Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan. Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan. Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

2 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Divisi Asesmen Ekonomi & Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulawesi Maluku Papua (Sulampua) Jl. Jenderal Sudirman No. 3 Makassar 9113, Indonesia (Telepon) / (Faksimili)

3 Kata Pengantar Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), mencakup aspek makroekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prakiraan ekonomi ke depan. Kajian ekonomi daerah disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholder di daerah seperti Pemerintah Daerah, DPRD, lembaga pendidikan, dunia usaha, dan kalangan masyarakat Iainnya dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai trusted advisor bagi stakeholder di wilayah kerjanya. Pada triwulan I-214, ekonomi Sulsel berhasil tumbuh 8,3% (yoy), meningkat di atas triwulan IV- 213 (7,9%; yoy). Sektor penggerak pertumbuhan adalah sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan, sedangkan dari sisi pengeluaran adalah ekspor. Hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut berimplikasi kepada penyerapan tenaga kerja sektor sekunder dan tersier yang lebih banyak, walaupun berimplikasi kepada ketimpangan pendapatan dan kenaikan belum berhasil menekan angka kemiskinan. Di sisi lain, laju inflasi Sulsel kuartal I-214, melambat seiring pasokan yang lebih tersedia. Inflasi Sulsel masih lebih rendah dibandingkan angka nasional, merupakan salah satu peran TPID yang patut diapresiasi. Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia banyak memanfaatkan data dari berbagai institusi serta informasi langsung yang diperoleh melalui survei maupun liaison. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan. Makassar, 16 Mei 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I - Sulampua Suhaedi Direktur Eksekutif Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 iii

4 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia V i s i Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil M i s i 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU N i l a i - N i l a i S t r a t e g i s Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya yang terdiri atas: Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and Teamwork iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

5 Daftar Isi Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Ringkasan Eksekutif...1 Tabel Indikator Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Sisi Permintaan Sisi Penawaran Keuangan Pemerintah Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Provinsi Sulsel Triwulan I Inflasi Daerah Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa Inflasi Berdasarkan Kota Disagregasi Inflasi Koordinasi Pengendalian Inflasi Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Kondisi Umum Perbankan Stabilitas Sistem Keuangan Pengembangan Akses Keuangan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Perkembangan Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Tunai Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 v

6 6.2. Jumlah Penduduk Miskin Gini Ratio Nilai Tukar Petani Prospek Perekonomian Outlook Kondisi Makroekonomi Regional Outlook Inflasi Lampiran vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

7 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Gambaran Umum Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan I- 214 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-214, ekonomi Sulsel tumbuh 8,3% (yoy), di atas triwulan IV 213 (7,9%; yoy). Dengan angka pertumbuhan tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulsel tetap lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional tahun 213 (5,78%; yoy). Dari sisi permintaan, pendorong pertumbuhan adalah investasi dan konsumsi, sedangkan kondisi perekonomian global yang belum pulih memicu pelemahan pertumbuhan ekspor. sementara itu, dari sisi sektoral pendorongnya adalah sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor jasa keuangan. Sektor yang menunjukkan penurunan adalah subsektor pariwisata, diduga terkait lesunya ekonomi global. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kegiatan ekspor luar negeri tumbuh cukup baik, ditopang produksi sektor pertambangan dan industri. Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I 214 mengalami akselerasi pertumbuhan didorong kinerja sektor tradable yang mendukung kegiatan ekspor. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,9% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan dimotori oleh kinerja ekspor komoditas pertambangan serta industri pengolahan. Dari sisi sektoral, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) kinerjanya membaik ditopang oleh kegiatan perdagangan dan pariwisata. Keuangan Pemerintah Pendapatan dan belanja keuangan daerah realisasinya masih relatif rendah. Realisasi pos pendapatan maupun belanja relatif masih rendah. Dari sisi pendapatan, target pendapatan daerah masih cukup rendah, meski secara nominal, capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 213. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah juga masih cukup rendah, dimana realisasinya masih dibawah 13%, walaupun secara nominal, realisasi belanja triwulan I 214 tersebut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya masih lebih tinggi. Inflasi Daerah Inflasi Sulsel triwulan I-214 melambat didukung pasokan dan distribusi yang memadai. Pada triwulan I 214, inflasi Sulsel tercatat sebesar 5,88% (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 213 (6,22%; yoy), seiring pasokan pangan yang lebih baik. Tekanan inflasi menurun pada triwulan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 1

8 Ringkasan Eksekutif laporan, semakin kondusifnya cuaca untuk produksi ikan, terbatasnya banjir di lahan pertanian, serta minimalnya kendala distribusi terkait cuaca. Tekanan inflasi juga tetap datang dari kuatnya permintaan akibat faktor musiman, dampak lanjutan atas biaya impor bahan baku obat, serta kenaikan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah seperti LPG 12 kg dan tarif angkutan udara. Pencapaian inflasi yang lebih rendah didukung oleh semakin berkembangnya koordinasi pengendalian inflasi di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Kinerja sistem keuangan melambat dengan risiko yang tetap baik. Kegiatan pengembangan akses keuangan menunjukkan peningkatan pangsa UMKM. Kinerja sistem keuangan Sulsel pada triwulan I 214, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan teramati pada indikator perbankan pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan kredit. Perlambatan pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank asing dan bank campuran. Sementara itu, kegiatan intermediasi yang tercermin dari LDR juga sedikit menurun menjadi 13,81%, walaupun lebih tinggi dibandingkan LDR nasional sebesar 94,1%. Perlambatan kenaikan dana pihak ketiga terjadi pada giro, tabungan dan deposito. Sedangkan perlambatan kredit terjadi pada semua jenis penggunaan (kredit konsumsi, kredit investasi, dan kredit modal kerja). Secara sektoral, perlambatan penyaluran kredit tercatat pada sektor utama (pertanian,pertambangan, industri pengolahan, listrik, konstruksi, perdagangan, pengangkutan, jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat). Di sisi lain, risiko kredit perbankan masih terjaga dengan baik, rasio Non-performing Loans (NPLs) bank umum masih berada pada level aman (3,14%). Pada triwulan I-214, share kredit UMKM terhadap total kredit di Sulawesi Selatan sebesar 29,49% atau berada diatas kewajiban yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 2%. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang tetap tinggi didukung oleh aktivitas di sistem pembayaran. Perkembangan sistem pembayaran cenderung mengikuti arah pertumbuhan indikator perbankan yang mengalami perlambatan pada triwulan I 214. Baik transaksi nontunai menggunakan Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Perlambatan tersebut dinilai merupakan dampak musiman seiring masih belum optimalnya kegiatan transaksi pelaku usaha maupun pemerintah di awal tahun. Faktor musiman juga mempengaruhi pergerakan aliran uang kartal yang pada triwulan I 214 mengalami net inflow. Hal ini terjadi seiring masih minimalnya kegiatan penarikan uang dan lebih dominannya penyetoran di periode awal tahun. 2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

9 Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tingkat pengangguran dan kesejahteraan relatif tidak berubah signifikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,8% (Februari 214) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya 5,83% (Februari 213). Sedangkan tingkat kesejahteraan yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) memperlihatkan perbaikan. Kegiatan ekonomi daerah yang masih tergolong tinggi (8,3% yoy) mendorong terjadinya perubahan struktur penyerapan tenaga kerja yaitu adanya peningkatan pada sektor sekunder (sektor industri pengolahan) dan sektor tersier (sektor perdagangan dan sektor jasa), dan sebaliknya penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor Pertanian. Kondisi tersebut turut berkontribusi pada meningkatnya jumlah penduduk kategori miskin yang juga dipengaruhi oleh naiknya garis kemiskinan (dari Rp221,89 ribu menjadi Rp235,29 ribu) akibat kuatnya tekanan inflasi. Perubahan struktur tenaga kerja, pada akhirnya juga memperbesar ketimpangan pendapatan antar penduduk. Namun demikian kenaikan harga pertanian pada skala tertentu telah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani yang diukur dari membaiknya indikator Nilai Tukar Petani (NTP). Prospek Perekonomian Pada triwulan II-214 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan akan meningkat diikuti kenaikan tekanan inflasi. Perekonomian Sulsel pada triwulan II-214 dan untuk keseluruhan tahun 214 ke depan, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,5% - 8,5% (yoy) dan 7,% - 8,% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut tidak terlepas dari relatif menguatnya faktor-faktor pendukung pertumbuhan. Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, angka pertumbuhan ekonomi Sulsel 214 tetap lebih baik. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (lokal) yang tetap kuat. Sementara di sisi penawaran, sektor pertanian mengalami peningkatan seiring masuknya musim panen dan kondisi cuaca yang mulai kondusif. Demikian pula sektor industri, diperkirakan akan meningkatkan produksinya merespons kenaikan permintaan. Di sisi lain, laju inflasi triwulan II-214 diprakirakan akan menghadapi tekanan, didorong kenaikan permintaan dan penyesuaian tarif. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 3

10 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan 4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

11 Tabel Indikator Ekonomi Tabel Indikator Ekonomi A. INFLASI DAN PDRB INDIKATOR I II III IV I II III IV I MAKRO Indeks Harga Konsumen - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Papua Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (%; yoy) - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Papua Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) 214* 14,142 15,57 15,545 14,974 15,34 15,995 16,828 6,936 16, Pertanian 3,787 4,95 4,321 3,329 3,831 4,59 4,491 3,765 4, Pertambangan dan Penggalian 875 1,116 1,91 1,29 1,123 1,181 1,23 1,153 1, Industri Pengolahan 1,948 1,99 2,33 2,79 2,18 2,187 2,21 2,199 2, Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan ,22 1, Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,59 2,616 2,738 2,798 2,797 2,876 2,966 3,22 3,29 7. Angkutan dan Komunikasi 1,436 1,459 1,52 1,553 1,544 1,613 1,66 1,663 1, Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1,129 1,24 1,272 1,338 1,323 1,414 1,468 1,48 1, Jasa-jasa 1,46 1,514 1,522 1,544 1,494 1,529 1,64 1,636 1,594 PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ,142 15,57 15,545 14,974 15,34 15,995 16,828 16,157 16, Konsumsi 9,586 9,767 9,984 1,142 1,136 1,336 1,675 1,852 1, Investasi 4,7 4,797 4,557 3,387 4,666 5,153 4,323 4,52 4,28 3. Ekspor 4,755 5,323 5,659 6,158 5,322 5,634 6,169 6,176 6,98 4. Impor 4,269 4,83 4,655 4,713 4,82 5,128 4,339 4,923 4, * Pertumbuhan PDRB (%; yoy) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) *) Sementara Catatan : - per Triwulan II 28, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 27 - per Triwulan I 214, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 5

12 Tabel Indikator Ekonomi B. PERBANKAN BANK UMUM : **** 214**** I II III IV I II III IV I Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,37 8,876 86,366 9,288 9,932 92,253 D P K (Rp Miliar) INDIKATOR 46,91 48,468 5,928 54,278 53,721 53,299 57,24 6,239 58,3 Giro 7,893 7,764 8,287 7,948 9,252 8,86 9,211 7,836 7,984 Tabungan 24,97 27,186 28,523 31,428 29,262 29,942 31,943 34,84 32,314 Deposito 13,228 13,518 14,117 14,92 15,27 15,271 16,5 17,563 17,75 Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp Miliar) 58,755 63,265 65,412 69,956-72,19-77,83-79,613 8,59 8,836 - Modal Kerja 22,5 25,45 24,656 28,25 28,671 27,484 27,822 29,217 28,996 - Investasi 11,728 12,256 12,635 11,911 12,725 17,42 18,289 17,89 17,88 - Konsumsi 24,527 25,965 28,121 29,794 3,622 32,197 33,53 34,23 34,752 L D R % 13.53% % % 134.6% % % % % Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp Miliar) 58,755 63,265 65,412 69,956 72,19 77,83 79,613 8,59 8,836 - Pertanian 883 1,11 1,146 1,187 1,373 1,356 1,354 1,374 1,388 - Pertambangan Industri pengolahan 4,842 5,216 5,381 6,13 6,116 5,57 5,72 4,314 4,63 - Listrik,Gas dan Air ,357 1,484 1,579 1,554 - Konstruksi 3,148 3,53 3,78 3,848 3,835 4,43 4,45 4,231 4,175 - Perdagangan 15,854 18,288 18,1 19,531 2,344 23,549 24,5 25,1 25,246 - Pengangkutan 1,828 1,89 1,737 2,138 2,317 2,379 2,459 2,6 2,522 - Jasa Dunia Usaha 3,171 3,438 3,474 3,371 3,446 4,511 4,289 4,656 4,613 - Jasa Sosial Masyarakat 1,583 1,465 1,376 1,386 1,479 1,515 1,74 1,8 1,867 - Lain-lain 26,497 27,417 29,22 31,135 31,523 32,219 33,513 34,334 34,821 Kredit UMKM (Rp Miliar) Kredit Mikro* (Rp Miliar) 18,11 19,189 17,89 19,538 2,925 23,185 23,26 23,627 23,839 3,54 3,937 3,637 3,625 3,947 4,177 4,346 4,438 4,56 - Modal Kerja 3,132 3,492 3,173 3,163 3,44 3,528 3,635 3,757 3,811 - Investasi Konsumsi Kredit Kecil ** (Rp Miliar) 8,718 8,698 8,193 8,469 8,635 9,116 9,18 9,33 9,489 - Modal Kerja 5,56 5,771 5,445 5,668 5,599 6,13 5,564 5,672 5,789 - Investasi 3,212 2,926 2,749 2,82 3,37 3,13 3,616 3,658 3,7 - Konsumsi Kredit Menengah *** (Rp Miliar) 5,754 6,554 6,59 7,443 8,343 9,892 9,681 9,858 9,79 - Modal Kerja 4,638 5,292 4,693 5,59 6,11 6,95 6,633 7,48 6,831 - Investasi 1,115 1,262 1,366 1,935 2,332 2,942 3,47 2,81 2,959 - Konsumsi NPL Total gross (%) NPL UMKM gross (%) 2.82% 2.88% 2.65% 2.64% 2.84% 2.68% 2.77% 3.13% 2.97% 4.2% 4.24% 4.21% 4.8% 4.37% 4.3% 4.71% 4.52% 4.97% BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp Miliar) 3,377 3,689 3,977 4,524 4,82 5,85 5,42 5,576 6,929 D P K (Rp. Miliar) 1,581 1,639 1,821 2,68 2,142 2,138 2,594 2,884 2,75 Giro Tabungan ,162 1,37 1,268 Deposito ,188 1,239 1,261 Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 3,268 3,491 3,859 4,348 4,735 5,158 5,273 5,669 5,631 - Modal Kerja ,117 1,137 1,126 1,141 1,253 1,567 1,522 - Investasi , ,27 - Konsumsi 1,948 2,121 2,215 2,66 2,88 3,12 3,35 3,115 3,82 FDR Catatan: * (<Rp. 5 Juta) ** (Rp. 5 < X < Rp. 5 Juta) *** (Rp. 5 Juta < X < Rp. 5 M) **** Data Sementara 26.7% 213.5% % 21.2% 221.3% % 23.31% % 24.73% 6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

13 Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan I 214 mengalami akselerasi pertumbuhan seiring lebih baiknya kinerja sektor tradable yang mendukung kegiatan ekspor. Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,9% (yoy). Dari sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan dimotori oleh kinerja ekspor yang tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kegiatan ekspor yang mengalami akselerasi didukung oleh ekspor komoditas pertambangan serta industri pengolahan yang secara sektoral juga mengalami percepatan pertumbuhan. Masih kuatnya permintaan dari mitra dagang serta minimalnya gangguan dalam kegiatan produksi menjadi faktor yang mendorong penguatan pada komponen ekspor dan sektor utama Sulsel tersebut. Di samping itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) juga mencatat angka pertumbuhan yang lebih baik dari triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja sektor PHR ditopang oleh kegiatan perdagangan dan pariwisata yang berhasil tumbuh meningkat setelah mengalami perlambatan di triwulan sebelumnya (2) (4) (6) % yoy Nasional qtq Sulsel yoy Sulsel 211* 212* 213** Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan 1.1. Sisi Permintaan Dari sisi permintaan atau pengeluaran, menguatnya perekonomian Sulsel pada triwulan I 214 terutama didorong oleh akselerasi komponen ekspor. Menguatnya ekspor didukung oleh penguatan baik pada ekspor luar negeri maupun ekspor antardaerah. Tetap terjaganya produksi barang mentah maupun olahan yang dijual untuk memenuhi permintaan dari mitra dagang menjadi faktor pendorong penguatan ekspor. Hal ini tercermin dari sumbangan bagi pertumbuhan dari ekspor yang naik dari,12% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,8% pada triwulan laporan. Di sisi lain, kegiatan konsumsi dan investasi menjadi penahan laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I 214 sehingga tidak terakselerasi lebih lanjut. Sumbangan yang diberikan kedua komponen tersebut bagi pertumbuhan tercatat lebih rendah pada triwulan laporan. Komponen konsumsi menyumbang sebesar 4,19% sedangkan investasi mengurangi laju pertumbuhan ekonomi sebesar -4,17%. Pada triwulan IV 213, sumbangan komponen konsumsi dan investasi masing-masing adalah sebesar 4,74% dan 4,44% (Tabel 1.1 dan Grafik 1.2). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 7

14 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Komponen Penggunaan (%; yoy) Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Sisi Permintaan 211* 212* 213** 214** 211* 212* 213** PDRB Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi PMTB Ekspor Impor Keterangan: - Konsumsi nirlaba/lembaga nonprofit rumah tangga termasuk ke dalam konsumsi rumah tangga - PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto - Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan stok/persediaan/inventori Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara (5) (1) (15) (2) (25) % Investasi Konsumsi Ekspor Impor Pertumbuhan PDRB 211* 212* 213** 214** Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.2. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Komponen Pengeluaran Konsumsi Kegiatan konsumsi mengalami deselerasi pertumbuhan di triwulan I 214 dibandingkan dengan triwulan IV 213. Komponen konsumsi tercatat tumbuh sebesar 6,32% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya (7,%; yoy). Apabila dilihat menurut pelaku konsumsi, konsumsi rumah tangga masih tumbuh cukup kuat, namun sedikit melambat pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi pemerintah menjadi faktor utama perlambatan kinerja konsumsi. Pada triwulan I 214, konsumsi rumah tangga tumbuh cukup stabil dengan tendensi yang sedikit melambat. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 6,74% (yoy) setelah tumbuh 6,79% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga yang stabil pada triwulan laporan dinilai merupakan dampak dari realisasi kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang berhasil menjaga daya beli masyarakat. Adanya beberapa stimulus pengeluaran selama triwulan I 214 juga menopang kegiatan konsumsi antara lain perayaan tahun baru, hari besar keagamaan, Imlek, serta penyelenggaraan beberapa event lokal maupun aktivitas terkait pemilu. 8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

15 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Masih kuatnya konsumsi juga tercermin dari beberapa indikator seperti keyakinan konsumen dan penjualan eceran. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Makassar pada Januari 214 memang mengalami penurunan dibandingkan akhir triwulan sebelumnya (Grafik 1.3). Akan tetapi, pada Februari dan Maret 214, IKK menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Pola yang hampir sama terlihat pada pergerakan Indeks Penjualan Eceran di Makassar. Meski turun pada Januari 214, pertumbuhan penjualan eceran meningkat pada Februari 214 dan bergerak cukup stabil jika dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan eceran selama triwulan IV 213 (Grafik 1.4) Sementara itu, penyaluran kredit konsumsi tumbuh sedikit melambat (Grafik 1.5). Dari sisi komponen konsumsi pemerintah, terjadi perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 214 dibandingkan triwulan IV 213. Konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan sebesar 4,69% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh hingga mencapai 7,8% (yoy). Sesuai pola musimannya, realisasi belanja daerah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belum optimal. Apalagi, adanya mutasi maupun rotasi para pelaksana tugas dan pengguna anggaran dinilai memberikan dampak pada perlambatan kinerja konsumsi pemerintah. Indikasi ini terlihat dari rekening giro milik Pemerintah Daerah (Pemda) yang bertambah pada triwulan I 214 (Grafik 1.6) IKK Makassar (Rata-rata 3 Bulan) IKK Makassar Indeks Indeks Penjualan Eceran gindeks - Skala Kanan Indeks (1) (2) (3) (4) I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Sumber: Survei Konsumen Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran Grafik 1.4. Indeks Penjualn Eceran Kredit Konsumsi gkredit Konsumsi - Skala Kanan Rp Triliun Giro Pemerintah Daerah Rp Triliun Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik 1.6. Giro Pemerintah Daerah Investasi Pada triwulan I 214, investasi yang dihitung dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tetap tumbuh tinggi namun lebih rendah dari triwulan IV 213. PMTB tercatat tumbuh tidak sebaik capaian sebelumnya dari 13,48% (yoy) menjadi 11,48% (yoy). Hal ini sejalan dengan semakin dalamnya kontraksi realisasi penanaman modal asing (PMA) yang ada di Sulsel (Grafik 1.7). Adapun Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 9

16 Pertumbuhan Ekonomi Daerah kinerja penanaman modal yang berasal dari dalam negeri (PMDN) menjadi penopang pertumbuhan seiring pertumbuhan nilai realisasi proyek yang kembali positif setelah terkontraksi pada triwulan sebelumnya. Nilai proyek PMDN pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp356,7 miliar. Masih maraknya proyek pembangunan di Sulsel, terutama dari swasta maupun gabungan, menjadi penopang pertumbuhan investasi. Pembangunan properti (perumahan, ruko, apartemen) tetap berlangsung, terutama proyek lanjutan dari periode sebelumnya. Beberapa proyek lain di sektor riil juga direalisasikan pada triwulan berjalan, antara lain di sektor pertambangan, industri makanan, serta fasilitas pemurnian hasil tambang di beberapa daerah. Selain itu, masih ada proyek pembangunan pabrik semen di Maros yang akan dirampungkan pada tahun 214 serta konstruksi industri pengolahan gas alam di Sengkang. Poyek pemerintah diperkirakan belum terealisasi dengan optimal karena masih berada dalam tahap pelelangan proyek 1. Perlambatan PMTB pada triwulan I 214 sejalan dengan melemahnya kinerja beberapa indikator kegiatan investasi. Penyaluran kredit yang digunakan untuk investasi masih menunjukkan arah pertumbuhan yang melambat meski angka pertumbuhannya tetap tinggi. Tren perlambatan penyaluran kredit investasi telah terjadi sejak triwulan III 213 (Grafik 1.8). Perlambatan kinerja investasi juga dikonfirmasi oleh realisasi pengadaan semen. Pada triwulan laporan, pertumbuhan realisasi pengadaan semen tidak setinggi triwulan sebelumnya (Grafik 1.9) Total PMA gtotal PMA - Skala Kanan US$ Juta 12, 1, 8, 6, 4, 2, (2,) Kredit Investasi gkredit Investasi - Skala Kanan Rp Triliun Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Grafik 1.7. Realisasi Penanaman Modal Asing Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik 1.8. Penyaluran Kredit Investasi Realisasi Pengadaan grealisasi - Skala Kanan Ribu Ton (5) (5) Posisi Stok Perubahan Stok gperubahan Stok - Skala Kanan US$ Juta 2,5 2, 1,5 1, 5 (5) (1,) (1,5) (2,) (2,5) Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.9. Realisasi Pengadaan Semen Sumber: Produsen, diolah Grafik 1.1. Perubahan Stok Produsen Nikel Kinerja investasi yang dihitung sebagai jumlah PMTB dengan perubahan stok mengalami kontraksi pada triwulan I 214. Angka pertumbuhan untuk triwulan IV 213 sebesar 19,63% yang kemudian turun cukup drastis dan tercatat sebesar -13,68% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh 1 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Mei Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

17 Pertumbuhan Ekonomi Daerah komponen perubahan stok yang memberikan kontribusi negatif bagi pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan laporan. Indikasi ini terlihat juga dari pertumbuhan perubahan stok salah satu perusahaan terbuka di Sulsel yang mengalami kontraksi di triwulan laporan (Grafik 1.1) Ekspor dan Impor Neraca perdagangan bersih Sulsel pada triwulan I 214 tumbuh signifikan seiring kinerja ekspor yang tumbuh meningkat. Penguatan pada ekspor diikuti oleh melambatnya pertumbuhan impor di triwulan laporan sehingga neraca perdagangan atas dasar harga konstan (ADHK) mencatat surplus yang lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini berlawanan dengan kondisi pada triwulan yang sama tahun 213 ketika terjadi defisit neraca perdagangan (Grafik 1.11). Hal yang sama terjadi pada neraca perdagangan luar negeri Sulsel untuk barang nonmigas (Grafik 1.12). Di triwulan laporan, pertumbuhan ekspor luar negeri nonmigas Sulsel lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sedangkan impor luar negeri nonmigas mengalami kontraksi yang lebih besar. Ekspor ADHK Impor ADHK Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan 1, 2,5 Rp Miliar Rp Miliar 8, 6, 2, 4, 1,5 2, 1, (2,) 5 (4,) (6,) (2) (4) (6) US$ Juta Ekspor Luar Negeri Nonmigas Impor Luar Negeri Nonmigas Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan US$ Juta (1) Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Neraca Perdagangan Bersih PDRB Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Pada triwulan I 214, ekspor mengalami peningkatan pertumbuhan seiring kinerja ekspor luar negeri yang tumbuh menguat. Ekspor tercatat tumbuh sebesar 14,6% (yoy), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan IV 213 (,29). Akselerasi kinerja ekspor didorong oleh membaiknya pertumbuhan ekspor barang nonmigas ke luar negeri (Grafik 1.13). Di samping itu, ekspor antardaerah (pangsa: 38%, ADHK) juga menunjukkan penguatan yang tercermin oleh menguatnya kinerja volume barang dalam negeri yang dimuat di pelabuhan Makassar (Grafik 1.14). Volume Ekspor Luar Negeri gvolume Ekspor gnilai Ekspor Volume Muat Barang Dalam Negeri gvolume Muat - Skala Kanan Ribu Ton (5) (1) 1,6 1,4 1,2 1, Ribu Ton %; yoy (1) (2) (3) Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Volume Ekspor Nonmigas Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Grafik Volume Barang yang Dimuat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

18 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Komoditas ekspor utama dengan orientasi penjualan luar negeri mencatat akaselerasi pertumbuhan di triwulan I 214. Ekspor rumput laut, nikel matte, komoditas pertambangan, makanan olahan, serta hasil alam olahan (karet dan kayu) tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (Grafik 1.15). Hal ini dipengaruhi juga oleh kinerja industri manufaktur para negara mitra dagang Sulsel yang masih berekspansi (Grafik 1.16). Sementara itu, ekspor biji coklat dan komoditas perikanan tumbuh melemah pada triwulan laporan. Terkait perikanan, sesuai dengan hasil liaison periode sebelumnya, kebijakan pemerintah Filipina untuk memberi keringanan pajak kepada eksportirnya dinilai telah menekan pagsa ekspor perikanan Indonesia (2) (4) (6) Rumput Laut Pertambangan - Skala Kanan Nikel Matte Makanan Olahan - Skala Kanan (1) (2) Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan Indeks I II III IV I II III IV I Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Pertumbuhan Ekspor Komoditas Sumber: Bloomberg Grafik Purchasing Managers Index Impor mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan I 214 karena turunnya kinerja impor antardaerah. Di triwulan laporan, impor turun hingga -9,32% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya (4,45). Turunnya kinerja impor dikonfirmasi oleh indikator impor antardaerah (pangsa: 78%, ADHK) yaitu volume barang yang dibongkar di pelabuhan Makassar yang mengalami kontraksi lebih besar pada triwulan I 214 (Grafik 1.17). Sementara itu, volume barang yang diimpor dari luar negeri tercatat tumbuh menguat (Grafik 1.18). Namun demikian, hal ini tidak mengakselerasi impor karena nilai barang yang diimpor tidak tumbuh lebih tinggi dari triwulan IV 213, khususnya untuk kategori impor bahan baku dan barang konsumsi. 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Volume Bongkar Barang Dalam Negeri Ribu Ton gvolume Bongkar - Skala Kanan %; yoy (1) (2) (3) (4) Volume Impor Luar Negeri gvolume Impor gnilai Impor Ribu Ton (2) (4) (6) (8) Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Grafik Volume Barang yang Dibongkar Sumber: Bea Cukai Diolah Grafik Volume Impor Nonmigas Pada triwulan I 214, struktur ekspor maupun impor Sulsel relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan bagi barang dari Sulsel yang dijual ke luar negeri Sulsel (Grafik 1.19). Sementara itu, impor bahan baku mencatat pangsa terbesar dari total nilai impor Sulsel di triwulan laporan yang kemudian diikuti oleh impor barang modal dan barang konsumsi (Grafik 1.2). 12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

19 Pertumbuhan Ekonomi Daerah 1% Pangsa Triwulan I % Komoditas Pertanian: US$77 Juta 1% Pangsa Triwulan I % Barang Modal: US$39 Juta Komoditas Industri: US$287 Juta Bahan Baku: US$92 Juta 78% Komoditas Pertambangan: US$3 Juta 7% Barang Konsumsi: US$1 Juta Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.2. Pangsa Impor Menurut Kategori Dilihat dari total nilainya, nikel matte merupakan komoditas dominan dalam struktur ekspor sedangkan gandum mengambil pangsa terbesar dalam struktur impor. Pada triwulan I 214, komoditas nikel matte mengambil pangsa sebesar 58,16% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel (Tabel 1.2). Selanjutnya, ganggang laut (rumput laut) dan coklat olahan menjadi komoditas dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing sebesar 9,9% dan 8,%. Untuk impor luar negeri, gandum yang menjadi bahan baku terigu mengambil pangsa terbesar yaitu 42,5% pada triwulan I 214. Selanjutnya, impor gandum diikuti oleh impor hasil industri lainnya serta makanan ternak yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 32,22% dan 8,47% (Tabel 1.3). Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Nilai Ekspor Komoditas Triwulan I 214 (US$ Juta) Nikel matte Ganggang laut Coklat olahan Biji coklat Udang segar/beku Kayu olahan Ikan olahan 8.8 Buah/sayur olahan 5.93 Hasil industri lainnya 5.12 Ikan segar dan lainnya 4.96 Sumber: Bea Cukai, diolah Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas Nilai Impor Komoditas Triwulan I 214 (US$ Juta) Gandum Hasil industri lainnya Makanan ternak 11.1 Besi/baja 5.99 Alat listrik/ukur/fotografi/dll 4.28 Pesawat udara dan bagiannya 3.5 Bahan kimia 3.35 Kertas dan barnag dari kertas 2.98 Kendaraan roda 4 atau lebih 2.59 Produk keramik 2.29 Sumber: Bea Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Dilihat dari sisi penawaran, sektor utama menunjukkan penguatan kinerja, terutama sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Selain itu, beberapa sektor yang lain juga mengalami akselerasi seperti sektor listrik, gas, dan air (LGA), sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (keuangan), serta sektor jasa-jasa (Tabel 1.4). Sektor pertambangan bahkan memberikan sumbangan yang positif sebesar,11% pada triwulan laporan setelah sebelumnya mengurangi pertumbuhan sebesar -,37% (Grafik 1.21). Adapun sektor pertanian tercatat tumbuh di atas 1% namun tetap melambat dibandingkan triwulan IV 213. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

20 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Sektor Ekonomi (%; yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Sisi Penawaran 211* 212* 213** 214** 211* 212* 213** PDRB Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Keterangan: - Real estate, persewaan, dan jasa perusahaan termasuk ke dalam Sektor Keuangan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1 8 % Pertanian Industri PHR Sektor Lainnya PDRB (2) 211* 212* 213** 214** Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik Sumbangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Sisi Penawaran Sektor Pertanian Pada triwulan I 214, sektor pertanian mengalami deselerasi pertumbuhan karena masih belum optimalnya kinerja subsektor perkebunan. Angka pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,98% (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 213 yang tercatat sebesar 13,1% (yoy). Subsektor perkebunan, dalam hal ini komoditas kakao, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perlambatan. Produksi biji kakao, di Sulawesi pada umumnya dan di Sulsel pada khususnya, masih terbatas karena belum datangnya masa panen, pengaruh cuaca, program pemerintah yang kurang optimal, serta umur tanaman yang tua akibat belum adanya peremajaan 2. Hal ini tercermin dari volume ekspor kakao yang menurun dan patut disayangkan karena harga kakao di pasar global sedang berada pada tren meningkat (Grafik 1.22 dan Grafik 1.23). Perlambatan pertumbuhan juga dialami oleh subsektor perikanan seiring belum optimalnya produksi pada triwulan I 214. Melemahnya kinerja subsektor ini terlihat dari perkembangan volume 2 Hasil liaison kepada eksportir coklat olahan, triwulan I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

21 Pertumbuhan Ekonomi Daerah ekspor udang segar dan aneka ikan yang terkontraksi (Grafik 1.24 dan Grafik 1.25). Hal ini dinilai merupakan dampak dari kondisi cuaca yang tidak menguntungkan bagi para nelayan, terutama di Januari 214. Meski curah hujan dan gelombang laut mulai membaik pada Februari dan Maret 214, produksi perikanan tidak sampai mengalami akselerasi. Adapun kenaikan produksi komoditas padi palawija 3 dinilai berhasil menopang pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan (tabama) sehingga sektor pertanian secara keseluruhan masih tumbuh cukup tinggi Ekspor Biji Coklat gekspor - Skala Kanan Ribu Ton I II III IV I II III IV I (2) (4) (6) (8) USD/kg Harga Internasional Kakao gharga - Skala Kanan (1) (2) (3) (4) Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Volume Ekspor Biji Coklat Sumber: World Bank Grafik Harga Internasional Kakao Ekspor Udang Segar/Beku gekspor - Skala Kanan Ekspor Aneka Ikan gekspor - Skala Kanan Ribu Ton I II III IV I II III IV I (1) (2) (3) Ribu Ton I II III IV I II III IV I (5) (1) (15) (2) (25) (3) Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Volume Ekspor Udang Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Volume Ekspor Aneka Ikan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh positif di triwulan I 214 setelah mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan IV 213. Pada triwulan laporan, kinerja sektor ini membaik dan tumbuh sebesar 1,54% (yoy) setelah turun sebesar -4,62% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan arah pertumbuhan ekspor komoditas pertambangan yang kontraksinya semakin tipis di triwulan I 214 (Grafik 1.26). Mulai pulihnya harga internasional beberapa komoditas tambang seperti nikel, logam mulia (emas), dan seng diduga memacu kegiatan produksi sektor pertambangan dan penggalian di Sulsel (Grafik 1.27). Implementasi UU Minerba sejak Januari 214 memberikan dampak yang minimal bagi sektor pertambangan karena mineral utama Sulsel, yaitu bijih nikel, telah diolah menjadi nikel matte sebelum dijual ke luar negeri oleh eksportir. 3 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Mei 214 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

22 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Ekspor Pertambangan gekspor - Skala Kanan Seng Timah Hitam Nikel - Skala Kanan Timah - Skala Kanan Ribu Ton I II III IV I II III IV I (5) (1) (15) 2,4 2,3 2,2 2,1 2, 1,9 1,8 1,7 1,6 US$/metrik ton US$/metrik ton , 23, 21, 19, 17, 15, 13, Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik Volume Ekspor Pertambangan Sumber: World Bank Grafik Harga Komoditas Tambang Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh menguat pada triwulan I 214 seiring penguatan pada industri mikro dan kecil. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 5,89% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya tumbuh 5,76% (yoy). Akselerasi pada sektor industri pengolahan didorong oleh membaiknya kinerja industri mikro dan kecil (IMK) di triwulan laporan. Adapun industri besar dan sedang (IBS) mtumbuh sedikit melambat pada triwulan laporan sehingga sektor menahan percepatan pertumbuhan sektor industry pengolahan (Grafik 1.28). Menguatnya kinerja pertumbuhan sektor industri pengolahan searah dengan perkembangan beberapa subsektor industri pengolahan. Pada triwulan laporan, kinerja subsektor industri hasil tambang mengalami akselerasi seiring tidak adanya gangguan operasional dan minimalnya dampak implementasi UU Minerba (Grafik 1.29). Hasil industri makanan olahan serta kayu olahan juga dinilai tumbuh meningkat seperti terlihat pada kinerja ekspornya (Grafik 1.3). Untuk kayu olahan, masih kuatnya pertumbuhan didukung oleh permintaan dari luar negeri seperti Jordan, Singapura, Korea Selatan, dan Filipina (5) (1) (15) IMK IBS I II III IV I II III IV I Ribu Ton Metrik Produksi Nikel gproduksi (1) (2) (3) (4) Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Pertumbuhan Industri Sumber: Produsen, diolah Grafik Produksi Nikel Matte Penyelenggaraan pemilu legislatif memberikan dampak positif pada beberapa subsektor industri pengolahan namun tidak signifikan. Persiapan pemilu legislatif meningkatkan permintaan pada 4 Hasil liaison kepada produsen dan eksportir kayu olahan, triwulan I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

23 Pertumbuhan Ekonomi Daerah beberapa subsektor industri selama masa kampanye, khususnya kertas dan barang cetakan 5. Namun demikian, industri tepung terigu, gula rafinasi, maupun kayu olahan disinyalir tidak terkena dampak penyelenggaraan pemilu 6. Meningkatnya pertumbuhan produksi industri terigu pada triwulan I 214 dinilai lebih didorong oleh faktor musiman dan persiapan Lebaran (Grafik 1.31) (5) (1) (15) (2) (25) (3) Kayu Olahan Makanan Olahan - Skala Kanan I II III IV I II III IV I (1) (2) Ribu Ton Metrik Produksi Terigu gproduksi Terigu - Skala Kanan (1) (2) (3) Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.3. Volume Ekspor Hasil Industri Sumber: Produsen, diolah Grafik Produksi Tepung Terigu Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor LGA mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan I 214 dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor LGA tercatat tumbuh sebesar 8,86% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 8,6% (yoy). Menguatnya kinerja sektor LGA terkonfirmasi dari pertumbuhan penjualan eceran gas yang digunakan oleh rumah tangga (Grafik 1.32). Sementara itu, meski tumbuh relatif melambat pada triwulan laporan, kredit menurut lokasi proyek yang disalurkan kepada sektor ini tetap tumbuh di atas 5% secara tahunan. Hal ini memberi indikasi masih kuatnya kegiatan penciptaan nilai tambah di sektor ini seiring aliran dana dari perbankan yang pertumbuhannya masih cukup tinggi. Penjualan Gas untuk Rumah Tangga gindeks Kredit Sektor LGA gkredit - Skala Kanan Indeks I II III IV I II III IV I (5) (1) (15) Rp Triliun I II III IV I II III IV I (5) Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah Grafik Penjualan Eceran Gas Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik Kredit Sektor LGA Sektor Bangunan Pada triwulan I 214, sektor bangunan kembali tumbuh melemah karena belum optimalnya seluruh kegiatan pembangunan. Di triwulan IV 213, sektor ini mampu tumbuh hingga 1,73% (yoy). Pada triwulan laporan, sektor ini mengalami perlambatan dan tumbuh sebesar 7,99% (yoy). 5 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Mei Hasil liaison kepada produsen tepung terigu, gula rafinasi, dan kayu olahan, triwulan I 214 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

24 Pertumbuhan Ekonomi Daerah Perlambatan di sektor ini sejalan dengan deselarasi pada komponen PMTB yang juga mengalami perlambatan di triwulan laporan. Hal ini terkonfirmasi oleh melambatnya pertumbuhan penjualan eceran bahan bangunan (semen dan logam) dan perlengkapan konstruksi (Grafik 1.34). Penyaluran kredit ke sektor bangunan berdasarkan lokasi proyek juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 214 (Grafik 1.35) (5) (1) (15) Semen Bahan Konstruksi dari Logam Perlengkapan Konstruksi I II III IV I II III IV I Kredit Sektor Konstruksi gkredit - Skala Kanan Rp Triliun I II III IV I II III IV I Sumber: Survei Penjualan Eceran Grafik Penjualan Eceran Barang Konstruksi Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik Kredit Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor PHR tumbuh menguat pada triwulan I 214 yang didorong oleh membaiknya kegiatan perdagangan dan terjaganya kinerja pariwisata. Pertumbuhan sektor ini tercatat meningkat dari 7,98% (yoy) pada triwulan IV 213 menjadi sebesar 8,29% (yoy). Akselerasi kinerja sektor PHR salah satunya didorong oleh menguatnya kegiatan perdagangan baik yang berorientasi ke luar negeri maupun dalam negeri. Hal ini terkonfirmasi dari indikator total volume barang yang dibongkar dan dimuat di pelabuhan Makassar yang tumbuh menguat pada triwulan I 214 (Grafik 1.36). Perkembangan sektor PHR juga masih didukung oleh penjualan otomotif yang diprakirakan akan tumbuh secara konservatif di kisaran 1% (yoy) 7. Volume Muat Volume Bongkar gtotal Volume - Skala Kanan 3,5 Ribu Ton 3 3, 2 2,5 1 2, 1,5 1, (1) 5 (2) (3) Sulawesi Selatan % I II III IV I II III IV I Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan, diolah Grafik Volume Bongkar & Muat Barang Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Subsektor hotel juga menopang pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan seiring hunian kamar dan kunjungan wisatawan yang terjaga. Secara musiman, tingkat penghunian kamar hotel serta jumlah wisatawan mancanegara memang berkurang di triwulan I 214 karena merupakan masa low season akibat berakhirnya musim liburan. Namun demikian, penurunan yang terjadi tidak sedalam 7 Hasil liaison kepada penjual/pedagang otomotif skala besar, triwulan I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

25 Pertumbuhan Ekonomi Daerah seperti pada triwulan I di tahun 213. Hal ini menyebabkan indikator pariwisata memiliki kinerja yang lebih baik dari capaian di triwulan sebelumnya (Grafik 1.37 dan Grafik 1.38). Sementara itu, realisasi kegiatan usaha sektor PHR tercatat lebih tinggi dari perkiraannya maupun dari triwulan sebelumnya sehingga mendukung penguatan pertumbuhan sektor PHR (Grafik 1.39). 6, 5, 4, 3, 2, 1, Jumlah Kedatangan Wisman gwisman - Skala Kanan Orang (2) (4) (6) Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR 2 %, Saldo Bersih 15 Tertimbang 1 5 (5) (1) Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor PHR Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Jumlah Wisatawan Mancanegara Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik Kegiatan Usaha Sektor PHR Sektor Angkutan dan Komunikasi Pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi mengalami perlambatan pada triwulan I 214 karena melambatnya kinerja subsektor transportasi. Sektor ini tercatat tumbuh dari 7,9% (yoy) menjadi 6,33% (yoy) di triwulan I 214. Perlambatan yang terjadi terutama disebabkan oleh melambatnya kinerja moda angkutan udara. Hal ini terkonfirmasi dari pelemahan pertumbuhan lalu lintas penumpang penerbangan domestik maupun internasional (Grafik 1.4). Belum tibanya musim liburan menjadi faktor penyebab melambatnya kinerja transportasi udara. Di sisi lain, moda angkutan laut menopang pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi seiring kontraksi yang tidak sedalam triwulan sebelumnya (Grafik 1.41) Keberangkatan Kedatangan gpenumpang - Skala Kanan Juta Orang (5) Kedatangan Dalam Negeri Keberangkatan Dalam Negeri gpenumpang - Skala Kanan Ribu Orang (1) (2) (3) Sumber: Angkasa Pura Grafik 1.4. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Grafik Lalu Lintas Penumpang Kapal Laut Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Pada triwulan I 214, sektor keuangan mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor keuangan tercatat tumbuh 11,24% (yoy) di triwulan laporan, lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan IV 213 (1,62%; yoy). Faktor pendorong dinilai datang dari subsektor usaha pegadaian dan pembiayaan multiguna. Di tahun 214, usaha pegadaian diperkirakan meningkatkan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

26 Pertumbuhan Ekonomi Daerah target penjualan hingga 3%-4%, yang terutama bersumber dari pegadaian emas dan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sementara itu, usaha pembiayaan multiguna diduga ditopang oleh pembiayaan untuk kendaraan bermotor roda dua yang tingkat permintaannya masih kuat. Target pembiayaan multiguna diperkirakan akan tumbuh sebesar 8%-1% secara tahunan pada 214, lebih besar dari capaian tahun 213 yang tumbuh di kisaran 4%. Pertumbuhan subsektor perbankan masih berada pada tren yang melambat dan tercermin dari perkembangan penyaluran kredit secara total. Hal ini menjadi faktor risiko bagi perkembangan sektor keuangan ke depan sehingga perbankan diperkirakan akan mengoptimalkan pendapatan dari sisi fee-based income karena melemahnya pendapatan dari interest-based income. Kinerja subsektor properti pada triwulan laporan juga tidak sebaik triwulan sebelumnya meskipun masih mencatat pertumbuhan penjualan yang cukup tinggi hingga di atas 2% (Grafik 1.42 dan Grafik 1.43) Total Kredit gkredit - Skala Kanan Rp Triliun Penjualan Properti gpenjualan - Skala Kanan Rp Miliar (2) Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik Penyaluran Kredit Perbankan Sumber: Perusahaan Properti Grafik Penjualan Properti Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa kembali tumbuh membaik pada triwulan I 214 yang terutama didorong kinerja usaha swasta. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 6,72% (yoy) setelah tumbuh sebesar 5,92% (yoy) di triwulan IV 213. Penguatan tersebut diduga adalah dampak dari stabilnya kinerja konsumsi rumah tangga dan menguatnya pertumbuhan sektor PHR yang kemudian turut meningkatkan kinerja di subsektor jasa hiburan, rekreasi, dan jasa perorangan atau rumah tangga. Adapun indikator penyaluran kredit ke sektor jasa sosial masyarakat tercatat masih cukup tinggi namun dengan tendensi yang melambat pada triwulan I 214 (Grafik 1.44) Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat Rp Triliun Sumber: Laporan Bank, diolah gkredit - Skala Kanan %; yoy I II III IV I II III IV I Grafik Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat (1) (2) 2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

27 Keuangan Pemerintah 2. Keuangan Pemerintah Realisasi pendapatan maupun belanja fiskal daerah relatif belum optimal. Realisasi pos pendapatan maupun belanja awal tahun 214 cenderung lebih rendah dari periode yang sama tahun 213. Dari sisi pendapatan, persentase realisasi pendapatan daerah masih cukup rendah, meski secara nominal, capaiannya lebih tinggi dari periode yang sama tahun 213. Realisasi pendapatan daerah tersebut terutama berasal dari pendapatan pajak daerah (pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama), seiring penjualan otomotif yang masih relatif besar. Sementara dari sisi belanja, realisasi belanja daerah juga masih cukup rendah, dimana realisasinya sebesar 12,29%, walaupun nominal realisasi belanja triwulan I-214 tersebut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya masih lebih tinggi. Penyerapan belanja infrastruktur (belanja modal) mulai membaik dibandingkan tahun 213, yang akan menjadi stimulan bagi investasi. Sementara realisasi belanja pegawai yang lebih tinggi, turut mendorong konsumsi swasta yang meningkat Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir, besarnya nilai APBD Provinsi Sulsel terus meningkat, diikuti dengan perubahan struktur baik pada bagian Pendapatan maupun Belanja. Dari sisi pendapatan, selama lima tahun terakhir, porsi dana perimbangan mengalami penurunan, yang menunjukkan tingkat ketergantungan daerah kepada anggaran pusat semakin menurun. Namun demikian, pada pos Lain-Lain PAD Yang Sah, porsinya mengalami peningkatan dalam kurun dua tahun terakhir, salah satunya didorong oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) APBD tahun sebelumnya yang cukup besar. Dari sisi belanja, pada tahun 214 porsi belanja modal masih relatif sama dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 19%. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 21 Tentang RPJMN Tahun mengharapkan porsi belanja modal adalah 3%. Kenaikan porsi belanja modal tersebut mencerminkan perhatian Pemprov Sulsel yang terus menguat dalam pembangunan infrastruktur daerah. 1% 9% 8% Rp954,63 Rp1.9,32 Rp2.473,37 7% Rp1.323,87 Rp1.457,68 6% 5% 4% 3% Rp1.43,8 Rp1.782,15 Rp2.348,7 Rp2.587,85 Rp3.17,4 2% 1% % Tw I-21 Tw I-211 Tw I-212 Tw I-213 Tw I-214 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Dana Perimbangan Pendapatan Asli Daerah Grafik 2.1. Proporsi Pendapatan APBD 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Rp23.12 Rp Rp Rp Rp754.2 Rp2, Rp2, Rp1, Rp3, Rp3, Tw I-21 Tw I-211 Tw I-212 Tw I-213 Tw I-214 Belanja Modal Belanja Operasi Grafik 2.2. Proporsi Belanja APBD 8 Permendagri Nomor 27 tahun 213 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 214 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

28 Keuangan Pemerintah 2.2. APBD Provinsi Sulsel Triwulan I 214 Tabel 2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan I 214 (Milyar Rupiah) NO. U R A I A N ANGGARAN Realisasi s/d TRIWULAN I-213 ANGGARAN Realisasi s/d TRIWULAN I Nominal % REALISASI PERUBAHAN Nominal % REALISASI 1. PENDAPATAN 1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 2, % 3, % - Pendapatan Pajak Daerah 2, % 2, % - Pendapatan Retribusi Daerah % % - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan % - Lain-lain PAD yang Sah % % 1.2. DANA PERIMBANGAN 1, % 2, % - Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak % % - DAU 1, % 1, % - DAK % Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya % 1.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah % % JUMLAH PENDAPATAN 5, , % 5, , % 2. BELANJA 2.1. BELANJA OPERASI 3, % 3, % - Belanja Pegawai % 1, % - Belanja Barang % 1, % - Belanja Bunga % % - Belanja Hibah 1, % % - Belanja Bantuan Keuangan % 2.2. BELANJA MODAL % % 2.3. BELANJA TIDAK TERDUGA % % JUMLAH BELANJA 4, % 4, % TRANSFER % 1, % TOTAL BELANJA 4, % 5, % SURPLUS / (DEFISIT) % (245.44) % 3. PEMBIAYAAN 3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH % % 3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH % JUMLAH PEMBIAYAAN % % Sumber : Badan Pengelola Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan) Ket : Angka Sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited ) Pendapatan Realisasi pendapatan daerah pada awal tahun 214 masih belum optimal. Realisasi pendapatan daerah tahun triwulan I-214 berhasil meningkat 6,5% (yoy), meskipun nominal realisasi lebih besar dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Nilai realisasi anggaran pendapatan daerah pada triwulan I- 214 mencapai Rp1,23 triliun atau 22,1% dari total target pendapatan sebesar Rp 5,59 triliun. Peningkatan terutama didorong oleh realisasi Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp,56 triliun (naik 12,9%), Dana Alokasi Umum Rp,4 triliun (naik 1,9%) dan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Rp23,6 miliar (naik 1%). Peran realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap ekonomi daerah 9 pada triwulan I-214 sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya. Dari sisi Dana Perimbangan per PDRB ADHB, rasio hingga triwulan I 214 sebesar 1,28%, lebih tinggi daripada triwulan I 213 yang sebesar,91%. Sementara rasio PAD terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat stabil pada triwulan I 214. Rasio PAD per PDRB ADHB pada triwulan I 214 sebesar 1,21%, sementara triwulan I 213 sebesar 1,29%. Perkembangan ekonomi yang tinggi di Sulsel, diharapkan juga dapat 9 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif, masingmasing hingga triwulan I 22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

29 Keuangan Pemerintah dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan APBD, antara lain melalui perluasan basis penerimaan pajak, meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan, ataupun pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) % Tw I-21 Tw I-211 Tw I-212 Tw I-213 Tw I-214 Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Grafik 2.3. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencetak persentase realisasi per anggaran, sedikit lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 213. Realisasi komponen PAD sebesar Rp,6 triliun atau 19,22% dari anggaran yang ditetapkan, meningkat dibandingkan realisasi triwulan I 213 (Rp,55 triliun). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh pendapatan pajak daerah yang persentase realisasinya sebesar 19,79% (Rp556,91miliar). Hal ini disebabkan masih cukup kuatnya konsumsi rumah tangga di Sulsel dan upaya Pemprov Sulsel untuk terus mengoptimalkan pungutan pajak di daerah dalam rangka meningkatkan tax ratio. Sementara itu, pencapaian dan target retribusi daerah masih belum mencapai yang diharapkan. Pengesahan dua peraturan daerah tentang retribusi jasa umum 1 serta tentang retribusi jasa tertentu 11, yang mulai efektif berlaku sejak Januari 212, belum berhasil mendorong kenaikan retribusi daerah. Pada triwulan I 214, realisasi retribusi baru mencapai Rp12,51 miliar (16,84%). Persentase realisasi Dana Perimbangan (DAU dan DAK) masih belum optimal seperti yang telah dianggarkan. Persentase realisasi sub komponen Dana Alokasi Umum (DAU) yang sebesar Rp43,2 miliar (33,33%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang masih belum ada realisasi, sesuai dengan anggaran yang disampaikan oleh pemerintah pusat. Komponen yang berada di bawah realisasi tahun sebelumnya adalah Lain-lain PAD yang Sah, dimana sampai dengan triwulan I 214 baru mencapai Rp,11 miliar (,82%), lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Rp215,63 miliar atau 22,7%). Sementara komponen yang realisasinya berada di atas realisasi tahun sebelumnya adalah komponen transfer pemerintah pusat lainnya yang mencapai Rp23,6 miliar (25,67%) Belanja Persentase penyerapan belanja APBD pada triwulan I-214 belum mencapai titik optimal, dan sedikit lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 213. Realisasi anggaran belanja daerah sampai dengan akhir triwulan I-214 sebesar 12,29%, atau relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian pada triwulan I 213 yang hanya sebesar 12,72%. Secara nominal, realisasi anggaran 1 PP No. 9 Tahun 211 Tanggal 3 Desember PP No. 1 Tahun 211 Tanggal 3 Desember 211 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

30 Keuangan Pemerintah belanja APBD pada periode laporan sebesar Rp582,44 miliar sedikit diatas realisasi tahun 213 sebesar Rp527,85 miliar atau naik Rp54,59 miliar. Pada triwulan I-214, peran realisasi komponen belanja APBD untuk stimulus ekonomi daerah 12 sedikit menurun. Rasio belanja modal terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat semakin turun hingga triwulan I 214, yang menunjukkan belum optimalnya peran stimulus fiskal terhadap investasi. Rasio belanja modal per PDRB ADHB periode laporan sebesar,2%, sementara tahun 212 sebesar,2%. Demikian pula, peran belanja operasional per PDRB ADHB ditengarai menurun sesuai dengan peningkatan komponen konsumsi pemerintah dalam PDRB. Rasio belanja operasional triwulan I-214 hanya sebesar 1,16% lebih rendah daripada tahun 213 yang sebesar 1,49% % Tw I-21 Tw I-211 Tw I-212 Tw I-213 Tw I-214 Belanja Operasi Belanja Modal Grafik 2.4. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB Realisasi Belanja Operasional yang bersifat rutin, baik secara nominal maupun persentase capaiannya sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun 212. Realisasi terbesar berasal dari Belanja Hibah. Total pos Belanja Operasional terealisasi Rp582,44 miliar (12,29%) dengan penyerapan terbesar pada Belanja Hibah yaitu sebesar 25,8% dan terkecil adalah Belanja Bunga (5,34%). Sementara untuk Belanja Rutin yang terdiri dari belanja pegawai dan belanja barang, persentasenya masih belum optimal, yaitu sebesar 16,37% atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun Sedangkan Belanja Barang terserap 6,29%, namun masih sedikit lebih tinggi dari tahun 213 (4,87%) atau secara nilai sebesar Rp81,82 miliar. Sementara belanja modal yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, penyerapannya mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pos Belanja Modal pada triwulan I-214 baru mencapai Rp8,81 miliar (1,17%), terutama untuk belanja peralatan dan mesin, belanja jalan, irigasi, dan jaringan. Pemeinrtah perlu melakukan upaya percepatan pada periode yang akan datang sehingga realisasinya dapat optimal. Dengan penyerapan yang optimal tentunya memberikan dampak yang lebih baik, karena investasi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dapat berperan sebagai multiplier effect dalam pertumbuhan investasi dan ekonomi Sulsel. Pada triwulan I 214, transfer yang merupakan bentuk hubungan vertikal dengan kabupaten/kota, terealisasi lebih tinggi dibanding triwulan I 213. Transfer pada periode laporan 12 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif, masing-masing hingga triwulan III Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

31 Keuangan Pemerintah terrealisasi sebesar 18,3% atau sebesar Rp21,6 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp31,48 miliar (3,73%). Anggaran 213 yang diperkirakan defisit, tertutupi dengan penerimaan pembiayaan. Berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja dan pendapatan daerah pada triwulan I-214, masih terjadi defisit (selisih kurang) anggaran sebesar Rp98,4miliar. Namun dengan karena belum ada pengeluran pembiayaan daerah maka pada triwulan I 214, APBD Sulsel masih mencatatkan sisa lebih anggaran (SILPA) sebesar Rp98,4 miliar. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

32 Keuangan Pemerintah Halaman ini sengaja dikosongkan 26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

33 Inflasi Daerah 3. Inflasi Daerah Pada triwulan I 214, inflasi Sulsel tercatat sebesar 5,88% (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 213 (6,22%; yoy), seiring pasokan pangan yang lebih baik. Sesuai perkiraan sebelumnya, tekanan inflasi akan berada di jalur yang menurun pada triwulan laporan. Hal ini didukung oleh semakin kondusifnya cuaca untuk produksi ikan, terbatasnya banjir di lahan pertanian, serta minimalnya kendala distribusi terkait cuaca. Kenaikan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah seperti LPG 12 kg dan tarif angkutan udara menahan penurunan yang terjadi. Tekanan inflasi juga tetap datang dari kuatnya permintaan akibat faktor musiman dan dampak lanjutan atas biaya impor yang meningkat. Adapun pencapaian inflasi yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya didukung oleh semakin berkembangnya koordinasi pengendalian inflasi di daerah melalui kehadiran TPID Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang & Jasa 13 Pada triwulan I 214, tekanan inflasi di Sulsel tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Inflasi tercatat sebesar 5,88% (yoy), menurun dari inflasi pada akhir tahun 213 sebesar 6,22% (yoy). Turunnya inflasi didorong oleh pelemahan tekanan inflasi kelompok bahan makanan, kelompok transpor, serta kelompok pendidikan (Tabel 3.1). Sementara itu, kelompok lainnya tercatat mengalami peningkatan inflasi tahunan. Secara berurutan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transpor (1,31), kelompok perumahan (6,25), kelompok makanan jadi (5,39), kelompok bahan makanan (4,76), kelompok kesehatan (3,79), kelompok sandang (3,73), dan kelompok pendidikan (1,33). Inflasi tahunan Sulsel juga masih lebih rendah dari laju inflasi tahunan nasional yang pada triwulan I 214 tercatat sebesar 7,32% (yoy) (Grafik 3.1). Sumber: Badan Pusat Statistik Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang & Jasa TAHUN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM I II III IV I II III IV I II III IV I Mulai Januari 214, terjadi perubahan dalam metode perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Aspek yang mengalami perubahan antara lain adalah jumlah kabupaten/kota yang disurvei, jumlah komoditas dalam keranjang perhitungan inflasi, serta tahun dasar nilai konsumsi (NK) yang digunakan. Jumlah kabupaten/kota survei perhitungan inflasi di Sulsel bertambah sebanyak 1 (satu) kota menjadi 5 (lima) kota, yaitu Makassar, Palopo, Bone, Parepare, dan kemudian ditambah Bulukumba. Komoditas yang dihitung tercatat sekitar 444 dari 13 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

34 Inflasi Daerah sekitar 423 komoditas pada periode sebelumnya. Selanjutnya, NK yang digunakan adalah NK tahun dasar 212, berubah dari periode sebelumnya yang menggunakan NK tahun dasar (2) % Nasional (yoy) Sulawesi Selatan (yoy) Sulawesi Selatan (qtq) II III IV I Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan Kelompok Bahan Makanan Pada triwulan I 214, inflasi kelompok bahan makanan kembali turun karena pasokan pangan yang masih cukup memadai. Penurunan inflasi terjadi dari 6,97% (yoy) pada triwulan IV 213 menjadi 4,76% (yoy) pada triwulan I 214 (Grafik 3.2). Turunnya harga terutama terjadi pada aneka bumbu dan daging serta hasilnya di awal triwulan yang diikuti penurunan harga aneka ikan, baik segar maupun budidaya, di akhir triwulan. Dibukanya keran impor untuk komoditas bumbu dan daging serta aktivitas penangkapan ikan yang meningkat mendukung penurunan inflasi bahan makanan yang terjadi. Di samping itu, daerah sentra bawang merah masih memiliki pasokan yang melimpah. Kendala distribusi terkait cuaca juga berkurang dengan intensitas curah hujan yang semakin rendah yoy qtq 5 (5) (1) % Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), harga komoditas aneka bumbu, sayur, serta daging memang mengalami penurunan. Penurunan laju inflasi tahunan beberapa komoditas terjadi dengan cukup drastis antara lain daging ayam ras, ikan kembung, dan bawang merah (Grafik 3.3). Sementara itu, beberapa komoditas aneka ikan masih mencatat kenaikan inflasi. Hal ini dinilai merupakan dampak masih belum optimalnya hasil tangkapan ikan di awal triwulan I 214 sehingga harga beberapa ikan naik di pasar seiring pasokan yang berkurang. 28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

35 Inflasi Daerah Daging Sapi Daging dan Telur Ayam Ras Harga Daging Sapi gharga - Skala Kanan Rp Ribu (5) (5) (1) (15) (2) (25) Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Aneka Ikan Tomat Sayur (5) (1) (15) (2) Bandeng Teri Layang Kembung %,yoy Harga Tomat Sayur gharga - Skala Kanan Rp Ribu (1) (2) (3) (4) (5) Cabe Rawit Bawang Merah & Putih Harga Cabe Rawit gharga - Skala Kanan Rp Ribu (5) (1) (5) (1) Bawang Merah Bawang Putih Sumber: Survei Pemantauan Harga Grafik 3.3. Perubahan Harga Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan I 214 tercatat lebih tinggi dari triwulan IV 213. Kelompok ini mencatat laju inflasi tahunan sebesar 5,39% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 3.4). Pada triwulan sebelumnya, laju inflasi yang tercatat adalah sebesar 4,47% (yoy). Naiknya tekanan inflasi dipengaruhi oleh inflasi pada kelompok makanan jadi selama periode triwulan I 214. Di sisi lain, inflasi kelompok minuman yang tidak beralkohol serta kelompok tembakau dan minuman beralkohol terpantau cukup stabil. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

36 Inflasi Daerah yoy qtq % Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Makanan Jadi Kenaikan harga beberapa komoditas yang menjadi kebutuhan pokok menjadi pendorong meningkatnya inflasi. Hal ini terlihat dari hasil SPH yang menunjukkan kenaikan harga minyak goreng, air kemasan, dan nasi. Harga makanan jadi yang diolah dengan minyak goreng dinilai turut mengalami peningkatan. Permintaan yang juga kuat seiring perayaan tahun baru di awal tahun dan beberapa hari besar keagamaan maupun kebudayaan turut mempengaruhi inflasi kelompok ini. Harga rokok juga mengalami peningkatan yang diduga sebagai dampak penyesuaian pajak daerah untuk tembakau meski tidak secara signifikan mempengaruhi inflasi (Grafik 3.5). Makanan & Minuman Rokok (1) (2) Minyak Goreng Air Kemasan Nasi Gula Pasir %,yoy Rokok Kretek Rokok Kretek Filter Sumber: Survei Pemantauan Harga Grafik 3.5. Perubahan Harga Komoditas Kelompok Makanan Jadi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Pada triwulan I 214, laju inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar meningkat dibandingkan triwulan IV 213 karena tekanan dari seluruh subkelompok. Laju inflasi tercatat sebesar 6,25% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (6,6) (Grafik 3.6). Naiknya laju inflasi tahunan didorong oleh kenaikan harga bahan bakar yang digunakan oleh rumah tangga. Selain itu, biaya tempat tinggal juga masih mengalami tekanan inflasi selama periode triwulan I 214 yang dinilai mempengaruhi naiknya harga bahan bangunan. Menguatnya laju kelompok perumahan dipengaruhi oleh naiknya harga LPG dan permintaan yang masih kuat. Harga LPG (liquefied petroleum gas) 12 kg mengalami penyesuaian pada Januari 214 seiring upaya produsen untuk meminimasi kerugian akibat harga subsidi LPG 12 kg yang terlalu rendah dibandingkan dengan harga perolehan pokok. Sementara itu, permintaan yang masih tinggi terhadap bahan bangunan ditandai dengan masih maraknya proyek-proyek pembangunan di Sulawesi 3 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

37 Inflasi Daerah Selatan. Naiknya inflasi pada komoditas tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil SPH untuk harga bahan bakar rumah tangga, besi beton, dan batu bata (Grafik 3.7). 7 Besi Beton Batu Bata/Batu Tela % yoy qtq (1) (2) %,yoy Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Perumahan Sumber: Survei Pemantauan Harga Grafik 3.7. Perubahan Harga Bahan Bangunan Kelompok Sandang Inflasi kelompok sandang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh pulihnya harga emas di pertengahan triwulan I 214. Pada triwulan IV 213, inflasi tercatat sebesar 2,36% (yoy) yang kemudian naik menjadi 3,73% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 3.8). Naiknya harga komoditas dari subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya, khususnya komoditas emas perhiasan, juga diikuti oleh inflasi yang terjadi pada subkelompok yang lain. Meski tekanan berkurang di akhir periode namun laju inflasi tetap tercatat lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (2) (4) % yoy qtq Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Sandang Naiknya harga emas perhiasan dipengaruhi pergerakan harga emas di pasar global yang menunjukkan tren pemulihan. Setelah berada pada tren yang menurun sejak awal tahun 213, pergerakan harga emas internasional menunjukkan pemulihan di tahun 214 karena investor mulai kembali melirik investasi pada logam mulia (Grafik 3.9 dan Grafik 3.1). Hal ini dipengaruhi oleh ketidakpastian perbaikan kondisi perekonomian global. Sementara itu, harga sandang pada subkelompok yang lain juga menambah tekanan inflasi karena adanya berbagai perayaan yang diiringi peningkatan daya beli karena naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

38 Inflasi Daerah Harga Emas Perhiasan gharga - Skala Kanan Rp Ribu (5) (1) (15) 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Harga Emas gharga - Skala Kanan USD/troy oz (1) (2) (3) Sumber: Survei Pemantauan Harga Grafik 3.9. Perubahan Harga Emas Perhiasan Sumber: World Bank Grafik 3.1. Perubahan Harga Emas Internasional Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan mengalami peningkatan pada triwulan I 214 yang didorong oleh inflasi yang terjadi pada seluruh subkelompok. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatat inflasi tahunan sebesar 3,79% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 3,71% (yoy) pada triwulan IV 213 (Grafik 3.11). Subkelompok jasa kesehatan dan obat-obatan mengalami inflasi yang cukup tinggi hingga pertengahan triwulan I 214. Hal ini kemudian diikuti oleh inflasi subkelompok jasa perawatan jasmani serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika di akhir periode % yoy qtq Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Inflasi Kelompok Kesehatan Meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan serta faktor barang impor mempengar uhi inflasi pada kelompok ini. Berkembangnya beberapa fasilitas kesehatan di Sulsel dinilai mendorong penyesuaian pada tarif yang ada karena kualitas dari layanan yang diberikan. Penyesuaian harga obat, produk kosmetika, produk perawatan jasmani yang diimpor juga terlihat masih berlanjut hingga periode laporan sehingga inflasi yang terjadi banyak disumbangkan dari faktor imported inflation Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan tekanan inflasi pada triwulan I 214. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 1,33% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (1,39%; yoy) (Grafik 3.12). Turunnya laju inflasi tersebut didorong oleh cukup stabilnya inflasi dari seluruh subkelompok selama triwulan I 214. Adapun laju inflasi dari 32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

39 Inflasi Daerah subkelompok rekreasi mengalami penurunan pada pertengahan triwulan laporan sehingga mampu mendukung penurunan inflasi secara keseluruhan (2) % yoy qtq Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Inflasi Kelompok Pendidikan Dampak kenaikan biaya pendidikan yang terjadi sejak triwulan IV 212 terus mereda hingga triwulan laporan. Meredanya tekanan inflasi kelompok ini telah terjadi sejak triwulan IV 213. Pada triwulan laporan, tekanan inflasi memang masih datang dari subkelompok kursus-kursus/pelatihan, khususnya di awal tahun. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengakselerasi inflasi secara tahunan sehingga inflasi kelompok ini tetap terjaga di tingkat yang cukup rendah. Adanya masa liburan sekolah di awal tahun dan hari raya keagamaan diduga mendorong pemotongan harga barang maupun tarif jasa (diskon), terutama pada komoditas subkelompok rekreasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pada triwulan I 214, tekanan inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa kembali menurun dari triwulan sebelumnya. Laju inflasi tercatat sebesar 1,31% (yoy) setelah tercatat sebesar 11,58% (yoy) pada triwulan IV 213 (Grafik 3.13). Adanya kenaikan harga tiket pesawat tujuan domestik akibat kenaikan harga avtur (fuel surcharge) meningkatkan inflasi pada subkelompok transpor di akhir periode triwulan I 214. Meski demikian, terjaganya inflasi subkelompok yang lain mampu meredam dampak naiknya tarif angkutan udara tersebut dan menahan laju inflasi secara umum (2) % yoy qtq Harga Karet gharga - Skala Kanan USD/troy oz (2) (4) (6) Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Inflasi Kelompok Transpor Sumber: World Bank Grafik Perubahan Harga Karet Internasional Belum adanya kebijakan dari pemerintah terkait penyesuaian harga komoditas strategis yang dapat mempengaruhi inflasi mendukung arah penurunan yang terjadi. Tarif angkutan di dalam kota maupun antarkota mengalami peningkatan namun tidak signifikan. Sementara itu, subkelompok Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

40 Inflasi Daerah komunikasi dan jasa keuangan terpantau stabil sepanjang triwulan I 214. Penurunan inflasi diduga salah satunya merupakan dampak dari turunnya harga komoditas ban kendaraan bermotor. Hal ini dipengaruhi oleh harga karet yang masih berada dalam tren menurun (Grafik 3.14) Inflasi Berdasarkan Kota 14 Pada triwulan I 214, tekanan inflasi yang menurun didorong oleh penurunan inflasi yang terjadi di Makassar dan Parepare. Inflasi di Makassar pada triwulan I 214 tercatat sebesar 5,46% (yoy) setelah tercatat lebih tinggi pada triwulan sebelumnya (6,24; yoy) (Grafik 3.15). Di Parepare, inflasi tercatat sebesar 5,58% (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dari inflasi triwulan IV 213 (6,31%, yoy). Selanjutnya, inflasi di Palopo dan Watampone mengalami peningkatan di triwulan laporan. Inflasi di kedua daerah tersebut masing-masing tercatat sebesar 6,22% (yoy) dan 7,86% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 5,25% (yoy) dan 6,96% (yoy). Sementara itu, pada triwulan I 214, inflasi di Bulukumba tercatat cukup tinggi yaitu 13,94% (yoy). 14 Sulawasi Selatan Makassar 12 Palopo Parepare 1 Watampone Bulukumba II III IV I Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota Tabel 3.2. Sumbangan Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota Kota Watampone.3%.32%.17%.14%.2%.19%.22%.22%.23%.22%.36%.31%.45% Makassar 5.32% 5.35% 2.87% 2.42% 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% 6.1% 5.25% 4.27% Palopo.35%.35%.19%.16%.22%.21%.25%.24%.25%.24%.4%.34%.4% Parepare.34%.35%.18%.16%.22%.21%.24%.24%.24%.23%.39%.33%.39% Bulukumba.38% Sulawasi Selatan 6.32% 6.37% 3.37% 2.88% 4.6% 3.85% 4.48% 4.4% 4.61% 4.36% 7.24% 6.22% 5.88% Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Masih adanya kendala distribusi dari daerah sentra pangan terkait cuaca dan infrastruktur dinilai menjadi salah satu penyebab masih tingginya inflasi di beberapa daerah. Inflasi bahan makanan di beberapa daerah tersebut masih mengalami kenaikan karena pasokan yang terhambat, khususnya 14 Mulai Januari 214, inflasi Sulawesi Selatan dihitung dari agregasi lima kabupaten/kota yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba 34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

41 Inflasi Daerah pasokan aneka bumbu yang sentranya berada di daerah lain. Inflasi dinilai disumbangkan juga oleh kelompok makanan jadi dan sandang seiring masih kuatnya permintaan. Kondisi ini menyebabkan sumbangan inflasi dari setiap daerah secara umum meningkat. Hanya Makassar yang sumbangannya turun cukup dalam pada triwulan I 214 dibandingkan triwulan IV 213 (Tabel 3.2) Disagregasi Inflasi 15 Melemahnya tekanan inflasi Sulsel pada triwulan I 214 terutama didorong oleh turunnya inflasi komponen volatile food. Komponen ini mencatat inflasi 4,62% (yoy), setelah tercatat sebesar 7,39% (yoy) pada triwulan IV 213 (Grafik 3.16). Curah hujan dan gelombang laut yang tidak setinggi akhir triwulan sebelumnya dan terus berangsur membaik hingga akhir triwulan I 214 mendukung kegiatan penangkapan ikan laut. Komoditas aneka ikan tangkap bahkan mengalami deflasi yang cukup dalam pada akhir triwulan I 214. Meski kendala distribusi terkait infrastruktur masih menghambat pasokan ke beberapa daerah, pasokan bahan pangan secara umum masih mencukupi kebutuhan yang didukung tidak adanya banjir serta dibukanya keran impor. Inflasi administered price meningkat pada triwulan I 214 seiring peningkatan pada harga bahan bakar dan tarif angkutan udara. Di triwulan IV 213, inflasi komponen ini tercatat sebesar 14,67% (yoy) dan kemudian meningkat menjadi 15,31% (yoy). Naiknya inflasi administered price dipengaruhi oleh penyesuaian harga LPG 12 kg pada awal triwulan laporan. Meski persentase kenaikan harga LPG 12 kg diturunkan, dampaknya tetap tertangkap pada inflasi komoditas bahan bakar rumah tangga. Di samping itu, naiknya harga tiket pesawat untuk penerbangan dalam negeri akibat naiknya harga avtur juga menambah tekanan inflasi komponen administered price. Inflasi IHK Administered Price Core Volatile Food %; yoy I II III IV I Survei: Badan Pusat Statistik Grafik Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi Selanjutnya, inflasi inti (core inflation) sedikit meningkat karena tekanan inflasi dari komoditas emas perhiasan dan bahan bangunan. Pulihnya harga emas internasional mempengaruhi harga acuan emas yang ikut tergerek naik. Sementara itu, harga bahan bangunan dan makanan jadi juga meningkat karena permintaan yang masih kuat, didukung oleh terjaganya tingkat pendapatan dan ekspektasi konsumen. Inflasi makanan jadi yang berbahan dasar terigu juga menguat seiring indikasi naiknya biaya impor gandum sebagai bahan baku tepung terigu. Faktor imported inflation juga memberi tekanan kenaikan harga melalui impor obat-obatan dan produk kosmetika. 15 Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered price). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

42 Inflasi Daerah 3.4. Koordinasi Pengendalian Inflasi Perkembangan koordinasi pengendalian inflasi di Sulsel terus menunjukkan perkembangan yang positif. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan secara aktif terus mendorong pembentukan TPID di Daerah Tingkat II (DATI II) agar koordinasi dan harmonisasi program pengendalian harga di Sulsel berjalan semakin baik. Tercatat hingga triwulan laporan, telah terbentuk 16 (enam belas) TPID di tingkat kabupaten/kota Sulawesi Selatan. Dari 16 TPID tersebut, 5 (lima) kabupaten/kota yang menjadi tempat survei perhitungan inflasi seluruhnya telah memiliki TPID. Selama triwulan I 214, TPID Sulsel telah melakukan koordinasi ke tingkat kabupatn/kota dengan program peningkatan kesadaran dan kompetensi anggota TPID. Workshop mengenai metode perhitungan inflasi dan pentingnya koordinasi pengendalian inflasi telah dilakukan di Makassar (Januari 214), Parepare (Februari 214), dan Bone (Maret 214). Melalui workshop tersebut, TPID Sulsel berupaya untuk memperkuat koordinasi serta pemahaman akan pentingnya pengendalian inflasi bagi para anggota TPID di tingkat kabupaten/kota. Untuk mendukung efisiensi dan efektivitas, TPID Sulsel telah membagi wilayah koordinasi ke dalam 5 (lima) zona TPID seperti yang ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota No Nama Zona Kabupaten/Kota 1 Zona Palopo Palopo, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Toraja Utara, Tana Toraja 2 Zona Parepare Parepare, Enrekang, Pinrang, Sidrap, Barru 3 Zona Bone Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai 4 Zona Bulukumba Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Selayar 5 Zona Makassar Makassar, Pangkep, Maros, Gowa, Takalar 36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

43 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 4. Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan I 214, dari indikator utama yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, memperlihatkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan aset bank umum terjadi pada bank pemerintah maupun bank asing dan bank campuran. Kenaikan nominal aset perbankan pada umumnya karena bertambahnya jumlah kantor bank umum konvensional. Sementara itu, kegiatan intermediasi meningkat pada triwulan I 214 menjadi sebesar 139,37% seiring lebih tingginya angka pertumbuhan kredit dibandingkan DPK. Perlambatan kenaikan dana pihak ketiga terjadi pada semua jenis simpanan dan demikian pula untuk semua jenis penggunaan kredit. Di sisi lain, risiko kredit perbankan masih terjaga dengan baik, rasio Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih berada pada level aman (2,97%). Masih amannya rasio NPL juga mendukung ketahanan baik pada sektor korporasi, rumah tangga, maupun UMKM Kondisi Umum Perbankan Perkembangan Kelembagaan Dari sisi kelembagaan, pada triwulan I 214, jumlah bank di Sulsel relatif tidak berubah yaitu 51 bank. Kemudian, untuk jumlah BPR juga masih tetap sama seperti periode sebelumnya yaitu sebanyak 29 BPR. Meski demikian, jumlah kantor bank di Sulsel masih terus bertambah pada triwulan laporan yaitu menjadi sebanyak 974 kantor (Tabel 4.1). NAMA RINCIAN Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR Bank Umum Konvensional Syariah UUS BPR Jumlah Kantor Aset Perbankan Total aset bank umum pada triwulan I 214 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset perbankan tercatat tumbuh sebesar 14,7% (yoy) atau menjadi Rp92,25 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan IV 213 yang tumbuh sebesar 14,66% (yoy) (Tabel 4.2). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan aset bank pemerintah serta bank asing dan bank campuran, masing-masing dari 11,54% (yoy) dan 21,38% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 9,3% (yoy) dan 2,1% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara itu, bank swasta nasional justru menunjukkan peningkatan pada pertumbuhan aset yaitu dari 19,18% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 21,52% (yoy) pada triwulan laporan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

44 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank Aset Menurut Kelompok Bank Pertumbuhan () Nominal (Rp Miliar) I II III IV I I II III IV I Total Aset ,876 86,366 9,288 9,932 92,253 Bank Pemerintah ,337 51,537 53,3 52,533 52,831 Bank Swasta Nasional ,919 34,293 36,341 37,682 38,788 Bank Asing dan Bank Campuran 9.85 (.2) Intermediasi Perbankan Sejalan dengan lebih besarnya laju pertumbuhan kredit dibandingkan DPK, indikator intermediasi perbankan juga meningkat yang tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR menjadi 139,37% pada triwulan I 214, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 213 yang tercatat sebesar 133,65% (Tabel 4.3). Sesuai pola historisnya, perkembangan intermediasi perbankan selalu tinggi, lebih dari 1%. Penyaluran kredit yang tinggi terutama untuk penyaluran kepada sektor perdagangan, sektor jasa dunia usaha, konstruksi dan sektor industri pengolahan. DPK yang dihimpun oleh Bank Umum pada triwulan I 214 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dana yang dihimpun mencapai Rp58, triliun atau tumbuh sebesar 11,23% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 12,5% (yoy) (Tabel 4.3). Perlambatan pertumbuhan DPK terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan jenis simpanan giro dari 6,87% pada triwulan IV 213 menjadi 2,9% (yoy) serta melambatnya pertumbuhan tabungan dari 11,17% pada triwulan IV 213 menjadi 1,64% (yoy) pada triwulan laporan. Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum Pertumbuhan () Nominal (Rp Miliar) Komponen I II III IV I I II III IV I 1. DPK ,147 53,299 57,24 6,239 58,3 a. Giro ,759 8,86 9,211 7,836 7,984 b. Tabungan ,26 29,942 31,943 34,84 32,314 c. Deposito ,182 15,271 16,5 17,563 17,75 2. Kredit ,19 77,83 79,613 8,59 8,836 a. Modal Kerja ,671 27,484 27,822 29,217 28,996 b. Investasi ,725 17,42 18,289 17,89 17,88 c. Konsumsi ,622 32,197 33,53 34,23 34, LDR (%) NPLs Gross (%) Kredit yang disalurkan perbankan mencatat perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 214. Kredit tercatat tumbuh sebesar 12,24% (yoy) menjadi Rp8,84 triliun setelah tumbuh 15,9% (yoy) pada triwulan I 214. Perlambatan pada pertumbuhan kredit didorong oleh melambatnya penyaluran kredit untuk semua jenis penggunaan, yaitu modal kerja, investasi, dan konsumsi (Tabel 4.3). Secara sektoral, penyaluran kredit juga tumbuh melambat di semua sektor ekonomi, kecuali sektor lain-lain (Tabel 4.4). Melambatnya pertumbuhan kredit dinilai merupakan dampak dari penyesuaian yang dilakukan oleh perbankan dalam merespons target pertumbuhan kredit yang ditetapkan Bank Indonesia berada pada kisaran 15% - 17% (yoy). 38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

45 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Melemahnya kinerja penyaluran kredit diikuti dengan risiko kredit yang tetap terkendali. Ditinjau dari aspek pengelolaan manajemen risiko, kondisi perbankan Sulsel pada triwulan I 214 masih menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang masih terjaga pada level aman (di bawah 5%), yaitu sebesar 2,97% yang tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 3,13% (Tabel 4.3). Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi Pertumbuhan () Nominal (Rp Miliar) Komponen I II III IV I I II III IV I Kredit (Lokasi Proyek) ,19 77,83 79,613 8,59 8,836 Pertanian ,373 1,356 1,354 1,374 1,388 Pertambangan 3.95 (3.97) (4.26) 8.33 (.79) Industri Pengolahan (28.26) (33.57) 6,116 5,57 5,72 4,314 4,63 Listrik, Gas, Air ,357 1,484 1,579 1,554 Konstruksi ,835 4,43 4,45 4,231 4,175 Perdagangan ,344 23,549 24,5 25,1 25,246 Pengangkutan ,317 2,379 2,459 2,6 2,522 Jasa Dunia Usaha ,446 4,511 4,289 4,656 4,613 Jasa Sosial Masyarakat (6.57) ,479 1,515 1,74 1,8 1,867 Lain-lain (Konsumsi) ,523 32,219 33,513 34,334 34, Bank Syariah Total aset perbankan syariah pada triwulan I 214 tumbuh meningkat dari capaian di triwulan sebelumnya. Aset perbankan syariah tercatat tumbuh sebesar 44,29% menjadi Rp6,93 triliun, lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan IV 213 yang tumbuh sebesar 23,26% (Tabel 4.5). Peningkatan pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode laporan terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan aset bank pemerintah yaitu sebesar 2,35% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 32,94% (yoy) pada triwulan laporan. Tabel 4.5. Perkembangan Bank Umum Syariah Pertumbuhan () Nominal (Rp Miliar) Komponen I II III IV I I II III IV I Asset ,82 5,85 5,42 5,576 6,929 DPK ,138 2,138 2,594 2,884 2,75 a. Giro (12.64) b. Tabungan ,162 1,37 1,268 c. Deposito ,188 1,239 1,261 Pembiayaan ,735 5,158 5,273 5,669 5,631 FDR (%) NPFs Gross (%) Kinerja perbankan syariah Sulsel pada triwulan I 214 menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terutama dilihat dari indikator pertumbuhan DPK dan pembiayaan. Meski demikian, pertumbuhan penghimpunan dana dan pembiayaan masih cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar 28,66% (yoy) dan 18,92% (yoy) pada triwulan laporan. Finance to Deposit Ratio (FDR) tercatat masih sangat tinggi sebesar 24,73%, menunjukkan masih belum Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

46 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan berimbangnya penghimpunan DPK dibandingkan pembiayaan seiring minat masyarakat untuk mengambil pembiayaan dari perbankan syariah yang masih tumbuh tinggi. Sementara itu, kualitas pembiayaan tetap terjaga pada level aman, tercermin dari Non Performing Financing (NPF) sebesar 1,41% pada triwulan laporan yang sedikit meningkat dibandigkan triwulan sebelumnya (1,16%) Bank Perkreditan Rakyat Di triwulan I 214, kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) tetap tumbuh dengan cukup baik. Fungsi intermediasi BPR masih sangat tinggi meskipun sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari penurunan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dari triwulan IV 213 sebesar 193,2% menjadi 177,98%. Di sisi total aset, BPR mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi 12,46% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh melambat sebesar 9,88% (yoy). Di sisi penghimpunan dana pihak ketiga, BPR mengalami peningkatan pertumbuhan dari 13,35% (yoy) pada triwulan IV 213 menjadi 29,15% (yoy). Sementara itu, kredit yang disalurkan tumbuh melambat dari 27,4% (yoy) menjadi sebesar 25,62% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 4.1 dan Grafik 4.2). 1,4 1,2 1, Rp Miliar Aset II III IV I ,2 1, DPK Kredit LDR - Skala Kanan Rp Miliar % II III IV I Grafik 4.1. Perkembangan Aset BPR Grafik 4.2. Perkembangan Intermediasi BPR 4.2. Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor Korporasi Daerah Di triwulan I 214, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor perdagangan. Sektor perdagangan memiliki pangsa terbesar dalam struktur kredit kepada korporasi yang tercatat sebesar Rp22,18 triliun (kredit produktif non-umkm). Rendahnya porsi sektor pertanian dan sektor pertambangan menunjukkan bahwa peran perbankan bagi sektor utama, khususnya sektor primer, masih memiliki ruang untuk ditingkatkan (Grafik 4.3). Pangsa Triwulan I 214 Pertanian (.8%) Pertambangan (1.8%) Industri (11.5%) Perdagangan (46.5%) Lainnya (39.3%) Grafik 4.3. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi Dari sisi pertumbuhan, penyaluran kredit kepada sektor korporasi kembali melambat pada triwulan I 214. Tren ini terlihat telah terjadi sejak awal 212. Melemahnya pertumbuhan kredit kepada korporasi kepada sektor pertambangan menjadi salah satu faktor penyebab perlambatan di triwulan laporan. Kredit korporasi kepada sektor pertanian dan industri pengolahan bahkan 4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

47 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan mengalami kontraksi. Adapun kredit korporasi kepada sektor perdagangan mampu tumbuh sedikut menguat pada triwulan I 214 sehingga menahan perlambatan yang terjadi (Grafik 4.4). Dari sisi kualitas, penyaluran kredit korporasi secara keseluruhan masih memiliki kualitas yang cukup baik hingga triwulan I 214. Pada triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur dari NPLs tercatat turun menjadi 2,7% setelah sebelumnya tercatat sebesar 4,3% (Grafik 4.5). Turunnya NPLs sektor perdagangan dan industri pengolahan menjadi pendorong membaiknya kualitas penyaluran kredit. Adapun NPLs di sektor primer tercatat melebihi batas aman sebesar 5%. Meski demikian, pangsanya yang kecil membuat dampaknya tidak signifikan sehingga ketahanan sektor korporasi daearah dapat dikatakan masih cukup baik (2) (4) (6) Total - Skala Kanan Pertanian Pertambangan Industri Perdagangan I II III IV I II III IV I Total Industri Perdagangan Pertanian - Skala Kanan % Pertambangan - Skala Kanan % I II III IV I II III IV I Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.5. NPLs Kredit Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah Kredit pemilikan rumah mengambil pangsa terbesar dalam struktur kredit rumah tangga pada triwulan I 214. Dari total kedit yang disalurkan kepada rumah tangga sebesar Rp26,43 triliun, KPR memiliki pangsa mencapai lebih dari 3%, disusul kredit multiguna, kredit rumah tangga lainnya (termasuk perlengkapan dan kredit bukan lapangan usaha lainnya), dan terakhir kredit kendaraan bermotor (Grafik 4.6). Pangsa Triwulan I 214 Kredit Pemilikan Rumah, KPR (32.6%) Kredit Kendaraan Bermotor, KKB (1.4%) Kredit Multiguna (3.3%) Kredit Rumah Tangga Lainnya (26.8%) Grafik 4.6. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mencatat kinerja yang melambat di triwulan I 214. Perlambatan tersebut didorong oleh pertumbuhan KPR pada triwulan I 214 yang tidak sebaik triwulan sebelumnya. Kredit rumah tangga lainnya juga tercatat tumbuh melambat sedangkan kredit multiguna mengalami kontraksi yang lebih dalam. Adapun KKB mampu menunjukkan kinerja yang akseleratif di tengah perlambatan jenis kredit rumah tangga yang lain (Grafik 4.7). Kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga pada level yang aman. Seluruh jenis kredit rumah tangga memiliki NPLs di bawah batas aman 5%. KPR yang mencatat angka NPLs tertinggi juga tetap memiliki rasio yang masih aman. Berdasarkan kondisi ini, dapat dikatakan bahwa ketahanan sektor rumah tangga Sulsel masih cukup baik hingga triwulan I 214 (Grafik 4.8). Adanya peningkatan NPLs total dari 1,58% menjadi 1,78% dinilai merupakan dampak penyesuaian suku bunga yang dilakukan perbankan sehingga kewajiban nasabah bertambah yang berujung pada ketidakmampuan nasabah untuk membayar kewajibannya. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

48 Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan (2) (4) (6) Total KKB Multiguna - Skala Kanan KPR Lainnya I II III IV I II III IV I Grafik 4.7. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga (5) Total KPR KKB Lainnya Multiguna % I II III IV I II III IV I Grafik 4.8. NPLs Kredit Rumah Tangga 4.3. Pengembangan Akses Keuangan Penyaluran kredit UMKM masih menunjukkan perlambatan pertumbuhan hingga triwulan I 214. Melambatnya pertumbuhan kredit di UMKM menggambarkan masih belum optimalnya pengembangan akses keuangan di daerah sehingga masih dapat ditingkatkan lagi (Grafik 4.9). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit adalah 29,49% atau sebesar Rp23,84 triliun. Dari nilai tersebut, sekitar 69% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk investasi (Grafik 4.1). Angka NPLs kredit UMKM bergerak naik pada triwulan I 214 namun tercatat masih berada sedikit di bawah batas aman yaitu sebesar 4,97% (Grafik 4.9). Katalisator pertumbuhan ekonomi dari sisi UMKM adalah bagaimana menghubungkan perusahaan pembiayaan kepada para pelaku UMKM. Namun demikian, hal ini tidak mudah untuk diwujudkan mengingat tidak semua masyarakat sudah memahami mengenai produk dan jasa keuangan. Oleh karena itu, KPw BI Wilayah I Sulampua mencoba melakukan beberapa program yang dimulai dari usia dini hingga dewasa melalui Gerakan Indonesia Menabung (GIM) bagi pelajar, edukasi keuangan kepada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dan beberapa kajian dalam upaya penetrasi akses keuangan bagi masyarakat. Salah satu wujud fasilitasi KPw BI Wilayah I Sulampua dalam upaya menghubungkan pelaku UMKM kepada lembaga keuangan formal tercermin dari pembiayaan yang dilakukan perbankan di Sulawesi Barat (Sulbar) kepada kelompok petani kakao. Bersama dengan pemda setempat, pada setiap kegiatan bantuan teknis kepada petani kakao tersebut, pihak perbankan selalu dilibatkan sehingga komunikasi dengan pelaku UMKM akan terjalin dengan baik Pertumbuhan Kredit UMKM NPLs UMKM - Skala Kanan % I II III IV I II III IV I Total Kredit Non-UMKM 71% Total Kredit UMKM 29% Pangsa Kredit UMKM Modal Kerja Investasi 31% 69% Grafik 4.9. Pertumbuhan dan NPLs Kredit UMKM Grafik 4.1. Pangsa Kredit UMKM 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

49 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 5. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Perkembangan sistem pembayaran cenderung mengikuti arah pertumbuhan indikator perbankan yang mengalami perlambatan pada triwulan I 214. Baik transaksi nontunai menggunakan Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Perlambatan tersebut dinilai merupakan dampak musiman seiring masih belum optimalnya kegiatan transaksi pelaku usaha di awal tahun. Faktor musiman juga mempengaruhi pergerakan aliran uang kartal yang pada triwulan I 214 mengalami net inflow. Hal ini terjadi seiring masih minimalnya kegiatan penarikan uang dan lebih dominannya penyetoran di periode awal tahun. Pengelolaan uang tunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan melakukan layanan penukaran uang, kas keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Transaksi RTGS Pada triwulan I 214, transaksi nontunai melalui sarana RTGS mengalami kontraksi. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan aliran dana masuk ke Sulsel yang lebih besar daripada peningkatan aliran dana keluar dari Sulsel. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel di triwulan I 214 sebesar Rp43,54 triliun atau kontraksi menjadi -7,78% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp62,2 triliun yang tumbuh 2,46% (Grafik 5.1). Transaksi BI-RTGS pada periode laporan masih didominasi aliran dana yang masuk (incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai Rp27,88 triliun, lebih tinggi dari aliran yang keluar (outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp15,66 triliun. Pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) melambat dari triwulan sebelumnya yaitu 2,5% (yoy) menjadi kontraksi sebesar -14,91% (yoy) (Grafik 5.2). Kondisi berbeda terjadi pada pertumbuhan aliran dana yang keluar melalui RTGS (outgoing) pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan yaitu dari 3,32% (yoy) pada triwulan IV 213 menjadi tumbuh sebesar 8,39% (yoy) (Grafik 5.3) Total gtotal Incoming & Outgoing - Skala Kanan Rp Triliun (1) (2) Incoming Rp Triliun gincoming - Skala Kanan (1) (2) Grafik 5.1. Transaksi RTGS Total Grafik 5.2. Transaksi RTGS Incoming Outgoing Rp Triliun goutgoing - Skala Kanan (5) (1) (15) Grafik 5.3. Transaksi RTGS Outgoing Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

50 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Perkembangan Transaksi Kliring Transaksi nontunai melalui sarana kliring mengalami penurunan pada triwulan I 214. Pertumbuhan nilai kliring pada triwulan laporan masih menunjukkan kondisi belum membaik. Nilai klriing pada triwulan laporan turun sebesar -34,7% (yoy) dimana sebelumnya juga turun sebesar - 3,22% (yoy). Demikian pula, jumlah pengiriman melalui sarana ini mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan I 214 tercatat sebesar Rp1 miliar, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp11 miliar. Sementara itu, dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat juga mengalami penurunan dari 2,93 ribu lembar menjadi 2,61 ribu lembar (Tabel 5.1). Bank Indonesia selalu mewaspadai terkait rasio rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG), yang secara nominal sedikit mengalami penurunan dari 2,75% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,38% pada triwulan laporan. Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 5.2. Pengelolaan Uang Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada triwulan I 214, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net inflow sebesar Rp1,26 triliun. Pada triwulan I 214, aliran uang masuk tercatat sebesar Rp2,76 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,8 triliun (Grafik 5.4). Di samping itu, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia juga mengalami penurunan dari Rp4,16 triliun pada triwulan IV 213 menjadi Rp1,5 triliun pada triwulan laporan (Grafik 5.5). Terjadinya net inflow pada triwulan laporan disebabkan oleh siklus triwulan I yang cenderung belum terjadi penarikan uang kartal yang besar (Grafik 5.6) Rp Triliun Inflow ginflow - Skala Kanan (5) Rp Triliun Outflow goutflow - Skala Kanan (1) (5) Grafik 5.4. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) 44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

51 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang (.5) Rp Triliun Net Inflow Net Outflow (1.) Grafik 5.6. Selisih Aliran Uang Kartal Inflow & Outflow Penyediaan Uang Layak Edar Bank Indonesia terus berupaya untuk menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat agar semakin membaik. Dalam rangka penerapan clean money policy, Bank Indonesia secara berkala melakukan kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh wilayah di Sulsel. Selama periode triwulan I 214, kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dan semuanya di luar kota, yaitu pada Januari di Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba, kemudian pada Februari di Bone dan Soppeng. Di samping itu, kegiatan remise ke luar dari Sulsel juga ditempuh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulampua) dalam melakukan distribusi uang ke daerah lain. Selama periode triwulan I 214, telah dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kegiatan remise ke luar yaitu pada bulan Januari ke Kendari (Rp217,53 miliar) dan ke Kupang pada bulan Februari (Rp63,74 miliar). Bank Indonesia juga secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE pada triwulan I 214 tercatat sebesar Rp,69 triliun, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp,71 triliun (Grafik 5.7) Rp Triliun Nominal UTLE gutle - Skala Kanan 2, 1,5 1, 5 (5) Grafik 5.7. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

52 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Perkembangan dan Penanggulangan Uang Palsu Pecahan besar mendominasi peredaran uang palsu yang ditemukan sebanyak 18 lembar pada triwulan I 214. Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan laporan adalah pecahan Rp1. (54,5%), diikuti Rp5. (27,3%), Rp2. (1,81%), dan Rp1. (5,41%) (Grafik 5.8). Dalam rangka mengantisipasi peredaran uang palsu, secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I (Sulampua) melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah hingga ke pelosok daerah, salah satunya telah diselenggarakan pada bulan Maret 214, di Kabupaten Majene dan Pasang Kayu (Mamuju Utara, Sulawesi Barat). 1, 5.41% 5, 2.7% 2, 1.81% 5, 27.3% 1, 54.5% Grafik 5.8. Temuan Uang Palsu 46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

53 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Selatan mencapai 5,8% (Sakernas Februari 214) atau relatif tidak berubah dari tahun sebelumnya 5,83% (Februari 213). Sedangkan tingkat kesejahteraan yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) memperlihatkan perbaikan. Kegiatan ekonomi daerah yang masih tergolong tinggi (8,3% yoy) mendorong terjadinya perubahan struktur penyerapan tenaga kerja yaitu adanya peningkatan pada sektor sekunder (sektor industri pengolahan) dan sektor tersier (sektor perdagangan dan sektor jasa), dan sebaliknya penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor Pertanian. Kondisi tersebut turut berkontribusi pada meningkatnya jumlah penduduk kategori miskin yang juga dipengaruhi oleh naiknya garis kemiskinan (dari Rp221,89 ribu menjadi Rp235,29 ribu) akibat kuatnya tekanan inflasi. Perubahan struktur tenaga kerja, pada akhirnya juga memperbesar ketimpangan pendapatan antar penduduk. Namun demikian kenaikan harga pertanian pada skala tertentu telah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani yang diukur dari membaiknya indikator Nilai Tukar Petani (NTP) Ketenagakerjaan TPT Sulsel mencapai 5,8% (Sakernas Februari 214) atau menurun tipis (,3%) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,83% (Februari 213). Secara nominal jumlah pengangguran terbuka Sulsel naik dari 211,6 ribu orang per Februari 213 menjadi 212,57 ribu orang per Februari 214 (Tabel 6.1). Namun karena jumlah angkatan kerja juga meningkat pada Februari 214 yang mencapai 3.677,57 ribu orang dari 3.619,99 ribu orang pada Februari 213 atau naik 57 ribu orang, sehingga tingkat pengangguran menjadi cenderung sama. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang masih tergolong tinggi yaitu 8,3% yoy telah mengakibatkan terjadinya perubahan pola penyerapan tenaga kerja. Sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor jasa berhasil menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Secara sektoral penyerapan tenaga kerja pada sektor primer (sektor pertanian) lebih rendah hampir 2 ribu pekerja dibandingkan tahun 213, yang disebabkan oleh makin menurunya aktivitas sektor pertanian. Namun demikian, secara pangsa, sektor pertanian masih memegang peranan penting karena menyerap 4,7% dari tenaga kerja produktif di Sulsel pada Februari 214 (BRS-BPS 5 Mei 214). Sebaliknya sektor industri mengalami kenaikan penyerapan 5 ribu pekerja atau sebesar 2,23% (yoy) menjadi 231,97 ribu orang di bulan Februari 214. Kenaikan tertingi dicatat oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 42 ribu pekerja atau sebesar 6,22% (yoy) menjadi sekitar 729,35 ribu orang (Tabel 6.2). Sementara sektor jasa meningkat 2,82% (yoy) atau menjadi 644,25 ribu orang. Berdasarkan pekerjaan utama hingga Februari 214, terjadi peningkatan pada jumlah pekerja formal (buruh/karyawan) yang tumbuh 7,19% (yoy) menjadi 1,13 juta orang, demikian pula untuk pekerja yang berusaha sendiri yang tumbuh 12,24% (yoy) menjadi 638,26 ribu orang. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Kegiatan Utama Feb-13 Feb Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63,6% 62,% 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,83% 5,8% Sumber: Badan Pusat Statistik Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

54 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel sedikit menurun. TPAK turun dari 63,6% pada Februari 213 menjadi 62,% pada Februari 214. Penurunan TPAK disebabkan oleh kenaikan jumlah angkatan kerja yang bekerja lebih rendah dari kenaikan jumlah penduduk usia kerja. Jumlah angkatan kerja pada Februari 214 mencapai 3,46 juta orang, lebih tinggi daripada periode setahun sebelumnya sejumlah 3,41 juta orang (Tabel 6.1). Secara sektoral, ditengarai penurunan TPAK terjadi karena pengurangan angkatan kerja di sektor pertanian dan sektor lainnya. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia untuk ketersediaan lapangan kerja, juga menunjukkan rata-rata pertumbuhan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini (IKLK) pada triwulan laporan menurun sebesar -9,98% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (14,71%; yoy), lebih dikarenakan naiknya jumlah angkatan kerja di Sulawesi Selatan pada Februari 214 (Grafik 6.1). Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan Lalu (IPD6) juga turun dibandingkan periode sebelumnya (Grafik 6.2). Pertumbuhan IPD6 semakin turun sebesar -7,44% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (-1,59%; yoy) yoy 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% II III IV I II III IV I II III IV I yoy 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: Survei Konsumen, diolah Grafik 6.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Pertumbuhan - kanan Penghasilan saat ini Pertumbuhan - kanan Sumber: Survei Konsumen, diolah Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat Ini Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Kategori Februari 213 Februari 214 Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan Pertanian ,39% -3,98% ,65% -,17% Industri ,66% -4,48% ,7% 2,23% Perdagangan ,14% 4,17% ,5% 6,22% Jasa ,38% 7,53% ,59% 2,82% Lainnya ,43% -,1% ,1% -1,58% Jumlah ,%,5% ,% 1,64% Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah 6.2. Jumlah Penduduk Miskin 16 Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan pada September 213 meningkat dibanding Maret 213. Jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami kenaikan menjadi 857,44 ribu pada September 213, dari 787,66 ribu per Maret 213, atau naik sebesar 6,4% (yoy). Persentase tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin akibat dari naiknya garis batas kemiskinan. Peningkatan jumlah penduduk miskin terjadi di daerah kota dan pedesaan. Di kota, peningkatannya relatif besar, mencapai 2,14% (yoy) menjadi 696,91 ribu orang. Sementara di pedesaan, 16 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. 48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

55 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan peningkatannya 3,66%, menjadi 16,53 ribu orang (Grafik 6.3). Porsi penduduk miskin di pedesaan mencapai 81,28% yang jauh lebih besar dari daerah perkotaan (18,72%). Diperlukan upaya terpadu melalui pengembangan kewirausahaan di pedesaan dengan pengembangan komoditas unggulan daerah untuk memperluas lapangan kerja di pedesaan. Hal tersebut selain dapat mengurangi pengangguran, juga dapat mengurangi kemiskinan di pedesaan. Selain itu, juga diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk tetap bekerja di desa dan dapat mengurangi tingkat urbanisasi. 1, Kota Desa % Total Penduduk Miskin - Skala Kanan Ribu Orang % Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep Kota Desa % Total Penduduk Miskin - Skala Kanan % % Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gto Sulbar Maluku Malut Pabar Papua Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulampua Menurut Provinsi September 213 Peningkatan garis kemiskinan sejalan dengan naiknya inflasi. Kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong inflasi menjadi 7,24% (yoy), sehingga garis kemiskinan naik 9,13% (yoy) menjadi Rp235,49 ribu/kapita/bulan. Komoditi makanan yang memberi pengaruh besar pada kenaikan garis kemiskinan (September 213) adalah beras, rokok kretek filter, bandeng, gula pasir, mie instan, telur ayam ras, tongkol/tuna/cakalang, teri, kopi, dan bawang merah. Kenaikan garis kemiskinan akan mendorong masyarakat yang masih dalam kategori hampir miskin terperosok menjadi kategori miskin (Tabel 6.3). Namun, apabila inflasi kembali terkoreksi ke bawah, secara langsung garis kemiskinan akan kembali turun, dan menjadikan masyarakat kategori miskin terangkat kembali. Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 6.3. Perkembangan Garis Batas Kemiskinan Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Pertumbuhan YoY Inflasi YoY Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-13 Sep-13 Mar-13 Sep-13 Kota 26,21 215,79 221, , % 9.13% 4.61% 7.24% Desa 191, , ,161 27,23.51% 12.54% Persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah, jika dibandingkan dengan provinsi lain se-sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (1,32%) setelah Provinsi Sulawesi Utara (8,5%) dan Maluku Utara (7,64%) (Grafik 5.4). Urutan Provinsi Sulawesi Utara dan Maluku Utara tersebut juga tidak mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 213. Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 31,53% masih terdapat di Provinsi Papua. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

56 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 6.3. Gini Ratio 17 Gini Ratio Provinsi Sulawesi Selatan cenderung meningkat. Nilai Gini Ratio selama empat tahun terakhir (21-213) cenderung terus membesar yang menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk yang semakin besar (Tabel 6.4). Pada 212, Gini Ratio Sulsel masih sama dengan nasional yakni,41, namun pada 213 justru meningkat menjadi,43 atau lebih tinggi daripada nasional (,41). Tabel 6.4. Nilai Gini Ratio Provinsi Gorontalo,43,46,44,44 Papua,41,42,44,44 Sulawesi Selatan,4,41,41,43 Sulawesi Tenggara,42,41,4,43 Papua Barat,38,4,43,43 Sulawesi Utara,37,39,43,42 Sulawesi Tengah,37,38,4,41 Maluku,33,41,38,37 Sulawesi Barat,36,34,31,35 Maluku Utara,34,33,34,32 Indonesia,38,41,41,41 Sumber : Booklet Indikator Kersejahteraan Rakyat, BPS, Agustus 213 Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi Selatan termasuk tinggi. Angka gini rasio tertinggi (,44) terjadi di Gorontalo dan Papua yang terjadi selama 2 (dua) tahun berturutturut. Setelah dua provinsi tersebut, berlanjut nilai gini ratio terbesar kedua (,43) adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan Papua Barat. Sementara itu, nilai gini ratio terendah (,32) terjadi di Provinsi Maluku Utara dan nilainya lebih baik daripada tahun Nilai Tukar Petani 18 Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) relatif membaik, tercermin dari naiknya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan I 214. Beban petani sedikit terkurangi dengan membaiknya sisi pendapatan yang diterima dibandingkan sisi biaya pengeluaran. NTP Sulsel pada triwulan I 214 membaik menjadi sebesar 15,56 lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan sebelumnya (14,95) (Grafik 6.5). Perkembangan NTP tersebut didorong oleh peningkatan penerimaan petani yang lebih tinggi dibandingkan harga yang harus dibayar oleh petani, atau terlihat dari pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani lebih tinggi dibandingkan Indeks yang Dibayar Petani. Perkembangan harga yang diterima petani meningkat lebih tinggi, terutama untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan rakyat. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan Indeks yang Diterima Petani sebesar 8,62% (yoy), dari masih menunjukan kenaikan dari sebesar 15,7 pada triwulan I-213 menjadi sebesar 114,81 pada triwulan I-214 (Grafik 6.7). Sementara Indeks Dibayar Petani pada triwulan I-214 tumbuh sebesar 7,55% (yoy) dari 11,13 di triwulan I-213 menjadi 18,76 pada triwulan I-214 (Grafik 6.6). 17 Angka Koefisien Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka Koefisien Gini terletak antara (nol) dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 18 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib). 5 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

57 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan % % Nilai Tukar Petani Growth YoY - sisi kanan 1% 8% 6% Indeks yang Dibayar Petani Growth YoY - sisi kanan 1% 8% 6% 1 4% 1 4% % % -2% % % -2% 85-4% 85-4% Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Indeks yang Dibayar Petani Indeks yang Diterima Petani Growth YoY - sisi kanan 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Grafik 6.7. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

58 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Halaman ini sengaja dikosongkan 52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

59 211 Q1 211 Q2 211 Q3 211 Q4 212 Q1 212 Q2 212 Q3 212 Q4 213 Q1 213 Q2 213 Q3 213 Q4 214 Q1 214 Q2 214 Q3 214 Q4 Prospek Perekonomian 7. Prospek Perekonomian Perekonomian Sulsel pada triwulan II 214 dan untuk keseluruhan tahun 214, masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada level 7,5% - 8,5% (yoy) dan 7,% - 8,% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, angka pertumbuhan ekonomi Sulsel 214 tetap lebih baik. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik (lokal) yang tetap kuat. Sementara kegiatan ekspor diperkirakan tertekan didorong pelemahan permintaan luar negeri. Mendukung peningkatan, di sisi penawaran, sektor pertanian mengalami peningkatan seiring masuknya musim panen dan kondisi cuaca yang mulai kondusif. Demikian pula sektor industri, diperkirakan akan meningkatkan produksinya merespons kenaikan permintaan. Sementara sektor keuangan, khususnya kinerja perbankan, diperkirakan melambat pada tahun 214, merespons dari kebijakan Bank Indonesia. Laju inflasi triwulan II-214 diprakirakan akan menghadapi tekanan, didorong kenaikan permintaan dan penyesuaian tarif. Dari sisi permintaan, ekspektasi konsumen mengenai tingkat harga ke depan diperkirakan meningkat, sementara ekspektasi pedagang relatif stabil. Sepanjang tahun 214 direncanakan akan terjadi penyesuaian tarif, antara lain tarif energi dan angkutan. Untuk itu, peran TPID untuk mendorong Pemerintah Daerah dalam memastikan pasokan dan distribusi akan mampu mendukung pencapaian target inflasi nasional tahun Tahun 211: 7,61% Tahun 212: 8,39% Tahun 213: 7,65% Tahun 214: 7,% - 8,% 8 7 Laju Pertumbuhan Sulsel 6 5 Laju Pertumbuhan Nasional Tahun 214: 5,1% - 5,5% Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya 7.1. Outlook Kondisi Makroekonomi Regional Perekonomian Sulsel di kuartal kedua 214 masih didukung kuatnya permintaan lokal, sementara permintaan dari luar daerah/negeri diperkirakan melemah. Sulsel pada triwulan II-214 diperkirakan masih meningkat dalam kisaran 7,5% - 8,5% (yoy). Dari sisi permintaan, permintaan konsumsi swasta yang masih baik perlu dijaga melalui kondisi politik yang kondusif. Demikian pula realisasi investasi dan konsumsi pemerintah dioptimalkan ketepatan waktu penyaluran/penyelesaian sesuai dengan target. Dari sisi produksi/sektoral, sektor pertanian dan sektor industri akan meningkat seiring peningkatan produksi untuk merespon kenaikan permintaan domestik. Kondisi negara-negara mitra dagang Sulsel dalam tren melambat. Perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh melambat, yang diindikasikan dengan defisit neraca perdagangan, turunnya produksi industri, dan pelemahan permintaan domestik. Demikian pula, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan masih belum seperti semula dan masih dalam proses transisi menuju pertumbuhan yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Dengan demikian, untuk tahun 214, ekonomi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

60 Sumber : BPS Prospek Perekonomian Sulsel diperkirakan akan tumbuh pada level 7,% - 8,% (yoy), atau relatif stabil dari tahun 213 (7,65%; yoy) Sisi Permintaan Pada triwulan II-214, komponen sisi permintaan diproyeksikan meningkat dibandingkan triwulan I-214. Peningkatan terjadi pada komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta komponen investasi, seiring peningkatan pertumbuhan yang didukung oleh aktivitas pemilihan eksekutif. Kinerja komponen konsumsi diprakirakan meningkat pada triwulan II-214 (6,7%-7,7%), didorong oleh ekspektasi konsumen yang membaik. Konsumsi rumah tangga triwulan II-214 diprakirakan meningkat, seiring dengan optimisme/tendensikonsumen yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Tendensi tersebut mencerminkan rencana masyarakat untuk melakukan pembelian barang tahan lama. Konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan cenderung meningkat sehubungan dengan penyerapan anggaran APBD, yang tercermin dari giro Pemda di BPD yang cenderung melambat ,3 114,6 113,5 Indeks Tendensi Konsumen Sulsel 111,2 17, 19,7 112,8 19, 15,5 18,1 111,8 11,1 111,1 117,2 II* Indeks Ekspektasi Konsumen Pertumbuhan - kanan Sumber : Survei Konsumen BI II 2% 15% 1% 5% % -5% -1% -15% Sumber: Badan Pusat Statistik, p) Proyeksi Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen Sumber: Survei Konsumen Grafik 7.3. Indeks Ekspektasi Konsumen Tendensi ekspektasi konsumen pada triwulan mendatang cenderung lebih optimis. Tendensi konsumen hasil Indeks Tendensi Konsumen (BPS) maupun Survei Konsumen (BI) menunjukkan arah yang identik. Indeks Tendensi Konsumen pada triwulan II 214 sebesar 117,2 sementara triwulan sebelumnya 111,1. Indeks Perkiraan Pendapatan Rumah Tangga sebesar 118,28, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (11,77). Demikian pula rencana pembelian barang durable good mencatat indeks 115,29, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (13,78). Demikian pula hasil Survei Konsumen, menunjukkan Indeks Ekspektasi Konsumen 19 (IEK) untuk 6 (enam) bulan mendatang cenderung lebih tinggi. Konsumen memprakirakan bahwa kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang dan ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang lebih baik daripada kondisi saat ini. Komponen investasi Sulsel diprakirakan masih akan meningkat tinggi pada triwulan II 214. Keberlanjutan proyek-proyek yang bersifat multiyears masih menjadi penopang pertumbuhan investasi Sulsel. Beberapa proyek besar yang akan berlangsung antara lain pembangunan tahap pertama pelabuhan peti kemas New Port Makassar dengan telah terbitnya rekomendasi izin dari Kementerian Perhubungan, proyek pembangunan pembangkit listrik di Kabupaten Jeneponto (PLTU; 2x1 MW), 19 Angka indeks tersebut merupakan gabungan dari ekspektasi masyarakat akan kondisi perekonomian, ekspektasi penghasilan, dan ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang 54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

61 Prospek Perekonomian pembangunan LNG di Kabupaten Wajo, kelanjutan proyek pembangunan 23 hotel dengan kapasitas mencapai 6. kamar di Makassar, dan pembangunan pusat belanja terintegrasi. Sementara untuk menindaklanjuti UU No.4 Tahun 29 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan Menteri ESDM 1/214, di Sulsel setidaknya ada 8 smelter yang sudah menunjukkan progress pembangunan, sementara 2 smelter lainnya belum menunjukkan progress yang signifikan (Tabel 7.1). Tabel 7.1. Rencana Pembangunan Smelter di Sulsel Nama Perusahaan Rencana Operasi Perkembangan PT Titan Mineral Utama Bantaeng, Sulsel 215 PT Cinta Jaya Bantaeng, Sulsel 215 PT Bhakti Bumi Sulawesi Bantaeng, Sulsel 215 Tahap konstruksi dan MoU Pasokan listrik dengan PLN (6 MW) Tahap AMDAL, izin lokasi, dan MoU Pasokan listrik dengan PLN (35 MW) Peletakan batu pertama dan izin lokasi dan MoU Pasokan listrik dengan PLN (12 MW) PT Cheng Feng Mining Bantaeng, Sulsel 215 MoU Pasokan listrik dengan PLN (39 MW) PT Eastone Mining and Mineral Mining Bantaeng, Sulsel 215 MoU Pasokan listrik dengan PLN (7 MW) PT Macro Link Internasional Mining Bantaeng, Sulsel 215 Izin prinsip dari Pemda dan MoU Pasokan listrik dengan PLN (3 MW) PT Yinyi Mining Indonesia Bantaeng, Sulsel PT Multi Kilang Pratama PT Indosmelt Maros, Sulsel 217 Bosowa Corporindo Jeneponto, Sulsel 217 Sumber:Informasi Anekdot Ditunda karena dalam negosiasi pasokan bahan baku konsentrat Penyelesaian pemilihan kontraktor dan proses rekayasa konstruksi, untuk persiapan groundbreaking Kinerja perdagangan eksternal (ekspor-impor) diprakirakan masih akan tertahan sehubungan dengan masih stabil/lambatnya perekonomian negara mitra dagang. Pertumbuhan net eksporimpor cenderung masih belum kuat pada tahun 214, sebagaimana proyeksi World Economic Outlook (IMF) (Tabel 7.2). Adapun negara-negara tujuan ekspor utama Sulsel antara lain adalah Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, Singapura, dan Vietnam. Perkembangan negara Tiongkok diperkirakan stabil, sementara negara Jepang dan kawasan ASEAN cenderung turun. Pada tahun 214, indeks harga internasional komoditas utama (nikel dan kakao) diperkirakan sedikit membaik. Harga nikel hanya membaik pada triwulan I-214 dengan tumbuh sebesar -15,23% dari akhir 213 (-18,11%). Masih turunnya harga nikel karena berlimpahnya pasokan. Pemulihan harga akan tergantung perkembangan ekonomi Tiongkok yang mencerminkan 45% permintaan dunia. Sementara harga kakao diperkirakan meningkat, sejalan dengan kekhawatiran atas pasokan komoditi tersebut yang diperkirakan turun 2,9% pada 214. Berdasarkan perkiraan produksi yang dipantau dari perdagangan berjangka, stok kakao akan mencapai 15. metrik ton lebih kecil dari permintaan tahun 213. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

62 Prospek Perekonomian $/mt yoy Nickel g.nikel - sisi kanan 4% 3% 2% 1% % -1% -2% -3% -4% Grafik 7.4. Perkembangan dan Proyeksi Harga Internasional Nikel Tabel 7.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara WEO (IMF) WEO (IMF) Pertumbuhan Januari 214 April 214 Ekonomi (%; yoy) 213p 214p 215p p 215p Amerika Serikat 1,9 2,8 3, 1,9 2,8 3, Kawasan Eropa -,4 1, 1,4 -,5 1,2 1,5 Kawasan Asia Cina 7,7 7,5 7,3 7,7 7,5 7,3 Jepang 1,7 1,7 1, 1,5 1,4 1, Kawasan ASEAN* 5, 5,1 5,6 5,2 4,9 5,4 *) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam p) Proyeksi Keterangan: Lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya Sama dengan perkiraan sebelumnya Lebih rendah dari perkiraan sebelumnya Sementara itu, perdagangan dalam negeri (antarpulau) diperkirakan juga akan menjadi pendorong pertumbuhan ekspor dan impor Sulsel. Prospek perdagangan antarpulau Sulsel diprakirakan semakin membaik ke depan dengan penambahan dermaga peti kemas di Pelabuhan Timur) - Pelabuhan Garongkong di Kabupaten Barru 2.Selain itu, Pelabuhan Garongkong juga akan difungsikan sebagai second line Makassar, terutama untuk bongkar muat kapal dengan ukuran 22 ribu GT ke atas Sisi Penawaran Pada triwulan II-214, beberapa sektor utama ekonomi Sulsel masih menghadapi tantangan produksi dan pola musiman. Sektor-sektor utama daerah yang diperkirakan melambat adalah sektor pertanian, sektor keuangan, dan sektor jasa-jasa. Selain karena faktor pola historis, khusus untuk sektor keuangan diperkirakan target kredit nasional Bank Indonesia 21 (15%-17%), telah diterapkan perbankan dalam menjalankan rencana bisnis bank. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel 2 Diresmikan tanggal 29 April Sambutan Akhir Tahun Gubernur Bank Indonesia Pertemuan Tahunan Perbankan, 14 November Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

63 Prospek Perekonomian tersebut masih akan tetap berada di atas level pertumbuhan ekonomi nasional, dan dapat mendukung target perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 214 (5,1%-5,5%; yoy). Sektor pertanian, terutama subsektor tabama, diprakirakan akan meningkat pada triwulan II-214. Setelah padi melewati musim tanam ketiga (Januari s.d. April), diperkirakan akan mulai terjadi panen dan mendorong peningkatan sektor pertanian. Namun demikian, curah hujan yang masih tinggi di sebagian besar wilayah Sulsel pada Triwulan II-214, tetap perlu diwaspadai (Grafik 6.9). Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh meningkat, seiring kapasitas pabrik yang mampu menyerap produksi lebih besar dan lancarnya pasokan dari daerah lain yang diolah ke Sulsel. Sektor pertambangan di Sulsel terutama berupa produk nikel. Kebijakan Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan tidak berpengaruh besar terhadap kegiatan eksplorasi/eksploitasi tambang mineral di Sulsel, karena hampir semua ekspor tambang Sulsel sudah dalam bentuk olahan (matte dan ferronikel). Faktor yang memengaruhi besarnya produksi diperkirakan akan berasal dari harga internasional nikel, yang pada tahun 214 diperkirakan sedikit membaik. Sektor industri pengolahan diprakirakan akan tetap tumbuh dengan meningkat pada triwulan II Industri tepung terigu akan meningkatkan produksinya untuk menghadapi kenaikan permintaan saat Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara keseluruhan 214, industri tepung masih optimis dengan meningkatkan target penambahan produksi sampai dengan 25% per bulan sebagai upaya antisipasi kenaikan permintaan tahun 214 sekitar lima persen. Sementara itu, industri pengolahan biji nikel tidak terpengaruh oleh UU Minerba, karena produksi sudah mencapai 78% dalam bentuk nikel matte. Bahkan biji nikel (ore) dari provinsi lain masih potensial dapat menjadi tambahan produksi industri pengolahan biji nikel di Sulsel, karena di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) baru terdapat 3 (tiga) industri pemurnian logam. Potensi biji nikel Sulampua yang masih dapat diolah sekitar 64 juta ton. Sementara itu, dua industri semen di Sulsel meningkatkan kapasitas produksinya, sehingga masing-masing akan meningkatkan penjualannya sebesar 33,3% dan 42,6%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan masih akan tumbuh meningkat cukup tinggi pada triwulan II-214. Kapasitas infrastruktur perhubungan semakin tinggi, yaitu Pelabuhan Makassar dan Pelabuhan Garongkong. Sehubungan dengan implikasi UU Mineral dan Batubara 22 dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM 23 dan Menteri Keuangan 24, diperkirakan dampaknya minimal di Sulsel, sehingga kegiatan perdagangan relatif masih kuat. Selain itu, dimulainya proses pelaksanaan kampanye 25 pemilu eksekutif akan meningkatkan kegiatan di sektor PHR. Kemudian, sektor keuangan diperkirakan masih akan melambat yang diindikasikan oleh pertumbuhan aset, kredit, dan DPK perbankan Sulsel hingga triwulan I-214 yang melambat masing-masing tumbuh 14,1%(yoy); 11,%(yoy); dan 11,2%(yoy). Pertumbuhan tersebut masih searah dengan perkiraan Bank Indonesia terhadap pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga tahun 214 akan melambat dalam kisaran 15% - 17%. Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia triwulan I-214 menghasilkan perkiraan pertumbuhan kredit 214 akan sebesar 18,% lebih rendah dari hasil survei sebelumnya (19,1%), maupun realisasi tahun 213. Hasil survei menyatakan bahwa faktor pendorong berupa kenaikan suku bunga kredit dan meningkatnya potensi kenaikan NPL. 22 UU No. 4 Tahun 29 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 23 Peraturan Menteri ESDM 1/214: Pemerintah masih mengizinkan ekspor enam komoditas mineral yang sudah diolah atau berbentuk konsentrat hingga PMK Nomor 6/PMK.11/214: Tarif BK ditetapkan naik mulai dari 2% atau 25% sampai dengan 6% secara bertahap setiap semester Januari 5 April 214: Periode Pelaksanaan Kampanye Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

64 Inflasi Tahunan Prospek Perekonomian 7.2. Outlook Inflasi Laju inflasi triwulan II-214 secara umum berpotensi menghadapi tekanan, seiring kenaikan permintaan menjelang bulan Ramadhan. Tekanan inflasi berasal dari semua komponen disagregasi inflasi (volatile food, administered price, dan inflasi inti). Dari sisi permintaan, tekanan berasal dari ekspektasi konsumen yang meningkat 26. Sementara dari harga yang ditentukan pemerintah, kenaikan tarif energi akan ditetapkan selama tahun 214. Namun demikian, Pemerintah Daerah menjamin pasokan dan distribusi, melalui efektivitas Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, sehingga inflasi Sulsel akan mampu mendukung pencapaian target nasional (4,5%±1%), dalam rentang 4,3% - 5,3% (yoy). 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Nasional yoy Sasaran Inflasi 211: 5% + 1 Sulsel 211: 2,87% Nasional 211: 3,79% Sulsel yoy Sasaran Inflasi 212: 4,5% + 1 Sulsel 212: 4,41% Nasional 212: 4,3% Sasaran Inflasi 213: 4,5% + 1 Sulsel 213: 6,22% Nasional 211: 8,38% Sasaran Inflasi 214: 4,5% Grafik 7.5. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel dan Proyeksinya Inflasi volatile food diperkirakan dalam level moderat, seiring dengan pasokan yang memadai. Curah hujan Sulsel masih akan berada pada level menengah (Grafik 7.6), sehingga ketinggian gelombang diharapkan kembali normal (1 meter hingga 1,5 meter). Selain itu, pasokan tanaman bahan makanan berpotensi meningkat seiring mulai masuknya masa panen tanaman bahan makanan. Namun terdapat faktor risiko yang berasal dari permintaan bahan makanan (antara lain pesta pernikahan) menjelang Ramadhan yang diperkirakan akan meningkat. Inflasi administered price tahun 214 diperkirakan meningkat seiring penyesuaian tarif sepanjang 214. Meskipun efek kenaikan harga BBM bersubsidi relatif telah mereda pada akhir tahun 213, namun terdapat potensi faktor risiko yang dapat mengakselerasi inflasi administered price. Pada awal 214, harga rokok meningkat seiring dengan naiknya pajak tembakau dan harga elpiji. Sementara itu, hingga pertengahan tahun 214, potensi kenaikan inflasi berasal dari rencana kenaikan tarif listrik industri yang akan direalisasikan pada Mei 214. Peningkatan tarif berkisar antara 4%- 65% dan akan diterapkan secara bertahap setiap dua bulan dari Mei sampai November 214. Selain itu, juga terjadi kenaikan airport tax di Bandara Sultan Hasanuddin, Sulsel, baik untuk penumpang domestik (25%) maupun internasional (5%) yang mulai berlaku per 1 April Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) maupun Survei Konsumen (SK) 58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214

65 Prospek Perekonomian April 214 Mei 214 Juni 214 Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Grafik 7.6. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan Komponen core inflation diperkirakan meningkat, didorong oleh peningkatan ekspektasi konsumen. Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang meningkat, yang tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK). Demikian pula, harga emas internasional yang menunjukkan tren meningkat kembali, mulai triwulan I-214. Sementara indeks ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yang akan datang relatif stabil I II III IV I II III IV I II* 1,3 1,25 1,2 1,15 1,1 1,5 1, 99,95 99,9 99,85 99,8 I II III IV I II III IV I II Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad Ekspektasi Harga Umum 3 bln yad Sumber: Survei Konsumen Grafik 7.7. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Harga-harga dalam 3 Bulan yang Akan Datang Sumber: Survei Penjualan Eceran Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap Harga-harga dalam 3 Bulan yang Akan Datang Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I

TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN II 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 2017 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 218 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Yos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan

Tim Penulis: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi Kaltara CP. dan Edisi Agustus 217 Buku Kajian Ekonomi dan Regional ini Diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara Jl. Mulawarman No. 123, Kota Tarakan 77117 No. Telp: 551-38 7777. Fax:

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci