KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU

2 Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank Indonesia moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang ber Tugas Bank Indonesia 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada : Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Palu Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu Telp : Fax : wuryanto@bi.go.id; aat_fathurohman@bi.go.id ; hasudungan_ps@bi.go.id Homepage :

3 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Tengah triwulan I 2011 ini dapat diselesaikan. Tujuan dari penyusunan buku KER adalah untuk memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Sulawesi Tengah, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Cakupan kajian di dalam buku KER ini relatif luas, yaitu meliputi kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta perkiraan ekonomi dan inflasi ke depan. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data dan informasi terkini dari berbagai pihak. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Semoga Tuhan YME mengiringi langkah kita dalam upaya berkontribusi untuk membangun negeri. Palu, Mei 2011 BANK INDONESIA PALU ttd Rahmat Hernowo Pemimpin i

4 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Ringkasan Eksekutif BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Analisis PDRB dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Pengalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Sektor Jasa-Jasa Boks 1 : Potensi dan Ancaman Kakao Provinsi Sulawesi Tengah ii

5 Daftar Isi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Tahunan (yoy) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Boks 2 : Kondisi Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tengah BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja Perbankan di Sulteng (BU & BPR) Intermediasi BU Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Kredit UMKM Kinerja Bank Umum Syariah Perkembangan BPR BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kemiskinan iii

6 Daftar Isi BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Target dan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Realisasi Pendapatan APBD Realisasi Belanja APBD Keuangan Pemerintah Pusat Daerah BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prospek Inflasi LAMPIRAN Tabel Indikator Ekonomi Propinsi Sulteng Daftar Istilah dan Singkatan iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Distribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier PDRB Prov. Sulteng (ADHK 2000)... Tabel 1.2. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah)... Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o y)... Tabel 1.4. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulteng... Tabel 1.5. PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (miliar rupiah)... Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 (%)... Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen, Produkuktivitas dan Produksi Padi Prov.Sulteng... Tabel 1.8. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produkuktivitas dan Produksi Padi per Kabupaten... Tabel 1.9 Stok Operasional Perum BULOG Divre Sulteng... Tabe 1.10 Penyaluran Raskin Provinsi Sulteng Tahun Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q)... Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan (% mtm) Kota Palu per Kelompok... Tabel 2.3 Inflasi Kelompok Komoditas... Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi (yoy)kelompok Bahan Makanan... Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... Tabel 2.7 Komoditas penyumbang inflasi terbesar... Tabel 2.8 Komoditas penyumbang Deflasi terbesar. Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah)... Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah... Tabel 3.3. Perkembangan kredit BU persektor v

8 Daftar Tabel Tabel 4.1. Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Tabel 6.1. Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5 Tabel 6.6 Tabel 7.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar)... Penduduk Berusia > 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan... Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama... Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama... Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah... Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi... Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Kabupaten/Kota Per Maret Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Perkembangan Dana Alokasi Umum Prov. Sulawesi Tengah... Perkembangan Dana Alokasi Khusus Prov. Sulawesi Tengah... Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah... Rekapitulasi Alokasi APBN TA 2011 di Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan Sumber Dana (Rp juta)... Rekapitulasi Alokasi APBN TA 2011 di Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan Kewenangan (Rp juta)... Perkiraan Curah Hujan di Wilayah Sulawesi Tengah vi

9 Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Sulawesi Tengah atas Dasar Harga Konstan Tahun Grafik 1.2. Share PDRB (y-o-y) tahunan (total) ADHK tahun Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi menurut Lokasi Proyek Di Sulawesi Tengah... Grafik 1.4. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru pada Kantor Samsat Kota Palu... Grafik 1.5. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah... Grafik 1.6. Volume pemakaian air Masyarakat... Grafik 1.7. Perkembangan NTP... Grafik 1.8. Indeks Keyakinan Konsumen... Grafik 1.9. Perkembangan Nominal PDRB Komponen Investasi... Grafik Kredit Investasi Provinsi Sulawesi Tengah... Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Propinsi Sulteng... Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Prov. Sulawesi Tengah... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Prov. Sulawesi Tengah... Grafik Volume Ekspor Sulteng Menurut Negara Pembeli Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulteng... Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Nabati Sulteng... Grafik Perkembangan Volume Muat Barang melalui Pelabuhan Pantoloan... Grafik Jumlah Barang Masuk melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan.. Grafik Jumlah Barang Masuk melalui Bandara Mutiara Palu... Grafik Share Subsektor Pertanian Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Perbankan Sulteng... Grafik Realisasi Pengadaan Beras dan HPP... Grafik Perkembangan Stok Beras Bulog vii

10 Daftar Grafik Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Sulteng Grafik Perkembangan Ekspor Kakao dan Kopi Sulteng... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Minyak dan Lemak Nabati... Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Bahan Nabati dan Hewani Sulteng... Grafik Share Subsektor Pertambangan dan Penggalian... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian Perbankan Sulteng... Grafik Produksi Bahan Galian Golongan C... Grafik Ekspor Mineral Tambang... Grafik Share Subsektor Industri Pengolahan (Industri Tanpa Migas)... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan... Grafik Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Funiture... Grafik Volume Ekspor Produk Manufaktur di Sulawesi Tengah... Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri di Sulawesi Tengah... Grafik Share Subsektor listrik, Gas dan Air Bersih... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih... Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik di Kota Palu... Grafik Perkembangan Volume Penjualan Air PDAM Kab Donggala... Grafik Realisasi Pengadaan Semen di Sulteng... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Bangunan... Grafik Share Subsektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang... Grafik Grafik Grafik Perkembangan Kredit Sektor Angkutan dan Kom Grafik Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu Grafik Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut melalui Pelabuhan Pantoloan... Grafik Share Subsektor Angkutan dan Komuniksi viii

11 Daftar Grafik Grafik 1.54 Perkembangan Kredit DPK dan NTB Bank Umum di Sulteng... Grafik Share Subsektor Angkutan dan Komunikasi... Grafik Perkembangan Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi... Grafik Perkembangan Dana Pemerintah Daerah Pada Perbankan... Grafik 2.1 Trend Inflasi Nasional & Kota Palu... Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu... Grafik 3.1. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.2. Share DPK Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.3. Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.4. Share Kredit Menurut Kelompok Bank... Grafik 3.5. Perkembangan DPK BU... Grafik 3.6. Perkembangan DPK BU (giro, deposito & tabungan)... Grafik 3.7. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan... Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK per Golongan Pemilik... Grafik 3.9. Pangsa DPK per Golongan Pemilik... Grafik Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasrkan Jenis Penggunaan... Grafik Proporsi Kredit Bank Umum Berdasakan Jenis Penggunaan... Grafik Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Kredit... Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah... Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan DPK bank Syariah menurut Jenis Penggunaan... Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah... Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah menurut Jenis Penggunaan... Grafik Perkembangan Aset BPR... Grafik Perkembangan DPK BPR... Grafik Perkembangan Kredit BPR... Grafik 4.1. Perkembangan Nominal Kliring Prov. Sulteng... Grafik 4.2. Perkembangan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulteng... Grafik 4.3. Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong... Grafik 4.4. Perkembangan Transaksi BI-RTGS di Sulawesi Tengah... Grafik 4.5. Perkembangan Inflow/Outflow ix

12 Daftar Grafik Grafik 4.6. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)... Grafik 4.7. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)... Grafik 5.1. Perkembangan TPT dan TPAK di Sulteng... Grafik 5.2. TPAK dan TPT Pada Beberapa... Grafik 5.3. Perkembangan UMP di Sulawesi Tengah & Inflasi Palu... Grafik 5.4. Perkembangan IPM Sulteng dan Nasional... Grafik 5.5. Prosentase Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah... Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan Sulawesi Tengah..... Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan... Grafik 5.8. Prosentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tempat Tinggal... Grafik 6.1. Perkembangan Target Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng... Grafik 6.2. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (Per 31 Maret 2011)... Grafik 6.3. Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah... Grafik 6.4. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan... Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung... Grafik 6.6. Proporsi Realisasi Belanja Langsung.... Grafik 6.7. Proporsi Dana APBN berdasarkan kewenangan... Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen 6 bln yad... Grafik 7.2. Inflasi Bulanan & Indeks Ekspektasi Perubahan Harga... Grafik 7.2. Proyeksi Inflasi Kota Palu ( I 2011) x

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2011 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan I-2011 perekonomian Sulawesi Tengah menunjukan kinerja positif. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 9,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan IV 2010 sebesar 6,33% (yoy) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Namun demikian, secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya, Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tercatat -3,71% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2010 yang tumbuh sebesar 4,97% (qtq) namun masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -6,46% (qtq). Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,25% (yoy), bahkan konsumsi lembaga swasta nirlaba mengalami pertumbuhan hingga 37,58%. Adanya kegiatan kampanye Pemilihan Gubernur (Pilgub) menjadi pendorong utama peningkatan kinerja konsumsi di triwulan laporan. Bila dilihat secara sektoral, pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya kinerja semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi diikuti sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terhadap pertumbuhan masing-masing sebesar 4,0, 1,41% dan 1,19%. Faktor panen raya padi dan program peningkatan produksi rumput laut menjadi faktor utama pendorong di sektor pertanian. PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (yoy), laju inflasi kota Palu pada triwulan laporan mencapai 9,74%, lebih tinggi dibandingkan periode triwulan IV-2010 sebesar 6,4, dan juga 1

14 Ringkasan Eksekutif lebih tinggi dari pencapaian inflasi nasional yang mencapai 6,65%. Pada triwulan laporan, Kota Palu mengalami inflasi kuartalan sebesar 2,49% (qtq) dan inflasi bulanan sebesar 0,67% (mtm). Nilai inflasi bulanan ini merupakan yang tertinggi secara nasional. Tingginya inflasi pada triwulan I-2011 disebabkan oleh adanya tekanan baik pada sisi permintaan maupun penawaran. Di sisi penawaran, tingginya curah hujan pada periode triwulan I-2011 mengakibatkan terganggunya ketersediaan pasokan komoditas seperti sayur-sayuran, bumbu-bumbuan dan ikan. Sementara itu di sisi permintaan, adanya kegiatan kampanye Pilgub memicu peningkatan permintaan masyarakat akan berbagai macam barang dan jasa. Di sisi lain faktor musiman kenaikan sewa rumah dan kontrak rumah yang terjadi pada bulan Maret 2011 menyebabkan inflasi bulanan pada periode tersebut menjadi sangat tinggi. PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I menunjukkan adanya tren perlambatan kinerja dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan belum terlalu ekspansifnya perbankan di awal tahun Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Maret 2011 mengalami perlambatan sebesar 16,61% (yoy). Sementara jumlah DPK yang dihimpun di triwulan I 2011 juga menunjukkan tren serupa dengan pertumbuhan sebesar 10,17% (yoy). Pertumbuhan DPK tertinggi terjadi pada BPR diikuti bank umum swasta dan bank pemerintah. Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan kinerja perbankan mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 20,39% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja mengalami pertumbuhan tertinggi diikuti kredit investasi dan konsumsi. Secara umum kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan masih baik yang ditunjukkan dengan nilai NPL Gross sebesar 3,27% dan NPL netto sebesar 2,25%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi Tengah mencapai angka 128,60 %. Hal ini menunjukkan intermediasi yang dilakukan perbankan cukup baik. 2

15 Ringkasan Eksekutif PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2011 berada pada kondisi net ouflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan I-2011 tercatat Rp 346,55 miliar atau meningkat sebesar 124,21% (qtq), sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) justru menurun sebesar 60,56% hingga menjadi Rp 411,32 miliar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan IV-2010 sebesar Rp 64,77 miliar. Net-outflow dominan disebabkan oleh adanya momen kampanye Pemilihan Gubernur dan panen raya yang berlangsung pada bulan Maret dan April yang memicu peningkatan permintaan uang tunai. Aktivitas kliring dan RTGS di Provinsi Sulawesi Tengah cenderung mengalami penurunan dari segi nominal. Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1.054,17 miliar atau mengalami penurunan 14,1 ( qtq). Sementara kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2011 cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong baik dari sisi nominal maupun volume kliring. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Bulan Februari tahun 2011 menunjukkan adanya perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi Bulan Agustus tahun 2010 yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah masih berada di bawah IPM nasional. Pada tahun 2009, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,70 meningkat sebesar 0,61 dari tahun sebelumnya. 3

16 Ringkasan Eksekutif Berdasarkan data per Maret 2011, jumlah KUR yang telah disetujui oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 388,55 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 2,63% dari akhir Desember KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 67,97%. Sementara tingkat NPL gross KUR per Maret 2011 tercatat sebesar 1,96%. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada periode triwulan I 2011, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja memiliki kinerja yang cukup baik. Hingga akhir bulan Maret 2011, pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah telah terealisasi sebesar Rp 298,31 miliar atau 25,54% dari target pendapatan. Nilai realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan APBD pada I 2010 sebesar 40,72%. Di sisi lain, realisasi belanja di I 2011 tercatat 17,88% atau relatif lebih baik dibandingkan dengan realisasi belanja pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,83%. tahun 2011 dengan tingkat penurunan mencapai 21,99% atau tercatat sebesar Rp 175,50 miliar. Belanja modal di tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 21,99% yang disebabkan oleh meningkatnya alokasi belanja pegawai dan belanja hibah untuk KPU dan Panwaslu yang digunakan untuk Pemilukada di tahun PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan II 2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan kuartalan yang positif sebesar 3,45% ± 0,5 (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2011 sebesar -3,71% (qtq). Secara tahunan perekonomian Sulawesi Tengah diperkirakan tumbuh 8,0 ± 0,5 (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 9,46% (yoy) dan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,29%. Pertumbuhan kuartalan yang positif di dorong oleh membaiknya kinerja pada komponen konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. 4

17 Ringkasan Eksekutif Secara sektoral pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2011 masih bersumber dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan. Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2011 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan adanya panen raya padi dan panen kakao. Inflasi tahunan (y-o-y) pada triwulan II-2011 diproyeksikan pada kisaran 7,92% + 0,5 atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan I 2011 sebesar 9,74% (y-o-y) namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,31% (y-o-y). Masuknya masa liburan sekolah dan persiapan menghadapi tahun ajaran baru yang jatuh di akhir triwulan II 2011 berpotensi mendorong inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. 5

18 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional BAB 1 PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan I 2011 perekonomian Sulawesi Tengah menunjukan kinerja positif. Laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar 9,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan IV 2010 sebesar 6,33% (yoy) maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,92% (yoy). Namun demikian, secara kuartalan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan laporan mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya, Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tercatat -3,71% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2010 yang tumbuh sebesar 4,97% (qtq) namun masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -6,46% (qtq). 2 18% 16% 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% 17,89% 12,88% 10,72% 8,93% 8,51% 8,84% 9,46% 7,92% 8,29% 8,74% 6,59% 6,33% 4,92% 5,35% 4,17% 4,3 2,23% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q asumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (yoy) Dari sisi permintaan, pertumbuhan masih bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah dengan share masing-masing sebesar 57,09%, 20,44% dan 18,19%. Seluruh komponen konsumsi baik rumah tangga, lembaga swasta nirlaba maupun pemerintah mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,25% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 6

19 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 3,86% (yoy), Kondisi serupa juga terjadi pada konsumsi lembaga swasta nirlaba yang tumbuh sebesar 37,58% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,14% (yoy). Kegiatan kampanye Pemilihan Gubernur yang dilakukan pada triwulan I 2011 menjadi faktor pendorong utama kinerja pada kedua jenis komponen konsumsi ini. Di samping itu maraknya penambangan rakyat yang dii lakukan di Poboya juga ditengarai memberikan stimulasi positif pada penghasilan sebagian masyarakat Kota Palu yang pada gilirannya meningkatkan konsumsii masyarakat baik bahan makanan maupun non makanan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Jasa - jasa Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Angkutan & Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Bangunan Listrik,Gas & Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tabel 1.1.Distribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier PDRB Prov. Sulteng (ADHK 2000) NO. LAPANGAN USAHA *) 2010**) I 2011 **) I. SEKTOR PERIMER ( Ekstraktif) 46,62 46,12 45,21 44,79 43,87 44,64 1. Pertanian 44,03 42,82 41,56 41,04 40,44 41,31 2. Pertambangan dan Penggalian 2,59 3,3 3,65 3,75 3,43 3,33 II. SEKTOR SEKUNDER (Industri) 13,71 13,82 13,76 13,85 13,95 13,75 3. Industri Pengolahan 6,47 6,48 6,4 6,44 6,35 6,12 4. Listrik dan Air Bersih 0,77 0,75 0,71 0,74 0,72 0,73 5. Bangunan 6,47 6,59 6,65 6,67 6,88 6,90 III SEKTOR TERSIER ( Jasa ) 39,68 40,06 41,02 41,35 42,17 41,61 6. Peragangan Restoran & Hotel 12,95 12,95 12,78 12,84 13,12 12,75 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,02 7,13 7,39 7,56 7,64 7,62 8. Keu. Persw. Dan Jasa Perush. 4,51 4,56 4,69 4,73 4,86 5,04 9. Jasa-Jasa 15,2 15,42 16,16 16,22 16,55 16,19 Jumlah / (PDRB)

20 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Dilihat dari sisi lapangan usaha, PDRB Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2011 didominasi oleh sektor primer dan sektor tersier dengan share masing-masing sebesar 44,64% dan 41,61%. Bila dilihat secara sektoral pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya kinerja semua sektor kecuali sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi, diikuti sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi terhadap pertumbuhan masingmasing sebesar 4,0, 1,41% dan 1,19% ANALISIS PDRB DARI SISI PERMINTAAN Pada triwulan I 2011, perekonomian Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 9,46% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan IV 2010 sebesar 6,33% (yoy). Tren pertumbuhan positif terjadi pada semua komponen kecuali ekspor yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 8,8 (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 7,64% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 3,44%. Sumber : BPS Sulteng Tabel 1.2. PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Kelompok Pengeluaran I IV I IV I 1. Konsumsi Rumah Tangga 8.582, , , , , ,37 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 190,19 42,55 55,58 49,40 57,89 67,97 3. Konsumsi Pemerintah 2.857,80 674,34 882,17 761,05 900,63 814,96 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.194,95 766,34 973,65 843, ,98 915,73 5. Ekspor 2.424,92 549,94 713,20 695,45 658,73 634,22 6. Impor(-) 2.202,95 444,18 711,35 664,25 536,80 510,94 Total PDRB , , , , , ,31 8

21 Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Des Mar Juni Sept Des Mar Juni Sept Des Mar Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sumber : BPS Sulteng Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%; y-o-y) Kelompok Pengeluaran I IV I IV I 1. Konsumsi Rumah Tangga 8,18% 7,43% 9,26% 3,86% 6,25% 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 16,52% 1,48% 16,12% 4,14% 37,58% 3. Konsumsi Pemerintah/ 45,45% -1,9 12,86% 2,09% 7,08% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto/ 31,27% 2,98% 10,09% 4,24% 8,54% 5. Ekspor -13,63% 25,96% 26,46% -7,64% -8,8 6. Impor(-) -17,85% 17,74% 49,54% -24,54% -23,08% Total PDRB 17,89% 5,35% 7,92% 6,33% 9,46% Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,25% (yoy) namun secara kuartalan mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 0,04% (qtq). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 9,38% hingga mencapai Rp 4,49 triliun rupiah. Hal ini dikonfirmasi dengan jumlah pendaftaran kendaraan baru pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya. Pendaftaran kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat sebesar kendaraan atau mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 11,09% (yoy). Tren positif serupa juga terjadi pada konsumsi BBM retail dan volume pemakaian air masyarakat yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 23,81% (yoy) dan 8,87% (yoy). miliar Unit N. Kredit % g. kredit kon (yoy) 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - I 2009 II 2009 III 2009 IV 2009 I 2010 II 2010 III 2010 IV 2010 I Roda 2 Roda 4 qtq (%) yoy (%) Sumber : LBU Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah Sumber : Kantor Samsat Kota Palu Grafik 1.4. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu 9

22 Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Kiloliter Meterkubik % % 2 15% % I II III IV I II III IV I 1 5% -5% I II III I IV II III I IV II III I IV -5% Premium (kl) Minyak Tanah (kl) Minyak Solar (kl) g. total retail+industri (qtq) g. total retail + industri (yoy) Sumber : Pertamina Region VIII, Sulteng Grafik 1.5. Konsumsi BBM Retail di Sulawesi Tengah Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy) Sumber : PDAM Kab. Donggala Grafik 1.6. Volume Pemakaian Air Masyarakat Seiring dengan panen raya yang mulai terjadi pada akhir triwulan I 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) selama triwulan laporan cenderung meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata NTP selama triwulan I 2011 tercatat 97,93%, lebih tinggi dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar 97,61%. Walaupun terjadi sedikit peningkatan, nilai NTP yang masih berada di bawah 100 menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih belum berada dalam taraf yang menggembirakan. Indeks harga yang dibayar, masih lebih besar dari indeks harga yang diterima petani. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pendapatan petani masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok (konsumsi) dan kebutuhan untuk biaya produksi pertanian. Kenaikan harga jual komoditas pertanian cukup berpengaruh pada kenaikan indeks diterima petani (pendapatan petani), namun tekanan inflasi yang cukup kuat selama triwulan laporan telah mendorong indeks dibayar petani (pengeluaran petani) mengalami kenaikan yang lebih besar lagi. Persen perubahan % Persen Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Penghasilan Konsumen 40 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Perubahan NTP (mtm) nilai tukar petani (NTP) Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 1.7. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber : Survei Konsumen KBI Palu Grafik 1.8. Indeks Keyakinan Konsumen 10

23 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Januari-Maret 2011, indeks keyakinan konsumen masih berada di atas 100 dengan tren yang sedikit meningkat di akhir triwulan laporan. Hal ini menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat masih terjaga yang diperkuat optimisme masyarakat bahwa tingkat penghasilan masyarakat yang dianggap masih lebih baik dibandingkan periode 6 bulan sebelumnya. Meningkatnya persepsi masyarakat terhadap tingkat penghasilan saat ini didukung oleh meningkatnya pendapatan/gaji serta adanya peningkatan omzet penjualan. Konsumsi lembaga swasta nirlaba pada triwulan I 2011 tumbuh sebesar 37,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,14%. Pertumbuhan pada komponen pengeluaran ini lebih disebabkan oleh adanya momen kampanye Pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah yang memicu tingginya alokasi anggaran bagi lembaga swasta seperti partai dan organisasi massa lainnya. Kondisi ini berdampak pada tingginya permintaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kampanye yang juga memberikan multiplier effect pada sektor lain seperti sektor jasa, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Konsumsi pemerintah pada triwulan I 2011 tumbuh sebesar 7,08% (yoy), namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 9,51% (qtq). Tingginya angka pertumbuhan tahunan tersebut dapat dikonfirmasi dari angka realisasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Tengah. Tabel 1.4. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Rp juta) URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW I 2011 ( % ) REALISASI PENDAPATAN , ,89 25,54% PENDAPATAN ASLI DAERAH , ,57 29,51% DANA PERIMBANGAN , ,69 24,03% LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG 3.400,00 578,63 17,02% SAH BELANJA , ,01 17,88% BELANJA TIDAK LANGSUNG , ,10 26,65% BELANJA LANGSUNG , ,91 9,29% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah, data diolah. Tingkat realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sudah cukup baik dengan tingkat realisasi belanja mencapai 17,88% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan tingkat realisasi sebesar 2,83%. Tingkat 11

24 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional realisasi belanja daerah yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu menjadi indikasi adanya perbaikan dalam hal pengelolaan belanja daerah Investasi Komponen investasi pada triwulan I 2011 tumbuh 8,54% (yoy), namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 9,78% (qtq). Pertumbuhan investasi pada triwulan laporan terutama didorong oleh investasi swasta baik yang sifatnya baru maupun penggantian barang modal. Kredit investasi berdasarkan bank pelapor pada bulan Maret 2011 tercatat sebesar Rp 718,37 miliar atau tumbuh 14,4% (yoy). Sementara volume realisasi semen di Sulawesi Tengah mengalami kontraksi sebesar 7,93% (yoy). Rp miliar I II III IV I II III IV I II III IV I Nominal Investasi (PDRB) g.investasi (qtq) g.investasi (yoy) Sumber : BPS Prov. Sulteng Grafik 1.9. Perkembangan Nominal PDRB Komponen Investasi Kinerja investasi di Sulawesi Tengah hingga saat ini masih terkendala dengan masih kurangnya infrastruktur pendukung seperti jalan, pelabuhan, bandara dan sarana pendukung lainnya. Disamping itu belum optimalnya kinerja listrik juga mengakibatkan kurangnya minat beberapa investor untuk menanamkan investasinya di Provinsi Sulawesi Tengah. Proyek PLTA Sulewana (kapasitas 3x65 MW) yang rencananya rampung di akhir tahun 2011 diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan listrik di Sulawesi Tengah. Di sisi APBD, adanya penurunan belanja modal sebesar 21,99% dari tahun sebelumnya menjadi tantangan tersendiri mengingat besarnya dampak penurunan belanja ini ke kinerja investasi. Dengan kondisi seperti ini pemerintah daerah harus fokus dalam melakukan pembenahan 12

25 Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Tr.II Tr.III Tr.IV Tr.I Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional pada infrastruktur, komunikasi dan energi (listrik) sehingga daya tarik Provinsi Sulawesi Tengah menjadi semakin baik di mata para investor yang pada gilirannya akan membawa dampak positif pada kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah. Rp miliar Ton persen 800 N. Kredit inv g. kredit inv (yoy) Mar Sep Mar Sep Mar Sept Mar Sept Mar Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Sumber : LBU Grafik 1.9. Kredit Investasi Provinsi Sulawesi Tengah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulteng Ekspor Aktivitas ekspor 1 Sulawesi Tengah pada triwulan I 2011 mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun secara kuartalan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar -8,8 (yoy) dan -3,72% (qtq). Pada periode bulan Januari-Maret 2011, nilai ekspor Sulawesi Tengah mencapai US$ 60,75 juta atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 37,99% (yoy). Seiring dengan hal tersebut volume ekspor juga turun 11,31% (yoy) hingga menjadi ,63 ton. Juta $ US ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : DSM BI Nilai Ekspor (juta $US) pert.(qtq) pert. (yoy) Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Prov. Sulawesi Tengah Sumber : DSM BI Volume Ekspor (ton) pert. (qtq) pert. (yoy) Grafik Perkembangan Volume Ekspor Prov. Sulawesi Tengah 1 Pengertian ekspor dalam konteks PDRB mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi. 13

26 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Ditinjau dari negara pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah masih didominasi oleh pembeli dari negara di Asia khususnya Malaysia dan China. Ekspor ke China didominasi oleh bahan tambang, sementara ekspor ke Malaysia didominasi oleh komoditas kakao. Berdasarkan data ASKINDO Sulawesi Tengah, ekspor kakao selama triwulan I tercatat sebesar ton atau mengalami pertumbuhan -51,7. Kondisi ini lebih buruk dibandingkan dengan triwulan IV-2010 dan periode yang sama tahun sebelumnya dengan volume ekspor kakao masing-masing mencapai ton dan ton. Adanya serangan hama penggerek buah kakao serta hama VSD pada hampir sekitar 75% dari hektar lahan kakao menjadi faktor utama menurunnya produksi kakao pada triwulan laporan (lihat boks potensi dan ancaman kakao Provinsi Sulawesi Tengah). Di samping itu kurangnya tenaga penyuluh di lapangan serta masih minimnya pengetahuan para petani kakao mengakibatkan produktivitas kakao di provinsi Sulawesi Tengah menjadi tidak optimal. Secara rata-rata produktivitas kakao petani hanya mencapai 500 kg/ha/tahun, jauh dari potensi ideal sebesar 3-4 ton/ha/tahun. Di sisi lain, adanya tren kenaikan harga kakao akibat faktor supply shortage di tingkat global tidak dapat di manfaatkan Provinsi Sulteng untuk menggenjot kinerja ekspor karena masih terkendala pada produksi kakao. Harga ratarata harian kakao pada periode Januari-Maret 2011 tercatat sebesar US$ 3.343,37/ton lebih tinggi dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar US$ 2.965,93/ton. Ton Ton USD per ton Asia Amerika Afrika Eropa Australia I 2008 III 2008 I 2009 III 2009 I 2010 III 2010 I Sumber : Web DSM Sumber : ASKINDO Ekspor Kakao g. yoy g. qtq 14

27 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Grafik Volume Ekspor Sulteng Menurut Negara Pembeli Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kakao Ton persen Ton persen I II III IV I II III IV I Minyak dan Lemak Nabati Volume (ton) growth (y-o-y) Vol. Ekspor Bhn Tambang (Ton) growth qtq growth yoy Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Hasil Tambang Sulteng Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Nabati Sulteng Volume ekspor hasil tambang pada bulan Januari-Maret 2011 mencapai 721,34 ribu ton, sedikit lebih rendah dari triwulan IV-2010 yang berjumlah 789,55 ribu ton. Sulawesi Tengah sendiri memiliki potensi tambang yang sangat besar seperti nikel, bijih besi dan emas yang tersebar di berbagai kabupaten utama seperti Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai, namun selama ini belum banyak dieksplorasi oleh para investor. Hingga triwulan laporan, devisa yang diperoleh dari eskpor bahan tambang Sulawesi Tengah mencapai USD 11,35 juta, meningkat 92,63% dari nilai ekspor tambang periode yang sama tahun lalu. Kegiatan pengiriman barang keluar wilayah dengan menggunakan kapal laut melalui pelabuhan Pantoloan selama triwulan I 2011 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu jumlah pengiriman barang keluar melalui Bandara Mutiara Palu pada triwulan laporan tercatat meningkat sebesar 37,42% (yoy) atau -4,43% (qtq). Ton/M3 persen Ton/ USD per ton I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I g. (yoy) Volum Muat (T/M3) g. (qtq) Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Grafik Perkembangan Volume Muat Barang Melalui jumlah barang keluar (ton) g. barang keluar (qtq) g. barang keluar (yoy) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik Jumlah Barang Yang Keluar Melalui Bandara 15

28 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) Impor Mutiara Palu Impor Sulawesi Tengah pada triwulan I 2011 masih mengalami kontraksi baik secara tahunan maupun kuartalan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar -23,08% (yoy) dan -4,82% (qtq). Kontraksi pada triwulan laporan didorong oleh penurunan impor antar daerah. Volume bongkar barang di Pelabuhan Pantoloan untuk perdagangan domestik pada triwulan laporan mengalami kontraksi 3,58% (yoy). Sementara itu jumlah pengiriman barang menggunakan jasa angkutan udara melambat dengan pertumbuhan sebesar 29,78% (yoy) atau -9,34% (qtq). Ton/M I II III IV I II III IV I II III IV I Ton I II III IV I II III IV I Sumber : PT. Pelindo IV, Pantoloan Volum Bongkar (T/M3) g. (q-t-q) g. (y-o-y) Grafik Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan (Perdagangan Dalam Negeri) jumlah barang masuk (ton) g. barang masuk (yoy) Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu g. barang masuk (qtq) Grafik Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu 1.2. ANALISIS PDRB DARI SISI PENAWARAN Pertumbuhan pada triwulan laporan bersumber dari sektor pertanian, sektor jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan. Tabel 1.5. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha I IV I IV I 1. Pertanian 6.252, , , , , ,54 2. Pertambangan & Penggalian 548,82 139,19 141,93 143,87 155,12 148,97 3. Industri Pengolahan 962,41 248,73 271,96 259,89 289,35 274,26 4. Listrik,Gas & Air Bersih 107,41 29,17 30,53 29,15 34,00 32,73 5. Bangunan 1.003,28 234,49 321,75 269,20 340,94 309,05 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.923,35 482,90 576,20 524,41 618,92 571,16 7. Angkutan & Komunikasi 1.112,51 288,82 324,09 312,38 350,80 341,36 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 705,26 179,53 206,14 201,98 223,11 225,96 9. Jasa - jasa 2.431,49 615,15 724,30 668,34 771,43 725,27 Total PDRB , , , , , ,31 16

29 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sumber : BPS Sulteng Sumber : BPS Sulteng Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (%) Lapangan Usaha Kontribusi thd I IV I IV I Pertumbuhan 1. Pertanian 20,06% 5,65% 6,93% 5,08% 9,96% 4,0 2. Pertambangan & Penggalian -1,06% 3,42% 3,37% 9,29% 3,54% 0,12% 3. Industri Pengolahan 6,11% 10,15% 4,49% 6,39% 5,53% 0,34% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 18,41% 3,12% -0,08% 11,35% 12,27% 0,09% 5. Bangunan 16,07% 5,5 14,8 5,96% 14,8 1,08% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,38% 6,89% 8,6 7,41% 8,91% 1,19% 7. Angkutan & Komunikasi 12,47% 7,76% 8,16% 8,24% 9,28% 0,7 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19,45% 3,89% 12,5 8,23% 11,87% 0,57% 9. Jasa - jasa 27,7 1,59% 8,65% 6,51% 8,52% 1,41% Total PDRB 17,89% 5,35% 7,92% 6,33% 9,46% 9,46% Sektor Pertanian Pada triwulan I-2011, sektor pertanian tumbuh sebesar 9,96% (yoy) namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 0,95% (qtq). Subsektor perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 14,44% (yoy), disusul subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 9,87% (yoy) dan 9,19% (yoy). Rp miliar Perikanan; 16,15% Kehutanan; 9,38% Peternakan dan Hasilhasilnya; 5,73% Tanaman Perkebunan ; 38,01% Tanaman Bahan Makanan; 30,74% 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Kredit Pertanian g.qtq g.yoy Sumber : BPS Sulteng Grafik Share Subsektor Pertanian Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Perbankan Sulteng Tingginya pertumbuhan di subsektor perikanan tidak terlepas dari program pemerintah baik dari pusat maupun daerah untuk menjadikan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu penghasil rumput laut terbesar di Indonesia. Di triwulan I 17

30 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional 2011 pengembangan rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami tren produksi yang positif yang didukung dari banyaknya lahan baru yang dikembangkan untuk budidaya rumput laut baik melalui tambak maupun laut lepas. Dalam pengembangan rumput laut di Sulawesi Tengah, Pemprov Sulawesi Tengah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan membagi tiga kluster. Cluster pertama mencakup wilayah Kabupaten Donggala, Kota Palu hingga Tolitoli dan Kabupaten Buol. Cluster kedua, wilayah Teluk Tomini yang meliputi Kabupaten Parimo, Poso, Touna serta sebagian wilayah Kabupaten Banggai. Sementara cluster ketiga, wilayah Teluk Tolo mencakup Kabupaten Morowali dan Banggai Kepulauan (Bangkep). Provinsi Sulawesi Tengah sendiri memiliki panjang pantai berkisar km meliputi Teluk Tomini, teluk Tolo dan Selat Makassar dengan luas potensi pengembangan komoditas rumput laut sekitar Ha. Di subsektor tanaman bahan makanan, pertumbuhan lebih ditopang oleh panen yang terjadi di akhir triwulan I 2011.Berdasarkan Angka Ramalan I (ARAM I) BPS, produksi padi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011 diperkirakan mencapai ton GKG, naik sebesar ton (4,29 %) dibandingkan dengan produksi tahun Peningkatan produksi padi tahun 2011 diperkirakan karena adanya peningkatan produktivitas sebesar 0,12 ku/ha dan penambahan luas panen sebesar Ha. Padi Sawah Tabel 1.7. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Provinsi Sulawesi Tengah Uraian 2007 (ATAP) 2008 (ATAP) 2009 (ATAP) 2010 (ASEM) 2011 (ARAM I) % pert. -Luas Panen (Ha) ,92% -Produktivitas (Ku/Ha) 42,79 47,35 46,06 46,64 46,78 0,3 -Produksi (ton) ,23% Padi Ladang -Luas Panen (Ha) ,8 -Produktivitas (Ku/Ha) 23,28 27,25 25,23 28,33 28,50 0,6 -Produksi (ton) ,43% Padi (Sawah+Ladang) -Luas Panen (Ha) ,01% -Produktivitas (Ku/Ha) 41,96 46,51 45,14 46,04 46,16 0,26% -Produksi (ton) ,29% Sumber: Dinas Pertanian Prov. Sulteng 18

31 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tabel.1.8 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi per Kabupaten/Kota Tahun 2011 No. KABUPATEN/KOTA LUAS TANAM LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI (Ha) (Ha) (KU/Ha) (Ton) 1 BANGGAI KEPULAUAN , BANGGAI , MOROWALI , P O S O , DONGGALA , TOLITOLI , B U O L , PARIGI MOUTONG , TOJO UNAUNA , P A L U , S I G I , SULAWESI TENGAH , Sumber: Dinas Pertanian Prov. Sulteng Berdasarkan sasaran produksi tahun 2011, Kabupaten Parigi Moutong ditargetkan menjadi daerah terbesar penghasil padi di Sulawesi Tengah. Hal ini didukung dengan luas tanam dan produktivitas yang paling baik di antara seluruh kabupaten. Produktivitas padi di Sulawesi Tengah yang saat ini baru mencapai 4,8 ton per hektar atau di bawah rata-rata nasional yang mencapai 6 ton/hektar. Faktor penyebabnya adalah terbatasnya tenaga penyuluh lapangan dan rendahnya kesadaran petani untuk menggunakan bibit unggul, melakukan pemupukan dan pengolahan. Kedepan pemerintah harus terus melakukan program peningkatan produktivitas mengingat masih besarnya potensi keuntungan yang masih bisa diperoleh. Selain faktor produktivitas, faktor pengalihan fungsi lahan tabama menjadi lahan perkebunan juga harus menjadi perhatian dari pemerintah daerah Sulawesi Tengah. Di tengah tren meningkatnya harga komoditas, belakangan beberapa kelompok tani telah mengalihkan lahan sawahnya ke perkebunan sawit dan coklat. Terkait hal ini, Pemda perlu memikirkan peraturan daerah yang mengatur daerah-daerah tertentu yang berfungsi sebagai lumbung pangan daerah dan tidak boleh dialihfungsikan ke perkebunan atau peruntukan lainnya. Stok beras BULOG Divre Sulawesi Tengah pada akhir Maret 2011 tercatat sebesar ton, meningkat sebesar 34,0 dibandingkan stok pada akhir 19

32 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 I-11 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional triwulan sebelumnya. Sementara itu selama triwulan I 2011 BULOG Divre Sulteng belum melakukan realisasi pengadaan beras dari target yang ditetapkan sebesar ton. Hal ini berkaitan erat dengan harga penjualan di pasar yang lebih tinggi dari HPP pemerintah. Untuk mengkompensasi hal ini, BULOG Divre Sulteng melakukan kebijakan impor beras dari luar negeri yakni Vietnam untuk selanjutnya akan disalurkan ke masyarakat dalam bentuk Raskin. Hingga akhir triwulan I 2011, realisasi raskin di Provinsi Sulawesi Tengah mencapai ton atau 7 dari target yang telah ditetapkan. Ton Rp./Kg Stok (Ton) Perub. Stok Pengadaan (ton) HPP (Rp/kg) Stok (Ton) Perubahan Stok qtq (%) Perubahan Stok YoY (%) Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Sumber : BULOG Divre Sulteng Grafik Realisasi Pengadaan Beras dan HPP Sumber : BULOG Divre Sulteng Grafik Perkembangan Stok Beras BULOG Tabel 1.9 Stok Operasional Perum BULOG Divre Sulteng No Uraian Jan Feb Mar 1 Palu Poso Luwuk Tolitoli Jumlah Tabe 1.10 Penyaluran Raskin Provinsi Sulteng Tahun 2011 No Uraian Rencana Realisasi sd I 2011 Realisasi (%) 1 Palu % 2 Poso % 3 Luwuk Tolitoli % Jumlah Sumber: Bulog Divre Sulteng Khusus untuk perkebunan, subsektor ini tumbuh sebesar 8,59% (yoy) namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 0,91% (qtq). Terjadinya penurunan 20

33 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional pada subsektor ini disebabkan berkurangnya produksi kakao akibat serangan hama. Di samping itu kurangnya tenaga penyuluh, penerapan kebijakan bea keluar yang merugikan petani, serta sulitnya aksesibilitas dalam permodalan menambah panjang deretan permasalahan yang dirasakan oleh petani. Namun demikian dalam upaya untuk meningkatkan produksi kakao, sejak tahun lalu Askindo Sulawesi Tengah telah membangun pusat pengembangan bibit kakao di Palu, bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember dan Universitas Tadulako. Disamping itu pihak ASKINDO, bersama dengan Bank Indonesia Palu dan Dinas Perkebunan juga akan melakukan program sertifikasi penyuluh yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi minimnya pengetahuan dan skill yang dimiliki banyak petani kakao. Upaya lain yang sedang ditempuh oleh Askindo adalah mendorong para petani dan eksportir untuk memfasilitasi sertifikasi lahan kebun kakao. Langkah ini perlu dilakukan untuk merespons permintaan pasar, khususnya dari negara-negara Eropa yang mensyaratkan produk yang ramah terhadap lingkungan. Melalui sertifikasi diharapkan volume produksi dan mutu produk yang dihasilkan oleh petani akan meningkat. Adapun syarat sertifikasi meliputi pembukaan lahan yang tidak merusak hutan, pemeliharaan tanaman, penggunaan pupuk dan pestisida, hingga ketahanan produksi. Vol. Ton y.o.y persen Vol. Ton y.o.y persen Ikan, Kerang-kerangan, Moluska dll Volume (ton) Coffee, Cocoa Volume (ton) growth (y-o-y) growth (y-o-y) Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Sulteng Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Kakao dan Kopi Sulteng 21

34 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Volume (Ton) growth y.o.y Volume (Ton) growth y.o.y Minyak dan Lemak Nabati Volume (ton) growth (y-o-y) Bahan Nabati dan Hewani Volume (ton) growth (y-o-y) Sumber : Web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Minyak dan Lemak Nabati Sumber : web DSM BI Grafik Perkembangan Ekspor Komoditas Bahan Nabati dan Hewani Sulteng Selain dilihat dari sisi produksi, kinerja sektor pertanian juga dapat dilihat dari jumlah ekspor komoditas pertanian di triwulan laporan. Volume ekspor komoditas perikanan pada periode Januari-Maret 2011 tercatat tumbuh sebesar -37,74% (yoy), sementara ekspor bahan nabati dan hewani lainnya tumbuh sebesar 116,55% (yoy). Ekspor komoditas kakao dan kopi yang merupakan komoditas unggulan Sulawesi Tengah mengalami kontraksi sebesar 53,1% (yoy), sedangkan ekspor komoditas minyak justru tumbuh sebesar 86,35% (yoy) Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I 2011 mengalami perlambatan 3,54% (yoy), atau mengalami kontraksi sebesar 3,96% (qtq). Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan ditopang oleh subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian yang masingmasing tumbuh sebesar 33,44% (yoy) dan 5,95% (yoy). Angka realisasi produksi bahan galian C di Kabupaten Donggala selama triwulan I 2011 tumbuh sebesar 13,57% (yoy) namun mengalami kontraksi sebesar 18,37% (qtq). Produksi bahan galian C tertinggi dicapai pada bulan Maret 2011, dengan volume mencapai kubik. Selain ditopang dari galian C, kegiatan pertambangan di wilayah Sulawesi Tengah juga ditopang kegiatan penambangan emas rakyat di wilayah Poboya yang hingga kini masih terus berlangsung. 22

35 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rp miliar 60, , ,00 4 Penggalian; 49,69% Minyak dan Gas Bumi; 49,85% 30,00 20,00 10, Pertamban gan tanpa Migas; 0,46% - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Kredit Pertambangan g.qtq g.yoy -4 Sumber : BPS Sulteng Sumber : LBU Grafik Share Subsektor Pertambangan dan Penggalian Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian Perbankan Sulteng Sebagai daerah yang kaya sumber mineral, di wilayah Sulawesi Tengah terdapat potensi bahan tambang seperti nikel, bijih besi, tembaga, emas, perak, dll, yang tersebar di hampir tiap wilayah kabupaten. Namun potensi tambang tersebut belum digarap dengan baik. Ekspor hasil tambang Sulawesi Tengah lebih banyak dikirim ke negara China, seiring meningkatnya aktivitas perekonomian di negara tersebut. Meter Kubik growth (%) Ton growth (%) I II III IV I II III IV I II Tr III IV I I II III IV I II III IV I Produksi (m3) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q) Vol. Ekspor Bhn Tambang (Ton) growth qtq growth yoy Sumber : Distamben Kab. Donggala Grafik Produksi Bahan Galian Golongan C Sumber : web dsm Grafik Ekspor Mineral Tambang Sektor Industri Pengolahan Pada triwulan I-2011, sektor industri pengolahan mengalami pelambatan sebesar 5,53% (yoy) atau kontraksi sebesar 5,22% (qtq). Di sisi lain pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang provinsi Sulawesi 23

36 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Tengah di triwulan I 2011 mengalami kontraksi sebesar 1,12% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,26% (qtq). Penurunan tersebut antara lain disebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan produksi kayu dan barang-barang dari kayu. Rp miliar Semen & Brg. Galian bukan logam; 5,37% Makanan, Minuman dan Tembakau; 33,8 Kertas dan Barang Cetakan; 1,98% Lainnya; 1,81% Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya; 57,05% 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Kredit Industri g.qtq g.yoy 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% -5% -1 Sumber : BPS Sulteng Sumber : LBU Grafik Share Subsektor Industri Pengolahan (Industri Tanpa Migas) Grafik Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Kinerja subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya mengalami penurunan pertumbuhan dari 6,02% (yoy) di triwulan IV 2010 menjadi 4,68% (yoy) di triwulan I Hal ini disebabkan karena pasokan bahan baku untuk industri kayu di Sulawesi Tengah dalam dua tahun belakangan terus merosot menyusul seretnya produksi dari perusahaan pemegang izin usaha pengelolaan hasil hutan. Di sisi lain, kualitas kayu yang dihasilkan juga mulai banyak dikeluhkan karena tidak memenuhi standar ekspor. Produksi kayu olahan selama ini diekspor ke sejumlah negara di Asia dan Eropa seperti Jepang, Korea Selatan, Belgia dan Perancis. Saat ini terdapat 283 perusahaan yang tercatat sebagai industri primer hasil hutan kayu. Kapasitas produksinya hingga m 3 tersebar di 10 kabupaten/kota. Luas hutan suaka alam di wilayah Sulawesi Tengah mencapai ha, hutan lindung ha, kawasan produksi ha. 24

37 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Meter Kubik growth (%) Ton growth (%) Volume (ton) growth (y-o-y) Volume Ekspor (ton) growth (yoy) Sumber : Distamben Kab. Donggala Grafik Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture Sumber : web dsm Grafik Volume Ekspor Produk Manufaktur Sulteng Kilo liter I II III IV I II III IV I Premium (kl) Minyak Tanah (kl) Minyak Solar (kl) g. total industri (qtq) g. total industri (yoy) Sumber : Pertamina Region VII, Wilayah Sulteng Grafik Realisasi Penyaluran BBM Industri Di Wilayah Sulteng Konsumsi BBM untuk sektor industri selama triwulan I 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 60,99% (yoy) atau melambat sebesar 12,1 (qtq). Secara keseluruhan konsumsi BBM Industri mencapai kiloliter. BBM jenis solar yang tercatat paling banyak digunakan oleh kalangan industri dengan pangsa sebesar 81,08%. Perlambatan pertumbuhan konsumsi BBM Industri yang umumnya digunakan untuk memasok kebutuhan pembangkit listrik menunjukan sektor industri pada triwulan laporan mengalami perlambatan. 25

38 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Juli Sep Nov Jan Mar Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan I 2011 tumbuh sebesar 12,27% (yoy) namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 3,73% (qtq). Konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan tumbuh sebesar 21,2 (yoy), atau sebesar 0,2 (qtq). Secara umum kondisi kelistrikan di Sulawesi Tengah membaik setelah adanya tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel di Kabupaten Buol, Poso dan Kota Palu. Kondisi ini berdampak positif pada penambahan jumlah pelanggan yang mendorong peningkatan konsumsi listrik pada triwulan laporan. Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Donggala, jumlah pemakaian air pada triwulan I 2011 tumbuh sebesar 8,87% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 4,87% (yoy). Rp miliar Gas; 0,0 Air Bersih; 13,97% Listrik; 86,03% 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Kredit Listrik, Gas dan Air g.qtq g.yoy Sumber : BPS Sulteng Grafik Share Subsektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih KwH growth (%) Meter Kubik growth (%) % % % % - -1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : PT PLN Cabang Palu Pemakaian Listrik YoY QtQ Sumber PDAM Donggala Volume Air Tersalur (m3) g. yoy Grafik Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu Grafik Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala 26

39 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Bangunan Pada triwulan I 2011 sektor bangunan tumbuh sebesar 14,8 (yoy), namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 9,35% (qtq). Terjadinya peningkatan kinerja sektor bangunan secara tahunan disebabkan karena adanya perbaikan realisasi belanja pemerintah di triwulan I Realisasi belanja daerah pada triwulan I 2011 mencapai 17,88% atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,83%. Proyek-proyek pembangunan seperti PLTA Sulewana, pembangunan hotel baru serta maraknya pembangunan rumah dan kost di daerah Palu juga ikut berkontribusi pada meningkatnya kinerja sektor bangunan. Ton Rp miliar I '08 II '08 III '08 IV I '08 '09 II '09 III '09 IV I '09 '10 II '10 III '10 IV '10 I ' ,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar % 1 5% -5% -1-15% -2-25% -3 Volume g. qtq g. yoy Kredit Konstruksi g.qtq g.yoy Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik Realisasi Pengadaan Semen Di Sulteng Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan I 2011 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 8,91% (yoy) namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 7,72% (qtq). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor hotel dengan pertumbuhan sebesar 23,63% (yoy) disusul subsektor perdagangan besar dan eceran dan subsektor restoran masing-masing sebesar 8,73% dan 7,44%. Adanya kegiatan kampanye pemilihan Gubernur pada triwulan laporan ditengarai menjadi faktor utama meningkatnya kinerja sektor PHR. 27

40 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rp miliar Hotel ; 1,84% Restoran; 4,02% Perdaganga n Besar & Eceran; 94,14% 3.000, , , , ,00 500,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar 25% 2 15% 1 5% -5% -1-15% -2-25% Kredit Perdagangan g.qtq g.yoy Sumber : BPS Sulteng Grafik Share Subsektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja positif sub sektor perhotelan tercermin oleh peningkatan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang maupun melati. Rata-rata TPK hotel berbintang selama triwulan I 2011 mencapai 71,32%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan IV-2010 yang mencapai 70,12% maupun rata-rata triwulan I-2010 sebesar 61,43%. Pada saat yang bersamaan jumlah tamu hotel sepanjang triwulan I 2011 mencapai orang yang didominasi oleh tamu domestik. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 74,59% (yoy) atau 5,77% (qtq). Di sisi lain, meningkatnya kredit sektor PHR sebesar 21,09% (yoy) menunjukkan geliat perdagangan besar dan eceran yang semakin besar di triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan komponen konsumsi yang mengalami pertumbuhan positif di triwulan I 2011 baik konsumsi rumah tangga, swasta nirlaba maupun pemerintah. Persen Orang Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des I II III IV I II III IV I TPK 2008 (%) TPK 2009 (%) TPK 2010 (%) TPK 2011 (%) D perubahan % (2011 ke 2010) Total Tamu g. (qtq) g.(yoy) Sumber : BPS Sulteng Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang Sumber : BPS Sulteng Grafik Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang 28

41 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan I 2011 tumbuh 9,28% (yoy), namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 2,69% (qtq). Subsektor komunikasi tercatat memiliki pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu 18,42% (yoy), sedangkan subsektor pengangkutan tumbuh sebesar 8,47% (yoy). Membaiknya kinerja komunikasi ditengarai disebabkan karena bertambahnya pelanggan telepon dan handpohone baru serta semakin besarnya tingkat konsumsi jasa telekomunikasi yang belakangan memiliki tarif yang murah. Dari data yang diperoleh dari pengelola Bandara Mutiara Palu, jumlah arus penumpang pesawat udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama triwulan I tercatat berjumlah penumpang. Jumlah tersebut meningkat sebesar 24,23% (yoy). Jumlah penumpang angkutan udara tertinggi tercatat pada bulan Januari 2011 yang didorong adanya libur Tahun Baru serta bulan Maret 2011 yang disebabkan adanya persiapan kampanye Pilgub. Rp miliar Komunikasi; 8,74% Pengangkut an; 91,26% 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Kredit Angkutan g.qtq g.yoy Sumber : BPS Sulteng Grafik Share Subsektor Angkutan dan Komunikasi Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi 29

42 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Orang growth q-t-q % % % % -1 - I 09 II 09 III 09 IV 09 I 10 II 10 III 10 IV 10 I '11-15% Penumpang Datang Penumpang Berangkat Penumpang Total Sumber : Pengelola Bandara Mutiara Palu Grafik1.50. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara Palu Peningkatan penumpang angkutan udara ternyata tidak diikuti dengan peningkatan penumpang kapal laut. Jumlah penumpang kapal laut pada triwulan I mencapai penumpang, turun sebesar 9,87% (qtq). Meningkatnya pendapatan masyarakat dan semakin kompetitifnya harga tiket yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan menjadikan minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan kapal laut menjadi berkurang. Orang growth q-t-q I II III IV I II III IV I II III IV I Turun Berangkat g. tot. penumpang (yoy) g.tot. penumpang (qtq) Sumber : PT Pelindo IV, Cabang Pantoloan Grafik 1.51 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut Melalui Pelabuhan Pantoloan 30

43 Des 07 Mar 08 Jun 08 Sep 08 Des 08 Mar 09 Jun 09 Sep 09 Des-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Mar-11 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Sektor keuangan, persewaan dan jasa Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I 2011 tumbuh 11,87% (yoy) atau sebesar 1,28% (qtq). Subsektor bank tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 17,33% (yoy). Hal ini disebabkan karena semakin ekspansifnya perbankan dalam menghimpun dana dan menyalurkan kredit di Sulawesi Tengah. Penambahan beberapa bank baru serta bertambahnya kantor cabang dalam setahun belakangan juga ikut mengangkat kinerja subsektor bank pada triwulan laporan. Rp juta Sewa Bangunan; 31,28% Jasa Perusahaan ; 15,73% Lembaga Keuangan tanpa Bank; 8,83% Bank; 44,16% Kredit (juta) DPK (juta) g. NTB BU (y-o-y) Sumber : BPS Sulteng Grafik Share Subsektor Angkutan dan Komunikasi Sumber : Buku SEKDA Prov. Sulteng Grafik Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Bank Umum Di Sulteng Nilai tambah bruto (NTB) bank umum pada akhir triwulan I 2011 tumbuh 64,43% (yoy). Peningkatan NTB tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang mencapai 19,68% (yoy). Kondisi tersebut didukung oleh cukup lebarnya spread suku bunga dan kualitas kredit yang baik dengan NPL nett < 5 % Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan I 2011 kinerja sektor jasa tumbuh sebesar 8,52% (yoy), namun secara kuartalan mengalami kontraksi sebesar 5,98% (qtq). Pada akhir Maret 2011 kredit sektor jasa tumbuh 97,55% (yoy) dan masih didominasi oleh kredit untuk jasa dunia usaha. Sementara itu jumlah dana pemerintah (pusat dan daerah) yang tersimpan di lembaga perbankan hingga bulan Maret 2011 berjumlah 31

44 Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Rp 961,65 miliar. Jika dibandingkan posisi 1 tahun yang lalu terdapat penurunan sebesar 22,3 (yoy). Sektor jasa yang masih didominasi oleh jasa pemerintahan mengakibatkan realisasi belanja pemerintah akan berpengaruh terhadap kinerja sektor ini. Adanya penurunan dana pemerintah pada perbankan dari triwulan sebelumnya menunjukan adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah selama triwulan laporan. Rp miliar Swasta; 31,97% Pemerintah an Umum; 68,03% 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50, Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Kredit Jasa-Jasa g.qtq g.yoy Sumber : BPS Sulteng Grafik Share Subsektor Angkutan dan Komunikasi Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi Rp Miliar Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Pem. Pusat Pem. Daerah g.total DPK Pem. (qtq) g.total DPK Pem. (yoy) Sumber : LBU Palu Grafik Perkembangan Dana Pemerintah Daerah Pada Perbankan 32

45 Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar BOKS 1. POTENSI DAN ANCAMAN KAKAO PROVINSI SULAWESI TENGAH Indonesia merupakan produsen biji kakao terbesar ketiga dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana. Berbeda dengan biji kakao dari Pantai Gading dan Ghana yang terfermentasi, biji kakao Indonesia umumnya tidak terfermentasi sehingga harganya cenderung murah di pasar tradisional. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada biji kakao. Namun demikian industri pengolah kakao 1 dan industri cokelat 2 belum berkembang seperti yang diharapkan. Keunggulan komparatif pada biji kakao, ternyata belum mendukung keunggulan kompetitif industri pengolah biji kakao dan industri cokelat. Provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu penghasil kakao utama di Indonesia memiliki banyak potensi dalam hal pengembangan komoditas kakao. Selain karena kondisi tanahnya yang subur dan cocok untuk ditanami kakao, mayoritas lahan kakao yang ada di provinsi ini juga merupakan perkebunan yang dimiliki oleh rakyat sehingga setiap hasil penjualan langsung berdampak pada Perkembangan Ekspor Kakao Sulawesi Tengah dan Harga Kakao Internasional peningkatan pendapatan dan daya beli petani. Apalagi hal ini didukung oleh fakta bahwa harga kakao cenderung naik seiring meningkatnya permintaan di tingkat global. Adanya tren kenaikan harga kakao akibat faktor supply shortage di tingkat global baru-baru ini ternyata tidak dapat di manfaatkan Provinsi Sulteng untuk 1 Industri pengolah biji kakao menghasilkan intermediate output seperti cocoa cake, cocoa powder dan cocoa butter 2 Industri cokelat memproduksi final goods dalam bentuk makanan, mis: permen cokelat, cokelat tabur, selai cokelat, biskuit cokelat, dll Ekspor-ASKINDO (ton) ICCO Monthly Average of Daily Price US/ton 0

46 menggenjot kinerja ekspor karena masih terkendala pada produksi kakao. Padahal harga rata-rata harian kakao pada periode Januari-Maret 2011 tercatat sebesar US$ 3.343,37/ton lebih tinggi dari rata-rata triwulan sebelumnya sebesar US$ 2.965,93/ton. Selain faktor harga, faktor kualitas juga memegang peranan penting. Saat ini kualitas kakao Provinsi Sulawesi Tengah masih dalam bentuk kakao nonfermentasi yang berdampak pada lebih rendahnya harga kakao dari Sulteng dibandingkan kakao dari Pantai Gading atau Ghana. Dengan demikian proses fermentasi menjadi potensi tersendiri bagi kalangan petani untuk meningkatkan kualitas dan harga jual.disamping itu belum adanya industri pengolahan kakao juga merupakan potensi besar yang harus digarap ke depan. Nilai tambah dari pengolahan kakao akan lebih dirasakan manfaatnya apabila petani, pemerintah daerahn dan pengusaha di Indonesia terlibat mulai dari hulu hingga hilir. Di tengah begitu besarnya potensi kakao Sulawesi Tengah ternyata pengelolan kakao di di daerah ini masih menghadapi sejumlah tantangan dan ancaman. Saat ini kinerja kakao Sulteng menghadapi ancaman berupa semakin berkurangnya produksi kakao yang dihasilkan. Adanya serangan hama penggerek buah kakao serta hama VSD pada hampir sekitar 75% dari hektar lahan kakao menjadi faktor utama menurunnya produksi kakao belakangan. Disamping itu kurangnya tenaga penyuluh di lapangan serta masih minimnya pengetahuan para petani kakao mengakibatkan produktivitas kakao di provinsi Sulawesi Tengah menjadi tidak optimal. Secara rata-rata produktivitas kakao petani hanya mencapai 500 kg/ha/tahun, jauh dari potensi ideal sebesar 3,5-4 ton/ha/tahun. Di sisi lain penetapan bea keluar kakao juga tidak bisa dipandang enteng. Pada tanggal 1 April 2010, pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Keuangan No.67/PMK.011/2010 menetapkan Bea Keluar (BK) untuk komoditas biji kakao yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan ketersediaan input bagi industri pengolah biji kakao di Indonesia, dan 2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri pengolah biji kakao.

47 Sebelum BK diberlakukan, harga domestik di tingkat petani diperoleh dari harga referensi (harga terminal New York) dikurangi harga diskon 3 (harga FOB), biaya dan keuntungan eksportir, serta biaya dan keuntungan pedagang. Setelah penetapan BK, harga domestik di tingkat petani diperoleh dari harga referensi, dikurangi harga diskon, biaya dan keuntungan eksportir, tarif BK, biaya dan kentungan pedagang dan biaya resiko pedagang. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak Universitas Gadjah Mada terkait penetapan bea keluar ini diperoleh informasi bahwa pedagang dan eksportir langsung mengalihkan beban bea keluar ke petani. Disamping itu akibat bea keluar yang mungkin berubah-ubah setiap bulannya yang berdampak pada resiko bisnis, pedagang ditingkat desa cenderung membebani petani dengan bea keluar maksimum sebesar 15%, meskipun bea keluar resmi dari pemerintah kurang dari nilai tersebut (1 atau bahkan hanya 5%). Kondisi ini berimplikasi pada terjadinya penurunan kesejahteraan di tingkat petani sebesar antara 1-15%. Akibatnya saat ini banyak petani yang mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain yang memiliki nilai ekonomis yang lebih baik seperti kelapa sawit. Berkaitan dengan potensi dan ancaman yang diuraikan di atas maka pemerintah bersama petani dan stakeholder lainnya harus saling bersinergis untuk meningkatkan kinerja kakao ke depan. Adapun langkah yang dapat di tempuh diantaranya 1. Pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan penetapan bea keluar biji kakao. 2. Pemerintah perlu memperhatikan penggunaan dana BK yang terkumpul agar direalokasikan kembali ke petani kakao. Dengan demikian penurunan kesejahteraan petani kakao akibat adanya BK dapat diminimasi. 3. Pemerintah perlu aktif mendorong petani melakukan fermentasi biji kakaonya. Fermentasi biji kakao oleh petani akan terjadi jika petani memiliki insentif untuk melakukan fermentasi tersebut. Hal ini dimungkinkan jika pemerintah campur tangan aktif memutus ketergantungan petani terhadap pedagang dan menciptakan kapasitas pembelian biji fermentasi dari petani dengan harga yang menarik. 3 Harga diskon terjadi karena mutu biji kakao Indonesia rendah karena tidak terfermentasi

48 4. Perlunya melakukan sertifikasi penyuluh kakao dalam rangka meminimalisir gap pengetahuan dan skill yang dimiliki petani 5. Diperlukan kemitraan yang kuat antara petani kakao, industri pengolah biji kakao dan industri coklelat. Kemitraan yang kuat akan menjamin kepastian pemasaran di tingkat petani, yang pada gilirannya akan mendorong petani untuk menjual biji kakao yang terfermentasi apabila terdapat pembelian dari pihak industri dengan harga yang menarik. 6. Diperlukan strategis cokelat yang holistik dan komprehensif. Optimalisasi pengembangan industri tidak saja mencakup industri penghasil intermediate output (industri pengolahan biji kakao) namun juga industri penghasil final output (industri cokelat)..

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. Inflasi Tahunan (y.o.y) Secara tahunan (y.o.y) laju kenaikan harga-harga secara umum di Kota Palu menunjukkan tren peningkatan yang cukup tajam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan inflasi tercatat 9,74% (y.o.y), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 6,4. Posisi Inflasi Kota Palu ini jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang pada triwulan laporan mencapai 6,65% (y.o.y). Perkembangan inflasi Kota Palu yang lebih tinggi dari inflasi nasional memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Sulawesi Tengah dan tentunya Kota Palu agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. Kondisi ini sejalan dengan pola pada tahun-tahun sebelumnya, dimana harga-harga masih terpengaruh oleh kenaikan pada akhir tahun serta pengaruh cuaca buruk yang menghambat proses distribusi barang-barang. Grafik 2.1 Tren Inflasi Nasional & Kota Palu Sumber utama penyebab inflasi berasal dari lonjakan indeks harga konsumen kelompok bahan makanan mencapai 16,61% (yoy), diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 12,36% (yoy), dan kelompok perumahan sebesar 9,29% (yoy). Lonjakan peningkatan pada kelompok bahan makanan sangat dipengaruhi oleh kenaikan pada sub kelompok bumbu-bumbuan. Pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau didorong oleh kenaikan pada sub kelompok makanan jadi dan pendorong inflasi pada kelompok perumahan berasal dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air. 33

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.2. Inflasi Triwulanan (q.t.q) Secara triwulan (q.t.q), tekanan terhadap harga-harga di Kota Palu pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) naik dari 0,37% pada triwulan IV-2010 menjadi 2,49% pada triwulan laporan. Hal tersebut terutama didorong oleh adanya peningkatan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang tercatat sebesar 7,01% (q.t.q), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,82%. Kenaikan harga juga terjadi pada perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang pada triwulan laporan tercatat 3,5 (q.t.q) atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,47% (q.t.q). Kenaikan tersebut terutama dikarenakan faktor kenaikan tarif cukai rokok sebesar 5% pada awal tahun, seiring dengan meningkatnya target penerimaan cukai pada 2011 serta tingginya inflasi pada sewa rumah disebabkan oleh adanya momen musiman (tahunan) para pemilik rumah/kost untuk menaikan harga sewa rumah/kost pada momen awal tahun (triwulan I). Kenaikan Sewa rumah/kost juga terjadi di daerah penambangan Poboya karena mulai maraknya penggalian tambang emas sehingga mulai menarik tenaga penambang dari daerah lain. Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q) 2.3. Inflasi Bulanan (m.t.m) Secara bulanan, inflasi pada bulan Maret 2011 mencapai 0,67% (m.t.m). Inflasi yang relatif tinggi ini disumbang oleh masih tingginya permintaan terhadap pendidikan,rekreasi dan olahraga serta peningkatan pada sub kelompok buah-buahan. Inflasi IHK secara bulanan (mtm) yang terjadi di Kota Palu bersumber dari kenaikan harga pada sebagian besar kelompok barang/jasa. Terdapat lima kelompok barang/jasa yang mengalami inflasi, yaitu kelompok perumahan sebesar 2,8, 34

51 Bab 2. Perkembangan Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,57%, kelompok sandang sebesar 0,38%, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,35%, kelompok kesehatan sebesar 0,21%, Sementara perkembangan harga untuk kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan masing-masing mengalami deflasi sebesar (0,44%) dan (0,11%). Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan (% mtm) Kota Palu per Kelompok Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Palu Januari 2011 Pada bulan Januari 2011 di Kota Palu terjadi inflasi sebesar 1,13%, dengan indeks dari 128,70 pada Desember 2010 menjadi 130,16% pada Januari Dari 66 kota, tercatat 62 Kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Padang 3,7 dan terendah terjadi di Manokwari 0,07%. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Sorong - 0,17% dan terendah terjadi di Ternate -0,32%. 35

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi Inflasi Kota Palu terjadi karena adanya kenaikan indeks yang cukup tinggi pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 3,45% (m.t.m) akibat dampak meningkatnya permintaan/kebutuhan masyarakat pada saat perayaan Tahun Baru Secara tahunan, laju inflasi Kota Palu pada Januari 2011 tercatat 7,48% (yoy). Tren peningkatan harga cabe rawit yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia disebabkan oleh adanya shock di sisi supply. Anomali cuaca yang terjadi belakangan berkontribusi besar terhadap penurunan produksi cabe rawit di Sulawesi Tengah. Di samping itu ulah para spekulan yang turut memainkan harga juga menambah tekanan harga cabe rawit. Adanya kenaikan harga terigu yang merupakan bahan baku pembuatan mie instant serta adanya kebijakan penghapusan capping listrik yang berpengaruh terhadap biaya operasional kalangan industri. Mulai 1 Januari 2011, PLN menjalankan kebijakan tarif yang termuat dalam Peraturan Menteri ESDM No.7/2010 tentang Tarif Dasar Listrik (TDL) secara penuh. Artinya capping atau batas atas kenaikan 18% yang dulu diberlakukan agar pelaku usaha tidak terlalu terbebani dengan kenaikan tarif, kini dihapus. Februari 2011 Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Februari 2011 secara umum menunjukkan adanya kenaikan atau inflasi sebesar 0,66% (m.t.m). Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 2,86%, Kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,46%, Kelompok Sandang sebesar 0,09%, Kelompok Kesehatan sebesar 0,5 dan Kelompok Pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,02%. Khusus pada makanan jadi, kenaikan harga tertinggi terjadi pada Subkelompok Tembakau dan minuman beralkohol dengan adanya kenaikan tarif cukai rokok sebesar 5% pada awal tahun seiring dengan meningkatnya target penerimaan cukai pada Maret 2011 Sementara itu inflasi pada bulan Maret 2011 juga menunjukkan tren yang tidak jauh berbeda dengan inflasi pada bulan sebelumnya. Pada bulan Maret 2011, inflasi Kota Palu tercatat sebesar 0,67% (m.t.m) atau lebih tinggi 36

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi dibandingkan inflasi nasional yang tercatat deflasi -0,32% (m.t.m). Secara tahunan (yoy), inflasi di Kota Palu tercatat sebesar 9,74% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan inflasi wilayah Sulampua sebesar 6,24% (y.o.y) dan inflasi nasional 6,65% (yoy). Panen yang berlangsung pada bulan Maret membawa dampak positif pada stok dan harga beras di Sulawesi Tengah. Hal ini terlihat dari deflasi yang terjadi pada komoditas beras yang mencapai - 4,43% (mtm). Seiring dengan hal tersebut, subkelompok bahan makanan juga mengalami deflasi hingga sebesar 0,44%. Inflasi yang terjadi di Kota Palu terutama disumbang oleh subkelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar dengan andil inflasi sebesar 0,59%. Bila dirinci, komoditas sewa rumah merupakan komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan Maret 2011 dengan andil sebesar 0,399%. Tingginya inflasi pada sewa rumah disebabkan oleh adanya momen musiman (tahunan) dari para pemiliki rumah/kost untuk menaikan harga sewa rumah/kost pada momen awal tahun (triwulan I). Secara rata-rata, harga sewa rumah dari beberapa sample BPS pada bulan Januari dan Februari 2011 mencapai Rp (tingkat harga sewa bervariasi mulai dari Rp hingga Rp ). Kemudian pada bulan Maret 2011, harga sewa rata-rata meningkat sebesar 17,95% hingga menjadi Rp Di samping itu pesatnya tingkat ekspansi dari universitas dan kampus dalam membangun gedung baru yang ada di wilayah Palu juga menstimulus tingginya permintaan rumah/kost belakangan. Kondisi pertumbuhan permintaan yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan suplai rumah/kost menyebabkan terjadinya kenaikan harga pada bulan Maret 201. Sementara kenaikan harga mie yang terjadi pada bulan Maret 2011 merupakan implikasi dari naiknya harga terigu yang didorong lonjakan harga gandum dunia. Saat ini harga gandum dunia berada di rentang US$ per metrik ton. Kampanye Pilgub yang mencapai puncaknya pada bulan Maret 2011 juga memberikan kontribusi pada inflasi bulan Maret Tingginya tingkat mobilitas pada masa kampanye memberi dampak pada meningkatnya harga angkutan udara (andil inflasi 0,045%). 37

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.4 Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas Berdasarkan kelompoknya, sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan I-2011 berasal dari kelompok bahan makanan mencapai 16,61% (yoy), diikuti oleh kelompok makanan jadi sebesar 12,36% (yoy), dan kelompok perumahan sebesar 9,29% (yoy). Inflasi tahunan pada triwulan ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 6,4. Pada triwulan ini semua kelompok komoditas mengalami inflasi. Tabel 2.3 Inflasi Kelompok Komoditas Kelompok/Sub Kelompok M.T.M Q.T.Q Y.O.Y BAHAN MAKANAN -0,44 0,98 16,61 MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0,57 7,01 12,36 PERUMAHAN,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 2,80 3,5 9,29 SANDANG 0,38 0,29 2,84 KESEHATAN 0,21-0,17 1,51 PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA -0,11-0,15 8,20 TRANSPOR,KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0,35 0,63 2,56 UMUM 0,67 2,49 9,74 Pembahasan selanjutnya akan diuraikan 3 (tiga) kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tahunan tertinggi pada triwulan ini. a. Kelompok Bahan Makanan Kenaikan harga pada kelompok bahan makanan bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok bumbu-bumbuan 98,37%, subkelompok lemak & minyak 26,84% dan subkelompok sayur-sayuran sebesar 11,35%. Kenaikan pada kelompok ini sebagian besar dikarenakan belum masuknya musim panen padi serta adanya pengaruh faktor anomali cuaca yang berdampak terhadap produksi pertanian nasional. Tabel 2.4 Perkembangan Inflasi (yoy) Kelompok Bahan Makanan Kelompok/Sub Kelompok Okt Nov Des Jan Feb Mar BAHAN MAKANAN 9,07 6,70 10,59 13,30 14,39 16,61 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 16,84 18,91 21,17 13,77 11,75 7,65 Daging dan Hasil-hasilnya 7,45 8,50 6,13 10,59 11,70 6,39 Ikan Segar (2,70) (9,13) 1,34 1,92 3,52 11,06 Ikan Diawetkan (2,12) 1,18 (9,72) (1,85) 2,83 8,46 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 2,12 2,66 6,47 5,90 5,60 7,99 Sayur-sayuran (7,68) (18,32) (16,32) (10,73) (1,70) 11,35 Kacang - kacangan 0,25 1,25 1,20 0,55 0,77 1,14 Buah - buahan 4,28 (6,03) (7,06) 20,72 (13,71) 8,50 Bumbu - bumbuan 55,80 50,21 61,20 86,95 100,59 98,37 Lemak dan Minyak 5,02 7,99 12,44 17,73 27,85 26,84 Bahan Makanan Lainnya 3,69 4,05 6,37 5,59 8,48 7,54 Sumber BPS *) Menggunakan tahun dasar

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi b. Kelompok Makanan Jadi Kenaikan IHK pada kelompok makanan jadi terutama bersumber dari kenaikan harga di subkelompok makanan jadi 14,79%, dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol 11,21%. Kenaikan harga makanan jadi disebabkan oleh kenaikan harga dari produsen sementara permintaan masyarakat relatif tidak mengalami perubahan. Sementara kenaikan harga tembakau dan minuman beralkohol terutama dipicu oleh adanya kenaikan tarif cukai rokok seiring dengan meningkatnya target penerimaan cukai pada Kondisi ketahanan pangan di Kota Palu tidak terpengaruh oleh isu strategis krisis pangan global. Hal tersebut sebagaimana terangkum dalam boks.2 tentang Kondisi Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Tengah. Tabel 2.5 Perkembangan Inflasi (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok/Sub Kelompok Okt Nov Des Jan Feb Mar MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 7,23 7,47 7,32 10,25 13,35 12,36 Makanan Jadi 10,10 10,32 10,66 15,40 16,53 14,79 Minuman yang Tidak Beralkohol 7,07 7,65 5,72 6,47 6,04 5,77 Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,01 0,01-0,02 11,00 11,21 Sumber BPS *) Menggunakan tahun dasar 2007 c. Kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Kenaikan IHK pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan harga di subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 20,94%. Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi (yoy) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok/Sub Kelompok Okt Nov Des Jan Feb Mar PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 6,97 6,41 6,16 5,22 5,09 9,29 Biaya Tempat Tinggal 2,42 2,10 1,67 0,42 0,20 6,15 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 23,05 21,23 21,23 20,36 20,36 20,94 Perlengkapan Rumahtangga 1,18 1,57 1,36 1,24 1,50 4,21 Penyelenggaraan Rumahtangga 5,67 5,29 5,53 5,74 5,81 7,98 Sumber BPS *) Menggunakan tahun dasar

56 Bab 2. Perkembangan Inflasi Rekap 10 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Tabel 2.7 Komoditas penyumbang inflasi terbesar No. Jan Feb-11 Mar-11 Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil 1 CABE RAWIT 0,245% ROKOK KRETEK FILTER 0,365% SEWA RUMAH 0,399% 2 IKAN BAKAR 0,237% CABE RAWIT 0,304% BANDENG 0,098% 3 TOMAT BUAH 0,212% KELAPA 0,124% MIE 0,084% 4 NASI 0,155% MIE KERING INSTANT 0,102% TOMAT BUAH 0,069% 5 BERAS 0,135% ROKOK PUTIH 0,091% KONTRAK RUMAH 0,063% 6 MUJAIR 0,111% BATU BATA/BATU TELA 0,057% CAKALANG 0,057% 7 SIOMAY 0,08 BERAS 0,046% TERI 0,055% 8 KELAPA 0,064% BAWANG MERAH 0,04 BAWANG PUTIH 0,047% 9 CABE MERAH 0,062% MARTABAK 0,038% ANGKUTAN UDARA 0,045% 10 MOBIL 0,058% BESI BETON 0,033% UPAH PEMBANTU RT 0,041% Tabel 2.8 Komoditas penyumbang Deflasi terbesar Rekap 10 Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar No. Jan Feb-11 Mar-11 Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil 1 BAWANG MERAH -0,209% TOMAT BUAH -0,21 BERAS -0,289% 2 LAYANG -0,11 MUJAIR -0,105% CABE MERAH -0,098% 3 SELAR -0,075% BANDENG -0,104% DAGING AYAM RAS -0,071% 4 CAKALANG -0,057% CAKALANG -0,092% SELAR -0,055% 5 KANGKUNG -0,051% LAYANG -0,043% CABE RAWIT -0,046% 6 OBAT DENGAN RESEP -0,035% ANGKUTAN UDARA -0,042% EKOR KUNING -0,046% 7 KACANG PANJANG -0,026% TOMAT SAYUR -0,037% BESI BETON -0,014% 8 BAYAM -0,025% DAGING AYAM RAS -0,033% KEMBUNG/GEMBUNG -0,013% 9 PEPAYA -0,02 KETIMUN -0,027% MINYAK GORENG -0,011% 10 ASAM -0,018% SELAR -0,019% AYAM HIDUP -0,01 40

57 BOKS 2. KONDISI KETAHANAN PANGAN PROVINSI SULAWESI TENGAH Salah satu prioritas kebijakan nasional saat ini adalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan aspek penting dan strategis dalam pembangunan. Namun kini ketahanan pangan menghadapi tantangan yang serius berupa perubahan iklim yang mengganggu penyediaan dan distribusi pangan di sejumlah daerah serta gejolak harga pangan. Perubahan iklim global yang terjadi sejak tahun lalu menyebabkan penurunan produksi panen beberapa komoditas pangan dan berdampak pada kenaikan harga komoditas. Pengaruh lain berasal dari kecenderungan kenaikan harga bahan bakar minyak. Krisis pangan di tahun 2011 diprediksi akan akan lebih dahsyat ketimbang yang terjadi di tahun Alasannya pada tahun 2008 penyebab krisis pangan adalah faktor cuaca temporer, sementara pada tahun 2011 ini penyebabnya lebih kompleks. Harga pangan dunia akan terus melonjak sebagai dampak dari krisis tersebut. Isu strategis krisis pangan global tersebut, dari sisi permintaan terjadi karena lonjakan permintaan pangan akibat penambahan jumlah penduduk, penggunaan komoditas bahan pangan untuk bahan bakar dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Sementara dari sisi penawaran krisis pangan global bisa terjadi akibat kerusakan tanah sehingga produktivitas berkurang, lahan irigasi semakin menurun, konversi lahan beririgasi teknis untuk usaha non pertanian atau pengalihan air untuk warga perkotaan serta karena Iklim Global. Bagi Indonesia, krisis pangan global dapat berdampak positif sekaligus dampak negatif. Dampak positifnya adalah adanya peningkatan produksi komoditas yang berimbas pada semakin besarnya penerimaan ekspor dan tingginya arus masuk modal portofolio. Sedangkan dampak negatifnya adalah mendorong peningkatan inflasi umum terutama pada komoditas pangan, memberikan tekanan yang cukup besar kepada kelompok miskin serta rentannya kemungkinan arus modal yang keluar mendadak. Bagi pemerintah daerah ketahanan pangan menjadi sesuatu yang wajib dipenuhi. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup ketersediaan (produksi, impor dan cadangan), tetapi juga mecakup distribusi (aksesibilitas fisik, ekonomi dan sosial budaya) dan konsumsi (kualitas pangan penganekaragaman pangan). Masalah ketahanan pangan merupakan masalah kompleks yang terkait dengan banyak sektor dan memerlukan penyelesaian yang komprehensif. Untuk itu Badan Ketahan Pangan Daerah

58 Sulawesi Tengah (BKP) selalu melakukan koordinasi lintas sektoral untuk mendukung kecukupan dan stabilitas harga pangan di Provinsi Sulawesi Tengah. Beberapa program dan kegiatan yang dilakukan adalah Desa Mandiri Pangan, Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), Pemanfaatan Pekarangan, Intervensi Rawan Pangan, Cadangan Pangan, Paska Bencana, Kebun Desa, Kebun Sekolah, dan Penganekaragaman Konsumsi. Kini, meski krisis pangan global tahun 2011 diprediksi akan lebih dahsyat dibandingkan dengan tahun 2008, namun hal tersebut tidak berimbas pada ketahanan pangan Provinsi Sulawesi Tengah yang masih tercukupi hingga tahuh Hal tersebut terlihat dari stok beberapa komoditas pangan yang surplus, kecuali untuk komoditas kacang hijau dan telur. Stok beras di Provinsi Sulawesi Tengah, hingga tahun 2012 masih dalam kondisi aman (surplus) sebagaimana daftar di bawah ini. SITUASI CADANGAN GABAH & BERAS DI SULTENG TAHUN PRODUKSI GKG BERAS (Ton) KONSUMSI (Ton) SURPLUS (Ton) , Namun mengingat beras merupakan komoditas terbesar dalam menyumbang angka inflasi, BKP Daerah Sulawesi Tengah menganjurkan masyarakat untuk membiasakan mengkonsumsi komoditas lainnya sebagai pengganti beras, seperti ubi kayu, sagu atau jagung. Sementara itu, Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah pun terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas dengan mengimplementasikan strategi pencapaian produksi tanaman pangan, sebagai upaya meningkatkan hasil panen tanaman pangan, yang dibarengi dengan kegiatan penyuluhan bagi para petani. Strategi pencapaian produksi tanaman pangan yang telah dilakukan selama ini adalah Peningkatan produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi dan penguatan kelembagaan dan pembiayaan. Untuk tahun 2011, kegiatan operasional difokuskan pada peningkatan produktivitas padi, jagung dan kedelai yang berada di wilayah tertentu dengan penerapan Pola Sekolah Lapangan (SL). Dengan sistem ini diharapkan terbina kawasankawasan andalan untuk pengembangan komoditas tersebut. Selain itu pembinaan

59 umum difokuskan pula terhadap areal pertanaman yang ada melalui kegiatan gerakan, dem plot/dem area, penyuluhan, dengan materi optimalisasi penerapan teknologi, pengendalian OPT, banjir & kekeringan, penguatan kelembagaan kelompok tani serta penyediaan subsidi pupuk dan benih. AREAL SEKOLAH LAPANGAN (SL) No Komoditas Luas Areal (Ha) SL-PTT SL Kab/Kota (Unit) 1 Padi Non Hibrida Padi Ladang Jagung Hibrida Kedelai Target Peningkatan Produktivitas : 1. Padi non Hibrida = 0,5 1 ton GKG /ha; Padi 2. Ladang = 0,3 0,7 ton GKG/ha 3. Jagung Hibrida = 2 ton PK/ha Pada Sekolah Lapangan dilaksanakan pula Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha dengan bantuan Paket Benih VUB dan Pupuk (NPK, Urea & Organik, Kaptan) dan pertemuan petani pelaksana SL. Pengawalan dan Pendampingan secara intensif dalam kegiatan ini dilakukan oleh Penyuluh Pertanian, Peneliti, POPT, PBT. Adapun rencana lokasi SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai tahun 2011, per kabupaten adalah sebagai berikut : No. KABUPATEN/KOTA SL-PTT PADI NON HIBRIDA PADI LADANG JAGUNG HIBRIDA KEDELAI Luas SL Luas SL Luas SL Luas SL (Ha) (Unit) (Ha) (Unit) (Ha) (Unit) (Ha) (Unit) 1 BANGGAI KEP BANGGAI MOROWALI POSO DONGGALA TOLITOLI BUOL PARIGI MOUTONG TOJO UNAUNA P A L U S I G I SULAWESI TENGAH

60 Pendistribusian pupuk yang selama ini seringkali menjadi kendala, kini telah dialokasikan dan dapat didistribusikan sesuai jadwal, sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas pertanian. No. ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI PER KABUPATEN/KOTA SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN THN 2011 Sub Sektor Jenis Pupuk (Ton) Urea SP-36 ZA NPK Pupuk Organik 1 Tanaman Pangan , , , , ,00 2 Hortikultura 4.240,00 173, , ,00 323,00 3 Perkebunan , , , ,00 772,00 4 Peternakan 136,00 5,00 21,00 0,00 10,00 5 Budidaya Perikanan Darat 1.575,00 253,00 0,00 0,00 120,00 Jumlah , , , , ,00 No. KABUPATEN/KOTA PUPUK BERSUBSIDI (TON) UREA SP-36 NPK ZA PPK ORGANIK 1 BANGGAI KEP. 29,90 2,04 13,37 3,83 2,28 2 BANGGAI 5.083,00 345, ,56 651,10 386,75 3 MOROWALI 3.887,00 264, ,84 497,90 295,75 4 POSO 2.691,00 183, ,12 344,70 204,75 5 DONGGALA 3.289,00 223, ,48 421,30 250,25 6 TOLITOLI 2.392,00 162, ,44 306,40 182,00 7 BUOL 1.794,00 122,10 802,08 229,80 136,50 8 PARIGI MOUTONG 5.681,00 386, ,92 727,70 432,25 9 TOJO UNAUNA 897,00 61,05 401,04 114,90 68,25 10 PALU 119,60 8,14 53,47 15,32 9,10 11 SIGI 4.036,50 274, ,68 517,05 307,13 JUMLAH , , , , , ooooo

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2011 masih cukup baik meskipun pada triwulan berjalan kredit yang diberikan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengingat pada triwulan I bank masih belum begitu ekspansif. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi berjalan dengan baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan ini menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan rasio di atas 10. Kualitas kredit yang diberikan, yang tercermin dari rasio Non Performing Loans-gross, juga membaik. Di sisi lain, penyaluran kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan yang positif Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR) Total aset perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp miliar, menurun sebesar Rp369 miliar atau -3,07% dibandingkan dengan triwulan IV-2010, namun meningkat sebesar Rp1.661 miliar (16,61%) dibandingkan dengan triwulan I Peran bank umum terhadap aset perbankan Sulawesi Tengah sangat dominan yaitu sebesar 97,09%, sedangkan peran BPR hanya sebesar 2,91%. Fungsi intermediasi perbankan di Sulawesi Tengah berjalan dengan baik. Hal in tercermin dari besarnya rasio loan to deposits (LDR) yang selama ini selalu di atas 10. LDR perbankan Sulawesi Tengah pada triwulan I-2011 tercatat sebesar 128,6, yang berarti bahwa jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat melebihi dana yang dihimpun dari masyarakat. Jumah kredit yang diberikan pada triwulan ini tercatat sebesar Rp9.221 miliar, sedangkan jumlah dana yang dihimpun sebesar Rp7.170 miliar. Kredit yang diberikan pada triwulan ini turun sebesar Rp80 miliar (-0,86%) dibandingkan dengan triwulan IV-2010, atau meningkat sebesar Rp1.562 miliar (20,39%) jika dibandingkan dengan triwulan I Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan yang tercermin dari rasio NPL-gross 41

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah sedikit membaik dari 3,29% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,21%, masih di bawah batas himbauan Bank Indonesia 5%. Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum dan BPR) Provinsi Sulawesi Tengah (Miliar Rupiah) Keterangan Mar Jun Sep Des Mar Total Aset (miliar Rp) 8.120, , , , , , ,04 Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 5.813, , , , , , ,37 Giro (miliar Rp) 1.306, , , , , , ,55 Deposito (miliar Rp) 1.241, , , , , , ,33 Tabungan (miliar Rp) 3.266, , , , , , ,49 Kredit (Jenis Penggunaan - miliar Rp) 6.115, , , , , , ,80 Modal Kerja (miliar Rp) 2.759, , , , , , ,07 Investasi (miliar Rp) 333,36 540,83 627,77 686,17 630,00 673,98 718,37 Konsumsi (miliar Rp) 3.023, , , , , , ,36 Kredit UMKM (miliar Rp) 5.397, , , , , , ,16 LDR (%) 105,2 116,31 117,68 119,27 123,15 122,55 128,60 NPLs netto (%) 1,66 0,02 0,82 0,79 1,29 0,19 2, Rp miliar Persen Persen Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Bank Umum Pemerintah Bank Umum Swasta B P R Pertumbuhan (y-o-y) B P R Bank Umum Swasta Bank Umum Pemerintah Sumber : LBU, LBBPR Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.1. Jumlah DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3.2. Share DPK Menurut Kelompok Bank 42

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp miliar Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar BPR Bank Swasta Bank Pemerintah Pert. B. Pemerintah (yoy) Pert B. Swasta (yoy) Pert. BPR (yoy) Total Kredit BPR Bank Swasta Bank Pemerintah Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.1. Jumlah Kredit Menurut Kelompok Bank Sumber : LBU, LBBPR Grafik 3.2. Share Kredit Menurut Kelompok Bank 3.2. Intermediasi Bank Umum Fungsi intermediasi bank umum di Sulawesi Tengah telah berjalan dengan sangat baik. Rasio LDR bank umum di atas 10. Pada triwulan I ini, LDR bank umum di Sulawesi Tengah tercatat sebesar 127,97%, sedikit meningkat dibandingkan dengan LDR pada triwulan IV-2010 lalu yang sebesar 121,72%. Demikian pula jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, LDR bank umum mengalami peningkatan, pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 116,46%. Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (q-t-q) pada triwulan I-2011 mengalami penurunan yaitu masing-masing sebesar -1,49% dan -5,53% bila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit dan DPK pada triwulan IV Jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, jumlah kredit dan DPK masing-masing tumbuh sebesar 2,9 dan 1,7. Penurunan kredit mengindikasikan banyak debitur yang melunasi hutangnya, terutama untuk sektor perdagangan, angkutan, listrik, gas dan air. Sementara itu, penurunan dana pihak ketiga terjadi pada tabungan yang mengindikasikan banyak nasabah yang menarik simpanannya sejalan dengan 43

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah meningkatnya konsumsi rumah tangga, pertumbuhan konsumsi rumah tangga untuk triwulan I-2011 (yoy) tercatat 6,25% (triwulan sebelumnya tercatat 3,86%). Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah Keterangan Mar Jun Sep Des Total Aset (miliar Rp) 6.906, , , , , , ,40 Dana Pihak Ketiga (miliar Rp) 5.225, , , , , , ,68 Giro (miliar Rp) 1.285, , , , , , ,73 Deposito (miliar Rp) 995, , , , , , ,30 Tabungan (miliar Rp) 2.944, , , , , , ,65 Kredit (Jenis Penggunaan - miliar Rp) 4.713, , , , , , ,55 Modal Kerja (miliar Rp) 2.067, , , , , , ,51 Investasi (miliar Rp) 287,84 333,36 518, ,73 655,24 602,38 646,79 Konsumsi (miliar Rp) 2.357, , , , , , ,25 Kredit UMKM (miliar Rp) 4.228, , , , , , ,35 LDR (%) 90,19 105,2 115,15 116,46 118,32 122,19 121,72 NPLs netto (%) 3,54 1,66 0,83 0,81 0,01 1,29 0, Penghimpunan Dana Masyarakat Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun bank umum per posisi Maret 2010 sebesar Rp6.989 miliar, meningkat sebesar Rp572 miliar atau tumbuh 10,17% (y-o-y). Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa komposisi DPK di Sulawesi Tengah didominasi oleh tabungan yaitu tercatat sebesar Rp4.033 miliar dengan porsi 57,71%, sedangkan deposito dan giro masing-masing sebesar Rp1.708 miliar atau 24,44% dan Rp4.033 miliar atau 17,85%. Bagi perbankan, dengan dominannya tabungan ini, perbankan dapat memperoleh dana yang relatif murah. Di sisi lain, banyaknya tabungan mengindikasikan bahwa masyarakat Sulawesi Tengah telah mengenal perbankan dengan baik. 44

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp juta Persen Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar 2 18% 16% 14% 12% 1 8% 6% 4% 2% Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar % 2 15% 1 5% -5% -1-15% DPK BU Pert DPK (yoy) Giro Deposito Tabungan Giro (yoy) Deposito (yoy) Tabungan (yoy) Sumber : LBU Grafik 3.1. Perkembangan DPK BU Sumber : LBU Grafik 3.2. Perkembangan DPK BU (giro, deposito & tabungan) Persen Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Tabungan Deposito Giro Sumber : LBU, LBPR Grafik 3.4. Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Menurut porsi kepemilikannya, jumlah DPK di Sulawesi Tengah didominasi oleh DPK milik perorangan dengan total Rp5.544 miliar atau 79,33% dari total DPK. Kepemilikan oleh perorangan ini sejalan dengan jenis DPK yang didominasi oleh tabungan daripada deposito maupun giro. Sementara itu, porsi kepemilikan DPK oleh pemerintah daerah dan perusahaan swasta masing-masing sebesar Rp683 miliar atau 9,77% dan Rp236 miliar atau 3,38%. 45

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah DPK milik pemerintah daerah dan pemerintah pusat mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 9,77% dan 3,99%. Hal ini sesuai dengan siklus anggaran pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang pada awal-awal tahun/triwulan pertama yang masih belum digunakan. Di sisi lain, DPK milik perorangan mengalami pertumbuhan negatif tertinggi yaitu sebesar Rp579 miliar atau -79, Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Pem. Pusat Pem. Daerah Perush. Swasta Perorangan Lainnya Mar Jun Sep Des Mar Jun Sept Des Mar Lainnya Perorangan Perush. Swasta Pem. Daerah Pem. Pusat Sumber : LBU Grafik 3.5. Pertumbuhan DPK per Golongan Pemilik Sumber : LBU Grafik 3.6. Pangsa DPK per Golongan Pemilik Penyaluran kredit Kredit yang diberikan oleh bank umum di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan negatif. Pada triwulan I ini kredit turun sebesar 1,49% jika dibandingkan dengan triwulan IV-2010, namun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada 2010, kredit mengalami pertumbuhan sebesar 19,68%. Jumlah kredit yang diberikan oleh bank umum pada triwulan I 2011 tercatat sebesar Rp8.944 miliar. Penurunan kredit mengindikasikan banyak debitur yang melunasi hutangnya, terutama untuk sektor perdagangan, angkutan, listrik, gas dan air. Menurut jenis penggunaan dan jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, pertumbuhan kredit terbesar yaitu kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 36,68%, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi yang masing-masing sebesar 16,8 dan 7,8. Namun demikian, pangsa kredit terbesar adalah kredit konsumsi dan kredit modal kerja yaitu masing-masing 48,08% dan 44,17%. Sedangkan kredit investasi pangsanya hanya sebesar 7,75%. Peran kredit investasi ini jika dibandingkan 46

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah dengan triwulan I-2010 sedikit mengalami penurunan, mengingat pada triwulan tersebut pangsa kredit investasi tercatat sebesar 7,94%. Rendahnya peran kredit investasi ini perlu menjadi perhatian kita semua untuk peningkatannya secara bertahap, mengingat kredit ini memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kredit lainnya. Efek pengganda ini khususnya terhadap penyerapan tenaga kerja, dan akselerasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Rp juta Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert Kredit (yoy) Modal Kerja (yoy) Investasi (yoy) Sumber : LBU Grafik 3.7. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar K.Konsumsi K.Investasi K.Modal Kerja Sumber : LBU Grafik 3.8.Proporsi Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan 47

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Secara sektoral, jumlah kredit yang diberikan bank umum didominasi oleh sektor lainnya yaitu sebesar Rp5.304 miliar atau sebesar 59,3 dari total kredit yang diberikan bank umum, diikuti sektor perdagangan sebesar Rp2.670 miliar atau 29,85%. Jumlah kredit pada sektor industri dan sektor pertanian sangat kecil yaitu masing-masing sebesar Rp193 miliar dengan porsi 2,16% dan Rp169 miliar dengan porsi 1,89%. Kecilnya kredit pada kedua sektor yang memiliki efek besar pada pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja ini, perlu menjadi perhatian kita bersama untuk peningkatannya secara bertahap. Perbankan Sulteng Tabel 3.3. Perkembangan kredit BU persektor Pert Des 2010 Share Des Mar Des Mar Des Mar yoy qtq ,68% -1,49% Pertanian (miliar Rp) ,84% 8,07% 1,89% Pertambangan (miliar Rp) ,17% -19,81% 0,33% Industri (miliar Rp) ,71% -2,91% 2,16% Listrik, Gas dan Air (miliar Rp) ,96% -74,58% 0,06% Konstruksi (miliar Rp) ,66% -5,61% 2,16% Perdagangan (miliar Rp) ,02% -3,1 29,85% Angkutan (miliar Rp) ,99% -22,2 0,81% Jasa-Jasa (miliar Rp) ,79% 16,38% 3,44% Lainnya (miliar Rp) ,07% -0,83% 59, Kredit UMKM Penyaluran kredit untuk usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Sulawesi Tengah masih menunjukan kinerja yang cukup baik dengan pertumbuhan sebesar 3,61% jika dibandingkan dengan triwulan I Namun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan IV-2010 sebesar 4,49%. Secara keseluruhan nilai penyaluran kredit MKM hingga Maret 2011 berjumlah Rp8.878 miliar. Dari jumlah tersebut, pangsa kredit MKM masih didominasi oleh jenis kredit kecil dengan pangsa 50,04%, sementara kredit untuk usaha mikro dan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 31,33% dan 18,62%. Kondisi ini mencerminkan besarnya perhatian yang diberikan oleh perbankan di Sulawesi Tengah 48

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah terhadap pengembangan usaha mikro dan kecil. Hal ini juga didukung dengan pangsa kredit MKM terhadap total kredit yang mencapai 96,28%. Rp (miliar) Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Sumber : LBU, LBPR Mikro Kecil Menengah Mikro (yoy) Kecil (yoy) Menengah (yoy) TOTAL MKM (yoy) Grafik 3.9. Perkembangan Kredit MKM menurut Kelompok Kredit 3.3. Kinerja Bank Umum Syariah KInerja perbankan syariah pada triwulan I-2011 tumbuh cukup baik. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aset perbankan syariah pada triwulan I ini tumbuh sebesar Rp60,71 miliar atau 13,88%. Namun jika dibandingkan dengan triwulan I-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 117,27%, atau naik sebesar Rp268,85 miliar. 49

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Rp (miliar) Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar ASET Pert. Aset (yoy) Sumber : LBU Grafik Perkembangan Aset Bank Syariah DPK perbankan syariah pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp 294,11 miliar atau mengalami peningkatan dibandingan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp9 miliar atau tumbuh sebssar 3,07%. Peningkatan jumlah DPK pada triwulan laporan dipengaruhi adanya peningkatan pada deposito yang mengalami pertumbuhan sebesar 24,44% sehingga menjadi Rp77 miliar. Sementara itu, jumlah tabungan dan deposito pada DPK bank syariah memiliki porsi masing-masing sebesar 64,83%dan 26,22% dari total DPK bank syariah. Rp miliar persen Rp miliar persen Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar DPK Pert. DPK (yoy) Giro Deposito Tabungan Pert. Giro (yoy) Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Sumber : LBU Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah Sumber : LBU Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah Menurut Jenis Simpanan 50

71 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Seiring dengan pertumbuhan yang terjadi pada DPK, jumlah kredit perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan I-2011 kredit perbankan syariah tercatat sebesar Rp452,67 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 16,19% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan kredit pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan jumlah kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar Rp32,37 miliar (15,87%) dan Rp27,42 miliar (16,39%) sehingga menjadi masing-masing sebesar Rp236,32 miliar dan Rp194,79 miliar. Jumlah kredit konsumsi dan modal kerja memiliki porsi masing-masing sebesar 52,21% dan 43,02% dari total kredit bank syariah. Sementara itu, rasio LDR perbankan syariah pada triwulan laporan meningkat menjadi 153,91%. Pertumbuhan DPK dan kredit perbankan syariah terutama karena adanya penambahan jumlah jaringan kantor bank syariah di triwulan I-2011, yaitu pembukaan KCP BSM Morowali dan peningkatan status kantor dari KCP menjadi KC BSM Luwuk. Rp miliar Rp miliar Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar KREDIT Pert. KREDIT (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Sumber : LBU Grafik Perkembangan Kredit Perbankan Syariah Menurut Jenis Penggunaan 3.4. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja BPR pada triwulan I ini menunjukkan perkembangan yang positif. Aset, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 10,0, 39,37%, dan 24,93% jika dibandingkan dengan triwulan IV- 2010, atau tumbuh sebesar 43,38%, 98,26% dan 49,04% jika dibandingkan dengan triwulan I

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Dengan jumlah sembilan BPR yang ada di Sulawesi Tengah, asset BPR pada posisi Maret 2011 adalah sebesar Rp339,48 miliar. Jumlah ini memiliki peran sebesar 2,91% terhadap total asset perbankan di Sulawesi Tengah. Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BPR per posisi Maret 2011 adalah sebesar Rp181,22 miliar, meningkat sebesar Rp51,19 miliar (24,93%) dibandingkan dengan triwulan IV-2010, atau meningkat sebesar Rp89,82 miliar (98,26%) dibandingkan dengan triwulan I Komposisi dana pihak ketiga tersebut terdiri dari, deposito sebesar Rp115,03 miliar dan tabungan Rp66,18 miliar. Rp juta Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar 5 45% 4 35% 3 25% 2 15% 1 5% ASET Pert. Aset (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Aset BPR Rp juta Rp juta Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar -5 - Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar Deposito Tabungan Pert.Deposito (yoy) Pert.Tabungan (yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pert. Modal Kerja (yoy) Pert.Investasi (yoy) Pert.Konsumsi (yoy) Sumber : LBPR Grafik Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan Sumber : LBPR Grafik Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan 52

73 Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah Seiring dengan meningkatnya jumlah dana pihak ketiga, jumlah kredit yang disalurkan BPR juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan I-2011 total kredit yang diberikan adalah sebesar Rp276,56 miliar, meningkat sebesar Rp55,20 miliar (24,93%) dibandingkan dengan triwulan IV-2010, atau meningkat sebesar Rp91,00 miliar (49,04%) dibandingkan dengan triwulan I Kualitas kredit BPR triwulan ini cukup bagus dan sedikit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah kredit non lancar atau Non Performing Loans (NPLs), NPLs-gross menurun dari 1,8% menjadi 1,4% dan NPLs-net menurun dari 0,74% menjadi 0,43%. Sementara itu, pada triwulan I-2010, NPLs-gross tercatat 2,2% dan NPLs-net 1,1%. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang diberikan dialokasikan untuk kredit konsumsi sebesar Rp199,26 miliar atau 72,05%, kredit modal kerja sebesar Rp52,40 miliar atau 18,95% dan kredit investasi sebesar Rp24,89 miliar atau 9,0 dari total kredit yang diberikan. Fungsi intermediaris perbankan yang dilakukan oleh BPR di Sulawesi Tengah berjalan dengan baik, tercermin dari besarnya rasio Loan to Deposits (LDR) yang selama ini selalu di atas 10. LDR bank per triwulan I-2011 tercatat 152,6% atau menurun dibandingkan dengan triwulan I-2010 yaitu 203,. Upaya yang dapat dilakukan manajemen bank dalam mempertahankan/ meningkatkan likuiditas antara lain meningkatkan penghimpunan dana masyarakat sehingga fungsi bank sebagai lembaga intermediaris dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Selain hal tersebut, manajemen bank dituntut agar senantiasa meningkatkan dan menjaga rasio LDR dalam rentang kendali yang normal sehingga sumber dana untuk ekspansi kredit yang diberikan selaras dengan jumlah penghimpunan dana masyarakat. --- ooo

74 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sebagaimana diketahui, kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Sistem pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain, yang dalam aplikasinya sistem pembayaran menggunakan dua instrumen yakni tunai dan non tunai. Dalam menjalankan mandat tersebut, Bank Indonesia mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, keseteraan akses dan perlindungan konsumen. Aman berarti segala risiko dalam sistem pembayaran harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggara sistem pembayaran. Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelenggaraan sistem pembayaran harus dapat digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah karena meningkatnya skala ekonomi. Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa Bank Indonesia tidak menginginkan adanya praktek monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem yang dapat menghambat pemain lain untuk masuk. Terakhir adalah kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen. Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy. 4.1 Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Aktivitas kliring di triwulan I 2011 mengalami penurunan baik dari segi jumlah warkat maupun sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan I 2011 jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak lembar, menurun 2,09% dari triwulan sebelumnya (qtq) namun meningkat sebesar 9,19% 54

75 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran dibandingkan kondisi tahun sebelumnya (yoy). Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan PDRB di triwulan I 2011 yang mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 9,46% (yoy) namun di sisi lain mengalami kontraksi secara kuartalan sebesar 3,71%. Aktivitas kliring dapat dijadikan indikator bagi geliat perekonomian suatu daerah yang pada gilirannya akan berpengaruh pada PDRB daerah tersebut. Sementara nominal kliring tercatat sebesar Rp 1.054,17 miliar atau mengalami penurunan 14,1 dibandingkan dengan triwulan IV 2010 (qtq) dan menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 42,6 (yoy). Rp miliar Lembar I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I 12% 1 8% 6% 4% 2% -2% -4% -6% Sumber : BI Nominal Kliring (Miliar Rp) pert. (qtq) pert.(yoy) Grafik 4.1. Perkembangan Nominal Kliring Prov. Sulteng Volume Kliring (Lembar) pert. (qtq) pert.(yoy) Sumber : BI Grafik 4.2. Perkembangan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulteng persen 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 - I II III IV I II III IV I RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) RRH Volume Cek/BG Kosong (%) Sumber : BI Grafik 4.3. Rata-rata Harian Penolakan Cek/BG Kosong Kualitas kliring di wilayah kerja Bank Indonesia Palu pada triwulan I-2011 cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin pada penurunan persentase rata-rata harian penolakan cek/bg kosong baik dari sisi nominal maupun volume kliring. Persentase rata-rata harian (RRH) nominal cek/bg 55

76 3.352, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,62 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran yang ditolak pada triwulan I-2011 tercatat 0,72%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,76%. Kondisi serupa juga terjadi pada RRH volume cek/bg yang ditolak di triwulan laporan yang tercatat sebesar 0,87% atau lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2010 sebesar 1,05%. Transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2011 mengalami penurunan baik di sisi inflow maupun di sisi outflow bila dibandingkan triwulan sebelumnya. Rp Miliar persen (%) 7.000, ,00 Inflow Outflow Net Outflow 5.000, , , , ,00 - (1.000,00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : BI Palu Grafik 4.4. Perkembangan Transaksi RTGS Aliran dana keluar (outflow) melalui RTGS pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp 4.770,05 miliar atau turun 28,09% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 6.633,41 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi. Di sisi lain, aliran dana masuk (inflow) melalui RTGS pada triwulan I-2011 tercatat sebesar Rp 3886,46 miliar atau menurun sebesar 33,51% dibandingkan triwulan IV-2011 dengan volume transaksi sebanyak transaksi. 4.2 Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) Pada triwulan I-2011, aliran uang kartal di Bank Indonesia Palu berada pada kondisi net ouflow yang berarti jumlah uang keluar lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk. Jumlah aliran uang kartal yang 56

77 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran masuk ke Bank Indonesia Palu dari perbankan dan masyarakat (inflow) sepanjang triwulan I-2011 meningkat sebesar 124,21% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 154,56 miliar menjadi Rp 346,55 miliar. Sedangkan aliran uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Palu ke perbankan dan masyarakat (outflow) justru menurun sebesar 60,56% dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 1.042,91 miliar menjadi Rp 411,32 miliar. Bila dibandingkan dengan angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan IV-2010 sebesar Rp 64,77 miliar. Berdasarkan tren pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya jumlah inflow pada triwulan I lebih besar dibandingkan dengan jumlah outflow. Akan tetapi siklus tersebut tidak terjadi di triwulan I Lebih besarnya outflow dibandingkan inflow pada triwulan laporan dominan disebabkan oleh adanya momen kampanye Pemilihan Gubernur yang memicu peningkatan permintaan uang tunai. Di samping itu panen raya yang berlangsung pada bulan Maret dan April juga ikut berkontribusi pada tingginya outflow pada triwulan I Rp Miliar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Inflow Outflow Netflow Sumber : BI Palu Grafik 4.5. Perkembangan Inflow/Outflow Melalui kegiatan perkasan,kbi Palu juga melakukan penarikan uang lusuh di sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Selama triwulan I 2011, jumlah uang kertas yang dimusnahkan di Bank Indonesia Palu (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB) mencapai Rp 114,78 miliar atau meningkat 40,69% dibandingkan triwulan sebelumnya. 57

78 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran Rp Miliar persen (%) ,14 Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow 52, ,35 36,50 23,35 26,22 33,16 32,44 19,50 30,12 21,21 25,66 32,94 21, , ,65 7,83 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : BI Palu Grafik 4.6. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) 4.3 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Pemahaman yang baik dan benar tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah sangat diperlukan bagi setiap masyarakat agar terhindar dari kerugian akibat peredaran uang palsu. Upaya pengedaran uang palsu oleh oknum yang ingin memperoleh keuntungan cepat dengan cara melanggar hukum dan didukung perkembangan teknologi yang semakin canggih, semakin marak terjadi di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Menyikapi hal tersebut Bank Indonesia Palu berupaya melakukan tindakan preventif secara maksimal dan kontinyu untuk meminimalisasi peredaran dan tindak pidana pemalsuan uang rupiah melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang dengan baik kepada masyarakat luas. Sumber : Bank Indonesia Palu Tabel 4.1. Jumlah Uang Palsu Yang Ditemukan (Lembar) Pecahan Mata Uang (Nominal) I Rp Rp Rp Rp Jumlah

79 Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran 34% Rp Pada triwulan I-2011, ditemukan uang palsu sebanyak 56 lembar di wilayah kerja Bank Indonesia Palu atau meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (tidak ditemukan uang palsu di triwulan IV 2010). Secara komposisi, uang pecahan Rp mendominasi uang palsu di triwulan I 2011 dengan persentase sebesar 66,07%. Grafik 4.7 Persentase Uang Palsu I 2011 Rp % 59

80 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 5.1. KETENAGAKERJAAN Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Bulan Februari tahun 2011 menunjukkan adanya perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi Bulan Agustus tahun 2010 yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Februari 2011 tercatat sebanyak orang atau meningkat sebesar 7,03% (dibandingkan Agustus 2010) dan 1,5 (yoy). Di saat yang bersamaan angkatan kerja yang bekerja meningkat sebesar 7,41% (dibandingkan Agustus 2010) dan 2,17% (yoy) hingga menjadi orang. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan pengangguran sebesar 0,74% (dibandingkan Agustus 2010) dan turun sebesar 11,36% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tabel 5.1. Penduduk Berusia > 15 Tahun Menurut Jenis Kegiatan STATUS PENDUDUK FEB 2008 FEB 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 Total Ang. Kerja Bekerja Pengangguran Total Non Angk. Kerja Sekolah Mengurus RT Lainnya Total Penduduk > 15 tahun TPAK (%) 71,98 71,07 72,29 69,22 73,31 TPT (%) 7,25 5,10 4,89 4,61 4,27 Pekerja tidak penuh Setengah Penganggur Paruh Waktu Tingkat Setengah Pengangguran (%) 30,34 33,30 31,88 38,28 35,46 Sumber : BPS Prov. Sulteng 60

81 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Dalam satu tahun terakhir tingkat pengangguran menunjukkan adanya penurunan pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) namun masih diiringi dengan adanya peningkatan Tingkat Setengah Pengangguran. Tingkat Setengah Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas pekerja. Tingkat Setengah Pengangguran pada bulan Februari 2011 tercatat sebesar 35,46% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 31,88%. Sementara TPT mengalami penurunan dari 4,89% (Februari 2010) menjadi 4,27% (Februari 2011). Persen Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Grafik 5.1. Perkembangan TPT dan TPAK Di Sulawesi Tengah Persen AGT 2007 FEB 2008 AGT 2008 FEB 2009 AGT 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 TPAK (Sb kiri) Stgh. Pengangguran (Sb kiri) TPT (Sb. Kanan) Berdasarkan data di Sulawesi dan Nasional (Feb 2011), angkatan kerja tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan ( orang), sedangkan terendah di Provinsi Gorontalo ( orang). Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Utara (9,19%) sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Barat (2,7). Tingkat partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi tercatat di Provinsi Sulawesi Barat (76,08%), sedangkan terendah di Provinsi Gorontalo (63,9). 61

82 SulTeng SulSel SulUt SulTra Gorontalo SulBar Nasional 4,27 6,69 9,19 4,34 4,61 2,7 6,8 65,01 64,71 63,9 73,31 72,42 76,08 69,96 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat % TPAK Sumber : BPS Sulawesi Tengah TPT Grafik 5.2. Tingkat TPAK dan TPT Pada Beberapa Provinsi Di Sulawesi Posisi Februari 2011 Berdasarkan lapangan kerja utama, struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah belum mengalami perubahan yang berarti dalam periode satu tahun terakhir. Sebagian besar angkatan kerja di Sulawesi Tengah masih bekerja pada sektor pertanian (50,03%). Sektor pertanian tetap menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang fleksibel dan tidak membutuhkan keahlian khusus serta sebagian besar penduduk Sulawesi Tengah tinggal di wilayah pedesaan. Kondisi ini juga berkaitan dengan struktur perekonomian Sulawesi Tengah yang juga didominasi oleh sektor pertanian. Akan tetapi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, komposisi tenaga kerja di sektor pertanian justru mengalami penurunan yakni sebesar 7,2. Penurunan ini ditengarai disebabkan karena masih kurangnya perhatian pemerintah khususnya pada subsektor perkebunan yang berdampak pada berkurangnya daya tarik subsektor ini di kalangan beberapa petani. Disamping itu maraknya kasus penambangan rakyat seperti Poboya juga ikut berkontribusi pada mulai beralihnya beberapa petani ke sektor pertambangan. Adanya penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan dikompensasi dengan peningkatan tenaga kerja di sektor jasa kemasyarakatan, sektor pertambangan, listrik dan gas, sektor angkutan dan 62

83 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat komunikasi, sektor konstruksi, dan sektor keuangan dan jasa perbankan masingmasing sebesar 5,2, 1,7, 1,6, 0,9, dan 0,1. Tabel 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Kerja Utama PERIODE FEB 2008 FEB 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 Pertanian 62,7 57,9 57,5 57,0 50,3 Industri 4,4 5,2 4,2 3,3 4,1 Konstruksi 3,5 2,8 3,6 3,7 4,5 Perdagangan 12,4 15,1 15,3 14,1 13,2 Angkutan dan Komunikasi 4,2 4,0 3,2 3,8 4,8 Keuangan dan Jasa Perbankan 0,5 1,0 0,8 0,7 0,9 Jasa Kemasyarakatan 11,8 13,4 13,5 15,0 18,7 Pertambangan, Listrik, dan gas 0,8 0,6 1,9 2,4 3,6 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan data terbaru dari BPS, status pekerjaan penduduk yang bekerja didominasi oleh kelompok buruh/karyawan (24,5). Sementara persentase terendah adalah kelompok pekerja bebas di pertanian (2,14%). Bila dibandingkan dengan kondisi pada Februari 2010, terjadi pergeseran penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama. Data pada bulan Februari 2011 menunjukkan bahwa pekerja bebas di pertanian, berusaha dibantu buruh tdk tetap, dan pekerja tak dibayar mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,76% (yoy), 3,55% (yoy), dan 0,87%. Sementara itu persentase penduduk yang berstatus buruh/karyawan, berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tetap, dan pekerja bebas di non pertanian mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,9, 2,81% dan 1,15% dan 0,22%. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan FEB 2008 FEB 2009 FEB 2010 AGT 2010 FEB 2011 Berusaha Sendiri 18,81 18,73 18,60 19,30 21,41 Berusaha dibantu buruh tdk tetap 28,95 26,51 26,30 24,56 22,75 Berusaha dibantu buruh tetap 2,38 2,61 3,10 3,84 4,25 Buruh/Karyawan 18,46 20,00 20,60 21,53 24,50 Pekerja bebas di Pertanian 4,67 4,21 5,90 4,35 2,14 Pekerja bebas di non Pertanian 2,24 2,68 2,00 2,34 2,22 Pekerja tak dibayar 24,49 25,26 23,60 24,08 22,73 Total (%) Total (orang) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah 63

84 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan data pada akhir Maret 2011, jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kantor Disnakertrans Provinsi Sulawesi Tengah tercatat sebanyak orang, berkurang orang dari posisi bulan Desember Pengurangan pencari kerja terjadi pada semua kelompok pendidikan. Sumber : Disnakertrans Sulteng Tabel 5.4. Perkembangan Jumlah Pencari Kerja di Sulawesi Tengah Pendidikan Terakhir Sept.2010 Des.2010 Mar.2011 L W Total L W Total L W Total SD SLTP SLTA D I D II D III Sarjana Pascasarjana Jumlah Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp ,- per bulan atau naik 6,43% dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp ,-, sementara Upah Minimum Harian ditetapkan sebesar Rp ,-. Secara umum tingkat kenaikan UMP Sulawesi Tengah sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kota Palu pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar 6,4 (yo-y). % Rupiah 5 4 UMP (Rupiah) g upah inflasi Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.3. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu 64

85 62,80 64,40 67,30 68,50 68,80 69,34 70,09 70,70 64,30 65,80 68,70 69,60 70,10 70,59 71,17 71,76 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 5.2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Angka Indeks Pembangunan Manusia atau IPM 1 Sulawesi Tengah menunjukkan perbaikan, walaupun belum terlalu signifikan. Dibandingkan dengan angka IPM nasional, IPM Sulawesi Tengah masih berada di bawah IPM nasional. Pada tahun 2009, angka IPM Sulawesi Tengah sebesar 70,70 meningkat sebesar 0,61 dari tahun sebelumnya. Meski IPM Sulawesi Tengah masih berada dalam kategori menengah, namun secara nasional, IPM Provinsi Sulawesi Tengah berada pada peringkat 22 dari 33 provinsi di Indonesia. % Peringkat 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 62,00 60,00 58, Nasional Sulteng Ranking Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.4. Perkembangan IPM Sulteng dan Nasional 5.3. KEMISKINAN Dalam lima tahun terakhir jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mencapai 566,10 ribu jiwa (24,09 %), tahun 2007 sebanyak 557,40 ribu jiwa (22,42 %), tahun 2008 sebanyak 524,70 ribu jiwa (20,75 %), tahun 2009 sebanyak 489,84 ribu jiwa (18,98 %) dan pada tahun 2010 sebanyak 474,99 1 IPM dikembangkan pada 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993 oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu 1. usia yang panjang dan sehat yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. pendidikan yang diukur dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga dan angka partisipasi kasar dengan pembobotan satu per tiga, dan 3. standar hidup yang layak yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada paritas daya beli dalam mata uang USD 65

86 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat ribu jiwa (18,07 %). Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode tersebut mengindikasikan bahwa program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan di Sulawesi Tengah cukup efektif dalam menekan tingkat kemiskinan yang ada. Persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2010 tercatat sebesar 18,07% atau turun sebesar 0,91% dibandingkan tahun 2009 yakni 18,98%, atau secara absolut jumlah penduduk miskin turun sebesar jiwa. Namun demikian tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang tercatat sebesar 13,33%. Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, sebagian besar penduduk miskin di Sulawesi Tengah tinggal di daerah pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah yang tinggal di wilayah pedesaan pada tahun 2010 mencapai jiwa (88,58%), sementara yang tinggal di wilayah perkotaan sebanyak ribu jiwa (11,42%). Kondisi ini tentu berkaitan dengan fakta bahwa mayoritas penduduk Sulawesi Tengah tinggal di wilayah pedesaan. % % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.5. persentasejumlah Penduduk Miskin Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan % % Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.7. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng Sumber : BPS Sulawesi Tengah Grafik 5.8. persentasependuduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal 66

87 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Secara umum dari berbagai indikator kemiskinan yang ada, tingkat kemiskinan Sulawesi Tengah masih berada di bawah kondisi nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang dijalankan di Sulawesi Tengah masih tertinggal dari daerah lain. Hingga saat ini sembilan Kabupaten dari 11 wilayah Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah masih termasuk dalam kelompok daerah tertinggal. Dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin, secara nasional Pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), program keluarga harapan, program BOS, program BLT, program Askeskin, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta program beras untuk rakyat miskin (Raskin). Tabel 5.5. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi No SEKTOR PLAFOND KREDIT (Rp juta ) BAKI DEBET (Rp juta ) DEBITUR NPL Mar- Des-10 Mar-11 Des-10 Mar-11 Des-10 Mar Pertanian ,02% 2 Pertambangan ,0 3 Perindustrian ,87% 4 Listrik, Gas, dan Air ,0 5 Perdagangan, Restoran & Hotel ,27% 6 Pengangkutan, Pergudangan & Komunikasi ,0 7 Jasa Dunia Usaha ,04% 8 Jasa Sosial ,84% 9 Lain-Lain ,0 Total ,96% Sumber : Laporan bulanan realisasi KUR (Data Sementara) Tabel 5.6. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Oleh Perbankan Sulawesi Tengah Berdasarkan Kabupaten/Kota Per Maret 2011 Kabupaten Plafond Kredit (Rp juta) Sumber : Laporan bulanan realisasi KUR (Data Sementara) Baki Debet (Rp juta) Debitur NPL gross Palu dan Donggala ,17% Luwuk ,13% Toli-Toli ,08% Buol ,0 Parigi ,77% Poso ,01% Ampana ,0 Total Sulteng ,96% 67

88 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan data sementara per akhir Maret 2011 (Tabel 5.5), jumlah KUR yang telah disetujui oleh perbankan di Sulawesi Tengah mencapai Rp 388,55 milyar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 2,63% dari akhir Desember KUR sebagian besar disalurkan kepada pelaku usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 67,97%. Kota Palu dan Donggala memperoleh alokasi penyaluran KUR terbesar diikuti Luwuk dan Toli-Toli dengan share masing-masing sebesar 27,32%, 24,57%, dan 22,55%. Sementara tingkat NPL gross KUR per Maret 2011 tercatat sebesar 1,96%. 68

89 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 6.1 Target dan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Target pendapatan dan belanja APBD pada tahun 2011 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah menargetkan pendapatan daerah di tahun 2011 sebesar Rp 1.168,20 miliar atau meningkat sebesar 10,12% dibandingkan tahun Demikian juga halnya dengan target belanja daerah yang meningkat sebesar 0,14% hingga mencapai Rp 1.232,56 miliar. Akan tetapi kondisi serupa tidak diikuti oleh belanja modal yang justru mengalami tren penurunan. Di tahun 2010, belanja modal mengalami penurunan sebesar 26,58%, kemudian berlanjut ke tahun 2011 dengan tingkat penurunan mencapai 21,99% atau tercatat sebesar Rp 175,50 miliar. Penurunan alokasi belanja modal di tahun 2011 disebabkan oleh meningkatnya alokasi belanja pegawai dan belanja hibah untuk KPU dan Panwaslu yang digunakan untuk Pemilukada di tahun Rp miliar 1.400, , ,00 800,00 600,00 400,00 200,00-15% 1 5% -5% -1-15% -2-25% Target Pendapatan Daerah Target Belanja Daerah Target Belanja Modal g.pend.daerah (yoy) g.belanja.daerah (yoy) g.belanja modal (yoy) Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.1 Perkembangan Target Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng 69

90 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Pada periode triwulan I 2011, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja memiliki kinerja yang cukup baik. Hingga akhir bulan Maret 2011, pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tengah telah terealisasi sebesar Rp 298,31 miliar atau 25,54% dari target pendapatan. Nilai realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pendapatan APBD pada I 2010 sebesar 40,72%. Di sisi lain, realisasi belanja di I 2011 tercatat 17,88% atau relatif lebih baik dibandingkan dengan realisasi belanja pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,83%. Adanya perbedaan tingkat realisasi belanja daerah dengan realisasi pendapatan daerah mengakibatkan terjadinya surplus pada periode akhir triwulan I 2011 sebesar Rp 77,96 miliar. Persen 50,0 40,72% 40,0 30,0 20,0 10,0 25,54% 2,83% 17,88% 0,0 Pendapatan Daerah Belanja Daerah I 2010 I 2011 Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sulteng (Per 31 Maret 2011) 6.2. Realisasi Pendapatan APBD Dilihat dari struktur target pendapatan APBD tahun 2011, dana perimbangan dari pemerintah pusat masih menjadi tumpuan pendapatan daerah dengan share sebesar 71,84% diikuti Pendapatan Asli Daerah (27,87%) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah (0,28%). Realisasi dana perimbangan per Maret 2011 mencapai Rp 201,64 miliar (24,03%), sementara PAD yang dianggarkan sebesar Rp 325,62 miliar sudah terkumpul sebesar Rp 96,10 miliar (29,51%). Dana Alokasi Umum merupakan kontributor utama dana perimbangan dengan nilai realisasi pada triwulan I 2011 sebesar Rp 185,79 miliar (24,98%). 70

91 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 6.1. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW I 2011 ( % ) REALISASI PENDAPATAN , ,89 25,54% PENDAPATAN ASLI DAERAH , ,57 29,51% Pendapatan Pajak Daerah , ,42 36,95% Retribusi Daerah ,96 645,32 1,64% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ,75 0,00 0,0 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,83 16,21% DANA PERIMBANGAN , ,69 24,03% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,51 7,67% Dana Alokasi Umum , ,44 24,98% Dana Alokasi Khusus , ,73 30,0 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 3.400,00 578,63 17,02% Pendapatan Hibah 3.400,00 578,63 17,02% Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,0 Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng 4% 1% Pendapatan Pajak Daerah Dana Alokasi Khusus; 6% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak; 2% 95% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Retribusi Daerah Dana Alokasi Umum; 92% Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.3. Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.4. Proporsi Realisasi Dana Perimbangan DAU yang diluncurkan dari pemerintah pusat ke daerah bertujuan untuk menghindari kesenjangan fiskal (fiscal gap) antar daerah. Besarnya DAU ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan dengan formula dan perhitungan yang ditetapkan sesuai undang-undang. Berdasarkan formula dan perhitungan tersebut, sesuai dengan tujuannya diharapkan suatu daerah alokasi DAU-nya menurun dari tahun ke tahun. Dengan demikian daerah tersebut dianggap atau dikategorikan sudah mandiri dalam kemampuan fiskalnya. Khusus untuk Provinsi Sulawesi Tengah, alokasi DAU dalam 5 tahun belakangan justru menunjukkan tren yang meningkat. Selama kurun waktu tahun , alokasi anggaran DAU 71

92 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah mengalami rata-rata peningkatan sebesar 8,58%/tahun. Fakta ini menunjukkan masih besarnya gap antar daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Tabel 6.2 Perkembangan Dana Alokasi Umum Prov. Sulawesi Tengah Keterangan Provinsi Sulawesi Tengah 477,67 502,13 606,49 629,4 659,33 Kota Palu 288,08 320,76 349,46 354,63 380,49 Kabupaten Parigi Moutong 287,24 323,16 363,76 365,48 384,00 Kabupaten Donggala 413,18 451,26 502,87 288,62 351,93 Kabupaten Poso 313,87 330,25 352,34 379,55 387,20 Kabupaten Morowali 308,45 343,48 377,31 368,93 393,93 Kabupaten Tojo Unauna 193,34 218,43 247,18 263,97 273,10 Kabupaten Banggai 339,89 387,41 431,12 437,51 452,94 Kabupaten Banggai Kepulauan 196,21 236,72 260,48 255,29 263,64 Kabupaten Buol 196,46 219,92 254,34 258,6 294,39 Kabupaten Tolitoli 248,34 274,71 304,61 307,44 319,13 Kabupaten Sigi (pemekaran Kab.Donggala) 215,94 329,60 Total 3.262, , , , ,69 Sumber : Depkeu Tabel 6.3 Perkembangan Dana Alokasi Khusus Prov. Sulawesi Tengah Keterangan Provinsi Sulawesi Tengah ,2 60,06 28,60 Kota Palu 20,44 35,76 44,02 46,23 26,93 Kabupaten Parigi Moutong 30,37 46,29 51,94 68,96 43,91 Kabupaten Donggala 37,77 64,24 76,6 64,02 51,92 Kabupaten Poso 37,9 46,41 58,59 68,54 40,26 Kabupaten Morowali 25,92 46,84 50,94 43,25 40,79 Kabupaten Tojo Unauna 24,57 43,84 49,5 49,78 43,20 Kabupaten Banggai 32 50,67 63,42 54,03 48,10 Kabupaten Banggai Kepulauan 24,68 49,78 54,34 47,55 33,12 Kabupaten Buol 23,01 43,07 43,19 52,95 60,89 Kabupaten Tolitoli 29,77 41,06 51,23 47,44 39,45 Kabupaten Sigi (pemekaran Kab.Donggala) 3,6 29,96 Total 286,43 467,96 578,98 606,42 487,12 Sumber : Depkeu Sementara itu, Dana Alokasi Khusus di tahun 2010 tercatat sebesar Rp 487,12 miliar atau mengalami penurunan sebesar 19,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini patut disayangkan mengingat penggunaan dana ini yang memberikan multiplier effect bagi perekonomian masyarakat seperti bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertanian, kelautan dan perikanan. 72

93 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah 6.3. Realisasi Belanja APBD Di sisi belanja, realisasi pos anggaran ini di triwulan I 2011 tercatat sebesar 17,88% atau mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan tingkat realisasi sebesar 2,83%. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Pemda Provinsi Sulawesi Tengah ternyata masih menekankan pada realisasi belanja tidak langsung dibandingkan belanja langsung. Ke depan realisasi belanja langsung perlu terus ditingkatkan mengingat anggaran ini langsung terkait dengan program-program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tabel 6.4 Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Rp juta URAIAN ANGGARAN REALISASI SD TW I 2011 ( % ) REALISASI BELANJA , ,01 17,88% BELANJA TIDAK LANGSUNG , ,10 26,65% Belanja Pegawai , ,64 18,17% Belanja Hibah , ,44 70,54% Belanja Bantuan Sosial 8.200, ,19 38,36% Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan , ,96 15,06% Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada ,11 192,86 0,56% Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga 5.000,00 0,00 0,0 BELANJA LANGSUNG , ,91 9,29% Belanja Pegawai , ,73 8,14% Belanja Barang dan Jasa , ,64 13,49% Belanja Modal , ,54 0,69% Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulteng 9,29% 1,94% Belanja Hibah Belanja Modal; 2,1 Belanja Pegawai; 9,73% 38,8 49,86% Belanja Pegawai Belanja Bagi Hasil Belanja Barang dan Jasa; 88,17% Belanja Bantuan Sosial Sumber : Biro Keuangan Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.5. Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung Grafik 6.6. Proporsi Realisasi Belanja Langsung 73

94 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Dari anggaran belanja langsung, dapat dilihat bahwa belanja barang dan jasa memiliki persentase realisasi paling tinggi yakni 13,49% dan terendah pada realisasi belanja modal (0,69%). Kondisi ini sangat disayangkan karena selain alokasi belanja modal tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, ternyata tingkat realisasi belanja inipun masih minim. Padahal belanja modal berupa belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung, belanja jalan, irigasi dan jaringan justru sangat dibutuhkan sebagai leverage dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. 6.4 Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Selain dari APBD, anggaran pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah juga bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pendanaan swasta. Dana APBN yang dialokasikan ke Provinsi Sulawesi Tengah pada TA 2011 mencapai Rp 4,22 triliun (diluar dari DAU dan DAK) yang bersumber dari dana RM (Rupiah Murni), Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN). Tabel 6.5 Rekapitulasi Alokasi APBN TA 2011 di Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan Sumber Dana (Rp juta) NO PROPINSI/KABUPATEN/KOTA SUMBER DANA RM PNBP PHLN JUMLAH I PROPINSI Rp Rp Rp Rp II KABUPATEN TOLITOLI Rp Rp Rp Rp III KABUPATEN BUOL Rp Rp Rp Rp IV KABUPATEN DONGGALA Rp Rp Rp Rp V KOTAMADYA PALU Rp Rp Rp - Rp VI KABUPATEN SIGI BIROMARU Rp Rp 136 Rp - Rp VII KABUPATEN POSO Rp Rp Rp Rp VIII KABUPATEN PARIMO Rp Rp Rp Rp IX KABUPATEN TOJO UNA-UNA Rp Rp Rp Rp X KABUPATEN BANGGAI Rp Rp Rp Rp XI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN Rp Rp Rp Rp XII KABUPATEN MOROWALI Rp Rp Rp Rp T O T A L Rp Rp Rp Rp Sumber : Bappeda Prov. Sulteng 74

95 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Hibah yang bersumber dari pinjaman luar negeri, diberikan kepada Pemerintah Daerah dengan kriteria sebagai berikut: Untuk melaksanakan kegiatan yang merupakan urusan Pemerintah Daerah dalam rangka pencapaian sasaran program dan prioritas pembangunan nasional sesuai dengan peraturan perundangan; dan/atau Diprioritaskan untuk pemerintah daerah dengan kapasitas fiskal rendah berdasarkan peta kapasitas fiskal daerah yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD (tidak termasuk DAK, dana darurat, dana pinjaman lama dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin. Provinsi Sulawesi Tengah sendiri telah memenuhi dua kriteria tersebut. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 245/PMK.07/2010 tentang Peta Kapasitas Fiskal Daerah dapat diketahui bahwa indeks kapasitas fiskal Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 0,3407 atau tergolong kategori rendah sehingga perlu mendapatkan prioritas dana hibah dari luar negeri. Tabel 6.6 Rekapitulasi Alokasi APBN TA 2011 di Provinsi Sulawesi Tengah Berdasarkan Kewenangan (Rp juta) NO PROPINSI/KABUPATEN/KOTA KEWENANGAN DK TP UB KD KP JUMLAH I PROPINSI Rp Rp Rp - Rp Rp Rp II KABUPATEN TOLITOLI Rp - Rp Rp Rp Rp Rp III KABUPATEN BUOL Rp - Rp Rp Rp Rp Rp IV KABUPATEN DONGGALA Rp - Rp Rp Rp Rp Rp V KOTAMADYA PALU Rp - Rp Rp - Rp Rp Rp VI KABUPATEN SIGI BIROMARU Rp - Rp Rp Rp Rp - Rp VII KABUPATEN POSO Rp - Rp Rp Rp Rp Rp VIII KABUPATEN PARIMO Rp - Rp Rp Rp Rp Rp IX KABUPATEN TOJO UNA-UNA Rp - Rp Rp Rp Rp Rp X KABUPATEN BANGGAI Rp - Rp Rp Rp Rp - Rp XI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN Rp - Rp Rp Rp Rp Rp XII KABUPATEN MOROWALI Rp - Rp Rp Rp Rp Rp T O T A L Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sumber : Bappeda Prov. Sulteng 75

96 Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah Kantor Pusat; 27,98% Dekonsentrasi; 6,9 Tugas Pembantuan; 11,01% Urusan Bersama; 3,47% Kantor Daerah; 50,65% Sumber : Biro Keuangan Grafik 6.7. Proporsi Dana APBN Berdasarkan Kewenangan Berdasarkan kewenangannya, APBN yang dialokasikan ke Provinsi Sulawesi Tengah terbagi atas dana dekonsentrasi (DK) yang digunakan untuk pembangunan non fisik, dana Tugas Pembantuan (TP) yang dialokasikan untuk pembangunan fisik, urusan bersama (UB), Kantor Daerah (KD) dan Kantor Pusat (KP). 76

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2010 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2011 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta Misi Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2009 KANTOR BANK INDONESIA PALU Visi Bank Indonesia (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 6. KEUANGAN DAERAH

BAB 6. KEUANGAN DAERAH BAB 6. KEUANGAN DAERAH 41 BAB 6. KEUANGAN DAERAH LAPORAN TRIWULANAN PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN IV 2007 42 BAB 6. KEUANGAN DAERAH Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci