31% 3.32% 7 Kacang kacangan.95% 9.2% 6.63% 9.26% 8 Buah buahan 21.53% 12.42% 5.17% 3.37% 9 Bumbu bumbuan 19.16% 74.18% 76.59% 17.83% 1 Lemak & Minyak 7.8% 1.81% 14.44% 17.75% 11 Bhn Makanan Lainnya 2.15% 4.97% 3.85% Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel 28 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

39 Tekanan inflasi juga terjadi pada sub-kelompok lemak dan minyak. Hal ini disebabkan karena harga CPO di tingkat dunia yang masih tinggi sejak triwulan II-21. Kenaikan harga CPO dimaksud dipengaruhi oleh peningkatan permintaan CPO di sejumlah negara di Asia seperti China dan India juga semakin meningkat karena banyak digunakan untuk perayaan hari besar. Lonjakan harga CPO dimaksud kemudian mempengaruhi peningkatan harga minyak goreng dan turunannya di Indonesia, termasuk di Sulsel (grafik 2.4). Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Cakalang dan Tongkol Minyak Goreng 4, 35, Tongkol Cakalang Layang Minyak Goreng Growth (yoy) 14, 12, 1, 3, 1. 25, 5. 8, 2,. 6, 5. 15, 4, , 2. Daging Ayam Ras Daging Sapi Daging Ayam Ras Growth (yoy) 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Daging Sapi Growth (yoy) 77, 76, 75, 74, 73, 72, 71, 7, 69, 68, 67, Grafik 2.4. Harga CPO Internasional 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 ringgit/ton (metrik) yoy indeks Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

40 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan y.o.y q.t.q % Sumber : BPS diolah Dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), pada triwulan laporan yang kelompok bahan makanan mengalami deflasi,74% (q.t.q), tercatat lebih rendah sebesar 1,77% dari inflasi pada triwulan I-211 sebesar 1,3% (y.o.y) grafik 2.5. Penyebabnya utamanya adalah karena faktor musiman, dimana pada pada akhir triwulan I-211 Sulsel memasuki panen raya sehingga terjadi peningkatan stock beras di Sulsel pada triwulan II-211. Keberhasilan panen raya tahap pertama 211 juga didukung oleh relatif tidak terganggunya pertanian Sulsel oleh faktor cuaca ekstrem yang melanda Indonesia karena Sulsel memiliki banyak sawah tadah hujan. Kelompok Sandang, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan II-211 yang sebesar 8,83% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-21 sebesar 7,56% (y.o.y) karena meningkat sebesar 1,27%. Peningkatan tersebut bersumber dari kenaikan inflasi pada sub-kelompok barang pribadi dan sandang lain, terutama pada komoditas emas yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan sejak tahun 21 (grafik 2.7). Masih belum pulihnya perekonomian global menyebabkan emas menjadi salah satu komoditas yang diburu mengingat nilainya yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Data ekonomi AS yag masih belum cukup baik, menimbulkan spekulasi kalau the Federal Reserve bakal kembali menggelontorkan quantitative easing (Lachlan Shaw, analis Commonwealth Bank of Australia). Selain itu, kenaikan inflasi juga terjadi pada subkelompok sandang laki-laki dan perempuan. Peningkatan inflasi pada kelompok sandang sejalan dengan indeks penjualan eceran untuk kelompok pakaian dan perlengkapan pada triwulan II-211 yang tumbuh lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan I-211 (grafik 2.8). 3 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

41 % Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang No Keterangan SANDANG 7.57% 7.35% % 1 Sandang Laki laki 3.96% % 4.42% 2 Sandang Wanita 3.17% 2.72% 2.38% 4.24% 3 Sandang Anak anak 8.71% 8.58% % 4 Brg Pribadi & Sandang Lain 13.99% 13.85% 17.51% 16.64% 1,6 1,4 1,2 1, Grafik 2.7. Perkembangan Harga Internasaional: Komoditas Emas 1 $/troy oz % 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% 5% Grafik 2.8. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Pakaian dan Perlengkapan Smb : SPE Pakn & Perlgk yoy Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan % y.o.y q.t.q Sumber : BPS diolah Selanjutnya, secara triwulanan (q.t.q), inflasi pada triwulan laporan cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu naik dari,56% (q.t.q) menjadi 2,72% (q.t.q) grafik 2.9. Kenaikan inflasi pada kelompok dimaksud, diduga merupakan dampak musiman dari peningkatan permintaan pada saat liburan sekolah sehingga mendorong naiknya permintaan pakaian triwulan II-211 apabila dibandingkan triwulan I- Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

42 211. Hal ini sejalan dengan hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia Makassar yang menunjukan terjadi peningkatan penjualan kelompok pakaian dan perlengkapan pada periode laporan (grafik 2.8). Kelompok Kesehatan, inflasi periode laporan apabila dibandingkan tahun sebelumnya, cenderung naik dari 2,73% pada triwulan II-21, menjadi sebesar 6,41% (y.o.y) pada triwulan II-211 (grafik 2.1). Semua sub-kelompok mengalami kenaikan, dimana peningkatan terbesar adalah pada sub-kelompok jasa kesehatan. Tekanan inflasi pada sub-kelompok obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku obat sekitar 5%-8% sejak awal tahun 211 sehingga mendorong kenaikan harga obat sekitar 1 persen. Faktor-faktor tersebut menyebabkan inflasi pada sub-kelompok obat-obatan pada triwulan ini meningkat apabila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan No Keterangan KESEHATAN 2.73% 3.6% 3.8% 6.41% 1 Jasa Kesehatan % 5.68% 12.17% 2 Obat obatan 1.11% 2.62% 3.32% 4.95% 3 Js Prwtn Jas. 6.25% % 8.81% 4 Prwtn Jas. & Kos..62%.98% % 28 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Bahan Kimia 3 Bhn Kimia yoy Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

43 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan Sumber : BPS diolah y.o.y q.t.q % 28 Selanjutnya apabila periode triwulan II-211 dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), inflasi kelompok kesehatan relatif cenderung meningkat dimana laju inflasi pada triwulan I-211 sebesar 1,29% (q.t.q) naik menjadi 3,46% (q.t.q) pada triwulan II-211 (grafik 2.12). Peningkatan laju inflasi pada triwulan laporan ini didorong oleh sub-kelompok obat-obatan, dimana berdasarkan terjadi perubahan tarif bea masuk yang berlaku sejak 18 April 211 3, atas 19 produk (pos tarif), yang salah satunya adalah industri kimia dasar sehingga menyebabkan harga obat-obatan cenderung meningkat lebih tinggi pada triwulan II-211. Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan II-211 relatif stabil. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 5,27% (y.o.y), cenderung stabil apabila dibandingkan triwulan II-21 sebesar 5,23% (y.o.y) - (tabel 2.4). Meski secara keseluruhan cenderung stabil, namun terjadi kenaikan inflasi pada subkelompok minuman tidak beralkohol (tabel 2.4). Salah satu komoditas yang cukup dominan mempengaruhi inflasi sub-kelompok dimaksud adalah air kemasan. Di sisi lain, terjadi perlambatan pada sub sektor makanan jadi dan tembakau-minuman beralkohol. Beberapa komoditas yang mewakilinya adalah ayam goreng, mie dan rokok kretek yang menunjukan kecenderungan penurunan harga. Hal dimaksud searah dengan hasil Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh KBI Makassar (grafik 2.15).. 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.11/211 tentang tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.1 /26 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

44 % Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.5 Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau No Keterangan MKNN JADI, M, R & T. 5.23% % 5.27% 1 Makanan Jadi 5.19% 5.65% 4.11% 4.33% 2 Min. yg tdk Beralkohol 4.49% 8.17% 3.78% 8.58% 3 Temb. & Min. Beralkohol 6.35% 4.97% % Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau Sulawesi Selatan y.o.y q.t.q Sumber : BPS diolah % Selanjutnya apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), laju inflasi kelompok dimaksud relatif stabil, meski sedikit meningkat dari,94% (q.t.q) pada triwulan I-211 menjadi 1,1% (q.t.q) -- grafik Relatif stabil laju inflasi dimaksud, terutama didorong oleh menurunnya laju inflasi sub-kelompok minuman yang tidak beralkohol yang cenderung stabil, terutama disebabkan oleh stabilnya harga gula pasir di tingkat agen (grafik 2.15), sebagai komoditas utama penyumbang inflasi pada sub-kelompok tersebut. Turunnya harga gula pasir akibat dari faktor distribusi yang lancar dan stok yang cukup banyak, di sisi lain permintaannya yang relatif stagnan menyebabkan harga gula pasir menjadi cenderung turun. Selain itu, harga komoditas makanan jadi juga relatif menurun yang disebabkan karena pengaruh dari berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan (grafik 2.15). 34 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

45 Grafik Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-rokok Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng Mie Ayam Goreng Growth (yoy) 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Mie Growth (yoy) 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, 3. Kue Basah Air Kemasan Rokok Kretek Filter Growth (yoy) 12, 1, 8, 6, 4, 2, Air Kemasan Growth (yoy) 1,75 1,7 1,65 1,6 1,55 1,5 Gula Minyak Goreng Gula Pasir Growth (yoy) 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Minyak Goreng Series1 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau Mknn & Temb yoy Smb : SPE Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

46 Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu, inflasi pada triwulan II-211 relatif stabil meski sedikit mengalami peningkatan dari sebesar 4,11% menjadi 4,57% (y.o.y). Kenaikan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada sub-kelompok biaya tempat tinggal dan sub-kelompok perlengkapan rumah tangga (tabel 2.5). Peningkatan laju inflasi pada sub-kelompok biaya tempat tinggal diduga didorong oleh kenaikan harga beberapa bahan bangunan seperti besi, seng dan batu-bata akibat tekanan harga-harga komoditas internasional. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) kelompok bahan konstruksi juga menunjukkan kecenderungan kenaikan tingkat permintaan yang akhirnya mendorong peningkatan harga barang tersebut (grafik 2.19.) % Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar No Keterangan PERUMAHAN,A, L,G & BB 4.11% 4.14% 4.16% 4.57% 1 Biaya Tempat Tinggal 3.88% 3.75% 3.79% 4.46% 2 BB, Penerangan & Air 6.22% 6.62% 6.36% 6.35% 3 Perlengkapan RT % 2.59% 3.99% 4 Penyelenggaraan RT 2.74% 2.42% 2.41% 1.69% Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar Sulawesi Selatan (2) % y.o.y q.t.q Sumber : BPS diolah 36 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

47 Selanjutnya apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), inflasi pada triwulan laporan cenderung stabil. Inflasi pada triwulan I-211 tercatat sebesar,87% (q.t.q), sementara pada triwulan II-211 tercatat sebesar,82% (q.t.q), hanya meningkat sebesar,5% daripada triwulan I-211 (grafik 2.18). Hal ini diduga karena masih belum ada penyesuaian tarif air dan listrik. Meski ada kenaikan pada beberapa komoditas bahan bangunan sebagai akibat dari meningkatnya permintaan akan bahan bagunan sejalan dengan tingginya pertumbuhan sektor bangunan di Sulsel, namun kenaikan inflasi tersebut masih pada tingkat yang relatif terkendali. Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bhn Konstruksi Bhn Kons yoy Smb : SPE Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka inflasi periode triwulan II-211 mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Inflasi triwulan II-21 tercatat sebesar 7,9% turun menjadi sebesar 2,43% (y.o.y) pada triwulan II-211. Perlambatan tersebut terjadi pada hampir seluruh subkelompok, namun terjadi kenaikan inflasi pada sub-kelompok kursus/pelatihan dan olahraga. Besarnya perlambatan inflasi pada sub kelompok disebabkan karena menghilangnya efek tekanan inflasi sub-kelompok ini pada triwulan II-211, dimana pada tahun 21 terjadi kenaikan biaya pendidikan sehingga inflasi pada sub-kelompok pendidikan pada triwulan II- 21 mencapai 12,96% (y.o.y) dan kembali rendah pada periode laporan. Selain itu, subkelompok rekreasi juga mengalami perlambatan inflasi namun masih pada level yang moderat. Relatif melambatnya inflasi sub kelompok ini pada triwulan II-211 apabila dibandingkan triwulan laporan diperkirakan karena beberapa faktor, yaitu maraknya pesta diskon barang-barang elektronik seperti TV berwarna, kamera dan handycam, diberbagai pusat perbelanjaan dan didukung meningkatnya daya beli masyarakat yang semakin meningkat dan ditambah lagi dengan pengaruh penguatan nilai tukar Rupiah terhadap USD yang masih menguat hingga periode laporan (grafik 2.22, grafik 2.23 dan grafik 2.24). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

48 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga Sulawesi Selatan (1) % Sumber : BPS diolah y.o.y q.t.q Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok ini mengalami penignkatan pada level yang moderat, yaitu dari sebesar,3% (q.t.q) pada triwulan I-211 meningkat menjadi sebesar 1,4% (q.t.q) pada triwulan laporan (grafik 2.2). Peningkatan laju inflasi tersebut terutama terjadi karena faktor musiman, menjelang masa liburan anak sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Makassar pada kelompok perlatan tulis, yang menunjukan terjadinya peningkatan pada periode laporan sehingga menimbulkan tekanan inflasi % Grafik Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi- Olahraga No Keterangan PENDIDIKAN, R & OR 7.9% % 2.43% 1 Pendidikan 12.96% 2.5% 2.3% Kursus/Pelatihan 3.66% 2.21% 2.8% 15.32% 3 Prlngkpn/Prltn Pendd % 1.59% 1.16% 4 Rekreasi 1.71% 1.57%.28%.58% 5 Olahraga 2.33%.74% 1.59% 4.74% Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 9,5 9, 8,5 8, 7,5 7, 6,5 6, Rata rata Kurs Tengah yoy Grafik Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg lalu y.o.y Smb : Survei Konsumen KBI Mks 1 5% 5% 1 15% 2 25% 38 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

49 2 Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis Prltn Tls yoy Smb : SPE Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka inflasi pada triwulan II-211 sedikit mengalami peningkatan, dari 1,84% menjadi sebesar 2,8% (y.o.y) (grafik 2.25). Kontribusi kenaikan laju inflasi pada kelompok ini yang terbesar terdapat pada sub-kelompok sarana dan penunjang transpor. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah dalam menaikkan biaya pengurusan jasa Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) dan biaya perpanjangan, pembuatan surat izin mengemudi (SIM) pada awal Juli 21 4 yang diperkirakan akan memberikan dampak peningkatan inflasi sub-kelompok dimaksud hingga 1 (satu) tahun kedepan. Selain itu, juga terdapat beberapa kenaikan jenis tarif layanan yang berkisar antara 8 hingga 1. Tarif yang mengalami kenaikan di antaranya adalah penerbitan SIM, pelayanan ujian keterampilan mengemudi melalui simulator, penerbitan STNK, penerbitan surat tanda coba kendaraan (STCK), dan penerbitan tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB). Tarif layanan surat lainnya yang meningkat tarif pada penerbitan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB), penerbitan surat mutasi kendaraan ke luar daerah, penerbitan surat izin senjata api dan bahan peledak, penerbitan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK), penerbitan surat keterangan lapor diri, dan penerbitan kartu sidik jari. Selain dari kenaikan tarif pengurusan surat-surat, juga terjadi peningkatan tarif untuk pembuatan pelat nomor kendaraan sebesar 1. Dampak peningkatan harga minyak dunia pada triwulan I- 21 (grafik 2.27) diperkirakan juga memicu inflasi pada sub-kelompok dimaksud sejak triwulan I-211 dan berlanjut hingga periode laporan, karena akan berdampak pada peningkatan harga karet dan akhirnya berpengaruh pada harga ban kendaraan. 4 Kenaikan Biaya Perpanjangan STNK Sumbang Inflasi Sulsel, Tribun Timur.com, Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

50 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi (2) y.t.d y.o.y Tabel Inflasi Per-Sub Kel. Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan No Keterangan TRANSPOR, KOM. & JK 1.7% 1.75% 1.84% 2.8% 1 Transpor 1.44%.46%.63%.8 2 Kom. & Pengiriman 1.56%.55%.36%.13% 3 Srn & Penunjang Transpor 4.57% 21.73% % 4 Js Keuangan.41%... % (4) 28 (6) (8) Sumber : BPS diolah Namun di sisi lain, inflasi pada sub-kelompok transpor mengalami perlambatan apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan karena pengaruh dari Pemilukada di 1 kabupaten di Sulsel pada Juni 21 sehingga menyebabkan pertumbuhan pada periode tersebut relatif lebih besar pasca berakhirnya event tersebut. Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan Sulawesi Selatan 1 8 y.o.y q.t.q (2) % (4) (6) (8) Sumber : BPS diolah Selanjutnya apabila inflasi triwulan II-211 dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), inflasi kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan, masih relatif stabil dari,36% pada triwulan I-211 menjadi,38% (q.t.q) pada triwulan laporan (grafik 2.26). Peningkatan laju inflasi pada kelompok dimaksud terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada subkelompok transpor. Hal tersebut antara lain disebabkan karena relatif menurunnya harga minyak dunia pada periode laporan sebagai akibat dari melambatnya pertumbuhan Amerika 4 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

51 pada triwulan II-211, sehingga tidak menyebabkan kenaikan harga tiket angkutan udara pada triwulan II-211 apabila dibandingkan triwulan I Grafik Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia $/barrel yoy indeks Grafik Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan & Suku Cadang Smb : SPE Kend & Sk Cd yoy Inflasi Berdasarkan Kota Dari pergerakan data mengenai pertumbuhan inflasi daerah-daerah yang tergabung dalam Sulsel dapat diketahui beberapa hal sebagai berikut: Berdasarkan perbandingan tingkat pertumbuhan inflasi dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, maka kota/daerah yang menunjukkan pergerakan pertumbuhan inflasi yang paling tinggi adalah Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 6,8 pada triwulan II-211, meningkat sebesar 1,9%, dibandingkan triwulan II-21 sebesar 5,71%. Pertumbuhan inflasi kedua tertinggi di Sulsel adalah Makassar dengan tingkat inflasi pada triwulan II-211 sebesar 6,58% naik dibandingkan triwulan II-21 yang tercatat sebesar 5,25%. Selanjutnya, kota Palopo mengalami inflasi terbesar ketiga pada periode laporan yaitu sebesar 5,11%, lebih besar dibandingkan dengan triwulan II-21 yang tercatat sebesar 3,93%. Kota terakhir yang mengalami peningkatan inflasi terkecil adalah Pare-pare dengan tingkat inflasi sebesar 4,84%, naik dibandingkan inflasi triwulan II-21 sebesar 2,61%. (grafik 2.29). Apabila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya, maka terdapat 2 (dua) kota yang mengalami peningkatan inflasi dan 2 (dua) kota lainnya mengalami penurunan inflasi. Kota yang mengalami kenaikan inflasi terbesar adalah Palopo dengan tingkat inflasi pada triwulan II-211 sebesar 5,11%, sementara tingkat inflasi pada triwulan I-211 tercatat sebesar 3,96%. Kota yang mencatat mengalami peningkatan inflasi terbesar kedua adalah Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 6,8 pada triwulan II-211, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-211 yang sebesar 5,97%. Di sisi lain, kota yang tercatat mengalami perlambatan terbesar adalah Pare-pare dengan tingkat inflasi sebesar 4,84% pada triwulan II-211, turun dibandingkan triwulan I-211 yang sebesar 5,66%. Selanjutnya kota yang Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

52 mencatat penurunan tingkat inflasi paling kecil adalah Makassar dengan tingkat inflasi sebesar 6,58% pada triwulan II-211, turun dibandingkan triwulan I-211 yang tercatat sebesar 6,6. Grafik Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Growth (y.o.y) Makasar Palopo Pare pare Watampone Sulawasi Selatan I II III IV I II III IV I II III IV I II 28 Hal yang menarik dicermati dari data maupun grafik yang disampaikan adalah pergerakan pertumbuhan semua kota yang ada di Sulsel terlihat relatif searah dan secara garis tren menunjukkan indikasi bahwa pergerakan pertumbuhan inflasi yang relatif stabil sejak akhir 21. Kota yang pergerakan inflasinya mirip dengan pergerakan inflasi Provinsi Sulsel secara keseluruhan adalah Makassar. Selain itu, pergerakan inflasi Palopo mengalami penurunan yang sangat signifikan apabila dibandingkan kota-kota lainnya, dimana sebelum triwulan I-21 tingkat inflasinya berada diatas inflasi Sulsel. Namun setelah triwulan I-21 berada di bawah inflasi Sulsel bahkan sejak triwulan IV-21 tingkat inflasinya secara ratarata paling rendah apabila dibandingkan dengan 3 (tiga kota) lainnya, yaitu Makasar, Watampone dan Pare-pare. Meski demikian, pada periode laporan inflasi Pare-pare tercatat paling rendah dibandingkan 3 (kota lainnya) Berdasarkan bobot inflasi masing-masing kota di Sulsel, Makassar memiliki bobot inflasi terbesar baik terhadap nasional maupun terhadap Sulsel, yang bobot inflasinya masing-masing sebesar 2,56% dan 81,27%. Kota kedua yang memiliki bobot inflasi cukup besar adalah Palopo, yaitu sebesar,22% terhadap nasional, sedangkan terhadap Sulsel sebesar 5,98%. Kota yang terendah bobot inflasinya adalah Watampone dimana bobot inflasinya terhadap nasional dan terhadap Sulsel berturut-turut sebesar,18% dan 5,71%. 42 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

53 Keterangan Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel Sumbangan Inflasi Kota Trw II 21 Trw IV 21 Trw I 211 Trw II 211 Watampone.17%.32%.3.32% Makassar 2.91% 5.51% 5.32% 5.35% Palopo.19%.36%.35%.35% Pare pare.19%.36%.34%.35% Sulawasi Selatan 3.46% 6.56% 6.32% 6.37% Kota yang memberikan sumbangan inflasi terbesar untuk Sulsel pada triwulan II-211 masih diduduki oleh Makassar sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel, yaitu sebesar 5,35%. Nilai tersebut lebih besar apabila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 21 sebesar 2,91%. Dan inflasi pada periode laporan juga cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan pada triwulan I-211 sebesar 5,32%. Kemudian hal yang serupa terjadi pada 3 (tiga) kota lainnya. Palopo yang menyumbangkan inflasi,35% di triwulan II-211, atau meningkat apabila dibandingkan triwulan II-21 sebesar,19%, namun sumbangan inflasi Palopo pada triwulan laporan cenderung tetap apabila dibandingkan periode sebelumnya sebesar,35% (tabel 2.8) Disagregasi Inflasi Selain analisa inflasi berdasarkan pengelompokan Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan Classification of Individual Consumption According to Purpose (COICOP), dilakukan juga analisa disagregasi inflasi yang membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti (volatile dan administred inflation). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, dimana inflasi dapat bersumber dari adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi. Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. Kemudian inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari inflasi komponen bergejolak (volatile foods) yang biasa dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

54 komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered price), dimana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain. Grafik 2.3. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan Volatile Administered Inflation Core Inflation Volatile Inflation Grafik Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan Volatile Administered Inflation Volatile Inflation Core Inflation Total Sumber: BPS Diolah Sumbangan inflasi Sulsel, sejak triwulan II-21 sampai dengan triwulan I-211 didominasi oleh komponen bergerak (volatile inflation), kemudian pada urutan kedua adalah inti dan yang terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered inflation). Namun pada triwulan II-211, sumbangan inflasi terbesar berasal dari inflasi inti (2,92%) kemudian diikuti dengan volatile inflation (2,78%) dan yang terakhir disumbang oleh administered inflation (,67%), lihat grafik 2.3. Dominasi sumbangan inflasi inti dalam inflasi di Sulsel triwulan II-211 disebabkan karena tekanan inflasi dari eksternal seperti bersumber dari kenaikan harga komoditas internasional sejak akhir tahun 21 yang berdampak pada peningkatan harga beberapa komoditas pada inflasi inti seperti emas dan bahan bangunan. Namun penguatan rupiah menjadi faktor peredam kenaikan harga tersebut sehingga pertumbuhan inflasi inti masih terkendali. Apabila dilihat dari sisi pergerakan pertumbuhannya, maka pada triwulan II-211 volatile inflation tercatat paling tinggi yaitu sebesar 12,5 (y.o.y), meningkat sangat tinggi apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,41% (y.o.y), namun relatif menurun apabila dibandingkan dengan triwulan I-211 sebesar 16,78% (y.o.y), lihat grafik Pemantauan Inflasi oleh KBI Pada tanggal 14 Juli 211, dalam rangka penguatan koordinasi antar instansi dalam rangka pengendalian inflasi Provinsi Sulsel, maka diadakan pertemuan High Level Meeting 44 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

55 (HLM) Forum Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) bertujuan antara lain Strategi Pengendalian Inflasi Menjelang Hari Raya Idul Fitri 211. Pertemuan dimakasud melibatkan BUMN dan perbankan Sulawesi Selatan dalam pengendalian inflasi. Adapun hasil dalam pembahasan pertemuan FKPPI dimaksud adalah sebagai berikut: A. Perkembangan Inflasi Sulsel Menjelang Idul FItri Di triwulan II-211 inflasi Sulsel tercatat 6,37% (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 5,54% (yoy). Tingginya angka inflasi Sulsel di tahun 211 terutama bersumber dari inflasi volatile food yang tercatat mencapai 12,5 (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan nasional (8,57%; yoy). Berdasarkan disagregasinya, volatile food mencatat inflasi tertinggi sebesar 12,5 (yoy) yang didorong oleh kenaikan harga beras, daging ayam ras, telur ayam, dan hasil tambak seperti udang dan bandeng. Sementara inflasi inti sebesar 6,4% (yoy) dan inflasi administered 3,35% (yoy) Secara historis Sulawesi Selatan mengalami inflasi tinggi setiap bulan Ramadhan. Inflasi bulanan Sulsel tercatat selalu berada di atas 1% (mtm). Komoditas yang memberi sumbangan besar bagi pembentukan inflasi tersebut adalah bahan-bahan makanan seperti daging ayam ras, beras, tomat, sayur, bandeng, bawang merah, dan gula pasir. B. Kesiapan Pasokan Kebutuhan Pokok Disperindag Sulsel secara rutin memantau harga dan pasokan bahan kebutuhan pokok, antara lain beras, gula, tepung terigu, minyak goreng, daging sapi, daging ayam ras, telur, bahan bakar rumah tangga, dan BBM. Berdasarkan hasil pemantauan terakhir, harga bahan kebutuhan pokok yang mengalami peningkatan harga cukup signifikan adalah daging ayam ras dan telur ayam. Sementara harga bahan kebutuhan pokok lainnya cukup stabil. Hasil pemantauan kepada distributor dan produsen bahan kebutuhan pokok menunjukkan bahwa pasokan bahan kebutuhan pokok dalam kondisi aman dan dapat memenuhi kebutuhan hingga setelah hari raya Idul Fitri. C. Strategi Pengendalian Inflasi Melalui Pasar Murah yang Terkoordinasi Inflasi tidak dapat dikendalikan hanya melalui kecukupan stok, karena tingkat harga juga dipengaruhi oleh spekulasi pedagang dan ekspektasi harga yang dibentuk masyarakat. Penggunaan media massa menjadi penting untuk dilakukan guna memberikan keyakinan bagi masyarakat bahwa pasokan kebutuhan tersedia secara memadai. Hal ini dapat meredam kehawatiran masyarakat sehingga praktek pembelian besarbesaran tidak terjadi. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

56 Salah satu rekomendasi yang diberikan dalam rangka pengendalian harga melalui ekspektasi masyarakat adalah pelaksanaan pasar murah yang terkoordinasi antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, Bank Indonesia, BUMN, dan perbankan di Sulawesi Selatan. Pasar murah tahun 211 diharapkan dapat mencakup daerah yang lebih luas meliputi 24 kabupaten/kota se-sulawesi Selatan. Adapun rencana tindak lanjut dari pertemuan dimaksud yaitu mengadakan pasar murah akan diselenggarakan pada awal bulan Agustus 211, dilaksanakan secara bertahap (4 tahap). Kemudian pembahasan pasar murah akan menjadi salah satu agenda dalam rapat koordinasi pengendalian harga menjelang bulan Ramadhan di bawah pimpinan Gubernur Sulawesi Selatan. 46 Triwulan II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

57 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran A. Perbankan Kinerja perbankan Sulsel pada triwulan II-211 secara umum mengalami pertumbuhan yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan I-211. Hal ini tercermin dari peningkatan beberapa indikator perbankan seperti penyaluran kredit dan LDR, sedangkan penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga) mengalami perlambatan. Penyebab meningkatnya kinerja perbankan tersebut terutama karena peningkatan pertumbuhan di sisi kredit pada Bank Umum konvensional, selain itu kinerja Bank Syariah yang juga menunjukan peningkatan pertumbuhan pada penyaluran kredit. Sejalan dengan itu, kinerja intermediasi perbankan yang dicerminkan oleh nilai LDR (Loan to Deposit Ratio) secara keseluruhan mengalami peningkatan pertumbuhan, terutama karena pertumbuhan kredit melebihi pertumbuhan DPK. Sedangkan NPLs (Non Performing Loans) Bank Umum pada triwulan laporan secara gross adalah sebesar 3,36%, masih berada dibawah batas aman 5,. Meski di sisi lain, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) relatif menurun namun masih pada tingkat yang moderat Kondisi Umum Perkembangan Kelembagaan Dari sisi kelembagaan, pada triwulan II-211, jumlah bank di Sulsel bertambah 1 (satu) bank yaitu BPD Jabar Banten. Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan Kelembagaan Jumlah Bank Bank Umum Konvensional Syariah UUS BPR Jumlah Kantor Bank Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

58 Bank umum konvensional memiliki komposisi terbesar diantara lainnya dengan jumlah mencapai 42. Sementara itu jumlah BPR tidak mengalami perubahan dari triwulan sebelumnya, yaitu 27 bank sehingga jumlah kantor bank keseluruhan menjadi 76 kantor bank (tabel 3.1) Perkembangan Aset Perbankan Total aset Bank Umum pada triwulan II-211 tumbuh sebesar 22,2% menjadi Rp56,27 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I-211 yang mengalami pertumbuhan sebesar 27,2% (tabel 3.2). Peningkatan pertumbuhan terbesar disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan bank asing-campuran yaitu 19,8 (y.o.y) pada triwulan sebelumnya, meningkat menjadi 72,66% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara pertumbuhan tahunan (y.o.y) aset bank swasta nasional dan bank pemerintah mengalami penurunan pertumbuhan yaitu masing-masing sebesar dari 34,19% (y.o.y) dan 23,8% pada triwulan I-211 menjadi 22,6% (y.o.y) dan 21,18% pada triwulan II-211. Tabel 3.2 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Miliar) KOMPONEN I II III IV I II* I II III IV I II* Total Aset Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran 11,91% 18,61% 21,17% 2,84% 27,17% 22,2% 42.63, , , , , ,1 11,66% 13,42% 14,25% 14,56% 23,8% 21,18% 26.15, , , , , , 17,24% 32,11% 38,85% 37,64% 34,19% 22,6% , , , , , , 61,66% 44,41% 46,4 52,98% 19,8 72,66% 338,6 448,3 468,8 442,8 751,8 774, 3.2. Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan tercermin dari trend pergerakan LDR pada triwulan II-211 sebesar 127,9% mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan I-211 yaitu sebesar 124,2%. Peningkatan tersebut terutama karena peningkatan penyaluran kredit lebih besar dibandingkan peningkatan DPK yang dihimpun pada triwulan I Perkembangan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan II-211 mencapai Rp39,16 triliun, mengalami perlambatan pertumbuhan dari 24,14% (y.o.y) pada triwulan I-211 menjadi 19,6% (y.o.y); tabel 3.3. Perlambatan pertumbuhan DPK ini terutama karena terjadi perlambatan pertumbuhan pada giro dan tabungan. Giro dan tabungan masing-masing tercatat tumbuh lebih rendah dari 26,6% dan 33,9% di triwulan 48 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

59 sebelumnya menjadi 9,4% dan 8,9% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara itu deposito mengalami kenaikan pertumbuhan dari 9,15% menjadi 12,18% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan deposito diduga sebagai akibat banyaknya peminat nasabah yang ingin mengambil manfaat dari promosi suku bunga yang kompetitif di atas suku bunga tabungan yang dilakukan oleh beberapa Bank umum di Sulsel. Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Milyar) KOMPONEN II III IV I II* I II III IV I II* 1. DPK 1,95% 15,31% 11, 24,14% 19,56% a. Giro 13,22% 2,41% 12,69% 26,55% 17,16% b. Tabungan 1,34% 22,1 13,2% 33,87% 24,92% c. Deposito 1,71% 2,1% 6,5 9,15% 12,18% Kredit 3. LDR (%) 4. NPLs Gross (%) 21,16% 21,4 18,1 25,59% 25,58% ,8% 121,1% 115,4% 124,2% 127,9% 2,9% 3,1% 2,9% 3,2% 3,4% Catatan: Mulai Januari 21 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem Basel II Penyaluran Kredit Pada triwulan II-211, pertumbuhan kredit perbankan di Sulsel juga mengalami peningkatan menjadi 25,6% (y.o.y) dibandingkan triwulan I-211 sebesar 25,6% (y.o.y); tabel 3.4. Salah satu faktor utama penyebab meningkatnya penyaluran kredit di Sulsel karena penambahan 1 (satu) bank pemerintah di Sulsel sehingga mendorong peningkatan penyaluran kredit. Peningkatan ini terutama disebabkan kenaikan pertumbuhan pada kredit modal kerja dan kredit investasi. Kenaikan pada kredit modal kerja diperkirakan sebagai dampak dari ekspektasi kondisi perekonomian daerah yang cenderung meningkat pada triwulan II-211, dimana hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen pada bulan Juni 211 (grafik 3.1). Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Milyar) II III IV I II* II III IV I II* Kredit (lokasi proyek) 21,16% 21,4 18,1 25,59% 25,58% Modal Kerja 12,34% 13,56% 13,21% 24,49% 26, Investasi 3,7 26,6 32,36% 18,72% 23,14% Konsumsi 25,41% 26,66% 16,45% 29,99% 26,3% *Angka Sementara Kondisi ekonomi yang cenderung membaik mengakibatkan masyarakat menjadi lebih optimis dalam membuat keputusan terkait pengajuan kredit konsumsi, sehingga kredit konsumsi meningkat cukup besar pada triwulan laporan, dari 25,4% menjadi 26, (y.o.y). Peningkatan kredit konsumsi dimaksud, relatif sejalan dengan hasil Survey Konsumen yang menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat akan penghasilan mereka pada 2 (dua) triwulan mendatang cenderung meningkat apabila dibandingkan triwulan berjalan. Hal ini sejalan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II

60 dengan adanya pembayaran Gaji ke-13 untuk PNS dan adanya Tunjangan Hari raya (THR) yang akan dibayarkan pada pertengahan Agustus 211. Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen y.o.y Smb : Survei Konsumen KBI Mks % 1 5% 5% Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bln y.a.d Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg y.o.y Smb : Survei Konsumen KBI Mks % 1 5% 5% 1 15% Pertumbuhan kredit modal kerja pada triwulan II-211 tercatat mengalami peningkatan cukup tinggi apabila dibandingkan pada periode sebelumnya dari 24,5% menjadi 26,4% (y.o.y). Namun demikian, kondisi tersebut masih belum dapat merubah struktur kredit Sulsel, dimana share kredit konsumsi masih menempati posisi pertama paling besar yaitu Rp21,3 triliun (43%), diikuti kredit modal kerja Rp18,8 triliun (37%) dan kredit investasi Rp1, triliun (2) (grafik 3.4.). Grafik 3.3 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan Grafik 3.4 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi Konsumsi 43% Modal Kerja 37% Investasi 2 Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan II-211 masih tetap didominasi 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor lain-lain (konsumsi), sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 45,86%, 27,32% dan 7,93% (grafik 3.4). Sementara 3 (tiga) sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan, 5 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 211 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2011 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan III - 212 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 009 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 009 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV 2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR. Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin

Kata Pengantar. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR. Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 212 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I - 212 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Kata Pengantar

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan III - Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci