KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2010

2 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

3 Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, Agustus 2010 BANK INDONESIA MAKASSAR ttd. Lambok A. Siahaan Pemimpin iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ iii DAFTAR ISI ~ v DAFTAR GRAFIK ~ vii DAFTAR TABEL ~ ix RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI KER Trw. II-2010 ~5 BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ Permintaan Daerah ~ Konsumsi ~ Investasi ~ Perdagangan Eksternal ~ Penawaran Daerah (Sektoral) ~ Sektor Pertanian ~ Sektor Pertambangan - Penggalian ~ Sektor Industri Pengolahan ~ Sektor Listrik-Gas_Air ~ Sektor Bangunan~ Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa perusahaan ~ Sektor Jasa-jasa~ 21 BOKS I QUICK SURVEI DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ~ 23 BOKS II QUICK SURVEI PERKEMBANGAN DAN PROSPEK INDUSTRI PENGOLAHAN TERKAIT DAMPAK PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL ~27 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 30 v

6 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ Kelembagaan dan Aset ~ DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ Intermediasi Bank Umum Syariah ~ Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 45 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ Perkembangan Kliring dan RTGS ~ Perkembangan RTGS ~ Perkembangan Kliring ~ 50 BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ Ketenagakerjaan ~ Kesejahteraan ~ Nilai Tukar Petani ~ Jumlah Penduduk Miskin ~ Survei ~ 57 BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59 BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ Outlook Kondisi Makroregional ~ Outlook Inflasi ~ Prospek Perbankan ~ 65 vi Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

7 Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 8 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 11 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 12 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian ~ 14 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian~ 15 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 16 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 17 Grafik Prompt Indikator Kinerja Subsektor Bangunan ~ 18 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 19 Grafik Prompt Indikator Kinerja SubSektor Angkutan ~ 20 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 21 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 21 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 31 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 32 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar ~ 33 Grafik 2.4. Beberapa Inflasi Kel.Sandang~ 34 Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas ~ 34 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan~ 35 Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 36 Grafik 2.8. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar~ 37 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 38 Grafik Perkembangan Inlasi Kelompok Kesehatan~ 39 Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 41 Grafik Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia ~ 41 Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi ~ 43 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi ~ 42 Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S ~ 43 Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S ~ 44 Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) ~ 47 Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Kelaur (Outflow) ~ 47 Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 48 Grafik 4.4. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw.II-2010 ~ 49 Grafik 4.5. Transaksi RTGS Incoming ~ 50 Grafik 4.6. Transaksi RTGS Outgoing ~ 50 Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 54 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 55 vii

8 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 55 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 55 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 56 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-sulampua per Maret 2009 ~ 57 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 57 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 57 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 61 Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 64 Grafik 7.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 64 viii Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

9 Daftar Tabel Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 14 Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 28 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 30 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 31 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 32 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar~ 34 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan~ 35 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 36 Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan ~ 39 Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 40 Tabel 3.3. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank~ 40 Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum~ 41 Tabel 3.5. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 41 Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 43 Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum~ 43 Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)~ 44 Tabel 3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 45 Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Trw. II-2010 ~ 49 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 51 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 53 Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Semester I-2010~ 59 ix

10 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

11 Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II- 2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber : release BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar 6,01%. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia yaitu sebesar 8,02% pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi. Pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor jasa. Meski mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan I-2010, masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pertambangan-penggalian. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor keuangan, yang kemudian diikuti berturutturut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor pertambangan-penggalian, sektor bangunan dan sektor perdagangan-hotel-restoran. Sementara pertumbuhan terendah diperkirakan terdapat pada sektor pertanian. Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I Laju inflasi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,0 (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,8. Kelompok utama yang menjadi penyebab meningkatnya laju inflasi triwulan ini adalah bahan makanan dan kelompok sandang, dimana kelompok dimaksud mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi kelompok pendidikan relatif stabil. Terkait dengan target 1

12 inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju inflasi di Sulsel masih relatif terkendali. Asesmen Perbankan Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I Hal ini tercermin dari indikator perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs (Non Performing Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami perubahan. Asesmen Sistem Pembayaran Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan II-2010 menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel. Peningkatan transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan liburan sekolah), kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi perkembangan transaksi sistem pembayaran ini. Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65 triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun. Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010 terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I Sehingga 2 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

13 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Ratarata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy). Asesmen Keuangan Daerah Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan Semester I-2010 tercatat hampir mencapai target 5 dari total target pendapatan, yaitu sebesar 50,9% atau mencapai Rp1, milyar. Target pendapatan 2010 ini diperkirakan dapat tercapai lebih dari 10 mengingat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun Dari komponen pendapatan, realisasi Pendapatan Transfer telah mencapai 53,3%. Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan semester I-2010, realisasinya baru mencapai 31,8%. Realisasi terbesar terjadi pada pos Belanja Operasi yang sebesar 35,5%, Prospek Ekonomi Triwulan II-2010 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan di triwulan III-2010 diperkirakan akan relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II Hal tersebut diperkirakan terjadi karena perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010 tersebut, diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir tahun Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan melampaui batas atas kisaran proyeksi 5,5%-6,, kemudian akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan hingga tingkat regional, termasuk Sulawesi Selatan. Dorongan pertumbuhan dari sisi permintaan terjadi pada konsumsi, investasi dan ekspor. Sedangkan pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan didorong oleh sektor industri, listrik-gas-air, pertambangan, angkutan-komunikasi dan perdagangan-hotel-restauran. Laju inflasi tahunan diperkirakan akan cenderung mengalami peningkatan yang relatif besar. Tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari dampak kenaikan TDL yang berimbas pada sisi supply, datangnya Ramadhan dan Idhul Fitri yang mendorong sisi permintaan, dan kenaikan harga-harga bahan makanan terkait dengan ketidakpastian musim. Tekanan inflasi diperkirakan terjadi karena semakin terbatasnya respon sisi penawaran terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan akan semakin meningkat. 3

14 Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan III-2010 diduga masih tumbuh lebih baik jika dibandingkan triwulan II-2010 atau satu tahun sebelumnya. Pada triwulan II- 2010, terlihat kinerja perbankan semakin membaik jika dibandingkan triwulan sebelumnya dan pada triwulan III-2010 perkembangan perbankan diprediksikan akan lebih baik lagi terutama dari sisi pertumbuhan kredit. Sejalan dengan meningkatnya prospek perkonomian Indonesia termasuk Sulawesi Selatan, maka antusiasme perbankan untuk menyalurkan kredit diduga akan meningkat pada triwulan III Disisi lain, penempatan dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan diduga akan relatif stabil dengan sedikit kecenderugan menurun. Hal dimaksud dikarenakan proyeksi pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait dengan penenuhan kebutuhan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri. 4 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

15 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN a. INFLASI dan PDRB INDIKATOR MAKRO Indeks Haga Konsumen - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Papua Irian Jaya Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara Laju Inflasi Tahunan (y.o.y;%) - Sulawesi Selatan Sulawesi Utara (0.01) Gorontalo Papua Irian Jaya Barat Maluku 8.84 (0.21) (3.29) Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Utara PDRB - Harga Konstan (Miliar Rp) 1. Pertanian 3, , , , , , Pertambangan dan Penggalian , , , Industri Pengolahan 1, , , , , , Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran 1, , , , , , Angkutan dan Komunikasi , , , , Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa-jasa 1, , , , , , Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) *) Sementara Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar *

16 LANJUTAN... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN INDIKATOR * BANK UMUM : Total Aset (Rp. Miliar) 37, , , , ,891,274 44,914,666 D P K (Rp. Miliar) 28, , , , ,783,729 31,491,101 Giro 5, , , , ,738,858 4,934,579 Tabungan 14, , , , ,688,164 16,123,590 Deposito 9, , , , ,356,707 10,432,932 Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 31, , , , ,198,327 38,124,582 - Modal Kerja 12, , , , ,965,853 13,848,218 - Investasi 6, , , , ,731,584 7,916,461 - Konsumsi 12, , , , ,500,890 16,359,903 L D R % % % % % % Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar) 31, , , , ,198,327 38,124,582 - Pertanian , ,583 - Pertambangan , ,772 - Industri pengolahan 3, , , , ,923,089 3,081,393 - Listrik,Gas dan Air , ,758 - Konstruksi 1, , , , ,936,333 2,270,855 - Perdagangan 8, , , , ,257,111 9,328,773 - Pengangkutan 1, , , , ,177, ,617 - Jasa Dunia Usaha 1, , , , ,938,011 1,802,558 - Jasa Sosial Masyarakat ,516,817 1,504,056 - Lain-lain 12, , , , ,331,816 18,149,217 Kredit UMKM (Rp. Miliar) 22, , , ,872 27,816,100 28,813,218 Kredit Mikro* (Rp. Miliar) 6, , , , ,101,513 6,237,959 - Modal Kerja 1, , , , , ,732 - Investasi , ,050 - Konsumsi 5, , , , ,956,545 5,091,177 Kredit Kecil ** (Rp. Miliar) 10, , , , ,804,552 14,348,312 - Modal Kerja 2, , , , ,075,912 3,022,252 - Investasi , ,621,379 1,683,114 - Konsumsi 6, , , , ,107,261 9,642,946 Kredit Menengah *** (Rp. Miliar) 6, , , , ,910,035 8,226,947 - Modal Kerja 4, , , , ,984,094 5,092,605 - Investasi , , , ,630,421 1,677,406 - Konsumsi 1, , , , ,295,520 1,456,936 - NPL Total gross (%) 3.82% 3.05% 4.08% 3.08% 3.47% 3.41% NPL UMKM gross (%) 2.96% 3.37% 3.45% 2.93% 2.98% 2.98% BANK UMUM SYARIAH Total Aset (Rp. Miliar) 1, , , , ,465,949 1,525,106 D P K (Rp. Miliar) , ,703 Giro ,860 92,942 Tabungan , ,693 Deposito , ,010 Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Mil 1, , , , ,484,158 1,650,082 - Modal Kerja , ,305 - Investasi , ,054 - Konsumsi , ,723 FDR % % % % % Catt. * (<Rp. 50 Juta) ** (Rp. 50 < X < Rp. 500 Juta) *** (Rp. 500 Juta < X < Rp. 5 M) **** Data Sementara Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

17 Bab 1 Perkembangan Kondisi Makroekonomi Peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terjadi pada triwulan II- 2010, yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 (sumber : BPS). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 9,21% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 7,96%, dan pada triwulan triwulan II-2009 sebesar 6,01%. Angka pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari angka perkiraan Bank Indonesia yaitu sebesar 8,02% (yoy) pada triwulan laporan. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan dimaksud terutama masih didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), pendorong pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran, dan sektor pertambangan-penggalian. 14% 12% 1 y.o.y Sulsel y.o.y Nas Sumber : BPS, diolah * : Proyeksi BI Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB 8% 6% 4% 2% Pertumbuhan tertinggi di sektor pertambangan-penggalian, sementara pertumbuhan terendah terjadi di sektor jasa. Meski mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan I-2010, masih terdapat sektor-sektor ekonomi yang mengalami perlambatan pertumbuhan. 1.1 Permintaan Daerah Pertumbuhan kinerja konsumsi dan investasi tercatat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 maupun triwulan II Sementara 7

18 kinerja net ekspor tercatat mengalami perlambatan pertumnbuhan, terutama karena tekanan kinerja impor. PERIODE Sumber : BPS Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) PERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy) Kons Inv Eks Imp TOTAL Kons Inv Eks Imp TOTAL % 24.93% 37.15% 39.64% 11.33% 4.49% 4.36% 14.24% 11.76% 11.33% % % 10.19% % 5.46% 6.16% 4.46% % 28.46% 7.26% 14.63% 8.13% 4.68% 5.08% 3.22% 4.84% 8.13% % 12.25% 9.08% 6.76% 3.92% 3.56% % 3.92% % 32.02% 44.04% 40.98% 4.09% 3.34% 6.29% 20.79% 15.25% 4.09% % 11.93% 21.99% 25.21% 6.01% % 9.97% 9.16% 6.01% % 29.27% 46.39% 7.95% 4.41% 0.13% 12.87% 16.28% 7.95% % 23.65% 26.29% 43.77% 6.69% 5.17% 4.59% 10.65% 13.71% 6.69% % 4.91% 90.05% 98.08% 7.77% 4.38% 1.22% 22.86% % % 2.15% 31.99% 36.97% 8.02% 6.34% 0.48% 10.67% 9.47% 8.02% Konsumsi Kinerja konsumsi pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh sebesar 6,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 (6,19%) dan triwulan II-2009 (6,17%). Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut, selain karena faktor musiman, yaitu tahun ajaran baru yang tiba pada akhir triwulan laporan, juga didorong oleh adanya pemilihan umum kepala daerah (pilkada) yang terdapat di 10 kabupaten di Sulsel. Pilkada tersebut dilaksanakan secara serempak pada tanggal 23 Juni 2010 dengan mengikutsertakan kandidat sebanyak 54 pasangan calon. Dampak dari pilkada tersebut diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi di Sulsel, khususnya konsumsi rumah tangga. Kinerja konsumsi pemerintah juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II-2009 maupun triwulan I-2010, yang relatif karena mulai terealisasinya programprogram pemerintah. Pertumbuhan kinerja konsumsi ini sejalan dengan prompt-prompt indikator yang cenderung menunjukkan peningkatan, sebagai berikut : Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi Juta M3 Pemakaian Air (M³) di Makassar Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA) Sumber : PDAM Mks * Sementara 3 25% 2 15% 1 5% 5% Juta GWH Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga Rumah Tangga Sbr: PLN Divre VII * Sementara y.o.y * Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

19 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan dan Suku Cadang Indeks Ketepatan Konsumsi Barang Tahan Lama Smb : SPE Kend & Sk Cd yoy Ketepatan wkt pembelian durable goods y.o.y 2 15% 1 5% 5% 1 15% 2 25% 3 Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau Mknn & Temb yoy Smb : SPE Juta GWH Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial Sosial y.o.y Sbr: PLN Divre VII * Sementara * Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Perkembangan Konsumsi Listrik Penerangan Jalan Umum IKK Juta GWH Penerangan Jln Umum y.o.y * % 2 15% 1 5% 5% Investasi Pada triwulan laporan, perkembangan kinerja investasi tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 5,19% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 10,44% (yoy). Angka pertumbuhan triwulan laporan juga tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang sebesar 10,25%. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan ini diperkirakan dipengaruhi oleh pelaksanaan pilkada di 10 kabupaten yang dilaksanakan secara serentak pada triwulan II Pelaksanaan pilkada tersebut relatif mempengaruhi pembangunan proyek-proyek di daerah, terutama proyek pemerintah. Sementara realisasi 9

20 belanja modal pemerintah diperkirakan masih relatif minim, seperti pada belanja modal Provinsi Sulsel yang baru terealisasi sebesar 11% dari anggaran. Dorongan pertumbuhan kinerja investasi di Sulsel pada triwulan ini diperkirakan dari sektor swasta, seperti pembangunn hotel, pusat perbelanjaan (mal/ruko) dan real estate (perumahan).. Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Investasi Juta Kg Volume Impor Barang Modal Volume yoy Capital Goods Smb : Cognos BI * Ribuan Ton Realisasi Pengadaan Semen Sulsel y.o.y Sumber : ASI * : Sementara Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri dan Bisnis Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi Juta GWH Konsumsi yoy Sbr: PLN Divre VII * Sementara * Smb : SPE Bhn Kons yoy Volume Impor Intermediate Goods Intermediate Goods Intermediate Goods y.o.y * Sementara Smb : Cognos BI Juta Kg * 4 Kondisi perkembangan kinerja investasi pada triwulan ini relatif tercermin dari beberapa prompt indikator di atas, seperti volume impor barang modal, realisasi pengadaan semen, konsumsi listrik sektor industri dan bisnis, serta hasil Survei Penjualan Eceran barang untuk kelompok bahan konstruksi yang masih menunjukkan perkembangan positif. Dari 10 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

21 beberapa prompt indikator tersebut cenderung menunjukkan perkembangan yang menurun dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009, sehingga disinyalir perkembangan investasi pada triwulan ini lebih dominan pada non fisik atau investasi yang berupa penambahan modal Perdagangan Eksternal (Ekspor Impor) Net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan tercatat masih mengalami surplus, namun mengalami pertumbuhan pertumbuhan dibandingkan pertumbuhan net eksporimpor pada triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 53,39%. Sementara apabila dibandingkan dengan triwulan II-2009 (-5,14%), pertumbuhan net ekspor-impor pada triwulan laporan masih tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 29,56% (yoy). Pertumbuhan kinerja net ekspor-impor ini masih didorong oleh kinerja ekspor, meski pada triwulan laporan (57,06%) tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I yang tercatat sebesar 90,55%. Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total Volume Produksi Nikel EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara ,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Produksi nikel dlm matte y.o.y * Sementara Sbr.: Press Release PT. Inco 25% 2 15% 1 5% 5% 1 15% 2 25% Ribu Ton * Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan IKAN, UDANG, KERANG, DLL Smb : Cognos BI * Sementara TOTAL y.o.y 15% 1 5% 5% 1 15% BARANG2 KAYU & GABUS Smb : Cognos BI * Sementara TOTAL y.o.y Ribu Ton * 25% Ribu Ton * 6 11

22 Ribu Ton Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, The, Kakao dan Sejenisnya KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA Smb : Cognos BI * Sementara TOTAL y.o.y * Volume Muat Dalam Negeri Melalui Pelabuhan Volume Muat Luar Negeri Melalui Pelabuhan MUAT AP Y.O.Y Sumber : Pelindo IV * : Sementara MUAT LN Y.O.Y Sumber : Pelindo IV * : Sementara * * Ribu Ton Ribu Ton Kinerja ekspor pada triwulan laporan diperkirakan didorong oleh komoditas hasil perikanan, hasil perkebunan dan perdagangan antar pulau, sementara ekspor komoditas hasil pertambangan dan serta kayu olahan diperkirakan masih tertekan. Namun di sisi lain, pertumbuhan kinerja ekspor ini masih tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (- 30,04%), sehubungan dengan tingkat harga internasional pada saat triwulan II-2009 yang kurang menguntungkan. Sehingga perdagangan luar negeri relatif tertekan. Sementara kinerja impor, juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan sehubungan dengan pengaruh musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah) sehingga terjadi pergeseran konsumsi masyarakat. Pada triwulan II-2010, kinerja impor diperkirakan tumbuh 67,22% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 98,08%. Kinerja impor pada triwulan ini diperkirakan didorong oleh kinerja impor antar pulau sehubungan dengan persiapan dan pelaksanaan pilkada, khususnya impor kaos, kertas, dan lain-lain untuk keperluan pilkada. Namun di sisi lain, situasi tersebut relatif menekan kinerja impor luar negeri, khususnya impor barang modal dan barang antara (intermediate goods). Adapun perkembangan kinerja impor pada triwulan laporan, relatif tercermin dari beberapa prompt indikator dibawah ini yang juga cenderung menunjukkan penurunan. 12 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

23 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor Juta Kg Volume Impor Luar Negeri Non Migas Total S I T C y.o.y * Sementara Smb : Cognos BI SULSEL * Juta Kg Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods Consumer Goods Consumer Goods y.o.y * Sementara Smb : Cognos BI * Volume Bongkar Dalam Negeri Melalui Pelabuhan Volume Bongkar Luar Negeri Melalui Pelabuhan BONGKAR AP yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara BONGKAR LN yoy Sumber : Pelindo IV * : Sementara * * Ribu Ton Ribu Ton Namun apabila dibandingkan dengan kinerja impor triwulan II-2009 yang tercatat tumbuh sebesar -36,22% (yoy), pertumbuhan triwulan ini tercatat masih lebih tinggi. Kondisi tersebut, selain karena faktor pilkada, juga disebabkan oleh kondisi perekonomian pada triwulan laporan yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009 yang kondisi perekonomiannya relatif baru beranjak dari krisis ekonomi Penawaran Daerah (Sektoral) Dari sisi penawaran, secara tahunan (yoy), sektor pertanian, sektor perdaganganhotel-restoran, sektor pertambangan-penggalian, dan sektor angkutan-komunikasi tercatat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara umum, terdapat 3 sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010, yaitu sektor pertanian, sektor listrik-gas-air bersih dan sektor perdaganganhotel-restoran. Di sektor pertanian terdapat peningkatan pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun diperkirakan dalam kondisi cuaca yang relatif kurang kondusif. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor pertambangan-penggalian, yang kemudian diikuti berturut-turut pada sektor angkutan-komunikasi, sektor keuangan- 13

24 persewaan-jasa perusahaan, dan sektor listrik-gas-air bersih. Sementara pertumbuhan terendah tercatat terdapat pada sektor jasa-jasa. PERIODE Sumber : BPS Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) PERTUMBUHAN (yoy) Tani Tambang Industri LGA Bgn PHR Angkom Keu Jasa TOTAL % 8.78% 12.62% 13.83% 16.76% 11.46% % % % 7.23% 12.01% 12.94% 25.15% 12.24% % 5.34% % 2.98% 6.79% 13.85% % 13.21% 11.22% 5.52% 8.13% % 9.45% 3.94% 9.66% 15.03% 7.77% 9.13% 3.71% 7.38% 3.92% % % 15.77% 10.93% 4.76% 5.94% 7.65% 4.09% % 4.51% 6.68% 9.85% 11.74% 10.55% 8.68% 9.17% % % 4.31% 11.78% 13.61% 14.64% 10.28% 10.76% 11.41% 6.71% 7.95% % 5.72% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.69% % 14.12% 5.07% 11.83% 9.52% 17.56% 22.25% 3.25% 7.77% % 6.52% 10.52% 10.95% 18.09% 19.55% 3.86% 8.02% Sektor Pertanian Pada triwulan II-2010, tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan setelah pada triwulan I-2010 mengalami kontraksi sebesar -4,94% (yoy). Perkembangan kondisi sektor ini sejalan dengan apa yang diperkirakan oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 8,64% (yoy). Perbaikan pertumbuhan tersebut diperkirakan karena masa panen yang jatuh pada awal triwulan II-2010, terutama pada subsektor perkebunan (kakao). Begitu juga halnya pada subsektor tanaman bahan makanan terjadi peningkatan produksi sehubungan dengan masa panen namun tidak sebanyak produksi pada triwulan I Di subsektor perikanan juga diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, yang ditandai dengan meningkatnya volume ekspor luar negeri untuk ikan, udang, kerang dan lain-lain. Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian Volume Ekspor Luar Negeri Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain Volume Ekspor Luar Negeri Kopi,Teh, Kakao dll Ribu Ton IKAN, UDANG, KERANG, DLL Smb : Cognos BI * Sementara TOTAL y.o.y * 15% 1 5% 5% 1 15% 2 25% Ribu Ton KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA Smb : Cognos BI * Sementara TOTAL y.o.y * Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

25 Peningkatan kinerja sektor pertanian ini juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (3,51%), yang juga mengalami pengaruh musiman yang sama dengan triwulan laporan. Namun kondisi yang mendukung pada triwulan II-2010 ini diperkirakan karena faktor harga yang lebih baik dibandingkan triwulan II-2009, sehingga mampu mendorong terjadinya peningkatan produktifitas Sektor Pertambangan - Penggalian Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, sektor ini tercatat amengalami perlambatan pertumbuhan tahunan pada triwulan II-2010 dibandingkan triwulan I Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Volume Produksi Nikel Produksi nikel dlm matte y.o.y * Sementara Sbr.: Press Release PT. Inco 25% 2 15% 1 5% 5% 1 15% 2 25% Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia Ribu $/metric ton Smb : CEIC 4 1 2* Produksi Bahan Galian C Smb : Dinas ESDM Volume Ekspor Luar Negeri Barang Mineral Non Logam BARANG2 DARI MINERAL NON LOGAM TOTAL y.o.y Smb : Cognos BI * Sementara Ribu Ton * Ribu Ton * Perlambatan pertumbuhan tersebut salah satunya karena adanya pemeliharan rutin pada salah satu alat pertambangan yang relatif menyebabkan produktifitas mengalami penurunan. Namun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II-2009, maka pertumbuhan pada triwulan ini tercatat lebih tinggi yang relatif disebabkan pengaruh faktor harga nikel di pasar internasional yang pada triwulan II-2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan II Rendahnya tingkat harga internasional untuk nikel pada 15

26 triwulan II-2009 tersebut karena pengaruh krisis global. Di sisi lain, masih terdapat peningkatan penjualan hasil tambang nikel (ekspor) pada triwulan ini karena tersedianya stok pada triwulan lalu Sektor Industri Pengolahan Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor ini, yaitu dari sebesar 14,12% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 3,65%. Perlambatan pertumbuhan tersebut diperkirakan oleh Bank Indonesia disebabkan oleh terhambatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan swasta yang ditandai dengan melambatnya pertumbuhan realisasi pengadaaan semen. Beberapa hambatan realisasi proyek-proyek pembangunan pada triwulan ini diperkirakan karena faktor kehati-hatian dan pengaruh proses pelaksanaan pilkada. Karena faktor tersebut di atas juga yang relatif menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan Ribuan Ton Realisasi Pengadaan Semen Sulsel y.o.y Sumber : ASI * : Sementara Ribuan Ton Realisasi Produksi Tepung Terigu Produksiaxis kiri yoyaxis kanan Sumber : EFM Mks * : Sementara Volume Impor Intermediate Goods Intermediate Goods Intermediate Goods y.o.y * Sementara Smb : Cognos BI Juta Kg * 4 Sementara subsektor industri pengolahan bahan makanan juga diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yang salah satu indikatornya adalah realisasi produksi tepung terigu yang mengalami penurunan. Indikator perlambatan kinerja sektor ini juga ditunjukkan oleh perlambatan pertumbuhan volume impor intermediate goods. 16 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

27 Sektor Listrik-Gas-Air Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami peningkatan, terutama pada subsektor listrik. Kinerja subsektor listrik pada triwulan ini dipengaruhi oleh meningkatnya debit air PLTA sehubungan dengan curah hujan yang rata-rata bersifat di atas normal. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh sebesar 12,58% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 sebesar 5,07%. Kondisi curah hujan yang di atas rata-rata tersebut relatif menyebabkan kinerja subsektor air bersih juga diperkirakan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut salah satunya ditandai dengan peningkatan pemakaian air bersih di Makassar, namun jumlah sambungan langganan air di Makassar mengalami perlambatan pertumbuhan yang diperkirakan karena terjadi penurunan jumlah pemasangan baru. Sementara apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 (9,85%), pertumbuhan sektor ini juga tercatat lebih tinggi. Kondisi ini diperkirakan karena adanya tambahan pasokan lsitrik dari pembangkit lainnya pada triwulan laporan, seperti dari PLTG Sengkang. Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih Juta KWH Penjualan Listrik (Juta Kwh) Total Pemakaian Listrik Sbr: PLN Divre VII * Sementara * 2 15% 1 5% 5% Juta M3 Pemakaian Air (M³) di Makassar Pemakaian Air (M³) Y.O.Y (PA) Sumber : PDAM Mks * Sementara 3 25% 2 15% 1 5% 5% Jumlah Sambungan Langganan Air di Makassar Sambungan Langganan (SL) Y.O.Y (SL) Sumber : PDAM Mks * Sementara % % % % % 0. Ribuan 17

28 Sektor Bangunan Sehubungan dengan faktor kehati-hatian dalam melaksanakan proyek-proyek sarana dan prasarana, khususnya proyek pemerintah, maka pertumbuhan sektor ini diperkirakan relatif melambat. Selain itu, diperkirakan karena faktor pengaruh pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di Sulsel relatif menjadi salah satu penyebab perlambatan sektor ini. Sektor bangunan pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 9,07% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,83%. Pertumbuhan triwulan ini juga diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II-2009 (11,74%). Kondisi tersebut diperkirakan karena faktor pilkada yang relatif berdampak pada pergerakan sektor bangunan. Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan Realisasi Pengadaan Semen Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi Ribuan Ton Sulsel y.o.y Sumber : ASI * : Sementara Smb : SPE Bhn Kons yoy Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) Sektor ini juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,0 (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 9,67% pada triwulan laporan. Peningkatan sektor ini pada triwulan laporan didorong oleh subsektor perdagangan, yang ditandai dengan peningkatan beberapa prompt indikator seperti peningkatan pada arus bongkar muat melalui angkutan laut, peningkatan indeks penjualan eceran untuk kelompok komoditas makanan dan tembakau serta kelompok komoditas peralatan rumah tangga. Sementara di sisi lain, tekanan pertumbuhan pada subsektor hotel dan restoran. Hal tersebut salah satunya ditandai dengan melambatnya rata-rata TPK (Tingkat Penghunian Kamar) hotel berbintang di Sulsel. 18 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

29 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Arus Bongkar Muat Melalui Angkutan Laut Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Ribu Ton BONGKAR MUAT Sumber : Pelindo IV * : Sementara * Ss yoy * % 1 5% 5% 1 15% Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau Mknn & Temb yoy Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Rumah Tangga Perlt RT yoy Smb : SPE Sektor Angkutan-Komunikasi Sehubungan dengan pengaruh faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah) pada akhir triwulan laporan, relatif menjadi mendorong pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan. Sektor angkutan-komunikasi pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 15,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 (17,56%) namun lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 (8,68%). Masa liburan sekolah tersebut, diperkirakan relatif banyak digunakan untuk bepergian ke luar kota/pulau. Perkembangan kinerja sektor ini ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan beberapa prompt indikator seperti lalu lintas penumpang angkutan udara dan jumlah pesawat, dan lalu lintas penumpang angkutan laut. 19

30 Grafik Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan 1,400 1,200 1, Lalu Lintas Penumpang Angkutan Udara DEP ARR y.o.y Lalu Lintas Penumpang Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara DEP ARR Lalu Lintas Pesawat Smb : Bandara S. Hasanuddin * : Sementara 3 25% 2 15% 1 5% 5% 1 Ribu Org Lalu Lintas Penumpang Angkutan Laut 350, , , ,000 Embarkasi (keluar) Debarkasi (masuk) Y.O.Y Sumber : Pelindo IV * : Sementara , , , * Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Transportasi Pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dari 25,15% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 14,46% (yoy), namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 9,17%. Perlambatan kinerja sektor ini diperkirakan didorong oleh melambatnya pertumbuhan kinerja perbankan, yang tercermin dari perlambatan pertumbuhan Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum serta melambatnya pembiayaan beberapa lembaga keuangan non bank. Perlambatan pertumbuhan NTB Bank Umum pada triwulan laporan ini relatif dipengaruhi oleh perlambatan penyaluran kredit bank umum, dimana kredit tersebut merupakan sumber pendapatan utama bank. Sementara perbedaan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan II-2009, relatif disebabkan oleh pengaruh krisis global yang berdampak pada perbankan Sulsel sampai dengan pertengahan tahun Karena pengaruh tersebut yang relatif menyebabkan pertumbuhan triwulan II-2009 lebih rendah dibandingkan triwulan II Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

31 Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan Nilai Tambah Bruto Bank Umum Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank (PT. Pegadaian) Trilyun Rp Sbr : LBU BI *Sementara NTB SULSEL y.o.y Millions Sbr : Kanwil Pegadaian Mks * Sementara Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank Perkembangan Kredit Bank Umum Milyar Rp Sbr : FIF Mks 3 25% 2 15% 1 5% 5% Triliun Rp KREDIT yoy * 35% 3 25% 2 15% 1 5% Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor ini tercatat sebesar 3,14% (yoy), yang mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 3,25% maupun dibandingkan triwulan II-2009 (6,8). Perlambatan ini diperkirakan karena terjadi perlambatan realisasi belanja rutin pemerintah pada triwulan laporan dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Grafik Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa Konsumsi Listrik Sektor Sosial Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah Juta GWH Sosial y.o.y Sbr: PLN Divre VII * Sementara * Juta GWH Gd Kantor Pemerintahan y.o.y Sbr: PLN Divre VII * Sementara * 25% 2 15% 1 5% 5% 1 15% 21

32 Juta GWH Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum) Penerangan Jln Umum y.o.y * % 2 15% 1 5% 5% 1 Sementara di sisi lain, pendorong pertumbuhan sektor ini diperkirakan karena dampak dari pelaksanaan pilkada yang secara serentak dilaksanakan pada akhir triwulan II Selain itu, dengan adanya liburan sekolah diperkirakan ikut mendorong peningkatan pertumbuhan pada subsektor hiburan. 22 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

33 BOKS I QUICK SURVEI DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Tujuan : a. mengetahui persepsi perusahaan mengenai dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA), b. mengetahui besarnya dampak ACFTA terhadap perkembangan kinerja Perusahaan, c. mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam merespon ACFTA, dan d. mengetahui ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA. Profil Responden Sulampua : a. Jumlah responden sebanyak 80 perusahaan dengan cakupan wilayah survei di Sulampua, 7 provinsi di bagian timur Indonesia. b. Bergerak dibidang pertanian (26%), industri (28%) dan perdagangan (46%). c. Bentuk perusahaan sebagian besar berupa perorangan (42 %), CV (13%), PT (21%), Koperasi (3%) dan lainnya (21%). d. Berdasarkan jumlah pekerja, dapat digolongkan berdasarkan mikro (1-24orang; 55%), kecil (25-49 orang; 11%), menengah (50-99orang; 16%) dan besar (diatas 100 orang; 18%). e. Berdasarkan omset penjualan : <Rp25 juta (8%), Rp25 Juta - Rp 210 juta (35%), Rp210 juta - Rp4 Milliar (47%) dan >Rp4 milyar (1). f. Dari sisi produk yang dihasilkan berupa barang jadi (65%), barang mentah (19%) dan barang setengah jadi (16%). g. Pangsa pasar responden sebagian besar domestik (81%) yaitu pada kabupaten/kota. Untuk pasar luar negeri (19%), sebagian besar dipasarkan di ASEAN (26%), Eropa (22%), China (13%), US (8%) dan lainnya (31%). h. Sasaran utama penjualan produk responden lebih dominan langsung kepada konsumen perorangan (57%), pemasok ke perusahaan lain (19%) dan ekspor langsung ke luar negeri (16%). i. Sumber bahan baku utama produk responden berasal dari domestik (94%) dengan rincian dari kabupaten/kota setempat (4), lokal provinsi (3) dan antar provinsi (29%). Sedangkan bahan baku impor (6%) berasal dari China (34%), Eropa (33%), dan lainnya (33%). j. 79% sumber dana responden adalah campuran antara modal sendiri (62%) dan kredit bank (38%). Hanya 5% responden menggunakan kredit bank secara total. Sisanya 16% responden menggunakan sumber dana pribadi. Persepsi terhadap perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 72% responden/perusahaan di Sulampua mengetahui tentang ACFTA. b. Pemahaman responden tentang ACFTA antara lain adalah akan lebih banyak barang China dan ASEAN (6), harga barang China dan ASEAN akan lebih murah (36%), produk Indonesia akan lebih mudah masuk China dan ASEAN (26%), perdagangan antara ASEAN dan China dengan tarif (22%) dan harga barang ekspor ke China dan ASEAN akan lebih murah (9%). c. Sumber referensi berita responden yang utama adalah media elektronik (5) dan media cetak (34%). Sisanya dari teman (1), lainnya (5%) dan pemerintah (1%). d. Sebagian besar (59%) sikap perusahaan-perusahaan di Sulampua mendukung perdagangan bebas dengan ASEAN dan China, dengan alasan utama adalah harga produk ASEAN-China yang lebih murah. e. Saat ini perkembangan supply barang sejenis dari negara ASEAN dan China mulai banyak masuk pasar dibandingkan periode sebelumnya (setahun sebelumnya). f. Meski sebenarnya berdasarkan pengamatan pengusaha (71%) di Sulampua, produk China sudah berada dipasaran nasional sudah lebih dari 2 tahun yang lalu. 23

34 Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : f. 6 responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum berubah. g. 2 responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah (42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (1). h. 2 responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (2), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%). i. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar. j. Sebagian besar responden (rata-rata 8 dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti. k. Khusus untuk komponen biaya, 9 responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA. l. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (2) dan semakin longgar (12%) m. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain. n. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank. Dampak perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) : a. 6 responden tidak merasakan dampak ACFTA, dengan alasan harga bahan baku belum berubah. b. 2 responden merasa diuntungkan karena harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah (42%), preferensi konsumen pada produk Indonesia (23%), harga produk Indonesia yang lebih murah dan kualitas produk Indonesia lebih baik (13%) dan keunikan/kekhasan produk Indonesia (1). c. 2 responden merasa dirugikan dengan alasan utama karena harga produk ASEAN/China lebih murah (43%), kualitas produk ASEAN/China lebih baik (2), dan keunikan/kekhasan produk ASEAN/China (17%). d. Mayoritas responden menyatakan dampaknya pun masih tergolong ringan (62%), dengan pertimbangan pangsa pasarnya tidak hanya di ASEAN-China, jenis usahanya yang tidak terkait langsung dengan ACFTA dan produk lokal yang masih diminati pembeli. Namun terdapat responden yang merasakan dampaknya berat (8%) dengan alasan produk ASEAN/China yang merusak pasar. e. Sebagian besar responden (rata-rata 8 dari responden) menyatakan bahwa perkembangan indikator kinerja perusahaan, seperti omzet, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpkai, jumlah tenaga kerja dan biaya masih stabil atau belum mengalami perubahan yang berarti. 24 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

35 f. Khusus untuk komponen biaya, 9 responden menyatakan bahwa tiga komponen biaya yaitu bahan baku, bunga dan biaya tenaga kerja juga tidak mengalami perubahan komposisi biaya di perusahaan mereka, pada saat sebelum maupun sesudah berlakukannya ACFTA. g. Karena kondisi poin e dan f tersebut maka kondisi keuangan responden tidak mengalami perubahan (68%). Sedangkan sisanya melakukan pengetatan kondisi keuangan (2) dan semakin longgar (12%) h. Sebagian besar responden (76%) menyatakan bahwa mereka mendapatkan pinjaman dari bank. Dan hingga saat ini sebagian besar dari mereka (89%) tidak menghadapi kesulitan untuk membayar pinjaman mereka. Sementara responden yang mengalami kesulitan pembayaran pinjaman (11%) sejak 1-6 bulan yang lalu (73%). Pengaruh faktor suku bunga terhadap kesulitan dimaksud hanya 13%, sedangkan sisanya pengaruhnya sedang (43%) dan rendah (45%). Adapun solusi yang diharapkan oleh responden apabila mengalami kesulitan tersebut berupa penurunan suku bunga, restrukturisasi kredit, atau pindah ke bank lain. i. Untuk akses pinjaman ke bank pada saat ini, 48% responden masih merasakan tidak ada perubahan dalam hal mendapatkan akses, sedangkan 44% lainnya menyatakan bahwa saat ini akses menjadi lebih mudah. Sisanya masih merasakan semakin sulit memperoleh akses pinjaman bank. Respon dan Ekpektasi : a. Responden di Sulampua secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka belum mengambil satu langkah ataupun kebijakan yang berarti untuk merespon kondisi ACFTA pada saat ini, baik dari sisi investasi (53%), strategi pemasaran (56%), penyesuaian harga (54%), tenaga kerja (91%), preferensi mengganti jenis usaha baru (91%) maupun meningkatkan biaya iklan atau promosi (76%). Namun terdapat beberapa responden yang melakukan upaya antisipasi antara lain dalam bentuk : 1. menambah kapasitas produksi (investasi; 47%) 2. melakukan perubahan strategi pemasaran (44%), yang cenderung berhubungan langsung dengan konsumen dan pemasok ke perusahaan lain. 3. mengurangi tenaga kerja (9%), berupa pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tidak memperpanjang kontrak. b. Ekspektasi perusahaan dalam memandang prospek ekonomi ke depan terkait ACFTA : 1. Sebanyak 5 perusahaan yang disurvei memperkirakan bahwa ke depannya, omzet mereka akan tetap, kemudian 38% menyatakan meningkat dan 12% menurun. Jika terjadi perubahan omzet, maka rata-rata tingkat perubahan omzet mereka diperkirakan berubah 18%. 2. Mayoritas responden (66%), menyatakan bahwa mereka tidak akan menambah pinjaman. Sedangkan sisanya akan menambah pinjaman yang berumber dari perbankan, yang digunakan untuk modal kerja (64%) dan investasi (36%). 3. Selain itu, 65% responden menyatakan mereka tidak memiliki rencana investasi. Bagi 35% responden yang menyatakan akan melakukan rencana investasi pada waktu 6 bulan hingga 1 tahun mendatang. c. Ekspektasi kebijakan Pemerintah yang paling diharapkan oleh responden secara berurutan adalah untuk mempermudah akses terhadap kredit perbankan, kemudian kepastian kontinuitas pasokan energi, menambah jumlah skim kredit bersubsidi terutama kepada usaha mikro dan kecil, pelonggaran kebijakan perdagangan dan pelatihan untuk meningkatkan teknis produksi. d. Pada umumnya mereka (79%) menyatakan optimis terhadap kondisi usaha kedepan terkait ACFTA. Beberapa alasannya adalah karena pangsa pasar produk mereka masih luas (61%), kebijakan pemerintah yang dinilai kondusif (32%), pendapatan masyarakat dinilai masih cukup besar (27%) dan kurs cukup stabil (24%) 25

36 Secara garis besar hasil dari survey tersebut sebagai berikut : Daerah Pemasaran Produk Responden Survei Lokal Kab/Kota (56%) > 7 pemasaran Domestik (81%) Lokal Provinsi (33%) Pangsa Pasar Antar Provinsi (11%) < 7 pemasaran LN atau Ekspor (19%) ASEAN (26%) Eropa (22%) Pemasaran China (13%) U.S (8%) Lainnya (31%) Target Utama 1. Langsung pada konsumen perorangan (57%) 2. Pemasok perusahaan lain (19%) 3. Ekspor langsung ke luar negeri (16%) 4. Pemasok ke perusahaan lain/eksportir (5%) 5. Lainnya (5%) Sumber Bahan Baku Perusahaan Lokal Kab/Kota (4) > 7 berasal dari Domestik (94%) Lokal Provinsi (3) Sumber Bahan Baku Antar Provinsi (29%) < 7 berasal dari Impor (6%) China (34%) Eropa (33%) Lainnya(33%) Dampak ACFTA di Sulampua TIdak (6) Dampak ACFTA Dampaknya Menguntungkan (2) 1. Harga bahan baku dari ASEAN/China lebih murah 2. Preferensi konsumen pada produk Indonesia 3. Harga produk Indonesia lebih murah 4. Kualitas produk Indonesia lebih baik Ya (4) Dampaknya Merugikan (2) 1. Harga produk ASEAN/China lebih murah 2. Kualitas produk ASEAN/China lebih baik 3. Keunikan/kekhasan produk ASEAN/China 4.Suku bunga kredit bank di ASEAN/China lebih rendah 26 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

37 BOKS II Quick Suvei Perkembangan dan Prospek Industri Pengolahan terkait Dampak Pemulihan Ekonomi Global Tujuan : a. Mengetahui rata-rata penggunaan kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah. b. Mengetahui apakah kapasitas utilisasi di sektor industri utama daerah masih memadai atau over-capacity. Apakah kapasitas utilisasi tersebut diperkirakan masih dapat mengakomodasi bila terdapat peningkatan permintaan di masa yang akan datang. c. Mengetahui apakah terdapat rencana perluasan produksi melalui investasi. d. Mengetahui prospek pembangunan sektor industri utama daerah. Profil Industri Pengolahan Sulampua : a. Industri pengolahan di Sulampua didominasi oleh industri hulu, yaitu industri yang menggunakan bahan baku mentah. b. Jumlah produksi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan bahan baku. Perkembangan Industri Pengolahan Sulampua : a. Sebagian besar industri pengolahan di Sulampua memiliki kapasitas utilisasi di bawah atau mencapai kapasitas penuh. Di bawah kapasitas terpasang 48% Di atas kapasitas terpasang 2 Kapasitas penuh 32% b. Hal ini didasarkan atas survei yang dilakukan terhadap 25 responden industri pengolahan di Sulampua, dimana rata-rata kapasitas terpakai responden saat ini adalah sebesar 87% dari kapasitas terpasang. c. Penyebab kapasitas utilisasi di bawah 10 yang terjadi pada 48% responden adalah terbatasnya bahan baku yang tersedia, terutama pada industri hulu yang mengolah hasil alam (ikan, kayu, dan rotan). 67% 25% 8% Permintaan turun Sulit bahan baku Lainnya d. Bila terjadi peningkatan permintaan, 4 responden tidak mampu memenuhinya karena bahan baku yang terbatas. 27

38 e. Over-capacity hanya terjadi pada 2 responden yang disebabkan peningkatan permintaan. f. Rencana perluasan produksi melalui investasi direncanakan oleh 44% responden, yaitu berupa penambahan pabrik atau unit produksi baru. Responden yang memiliki rencana investasi adalah : 1. Responden yang optimis bahwa akan terjadi peningkatan permintaan pada Semester II dibandingkan dengan Semester II Responden yang memiliki bahan baku memadai. Menambah Kapasitas Produksi 44% Tidak Ada Rencana Investasi 4 Ada Rencana Investasi 6 Hanya Perbaikan Alat Produksi 16% g. Sebagian besar responden (8) optimis bahwa prospek usaha di tahun 2010 akan lebih baik dibandingkan tahun Sebanyak 64% responden memperkirakan bahwa akan terjadi peningkatan permintaan domestik maupun ekspor pada Semester II-2010 dibandingkan Semester II Peningkatan permintaan berkisar antara 1 25%. Prospek Usaha 2010 sama saja 2 Permintaan Trw. II-2010 Stabil 32% Menuru n 4% Lebih baik 8 Meningk at 64% h. Faktor-faktor yang dianggap penting untuk mendukung perkembangan usaha industri pengolahan adalah: 1. Kejelasan arah kebijakan pemerintah, khususnya di bidang ekonomi. 2. Pembangunan infrastruktur yang memadai. 3. Stabilitas sosial dan politik. i. Hal-hal diatas juga didukung oleh hasil liaison terhadap 7 responden yang bergerak di sektor Industri Pengolahan, yaitu : 1. Seluruh responden memiliki kapasitas utilisasi di bawah 10, 5 diantaranya disebabkan oleh terbatasnya bahan baku yang tersedia. 2. Pada tahun 2010 sebanyak 5 perusahaan merencanakan melakukan investasi, namun berupa penggantian alat pendukung produksi (tidak menambah kapasitas produksi). Hanya 1 perusahaan yang menambah kapasitas produksinya, yaitu dengan membangun pabrik yang lokasinya lebih mendekat ke sumber bahan baku. Informasi lainnya : a. Terkait persaingan usaha, yang menjadi ancaman utama terhadap kelangsungan usaha adalah persaingan dengan perusahaan sejenis di dalam negeri (64%). b. Dalam melakukan investasi, sumber dana perusahaan sebagian besar berasal dari modal sendiri atau pinjaman perbankan. 28 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

39 Bab 2 Perkembangan Inflasi Laju inflasi tahunan di Sulsel pada triwulan II-2010 seperti apa yang diperkirakan pada triwulan I-2010, yaitu lebih tinggi dibandingkan laju inflasi pada triwulan I Laju inflasi pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 5,0 (yoy), relatif sama dengan laju inflasi nasional yang sebesar 5,05%. Namun tekan inflasi Sulsel pada triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan II-2009 yang sebesar 3,8. Tekanan laju inflasi pada triwulan II ini terutama terdapat pada pertengahan triwulan, terdapat kecenderungan naiknya harga pada beberapa komoditas seperti sayursayuran, bumbu-bumbuan dan emas perhiasan. Secara kelompok barang/jasa, tekanan inflasi terutama terdapat pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga. Terkait dengan target inflasi nasional pada tahun 2010 sebesar 5% (±1%), maka laju inflasi Sulsel sampai dengan Juni 2010 yang sebesar 1,56% (ytd) menunjukan bahwa laju inflasi di Sulsel masih relatif terkendali % Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan y.o.y Nas y.o.y Ss y.t.d Ss Sumber : BPS diolah Jika membandingkan laju inflasi tahunan triwulan ini dengan triwulan II-2009, maka laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mengalami peningkatan laju inflasi yang cukup tinggi. Di sisi lain terdapat perlambatan laju inflasi yang terdapat pada kelompok makanan jadi, kelompok kesehatan, dan kelompok transpor, sementara laju inflasi kelompok pendidikan relatif stabil. 29

40 Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) TAHUN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM (5.01) (4.72) (2.32) Sumber : BPS, diolah Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan II-2010 di Sulsel, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut : Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunannya pada triwulan laporan tercatat meningkat cukup tinggi, yaitu dari 2,69% (yoy) pada triwulan I-2010 menjadi 7,65%. Kondisi tersebut juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II Peningkatan laju inflasi ini terutama terdapat pada subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Tekanan inflasi pada kedua kelompok tersebut diperkirakan karena faktor cuaca, yaitu tingginya curah hujan yang menyebabkan terjadinya gagal panen beberapa komoditi pada kedua kelompok dimaksud % Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Padi2an, Umbi2an & Hslnya Daging & Hasilhasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu & Hasilhasilnya Sayursayuran Kacangkacangan Buahbuahan Bumbubumbuan Lemak & Minyak Bahan Makanan Lainnya Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah 30 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

41 Di sisi lain, laju inflasi pada subkelompok buah-buahan dan padi-padian juga masih cukup tinggi, meskipun mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya laju inflasi ini, pada subkelompok padi-padian diperkirakan karena pengaruh kenaikan HPP beras per 1 Januari 2010, sementara pada subkelompok buahbuahan karena pengaruh kenaikan harga pada triwulan I Namun apabila ditinjau secara bulanan, subkelompok buah-buahan dan padi-padian cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini diperkirakan karena ketersediaan pasokan, yang salah satunya dipicu panen raya pada subkelompok padi-padian pada awal triwulan II Karena perkembangan kondisi tersebut di atas, maka subkelompok padi-padian dan sayur-sayuran diperkirakan menjadi penyumbang dominan terhadap pembentukan inflasi kelompok ini pada triwulan laporan. Grafik 2.3. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar Sawi Hijau dan Tomat Sayur Bawang Merah dan Bawang Putih Ribu Rp Sawi Hijau Tomat Sayur Ribu Rp Bawang Merah Bawang Putih 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Beras Beras yoy a.kanan 25% 2 15% 1 5% Apabila inflasi year on year pada triwulan I-2010 dianalisa secara bulanan, selain subkelompok sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan, terdapat kecenderungan kenaikan laju inflasi dari bulan ke bulan, yaitu pada subkelompok daging, ikan segar, dan telur-susu. Peningkatan laju inflasi tersebut diperkirakan karena keterbatasan pasokan. Trend peningkatan laju inflasi ini diperkirakan akan terus berlanjut pada triwulan III, sehubungan dengan pengaruh seasonal yaitu bulan puasa yang cenderung terjadi kenaikan harga. 31

42 Kelompok Sandang, kembali mengalami peningkatan laju inflasi setelah triwulan sebelumnya mengalami perlambatan. Laju inflasi kelompok sandang pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 7,56% (yoy), sementara pada triwulan lalu sebesar 2,1%. Tekanan inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan laju inflasi subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya dari -3,37% menjadi 13,98%. Komoditas yang memberikan tekanan inflasi pada subkelompok ini adalah emas perhiasan, yang pada triwulan II-2010 mengalami kenaikan harga karena pengaruh kenaikan harga emas di pasar internasional % Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Sandang Lakilaki Sandang Wanita Sandang Anakanak Brg Pribadi & Sdg Lainnya Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas Rp Ribuan Makassar Emas Perhiasan yoy a.kanan 5 45% 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% Rata-rata Harga Internasional Pertriwulan 1,400 $/troy oz 1,200 1, * Namun laju inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan laju inflasi pada triwulan II yang sebesar 7,65%. Hal tersebut terjadi karena tekanan inflasi pada triwulan II-2009 lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, yaitu adanya pengaruh kenaikan BBM pada tahun 2008, pengaruh krisis global pada semester II-2008 dan tingkat harga emas perhiasan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan II Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

43 Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, laju inflasi tahunannya relatif tetap dibandingkan triwulan I-2010 yaitu sebesar 7,08%. Laju inflasi pada kelompok ini relatif teredam oleh perlambatan laju inflasi subkelompok jasa pendidikan, meskipun laju inflasinya tertinggi di kelompoknya. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa pendidikan ini karena mulai berkurangnya pengaruh kenaikan jasa pendidikan yang terjadi pada akhir triwulan IV Karena kondisi yang sama, yaitu kenaikan biaya pendidikan pada triwulan IV-2009, relatif menyebabkan laju inflasi triwulan II-2010 lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan II-2009 yang sebesar 3,46% (yoy). Sementara di sisi lain, terdapat tekanan inflasi pada kelompok ini sehubungan dengan tahun ajaran baru dan masa liburan sekolah. Kondisi tersebut mendorong terjadinya peningkatan laju inflasi pada subkelompok lainnya (selain subkelompok jasa pendidikan). Subkelompok kursus terjadi peningkatan laju inflasi pada awal triwulan II-2010 karena masa persiapan memasuki Perguruan Tinggi/Universitas kurang lebih selama 2-3 bulan sebelum Ujian Masyuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Sementara peningkatan laju inflasi pada subkelompok peralatan/perlengkapan pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung terjadi pada akhir triwulan II-2010, karena moment konsumsi komoditas pada subkelompok tersebut terjadi pada akhir triwulan II Moment tersebut yaitu liburan sekolah dan persiapan masuk sekolah pada awal Juli 2010 untuk daerah Sulsel Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan- Rekreasi-Olahraga Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Jasa Pendidikan Kursuskursus/Pelatihan Perlengkapan/Perltn Pendd Rekreasi Olahraga Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah % Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, laju inflasi tahunannya tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan triwulan I Laju inflasi kelompok ini pada triwulan laporan tercatat sebesar sebesar 5,23% (yoy), sementara pada triwulan I-2010 yang sebesar 6,22%. Perlambatan laju inflasi dimaksud didorong oleh 33

44 melambatnya laju inflasi subkelompok minuman tidak beralkohol, yang laju inflasinya tercatat melambat dari 10,95% menjadi 4,49%. Perlambatan dimaksud didorong oleh menurunnya tingkat harga gula pasir di pasar regional, terutama pada pertengahan triwulan laporan, yang diperkirakan karena ketersediaan pasokan. Ketersediaan pasokan gula pasir ini diperkirakan dari hasil impor gula secara nasional. Selain itu, terjadi juga perlambatan laju inflasi pada subkelompok makanan jadi, yang relatif disebabkan oleh menurunnya harga bahan baku makanan jadi, seperti daging, beras dan tepung terigu. Meskipun terdapat tekanan inflasi pada subkelompok ini yang dididorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan masa libur sekolah dan naiknya harga komoditi bumbubumbuan dan sayur-sayuran. Kondisi ini yang relatif mendorong perlambatan laju inflasi pada subkelompok makanan jadi relatif rendah Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Makanan Jadi Minuman yg Tidak Beralkohol Tembakau & Min. Beralkohol Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah % Sementara itu tekanan inflasi pada kelompok ini diberikan oleh subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Tekanan inflasi oleh subkelompok tembakau dan minuman beralkohol diperkirakan didorong oleh peningkatan harga pada komoditas rokok kretek. Berdasarkan hasil survey, terjadi kenaikan harga rokok kretek dari Rp8.029,00 menjadi Rp8.142,00 sementara untuk harga rokok kretek filter naik dari Rp9.192,00 menjadi Rp9.500, Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

45 Grafik 2.4. Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi Hasil SPH di Makassar Ayam Goreng Mie 8,200 8,000 7,800 7,600 7,400 7,200 7,000 6,800 6,600 6,400 Ayam Goreng yoy a.kanan 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% 2% 4% 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Mie yoy a.kanan 5% 1 15% 2 25% 3 35% 4 Gula Pasir Nasi 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Gula Pasir yoy a.kanan ,400 8,200 8,000 7,800 7,600 7,400 7,200 7,000 6,800 6,600 6,400 6,200 Nasi yoy a.kanan 2 15% 1 5% 5% Rokok Kretek Ribu Rp Rokok Kretek Rokok Kretek Filter Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, tercatat mengalami peningkatan laju inflasi yaitu dari 3,48% pada triwulan I-2010 menjadi sebesar 4,11% (yoy). Peningkatan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh peningkatan laju inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal. Peningkatan pada subkelompok ini diperkirakan telah terjadi kenaikan harga pada komoditi bahan bangunan yang merupakan bagian dari subkelompok ini, seperti baja. Kenaikan harga baja ini lebih disebabkan oleh adanya pengaruh harga baja internasional yang cenderung meningkat. 35

46 Sementara di subkelompok lainnya terjadi perlambatan laju inflasi. Perlambatan laju inflasi pada subkelompok bahan bakar-penerangan-air didorong oleh penurunan harga pada komoditas minyak tanah dan gas elpiji 3 kg. Penurunan tersebut diperkirakan karena faktor ketersediaan pasokan. Di sisi lain, terdapat tekanan inflasi karena faktor pasokan juga yang cukup terbatas di pasar regional terutama pada gas elpiji 12 kg yang relatif menyebabkan harga komoditas dimaksud meningkat. Selain itu, diperkirakan terjadi penurunan permintaan pada subkelompok perlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Penurunan permintaan tersebut diperkirakan karena terjadi pergeseran konsumsi masyarakat yang lebih terfokus pada komoditas yeng terkait dengan tahun ajaran baru (seperti seragam sekolah dan buku tulis) dan liburan (seperti rekreasi dan transportasi) % Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kel. Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Biaya Tempat Tinggal Bhn Bakar, Penerangan & Air Perlengkapan Rumah Tangga Penyelenggaraan Rmh Tgg Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan laju inflasi tahunan. Pada triwulan I-2010, laju inflasi kelompok ini sebesar 2,98% (yoy), yang kemudian turun menjadi sebesar 2,73% pada triwulan laporan. Perlambatan laju inflasi pada triwulan laporan ini didorong oleh sebagian besar subkelompoknya kecuali subkelompok obat-obatan. Tekanan inflasi pada subkelompok obat-obatan tersebut didorong oleh kenaikan harga obat-obatan, yang diperkirakan sebagai dampak dari naiknya HET (Harga Eceran Tertinggi) untuk obat generik pada tanggal 27 Januari Perlambatan laju inflasi pada subkelompok jasa kesehatan, subkelompok jasa perawatan jasmani dan subkelompok perawatan jasmani-kosmetika diperkirakan karena terimbas dampak tahun ajaran baru/liburan sekolah. Sehingga permintaan terhadap komoditas pada ketiga subkelompok dimaksud mengalami penurunan sehubungan dengan terjadi pergeseran konsumsi masyarakat. 36 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

47 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan y.t.d y.o.y Sumber : BPS diolah Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Jasa Kesehatan Obatobatan Jasa Perawatan Jasmani Perwtn Jasmani & Kosmetika Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah % Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, setiap subkelompoknya mengalami perlambatan laju inflasi dibandingkan laju inflasi triwulan sebelumnya. Laju inflasi kelompok ini pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 1,06% (yoy), sementara pada triwulan I mengalami inflasi sebesar 1,18% (yoy) (2) Grafik Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi Sumber : BPS diolah y.t.d y.o.y Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kel. Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan Sub Kelompok y.o.y (%) I2010 II2010 Transpor Komunikasi & Pengiriman (1.29) (1.55) Srn & Penunjang Transpor Jasa Keuangan Inflasi Kelompok Sumber : BPS diolah % (4) (6) (8) Perlambatan laju inflasi pada subkelompok transpor diperkirakan karena berkurangnya pengaruh tekanan harga minyak dunia terutama terhadap biaya bahan bakar angkutan laut dan udara. Tingkat harga minyak dunia pada triwulan II-2010 cenderung stabil dibandingkan triwulan I Kondisi tersebut juga relatif mempengaruhi perkembangan laju inflasi subkelompok sarana penunjang transpor. Subkelompok sarana penunjang transpor tercatat mengalami perlambatan laju inflasi dari 4,93% menjadi 4,56%. Karena pengaruh tingkat harga minyak dunia tersebut, yang relatif menyebabkan laju inflasi kelompok ini pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2009 yang 37

48 tercatat sebesar -5,01%(yoy). Pada triwulan II-2009, rata-rata harga minyak dunia selama triwulan tersebut tercatat sebesar $62,44/barrel, sementara pada triwulan II-2010 sebesar $78,58/barrel. Sementara laju inflasi di subkelompok komunikasi dan pengiriman masih tercatat deflasi yang lebih rendah lagi, yaitu dari 1,29% menjadi 1,55%. Deflasi pada subkelompok ini sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir. Kondisi ini menggambarkan makin menurunnya tingkat harga sarana-prasarana komunikasi, terutama telepon seluler. Jika di tinjau inflasi year on year secara bulanan selama triwulan laporan, terdapat kecenderungan terjadi peningkatan laju inflasi pada subkelompok transpor dan subkelompok sarana penunjang transpor, terutama pada akhir triwulan II-2010 (Juni). Kondisi tersebut diperkirakan karena adanya peningkatan permintaan sehubungan dengan masa liburan sekoklah. Sementara di subkelompok komunikasi dan pengiriman, deflasinya tercatat semakin rendah. Hal tersebut dimungkinkan untuk menjaring konsumen pada masa liburan melalui pemberian tarif telepon (seluler) yang lebih murah. Grafik Perkembangan Rata-rata Harga Minyak Dunia $/barrel Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

49 Bab 3 Perkembangan Perbankan Kinerja Pebankan Sulsel pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) relatif mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I Hal ini tercermin dari indikator perbankan yang secara umum tumbuh lebih besar, baik dilihat pada aset, DPK mapun kredit. Di sisi lain, kualitas kredit yang disalurkan, dimana tercermin pada nilai NPLs (Non Performing Loan-Gross) yang masih berada pada kisaran yang baik yaitu 3.4%. Selain itu, trend pergerakan LDR masih cenderung stabil jika dibandingkan dengan triwulan I Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum) Sulawesi Selatan 2010 KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta) I II* I II* 1. Total Aset 16.77% 17.65% 43,891 44, DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491 a. Giro 7.24% 0.43% 4,739 4,935 b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124 c. Deposito % 10,357 10, Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38, LDR (%) 124.9% 121.1% 5. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4% Catatan: Mulai Januari 2010 sistem pencatatan data perbankan menggunakan sistem B *) data trw II (per Mei 2010) 3.1 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) Kelembagaan dan Aset Dari sisi kelembagaan, bank umum di Sulawesi Selatan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kantor bank yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan I-2010, meskipun jumlah bank tidak mengalami perubahan. Per Mei 2010, terdapat penambahan jumlah kantor bank sebanyak 4 buah menjadi 698 kantor bank pada triwulan laporan. Penambahan kantor bank tersebut terdiri dari 1 (satu) kantor BPR konvensional, 1 (satu) kantor bank umum syariah dan 1 (satu) kantor bank umum konvensional. 39

50 Tabel 3.2. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan Kelembagaan * Jumlah Bank Bank Umum Konvensional Syariah UUS BPR Jumlah Kantor Bank Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Pada triwulan II- Tabel (per Mei 2010), Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank total aset bank umum 2010 Sulsel tercatat sebesar KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta) Rp44,9 triliun dan I II* I II* tumbuh relatif lebih Total Aset 16.77% 17.65% 43, ,914.7 tinggi, yaitu sebesar Bank Pemerintah 18.56% , , ,65% (y.o.y) jika Bank Swasta Nasional 15.91% 22.69% 15, ,844.2 Bank Asing&Campuran 17.57% 22.89% dibandingkan triwulan I dimana tumbuh 16,77%. Peningkatan petumbuhan tersebut didoron oleh peningkatan aset pada bank swasta nasional yang tumbuh cukup signifikan yaitu menjadi 22,69% (y.o.y) jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yang hanya sebesar 15,91% (y.o.y). Meski di sisi lain pertumbuhan year on year aset bank pemerintah cenderung melambat, yaitu 18,56% pada triwulan I-2010 menjadi 16,5 pada periode laporan, kemudian pertumbuhan bank asing-campuran negatif pada triwulan II-2010, yaitu -22,89% (y.o.y). Namun secara nominal, total aset bank umum Sulawesi Selatan, per Mei 2010, mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meski penurunan aset bank asingcampuran cenderung menurun secara nominal, namun dalam jumlah yang relatif tidak signifikan DPK dan Kredit/Pembiayaan Triwulan II-2010 (per Mei 2010), Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu menjadi 9,42%% (y.o.y) atau sebesar RP31,491 triliun, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,05% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan dana 40 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

51 dalam bentuk tabungan. Pada Mei 2010, pertumbuhan tabungan cukup pesat karena meningkat dari 3,91% (y.o.y) pada triwulan I-2010, menjadi 11,93% (y.o.y). Selain itu, meski pertumbuhan giro masih negatif, namun sudah menunjukan perbaikan dibandingkan dengan pertumbuhan giro pada triwulan I Hal tersebut tercermin dari pertumbuhannya yang semakin membaik, dari -7,24% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi -0,43% (y.o.y) pada triwulan laporan. Kemudian, pertumbuhan deposito juga relatif meningkat pada periode laporan yaitu sebesar 10,76% (y.o.y), dimana sebelumnya sebesar 10,4 (y.o.y). Kecenderungan peningkatan DPK diperkirakan terjadi karena berakhirnya masa PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) di Sulawesi Selatan. Dana yang pada triwulan I relatif mengalami perlambatan pertumbuhan karena berbagai aktivitas kampaye, maupun persiapan dan pelaksanaan PILKADA, maka pada periode laporan sudah kembali mengalir masuk ke perbankan baik dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro. Penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank umum Sulsel juga tercatat masih mengalami kenaikan pertumbuhan, dari 17,85% (y.o.y) pada triwulan I-2010 menjadi 19,06% (y.o.y) pada Mei Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain adalah perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan II/2010, dan diperkiraan kondisi tersebut akan terus berlanjut. Hal ini diperkirakan akan semakin memperkuat kenaikan konsumsi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang hingga akhir tahun Tabel 3.4. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum 2010 KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta) I II* I II* 1. DPK 4.05% 9.42% 29,784 31,491 a. Giro 7.24% 0.43% 4,739 4,935 b. Tabungan 3.91% 11.93% 14,688 16,124 c. Deposito % 10,357 10, Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38, LDR (%) 124.9% 121.1% 4. NPLs Gross (%) 3.5% 3.4% Tabel 3.5. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan 2010 KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (RP Juta) 1 2* 1 2* Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125 Investasi 19.52% 29.04% 7,732 7,916 Konsumsi 14.52% 24.05% 15,501 16,360 Modal Kerja 20.83% 9.06% 13,966 13,848 41

52 Seiring dengan optimisme masyarakat akan kondisi perekonomian mendatang, maka berdasarkan jenis penggunaan, terjadi peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi yang cukup signifikan, dimana pada triwulan I-2010 hanya tumbuh 14,52% sedangkan pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) menjadi 24,05% (y.o.y). Kenaikan pertumbuhan juga terjadi untuk kredit investasi yang tumbuh 29,04% (y.o.y) per Mei 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 19,52% (y.o.y). Kemudian, meski kredit modal kerja relatif mengalami perlambatan dari 20,83% pada triwulan I-2010, menjadi 9,06% (y.o.y) per Mei 2010, namun secara nominal tidak terjadi perubahan yang signifikan pada triwulan I dengan posisi Mei Selanjutnya, dilihat dari share-nya, kredit konsumsi mengalami peningkatan 1% dibandingkan triwulan I-2010 dimana pada periode triwulan II-2010 menjadi sebesar 43%, sedangkan sebaliknya kredit modal kerja turun 1% dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga pada triwulan II-2010 share-nya menjadi 36%. Kemudian untuk kredit investasi share-nya tidak berubah jika dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 21%. Secara sektoral, terdapat 2 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit lebih besar dibandingkan triwuan I-2010, yaitu sektor konstruksi dan pengangkutan. Sedangkan sektor-sektor lainnya cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan. Kredit konstruksi per Mei 2010 tumbuh 10,56% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I yaitu sebesar 0,2 (y.o.y) Sedangkan pada sektor industri pengolahan, meski pertumbuhannya masih negatif 8,85% (y.o.y), namun pertumbuhan tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai -18,54% (y.o.y). Grafik 3.1. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi PengangkutanPerdagangan 2% 24% LGA 1% Pertambangan 1% Pertanian 1% Industri 8% Js Dunia Ush 5% Js Sos Masy. 4% Lainlain 48% Konstruksi 6% 42 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

53 Tabel 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi 2010 KOMPONEN Pertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp Juta) 1 2* 1 2* Kredit 17.85% 19.06% 37,198 38,125 * Pertanian 47.92% 62.36% * Pertambangan 54.53% 52.61% * Industri pengolahan 13.43% 8.85% 2,923 3,081 * Listrik,Gas dan Air % % * Konstruksi % 1,936 2,271 * Perdagangan 7.91% 4.0 9,257 9,329 * Pengangkutan 18.54% 11.23% 1, * Jasa Dunia Usaha 12.02% 3.73% 1,938 1,803 * Jasa Sosial Masyarakat % ,517 1,504 * Lainlain 33.64% 37.61% 17,332 18,149 Meski sebagian besar kredit sektor-sektor tumbuh melambat, namun secara nominal kredit per Mei 2010 lebih tinggi daripada triwulan I Penurunan kredit dalam jumlah nominal hanya terjadi pada sektor pertanian, jasa dunia usaha dan jasa sosial masyarakat. Tabel 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum Grafik 3.2. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi KOMPONEN I I II* NPL Gross 3.24% 3.56% 3.41% NPL Net 1.24% 1.16% 1.21% Pertanian Pertambangan Perdagangan Pengangkutan LGA Lainlain Konstruksi Js Sos Masy. Js Dunia Ush Industri 0.15% 3.41% % % 5.03% 8.48% % 1 15% 2 Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum di Sulawesi Selatan pada Mei 2010 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, meski masih pada tingkat yang relatif kecil. Hal tersebut tercermin dari NPLs-Gross bank umum per Mei 2010 yang tercatat menjadi 3,41%. Secara sektoral, per Mei 2010 NPL tertinggi terjadi terdapat pada sektor pertanian yang mencapai 14,8. Kemudian diikuti oleh sektor industri, sektor jasa dunia usaha dan konstruksi, yang masing-masing NPL-nya adalah sebesar 8,48%, 5,03% dan 5,0. 43

54 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Listrik,Gas dan Air Pengangkutan 1% Perdagangan 22% Pertambangan Pertanian 1% Industri 2% Js Dunia Ush 4% Lainlain 62% Js Sos. Masy. 5% Konstruksi 3% Tabel 3.8. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y) KOMPONEN I II III IV I II* Pertumbuhan Kredit (y.o.y) 24.37% 18.85% 14.55% 20.96% 22.94% 23.43% * Pertanian 30.41% 3.64% 8.02% % 61.16% * Pertambangan 5.96% 20.05% 70.31% 0.25% 75.36% 84.8 * Industri pengolahan 7.64% 5.57% % 15.89% 15.26% * Listrik,Gas dan Air 25.53% 89.14% % % % * Konstruksi 33.05% 26.98% 10.51% 19.55% 2.54% 6.55% * Perdagangan 24.85% 27.68% 21.95% 31.47% % * Pengangkutan 4.85% 19.17% 23.67% 58.96% 95.95% 66.25% * Jasa Dunia Usaha 51.68% 27.82% 7.55% 15.75% 15.96% 6.22% * Jasa Sosial Masyarakat 10.88% 47.43% 48.89% 15.03% % % * Lainlain 22.82% 14.23% 11.91% 17.86% 31.47% 35.17% Berdasarkan segmentasi skala usaha debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM per sektor ekonomi untuk Mei 2010, sebagian besar masih didominasi oleh sektor lain-lain (bidang jasa) 62%, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 22%. Pertumbuhan kredit/pembiayaan MKM secara keseluruhan, year on year mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama untuk tahun sebelumnya, maupun terhadap pertumbuhan triwulan I Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan cukup signifikan dibandingkan setahun yang lalu adalah sektor pertambangan, konstruksi dan sektor lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa perbankan sudah lebih optimis dalam menyalurkan kredit untuk sektor MKM daripada triwulan sebelumnya maupun dibandingkan tahun sebelumnya. 44 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

55 Intermediasi Bank Umum Syariah Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan I-2010, yakni sebanyak 12 Bank Syariah dengan rincian 4 Bank Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah. Secara year on year, Tabel 3.9. kinerja perbankan Syariah Perkembangan Bank Umum Syariah Sulawesi Selatan per Mei 2010 lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan I Hal ini tercermin dari aset, dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan tumbuh lebih besar daripada triwulan sebelumnya, per Mei 2010 masing-masing tumbuh sebesar 24,5% dan 17,4%. Ditinjau dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) perbankan Sulawesi Selatan juga cenderung lebih besar pada Mei 2010, yaitu meningkat dari 167,83% pada triwulan I-2010 menjadi 188,21%. Sementara dari sisi kualitas kredit yang disalurkan, yang tercermin dari indikator Non Performing Loan-Gross (NPLs) relatif meningkat menjadi 7,12% Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan II (per Mei 2010), tidak mengalami perubahan jumlah jaringan kantor sehingga Grafik 3.4. Perkembangan Aset BPR/S jumlahnya tetap 53 kantor. Pada triwulan II-2010, per Mei 2010, total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat tumbuh sebesar 26,7% (y.o.y) sehingga menjadi Rp427,1 miliar. Pertumbuhan aset ini relatif melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,2%. Namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan triwulan II-2009, yaitu sebesar 23,3% (y.o.y). 45

56 Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 36,3% (y.o.y) menjadi Rp180,16 Grafik 3.5. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S miliar pada triwulan II-2010 (per Mei 2010) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 44,1% (y.o.y). Pada triwulan laporan, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S tercatat tumbuh sebesar 23,4% (y.o.y), lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat sebesar 20,9%. Dari rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan dana pihak ketiga BPR/S pada triwulan laporan tercatat sebesar 161,8%, lebih tinggi dibanding LDR pada triwulan I-2010 yang sebesar 156,. Peningkatan LDR ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan yang kredit yang cukup signifikan. 46 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

57 Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai pada triwulan II-2010 juga menunjukkan pergerakan peningkatan aktivitas perekonomian Sulsel. Peningkatan transaksi tersebut, selain itu karena faktor musiman (tahun ajaran baru dan liburan sekolah), kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada juga turut mempengaruhi perkembangan transaksi sistem pembayaran ini Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, dari dan ke perbankan melalui KBI Makassar tercatat mengalami out inflow sebesar Rp0,65 triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat mengalami net inflow sebesar Rp1,56 triliun. Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) Grafik 4.2. Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow) Triliun Rp Inflow Y.O.Y Triliun Rp Outflow Y.O.Y Peningkatan konsumsi pada triwulan laporan relatif tercermin dari transaksi inflow dan outflow ini. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh konsumsi dan meningkatnya laju inflasi tahunan pada triwulan laporan, aliran uang kartal keluar (outflow) menunjukkan perkembangan yang sama. Aliran uang kartal keluar (outflow) dari KBI Makassar pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 17,5% (yoy) menjadi 45,9% (yoy). Tingginya outflow pada triwulan laporan yang tercatat sebesar Rp1,26 triliun relatif didorong oleh kebutuhan konsumsi yang cenderung meningkat pada triwulan ini. Selain faktor musiman, pelaksanaan pilkada pada 10 kabupaten di akhir triwulan laporan juga menjadi salah satu pendorong peningkatan outflow ini. Pelaksanaan pilkada tersebut yang relatif menyebabkan pertumbuhan outflow pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan outflow pada triwulan II-2009 yang sebesar -52,67% (yoy). 47

58 Kondisi yang berlawanan terjadi pada aliran uang masuk (inflow) ke KBI Makassar. Meningkatnya konsumsi masyarakat dan realisasi proyek-proyek pada triwulan II-2010 menyebabkan terjadinya penurunan inflow tersebut. Inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp0,61 triliun, atau tumbuh -30, (yoy), sementara pada triwulan I-2010 tercatat tumbuh -17,4%. Kondisi tersebut relatif menggambarkan pergerakan perekonomian yang menunjukkan peningkatan. Pelaksanaan pilkada juga menjadi salah satu pendorong menurunnya inflow pada triwulan ini. Kebutuhan uang tunai untuk kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada menyebabkan inflow menjadi menurun cukup besar. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan inflow pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Jumlah nominal kondisi uang tidak layak edar pada triwulan II-2010 tercatat mengalami penurunan. PTTB pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp0,69 triliun, sementara PTTB pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp1,04 triliun. Dari rasio PTTB terhadap inflow pada triwulan laporan tercatat sebesar 113,6% lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar 56,2%. Hal ini karena kegiatan PTTB pada triwulan laporan ini terdapat tambahan kegiatan PTTB yang belum terselesaikan pada triwulan I Sementara meningkatnya kegiatan perekonomian pada triwulan laporan ini diperkirakan akan tercermin dari sisi PTTB pada triwulan III-2010, terutama karena pelaksanaan pilkada pada akhir triwulan laporan. Grafik 4.3. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow Inflow & PTTB (Triliun Rp) Inflow PTTB PTTB/Inflow yoy PTTB PTTB / Inflow Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

59 4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pada triwulan laporan, jumlah Grafik 4.4. temuan uang rupiah palsu tercatat Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Triwulan II-2010 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2010, jumlah uang 50, % 20, palsu yang ditemukan sebesar 10,000 Rp19,07 juta, dari Rp19,05 juta pada triwulan I Berdasarkan jenis 1.5% 5, % pecahan, ditemukan pecahan uang 100,000 2,000 kertas Rp ,- dan Rp50.000,- 47.4% 0.7% yang menjadi pecahan uang yang paling banyak dipalsukan yakni masing-masing sebanyak 127 lembar dan 123 lembar, dengan komposisi masing-masing sebesar 47,7% dan 45,9% dari total lembar temuan uang palsu. Selain itu, ditemukan juga uang palsu dengan pecahan kecil yaitu Rp2.000,- sebanyak 2 lembar. Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar Triwulan II-2010 Periode Pecahan Total 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Sumber : Bank Indonesia 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS Perkembangan RTGS Perkembangan transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp12,6 triliun atau meningkat sebesar 8,5% (yoy), sedangkan pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp11,9 triliun dan pada triwulan II-2009 sebesar Rp11,6 triliun. Meningkatnya nominal outgoing pada triwulan laporan dibandingkan triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 relatif menunjukkan peningkatan aktifitas perekonomian, yang salah satunya diperkirakan didorong oleh pembayaran keperluan kampanye dan pelaksanaan pilkada, seperti spanduk, baliho, kaos dan lain-lain. Dimana komoditas dimaksud harus didatangkan dari luar daerah. 49

60 Peningkatan nominal transaksi tranfer masuk via RTGS (incoming) terjadi pada triwulan laporan. Nominal incoming pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp22,7 triliun, sementara pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp18,0 triliun. Peningkatan transaksi ini, selain karena faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah), juga diperkirakan karena pelaksanaan Pilkada. Grafik 4.5. Transaksi RTGS - Incoming Grafik 4.6. Transaksi RTGS - Outgoing 25 Incoming 9 16 Outgoing Triliun Rp Y.O.Y Triliun Rp Y.O.Y Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulsel tercatat masih mengalami net inflow yaitu sebesar Rp10 triliun, yang tumbuh sebesar 39, (yoy). Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan I-2010 dan triwulan II-2009, net inflow pada triwulan II-2010 tercatat lebih tinggi dibandingkan net inflow kedua triwulan dimaksud. Net inflow pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp6,1 triliun, sementara net inflow triwulan II-2009 tercatat sebesar Rp7,2 triliun Perkembangan Kliring Secara nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp7,3 triliun, atau tumbuh sebesar 6,29% (yoy). Pertumbuhan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar Rp7,2 triliun, atau tumbuh sebesar 10,63% (yoy). Meksipun dari sisi pertumbuhan mengalami perlambatan, namun secara nominal perputaran kliring mengalami peningkatan. Peningkatan ini, selain karena faktor musiman (tahun ajaran baru/liburan sekolah), juga relaitf disebabkan oleh keperluan kegiatan kampanye dan pelaksanaan pilkada. Sementara dari sisi rata-rata harian, nilai nominal perputaran kliring tercatat relatif tetap. Rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring pada triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp118,2 miliar, relatif sama apabila dibanding triwulan I-2010 yang sebesar Rp118,4 miliar. Di lihat dari rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 2,3% pada triwulan I-2010 menjadi 50 Triwulan II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan

61 sebesar 2,6% pada triwulan laporan. Namun dari jumlah lembar, rasio rata-rata warkat yang ditolak relatif tetap yaitu sebesar 2,3% Periode Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Ratarata Harian Nisbah Ratarata Total Perputaran Kliring Perputaran Kliring Penolakan Cek/ BG Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar (Miliar Rp) (Ribuan) (Miliar Rp) (Ribuan) (%) (%) 1 6, , , , , , , , , , Sumber : BIRTGS 51

62 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

63 Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010 terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I Sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan meskipun menunjukkan perlambatan pertumbuhan namun masih mengalami perkembangan positif. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan II-2010 tercatat tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan I-2010 yang sebesar 2,6% (yoy) Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2010 mengalami peningkatan. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,9% dari 3,49 juta orang pada Februari 2009 menjadi 3,56 juta orang. Dengan pertumbuhan tersebut, TPAK sedikit Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama mengalami peningkatan, yaitu dari 60,3% pada Februari 2009 menjadi 62,2% pada Februari Sehingga daya serap pembangunan ekonomi Sulsel selama tahun 2009 terhadap angkatan kerja naik dari 91,3% pada Februari 2009 menjadi 92, pada Februari 2010, atau daya serapnya bertambah 0,7%. Sementara dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari Kondisi ini relatif dampak dari pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 terhadap penyerapan tenaga kerja masih relatif kecil. Hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2009 mengalami perlambatan, yaitu dari 7,7% pada tahun 2008 menjadi 6,2% pada tahun 2009 karena pengaruh krisis global. Sehingga dunia usaha cenderung tidak terdapat penambahan tenaga kerja untuk ekspansi usaha. 53

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 009 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 009 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2010 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 2011 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 211 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 211 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II - 211 Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan II -

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-IV 2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan III - 212 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR. Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin

Kata Pengantar. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR. Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-I 212 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan I - 212 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan. Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan. Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan I 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 46/08/73/Th. VIII, 5 Agustus 2014 KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014 Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan II tahun 2014 yang dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-III Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank ii Triwulan III - Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci