KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU

2 Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinamb Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kantor Bank Indonesia Palu Rahmat Hernowo : Pemimpin Wuryanto : Deputi Pemimpin M. Aat Fathurohman : Peneliti Ekonomi Muda Senior Syafiuddin Lahase : Pengawas Bank Muda Senior I Nyoman Suwana : Kepala Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring Hengky Perusu : Kepala Seksi Sumber Daya Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : hasudungan_ps@bi.go.id; aat_fathurohman@bi.go.id; wuryanto@bi.go.id Homepage :

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan ke kehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-nya maka penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan IV ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Secara lengkap, buku buku KER ini meliputi kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi ke depan. Kami berharap kiranya informasi yang terangkum dalam buku KER ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data dan informasi terkini dari berbagai pihak. Semoga Tuhan YME selalu meridhoi upaya kita sekecil apapun dalam berkontribusi untuk ikut memajukan ekonomi di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih. Palu, Februari 2012 BANK INDONESIA PALU ttd Rahmat Hernowo Pemimpin i

4 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Ringkasan Eksekutif BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Analisis PDRB dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Jasa-Jasa Boks 1 : Hasil Penelitian Komoditas Unggulan UMKM Sulawesi Tengah BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) ii

5 Daftar Isi Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Berdasarkan Kontribusi Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Fundamental Non Fundamental Tim Pengendalian Inflasi Daerah Boks 2 : Pengaruh Cuaca Terhadap Inflasi Komoditas Ikan Segar dan Bumbu-Bumbuan BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum & BPR) Intermediasi Bank Umum Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Umum Syariah Kredit UMKM Boks 3 : Penyaluran KUR untuk Sektor Pertanian belum Optimal BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) iii

6 Daftar Isi 5.3. Kemiskinan Indikator Sosial Ekonomi Lainnya BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Realisasi Pendapatan APBD Realisasi Belanja APBD BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi LAMPIRAN Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah Daftar Istilah dan Singkatan iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Rp Juta) Tabel 1.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (miliar Rupiah) Tabel 1.4. Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah Tabel 1.5. Stok Operasional Perum BULOG Divre Sulawesi Tengah (Kg) Tabel 1.6. Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan di Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Sulawesi tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 2.4 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 3.3 Perkembangan Kredit BU Per Sektor Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan (Lembar) Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Outflow Tabel 4.3. Pangsa Denominasi Uang inflow Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah Tabel 5.5. Penyaluran Raskin Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 (Kg) v

8 Daftar Tabel Tabel 5.6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 6.1. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 7.1. Perkiraan Curah Hujan di Wilayah Sulawesi Tengah vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Provinsi Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy)... 7 Grafik1.2. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional (tahunan) ADHK 2000 (yoy)... 7 Grafik1.3. Share Sektor Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah... 8 Grafik1.4. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah Total dan Sektor Pertambangan... 8 Grafik1.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Tengah Grafik1.6. Kontribusi Komponen Permintaan Grafik1.7. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tengah Grafik 1.8. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu Grafik 1.9. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah Grafik Volume Pemakaian Air Masyarakat... 1 Grafik1.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik1.12 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik1.13. Perkembangan Realisasi PMDN di Sulawesi Tengah Grafik1.14. Perkembangan Realisasi PMA di Sulawesi Tengah Grafik1.15. Kredit Investasi Provinsi Sulawesi Tengah Grafik1.16. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Tengah Grafik1.17. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sulawesi Tengah Grafik1.18. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sulawesi Tengah Grafik1.19. Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulawesi Tengah Grafik1.20. Perkembangan Ekspor Kakao, Kopi, Teh dan Bumbu-bumbuan Sulawesi Tengah Grafik1.21. Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik1.22. Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik1.23. Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Grafik1.24. Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu vii

10 Daftar Grafik Grafik1.25. Kontribusi Pertumbuhan Berdasarkan Sektoral Grafik1.26. Perkembangan Volume Ekspor Kakao Grafik1.27. Perkembangan Produksi Padi Sulawesi Tengah Grafik1.28. Perkembangan Stok Beras BULOG Grafik1.29. Produksi Bahan Galian Golongan C Grafik1.30. Ekspor Mineral Tambang Grafik1.31. Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture Grafik1.32. Realisasi Penyaluran BBM Industri di Wilayah Sulawesi Tengah Grafik1.33. Perkembangan Konsumsi Listrik di Kota Palu Grafik1.34. Perkembangan Volume Penjualan Air PDAM Donggala Grafik1.35. Realisasi Pengadaan Semen di Sulawesi Grafik1.36. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Grafik1.37. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang Grafik1.38. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik1.39. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan. 27 Grafik1.40. Perkembangan Kredit, DPK dan NTB Bank Umum di Sulawesi Tengah Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Sulawesi Tengah, Sulampua dan Nasional Grafik2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Sulawesi Tengah dan Nasional Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Sulawesi Tengah, Sulampua dan Nasional Grafik 2.4. Inflasi Tahunan (yoy) Kota-kota Lain di Wilayah Sulawesi Maluku dan Papua. 33 Grafik 2.5. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.7. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota palu (Tahunan) Grafik 2.8. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.9. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia Grafik Proyeksi Harga Emas Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan viii

11 Daftar Grafik Grafik 3.3. Perkembangan DPK BU (Giro, Deposito dan Tabungan) Grafik 3.4. Pangsa DPK BU Menurut Jenis Simpanan Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Terhadap Jumlah Penduduk Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.7. Proporsi Kredit Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan Grafik 3.8. Rasio Rekening Kredit Terhadap Jumlah Penduduk Grafik 3.9. Perkembangan Aset BPR Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah Grafik Perkembangan DPK Bank Syariah Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Grafik Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, Menengah Bank Umum Grafik 4.1. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah Grafik 4.2. Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS Grafik 4.4. Persentase Nominal Outgoing RTGS di masing-masing kota/kabupaten (Tw IV 2011) Grafik 4.5. Persentase Nominal Ingoing RTGS di masing-masing kota/kabupaten (Tw IV 2011) Grafik 4.6. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) Grafik 4.7. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Grafik 4.7. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT Di Sulawesi Tengah Grafik 5.2. Tingkat TPAK dan TPT Pada Beberapa Provinsi Di Sulawesi Posisi Agustus Grafik 5.3. TPAK dan TPT Di Kabupaten/Kota SeSulawesi Tengah pada Agustus Grafik 5.4. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulawesi Tengah dan Nasional Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah Grafik 5.7. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulawesi Tengah Grafik 5.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan 65 Grafik 5.9. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulawesi Tengah ix

12 Daftar Grafik Grafik5.10. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Grafik5.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar Utama untuk Memasak Grafik 6.1 Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah Grafik 6.2. Persentase Realisasi Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.3. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Grafik 6.4. Persentase Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.5. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulawesi Tengah (Per 31 Desember) Grafik 6.6. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.7. Persentase Realisasi Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.8. Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 6.9. Persentase Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi Tengah Grafik Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Grafik Proporsi Realisasi Dana Perimbangan Grafik Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Grafik Proporsi Realisasi Belanja Langsung Grafik Perkembangan Giro Pemda di Perbankan Sulawesi Tengah Grafik Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Grafik 7.3. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw I-2012) Grafik 7.4. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Grafik 7.5. Proyeksi Harga Emas Grafik 7.6. Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia x

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV-2011 PDRB Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2011 tumbuh tinggi PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 mencapai 7,79% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2011 sebesar 9,31% (yoy) namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (yoy). Secara total, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2011 mencapai 9,16% atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 8,75% (yoy) dan pertumbuhan nasional pada tahun 2011 sebesar 6,5 (yoy).di sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan IV-2011 terutama ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 3,8, diikuti komponen ekspor dan komponen investasi dengan andil masing-masing sebesar 2,87% dan 2,62%. Masih terjaganya daya beli masyarakat, serta semakin ekspansifnya kegiatan tambang di Morowali menjadi faktor utama penggerak PDRB di sisi permintaan. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertambangan dan penggalian pertanian, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa dengan sumbangan sebesar 1,93%, 1,6 dan 1,03%. Meningkatnya produksi tambang, tetap tingginya produksi sawit, serta puncak realisasi anggaran pemerintah (APBD dan APBN) pada triwulan laporan menjadi faktor utama kinerja pertumbuhan ekonomi di sisi sektoral. Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer dengan pangsa sebesar 44,32%, diikuti sektor tersier dan sekunder dengan pangsa masing-masing sebesar 41,52% dan 14,16%. Tingkat inflasi relatif rendah PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (yoy), laju inflasi kota Palu pada akhir tahun 2011 mencapai 4,47%, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,4, namun masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 3,79%. Pada triwulan laporan, Kota Palu mengalami inflasi 1

14 Ringkasan Eksekutif kuartalan sebesar 1,72% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,91% (qtq). Secara bulanan, inflasi triwulan IV-2011 mengalami puncak pada bulan Desember dengan tingkat inflasi sebesar 1,52% (mtm). Komoditas ikan segar dan beras masih dominan dalam menyumbang inflasi dan deflasi pada kelompok volatile foods. Sementara itu pada sisi adminstered prices, masih relatif stabil karena pasokan BBM yang masih mencukupi. Hasil Survei Konsumen pada triwulan laporan menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap harga terlihat cenderung meningkat pada akhir triwulan IV Peningkatan ekspektasi inflasi konsumen dan pedagang dipengaruhi oleh data historis (backward looking) yang mencatat bahwa harga berbagai barang dan jasa memiliki kecenderungan menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Aset, DPK dan Kredit tumbuh moderat PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan IV-2011 menunjukkan adanya pertumbuhan positif dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Desember 2011 tercatat sebesar Rp ,60 miliar atau tumbuh sebesar 15,56 % (yoy). Sementara jumlah DPK yang dihimpun di triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp 9.141,94 miliar atau tumbuh sebesar 20,44% (yoy). Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan relatif stabil dengan pertumbuhan sebesar 23,01% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit konsumsi dan modal kerja. Per akhir triwulan IV-2011, jumlah rekening simpanan di Sulawesi Tengah tercatat sebanyak rekening. Dengan jumlah penduduk sebesar 2,6 juta orang ( hasil sensus penduduk 2010) secara rata-rata bahwa baru sepertiga (33,33%) dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang berhubungan dengan bank, atau telah menyimpan dananya di bank. Di sisi lain jumlah rekening kredit di Sulawesi Tengah sebanyak rekening, atau baru 1 dari 13 orang (7,79%) dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang telah mengakses kredit perbankan. Dengan demikian, kebijakan melakukan financial inclusion menjadi sangat relevan untuk dikedepankan. 2

15 Ringkasan Eksekutif Tingkat NPL masih dibawah 5% Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan sedikit meningkat yang tercermin dari rasio NPL-gross perbankan pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 2,71% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,19%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 126,42%. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan sudah baik. Volume dan Nominal Kliring dan RTGS meningkat Terjadi netouflow pada triwulan laporan PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aktivitas kliring dan RTGS di Provinsi Sulawesi Tengah cenderung mengalami peningkatan baik dari segi nominal maupun volume. Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1.241,87 miliar atau meningkat 12,65% ( qtq). Sementara kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan IV cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada peningkatan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong baik dari sisi nominal maupun volume kliring. Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2011 berada pada kondisi net ouflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan IV-2011tercatat Rp 306,19 miliar atau menurun sebesar -51,8 (qtq), sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) meningkat sebesar 43,81% (qtq) hingga menjadi Rp 1.599,02 miliar. Apabila diperbandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh netoutflow selama triwulan IV-2011 sebesar Rp 1.292,83 miliar. Lebih besarnya outflow dibandingkan inflow pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan uang kartal yang tinggi dalam menghadapi Hari Raya Natal, Tahun Baru dan liburan sekolah. Pada triwulan laporan jumlah uang kertas yang dimusnahkan Bank Indonesia Palu (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB) mencapai Rp 201,92 miliar yang didominasi oleh uang kertas pecahan Rp Tingkat pengangguran dan kemiskinan menurun PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Agustus 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2011, yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok 3

16 Ringkasan Eksekutif Realisasi KUR meningkat penduduk yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 tercatat sebanyak orang, sementara angkatan kerja yang bekerja tercatat orang dengan tingkat pengangguran yang turun sebesar 6,31% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Terkait kemiskinan, persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 15,83% atau turun sebesar 2,24% dibandingkan tahun 2010, atau secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebesar jiwa. Namun demikian tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat sebesar 12,49%. Berdasarkan data sementara per akhir Desember 2011, jumlah KUR yang telah disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 543,23 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 43,48% dari akhir Desember KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 69,12%. Sementara tingkat NPL gross KUR per Desember 2011 tercatat masih dalam level aman yakni sebesar 3,09%. Realisasi Pendapatan dan belanja APBD meningkat PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi anggaran pemerintah pusat triwulan IV-2011 di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Hingga akhir triwulan IV-2011 total penerimaan pusat di Sulawesi Tengah telah mencapai Rp822,63 miliar, yang didominasi oleh penerimaan perpajakan sebesar 82,77%. Sementara realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp3,22 triliun atau meningkat sebesar 18,42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada periode triwulan IV-2011, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja memiliki kinerja yang cukup baik. Hingga akhir Desember 2011, pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah terealisasi Rp 1.384,94 miliar atau mencapai 105,51% dari total anggaran sebesar Rp 1.312,20 miliar. Sementara realisasi total belanja APBD di triwulan IV-2011 mencapai Rp 1.407,86 miliar atau 92,21% dari total anggaran sebesar Rp 1.526,72 miliar. 4

17 Ringkasan Eksekutif Pertumbuhan Ekonomi di triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh positif Inflasi triwulan I-2012 diperkirakan masih rendah dengan resiko inflasi di sisi penawaran yang besar PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 8,56% ± 0,5 (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2011 sebesar 7,79% (yoy), namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 10,13% (yoy). Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan IV-2011 di dorong oleh membaiknya kinerja pada komponen konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor yang masih positif. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan (adanya kenaikan UMP), tingginya keyakinan konsumen, dan dampak penurunan suku bunga kebijakan (BI rate) di Selain itu, rendahnya inflasi sepanjang 2011 juga menyebabkan peningkatan pendapatan riil masyarakat. Semakin meningkatnya volume ekspor tambang serta masih adanya beberapa rencana PMDN dan PMA yang belum di realisasikan hingga triwulan IV-2011 memicu peningkatan kinerja ekspor dan investasi pada triwulan I Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 diperkirakan bersumber sektor pertambangan, dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor bangunan. Semakin ekspansifnya perusahaan tambang di di daerah Morowali serta masih besarnya potensi tambang di daerah ini menjadi faktor utama peningkatan di sektor pertambangan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh moderat seiring dengan musim tanam yang terjadi pada awal triwulan I 2012 serta volume produksi sawit yang masih tumbuh positif. Kinerja sektor bangunan diperkirakan meningkat seiring pembangunan hotel bintang di Palu, ruko dan properti lainnya serta proyek konstruksi seperti perluasan Bandara Mutiara dan proyek Donggi Senoro. Berdasarkan Survei Konsumen, ekspektasi konsumen pada triwulan I-2012 masih dalam level optimis dengan nilai indeks ekspektasi konsumen sebesar 139 pada bulan Januari Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2011, diperkirakan kota Palu pada triwulan I-2012 mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 3,28% + 0,5% atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,74% (yoy). Di sisi lain inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 1,32% + 0,5% atau lebih rendah dibandingkan 5

18 Ringkasan Eksekutif dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,49%(qtq). Di sisi penawaran tekanan inflasi pada komoditas beras diperkirakan meningkat seiring dengan berkurangnya pasokan akibat belum tibanya masa panen raya. Di samping itu adanya rencana pemerintah untuk menaikkan HPP beras pada bulan Februari 2012 diperkirakan memberikan ekspektasi tambahan akan kenaikan beras di triwulan I 2012 ini. Di sisi lain, terkait dengan tindak lanjut UU Hortikultura, pada Maret 2012 akan mulai dilakukan pengaturan impor hortikultura. Kebijakan ini diperkirakan akan memengaruhi inflasi antara lain melalui kenaikan ongkos distribusi. Risiko peningkatan tekanan inflasi juga bersumber dari rencana pemerintah untuk menyesuaikan kenaikan harga Tarif Tenaga Listrik pada April 2012 dan rencana pengendalian BBM bersubsidi secara bertahap di Jabodetabek pada awal April 2012 dan untuk daerah lainnya di Jawa Bali pada triwulan berikutnya. Di sisi permintaan, membaiknya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan UMP serta masih tingginya tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan memberikan sedikit tekanan inflasi. Sedangkan di sisi ekspektasi, sebagaimana yang tercermin dalam Survei Konsumen bulan Desember 2011, dalam tiga bulan yang akan datang masyarakat memperkirakan harga barang dan jasa akan meningkat dengan tingkat inflasi bulanan tertinggi pada bulan Maret 2012Dari sisi eksternal, tekanan inflasi diperkirakan cenderung berkurang seiring dengan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas. 6

19 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 7,79% (yoy) dan pertumbuhan triwulanan sebesar 3,65% (qtq). Secara agregat tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2011 tumbuh sebesar 9,16% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional sebesar 6,5 (yoy). Pesatnya pertumbuhan sektor pertambangan menjadi faktor utama tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun Masih terjaganya level konsumsi rumah tangga, positifnya kinerja ekspor dan membaiknya investasi khususnya di bidang pertambangan menjadi menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di sisi pengeluaran. Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 mencapai 7,79% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan III-2011 sebesar 9,31% (yoy) namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,43% (yoy). Rp miliar Stok (Ton) Perub. Stok ,13% 7,05% 10,7 11,04% 18,11% 6,78% 2,43% 5,55% 8,79% 9,29,71% 10,13% 9,55% 9,31% 7,43% 7,79% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2 18% 16% 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% ,96% 6,01% 8,75% 9,16% 7,71% 6,1 6,5 4,58% 12% 1 8% 6% 4% 2% Nominal PDRB Prov. Sulteng- ADHK (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy) Pert. Ekonomi Nasional Nominal PDRB (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Provinsi Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB Provinsi Sulawesi Tengah dan Nasional (tahunan) ADHK 2000 (yoy) 7

20 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Secara total, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2011 mencapai 9,16% atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 8,75% (yoy) dan pertumbuhan nasional pada tahun 2011 sebesar 6,5 (yoy). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan ini mencapai Rp5,07 triliun, lebih tinggi dibandingkan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,71 triliun. Sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 11,95 triliun. Secara tahunan, total PDRB Provinsi Sulawesi Tengah mencapai Rp 19,24 triliun (ADHK) atau Rp 44,32 triliun (ADHB). Bila dibandingkan dengan PDB nasional yang mencapai Rp triliun (ADHB), nilai PDRB Sulawesi Tengah (ADHB) relatif kecil dengan rasio hanya mencapai 0,6. Dari sisi permintaan, Persen (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Jasa - jasa Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Angkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Bangunan Listrik,Gas & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.3. Share Sektor Ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pertumbuhan masih bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah dengan share masing-masing sebesar 53,89%, 22,47% dan 17,92%. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi masih dominan di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, diikuti sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa masing-masing sebesar 38,29%, 16,15% dan 13,06%. Di triwulan IV-2011, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu sebesar 42,17% (yoy), diikuti sektor bangunan dan sektor Persen (%) 2 18% 16% 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% Pert. Ekonomi Sulteng Total Pert. Ekonomi Sulteng tanpa sektor pertambangan dan migas I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.4. Perbandingan Pert. Ekonomi Sulawesi Tengah Total dan Tanpa Sektor Pertambangan 8

21 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional angkutan dan komunikasi dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 13,88% (yoy) dan 9,25%. Meningkatnya produksi nikel dan bijih besi di Kabupaten Morowali menjadi pendorong utama meningkatnya kinerja pertambangan di sisi suplai. Di sisi lain masih tingginya tingkat permintaan komoditas tambang dari China menjadi pendorong positif kinerja pertambangan di sisi permintaan. Ke depan, peran sektor pertambangan di Sulawesi Tengah diperkirakan memiliki andil yang semakin besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah yang terindikasi dari semakin melebarnya gap antara pertumbuhan ekonomi total dan pertumbuhan ekonomi tanpa sektor tambang dan migas (grafik 1.4). Terkait dengan hal ini pemerintah perlu lebih objektif dalam melihat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mengingat tidak terlalu besarnya manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dari sektor ini. Sejauh ini output yang dihasilkan oleh sektor pertambangan masih didominasi oleh sumber daya primer yang belum banyak mengalami nilai tambah dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam hal ini pemerintah daerah seharusnya lebih mengembangkan sektor pertanian yang dapat memberikan manfaat besar pada masyarakat luas. Pada kenyataannya, share sektor pertanian dalam beberapa triwulan terakhir justru menunjukkan share yang semakin kecil (di bawah 4). Terkait hal ini pengembangan produk antara yang memiliki nilai tambah tinggi seperti produk turunan kelapa sawit hendaknya menjadi rujukan program pemerintah daerah ke depan. Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 44,32%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,17%. Penurunan pangsa di sektor primer terutama didorong oleh menurunnya pangsa pertanian dari 38,71% menjadi 38,29%. Di sisi lain sektor sekunder juga mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya hingga menjadi sebesar 14,16%. Melambatnya kinerja pada subsektor industri pengolahan menjadi pendorong utama menurunnya porsi sektor sekunder pada triwulan laporan. Penurunan share sektor primer dan sekunder terkompensasi dengan meningkatnya sektor tersier yang lebih didorong oleh membaiknya kinerja sektor PHR. Bila dibandingkan antara PDRB (ADHB) dengan jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tengah maka akan diperoleh pendapatan perkapita penduduk Sulawesi Tengah yaitu sebesar Rp 16,83 juta per tahun atau Rp 1,4 juta per bulan. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan pendapatan per kapita tahun lalu sebesar Rp 14,17 juta/tahun, 9

22 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rp juta PDRB ADHK (Rp juta) PDRB ADHB (Rp juta) PDRB ADHB/Kapita (Rp juta) 12,52 11,29 9,30 14, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Tengah 18 16, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2011 yang mencapai Rp 31 juta per tahun. Terkait hal ini pemerintah daerah masih perlu melakukan upaya-upaya terobosan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga gap pendapatan masyarakat Sulawesi Tengah tidak terlalu jauh dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 dominan ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 3,8, diikuti komponen ekspor dan komponen investasi dengan andil masingmasing sebesar 2,87% dan 2,62%. Tingginya pertumbuhan pada sektor pertambangan menjadi faktor utama besarnya andil ekspor dan investasi pada triwulan laporan. Sumber : BPS Sulawesi Tengah Tabel 1.1. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Kelompok Pengeluaran Tw I Tw II Tw III Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV 1. Konsumsi Rumah Tangga 2.406, , , , , , , ,27 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 49,40 51,38 55,01 57,89 68,54 64,46 66,54 68,56 3. Konsumsi Pemerintah 761,05 794,78 841,03 900,63 819,85 843,40 864,98 909,75 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 845,64 889,59 950, ,21 918,41 968, , ,64 5. Ekspor 734,05 672,30 729,39 713,61 723,17 751,97 787,21 848,79 6. Impor(-) 664,25 518,15 595,47 536,80 550,68 554,88 590,66 627,21 Total PDRB 4.132, , , , , , , ,80 10

23 Mar Jun Sep Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 6% 5% 4% 3% 2% 1% -1% -2% -3% -4% Konsumsi Rumah Tangga Tw I 2011 Tw II 2011 Tw III 2011 Tw IV 2011 Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.6. Kontribusi Komponen Permintaan Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,12% (yoy) namun masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,86% (yoy). Cukup tingginya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan erat kaitannya dengan momen Natal, Tahun Baru dan liburan anak sekolah. Di sisi lain pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 23,37% hingga mencapai Rp 5,65 triliun. Sementara itu, pendaftaran kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat sebesar kendaraan atau mengalami kontraksi pertumbuhan tahunan sebesar -19,09% (yoy). Konsumsi konsumsi BBM retail dan volume pemakaian air masyarakat juga mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 11,41% (yoy) dan 7,92% (yoy). miliar Unit N. Kredit % g. kredit kon (yoy) % 3 25% 23,37% 2 15% 1 5% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Roda 2 Roda 4 qtq (%) yoy (%) Sumber : LBU Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah Sumber : Kantor Samsat Kota Palu Grafik 1.8. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu 11

24 Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sept Okt Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Kiloliter Meterkubik Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 3 25% 2 15% 1 5% -5% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw Tw III IV 2 15% 1 5% -5% -1-15% Premium (kl) Minyak Solar (kl) g. total retail + industri (yoy) Minyak Tanah (kl) g. total retail+industri (qtq) Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy) Sumber : Pertamina Region VIII, Sulawesi Tengah Sumber : PDAM Kab. Donggala Grafik 1.9. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah Grafik Volume Pemakaian Air Masyarakat Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan laporan sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata NTP selama triwulan IV-2011 tercatat 98,69%, lebih rendah dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 99,46%. Adanya penurunan NTP pada triwulan IV-2011 lebih disebabkan karena adanya siklus musiman yakni penurunan produksi padi di akhir tahun (pasca puncak panen raya pada triwulan III-2011). Ke depan, pemerintah khususnya SKPD terkait perlu lebih menggali program-program terobosan untuk meningkatkan produktivitas para petani dan meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan yang nantinya akan meningkatkan pendapatan para petani dan pada gilirannya dapat meningkatkan NTP Sulawesi Tengah. Persen perubahan % Persen 101 1,0 160, ,5 140,00 120, ,0 100, Perubahan NTP (mtm) nilai tukar petani (NTP) -0,5-1,0-1,5 80,00 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen 60,00 40, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Sumber : Survei Konsumen KBI Palu Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Oktober-Desember 2011, rata-rata indeks keyakinan konsumen mencapai 133,03 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 135,74. Hal ini menjadi indikator bahwa daya beli 12

25 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional masyarakat masih terjaga yang diperkuat optimisme masyarakat bahwa tingkat penghasilan masyarakat yang dianggap masih lebih baik dibandingkan periode 6 bulan sebelumnya. Konsumsi lembaga swasta nirlaba pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 18,44% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 20,56%. Di sisi lain konsumsi pemerintah pada triwulan IV tumbuh sebesar 1,01% (yoy) atau 5,18% (qtq). Pertumbuhan pada komponen konsumsi pemerintah erat kaitannya dengan realisasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Tengah yang telah terealisasi sebesar 91,76% pada triwulan IV Tabel 1.2. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Rp juta) URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW IV ( % ) REALISASI 2011 PENDAPATAN ,51% Pendapatan Asli Daerah ,24% Dana Perimbangan ,82% Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah ,55% BELANJA ,21% Belanja Operasi ,87% Belanja Modal ,87% Transfer ,48% Belanja Tidak Terduga ,49% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah Investasi Secara tahunan komponen investasi pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 12,13% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 9,57% (yoy). Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh informasi bahwa realisasi investasi PMA pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar US$ 2,5 juta jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp157,4 juta. Di sisi lain, pada bulan Oktober s.d. Desember 2011 tidak ada PMDN yang terealisasi di Sulawesi Tengah. 13

26 Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rp miliar Us$ Juta Nilai Investasi Jumlah Proyek 1383 Tw I Tw II Tw III Tw IV Nilai Investasi Jumlah Proyek 0,2 210,2 157,4 2,5 Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : LKPM Grafik Perkembangan Realisasi PMDN di Sulawesi Tengah Sumber : LKPM Grafik 1.14 Perkembangan Realisasi PMA di Sulawesi Tengah Walaupun ada penurunan di sisi realisasi PMA dan PMDN akan tetapi indikator realisasi pengadaan semen serta kredit investasi menunjukkan adanya peningkatan. Kredit investasi berdasarkan bank pelapor pada bulan September 2011 tercatat sebesar Rp 953,09 miliar atau tumbuh 38,45% (yoy). Sementara volume realisasi semen di Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 mencapai ton atau tumbuh sebesar 19,84% (yoy). Rp miliar Ton persen N. Kredit inv g. kredit inv (yoy) g. kredit inv (qtq) Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Jun Sept Des Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) ,00 30,00 20,00 10,00 - (10,00) (20,00) (30,00) Sumber : LBU Grafik Kredit Investasi Provinsi Sulawesi Tengah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah Ke depan, potensi untuk melakukan peningkatan kinerja investasi Sulawesi Tengah masih cukup besar. Selain karena masih adanya beberapa proyek PMA dan PMDN yang belum di realisasikan, juga adanya berbagai proyek MP3EI yang rencananya akan dimulai pada tahun 2012, yang berperan besar terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah. Kinerja investasi di Sulawesi Tengah hingga saat ini masih belum 14

27 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional optimal. Masih kurangnya infrastruktur pendukung seperti jalan, pelabuhan, bandara, energi (listrik) dan sarana pendukung lainnya diindikasikan penyebab utama rendahnya investasi tersebut Ekspor Aktivitas ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 18,94% (yoy) atau 7,82% (qtq). Di tengah menurunnya ekspor kakao Sulawesi Tengah, kinerja ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan laporan, tertolong oleh membaiknya kinerja ekspor tambang. Hal ini terkonfirmasi dari besarnya ekspor komoditas tambang yang tercatat di pelabuhan Kolonedale (Morowali). Bijih, kerak dan abu logam merupakan komoditas ekspor terbesar Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan. Pada periode bulan Oktober-November 2011, volume ekspor tumbuh 91,41% (yoy) hingga menjadi ,46 ton 1. Juta $ US ton Sumber : DSM BI Nilai Ekspor (juta $US) pert.(qtq) pert. (yoy) Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Prov. Sulawesi Tengah Sumber : DSM BI Volume Ekspor (ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Prov. Sulawesi Tengah Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh pembeli dari negara di Asia khususnya China dan Malaysia. Ekspor ke China didominasi oleh bahan tambang, sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh komoditas kakao. Berdasarkan data ASKINDO Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan IV-2011 tercatat sebesar ton atau mengalami kontraksi pertumbuhan -42,69% (yoy). 1 Data eskpor impor pada bulan Desember masih berjalan sehingga belum dapat digunakan sebagai prompt indicator pertumbuhan ekspor impor triwulan III Untuk melihat pertumbuhan secara tahunan, digunakan data perbandingan jumlah ekspor impor secara 2 bulanan 15

28 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ton Ton Sumber : DSM Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulawesi Tengah Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Sumber : DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Kakao,Kopi, Teh dan Bumbu-bumbuan Sulawesi Tengah Volume ekspor hasil tambang pada bulan Oktober-November 2011 mencapai 1.040,29 ribu ton, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 527,28 ribu ton. Sulawesi Tengah sendiri memiliki potensi tambang yang sangat besar seperti nikel, bijih besi dan emas yang tersebar di berbagai kabupaten, seperti Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Pada triwulan laporan, devisa yang diperoleh dari eskpor bahan tambang Sulawesi Tengah mencapai USD 41,65 juta. Kegiatan pengiriman barang keluar wilayah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Pantoloan selama triwulan IV-2011 mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 12,57%( yoy). Sementara itu jumlah pengiriman barang keluar melalui Bandara Mutiara Palu pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 19,4 (yoy). Ke depan, untuk mengakselerasi kinerja ekspor, pemerintah daerah perlu melakukan percepatan peningkatan pembangunan struktur ruang yang diarahkan pada pergerakan barang dan hasil perkebunan (kakao, kelapa) pertambangan (nikel dan migas) serta produk perikanan kelautan menuju tempat pengolahan yang merupakan jalur konektifitas ekspor. 16

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ton/M3 persen Ton/ USD per ton Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Volum Muat (T/M3) g. (qtq) g. (yoy) Grafik Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) jumlah barang keluar (ton) g. barang keluar (yoy) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu g. barang keluar (qtq) Grafik Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu Impor Impor Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 16,84% (yoy) atau 6,19 (qtq). Impor pada triwulan laporan lebih ditopang oleh impor dari luar provinsi lain ke provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan tidak adanya impor dari luar negeri ke provinsi Sulawesi Tengah dari bulan Oktober hingga Desember Hal ini dikonfirmasikan dari peningkatan pertumbuhan volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan untuk perdagangan domestik pada triwulan laporan sebesar 3,69% (yoy) atau 51,27% (qtq). Sementara itu jumlah pengiriman barang menggunakan jasa angkutan udara mengalami pertumbuhan sebesar 15,82% (yoy) atau 10,8 (qtq). Ton/M Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw III Tw II Tw III Tw IV Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Volum Bongkar (T/M3) g. (q-t-q) g. (y-o-y) Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Ton Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV jumlah barang masuk (ton) g. barang masuk (yoy) g. barang masuk (qtq) Grafik Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN Pertumbuhan pada triwulan laporan terutama bersumber dari sektor pertambangan dan penggalian pertanian, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa dengan masing-masing sumbangan sebesar 1,93%, 1,6 dan 1,03%. Dalam kurun waktu empat triwulan terakhir, andil sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya tren penurunanm, sedangkan sektor pertambangan justru menunjukkan tren yang semakin meningkat. Sumber : BPS Sulawesi Tengah Tabel 1.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1. Pertanian 1.682, , , , , , , ,50 2. Pertambangan & Penggalian 186,91 192,45 203,49 215,34 244,58 264,85 283,28 306,14 3. Industri Pengolahan 259,89 274,72 284,53 289,35 274,26 288,39 299,40 298,91 4. Listrik,Gas & Air Bersih 29,15 30,55 31,81 34,00 32,73 33,34 33,86 35,05 5. Bangunan 266,76 285,05 299,16 337,84 309,05 317,25 361,70 384,75 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 524,41 560,10 583,14 618,92 570,86 605,26 625,91 662,84 7. Angkutan & Komunikasi 312,38 327,07 342,71 350,80 339,76 351,07 366,29 383,24 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaa 201,98 208,22 214,81 223,11 223,96 227,02 234,39 241,64 9. Jasa - jasa 668,34 705,04 741,33 771,43 724,86 770,55 796,50 819,73 Total PDRB 4.132, , , , , , , ,80 4, 3,5% 3, Tw I 2011 Tw II 2011 Tw III 2011 Tw IV ,5% 2, 1,5% 1, 0,5% 0, Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Listrik,Gas & Air Pengolahan Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Kontribusi Pertumbuhan Berdasarkan Sektoral 18

31 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Pertanian Pada triwulan IV-2011, sektor pertanian tumbuh sebesar 4,03% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,56%n (yoy). Subsektor peternakan dan hasil-hasilnya mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,85%, disusul subsektor kehutanan (6,09%) dan subsektor perkebunan (4,93%). Semakin banyaknya peternak di beberapa daerah seperti Donggala dan Parimo menjadi salah satu faktor utama tingginya kinerja subsektor peternakan. Volume (ton) Sumber : ASKINDO Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Walaupun produksi dan ekspor kakao pada triwulan laporan menurun, subsektor perkebunan masih menunjukkan kinerja yang cukup baik. Pertumbuhan pada subsektor ini lebih ditopang oleh masih tingginya produksi kelapa sawit di beberapa daerah sentra utama seperti Morowali dan Luwuk. Berdasarkan hasil liaison, diperoleh informasi bahwa beberapa pengusaha besar di Luwuk akan melakukan perluasan lahan sawit dan memperluas jangkauan plasma dalam rangka meningkatkan volume produksi. USD per ton Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Ekspor Kakao Harga Rata-Rata (ICCO) Tren Expon.Kakao Subsektor perikanan masih menunjukkan pertumbuhan yang positif walaupun tidak sebesar pertumbuhan pada tiga triwulan terakhir. Pada triwulan laporan pertumbuhan subsektor ini tercatat 4,73% atau lebih rendah dibandingkan rata-rata tiga triwulan terakhir sebesar 9,36%. Pertumbuhan subsektor ini ditopang oleh produksi rumput laut di beberapa daerah seperti Morowali dan Parimo Tabel 1.4 Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah Provinsi Produksi Rumput Laut Sulawesi Tengah (ton) Growth (yoy) 51,14% 148,4 2,06% Kenaikan rata-rata per tahun (yoy) 67,2 19

32 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Pada triwulan IV-2011, kinerja subsektor tabama cenderung melambat, yang terkonfirmasi dari tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 1,07% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,99%. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya panen raya padi yang terjadi pada periode tersebut. Pada akhir tahun 2011, berdasarkan Angka Ramalan III (ARAM I) BPS, produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 diperkirakan mencapai ton GKG, naik sebesar ton (6,96%) dibandingkan dengan produksi tahun Terkait dengan pertanian pangan, ke depan pemerintah daerah perlu melakukan beberapa hal diantaranya implementasi kebijakan pertanahan dan tata ruang dalam rangka mendukung perluasan areal dan produksi pangan, pemantapan kelembagaan yang menopang pemberdayaan petani serta meningkatkan fasilitas dan fungsi jaringan irigasi, sarana produksi, dan infrastruktur jalan-listrik yang masih belum optimal. Ribu Ton Stok (Ton) Perub. Stok Produksi (ton) Pert. (yoy) ,92% 6,96% ,39% -3,25% 2007* 2008* 2009* 2010* 2011** 2 15% 1 5% -5% Stok (Ton) Perubahan Stok qtq (%) Perubahan Stok YoY (%) Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des *ATAP **ARAM III Sumber : BPS & Dinas Pertanian Prov. Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Produksi Padi Sulawesi Tengah Sumber : BULOG Divre Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Stok Beras BULOG Tabel 1.5 Stok Operasional Perum BULOG Divre Sulawesi Tengah (kg) No Uraian Okt Nov Des 1 Palu Poso Luwuk Tolitoli Jumlah Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah pada akhir Desember 2011 tercatat sebesar ton, naik sebesar 14,07% dibandingkan stok pada akhir triwulan sebelumnya. Hingga akhir triwulan IV-2011 BULOG Divre Sulawesi Tengah telah melakukan realisasi pengadaan beras sebesar ton dari target yang ditetapkan sebesar ton. Terealisasinya prognosa Bulog pada tahun 2011 tidak terlepas 20

33 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional adanya kebijakan kenaikan HPP penyesuaian sebanyak 4 kali yakni dari Rp menjadi Rp sehingga memberikan sedikit keleluasaan bagi Bulog Divre Sulawesi Tengah untuk bersaing dengan harga pasar ketika melakukan pembelian beras ke petani Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 42,17% (yoy), atau kuartalan sebesar 8,07% (qtq). Walaupun share sektor ini terhadap PDRB relati kecil, pertumbuhan yang sangat tinggi, menyebabkan sektor pertambangan menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan yaitu sebesar 1,93% (yoy). Tingginya pertumbuhan pada sektor ini lebih ditopang oleh pertumbuhan yang signifikan pada subsektor pertambangan tanpa migas yang mencapai 113,07% (yoy). Meningkatnya kegiatan penambangan biji logam dan hasil tambang lainnya seperti biji emas dan perak, galian C, biji timah, biji nikel, biji tembaga, serta komoditi lainnya di berbagai daerah menjadi faktor utama peningkatan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan. Meter Kubik growth (%) Ton growth (%) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tr III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Produksi (m3) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Sumber : Distamben Kab. Donggala Grafik Produksi Bahan Galian Golongan C Volume Ekspor (ribu ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Sumber : DSM BI Grafik Ekspor Mineral Tambang Ke depan, kinerja sektor pertambangan di Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh positif seiring dengan masih tingginya permintaan komoditas tambang dari China dan adanya tren peningkatan investasi pertambangan baik PMA maupun PMDN. Walaupun kinerja pertambangan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya tren peningkatan, akan tetapi iklim investasi pertambangan di Provinsi Sulawesi Tengah masih 21

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional mengalami sejumlah kendala seperti masih terjadinya tumpang tindih tata guna lahan antara pertambangan dan peruntukan lainnya, terutama dengan kehutanan sehingga bermuara pada sulit atau lamanya pemberian izin usaha pertambangan. Salah satu dampak dari permasalahan ini adalah kegiatan pertambangan nikel di Bahodopi yang belum bisa terlaksana karena adanya area seluas + 20 Ha yang merupakan bagian dari rencana pembuatan jalan (panjang 600 m, lebar 30 m) yang berada di luar wilayah Kontrak Karya dan berada di area hutan lindung di Provinsi Sulawesi Selatan. Di sisi lain lambannya perjanjian daerah dan kurangnya komitmen dari pengusaha itu sendiri menyebabkan masih banyaknya kegiatan pertambangan yang belum beroperasi. Terkait hal ini pemerintah daerah perlu mengkaji kembali kebijakan tentang tata guna lahan. Di samping itu pemerintah daerah juga perlu melakukan percepatan pemberian izin operasi kepada perusahaan tambang yang telah menyelesaikan tahapan eksplorasi dan melakukan koordinasi antara instansi dan antara tingkatan pemerintah untuk mengawasi tahapan kegiatan pengusaha-pengusaha yang telah memiliki ijin usaha pertambangan Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan IV-2011, sektor industri pengolahan mengalami perlambatan sebesar 3,31% (yoy) dan mengalami kontraksi secara kuartalan sebesar -0,16% (qtq). Dari survei yang dilakukan BPS diperoleh informasi bahwa pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan IV-2011 mengalami kontraksi baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar - 3,11% (qtq) dan -10,13% (yoy). Seiring dengan kontraksi produksi IBS, perkembangan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di Sulawesi Tengah pada triwulan IV juga mengalami kontraksi sebesar -2,7 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). 22

35 Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Okt-Nov Jan-Feb Apr-Mei Jul-Aug Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel 1.6 Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Keterangan : *) Angka perbaikan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah Pertumbuhan(q-to-q) IBS Sulawesi Tengah Pertumbuhan (y-on-y) IBS Sulawesi Tengah KBLI Jenis Industri Tw III 2011 Tw IV 2011 Tw III Tw IV 2011 Tw I 2011 Tw II 2011 Tw I 2011 Tw II 2011 *) **) 2011*) **) 15 Makanan Kayu, Barang-Barang dan Minuman dari 3,32-0,26 0,25-2,8 26,87 13,21 12,17 0,41 20 Kayu (tidak termasuk furniture), dan Barang- -3,95-9,64-3,08-3,79-5,25-8,22-15,61-19,08 36 Furniture dan Pengolahan Lainnya 4,9 3,28 4,81 9,71-8,28 4,13 8,37 24,6 IBS Sulawesi Tengah IBS Nasional -1,12-3,57-2,72-3, ,26-4,22-10,13-1,69 1,61 2,87 3,09 5,68 4,85 5,6 6,02 **) Angka sangat sementara Penurunan kinerja sektor industri pengolahan terutama disumbang oleh perlambatan kinerja subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya pada triwulan IV yang tercatat sebesar 3,01% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan Tw IV sebesar 6,02% (yoy). Kinerja ini sejalan dengan pertumbuhan Industri Besar dan Sedang (IBS) Sulawesi Tengah khususnya pada industri kayu, barang-barang dari kayu dan barang-barang anyaman yang mengalami kontraksi secara tahunan sebesar -19,08% (yoy). Dari hasil liaison ke perusahaan eksportir kayu diperoleh informasi bahwa industri pengolahan kayu di Sulawesi Tengah mengalami sejumlah kendala, diantaranya tingginya biaya operasional serta menurunnya jumlah pasokan bahan baku di dalam provinsi yang sebagian besar di transaksikan untuk pemenuhan perusahaan-perusahan yang ada di Jawa. Kuatnya permodalan dan adanya kantor cabang sebagai kepanjangan tangan di Sulawesi Tengah menjadi keunggulan kompetitif perusahaan-perusahaan tersebut. Meter Kubik growth (%) Kilo liter Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : DSM BI Volume Ekspor (ton) pert.(qtq) pert. (yoy) Grafik Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture Minyak Solar (kl) Minyak Tanah (kl) Premium (kl) g. total industri (qtq) g. total industri (yoy) Sumber : Pertamina Region VII, Wilayah Sulawesi Tengah Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri Di Wilayah Sulawesi Tengah 23

36 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Konsumsi BBM untuk sektor industri selama triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 10,09% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,03% (yoy). Secara keseluruhan konsumsi BBM Industri mencapai kiloliter. BBM jenis solar yang tercatat paling banyak digunakan oleh kalangan industri dengan pangsa sebesar 98,64%. Perlambatan pertumbuhan konsumsi BBM Industri yang umumnya digunakan untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik mengkonfirmasi terjadinya perlambatan pada sektor industri Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan IV-2011 tumbuh sebesar 3,11% (yoy) atau 3,53% (qtq). Konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan tumbuh sebesar 12,67% (yoy), atau tumbuh sebesar 0,91% (qtq). Masih terjaganya tingkat konsumsi masyarakat serta cukup tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan menjadi faktor utama pertumbuhan sektor listrik,gas dan air bersih. Ke depan, kondisi kelistrikan Prov. Sulawesi Tengah diperkirakan semakin membaik seiring dengan rencana PT PLN yang akan segera membangun jaringan transmisi 150 kv dari PLTA Sulewana Poso ke wilayah Kabupaten Sigi dan Kota Palu dan adanya berbagai proyek MP3EI seperti Pembangkit PLTA Danau Lindu Kapasitas 60 MW (1 unit ), Pembangkit PLTA Sungai Gumbasa (1 unit), Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) di beberapa daerah, dan Pembangunan Jaringan Transmisi dan Gardu Induk yang proyek pembangunannya akan dimulai pada tahun KwH growth (%) Meter Kubik growth (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 3 25% 2 15% 1 5% -5% Tw I Tw Tw II III Tw IV Tw I Tw II Tw Tw III IV Tw Tw I II Tw Tw III IV Tw Tw I II Tw Tw III IV 2 15% 1 5% -5% -1-15% Pemakaian Listrik YoY QtQ Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy) Sumber : PT PLN Cabang Palu Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Sumber PDAM Donggala Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala 24

37 Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Bangunan Pada triwulan IV-2011 sektor bangunan tumbuh melambat sebesar 13,88% (yoy), atau 6,37% (qtq). Walaupun pada akhir tahun 2011 APBD dan APBN di Provinsi Volume (ton Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Sulawesi Tengah mengalami puncak realisasi akan tetapi dalam pencatatan PDRB, nilai tambah dari multiplier effect yang ditimbulkan baru bisa dirasakan pada triwulan I Hal ini terkonfirmasi dengan siklus data historis pertumbuhan sektor bangunan yang mengalami pertumbuhan yang rendah di akhir tahun namun meningkat pada triwulan berikutnya (awal tahun). Pada akhir tahun 2011, realisasi belanja APBD mencapai 92%, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 91%. Tingginya geliat pembangunan perhotelan, ruko, perumahan, proyek pembangunan terminal dan perluasan landasan bandara Mutiara serta pembangunan konstruksi beberapa proyek besar seperti Donggi Senoro dan PLTA Sulewana menjadi faktor utama 40,00 30,00 20,00 10,00 (10,00) (20,00) (30,00) pendorong kinerja bangunan pada triwulan laporan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan IV-2011 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 7,1 (yoy) atau 5,9 (qtq). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 7,28%(yoy), disusul subsektor restoran dan subsektor hotel masing-masing sebesar 4,79% dan 2,34%. Adanya momen Natal, Tahun Baru dan liburan anak sekolah menjadi faktor utama meningkatnya kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran. Di sisi lain, semakin tingginya geliat ekonomi di wilayah Sulawesi Tengah khususnya pada sektor pertambangan serta semakin banyaknya pendatang dari luar Provinsi Sulawesi Tengah memicu semakin tingginya kebutuhan hotel dan restoran yang memberikan dampak positif pada kinerja sektor ini. 25

38 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Persen Orang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV TPK 2009 (%) TPK 2010 (%) TPK 2011 (%) D perubahan % (2011 ke 2010) Total Tamu g. (qtq) g.(yoy) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang Rerata TPK hotel berbintang selama triwulan IV-2011 mencapai 63,66%, lebih tinggi dibandingkan rerata triwulan III-2011 yang mencapai 53,62%, namun masih lebih rendah dibandingkan rerata triwulan IV-2010 sebesar 70,12%. Pada saat yang bersamaan jumlah tamu hotel sepanjang triwulan IV-2011 mencapai orang yang didominasi oleh tamu domestik dengan tingkat pertumbuhan sebesar 27,28% (qtq) atau -21,55% (yoy) Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2011 tumbuh 9,25% (yoy), atau 4,63% (qtq). Subsektor pengangkutan tercatat memiliki pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu 9,34% (yoy), sedangkan subsektor komunikasi tumbuh sebesar 8,21% (yoy). Adanya musim libur anak sekolah serta Hari Raya Natal dan Tahun Baru pada triwulan IV-2011 diperkirakan membawa implikasi positif pada penambahan jumlah kedatangan penumpang baik angkutan udara maupun angkutan laut. Dari data yang diperoleh dari pengelola Bandara Mutiara Palu, jumlah arus penumpang pesawat udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan IV-2011 tercatat berjumlah penumpang. Jumlah tersebut meningkat sebesar 11,5 (yoy) atau 6,71% (qtq). Sementara jumlah penumpang kapal laut pada triwulan IV-2011 mencapai orang, atau meningkat sebesar 7,2 (yoy). 26

39 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Orang Orang Tw I 09 Tw II 09 Tw III Tw IV Tw I Penumpang Datang Penumpang Total (qtq) Tw II 10 Tw III Tw IV Tw I '11 Tw II '11 Penumpang Berangkat Series4 Tw III Tw IV '11 ' Tw I Tw II Tw III Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw IV I II III IV I II III IV Tw Tw I II Turun Berangkat Tw Tw III IV g. tot. penumpang (yoy) g.tot. penumpang (qtq) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik1.38. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.39 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan Sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2011 tumbuh 8,3 (yoy) atau sebesar 3,09% (qtq). Subsektor bank tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 13,16% (yoy). Hal ini disebabkan oleh semakin ekspansifnya perbankan dalam menghimpun dana dan menyalurkan kredit di Sulawesi Tengah. Penambahan beberapa bank baru serta bertambahnya jaringan kantor cabang pada triwulan IV-2011 seperti pembukaan BRI Unit Ogoamas, BRI Unit Batui, BRI unit Masama, Bank Syariah Mandiri KCP Tadulako dan Bank Syariah Mandiri KCP Ampana juga ikut mengangkat kinerja subsektor bank pada triwulan laporan. Rp juta Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : DSM BI DPK BU Kredit BU Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Bank Umum Di Sulawesi Tengah 27

40 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan IV-2011 kinerja sektor jasa tumbuh sebesar 6,26% (yoy), atau 2,92% (qtq). Pertumbuhan pada sektor ini dominan ditopang oleh kinerja subsektor pemerintahan umum yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 6,26% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor swasta sebesar 6,25% (yoy). Tingginya realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan sektor ini. --- o0o

41 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi kota Palu meningkat, seiring dengan menguatnya tekanan pada kelompok volatile foods dan kelompok perumahan pada kuartal terakhir inflasi kota Palu pada 2011 lebih rendah dari tahun sebelumnya, meskipun masih berada di atas inflasi nasional dan kota-kota lain di Sulawesi. 2.1 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Bulanan (mtm) Secara bulanan, perkembangan laju Deflasi/Inflasi selama periode laporan yakni pada bulan Oktober, November, dan Desember 2011 secara berturut-turut adalah sebesar -0.23%, 0,42% dan 1,52%. Dari sisi penawaran (supply) Inflasi pada bulan Desember terutama didorong oleh adanya gejolak harga pada kelompok volatile foods yakni beras dan ikan segar. Gejolak beras lebih disebabkan oleh berkurangnya pasokan sebagai akibat belum dimulainya masa panen, sedangkan gejolak harga ikan segar lebih disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di wilayah sekitar Kota Palu. Sementara dari sisi permintaan (demand), inflasi pada bulan Desember 2011 didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru. Kelompok bahan makanan menjadi kelompok barang yang paling berpengaruh terhadap terjadinya deflasi pada bulan Oktober dan inflasi pada bulan Desember, sedangkan inflasi pada bulan November lebih banyak bersumber dari inflasi pada kelompok barang perumahan. Pada bulan Oktober 2011, kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -2,17% (mtm) dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar -0,55%. Jenis komoditas yang memberikan andil cukup besar terhadap terjadinya deflasi adalah seluruh jenis ikan segar (kecuali ikan mas dan udang basah yang harganya tetap) dan daging ayam maupun daging sapi. Meningkatnya pasokan ikan segar yang terjadi sejak bulan September berlanjut pada bulan Oktober menjadi penyebab utama terjadinya penurunan harga komoditas tersebut di pasaran. Penambahan pasokan ikan tersebut berkaitan dengan kembali normalnya aktivitas nelayan di sekitar Donggala dan Sigi setelah mudik dari kampung halamannya di wilayah Sulawesi Selatan pada saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri (Agustus 2011). Berdasarkan data, deflasi pada seluruh komoditas ikan segar pada bulan Oktober memberikan andil yang lebih besar dibandingkan inflasi yang terjadi pada 29

42 Bab 2. Perkembangan Inflasi komoditas beras. Hal ini menunjukan bahwa komoditas ikan segar merupakan komoditas strategis dan harus mendapat perhatian dalam upaya pengendalian inflasi di Kota Palu. (lihat boks 2.) Sementara itu inflasi yang terjadi pada bulan November 2011 lebih banyak didorong oleh adanya kenaikan tarif sewa rumah dan kontrak rumah. Meningkatnya tarif sewa rumah dan kontrak rumah pada bulan laporan selain karena adanya penyesuaian tarif sewa dan kontrak menjelang akhir tahun, juga disebabkan oleh meningkatnya permintaan sewa dan kontrak rumah seiring meningkatnya jumlah pendatang di Kota Palu. Aktivitas tambang rakyat Poboya serta membaiknya iklim investasi menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah arus pendatang di Kota Palu dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Selain tarif sewa dan kontrak rumah, permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis bahan bangunan (besi beton, paku, dan juga kayu lapis) di Palu dalam lima bulan terakhir menunjukkan adanya tren peningkatan terutama untuk pembangunan rumah tinggal, proyek-proyek pemerintah, pembangunan ruko, rumah kost dan hotel. Pada bulan Nopember, kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,13% dan memberikan andil sebesar 0,03% terhadap pembentukan inflasi periode November Berkebalikan dengan bulan sebelumnya, harga ikan segar (kecuali teri) pada periode ini tercatat sudah mengalami kenaikan sehingga turut memberi tekanan inflasi meskipun relatif kecil. Tekanan inflasi kelompok bahan makanan yang terjadi pada bulan November berlanjut pada bulan Desember Pada periode tersebut kelompok bahan makanan kembali menjadi penyumbang terbesar terjadinya inflasi Kota Palu dengan memberikan kontribusi/andil sebesar 1,38%. Angka inflasi kelompok bahan makanan pada bulan Desember tercatat 5,54%, jauh di atas rata-rata inflasi bulanan kelompok bahan makanan pada periode Januari November 2011 sebesar 0,75%. Komoditas beras tercatat memberikan andil terbesar terhadap pembentukan inflasi pada bulan Desember yakni sebesar 0,34%. Komoditas lain yang memberikan sumbangan cukup besar adalah ikan bandeng, selar, cakalang dan layang (lajang). Secara gabungan komoditas ikan segar memberikan andil sebesar 0,78% (terbesar) terhadap pembentukan inflasi pada Desember Kondisi ini menegaskan bahwa komoditas ikan segar harus mendapat perhatian serius dalam pengendalian inflasi di Kota Palu. Kenaikan harga beras pada bulan Desember disebabkan oleh adanya kenaikan harga di tingkat produsen sebagai akibat dari sentra penghasil beras di sekitar Kota Palu belum memasuki masa panen. Sementara itu melonjaknya harga komoditas ikan segar, 30

43 Bab 2. Perkembangan Inflasi lebih disebabkan oleh adanya shock pasokan terkait dengan curah hujan yang meningkat pada akhir tahun dan permintaan ikan segar yang meningkat menjelang Natal dan tahun baru. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) KELOMPOK KOMODITAS Jan Feb Mar Tw1 Apr May Jun Tw2 Jul Aug Sep Tw3 Oct Nov Dec Tw 4 Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transporstasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Sulawesi Tengah % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Sulawesi Tengah,Sulampua dan Nasional Inflasi Triwulanan (qtq) Tekanan terhadap harga-harga di kota Palu pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, Palu mengalami inflasi sebesar 1,72% (qtq) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,91% (qtq). Kelompok Bahan Makanan tercatat mengalami inflasi tertinggi dibanding kelompok barang lainnya yakni sebesar 3,38% (qtq), diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 2.22% (qtq) dan kelompok kesehatan sebesar 1.83% (qtq). Tekanan 31

44 Bab 2. Perkembangan Inflasi inflasi yang terjadi di Kota Palu pada kuartal IV-2011 tercatat lebih kuat jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang justru tercatat mengalami pelemahan dari 1.89% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi hanya sebesar 0.79% (qtq). Berdasarkan data BPS, selain Kota Palu, inflasi di beberapa kota lain di wilayah Sulampua (Manado, Manokwari, Mamuju, Jayapura, Ternate, dan Gorontalo) juga mengalami tekanan yang lebih kuat dari inflasi nasional pada triwulan IV Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan di Kota Palu Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) KELOMPOK KOMODITAS Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transporstasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Sulawesi Tengah % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) Sulawesi Tengah dan Nasional Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan (yoy) laju kenaikan harga barang secara umum di Sulawesi Tengah pada triwulan IV mengalami penguatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan inflasi tercatat 4.47% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 3.09% (yoy), meskipun masih lebih rendah dari posisi akhir tahun 32

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi sebelumnya yang sebesar 6.4. Meningkatnya tekanan inflasi pada akhir tahun 2011 terjadi seiring dengan terjadinya inflasi pada seluruh kelompok barang. Kelompok barang makanan jadi tercatat mengalami inflasi tertinggi dibandingkan kelompok barang lainnya yakni sebesar 9,29% diikuti kelompok perumahan, air, listrik, bahan bakar dan gas sebesar 6,38%. Sementara itu kelompok bahan makanan yang pada triwulan sebelumnya tercatat mengalami deflasi, pada akhir tahun 2011 tercatat mengalami inflasi paling rendah dibandingkan kelompok barang lainnya yakni sebesar 0,72%. Kondisi tersebut tentu cukup menggembirakan karena kelompok bahan makanan memiliki bobot tertinggi dalam penghitungan inflasi Kota Palu. Kekhawatiran akan meningkatnya tekanan inflasi dari kelompok bahan makanan yang muncul pada awal tahun 2011 secara berangsurangsur berkurang pada periode berikutnya. Melemahnya tekanan inflasi kelompok bahan makanan terjadi seiring dengan tercukupinya pasokan barang dan relatif lancarnya arus distribusi barang. Secara umum selama tahun 2011 pergerakan inflasi Kota Palu masih di atas inflasi nasional maupun inflasi di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua). Inflasi Kota Palu yang pada triwulan I-2011 berada jauh di atas inflasi nasional secara berangsur mulai melemah pada triwulan berikutnya, bahkan pada akhir triwulan III inflasi Kota Palu tercatat lebih rendah dari inflasi nasional maupun inflasi wilayah Sulampua. Namun demikian inflasi Kota Palu pada akhir tahun 2011 tercatat lebih tinggi dari inflasi di wilayah Sulampua yang tercatat 2.92% (yoy), maupun pencapaian inflasi nasional sebesar 3.79% (yoy). % % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy) Sulawesi Tengah, Sulampua dan Nasional Sumber : BPS Grafik 2.4. Inflasi Tahunan (yoy) Kota-kota Lain di Wilayah Sulawesi Maluku dan Papua 33

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Secara umum pencapaian inflasi tahun 2011 yang lebih rendah dari tahun sebelumnya juga dialami oleh kota-kota lain diwilayah Sulampua. Beberapa kota yang mengalami penurunan inflasi cukup tajam dari tahun sebelumnya adalah Manado, Sorong, Ambon, dan Parepare. Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Sulawesi Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) KELOMPOK KOMODITAS Sumber : BPS Sulawesi Tengah Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transporstasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Berdasarkan Kontribusi Kelompok Barang dan Jasa Pada triwulan IV-2011 seluruh kelompok komoditas tercatat mengalami tekanan inflasi yang lebih kuat dibanding triwulan sebelumnya. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau tercatat mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 9,29% (yoy), diikuti oleh kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 6,38% (yoy), dan kelompok Sandang sebesar 5,9 (yoy). Tabel 2.4. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Desember 2011 KELOMPOK KOMODITAS mtm qtq ytd yoy Umum Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transporstasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Sulawesi Tengah 34

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Pada periode laporan kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0.72% (yoy), lebih rendah dari angka rata-rata dalam tiga tahun yakni 8.95% maupun inflasi kelompok komoditas tersebut di tingkat nasional 3,94%. Kondisi yang sama terjadi untuk kelompok pendidikan yang tercatat mengalami inflasi lebih rendah dari tingkat nasional maupun angka rata-ratanya dalam tiga tahun terakhir, meski pada pertengahan tahun 2011 memberikan kontribusi cukup besar terhadap inflasi bulan Juli Sementara itu meski masih di atas angka nasional, laju inflasi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau tercatat lebih rendah dibandingkan rata-ratanya dalam tiga tahun terakhir. Di sisi lain, meningkatnya permintaan atas perumahan dan kenaikan tarif sewa/kontrak rumah, menyebabkan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 6,38%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi Palu dan inflasi nasional tahun 2011 yang masing-masing tercatat sebesar 5,11% dan 3,47%. Relatif tingginya inflasi pada kelompok perumahan mengindikasikan bahwa permintaan properti termasuk permintaan bahan bangunan di wilayah Kota Palu melebihi jumlah yang mampu disediakan oleh pasar. Kondisi serupa juga berlaku untuk inflasi Kota Palu pada kelompok transportasi yang tercatat sebesar 2.62%, lebih tinggi dari rata-rata pada tiga tahun terakhir di Kota Palu yakni 0.32%, maupun inflasi nasional 2011 sebesar 1,92%. Sementara itu inflasi Kota Palu pada kelompok Sandang tercatat sebesar 5,9, masih berada di atas rata-rata tiga tahun terakhir, meskipun masih berada di bawah inflasi nasional. Kelompok komoditas lain yang serupa adalah kelompok komoditas kesehatan. Namun demikian secara keseluruhan, laju inflasi Kota Palu masih lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional yakni 3,79%. % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Radar 2.5 Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas 35

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Fundamental a. Interaksi Permintaan dan Penawaran Dinamika perubahan harga pada dasarnya merupakan hal yang lazim dalam perekonomian mengingat harga merupakan resultan dari interaksi antara permintaan dan penawaran. Adanya gangguan (shock) pada sisi supply pada saat jumlah permintaan meningkat atau tetap, berdampak pada meningkatnya harga. Hal inilah yang terjadi selama triwulan laporan terutama pada kelompok bahan makanan dimana sisi penawaran berkurang akibat curah hujan yang meningkat pada akhir tahun, sementara permintaan masyarakat justru meningkat menjelang akhir tahun. Hampir seluruh komoditas pada kelompok bahan makanan termasuk dalam komoditas yang rentan terhadap perubahan cuaca (volatile foods). Kondisi inilah yang menyebabkan komoditas tersebut mengalami inflasi sebesar 5.62% (mtm) atau 0.58% (yoy). Sementara Inflasi inti tercatat stabil pada sebesar 0,14% (mtm) atau 6,2 (yoy), sedangkan komoditas administered prices mengalami inflasi sebesar 0,28% dan 5.02% %,yoy Inflasi IHK (yoy) Adm Price Core Volatile Foods %,yoy Adm Price Volatile Food Core (2) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.7. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Berdasarkan hasil Survei Konsumen KBI Palu, ekspektasi harga konsumen 3 bulan berikutnya cenderung meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi konsumen tersebut akan berpengaruh terhadap permintaan konsumen. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perspektif konsumen yang masih menggunakan data historis (backward looking) dalam memperkirakan kenaikan harga pada masa yang akan datang. Hal tersebut yang juga menandai meningkatnya permintaan pada saat akhir tahun khususnya terkait perayaan Natal dan menjelang tahun baru. Sejalan dengan ekspektasi konsumen, angka indeks keyakinan konsumen masyarakat 36

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi kota Palu pada bulan Desember 2011 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Meningkatnya indeks keyakinan konsumen dapat diartikan bahwa daya beli konsumen relatif lebih baik dari sebelumnya. % % MarAprMeiJunJulAgsSepOktNovDesJanFebMarAprMeiJunJulAgust SepOktNopDesJanFebMarAprMayJunJulAgstSepOktNopDesJanFebMarApr Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad Inflasi Aktual (m-t-m) Sumber : Survei Konsumen KBI Palu Grafik 2.8. Ekspektasi Inflasi Konsumen Sumber : Survei Konsumen KBI Palu Grafik 2.9. Indeks Keyakinan Konsumen b. Eksternal Sementara itu tekanan inflasi yang bersumber dari faktor eksternal pada akhir tahun cenderung menguat seiring dengan meningkatnya harga komoditas strategis seperti emas dan minyak mentah. Di sisi lain, meski nilai kurs Rupiah terhadap USD pada triwulan laporan mengalami tekanan lebih kuat dari triwulan sebelumnya sehingga berada pada kisaran Rp8.800-Rp9.200/USD, dampak terhadap terhadap inflasi relatif kecil. Hal tersebut dikarenakan penguatan mata uang US dollar terjadi terhadap hampir seluruh mata uang negara lain. Belum adanya solusi penyelesaian atas krisis utang negara-negara Eropa menyebabkan para investor memilih untuk mengalihkan portofolionya pada mata uang dollar sehingga meningkatkan permintaan dollar. USD/barrel USD/troy Sumber : Financial Forecast Center Grafik 2.10 Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia Sumber : Financial Forecast Center Grafik 2.11 Proyeksi Harga Emas 37

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Rp/US Dollar Sumber : BI Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Non Fundamental Dari sisi non-fundamental, tekanan inflasi pada triwulan berjalan terjadi akibat adanya supply shock pada kelompok volatile foods, sebagai dampak berkurangnya suplai di pasaran akibat cuaca buruk yang menghambat aktivitas nelayan. Sementara kenaikan harga beras disebabkan oleh adanya kenaikan di tingkat produsen dan belum adanya tambahan pasokan beras dari sentra penghasil beras, yang saat ini belum ada yang memasuki masa panen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sesuai dengan kewenangannya, BI selaku otoritas moneter berupaya untuk melakukan pengendalian inflasi pada sisi permintaan. Namun dalam kenyataanya pengendalian inflasi harus dilakukan dari dua sisi yakni permintaan dan penawaran. Oleh karena itu peran pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya sangat penting dalam hal pengendalian sumber tekanan inflasi dari sisi penawaran, khususnya yang berkaitan dengan ketersediaan komoditas barang/jasa, dan kelancaran distribusi. Pada akhir Desember 2011, TPID provinsi Sulawesi Tengah telah melakukan rapat dengan menghasilkan beberapa rekomendasi, diantaranya : a. Meminta BULOG Divre Sulteng untuk mengoptimalkan penyerapan beras petani untuk mengurangi tekanan harga dari sisi suplai. 38

51 Bab 2. Perkembangan Inflasi b. Untuk menjaga kecukupan stok komoditas perikanan, perlu dilakukan pengaturan masa panen budidaya ikan tawar sehingga tidak terjadi pasokan berlebih pada waktu tertentu sementara di waktu lain kekurangan pasokan. c. Melakukan optimalisasi lumbung pangan yang ada, khususnya dengan menjaga ketersediaan stok beras di lumbung pangan tersebut, sehingga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau dalam kondisi force majeur dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. d. Mengumumkan secara luas kepada masyarakat akan kecukupan stok bahan makanan khususnya menghadapi akhir tahun. e. Menjaga keakuratan dan kekinian data serta mengupayakan perluasan penggunaan pupuk organik dalam mengolah lahan pertanian. f. Meningkatkan budidaya ternak sapi untuk menjaga pasokan daging di pasaran. g. Melakukan kerjasama dengan REI, BPN dan Perbankan dalam memenuhi kebutuhan perumahan. h. Menyusun rencana aksi kerjasama antar dinas dalam rangka sosialisasi instrumen resi gudang. - o - 39

52 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Tengah cukup menggembirakan, namun peran BPR terhadap Aset perbankan masih relatif kecil. Terdapat pergeseran komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mengindikasikan masyarakat lebih suka menyimpan dananya dalam bentuk tabungan dari pada deposito atau giro. Raso NPL turun, mencerminkan kualitas kredit perbankan di Sulteng membaik Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR) 1 Volume usaha perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meningkat sebesar Rp411 miliar atau 3,04% yaitu dari sebesar Rp miliar menjadi sebesar Rp miliar atau 15,56% dibandingkan dengan triwulan IV Peran BPR terhadap total aset perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan ini meningkat menjadi 3,62% dibanding dengan triwulan sebelumnya 3,11%. NO Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) GROWTH RINCIAN Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 yoy qtq 1 Total Aset 9,915 10,498 12,767 12,052 12,428 13,094 13,516 13, % 3.04% Total Aset - Bank Umum 9,678 10,237 12,478 11,743 12,089 12,761 13,096 13, % 2.5 Total Aset - BPR % 19.81% 2 Dana Pihak Ketiga (DPK) 6,505 6,996 7,134 7,590 7,645 8,175 8,298 9, % 10.18% DPK - Bank Umum 6,414 6,891 7,018 7,460 7,464 8,003 8,054 8, % 10.06% DPK - BPR % 14.03% 3 Kredit yang diberikan 7,733 8,414 8,876 9,395 9,904 10,603 11,060 11, % 4.49% Kredit - Bank Umum 7,548 8,223 8,666 9,174 9,627 10,331 10,735 11, % 4.13% Kredit - BPR % 16.28% 4 Loan to Deposit Ratio (LDR) % % % % % % LDR - Bank Umum % % % % % % % LDR - BPR % % % % % % % % 5 Non Performing Loan (NPL) - Gross 3.47% 2.83% 3.26% 3.26% 3.01% 3.33% 3.19% 2.71% NPL - Bank Umum % 3.27% % 3.36% 3.24% 2.77% NPL - BPR 2.15% 2.83% 2.53% 1.76% 1.41% 2.12% 1.69% 1.09% Sumber : LBU, LBBPR 1 Mulai triwulan II-2011 penyajian angka berdasarkan LBU yang diolah menggunakan software Cognos yang telah memperhitungkan nilai wajar dalam mengukur aset dan kewajiban keuangan sesuai PSAK 50/55 (sebelumnya menggunakan software LBI for Windows). 40

53 Rp Miliar Rp miliar Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp miliar Rp miliar 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des ,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 % Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) Konsumsi Investasi Modal Kerja y-o-y KMK y-o-y K.Inv y-o-y K.Kons Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Peningkatan volume usaha di sisi pasiva terutama berasal dari meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 20,44%, sementara di sisi aktiva terutama berasal dari pertumbuhan kredit yang diberikan sebesar 23,01%. Rasio Loan to Deposits (LDR) yang merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 126,42%, meningkat dibandingkan dengan LDR perbankan pada triwulan IV sebesar 123,77%. Sementara itu, kualitas kredit perbankan Sulteng pada triwulan laporan membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tampak dari penurunan rasio NPL-gross dari sebesar 3,19% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,71%, sedangkan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya NPL-gross tercatat sebesar 3, Intermediasi Bank Umum Bank sebagai lembaga perantara, telah menjalankan fungsi intermediasi dengan sangat baik. Pada triwulan IV-2011 ini, LDR bank umum di Sulawesi Tengah tercatat sebesar 126,1, menurun dibandingkan dengan LDR pada triwulan III-2011 yaitu sebesar 133,28%. Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010, LDR bank umum mengalami peningkatan, pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 122,96%. Rasio LDR di atas 10 tersebut mencerminkan bahwa tingkat ekspansi dalam bentuk pemberian kredit,lebih besar bila dibandingkan dengan dana yang diterima. 41

54 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah GROWTH Keterangan Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des yoy qtq Total Aset (miliar Rp) 9, , , , , , , , % 2.5 Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 6, , , , , , , , % 10.06% Giro (miliar Rp) 1, , , , , , , , % -7.03% Deposito (miliar Rp) 1, , , , , , , , % % Tabungan (miliar Rp) 3, , , , , , , , % 24.57% Kredit (Jenis Penggunaan - miliar Rp) 7, , , , , , , , % 4.13% Modal Kerja (miliar Rp) 2, , , , , , , , % 4.73% Investasi (miliar Rp) % 7.79% Konsumsi (miliar Rp) 3, , , , , , , , % 2.99% LDR (%) % -5.38% NPL (miliar Rp) % % NPL Gross % 3.27% % 3.36% 3.24% 2.77% % % Sumber : LBU, LBBPR Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum per posisi Desember 2011 sebesar Rp8.865 miliar, meningkat sebesar Rp810 miliar atau tumbuh 10,06%, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi DPK terjadi pada tabungan yang tumbuh 24,57% sedangkan deposito dan giro masingmasing turun 10,18% dan 7,03% (qtq). Dalam hal ini tampak pergeseran komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mengindikasikan masyarakat lebih suka menyimpan dananya dalam bentuk tabungan dari pada deposito atau giro. Sementara itu, bila dibandingkan dengan triwulan IV-2010, jumlah DPK tumbuh sebesar 18,82% dengan pertumbuhan masing-masing giro 26,04%, tabungan 19,24% dan deposito 11,79%. Dilihat dari perannya, tabungan memiliki pangsa 63,84%, deposito 19,08% dan giro 17,07% dari total DPK. 42

55 Poso Banggai Toli-Toli Banggai Kep. Morowali Buol Parigi Moutong Palu,Donggala,Sigi, Touna Sulteng Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp juta 5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 0 Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) Tabungan Deposito Giro Sumber : LBU Grafik 3.3. Perkembangan DPK BU (Giro, Deposito & Tabungan) Sumber : LBU Grafik 3.4. Pangsa DPK BU Menurut Jenis Simpanan Ditinjau dari sisi hubungan keterkaitan dana, jumlah DPK di Sulawesi Tengah didominasi oleh milik pihak tidak terkait dengan total Rp8.865 miliar atau 97,97%, sedangkan milik pihak terkait sebesar Rp180 miliar atau 2,03% dari total DPK. Meskipun jumlah DPK milik pihak terkait kecil namun bank harus senantiasa melakukan pemantauan dan antisipasi secara selektif terhadap nasabah/deposan inti karena apabila terjadi penarikan tabungan maupun deposito yang jumlahnya cukup besar dapat mempengaruhi likuiditas bank. Dari total DPK milik pihak terkait, penyebarannya adalah giro milik pihak terkait sebesar Rp70 miliar dengan porsi 39,03%, deposito sebesar Rp29 miliar atau 16,12% dan tabungan sebesar Rp81 miliar atau 44,85% % 34% 41% 49% 33% % 1 4% 18% Sumber : LBU (Cognos) Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Terhadap Jumlah Penduduk 43

56 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Jumlah rekening simpanan di Sulawesi Tengah sebanyak rekening, sementara jumlah penduduk pada 2010 sebesar 2,635 juta orang sehingga rasio rekening simpanan terhadap jumlah penduduk 33,33%. Artinya baru sepertiga dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang sudah memanfaatkan keberadaan bank. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya jumlah rekening simpanan sedikit mengalami peningkatan mengingat pada triwulan III-2011 rasionya sebesar 32,17%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih rendahnya aksesibilitas penduduk Provinsi Sulawesi Tengah terhadap perbankan. Daerah di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki rasio terkecil yaitu Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Buol Penyaluran kredit Bank Umum Jumlah kredit yang disalurkan bank umum di Sulteng pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp miliar, meningkat sebesar Rp444 miliar atau 4,13% (qtq) jika dibandingkan dengan jumlah kredit pada triwulan III Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada 2010, jumlah kredit mengalami peningkatan sebesar Rp2.005 miliar atau 21,85% (yoy). Dengan bertambahnya jumlah jaringan kantor bank umum dalam triwulan berjalan, yaitu pembukaan BRI Unit Ogoamas, BRI Unit Batui, BRI unit Masama, Bank Syariah Mandiri KCP Tadulako dan Bank Syariah Mandiri KCP Ampana, berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit di Sulawesi Tengah. Selain itu, konsumsi masyarakat menjelang hari raya keagamaan dan tahun baru juga mendorong peningkatan kredit pada triwulan berjalan. Dari sisi jenis penggunaan, jika dibandingkan dengan triwulan III-2011, pertumbuhan kredit terbesar yaitu kredit investasi yang tumbuh sebesar 7,79%, diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,73% dan 2,99%. Namun demikian yang memiliki pangsa kredit terbesar yaitu kredit konsumsi dan kredit modal kerja, masing-masing 47,78% dan 43,95%. Sementara itu, kredit investasi pangsanya hanya sebesar 8,27%. Secara sektoral, jumlah kredit yang diberikan bank umum masih didominasi oleh sektor penerima kredit bukan lapangan usaha yaitu sebesar Rp5.341 miliar atau sebesar 47,78% dari total kredit yang diberikan bank umum, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp3.318 miliar atau 29,68%. 44

57 Poso Banggai Toli-Toli Banggai Kep. Morowali Buol Parigi Moutong Palu,Donggala,Sigi, Touna Sulteng Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp juta 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert Kredit MKM (yoy) Modal Kerja (yoy) Investasi (yoy) K.Konsumsi K.Investasi K.Modal Kerja Sumber : LBU Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber : LBU Grafik 3.7.Proporsi Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Jumlah kredit pada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan masih relatif kecil sebesar Rp301 miliar dengan porsi 2,69% dan jumlah kredit pada sektor perikanan hanya sebesar Rp60 miliar dengan porsi 0,54%. Kecilnya kredit pada sektor yang memiliki porsi terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah ini perlu menjadi perhatian kita bersama untuk peningkatannya secara bertahap. Demikian pula halnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor pertanian yang masih belum optimal (lihat boks 3.) Kerjasama dan koordinasi antara perbankan dengan SKPD terkait perlu lebih ditingkatkan dalam upaya memfasilitasi dan mempertemukan perbankan dengan pelaku usaha di sektor pertanian. 18% 16% 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% 15% 8% 1 1% 2% 1% 4% 1 8% Sumber : LBU (Cognos) Grafik 3.8. Rasio Rekening Kredit Terhadap Jumlah Penduduk 45

58 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.3. Perkembangan Kredit BU per Sektor Keterangan Pert. Des-2011 Share Des- Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 yoy qtq 2011 Kredit-Sektor Ekonomi (miliar Rp) 7,548 8,223 8,666 9,174 9,627 10,331 10,735 11, % 4.13% Pertanian, Perburuan dan Kehutanan % 94.92% 2.69% Perikanan % 8.37% 0.54% Pertambangan dan Penggalian % 20.88% 0.46% Industri Pengolahan % 1.82% Listrik, Gas dan Air % 15.07% 0.03% Konstruksi % 3.37% 2.38% Perdagangan Besar dan Eceran 2,151 2,383 2,623 2,685 2,630 2,874 3,032 3, % 9.42% 29.68% Penyediaan Akomodasi dan Penyed. Makan Minum % 16.91% 0.95% Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi % 14.21% 1.0 Perantara Keuangan % -1.73% 0.59% Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan % 0.41% 2.0 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos % 5.19% 0.0 Jasa Pendidikan % 54.93% 0.06% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial % 0.11% Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan % 6.13% 1.09% Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga % -4.33% 0.14% Badan Internasional dan Badan Ekstra Int. Lainnya % 0.43% Kegiatan yang belum jelas batasannya ,027 1,064 1, % % 8.27% Penerima Kredit bukan Lapangan Usaha 3,989 4,033 4,218 4,442 4,823 5,112 5,186 5, % 2.99% 47.78% Lainnya Sumber : LBU (Cognos) Jumlah rekening kredit di Sulawesi Tengah sebanyak rekening, meningkat sebanyak rekening dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan jumlah penduduk pada 2010 sebesar 2,635 juta orang sehingga rasio rekening kredit yang diberikan terhadap jumlah penduduk Sulteng sebesar 7,68%, yang berarti bahwa baru 1 dari 13 orang dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah telah berhubungan dengan bank, atau telah meminjam kredit di bank. Hal tersebut mencerminkan bahwa jumlah penduduk Sulawesi Tengah yang telah memiliki aksesibilitas ke perbankan masih relatif rendah dan perlu ditingkatkan. Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya sinergi yang kuat antara pelaku usaha khususnya UMKM, pemerintah daerah, dan perbankan perlu terus digalakkan dalam upaya meningkatkan akses pelaku usaha ke perbankan. Dari data yang ada, Kabupaten Banggai Kepulauan dan Buol menjadi dua kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki persentasi terkecil. 46

59 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah 3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja BPR pada triwulan IV ini menunjukkan pertumbuhan yang positif. Total aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 19,81%, 14,03% dan 16,28% (qtq). Demikian juga bila dibandingkan dengan triwulan IV-2010 kinerja BPR mengalami peningkatan, aset, DPK dan kredit masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 63,28%, 113,36% dan 71,18% (yoy). Rp juta 600, , , , , ,000 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Sumber : LBPR ASET Pert. Aset (yoy) Grafik 3.9. Perkembangan Aset BPR Volume usaha (aset) BPR pada posisi Desember 2011 adalah sebesar Rp503,90 miliar atau memiliki porsi yang relatif kecil yaitu sebesar 3,62% terhadap total aset perbankan di Sulawesi Tengah. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BPR per posisi Desember 2011 adalah sebesar Rp277,43 miliar, naik sebesar Rp34,14 miliar atau 14,03% (qtq), dibandingkan dengan posisi September 2011 dan meningkat sebesar Rp147,40 miliar atau 113,36% dibandingkan dengan posisi September 2010 (yoy). Komposisi dana pihak ketiga tersebut terdiri dari deposito sebesar Rp208,51 miliar dan tabungan Rp68,91 miliar dengan porsi masing-masing sebesar 75,16% dan 24,84% dari total DPK. 47

60 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp juta Rp juta 250, , , , ,000 50, , , , ,000 50, Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept -5 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Deposito Tabungan Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Sejalan dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga, jumlah kredit yang disalurkan BPR juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan IV-2011 total kredit yang diberikan adalah sebesar Rp378,92 miliar, meningkat sebesar Rp53,06 miliar (16,28%) (qtq) atau meningkat sebesar Rp157,56 miliar (71,18%) (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan III Kualitas kredit BPR pada triwulan ini sedikit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah kredit non lancar atau Non Performing Loans (NPLs)-gross menurun dari 1,69% menjadi 1,09%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang diberikan dialokasikan untuk kredit konsumsi sebesar Rp308,79 miliar (81,49%), kredit modal kerja sebesar Rp59,46 miliar (15,69%) dan kredit investasi sebesar Rp10,67 miliar (2,82%) dari total kredit yang diberikan. Fungsi intermediasi perbankan yang dilakukan oleh BPR di Sulawesi Tengah berjalan dengan baik, tercermin dari besarnya rasio Loan to Deposits (LDR) yang selama ini selalu di atas 10. LDR BPR per triwulan IV-2011 tercatat 136,58% atau meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2011 yaitu 133,94%. 48

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah NO Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Provinsi Sulawesi Tengah KANTOR DATI II JUMLAH PUSAT CABANG 1 Kota Palu Kab. Donggala Kab. Poso Kab. Toli-Toli Kab. Morowali Kab. Buol Kab. Parigi Moutong Kab. Tojo Una-Una Kab. Banggai Kab. Banggai Kepulauan Berdasarkan data tersebut, tampak bahwa jumlah BPR di Sulawesi Tengah ini masih relatif sedikit bahkan terdapat kabupaten yang belum ada BPR-nya, yaitu Kabupaten Donggala, sehingga masih terbuka peluang yang lebar bagi para investor untuk mendirikan BPR. Total Kinerja Bank Umum Syariah Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV-2011 tumbuh cukup baik. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aset perbankan syariah pada triwulan IV ini tumbuh sebesar Rp155,55 miliar atau 23,09% (qtq) sehingga menjadi sebesar Rp829,12 miliar. Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010, aset perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar Rp392,06 miliar atau tumbuh 89,7(yoy). DPK perbankan syariah pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp405,37 miliar atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp333,30 miliar atau tumbuh sebesar 21,62% (qtq), sedangkan pertumbuhan secara tahunan sebesar 42,06%. 49

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp miliar Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des ASET Pert. Aset (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah Peningkatan jumlah DPK pada triwulan laporan terutama dipengaruhi adanya peningkatan pada deposito yang mengalami pertumbuhan sebesar 33,9 (qtq) dan 77,78% (yoy) sehingga menjadi Rp110,16 miliar. Sementara itu, jumlah tabungan, deposito dan giro DPK bank syariah memiliki porsi masing-masing sebesar 65,68%, 27,18% dan 7,15% dari total DPK bank syariah. Rp miliar Rp miliar Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Giro Deposito Tabungan Pert. Giro (yoy) Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan DPK Bank Syariah Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Seiring dengan pertumbuhan DPK, jumlah pembiayaan perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan IV-2011 pembiayaan perbankan syariah tercatat sebesar Rp642,06 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 8,75% (qtq) dengan pertumbuhan secara tahunan 64,8 atau meningkat sebesar Rp252,47 miliar. Peningkatan pembiayaan pada triwulan laporan didorong oleh 50

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah peningkatan jumlah pembiayaan konsumsi sebesar Rp54,08 miliar atau 15,97% sehingga menjadi sebesar Rp392,62 miliar. Jumlah pembiayaan konsumsi dan modal kerja memiliki porsi masing-masing sebesar 61,15% dan 33,47% dari total pembiayaan bank syariah, sedangkan pembiayaan investasi memiliki porsi sebesar 5,38%. Sementara itu, rasio FDR perbankan syariah pada triwulan laporan menurun dari 177,14% menjadi 158,39% (qtq), namun apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 rasio FDR perbankan syariah mengalami peningkatan. FDR perbankan syariah triwulan IV-2011 tercatat sebesar 136,54%. Pertumbuhan DPK dan pembiayaan perbankan syariah terutama karena adanya penambahan jumlah jaringan kantor bank syariah, yaitu pembukaan KCP Bank Syariah Mandiri Tadulako dan KCP Bank Syariah Mandiri - Ampana Kredit UMKM Penyaluran kredit untuk usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) oleh bank umum di Sulawesi Tengah pada triwulan berjalan tumbuh sebesar 5,68% jika dibandingkan dengan triwulan III Namun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010, kredit MKM mengalami pertumbuhan secara tahunan sebesar 29,85% (yoy). Secara keseluruhan nilai penyaluran kredit MKM hingga Desember 2011 berjumlah Rp5.015 miliar. Dari jumlah tersebut, pangsa kredit MKM masih didominasi oleh jenis kredit mikro dengan pangsa 85,9, sementara kredit untuk usaha kecil dan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 13,94% dan 0,16%. Rp juta 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 0 Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep K.Mikro K.Kecil K.Menengah Pert Kredit MKM (yoy) K.Mikro (yoy) K.Kecil (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Kredit Mikro, Kecil, Menengah Bank Umum 51

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Dilihat dari kualitasnya, jumlah kredit usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) oleh bank umum di Sulawesi Tengah pada triwulan berjalan yang tergolong non-lancar sebesar Rp220,11 miliar atau 4,39% dari total kredit MKM. Sementara itu, untuk pemberian fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) semua digolongkan sebagai kredit Mikro. Per akhir Desember 2011, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR tercatat sebesar Rp378,92 miliar dan diantaranya sebesar Rp4,13 miliar atau 1,09% sudah tergolong non-lancar (Non Performing Loans). --- o0o

65 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Peredaran uang baik secara tunai maupun non tunai pada triwulan IV-2011 meningkat. Penggunaan uang kertas denominasi Rp50.000,00 mendominasi peredaran uang kertas baik di sisi inflow maupun outflow Peredaran uang palsu menunjukkan adanya tren peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan. 4.1 Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan kliring di Sulawesi Tengah menunjukkan adanya peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Nominal kliring pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp 1.241,87 miliar, meningkat baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy) masing-masing sebesar 12,65% dan 1,2. Dalam kurun waktu yang sama jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak lembar, meningkat sebesar 5,85% (qtq) atau 9,65% (yoy). Peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi di triwulan akhir 2011, terutama yang berasal dari siklus peningkatan realisasi APBD dan anggaran pusat (APBN) menjelang akhir tahun. Rp miliar Lembar Persen Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,50 2,00 1,50 1,00 0,50-1,71 1,28 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Nominal Kliring Volume Kliring RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) RRH Volume Cek/BG Kosong (%) Sumber : BI Grafik 4.1. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah Sumber : BI Grafik 4.2. Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong Kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan IV-2011 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada 53

66 4.010, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran peningkatan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong baik dari sisi nominal maupun volume kliring. Persentase rata-rata harian nominal cek/bg yang ditolak pada triwulan IV-2011 tercatat 1,28%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,18%. Kondisi serupa juga terjadi pada rata-rata harian volume cek/bg yang ditolak di triwulan laporan yang tercatat sebesar 1,71% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 1,31%. Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan IV-2011 mengalami peningkatan di sisi inflow maupun di sisi outflow bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Rp Miliar 8.000, ,00 Inflow Outflow Net Outflow 6.000, , , , , ,00 - (1.000,00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Sumber : BI Palu Grafik 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS 1,56% 0,11% 0,03% 3,77% 0,0 0,0 PALU 2,04% 3,48% 1,96% 0,01% 3,47% 3,32% PALU TOLI-TOLI TOLI-TOLI POSO POSO MOROWALI MOROWALI 94,54% BANGGAI KEPULAUAN BUOL 85,72% BANGGAI KEPULAUAN BUOL DONGGALA DONGGALA Sumber : BI Grafik 4.4. Persentase Nominal Outgoing RTGS di masingmasing kota/kabupaten (Tw IV 2011) Sumber : BI Grafik 4.5. Persentase Nominal Ingoing RTGS di masingmasing kota/kabupaten (Tw IV 2011) 54

67 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran dana keluar (outflow) melalui RTGS pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp 6.975,63 miliar atau meningkat 31,83% dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Di sisi lain, aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp 5.759,89 miliar atau naik sebesar 15,28% dibandingkan triwulan III-2011 dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Sebagaimana dijelaskan di atas, peningkatan dana keluar/masuk melalui RTGS ini terutama disebabkan oleh realisasi angggaran APBD provinsi pada triwulan akhir di Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Sejalan dengan perkembangan transaksi non tunai, transaksi tunai di Sulawesi Tengah juga mengalami kenaikan. Kegiatan perkasan di Sulawesi Tengah mencatat jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan IV-2011sebesar Rp 306,19 miliar, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 51,8 (qtq). Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp 1.599,02 miliar, meningkat secara triwulanan (qtq) sebesar 43,81% dan secara tahunan (yoy) sebesar 53,32%. Apabila diperbandingkan antara angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan IV-2011 sebesar Rp 1.292,83 miliar. Lebih besarnya outflow pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh adanya kebutuhan uang kartal yang tinggi untuk pembayaran proyek pemerintah yang mengalami peningkatan menjelang akhir tahun. Rp miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 635 Tw I Tw II Tw III (1.112) Inflow Outflow Netflow Tw IV (477) Sumber : BI Grafik 4.6. Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow-Outflow) 55

68 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Melalui kegiatan perkasan, Bank Indonesia Palu juga melakukan penarikan uang lusuh sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Selama triwulan IV-2011, jumlah uang kertas yang dimusnahkan Bank Indonesia Palu (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB) mencapai Rp 201,92 miliar atau menurun 11,75% dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2011, uang Rp merupakan pecahan yang memiliki persentase paling banyak dimusnahkan, diikuti pecahan Rp dan Rp Hal ini disebabkan oleh tingginya frekuensi penggunaan pecahan Rp dalam transaksi keuangan khususnya di daerahdaerah pelosok yang sulit dijangkau. Namun demikian, Bank Indonesia akan terus berupaya untuk mendistribusikan uang layak edar pada daerah-daerah tersebut sehingga kebutuhan uang layak edar akan terpenuhi. Terkait dengan hal tersebut, peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam memperlakukan uang kertas dengan baik, mengingat biaya untuk mencetak uang kertas tersebut relatif besar. Rp Miliar persen (%) Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow 62,68 65, , , ,12 30,12 32, ,50 25,66 21,21 21, ,65 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Sumber : BI Palu Grafik 4.7. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Sumber : BI Grafik 4.5. Perkembangan Persentase Lembar Uang Yang Dimusnahkan 4.3 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pemahaman yang baik dan benar tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah sangat diperlukan bagi setiap masyarakat agar terhindar dari kerugian akibat peredaran uang palsu. Upaya pengedaran uang palsu oleh oknum yang ingin memperoleh keuntungan cepat dengan cara melanggar hukum, semakin marak terjadi di hampir seluruh provinsi di 56

69 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Indonesia. Bank Indonesia Palu secara rutin melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik kepada masyarakat luas. Harapannya, masyarakat dapat memahami dengan benar ciri-ciri keaslian uang rupiah, sehingga dapat meminimalisasi peredaran uang palsu. Sumber : Bank Indonesia Palu Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) Pecahan Mata Uang (Nominal) Tw I Tw II Tw III Tw IV Total Rp Rp Rp Rp Jumlah Pada triwulan IV-2011, uang palsu yang ditemukan melalui laporan perbankan dan setoran masyarakat ke Bank Indonesia Palu sebanyak 15 lembar, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 4 lembar. Secara total, uang palsu yang ditemukan pada tahun 2011 mencapai 82 lembar atau meningkat sebesar 95,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penemuan uang palsu ini tidak termasuk uang palsu yang ditemukan oleh masyarakat atau kepolisian. Secara komposisi, uang pecahan RP mendominasi uang palsu di triwulan IV Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi Pada triwulan IV-2011 jumlah lembar uang kertas denominasi Rp mendominasi inflow uang kartal yang mencapai 2,17 juta lembar atau 22,78% dari total seluruh uang kertas, diikuti denominasi Rp dengan persentase sebesar 18,26% (1,74 juta lembar). Sementara di sisi outflow, denominasi Rp juga paling dominan dengan persentase sebesar 40,2 atau sebanyak 10,49 juta lembar, diikuti denominasi Rp sebanyak 8,49 juta lembar atau 32,55% dari total seluruh uang kertas. Khusus untuk uang logam, denominasi Rp500 mendominasi inflow yakni sebesar 42,34%, sedangkan outflow didominasi denominasi Rp200 yang mencapai 25,33% dari seluruh total uang logam. 57

70 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Tabel 4.2 Pangsa Denominasi Uang Outflow Pecahan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,23% 28,13% 21,96% 29,99% 19,16% 26,37% 23,97% 32,55% ,97% 31,38% 25,57% 45,14% 31,68% 42,47% 28,75% 40, ,65% 8,1 7,48% 3,75% 5,51% 4,1 4,86% 3,34% ,29% 8,53% 8,11% 4,33% 7,71% 5,75% 6,67% 4,66% ,91% 9,98% 10,89% 6,17% 11,22% 8,58% 9,71% 6,54% ,65% 10,77% 14,05% 6,78% 14,61% 10,54% 13,82% 8,19% ,29% 3,11% 11,93% 3,84% 10,11% 2,18% 12,23% 4,51% Juml. UK 87,41% 95,26% 94,92% 95,86% 91,49% 91,12% 93,28% 95,06% ,14% 0,04% 39,14% 40,64% 25,77% 39,77% 26,14% 23,64% ,52% 24,57% 13,1 18,46% 17,22% 19,72% 22,15% 25,12% ,5 36,05% 20,11% 18,83% 25,56% 18,35% 25,03% 25,33% ,84% 39,33% 27,47% 18,27% 21,55% 19,76% 25,65% 24,85% 50 0,0 0,0 0,18% 3,79% 9,9 2,4 1,02% 1,06% 25 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 UL 12,59% 4,74% 5,08% 4,14% 8,51% 8,88% 6,72% 4,94% Juml. UK + UL 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Tabel 4.3 Pangsa Denominasi Uang Inflow Pecahan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV ,86% 12,7 18,58% 13,48% 12,57% 10,17% 23,08% 11,44% ,82% 16,63% 26,67% 19,82% 27,33% 23,07% 32,33% 22,78% ,55% 11,06% 7,71% 7,32% 5,24% 7,32% 6,04% 7,14% ,12% 14,19% 12,21% 7,6 6,2 8,7 7,0 9,53% ,55% 17,18% 11,56% 10,63% 10,96% 16,96% 9,34% 13,06% ,92% 8,09% 2,13% 11,13% 13,84% 13,07% 10,15% 17,79% ,16% 20,15% 21,14% 30,03% 23,86% 20,71% 12,07% 18,26% Jlh. Uang Kertas 98,12% 96,22% 96,85% 94,7 94,69% 92,83% 95,81% 90,47% ,48% 0,01% 4,81% 1,65% 4,01% 4,37% 7,02% 6,32% ,18% 15,79% 68,2 70,69% 67,43% 62,48% 43,54% 42,34% 200 8,71% 22,0 1,39% 2,35% 10,78% 8,96% 22,84% 20,74% ,5 60,58% 24,77% 24,55% 17,78% 23,59% 25,49% 30,0 50 0,15% 1,62% 0,83% 0,77% 0,01% 0,6 1,11% 0,61% 25 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jlh. Uang Logam 1,88% 3,78% 3,15% 5,3 5,31% 7,17% 4,19% 9,53% Juml. UK + UL 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 58

71 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat pengangguran di provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya; Meski mengalami penurunan, sektor pertanian tetap menjadi tumpuan masyarakat dalam menampung ketenagakerjaan; Tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah mengalami penurunan, namun masih tetap berada di atas angka tingkat kemiskinan nasional. 80,78% penduduk Sulawesi Tengah memiliki rumah sendiri dan mayoritas penduduk Sulawesi Tengah (65,67%) khususnya di pedesaan masih menggunakan kayu bakar untuk memasak Ketenagakerjaan Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi bulan Februari 2011, yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011 tercatat sebanyak orang atau meningkat sebesar 0,57% jika dibandingkan dengan bulan Februari 2011, atau meningkat sebesar 7,64% jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Di saat yang bersamaan angkatan kerja yang bekerja meningkat sebesar 0,84% (dibandingkan Februari 2011), atau sebesar 8,71% (dibandingkan dengan Agustus 2010), menjadi orang. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan pengangguran sebesar 5,61% dan turun sebesar 6,31% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 59

72 SulTeng SulSel SulUt SulTra Gorontalo SulBar Nasional 4,01 6,56 8,62 3,06 4,26 2,82 6,56 64,32 73,11 65,32 71,42 64,12 72,27 68,34 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama STATUS PENDUDUK FEB 2009 AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 AGT 2011 Total Ang. Kerja Bekerja Pengangguran Total Penduduk > 15 tahun TPAK (%) 71,07 69,27 72,29 69,22 73,31 73,11 TPT (%) 5,10 5,43 4,89 4,61 4,27 4,01 Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah Persen Persen % AGT 2007 FEB 2008 AGT 2008 FEB 2009 TPAK (Sb kiri) AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 TPT (Sb. Kanan) AGT 2011 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPAK dan TPT Di Sulawesi Tengah TPAK TPT Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.2. Tingkat TPAK dan TPT Pada Beberapa Provinsi Di Sulawesi Posisi Agustus 2011 Berdasarkan data di Sulawesi dan Nasional (Agustus 2011), angkatan kerja tertinggi tercatat di provinsi Sulawesi Selatan sebanyak orang, sedangkan terendah di provinsi Gorontalo sebanyak orang. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) tertinggi tercatat di provinsi Sulawesi Utara sebesar 8,62% sedangkan terendah di provinsi Sulawesi Barat sebesar 2,82%. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tertinggi tercatat di provinsi Sulawesi Tengah sebesar 73,11%, sedangkan terendah di provinsi Gorontalo sebesar 64,12%. Menurut wilayah kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada bulan Agustus 2011, TPAK tertinggi dicapai kabupaten Tojo Unauna sebesar 75,83%, sedangkan terendah di kota Palu sebesar 63,82%. Di sisi lain TPT tertinggi tercatat di kota Palu sebesar 5,4 dan terendah di kabupaten Poso sebesar 2,92%. Pesatnya perkembangan perekonomian di kabupaten Poso dan adanya proyek besar PLTA Sulewana telah menciptakan kesempatan kerja baru di wilayah tersebut, sementara jumlah penduduk kota Palu yang lebih banyak dari daerah lain menyebabkan TPT Palu secara relatif lebih tinggi. 60

73 BangKep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol PariMo Touna Sigi Palu Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Persen 80 74,55 73,08 75,19 74,29 74,69 73,22 75,61 75,55 75,83 74,19 63, ,18 4,08 3,58 2,92 3,14 4,82 3,76 4,89 3,41 3,25 5,4 TPAK Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.3. TPAK dan TPT Di Kabupaten/Kota Se Sulawesi Tengah pada Agustus 2011 TPT Berdasarkan lapangan kerja utama, struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah belum mengalami perubahan yang signifikan dalam periode satu tahun terakhir. Sebagian besar angkatan kerja di Sulawesi Tengah masih bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan yaitu sebesar 51,92%. Sektor pertanian tetap menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang fleksibel dan tidak membutuhkan keahlian khusus serta sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah tinggal di wilayah pedesaan. Kondisi ini juga berkaitan dengan struktur perekonomian Sulawesi Tengah yang juga didominasi oleh sektor pertanian. Akan tetapi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, komposisi tenaga kerja di sektor pertanian justru mengalami penurunan yakni sebesar 5,04%. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berbagai permasalahan yang menimpa petani khususnya petani kakao dan petani padi, sehingga berdampak pada berkurangnya daya tarik di sektor ini. Kurang membaiknya hasil produksi kakao karena terkena berbagai penyakit tanaman, berimplikasi pada mulai beralihnya sebagian petani kakao ke tanaman lain, bahkan ke sektor lain. Di subsektor tanaman padi, adanya penurunan luas lahan padi di berbagai daerah, juga diindikasikan menjadi penyebab berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian. Adanya penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan dikompensasi dengan peningkatan tenaga kerja di sektor industri, sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi, sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan dan sektor lainnya yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,87%, 1%, 1,22%, dan 0,95%. 61

74 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Pekerjaan Utama Februari Agustus Februari Agustus (yoy Agst) Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan 57,51 56,96 50,26 51,92-5,04 Industri 4,2 3,34 4,13 5,21 1,87 Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi 15,29 14,1 13,17 15,1 1 Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 13, ,67 16,22 1,22 Lainnya *) 9,53 10,6 13,77 11,55 0,95 Jumlah *) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: Sektor Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, dan Keuangan Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Data terbaru dari BPS menunjukkan bahwa status pekerjaan penduduk yang bekerja didominasi oleh kelompok buruh/karyawan sebesar 24,51%. Sementara itu, persentase terendah adalah kelompok pekerja bebas di non pertanian sebesar 2,96%. Bila dibandingkan dengan kondisi pada bulan Agustus 2010, terjadi pergeseran penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama. Data pada bulan Agustus 2011 menunjukkan bahwa penduduk yang berstatus buruh/karyawan, berusaha dibantu buruh tetap, pekerja tak dibayar dan berusaha sendiri masing-masing mengalami penurunan tahunan sebesar 1,74%, 1,52%, dan 1,21%. Sementara itu persentase penduduk yang berstatus buruh/karyawan, berusaha dibantu buruh tetap, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja bebas di pertanian mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,98%, 0,66%, 0,62% dan 0,21%. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 AGT 2011 Berusaha Sendiri 19,57 18,60 19,30 21,41 18,09 Berusaha dibantu buruh tdk tetap 27,37 26,30 24,56 22,75 22,82 Berusaha dibantu buruh tetap 2,96 3,10 3,84 4,25 4,50 Buruh/Karyawan 18,91 20,60 21,53 24,50 24,51 Pekerja bebas di Pertanian 4,40 5,90 4,35 2,14 4,56 Pekerja bebas di non Pertanian 2,28 2,00 2,34 2,22 2,96 Pekerja tak dibayar 24,51 23,60 24,08 22,73 22,56 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah 62

75 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Pada akhir Desember 2011, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Disnakertrans provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebanyak orang, berkurang orang dari posisi bulan September 2011 dengan penurunan terbesar pada level pendidikan SLTA (2.322 orang). Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah Pendidikan Terakhir Des.2010 Sept.2011 Des.2011 L W Total L W Total L W Total SD SLTP SLTA D I D II D III Sarjana Pascasarjana Jumlah Sumber : Disnakertrans Sulawesi Terngah Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp ,- per bulan atau naik 6,95% dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp ,-. Secara umum tingkat kenaikan UMP Sulawesi Tengah sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kota Palu pada akhir tahun 2011 tercatat sebesar 4,47% (y-o-y). % Rupiah Perkembangan UMP & Inflasi Palu (yoy) UMP (Rupiah) g upah inflasi Sumber : Disnakertrans & BPS Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.4. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu 63

76 62,80 64,40 67,30 68,50 68,80 69,34 70,09 70,70 64,30 65,80 68,70 69,60 70,10 70,59 71,17 71,76 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 5.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM 1 Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah masih berada di bawah IPM nasional. Pada tahun , angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,70 meningkat sebesar 0,61 dari tahun sebelumnya. Meski IPM Sulawesi Tengah masih berada dalam kategori menengah, namun secara nasional, IPM Provinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat 22 dari 33 provinsi di Indonesia. % Peringkat 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00 60,00 58, Nasional Sulteng Ranking Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.5. Perkembangan IPM Sulawesi Tengah dan Nasional 5.3. Kemiskinan Dalam lima tahun terakhir jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin mencapai 557,40 ribu jiwa (22,42%), tahun 2008 sebanyak 524,70 ribu jiwa (20,75%), tahun 2009 sebanyak 489,84 ribu jiwa (18,98 %), tahun 2010 sebanyak 474,99 ribu jiwa (18,07%) dan pada tahun 2011 sebanyak 423,63 ribu jiwa (15,83%). Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode tersebut 1 IPM dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. usia yang panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. pendidikan yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga dan angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, dan 3. standar hidup yang layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang USD 2 Data terbaru adalah data IPM tahun

77 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat mengindikasikan bahwa program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah cukup efektif dalam menekan tingkat kemiskinan yang ada. Persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 15,83% atau turun sebesar 2,24% dibandingkan tahun 2010, atau secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebesar jiwa. Namun demikian tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat sebesar 12,49%. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, sebagian besar penduduk miskin di Sulawesi Tengah tinggal di daerah pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah yang tinggal di wilayah pedesaan pada tahun 2011 mencapai jiwa (85,39%), sementara yang tinggal di wilayah perkotaan sebanyak ribu jiwa (14,61%). % % , 22,42 35, Kota Desa 20,75 16,58 15,42 18,98 30, 18,07 15,83 25, 25, 23,2% 14,15 13,33 20, 21,4% 20,26% 12,49 17,89% 15, 10, Sulteng Nasional 5, 12,9% 11,5% 10,1% 9,82% 9,46% 0, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.7. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal di Sulteng % % 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0 4,46 4,33 4,09 2,99 2,77 3,09 2,5 2, Sulteng Nasional 2,76 2, ,5 1 0,5 0 1,38 1,41 0,84 0, Sulteng Nasional 1,37 0,68 0,8 0,75 0,58 0, Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.8. Indeks Kedalaman Kemiskinan Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.9. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Secara umum dari berbagai indikator kemiskinan yang ada, tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih berada di atas kondisi nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa 65

78 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah masih tertinggal dari daerah lain. Hingga saat ini sembilan Kabupaten dari 11 wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah masih termasuk dalam kelompok daerah tertinggal. Dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin, secara nasional Pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), program keluarga harapan, program BOS, program BLT, program Askeskin, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta program beras untuk rakyat miskin (Raskin). Tabel 5.5 Penyaluran Raskin Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011 (kg) NO URAIAN RENCANA REALISASI (Tw IV 2011) REALISASI (%) 1 PALU POSO LUWUK TOLIS JUMLAH Sumber: Bulog Divre Sulawesi Tengah Tabel 5.6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi No SEKTOR PLAFOND KREDIT BAKI DEBET DEBITUR NPL Des-10 Des-11 Des-10 Des-11 Des-10 Des-11 % 1 Pertanian ,2 2 Pertambangan ,0 3 Perindustrian ,1 4 Listrik, Gas, dan Air ,0 5 Perdagangan, Restoran & Hotel ,6 6 Pengangk,Pergud.& Komunikasi ,0 7 Jasa Dunia Usaha ,3 8 Jasa Sosial ,0 9 Lain-Lain ,0 Total ,09 Sumber : Laporan bulanan realisasi KUR (Data Sementara) Berdasarkan data sementara per akhir Desember 2011 (Tabel 5.6), jumlah KUR yang telah disetujui oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 543,23 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 43,48% dari akhir Desember KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 71,78%. Sementara tingkat NPL gross KUR per Desember 2011 tercatat masih dalam level aman yakni sebesar 3,09%. 66

79 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 5.4. Indikator Sosial Ekonomi Lainnya Selain indikator-indikator ekonomi utama seperti tingkat kemiskinan, pengangguran, dan IPM, juga terdapat indikator sosial ekonomi tambahan lainnya yang sangat penting digunakan sebagai masukan bagi pemangku kebijakan di Sulawesi Tengah. Dari hasil sensus penduduk tahun 2010, diperoleh informasi bahwa 80,78% penduduk Sulawesi Tengah memiliki rumah sendiri atau lebih tinggi dibandingkan dengan persentase nasional sebesar 77,7. Akan tetapi dalam hal bahan bakar utama untuk memasak, ternyata mayoritas penduduk Sulawesi Tengah (65,67%) khususnya di pedesaan masih menggunakan kayu bakar untuk memasak atau lebih tinggi dibandingkan dengan persentase nasional sebesar 40,11%. Di sisi lain, penggunaan gas di Sulawesi Tengah justru lebih kecil dibandingkan dengan nasional. Dengan kondisi ini program pemerintah untuk mengkonversi penggunaan minyak tanah ke gas perlu kita dukung pelaksanaannya. Di samping itu program stabilisasi minyak tanah juga seharusnya mendapat prioritas mengingat tingkat kebutuhan masyarakat yang cukup tinggi terhadap komoditas ini. % % Milik Sendiri Provinsi Sulteng Indonesia Sewa Kontrak Lainnya Provinsi Sulteng Indonesia Listrik Gas Minyak Tanah Arang Kayu Lainnya Tidak Pakai Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan/Penguasaan Bangunan Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar Utama untuk Memasak 67

80 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah dan realisasi belanja APBD pada triwulan IV-2011 mengalami tren peningkatan Realisasi belanja modal APBN dan APBD yang tinggi pada triwulan laporan akan memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi pada triwulan berikutnya Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Realisasi anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran. Pos pendapatan bersumber dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Sedangkan pos pengeluaran digunakan untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja denda, belanja bantuan sosial, belanja lain-lain, dan transfer dana bagi hasil. Rp miliar Penerimaan Perpajakan Pen. Negara Bukan Pajak Rasio Penerimaan Pajak vs Bukan Pajak Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV I II III IV I II III IV Pendapatan Bea Keluar Pendapatan Bea Masuk Pendapatan Pajak Lainnya Pendapatan Cukai BPHTB Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Pertambahan nilai Pajak Penghasilan Sumber : KPPN Palu Grafik 6.1. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah Sumber : KPPN Palu Grafik 6.2. Persentase Realisasi Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah Hingga akhir triwulan IV-2011 total penerimaan pusat di Sulawesi Tengah telah mencapai Rp822,63 miliar, yang didominasi oleh penerimaan pajak sebesar 82,77%. Berdasarkan strukturnya, pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai menjadi tumpuan pemerintah pusat dalam meningkatkan penerimaan pajak dengan tren persentase pajak pertambahan nilai yang cenderung meningkat tiap triwulannya. Pada 68

81 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah akhir triwulan IV-2011, persentase pajak penghasilan pajak dan pertambahan nilai masing-masing mencapai 41,68% dan 35,19% dari total pos penerimaan perpajakan. Rp miliar I II III IV I II III IV Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Belanja Lainnya (Denda+ Lain-lain+ Transfer) I II III IV I II III IV Transfer Dana Bagi Hasil Belanja Lain-lain Belanja Bantuan Sosial Belanja Denda Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai Sumber : KPPN Palu Grafik 6.3. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Sumber : KPPN Palu Grafik 6.4. Persentase Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah Dari sisi pengeluaran, realisasi belanja APBN di tahun 2011 menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada triwulan IV-2011 realisasi belanja APBN di Sulawesi Tengah tercatat sebesar Rp3,22 triliun atau meningkat sebesar 18,42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Berdasarkan pagu belanja (target) tahun 2011, belanja modal memiliki porsi terbesar, diikuti belanja barang dan belanja pegawai. Pada akhir tahun 2011, anggaran belanja modal terealisasi sebesar Rp1,07 triliun atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan yakni Rp1,05 triliun. Hal ini tentu saja membawa hal yang positif bagi perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah mengingat besarnya multiplier effect belanja modal terhadap kinerja sektor ekonomi lainnya. 6.2 Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2011 memiliki kinerja yang relatif baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan IV-2011 terealisasi sebesar Rp 1.384,86 miliar atau mencapai 105,49% dari total anggaran sebesar Rp 1.312,68 miliar. Sementara realisasi total belanja APBD di triwulan IV-2011 mencapai Rp 1.400,99 miliar atau 91,76% dari total anggaran sebesar Rp 1.526,72 miliar. 69

82 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Persen % 81% 111% 105% 91% 92% Pendapatan Daerah Belanja Daerah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.5. Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (Per 31 Desember) Realisasi Pendapatan APBD Sampai dengan triwulan IV-2011, realisasi pendapatan APBD mencapai 105,5. Realisasi terbesar terjadi pada komponen pendapatan asli daerah sebesar Rp495,41 miliar (110,93%), diikuti dana perimbangan sebesar Rp864,10 miliar (102,97%), dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp25,35 miliar (94,08%). Sementara itu apabila dilihat dari porsi realisasi pendapatan APBD triwulan IV-2011, dana perimbangan dari pemerintah pusat masih menjadi tumpuan pendapatan daerah dengan porsi sebesar 62,4, diikuti Pendapatan Asli Daerah (35,77%) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah (1,83%). Rp miliar Anggaran Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah ,31% 44,69% Pendapatan Pajak Daerah Retribusi Daerah 100,0 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 110,59% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.6. Anggaran dan Realisasi Pendapatan Provinsi Sulteng Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.7. Persentase Realisasi Pendapatan Provinsi Sulteng 70

83 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Rp miliar Anggaran Realisasi ,15% 100,0 100, Bagi Hasil Pajak/Bagi Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.8. Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulteng Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.9. Persentase Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulteng 8,5 3,59% 2,84% Pendapatan Pajak Daerah Retribusi Daerah 4,42% 9,58% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Dana Alokasi Khusus 85,07% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 86,0 Sumber : Biro Keuangan Grafik Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sumber : Biro Keuangan Grafik Proporsi Realisasi Dana Perimbangan Realisasi Belanja APBD Di sisi belanja, realisasi pos anggaran ini di triwulan IV-2011 tercatat sebesar 91,77%. Komponen belanja tidak langsung terealisasi sebesar Rp698,56 miliar (91,27%), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi belanja langsung sebesar 702,43 miliar (92,26%). Pada triwulan laporan, realisasi belanja modal APBD menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan tingkat realisasi sebesar 94,76% atau paling tinggi diantara komponen belanja langsung lainnya. 71

84 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 6.1 Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW IV 2011 ( % ) REALISASI BELANJA , ,06 91,77% BELANJA TIDAK LANGSUNG , ,24 91,27% Belanja Pegawai , ,10 86,99% Belanja Hibah , ,57 95,11% Belanja Bantuan Sosial , ,77 99,69% Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa , ,04 98,48% Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan , ,19 90,9 Desa Belanja Tidak Terduga 5.000, ,58 49,49% BELANJA LANGSUNG , ,83 92,26% Belanja Pegawai , ,65 86,73% Belanja Barang dan Jasa , ,99 92,01% Belanja Modal , ,19 94,76% Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng 0,35% 9,49% Belanja Pegawai Belanja Hibah 29,66% 9,67% Belanja Pegawai Belanja Bantuan Sosial 25,65% 1,88% 15,42% 47,2 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga 60,67% Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Sumber : Biro Keuangan Grafik Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Sumber : Biro Keuangan Grafik Proporsi Realisasi Belanja Langsung 72

85 Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Rp miliar Rp miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV % 1 8% 6% 4% 2% Realisasi APBD Prov. Sulteng (Rp miliar) per triwulan PDRB ADHB (Rp miliar) Rasio Realisasi APBD Prov. Sulteng/PDRB ADHB Pertumbuhan Ekonomi Sulteng (yoy) Sumber : Biro Keuangan Grafik Perkembangan Giro Pemda di Perbankan Sulteng Sumber : Biro Keuangan Grafik Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Berdasarkan siklus anggaran, belanja langsung APBD mengalami puncak realisasi pada akhir triwulan IV sebagaimana tercermin pada siklus giro Pemda yang biasanya mengalami penurunan pada akhir tahun yang digunakan untuk pembayaran pelaksanaan proyek-proyek pemerintah. Di sisi lain apabila dibandingkan antara rasio realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah/PDRB ADHB dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah, dapat dilihat bahwa peningkatan realisasi APBD di akhir tahun ternyata tidak serta merta langsung meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan tersebut. Dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi, terdapat lag (jeda) multiplier effect realisasi APBD yang biasanya baru dirasakan pada triwulan berikutnya. 73

86 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah diperkirakan mencapai 8,16% ± 0,5 (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Palu diperkirakan mengalami inflasi yang menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Prospek Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 8,56% ± 0,5 (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2011 sebesar 7,79% (yoy), namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 10,13% (yoy). Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang positif pada triwulan I-2012 di dorong oleh kinerja pada komponen konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, komponen ekspor dan komponen investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan cenderung meningkat seiring dengan masih meningkatnya pendapatan, tingginya keyakinan konsumen, dan dampak penurunan suku bunga kebijakan (BI rate) di Selain itu, rendahnya inflasi sepanjang 2011 juga menyebabkan peningkatan pendapatan riil masyarakat. Beberapa sumber peningkatan lainnya berasal dari penyesuaian Upah Minimum Provinsi (UMP), serta dukungan pembiayaan dari perbankan. Kinerja ekspor pada triwulan I-2012 diperkirakan tetap tumbuh positif. Walaupun produksi kakao menunjukkan adanya tren penurunan, akan tetapi adanya panen raya kakao yang berlangsung pada kuartal pertama 2012 diperkirakan memberi andil positif pada kinerja ekspor. Di samping itu tren peningkatan ekspor hasil tambang khususnya nikel dan bijih besi diproyekskan masih terus berlanjut. Tingginya minat investor dari China dan Korea yang ingin menanamkan modalnya dalam investasi pertambangan membawa dampak positif pada perkembangan ekspor ke depan. Di sisi eksternal, masih tingginya pertumbuhan ekonomi juga China memicu kuatnya permintaan terutama pada komoditas ekspor berbasis sumber daya alam. Kinerja investasi pada triwulan IV-2011 ditopang oleh PMA dan PMDN yang tersebar di berbagai kabupaten di Sulawesi Tengah. Berdasarkan informasi dari Badan 74

87 Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sept Okt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah Koordinasi Penanaman Modal, nilai realisai investasi PMA di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2011 mencapai US$ 370,3 juta sedangkan nilai realisasi PMDN mencapai Rp 2,62 triliun. Di awal tahun 2012, tren peningkatan investasi di Sulawesi Tengah diperkirakan terus berlanjut khususnya pada sektor pertambangan yang dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup signifikan. Secara keseluruhan faktor-faktor yang mendukung cukup baiknya investasi di tahun 2012 diantaranya adalah keyakinan investor yang masih tinggi, stabilitas makroekonomi yang diprakirakan tetap terjaga, belanja modal pemerintah yang meningkat, iklim investasi yang membaik, serta meningkatnya peran pembiayaan perbankan seiring dengan penurunan BI rate pada kuartal IV Indeks Indeks 160, , , , ,00 60,00 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen , Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Sumber : Survei Konsumen BI Palu Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Survei Konsumen BI Palu Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Hasil Survei Konsumen bulan Januari 2011 menunjukkan indeks keyakinan konsumen triwulan yang masih dalam area optimis. Sementara data ekspektasi menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen pada bulan Januari 2012 masih dalam level optimis namun menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Indonesia yang cukup tinggi pada tahun 2012 yakni pada kisaran 6,3%-6,7% (yoy) dapat memberikan dampak positif terhadap ekspektasi pertumbuhan ekonomi ke depan. Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 diperkirakan bersumber dari sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2012 diperkirakan tumbuh moderat dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan mulai masuknya 75

88 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah musim tanam yang secara umum berpengaruh pada berkurangnya pasokan padi. Kinerja pertanian khususnya subsektor perkebunan yang kurang maksimal pada tahun 2011 sebaiknya menjadi feedback bagi pemerintah daerah Sulawesi Tengah untuk lebih meningkatkan kinerja subsektor ini di tahun Dalam hal ini pemerintah daerah dapat melakukan sejumlah langkah diantaranya menggalakkan kegiatan penyuluhan di berbagai daerah, reformasi rantai pasok dan distribusi dari sarana produksi seperti pupuk, pestisida, dan benih bersertifikat, mengembangkan sistem database kakao yang menyangkut lahan, produksi, sistem budidaya, industri pengolahan dan investasi dalam industri kakao, pembangunan industri pengolahan biji kakao di kawasan industri dan kabupaten penghasil, intervensi pemerintah khususnya terhadap kualitas biji kakao ekspor yang masuk dalam persyaratan pasar, dan SNI serta perlindungan harga kakao di tingkat petani. Secara tahunan, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2012 diprakirakan akan tumbuh stabil dengan mempertimbangkan beberapa program yang sudah disiapkan oleh pemerintah (MP3EI) diantaranya program pembangunan irigasi/jaringan irigasi teknis usaha tani (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), embung, lumbung, gudang, program penyediaan dan distribusi pupuk, program peningkatan penggunaan alat mesin pertanian, program penyediaan skema kredit usaha tani, serta program lainnya yang diharapkan dapat berkontribusi pada sustainabilitas kinerja sektor pertanian ke depan. Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran, diperkirakan akan tumbuh moderat seiring dengan relatif sedikitnya perhelatan besar yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah pada triwulan I Beberapa faktor pendorong kinerja PHR diantaranya adalah penyelesaian pembangunan beberapa hotel serta tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi. Kinerja sektor bangunan dan sektor jasa diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan positif seiring dengan puncak realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah pada akhir triwulan IV Secara pencatatan PDRB, nilai tambah yang diperoleh dari realisasi APBD ini akan dimasukkan pada triwulan berikutnya (triwulan I-2012). Berbagai proyek pembangunan yang ditengarai akan meningkatkan kinerja sektor bangunan dan jasa diantaranya adalah proyek pembangunan proyek konstruksi PT. Donggi Senoro LNG, PLTA Sulewana, proyek pembangunan terminal dan perluasan landasan bandara Mutiara, proyek pembangunan Hotel Santika dan Hotel Silk Stone serta proyek-proyek pembangunan rumah dan ruko lainnya. 76

89 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah Sementara itu, perkembangan di sektor industri pengolahan masih relatif terbatas. Hal ini dikarenakan industri pengolahan kayu masih terkendala dengan pasokan bahan baku. Subsektor pengangkutan udara diperkirakan masih tumbuh tinggi yang tercermin dari pertumbuhan jumlah penumpang. Adanya program pengembangan pelabuhan di berbagai kabupaten seperti pelabuhan Pantoloan, pelabuhan Banggai, pelabuhan Morowali dan pelabuhan lainnya serta program pengembangan beberapa bandara seperti bandara Mutiara Palu, bandara Tolitoli, bandara Luwuk dan bandara lainnya diperkirakan berkontribusi positif pada sektor ini kedepan. Di sisi lain subsektor komunikasi diperkirakan masih tumbuh tinggi yang ditopang oleh meningkatnya volume komunikasi data/internet. Berdasarkan prakiraan cuaca yang dirilis oleh BMKG, curah hujan pada periode Januari-Maret 2012 di sebagian besar wilayah Sulawesi Tengah berada pada tingkatan sedang dengan kecenderung sifat hujan yang normal. Akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah pola hujan dan panas yang tidak teratur yang dapat mengganggu pola tanam dan pola panen berbagai komoditas pertanian. Tabel 7.1. Perkiraan Curah Hujan di Wilayah Sulawesi Tengah Wilayah Jan-12 Feb-12 Mar-12 Palu mm mm mm Parigi Moutong mm mm mm Donggala mm mm mm Toli-Toli mm mm mm Buol mm mm mm Poso mm mm mm Morowali mm mm mm Tojo Unauna mm mm mm Banggai mm mm mm BangKep mm mm mm Sumber: BMKG Provinsi Sulteng 7.2. Prospek Inflasi Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2011, diperkirakan kota Palu pada triwulan I-2012 mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 3,28% + 0,5% atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,74% (yoy). Di sisi lain inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 77

90 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah 1,32% + 0,5% atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,49%(qtq). Persen 12,0 11,0 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0-10,0 9,7 11,1 9,9 8,3 5,8 4,1 4,6 4,2 2,9 5,1 5,7 5,4 5,0 Proyeksi moderat Proyeksi optimis Proyeksi pesimis 3,2 4,6 4,0 5,3 5,5 6,7 6,9 6,2 5,5 6,4 7,48 8,30 9,74 8,27 7,87 7,20 7,42 6,54 3,09 4,78 4,69 4, Sumber : BPS, Proyeksi BI Palu Grafik 7.3. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw I-2012) Di sisi penawaran tekanan inflasi pada komoditas beras diperkirakan meningkat seiring dengan berkurangnya pasokan akibat belum tibanya masa panen raya (awal tahun merupakan musim tanam pada mayoritas sentra produksi di Sulawesi Tengah). Di samping itu adanya rencana pemerintah untuk menaikkan HPP beras pada bulan Februari 2012 diperkirakan memberikan ekspektasi tambahan akan kenaikan beras di triwulan I 2012 ini. Kenaikan HPP ini sendiri diperlukan untuk mempertahankan kesejahteraan petani akibat biaya produksi yang terus mengalami kenaikan. Dengan kondisi ini diharapkan kinerja Bulog dapat lebih maksimal dalam melakukan penyerapan beras yang ada di petani dan berperan secara aktif melalui berbagai program yang dimiliki seperti pasar murah, penyaluran raskin dan operasi pasar dalam rangka stabilisasi harga. Terkait hal ini pada minggu ke-3 Januari 2012, Bulog telah melakukan operasi pasar di dua daerah yakni Palu dan Parigi serta membeli beras di Kabupaten Banggai, Kabupaten Parigi dan Kabupaten Donggala untuk memperkuat ketahanan stok ke depan. Selain komoditas beras, komoditas lain yang perlu diwaspadai adalah komoditas ikan segar seperti ikan cakalang, layang, ekor kuning dan selar. Sangat volatile-nya pergerakan harga komoditas ini menyebabkan mayoritas komoditas ikan segar sering menjadi 10 komoditas penyebab inflasi dan deflasi di Kota Palu. Ke depan TPID perlu melakukan sejumlah rencana aksi khususnya terkait dengan stabilisasi pasokan ikan di triwulan I Di sisi lain, terkait dengan tindak lanjut UU Hortikultura, pada Maret 2012 akan mulai dilakukan pengaturan impor hortikultura. Melalui sejumlah revisi sejumlah 78

91 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah peraturan seperti Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37 Tahun 2006, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 tahun 2008, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27 jo 38 Tahun 2009 diperkirakan akan memengaruhi inflasi antara lain melalui kenaikan ongkos distribusi. Risiko peningkatan tekanan inflasi juga bersumber dari rencana pemerintah untuk menyesuaikan kenaikan harga Tarif Tenaga Listrik pada April 2012 dan rencana pengendalian BBM bersubsidi secara bertahap di Jabodetabek pada awal April 2012 dan untuk daerah lainnya di Jawa Bali pada triwulan berikutnya. Di sisi permintaan, membaiknya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan UMP serta masih tingginya tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan memberikan sedikit tekanan inflasi. Ke depan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat provinsi maupun kota sebaiknya tetap mewaspadai pergerakan komoditas-komoditas volatile foods seperti bumbu-bumbuan dan ikan mengingat masih cukup tingginya curah hujan di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. Di samping itu melonjaknya harga minyak tanah di beberapa daerah juga menjadi perhatian khusus mengingat masih tingginya konsumsi masyarakat akan komoditas ini. Terkendalanya pasokan semen pada bulan Februari 2012 juga menjadi catatan khusus mengingat terus berulangnya kasus ini seperti pada periodesebelumnya. Dalam kurun beberapa tahun terakhir, komoditas semen menjadi semakin penting seiring dengan semakin menggeliatnya kinerja investasi dan sektor bangunan di Provinsi Sulawesi Tengah. Ke depan, pembangunan infrastruktur pertanian dan peningkatan keterhubungan antar wilayah sebaiknya menjadi salah satu prioritas utama SKPD sebagai salah satu langkah untuk mengantisipasi inflasi volatile food. Indeks Persen (mtm) JanFebMarAprMeiJun JulAgustSepOktNopDes JanFebMarAprMayJun JulAgstSepOktNopDes JanFebMarAprMei 4,0 3,0 2,0 1,0 0,0-1,0-2,0-3, Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 6 bulan yad Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad Inflasi Aktual (m-t-m) Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Palu Grafik 7.4 Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga 79

92 Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah Sedangkan di sisi ekspektasi, sebagaimana yang tercermin dalam Survei Konsumen bulan Desember 2011, dalam tiga bulan yang akan datang masyarakat memperkirakan harga barang dan jasa akan meningkat dengan tingkat inflasi bulanan tertinggi pada bulan Maret Dari sisi eksternal, tekanan inflasi diperkirakan cenderung berkurang seiring dengan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas. Harga komoditas di 2012 secara rata-rata diperkirakan lebih rendah dari tahun Penurunan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan juga akan berasal dari cenderung turunnya biaya pengiriman (freight cost) sejalan dengan harga minyak yang cenderung turun. Berdasarkan proyeksi dari Financial Forecast Center harga minyak dunia diperkirakan mengalami peningkatan hingga Februari 2012 dan selanjutnya mengalami penurunan hingga Mei Salah satu faktor utama penyebab turunnya harga minyak dunia ke depan adalah krisis utang Amerika Serikat dan krisis Eropa yang berpengaruh pada permintaan minyak dunia. USD/troy USD/barrel Sumber : Financial Forecast Center Grafik 7.5 Proyeksi Harga Emas Sumber : Financial Forecast Center Grafik 7.6. Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia Stabilitas nilai tukar yang terjaga di tahun 2012 diperkirakan berimplikasi pada tekanan imported inflation yang relatif moderat. Di sisi lain pergerakan harga komoditas emas yang masih tinggi tetap perlu diwaspadai mengingat bobot komoditas ini yang cukup besar dalam perhitungan inflasi. 80

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci