KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU

2 Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang ber Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : wuryanto@bi.go.id; rawindra@bi.go.id; hasudungan_ps@bi.go.id; Homepage :

3

4 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Ringkasan Eksekutif... 1 BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Analisis PDRB dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Boks 1 : Potensi Rumput Laut Provinsi Sulawesi Tengah ii

5 Daftar Isi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Tahunan Kota Palu Inflasi Bulanan Kota Palu Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Event Analysis Tim Pengendalian Inflasi Daerah Boks 2 : Persistensi & Konvergensi Inflasi Kota Palu BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja Perbankan di Sulteng (BU & BPR) Intermediasi BU Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Kredit UMKM Kinerja Bank Umum Syariah Perkembangan BPR BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Uang Kartal (inflow/outflow) Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan Perkembangan Kliring Lokal Perkembangan BI-RTGS BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kemiskinan iii

6 Daftar Isi BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Sulawesi Tengah Realisasi Pendapatan APBD Realisasi Belanja APBD Perkembangan Kapasitas Fiskal Daerah BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi LAMPIRAN Tabel Indikator Ekonomi Propinsi Sulteng Daftar Istilah dan Singkatan iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan ADHK 2000 (miliar rupiah)... Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%;y-o-y... Tabel 1.3. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulteng... Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (miliar rupiah)... Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (%)... Tabel 2.1. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) berbagai Provinsi di Sulampua... Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Palu per Kelompok... Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Palu per Kelompok... Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Bahan Makanan... Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Sandang... Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Kesehatan... Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... Tabel Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Triwulan IV Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi di Triwulan IV Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (BU & BPR).... Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja BU.... Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Sektoral.... Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Tabel 4.2. Tabel 5.1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan v

8 Daftar Tabel Tabel 5.2. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama... Tabel 5.3. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama... Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah... Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran KUR oleh Perbankan Sulteng... Tabel 6.1. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 6.2. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 6.3. Perkembangan... Tabel 7.1. Perkiraan Curah Hujan di Wilayah Sulawesi Tengah vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Sulawesi Tengah atas Dasar Harga Konstan Tahun Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) tahunan (total) ADHK tahun 2000 Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi menurut Lokasi Proyek Di Sulawesi Tengah... Grafik 1.4. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru pada Kantor Samsat Kota Palu... Grafik 1.5. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah... Grafik 1.6. Volume pemakaian air Masyarakat... Grafik 1.7. Perkembangan NTP... Grafik 1.8. Indeks Keyakinan Konsumen... Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah Kredit Investasi menurut Lokasi Proyek... Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Propinsi Sulteng... Grafik Volume Ekspor menurut Negara Asal Pembeli... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao, dan Harga Internasional... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulteng... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Nabati Sulteng... Grafik Perkembangan Volume Muat Barang melalui Pelabuhan Pantoloan... Grafik Jumlah Barang Keluar melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang melalui Pelabuhan Pantoloan.. Grafik Jumlah Barang Masuk melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Perkembangan Produksi Padi dan Jagung di Sulteng... Grafik Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Jagung di Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Hasil Perikanan Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Kopi dan Kakao Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Minyak dan Lemak Nabati... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Bahan Nabati dan Hewani... Grafik Perkembangan Realisasi Pengadaan Beras dan HPP Beras vii

10 Daftar Grafik Grafik Perkembangan Stok Beras Pada BULOG Divre Sulteng... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Jasa menurut Lokasi Proyek di Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Dana Pemerintah pada Perbankan di Sulteng... Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang di Sulteng... Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang di Sulteng... Grafik Perkembangan Jumlah Arus Penumpang melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Perkembangan Jumlah Arus Penumpang melalui Pelabuhan Pantoloan... Grafik Produksi Bahan Galian C Kab. Donggala... Grafik Ekspor Mineral Tambang... Grafik Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Sulteng... Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri di Sulawesi Tengah... Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah di Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik di Kota Palu... Grafik Perkembangan Volume Penjualan Air PDAM Kab Donggala... Grafik Perkembangan Kredit, DPK dan NTB Bank Umum di Sulteng... Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Palu dan Nasional... Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Palu (m-t- Grafik 2.4. Harga Emas di Pasar Internasional Grafik 2.5. Event Analisys... Grafik 3.1. Perkembangan DPK BU Grafik 3.2. Perkembangan DPK BU (... Grafik 3.3. Jumlah DPK menurut Jenis Simpanan... Grafik 3.4. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan... Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK per Gol. Pemilik... Grafik 3.6. Pangsa DPK per Gol. Pemilik... Grafik 3.7. Jumlah viii

11 Daftar Grafik Grafik Grafik 3.9. Perkembangan Kredit MKM... Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah... Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah (Jenis Simpanan)... Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah (Jenis Penggunaan)... Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow... Grafik Grafik 4.3. Persentase Uang Palsu Tahun Grafik 4.4. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah... Grafik 5.1. Perkembangan TPT dan TPAK di Sulteng... Grafik 5.2. TPAK dan TPT Pada Kabupaten/Kota Di SulTeng Tahun Grafik 5.3. TPAK dan TPT Pada Beberapa... Grafik 5.4. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah & Inflasi Palu... Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulteng dan Nasional... Grafik 5.6. Prosentase Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah... Grafik 5.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan Sulawesi Tengah..... Grafik 5.8. Indeks Keparahan Kemiskinan... Grafik 5.9. Prosentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tempat Tinggal... Grafik 6.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah (per 31 Des 2010)... Grafik 6.2. Perkembangan DAU... Grafik 6.3. Perkembangan DAK... Grafik 6.4. Tingkat Realisasi Dana Perimbangan... Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan... Grafik 6.6. Tingkat Realisasi Komponen PAD... Grafik 6.7. Proporsi Realisasi PAD... Grafik 6.8. Realisasi Belanja Langsung... Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen 6 bln yad... Grafik 7.2. Inflasi Bulanan & Indeks Ekspektasi Perubahan Harga... Grafik 7.2. Proyeksi Inflasi Kota Palu ( I 2011) ix

12 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV-2010 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan IV-2010 perekonomian Sulawesi Tengah masih menunjukan kinerja positif. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 6,33% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,35% (y-o-y). Namun demikian, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 mengalami perlambatan. Secara keseluruhan, pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mencapai 7,79%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 7,51%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2010 terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,86% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan III-2010 sebesar 7,59% (y-o-y), sedangkan ekspor mengalami kontraksi dengan pertumbuhan sebesar -7,64% atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 18,60%. Turunnya daya beli masyarakat yang terindikasi dari menurunnya kredit konsumsi dan pembelian motor menjadi penyebab terjadinya perlambatan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, adanya penurunan produksi kakao akibat serangan hama menjadi faktor dominan menurunnya kinerja ekspor pada triwulan laporan. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh memburuknya kinerja sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih mengalami peningkatan pertumbuhan. Walaupun mengalami perlambatan, sektor 1

13 Ringkasan Eksekutif pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 2,04%. PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (y-o-y), laju inflasi kota Palu pada triwulan laporan mencapai 6,40%, lebih rendah dibandingkan periode triwulan III-2010 yang mencapai 6,92%, dan juga lebih rendah dari pencapaian inflasi nasional yang mencapai 6,96%. Apabila dibandingkan dengan ibukota provinsi lain di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua, laju inflasi di kota Palu pada tahun 2010 menduduki urutan ke-lima dari sembilan ibukota provinsi lainnya sekaligus menyamai pencapaian rata-rata laju inflasi di Sulampua sebesar 6,40%. Pada triwulan laporan, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,37% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami inflasi sebesar 4,93% (q-t-q). Pada bulan Desember 2010 kota Palu tercatat inflasi sebesar 1,73% (m-t-m) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang juga tercatat inflasi sebesar 0,52%. Tingginya inflasi pada triwulan IV-2010 disebabkan oleh adanya tekanan baik pada sisi permintaan maupun penawaran. Di sisi penawaran, tingginya curah hujan pada periode triwulan IV-2010 mengakibatkan terganggunya ketersediaan pasokan komoditas seperti sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan. Sementara itu di sisi permintaan, adanya momen Natal dan Tahun Baru memicu peningkatan permintaan masyarakat akan berbagai macam barang dan jasa khususnya pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan kelompok sandang. PERKEMBANGAN PERBANKAN Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Desember 2010 mengalami percepatan sebesar 25,24%. Jumlah DPK pada bank pemerintah mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 16,41% (y-o-y). Seiring dengan hal tersebut, DPK pada bank umum swasta dan BPR juga mengalami percepatan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 27,26% (y-o-y) dan 31,61% (y-o-y). 2

14 Ringkasan Eksekutif Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan mengalami percepatan dengan pertumbuhan sebesar 24,96% (y-o-y). Berdasarkan kelompok bank, bank swasta mengalami percepatan dibandingkan triwulan IV-2009 dengan pertumbuhan sebesar 66,19% (y-o-y). Kondisi serupa juga terjadi pada kredit bank pemerintah dan kredit BPR yang mengalami percepatan dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 18,49% (y-o-y) dan 17,57% (y-o-y). Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 3,29% dan NPL netto sebesar 0,19%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 122,55 %. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan cukup baik. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2010 berada pada kondisi net ouflow yang berarti jumlah uang keluar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan IV-2010 menurun sebesar 61,46% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 401,09 miliar menjadi Rp 154,56 miliar. Sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) justru meningkat sebesar 24,40% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 838,37 miliar menjadi Rp 1042,91 miliar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan IV-2010 sebesar Rp 888,35 miliar. Adanya peningkatan net-outflow yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh adanya momen tahunan seperti Festival Poso dan Festival Togean, Natal dan Tahun Baru, serta realisasi proyek Pemda dan swasta yang mengalami puncaknya pada triwulan IV Pada triwulan IV-2010, jumlah warkat kliring naik 5,56% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Seiring dengan hal tersebut, nominal perputaran kliring juga mengalami peningkatan yakni sebesar 29,91% dibandingkan triwulan III-2010 sehingga menjadi Rp 1.227,20 miliar. Aliran 3

15 Ringkasan Eksekutif dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 6.633,41 miliar atau naik 38,73% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 4.794,05 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Di sisi lain, aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 5.845,62 miliar atau meningkat sebesar 38,72% dibandingkan triwulan III-2010 dengan volume transaksi sebanyak transaksi. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah dalam satu tahun terakhir semakin membaik. Hasil survei Sakernas yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2010 tercatat lebih tinggi. Dalam periode satu tahun terakhir (Agustus 2009 s.d. Agustus 2010), jumlah angkatan kerja meningkat 0,39% sementara pada saat yang bersamaan jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat sebesar 1,26%. Kondisi ini mengakibatkan tingkat pengangguran turun sebesar 14,82% dari tahun sebelumnya. Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah masih berada di bawah IPM nasional. Pada tahun 2008, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,09 meningkat sebesar 0,75 dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data sementara per akhir November 2010, jumlah KUR yang telah disetujui oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 361,65 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 68,80% dari akhir Desember KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 56,62%. Sementara tingkat NPL gross KUR per November 2010 tercatat sebesar 2,49%. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada periode akhir tahun 2010, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja 4

16 Ringkasan Eksekutif memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Target pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah sebesar Rp 1.060,83 miliar atau meningkat 3,84% dibandingkan target pendapatan tahun 2009 sebesar Rp 1.021,55 miliar. Sementara realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah per 31 Desember 2010 mencapai Rp 1.177,56 miliar atau 111,00% dari total anggaran pendapatan daerah tahun Seiring dengan kinerja di sisi pendapatan, target dan realisasi di sisi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah di akhir tahun 2010 juga mengalami peningkatan. Target Belanja Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah Rp 1.230,82 miliar atau meningkat 2,16% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp 1.204, 84 miliar. Dilihat dari realisasinya, kinerja realisasi pos ini hingga akhir tahun 2010 mencapai 91,32% atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi Belanja Daerah akhir tahun 2009 sebesar 80,68%. Adanya perbedaan tingkat realisasi belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya defisit pada periode akhir triwulan IV-2010 sebesar Rp 169,99 miliar. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pada triwulan I-2011, perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh sebesar 7,00%-8,00% (y-o-y) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 6,33%, dan relatif hampir sama dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,92%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang masih akan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Adanya peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah pada tahun 2011 serta kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) yang akan dilakukan sepanjang triwulan I ditengarai semakin meningkatkan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Kegiatan ekspor diperkirakan masih tetap mengalami tren perlambatan di tengah terjadinya penurunan produksi kakao akibat serangan hama yang masih terjadi pada sejumlah lahan kakao di provinsi Sulawesi Tengah. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2011 masih bersumber dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan 5

17 Ringkasan Eksekutif Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan IV-2010, para pelaku bisnis yang menjadi responden survei memperkirakan akan terjadinya peningkatan pertumbuhan pada triwulan mendatang. Nilai SBT ekspektasi tercatat sebesar 7,86 dengan nilai SBT tertinggi pada responden sektor pertanian. Laju inflasi tahunan (y-o-y) Kota Palu pada triwulan I-2011 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan I-2010 maupun inflasi pada triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya tekanan yang cukup tinggi pada harga barang dan jasa baik di sisi permintaan, penawaran maupun ekspektasi. Faktor-faktor seperti kenaikan BBM nonsubsidi, pencabutan capping listrik industri sebesar 18%, masa kampanye menjelang Pilgub serta anomali cuaca menjadi faktor dominan penyebab tingginya inflasi pada triwulan I Inflasi tahunan (y-o-y) pada triwulan I-2011 diproyeksikan pada kisaran 7,75%-8,75% atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,21% (y-o-y) dan inflasi triwulan IV-2010 sebesar 6,40% (y-o-y). 6

18 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan IV-2010 perekonomian Sulawesi Tengah masih menunjukan kinerja positif. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 6,33% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,35% (y-o-y). Namun demikian, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 mengalami perlambatan. Secara keseluruhan, pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mencapai 7,79%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 7,51%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan IV-2010 terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,86% (y-o-y) atau melambat dibandingkan triwulan III-2010 sebesar 7,59% (y-o-y), sedangkan ekspor mengalami kontraksi dengan pertumbuhan sebesar -7,64% atau lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 18,60%. Turunnya daya beli masyarakat yang terindikasi dari menurunnya kredit konsumsi dan pembelian motor menjadi penyebab terjadinya perlambatan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, adanya penurunan produksi kakao akibat serangan hama menjadi faktor dominan menurunnya kinerja ekspor pada triwulan laporan. Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh memburuknya kinerja sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik, gas dan air bersih mengalami peningkatan pertumbuhan. Walaupun mengalami perlambatan, sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 2,04%. 7

19 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Persen 20,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00-4,17 I II 12,88 III 10,72 4,30 8,93 4,92 8,51 8,84 17,89 6,59 2,23 5,35 7,92 8,29 8,74 I I I IV II III IV II III IV II III IV ,33 Persen 8,00 7,90 7,80 7,70 7,60 7,50 7,40 7,30 7,20 7,99 7,78 7,79 7, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB tahunan (total) Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN Pada triwulan IV-2010, perekonomian Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 6,33% (y-o-y) atau mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,74% (y-o-y). Perlambatan terjadi pada hampir semua komponen kecuali konsumsi lembaga swasta nirlaba yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,14% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,32% (y-o-y). Meskipun demikian, komponen konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 2,17%. Rincian Sumber : BPS Sulteng Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) III IV III IV 1.Konsumsi RT 8, , , , , Kons. Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah 2, Investasi 3, , Ekspor 2, Impor 2, PDRB 15, , , , ,

20 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rincian Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o-y) Kontribusi Thd III IV III IV Pertumbuhan 1.Konsumsi RT Kons. Lembaga Nirlaba (0.66) Konsumsi Pemerintah (3.14) (1.90) Investasi Ekspor (4.24) (7.64) (1.25) 6.Impor (24.54) 3.99 PDRB Sumber : BPS Sulteng Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan melambat dengan pertumbuhan sebesar 3,86% (y-o-y) atau sebesar 2,28% (q-t-q). Perlambatan pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan dapat dikonfirmasi dari posisi kredit konsumsi pada bulan Desember 2010 yang mengalami kontraksi sebesar -10,15% (yo-y) dengan nilai Rp 3,59 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan posisi kredit pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 4,59 triliun. Seiring dengan hal tersebut, jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan menurun dari triwulan sebelumnya. Pendaftaran kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat sebesar kendaraan atau mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 22,96%, lebih kecil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 74,20%. Jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan mencapai unit yang didominasi oleh jenis kendaraan roda dua yakni sebanyak unit, dan kendaraan roda empat 891 unit. 9

21 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional miliar Persen Unit Persen 5.000, , , , , , , , ,00 500,00 - N. Kredit % g. kredit kon (yoy) Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Des Mar Juni Sept Des 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% I 2009 II 2009 III 2009 IV 2009 I 2010 II 2010 III 2010 IV Sumber : SEKDA Sulawesi Tengah Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi Menurut Lokasi Proyek Di Sulawesi Tengah Kiloliter 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, I-09 II-09 III-09 IV- 09 Sumber : Pertamina Region VIII, Sulteng I-10 II-10 III-10 Grafik 1.5. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah IV- 10 Premium 49,078 50,861 55,326 59,051 57,704 62,485 62,674 67,689 Minyak Solar 19,273 20,292 21,739 23,586 22,124 24,827 24,636 27,166 Minyak Tanah 19,030 19,540 20,065 20,180 19,385 19,630 20,935 21,010 Sumber : Kantor Samsat Kota Palu Grafik 1.4. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Meterkubik 1,250,000 1,200,000 1,150,000 1,100,000 1,050,000 1,000, , ,000 Roda 2 Roda 4 qtq (%) I II III IV I II III IV I II III IV Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy) Sumber : PDAM Kab. Donggala Grafik 1.6. Volume Pemakaian Air Masyarakat 15% 10% 5% 0% -5% -10% Meskipun demikian adanya perayaan tahunan seperti Festival Danau Poso dan Festival Togean di awal triwulan IV-2010 serta momen Natal dan Tahun Baru di penghujung tahun menjadi salah satu penggerak utama kinerja komponen konsumsi. Hal ini tercermin dari peningkatan konsumsi BBM retail pada triwulan IV Konsumsi BBM retail selama triwulan IV-2010 tumbuh 12,77% (y-o-y) atau sebesar 7,02% (q-t-q). Konsumsi tertinggi terjadi pada BBM jenis premium yang mencapai 58,34%, diikuti solar (23,41%), minyak tanah (18,11%) pertamax (0,14%). Sementara itu konsumsi air masyarakat selama triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan sebesar 4,87% (y-o-y), atau kontraksi sebesar -6,86% (q-t-q). Pada periode tersebut jumlah pelanggan tumbuh sebesar 4,69% (y-o-y) atau 784 sambungan baru. 10

22 Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan laporan cenderung menguat dari triwulan sebelumnya. Rata-rata NTP selama triwulan IV-2010 tercatat 97,62%, lebih tinggi dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 96,47%. Walaupun terjadi sedikit peningkatan NTP Petani pada triwulan laporan akan tetapi nilai NTP yang masih berada di bawah 100 menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih belum berada dalam taraf yang menggembirakan. Indeks harga yang dibayar yang lebih besar dari indeks harga yang diterima petani menunjukkan bahwa mayoritas pendapatan petani masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) dan kebutuhan untuk biaya produksi pertanian. Kenaikan harga jual komoditas pertanian cukup berpengaruh pada kenaikan indeks diterima petani (pendapatan petani), namun tekanan inflasi yang cukup kuat selama triwulan laporan telah mendorong indeks dibayar petani (pengeluaran petani) mengalami kenaikan yang lebih besar lagi. Persen perubahan % Persen , , , , ,0 20 Perubahan NTP (mtm) nilai tukar petani (NTP) 0-1, Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Sumber : BPS Sulawesi Tengah Sumber : Survei Konsumen KBI Palu Grafik 1.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.8. Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Oktober-Desember 2010, indeks keyakinan konsumen masih berada di atas 100 dengan tren yang sedikit meningkat di akhir tahun. Hal ini menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat masih terjaga yang diperkuat optimisme masyarakat bahwa tingkat penghasilan masyarakat yang dianggap masih lebih baik dibandingkan periode 6 bulan sebelumnya. Meningkatnya persepsi masyarakat terhadap tingkat penghasilan saat ini didukung oleh meningkatnya pendapatan/gaji serta adanya peningkatan omzet penjualan. 11

23 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 2,09% (y-oy), atau mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,09% (q-t-q). Tingginya Angka tersebut dapat dikonfirmasi dari angka realisasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Tengah. Tabel 1.3. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Target Tahun 2010 Realisasi sd IV 2010 URAIAN Nominal Pangsa (%) Nominal % PENDAPATAN DAERAH , ,00% Pendapatan asli daerah , ,87% Dana perimbangan , ,08% Lain-lain pendapatan daerah yang sah , ,91% BELANJA DAERAH , ,32% Belanja Tidak Langsung , ,06% Belanja Langsung , ,00% Surplus/(Defisit) ( ) PEMBIAYAAN DAERAH (netto) ,15 100,00% Penerimaan pembiayaan ,15 100,00% Pengeluaran pembiayaan ,00 100,00% Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Tahun Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah, data diolah. Tingkat realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sudah cukup baik dengan tingkat realisasi belanja mencapai 91,32% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan tingkat realisasi sebesar 80,68%. Tingkat realisasi belanja daerah yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu menjadi indikasi adanya perbaikan dalam hal pengelolaan belanja daerah Investasi Laju investasi pada triwulan IV-2010 tumbuh melambat 4,24% (y-o-y), atau tumbuh 7,14% (q-t-q). Pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta baik yang sifatnya baru maupun penggantian barang modal. Perlambatan pertumbuhan tahunan (y-o-y) tersebut dapat dikonfirmasi dari beberapa indikator, antara lain pertumbuhan kredit investasi berdasarkan lokasi proyek. Kredit investasi berdasarkan lokasi proyek Desember 2010 tercatat sebesar Rp1,36 triliun atau melambat 10,5% (y-o-y), dan masih didominasi oleh kredit investasi untuk wilayah Kabupaten Poso dan Kota Palu. Adanya peningkatan realisasi proyek-proyek pemerintah menjelang akhir tahun dapat dikonfirmasi dari realisasi 12

24 Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional semen di Sulawesi Tengah. Pada triwulan IV-2010, volume realisasi semen di Sulawesi Tengah tumbuh 23,52% (y-o-y) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang justru mengalami kontraksi sebesar 1,39% (y-o-y). Rp miliar (y.o.y) persen Ton persen Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sept Des Kredit Investsi % g. kredit (y-o-y) Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Sumber : Buku SEKDA Sulawesi Tengah Grafik 1.9. Kredit Investasi Menurut Lokasi Proyek Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulteng Impor luar negeri Sulawesi Tengah selama bulan Oktober-Desember 2010 tercatat sebesar US$.3,74 juta. Angka tersebut meningkat sebesar 177,63% (q-t-q). Barang-barang impor pada triwulan laporan merupakan bahan makanan dan makanan jadi (59,95%) dan barang-barang modal (40,05%) Ekspor Aktivitas ekspor 1 Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun secara kuartalan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar -7,64% (y-o-y) -3,75% (q-t-q). Pada periode bulan Oktober-Desember 2010 volume ekspor minyak nabati dari Sulawesi Tengah tercatat sebesar 4,60 ribu ton atau mengalami kontraksi sebesar -81,7% dari periode yang sama tahun lalu. Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh pembeli dari negara di Asia khususnya Malaysia dan China. Ekspor ke China didominasi oleh bahan tambang, sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh komoditas kakao. Pertumbuhan tahunan volume ekspor luar negeri di triwulan IV tercatat sebesar 318,33% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 1 Pengertian ekspor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi. 13

25 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional tahunan triwulan III-2010 yang mencapai 387,18%. Secara akumulatif hingga triwulan IV-2010 volume ekspor luar negeri dari Sulawesi Tengah tercatat sebesar 2,52 juta metrik ton yang didominasi oleh bahan mineral tambang, dengan nilai ekspor keseluruhan mencapai USD 376,89 juta. Ton Ton USD per ton Asia Amerika Afrika Eropa Australia I II III IV I II III IV I II III IV Ekspor Kakao g. yoy g. qtq Sumber : Web DSM Sumber : ASKINDO Grafik Volume Ekspor Sulteng Menurut Negara Pembeli Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Ton persen Ton persen I 2009 II 2009 III 2009 IV 2009 I 2010 Vol. Ekspor Bhn Tambang (Ton) II 2010 III 2010 growth qtq IV Minyak dan Lemak Nabati 1 2 Volume (ton) growth (y-o-y) % 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulteng Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Nabati Sulteng Berdasarkan data ASKINDO Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan IV tercatat melambat sebesar 8,9% (y-o-y) menjadi ton, lebih rendah dari triwulan IV-2009 yang mencapai ton maupun triwulan sebelumnya yang mencapai ton. Adanya serangan hama penggerek buah kakao serta hama VSD pada hampir sekitar 75% dari hektar lahan kakao menjadi faktor utama menurunnya produksi kakao pada triwulan laporan. Daerah paling parah yang terkena dampak hama ini adalah daerah Parigi Moutong, Donggala dan Poso. 14

26 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sementara itu harga rata-rata kakao di pasar internasional selama triwulan IV-2010 cenderung mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Harga rata-rata harian kakao pada periode Oktober-Desember 2010 tercatat sebesar US$2.965,9 per ton lebih rendah dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar US$3.058,7 per ton.. Kinerja ekspor hasil tambang pada triwulan laporan menunjukkan hasil yang menggembirakan. Volume ekspor hasil tambang pada bulan Oktober-Desember 2010 mencapai 789,54 ribu ton, lebih tinggi dari triwulan III-2010 yang berjumlah 517,55 ribu ton. Secara akumulatif volume ekspor tambang dari Januari-September 2010 berjumlah 2,38 juta ton, jauh lebih tinggi dari volume ekspor sepanjang 2009 sebesar 0,498 juta ton. Kondisi ini menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah memiliki potensi tambang yang cukup besar, namun selama ini belum banyak dieksplorasi oleh investor. Hingga triwulan laporan, devisa yang diperoleh dari eskpor bahan tambang Sulawesi Tengah mencapai USD 55,80 juta, meningkat delapan kali lipat dari nilai ekspor tambang tahun lalu. Kegiatan pengiriman barang keluar wilayah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Pantoloan selama triwulan IV-2010 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu jumlah pengiriman barang keluar melalui Bandara Mutiara Palu pada triwulan laporan tercatat melambat sebesar 39,16% (y-o-y) atau sebesar 9,31% (q-t-q). Ton/M3 persen Ton/ USD per ton Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan I II III IV I II III IV I II III IV Volum Muat (T/M3) g. (yoy) 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% -100% Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu I II III IV g.barang (yoy) % 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu 15

27 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Impor Impor Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 masih mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun kuartalan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar -24,54% (y-o-y) dan -9,85% (q-t-q). Kontraksi pada triwulan laporan didorong oleh penurunan impor antar daerah. Volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan untuk perdagangan domestik pada triwulan laporan tumbuh sebesar 4,44% (y-o-y). Sementara itu jumlah pengiriman barang menggunakan jasa angkutan udara melambat dengan pertumbuhan sebesar 37,77% (y-o-y) atau 13,05% (q-t-q). Ton/M3 persen Ton % ,2% 4,8% ,3% 39,0% ,1% 26,4% I II III IV I II III IV I II III IV % 30% 20% 10% 1,9% 4,4% 0% I II III IV 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Volum Bongkar (T/M3) Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan g. (y-o-y) g.barang (yoy) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu 1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN Pertumbuhan pada triwulan laporan bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor angkutan & komunikasi. Sumber : BPS Sulteng Tabel 1.4. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Rincian III IV III IV 1.Pertanian 5.977, , , , , ,20 2.Pertambangan&Penggalian 460,98 548,82 142,95 141,93 152,63 155,12 3.Industri Pengolahan 904,65 962,41 266,23 271,96 284,53 289,35 4.Listrik&Air Bersih 105,39 107,41 29,97 30,53 31,81 34,00 5.Bangunan 920, ,28 270,70 321,75 301,90 340,94 6.Perdag, Hotel&Restoran 1.807, ,35 521,03 576,20 583,14 618,92 7.Angkutan&Komunikasi 995, ,51 311,98 324,09 342,71 350,80 8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 636,85 705,26 194,88 206,14 214,81 223,11 9.Jasa-Jasa 2.152, ,49 659,58 724,30 741,33 771,43 PDRB , , , , , ,87 16

28 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rincian Sumber : BPS Sulteng Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Kontribusi Thd Pertumbuhan III IV III IV 1.Pertanian (0,90) 5,65 6,00 5,08 2,06 2.Pertambangan&Penggalian 5,61 3,42 6,77 9,29 0,30 3.Industri Pengolahan 8,97 10,15 6,88 6,39 0,40 4.Listrik&Air Bersih 8,71 3,12 6,13 11,35 0,08 5.Bangunan 2,30 5,50 11,52 5,96 0,44 6.Perdag, Hotel&Restoran 3,24 6,89 11,92 7,41 0,98 7.Angkutan&Komunikasi 9,64 7,76 9,85 8,24 0,61 8.Keu, Sewa&Js.Perusahaan 3,49 3,89 10,23 8,23 0,39 9.Jasa-Jasa 2,49 1,59 12,39 6,51 1,08 PDRB 2,23 5,35 8,74 6,33 6, Sektor Pertanian Pada triwulan IV-2010, sektor pertanian mengalami pelambatan pertumbuhan yaitu sebesar 5,08% (y-o-y) atau 5,02% (q-t-q). Berdasarkan Angka Ramalan III (ARAM III) BPS, produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 diperkirakan mencapai ton GKG, naik sebesar ton (3,43 %) dibandingkan dengan produksi tahun 2009 yang mencapai ton GKG. Peningkatan produksi padi tahun 2010 diperkirakan karena adanya peningkatan produktivitas sebesar 1,56 ku/ha. Sementara itu untuk luas panen diperkirakan mengalami penurunan sebesar 59 ha (-0,03 %). Dalam lima tahun terakhir luas panen padi di Sulawesi Tengah bertambah ratarata sebesar 4,37% per tahun, sementara produksinya naik rata-rata sebesar 7,75% per tahun. Potensi untuk meningkatkan produksi pertanian di Sulawesi Tengah masih cukup terbuka. Berdasarkan data luas lahan menurut penggunaan dari BPS, di provinsi Sulawesi Tengah terdapat lahan beririgasi yang belum dimanfaatkan hingga hektar. Wilayah kabupaten yang tercatat paling banyak memiliki lahan tidur adalah Morowali dan Banggai. Sementara luas lahan kering yang belum dimanfaatkan mencapai hektar dengan jumlah paling banyak berada di Kabupaten Banggai. Kondisi ini tentu saja menjadi salah satu faktor potensial untuk mendorong peningkatan produksi padi maupun palawija di Sulawesi Tengah, 17

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional meskipun pada tahun lalu Sulteng mencatatkan surplus sebesar ton dan menjadi salah satu penyumbang produksi padi nasional. Produksi(Ton) y.o.y persen Hektar y.o.y luas Sumber : ARAM III 2010, BPS Sulteng Grafik Perkembangan Produksi Padi dan Jagung Di Sulteng Sumber : ARAM III 2010, BPS Sulteng Grafik Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Jagung Di Sulteng Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Sulawesi Tengah, pada tahun ini telah dicetak lahan sawah baru dengan luas lebih dari hektar yang tersebar di beberapa wilayah Kabupaten dengan biaya dari APBN maupun APBD. Pencetakan lahan baru dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan pangan di masa datang dan mengimbangi alih fungsi lahan. Kabupaten Morowali dan Buol merupakan daerah yang tercatat paling banyak mencetak sawah baru masing-masing seluas hektar. Di masa yang akan datang untuk menekan laju alih fungsi lahan, pemerintah akan memetakan daerah yang akan menjadi pusat produksi pangan nasional dan dimasukan dalam rancangan tata ruang wilayah nasional. Produktivitas padi di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 4,5 ton per hektar, masih di bawah rata-rata nasional (6 ton/hektar). Faktor penyebabnya adalah terbatasnya tenaga penyuluh lapangan dan rendahnya kesadaran petani untuk menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan dan pengolahan. Pada tahun 2012, provinsi Sulawesi Tengah menargetkan menjadi 10 besar penghasil padi nasional. Harga komoditas utama pertanian seperti padi, cengkih, kakao dan hasil perikanan selama triwulan laporan cukup menggembirakan. Khusus untuk komoditas padi, tingginya harga beras di pasaran telah menyebabkan seretnya pengadaan beras oleh BULOG. Di sisi lain volume ekspor komoditas perikanan pada 18

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional selama Oktober-Desember 2010 tumbuh sebesar 9,14% (y-o-y), sementara ekspor bahan nabati dan hewani lainnya tumbuh sebesar 99,3% (y-o-y). Ekspor komoditas kakao dan kopi yang merupakan komoditas unggulan Sulawesi Tengah mengalami kontraksi sebesar 36,7% (y-o-y), dan ekspor komoditas minyak nabati juga mengalami kontraksi sebesar 81,68% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian lebih dikarenakan berkurangnya produksi kakao akibat serangan hama. Namun demikian dalam upaya untuk meningkatkan produksi kakao, sejak tahun lalu Askindo Sulawesi Tengah telah membangun pusat pengembangan bibit kakao di Palu, bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember dan Universitas Tadulako. Hasil kerjasama yang telah dicapai yakni penyediaan lahan seluas 14 hektar dan penelitian 8 (delapan) klon bibit kakao yang disiapkan sesuai lahan dan cuaca di wilayah Indonesia Timur yang ditargetkan selesai pada tahun Data Askindo menyebutkan luas lahan kakao di Sulawesi Tengah sekitar 220 ribu hektar. Upaya lain yang sedang ditempuh oleh Askindo adalah mendorong para petani dan eksportir untuk memfasilitasi sertifikasi lahan kebun kakao. Langkah ini perlu dilakukan untuk merespons permintaan pasar, khususnya dari negara-negara Eropa yang mensyaratkan produk yang ramah terhadap lingkungan. Melalui sertifikasi diharapkan volume produksi dan mutu produk yang dihasilkan oleh petani akan meningkat. Adapun syarat sertifikasi meliputi pembukaan lahan yang tidak merusak hutan, pemeliharaan tanaman, penggunaan pupuk dan pestisida, hingga ketahanan produksi. Vol. Ton y.o.y persen Vol. Ton y.o.y persen Ikan, Kerang-kerangan, Moluska dll 1 2 Volume (ton) growth (y-o-y) % 20000% 15000% 10000% 5000% 0% -5000% Coffee, Cocoa Volume (ton) growth (y-o-y) % 40% 20% 0% -20% -40% -60% Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Sulteng Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Kakao dan Kopi Sulteng 19

31 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Volume (Ton) growth y.o.y Volume (Ton) growth y.o.y Minyak dan Lemak Nabati 1 2 Volume (ton) growth (y-o-y) % 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% Bahan Nabati dan Hewani Volume (ton) growth (y-o-y) % 100% 50% 0% -50% -100% -150% Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Minyak dan Lemak Nabati Sumber : web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Bahan Nabati dan Hewani Sulteng Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah pada akhir Desember 2010 tercatat sebesar ton, turun sebesar -31,12% dibandingkan stok pada akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu selama triwulan IV-2010 realisasi pengadaan beras BULOG Divre Sulteng mencapai ton. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan pengadaan pada triwulan sebelumnya maupun tahun lalu. Pada tahun 2010 Bulog Divre Sulteng ditargetkan dapat melakukan pengadaan beras sebanyak ton. Selain disebabkan oleh musim panen yang tidak terjadi secara bersamaan, penurunan realisasi pengadaan oleh BULOG Divre Sulteng pada tahun ini berkaitan dengan harga penjualan di pasar yang lebih tinggi dari HPP pemerintah. Ton Rp./Kg Stok (Ton) Perub. Stok Pengadaan (ton) HPP (Rp/kg) Stok (Ton) Perubahan Stok qtq (%) Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Sumber : BULOG Divre Sulteng Grafik Realisasi Pengadaan Beras dan HPP Sumber : BULOG Divre Sulteng Grafik Perkembangan Stok Beras BULOG 20

32 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Idealnya adanya kenaikan harga beras di tingkat penggilingan padi bagi petani akan berdampak positif (memberikan insentif) bagi tingkat kesejahteraan petani dimana sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Sulawesi Tengah. Namun kondisi di lapangan menunjukan hal yang berbeda karena pada saat bersamaan tingkat pengeluaran petani mengalami peningkatan. Akibatnya nilai tukar petani (NTP) di Sulawesi Tengah justru mengalami penurunan Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan IV-2010 kinerja sektor jasa melambat dan tumbuh sebesar 6,51% (y-o-y), atau sebesar 4,06% (q-t-q). Pada akhir Desember 2010 kredit sektor jasa tumbuh 38,31% (y-o-y) dan masih didominasi oleh kredit untuk jasa dunia usaha. Sementara itu jumlah dana pemerintah (pusat dan daerah) yang tersimpan di lembaga perbankan hingga bulan Desember 2010 berjumlah Rp588,06 miliar. Jika dibandingkan posisi 1 tahun yang lalu terdapat penurunan sebesar 12,48% (y-o-y). Sektor jasa yang masih didominasi oleh jasa pemerintahan mengakibatkan realisasi belanja pemerintah akan berpengaruh terhadap kinerja sektor ini. Adanya penurunan dana pemerintah pada perbankan dari triwulan sebelumnya menunjukan adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah selama triwulan laporan. Rp Miliar growth (%) Rp Miliar growth (%) % % Total Kredit Jasa g. Kredit (y-o-y) 80% % % % 10% % 800 5% % 600 0% % -5% % % 0-15% 0-40% Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Juni Sep Des Pem. Pusat Pem. Daerah g. Total (y-o-y) Sumber : SEKDA Sulteng Grafik Perkembangan Kredit Sektor Jasa Menurut Lokasi Proyek Di Sulteng Sumber : LBU Palu Grafik Perkembangan Dana Pemerintah Daerah Pada Perbankan 21

33 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10 Des-10 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan IV-2010 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran melambat dengan pertumbuhan sebesar 7,41% (y-o-y) atau sebesar 6,14% (q-t-q). Relatif baiknya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 2 triwulan III-2010 sebesar 0,02%. Nilai SBT ini lebih kecil dibandingkan SBT triwulan sebelumnya sebesar 0,98%. Kinerja positif sektor ini menjadikannya sebagai sektor penyumbang terbesar ketiga terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan setelah sektor pertanian dan jasa. Beberapa indikator menunjukkan adanya peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan laporan. Kinerja positif sub sektor perhotelan tercermin oleh peningkatan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang maupun melati. Rata-rata TPK hotel berbintang selama triwulan IV-2010 mencapai 70,12%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan III-2010 yang mencapai 65,83% maupun rata-rata triwulan IV sebesar 54,77%. Pada saat yang bersamaan jumlah tamu hotel sepanjang triwulan IV-2010 mencapai orang yang didominasi oleh tamu domestik. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 70,38% (y-o-y) atau 5,71% (q-t-q). Faktor pendorong peningkatan jumlah tamu selama triwulan laporan adalah adanya penyelenggaraan festival serta momen Natal dan Tahun Baru. Persen T. Domestik T. Asing Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des TPK 2008 (%) TPK 2009 (%) TPK 2010 (%) D perubahan % (2010 ke 2009) Tamu Domestik Tamu Asing Sumber : BPS Sulteng Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Sumber : BPS Sulteng Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang 2 Survei Kegiatan Dunia Usaha dilaksanakan oleh Bank Indonesia setiap triwulan dengan target responden para pelaku usaha di Sulawesi Tengah. 22

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Indikator lain yang menunjukkan adanya peningkatan kegiatan pada sektor perdagangan secara kuartalan adalah peningkatan volume bongkar barang baik melalui pelabuhan laut maupun bandar udara. Adanya peningkatan volume bongkar menjadi salah satu penanda peningkatan kegiatan perdagangan. Volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 4,44% (y-o-y), sementara jumlah pengiriman barang masuk melalui angkutan udara melambat dengan pertumbuhan sebesar 37,77% (y-o-y) Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2010 melambat dengan pertumbuhan sebesar 8,24% (y-o-y), atau sebesar 2,36% (q-t-q). Dari data yang diperoleh dari pengelola Bandara Mutiara Palu, jumlah arus penumpang pesawat udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan IV tercatat berjumlah penumpang. Jumlah tersebut meningkat sebesar 6,55% (q-t-q) atau sebesar 26,05% (y-o-y). Jumlah penumpang angkutan udara tertinggi tercatat pada bulan Desember 2010 dengan jumlah penumpang mencapai yang didorong oleh adanya momen Natal dan Tahun Baru. Orang growth q-t-q 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% - I 09 II 09 III 09 IV 09 I 10 II 10 III 10 IV 10 Penumpang Datang Penumpang Berangkat Penumpang QtQ -10% Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik1.31. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu 23

35 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Peningkatan penumpang angkutan udara ternyata tidak diikuti dengan peningkatan penumpang kapal laut. Jumlah penumpang kapal laut pada triwulan IV mencapai penumpang, turun sebesar 38,20% (q-t-q). Meningkatnya pendapatan masyarakat dan semakin kompetitifnya harga tiket yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan menjadikan minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan kapal laut menjadi berkurang. Orang growth q-t-q I II III IV I II III IV I II III IV 150% 100% 50% 0% -50% -100% Penumpang Berangkat Penumpang Turun g.penumpang (qtq) Sumber : PT Pelindo IV, Cabang Pantoloan Grafik 1.32 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 9,29% (y-o-y), atau sebesar 1,63% (q-t-q). Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian terjadi seiring meningkatnya realisasi produksi bahan galian C, dan ekspor bijih mineral tambang. Angka realisasi produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala selama triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 7,1% (q-t-q) dan secara tahunan mengalami kontraksi sebesar -16,28% (y-o-y). Produksi bahan galian C tertinggi dicapai pada bulan Oktober 2010, dengan volume mencapai kubik. Sementara itu kegiatan penambangan emas rakyat di wilayah Poboya masih terus berlangsung. Sebagai daerah yang kaya sumber mineral, di wilayah Sulawesi Tengah terdapat potensi bahan tambang seperti nikel, bijih besi, tembaga, emas, perak, dll, yang 24

36 Des-07 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Des-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional tersebar di hampir tiap wilayah kabupaten. Namun potensi tambang tersebut belum digarap dengan baik. Ekspor tambang Sulawesi Tengah pada triwulan laporan tumbuh 4 kali lipat dari periode yang sama tahun lalu, sedangkan secara kuartalan tumbuh sebesar 52,6 % (q-t-q). Ekspor hasil tambang Sulawesi Tengah lebih banyak dikirim ke negara China, seiring meningkatnya aktivitas perekonomian di negara tersebut. Meter Kubik growth (%) Ton growth (%) I II III IV I II III IV I II Tr III IV Produksi (m3) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% I 2009 II 2009 III 2009 IV 2009 I 2010 Vol. Ekspor Bhn Tambang (Ton) II 2010 III 2010 IV 2010 growth qtq Sumber : Distamben Kab. Donggala Grafik Produksi Bahan Galian Golongan C Sumber : web dsm Grafik Ekspor Mineral Tambang Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan IV-2010, sektor industri pengolahan mengalami sedikit pelambatan sebesar 6,39% (y-o-y) atau 1,69% (q-t-q). Berdasarkan data akhir Desember 2010 kredit sektor industri tumbuh sebesar 27,8% (y-o-y) dengan nilai sebesar Rp226,18 miliar. Ton growth (%) RpMiliar growth y-o-y (%) % 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% Volume Ekspor (ton) growth (yoy) Sektor Industri (miliar) growth (yoy) Sumber : Web DSM BI Sumber Buku SEKDA Sulteng Grafik Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulteng Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Sulteng 25

37 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sementara itu volume ekspor produk manufaktur pada periode Oktober Desember 2010 tercatat sebesar 32,75 metrik ton atau mengalami peningkatan hingga 25,68% dari triwulan III Meski mengalami peningkatan volume ekspor barang industri, konsumsi bahan bakar industri justru mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Solar 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Premium, M.Tanah I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 Minyak Solar (KL) 28,598 29,291 33,388 33,866 32,085 34,414 40, Premium (KL) , Minyak Tanah (KL) Sumber : Pertamina Region VII, Wilayah Sulteng Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri Di Wilayah Sulteng 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Konsumsi BBM untuk sektor industri selama triwulan IV-2010 mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun kuartalan dengan pertumbuhan masingmasing sebesar -4,98% (y-o-y) atau sebesar -19,39% (q-t-q). Secara keseluruhan konsumsi BBM Industri mencapai kiloliter. BBM jenis solar yang tercatat paling banyak digunakan oleh kalangan industri dengan pangsa sebesar 97,9%. Penurunan konsumsi BBM Industri yang umumnya digunakan untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik menunjukan sektor industri pada triwulan laporan mengalami perlambatan Sektor Bangunan Pada triwulan IV-2010 sektor bangunan mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 5,96% (y-o-y), namun secara kuartalan tumbuh sebesar 12,93% (q-t-q). Realisasi pengadaan semen di Sulawesi Tengah pada triwulan IV mencapai ton atau tumbuh sebesar 23,52% (y-o-y). Kondisi ini 26

38 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional mengindikasikan bahwa beberapa pekerjaan pembangunan fisik mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Realisasi belanja pemerintah yang meningkat juga turut mendorong aktivitas sektor ini pada triwulan laporan. Berdasarkan data pada akhir Desember 2010, jumlah penyaluran KPR oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp912,73 milyar, meningkat 148,39% (y-oy) atau 3,76,% (q-t-q). Persaingan tingkat suku bunga KPR antar bank yang kompetitif merupakan salah satu faktor pendorong penyaluran KPR. Ton RpMiliar growth (%) % 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% KPR g. Y-o-Y g. Q-t-Q Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des 180% 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% g.2010 (yoy) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulteng Sumber : LBU KBI Palu Grafik Perkembangan KPR Di Sulteng Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 11,35% (y-o-y) atau 6,87% (q-t-q). Konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan tumbuh sebesar 14,56% (y-o-y), atau sebesar 7,32% (q-t-q). Secara umum kondisi kelistrikan di Sulawesi Tengah membaik setelah adanya tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di Kabupaten Buol, Poso dan Kota Palu. Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Donggala, jumlah pemakaian air pada triwulan IV-2010 melambat dengan pertumbuhan sebesar 4,87% (y-o-y). 27

39 Des 07 Mar 08 Jun 08 Sep 08 Des 08 Mar 09 Jun 09 Sep 09 Des-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KwH growth (%) Meter Kubik growth (%) % % 20% % % % % % - -10% ,000 40% 400,000 30% 20% 300,000 10% 200,000 0% 100,000-10% - -20% Sumber : PT PLN Cabang Palu Pemakaian Listrik YoY QtQ Sumber PDAM Donggala Volume Air Tersalur (m3) g. yoy Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala Sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV tumbuh melambat sebesar 8,23% (y-o-y) atau sebesar 3,86% (q-t-q). Nilai tambah bruto (NTB) bank umum pada akhir triwulan IV-2010 tumbuh 59,10% (y-o-y). Peningkatan NTB tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang mencapai 25,15% (y-o-y). Kondisi tersebut didukung oleh cukup lebarnya spread suku bunga dan kualitas kredit yang baik dengan NPL nett < 5 %. Rp Miliar growth (%) % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Kredit (juta) DPK (juta) g. NTB BU (y-o-y) Sumber : Buku SEKDA Prov. Sulteng Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Bank Umum Di Sulteng 28

40 BOKS 1. POTENSI RUMPUT LAUT PROVINSI SULAWESI TENGAH Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu produsen rumput laut terbesar di Indonesia selain Sulawesi Selatan dan NTT. Dalam rangka mendorong produksi rumput laut pada tahun ini Provinsi Sulawesi Tengah mencanangkan diri sebagai Provinsi Rumput Laut. Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai panjang pantai km yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Potensi areal pengembangan budidaya rumput laut di Sulawesi Tengah mencapai ha, namun yang dimanfaatkan oleh masyarakat baru ha. Untuk lebih mempermudah dalam pemantauan dan pengelolaannya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah membagi beberapa zona/cluster antara lain : a. Zona I Cluster Selat Makassar & Laut Sulawesi meliputi Kabupaten Toli-toli, Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala & Kota Palu; b. Zona II Cluster Teluk Tomini meliputi Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Poso dan sebagian Kabupaten Banggai; c. Zona III Cluster Teluk Tolo meliputi Kabupaten Banggai, Kabupaten Bangkep dan Kabupaten Morowali. Melihat potensi lahan serta produksi rumput laut di Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah berharap melalui pengelolaan rumput laut secara baik dan berkesinambungan akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir sekaligus menekan tingkat kemiskinan serta membuka lapangan kerja. Untuk mendorong akselerasi peningkatan produksi Kabupaten Morowali telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan yaitu pengembangan komoditas berbasis kawasan dengan prinsip bahwa dalam kawasan itu harus terbangun efisiensi, daya saing dan kecepatan. Secara nasional produksi rumput laut tahun 2010 mencapai 3,082 juta ton, sementara untuk produksi Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun tersebut tercatat sebesar ton basah (setara dengan ton kering) atau memberikan kontribusi sebesar 25% terhadap produksi nasional. Dari produksi tersebut di atas, 70% disumbangkan oleh Zona III Cluster Teluk Tolo meliputi Kabupaten Banggai, Kabupaten Bangkep dan Kabupaten Morowali, 23% Zona II Cluster Teluk Tominin meliputi Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Poso dan sebagian Kabupaten Banggai, dan sisanya dari Zona I Cluster Selat Makassar & Laut Sulawesi meliputi Kabupaten Toli-toli, Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala & Kota Palu. Jenis rumput laut yang dikembangkan di Sulawesi Tengah adalah jenis Euchena Cottoni untuk dilaut dan Glacilaria Vericosa untuk ditambak. Salah satu kendala yang ditemui di lapangan sehingga investor masih enggan menanam modalnya untuk membangun pabrik pengolahan rumput laut di Sulawesi Tengah adalah masih terbatasnya ketersediaan listrik dari PLN, dimana dalam proses pengolahan rumput laut menjadi bubuk atau produk lainnya memerlukan pasokan listrik yang cukup besar. Rencana Pemprov Sulawesi Tengah Dalam Mengembangkan Klaster Rumput Laut Dalam upaya mewujudkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi Rumput Laut, Dinas Kelautan & Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah akan mengembangkan industri pengolahan rumput laut setengah jadi (chips & powder) serta industri penunjang berupa pabrik tali dan pelampung dengan mengundang para investor

41 untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Tengah. Selain itu, Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah telah melakukan kerjasama dengan investor dari Korea Selatan untuk mengembangkan rumput laut jenis alga merah (Red Algae). Meski Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu penghasil utama rumput laut di Indonesia, proses pengolahannya yang berlangsung belum maksimal, sehingga perlu dukungan semua pihak untuk pengembangannya agar memiliki nilai manfaat yang lebih bagi masyarakat. Untuk melihat potensi tersebut maka dibuatlah analisis SWOT sebagai berikut : STRENGHTS Panjang Pantai km Sudah lama digeluti masyarakat Penghasil terbesar 1 di Indonesia Potensi pengembangan ha Sudah terbentuk 3 klaster Sudah ada UKM rumput laut Dukungan dari Kementrian Kelautan & Perikanan RI serta Pemerintah Daerah Sulteng (Dinas Kelautan & Perikanan) Komoditas Ekspor OPPORTUNITIES Pasar ekspor dunia masih terbuka luas Luas lahan (laut) yang belum termanfaatkan masih cukup besar Fokus utama Kementrian Kelautan & Perikanan dalam pengentasan kemiskinan serta membuka lapangan kerja WEAKNESS Masih dilakukan secara tradisional Belum berorientasi ekspor Belum ada pabrik pengolahan rumput laut Belum ada industri penunjang seperti pabrik pelampung & tali Masih mengandalkan pembeli dari luar Sulawesi Tengah Keterlibatan Pemda dalam mendorong budidaya rumput laut masih besar Belum ada balai informasi THREATS Harga masih ditentukan pedagang Penyakit rumput laut (ice-ice) Harga jual sering berubah-ubah Peran Bank Indonesia Berdasarkan uraian singkat di atas, KPSRU Bank Indonesia Palu pada tahun 2011 akan melakukan identifikasi klaster dalam rangka pemberian Bantuan Teknis (Bantek) kepada nelayan rumput laut serta home industry rumput laut sehingga mempunyai nilai tambah (value added). Adapun lokasi yang akan dijadikan sasaran dalam melakukan identifikasi klaster budidaya rumput laut adalah Kabupaten Parigi Moutong yang masuk dalam Zona II Cluster Teluk Tomini serta Kabupaten Morowali dan Kabupaten Bangkep yang masuk dalam Zona III Cluster Teluk Tolo. Sedangkan untuk home industri pengolahan produk rumput laut akan difokuskan di Kota Palu yang termasuk dalam Zona I Cluster Selat Makassar & Laut Sulawesi. Pemilihan program pemberian bantuan teknis budidaya rumput laut pada cluster Teluk Tomini (+ 90 km dari Palu) dan cluster Teluk Tolo (+ 450 km dari Palu) didasari fakta bahwa cluster tersebut menyumbang + 93% produksi rumput laut Sulawesi Tengah serta telah berkembang menjadi sentra rumput laut sehingga pembinaan menuju cluster murni akan lebih cepat tercapai, sedangkan pemilihan cluster Selat Makassar & Laut Sulawesi untuk pengembangan home industry rumput laut seperti dodol, jelly dan minuman karena para pengrajin di daerah tersebut telah mendapat pembinaan dari dinas terkait (Dinas Kelautan & Perikanan Sulawesi

42 Tengah, Dinas Kumperindag Sulawesi Tengah dan Disperindagkop Palu), serta pernah mendapat bantuan peralatan serta lebih mendekatkan pada pasar. Sebagai informasi, budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat tradisional yaitu : Pemeliharaan Panen Jemur Jual/(pedagang pengumpul) Sedangkan pengetahuan mengenai cara pemeliharaan, proses pemanenan dan penjemuran yang benar sehingga dapat memenuhi kualitas yang disyaratkan oleh pembeli, belum menjadi tuntutan untuk dilakukan oleh nelayan rumput laut. Atas dasar kondisi tersebut, maka bantuan teknis yang akan diberikan oleh Bank Indonesia Palu meliputi: Studi banding ke daerah yang sudah mengelola rumput laut secara baik dan benar sehingga menghasilkan kualitas rumput laut yang memenuhi standar untuk dijadikan barang jadi atau setengah jadi seperti bubuk coklat, powder, dodol, jelly serta mengunjungi home industry UKM rumput laut untuk melihat proses pembuatan dari bahan mentah menjadi barang jadi seperti dodol, jelly dan minuman. Magang ke daerah yang sudah maju dalam pengelolaan rumput laut baik di laut maupun ditambak serta proses pembuatan dodol, jelly dan minuman yang higeinis. Tujuan magang adalah menambah wawasan serta meningkatkan kualitas produk rumput laut maupun home industry rumput laut Sulawesi Tengah. Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas budidaya rumput laut serta melakukan sharing kepada pembudidaya rumput laut lainnya yang tidak mendapatkan kesempatan studi banding maupun magang. Pameran, bertujuan untuk memperkenalkan jenis-jenis rumput laut yang bisa dibudidayakan serta produk-produk yang sudah dihasilkan dari rumput laut. Penyediaan informasi seperti brosur atau website bertujuan untuk memberikan informasi kepada investor dalam maupun luar negeri tentang potensi lahan, jumlah produksi serta jenis-jenis rumput laut yang bisa dikembangkan di Sulawesi Tengah. Output Melalui pemberian bantuan teknis yang dilakukan oleh KBI Palu bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulteng, Dinas Kumperindagkop Provinsi Sulteng dan Disperindagkop Kota Palu diharapkan akan mempunyai dampak terhadap : Meningkatnya volume produksi Meningkatnya hasil penjualan rumput laut Meningkatnya kualitas rumput laut Meningkatnya harga rumput laut Adanya nilai tambah (value added) terhadap pembudidaya rumput laut Terbentuknya home industri rumput laut Terbentuknya koperasi rumput laut Terbentuknya sentra-sentra baru rumput laut dan dapat direplikasi ke daerah lain

43 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Palu Perkembangan harga yang ditunjukkan oleh indeks harga konsumen (IHK) di kota Palu pada triwulan IV-2010 secara umum masih mengalami inflasi. Secara bulanan (m-t-m) pada bulan November - Desember 2010 kota Palu tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,52% dan 1,73% yang didorong oleh adanya kenaikan IHK. Namun demikian laju inflasi (y-o-y) maupun (q-t-q) cenderung menurun, akibat adanya deflasi yang terjadi pada bulan Oktober Secara tahunan (y-o-y), laju inflasi kota Palu mencapai 6,40%, lebih rendah dibandingkan periode triwulan III-2010 yang mencapai 6,92%, dan juga lebih rendah dari pencapaian inflasi nasional yang mencapai 6,96%. persen 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2, Palu Nasional Sumber : BPS diolah Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Kota Palu dan Nasional Sementara itu apabila dibandingkan dengan ibukota provinsi lain di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua, laju inflasi di kota Palu pada tahun 2010 menduduki urutan ke-lima dari sembilan ibukota provinsi lainnya sekaligus menyamai pencapaian rata-rata laju inflasi di Sulampua sebesar 6,40%. 29

44 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sumber : BPS Tabel 2.1. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Berbagai Provinsi di Sulampua Daerah Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Sulampua 7.94% 12.73% 14.45% 12.10% 10.29% 4.12% 2.10% 3.67% 3.31% 4.80% 6.91% 6.40% Maluku 5.09% 11.97% 14.87% 9.34% 8.84% -0.21% -3.29% 6.48% 7.08% 10.04% 13.15% 8.78% Gorontalo 6.90% 9.73% 12.26% 9.20% 10.54% 7.22% 3.97% 4.35% 3.59% 2.73% 7.60% 7.43% Irjabar 9.06% 24.27% 31.48% 19.75% 21.25% 7.93% 1.24% 3.59% 3.23% 4.57% 8.65% 7.41% Sulsel 8.13% 11.92% 12.29% 12.40% 9.01% 3.80% 2.70% 3.39% 3.46% 5.00% 6.58% 6.56% Sulteng 6.83% 10.20% 14.33% 10.40% 11.07% 5.83% 4.16% 5.73% 3.21% 5.31% 6.92% 6.40% Sulut 9.03% 13.18% 13.15% 9.71% 8.85% 2.25% -0.01% 2.31% 1.84% 4.21% 7.38% 6.28% Malut 10.69% 12.25% 16.63% 11.25% 7.64% 4.34% 1.36% 3.88% 4.43% 3.40% 4.69% 5.32% Sulbar 11.44% 16.44% 17.69% 11.66% 9.64% 5.24% 0.85% 1.78% 3.00% 3.56% 3.69% 5.12% Papua 7.84% 12.31% 14.76% 12.55% 8.26% 2.77% 1.44% 1.92% 3.31% 4.75% 4.56% 4.48% Secara triwulanan pada akhir triwulan IV-2010 kota Palu mengalami deflasi sebesar 0,37% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan akhir dua triwulan sebelumnya yang mencapai 1,66% (q-t-q) pada bulan Juni 2010, dan 4,93% (q-t-q) pada bulan September Kelompok komoditas Bahan Makanan, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau, kelompok Sandang, dan kelompok Kesehatan menjadi kelompok komoditas yang turut mendorong inflasi pada triwulan laporan, dengan sumbangan terbesar bersumber dari kelompok Bahan Makanan. Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - (1,00) 7,51 6,13 6,02 4,93 3,78 1,66 1,21 0,82 0,37 0,35 0,07 7,93 1,53 1,10 0,69 0,30 0,05 0,52 0,240,15-0,47 (0,26) 2,56-0,36 Jun-10 Sep-10 Des-10 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah 30

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi Sementara itu laju inflasi bulanan kota Palu selama triwulan IV cenderung menguat dari awal triwulan sampai dengan akhir tahun, yang tercatat pada level 1,73% (m-t-m). Pada bulan Desember 2010 hampir seluruh kelompok komoditas cenderung mengalami penguatan indeks harga kecuali pada kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga, dan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar. Adanya gangguan pasokan akibat cuaca yang kurang baik turut mempengaruhi kecukupan stok/persediaan di pasaran. Sementara itu produksi pangan yang terganggu akibat anomali cuaca tersebut turut berpengaruh terhadap komoditas pangan di kota Palu. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (% mtm) Kota Palu per Kelompok Kelompok Okt'10 Nov'10 Des'10 Umum (1,84) 0,52 1,73 Bahan Makanan (6,89) 2,13 6,44 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 0,42 0,18 0,22 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar (0,12) (0,29) (0,06) Sandang 0,10 (0,42) 0,62 Kesehatan - 0,49 0,03 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga - 0,15 - Transportasi dan Komunikasi (0,45) 0,03 0,06 Sumber : BPS Prop.Sulawesi Tengah Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Berdasarkan laju inflasi pada triwulan IV-2010, komoditas volatile foods yang termasuk dalam kelompok Bahan Makanan dan kelompok Makanan Jadi menjadi penyumbang inflasi terbesar di antara kelompok komoditas lainnya. 31

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Triwulan (% qtq) Kota Palu per Kelompok Kelompok I'10 II'10 III'10 IV'10 Umum -0,64 1,66 4,93 0,37 Bahan Makanan -4,24 6,13 7,51 1,21 Makanan Jadi,Minuman,Rokok da 2,21 0,35 3,78 0,82 Perumahan,Air,Listrik,Gas dan Bah 0,53 0,07 6,02-0,47 Sandang 0,09 0,69 1,53 0,30 Kesehatan - 0,72 1,10 0,05 0,52 Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga -0,13 0,24 7,93 0,15 Transportasi dan Komunikasi -0,27 (0,26) 2,56-0,36 Sumber : BPS Prop.Sulawesi Tengah a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2010 mengalami penurunan indeks harga sebesar 1,21% (q-t-q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 7,51% (q-t-q). Hampir seluruh sub kelompok pengeluaran memberikan tekanan pada kelompok bahan makanan kecuali sub kelompok daging dan olahannya, ikan diawetkan, sayur-sayuran dan buahbuahan. Adanya gangguan pasokan akibat cuaca yang kurang baik, dan gangguan hasil panen tanaman pangan seperti beras dan cabe merah serta kuatnya peranan pedagang perantara dalam penentuan harga di pasar menjadi faktor yang turut meningkatkan tekanan harga pada triwulan IV ini. Sumber : BPS Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Bahan Makanan Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV BAHAN MAKANAN 9,50 1,48 (4,24) 6,13 7,51 (6,89) 2,13 6,44 1,21 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya (0,34) 1,73 12,55 (1,84) 4,09 0,18 1,63 3,49 5,36 Daging dan Hasil-hasilnya 7,48 (2,04) (1,77) (0,48) 10,56 (1,84) 0,54 (0,50) (1,80) Ikan Segar 21,45 (1,72) (15,98) 2,30 7,20 (15,64) 3,06 26,49 9,98 Ikan Diawetkan 8,56 9,66 1,97 (8,04) (3,26) (3,92) 3,20 0,35 (0,49) Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 0,99 0,74 (0,83) (0,03) 4,11 (2,41) 0,24 5,44 3,15 Sayur-sayuran 21,02 6,14 (25,71) 34,47 5,96 (19,72) 2,15 (3,61) (20,95) Kacang - kacangan 0,37 0,25 (0,11) 1,14 (0,96) (0,10) 1,34 (0,09) 1,14 Buah - buahan 26,98 (1,35) (8,49) 47,54 (11,43) (9,51) (11,15) (3,31) (22,27) Bumbu - bumbuan 18,77 15,14 (10,30) 19,02 44,05 (11,35) 10,53 6,98 4,82 Lemak dan Minyak 0,29 (2,02) 0,25 0,35 4,89 0,19 3,70 2,56 6,56 Bahan Makanan Lainnya 0,38 (0,83) 1,28 0,13 2,63 - (0,04) 2,24 2,20 *) Menggunakan tahun dasar

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi b. Kelompok Makanan Jadi Tekanan inflasi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau cenderung menurun dari bulan Oktober hingga Desember Kondisi ini mengakibatkan indeks harga pada akhir triwulan IV ini tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Sumbangan kelompok ini terhadap inflasi kota Palu menempati posisi kedua tertinggi sekitar 0,82% (q-t-q). Beberapa komoditas makanan jadi yang turut menyumbang inflasi adalah martabak, gula pasir, dan sirup. Tabel 2.5. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1,40 0,99 2,21 0,35 3,78 0,42 0,18 0,22 0,82 Makanan Jadi 0,69 1,54 3,05 1,28 5,13 0,35 0,20 0,31 0,86 Minuman yang Tidak Beralkohol 5,72 0,47 2,27 (2,28) 4,00 1,21 0,32 0,17 1,71 Tembakau dan Minuman Beralkohol - 0, Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 c. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Pada triwulan laporan kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar mengalami deflasi sebesar (0,47)% (q-t-q) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 6,02% (q-t-q). Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah komoditi kompor, kayu lapis, dan magic com. Sementara komoditas yang mengalami deflasi diantaranya adalah genset, sprei, cat tembok, kayu papan, dan seng. Tabel 2.6. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 1,05 0,52 0,53 0,07 6,02 (0,12) (0,29) (0,06) (0,47) Biaya Tempat Tinggal 0,67 0,60 0,64 (0,78) 2,14 - (0,17) (0,14) (0,31) Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0,82 0,69 1,07 2,13 18,56 - (0,94) - (0,94) Perlengkapan Rumahtangga 4,47 0,13 (0,50) 0,69 1,79 (1,18) 0,35 0,24 (0,60) Penyelenggaraan Rumahtangga 0,68 0,05 (0,30) 0,22 5,72 (0,10) - - (0,10) Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi d. Kelompok Sandang Kelompok Sandang pada triwulan IV-2010 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,30% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,53% (qtq). Hampir seluruh kelompok pengeluaran memberikan tekanan pada kelompok Sandang kecuali subkelompok barang pribadi dan sandang lain. Peningkatan harga emas diperkirakan menjadi penyumbang terbesar kenaikan indeks harga kelompok Sandang pada periode laporan. Tren peningkatan harga emas dunia sejak awal triwulan III-2010 terus berlanjut hingga periode laporan dan turut mendorong kenaikan harga emas di dalam negeri. Tabel 2.7. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Sandang Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV SANDANG 2,06 2,52 0,09 0,69 1,53 0,10 (0,42) 0,62 0,30 Sandang Laki-laki 2,87 0,81 (0,12) 0,03 0,72 (0,94) (0,28) - (1,22) Sandang Wanita 2,77 0,62 (0,16) - 1,79 (0,10) (0,05) - (0,15) Sandang Anak-anak 3,38 (0,02) 0,14-3,99 - (2,12) (0,08) (2,20) Barang Pribadi dan Sandang Lain (1,82) 11,61 0,72 3,50 (0,19) 1,97 0,55 3,10 5,70 Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 e. Kelompok Kesehatan Pada triwulan IV-2010, kelompok kesehatan mengalami perubahan indeks harga sebesar 0,52% (q-t-q), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,05% (q-t-q). Meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok Kesehatan ini didorong oleh perubahan indeks harga pada sub kelompok obat-obatan dan perawatan jasmani dan kosmetika. Adanya peningkatan tarif rumah sakit, ongkos dokter dan obat-obatan dengan resep diperkirakan memberikan tekanan yang cukup besar terhadap kenaikan indeks harga kelompok kesehatan. 34

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Tabel 2.8. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Kesehatan Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV KESEHATAN 0,40 0,03 (0,72) 1,10 0,05-0,49 0,03 0,52 Jasa Kesehatan - - 0,15-0, Obat-obatan 1,68 0,10 (3,28) 4, ,13 0,13 0,26 Jasa Perawatan Jasmani - - 1, Perawatan Jasmani dan Kosmetika 0,13 0,03 (0,34) 0, ,01-1,01 Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 f. Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Sementara itu kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga pada triwulan IV mengalami perubahan indeks harga sebesar 0,15% (q-t-q), cenderung menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,93% (q-t-q). Pada triwulan laporan inflasi pada kelompok ini didorong oleh adanya peningkatan harga pada sub kelompok jasa olahraga dan rekreasi. Tabel 2.9. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 2,98 (0,08) (0,13) 0,24 7,93-0,15-0,15 Jasa Pendidikan 4, , Kursus-kursus/Pelatihan 1,04-1, Perlengkapan/Peralatan Pendidikan - (0,44) 0,03-10,60 - (0,07) - (0,07) Rekreasi 1,19 0,10 (0,74) 1,10 (2,64) - 0,49-0,49 Olahraga 0,49 (1,42) - 0,01 0,88-2,86-2,86 Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 g. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan secara umum mengalami perubahan indeks harga sebesar -0,36% (q-t-q), atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,56% (q-t-q). Kondisi ini terutama dipicu oleh adanya penurunan indeks harga pada sub kelompok transportasi sebesar -0,52% (q-t-q). Meningkatnya jumlah impor telepon di kota Palu khususnya telepon seluler dari China, dan harga sepeda motor di kota Palu diperkirakan menjadi pendorong turunnya indeks harga kelompok transportasi dan komunikasi. Sementara itu tingginya perubahan indeks harga sub kelompok 35

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi sarana dan penunjang transportasi sebesar 0,04% (q-t-q) menjadi penahan laju penurunan indek harga pada kelompok komoditas ini. Tabel Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok/Subkelompok 2009* 2010* III IV I II III Okt Nov Des IV TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1,32 0,18 (0,27) (0,26) 2,56 (0,45) 0,03 0,06 (0,36) Transpor 1,69 0,07 (0,19) 0,35 1,85 (0,65) 0,05 0,08 (0,52) Komunikasi dan Pengiriman 0,06 - (1,06) (2,94) Sarana dan Penunjang Transpor 1,31 1,50 0,64 0,65 13,45-0,04-0,04 Jasa Keuangan 0, Sumber : BPS *) Menggunakan tahun dasar Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu Perkembangan inflasi secara bulanan (m-t-m) yang terjadi di kota Palu pada triwulan laporan bersumber dari kenaikan harga pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Terdapat lima kelompok barang/jasa yang mengalami inflasi, yaitu kelompok Bahan Makanan sebesar 6,44%, kelompok Sandang sebesar 0,62%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,22%, kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,06%, dan kelompok Kesehatan sebesar 0,03%. Sementara kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar tercatat mengalami deflasi sebesar -0,06%. Pada bulan Desember 2010 kota Palu tercatat mengalami inflasi sebesar 1,73% (m-t-m) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,52%. 36

51 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Bab 2. Perkembangan Inflasi Persen 3,00 2,00 1,00 - (1,00) (2,00) (3,00) Sumber : BPS Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu Bila dilihat menurut kelompok komoditas penyumbang inflasi bulanan, kelompok Bahan Makanan memberikan kontribusi yang sangat besar terjadinya inflasi di kota Palu. Memperhatikan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan tidak terlepas dari adanya pengaruh musiman. Perayaan Hari Raya Idul Adha pada pertengahan November 2010, Natal dan persiapan Tahun Baru menyebabkan tekanan harga pada sebagian besar barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan hari raya tersebut cenderung meningkat. Beberapa komoditas juga menghadapi tekanan harga akibat dari adanya anomali cuaca yang berakibat pada turunnya produksi khususnya pada komoditas bahan makanan, seperti bawang merah, beras, ikan cakalang, ikan ekor kuning, ikan bandeng, cabe merah, ikan kembung/gembung, minyak goreng, tomat sayur, cabe rawit. Namun demikian, beberapa komoditas mengalami penurunan harga yang signifikan yakni kerupuk udang, tongkol, ikan asin belah, bawang putih, cumi-cumi, gula merah, ketela pohon, ketimun, kentang, ikan teri kering, bayam, wortel, ayam hidup, ikan selar, dan tomat buah. 37

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kelompok Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Triwulan IV-2010 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi di Triwulan IV 2010 Oktober November Desember ikan selar, bawang merah, beras, ayam hidup, bayam, jeruk, minyak goreng, kacang tanah, ikan asin belah, kelapa muda, udang kering (ebi), susu kental manis, garam, dan kelapa. sop, teh manis, soto, teh, dan sirop cat tembok, paku, semen, dan pembersih lantai emas perhiasan Kesehatan - Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga - bawang merah, beras, ikan ekor kuning, ikan bandeng, cabe merah, ikan kembung/gembung, minyak goreng, tomat sayur, cabe rawit biskuit, kembang gula, makanan ringan/snack, dan gula pasir kompor, batu, besi beton, kasur, korek api gas, kulkas/lemari es, dan gen set emas perhiasan, sepatu, dan pampers pasta gigi, shampoo, hand body lotion, bedak, vitamin, sabun mandi cair, obat batuk pakaian olah raga pria, tape recorder, cd-tape-rec-radio, sepeda anak, dan bola ikan cakalang, ikan layang, beras, ikan selar, cabe rawit, telur ayam ras, bawang merah, ikan ekor kuning, ikan bandeng martabak, gula pasir, dan sirop kompor, kayu lapis, dan magic com emas perhiasan, pembalut wanita, baju kaos/t-shirt obat gosok - Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan bensin dan busi bensin dan sepeda motor Kelompok Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi di Triwulan IV-2010 Komoditas Utama Penyumbang Deflasi di Triwulan IV 2010 Oktober November Desember Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang kerupuk udang, tongkol, ikan asin mie basah, tepung terigu, belah, bawang putih, cumi-cumi, kacang merah/joglo, gula gula merah, ketela pohon, ketimun, kentang, ikan teri kering, ikan merah, telur ayam kampung, cakalang, bayam, wortel, ayam kacang hijau, daging ayam, hidup, ikan selar, dan tomat buah. dan cabe rawit. kopi bubuk, gula pasir, wafer, dan biskuit. air conditioner (AC), kursi, mesin cuci, sabun detergen bubuk, panci, taplak meja, besi beton, dan meja kursi tamu. baju kaos/t-shirt, kerundung/jilbab, blus, kemeja panjang katun, kemeja pendek katun, dan celana panjang jeans. tepung terigu, garam, emping mentah, kacang tanah,cabe merah, daging ayam ras - - pembersih lantai, magic com, kursi, pasir, dan bahan bakar rumah tangga. pembalut wanita, kaos kaki, celana panjang sersin, tas tangan wanita, seragam sekolah wanita, kerundung/jilbab, tas, celana pendek, sepatu, sandal, seragam sekolah anak gen set, sprei, cat tembok sandal kulit, sepatu, dan kaos oblong Kesehatan - lipstik. - Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga - raket, dan laptop/notebook. - Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan angkutan udara dan bensin - 38

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.3. Faktor faktor yang mempengaruhi Inflasi Fundamental a. Interaksi Permintaan dan Penawaran Interaksi antara permintaan dan penawaran cukup memberikan tekanan pada harga. Hal ini ditunjukkan oleh adanya penurunan pasokan yang kemudian direspon oleh pedagang dengan menaikan harga jual. Di sisi lain permintaan cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. b. Eksternal Tekanan dari sisi eksternal relatif minimal seiring dengan rendahnya inflasi yang terjadi di beberapa Negara dan kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah. Perkembangan harga di beberapa negara mitra dagang Indonesia masih menunjukkan tekanan inflasi yang relatif rendah. Sementara itu, apresiasi nilai tukar rupiah menyebabkan peningkatan impor barang yang mendukung kenaikan supply. Namun demikian, adanya tekanan harga terkait dengan masih tingginya harga emas di pasar internasional pada komoditas emas cukup berpengaruh terhadap harga emas di pasar dalam negeri. Dan ke depan, adanya tekanan harga bahan pangan dari eksternal perlu diwaspadai bersama karena diperkirakan akan menjadi pendorong inflasi. Grafik 2.4. Harga Emas di Pasar Internasional 39

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi Non Fundamental Pengaruh faktor supply shock, khususnya keterbatasan produksi dan hambatan distribusi menjadi faktor yang turut menjadi pendorong inflasi selama triwulan laporan. Terjadinya anomali cuaca telah mengakibatkan terjadinya hambatan distribusi dan gangguan panen beberapa komoditas. Namun demikian, stok beras diperkiran masih mencukupi mengingat produksi pada periode sebelumnya yang relatif tinggi. Di sisi lain, pengaruh administered prices terhadap kenaikan harga di kota Palu pada periode laporan relatif minimal. Tidak terdapat kebijakan pemerintah (pusat dan daerah) yang secara signifikan mempengaruhi harga barang/jasa di kota Palu Event Analysis Persen Sumber : BPS, diolah Grafik 2.5. Event Analysis Berdasarkan faktor musiman, tingkat inflasi kota Palu cenderung menurun dibandingkan triwulan III Adanya inflasi pada triwulan IV-2010 disebabkan oleh adanya gangguan cuaca yang menyebabkan pasokan bahan makanan sedikit terganggu. Harga bahan pokok khususnya pangan dan bumbu-bumbuan tercatat meningkat pada periode laporan. Secara nasional adanya serangan penyakit ditambah faktor cuaca yang kurang mendukung mengakibatkan terjadinya gangguan pasokan beras dan cabai. Sementara itu pada triwulan I-2011, berlangsungnya masa 40

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi kampanye Pilgub Sulawesi Tengah diperkirakan akan memberi sedikit tekanan pada inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sesuai dengan kewenangannya, BI selaku otoritas moneter berupaya untuk melakukan pengendalian inflasi pada sisi permintaan. Namun dalam praktiknya pengendalian inflasi harus dilakukan dari dua sisi yakni permintaan dan penawaran. Oleh karena itu peran pemerintah provinsi dan pemerntah kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya menjadi sangat penting dalam hal pengendalian sumber tekanan inflasi dari sisi penawaran, khususnya yang berkaitan dengan ketersediaan komoditas barang/jasa, dan kelancaran distribusi. Melalui TPID, diharapkan berbagai kebijakan terkait inflasi dapat dilakukan secara sinergis. Pada bulan Januari 2011, TPID provinsi Sulawesi Tengah telah melakukan rapat TPID dengan menghasilkan beberapa rekomendasi, diantaranya : a. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota perlu menginformasikan kecukupan stok bahan pokok secara luas kepada masyarakat serta meningkatkan pemantauan terhadap distribusi, peredaran dan ketersediaan komoditas untuk mencegah kemungkinan terjadinya fluktuasi harga. b. TPID memandang perlu dilakukannya percepatan optimalisasi penyaluran Raskin dan Operasi Pasar (OP) beras. Selain itu, untuk menjamin ketersediaan dan distribusi pasokan komoditas kebutuhan pokok masyarakat, Pemda perlu melakukan sejumlah langkah-langkah diantaranya melakukan koordinasi antar instansi terkait. c. Perbaikan infrastruktur jalur transportasi darat di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah perlu dipercepat untuk mengatasi hambatan distribusi barang dari sentra produksi. 41

56 Boks 2. Persistensi dan Konvergensi Inflasi Kota Palu Inflasi pada umumnya dianggap memiliki sifat yang persisten. Semakin persisten inflasi, atau semakin tinggi derajat persistensinya, maka akan semakin sulit kebijakan moneter untuk dapat menurunkannya yang pada akhirnya akan mengganggu kinerja perekonomian. Sejak bulan Juli 2005, Bank Indonesia menerapkan kebijakan Inflation Targeting Framework (ITF) yang diimplementasikan melalui diseminasi sasaran inflasi kepada publik dan mengarahkan kebijakan moneter untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan pemerintah. Melalui kerangka ITF diharapkan permasalahan tingginya persistensi inflasi di Indonesia dapat dikendalikan dan secara konsisten kinerja inflasi menjadi lebih baik. Terkait dengan hal ini, KBI Palu melakukan penelitian tentang bagaimana tingkat persistensi inflasi di Kota Palu yang merepresentasikan persistensi inflasi provinsi Sulawesi Tengah, kecenderungan inflasi Kota Palu yang konvergen atau divergen terhadap inflasi nasional dan inflasi daerah lainnya, sumber-sumber penyebab inflasi dan persistensi inflasi serta dampak persistensi inflasi terhadap perekonomian Sulawesi Tengah secara umum. Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi Kota Palu memiliki tingkat persistensi yang tinggi dengan koefisien persistensi yang tinggi yakni rata-rata sebesar 0,93. Secara berurutan tingkat persistensi inflasi rata-rata tertinggi hingga terendah pada komoditas adalah Kontrak Rumah, Tempe, Beras, Emas Perhiasan, Gula Pasir, Minyak Tanah, Sewa Rumah, Rokok Kretek Filter, Selar, Pisang,Akademi/Perguruan Tinggi, Kangkung, Bawang Merah, Angkutan Dalam Kota, Kue Basah, Layang, Gas Elpiji, Nasi, Cabe Merah. Tingginya inflasi pada komoditas kontrak rumah disebabkan karakteristik harga kontrak yang cenderung naik tiap tahunnya namun pada periode berikutnya sulit untuk turun kembali ke harga normal. Adanya persistensi inflasi yang tinggi akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan ekonomi di wilayah Sulawesi Tengah, dan menyebabkan daya saing produk (komoditas) yang dihasilkan di Sulawesi Tengah juga menjadi kurang kompetitif (memicu high cost economic). Meski wilayah Sulawesi Tengah tercatat sebagai penghasil beras, namun tingkat persistensi inflasi pada komoditas ini cukup tinggi (0,90). Hal ini disebabkan oleh besarnya transaksi beras antar daerah di Kota Palu dan sistem distribusi beras yang ada di Palu selama ini bersifat cancel out, yakni kondisi dimana ada beras Sulteng yang masuk ke Palu dan ada yang keluar propinsi Sulteng; namun disisi lain ada juga beras Sulsel yang masuk ke Kota Palu. Dari hasil analisis juga dapat diketahui adanya indikasi keterkaitan antara derajat persistensi inflasi dengan volatilitas (perubahan harga secara cepat) harga dan struktur pasar. Komoditas yang lebih volatile cenderung memiliki tingkat persistensi yang lebih rendah daripada komoditas yang relatif tidak volatile. Analisis perilaku inflasi juga menemukan adanya keterkaitan antara tingkat persistensi inflasi dengan tingkat olahan komoditas tersebut (barang mentah, setengah jadi maupun barang jadi). Barang jadi

57 (seperti kontrak rumah, emas perhiasan, dll) cenderung memiliki tingkat persistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas mentah (seperti bawang merah dan cabe merah) akibat adanya tambahan biaya tenaga kerja, biaya material, dan potential gain yang menjadikan harga-harga pada komoditas ini cenderung selalu naik. Temuan lain dari penelitian ini adalah pada struktur pasar yang cenderung kompetitif (seperti kelompok sandang) memiliki derajat persistensi inflasi yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok barang dan jasa yang kurang kompetitif. Sementara itu berdasarkan hasil analisis kuantitatif, diketahui bahwa inflasi Kota Palu cenderung konvergen (memiliki korelasi yang kuat dan menuju arah yang sama) terhadap pergerakan inflasi nasional dan inflasi Kota Makassar. Hal ini didukung dengan data matriks perdagangan yang menempatkan Makassar sebagai salah satu daerah pemasok utama barang dan jasa di Kota Palu selain Surabaya dan Balikpapan. Sementara analisis Model NKPC menunjukkan bahwa variabel inflasi backward looking, inflasi forward looking dan output gap ternyata berpengaruh signifikan terhadap inflasi Kota Palu. Dari hasil penelitian tersebut beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan adalah: 1. Optimalisasi koordinasi antara Bank Indonesia dengan pemerintah dan instansi terkait di daerah dalam rangka mengendalikan inflasi secara efektif dan efisien melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). 2. Perlunya perbaikan infrastruktur untuk mendukung kelancaran supply kebutuhan barang dan jasa di daerah. Selain itu Pemda juga perlu mendorong meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan menciptakan iklim investasi yang lebih baik. 3. Untuk komoditas-komoditas yang ditransaksikan keluar daerah, Pemda Kota Palu perlu melakukan pemetaan jumlah produksi komoditas tersebut serta berapa jumlah komoditas yang diperdagangkan dengan daerah lain. Hal ini bertujuan untuk mengukur gap antara supply dan demand komoditas khususnya pada kelompok bahan makanan. 4. Porsi APBD khususnya untuk perbaikan infrastruktur sebaiknya semakin ditingkatkan. Inflasi yang terjadi di kota Palu lebih banyak disebabkan oleh permasalahan di sisi suplai khususnya yang terkait dengan infrastruktur jalan dan perhubungan 5. Untuk mengantisipasi tekanan di sisi suplai, Pemda dapat mendorong pembangunan gudang dan cold storage sebagai buffer stock komoditas yang rentan terhadap cuaca misalnya ikan. Teknologi pengawetan juga perlu mulai dikembangkan untuk komoditas-komoditas yang mudah busuk seperti sayur-sayuran. 6. Mengingat besarnya kontribusi beras di Kota Palu maka Pemda beserta stakeholder lainnya perlu melakukan langkah-langkah untuk memberikan subsidi yang lebih terarah dan tepat guna pada kelompok-kelompok tani khususnya dalam pengadaan bibit dan pupuk, memperbaiki sistem HPP pembelian beras oleh pemerintah mengingat besarnya gap antara harga beras di pasar dengan HPP Pemerintah yang berakibat pada tidak optimalnya mekanisme stabilisasi harga yang dilakukan oleh Bulog, dan dalam jangka pendek Pemerintah dapat melakukan Pasar Murah untuk meredam dampak psikologis kenaikan harga secara permanen.

58 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 cukup baik. Indikator-indikator utama kinerja perbankan seperti total aset, kredit yang diberikan, dana pihak ketiga, dan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan ini menunjukkan pertumbuhan yang positif. Kualitas kredit yang diberikan, yang tercermin dari rasio Non Performing Loans-gross, juga membaik. Di sisi lain, penyaluran kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan yang positif Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR) Total aset perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp milyar, meningkat sebesar Rp836 milyar (6,94%) dibandingkan dengan triwulan III-2010 atau sebesar Rp2.426 milyar (20,16%) dibandingkan dengan triwulan IV Peran bank umum terhadap aset perbankan Sulawesi Tengah sangat dominan yaitu sebesar 97,43%, sedangkan peran BPR hanya sebesar 2,57%. Fungsi intermediasi perbankan di Sulawesi Tengah berjalan dengan sangat baik. Hal in tercermin dari besarnya rasio loan to deposits (LDR) yang selama ini selalu di atas 100%. LDR perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 122,55%. Artinya bahwa jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat melebihi dana yang dihimpun dari masyarakat. Jumah kredit yang diberikan pada triwulan ini tercatat sebesar Rp9.301 milyar, sedangkan jumlah dana yang dihimpun sebesar Rp7.590 milyar. Kredit yang diberikan pada triwulan ini tumbuh sebesar Rp516 milyar (5,54%) dibandingkan dengan triwulan III-2010, atau meningkat sebesar Rp1.858 milyar (19,97%) jika dibandingkan dengan triwulan IV Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan juga cukup bagus yaitu 0,19%, masih jauh di bawah batas himbauan Bank Indonesia 5%. 42

59 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) 2010 Keterangan Mar Jun Sep Des Total Aset (miliar Rp) 6.906, , , , , , ,01 Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 5.225, , , , , , ,71 Giro (miliar Rp) 1.285, , , , , , ,73 Deposito (miliar Rp) 995, , , , , , ,31 Tabungan (miliar Rp) 2.944, , , , , , ,67 Kredit (Jenis Penggunaan - miliar Rp) 4.713, , , , , , ,91 Modal Kerja (miliar Rp) 2.067, , , , , , ,85 Investasi (miliar Rp) 287,84 333,36 540,83 627,77 686,17 630,00 673,98 Konsumsi (miliar Rp) 2.357, , , , , , ,08 Kredit UMKM (miliar Rp) 4.228, , , , , , ,71 LDR (%) 90,19 105,2 116,31 117,68 119,27 123,15 122,55 NPLs netto (%) 3,54 1,66 0,02 0,82 0,79 1,29 0, Intermediasi Bank Umum Fungsi intermediasi bank umum di Sulawesi Tengah telah berjalan dengan sangat baik. Rasio LDR bank umum di atas 100%. Pada triwulan IV ini, LDR bank umum di Sulawesi Tengah tercatat sebesar 121,72%, menurun tipis dibandingkan dengan LDR pada triwulan III lalu yang sebesar 122,19%. Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009, mengalami peningkatan. LDR bank umum pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar 115,15%. Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan IV-2010 relatif sama yaitu masing-masing sebesar 5,55% dan 5,92%, meningkat tipis jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit dan DPK pada triwulan III Jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009, jumlah kredit dan DPK masing-masing tumbuh sebesar 20,09% dan 15,53%. 43

60 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Keterangan Mar Jun Sep Des Total Aset (miliar Rp) 6.906, , , , , , ,40 Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 5.225, , , , , , ,68 Giro (miliar Rp) 1.285, , , , , , ,73 Deposito (miliar Rp) 995, , , , , , ,30 Tabungan (miliar Rp) 2.944, , , , , , ,65 Kredit (Jenis Penggunaan - miliar Rp) 4.713, , , , , , ,55 Modal Kerja (miliar Rp) 2.067, , , , , , ,51 Investasi (miliar Rp) 287,84 333,36 518, ,73 655,24 602,38 646,79 Konsumsi (miliar Rp) 2.357, , , , , , ,25 Kredit UMKM (miliar Rp) 4.228, , , , , , ,35 LDR (%) 90,19 105,2 115,15 116,46 118,32 122,19 121,72 NPLs netto (%) 3,54 1,66 0,83 0,81 0,01 1,29 0, Penghimpunan Dana Masyarakat Penghimpunan DPK bank umum di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV ini DPK tumbuh sebesar Rp441 milyar atau 5,91%, sedangkan pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar Rp127 milyar atau 1,81%. Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa komposisi DPK di Sulawesi Tengah didominasi oleh tabungan yaitu 63,61%, sedangkan porsi deposito dan giro masing-masaing sebesar 20,28% dan 16,11%. Bagi perbankan, dengan dominannya tabungan ini, perbankan dapat memperoleh dana yang relatif murah. Di sisi lain, banyaknya tabungan dapat mengindikasikan bahwa masyarakat Sulawesi Tengah telah mengenal perbankan dengan baik. 44

61 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp juta Persen Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des 20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% , , , , , , , , , ,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des % 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% DPK BU Pert DPK (yoy) Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) Sumber : LBU, LBPR Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.1. Perkembangan DPK BU Grafik 3.2. Perkembangan DPK BU (giro, deposito & tabungan) Rp miliar persen persen % 100% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) Tabungan Deposito Giro Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.3. Jumlah DPK Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.4. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Menurut kepemiliknnya, jumlah DPK di Sulawesi Tengah didominasi oleh DPK milik perorangan dengan total Rp6.123 miliar, atau sebesar 82% dari total DPK. Sementara itu, kepemilikan DPK oleh pemerintah daerah dan perusahaan swasta masing-masing sebesar Rp516 milyar (8%) dan Rp417 milyar (5%). Kepemilikan oleh perorangan ini sejalan dengan jenis DPK yang didominasi oleh tabungan daripada deposito maupun giro. 45

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah DPK menurut kepemilikan ini pada triwulan IV mengalami pertumbuhan yang positif, kecuali DPK milik pemerintah daerah yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar - 56,47% yaitu dari Rp1.186 miliar pada triwulan III-2010 menjadi Rp516 miliar pad triwulan IV Hal ini sesuai dengan siklus anggaran pemerintah daerah yang mengalami realisasi tinggi pada akhir-akhir tahun. Di sisi lain, DPK milik perusahaan swatsa mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 55% sehingga menjadi Rp417 miliar. Rp miliar persen 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Pem. Pusat Pem. Daerah Perush. Swasta Perorangan Lainnya persen 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Lainnya Perorangan Perush. Swasta Pem. Daerah Pem. Pusat Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK per Golongan Pemilik Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.6. Pangsa DPK per Golongan Pemilik Penyaluran kredit Kredit yang diberikan oleh bank umum di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan IV ini kredit tumbuh sebesar 5,55% jika dibandingkan dengan triwulan III, namun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada 2009, kredit mengalami pertumbuhan sebesar 20,09%. Jumlah kredit yang diberikan pada triwulan IV 2010 tercatat sebesar Rp9.079 milyar. Menurut jenis penggunaan dan jika dibandingkan dengan triwulan IV 2009, pertumbuhan kredit terbesar dicatatkan oleh kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 24,05%, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi yang masing-masing sebesar 19,81% dan 16,54%. Namun demikian, pangsa kredit terbesar adalah kredit 46

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah konsumsi dan kredit modal kerja yaitu masing-masing 48,59% dan 44,28%. Sedangkan kredit investasi pangsanya hanya sebesar 7,13%. Peran kredit investasi ini jika dibandingkan dengan triwulan IV 2008 mengalami peningkatan, mengingat pada triwulan tersebut pangsa kredit investasi hanya sebesar 5,58%. Sementara itu pada triwulan IV 2009 peran kredit investasi terhadap total kredit secara keselurahan di Sulawesi Tengah sebesar 7,14%. Rendahnya peran kredit investasi ini perlu menjadi perhatian kita semua untuk peningkatannya secara bertahap, mengingat kredit ini memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Efek pengganda ini khususnya terhadap penyerapan tenaga kerja, dan akselerasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Rp juta , , , , , , , , , ,00 - persen Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des 25,50 25,00 24,50 24,00 23,50 23,00 22,50 22,00 21,50 21,00 20, Total Kredit BU y-o-y Total Kredit BU Sumber : LBU Grafik 3.7. Jumlah Kredit Bank Umum 47

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp juta , , , , , , , , , ,00 - Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des persen Modal Kerja Investasi Konsumsi y-o-y KMK y-o-y K.Inv y-o-y K.Kons Sumber : LBU Grafik 3.8.Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Secara sektoral, jumlah kredit yang diberikan didominasi oleh sektor lainnya yaitu sebesar Rp5.522 miliar atau sebesar 59,37% dari total kredit yang diberikan, diikuti sektor perdagangan sebesar Rp2.775 miliar atau 29,84%. Kredit pada sektor lainnya merupakan kredit konsumtif seperti kartu kredit. Jumlah kredit pada sektor industri dan sektor pertanian sangat kecil yaitu masing-masing sebesar Rp199 miliar dengan porsi 2,14% dan Rp177 miliar dengan porsi 1,90%. Kecilnya kredit pada kedua sektor yang memiliki efek besar pada pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja ini, perlu menjadi perhatian kita bersama untuk peningkatannya secara bertahap. 48

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Perbankan Sulteng Tabel 3.3. Perkembangan kredit sektoral Pert Des 2010 Share Des Sept Des Sept Des yoy qtq ,77% 5,87% Pertanian (miliar Rp) ,90% -4,27% 1,90% Pertambangan (miliar Rp) ,34% -0,44% 0,40% Industri (miliar Rp) ,47% 11,30% 2,14% Listrik, Gas dan Air (miliar Rp) ,39% 189,73% 0,24% Konstruksi (miliar Rp) ,11% -3,95% 2,20% Perdagangan (miliar Rp) ,63% 2,80% 29,84% Angkutan (miliar Rp) ,08% -1,66% 1,01% Jasa-Jasa (miliar Rp) ,80% 12,76% 2,90% Lainnya (miliar Rp) ,11% 7,66% 59,37% Kredit UMKM Penyaluran kredit untuk usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Sulawesi Tengah masih menunjukan kinerja yang cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 21,54% jika dibandingkan dengan triwulan IV Namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan III-2010 sebesar 24,44%. Secara keseluruhan nilai penyaluran kredit MKM hingga Desember 2010 berjumlah Rp8.568 miliar miliar. Dari jumlah tersebut, pangsa kredit MKM masih didominasi oleh jenis kredit kecil dengan pangsa 49,28%, sementara kredit untuk usaha mikro dan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 31,83% dan 18,89%. Kondisi ini mencerminkan besarnya perhatian yang diberikan oleh perbankan di Sulawesi Tengah terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil. Hal ini juga didukung dengan pangsa kredit MKM terhadap total kredit yang mencapai 92,13%. 49

66 Rp Miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp (miliar) Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% Sumber : LBU, LBPR Mikro Kecil Menengah Mikro (yoy) Kecil (yoy) Menengah (yoy) TOTAL MKM (yoy) Grafik 3.9. Perkembangan Kredit MKM menurut Kelompok Kredit 3.3. Kinerja Bank Umum Syariah KInerja perbankan syariah pada triwulan IV-2010 tumbuh cukup baik. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aset perbankan syariah pada triwulan IV ini tumbuh sebesar Rp69,25 miliar atau 15,83%. Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 43,59%, atau naik sebesar Rp190,67 miliar. Rp (miliar) Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% ASET Pert. Aset (yoy) Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah 50

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah DPK perbankan syariah pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 285,34 miliar atau mengalami peningkatan dibandingan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp47 miliar atau tumbuh sebssar 16,66%. Peningkatan jumlah DPK pada triwulan laporan dipengaruhi adanya peningkatan pada tabungan yang mengalami pertumbuhan sebesar 14,31% sehingga menjadi Rp202, 92 miliar. Jumlah tabungan pada DPK bank syariah memiliki porsi sebesar 71,11% dari total DPK bank syariah. Rp miliar persen Rp miliar persen % % Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des % 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Giro Deposito Tabungan 200% 150% 100% 50% 0% -50% DPK Pert. DPK (yoy) Pert. Giro (yoy) Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah Menurut Jenis Simpanan Seiring dengan pertumbuhan yang terjadi pada DPK, jumlah kredit perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan IV-2010 kredit perbankan syariah tercatat sebesar Rp 389,59 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 16,87% jika dibanadingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan kredit pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan jumlah kredit konsumsi yang sebesar 18,56% sehingga menjadi Rp203,95%. Jumlah kredit konsumsi memiliki porsi sebesar 52,34% dari total kredit bank syariah. Sementara itu, rasio LDR perbankan syariah pada triwulan laporan meningkat menjadi 136,53%. 51

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp miliar persen Rp miliar persen Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% KREDIT Pert. KREDIT (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Sumber : LBU, LBPR Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Menurut Jenis Penggunaan 3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja BPR pada triwulan IV ini menunjukkan perkembangan yang positif. Aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 6,5%, 10,88%, dan 5,18% jika dibandingkan dengan triwulan III 2010, atau tumbuh sebesar 17,71%, 24,01%, dan 14,94% jika dibandingkan dengan triwulan IV Dengan jumlah Sembilan BPR yang ada di Sulawesi Tengah, asset BPR pada posisi Desember 2010 adalah sebesar Rp308,6 milyar. Jumlah ini memiliki peran sebesar 2,57% terhadap total asset perbankan di Sulawesi Tengah. Sementara itu jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar Rp221,4 milyar, meningkat sebesar Rp11,5 milyar (5,18%) dibandingkan dengan triwulan III, atau meningkat sebesar Rp33,1 milyar (14,94%) dibandingkan dengan triwulan IV Dengan total kredit yang diberikan tersebut, jumlah kredit non lancar BPR atau Non Performing Loans (NPLs) BPR pada triwulan ini cukup bagus, yaitu hanya 0,74%. --- ooo

69 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sebagaimana diketahui, kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain, yang dalam aplikasinya sistem pembayaran menggunakan dua instrumen yakni tunai dan non tunai. Dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, keseteraan akses dan perlindungan konsumen. Aman berarti segala risiko dalam sistem pembayaran harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggara sistem pembayaran. Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelenggaraan sistem pembayaran harus dapat digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah karena meningkatnya skala ekonomi. Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa Bank Indonesia tidak menginginkan adanya praktek monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem yang dapat menghambat pemain lain untuk masuk. Terakhir adalah kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen. Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy. 4.1 Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Pada triwulan IV-2010, aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu berada pada kondisi net ouflow yang berarti jumlah uang keluar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang 53

70 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran triwulan IV-2010 menurun sebesar 61,46% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 401,09 miliar menjadi Rp 154,56 miliar. Sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) justru meningkat sebesar 24,40% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 838,37 miliar menjadi Rp 1042,91 miliar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan IV-2010 sebesar Rp 888,35 miliar. Adanya peningkatan net-outflow yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh adanya momen tahunan seperti Festival Poso dan Festival Togean, Natal dan Tahun Baru, serta realisasi proyek Pemda dan swasta yang mengalami puncaknya pada triwulan IV Selain itu adanya panen kakao juga ikut berkontribusi pada peningkatan net-outflow pada triwulan laporan. Rp Miliar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Inflow Outflow Netflow Sumber : BI Palu Grafik 4.1. Perkembangan Inflow/Outflow Sebagai upaya memelihara kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia Palu secara berkala dan berkelanjutan melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang rupiah yang dimusnahkan adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran serta uang tidak layak edar (UTLE) dengan tingkat soil 2 atau uang yang telah rusak. Selama triwulan IV 2010, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu mencapai Rp 81,59 miliar atau menurun 4,01% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 84,99 miliar. Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlakukan yang tepat terhadap uang kartal, Bank Indonesia Palu juga secara berkelanjutan 54

71 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas (pelajar, mahasiswa, Pemda dan aparat hukum, serta masyarakat lainnya) mengingat semakin tingginya tingkat pemusnahan uang kartal pada gilirannya akan berdampak pada meningkatnya biaya pencetakan uang baru untuk menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut. Rp Miliar persen (%) ,14 Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow 60 52, ,35 36,50 23,35 26,22 33,16 32,44 19,50 30,12 21,21 25,66 32,94 21, ,65 7,83 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber : BI Palu Grafik 4.2. Perkembangan PTTB 4.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pemahaman yang baik dan benar tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah sangat diperlukan bagi setiap masyarakat agar terhindar dari kerugian akibat peredaran uang palsu. Upaya pengedaran uang palsu oleh oknum yang ingin memperoleh keuntungan cepat dengan cara melanggar hukum dan didukung perkembangan teknologi yang semakin canggih, semakin marak terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Menyikapi hal tersebut Bank Indonesia Palu berupaya melakukan tindakan preventif secara maksimal dan kontinyu untuk meminimalisasi peredaran dan tindak pidana pemalsuan uang rupiah melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik kepada masyarakat luas bekerjasama dengan pihak Kejaksaan dan Kepolisian. 55

72 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) Sumber : Bank Indonesia Palu Pada triwulan IV-2010, tidak ada uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Bank Indonesia Palu. Sementara selama kurun waktu 2010, jumlah uang palsu yang tercatat di Bank Indonesia Palu sebanyak 42 lembar atau tidak Grafik 4.3. Persentase Uang Palsu Tahun % 0% Rp Rp % Rp Rp % mengalami perubahan dengan jumlah uang palsu pada tahun sebelumnya Secara komposisi, uang pecahan Rp mendominasi uang palsu di tahun 2010 dengan persentase sebesar 67%. 4.3 Perkembangan Kliring Lokal Pada triwulan IV-2010, jumlah warkat kliring naik 5,56% yaitu dari lembar pada triwulan sebelumnya menjadi lembar. Seiring dengan hal tersebut, nominal perputaran kliring juga mengalami peningkatan yakni sebesar 29,91% dibandingkan triwulan III-2010 sehingga menjadi Rp 1.227,20 miliar. Perputaran Kliring Indikator 2008 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong IV TOTAL I II III IV TOTAL Nominal Kliring (Miliar Rp) Volume Kliring (Lembar) Rata-rata Harian Perputaran Kliring Nominal Kliring (Miliar Rp) 16,7 28,11 20,00 30,11 16,72 14,76 19,48 20,18 Volume Kliring (Lembar) ,11 539,57 536,43 542,73 540,16 579,24 549,73 Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong Nominal Cek/BG Kosong (%) 0,61 1,19 1,07 0,41 0,67 0,94 0,76 0,65 Volume Cek/BG Kosong (%) 0,67 1,23 1,00 0,94 0,86 0,96 1,05 0,95 Sumber : Bank Indonesia Palu 56

73 2.578, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,62 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Sementara itu, kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2010 cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong dari sisi nominal kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/bg yang ditolak pada triwulan IV-2010 tercatat 0,76%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,94% Perkembangan BI-RTGS Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan baik di sisi inflow maupun di sisi outflow bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Rp Miliar persen (%) 7.000,00 Inflow Outflow Net Outflow 6.000, , , , , ,00 - (1.000,00) Sumber : BI Palu Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Grafik 4.4. Perkembangan Transaksi RTGS Aliran dana keluar (Outflow) melalui RTGS pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 6.633,41 miliar atau naik 38,73% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 4.794,05 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Di sisi lain, aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 5.845,62 miliar atau meningkat sebesar 38,72% dibandingkan triwulan III dengan volume transaksi sebanyak transaksi. 57

74 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. KETENAGAKERJAAN Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah dalam satu tahun terakhir semakin membaik. Hasil survei Sakernas yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2010 tercatat lebih tinggi. Dalam periode satu tahun terakhir (Agustus 2009 s.d. Agustus 2010), jumlah angkatan kerja meningkat 0,39% sementara pada saat yang bersamaan jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat sebesar 1,26%. Kondisi ini mengakibatkan tingkat pengangguran turun sebesar 14,82% dari tahun sebelumnya. Adanya peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja menunjukkan bahwa lapangan kerja yang tercipta di Sulawesi Tengah dalam satu tahun terakhir meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan jumlah angkatan kerja baru. Peningkatan jumlah angkatan kerja baru terjadi seiring dengan adanya peningkatan jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun. Jumlah penduduk usia di atas 15 tahun bertambah jiwa atau meningkat 0,47% dalam setahun terakhir. Tabel 5.1. Penduduk Berusia > 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan STATUS PENDUDUK FEB 2008 AGT 2008 FEB 2009 AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Total Ang. Kerja Sekolah Bukan Ang Kerja Mengurus RT Lainnya Total Non Angk. Kerja Total Penduduk > 15 tahun TPAK (%) 71,98 69,76 71,07 69,27 72,29 69,22 TPT (%) 7,25 5,45 5,10 5,43 4,89 4,61 Setengah Penganggur Terpaksa Setengah Penganggur Sukarela Total Setengah Pengangguran Tingkat Setengah Pengangguran (%) 30,34 36,54 33,30 37,01 31,88 38,28 58

75 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja mencapai orang, turun sebesar orang dibandingkan posisi Februari 2010 dan naik orang dibandingkan bulan Agustus Sementara penduduk yang bekerja pada bulan Agustus 2010 berkurang sebesar orang dibandingkan keadaan Februari 2010, dan bertambah orang dibandingkan keadaan setahun yang lalu (Agustus 2010). Kondisi ini menyebabkan jumlah penganggur pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar orang jika dibandingkan keadaan Februari 2010, dan mengalami penurunan orang jika dibandingkan keadaan Agustus Dalam satu tahun terakhir tingkat pengangguran menunjukkan adanya penurunan pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) namun masih diiringi dengan adanya peningkatan Tingkat Setengah Pengangguran. Tingkat Setengah Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas pekerja. Tingkat Setengah Pengangguran pada bulan Agustus 2010 tercatat sebesar 38,38% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 37,01%. Sementara TPT mengalami penurunan dari 5,43% (Agustus 2009) menjadi 4,61% (Agustus 2010). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi Tengah pada Agustus 2010 tercatat sebesar 69,22%, sedikit lebih rendah dari tahun lalu yang tercatat sebesar 69,27%. Dalam periode tersebut jumlah angkatan kerja meningkat 0,39% sementara jumlah penduduk yang berusia > 15 tahun meningkat 0,47%. 59

76 BangKep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol PariMo Touna Sigi Palu Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Persen Persen FEB 2008 AGT 2008 FEB 2009 AGT 2009 FEB 2010 AGT TPAK (Sb kiri) Stgh. Pengangguran (Sb kiri) TPT (Sb. Kanan) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPT dan TPAK Di Sulawesi Tengah Berdasarkan data menurut wilayah kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2010, TPAK tertinggi dicapai kabupaten Tojo Unauna (77,79%), dan terendah di kabupaten Tolitoli (61,45%). Di sisi lain, TPT tertinggi tercatat di kota Palu (10,91%), dan terendah di kabupaten Parigi Moutong (2,29%). Pesatnya perkembangan perekonomian di kabupaten Parigi Moutong telah menciptakan kesempatan kerja baru di wilayah tersebut, sementara jumlah penduduk kota Palu yang lebih banyak dari daerah lain menyebabkan TPT Palu secara relatif lebih tinggi. Persen 80,00 60,00 73,08 65,26 71,36 68,82 70,20 61,45 61,77 73,58 77,79 72,10 66,51 40,00 20,00-3,07 3,29 4,87 3,45 3,77 4,92 3,82 2,29 4,50 4,59 10,91 TPAK TPT Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.2. TPAK dan TPT Di Kabupaten/Kota Se Sulawesi Tengah pada tahun

77 SulTeng SulSel SulUt SulTra Gorontalo SulBar Nasional 4,61 8,37 9,61 4,61 5,16 3,25 7,14 69,22 64,14 63,31 79,86 64,42 71,46 67,72 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Angkatan kerja antar provinsi di Sulawesi, tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan ( orang), sedangkan terendah di Provinsi Gorontalo ( orang). Seiring dengan dengan jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi selatan ( orang) sedangkan terendah di Provinsi Gorontalo ( orang). Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Utara (9,61%) sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Barat (3,25%). Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Tenggara (79,86%), sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Utara (63,31%). % TPAK TPT Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.3. Tingkat TPAK dan TPT Pada Beberapa Provinsi Di Sulawesi Posisi Agustus 2010 Berdasarkan kondisi pada bulan Agustus 2010 secara umum tingkat pengangguran di seluruh provinsi di Sulawesi relatif lebih baik dari tahun lalu yang ditunjukkan oleh penurunan TPT. Laju penurunan TPT tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah yakni sebesar 1,26%, dan terkecil di Provinsi Sulawesi Barat yakni sebesar 0,53%. Laju penurunan TPT di Sulawesi Tengah berada di atas rata-rata laju penurunan TPT nasional sebesar 0,73%. Berdasarkan lapangan kerja utama, struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah belum mengalami perubahan yang berarti dalam periode satu tahun terakhir. Sebagian besar angkatan kerja di Sulawesi Tengah masih bekerja pada sektor pertanian (57,0%). Sektor pertanian tetap menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya 61

78 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat yang fleksibel dan tidak membutuhkan keahlian khusus serta sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah tinggal di wilayah pedesaan. Kondisi ini juga berkaitan dengan struktur perekonomian Sulawesi Tengah yang juga didominasi oleh sektor pertanian. Akan tetapi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, komposisi tenaga kerja di sektor pertanian justru mengalami penurunan yakni sebesar 2,12%. Adanya penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor angkutan dan komunikasi dikompensasi dengan peningkatan tenaga kerja di sektor jasa kemasyarakatan dan sektor pertambangan, listrik dan gas masing-masing sebesar 1,51% dan 1,15%. Peningkatan tenaga kerja pada sektor pertambangan disebabkan oleh meningkatnya aktifitas tambang rakyat di Poboya dan kegiatan eksploitasi mineral tambang di daerah baik dalam skala kecil maupun besar. Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Kerja Utama PERIODE AGT 2008 AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 Pertanian 59,3 59,1 57,5 57,0 Industri 4,4 3,8 4,2 3,3 Konstruksi 4,0 3,8 3,6 3,7 Perdagangan 13,8 14,0 15,3 14,1 Angkutan dan Komunikasi 3,9 3,9 3,2 3,8 Keuangan dan Jasa Perbankan 0,5 0,6 0,8 0,7 Jasa Kemasyarakatan 13,1 13,5 13,5 15,0 Pertambangan, Listrik, dan gas 0,9 1,3 1,9 2,4 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan data terbaru dari BPS, status pekerjaan penduduk yang bekerja masih didominasi oleh kelompok yang bekerja dengan dibantu buruh tidak tetap (24,56%). Sementara persentase terendah adalah kelompok pekerja bebas pada sektor non pertanian (2,34%). Berdasarkan data tersebut juga terlihat bahwa jumlah penduduk yang berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja tak dibayar, penduduk yang berusaha sendiri, pekerja bebas di pertanian mengalami kontraksi dibandingkan periode yang sama tahun lalu masing-masing sebesar 2,81%, 0,43%, 0,27%, dan 0,05%. Sementara itu persentase penduduk yang berstatus buruh/karyawan, 62

79 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat berusaha dibantu buruh tetap, dan pekerja bebas di non pertanian mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,62%, 0,88% dan 0,06%. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan AGT 2008 AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 Berusaha Sendiri 18,88 19,57 18,60 19,30 Berusaha dibantu buruh tdk tetap 28,65 27,37 26,30 24,56 Berusaha dibantu buruh tetap 2,97 2,96 3,10 3,84 Buruh/Karyawan 18,12 18,91 20,60 21,53 Pekerja bebas di Pertanian 3,91 4,40 5,90 4,35 Pekerja bebas di non Pertanian 2,46 2,28 2,00 2,34 Pekerja tak dibayar 25,02 24,51 23,60 24,08 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan data pada akhir Desember 2010, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebanyak orang, bertambah 637 orang dari posisi bulan September Penambahan pencari kerja terjadi pada kelompok dengan pendidikan terakhir SLTA. Sementara berdasarkan jenis kelamin, penambahan terbanyak terjadi pada kelompok pencari kerja perempuan. Jika dibandingkan dengan kondisi 1 tahun yang lalu (Desember 2009), jumlah pencari kerja turun 3,88% atau sebanyak orang. Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah Pendidikan Terakhir Des.2009 Jun.2010 Sept.2010 Des.2010 L W Total L W Total L W Total L W Total SD SLTP SLTA D I D II D III Sarjana Pascasarjana Jumlah Sumber : Disnakertrans Sulteng Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp ,- per bulan atau naik 6,43% dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp ,-, sementara Upah Minimum Harian ditetapkan sebesar Rp ,-. 63

80 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Secara umum tingkat kenaikan UMP Sulawesi Tengah sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kota Palu pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar 6,40% (yo-y). % Rupiah 50% 40% UMP (Rupiah) g upah inflasi % % % % - Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.4. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu 5.2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM 1 Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah masih berada di bawah IPM nasional. Pada tahun 2008, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,09 meningkat sebesar 0,75 dari tahun sebelumnya. Meski IPM Sulawesi Tengah masih berada dalam kategori menengah, namun secara nasional, IPM Provinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat 22 dari 33 provinsi di Indonesia. Sementara bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia Timur (Sulawesi, Maluku, Papua), IPM Sulawesi Tengah menduduki urutan ke 4 dari 10 provinsi yang ada di kawasan tersebut. 1 IPM dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. usia yang panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. pendidikan yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga dan angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, dan 3. standar hidup yang layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang USD 64

81 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat % Peringkat Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulteng dan Nasional 5.3. KEMISKINAN Dalam lima tahun terakhir jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mencapai 566,10 ribu jiwa (24,09 %), tahun 2007 sebanyak 557,40 ribu jiwa (22,42 %), tahun 2008 sebanyak 524,70 ribu jiwa (20,75 %), tahun 2009 sebanyak 489,84 ribu jiwa (18,98 %) dan pada tahun 2010 sebanyak 474,99 ribu jiwa (18,07 %). Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode tersebut mengindikasikan bahwa program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah cukup efektif dalam menekan tingkat kemiskinan yang ada. Persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 tercatat sebesar 18,07% atau turun sebesar 0,91% dibandingkan tahun 2009 yakni 18,98%, atau secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebesar jiwa. Namun demikian tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat sebesar 13,33%. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, sebagian besar penduduk miskin di Sulawesi Tengah tinggal di daerah pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah yang tinggal di wilayah pedesaan pada tahun 2010 mencapai jiwa (88,58%), sementara yang tinggal di wilayah perkotaan sebanyak ribu jiwa 65

82 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat (11,42%). Kondisi ini tentu berkaitan dengan fakta bahwa mayoritas penduduk Sulawesi Tengah tinggal di wilayah pedesaan. Dengan fakta bahwa sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan yang umumnya bekerja pada sektor pertanian, penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) berpotensi untuk menambah jumlah penduduk miskin. Oleh karena itu salah satu langkah yang dapat ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin adalah dengan membuat kebijakan-kebijakan yang lebih pro pada sektor pertanian. Bentuk keberpihakan tersebut dapat berupa perlindungan harga jual melalui penetapan harga dasar, pembukaan akses informasi dan pasar, perbaikan dalam sistem tata niaga pupuk, dan program pendampingan kepada petani. % % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.6. persentasejumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan % % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.8. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.9. persentasependuduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal Secara umum dari berbagai indikator kemiskinan yang ada, tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih berada di bawah kondisi nasional. Kondisi ini menunjukkan 66

83 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah masih tertinggal dari daerah lain. Hingga saat ini sembilan Kabupaten dari 11 wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah masih termasuk dalam kelompok daerah tertinggal. Dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin, secara nasional Pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), program keluarga harapan, program BOS, program BLT, program Askeskin, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta program beras untuk rakyat miskin (Raskin). Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi Per November 2010* No SEKTOR PLAFOND KREDIT (Rp juta ) BAKI DEBET (Rp juta ) DEBITUR Des-09 Nop-10 Des-09 Nop-10 Des-09 Nop-10 % NPL 1 Pertanian ,4 2 Pertambangan ,0 3 Perindustrian ,2 4 Listrik, Gas, dan Air Perdagangan, Restoran & Hotel ,7 6 Pengangkutan, Pergudangan & Komunikasi Jasa Dunia Usaha ,0 8 Jasa Sosial ,6 9 Lain-Lain ,0 Total ,49 Sumber : Laporan bulanan realisasi KUR Berdasarkan data sementara per akhir November 2010, jumlah KUR yang telah disetujui oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 361,65 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 68,80% dari akhir Desember KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan dengan pangsa mencapai 56,62%. Sementara tingkat NPL gross KUR per November 2010 tercatat sebesar 2,49%. 67

84 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 6.1. Realisasi APBD Sulawesi Tengah Pada periode akhir tahun 2010, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Target pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah sebesar Rp 1.060,83 miliar atau meningkat 3,84% dibandingkan target pendapatan tahun 2009 sebesar Rp 1.021,55 miliar. Sementara realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tengah per 31 Desember 2010 mencapai Rp 1.177,56 miliar atau 111,00% dari total anggaran pendapatan daerah tahun Nilai realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan APBD pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 102,22%. Persen 120% 100% 102% 111% 81% 91% 80% 60% 40% % 0% Pendapatan Daerah Belanja Daerah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (Per 31 Desember 2010) Seiring dengan kinerja di sisi pendapatan, target dan realisasi di sisi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tengah di akhir tahun 2010 juga mengalami peningkatan. Target Belanja Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2010 adalah Rp 1.230,82 miliar atau meningkat 2,16% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp 1.204, 84 miliar. Dilihat dari 68

85 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah realisasinya, kinerja realisasi pos ini hingga akhir tahun 2010 mencapai 91,32% atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi Belanja Daerah akhir tahun 2009 sebesar 80,68%. Adanya perbedaan tingkat realisasi belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya defisit pada periode akhir triwulan IV 2010 sebesar Rp 169,99 miliar. Pembiayaan defisit APBD ini sebagian besar diambil dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya Realisasi Pendapatan APBD Komposisi sumber pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah masih didominasi oleh dana perimbangan (70,80%) diikuti PAD (28,61%) dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah (0,59%). Bila dibandingkan dengan tahun lalu komposisi pendapatan ini menunjukkan adanya perbaikan yang tercermin dari meningkatnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah, yaitu dari 23,27% pada tahun 2009 menjadi 28,61% pada tahun Hal ini menunjukkan adanya penguatan tingkat kemandirian fiskal daerah, walaupun masih terbatas. Uraian Tabel 6.1. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Anggaran Tahun 2010 Miliar Rp Realisasi sd. IV-2010 Nominal Pangsa (%) Nominal % Realisasi Pangsa (%) PAD 303,51 28,61 412,39 135,87 35,02 Dana perimbangan 751,06 70,80 759,18 101,08 64,47 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6,25 0,59 6,00 95,91 0,51 Total Pendapatan Daerah 1.060,83 100, ,56 111,00 100,00 Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng Sementara itu, kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah cenderung menurun, yaitu dari 72,66 % di tahun 2009 menjadi 70,80% di tahun Sebagian besar dana perimbangan tersebut bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu sebesar 87,79%, sedangkan sisanya bersumber dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (8,41%) dan Dana Alokasi Khusus (3,81%). Dibandingkan dengan tahun lalu, anggaran DAU tahun ini mengalami peningkatan sedangkan anggaran DAK justru mengalami penurunan. Padahal anggaran DAK ini sangat dibutuhkan mengingat cakupan penggunaannya yang sangat seperti bidang 69

86 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah pendidikan, bidang kesehatan, bidang infrastruktur, bidang prasarana pemerintah, bidang kelautan dan perikanan serta bidang pertanian yang bila dikelola dengan baik akan berimplikasi langsung terhadap penurunan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat provinsi Sulawesi Tengah. Khusus untuk DAU, adanya peningkatan anggaran pos ini di tahun 2010 terkait erat dengan pemekaran Kabupaten Sigi (UU No. 27 tahun 2008). Di tahun 2010, anggaran DAU kabupaten yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Donggala ini tercatat sebesar Rp 329,60 miliar atau meningkat 52,64% dari tahun sebelumnya. Rp miliar Rp miliar , , , , , DAU Prov. Sulawesi Tengah g.dau Prov. Sulteng (yoy) 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% ,98 606,42 467,96 487,12 286, DAK Prov. Sulawesi Tengah g.dak Prov. Sulteng (yoy) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Sumber : Departemen Keuangan Grafik 6.2 Perkembangan DAU Prov. Sulawesi Tengah Sumber : Departemen Keuangan Grafik 6.3. Perkembangan DAK Prov. Sulawesi Tengah Persen 115% 110% 113% Dana alokasi khusus; 4% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; 10% 105% 100% 100% 100% 95% 90% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana alokasi umum Dana alokasi khusus Dana alokasi umum; 87% Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.4. Tingkat Realisasi Dana Perimbangan Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan Hingga akhir tahun 2010, realisasi anggaran Dana Perimbangan seperti DAU, DAK dan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak menunjukkan kinerja yang baik dengan tingkat realisasi 100%. Seiring dengan hal tersebut, realisasi anggaran 70

87 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah juga menunjukkan tingkat realisasi yang baik dengan tingkat realisasi tertinggi pada pos lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (224,97%) dan terendah pada retribusi daerah (85,68%). Persen 250,00% 200,00% 150,00% 100,00% 141,86% 85,68% 101,01% 224,97% 12,94% 3,71% 3,37% Pajak daerah Retribusi daerah 50,00% 0,00% Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 79,98% Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.6 Tingkat Realisasi Komponen Pendapatan Asli Daerah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.7. Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah 6.3. Realisasi Belanja APBD Berdasarkan kinerja belanja APBD, realisasi belanja tidak langsung pada triwulan IV-2010 mencapai 87,06% lebih rendah dibandingkan realisasi belanja langsung sebesar 95,00%. Ke depan realisasi belanja langsung perlu terus ditingkatkan mengingat anggaran ini langsung terkait dengan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Uraian Tabel 6.2. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Anggaran Tahun 2010 Miliar Rp Realisasi sd. IV-2010 Nominal Pangsa (%) Nominal % Realisasi Pangsa (%) PAD 303,51 29,02 412,39 135,87 35,02 Dana perimbangan 751,06 71,80 759,18 101,08 64,47 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 6,25 0,60 6,00 95,91 0,51 Total Pendapatan Daerah 1.046,00 100, ,56 112,58 100,00 Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng 71

88 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Persen 100,00% 98,35% 95,00% 90,00% 91,87% 90,33% 85,00% Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.8. Realisasi Belanja Langsung APBD Sulteng (sd Triwulan IV 2010) Dari anggaran belanja langsung, dapat dilihat bahwa belanja barang dan jasa memiliki persentase realisasi paling tinggi yakni 98,35% dan terendah pada realisasi belanja modal (90,33%). Walaupun kinerja realisasi belanja modal tahun ini mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu, akan tetapi realisasi belanja ini perlu terus ditingkatkan mengingat besarnya multiplier effect pos anggaran ini bagi perekonomian Sulawesi Tengah. 6.4 Perkembangan Kapasitas Fiskal Daerah Kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk DAK, dana darurat, dana pinjaman lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin. Penghitungan kapasitas fiskal didasarkan pada formula sebagai berikut:. KF = [(PAD + DBH + DAU + LP) BP ] / Jumlah penduduk miskin dimana: KF = Kapasitas Fiskal PAD = Pendapatan Asli Daerah DBH = Dana Bagi Hasil DAU = Dana Alokasi Umum 72

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV 2008 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci