KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH

2 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : hasudungan_ps@bi.go.id; remon_s@bi.go.id; donny_ananta@bi.go.id; teguh_t@bi.go.id; Homepage :

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-nya maka penyusunan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan IV-2013 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KEKR adalah untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Secara lengkap, buku KEKR ini meliputi kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta prospek ekonomi dan inflasi ke depan. Kami berharap kiranya informasi yang terangkum dalam buku KEKR ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data dan informasi terkini dari berbagai pihak. Selain kami cetak secara terbatas, buku KEKR ini juga dapat diunduh di Semoga Tuhan YME selalu meridhoi upaya kita sekecil apapun dalam berkontribusi untuk ikut memajukan ekonomi di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih. Palu, Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH ttd Purjoko Deputi Direktur i

4 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Tabel Indikator Ekonomi... xi Ringkasan Eksekutif BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Analisis PDRB dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Angkatan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Jasa-Jasa Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Boks 1. Peningkatan Kesejahteraan Petani Melalui Kampoeng Organik ii

5 Daftar Isi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Disagregasi Inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Boks 2 Perkembangan, Karakteristik dan Tantangan Inflasi Sulawesi Tengah BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum & BPR) Intermediasi Bank Umum Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Umum Syariah Kredit UMKM Boks 3. Reposisi Bank Indonesia di Era Otoritas Jasa Keuangan : Urgensi Pengawasan Makroprudensial BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Keuangan Secara Tunai Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi Transaksi Keuangan Secara Non Tunai iii

6 Daftar Isi BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Kemiskinan BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Realisasi Pendapatan APBD Realisasi Belanja APBD Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi LAMPIRAN Daftar Istilah dan Singkatan iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tabel 1.3. Produksi Padi Sawah Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 1.4. Produksi Padi Ladang Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tabel 1.6. Pertumbuhan Triwulanan (qtq) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tabel 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi terbesar Bulan Oktober Desember Tabel 2.3. Penyesuaian TDL Rumah Tangga dan Industri di tahun Tabel 2.4. Perbandingkan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas Tabel 2.5. Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 2.6. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tabel 2.7. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Tabel 2.8. Inflasi Kelompok Sandang Tabel 2.9. Inflasi Kelompok Kesehatan Tabel Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Tabel Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum per Sektor Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah Tabel 4.1. Pangsa Denominasi Uang Inflow Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow v

8 Daftar Tabel Tabel 4.3. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 5.4. Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Di Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 6.1 Perkembangan Pos Pendapatan Daerah per Triwulan Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 6.3. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah per Triwulan Tabel 6.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Provinsi Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy)... 8 Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Sulawesi Tengah dan Nasional... 8 Grafik 1.3. Pangsa PDRB Provinsi Sulawesi Tengah per Sektor... 8 Grafik 1.4. Total Kapasitas Terpakai Seluruh Sektor... 8 Grafik 1.5. Andil Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral (Agregat Tahunan) Grafik 1.6. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 1.7. Pangsa Nominal PDRB Sektor Pertanian Grafik 1.8. Perkembangan Stok Beras BULOG Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Grafik Perkembangan Nominal dan Volume Ekspor Tambang Grafik 1.12 Pertumbuhan Tahunan (yoy) dan Triwulanan (qtq) Volume Ekspor Tambang Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Industri Pengolahan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan Grafik Perkembangan Pertumbuhan Tahunan (yoy) Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Bangunan Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor PHR Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang vii

10 Daftar Grafik Grafik Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Perbankan Di Sulawesi Tengah Grafik Kontribusi Pertumbuhan Kelompok Penggunan Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah Grafik Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sulawesi Tengah 25 Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Tengah Grafik Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Tengah Grafik 2.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Sulampua dan Nasional Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Beberapa Kota Di Indonesia Timur Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.5. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Aktual Vs Historis Grafik 2.7. Harga Kakao di Pasar Dunia Grafik 2.8. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 2.9. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum yang Akan Datang Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas Grafik Perkembangan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik Perkembangan Harga Ikan Segar Grafik Perkembangan Harga Beras Grafik Perkembangan Harga Daging dan Telur Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan viii

11 Daftar Grafik Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.4. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.7. Pangsa Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Properti Grafik 3.9. Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan Tipe Grafik Rasio Rekening Kredit Terhadap Jumlah Penduduk Grafik Perkembangan Aset BPR Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah Grafik Perkembangan DPK Bank Syariah Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Grafik Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, Menengah Bank Umum Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai Grafik 4.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Grafik 4.3. Perkembangan Persentase Lembar Uang Yang Dimusnahkan Grafik 4.4. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah Grafik 4.6. Pangsa Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 4.7. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah Grafik 4.8. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT per Kabupaten Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu Grafik 5.3. Perkembangan UMP dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Grafik 5.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Grafik 5.5. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Grafik 6.1 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Grafik 6.2. Perkembangan Surplus/Defisit APBD ix

12 Daftar Grafik Grafik 6.3. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda Grafik 6.4. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Realisasi per Pos Belanja Daerah Grafik 6.7. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Belanja Daerah Grafik 6.8. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah Grafik 6.9. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Grafik Persentase Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 7.1. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Bank Umum di Sulawesi Tengah Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 7.3. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 7.4. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw I-2014) Grafik 7.5. Prakiraan Sifat Hujan Januari Grafik 7.6. Prakiraan Sifat Hujan Februari Grafik 7.7. Prakiraan Sifat Hujan Maret Grafik 7.8. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Februari Grafik 7.9. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Grafik 7.10 Proyeksi Harga Emas Grafik 7.11 Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia x

13 Tabel Indikator Utama TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH a. Inflasi dan PDRB Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV TOTAL Tw I Tw II Tw III Tw IV TOTAL Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) 9,99 9,42 6,60 10,95 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 Berdasarkan Sektor - Pertanian 4,95 7,00 5,85 5,38 5,79 6,92 5,06 5,12 5,23 5,57 - Pertambangan dan Penggalian 23,23 12,24 (6,20) 81,99 29,22 67,18 74,20 55,74 (13,10) 35,23 - Industri Pengolahan 8,90 4,74 3,42 4,38 5,29 4,17 6,60 3,91 5,16 4,96 - Listrik dan Air Bersih 8,31 9,13 9,39 6,54 8,32 8,31 8,78 9,67 11,87 9,68 - Bangunan 24,59 23,27 12,61 14,14 18,20 8,23 15,35 15,80 14,26 13,48 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,23 11,00 8,61 3,48 9,58 2,70 6,89 8,63 12,34 7,68 - Pengangkutan dan Komunikasi 9,94 8,96 7,20 8,30 8,57 8,66 8,02 8,48 8,16 8,32 - Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,95 9,61 9,11 8,53 8,07 13,39 12,01 12,33 14,91 13,17 - Jasa-Jasa 9,29 9,30 8,60 7,48 8,64 9,46 6,35 8,03 8,67 8,11 Berdasarkan Permintaan -Konsumsi Rumah Tangga 6,94 7,21 6,33 7,02 6,87 7,71 7,11 7,77 7,34 7,48 -Konsumsi Pemerintah 6,12 7,62 6,49 4,68 6,21 7,10 5,40 5,39 8,12 6,51 -Investasi 18,97 18,38 12,61 15,83 16,33 17,27 18,01 18,58 16,40 17,54 -Ekspor 18,20 11,94 2,24 21,31 13,46 12,52 16,27 14,20 (5,16) 8,73 -Impor(-) 15,38 15,04 9,98 6,28 11,47 6,20 6,07 14,01 15,71 10,57 Ekspor Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non-Migas (ribu ton) Impor Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) Volume Impor Non-Migas (ribu Ton) Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 135,2 137,5 141,1 142,3 142,3 143,3 142,9 151, Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 2,50 4,99 6,78 5,87 5,87 5,97 3,89 7,29 7,57 7,57 xi

14 Tabel Indikator Utama b. Perbankan RINCIAN Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 PERBANKAN Bank Umum: Total Aset (Rp juta) DPK (Rp juta) Giro Deposito Tabungan Kredit (Rp juta) Modal Kerja Investasi Konsumsi % NPL GROSS 2,61% 2,26% 2,14% 1,74% 2,02% 1,98% 2,20% 1,95% LDR 121,85% 120,67% 125,76% 137,00% 137,15% 141,45% 142,07% 147,33% Kredit UMKM (Rp juta) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Mikro Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL UMKM gross 4,49% 3,64% 3,98% 3,39% 3,99% 3,89% 4,24% 3,79% BPR: Total Aset (Rp juta) DPK (Rp juta) Tabungan Deposito Kredit (Rp juta) Modal Kerja Investasi Konsumsi Rasio NPL gross (%) 1,82% 1,25% 1,12% 0,81% 1,02% 1,05% 1,05% 1,14% LDR 161,48% 183,48% 245,52% 285,37% 267,17% 300,91% 326,84% 291,62% xii

15 Tabel Indikator Utama c. Sistem Pembayaran Indikator Tr I Tr II Tr III Tr IV TOTAL Tr I Tr II Tr III Tr IV TOTAL Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 653,44 288,21 830,16 689,55 689, , , ,42 789,93 789,93 Inflow (Miliar Rp) 564,82 339,48 650,65 332, ,59 873,95 432,15 950,63 325, ,95 Outflow (Miliar Rp) 421, , , , ,33 507, , , , ,58 Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 266,29 46,67 11,82 45,24 370,02 184,43 96,15 174,77 203,39 658,74 Transaksi RTGS Ingoing (Miliar Rp) 3.495, , , , , , , , , ,28 Outgoing (Miliar Rp) 5.568, , , , , , , , , ,80 Nominal Kliring (Miliar Rp) 1.133, , , , , , , , , ,56 Volume Kliring (Lembar) , , , , , , , , , ,00 Kliring Kredit Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 88,16 82,07 81,66 79,30 331,19 66,17 79,49 117,35 97,81 360,82 Volume Kliring Kredit (Lembar) 4.490, , , , , , , , , ,00 RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 1,40 1,30 1,30 1,32 1,33 1,10 1,26 1,86 1,58 1,33 RRH Volume Kliring Kredit (Lembar) 71,27 66,57 68,86 70,00 69,16 60,67 58,75 57,35 41,44 69,16 Kliring Debet Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 1.045, , , , , , , , , ,74 Volume Kliring Debet (Lembar) , , , , , , , , , ,00 RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 16,59 17,57 17,67 22,99 18,65 20,75 20,47 22,62 16,26 18,65 RRH Volume Kliring Debet (Lembar) 524,46 518,10 506,41 601,73 536,90 579,90 571,71 570,27 420,69 536,90 Kliring Pengembalian Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) 16,98 25,01 22,38 45,57 109,94 22,10 36,49 34,99 29,03 122,60 Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 620,00 880,00 822,00 825, ,00 754,00 991, ,00 736, ,00 RRH Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) 0,27 0,40 0,36 0,76 0,44 0,37 0,58 0,56 0,47 0,44 RRH Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 9,84 13,97 13,05 13,75 12,64 12,57 15,73 16,78 11,87 12,64 Cek/BG Kosong Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar Rp) 15,52 19,83 18,31 27,17 80,83 18,84 25,02 30,86 23,51 98,23 Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 472,00 720,00 702,00 634, ,00 596,00 702,00 909,00 616, ,00 RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar Rp) 0,25 0,31 0,29 0,45 0,32 0,31 0,40 0,49 0,38 0,32 RRH Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 7,49 11,43 11,14 10,57 10,15 9,93 11,14 14,43 9,94 10,15 RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 1,37 1,67 1,53 1,86 1,62 1,44 1,83 2,00 2,13 1,84 RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 1,26 1,95 1,94 1,57 1,68 1,55 1,77 2,30 2,15 1,93 RRH = Rata-Rata Harian xiii

16 RingkasanEksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV-2013 Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 melambat Secara tahunan, perekonomian Sulawesi Tengah tumbuh tinggi PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 6,21% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,99% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,95% (yoy). Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, kelompok investasi, dan kelompok konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,99%, 3,71% dan 1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing sumbangan sebesar 1,91%; 1,50% dan 1,36%. Panen tabama dan komoditas perkebunan, pelasanaan Hari Nusantara, Natal dan Tahun Baru serta puncak realisasi anggaran APBD dan APBN menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun 2013 mencapai 9,38% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 9,24% (yoy) maupun nasional sebesar 5,78% (yoy). Kinerja PDRB Sulawesi Tengah tahun 2013 dominan ditopang sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor bangunan. Laju inflasi meningkat PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (yoy), laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan IV-2013 mencapai 7,57%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,87%, namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional triwulan IV-2013 sebesar 8,38%. Pada triwulan laporan, kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 1,12% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 5,98% (qtq). Secara bulanan, inflasi triwulan 1

17 RingkasanEksekutif IV-2013 mengalami puncak pada bulan Desember dengan tingkat inflasi sebesar 1,14% (mtm). Pada bulan tersebut, momen Hari Nusantara memberikan dampak yang cukup besar pada inflasi Kota Palu yang terkonfirmasi dari kenaikan harga ikan segar dan bumbu-bumbuan. Secara tahunan Aset, DPK dan Kredit perbankan tumbuh positif Tingkat NPL masih dibawah 5% PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya pertumbuhan tahunan positif bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp20,57 triliun atau tumbuh sebesar 20,23% (yoy). Sementara itu jumlah DPK yang dihimpun di akhir triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp11,73 triliun atau tumbuh sebesar 13,84% (yoy). Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan meningkat dengan pertumbuhan hingga mencapai 22,86% (yoy) sehingga total penyaluran kredit menjadi Rp17,87 triliun pada akhir triwulan IV Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Berdasarkan data akhir Desember 2013, jumlah rekening simpanan pada bank umum sebanyak , atau meningkat rekening dari triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Tengah sebanyak 2,68 juta orang, jumlah tersebut mencapai rasio 51,87%. Dengan kata lain lebih dari separuh jumlah penduduk Sulawesi Tengah telah memiliki tabungan pada bank umum. Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan masih tetap terjaga di level rendah yang tercermin dari rasio NPL-gross perbankan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 1,89% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,12%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 152,28%. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan sudah baik. 2

18 RingkasanEksekutif Aktivitas tunai dan non tunai mengalami perlambatan PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Pertumbuhan tahunan (yoy) peredaran uang secara tunai mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Aliran uang kartal di KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 berada pada kondisi net outflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan IV-2013 tercatat Rp325,22 miliar atau kontraksi sebesar -2,23% (yoy), sementara aliran uang kartal yang keluar dari KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah ke perbankan dan masyarakat (outflow) tumbuh melambat sebesar 21,74% (yoy) hingga menjadi Rp1.859,38 miliar. Apabila dibandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan IV-2013 sebesar Rp1.534,17 miliar. Pada triwulan laporan terdapat temuan uang palsu di Sulawesi Tengah sebanyak 16 lembar atau turun dibandingkan sebelumnya sebanyak 42 lembar. Secara non tunai, pertumbuhan tahunan (yoy) peredaran uang pada triwulan IV-2013 juga menunjukkan adanya perlambatan baik dari sisi RTGS maupun kliring dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1.105,69 miliar atau turun -24,19% (yoy). Sementara kualitas kliring di wilayah kerja KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 cenderung menurun (terjadi peningkatan Cek/BG kosong). Tingkat pengangguran meningkat Persentase penduduk miskin menurun PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Agustus 2013 relatif mengalami penurunan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 1,23 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,18 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat turun menjadi 65,92%, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat 0,34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Januari 2014, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah posisi September 2013 adalah sebanyak jiwa atau 14,32% dari seluruh penduduk Sulawesi Tengah. Jumlah tersebut lebih kecil dari posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 14,67%. 3

19 RingkasanEksekutif Realisasi KUR meningkat Berdasarkan data posisi bulan Desember 2013, jumlah KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah mencapai Rp655,85 miliar, dengan jumlah rekening sebanyak rekening. Jumlah outstanding tersebut meningkat Rp139,37 miliar dari posisi tahun sebelumnya atau sebesar 26,98% (yoy). Dari jumlah tersebut sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa mencapai 61,57%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan pangsa 20,41%. Kinerja realisasi pendapatan dan belanja APBD dan APBN meningkat PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran pemerintah pusat pada triwulan IV-2013 di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan dari sisi pendapatan maupun belanja. Hingga akhir triwulan IV-2013 total realisasi penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi Tengah mencapai Rp1.008,71 miliar, yang didominasi oleh penerimaan perpajakan sebesar 80,36%. Sedangkan realisasi pos pengeluaran mencapai Rp4.381,66 miliar yang didominasi oleh belanja modal (40,83%), diikuti belanja barang (28,27%) dan belanja pegawai (22,37%). Pada periode triwulan IV-2013, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga akhir Desember 2013, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp2.133 miliar atau mencapai 100,18% dari total target anggaran 2013 yang sebesar Rp2.129 miliar. Sementara total realisasi belanja daerah mencapai Rp2.145 miliar atau sebesar 94,50% dari anggaran sebesar Rp2.270 miliar. Pertumbuhan Ekonomi di Tw I-2014 diperkirakan mengalami perlambatan secara tahunan (yoy) PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh sebesar 7,6% - 8,6% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2013 sebesar 6,28% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 10,71% (yoy). Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh melambat yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya belum direalisasikannya berbagai proyek APBD dan APBN di awal tahun, belum tibanya panen raya, inflasi yang tinggi akibat curah hujan 4

20 RingkasanEksekutif Inflasi triwulan I-2014 diperkirakan meningkat tinggi dan kenaikan elpiji 12 kg, serta kebijakan moneter yang kontraktif. Kinerja ekspor pada triwulan I-2014 diperkirakan melambat signifikan. Ekspor Sulawesi Tengah yang didominasi oleh ekspor bahan tambang juga diperkirakan melambat seiring dengan penerbitan Peraturan Pemerintah No. I/2014 tentang Implementasi Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi PP No. 23/2010 dan menjadi dasar pelaksanaan UU No.4/2009 tentang mineral dan batu bara. Tidak seperti tahun sebelumnya yang dominan ditopang oleh sektor pertambangan, sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan, PDRB Sulawesi Tengah di tahun 2014 akan mengalami pergeseran yang cukup signifikan ke sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Di triwulan I-2014 sektor pertanian diperkirakan melambat seiring dengan belum tibanya panen raya, curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi di beberapa sentra produksi pertanian. Kinerja sektor jasa-jasa dan sektor bangunan diproyeksikan melambat. Minimnya realisasi proyek Pemda di awal tahun menjadi faktor utama melambatnya kinerja kedua sektor ini. Faktor positif penopang kinerja sektor bangunan antara lain masih berjalannya proyek konstruksi berbagai perusahaan besar di Sulawesi Tengah dan proyek properti di sentra ekonomi seperti di Kota Palu dan Kabupaten Luwuk. Berdasarkan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, kota Palu pada triwulan I-2014 diperkirakan mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 7,8% - 8,8% atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,97% (yoy). Di sisi lain inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 1,1% - 1,6% atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,65%(qtq). Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan yang terjadi di berbagai daerah di Sulawesi Tengah pada periode Desember, Januari dan diperkirakan tetap tinggi hingga akhir Februari Di sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan mereda. Selain karena adanya siklus penurunan konsumsi pasca Natal dan Tahun Baru, juga disebabkan oleh masih rendahnya realisasi APBD dan APBN di Sulawesi pada awal tahun serta belum adanya event-event 5

21 RingkasanEksekutif Pertumbuhan Ekonomi 2014 diproyeksikan melambat sedangkan tingkat inflasi diproyeksikan menurunan besar di awal tahun. Survei Konsumen bulan Januari 2014 menunjukkan ekspektasi inflasi cenderung meningkat dalam jangka pendek. Di sisi eksternal, risiko inflasi cenderung meningkat. Pengaruh nilai tukar terhadap imported inflation masih cukup tinggi. Peningkatan harga impor berbagai bahan makanan dan makanan jadi dari luar negeri melalui provinsi-provinsi pemasok utama seperti Jawa Timur dan DKI Jakarta akan ditransmisikan oleh pedagang di Sulawesi Tengah ke harga jual. Secara tahunan, perekonomian Sulawesi Tengah diproyeksikan melambat dari 9,38% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,6%-7,6% (yoy) pada tahun Penurunan kinerja sektor pertambangan berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun Di sisi lain, inflasi Sulawesi Tengah pada tahun 2014 diproyeksikan sebesar 4,7%-5,7% (yoy) atau turun dari tahun sebelumnya 7,57% (yoy). Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti kenaikan BBM, berbagai upaya yang terus dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi pangan serta rencana pembentukan TPID di beberapa kabupaten menjadi beberapa faktor perkiraan membaiknya tingkat inflasi di tahun

22 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL - Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 6,28% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,99% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,95% (yoy). - Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, kelompok investasi, dan kelompok konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,99%, 3,71% dan 1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masingmasing sumbangan sebesar 1,91%; 1,50% dan 1,36%. - Panen tabama dan komoditas perkebunan, pelaksanaan Hari Nusantara, perayaan keagamaan Natal dan Tahun Baru serta puncak realisasi anggaran APBD dan APBN menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan. - Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun 2013 mencapai 9,38% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 9,24% (yoy) maupun nasional sebesar 5,78% (yoy). Kinerja PDRB Sulawesi Tengah dominan ditopang sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian dan sektor bangunan. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 6,28% (yoy) atau melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,99% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,95% (yoy). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan laporan mencapai Rp5,98 triliun, lebih tinggi dibandingkan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,63 triliun. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp15,80 triliun. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dengan kapasitas terpakai perekonomian pada triwulan IV-2013 mencapai 61,67% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 66,79%. 7

23 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan ekonomi secara progresif. Di tahun 2013, ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 9,32% lebih tinggi dari tahun sebelumnya 9,24% (yoy) maupun tahun 2009 sebesar 7,71% (yoy). PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 maupun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada tahun 2013 masing-masing tercatat sebesar Rp22,98 triliun dan Rp58,64 triliun. Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy) Rp miliar ,79 9,20 9,71 7,39 10,11 9,52 9,27 7,73 9,99 9,42 6,60 10,95 10,71 10,87 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nominal PDRB (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy) Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah 9,99 (%,yoy) 6, Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Sulawesi Tengah dan Nasional Rp miliar (%,yoy) 12% 9,96% 9,38% 9,24% 8,74% 9,12% 10% 7,71% 8% 6,01% 4,58% 6,10% 6,50% 6,23% 5,78% Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah 6% 4% 2% 0% Nominal PDRB Prov. Sulteng- ADHK (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy) Pert. Ekonomi Nasional Grafik 1.3. Pangsa PDRB Provinsi Sulawesi Tengah per Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5% Angkutan & Komunikasi 8% Perdagangan, Hotel & Restoran 13% Bangunan 8% Jasa - jasa 16% Pertanian 36% Listrik,Gas & Air Bersih 1% Pertambangan & Penggalian 8% Industri Pengolahan 5% ( % ) Grafik 1.4. Total Kapasitas Terpakai Seluruh Sektor T otal Kapasitas Terpakai Seluruh Sektor I II III IV I II III IV Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulteng Dari sisi permintaan, struktur PDRB masih didominasi komponen konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, investasi, dan ekspor dengan porsi masingmasing sebesar 54,91%, 24,78% dan 16,02%. Bila dilihat secara sektoral, PDRB Sulawesi Tengah terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, diikuti sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa masing-masing sebesar 36,11%, 16,01% dan 12,89%. Bila dilihat trennya, selama kurun waktu tahun

24 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 2013 sektor bangunan menunjukkan kenaikan pangsa sementara pangsa sektor pertanian mengalami penurunan. Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer sebesar 43,98%. Pangsa sektor primer tersebut meningkat 0,08% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pangsa di sektor primer terutama didorong oleh meningkatnya sektor pertambangan dalam PDRB Provinsi Sulawesi Tengah menjelang pelarangan ekspor tambang mentah pada awal Peningkatan juga terjadi pada sektor sekunder yang ditopang oleh semakin tingginya andil sektor bangunan dalam struktur perekonomian Sulawesi Tengah. Pada triwulan laporan pangsa sektor sekunder mencapai 14,58% meningkat 0,05% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu sektor tersier mengalami penurunan sebesar 0,13% hingga menjadi 41,44% Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi hingga sebesar 14,91% (yoy), diikuti sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 14,26% (yoy) dan 12,34% (yoy). Sementara berdasarkan andilnya, pertumbuhan pada triwulan laporan terutama bersumber dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa dengan masing-masing sumbangan sebesar 1,91%, 1,50% dan 1,36%. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektoral * I II III IV I* II* III* IV** 2013** 1. Pertanian 4,95 7,00 5,85 5,38 5,79 6,92 5,06 5,12 5,23 5,57 2. Pertambangan & Penggalian 23,23 12,24-6,20 81,99 29,22 67,18 74,20 55,74-13,10 35,23 3. Industri Pengolahan 8,90 4,74 3,42 4,38 5,29 4,17 6,60 3,91 5,16 4,96 4. Listrik,Gas dan Air Bersih 8,31 9,13 9,39 6,54 8,32 8,31 8,78 9,67 11,87 9,68 5. Bangunan 24,59 23,27 12,61 14,14 18,20 8,23 15,35 15,80 14,26 13,48 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,23 11,00 8,61 3,48 9,58 2,70 6,89 8,63 12,34 7,68 7. Angkutan dan Komunikasi 9,94 8,96 7,20 8,30 8,57 8,66 8,02 8,48 8,16 8,32 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,95 9,61 9,11 8,53 8,07 13,39 12,01 12,33 14,91 13,17 9. Jasa - jasa 9,29 9,30 8,60 7,48 8,64 9,46 6,35 8,03 8,67 8,11 TOTAL 9,99 9,42 6,60 10,95 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah 9

25 0,29 0,07 1,04 0,99 0,62 0,63 1,31 2,11 2,33 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektoral I II III IV I* II* III* IV** 1. Pertanian -1,10 3,42 0,94 2,07 0,34 1,62 1,00 2,18 2. Pertambangan & Penggalian -0,50-1,47-10,59 107,62-8,60 2,67-20,06 15,84 3. Industri Pengolahan -0,08 1,14 2,51 0,76-0,28 3,50-0,08 1,97 4. Listrik,Gas dan Air Bersih 1,12 2,65 1,79 0,83 2,80 3,10 2,62 2,86 5. Bangunan 0,08 1,57 4,15 7,82-5,11 8,25 4,55 6,39 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,11 1,25 1,19 0,90-0,65 5,38 2,84 4,34 7. Angkutan dan Komunikasi -2,54 2,41 2,65 5,70-2,21 1,81 3,08 5,39 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan -2,73 5,87 2,77 2,54 1,63 4,58 3,07 4,89 9. Jasa - jasa -3,35 6,31 2,71 1,85-1,57 3,28 4,34 2,46 TOTAL -1,29 3,06 1,16 7,82-1,51 3,21 0,36 4,18 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah % 3,00 2,50 Grafik 1.5. Andil Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral (Agregat Tahunan) 2, ,50 1,00 0,50 - Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah Sektor Pertanian Pada triwulan III-2013, sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,12% (yoy). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor kehutanan mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan sedangkan subsektor lainnya mengalami perlambatan. Subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi hingga mencapai 8,39% (yoy). 10

26 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik 1.6. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah SEKTOR PERTANIAN Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Peternakan 6% Grafik 1.7. Pangsa Nominal PDRB Sektor Pertanian Kehutanan 9% Perikanan 17% Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah Pangsa Sektor Pertanian Tanaman Perkebunan 39% Tanaman Bahan Makanan 29% Selain ditopang oleh perikanan tangkap dan perikanan budidaya, tingginya pertumbuhan pada subsektor perikanan juga disebabkan oleh perkembangan budidaya rumput laut dan udang di berbagai daerah seperti Morowali dan Parigi Moutong. Di sisi lain pemerintah daerah bersama dengan pemerintah pusat melakukan berbagai program penguatan kapasitas nelayan yang tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. Dinas Kelautan dan Perikanan antara lain memberikan bantuan kapal Inkamina 30 Gros Ton (GT) dan 20 GT kepada nelayan di Sulteng dan pembagian kartu sosial yang nantinya akan memberikan kemudahan bagi para nelayan dalam mendapatkan berbagai pelayanan sosial. Tabel 1.3. Produksi Padi Sawah Provinsi Sulawesi Tengah (Angka Sementara 2013 dan Prognosa 2014) ASEM tahun 2013 Angka Prognosa tahun 2014 No. Uraian Jan - Mei - September-Desember Sep - Jumlah Jan - Mei - Sep - Jumlah Apr Ags Sep Okt Nop Des Des Jan-Des Apr Ags Des Jan-Des (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 Luas Panen (Ha) Luas tanaman akhir bulan (Ha) Kol (3),(4),(11),(12) akhir subround Luas Tanam (Ha) Luas Puso (Ha) Hasil per hektar (Ku) 47,88 45,87 45,95 46,51 47,89 45,62 46,12 46,50 6 Produksi (Ton)

27 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.4. Produksi Padi Ladang Provinsi Sulawesi Tengah (Angka Sementara 2013 dan Prognosa 2014) ASEM tahun 2013 Angka Prognosa tahun 2014 No. Uraian Jan - Mei - September-Desember Sep - Jumlah Jan - Mei - Sep - Jumlah Apr Ags Sep Okt Nop Des Des Jan-Des Apr Ags Des Jan-Des (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 Luas Panen (Ha) Luas tanaman akhir bulan (Ha) Kol (3),(4),(11),(12) akhir subround Luas Tanam (Ha) Luas Puso (Ha) Hasil per hektar (Ku) 30,18 30,14 24,76 29,37 29,84 28,97 27,64 29,06 6 Produksi (Ton) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah Khusus subsektor tabama, adanya panen pada awal triwulan IV-2013 ikut membantu produksi padi di Sulawesi Tengah. Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah akhir Desember 2013 tercatat sebesar ton, atau turun sebesar 6,47% dibandingkan stok periode yang sama tahun sebelumnya. Bulog Provinsi Sulawesi Tengah hingga akhir tahun 2013 (Jan-Des) telah melakukan pengadaan beras sebanyak ton. Di tahun 2014, Perum Bulog Divre Sulteng menargetkan pembelian beras petani sebanyak ton atau meningkat sebesar 4,44% dibandingkan target tahun sebelumnya sebesar ton. Grafik 1.8. Perkembangan Stok Beras BULOG ton Palu Poso Luwuk Tolitoli Total Sulteng Sumber : Bulog Divre Sulteng Pada triwulan laporan, subsektor perkebunan tumbuh sebesar 6,15% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,45% (yoy). Cukup tingginya 12

28 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional kinerja subsektor perkebunan, tidak terlepas dari langkah ekspansi yang dilakukan perusahaan perkebunan sawit di Sulawesi Tengah dengan daerah basis produksi utamanya adalah Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Di sisi lain, produksi kakao masih mengalami penurunan. Semakin berkurangnya jumlah produksi kakao di kalangan petani, berimbas juga pada aspek usaha eksportir kakao yang juga kesulitan mencari bahan baku untuk diekspor. Pada triwulan IV-2013, ekspor kakao Provinsi Sulawesi Tengah mencapai ton atau menurun 64,72% dari tahun sebelumnya (yoy). Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Rp miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Kredit Pertanian Pert. (%, yoy) %,yoy 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Total Ekspor Kakao Sulteng (ton) g.ekspor (yoy) -9,17% 9,53% -56,07% -31,93% -49,50% Sumber : Askindo Prov. Sulteng 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% -60% Pada triwulan IV-2013, ekspor kakao Sulawesi Tengah ke luar negeri mengalami penurunan yang cukup dalam. Pada periode tersebut, eskpor kakao tercatat hanya sebesar ton atau turun sebesar 64,72% periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berimplikasi pada ekspor kakao Sulawesi Tengah secara tahunan yang juga turun 49,50% (yoy) hingga menjadi ton Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan mengalami perlambatan secara tahunan (yoy). Pada triwulan laporan, sektor pertambangan mengalami kontraksi -13,10% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 55,74% (yoy). Walaupun secara nominal dan volume, PDRB sektor pertambangan pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya akibat kecenderungan para eksportir untuk melakukan produksi dan ekspor sebelum penerapan UU Minerba baru pada awal tahun 2014, akan tetapi pertumbuhan secara tahunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan. Hal ini disebabkan sangat tingginya nominal ekspor 13

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional tambang di triwulan IV-2012 yang tumbuh hingga 81,99% (yoy) sehingga secara teknis pertumbuhan secara tahunan cenderung melambat bahkan kontraksi. Grafik 1.11 Perkembangan Nominal dan Volume Ekspor Tambang Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV* Nominal Ekspor Tambang (Juta USD)-sb kiri Volume Ekspor Tambang (ribu ton)-sb kanan Sumber : Bank Indonesia, diolah *) Data Sementara ribu ton % 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% -50% -100% Grafik 1.12 Pertumbuhan Tahunan (yoy) dan Triwulanan (qtq) Volume Ekspor Tambang 0% Pert. Volume Ekspor Tambang (yoy) Pert. Volume Ekspor Tambang (qtq) I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber : Bank Indonesia, diolah *) Data Sementara Subsektor pertambangan bukan migas mengalami kontraksi paling tinggi hingga mencapai -18,98% (yoy) disusul subsektor minyak dan gas bumi yang juga kontraksi - 7,82% (yoy). Penurunan kinerja subsektor Minyak dan Gas Bumi disebabkan oleh terjadinya penurunan realisasi produksi minyak di lapangan Tiaka, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Penurunan produksi ini disebabkan perbaikan sumur yang berdampak pada terjadinya penurunan target tahun 2013 sebesar 775 ribu barel atau lebih rendah dibandingkan target tahun 2012 sebesar 900 ribu barel. Di tengah terjadinya kontraksi pada subsektor yang lain, subsektor penggalian tetap tumbuh positif sebesar 3,03% (yoy) ditopang oleh masih besarnya realisasi investasi dan tingginya geliat pembangunan di daerah Kalimantan dan Sulawesi khususnya menjelang puncak realisasi anggaran akhir tahun Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 5,16% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 3,91% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan IV-2013 sebesar 69,38% atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 67,86%. Dari survei yang dilakukan BPS diperoleh informasi bahwa pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan IV-2013 sebesar 2,90% (yoy) atau lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya 4% (yoy). Berbeda halnya dengan produksi Industri 14

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di Sulawesi Tengah yang justru meningkat pada triwulan IV-2013 dengan pertumbuhan 5% (yoy). Grafik Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Industri Pengolahan 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 3. INDUSTRI PENGOLAHAN Makanan, Minuman & Tembakau Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Semen & Barang Galian bukan Logam ( % ) Grafik Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah Lainnya Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulteng Grafik Perkembangan Pertumbuhan Tahunan (yoy) Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah % IBS Sulawesi Tengah IBS Nasional 2,90 0,13 I II III IV I II III IV I II III* IV** Sumber : BPS Prov. Sulteng Keterangan : *) Angka perbaikan **) Angka sangat sementara Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture ton I II III IV I II III IV I II III IV* 150% 100% 50% 0% -50% -100% 2011 *) Data Sementara Sumber : Bank Indonesia, diolah Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan & Furniture (ton) g.qtq g.yoy Subsektor makanan, minuman dan tembakau mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 11,50% (yoy). Pertumbuhan pada subsektor makanan, minuman dan tembakau ditopang oleh adanya event nasional seperti Hari Nusantara yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI serta perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun Di samping itu pertumbuhan yang positif di sektor perdagangan, hotel dan restoran juga berpengaruh pada kinerja subsektor ini. Di sisi lain subsektor kayu dan hasil hutan lainnya yang memiliki porsi terbesar terhadap sektor industri pengolahan mengalami tren perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 1,30% (yoy). 15

31 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan IV-2013 tumbuh tinggi sebesar 11,87% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 9,67% (yoy). Walaupun sektor ini menghadapi tantangan berupa kenaikan tarif listrik yang dilakukan secara triwulanan dengan total kenaikan mencapai 15% pada tahun 2013 (yoy), namun konsumsi listrik di provinsi Sulawesi Tengah tetap tinggi yang disebabkan oleh masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat serta cukup tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan. Bertambahnya berbagai properti yang membutuhkan produk turunan listrik dan air di Sulawesi Tengah ikut meningkatkan kinerja sektor ini. Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Kwh I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT PLN Cabang Palu Pemakaian Listrik YoY QtQ 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala Kwh I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PDAM Donggala Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy) Salah satu indikator yang mendukung hal tersebut adalah konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan yang tumbuh sebesar 15,16% (yoy). Selain itu, mulai dimanfaatkannya output listrik di PLTA Sulewana II yang berdaya 3 X 65 Mega Watt (MW) juga turut berkontribusi pada peningkatan kinerja sektor LGA. Saat ini suplai listrik dari PLTA ini baru bisa dialirkan ke Sulawesi Selatan dan beberapa daerah sekitar lokasi PLTA seperti di Tentena dan Poso. Jaringan transmisi juga sedang dibangun dari lokasi PLTA Sulewana ke Kota Palu. 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan tingkat pertumbuhan sebesar 14,26% (yoy). Kinerja sektor bangunan pada triwulan laporan ditopang oleh puncak realisasi APBD dan APBN di provinsi Sulawesi Tengah serta tingginya realisasi investasi proyek konstruksi PT. Donggi Senoro LNG. Di sisi lain, tingginya realisasi pembangunan beberapa hotel bintang, ruko, dan properti lainnya 16

32 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional di daerah Palu dan sekitarnya juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit pada peningkatan sektor bangunan. Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah ton % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Sumber : AsosiasiSemen Indonesia Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Bangunan Rp miliar Kredit Konstruksi Pert. (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia %,yoy 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Beberapa indikator seperti sektor bangunan menunjukkan kinerja positif. Realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah yang tercatat sebesar ton atau tumbuh sebesar 1,95% (yoy). Sementara kredit yang disalurkan Bank Umum pada sektor bangunan juga meningkat mencapai Rp 466,47 miliar atau tumbuh 31,61% (yoy). Ke depan, sektor bangunan menghadapi tantangan berupa risiko kenaikan biaya bahan produksi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, potensi peningkatan suku bunga kredit serta kebijakan Loan To Value Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan IV-2013 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh sebesar 12,34% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,63% (yoy). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 12,56%, disusul subsektor hotel dan subsektor restoran yang masing-masing tercatat sebesar 9,38% (yoy) dan 8,46% (yoy). Maraknya pembangunan hotel di Sulawesi Tengah serta meningkatnya kegiatan dan berbagai event yang dilaksanakan di berbagai daerah di Sulawesi Tengah menjadi faktor utama meningkatnya kinerja subsektor hotel pada triwulan laporan. Bahkan pada Desember 2013, seiring dengan perayaan Hari Nusantara yang dihadiri ribuan tamu baik dari pusat maupun daerah, hampir seluruh hotel baik bintang maupun melati terisi penuh. Kondisi ini juga memicu peningkatan permintaan kebutuhan barang dan jasa yang berpengaruh positif pada subsektor perdagangan besar dan eceran. Di sisi lain puncak realisasi APBD dan APBN di Sulawesi Tengah menjelang akhir tahun serta perayaan Natal dan Tahun 17

33 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Baru juga berkontribusi pada kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran di Sulawesi Tengah. Grafik 1.21 Perkembangan Pertumbuhan Sektor perdagangan, hotel dan restoran dan subsektornya 25% 20% 15% 10% 5% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 6. PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN Perdagangan Besar dan Eceran H o t e l Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah R e s t o r a n % Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel TPK Total TPK Hotel Bintang TPK Hotel Melati I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang orang Total Tamu g. (qtq) g.(yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang selama triwulan IV mencapai 71,67%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan IV-2013 sebesar 63,69%. Peningkatan TPK hotel berbintang ini disebabkan oleh berbagai event yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah dan bertambahnya hotel berbintang di Sulawesi Tengah yang mengakibatkan semakin besarnya market share subsektor perhotelan serta meningkatnya frekuensi pendatang khususnya yang berkaitan dengan investasi pertambangan dan perkebunan khususnya di daerah Morowali dan Banggai. Implikasi positifnya adalah jumlah tamu hotel sepanjang triwulan IV-2013 meningkat signifikan sebesar 107,13% (yoy) hingga mencapai orang yang didominasi oleh tamu domestik. 18

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Angkutan dan Komunikasi Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 mengalami sedikit perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 8,16% (yoy). Subsektor komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,82%, sedangkan subsektor komunikasi tumbuh sebesar 7,81% (yoy). Pasca bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri di triwulan III-2013, kinerja sektor angkutan dan komunikasi cenderung mengalami sedikit perlambatan. Penopang utama kinerja sektor angkutan dan komunikasi antara lain tingginya realisasi APBD dan APBN pada triwulan laporan serta pelaksanaan beberapa event besar seperti Hari Nusantara dan perayaan Natal dan Tahun Baru. Beberapa indikator menunjukkan bahwa jumlah penumpang khususnya angkutan udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan IV tercatat berjumlah penumpang atau tumbuh sebesar 16,27% (yoy). Grafik1.24. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu orang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Penumpang Datang Total (qtq) Sumber : Bandara Mutiara Palu Penumpang Berangkat Tota (yoy) 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tumbuh 14,91% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 12,33% (yoy). Subsektor bank tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 21,60% (yoy) diikuti subsektor lembaga keuangan tanpa bank dan subsektor sewa bangunan masingmasing sebesar 11,73% (yoy) dan 9,53% (yoy). 19

35 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik1.25. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 25% 20% 15% 10% 5% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN B a n k Lembaga Keuangan Tanpa Bank Sewa Bangunan Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Perbankan Di Sulawesi Tengah Rp miliar DPK BU NTB BU (sb.kanan) Kredit BU I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Rp miliar Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah Jasa Perusahaan Sumber : Bank Indonesia Tingginya pertumbuhan di subsektor bank terkonfirmasi dari Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 yang tumbuh sebesar 42,70% (yoy). Di sisi lain, ekspansifnya perbankan tercermin dari penyaluran kredit yang pada triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan hingga 21,58%. Kinerja subsektor bank juga ditopang oleh dibukanya beberapa cabang bank umum di triwulan IV Secara umum stabilnya makro ekonomi Sulawesi Tengah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingginya pertumbuhan realisasi investasi, masih relatif rendahnya rasio rekening kredit dan DPK terhadap jumlah penduduk Sulawesi Tengah, serta potensi ekonomi yang masih besar di Sulawesi Tengah menjadi faktorfaktor utama tetap tingginya pertumbuhan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan IV-2013 kinerja sektor jasa tumbuh sebesar 8,67% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 8,03% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini terutama ditopang oleh kinerja subsektor pemerintahan umum yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 9,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor swasta sebesar 7,34% (yoy). Pertumbuhan pada sektor jasa pemerintahan erat kaitannya dengan peningkatan realisasi APBD dan proyek APBN di Sulawesi Tengah Analisis PDRB Dari Sisi Permintaan Di sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi dialami kelompok investasi hingga sebesar 16,40% (yoy) diikuti kelompok impor 15,71% (yoy) dan kelompok konsumsi pemerintah sebesar 8,12% (yoy). Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah 20

36 1,13 1,46 1,30 4,18 3,91 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional pada triwulan IV-2013 terutama ditopang oleh kelompok konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba dengan kontribusi sebesar 3,99%, diikuti kelompok investasi dan kelompok konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 3,71% dan 1,37%. Perayaan kegamaan seperti Natal dan Tahun Baru, beberapa event besar serta peningkatan realisasi anggaran pemerintah dan realisasi investasi menjadi faktor utama besarnya andil ketiga kelompok pengeluaran tersebut dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Tabel 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Penggunaan * I II III IV I II III* IV** 2013** 1. Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba 6,94 7,21 6,33 7,02 6,87 7,71 7,11 7,77 7,34 7,48 2. Konsumsi Pemerintah 6,12 7,62 6,49 4,68 6,21 7,10 5,40 5,39 8,12 6,51 3. Investasi 18,97 18,38 12,61 15,83 16,33 17,27 18,01 18,58 16,40 17,54 4. Ekspor 18,20 11,94 2,24 21,31 13,46 12,52 16,27 14,20-5,16 8,73 5. Dikurangi Impor 15,38 15,04 9,98 6,28 11,47 6,20 6,07 14,01 15,71 10,57 TOTAL 9,99 9,42 6,60 10,95 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah Tabel 1.6. Pertumbuhan Triwulanan (qtq) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Penggunaan I II III IV I* II* III* IV** 1. Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba -0,56 1,40 3,80 2,56-0,63 1,40 3,85 3,13 2. Konsumsi Pemerintah -2,04 3,88 0,28 5,95-3,07 3,70-1,21 4,24 3. Investasi 0,64 5,63 2,75 6,56 0,18 4,67 3,24 6,59 4. Ekspor -4,91 3,04-7,35 4,48-3,40 11,28-4,36 11,60 5. Dikurangi Impor 1,06 0,35 9,37 4,32-11,36 9,08 3,50 2,85 TOTAL -1,51 3,21 0,36 4,18 0,09 3,24 1,52 5,56 % 6 Grafik Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Penggunan Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah 21

37 Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Konsumsi Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh sebesar 7,34% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,77% (yoy). Perlambatan disebabkan oleh siklus musiman penurunan konsumsi pasca bulan Ramadhan dan Idul Fitri di triwulan III Disamping itu efek lanjutan akibat kenaikan BBM di triwulan III-2013 juga ikut memberikan dampak berkurangnya tingkat konsumsi masyarakat di triwulan IV Rp miliar Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah Kredit Konsumsi % g. kredit kon (yoy) 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Grafik Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Unit I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Sumber : Bank Indonesia Sumber : Samsat Palu Roda 2 Roda 4 Total qtq (%) Total yoy (%) Beberapa indikator seperti kredit konsumsi dan penjualan kendaraan bermotor menunjukkan adanya perlambatan. Kredit konsumsi pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 23,66% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 29,42% (yoy). Demikian halnya dengan pendaftaran kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat sebesar kendaraan atau kontraksi sebesar -8,70% (yoy).di sisi lain terdapat beberapa faktor pendorong kinerja kelompok konsumsi diantaranya peningkatan realisasi anggaran pemerintah dan investasi menjelang akhir tahun. Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Oktober-Desember 2013, rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih dalam level optimis yang mencapai 140,50, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 130,11. Indeks keyakinan konsumen pada triwulan laporan dipengaruhi oleh ekspektasi mulai menurunnya harga berbagai barang pasca kenaikan BBM di triwulan III

38 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber : BPS Prov. Sulteng % 2% 1% 1% 0% -1% -1% -2% -2% -3% Indeks Diterima Indeks Dibayar NTP g.ntp (yoy) Grafik Indeks Keyakinan Konsumen (Survei Konsumen) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Di sisi lain, konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 8,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,39% (yoy). Realisasi pendapatan APBD di akhir triwulan IV-2013 mencapai 100,18% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 99,62%. Demikian halnya dengan realisasi belanja di tahun 2013 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya Investasi Secara tahunan komponen investasi pada triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 16,40% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 18,58% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing di triwulan IV Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa rencana investasi PMA pada triwulan IV-2013 yang telah memiliki izin prinsip di Sulawesi Tengah tercatat sebesar USD 86,50 juta lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar USD 251,61. Demikian halnya dengan investasi PMDN yang telah memiliki izin prinsip yang mengalami penurunan dari Rp 405,67 miliar di triwulan III menjadi Rp2,02 miliar di triwulan IV Kredit investasi bank umum berdasarkan bank pelapor pada bulan Desember 2013 tercatat sebesar Rp 1.970,16 milyar, tumbuh 45,95% (yoy) atau melambat dibandigkan triwulan sebelumnya 59,69% (yoy). Sementara volume realisasi semen di Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 mencapai ton atau tumbuh 1,95% (yoy). 23

39 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Rp miliar N. Kredit inv g. kredit inv (yoy) g. kredit inv (qtq) Mar JuniSeptDesMar Jun SeptDesMar Jun SeptDesMar Jun SeptDes Sumber : Bank Indonesia 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% Grafik 1.33 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sulawesi Tengah Rp miliar Nilai Investasi (Rp miliar)-sb kiri Jumlah Proyek-sb kanan I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Sulawesi Tengah USD juta Nilai Investasi (US $ Juta)-sb kiri Jumlah Proyek-sb kanan I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Ke depan, potensi untuk melakukan peningkatan kinerja investasi Sulawesi Tengah masih besar. Selain karena masih adanya beberapa proyek PMA dan PMDN yang belum direalisasikan, juga adanya berbagai proyek MP3EI yang berperan besar terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Di samping itu, dengan ditetapkannya Palu sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada tanggal 26 Juli 2013, kondisi ini akan membuat arus investasi semakin deras ke Sulawesi Tengah. Di sisi lain adanya penerapan UU Minerba yang baru memicu arus investasi sektor pertambangan ke Sulawesi Tengah khususnya di kabupaten-kabupaten sentra pertambangan seperti Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. 24

40 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ekspor Seiring dengan turunnya kinerja sektor pertambangan, pertumbuhan kinerja ekspor Sulawesi Tengah juga mengalami penurunan. Aktivitas ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 mengalami kontraksi sebesar -5,16% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 14,20% (yoy). Menjelang pemberlakukan UU Minerba yang baru, perusahaan-perusahaan tambang di daerah Morowali dan Banggai cenderung untuk meningkatkan volume produksinya yang umumnya masih dalam bentuk raw material (ore). Peningkatan ini terlihat dari pertumbuhan triwulanan ekspor (qtq) yang dalam level positif hingga sebesar 4,48%. Kondisi ini juga terkonfirmasi dari volume ekspor tambang pada triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 3.589,51 ribu ton atau mengalami peningkatan 34% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Akan tetapi berbeda halnya dengan kondisi secara tahunan. Tingginya produksi dan volume ekspor tambang pada triwulan IV-2012 mengakibatkan pertumbuhan tahunan (yoy) triwulan IV-2013 menjadi terkerek ke bawah hingga ke level -5,16% (yoy). Grafik Perkembangan Volume Ekspor Sulawesi Tengah ton Volume Ekspor ( ton)-sb kiri g.qtq g.yoy I II III IV I II III IV I II III IV* Sumber : Bank Indonesia 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Nominal ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 sebesar USD73,32 juta dengan proporsi nominal ekspor tambang mencapai 84,5% dari total ekspor Sulawesi Tengah. Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh pembeli dari negara di Asia khususnya China dan Malaysia. Ekspor ke China didominasi oleh bahan tambang, sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh komoditas kakao. Berdasarkan data Askindo Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan IV-2013 tercatat sebesar ton atau turun sebesar 64,72% (yoy). 25

41 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Tengah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA TAIWAN 0% SOUTH KOREA 1% BANGLADESH 0% R.R.C 83% SINGAPORE 2% MALAYSIA 13% VIETNAM 0% HONGKONG 1% INDIA 0% JAPAN 0% PAKISTAN 0% Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasar SITC 2 Digit Komoditas Utama Tahun Bulan Total Ekspor Provinsi Sulawesi Tengah (Ribu USD) FISH,CRUST.,M OLLUSES AND THEIR PREP COFFEE, TEA, COCOA, SPICES WOOD, LUMBER AND CORK METALLIFERO US ORES&METAL SCR CRD.ANIMA L&VEGETAB LE MAT,NES WOOD AND CORK MANUFACTU RES OTHERS Total Pangsa 100% 0,81% 25,25% 1,42% 69,81% 0,36% 0,57% 1,78% * Total Pangsa 100% 0,89% 14,63% 1,16% 82,37% 0,42% 0,31% 0,22% *) Data masih berjalan (Angka Sementara) Sumber : Bank Indonesia, diolah Secara tahunan, ekspor Sulawesi Tengah sebesar USD 266,78 juta atau turun - 9,56% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan titik ekspornya, selama Januari-Desember 2013, Pelabuhan Kolonodale (Morowali) masih mendominasi ekspor sebesar 74,72% dari nilai total ekspor, disusul Pelabuhan Pantoloan (Palu) 13,05 26

42 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional %, Pelabuhan Luwuk 6,91%, Pelabuhan Loli 4,14%, dan Pelabuhan Banggai 0,01%. Sementara itu, ekspor melalui pelabuhan di provinsi lain tercatat sebesar 1,18%. Kedepan, ekspor tambang menghadapi tantangan berupa kebijakan pelarangan ekspor tambang mentah yang mulai diterapkan mulai Januari Sesuai kebijakan tersebut maka ekspor tambang diarahkan pada barang tambang yang telah mengalami proses nilai tambah. Dengan kondisi seperti ini maka investasi smelter diharapkan dapat segera terealisasi agar kinerja sektor pertambangan dan kinerja ekspor Sulawesi Tengah dapat pulih dan meningkat secara progresif Impor Impor Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 15,71% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 14,01% (yoy). Peningkatan impor ini seiring dengan impor yang dilakukan oleh PT Donggi Senoro yang nantinya akan digunakan untuk operasional perusahaan yang rencananya akan dimulai pada tahun Impor Sulawesi Tengah pada triwulan laporan didominasi barang-barang mesin dan industri yang diimpor dari negara Jepang. Volume terbesar impor pada triwulan laporan melalui Pelabuhan Luwuk. Secara tahunan, impor Sulawesi Tengah selama Januari-Desember 2013 tercatat sebesar USD 182,99 juta, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya USD 1,62 juta. Impor tersebut berasal dari enam negara utama yaitu Jepang (66,16%), Belgia (17,41%), Korea Selatan (8,36%), China (3,61%), Singapura (2,27%) dan Malaysia (1,74%). 27

43 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.8. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sulawesi Tengah (Ribu USD) Tahun Bulan Total Impor NON METALIC MINERALS MFS IRON AND STEEL MANUFACT URES OF METAL NES POWER GENERATING MACH. & EQP MACH.SPECI AL FOR PARTIC.INDS GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP Total Pangsa 100% 100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% * Total Pangsa 100% 0,00% 0,01% 0,40% 66,83% 5,70% 27,06% *) Data masih berjalan (Angka Sementara) Sumber : Bank Indonesia, diolah --- o0o

44 Boks 1. Peningkatan Kesejahteraan Petani Melalui Kampoeng Organik Latar Belakang Salah satu indikator kesejahteraan petani adalah Indeks Nilai Tukar Petani yang dipublikasikan oleh BPS. Dalam 3 tahun terakhir, pencapaian NTP Sulawesi Tengah selalu di bawah 100, yang mengindikasikan bahwa indeks penerimaan petani di Provinsi Sulawesi Tengah lebih rendah dari indeks yang dibayarkan. Berdasarkan data tersebut, Gubernur Sulawesi Tengah memiliki keinginan kuat agar kebijakan ekonomi di daerah diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani (indeks NTP diatas 100). Kondisi tersebut menjadi salah satu pertimbangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah dalam memfasilitasi hadirnya kawasan Kampoeng Organik di Desa Bulupontu Jaya, Sigi. Kampoeng Organik adalah kawasan yang mensinergikan beberapa unsur pertanian secara terpadu, yakni peternakan, perikanan, penyediaan pupuk organik, termasuk penyediaan sumber energi terbarukan. Kampoeng Organik Maksud dari dilaksanakannya Program Pembangunan Kampoeng Organik Terpadu adalah agar ketersediaan pangan khususnya hortikultura tetap terjaga serta ketersediaan energi dan pupuk organik dapat tercukupi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan mencapai kemandirian petani. Gambar 1. Model Pengembangan Pertanian Terpadu Organik

45 Dalam pencanangannya pada tanggal 22 Januari 2014, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah, Purjoko mengemukakan bahwa salah satu tujuan dari Kampoeng Organik itu adalah meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani setempat. Pertanian yang terintegrasi akan meningkatkan ketersediaan pupuk organik bagi petani, dan menghasilkan energi yang terbarukan, meningkatkan pendapatan kelompok petani, termasuk penyediaan produk hasil pertanian yang sehat melalui produksi tanaman organik. Gubernur Sulawesi Tengah Drs H Longki Djanggola, MSi mengapresiasi gagasan yang coba dihadirkan oleh Bank Indonesia (BI) bersama sejumlah lembaga unsur pertanian (Distan, BPTP, PPL), akademisi dan pemerintah daerah, dengan menghadirkan sistem pertanian terpadu dalam satu kawasan kampong organik melalui pemberdayaan kelompok tani mandiri (Hipetanik). Gubernur Sulawesi Tengah menambahkan bahwa kawasan kampoeng organik yang memperkenalkan graha ternak sebagai salah satu model percontohan integrasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan dievaluasi dalam satu tahun mendatang. Jika keberhasilannya berkesinambungan dan menunjukkan perubahan signifikan bagi peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat maka sudah selayaknya kawasan kampoeng organik ini direplikasi lebih luas. Rencana Ke depan Dari program pertanian kampoeng organik terpadu tersebut diharapkan dapat menghasilkan sejumlah manfaat seperti (1) dapat menghasilkan pupuk padat dan cair setiap hari serta mampu memenuhi ha lahan yang ditanami tanaman hortikultura (2) dapat menghasilkan energi listrik untuk rumah tangga sebesar watt (3) dapat memenuhi energi gas untuk memasak sebanyak + 20 rumah tangga setiap hari untuk 1 (satu) tabung, dimana setiap tabung dapat digunakan selama 2 (dua) hari dengan harga Rp / tabung. Dengan komitmen yang tinggi dari semua pihak, ke depan diharapkan kawasan Kampoeng Organik di Desa Bulupontu Jaya, Sigi dapat menjadi model pengembangan kampung/desa secara terpadu dengan memanfaatkan potensi lokal setempat. Di samping itu, kampung organik juga dapat menjadi tempat pelatihan dan magang bagi petani, mahasiswa, siswa SD, SMP dan SMA. Dengan melihat sisi bisnis, kawasan ini juga dapat dijadikan lokasi agrowisata bagi masyarakat kabupaten Sigi, Donggala dan kota Palu. Dalam lingkup yang lebih luas, kampoeng organik ini diharapkan dapat menjadi sentra produksi pertanian berbasis organik di Sulawesi Tengah. --- o0o ---

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Memasuki triwulan keempat 2013 tekanan inflasi Kota Palu cenderung meningkat yang didorong oleh kenaikan harga BBM, meningkatnya permintaan menjelang Hari Nusantara dan faktor cuaca; Kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komoditas utama pergerakan inflasi pada triwulan laporan; 2.1 Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu Kota Palu mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan periode yang sama selama 2 tahun terakhir. Inflasi tahunan kota Palu pada akhir triwulan IV-2013 sebesar 7,57% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan IV-2011 dan triwulan IV-2012 sebesar 4,47% (yoy) dan 5,87% (yoy). Memasuki triwulan keempat tahun 2013, Kota Palu tercatat mengalami deflasi pada bulan Oktober dan ditutup dengan 2 kali inflasi yakni pada bulan November dan Desember. Meredanya tekanan inflasi pada awal triwulan didorong oleh menurunnya permintaan seiring dengan berakhirnya momen Bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Menjelang akhir triwulan laporan, tekanan inflasi meningkat seiring dengan perayaan Hari Nusantara dan Natal yang mendorong besarnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa, serta dampak dari kenaikan BBM pada bulan Juni 2013 yang masih terus berlanjut. Realisasi inflasi Palu lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Inflasi nasional pada triwulan IV-2013 sebesar 8,27% (yoy). Ditinjau dari pergerakan inflasi tahunan selama Oktober-Desember 2013, tingkat inflasi di Palu menunjukkan tren pergerakan meningkat yang mirip dengan inflasi nasional, namun inflasi tahunan Kota Palu selalu lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan nasional. 29

47 TERNATE AMBON JAYAPURA MANADO SORONG PALU WATAMPONE PAREPARE MAKASSAR KENDARI MAMUJU GORONTALO PALOPO MANOKWARI Bab 2. Perkembangan Inflasi Grafik 2.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu A 6.00 F % A B C A B D G B - (2.00) (4.00) Panen A : bulan puasa dan hari raya Idul Fitri B : kenaikan curah hujan, serta hari raya Natal dan Tahun Baru Sumber : BPS Sulawesi Tengah (diolah) E 2013 Inflasi yoy Inflasi mtm C : panen raya beras D : larangan impor hortikultura dan kenaikan tarif listrik E : impor bawang F : kenaikan harga BBM C G: Hari Nusantara Dalam dua tahun terakhir, inflasi bulanan Kota Palu menunjukan tren pencapaian inflasi bulanan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan nasional dan Sulampua. Namun demikian, inflasi bulanan rata-rata Kota Palu cenderung lebih tinggi Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Nasional dan Sulampua % mtm Palu Nasional Sulampua Sumber: BPS (diolah) dibandingkan inflasi nasional dan Sulampua dalam tiga bulan terakhir pasca kenaikan harga BBM. Inflasi Kota Palu pada Oktober-Desember secara berturut sebesar -0,69% (mtm); 0,67% (mtm) dan 1,14% (mtm). Inflasi Tahunan Kota Palu tercatat menempati urutan keenam teratas di antara kota-kota se-sulampua. Namun demikian, inflasi Kota Palu lebih rendah Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Beberapa Kota di Indoensia Timur %yoy Ket: Sumber: BPS Inflasi Tahunan Nasional 30

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi dibandingkan Kota Ternate (9,78%), Ambon (8,81%), Jayapura (8,27%), Manado (8,12%), dan Sorong (7,93%). Inflasi tahunan pada kota-kota lain di Indonseia Timur, selain Ternate dan Ambon pada bulan Desember 2013 tercatat lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Disagregasi inflasi menunjukkan komponen tren pergerakan inflasi volatile foods cenderung menurun, namun di lain pihak pergerakan inflasi inti dan inflasi administered price menunjukkan pergerakan meningkat. Pada akhir triwulan laporan, inflasi inti sebesar 5,04% (yoy), inflasi volatile foods sebesar 7,43% (yoy) dan inflasi administered price sebesar 14,14% (yoy). Inflasi inti dan inflasi administered price tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh kenaikan harga BBM pada bulan Juni Secara historis disagregasi inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan rata-rata disagregasi inflasi selama periode , kecuali kelompok inflasi inti. Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.5. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) 20.0 %,yoy %,yoy %,yoy Volatile Foods Adm Price Core (5.0) Inflasi IHK (rhs) Core Adm Price Volatile Foods (1.0) (3.0) (5.0) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Aktual Vs Historis %yoy Inti Volatile Foods Administered Price Rata-rata Triwulan IV-2013 Sumber: BPS (data diolah) 31

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Berdasarkan kelompok barang, inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tercatat sebesar 12,14% (yoy), yang kemudian diikuti oleh kelompok kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan yaitu masing-masing sebesar 11,01% (yoy) dan 7,58% (yoy). Sebaliknya, inflasi paling rendah terjadi pada kelompok sandang dan kesehatan, masing-masing sebesar 1,48% (yoy). Tabel 2.1. Inflasi Berdsasarkan Kelompok Komoditas % KELOMPOK KOMODITAS Dec-13 mtm qtq ytd yoy Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS Sulawesi Tengah Palu mengalami deflasi pada bulan Oktober, sedangkan inflasi terjadi pada bulan November dan Desember. Deflasi pada bulan Oktober sebesar -0,69% (mtm) dipengaruhi pasokan distribusi kepada pengecer yang membaik, serta tingkat konsumsi masyarakat yang mulai kembali normal. Pada bulan berjalan, deflasi bawang merah mencapai -34,20% (mtm). Selain itu, deflasi juga terjadi pada kelompok ikan segar. Penurunan harga kelompok ikan dipicu oleh membaiknya pasokan ikan yang dijual di pasar dan penurunan tingkat konsumsi. Faktor cuaca yang baik mendukung proses penangkapan ikan oleh nelayan dan distribusi kepada masyarakat. Sesuai perkiraan BMKG, curah hujan di hampir seluruh wilayah di Sulawesi Tengah pada bulan Oktober dan November masih dalam kategori normal. Deflasi kelompok ikan segar mencapai - 0,17% (mtm). Memasuki bulan November 2013, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) ke-4 per 1 Oktober 2013 direspon oleh pelaku usaha dengan melakukan penyesuaian harga pada bulan November Dari sisi inflasi inti, tekanan inflasi didominasi oleh subkelompok makanan jadi dengan tingkat inflasi bulanan sebesar 2,48% (mtm). Hal ini sejalan dengan kenaikan harga kelompok bahan makanan. Pada bulan Desember 2013, momen Hari Nusantara yang diikuti oleh perayaan Natal dan tahun baru mendorong kenaikan konsumsi barang dan jasa. Komoditas bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi 32

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi cukup tinggi pada bulan ini ialah bawang merah dan cabe merah dengan tingkat inflasi masing-masing sebesar 20,06% dan 13,28%. Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi terbesar Bulan Oktober Desember 2013 Oktober 2013 (Deflasi) November 2013 (Inflasi) Desember 2013 (Inflasi) Bawang Merah Ikan Bakar Cabe Rawit Cabe Rawit Tarip Listrik Beras Tomat Buah Angkutan Udara Angkutan Udara Kangkung Kacang Panjang Mobil Beras Bandeng Bawang Merah Ayam Hidup Semangka Tomat Sayur Layang Pisang Rokok Kretek Filter Cakalang Roti Manis Asam Semangka Cakalang Martabak Kacang Panjang Layang Tomat Buah Sumber : BPS Sulawesi Tengah 2.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Salah satu penyebab utama inflasi pada bulan November dan Desember ialah berkurangnya pasokan bahan pangan ke Kota Palu. Beberapa penyebab inflasi tersebut ialah meningkatnya curah hujan di wilayah Sulawesi Tengah. Laporan prakiraan cuaca yang dirilis oleh BMKG Provinsi Sulawesi Tengah memperkirakan terdapat 5 kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki curah hujan di atas normal pada bulan November 2013 dan 7 kabupaten pada bulan Desember Faktor cuaca mempengaruhi hasil panen dari para petani. Curah hujan yang tinggi menyebabkan produksi komoditas bumbu-bumbuan menjadi tidak optimal. Kebijakan kenaikan harga BBM berkontribusi signifikan terhadap kenaikan inflasi. Hingga triwulan IV-2013, pemerintah mengambil empat kebijakan yang mempengaruhi inflasi administered price, yaitu kenaikan tarif listrik pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober serta kenaikan harga premium dari Rp4.500 menjadi Rp6.500 serta harga solar Rp4.500 menjadi Rp5.500 pada bulan Juni. Kenaikan harga BBM tersebut mendorong naiknya biaya operasional yang harus ditanggung nelayan sehingga berdampak pada meningkatnya harga subkelompok ikan segar. Selain itu, kenaikan harga BBM juga berdampak langsung pada kenaikan harga subkelompok transportasi. 33

51 US$/tonne Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.3. Penyesuaian TDL Rumah Tangga dan Industri di tahun 2013 No Rumah Tangga Tarif Awal Tarif Kenaikan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV VA Rp 410 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik VA Rp 585 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik VA Rp 790 Rp 833 Rp 879 Rp 928 Rp 979 5,44% 5,52% 5,57% 5,50% VA Rp 795 Rp 843 Rp 893 Rp 947 Rp ,04% 5,93% 6,05% 6,02% VA Rp 890 Rp 948 Rp Rp Rp ,52% 6,43% 6,54% 6,51% VA ke atas Rp Rp Rp Rp Rp ,55% 9,62% 2,29% 3,13% No Industri Tarif Awal Tarif Kenaikan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV VA Rp 476 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik 2 900VA Rp 585 Tidak naik Tidak naik Tidak naik Tidak naik VA Rp 765 Rp 803 Rp 843 Rp 886 Rp 930 4,97% 4,98% 5,10% 4,97% KVA Rp 915 Rp 961 Rp Rp Rp ,03% 4,99% 4,96% 5,00% KVA Rp 870 Rp 914 Rp 959 Rp Rp ,06% 4,92% 5,01% 4,97% 6 Di atas 200 KVA Rp 731 Rp 757 Rp 783 Rp 823 Rp 864 3,56% 3,43% 5,11% 4,98% KVA lebih Rp 605 Rp 629 Rp 654 Rp 689 Rp 732 3,97% 3,97% 5,35% 6,24% Sumber : PLN 2.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Persiapan menjelang momen Hari Nusantara yang dimulai sejak bulan November 2013 hingga pelaksanaanya pada bulan Desember 2013 turut serta mendorong tingkat permintaan Grafik 2.7. Perkembangan Harga Kakao di Pasar Internasional 2,616 2,731 2,755 2,825 2,484 2,275 2,294 2,346 2,284 2,309 2,198 2,153 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Ags-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Sumber: icco.org masyarakat terhadap barang dan jasa. Selain itu, perkembangan harga kakao di pasar internasional menunjukkan tren postif. Setelah mengalami penurunan harga yang cukup tajam pada awal tahun, harga kakao pada triwulan laporan menunjukan adanya peningkatan. Kenaikan harga tersebut diikuti dengan kenaikan margin keuntungan yang diterima oleh pengekspor yang pada akhirnya meningkatkan konsumsi barang dan jasa oleh masyarakat. Konsumen Palu optimis. Nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di atas 100 yang menunjukkan kecenderungan optimisme konsumen. Selain itu, optimisme konsumen atas kondisi ekonomi pada triwulan berjalan meningkat dibandingkan triwulan 34

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi sebelumnya. Rata-rata IKK pada triwulan IV-2013 sebesar 140,5 lebih tinggi dari triwulan III-2013 sebesar 130,11. Konsumen yang terbilang optimis akan senantiasa melakukan konsumsi sehingga akan memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan. Ekspektasi kenaikan harga konsumen mengalami peningkatan. Konsumen berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 s/d 6 bulan mendatang. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota Palu yang tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini yang bernilai di atas 100. Ekspektasi kenaikan harga untuk 6 bulan yang akan datang pada bulan Desember 2013 terlihat menurun dibandingkan bulan September 2013, demikian pula ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang. Tabel 2.8. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Optimis Pesimis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulteng (2013) Tabel 2.9. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum yang Akan Datang Indeks Inflasi Palu (mtm) Ekspektasi Harga dalam 6 bulan yang akan datang Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Sulteng (2013) % m.t.m Ekspektasi Harga dalam 3 bulan yang akan datang 2.4 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok transportasi, komunikasi dan keuangan sebesar 12,14% (yoy) dan terendah dialami oleh kelompok sandang dan kesehatan sebesar 1,48% (yoy) pada triwulan IV Selama periode berjalan, hampir semua kelompok komoditas menunjukan pergerakan inflasi Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas % yoy UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber: BPS Sulawesi Tengah tahunan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali kelompok bahan 35

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi makanan dan kelompok kesehatan. Namun demikian, dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, beberapa kelompok komoditas menunjukan pencapaian inflasi tahunan yang lebih rendah, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Secara keseluruhan, inflasi tahunan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mencatat kenaikan paling tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari inflasi pada triwulan Tabel 2.4. Perbandingan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas KELOMPOK KOMODITAS TW IV TW IV UMUM I. BAHAN MAKANAN II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR IV. SANDANG V. KESEHATAN VI. PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA VII. TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber: BPS Sulawesi Tengah IV-2013 yang tercatat sebesar 12,14% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 2,96% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2013 yang mendorong inflasi tahunan subkelompok transportasi sebesar 17,95% (yoy). Inflasi tahunan terbesar terjadi pada komoditas bensin dan angkutan dalam kota sebesar 43,93% (yoy) dan 33,33% (yoy). Bawang merah menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi tahunan di Kota Palu. Inflasi tahunan bawang merah selama Oktober- Desember menunjukan peningkatan yang sangat tinggi, yaitu 117,37% (Oktober), 106,46% (November), dan 112,80% (Desember). Hasil Survei Tabel 2.5. Inflasi Kelompok Bahan Makanan % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Bahan Makanan Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diazetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lalnnya Sumber: BPS Sulawesi Tengah Pemantauan Harga selama triwulan laporan mengkonfirmasi adanya tren kenaikan harga komoditas ikan segar dan bumbu-bumbuan selama bulan Oktober hingga Desember. Memasuki bulan Oktober, harga kedua kelompok komoditas tersebut tercatat stabil, bahkan pada pertengan bulan Oktober mulai terjadi penurunan harga. Namun demikian, seiring dengan curah hujan yang mulai meningkat, disertai dengan melonjak konsumsi % 36

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi masyarakat menjelang Hari Nusantara, Natal dan tahun baru, harga komoditas mengalami kenaikan terutama kelompok ikan segar yang naik cukup signifikan. Pada kelompok bumbu-bumbuan, bawang merah diperdagangkan pada tingkat harga Rp Rp per kg di bulan Oktober lalu meningkat pada kisaran harga Rp per kg di bulan Desember. Hal yang serupa juga dialami oleh komoditas cabe rawit. Setelah diperdagangkan pada kisaran Rp Rp per kg pada bulan Oktober, harga meningkat Rp Rp per kg pada bulan Desember. Perkembangan harga beberapa komoditas bahan makanan di Kota Palu selama bulan Oktober Desember 2013 terekam dalam hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) sebagaimana ditunjukkan dalam grafik dibawah ini. Rp/Kg 90,000 75,000 60,000 45,000 30,000 15,000 Grafik Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan Grafik Perkembangan Harga Ikan Segar Rp/Kg 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 - M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V SEPT-13 OKT-13 NOV-13 DES-13 CABE MERAH BESAR CABE RAWIT BAWANG MERAH BAWANG PUTIH TOMAT SAYUR TOMAT BUAH 15,000 M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V SEPT-13 OKT-13 NOV-13 DES-13 IKAN BANDENG IKAN KEMBUNG IKAN MAS/LAYANG IKAN TONGKOL/CAKALANG IKAN EKOR KUNING IKAN SELAR Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulteng (2013) Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulteng (2013) Grafik Perkembangan Harga Beras Rp/Kg 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V SEPT-13 OKT-13 NOV-13 DES-13 CIHERANG MEMBRAMO SUPERWIN CIMANDI CINTANUR Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulteng (2013) Rp/Kg 90,000 75,000 60,000 45,000 30,000 15,000 0 Grafik Perkembangan Harga Daging dan Telur M I M II M III M M I M II M III M M V M I M II M III M M I M II M III M M V IV IV IV IV SEPT-13 OKT-13 NOV-13 DES-13 DAGING SAPI (KUALITAS I) DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulteng (2013) Inflasi tahunan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada periode sebelumnya. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 11,01% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 11,56% (yoy). Penurunan inflasi tersebut 37

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi terutama didukung oleh penurunan inflasi pada subkelompok makanan jadi, dimana pada triwulan IV-2012 inflasi subkelompok makanan jadi sebesar 14,90% (yoy) sedangkan pada triwulan IV-2013 turun menjadi 11,43% (yoy). Beberapa komoditas yang mengalami perlambatan laju inflasi tahunan cukup besar pada triwulan IV-2013 dibandingkan triwulan IV-2012 ialah binte (8,33%), gado-gado (4%), mie dan nasi masing-masing sebesar 0%. Tabel 2.6. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol Sumber: BPS Sulawesi Tengah Kenaikan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lebih disebabkan karena meningkatnya permintaan bahan bangunan seiring dengan meningkatnya investasi di Kota Palu dan kenaikan Tarif Dasar Listrik yang berlangsung setiap triwulan. Maraknya pembangunan hotel, ruko dan pusat perbelanjaan di Kota Palu mendorong permintaan bahan-bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga yang cukup signifikan. Dua komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi yakni korek api gas dengan tingkat kenaikan sebesar 17,63% (yoy) dan kulkas/lemari es sebesar 20,36% (yoy). Selain itu, kenaikan tarif TDL yang telah berlangsung empat kali selama tahun 2013 mendorong inflasi tahunan tarif listrik sebesar 12,93% (yoy). Tabel 2.7. Inflasi Kelompok Perumahan, alr, Listrik, Gas dan Bahan Bakar % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Perumahan, alr, Listrik, Gas & Bahan Bakar Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan alr Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga Sumber: BPS Sulawesi Tengah Inflasi kelompok sandang relatif terkendali. Dibandingkan triwulan yang sama pada periode sebelumnya, inflasi pada triwulan laporan tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang pada periode sebelumnya dimana inflasi kelompok sandang 38

56 Bab 2. Perkembangan Inflasi pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,49% (yoy) sedangkan pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 2,70% (yoy). Penurunan inflasi kelompok sandang pada triwulan laporan dipengaruhi oleh deflasi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar - 3,23% (yoy). Menurunnya harga emas dunia mendorong penurunan tingkat inflasi emas perhiasan dimana inflasi emas perhiasan pada triwulan IV-2012 sebesar 7,09% (yoy) turun menjadi -4,24% (yoy) pada triwulan IV Tabel 2.8. Inflasi Kelompok Sandang % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Sandang Sandang Laki-laki Sandang zanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Laln Sumber: BPS Sulawesi Tengah Subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika mengalami laju inflasi yang lebih besar dibandingkan subkelompok lainnya pada kelompok kesehatan. Tingginya inflasi tahunan pada Tabel 2.9. Inflasi Kelompok Kesehatan % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Kesehatan Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perazatan Jasmani Perazatan Jasmani dan Kosmetika Sumber: BPS Sulawesi Tengah subsektor perawatan jasmani dan kosmetika didorong oleh kenaikan pada komoditas deodorant (19,47%), hand body lotion (12,17%) dan pelembab (13,14%). Namun demikian, inflasi tahunan kelompok kesehatan masih tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada periode sebelumnya, dimana inflasi pada triwulan IV-2013 sebesar 1,47% (yoy) sedangkan triwulan IV-2012 sebesar 7,35% (yoy). Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan laporan tercatat 6,10% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Tabel Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Jasa Pendidikan Kursus-kursus/Pelatihan Perlengkapan/Peralatan Pendidikan Rekreasi Olahraga Sumber: BPS Sulawesi Tengah 3,16% (yoy). Meskipun mengalami kenaikan harga secara umum, subsektor kursuskursus/pelatihan menujukan perkembangan harga yang stabil dengan laju inflasi tahunan 39

57 Bab 2. Perkembangan Inflasi sebesar 0,00% (yoy). Kenaikan harga tertinggi pada kelompok ini terjadi pada buku tulis bergaris, SLTP dan laptop/notebook yang masing-masing meningkat sebesar 11,69% (yoy), SLTP 8,98% (yoy), dan 7,94% (yoy). Kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2013 masih berpengaruh cukup signifikan terhadap pencapaian inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada periode berjalan. Meskipun harga BBM telah meningkat pada bulan Juni 2013, namun penyesuaian harga beberapa komoditas baru berlangsung pada periode laporan. Beberapa komoditas yang menunjukan inflasi tahunan cukup tinggi hingga triwulan laporan ialah bensin (43,93%), angkutan dalam kota (33,33%), busi (25,00%), solar (22,22%), tarif taksi (20,00%), serta tarif sewa motor (20,00%). Namun demikian, terjadi penurunan harga secara tahunan pada dua komoditas, yaitu telepon seluler (-25,43%) dan sepeda motor sebesar (-3,17%). Tabel Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan % KELOMPOK/SUBKELOMPOK Desember 2013 qtq ytd yoy Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Transpor Komunikasi dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Sumber: BPS Sulawesi Tengah 2.5 Disagregasi Inflasi Bila dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap inflasi, inflasi inti masih memiliki kontribusi yang besar dalam struktur inflasi di Kota Palu. Inflasi inti (core inflation) berkontribusi sebesar 54,91% terhadap pembentukan inflasi. Sementara volatile food yang sebagian besar terdiri dari subkelompok barang bahan pangan berkontribusi sebesar 21,63% terhadap pembentukan inflasi. Di sisi lain, subkelompok yang pergerakan harganya sangat terkait dengan kebijakan pemerintah baik dalam penentuan harga bahan bakar minyak (BBM), gas, Tarif Tenaga Listrik (TTL), maupun cukai barang tertentu secara keseluruhan berkontribusi sebesar 23,46% terhadap pembentukan inflasi. Pergerakan inflasi inti (core) pada posisi terakhir di triwulan IV-2013 menunjukkan pergerakan yang lebih moderat. Rata-rata pertumbuhan inflasi inti selama triwulan IV-2013 sebesar 0,96% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulanan selama triwulan III-2013, yakni sebesar 1,00% (mtm), namun masih lebih 38

58 Bab 2. Perkembangan Inflasi tinggi dibandingkan rata-rata inflasi bulanan selama tahun , yakni sebesar 0,46% (mtm). Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, inflasi inti masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dimana inflasi inti pada triwulan IV-2013 sebesar 5,04% (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2012 sebesar 6,14% (yoy). Masih relatif terjaganya pergerakan inflasi inti seiring dengan penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada beberapa subkelompok, antara lain barang pribadi dan sandang lain, jasa kesehatan, jasa perawatan jasmani, kursus-kursus/pelatihan komunikasi dan pengiriman dan beberapa subkelompok lainnya. Sementara di sisi lain dari sisi penawaran, pergerakan inflasi dari kelompok volatile foods dan administered price menunjukkan pergerakan yang berbeda. Inflasi volatile foods pada triwulan IV-2013 mencapai 7,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,49% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada inflasi administered price pada triwulan IV-2013 mencapai 14,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,37% (yoy). Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya inflasi volatile foods antara lain meningkatnya permintaan bahan pangan selama momen Hari Nusantara, serta faktor cuaca yang menyebabkan pasokan ikan segar dan hasil panen menurun. Sementara itu, tingginya inflasi administered price antara lain akibat kebijakan kenaikan tarif listrik secara bertahap setiap triwulan serta kenaikan harga BBM pada bulan Juni Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sebagai respons terhadap perkembangan inflasi Kota Palu selama satu tahun terakhir, serta rencana program kerja yang akan dilakukan pada tahun 2014, TPID Sulawesi Tengah dan TPID Kota Palu telah melaksanakan high level meeting yang kedua pada tanggal 3 Desember Beberapa rencana strategi yang dibahas pada pertemuan tersebut adalah: 1. Menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri No.027/1696/SJ tgl. 02 April 2013 tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah yang menginstruksikan pembentukan TPID di setiap Kabupaten/Kota, serta penyesuaian struktur organisasi TPID. Untuk itu, pada tahun 2014 TPID Sulawesi Tengah dan TPID Kota Palu akan melakukan penyesuaian struktur organisasi TPID, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk, serta segera menginisiasi pembentukan TPID di daerah perhitungan inflasi BPS dan atau daerah penyangga pusat ekonomi daerah, misalnya di Kabupaten Banggai, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso. 39

59 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2. Dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan bahan pangan di Sulawesi Tengah, akan dilakukan kerja sama dengan TPID wilayah lainnya yang menjadi mitra dagang utama Sulawesi Tengah. Untuk itu, beberapa langkah yang akan diambil: a. Penyusunan neraca bahan makanan (produk strategis/unggulan) b. Peningkatan koordinasi dan sinergi kegiatan antar SKPD terkait pengembangan sektor/produk unggulan daerah c. Peningkatan kapasitas dan kualitas produksi daerah melalui ekstensifikasi, intensifikasi, penguatan perusahaan daerah dan pembentukan LPKD d. Penguatan UMKM/Gapoktan di daerah secara kelembagaan, pengelolaan produksi maupun peran dalam masyarakat e. Penertiban surat perdagangan antar pulau untuk meningkatkan manajemen stok dan stabilisasi harga f. Penyiapan pengembangan PIHPS di Sulawesi Tengah sesuai dengan blue print pokjanas TPID 3. Dalam rangka turut mendukung percepatan investasi di daerah, TPID Sulawesi Tengah dan TPID Kota Palu akan melakukan beberapa hal sebagai berikut: a. Melakukan koordinasi dan sinergi penetapan UMP antara pemerintah provisin, pemerintah kabupaten/kota dan APINDO terkait waktu penetapan, perhitungan KHL dan tahapan penetapan b. Melakukan percepatan pemberian izin dan non izin berusaha di daerah melalui penguatan pelayanan terpadu satu atap (PTSP) c. Penyusunan strategi komunikasi dan atau promosi potensi daerah d. Percepatan perbaikan/pembangunan infrastruktur antar daerah e. Evaluasi peraturan daerah yang berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi f. Penguatan komitmen dan realisasi pelaksanaan program pembangunan dalam kerangka MP3EI, KEK Palu dan Kapet Palapas ooo 40

60 Boks 2. Perkembangan, Karakteristik dan Tantangan Inflasi Provinsi Sulawesi Tengah Perkembangan Inflasi Daerah 2013 Berdasarkan data inflasi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang dirilis oleh BPS Provinsi Sulawesi Tengah, dapat dilihat bahwa inflasi Kota Palu pada tahun 2013 memiliki inflasi tertinggi hingga mencapai 7,57% (yoy) yang dominan disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang berdampak besar bagi kenaikan harga berbagai komoditas serta berbagai event besar seperti Perayaan Nasional Hari Nusantara yang terjadi pada penghujung tahun Bila dilihat data secara bulanan, inflasi di tahun 2013 memiliki fluktuasi yang tinggi dengan standar deviasi sebesar 1,53 atau lebih tinggi dibandingkan standar deviasi rata-rata inflasi 5 tahun terakhir sebesar 0,98. 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des ,40% 0,33% 1,04% -0,85% 0,35% 0,15% 0,98% 1,56% 0,77% -1,17% -0,20% 0,35% ,12% -0,10% -0,65% -0,13% 0,96% 0,83% 1,17% 2,75% 0,94% -1,84% 0,52% 1,73% ,13% 0,66% 0,67% -1,47% 0,58% 0,21% 1,37% 1,91% -2,33% -0,23% 0,42% 1,52% ,45% -0,04% 0,15% 0,16% 0,61% 0,95% 1,86% 2,81% -2,00% -0,30% -0,52% 1,69% ,18% 0,58% -0,10% -0,95% -0,19% 0,88% 4,59% 2,10% -0,76% -0,69% 0,67% 1,14% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Palu selama 5 tahun terakhir 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des ,74% 10,02% 11,07% 9,87% 8,25% 5,83% 4,10% 4,60% 4,16% 2,92% 5,11% 5,73% ,42% 4,97% 3,21% 3,96% 4,59% 5,31% 5,50% 6,74% 6,92% 6,19% 5,51% 6,40% ,48% 8,30% 9,74% 8,27% 7,87% 7,20% 7,42% 6,54% 3,09% 4,78% 4,69% 4,47% ,76% 3,04% 2,50% 4,19% 4,22% 4,99% 5,50% 6,42% 6,78% 6,70% 5,69% 5,87% ,58% 6,24% 5,97% 4,80% 3,96% 3,89% 6,67% 5,94% 7,29% 6,87% 8,15% 7,57% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palu selama 5 tahun terakhir Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahun Kota Palu sebesar 7,57% di tahun 2013 dibentuk oleh inflasi inti dengan andil sebesar 4,16% (yoy), inflasi administered price dengan andil sebesar 1,78% (yoy) dan inflasi volatile foods dengan andil 1,64% (yoy). Kebijakan kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik administered price di tahun yang dilakukan pemerintah memberikan efek terhadap tingginya inflasi Tabel 1. Perbandingan Inflasi Tahunan Provinsi di Sulampua (%,yoy) No. Provinsi Sulsel 6,56 2,87 4,41 6,22 2 Sulbar 5,12 4,91 3,28 5,91 3 Sultra 3,87 5,09 5,25 5,92

61 No. Provinsi Sulut 6,28 0,67 6,04 8,12 5 Sulteng 6,40 4,47 5,87 7,57 6 Maluku 8,78 2,85 6,73 8,81 7 Malut 5,32 4,52 3,29 9,78 8 Gorontalo 7,43 4,08 5,31 5,84 9 Papua 4,48 2,03 4,52 8,27 10 Papua Barat 7,41 0,37 5,07 7,25 Sulampua 6,40 2,92 4,98 7,02 Nasional 6,96 3,79 4,30 8,38 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Bila dibandingkan dengan provinsi lain di Sulampua, inflasi tahunan Sulteng pada tahun 2013 tertinggi ke-5 dari 10 provinsi di Sulampua. Angka inflasi Sulawesi Tengah di akhir tahun tersebut berada di atas inflasi Sulampua namun masih di bawah inflasi nasional. Secara umum inflasi Kota Palu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Memiliki pola siklikal yang berulang tiap tahunnya. Pada bulan April, inflasi bulanan Kota Palu cenderung menurun seiring dengan panen raya padi yang terjadi di berbagai sentra produksi. Sementara pada periode bulan Ramadhan dan Idul Fitri, inflasi cenderung naik tinggi dan mengalami penurunan yang cukup signifikan juga pada periode berikutnya. Di sisi lain, inflasi Kota Palu mengalami tren meningkat menjelang akhir tahun seiring dengan perayaan Natal dan Tahun Baru. 2. Peran ekspektasi masyarakat yang cukup besar dalam pembentukan inflasi Kota Palu. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulteng terlihat bahwa masyarakat Kota Palu masih melihat perilaku pembentukan inflasi pada periode sebelumnya (backward looking). 3. Inflasi Kota Palu cenderung memiliki persistensi yang tinggi dan konvergen (bergerak searah/mendekati) terhadap inflasi nasional. Palu yang dilakuka koefisien persistensi inflasi Kota Palu mencapai 0,94 (kategori tinggi). Derajat persistensi yang tinggi menunjukkan lambatnya tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat alamiahnya. Sebaliknya derajat persistensi yang rendah menunjukkan cepatnya tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat alamiahnya setelah timbulnya suatu shock. 4. an KPw BI Prov. Sulteng pada tahun 2011 diperoleh informasi bahwa struktur pasar produsen pertanian, perikanan dan peternakan umumnya adalah

62 Pasar Persaingan Sempurna, sementara pedagang pertanian, perikanan dan peternakan mayoritas memiliki struktur oligopoli. Di sisi lain jalur distribusi produk pertanian cenderung mempunyai mata rantai yang lebih panjang dan kurang efisien dibanding produk manufaktur karena melibatkan pedagang pengumpul. Dari survei yang dilakukan ke pedagang di Kota Palu diketahui faktor utama yang menentukan harga jual secara umum di seluruh level pedagang adalah ketersediaan supply dibandingkan dengan demand. Dalam menetapkan harga jual, mayoritas responden cenderung mengikuti harga pasar tertinggi. 5. Inflasi Kota Palu cenderung sensitif terhadap pergerakan kenaikan harga BBM. Dari penelitian Model Makro Ekonomi Regional (REMBI) yang dilakukan KPw BI Prov. Sulteng pada tahun 2013 terlihat bahwa kenaikan BBM berdampak pada meningkatnya IHK pada subkelompok administered dan kemudian ditransmisikan ke subkelompok lain yaitu inflasi inti dan volatile food. Efek kenaikan BBM langsung ditransmisikan tanpa ada jeda (lag) ke seluruh subkelompok inflasi. 6. Secara umum inflasi Kota Palu juga dipengaruhi oleh inflasi di daerah lain seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Hal ini berkaitan dengan besarnya transaksi perdagangan (keterkaitan perekonomian dan trasportasi antar daerah) antara Sulawesi Tengah dengan provinsi-provinsi tersebut yang berpengaruh pada ketersediaan barang di pasar dan pembentukan harga. Prospek dan Tantangan Pengendalian Inflasi Daerah Inflasi Kota Palu 2014 diperkirakan menurun dibandingkan tahun lalu dan berada pada level yang terkendali. Prakiraan terkendalinya inflasi di 2014 ditopang oleh memadainya interaksi permintaan-penawaran seiring dengan penambahan kapasitas produksi. Beberapa faktor yang berpotensi memberikan tekanan inflasi Kota Palu pada tahun 2014 diantaranya : 1. Kenaikan UMP yang berpotensi meningkatkan harga berbagai barang dan jasa di awal tahun Sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi Tengah no. 56/563/DISNAKERTRANS-G.ST/2013 tertanggal 1 November 2013 tentang UMP Sulteng 2014, tingkat UMP pada tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp ,- meningkat 25,63% dari tahun sebelumnya. 2. Kenaikan elpiji 12 kg yang umumnya akan ditransmisikan kepada kenaikan harga berbagai jenis bahan makanan dan makanan jadi. Pada awal tahun 2014, kenaikan elpiji ditetapkan

63 Pertamina dan pemerintah sebesar Rp1.000/kg yang merupakan revisi dari kenaikan awal sebesar Rp3.500/kg. 3. Rencana penyesuaian tarif angkutan udara. 4. Rencana Kenaikan listrik industri yang dapat meningkatkan biaya operasional perusahaan yang biasanya akan di respon melalui pengurangan volume produk atau kenaikan harga jual. 5. Tekanan nilai tukar rupiah yang berpotensi meningkatkan imported inflation. 6. Curah hujan yang tinggi, banjir dan longsor yang berpotensi mengganggu produksi pangan dan proses distribusi komoditas utama dari sentra produksi ke pasar konsumsen yang pada gilirannya berdampak pada meningkatnya tekanan inflasi di sisi suplai. Agenda Prioritas TPID Sulteng tahun 2014 Program TPID Sulawesi Tengah dan Kota Palu pada 2014 diarahkan untuk memperkuat peran daerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan risiko dalam menjaga stabilitas harga di daerah. Di tahun 2014, terdapat kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan risiko pangan. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2014, TPID Provinsi Sulteng akan melakukan penguatan di beberapa aspek yaitu : Pertama, aspek kelembagaan. TPID Provinsi Sulteng akan Melakukan penyesuaian organisasi TPID baik di TPID Provinsi Sulawesi Tengah maupun TPID Kota Palu sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 027/1696/SJ tanggal 2 April 2013, tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah dan Surat Edaran Mendagri No.500/6414/SJ tanggal 19 September 2013 perihal Rencana Aksi Tindak Lanjut Paket Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi. Kedua, aspek penguatan Pusat Informasi Harga untuk mengurangi asimetris harga yang terjadi baik di tingkat petani, pedagang maupun konsumen. Di tahun 2014, informasi yang tersebar di berbagai instansi rencananya akan disatukan dalam Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Ketiga, aspek peningkatan produksi pangan. Program kerja anggota TPID sebaiknya disinergikan dengan peningkatan produksi pangan mengingat tetap adanya risiko inflasi pangan di tahun Program-program seperti peningkatan produksi ikan laut dan ikan air tawar, dan program intensifikasi dan ekstensifikasi padi, bawang merah, cabai merah dan komoditas bumbubumbuan lainnya hendaknya menjadi salah satu skala prioritas pemerintah daerah untuk mengurangi risiko inflasi khususnya disisi suplai. Keempat, meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar daerah (TPID) untuk mendukung ketahanan dan stabilisasi harga pangan daerah.

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah miliar rupiah 9,000 7,500 6,000 4,500 3,000 1,500 0 Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Giro Deposito Tabungan Pert. Giro Pert. Deposito Pert. Tabungan Sumber: Cognos Bank Indonesia dan Laporan Statistik BPR *) Data BPR hingga November 2013 %g (yoy) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan miliar rupiah 21,000 18,000 15,000 12,000 9,000 6,000 3,000 0 Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Sumber: Cognos Bank Indonesia dan Laporan Statistik BPR *)Data BPR hingga November 2013 %g (yoy) 70 Konsumsi Investasi Modal Kerja Pert. K.Inv Pert. K.Kons Pert. KMK

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Tengah No RINCIAN miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain) Tw 1 Tw 4 Tw 1 Tw 3 Sumber: Cognos Bank Indonesia dan Laporan Statistik BPR *) Data BPR hingga November 2013

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Keterangan I II III IV I II III IV I II III IV Total Aset 12,089 12,761 13,096 13,424 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18,896 19,112 Dana Pihak Ketiga 7,464 8,003 8,054 8,865 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11,364 11,330 Giro 1,639 1,685 1,628 1,513 2,519 2,588 2,621 1,724 2,851 2,917 2,906 1,737 Deposito 1,736 1,812 1,883 1,692 1,932 1,809 1,811 1,720 1,731 1,809 1,840 1,920 Tabungan Kredit (Jenis 4,089 4,506 4,543 5,659 4,887 5,666 5,745 6,579 5,860 6,198 6,618 7,673 Penggunaan) 9,627 10,331 10,735 11,178 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16,145 16,693 Modal Kerja 4,048 4,406 4,691 4,912 4,797 5,326 4,915 5,123 5,215 5,471 5,599 5,748 Investasi ,104 1,133 1,350 1,429 1,735 1,810 1,970 Konsumsi 4,823 5,112 5,186 5,341 5,595 5,715 6,751 7,258 7,678 8,246 8,737 8,975 LDR NPL NPL Gross 3.06% 3.36% 3.24% 2.77% 2.61% 2.26% 2.15% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% 1.95% Sumber: Cognos Bank Indonesia Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah miliar rupiah

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp miliar 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% % (yoy) Giro Deposito Tabungan Pert. Giro Pert. Deposito Pert.Tabungan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 3.4. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Tabungan Deposito Giro Sumber: Cognos Bank Indonesia Sumber: Cognos Bank Indonesia

68 Poso Banggai Toli-Toli Banggai Kep. Morowali Buol Parigi Moutong Palu, Donggala, Sigi, Touna Sulteng Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk 100% 90% 80% 60% 40% 20% 46% 67% 12% 16% 18% 30% 71% 51.87% 0% Sumber: Cognos Bank Indonesia

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah juta rupiah 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des %g (yoy) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 3.7. Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi K.Konsumsi Pert Modal Kerja Pert Investasi Pert Konsumsi Sumber: Cognos Bank Indonesia K.Investasi K.Modal Kerja 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Sumber: Cognos Bank Indonesia Sumber: Cognos Bank Indonesia

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Keterangan Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum per Sektor miliar rupiah Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Kredit-Sektor Ekonomi 9,627 10,331 10,735 11,178 11,378 12,145 12,799 13,730 14,321 15,452 16,145 16,693 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran 2,630 2,874 3,032 3,318 3,317 3,868 3,750 3,979 4,084 4,699 4,743 4,874 Penyediaan Akomodasi dan Penyed. Makan Minum Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga Kegiatan yang belum jelas batasannya 1,027 1,064 1, Penerima Kredit bukan Lapangan Usaha 4,823 5,112 5,186 5,341 5,595 5,715 6,751 7,258 7,678 8,246 8,737 8,975 Sumber: Cognos Bank Indonesia miliar rupiah 2,500 2,000 1,500 1, Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Properti %g (yoy) 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0 0% Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 KPR Kredit Ruko Growth KPR Growth Kredit Ruko Sumber: Cognos Bank Indonesia Grafik 3.9. Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan Tipe miliar rupiah %g (yoy) 1, % 1, % 1, % 300% % % 400 0% % 0-200% Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 KPR s.d. Tipe 21 KPR Tipe 22 s.d. 70 KPR Tipe > 70 Pert. KPR s.d. Tipe 21 Pert. KPR Tipe 22 s.d. 70 Pert. KPR Tipe > 70 Sumber: Cognos Bank Indonesia

71 Poso Banggai Toli-Toli Banggai Kep. Morowali Buol Parigi Moutong Palu, Donggala, Sigi, Touna Sulteng Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik Rasio Rekening Kredit Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk 20% 19% 16% 12% 8% 8% 11% 6% 12% 8.85% 4% 0% 1% 3% 1% Sumber: Cognos Bank Indonesia

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

73 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik Perkembangan Aset BPR juta rupiah %g (yoy) 1,600, % 1,400, % 1,200, % 1,000,000 80% 800, ,000 60% 400,000 40% 200,000 20% - 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Nov ASET Pert. Aset Sumber: Laporan Statistik BPR

74 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan juta rupiah %g (yoy) 375, % 300,000 Dipake utk Grafik % 225, % 150,000 75,000 0% % Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Nov Deposito Tabungan Pert.Deposito Pert.Tabungan Sumber: Laporan Statistik BPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan juta rupiah %g (yoy) 1,200, % 1,000, % 800, % 600, % 400, % 200,000 0% % Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Nov Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja Pert.Investasi Pert.Konsumsi Sumber: Laporan Statistik BPR Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah Kantor Pusat Cabang Jumlah 1. Kab. Banggai Kepulauan Kab. Buol Kab. Donggala 0 4. Kab. Morowali Kab. Parigi Moutong Kab. Banggai Kab. Poso Kab. Tojo Una-Una Kab. Toli-Toli Kota Palu 4 4 Total Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah

75 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

76 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah miliar rupiah %g (yoy) 1, % 1, % % 80% % % % - 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des ASET Pert. Aset Sumber: Cognos Bank Indonesia Grafik Perkembangan DPK Bank Syariah miliar rupiah %g (yoy) % % % % Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Giro Deposito Tabungan Pert. Giro Pert.Deposito Pert.Tabungan Sumber: Cognos Bank Indonesia Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah miliar rupiah %g (yoy) % % % 200% % % % 100 0% 0-50% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja Pert.Investasi Pert.Konsumsi Sumber: Cognos Bank Indonesia

77 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

78 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, Menengah Bank Umum juta rupiah 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 0 Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des %g (yoy) 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% K.Mikro K.Kecil K.Menengah K.Mikro K.Kecil K.Menengah Sumber: Cognos Bank Indonesia

79 Boks. 3. Reposisi Bank Indonesia di Era Otoritas Jasa Keuangan : Urgensi Pengawasan Makroprudensial Tanggal 31 Desember 2013 menjadi salah satu tanggal bersejarah bagi dunia perbankan di Indonesia karena pada tanggal tersebut fungsi pengawasan perbankan telah beralih dari Bank Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun demikian, sesuai dengan penjelasan Pasal 7 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang OJK, BI tetap memiliki wewenang untuk mengawasi perbankan dari sisi makroprudensial, di lain pihak OJK akan melakukan pengawasan dari sisi mikroprudensial. Dengan demikian, pengawasan yang dilakukan OJK akan diarahkan pada analisis perkembangan individu lembaga keuangan, sedangkan pengawasan yang dilakukan BI akan diarahkan pada analisis sistem keuangan secara keseluruhan sebagai kumpulan dari individu lembaga keuangan. Sejatinya kebijakan makroprudensial merupakan bagian kebijakan yang diambil Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan merupakan kondisi dimana institusi keuangan dan pasar keuangan berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Hal ini berarti fokus kebijakan makroprudensial ialah risiko sistemik yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem keuangan secara keseluruhan sehingga berpotensi menimbulkan krisis. Secara umum terdapat 3 (tiga) macam bentuk antisipasi untuk mencegah terjadinya krisis: 1. Menghilangkan ancaman. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi sumber risiko pada saat kondisi masih normal dan mencoba untuk meminimalisirnya. Potensi risiko bisa datang dari mana saja, baik dari dalam (makroekonomi, lembaga keuangan) maupun luar (eksternal makroekonomi, sektor keuangan). Sebagai contoh, kebijakan LTV dikeluarkan untuk meminimalisir risiko bubble di sektor properti. 2. Memperkuat ketahanan.

80 Apabila potensi ancaman semakin riil, peningkatan ketahanan dari sistem keuangan mutlak diperlukan. Contoh: peningkatan permodalan bank atau pelarangan transaksi tertentu. 3. Manajemen krisis. Apabila potensi ancaman tidak bisa diatasi dan menyebabkan instabilitas, maka krisis manajemen diperlukan. Dalam hal ini, kecepatan pengambilan keputusan menjadi hal krusial, termasuk koordinasi antar lembaga dan antar negara. Dalam pelaksanaannya, meskipun terdapat beberapa kesamaan pendekatan yang digunakan baik dalam pengawasan mikroprudensial maupun makroprudensial, namun dengan tujuan pengawasan yang berbeda. Pengawasan makroprudensial BI akan memprioritaskan pada identifikasi sumber ancaman, baik yang bersumber dari luar maupun berasal dari dalam sektor keuangan itu sendiri. Hal ini juga akan dilengkapi dengan simulasi atau stress test dan early warning signal sebagai alat utama. Selain itu, pemeriksaan bank oleh BI dilakukan dalam kerangka memantau Stabilitas Sistem Keuangan secara keseluruhan antara lain untuk memperkuat hasil surveillance, sekaligus mendapatkan fakta kondisi terkini melalui perilaku, eksposur risiko (antara lain risiko pasar, likuiditas, pasar, dan kredit) dan manajemen risiko, strategi bisnis, serta ketahanan. Dengan perbedaan tujuan ini, fungsi pemeriksaan yang dilakukan oleh kedua otoritas juga berbeda, yaitu pemeriksaan dilakukan oleh BI berdasarkan kebutuhan tertentu (based on request), sementara OJK melakukan pemeriksaan secara rutin. Berkaca pada ketentuan yang dikeluarkan BI selama tahun 2013, setidaknya terdapat 3 ketentuan BI yang dapat dijadikan contoh kebijakan makroprudensial. Pertama, kebijakan Loan to Value (LTV) untuk KPR dan KKB yang mengatur besarnya jumlah pinjaman yang dapat disalurkan oleh perbankan. Kedua, kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) berdasarkan Loan to Deposits Ratio (LDR) yang mewajibkan perbankan memelihara tambahan GWM rupiah (selain GWM primer dan GWM sekunder yang besarnya ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari total DPK rupiah) yang nilainya ditentukan berdasarkan angka LDR bank. Ketiga, kebijakan Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang mewajibkan bank melaporkan kepada BI dan melakukan publikasi secara rutin atas komponen SBDK untuk masing-masing kredit korporasi, ritel, konsumsi (KPR dan non KPR) dan kredit mikro. --- o0o ---

81 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN - Pertumbuhan tahunan (yoy) peredaran uang secara tunai mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. - Secara non tunai, pertumbuhan tahunan (yoy) peredaran uang pada triwulan IV-2013 juga menunjukkan adanya perlambatan baik dari sisi RTGS maupun kliring dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. - Jumlah temuan uang palsu menurun di tahun Transaksi Keuangan Secara Tunai Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Pada triwulan IV-2013, kondisi transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah mengalami perlambatan pertumbuhan secara tahunan (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan III baik di sisi inflow maupun disisi outflow. Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp1,86 triliun atau 5,72 kali lipat nominal inflow. Kondisi ini sesuai dengan karakteristik ekonomi Sulawesi Tengah yang secara umum lebih dominan di sisi outflow dibandingkan inflow yang digunakan untuk melakukan pembayaran realisasi proyekproyek APBD dan APBN di Sulawesi Tengah, pembayaran hasil panen komoditas pertanian serta kegiatan-kegiatan lainnya yang memicu kebutuhan penggunaan uang tunai. Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai Rp miliar Inflow Outflow Netflow (500) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (1.000) (1.500) (2.000) Sumber : KPw BI Prov. Sulteng 56

82 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Secara tahunan, kegiatan perkasan di Sulawesi Tengah mencatat jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulawesi Tengah dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang tahun 2013 sebesar Rp2,58 triliun atau meningkat 36,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy). Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp5,15 triliun atau meningkat sebesar 14,59% (yoy). Apabila diperbandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama tahun 2013 sebesar Rp2,57 triliun. Melalui kegiatan perkasan, KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah juga melakukan penarikan uang lusuh sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Selama tahun 2013, jumlah uang kertas yang dimusnahkan mencapai Rp 658,74 miliar atau meningkat sebesar 78,03% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara tidak langsung hal ini mengkonfirmasi tingginya geliat dan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah yang salah satu media alat tukarnya dengan menggunakan uang tunai. Pada tahun 2013, uang pecahan Rp2.000,- merupakan pecahan yang memiliki persentase paling banyak dimusnahkan, dan diikuti pecahan Rp5.000,- dan Rp50.000,-. Grafik 4.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Rp miliar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow % Grafik 4.3. Perkembangan Persentase Lembar Uang Yang Dimusnahkan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Jumlah temuan uang palsu di Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan melalui laporan perbankan dan masyarakat ke KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 57

83 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 16 lembar dengan pecahan terbanyak Rp Secara tahunan, temuan uang palsu di Sulawesi Tengah 158 lembar atau menurun 15,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Temuan uang palsu tersebut tidak termasuk uang palsu yang ditemukan oleh pihak kepolisian. Terkait dengan peredaran uang palsu, masyarakat Sulawesi Tengah perlu berhati-hati dalam bertransaksi atau melakukan kegiatan ekonominya. Pemahaman yang baik akan ciri-ciri keaslian uang perlu diketahui oleh masyarakat. KPw Bank Indonesia provinsi Sulawesi Tengah juga secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah ini kepada berbagai kelompok masyarakat. Selain itu juga sosialisasi cara memperlakukan uang dengan baik agar ciri keaslian uang dapat mudah dikenali. Grafik 4.4 Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan lembar Rp Rp Rp Rp Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi Aliran perkasan selama periode laporan didominasi oleh pecahan Rp50.000,- baik di sisi inflow maupun outflow. Di sisi inflow, pada triwulan IV-2013, jumlah lembar uang kertas denominasi Rp50.000,- mencapai 2,68 juta lembar atau 21,62% dari total seluruh uang kertas. Sementara di sisi outflow, denominasi Rp50.000,- tercatat sebanyak 12,60 juta lembar atau 34,88% dari total seluruh uang kertas. Khusus untuk uang logam, pecahan Rp1.000,- mendominasi outflow dengan persentase sebesar 35,54% sedangkan inflow didominasi pecahan Rp500 dengan persentase sebesar 33,65% dari total seluruh uang logam. 58

84 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel 4.1. Pangsa Denominasi Uang Inflow Pecahan I II III IV I II III IV ,07% 13,61% 21,51% 11,14% 19,63% 15,06% 23,75% 11,20% ,75% 27,10% 28,13% 20,82% 31,80% 25,14% 31,65% 21,62% ,83% 7,27% 6,51% 8,77% 5,44% 6,58% 3,17% 7,02% ,54% 10,98% 10,11% 10,96% 7,94% 10,89% 9,78% 14,14% ,56% 13,31% 13,17% 16,20% 12,63% 15,94% 14,91% 19,49% ,20% 17,00% 13,77% 21,10% 15,45% 18,41% 13,09% 19,68% ,06% 10,73% 6,81% 11,01% 7,11% 7,98% 3,65% 6,85% Jlh. Uang Kertas 93,41% 91,16% 93,70% 92,96% 95,39% 92,96% 95,02% 95,97% ,87% 7,78% 10,12% 3,50% 2,27% 6,26% 26,81% 18,52% ,68% 42,47% 39,15% 41,73% 52,63% 46,62% 36,05% 33,65% ,04% 16,17% 12,24% 10,70% 18,83% 17,54% 11,05% 15,34% ,15% 28,82% 17,63% 20,48% 21,97% 21,66% 17,35% 22,73% 50 1,26% 3,26% 20,86% 23,60% 4,30% 7,92% 8,73% 9,66% 25 0,00% 1,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,10% Jlh. Uang Logam 6,59% 8,84% 6,30% 7,04% 4,61% 7,04% 4,98% 4,03% Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow Pecahan I II III IV I II III IV ,16% 29,99% 22,91% 27,08% 15,28% 27,45% 27,50% 31,81% ,08% 36,36% 30,43% 38,88% 28,42% 36,81% 33,40% 34,88% ,38% 5,34% 5,03% 4,31% 7,32% 4,19% 1,08% 4,17% ,30% 6,59% 7,13% 4,78% 10,25% 7,81% 9,86% 6,87% ,52% 9,03% 12,70% 8,90% 15,80% 11,12% 13,99% 8,89% ,10% 10,04% 12,86% 9,56% 14,55% 12,14% 13,91% 9,49% ,45% 2,64% 8,94% 6,49% 8,39% 0,49% 0,26% 3,89% Jlh. Uang Kertas 86,78% 91,50% 91,63% 94,91% 92,85% 93,56% 92,08% 94,45% ,42% 44,28% 27,61% 19,17% 9,51% 32,56% 43,37% 35,54% ,11% 19,40% 24,29% 24,08% 34,63% 25,31% 20,01% 22,27% ,56% 16,85% 20,88% 20,89% 29,33% 19,56% 15,73% 19,94% ,37% 18,06% 16,90% 21,04% 22,14% 16,68% 16,09% 18,95% 50 1,54% 1,42% 10,32% 14,81% 4,38% 5,88% 4,80% 3,30% 25 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jlh. Uang Logam 13,22% 8,50% 8,37% 5,09% 7,15% 6,44% 7,92% 5,55% Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 4.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai Dalam kajian ini, transaksi keuangan secara non tunai mencakup transaksi yang menggunakan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Seperti halnya daerah lain, transaksi RTGS (outgoing) lebih dominan digunakan di Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan sistem kliring. 59

85 , , ,77 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) Nominal Kliring (Miliar Rp) Tr I Tr II Tr IIITr IV Tr I Tr II Tr IIITr IV Tr I Tr II Tr IIITr IV Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.6. Pangsa Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr III Tr IV Nominal Kliring (Miliar Rp) Sumber : Bank Indonesia Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) Kegiatan kliring di Sulawesi Tengah menurun baik dari sisi jumlah warkat maupun dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal kliring pada triwulan IV tercatat sebesar Rp1,11 triliun dengan jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak lembar. Grafik 4.7. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah Rp miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Nominal Kliring Volume Kliring Lembar % 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - Grafik 4.8. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) RRH Volume Cek/BG Kosong (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Ke depan transaksi non tunai oleh masyarakat ini masih perlu lebih ditingkatkan penggunaannya. Transaksi non tunai ini mengurangi risiko tindakan kejahatan seperti perampokan, pencurian dan terhindar dari uang palsu, namun tetap ada kelemahan seperti adanya Cek/BG kosong. Pada triwulan IV-2013 peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami peningkatan baik di sisi nominal maupun jumlah warkat. Cek dan Bilyet Giro (BG) kosong yang 60

86 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak 616 lembar dengan nominal sebesar Rp23,51 miliar. Persentase rata-rata harian nominal Cek/BG yang ditolak pada triwulan IV-2013 tercatat 2,13% sementara rata-rata harian volume Cek/BG yang ditolak sebesar 2,15%. Keterangan Tabel 4.3. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah I II III IV I II III IV Nominal RTGS Ingoing (Miliar Rp) , , , , ,13 Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) , , , , ,77 Net Outgoing (Miliar Rp) Pert. RTGS Ingoing (yoy) 122,80% -3,67% 37,67% 0,97% Pert. RTGS Outgoing (yoy) 91,18% 14,21% 58,55% -4,50% Pertumbuhan nominal transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan IV-2013 mengalami perlambatan baik di sisi ingoing maupun outgoing. Aliran dana masuk (ingoing) melalui RTGS pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp13,2 triliun atau tumbuh melambat 0,97% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian halnya dengan dana keluar (outgoing) melalui RTGS pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp14,64 triliun atau mengalami kontraksi sebesar -4,50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. --- o0o

87 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Jumlah angkatan kerja Sulawesi Tengah posisi Agustus 2013 mencapai 1,23 juta orang, berkurang sebesar 94,495 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sulawesi Tengah pada Agustus 2013 turun hingga menjadi 65,92% sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat hingga menjadi 4,27%. Posisi outstanding KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah pada bulan September 2013 sebesar Rp613,42 miliar, meningkat 2,90% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) Ketenagakerjaan Dari data ketenagakerjaan terakhir yang dikeluarkan oleh BPS, menunjukkan bahwa kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami penurunan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 1,23 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,18 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat turun menjadi 65.92%. Jumlah penganggur pada Agustus 2013 mencapai orang atau bertambah sebesar orang jika dibanding keadaan Agustus 2012 yang sebanyak orang. Persentase kenaikan jumlah pengangguran yang lebih besar dari persentase kenaikan jumlah pekerja menyebabkan terjadinya kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 0,34% selama periode setahun terakhir. Secara nasional TPAK tercatat sebesar 69,21% dengan TPT 5,92%. 62

88 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama STATUS PENDUDUK FEB 2011 AGT 2011 FEB 2012 AGT 2012 FEB 2013 AGT 2013 Total Ang. Kerja Bekerja Pengangguran Total Non Angk. Kerja Total Penduduk > 15 tahun TPAK (%) 73,31 73,11 74,62 66,38 71,79 65,92 TPT (%) 4,27 4,01 3,73 3,93 2,65 Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah 4,27 Menurut tingkat pendidikannya, pada Agustus 2013, angkatan kerja di Sulawesi Tengah paling banyak berpendidikan SD ke bawah sebesar orang diikuti SMA Umum sebanyak orang dan SMP sebanyak orang. Sedangkan jumlah angkatan kerja yang paling sedikit adalah berpendidikan DI/II/III sebesar orang. TPT tertinggi di Sulawesi Tengah pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan SMA Kejuruan sebesar 8,09% dengan jumlah penganggur sebanyak orang, diikuti SMA Umum sebesar 6,80% dengan jumlah penganggur orang dan Universitas sebesar 6,04 % dengan jumlah penganggur orang. TPT terendah terjadi pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat pendidikan DI/II/III dan SD ke bawah masing-masing sebesar 1,36 % (500 orang) dan 2,28 % ( orang). Kondisi ini menggambarkan bahwa salah satu penyebab terjadinya pengangguran adalah karena kurang tersedianya lapangan kerja bagi para pencari kerja yang menginginkan pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Kondisi ini akan berbeda bila lulusan SMK atau perguruan tinggi lebih berani dan kreatif untuk menjadi wirausaha baru yang justru akan menampung para penganggur. Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Pekerjaan Utama Perubahan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1 tahun Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan 50,26 51,92 48,91 49,88 47,4 49,25-0,63 Industri 4,13 5,21 6,56 5,34 6,55 5,04-0,3 Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi 13,17 15,1 14,66 14,53 15,05 14,22-0,31 Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 18,67 16,22 17,56 16,94 16,84 18,86 1,92 Lainnya *) 13,77 11,55 12,31 13,31 14,16 12,63-0,68 Jumlah *) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: Sektor Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, dan Keuangan Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah 63

89 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat seluruh Jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya, pada tahun 2013 hampir sektor ekonomi mengalami penurunan persentase jumlah penduduk yang bekerja pada sektor tersebut kecuali sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Tabel di atas menggambarkan bahwa sektor pertanian semakin kurang diminati oleh masyarakat khususnya angkatan kerja baru. Apabila menggunakan pendekatan kegiatan formal dan informal, penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaannya. Sektor formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, dan sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan kriteria tersebut, angka pada bulan Agustus 2013 menunjukkan sebesar 32,87% bekerja pada kegiatan formal dan sisanya 67,13% bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan AGT 2011 FEB 2012 AGT 2012 FEB 2013 AGT 2013 Berusaha Sendiri 18,09 17,64 18,74 19,20 19,91 Berusaha dibantu buruh tdk tetap 22,82 21,68 20,29 21,52 20,67 Berusaha dibantu buruh tetap 4,50 3,90 4,61 3,25 3,81 Buruh/Karyawan 24,51 26,28 28,94 28,14 29,06 Pekerja bebas di Pertanian 4,56 4,30 4,66 4,21 Pekerja bebas di non Pertanian 2,96 3,99 4,06 4,51 7,19 Pekerja tak dibayar 22,56 22,21 18,70 19,17 19,36 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Pada bulan Agustus 2013, jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah tertinggi di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak orang ( orang yang bekerja dan orang pengangguran), diikuti Kabupaten Banggai sebanyak orang ( orang yang bekerja dan orang pengangguran), dan Kabupaten Poso sebanyak ( orang yang bekerja, dan orang pengangguran) sedangkan yang terendah di Kabupaten Buol sebanyak orang ( orang yang bekerja dan orang pengangguran). 64

90 BangKep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol PariMo Touna Sigi Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT per Kabupaten (Agustus 2013) % ,93 62,13 62,47 72,8 59,87 58,75 66,66 67,11 76,27 68, ,74 4,94 3 2,88 6,01 4 1,72 3 2,22 3,75 Sumber : BPS Prov. Sulteng TPAK TPT Sementara itu sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi Tengah no. 56/563/DISNAKERTRANS-G.ST/2013 tertanggal 1 November 2013 tentang UMP Sulteng 2014, tingkat UMP pada tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp ,- meningkat 25,63% dari tahun sebelumnya. Penyesuaian UMP tersebut dilakukan dengan memperhatikan tingkat Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi para investor. 30% 20% 10% 0% Grafik 5.2. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu UMP (Rupiah) g upah inflasi Rp Grafik 5.3 Perkembangan UMP dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Rp UMP (Rupiah) KHL Rasio UMP/KHL 120% 100% 80% 60% 40% 20% Sumber : Disnakertrans & BPS Sumber : Disnakertrans & BPS 0% 5.2. Kemiskinan Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Januari 2014, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah posisi September 2013 adalah sebanyak jiwa atau 14,32% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih kecil dari posisi Maret 2013 yang 65

91 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat tercatat sebesar 14,67%. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah terus mengalami penurunan yang mengindikasikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah. Namun demikian, meski jumlah penduduk miskin berkurang, tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah tercatat masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat 11,47%. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah masih perlu ditingkatkan dengan berfokus pada daerah pedesaan yang memiliki jumlah dan prosentase penduduk miskin lebih tinggi. Tabel 5.4 Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah (Rilis September 2013) Tahun Penduduk Miskin Persentase , , , , , , ,32 Sumber : BPS Sulawesi Tengah, data Susenas diolah Dalam menanggulangi kemiskinan di provinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2014, pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah akan menggulirkan Program Terpadu Pengentasan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPK-BBK) yang tidak semata-mata ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi juga untuk pemberdayaan dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia dan pemberian modal. Dalam hal ini pemda menyiapkan Rp 40 miliar yang dialokasikan pada 200 desa lokasi PTPK-BBK di lima kabupaten yaitu Parigi Moutong, Donggala, Banggai, Poso dan Tojo Una-Una. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, meski memiliki standar garis kemiskinan yang lebih rendah, jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah lebih banyak berada di pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2013, sebanyak jiwa (83,92%) tinggal di wilayah pedesaan, sementara penduduk miskin di wilayah perkotaan sebanyak jiwa (16,08%). 66

92 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Grafik 5.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng % ,42 16,58 20,75 15,42 18,98 14,15 Sulteng 18,07 13,33 16,04 12,49 Nasional 14,94 14,32 11,66 11, Grafik 5.5. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 25,0% 23,2% 21,4% 20,26% Kota Desa 17,89% 16,85% 15,89% 12,9% 11,5% 10,1% 9,82% 9,46% 9,02% 9,45% Sumber : BPS Prov. Sulteng Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan % 6,0 Sulteng Nasional 4,46 4,33 4,09 4,0 2,0 0,0 2,99 2,77 3,09 2,5 2,76 2,82 2,21 2,08 1,9 2,28 1, Sumber : BPS Prov. Sulteng Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng % 2 1,5 1 0,5 0 1,38 1,41 1,37 Sulteng Nasional 0,84 0,76 0,68 0,8 0,75 0,82 0,58 0,55 0,48 0,53 0, Sumber : BPS Prov. Sulteng Berdasarkan data posisi bulan Desember 2013, jumlah KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah mencapai Rp655,85 miliar, dengan jumlah rekening sebanyak rekening. Jumlah outstanding tersebut meningkat Rp139,37 miliar dari posisi tahun sebelumnya atau sebesar 26,98% (yoy). Dari jumlah tersebut sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa mencapai 61,57%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan pangsa 20,41%. Selain KUR, pemerintah memiliki beberapa skema pembiayaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan usaha pertanian masyarakat, diantaranya KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) dan Kredit Revitalisasi Perkebunan yang memberikan subsidi bunga kredit kepada penerima yang telah memenuhi persyaratan. Meski merupakan kredit program yang digagas oleh pemerintah, namun sumber dana yang disalurkan berasal dari dana perbankan yang dihimpun dari masyarakat. 67

93 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.5 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi JUMLAH REKENING OUTSTANDING KUR (Rp miliar) SEKTOR EKONOMI PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN ,83 81,10 133,88 2. PERIKANAN ,52 4,33 9,47 3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN ,30 2,52 1,14 4. INDUSTRI PENGOLAHAN ,97 14,96 22,82 5. LISTRIK, GAS DAN AIR ,01 0,16 0,24 6. KONSTRUKSI ,00 13,69 17,71 7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN ,96 286,06 403,81 8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM ,89 7,35 12,20 9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI ,27 4,23 4, PERANTARA KEUANGAN ,28 1,93 2, REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ,17 3,38 7, ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB ,00-0, JASA PENDIDIKAN ,17 1,74 1, JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL ,63 1,56 1, JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA ,53 13,36 31, JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA ,56 2,65 4, BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA , KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA ,50 77,48 0, PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA TOTAL ,02 516,48 655,85 Pert. Tahunan (yoy) 5,99% 24,42% 29,44% 26,98% Sumber : Bank Indonesia --- o0o

94 Rp milyar Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Nominal dan realisasi belanja modal baik APBD maupun APBN mengalami perbaikan di tahun Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 Realisasi pendapatan daerah lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja daerah. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan IV-2013 mencapai Rp2.133 miliar atau mencapai 100,18% dari total target anggaran 2013 yang sebesar Rp2.129 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp2.145 miliar atau sebesar 94,50% dari anggaran yang sebesar Rp2.270 miliar. Grafik 6.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Tw IV 2010Tw IV 2011Tw IV 2012Tw IV 2013 Pendapatan Belanja Realisasi Pendapatan 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Grafik 6.2. Perkembangan Surplus/Defisit APBD Rp miliar 53,61 Tw IV 2010 Tw IV 2011 Tw IV 2012 Tw IV 2013 (16,14) (11,67) (65,65) Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pendapatan daerah dan belanja daerah menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Dibandingkan triwulan IV-2012, total realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan IV-2013 mengalami kenaikan sebesar 0,56%, sedangkan belanja daerah meningkat sebesar 0,99%. Hingga akhir triwulan IV-2013 realisasi APBD Provinsi Sulawesi 69

95 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Tengah mengalami defisit sebesar Rp11,67 miliar. Defisit APBD ini lebih rendah dibandingkan defisit tahun sebelumnya. Untuk menutupi defisit tersebut, pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah menggunakan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya yang di akhir tahun tercatat sebesar Rp144,31 miliar sehingga secara total Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan pada tahun 2013 sebesar Rp125,74 miliar. Grafik 6.3. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda Rp miliar Deposito Tabungan Giro I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Dana Pihak Ketiga milik pemerintah daerah hingga akhir triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp577,06 miliar atau turun Rp1.572,28 miliar dibandingkan triwulan III Besarnya penurunan DPK milik pemerintah daerah ini menunjukkan tingginya realisasi proyek pemerintah di Sulawesi Tengah menjelang akhir tahun Realisasi Pendapatan APBD Kontribusi terbesar pada pendapatan daerah disumbang oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat dengan kontribusi sebesar 54,41%. Pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing menyumbang 31,07% dan 14,53% terhadap total pendapatan. Sementara itu, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan IV-2013 mencapai 100,18% dengan tingkat realisasi tertinggi pada komponen dana perimbangan sebesar 100,95%, diikuti pendapatan asli daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing sebesar 101,45% dan 94,92%. 70

96 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Grafik 6.4. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan PAD Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tw IV 2013 Tw IV 2012 Tw IV 2011 Tw IV 2010 Rp Milyar Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan PAD 95% 96% 94% 96% 101% 101% 103% 101% 101% 100% 111% 136% 0% 50% 100% 150% Tw IV 2013 Tw IV 2012 Tw IV 2011 Tw IV 2010 Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pada triwulan IV-2013, pendapatan daerah mengalami ekskalasi realisasi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan triwulanan dan tahunan pos total pendapatan daerah yang berada dalam level positif masing-masing sebesar 9,14% (qtq) dan 16,58% (yoy). Selama kurun waktu tahun 2013, realisasi pendapatan tertinggi terjadi pada triwulan IV dengan nominal sebesar Rp592 miliar, sementara pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada triwulan II hingga sebesar 71,57% (yoy). Tabel 6.1. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah per Triwulan Rp miliar KETERANGAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain PAD Yang Sah Total Pendapatan Daerah g.qtq -48,55% 54,93% 3,30% -10,29% 19,50% -0,36% 9,14% g.yoy -26,13% 71,57% 10,33% 16,58% Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 71

97 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW IV ( % ) REALISASI PENDAPATAN , ,27 100,18% PENDAPATAN ASLI DAERAH , ,88 101,45% Pendapatan Pajak Daerah , ,91 99,98% Retribusi Daerah 3.253, ,02 111,31% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 8.170, ,07 100,00% yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang , ,88 110,57% Sah DANA PERIMBANGAN , ,53 100,95% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,49 112,21% Dana Alokasi Umum , ,69 100,00% Dana Alokasi Khusus , ,35 100,00% LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH , ,86 94,92% YANG SAH Pendapatan Hibah 9.141, ,36 49,85% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus , ,51 96,21% Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Realisasi Belanja APBD Kontribusi terbesar pada belanja daerah disumbang oleh belanja langsung dengan kontribusi sebesar 56,05%. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan IV-2013 mencapai 94,50% dengan tingkat realisasi tertinggi pada komponen belanja langsung sebesar 94,82%, sedangkan tingkat realisasi belanja tidak langsung sebesar 94,10%. Seiring dengan realisasi pendapatan, belanja daerah mengalami puncak realisasi pada triwulan IVI-2013.Khusus di triwulan IV-2013 realisasi belanja mencapai Rp779,56 miliar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 41,32% (qtq). Pada triwulan laporan realisasi belanja langsung lebih besar daripada belanja tidak langsung. Sesuai dengan pola selama satu tahun, realisasi belanja tidak langsung lebih besar daripada belanja langsung di semester I, sedangkan di semester II justru terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan karena karakter proyek belanja langsung yang membutuhkan waktu yang lebih lama dari pelaksanaan tender hingga penyelesaian proyek yang biasanya pembayarannya dilakukan pada akhir tahun anggaran. 72

98 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 6.3. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah per Triwulan Rp miliar KETERANGAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Belanja Tidak Langsung 253,10 166,78 234,59 307,68 137,06 349,39 263,81 192,64 Belanja Langsung 48,31 155,04 238,32 594,59 21,44 306,19 287,81 586,92 Total Belanja Daerah 301,42 321,82 472,90 902,27 158,50 655,58 551,63 779,56 g.qtq 6,77% 46,95% 90,79% -82,43% 313,63% -15,86% 41,32% g.yoy -47,42% 103,71% 16,65% -13,60% Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 6.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD ( % ) TW IV REALISASI BELANJA , ,20 94,50% BELANJA TIDAK LANGSUNG , ,01 94,10% Belanja Pegawai , ,76 96,66% Belanja Hibah , ,44 96,00% Belanja Bantuan Sosial 4.500, ,50 69,26% Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan , ,85 88,25% Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan , ,49 93,54% Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga 1.500,00 89,96 6,00% BELANJA LANGSUNG , ,19 94,82% Belanja Pegawai , ,90 94,38% Belanja Barang dan Jasa , ,25 95,05% Belanja Modal , ,05 Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 94,52% Grafik 6.6. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos Belanja Daerah Grafik 6.7. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Belanja Daerah Belanja Langsung Tw IV 2013 Tw IV 2012 Tw IV 2011 Tw IV 2010 Belanja Tidak Langsung Rp Milyar 497 Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Belanja Langsung Tw IV 2013 Tw IV 2012 Tw IV 2011 Tw IV 2010 Belanja Tidak Langsung 95% 93% 92% 95% 94% 94% 91% 87% 60% 90% 120% Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset 73

99 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah 6.2 Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami kenaikan, baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Pos pendapatan hingga triwulan IV tercatat Rp1.008,71 miliar, mengalami kenaikan sebesar Rp10,22 miliar atau naik 10,22% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pos pengeluaran hingga triwulan IV-2013 mencapai Rp4.381,66 miliar, mengalami kenaikan sebesar Rp458,54 miliar atau naik 11,69% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 6.8. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah Rp miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% Penerimaan Perpajakan Pen. Negara Bukan Pajak Rasio Penerimaan Pajak vs Bukan Pajak Sumber : KPPN Palu Total penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi Tengah hingga akhir triwulan IV-2013 didominasi oleh penerimaan pajak sebesar 80,36%. Penerimaan pajak ini didominasi oleh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Persentase Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap total pendapatan mencapai 48,63% atau tertinggi diantara semua sumber pos pajak. 74

100 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Grafik 6.9. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Grafik PersentaseRealisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah Rp miliar I II III IV I II III IV I II III IV Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Belanja Lainnya (Denda+ Lain-lain+ Transfer) 100% 80% 60% 40% 20% 0% I II III IV I II III IV I II III IV Belanja Lainnya (Denda+ Lain-lain+ Transfer) Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai Sumber : KPPN Palu Sumber : KPPN Palu Sedangkan realisasi pos pengeluaran hingga triwulan IV-2013 mencapai Rp4.381,66 miliar yang didominasi oleh belanja modal (40,83%), diikuti belanja barang (28,27%) dan belanja pegawai (22,37%). Pola porsi belanja modal yang semakin tinggi perlu terus dilanjutkan untuk memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah. --- o0o

101 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 diperkirakan mencapai 7,6% - 8,6% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi Tahunan Kota Palu pada triwulan I-2014 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara tahunan, perekonomian Sulawesi Tengah diproyeksikan melambat dari 9,38% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,6%-7,6% (yoy) pada tahun Penurunan kinerja sektor pertambangan berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun Di sisi lain, inflasi Sulawesi Tengah pada tahun 2014 diproyeksikan sebesar 4,7%- 5,7% (yoy) atau turun dari tahun sebelumnya 7,57% (yoy). Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti kenaikan BBM, berbagai upaya yang terus dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi pangan serta rencana pembentukan TPID di beberapa kabupaten menjadi beberapa faktor perkiraan membaiknya tingkat inflasi di tahun Prospek Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh sebesar 7,6% - 8,6% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2013 sebesar 6,28% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 10,71% (yoy). Secara tahunan, perekonomian Suslawesi Tengah diproyeksikan melambat dari 9,38% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,6%- 7,6% (yoy) pada tahun Penurunan kinerja sektor pertambangan berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di tahun Secara triwulanan, Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tumbuh melambat. Pasca Natal dan Tahun Baru, puncak realisasi anggaran pemerintah dan beberapa event besar di akhir tahun 2013, secara siklus konsumsi masyarakat mengalami 76

102 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah perlambatan. Masih belum di realisasikannya berbagai proyek APBD dan APBN di awal tahun menjadi salah satu faktor melambatnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Di sisi lain, curah hujan yang tinggi dan banjir yang terjadi di beberapa daerah menyebabkan berkurangnya pendapatan para petani dan nelayan. Belum tibanya panen raya juga menjadi faktor belum maksimalnya pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. Kenaikan elpiji 12 kg yang dilakukan Pertamina di awal tahun ikut menggerus pendapatan masyarakat yang berpengaruh pada perlambatan konsumsi Di si perbankan, kebijakan moneter yang kontraktif diperkirakan memberikan perlambatan di sisi penyaluran kredit. Grafik 7.1. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Bank Umum di Sulawesi Tengah % SUKU BUNGA TERTIMBANG MODAL KERJA SUKU BUNGA TERTIMBANG KONSUMSI Sumber : Bank Indonesia SUKU BUNGA TERTIMBANG INVESTASI BI Rate Walaupun demikian masih terdapat beberapa faktor pendorong konsumsi diantaranya realisasi kenaikan UMP yang di lakukan di seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah. Sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi Tengah no. 56/563/DISNAKERTRANS-G.ST/2013 tertanggal 1 November 2013 tentang UMP Sulteng 2014, tingkat UMP pada tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp ,- meningkat 25,63% dari tahun sebelumnya. Namun kenaikan UMP ini juga dapat menimbulkan dampak yang lain. Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Prov. Sulteng, kenaikan UMP di 2014 akan direspon oleh beberapa pelaku usaha dengan meningkatkan harga jual produk sebagai bentuk penyesuaian kenaikan biaya operasional tenaga kerja. Dengan kondisi ini seperti ini tingkat penjualan eceran barang relatif tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Secara tahunan, kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh moderat (stabil) dibandingkan tahun sebelumnya. Tren peningkatan pendapatan perkapita masyarakat, inflasi yang relatif terkendali, tingkat kemiskinan yang menurun serta pertumbuhan anggaran pemerintah 77

103 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah yang stabil menjadi beberapa faktor utama pendorong kinerja kelompok konsumsi di Kinerja ekspor pada triwulan I-2014 diperkirakan melambat signifikan. Ekspor Sulawesi Tengah yang didominasi oleh ekspor bahan tambang menghadapi tantangan berupa penerbitan Peraturan Pemerintah No. I/2014 tentang Implementasi Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi PP No. 23/2010 dan menjadi dasar pelaksanaan UU no.4/2009 tentang mineral dan batu bara. Beleid yang baru ini mengandung dua aspek pokok terkait dengan pengelolaan mineral Indonesia. Pertama, pemerintah konsisten untuk menghentikan ekspor mineral mentah. Kedua, pemerintah mendorong proses pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Dalam hal ini, bahan tambang mentah tetap tidak boleh diekspor. Akan tetapi jika sudah diolah dalam bentuk konsentrat meskipun belum dimurnikan, boleh diekspor akan tetapi dikenai bea keluar mulai 20% hingga maksimal 60% yang dilakukan secara bertahap. Adapun beberapa komoditas yang dikenakan bea keluar diantaranya konsentrat tembaga dengan kadar diatas 15%, konsentrat besi dengan kadar diatas 62%, dan lain-lain. Tabel 7.1 Kesepakatan Kadar Pemurnian Mineral Berdasarkan PP No. I/2014 Bijih ore Mineral Permen 20/2013 Kesepakatan Tembaga 99% 15% Pasir Besi Pig iron 90% 58% Nikel matte 70% 70% Nikel Feronikel 10% 10% Nikel pig iron 6% 4% Logam Nikel 99% 93% Smelter grade 98% 99% Bauksit Alumina Chemical 99% 90% Grade alumina Bijih besi Bijih besi laterit - 51% Bijih besi primer - 62% Khusus untuk ekspor konsentrat tembaga, bea keluar ditetapkan 25% pada 2014, lalu pada semester I 2015 naik menjadi 35%, naik lagi menjadi 40% pada semester II Kemudian menjadi 50% pada semester I 2016 dan mulai semester II 2016 naik jadi 60%. Adapun untuk ekspor non tembaga, tarif bea keluar pada 2014 sebesar 20%, lalu naik 10% tiap semester hingga mencapai 60% mulai Di sisi lain produksi kakao diperkirakan masih belum mengalami trend pertumbuhan positif seiring dengan menurunnya produksi kakao di berbagai daerah dan belum teratasinya permasalahan 78

104 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah hama serta perubahan pemanfaatan lahan ke komoditas lain yang lebih menguntungkan seperti padi dan kelapa sawit. Secara tahunan, kinerja ekspor diperkirakan melambat signifikan seiring dengan pemberlakukan UU Minerba di awal tahun Belum siapnya sebagian besar pengusaha tambang di Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai untuk membangun smelter pengolahan menjadi salah satu hambatan utama menurunnya tingkat produksi dan ekspor tambang di tahun Kinerja investasi di triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh moderat. Berdasarkan informasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, nilai realisai investasi PMA di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 mencapai USD 855,03 juta, meningkat 6% dari tahun sebelumnya sebesar USD 806,53 juta. Signifikannya peningkatan investasi PMA terutama ditopang oleh realisasi investasi yang dilakukan oleh PT. Donggi Senoro. Di sisi lain, nilai realisasi PMDN pada tahun 2013 mencapai Rp605,34 miliar naik 0,42% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp602,81 miliar. Di triwulan I-2014, beberapa proyek seperti konstruksi PT Donggi Senoro (LNG), PT Panca Amara (Pupuk), dan PT Bintang Delapan (pertambangan) masih terus berjalan. Disamping itu berbagai proyek investasi yang terus berlanjut di Kota Palu seperti Palu City Square, persiapan infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus serta berbagai proyek properti rumah, ruko dan perkantoran menjadi faktor pendorong kinerja investasi bangunan. Akan, belum direalisasikannya proyek APBD dan APBN di awal tahun menjadi faktor belum maksimalnya kinerja investasi pada triwulan I Secara tahunan, kinerja investasi tetap tumbuh stabil. Tingginya tingkat pertumbuhah di tahun 2013 diproyeksikan tetap melanjutkan trennya di tahun 2014 seiring dengan masih besarnya arus investasi dari luar daerah ke dalam Provinsi Sulawesi Tengah, upaya perbaikan iklim investasi yang dilakukan oleh pemerintah serta perbaikan dan peningkatan infrastruktur di berbagai daerah seperti listrik, jalan, bandara dan pelabuhan. Hasil Survei Konsumen bulan Januari 2014 menunjukkan indeks keyakinan konsumen triwulan I-2014 dan Indeks ekspektasi konsumen yang masih dalam area optimis namun dalam tren menurun. Curah hujan yang tinggi, banjir dan kenaikan elpiji 12 kg di awal tahun menjadi faktor berkurangnya optimisme masyarakat. 79

105 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah Grafik 7.2. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 7.3. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Ekonomi Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Tidak seperti tahun sebelumnya yang dominan di topang oleh sektor pertambangan, sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan, PDRB Sulawesi Tengah di tahun 2014 akan mengalami pergeseran yang cukup signifikan ke sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Di awal tahun 2014, sektor pertambangan diperkirakan turun cukup dalam seiring dengan penerapan UU Minerba baru. Sementara sektor pertanian yang memiliki pangsa PDRB terbesar di Sulawesi Tengah juga diperkirakan melambat. Pada Januari 2014 terjadi banjir di beberapa daerah seperti Donggala, Sigi, Tolitoli dan Morowali yang merupakan sentra produksi beberapa komoditas pertanian. Bahkan di beberapa titik terjadi kerusakan infrastruktur jembatan dan jalan seperti di daerah Kebon Kopi dan Sirenja. Belum tibanya musim panen padi pada triwulan I-2014 juga berimplikasi pada melambatnya kinerja subsektor tabama. Di sisi lain, adanya fenomena beralihnya sebagian petani di daerah Sigi dari menanam padi di sawah menjadi petani bawang goreng menjadi faktor yang berpotensi mengurangi pasokan padi dari daerah Sigi. Peralihan ini disebabkan oleh semakin besarnya biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk menanam padi di sawah. Kinerja sektor perkebunan diperkirakan mengalami perlambatan akibat belum tibanya panen kakao. Disamping itu tingginya curah hujan berpotensi mengurangi produksi kakao ke depan, akibat jumlah bunga (bakal buah) kakao yang gugur di musim hujan. Di sisi lain subsektor perikanan diperkirakan melanjutkan tren pertumbuhan tinggi pada triwulan-triwulan sebelumnya seiring dengan semakin besarnya perhatian pemerintah kepada subsektor ini. Secara tahunan, sektor pertanian diperkirakan tumbuh stabil. Kinerja sektor pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor positif seperti upaya perluasan lahan 80

106 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah pertanian dan peningkatan produktivitas yang dilakukan petani dengan didukung oleh pemerintah serta faktor tetap tingginya kinerja subsektor perikanan. Namun di sisi lain sektor pertanian juga menghadapi tantangan berupa curah hujan yang tinggi dan anomali cuaca yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh moderat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pelaksanaan berbagai event seperti Tahun Baru, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, dan Hari Raya Imlek yang memicu permintaan akan hotel dan peningkatan kebutuhan barang yang pada gilirannya memberikan andil positif pada kinerja PHR. Tetap terjaganya tingkat hunian hotel di Sulawesi Tengah seiring dengan masih cukup tingginya pendatang di Sulawesi Tengah dan bertambahnya hotel baru di Sulawesi Tengah. Di sisi lain beroperasinya Hypermart dan Matahari Department Store di Palu juga berkontribusi pada pertumbuhan subsektor perdagangan. Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Prov. Sulteng diperoleh informasi bahwa beberapa contact yang bergerak di subsektor perdagangan berencana untuk melakukan investasi berupa penambahan kapasitas dan sarana pendukung operasional. Hal ini tentu berkontribusi positif pada sektor PHR secara keseluruhan. Namun kinerja PHR menghadapi tantangan berupa masih rendahnya realisasi anggaran pemerintah dan swasta di awal tahun, serta realisasi investasi PMA dan PMDN yang masih dalam tahap persiapan (konsolidasi) di awal tahun. Secara tahunan, kinerja sektor PHR diperkirakan meningkat. Beroperasinya beberapa hotel besar di Sulawesi Tengah serta perusahaan skala besar seperti Donggi Senoro di tahun 2014 menjadi faktor pendorong sektor PHR di tahun Kinerja sektor jasa-jasa dan sektor bangunan diproyeksikan melambat. Minimnya realisasi proyek Pemda di awal tahun menjadi faktor utama melambatnya kinerja kedua sektor ini. Faktor positif penopang kinerja sektor bangunan antara lain masih berjalannya proyek konstruksi berbagai perusahaan besar di Sulawesi Tengah dan proyek properti di sentra ekonomi seperti di Kota Palu dan Kabupaten Luwuk. Secara tahunan, sektor bangunan diperkirakan meningkat seiring dengan pesatnya bisnis properti di Kota Luwuk dan Kabupaten Banggai. Masuknya investasi skala besar berpengaruh signifikan pada pertumbuhan sektor ini. 81

107 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah 7.2. Prospek Inflasi Berdasarkan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, kota Palu pada triwulan I-2014 diperkirakan mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 7,8% - 8,8% atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,97% (yoy). Di sisi lain inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 1,1% - 1,6% atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,65%(qtq). Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tengah pada tahun 2014 diproyeksikan sebesar 4,7%-5,7% (yoy) atau turun dari tahun sebelumnya 7,57% (yoy). Tidak adanya kebijakan yang berdampak besar yang dilakukan pemerintah seperti kenaikan BBM, serta berbagai upaya yang terus dilakukan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi pangan menjadi beberapa faktor perkiraan membaiknya tingkat inflasi di tahun Agenda TPID Provinsi Sulawesi Tengah untuk membentuk TPID di beberapa kabupaten pemasok utama pangan Kota Palu dan peningkatan koordinasi antar pemerintah dan antar TPID juga menjadi faktor pendukung berkurangnya risiko inflasi di ,0 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 - (%, yoy) 7,5 8,3 9,7 Grafik 7.4. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw I-2014) 8,3 7,9 7,2 7,4 6,5 3,1 4,8 4,7 4,5 3,8 3,0 Proyeksi moderat Proyeksi optimis Proyeksi pesimis 2,5 4,2 4,2 5,0 5,5 6,4 6,8 6,7 5,7 5,9 5,6 6,24 5,97 4,80 3,96 3,89 6,67 5,94 7,29 6,87 8,15 8,49 7, Sumber : BPS Prov Sulteng dan Proyeksi BI Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan yang terjadi di berbagai daerah di Sulawesi Tengah pada periode Desember, Januari dan diperkirakan tetap tinggi hingga akhir Februari Musim badai dan angin kencang pada Januari 2014 mengakibatkan ribuan nelayan di tiga sentra Pendaratan ikan utama, yaitu di PPI Donggala di Selat Makassar, PPI Paranggi di Kecamatan Ampibabo Parigi Mouton dan PPI Pagimana di Kecamatan Pagimana sering tidak melaut. Keadaan cuaca yang ekstrem dengan ketinggian gelombang laut di atas 3 meter, hampir secara merata terjadi di tiga 82

108 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah wilayah peraian, yaitu Selat Makassar dan Laut Sulawesi, Teluk Tomini dan sebagian kawasan Teluk Tolo. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya pasokan ikan segar di pasar yang dapat memicu peningkatan harga yang cukup signifikan. Musim hujan yang terjadi di berbagai daerah di Sulawesi Tengah juga berdampak pada berkurangnya produksi beberapa komoditas hortikultura salah satunya tomat buah. Grafik 7.5. Prakiraan Sifat Hujan Januari 2014 Grafik 7.6. Prakiraan Sifat Hujan Februari 2014 Grafik 7.7. Prakiraan Sifat Hujan Maret 2014 Grafik 7.8. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Februari 2014 Sumber : BMKG Provinsi Sulteng Di sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan mereda. Selain karena adanya siklus penurunan konsumsi pasca Natal dan Tahun Baru, juga disebabkan oleh masih rendahnya realisasi APBD dan APBN di Sulawesi Tengah pada awal tahun serta belum adanya event-event besar di awal tahun. Survei Konsumen bulan Januari 2014 menunjukkan ekspektasi inflasi cenderung meningkat dalam jangka pendek. Hal tersebut tercermin dari ekspektasi inflasi konsumen (3 bulan) yang cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. 83

109 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah Curah hujan yang tinggi pada Januari dan Februari 2014 diperkirakan menjadi faktor utama tingginya ekspektasi masyarakat tersebut. Grafik 7.9. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Indeks 250 5% % 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3% Sumber : KPw BI Prov. Sulteng Inflasi Aktual (m-t-m) Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad Di sisi eksternal, risiko inflasi cenderung meningkat. Pengaruh nilai tukar terhadap imported inflation masih cukup tinggi. Peningkatan harga impor berbagai bahan makanan dan makanan jadi dari luar negeri melalui provinsi-provinsi pemasok utama seperti Jawa Timur dan DKI Jakarta akan ditransmisikan oleh pedagang di Sulawesi Tengah ke harga jual. Di sisi lain, berdasarkan proyeksi dari financial forecast center, harga minyak dunia dan harga emas dunia cenderung meningkat pada triwulan I Berdasarkan karakteristiknya, kenaikan harga emas internasional akan diikuti oleh harga emas domestik khususnya di Sulawesi Tengah yang pada gilirannya akan memberikan tekanan pada inflasi inti. Grafik Proyeksi Harga Emas (USD/Troy) Grafik Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia (USD/barrel) Sumber : Financial Forecast Center 84

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci